Upload
-rahmawan-deprazz-
View
150
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PERILAKU PENGHUNI RUMAH DOME DI PRAMBANAN SLEMAN : ADAPTASI DAN ADJUSTMENT DI SETING BARU
Citation preview
Mohammad Rusydi*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
PERILAKU PENGHUNI RUMAH DOME DI PRAMBANAN SLEMANADAPTASI DAN ADJUSTMENT DI SETING BARU
, :
99
Dome houses in the village of Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakartais aids from the World Assossiation of Non-Government Organization cooperated with theUnited States for the World Dome for victims of the earthquake which occurred in May 2006.Occupants of the house that started from their house before the earthquake and then occupyingthe dome houses, and will adjust themselves (coping) with a new place. This adjustmentresulted in occupant behavior change (adaptation) or the population will change the housingenvironment (adjustment). The research problem is how the behavior of the dome dweller usedthe facility to accommodate activities that occur therein. The purpose of this study was to identifythe occupant behavior in the new setting. Occupant behavior was investigated by interview andobservation followed by mapping the behavior (behavioral mapping). Inductive analysis ofoccupant behavior and solution strategies in new settings by using categorization, descriptionsand explanations. Outline the research findings can be stated as follows: a) Strategy indetermining the behavior of new solutions (behaviors) that change the behavior or maintain thebehavior, b) Strategies for the dome houses a solution (physical) that makes the settings in thedome house or make new settings in the outer dome room, and c) Perception of the populationexperiencing a change after the physical and behavioral strategies.
Keywords: dome house, behavior, adaptation, adjustment
| VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
Rumah adalah tempat tinggalmanusia yang sebagian besar kegiatansehari-hari banyak dilakukan di dalamnya.Bentuk rumah dan ruangan yang ada di dalamrumah merupakan cerminan dari aktivitas-aktivitas yang berada di dalamnya maupunsebagai cerminan kehidupan sosialmasyarakat. Bagaimana dengan rumahdome yang dibangun di daerah Sengir,Sumberharjo, Prambanan, Sleman? Rumah
atau rumah yang berbentuk kubahadalah rumah yang berasal dari masyarakatEskimo di Amerika Utara. Rumah dometersebut merupakan rumah bantuan dari LSM
bekerja sama dengan. Tujuan utamanya adalah membantu
korban gempa yang menimpa KotaYogyakarta dan sekitarnya Mei 2004 yang
dome
World Assossiation of Non GovernmentDome for the World
USA
Perilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan,Sleman | hal 99 - 108
*Korespondensi penulis dialamatkan keProgram Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta,
Telp/Fax: +62 274 417219 Hp: +62 817 5421561e-mail: [email protected]
lalu. Rumah dome yang dibangun di kawasantersebut berjumlah 71 unit.
Penghuni rumah yang bermula darirumah sebelum gempa kemudian menempatirumah dome, tentunya akan melakukanpenyesuaian di r i . Seseorang akanmengalami penyesuaian diri terhadaplingkungannya, terutama pada lingkunganyang baru dalam aktivitasnya sehari-hari(households activity). Penyesuaian diri inimengakibatkan perubahan perilaku pada diriseseorang atau sering disebut denganadaptasi, sebaliknya seseorang akanmerubah lingkungan huniannya sesuaidengan kebutuhannya yang juga disebut
. Sementara itu Sarwono(1992:47-48) menyatakan bahwa perubahanperilaku diawali dari persepsi seseorangdengan objek fisik. Jika persepsi tersebut
adjustment
100
berada dalam batas optimal maka keadaantersebut berada dalam dansebaliknya jika persepsi tersebut berada diluar batas optimal maka seseorang tersebutmengalami stres. Stres ini menimbulkanperilaku atau menyesuaikan diri yaitujika sukses maka akan terjadi adaptasi atau
Jika penyesuaian diri ini gagalmaka akan mengalami stres berkelanjutan.
Isu yang sering muncul dalamlingkungan binaan adalah kesenjanganantara kelompok pemakai dan perancanglingkungan. Para arsitek dan para planolog,misalnya lebih tunduk pada disiplin ilmumereka sendiri dari pada keperluan calonpenghuni. Akibatnya sering terjadi bahwarumah atau lingkungan hunian kurangnyaman karena keperluan penghuni tidakdiperhitungkan. Oleh karena itu, penelitian inibertujuan untuk memahami perilakupenghuni (adaptasi dan ) dengantempat tinggal baru ini (rumah dome). Karenahal tersebut merupakan salah satu usahaseseorang untuk menciptakan kualitas hidupyang lebih baik.
