Upload
yuda-rihal-firdaus
View
215
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Nasehat
Citation preview
JANGAN BERSEDIH.
Setiap orang pasti pernah bersedih seperti kala diberi cobaan atau ujian oleh Allah SWT. Perlu diketahui
sedih asalnya tidak bisa menolak bahaya atau mendatangkan manfaat, artinya yang disedihkan atau
diratapi tidak bisa kembali.
Sedih tidaklah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan kadang sedih itu terlarang dalam
beberapa keadaan tatkala dikaitkan dengan hal agama. Seperti firman Allah Ta’ala,
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-
orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).
Begitu pula firman Allah Ta’ala,
“Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan” (QS. An Nahl: 127).
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita” (QS. At Taubah: 40).
Dalam ayat lain disebutkan pula,
“Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka” (QS. Yunus: 65).
Juga Allah Ta’ala berfirman,
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” (QS. Al Hadid:
23).
Ingatlah Sedih tidaklah bisa mendatangkan manfaat, tidak pula menolak bahaya. Jadi, kadang sedih itu
tidak bermanfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat tentu tidak diperintahkan oleh Allah.
Namun perlu diperhatikan bahwa orang yang sedih tidaklah dikenai dosa jika tidak dikaitkan dengan
sesuatu yang haram. Seperti yang terdapat pada orang yang tertimpa musibah sebagaimana disebutkan
dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sungguh Allah tidaklah menghukum seseorang karena tetesan air mata dan kesedihan hati. Akan
tetapi, Allah hanyalah menyiksa atau mengasihi hamba karena sebab (sabar atau keluhan) lisan ini
(sambil beliau berisyarat dengan lisannya)”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tetesan air mata dan sedihnya hati, dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhoi”*HR.Muslim+
Dalam firman Allah Ta’ala disebutkan (mengenai kesedihan Ya’qub),
“Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap
Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan
amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (QS. Yusuf: 84).
Ada sedih yang berbuah pahala dan terpuji. Dari sisi lain yang dinilai berpahala, bukan dari sedih itu
sendiri. Misalnya adalah sedih karena musibah menimpa agamanya dan sedih karena musibah yang
menimpa banyak kaum muslimin. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada
kebaikan dan membenci kejelekan. Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang
diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan jihad, tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan
mudhorot (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan
dosa yang hilang karena kesedihannya.
Adapun jika sedih mengantarkan pada lemahnya iman dan lalai dari perintah Allah dan Rasul-Nya, maka
sedih kala itu menjadi tercela dari sisi ini. Namun barangkali terpuji dari sisi yang lain .
Intinya, sedih ada yang bernilai dosa jika sampai dilampiaskan dalam melakukan yang haram. Dan ada
sedih yang berbuah pahala jika sabar dalam musibah. Dan tidak selamanya orang yang sedih dengan
meneteskan air mata menjadi tercela. Selama lisan tidak banyak menggerutu dan mengeluh terhadap
takdir, artinya bersabar, maka bisa berbuah pahala.
Ya Allah, berilah kesabaran pada kami dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Ya Allah, gantilah
setiap kesedihan kami dengan kebahagiaan dan pahala.