Upload
hidayat-rahmad
View
226
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ok
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Pada umumnya organisasi dibagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang
diberi tanggungjawab tertentu. Bagian ini disebut divisi, departemen atau unit
bisnis. Setiap bagian terdiri dari individu-individu yang bertanggungjawab
terhadap tugas atau fungsi manajerial tertentu. Seorang pimpinan diharapkan
mampu memantau seluruh kegiatan operasi organisasinya secara langsung.
Namun, semakin kompleksnya kegiatan suatu organisasi menyebabkan pimpinan
tak lagi mampu memantau seluruh kegiatan organisasi secara langsung. Oleh
karena itu, diperlukan adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
melalui penerapan akuntansi pertanggungjawaban.
Konsep manajemen yang menghendaki pembagian wewenang dan
tanggungjawab secara berimbang dan tegas dalam pencapaian tujuannya dengan
dasar timbulnya akuntansi pertanggungjawaban, dengan demikian pimpinan dapat
mengendalikan tanggungjawab tiap unit kerja atau pusat pertanggungjawaban.
2.1.1 Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban
Pada perusahaan yang cukup besar, pimpinan perusahaan harus
mendelegasikan wewenangnya kepada manajer-manajer bawah, agar pengelolaan
perusahaan menjadi optimal. Kegiatan perencanaan dan pengendalian merupakan
fungsi-fungsi penting yang harus dilakukan oleh manajer-manajer bawah di dalam
melaksanakan wewenang yang diberikan oleh atasan tersebut. Di lain pihak
manajer puncak memerlukan suatu informasi yang dapat menilai
10
pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang yang didelegasikan. Sarana
akuntansi yang memenuhi kebutuhan informasi tersebut dinamakan akuntansi
pertanggungjawaban.
Definisi akuntansi pertanggungjawaban menurut Charles T.Horngren dan
George Foster (2006:187) adalah sebagai berikut :
Responsibility accounting is system that measures the plans (by budegts)
and actions (by actual results) of each responsibility center
Sedangkan menurut pendapat dikemukakan oleh Hansen dan Mowen dalam
Deny Arnos Kwary (2009:229) adalah sebagai berikut :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan. Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan memengaruhi perilaku dalam cara tertentu sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Mulyadi (2005:218) definisi akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan/ atau pendapatan yang dianggarkan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban digunakan untuk menyusun perencanaan dengan mengajak
tiap-tiap manajer untuk berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan. Akuntansi
pertanggungjawaban juga berguna untuk menilai kinerja dan memberikan intensif
kepada manajer dengan membandingkan hasil aktual yang dicapai dengan
11
perencanaan selanjutnya sebelumnya. Selain itu akuntansi pertanggungjawaban
juga bermanfaat sebagai sarana untuk mengendalikan sarana dan biaya. Beberapa
biaya yang dipengaruhi oleh keputusan mananjemen, walaupun tidak
dikendalikan secara total, dapat disebut biaya yang dapat dikendalikan.
Menentukan dapat dikendalikannya suatu biaya pada manajer pusat
pertanggungjawaban.
2.1.2 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Seperti diuraikan di awal bab, agar tugas manajer dapat optimal perlu
adanya pendelegasian wewenang dari manajer atas kepada manajer-manajer
bawah, dengan kata lain harus diadakan desentralisasi. Dengan adanya
desentralisasi, manajer-manajer bawah mempunyai wewenang untuk mengambil
keputusan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang diperlukan untuk
menjalankan tugas yang diterimanya dan dapat mempertanggungjawabkan hasil
dari keputusannya tersebut.
Menurut Mulyadi (2007:186) terdapat empat karakteristik akuntansi
pertanggungjawaban, yaitu:
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasikan pusat pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, keluarga produk, tim kerja, atau individu. Apa pun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, sistem akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi wewenang. Tanggung jawab dibatasi dalam satuan keuangan (seperti biaya). 2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajer yang bertanggung
jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Setelah pusat pertanggungjawaban diidentifikasi dan ditetapkan, sistem akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran merupakan ukuran kinerja manajer pusat
12
pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran. Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran. Dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, secara prinsip individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya yang ia memiliki wewenang untuk mempengaruhinya secara signifikan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi biaya sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggung jawab, untuk memungkinkan setiap manajer mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran mereka dan memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggaran mereka.
