Upload
lola-nurhidayaty
View
278
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Misi JIL
Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yangliberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang merekaanut, serta menyebarkannya kepada khalayakluas.
Kedua, mengusahakan ruang dialog terbuka yangbebas dari tekanan konservatisme. Mereka yakin,terbukanya ruang dialog akan memekarkanpemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosialdan politik yang adil dan manusiawi.
1. Membuka pintu ijtihad pada semua
dimensi Islam
2. Mengutamakan semangat religio
etik, bukan makna literal teks
3. Mempercayai kebenaran yang
relatif, terbuka dan plural
4. Memihak pada yang minoritas dan
tertindas
5. Meyakini kebebasan beragama
6. Memisahkan otoritas duniawi dan
Landasan JIL
Ciri-Ciri JIL
1. Kritis terhadap budaya keagamaan di
Indonesia yang cenderung sarat
kepentingan, tunduk pada etos
konsumerisme, menopang tatanan yang
ada, atau malahan mengambil keuntungan
darinya. Kesadaran kritis diperlukan dalam
rangka membebaskan Tuhan dan agama-
Nya dari lanskap pertarungan kekuasaan
politik dan ekonomi yang menjinakkan dan
menundukkan Tuhan, agama, dan umat
kepada kehendak pemegang dan yang ingin
menjadi pemegang kekuasaan.
2. Memberi dan mendatangkan energi;
membebaskan Tuhan dari tradisi
keagamaan yang statis dan terkooptasi
diperlukan supaya Tuhan dan agama-Nya
dapat kembali menjadi sumber energi yang
memungkinkan umat bergerak maju menuju
zaman dan situasi yang lebih baik. Kalau
hanya menyalahkan dan mengkritik realitas
sosial-keagamaan yan ada, berarti Islam
liberal telah mandul, tak kuasa
membuahkan harapan dan arah baru
menuju masa depan yang ditandai dengan
tatanan sosial yang egaliter dan
berkeadilan.
3. Menciptakan; kemampuan mengidentifikasi
masalah, isu, dan keprihatinan yang
melanda kelangsungan hidup umat manusia
dan terlibat aktif menemukan jawaban
terhadapnya. Kemudian, jawaban tersebut
diterapkan dengan kreatif untuk mencapai
hasil seoptimal mungkin tetapi tetap
diperlukan sebagai sesuatu yang tentatif.
Hasil itu dianggap tentatif karena dapat
diujikan dan ditinjau kembali sehingga,
dengan demikian, menjadi awal siklus
penciptaan selanjutnya.
4. Menyembuhkan kekuatan spiritual yang
bersumber dari komitmen dan kegairahan
terhadap risalah dan nubuat agama.
Kekuatan spiritual ini mengarahkan Islam
liberal kepada pihak dan golongan yang lain
dari mereka. Sudah tentu, kesadaran
menyembuhkan ini tidak selaras dengan
rasa benci dan bermusuhan di kalangan
berbagai kelompok masyarakat yang
berbeda agama, kelas sosial, dan latar
belakang lainnya. Kesadaran inilah yang
menempatkan Islam liberal pada tempat
publik yang sama dengan siapa pun, yang
dengan nilai sinergi dan
India, muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (lahir 1817)yang membujuk kaum muslimin agar mengambilkebijakan bekerja sama dengan penjajah Inggris.Pada tahun 1877 ia membuka suatu kolese yangkemudian menjadi Universitas Aligarh (1920).Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku TheSpirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilailiberal yang dipuja di Inggris pada masa Ratu Victoria.Amir Ali memandang bahwa Nabi MuhammadShallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Pelopor AgungRasionalisme.
Mesir, muncul M. Abduh (1849-1905) yang banyak
mengadopsi pemikiran Mu’tazilah dan berusaha
menafsirkan Islam dengan cara yang bebas dari pengaruh
salaf.
Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kaki tangan Eropa
dan pelopor emansipasi wanita, penulis buku Tahrir al-
Mar’ah.
Lalu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966) yang mendobrak
sistem khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi
politik karena Muhammad hanya pemimpin agama.
Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-
1997) yang mengatakan bahwa yang dikehendaki oleh al-
Qur’an hanyalah sistem demokrasi, bukan yang lain.
