Jefri Muchlasin - Pendahuluan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Jefri Muchlasin - Pendahuluan

    1/3

    KAJIAN FIQIH: FIQIH SEBAGAI SUMBER ILMU

    Islam adalah agama sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada umat

    Muhammad SAW dengan kitab suci Al-Quran sebagai pedoman dalam kehidupan dan

    juga Hadits yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Sejakditurunkannya islam merupakan agama yang sangat toleran, bebas tapi berbatas,

    menghargai perbedaan, telah mengagungkan wanita sejak dulu pada awal diturunkannya.

    Islam pada masa keemasannya berkembang dengan sangat pesat tidak hanya ilmu-

    ilmu sosial melainkan juga ilmu-ilmu alam, maka tidak jarang orang-orang barat belajar

    kepada ilmuan-ilmuan muslim, seperti: Ibnu Rusdy (Avvereouse), Ibnu Sina (Avvicenna),

    Imam Ghazali, Al-Kindi (Guru dari Aristoteles) dll.

    Namun, dengan peradaban barat saat ini semenjak barat memasuki zaman

    reneisanse (masa pencerahan) barat menjadi kiblat ilmu-ilmu alam dan teknologi, bahkanpandangan hidup mereka pun tentang ilmu hanya sebatas ilmu dan menghilangkanruh

    dalam ilmu tersebut, serta menganggap bahwa filsafat merupakan sumber segala ilmu.

    Akan tetapi pada hakekatnya tidak demikian.

    Allah SWT telah memberikan salah satu pemberian yang amat luar biasa bagi kita

    manusia, yaitu logika dan nalar. Dan kita diwajibkan untuk mempergunakan logika dan

    nalar sebagai wujud iman kita kepada Allah dalam mengarungi hidup.

    Namun logika dan nalar tidak harus selalu digunakan, khususnya dalam urusan

    ibadah yang bersifat ritual dan ta'abbudi. Ada beberapa jenis ibadah yang secara nalarlogika kurang masuk akal. Dan tidak sedikit orang awam yang terjebak dengan logika dan

    nalar, yang digunakan bukan pada tempatnya. ibadah ritual yang sama sekali tidak

    menggunakan logika dan nalar. Istilahnyata'abbudidan bukanta'aqquli.

    Fiqih merupakan sumber segala ilmu yang ada saat ini sebagaimana yang

    diungkapkan oleh Oliver Leaman, Ph.D.1mengapa demikian? Karena meskipun didalam

    fiqh dipelajari tentang tharahah, ibadah dll, terdapat juga didalamnya mengenai hal-hal

    iqtishadiyah (ekonomi), siyasah (politik), warisan dsb. Oleh karena itu dalam fiqih Logika

    dan Nalar tak selama harus diserasikan dengan Ibadah.

    A.Pengertian

    Fiqh merupakanmasdardari bahasa arab --artinya--

    artinyato teach, instruct, educate, school, tutor.Didalam bahasa Indonesia artinya

    mengajar, menginstruksikan, mengajarkan, memahami2orang yang mendalami ilmu fiqih

    1Oliver Leaman merupakan professor dibidang ilmu filsafat yang menyelesaikan studi Doktoral di Cambridge Univesitypada tahun 1979, dan salah satu karangan beliau yang menjadi referensi kajian dalam filsafat islam adalah History of

    Islamic Philosophy yang diterbitkan outledge pada tahun 199!"

  • 7/23/2019 Jefri Muchlasin - Pendahuluan

    2/3

    atau ism fail (pelaku) disebut dengan faqih. Dan secara etimologi adalah pemahaman

    yang mendalam yang membutuhkan pengerahan potensi akal3.

    Dan sedangkan pengertian ilmu fiqih secaraterminologiadalah ilmu yang berkaitan

    dengan hukum syara tentang perbuatan manusia yang diperoleh melalu dalil-dalilnya

    yang terperinci (tafshiliyah)4atauhimpunan hukum syara tentang perbuatan manusia

    (amaliyah)yang diambil dari dalil-dalil yangterperinci.Dalam hal ini fiqih memiliki dua

    tendensi yaitu sebagaiilmu yang menjelaskan hukumdan yang kedua adalahhukum.

    B.Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Fiqih

    Sebagaimana pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa didalam fiqih terdapat 2

    hal yang pertama, ibadah ataumuamalah maallahdan yang kedua, muamalat atau

    muamalah maa-l-khalqi,semua kegiatan tersebut harus kita ketahui hukum-hukumnya dan

    juga cara-caranya berdasarkan ajaran-ajaran agama islam.

    Didalam agama islam terdapat perintah dan larangan, oleh karena itu maka dalam

    pembagiannya terbagi menjadi 5 bagian, yaitu sebagai berikut:

    1.Wajib, artinya musti atau tidak boleh tidak, atau harus dikerjakan;

    2.Sunah, artinya jalan, sesuatu yang bisa dikerjakan atau apabila dikerjakan

    mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa;

    3.Haram, artinya angker, atau larangan atau pantangan;

    4.Makruh, artinya hal yang tidak disukai atau sesuatu yang apabila ditinggalkan kita

    mendapatkan pahal dan apabila dikerjakan kita tidak dipersalahkan;

    5.Mubah, artinya diperbolehkan atau tidak ada larangan, atau sesuatu yang boleh

    dikerjakan atau ditinggalkan.

    Dalam hukum wajib terdapat hal-hal yang harus dikerjakan sendiri atau setiap orang.

    Wajib ainatauFardhu Ain,misl: Shalat, Puasa dsb. Dan yang kedua adalahWajib Kifayah.

    Begitu pula pada sunah yaitusunah aindansunah kifayah.

    Dalam peribadatan terdapat pulaSAH dan BATAL-------SYARAT dan RUKUNdalam

    ibadah telah ditentukan bagian-bagian pokok yang wajib dikerjakan dan telah ditentukan

    pula syarat-syarat mengerjakannya. Maka bagian-bagian yang pokok itu disebutRukun.

    Maka,sebuah peribadatan atau pekerjaan yang telah mencakupi syarat dan rukunnya

    dinamakan dengansah atau shahih.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

    2Dr" ohi #aalba$i, Kamus al-Mawaridh, Darul %lm al&'alayiin, hlm" ()1"

    3*+" t&-hahaa. /7&/(" Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku.

    4bdul 0ahab holaf, %lmu Ushulul l&2i$h, 'aktabah Dak3ah %slamiyah +yabab l&4har, 195!"

  • 7/23/2019 Jefri Muchlasin - Pendahuluan

    3/3

    Sah artinya Cukup syarat dan rukunnya betul.

    Batal artinya Tidak cukup syarat dan rukunya.

    Syarat (Janji) artinya bagian dalam mengerjakan sesuatu namun ia bukan bagian

    dari pekerjaan tersebut, contohnya:Wudhu (merupakan syarat syahnya sholat).

    Rukun artinyaTiang atau bagian yang pokok. Contohnya; membacaallahu akbar

    (takbiratul ihram)yang menjadi rukun sholat.

    Orang yang harus menjalankan perintah dan tuntutan agama disebut denganMukallaf

    yaitu:

    Baligh, artinya telah cukup umur;

    Berakal, artinya tidak gila atau tidak berubah otaknya;

    Telah mendengarkan seruan agama.