23
Lola Nurhidayaty Sayyidah Muflihah Ahmad Ray Fuad Zeins Lala Yunita

Jil&syi'ah

Embed Size (px)

Citation preview

Lola Nurhidayaty

Sayyidah Muflihah

Ahmad Ray Fuad ZeinsLala Yunita

Jaringan Islam Liberal

& Syi’ah

JIL

Misi

Landasan

Ciri-Ciri

Akar Liberalisme

Agenda & Gagasan

Inkubator

Misi JIL

Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yangliberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang merekaanut, serta menyebarkannya kepada khalayakluas.

Kedua, mengusahakan ruang dialog terbuka yangbebas dari tekanan konservatisme. Mereka yakin,terbukanya ruang dialog akan memekarkanpemikiran dan gerakan Islam yang sehat.

Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosialdan politik yang adil dan manusiawi.

1. Membuka pintu ijtihad pada semua

dimensi Islam

2. Mengutamakan semangat religio

etik, bukan makna literal teks

3. Mempercayai kebenaran yang

relatif, terbuka dan plural

4. Memihak pada yang minoritas dan

tertindas

5. Meyakini kebebasan beragama

6. Memisahkan otoritas duniawi dan

Landasan JIL

Ciri-Ciri JIL

1. Kritis terhadap budaya keagamaan di

Indonesia yang cenderung sarat

kepentingan, tunduk pada etos

konsumerisme, menopang tatanan yang

ada, atau malahan mengambil keuntungan

darinya. Kesadaran kritis diperlukan dalam

rangka membebaskan Tuhan dan agama-

Nya dari lanskap pertarungan kekuasaan

politik dan ekonomi yang menjinakkan dan

menundukkan Tuhan, agama, dan umat

kepada kehendak pemegang dan yang ingin

menjadi pemegang kekuasaan.

2. Memberi dan mendatangkan energi;

membebaskan Tuhan dari tradisi

keagamaan yang statis dan terkooptasi

diperlukan supaya Tuhan dan agama-Nya

dapat kembali menjadi sumber energi yang

memungkinkan umat bergerak maju menuju

zaman dan situasi yang lebih baik. Kalau

hanya menyalahkan dan mengkritik realitas

sosial-keagamaan yan ada, berarti Islam

liberal telah mandul, tak kuasa

membuahkan harapan dan arah baru

menuju masa depan yang ditandai dengan

tatanan sosial yang egaliter dan

berkeadilan.

3. Menciptakan; kemampuan mengidentifikasi

masalah, isu, dan keprihatinan yang

melanda kelangsungan hidup umat manusia

dan terlibat aktif menemukan jawaban

terhadapnya. Kemudian, jawaban tersebut

diterapkan dengan kreatif untuk mencapai

hasil seoptimal mungkin tetapi tetap

diperlukan sebagai sesuatu yang tentatif.

Hasil itu dianggap tentatif karena dapat

diujikan dan ditinjau kembali sehingga,

dengan demikian, menjadi awal siklus

penciptaan selanjutnya.

4. Menyembuhkan kekuatan spiritual yang

bersumber dari komitmen dan kegairahan

terhadap risalah dan nubuat agama.

Kekuatan spiritual ini mengarahkan Islam

liberal kepada pihak dan golongan yang lain

dari mereka. Sudah tentu, kesadaran

menyembuhkan ini tidak selaras dengan

rasa benci dan bermusuhan di kalangan

berbagai kelompok masyarakat yang

berbeda agama, kelas sosial, dan latar

belakang lainnya. Kesadaran inilah yang

menempatkan Islam liberal pada tempat

publik yang sama dengan siapa pun, yang

dengan nilai sinergi dan

India, muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (lahir 1817)yang membujuk kaum muslimin agar mengambilkebijakan bekerja sama dengan penjajah Inggris.Pada tahun 1877 ia membuka suatu kolese yangkemudian menjadi Universitas Aligarh (1920).Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku TheSpirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilailiberal yang dipuja di Inggris pada masa Ratu Victoria.Amir Ali memandang bahwa Nabi MuhammadShallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Pelopor AgungRasionalisme.

Mesir, muncul M. Abduh (1849-1905) yang banyak

mengadopsi pemikiran Mu’tazilah dan berusaha

menafsirkan Islam dengan cara yang bebas dari pengaruh

salaf.

Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kaki tangan Eropa

dan pelopor emansipasi wanita, penulis buku Tahrir al-

Mar’ah.

Lalu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966) yang mendobrak

sistem khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi

politik karena Muhammad hanya pemimpin agama.

Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-

1997) yang mengatakan bahwa yang dikehendaki oleh al-

Qur’an hanyalah sistem demokrasi, bukan yang lain.

Al-Jazair, muncul Muhammad Arkoun (lahir1928) yang menetap di Perancis, ia menggagastafsir al-Qur’an model baru yang didasarkan padaberbagai disiplin Barat seperti dalam lapangansemiotika (ilmu tentang fenomenatanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinyaia ingin menelaah Islam berdasarkan ilmu-ilmupengetahuan Barat modern. Dan inginmempersatukan keanekaragaman pemikiranIslam dengan keanekaragaman pemikiran di luarIslam.

Pakistan, muncul Fazlur Rahman (lahir1919) yang menetap di Amerika danmenjadi guru besar di UniversitasChicago. Ia menggagas tafsirkonstekstual, satu-satunya model tafsiryang adil dan terbaik menurutnya. Iamengatakan al-Qur’an itu mengandungdua aspek: legal spesifik dan ideal moral,yang dituju oleh al-Qur’an adalah idealmoralnya karena itu ia yang lebih pantasuntuk diterapkan.

Indonesia, muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur

Rahman di Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal

bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan

Abdurrahman Wachid. Nurcholis Madjid telah memulai

gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu

ia telah menyuarakan pluralisme agama dengan

menyatakan:

“Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham

kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan

pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang

universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya

merupakan inti setiap agama.” Lalu sekarang muncul apa yang

disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menghasung ide-

ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang

cocok dengan pikirannya.

Agenda & Gagasan JIL

Luthfi Asy-Syaukani

Pertama : Agenda politik.Menurutnya urusan negaraadalah murni urusandunia, sistem kerajaan danparlementer (demokrasi) samasaja.

Kedua : Mengangkat kehidupanantara agama. Menurutnya perlupencarian teologi pluralismemengingat semakin majemuknyakehidupan bermasyarakat dinegeri-negeri Islam.

Ketiga : Emansipasi wanita.Keempat: Kebebasan berpendapat

(secara mutlak).

Gagasan Islam Liberal di Indonesia oleh Greg

Bertan

1. Pentingnya kontekstualisasi ijtihad

2. Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan

3. Penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama

4. Permisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara

Yang dimaksud dengan inkubator Ciputat ini adalah IAIN Syarif Hidayatullah yangkini menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Embrio pemikir-pemikir liberal Ciputat identik dengan HMI (KAHMI) yang dimotori olehNurkholish Madjid era 70-an, terus berlanjut ke era 80-an, setelah bergelar Doktordari Chicago bersama inkubator Paramadina yang didirikannya tahun 1986, selaindi program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah ini.

Embrio-embrio yang lain pada era 80-an hingga 90-an bergabung dalam wadahdiskusi yang bernama FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat). Tokoh-tokohFORMACI antara lain: Budi Munawar Rachman, Saiful Muzani, Ihsan AliFauzi, Ahmad Sahal, Fachri Ali, dan sebagainya.

Sementara yang menjadi grand master dari pemuda-pemuda yang liberal ini adalahRektor IAIN sendiri yaitu Prof. Harun Nasution, Mu’tazilah-nya Indonesia, kaderterkemuka Mc. Gill University, Canada. Dan yang menjadi Founding Fathers-nyaadalah Prof. Munawir Sadjzali, mantan Menteri Agama RI era Soeharto, yangberperan dalam melakukan pertukaran dosen dan pengiriman Mahasiswa/DosenIAIN ke negara-negara Barat, khususnya ke Mc. Gill University di Canada. Padamasanya saja (1983-1993) lebih dari 200 dosen belajar Islam ke Barat.

Selanjutnya pada tahun-tahun 90-an, doktor-doktor baru pulang dari Amerika, Eropadan sedikit dari Timur Tengah seperti Azumardi Azra (mantan RektorUIN), Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina/rektor UIN), Kautsar AzhariNoer (Paramadina), Bachtiar Effendy (PP Muhammadiyah), Sa’id Aqil al-Munawwar (Menag), Said Aqiel Siradj (PBNU), dll. Orang-orang baru inisemakin menguatkan barisan Ciputat.

Tepatnya inkubator ini terletak di desa Sapen di komplek IAIN SUKA (Sunan Kalijaga)

dengan Rektornya Prof. Mukhti Ali yang pernah menjadi Menteri Agama. Mukhti Ali

merupakan seorang tokoh pendiri gerakan antar agama di Indonesia, dengan

mendirikan jurusan perbandingan agama dalam Fakultas Ushuluddin IAIN. Mukhti Ali

juga memiliki kelompok diskusi yang dikenal dengan Limited Groups Discussion, yang

beranggotakan: Djohan Effendy, Masdar F. Mas’udi, Ahmad Wahib, M. Dawam

Raharjo, M. Amien Rais, Kuntowijoyo, Syafi’i Ma’arif, dll.