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer dalam mengelola biaya untuk mencapai target standar biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman menurut sistem penghargaan dan hukuman yang ditetapkan. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi
pertanggangungjawaban mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban sebagai unit
organisasi, individu yang di beri wewenang di mana tanggungjawab dibatasi
dalam satuan keuangan. Setelah pusat pertanggungjawaban diindetifikasi dan
ditetapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran.
2.2 Ruang Lingkup Pusat Pertanggungjawaban
2.2.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban dan
manajer yang bertanggung jawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat
pertanggungjawaban dan tolak ukur kinerjanya. Akuntansi pertanggungjawaban
13
merupakan suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan
kegiatan perusahaan dengan tujuan agar masing-masing unit organisasi dapat
mempertanggungjawabkan hasil kegiatan unit yang diawasinya. Setiap unit kerja
atau departemen yang diawasi oleh manajer lebih dikenal dengan pusat
pertanggungjawaban. Setiap pusat pertanggungjawaban memiliki batasan
wewenang yang jelas sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat mengenai
batasan wewenang di setiap bagian akuntansi pertanggungjawaban yang ada
dalam perusahaan sehingga akan memudahkan dilakukannya pengendalian biaya.
Pengendalian yang dijalankan manajemen ini merupakan bagian dari sistem
pengendalian manajemen yang dikembangkan untuk membantu manajemen
dalam mengendalikan kegiatan operasi perusahaan.
Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen dalam
Deny Arnos Kwary (2009:560) adalah sebagai berikut :
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu
segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Mulyadi (2005:389) definisi pusat pertanggungjawaban
adalah sebagai berikut :
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang bertanggungjawab. Secara umum kegiatan setiap pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan adalah mengolah masukan menjadi keluaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit dari organsisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh unit tersebut.
14
2.2.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban dan
manajer yang bertanggung jawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat
pertanggungjawaban dan tolok ukur kinerjanya. Suatu pusat
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah
masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang
dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan. Hubungan antara
masukan dan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban mempunyai karakteristik
tertentu. Hampir semua masukan suatu pusat pertanggungjawaban dapat diukur
secara kuantitatif, namun tidak semua keluaran pusat pertanggungjawaban dapat
diukur secara kuantitatif.
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban, digolongkan menurut sifat
input dan output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian (Anthony dan
Govindarajan, 2009) dalam Kurniawan Tjakrawala:
1. Pusat pendapatan Di pusat pendapatan, suatu output (yaitu, pendapatan) diukur secara moneter, akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. Pada umumnya, pusat pendapatan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok penjualan dari barang-barangyang mereka pasarkan. Penjualan atau pesanan aktual diukur terhadap anggaran dan kuota, dan manajer dianggap bertanggung jawab atas biaya yang terjadi secara langsung di dalam unitnya, akan tetapi ukuran utamanya adalah pendapatan. 2. Pusat biaya Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur secara moneter, namun outputnya tidak. Pusat biaya (cost center), manajer departemen atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-
15
keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Pusat biaya merupakan jenis pusat pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Hal ini karena bidang-bidang di mana manajer mempunyai tanggungjawab dan otoritas atas biaya dapat diidentifikasi dengan cepat pada sebagian besar perusahaan. Besar atau kecilnya pusat biaya tergantung pada aktivitasnya. Manajer pusat biaya perlu memastikan bahwa tugas-tugas yang diembannya dituntaskan dalam batasan yang diperkenankan oleh anggaran atau biaya standar. Manajer pusat biaya memakai biaya standar dan anggaran yang fleksibel untuk mengendalikan biaya. Apabila selisih dari standar bersifat signifikan, manajemen haruslah menginvestigasi aktivitas-aktivitas pusat biaya dalam upaya menentukan apakah biaya di luar kendali, atau sebaliknya, standar biayanya yang memang perlu direvisi. Manajer pusat biaya tidak membuat keputusan menyangkut penjualan ataupun jumlah aset tetap yang diinvestasikan pada pusat biaya tersebut. Kinerja pusat biaya terutama diukur berdasarkan efisiensi dan mutu. Kendatipun demikian, meminimalisasi biaya mungkin saja dilakukan dengan mengorbankan mutu dan