Penghuni rumah dome yang bermuladari rumah yang mereka tempati kemudianmenempati bangunan baru dan tergolongunik bentuk bangunannya, tentunya akanmelakukan beberapa penyesuaian diridengan tempat yang baru. Berdasarkanuraian di atas, maka rumusan masalah yang
homeostasis,
coping
adjustment.
adjustment
digunakan untuk penelitian ini, adalahbagaimana perilaku yang terjadi dan fasilitasapa saja yang digunakan untuk memenuhikegiatan yang berlangsung dalam rumahdome Sengir, Sumberharjo, Prambanan,Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan setelah 1bulan penghuni menempati rumah dome,tepatnya pada bulan Juni sampai Agustus2007. Sampel yang digunakan adalahpurpose sampling. Sampel yang terpilihadalah 5 rumah, masing-masing memilikikarakteristik yang berbeda. Yaitu : 1) rumahyang digunakan oleh pemiliknya untukberjualan dan barang dagangannyaterbanyak, 2) rumah yang sering digunakanbermain oleh anak-anak, 3) rumah yangsering dikunjungi oleh tamu ataupunwisatawan, 4) rumah yang paling lengkapperabotnya dan 5) rumah yang penghuninyatergolong banyak yaitu lima orang.
Metode pendekatan yang digunakandalam penelitian ini adalah pendekatan
. Menurut Barker (1968)disebut juga dengan ”tata
perilaku” yaitu pola perilaku manusia yangberkaitan dengan tatanan lingkunganfisiknya.
Selain observasi dan wawancara,
BAHAN DAN METODE
behavioral settingbehavioral setting
| VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
Gambar 1. Site Plan Sampel Rumah
101
pengumpulan data juga dilakukan dengant e k n i k b e h a v i o r a l m a p p i n g y a n gmemungkinkan peneliti mengambil datasecara grafis dari suatu lingkungan dankemudian mencatat perilaku yang terjadipada grafik tersebut. Metode behavioralmapping dikembangkan oleh Ittelson (1970)dalam Robert (1986:21-23) untuk merekamtingkah laku seperti yang terjadi di dalams u a t u p o l a t e r t e n t u . M e t o d e i n imenghubungkan pola dan perilaku denganruang dan waktu.
Analisis data yang digunakan adalahkualitatif rasionalistik. Rasionalistik menurutMuhajir (2002:80) adalah cara berpikir bukansemata-mata dari pemahaman empiris tetapijuga argumentasi sebagai suatu bagiankonstruksi berpikir. Pada tahap selanjutnya,temuan penelitian yang telah dirumuskandideskripsikan kembali dalam bentuk tema-tema tertentu. Kemudian temuan tersebutdiabstraksikan dengan cara menghubungkankategori satu dengan lainnya dan dibahasmenuju kesimpulan peneliti.
Perubahan perilaku dapat terjadi dariinteraksi antara seseorang atau individudengan lingkungan atau obyek fisik. Sarwono(1992:108) menjelaskan bahwa penyesuaiandiri ada dua macam. Pertama adalah adaptasiyaitu mengubah tingkah laku agar sesuaidengan lingkungan dan kedua adalahadjustment yaitu mengubah lingkungan agarsesuai dengan tingkah laku. Sarwono(1992:63) menamakan penyesuaian responsterhadap stimulus sebagai adaptasi,sedangkan penyesuaian stimulus padakeadaan individu sebagai . Jikasuatu stimulus tidak mengalami perubahan,misalnya, maka terjadi adaptasi atauhabituasi, yaitu respon terhadap stimulus itumakin lama makin lemah. Di pihak lainadaptasi adalah berkurangnya perhatian jikastimulus muncul berkali-kali. Proses interaksiyang terjadi tidak hanya dengan seting, tetapijuga interaksi dengan manusia. Seting bisadidefinisikan dengan situasi, di mana setingtersebut digunakan untuk mewadahi aktivitasdan perilaku penggunanya. MenurutRapoport (1982;1990:13), seting terdiri daritiga elemen, yaitu: a)
HASIL DAN PEMBAHASAN
adjustment
fixed-feature element
(bangunan, lantai, dinding, dan lain-lain). b)(furnitur, perabot
dan lain-lain) dan c) n(peralatan, dan lain-lain).Fokus penelitian ini adalah pada
perilaku penghuni rumah dome (aktivitas)yang dikaitkan dengan perilaku pada rumahsebelum gempa. Perilaku tersebut dibedakanmenjadi dua yaitu perilaku yang berubah(adaptasi) dan perilaku yang tidak berubah( ). Hasil analisis penyesuaianyang dilakukan oleh penghuni rumah domepada tempat barunya dapat dilihat pada Tabel1.