Al-Jazair, muncul Muhammad Arkoun (lahir1928) yang menetap di Perancis, ia menggagastafsir al-Qur’an model baru yang didasarkan padaberbagai disiplin Barat seperti dalam lapangansemiotika (ilmu tentang fenomenatanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinyaia ingin menelaah Islam berdasarkan ilmu-ilmupengetahuan Barat modern. Dan inginmempersatukan keanekaragaman pemikiranIslam dengan keanekaragaman pemikiran di luarIslam.
Pakistan, muncul Fazlur Rahman (lahir1919) yang menetap di Amerika danmenjadi guru besar di UniversitasChicago. Ia menggagas tafsirkonstekstual, satu-satunya model tafsiryang adil dan terbaik menurutnya. Iamengatakan al-Qur’an itu mengandungdua aspek: legal spesifik dan ideal moral,yang dituju oleh al-Qur’an adalah idealmoralnya karena itu ia yang lebih pantasuntuk diterapkan.
Indonesia, muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur
Rahman di Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal
bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan
Abdurrahman Wachid. Nurcholis Madjid telah memulai
gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu
ia telah menyuarakan pluralisme agama dengan
menyatakan:
“Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham
kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan
pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang
universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya
merupakan inti setiap agama.” Lalu sekarang muncul apa yang
disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menghasung ide-
ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang
cocok dengan pikirannya.
Agenda & Gagasan JIL
Luthfi Asy-Syaukani
Pertama : Agenda politik.Menurutnya urusan negaraadalah murni urusandunia, sistem kerajaan danparlementer (demokrasi) samasaja.
Kedua : Mengangkat kehidupanantara agama. Menurutnya perlupencarian teologi pluralismemengingat semakin majemuknyakehidupan bermasyarakat dinegeri-negeri Islam.
Ketiga : Emansipasi wanita.Keempat: Kebebasan berpendapat
(secara mutlak).
Gagasan Islam Liberal di Indonesia oleh Greg
Bertan
1. Pentingnya kontekstualisasi ijtihad
2. Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
3. Penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama
4. Permisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara
Yang dimaksud dengan inkubator Ciputat ini adalah IAIN Syarif Hidayatullah yangkini menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Embrio pemikir-pemikir liberal Ciputat identik dengan HMI (KAHMI) yang dimotori olehNurkholish Madjid era 70-an, terus berlanjut ke era 80-an, setelah bergelar Doktordari Chicago bersama inkubator Paramadina yang didirikannya tahun 1986, selaindi program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah ini.
Embrio-embrio yang lain pada era 80-an hingga 90-an bergabung dalam wadahdiskusi yang bernama FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat). Tokoh-tokohFORMACI antara lain: Budi Munawar Rachman, Saiful Muzani, Ihsan AliFauzi, Ahmad Sahal, Fachri Ali, dan sebagainya.
Sementara yang menjadi grand master dari pemuda-pemuda yang liberal ini adalahRektor IAIN sendiri yaitu Prof. Harun Nasution, Mu’tazilah-nya Indonesia, kaderterkemuka Mc. Gill University, Canada. Dan yang menjadi Founding Fathers-nyaadalah Prof. Munawir Sadjzali, mantan Menteri Agama RI era Soeharto, yangberperan dalam melakukan pertukaran dosen dan pengiriman Mahasiswa/DosenIAIN ke negara-negara Barat, khususnya ke Mc. Gill University di Canada. Padamasanya saja (1983-1993) lebih dari 200 dosen belajar Islam ke Barat.
Selanjutnya pada tahun-tahun 90-an, doktor-doktor baru pulang dari Amerika, Eropadan sedikit dari Timur Tengah seperti Azumardi Azra (mantan RektorUIN), Komaruddin Hidayat (Yayasan Paramadina/rektor UIN), Kautsar AzhariNoer (Paramadina), Bachtiar Effendy (PP Muhammadiyah), Sa’id Aqil al-Munawwar (Menag), Said Aqiel Siradj (PBNU), dll. Orang-orang baru inisemakin menguatkan barisan Ciputat.
Tepatnya inkubator ini terletak di desa Sapen di komplek IAIN SUKA (Sunan Kalijaga)
dengan Rektornya Prof. Mukhti Ali yang pernah menjadi Menteri Agama. Mukhti Ali
merupakan seorang tokoh pendiri gerakan antar agama di Indonesia, dengan
mendirikan jurusan perbandingan agama dalam Fakultas Ushuluddin IAIN. Mukhti Ali
juga memiliki kelompok diskusi yang dikenal dengan Limited Groups Discussion, yang
beranggotakan: Djohan Effendy, Masdar F. Mas’udi, Ahmad Wahib, M. Dawam
Raharjo, M. Amien Rais, Kuntowijoyo, Syafi’i Ma’arif, dll.