volume produksi sehingga mengakibatkan tidak adanya keharmonisan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Untuk menanggulangi tendensi ini perlu ditetapkan jenis dan banyaknya produksi yang dikehendaki serta standar mutu yang diisyaratkan. Terdapat dua cara beroperasinya pusat biaya. Beberapa pusat biaya diberikan sejumlah tetap sumber daya (anggaran) dan diminta menghasilkan sebanyak mungkin keluaran dari sejumlah sumber daya tersebut. Pengelolaan pusat biaya lainnya adalah dengan meminimalkan biaya-biaya seraya menghasilkan suatu kuantitas keluaran tertentu. Oleh karena itu, mutu produk yang diproduksi dalam pusat-pusat biaya harus dipantau. Ada dua jenis umum dari pusat biaya, yaitu: a. Pusat biaya teknik Pusat biaya teknik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Input-inputnya dapat diukur secara moneter. 2. Input-inputnya dapat diukur secara fisik. 3. Jumlah dolar optimum dan input yang dibutuhkan untuk memproduksi
satu unit output dapat ditentukan. b. Pusat biaya kebijakan Pusat biaya kebijakan meliputi unit-unit administratif dan pendukung (seperti, akuntansi, hukum, hubungan industrial, hubungan masyarakat, sumber daya manusia), operasi litbang, dan hampir semua aktivitas pemasaran. Output dari pusat biaya ini tidak bisa diukur secara moneter. 3. Pusat laba Ketika kinerja finansial suatu pusat pertanggungjawaban diukur dalam ruang lingkup laba (yaitu, selisih antara pendapatan dan biaya), maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit center). Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator (beberapa di antaranya menunjuk
16
ke arah yang berbeda). Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba, masukan maupun keluarannya diukur dalam satuan rupiah untuk menghitung laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja manajernya. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba jika manajemen puncak menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut dalam satuan rupiah dan manajer pusat pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya atas dasar selisih antara pendapatan dengan biayanya. 4. Pusat investasi Di unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat pertanggungjawaban ini disebut sebagai pusat investasi. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
2.2.3 Prasyarat Untuk Menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2007:191), menguraikan lima syarat untuk dapat
menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab tiap tingkatan manajemen.
2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya
(controllability) biaya oleh manajemen tertentu dalam operasi. 4. Terdapatnya susunan kode rekening perusahaan yang dikaitkan dengan
kewenangan pengendalian pusat pertanggungjawaban. 5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab
(responsibility reporting). Dari uraian tersebut terlihat bahwa syarat-syarat menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban lebih ditekankan pada pusat biaya. Walaupun begitu, syarat-
syarat itu dapat juga diterapkan pada pusat-pusat pertanggungjawaban. Pada
penyusunan sistem akuntansi pertanggungjawaban, kebutuhan akan struktur
organisasi yang tertata dengan baik adalah mutlak karena sentral atau fokus dari
sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah unit-unit yang tersusun didalam
struktur organisasi tersebut, jadi tidaklah mungkin untuk menerapkan sistem
akuntansi pertanggungjawaban secara optimal apabila pembagian tugas,
17
pendelegasian wewenang, dan tanggungjawab dari tiap-tiap unit dalam
perusahaan tidak ditetapkan secara jelas di dalam struktur organisasi.
Setelah rencana dan struktur organisasi disusun dengan baik, selanjutnya
harus ada anggaran untuk tiap-tiap unit dalam perusahaan. Manajer dari tiap-tiap
tingkatan diikutsertakan dalam penyusunan anggaran. Manajer-manajer tersebut
menyusun usulan anggaran dari bagian yang menjadi wewenangnya untuk
kemudian disetujui oleh komite anggaran. Dengan demikian, para manajer akan
termotivasi untuk mencapai target yang telah di tetapkan dan mereka akan
bersedia dinilai berdasarkan anggaran tersebut.
Pemisahan biaya dan penghasilan ke dalam kendali yang perlu dilakukan
di dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban. Hal ini penting karena
tanggungjawab yang diminta dari seorang manajer tidak bisa melebihi wewenang
yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, tanggungjawab tiap manajer hanyalah
ada pada hal-hal yang masih bisa dia kendalikan. Suatu biaya bisa dikatakan biaya
dasar untuk memantau pelaksanaan dari rencana kegiatan yang telah disusun,
maka laporan pertanggungjawaban harus memuat perbandingan antara hasil yang
sesungguhnya dengan yang direncanakan. Dengan demikian, setiap manajer dapat
melakukan pengendalian terhadap kegiatan yang menjadi wewenangnya.
Sesuai dengan urain diatas, laporan pertanggungjawaban haruslah dibuat
dengan tujuan memberikan informasi kepada manajer mengenai kinerja dan dapat
memotivasi manajer untuk melakukan tindakan perbaikan apabila ditentukan.