Perubahan perilaku (adaptasi) yangterjadi dalam rumah dome dalam melakukanaktivitas adalah sebagai berikut:
. Ada beberapa alasan yangmenyebabkan penghuni rumah domemerubah perilakunya yaitu: (1) Dalam rumahsebelum gempa terdapat warung yangdigunakan untuk berjualan tetapi penghuni ini(bapak KR.1) tidak melakukan aktivitas ini.Ketika berada pada rumah dome keluarga inimemutuskan kembali berjualan sehinggapenghuni ini (bapak) melakukan aktivitas ini.(2) Pengunjung / wisatawan banyak yangberkunjung ke lokasi rumah dome sehinggapenghuni rumah memutuskan untukberjualan. Indikasi ini diperkuat oleh hasilwawancara bahwa berjualan di lokasi rumahdome mempunyai prospek yang bagus.
. Ada beberapaalasan yang menyebabkan penghuni rumahmerubah perilakunya yaitu: (1) Penghunirumah tidak menempatkan sofa di ruang Ikarena ruang ini digunakan untuk berjualandan sekaligus digunakan untuk menerimatamu. (2) Penghuni rumah tidak mempunyaifasilitas tempat duduk (sofa atau kursi) sebabrusak terkena gempa. Hanya tikar atau karpetyang dipakai duduk pada aktivitas menerimatamu.
. Perubahan perilaku padaaktvitas ini terjadi bersamaan dengan perilakuyang tidak berubah yaitu penghuni rumahmengalami dua jenis penyesuaian (adaptasidan adjustment). Ada beberapa alasan yangmenyebabkan penghuni rumah merubahperilakunya yaitu: (1) Aktivitas memasakmempunyai tahapan yaitu memotong sayuratau meracik bumbu, memasak, dan mencucisehingga diantara tahapan tersebut terdapat
semi-fixed-feature elementon-fixed-feature
element
adjustment
Melayanipembeli
Menerima tamu
Memasak
M0HAMMAD RUSYDIPerilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan,
Sleman | hal 99 - 108
102 | VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
Tabel 1. Penyesuaian Penghuni Rumah Dome
Ket: A : Adaptasi D : Adjustment - : Tidak melakukan
PelakuMelayani
pembeli
Menerima
tamuMemasak Makan Istirahat Bermain Bekerja Bersantai
KR.1 Bapak A A - D D - - D
Ibu D A A+D D D - - D
KR.2 Bapak - A - A D - - A
Ibu - A A+D A A - - D
Anak - - - D D D - D
KR.3 Bapak - A - A - - - A
Ibu A A A+D D D - - A
KR.4 Bapak - D - D - - D D
Ibu - D D D - - - D
Anak - - - D - D - D
KR.5 Bapak - A - D - - - D
Ibu - A A+D D A - - D
Anak I - A - D - - - D
Anak II - A A+D D - - - D
Anak III - - - D D D - D
perubahan perilaku dalam aktivitas ini. (2)Keinginan untuk lebih rileks pada ruang yangdigunakan. Hal ini diperkuat dari hasilobsevasi yaitu penghuni memotong sayurdengan duduk di lantai depan pintu belakang.(3) Kompor minyak yang digunakan olehpenghuni rumah tidak diletakkan di ataskitchen table tetapi diletakkan di atas lantaihal ini mengindikasikan bahwa penataankompor gas di atas lantai lebih fleksibel(mudah dipindah-pindah). (4) Seting yangmereka buat tidak dapat mewadahi perilakuyang seperti pada rumah sebelumnya.Sehingga penghuni rumah merubahperilakunya.