Kemudian alumni-alumni tersebut aktif di LSM-LSM di Jakarta, Masdar di LP3M dan kini
menggantikan posisi Hasyim Muzadi di PBNU, Dawam pernah di LP3ES, LESFI dan
pernah menjadi Rektor UNISMA Bekasi, sementara Djohan pernah di Litbang Depag,
penah menjadi Mensesneg era Gus Dur dan sekarang menjadi Ketua di Indonesian
Conference Religion and Peace (ICRP) (Dia anggota aliran sesat Ahmadiyyah), sementara
Syafi’i kini menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyyah dan Pendiri Ma’arif Institute
yang menjadi inkubator bagi virus JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyyah).
Sejak 2002 inkubator Sapen dipimpin oleh Prof. Amin Abdullah (Ketua Majlis Tarjih PP
Muhammadiyyah) dan didukung oleh Abdul Munir Mulkhan (Ketua Program Studi
Agama dan Filsafat PPs IAIN, Sosiolog),Musa Asy’arie (Derektur PPs IAIN SUKA), dll.
MAKNA Syi’ahArti “Syî’ah” secara etimologi adalah cinta, penolong, pengikut dan arti lain yangsepadan, yaitu kata yang berarti memalingkan pikiran seseorang pada faham tertentu.Sama dengan arti kata “Hizb” sekarang yang berarti kelompok/golongan/sekte.
Dalam kitab Mufradat Al-Qur’an, kata syî’ah terdapat pada suku kata “Syaya’a” yang berartipenolong dan pendukung, seperti dikatakan “Syaya’a al-Khabar” artinya berita telahtersebar luas. Kata “Syî’ah” berarti orang yang mendapat dukungan orang lain. Dapatdikatakan “Syî’ah, Syî’a, Asya,” antara lain firman Allah:
“Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan Nuh.”
“…Yang seorang dari golongan Bani Israil dan seorang lagi dari musuhnya (Kaum Fir’aun).”
Ibn Mandzur mendefinisikan Syi’ah sebagai sekelompok orang yang menyepakati sesuatudan sama-sama meyakini keyakinan-keyakinan tertentu.
Syi’ah, menurut ahli bahasa az-Zajaj, adalah pengikut dan pendukung setia seseorang.
Al-Azhari mendefinisikan Syi’ah sebagai orang-orang yang mengikuti Ahlulbait Nabi Saw.
Sebutan Syiah menjadi label para pengikut Ali and Ahlul Baitnya. sehingga “bila seseorangdisebut Syiah, itu berarti dia adalah satu dari mereka, yaitu seorang penganut madzhabSyiah. Sebutan Syiah ini berasal dari musyaiyah, yang artinya kesetiaan.
Dalam kamus Mujam al-Wasit, Syiah didiefinisikan seabgai sebuah madzhab, sebuahkelompok, para pendukung atau pengikut yang dikenal sebagai Syiah-nya seseorang, parapengikutnya.
Imamah dan khilafah adalah asas terpenting bagigolongan Syi’ah dan dianggap sebagai pembeda antaraSyi’ah dan golongan lainnya. Ada empat hal pokokyang berkaitan erat dengan masalah imamah dankhilafah, yaitu:
1. at-ta’yîn wa at-tanshîsh (penentuan dan penunjukkan),
2. ‘ishmah (keterjagaan dari perbuatan dosa),
3. al-mahdiyyah wa ar-raj’iyyah (kebangkitan dankebebasan dari api neraka),
4. at-ta’qiyah (menyembunyikan kesyi’ahan seseorang).
Formasi Syi’ah
Menurut Hasyim al-Musawi, Ali diakui sebagai orang yang paling memenuhi syarat untukmenjadi penerus kepemimpinan Nabi Saw. oleh orang-orang yang hadir dalam pertemuan Saqifahdan juga oleh orang-orang yang tidak ikut dalam pertemuan itu. Ketika sahabat-sahbat dari kalanganAnshar dan Muhajirin yang hadir di rumah Nabi Saw. mendengar hasil pertemuan Saqifah, merekapun keluar meninggalkan rumah Nabi Saw. Kepada mereka al-Fadhil bin al-Abbas mengatakan:
Kaum Quraisy (sukunya Nabi Saw.) tidak mungkin mendpatkan kekhalifahan dengan cara-cara curang.Kekhalifahan adalah hak ekslusif kami, dan orang kami (yaitu Ali bin Abi Thalib) lebih berhak untuk menjadikhalifah dibadnding orang Quraisy manapun.