18
2.3 Definisi Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
(prestasi kinerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi
kinerja menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi (2005:16), yaitu :
Pengertian kinerja adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara ilegal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan etika dan moral.
Sedangkan menurut Mulyadi (2007:415), adalah sebagai berikut :
Pengertian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannnya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya .
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan
suatu alat yang dapat memungkinkan memperbaiki organisasi sehingga tujuan
suatu perusahaan dapat tercapai dan dapat terealisasikan. Dengan demikian
penilaian tentang kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan manajemen
untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan,
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dan karena organisasi pada
dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya
merupakan penilaian atas perilaku manusia, dalam melaksanakan yang mereka
mainkan dalam organisasi.
2.3.1 Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2007:416), Penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen
untuk :
19
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
3. Mengedentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distrisbusi penghargaan
2.3.2 Tahap-tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2007:416), Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua
tahap utama yaitu :
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci : 1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab. 2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja. 3. Pengukuran kinerja sesungguhnya. 4. Tahap Persiapan
2. Tahap penilaian Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci : 1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan. 2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya
dari yang ditetapkan dalam standar. 3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Menurut Gary Dessler (2009:241), tahap penilaian kinerja mencakup :
1. Setting Work Standards.
2. Assesing feed back to the employee with the aim of motivating that person
to eliminate deficiencies or continue to perform above far.
Berdasarkan pertanyaan tersebut, dapat disimpulkan tahap-tahap penilian
kinerja adalah sebagai berikut :
20
1. Menentukan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawaban berdasarkan yang ditetapkan sebelumnya.
2. Membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Menyediakan umpan balik untuk para manajer dengan tujuan memotivasi
agar lebih meningkatkan kinerjanya.
2.3.3 Ukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2007:434), terdapat tiga macam ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :
1. Ukuran kinerja tunggal (single criteria) Ukuran kinerja tunggal adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan.
2. Ukuran kriteria majemuk (multiple criteria) Ukuran kriteria majemuk adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan cendurung memusatkan usahanya pada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria yang lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan.
3. Ukuran kriteria beragam (composite criteria) Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran, dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. Kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan beragam kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini adalah agar manajer yanng diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
21
2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Syafri Mangkuprawira dan Aiada Vitayala (2007 : 155). Kinerja
merupakan suatu kontruksi multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya, faktor tersebut adalah :
1. Faktor Personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepecayaan diri,motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja.
3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesema anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.
4. Faktor teknologi, meliputi system kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal, seperti kebijakan pemerintah dan persaingan pasar
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa banyak faktor dan variabel yang
mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri, dan
juga dapat berasal dari luar atau faktor situasional. Disamping itu, kinerja
dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan individu.
2.3.5 Evaluasi Kinerja Manajer
Berdasarkan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa, evaluasi
kinerja masing-masing manajer harus dan hanya didasarkan pada pendapatan dan
biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer unit organisasi tersebut. Motivasi dari
seorang manajer dapat hilang ketika manajer tersebut diberikan penghargaan atau
hukuman atas tindakan yang berada diluar ruang lingkup pengendalian manajer
tersebut. Namun demikian seringkali pengendalian menjadi hal yang dapat dibagi
22
dan bukannya absolut atas tindakan tertentu. Hal tersebut harus menjadi perhatian
penting bagi manajemen puncak. Menentukan standar yang akan digunakan
sebagai dasar penilaian prestasi kerja dari manajemen menjadi hal yang sangat
krusial baik bagi manajemen puncak maupun manajer bawahan. Suatu standar
merupakan suatu bentuk antisipasi atas situasi dan kondisi tertentu dimasa yang
akan datang. Perancanaan standar yang efektif memerlukan kombinasi antara
pengalaman, penilaian dan kapasitas prediksi dari semua personel yang
mempunyai tanggungjawab untuk menentukan kebijakan harga dan kuantitas
produk. Data historis merupakan awal yang baik untuk menentukan standar
kinerja manajemen. Data tersebut harus diperbaharui sebagai bentuk antisipasi
atas perubahan teknologi, layout perencanaan, metode produksi yang baru
maupun produktifitas karyawan.