. Ada beberapa alasan yangmenyebabkan penghuni rumah merubahperilakunya yaitu: (1) Fasilitas yang
Makan
digunakan oleh penghuni rumah dome tidakseperti yang ada pada rumah sebelumnyayaitu kursi dan meja makan, sehinggapenghuni rumah memilih mengerjakanaktivitas ini dengan cara duduk di lantai. (2) Didalam rumah yang digunakan berjualansering didatangi orang sehingga penghunirumah memilih makan di ruang yang tidakterlihat orang yaitu R.II yang di dalamnyaterdapat sofa. Sehingga penghuni rumahmenyesuaikan aktivitas makan dengan caraduduk di sofa.
. Ada beberapa alasan yangmenyebabkan penghuni merubah perilakuyaitu: (1) Penghuni rumah bekerja dari pagihingga sore, sehingga aktivitas ini tidakmemungkinkan dilakukan sedangkan padahari Minggu sering ada kegiatan di luar
Istirahat
103
rumah. (2) Penghuni rumah melakukanaktivitas ini secara bersamaan pada tempatyang sama sehingga salah satu penghunirumah merubah orientasi di tempat tidur. Halini diperkuat dengan hasil observasi bahwapenghuni rumah melakukan aktivitas inisebagaian badan berada di kasur.
. Ada beberapa alasanyang menyebabkan penghuni merubahperilaku yaitu: (1) Penghuni rumahmelakukan aktivitas ini di ruang I yang tidakada kursi atau sofa. Sehingga penghunimelakukan aktivitas ini dengan duduk dilantai. (2) Penghuni rumah melakukanaktivitas ini dengan menikmati suasana soredi depan rumah yang banyak pengunjung,karena TV tidak ada di dalam rumah.
Perubahan perilaku di atas, memberiind ikasi bahwa perubahan per i lakudisebabkan oleh beberapa hal yang dapatdibedakan menjadi: Keadaan sosial yaituprofesi, banyak pengunjung yang datang,pengunjung dan suasana sore; Keadaan fisikyaitu perabot, keadaan rumah dome, tidakada kursi maupun sofa di dalam ruangan; danGerak atau keadaan yaitu posisi penghunilain. Hal ini diperkuat oleh teori Sarwono(1992) yang menyatakan bahwa stimulusyang dijadikan tolok ukur dalam hubunganlingkungan dan tingkah laku, yaitu: stimulusfisik yang merangsang indera (suara, cahaya,suhu udara), stimulus sosial dan stimulusgerak.
Per i laku yang t idak berubah( ) yang terjadi dalam rumah domedalam melakukan aktivitas adalah sebagaiberikut: Melayani pembeli. Alasan yangmenyebabkan penghuni tidak merubahperilaku yaitu penghuni pada rumahsebelumnya melakukan aktivitas ini danmereka membuat seting yang dapatmenampung aktivitas ini. Hal ini ditunjukkandengan adanya warung yang berada di dalamrumah dome sehingga perilaku penghunitidak berubah. Tidak merubah perilaku yangseperti di atas memberi indikasi bahwap e n g h u n i r u m a h c e n d e r u n gmempertahankan kebiasaan yang lama yaituberjualan.
. Alasan yangmenyebabkan penghuni tidak merubahperilaku yaitu penghuni dapat membuatseting yang dapat menampung aktivitas ini
Bersantai
Menerima tamu
adjustment
atau ada kesamaan komponen seting yangdigunakan beraktivitas. Hal ini memberiindikasi bahwa penghuni cenderungmempertahankan kebiasaan yang lama yaitududuk di sofa.
. Perilaku yang tidakberubah dalam aktivitas memasak terjadibersamaan dengan perubahan perilakuke c u a l i p a d a K R . 4 . A l a sa n ya n gmenyebabkan penghuni tidak merubahperilaku yaitu seting yang mereka buat dapatmenampung per i l aku yang seper t isebelumnya hal ini diperkuat dengan hasilobservasi bahwa ada kemiripan komponenseting ( dan ) dan penghunimembuat tempat baru (dapur di luar rumahdome pada KR.5) untuk dapat memenuhiaktivitasnya.
. Perilaku penghuni dalammelaksanakan aktivitas makan tidak berubahsebab seting baru yang mereka buat dapatmengakomodasi perilaku seperti pada rumahsebelumnya. Begitu pula dengan aktivitas
. Alasannya sama, yaitu seting yangmereka buat sudah cukup mewadahi aktivitasin i sehingga per i laku yang sepert isebelumnya tidak dirubah.