Kemudian alumni-alumni tersebut aktif di LSM-LSM di Jakarta, Masdar di LP3M dan kini

menggantikan posisi Hasyim Muzadi di PBNU, Dawam pernah di LP3ES, LESFI dan

pernah menjadi Rektor UNISMA Bekasi, sementara Djohan pernah di Litbang Depag,

penah menjadi Mensesneg era Gus Dur dan sekarang menjadi Ketua di Indonesian

Conference Religion and Peace (ICRP) (Dia anggota aliran sesat Ahmadiyyah), sementara

Syafi’i kini menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyyah dan Pendiri Ma’arif Institute

yang menjadi inkubator bagi virus JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyyah).

Sejak 2002 inkubator Sapen dipimpin oleh Prof. Amin Abdullah (Ketua Majlis Tarjih PP

Muhammadiyyah) dan didukung oleh Abdul Munir Mulkhan (Ketua Program Studi

Agama dan Filsafat PPs IAIN, Sosiolog),Musa Asy’arie (Derektur PPs IAIN SUKA), dll.

Syi’ah

Dasar Syi’ah

Formasi Syi’ah

Para Imam

Teologi

Fiqh Syi’ah

Makna Syi’ah

MAKNA Syi’ahArti “Syî’ah” secara etimologi adalah cinta, penolong, pengikut dan arti lain yangsepadan, yaitu kata yang berarti memalingkan pikiran seseorang pada faham tertentu.Sama dengan arti kata “Hizb” sekarang yang berarti kelompok/golongan/sekte.

Dalam kitab Mufradat Al-Qur’an, kata syî’ah terdapat pada suku kata “Syaya’a” yang berartipenolong dan pendukung, seperti dikatakan “Syaya’a al-Khabar” artinya berita telahtersebar luas. Kata “Syî’ah” berarti orang yang mendapat dukungan orang lain. Dapatdikatakan “Syî’ah, Syî’a, Asya,” antara lain firman Allah:

“Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan Nuh.”

“…Yang seorang dari golongan Bani Israil dan seorang lagi dari musuhnya (Kaum Fir’aun).”

Ibn Mandzur mendefinisikan Syi’ah sebagai sekelompok orang yang menyepakati sesuatudan sama-sama meyakini keyakinan-keyakinan tertentu.

Syi’ah, menurut ahli bahasa az-Zajaj, adalah pengikut dan pendukung setia seseorang.

Al-Azhari mendefinisikan Syi’ah sebagai orang-orang yang mengikuti Ahlulbait Nabi Saw.

Sebutan Syiah menjadi label para pengikut Ali and Ahlul Baitnya. sehingga “bila seseorangdisebut Syiah, itu berarti dia adalah satu dari mereka, yaitu seorang penganut madzhabSyiah. Sebutan Syiah ini berasal dari musyaiyah, yang artinya kesetiaan.

Dalam kamus Mujam al-Wasit, Syiah didiefinisikan seabgai sebuah madzhab, sebuahkelompok, para pendukung atau pengikut yang dikenal sebagai Syiah-nya seseorang, parapengikutnya.

Imamah dan khilafah adalah asas terpenting bagigolongan Syi’ah dan dianggap sebagai pembeda antaraSyi’ah dan golongan lainnya. Ada empat hal pokokyang berkaitan erat dengan masalah imamah dankhilafah, yaitu:

1. at-ta’yîn wa at-tanshîsh (penentuan dan penunjukkan),

2. ‘ishmah (keterjagaan dari perbuatan dosa),

3. al-mahdiyyah wa ar-raj’iyyah (kebangkitan dankebebasan dari api neraka),

4. at-ta’qiyah (menyembunyikan kesyi’ahan seseorang).

Formasi Syi’ah

Menurut Hasyim al-Musawi, Ali diakui sebagai orang yang paling memenuhi syarat untukmenjadi penerus kepemimpinan Nabi Saw. oleh orang-orang yang hadir dalam pertemuan Saqifahdan juga oleh orang-orang yang tidak ikut dalam pertemuan itu. Ketika sahabat-sahbat dari kalanganAnshar dan Muhajirin yang hadir di rumah Nabi Saw. mendengar hasil pertemuan Saqifah, merekapun keluar meninggalkan rumah Nabi Saw. Kepada mereka al-Fadhil bin al-Abbas mengatakan:

Kaum Quraisy (sukunya Nabi Saw.) tidak mungkin mendpatkan kekhalifahan dengan cara-cara curang.Kekhalifahan adalah hak ekslusif kami, dan orang kami (yaitu Ali bin Abi Thalib) lebih berhak untuk menjadikhalifah dibadnding orang Quraisy manapun.