2.3.6 Penilaian Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Menurut Abdul Halim, Bambang Supono, dan Muhamad Syam K (2012:238)
Penilaian kinerja manajer dengan balanced scorecard akan dilakukan melalui
empat persfektif scorecard yang memberi keseimbangan antara tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dengan faktor
pendorong tercapainya hasil tersebut, dan antara ukuran objektif yang ketat
dengan ukuran subjektif yang lebih lunak, empat perspektif tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Perspsektif Keuangan Meskipun hasil riset dan fakta praktik menunjukan adanya kelemahan terhadap perhatian yang terlalu besar pada pengukuran finansial untuk mengembangkan perusahaan atau untuk memenangkan persaingan, balanced scorecard tetap menekankan pentingnya perspektif finansial karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan
23
konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Berbagai macam tujuan finansial berhubungan dengan pengukuran profitabilitas, misalnya operating income, return on capital employed atau economic value added. Sedangkan pengukuran finansial lainnya yang dapat dikembangkan adalah seperti pertumbuhan penjualan yang pesat yang dapat menghasilkan arus kas bagi perusahaan.
2. Perspektif Pelanggan Para manajer mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik, seperti kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akusisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar di segmen sasaran. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan utama di segmen sasaran. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan utama di segmen pasar tertentu merupakan faktor yang penting, karena hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk perpindah atau tetap loyal. Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis untuk mengartikulasikan (menerjemahkan, menjabarkan, dan mengkomunikasikan) strategi yang berorientasi kepada pelanggan dan pasar yang akan memberikan keuntungan finansial di masa depan yang lebih besar.
3. Perspektif Proses (Bisnis Internal) Dalam perspektif bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses bisnis internal yang penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk : - Memberikan proposisi nilai yang akan menarik dan mempertahankan
pelanggan dalam segmen pasar yang dituju. - Memenuhi tingkat keuntungan finansial yang diharapkan oleh para
pemegang saham. Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan mencapai tujuan finansial perusahaan. Perspektif proses bisnis internal BSC terdiri atas tujuan dan ukuran yang berorientasi pada inovasi jangka panjang, siklus operasi yang memiliki waktu jangka pendek, dan menyediakan jasa purna jual. Inovasi berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh manajer untuk melakukan penelitian pasar untuk mengidentifikasi ukuran pasar dan sifat alamiah pelanggan dan perilaku harga yang ditargetkan berkaitan dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Siklus operasi berkaitan dengan proses operasi, yaitu proses yang dimulai dengan penerimaan pesanan pelanggan sampai dengan penyelesaian pengiriman produk atau jasa ke pelanggan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif balanced scorecard yang keempat adalah pembelajaran dan pertumbuhan, mengidentifikasi insfrastruktur yang harus dibangun
24
perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari sumber daya manusia, sistem, dan prosedur dalam perusahaan. Tujuan finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal di BSC biasanya akan memperlihatkan adanya kesenjangan antara kapabilitas sumberdaya manusia, sistem, dan prosedur saat ini dengan apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang memuaskan dan penuh terobosan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Pada perusahaan yang relatif besar pada umumnya menetapkan pembagian
unit-unit organisasi dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab secara
jelas dan tegas. Semakin kompleksnya kegiatan suatu perusahaan menyebabkan
pimpinan tak lagi mampu memantau seluruh kegiatan perusahaan secara
langsung. Oleh karena itu, manajemen memerlukan suatu alat bantu pengendalian
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Untuk melakukan aktivitas
perusahaan diperlukan manajer yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu
yang telah menjadi tanggung jawabnya menurut struktur organisasi yang ada pada
perusahaan tersebut.
Manajer puncak memerlukan informasi yang penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya
tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Sarana akuntansi yang
memenuhi kebutuhan informasi tersebut dinamakan akuntansi
pertanggungjawaban.
25
Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi pertanggungjawaban,
antara lain dikemukakan oleh Hansen dan Mowen dalam Deny Arnos Kwary
(2009:229) adalah sebagai berikut :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan. Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan memengaruhi perilaku dalam cara tertentu sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut Mulyadi (2005:218) definisi akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan/ atau pendapatan yang dianggarkan.
Sehingga berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang membandingkan
rencana (anggaran) dengan tindakan (hasil sesungguhnya) dari setiap pusat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang dan/atau
suatu departemen dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Untuk kepentingan penilaian kinerja, laporan atas anggaran biaya dan
anggaran pendapatan digunakan sebagai alat yang dapat memberikan informasi
akuntansi. Dalam laporan anggaran ini dapat menentukan dan mengarahkan dalam
usaha meningkatkan laba perusahaan dan dalam upaya meningkatkan kinerja
perusahaan. Sistem pengukuran kinerja memiliki sasaran implementasi strategi.