. Ak t i v i t as be rma inmerupakan aktivitas yang fleksibel. Itulahyang melatarbelakangi mengapa penghunitidak merubah perilakunya. Bermain dapatdilakukan dengan berbagai cara sesuaidengan kondisi penghuni (anak) misalnyaberdiri, duduk & berjalan. Posisi-posisitersebut dapat dilakukan di dalam rumahdome dan tempatnya dapat disesuaikan. Halini mengindikasikan bahwa perilaku dalamaktivitas bermain dapat dilakukan meskipuntempat maupun setingnya berbeda.
. Alasan yang menyebabkanpenghuni rumah tidak merubah perilaku yaituseting yang mereka buat dapat mewadahiaktivitas ini dan komponen seting ( dan
) yang mereka buat mempunyaikesamaan dengan seting pada rumahsebelumnya. pernyataan ini diperkuat denganhasil observasi yaitu terdapat meja dan kursimaupun perlengkapan untuk bekerja.
. Aktivitas bersantai jugademikian. Alasan yang menyebabkanpenghuni rumah tidak merubah perilaku yaituseting yang mereka buat cukup untukmewadahi aktivitas yang seperti dilakukan
Memasak
Makan
Istirahat
Ber main
Bekerja
Bersantai
semi-fix non-fix
non-fixsemi-fix
M0HAMMAD RUSYDIPerilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan,
Sleman | hal 99 - 108
104 | VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
pada rumah sebelumnya.Perilaku yang tidak berubah pada
penghuni rumah dome di atas memberiindikasi bahwa penghuni rumah cenderungmempertahankan kebiasaan yang lama.Mempertahankan kebiasaan yang lamamerupakan reaksi penyesuaian secaraadjustment sehingga adaptasi yang terjadiadalah semakin jauh dari keadaanlingkungan. Atau jika penghuni rumah tidakdapat beradaptasi maka reaksi merubahtempat yang baru semakin kuat. Hal inidiperkuat oleh teori Sarwono (1992) yangmenyatakan bahwa makin jauh perbedaanantara keadaan lingkungan dengan adaptasi,makin kuat pula reaksi orang itu.
Berdasarkan uraian di atas, makadapat dijelaskan bahwa penyesuaian perilakupenghuni (aktivitas) pada rumah domedipengaruhi oleh kebiasaan penghuni padarumah sebelumnya. Kebiasaan penghunipada rumah sebelumnya dapat dikatakanbahwa kebiasaan tersebut merupakankondisi homeostasis yaitu keadaan optimalpenghuni, sehingga penghuni rumahc e n d e r u n g m e m b u a t se t i n g ya n gkomponennya seper t i pada rumahsebelumnya. Penghuni rumah cenderungmengalami adjustment atau tidak merubahperilakunya jika seting yang mereka buatdapat mewadahi perilaku yang sama padarumah sebelumnya. Apabila seting tersebuttidak dapat mewadahi perilaku tersebut makapenghuni rumah cenderung merubahperilakunya sesuai dengan keadaan setingyang mereka buat. Hal ini mengindikasikanbahwa dengan merubah perilaku maka
keadaan homeostasis dapat dicapai dalamrumah dome (lingkungan baru) ( lihat Gambar2).
Perubahan perilaku yang terjadi tidakhanya karena seting yang digunakan tidakdapat mewadahi perilaku sebelumnya, tetapiada faktor lain seperti pekerjaan, pengunjung,keadaan rumah dan individu sertakeberadaan individu lain. Faktor-faktortersebut dapat dikategorikan menjadistimulus fisik, stimulus sosial dan stimulusgerak.
Pada awalnya di dalam rumah dometidak ada perabot atau komponen seting
dan . Penghuni rumahkemudian menambah atau membuatkomponen seting tersebut dalam rumahdome. Komponen seting yang paling mudahdi-adjustment secara berurutan adalahkomponen seting non-fix, semi-fix dan fix. Halini diperkuat dengan hasil observasi bahwakomponen fix tidak ada yang dirubah.Penghuni hanya membuat seting baru di luarrumah dome. Hal ini disebabkan bahwapenghuni mempertahankan kebiasaan padarumah sebelumnya yaitu memasak pakaitungku sehingga penghuni membuat setingbaru di luar rumah untuk bisa memasakdengan tungku.