Begitulah kelaharian kelompok Syi’ah yang mendukung Ali, sementara tuntutan akankepemimpinan Ali dilontarkan untuk kali pertama pada hari wafatnya Nabi Saw. Peristiwa ini jugamengisyararatkan kelahiran Syi’ah doktrinal dan politis sebagai sebuah kelompok. Sejarahmeriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang disetujui oleh masyarakat Islam di waktu itu menjadipengganti atau Khalifah Nabi dalam mengepalai Negara mereka. Kemudian Abu Bakar digantikanoleh Umar ibn al-Khaththab dan Umar oleh Utsman ibn Affan.
Menurut Hasyim al-Musawi, bila gerakan dan keyakinan Syi’ah pada tahap itu dikaji dengansaksama, maka terlihat Syi’ahmemajukan dua keyakinan prinsipil.”
1. Keyakinan bahwa Ali memiliki hak tak terpungkiri untuk menjadi khalifah dan pemimpin, danbahwa setiap orang berkewajiban berbaiat kepadanya.
2. Keyakinan bahwa penerapan perintah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah sebuah keharusan.
Dua prinsip ini membentuk fondasi keyakinan dan ajaran Syi’ah di sepanjang sejarah.
Para
Imam
Syi’ah 1. Imam Ali ra
2. Imam Hasan as
3. Imam Husain as
4. Imam Ali bin Husain
5. ImamMuhammad Baqir as
6. Imam Ja’far ash-Shadiq as
7. ImamMusa al-Kazim as
8. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as
9. ImamMuhammad at-Taqi al-Jawad as
10. Imam Ali an-Naqi al-Hadi as
11. Imam Hasan al-Askari
12. ImamMahdi
Teologi Syi’ah
Lima prinsip agama atau suhuluddin sebagaimanadinyatakan oleh Islam Syi’ah Imamiah mencakup:
1. Tauhid, yakni kepercayaan kepada Keesaan Ilahi.
2. Nubuwat, yakni kenabian; Ma’ad, yakni kehidupanakhirat.
3. Imamah atau keimaman, yakni percaya adanya Imam-imam sebagai pengganti nabi;
4. Adil atau keadilan Ilahi.
Fiqih Syi’ahFiqih Syi’ah sebenarnya berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits, serta memiliki orientasi
yang mirip dengan fiqih Sunni. Adanya prasangka buruk terhadap golongan lain sangatmemengaruhi pemikiran fiqih Syi’ah. Ada beberapa aspek yang membedakan antara fiqihSyi’ah dan fiqih Sunni, yaitu pertama, Syi’ah menolak keras ushûl dan furû’ Sunni yangbertentangan dengan pemikiran-pemikiran mereka. Untuk itu, mereka menetapkan ushûl danfurûr’ sendiri yang sesuai dengan akidah Syi’ah, dan tidak mau menggunakan ijma’ (consensusulama) dan qiyâs (analogi) yang lazim digunakan dalam fiqih Sunni. Menurut mereka,penggunaan ijma’ berarti mengharuskan Syi’ah mengakui pendapat para sahabat dan paratabi’in yang bukan dari kalangan Syi’ah. Sedangkan penggunaan qiyâs tabi’in yang bukan darikalangan Syi’ah. Sedangkan penggunaan qiyâs dianggap bertentangan dengan dasar pemikiranSyi’ah yang menegaskan bahwa agama tidak bersumber dari akal, tetapi berasal dari ajaranAllah, rasul-Nya, dan para imam yang ma’shûm. Kedua, mereka hanya mau mengakui haditsatau pendapat yang berasal dari para imam Syi’ah, ulama Syi’ah, dan periwayat Syi’ah. Dalammenafsirkan Al-Qur’an diharuskan dengan penafsiran yang sesuai dengan prinsip-prinsipakidah Syi’ah. Sikap seperti ini jelas mempersempit keluwesan dan keluasan syariat Islam.
Dua dasar fiqih Syi’ah di atas menyebabkan fiqih Syi’ah berbeda dengan fiqih Sunni dalambeberapa masalah penting. Perbedaan itu antara lain: a). Mereka memperbolehkan nikahmut’ah (kontrak). b). Mereka mengingkari pendapat tentang ‘aul dalam pembagian hukumwaris, karena ide tersebut dicetuskan oleh Umar.