Begitulah kelaharian kelompok Syi’ah yang mendukung Ali, sementara tuntutan akankepemimpinan Ali dilontarkan untuk kali pertama pada hari wafatnya Nabi Saw. Peristiwa ini jugamengisyararatkan kelahiran Syi’ah doktrinal dan politis sebagai sebuah kelompok. Sejarahmeriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang disetujui oleh masyarakat Islam di waktu itu menjadipengganti atau Khalifah Nabi dalam mengepalai Negara mereka. Kemudian Abu Bakar digantikanoleh Umar ibn al-Khaththab dan Umar oleh Utsman ibn Affan.

Menurut Hasyim al-Musawi, bila gerakan dan keyakinan Syi’ah pada tahap itu dikaji dengansaksama, maka terlihat Syi’ahmemajukan dua keyakinan prinsipil.”

1. Keyakinan bahwa Ali memiliki hak tak terpungkiri untuk menjadi khalifah dan pemimpin, danbahwa setiap orang berkewajiban berbaiat kepadanya.

2. Keyakinan bahwa penerapan perintah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah sebuah keharusan.

Dua prinsip ini membentuk fondasi keyakinan dan ajaran Syi’ah di sepanjang sejarah.

Para

Imam

Syi’ah 1. Imam Ali ra

2. Imam Hasan as

3. Imam Husain as

4. Imam Ali bin Husain

5. ImamMuhammad Baqir as

6. Imam Ja’far ash-Shadiq as

7. ImamMusa al-Kazim as

8. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as

9. ImamMuhammad at-Taqi al-Jawad as

10. Imam Ali an-Naqi al-Hadi as

11. Imam Hasan al-Askari

12. ImamMahdi

Teologi Syi’ah

Lima prinsip agama atau suhuluddin sebagaimanadinyatakan oleh Islam Syi’ah Imamiah mencakup:

1. Tauhid, yakni kepercayaan kepada Keesaan Ilahi.

2. Nubuwat, yakni kenabian; Ma’ad, yakni kehidupanakhirat.

3. Imamah atau keimaman, yakni percaya adanya Imam-imam sebagai pengganti nabi;

4. Adil atau keadilan Ilahi.

Fiqih Syi’ahFiqih Syi’ah sebenarnya berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits, serta memiliki orientasi

yang mirip dengan fiqih Sunni. Adanya prasangka buruk terhadap golongan lain sangatmemengaruhi pemikiran fiqih Syi’ah. Ada beberapa aspek yang membedakan antara fiqihSyi’ah dan fiqih Sunni, yaitu pertama, Syi’ah menolak keras ushûl dan furû’ Sunni yangbertentangan dengan pemikiran-pemikiran mereka. Untuk itu, mereka menetapkan ushûl danfurûr’ sendiri yang sesuai dengan akidah Syi’ah, dan tidak mau menggunakan ijma’ (consensusulama) dan qiyâs (analogi) yang lazim digunakan dalam fiqih Sunni. Menurut mereka,penggunaan ijma’ berarti mengharuskan Syi’ah mengakui pendapat para sahabat dan paratabi’in yang bukan dari kalangan Syi’ah. Sedangkan penggunaan qiyâs tabi’in yang bukan darikalangan Syi’ah. Sedangkan penggunaan qiyâs dianggap bertentangan dengan dasar pemikiranSyi’ah yang menegaskan bahwa agama tidak bersumber dari akal, tetapi berasal dari ajaranAllah, rasul-Nya, dan para imam yang ma’shûm. Kedua, mereka hanya mau mengakui haditsatau pendapat yang berasal dari para imam Syi’ah, ulama Syi’ah, dan periwayat Syi’ah. Dalammenafsirkan Al-Qur’an diharuskan dengan penafsiran yang sesuai dengan prinsip-prinsipakidah Syi’ah. Sikap seperti ini jelas mempersempit keluwesan dan keluasan syariat Islam.

Dua dasar fiqih Syi’ah di atas menyebabkan fiqih Syi’ah berbeda dengan fiqih Sunni dalambeberapa masalah penting. Perbedaan itu antara lain: a). Mereka memperbolehkan nikahmut’ah (kontrak). b). Mereka mengingkari pendapat tentang ‘aul dalam pembagian hukumwaris, karena ide tersebut dicetuskan oleh Umar.