Penghuni rumah membuat ataumerubah seting merupakan upaya untukmemenuhi kebutuhannya akan aktivitas didalamnya. Hal ini merupakan salah satuindikator bahwa penghuni rumah sebelummenggunakan rumahnya untuk beraktivitasmengalami stres yaitu tidak adanya fasilitasyang akan digunakan untuk beraktivitas.
semi-fix non-fix
Rumah Dome
HomeostatisKebiasaan pada rumah sebelumnya
Membuat Seting
dalam Rumah Dome
PerilakuKebiasaan pada rumah sebelum nya
Coping
TidakMerubah Perilaku
Seperti Kebiasaanpada rumah sebelumnya
Merubah Perilaku
Kebiasaanbarurumah domedalam
BaruHomeostatis
Kebi asaan l amadapatdipertahankan
Kebi asaan l ama t idakdapatdipertahankan
Skema Penyesuaian Perilakudalam aktivitas penghuni rumah dome
Seting Fix Seting dannon-fix semi-fix
Di dalamrumah dome
Di luarrumah dome
Gambar 2. Mekanisme Penyesuaian Perilaku Penghuni Rumah Dome
105
Penghuni merasa tidak nyaman jikaaktivitasnya tidak didukung dengan perabot.Sehingga penghuni rumah bereaksi untukmengubah seting di dalam rumah dome.
Hasil analisis menunjukkan bahwaruangan di dalam rumah dome dapatdisesuaikan oleh penghuni. Hal ini dapatdilihat bahwa ruang di dalam rumah dometelah digunakan beraktivitas, kecuali padalantai atas. Empat dari lima sampelmenunjukkan bahwa ruang tersebut jarangdigunakan beraktivitas. Dari hasil wawancaradan observasi, ada beberapa alasan yangmenyebabkan ruangan tersebut tidak ataujarang digunakan beraktivitas yaitu: (1)Ruangan tersebut hanya digunakan untukgudang (tempat stok barang dagangan); (2)Ruangan tersebut dipakai jika ada hal-haltertentu atau darurat seperti ada saudaraatau tamu yang datang banyak; (3) Ruangantersebut terasa lebih panas bila dibandingkandengan kondisi di ruang bawah sehinggapenghuni memilih berada di lantai bawah; (4)Jeruji pagar pada pembatas ruangan lantaiatas dan lantai bawah tersebut jaraknyate r l a lu rengga ng seh ingga d i rasamembahayakan anak-anak; (5) Lantai kayu diruangan tersebut masih belum di-finishing(masih kasar) sehingga penghuni merasarisih; (6) Penghuni rumah jika berada di ruangtersebut merasa kurang fleksibel jika inginpergi ke MCK atau ke ruang lainnya (akses keruang yang lainnya masih kurang) sehinggamereka memilih berada di lantai bawah.
Alasan-alasan di atas memberiindikasi bahwa penghuni masih mengalamistres jika berada di ruang tersebut. Penghunimemilih tidak atau jarang menggunakanruang tersebut sebagai solusi terhadappermasalahan-permasalahan di atas.Penghuni rumah dome mengaku merasalebih nyaman dengan tidak atau jarangmenggunakan ruang tersebut.
Persepsi yang muncul ketika pertamamenempati rumah dome adalah merasaasing, merasa sepi, merasa aneh, merasasumpek, bingung dengan mata angin, merasatertekan dengan atap yang lengkung, merasakurang luas dan merasa panas berada dilantai atas. Persepsi-persepsi tersebutmenunjukkan persepsi yang berada di luarbatas optimal. Hal ini mengindikasikan bahwapenghuni mengalami stres. Penghuni
kemudian membawa perabot yang masihdapat digunakan. Upaya untuk tetap tinggal dirumah dome dengan membawa perabot yangmasih dapat digunakan dan aktivitasdilakukan di dalam rumah mengindikasikanbahwa penghuni rumah mengalami upayapenyesuaian terhadap rumah baru tersebut,yaitu menyesuaikan stimulus pada keadaanindividu. Oleh sebab itu penghuni rumah inimengalami . Selanjutnya datahasil wawancara yang menyatakan bahwasudah terbiasa dengan bentuk rumahmengindikasikan bahwa persepsi yangberkembang mengalami adaptasi atauhabituasi yaitu respon terhadap stimulusmakin berkurang. Sedangkan persepsi yangtidak berubah terhadap lantai atas sepertimerasa panas, merasa sumpek, merasa risihdengan kayu yang belum di-finishing, ruangterasa panas mengindikasikan bahwapenghuni mengalami stres berkelanjutan. Halini diperkuat oleh teori Baum (1985) dalamSarwono (1992:109) yang menyatakanbahwa stres adalah suatu keadaan dimanal i n g k u n g a n m e n g a n c a m a t a um e m b a h a y a k a n k e b e r a d a a n a t a ukesejahteraan atau kenyamanan diriseseorang. Sehingga macam persepsi danupaya solusinya terhadap rumah dome dapatdilihat pada Gambar 3.