26
Dalam menetapkan sistem pengukuran kinerja, manajemen puncak memiliki
serangkaian ukuran-ukuran yang menunjukan strategi perusahaan.
Peneliaian kinerja menurut Mulyadi (2007:419) adalah sebagai berikut :
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya .
Berdasarkan definisi tersebut diketahui bahwa penilaian kinerja dilakukan
untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan dapat meningkatkan kinerja
suatu perusahaan. Penilaian kinerja dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab kemudian di
tetapkan kriteria dan ukuran sebagai alat pembanding kinerja yang sesungguhnya
dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban dan
manajer yang bertanggung jawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat
pertanggungjawaban dan tolok ukur kinerjanya. Akuntansi pertanggungjawaban
merupakan suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan
kegiatan perusahaan dengan tujuan agar masing-masing unit organisasi dapat
mempertanggungjawabkan hasil kegiatan unit yang diawasinya. Setiap unit kerja
atau departemen yang diawasi oleh manajer lebih dikenal dengan pusat
pertanggungjawaban. Setiap pusat pertanggungjawaban memiliki batasan
wewenang yang jelas sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat mengenai
batasan wewenang di setiap bagian akuntansi pertanggungjawaban yang ada
dalam perusahaan sehingga akan memudahkan dilakukannya pengendalian biaya.
Pengendalian yang dijalankan manajemen ini merupakan bagian dari sistem
27
pengendalian manajemen yang dikembangkan untuk membantu manajemen
dalam mengendalikan kegiatan operasi perusahaan.
Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen dalam Deny
Arnos Kwary (2009:560) adalah sebagai berikut :
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu
segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Mulyadi (2005:389) definisi pusat pertanggungjawaban
adalah sebagai berikut :
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang bertanggungjawab. Secara umum kegiatan setiap pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan adalah mengolah masukan menjadi keluaran .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan
suatu unit dari organsisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab terhadap hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh unit tersebut.
Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan-laporan yang menerangkan
hasil dari aplikasi konsep akuntansi pertanggungjawaban yang memegang peranan
penting dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan pengawasan atas jalannya
operasi perusahaan. Laporan pertanggungjawaban merupakan ikhtisar hasil-hasil
yang dicapai oleh seorang manajer bidang pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya selama periode tertentu. Di dalam
pengumpulan atau pelaporan biaya, tiap bidang pertanggungjawaban harus
dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.
28
Laporan pertanggungjawaban harus dinyatakan dalam bentuk yang
sederhana. Jika laporan tersebut terlalu kompleks maka manajer akan mengalami
kesulitan dalam menganalisis kegiatan operasi perusahaan. Laporan
pertanggungjawaban harus menyajikan jumlah anggaran dan jumlah aktual dari
pendapatan dan biaya yang dapat dikendalikan. Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi harus menjadi perhatian yang penting. Komunikasi regular antara
penyaji laporan dengan pengguna laporan pertanggungjawaban harus selalu
dilakukan untuk memastikan relevansi dari informasi yang disajikan tersebut.
Lebih lanjut, laporan pertanggungjawaban harus diterbitkan dengan dasar waktu
yang tepat.
Di dalam penyajian laporan pertanggungjawaban selisih yang terjadi antara
aktual dengan anggaran harus dianalisis dan diselidiki sebab terjadinya Secara
umum, tujuan dari laporan pertanggungjawaban adalah untuk memberikan
informasi kepada para pimpinan tentang hasil-hasil pelaksanaan suatu pekerjaan
yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya dan memberikan motivasi kepada
manajer untuk mengambil satu tindakan dalam upaya meningkatkan hasil.
Dengan melihat latar belakang yang telah disampaikan, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan akuntansi
pertanggungjawaban terhadap evaluasi kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat dilihat dalam
bagan berikut:
29
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Syarat-syarat: 1. Struktur organisasi. 2. Anggaran. 3. Penggolongan biaya. 4. Pengklasifikasian kode-kode rekening 5. Sistem laporan.
Akuntansi Pertanggujawaban
Keputusan Manajer
Evaluasi Kinerja Manajer 1. Keuangan. 2. Pelanggan. 3. Proses Bisnis Internal 4. Pembelajaran dan Pertumbuhan
30