P em ba ha san d i a t as d ap a tdikelompokkan menjadi tiga macam strategipenyesuaian di dalam sebuah seting yaitu: a)behavioral, b) fisikal dan c) persepsi. Ketigamacam strategi masing-masing memilikiketerkaitan dalam proses penyesuaian didalam sebuah seting. Jenis penyesuaianyang ter jadi pada tiap-tiap macampenyesuaian diklasifikasikan menjadi 2, yaituadaptasi dan adjustment. Analisis yangdilakukan menunjukkan bahwa penghunirumah dome mengalami kedua jenispenyesuaian tersebut baik secara behavioral,fisikal maupun persepsi. Sehingga adaptasidan adjustment pada penghuni rumah domesaling terikat. Misalkan jika penghuni rumahmengalami adaptasi pada perilaku menerimatamu tetapi di dalam setingnya ia jugamerubah seting sesuai dengan keadaanpenghuni (adaptasi) atau adaptasi dalampersepsi begitu juga sebaliknya (lihat Gambar3). Oleh karena itu penghuni rumah di dalamseting mengalami kedua jenis penyesuaian
adjustment
M0HAMMAD RUSYDIPerilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan,
Sleman | hal 99 - 108
106 | VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
107
Tidak m enggunakanr uang V
M0HAMMAD RUSYDIPerilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan,
Sleman | hal 99 - 108
108 | VOL.2 | EDISI 3 | 2008
ISSN 1978-0702
tersebut hingga adaptasi danmembentuk diagram .
Dari pembahasan masalah perilakudalam seting pada rumah dome Sengir,Sumberharjo, Prambanan, Sleman dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:
Perubahan perilaku yang terjadi padapenghuni rumah dome disebabkan karenaseting yang mereka buat tidak dapatmewadah i keb iasaan pada rumahsebelumnya, sehingga penghuni rumahmerubah perilakunya. Begitu juga sebaliknyaperilaku yang tidak berubah disebabkankarena penghuni rumah membuat setingyang dapat mewadahi kebiasaan pada rumahsebelumnya.
Komponen seting yang dapatdisesuaikan dengan keadaan individu adalahseting non-fix dan semi-fix. Seting fix padarumah dome tidak ada yang dirubah sehinggapenghuni rumah mengalami penyesuaianadaptasi (keadaan individu menyesuaikandengan seting fix). Penghuni rumah domeyang tidak dapat menyesuaikan denganseting fix, mereka membuat seting fix baruatau tidak menggunakan ruang di dalamrumah dome.
Ruang-ruang yang ada di dalamrumah dome dapat disesuaikan kecuali padaruang lantai atas. Hal ini terjadi karenapenghuni rumah tidak betah tinggal diruangan tersebut atau persepsi yang merekarasakan masih di bawah ambang batasoptimum penghuni rumah, sehinggapenghuni rumah masih merasa stres jikaberada di ruang tersebut.
Upaya penyesuaian penghuni padarumah dome terdapat 3 macam strategi yaitu:
(merubah peri laku ataumempertahankan per i laku) ,(membuat seting di dalam rumah domemaupun membuat seting baru di luar rumahdome), (persepsi penghunimengalami perubahan setelah melakukanstrategi behavioral maupun fisikal). Di dalamsebuah seting ketiga macam strategi tersebutberperan sehingga adaptasi dan adjustmenttidak berdiri sendiri. Sehingga adaptasi dan
pada penghuni rumah domesaling terikat.
adjustmentVenn
adjustment
Kesimpulan
BehavioralFisikal
Persepsi
DAFTAR PUSTAKA
Muhajir, H. Noeng. 2000.edisi IV.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Rapoport, Amos.. New Jersey: Part Hall Inc.
Robert B, Robert W, Williams Michelson.1986.
. NewYork: Van Nostarnd Reinhold Co.
Sarwono, Salito Wirawan. 1992.Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana.
MetodologiPenelitian Kualitatif
House, Form &Culture
Methods in Enviromentaland Behavioral Research
PsikologiLingkungan.
1974.