Journal Reading Kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Citation preview

JOURNAL READING antihistamines in the treatment of chronic urticaria pembimbing : dr. Sunaryo, SpKK

JOURNAL READINGantihistamines in the treatment of chronic urticaria

Pembimbing : dr. Sunaryo, SpKKDisusun oleh :Nindya Anggraeni P (J500100085)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1. Pendahuluan : Urtikaria kronis dan angiodermaSuatu proses reaksi vaskuler kulit dengan edema dan dilatasi venula postcapillary dan perubahan limfatik dermis

Pada urtikaria dermis superficial produksi wheal

Pada angioderma berkembang di dalam dermis dan sel jaringan subkutan pembengkakan jaringan yang melapisi terutama daerah kulit yang lebih longgar

Urtikaria kronis = munculnya bercak secara berulang lebih dari 2x dalam seminggu dan selama lebih dari 6 minggu berturut-turut2. Efek antihistamin pada kulitMeredakan rasa gatal dan mengurangi jumlah, ukuran dan lamanya lesi utikaria

Mekanisme kerja antihistaminEfektifitas antihistamin pada urtikaria dikaitkan dengan aktifasi H1 pada serabut saraf aferen c pada kulit mengurangi gatal. Juga bertindak atas reflek axonic pada kulit mengurangi eritem dan pada endothelium venula postcapillary yang mengurangi ekstravasasi dan pembentukan wheal

Hampir semua antihistamin baru telah dilakukan penelitian in vitro dan in vivo, meski terdapat perbedaan yang nyata antar molekul yang berbeda

Cetirizine dan levocetirizine telah menunjukkan aksi anti alergi dan anti peradangan bahkan konsentrasi terapeutik. Meski pada urtikaria kronis, efek akhir belum diketahuiAntihistamin dan penghambatan histamin pada respon kulitDalam penelitian cross-over sebelumnya, membandingkan antara supresi papul kulit dan pembentukan eritema yang diinduksi oleh injeksi intradermal setelah dosis tunggal antihistamin, cetirizine ditemukan memiliki efek yang paling signifikan dibadingkan antihistamin lainnya

Penelitian komparatif dosis tunggal menemukan levocetirizine sebagai antihistamin terkuat dibandingkan dengan antihistamin yang diteliti

Antihistamin dengan efek reaksi supresi histamin kulit terpanjang (4-6 minggu) astemizol

Tak ada hubungan antara penghambatan reaksi kulit terhadap histamin dan efektifitas klinis dari perbedaan senyawa obat, ketika dinilai dalam hal nilai gejala atau penurunan kualitas hidup pasienPerbedaan konsentrasi plasma/ konsentrasi kulitSimon membandingkan plasma dan konsentrasi kulit pada antihistamin yang berbeda, dan menghubungkan pada aktivitas anti H1 perifer menemukan perbedaan yang signifikan antara plasma dan konsentrasi kulit seperti perbedaan mencapai puncak setelah 24 jam

Penulis menunjukkan bahwa konsentrasi kulit bukan konsentrasi plasma berhubungan dengan potensi obat dalam menghambat penggunaan antihistamin generasi-2 bukan generasi-1 pada kasus urtikaria dan gangguan kulit lain yang diobati dengan antihistamin3. Kecenderungan dalam pengobatan farmakologi urtikaria kronisDalam urtikaria kronis terdapat uji klinis untuk beberapa pengobatan monoterapi maupun kombinasi yang melibatkan antihistamin generasi-1 dan generasi-2

Obat non-sedative (generasi-2) antihistamin H1 (AH-2G) merupakan satu-satunya obat golongan 1 kategori A dianggap sebagai pilihan pengobatan simptomatik lini pertama. AH-2G memberikan respon baik sampai sedang 44-91% dari semua jenis urtikaria dan 55% pasien dengan urtikaria kronis

Antihistamin H1 generasi pertama (AH-1G) digunakan pada pasien yang tak terkontrol dengan AH-2G, terutama bila gejala mengganggu tidur malam hari4. Antihistamin generasi-1 pada urtikaria kronisYang paling banyak digunakan dalam kasus urtikaria kronis, ethanolamines (diphenhydramine, clemastine), hydroxyzine, dexchlorpheniramine, dan piperidine (siproheptadin, azatadine, dan ketotifen)

Ketotifen terbukti lebih efektif daripada clemastine dalam sebuah penelitian yang melibatkan 305 pasien dengan urtikaria kronis meskipun kejadian efek samping sama (20-21%)5. Antihistamin generasi-2 pada urtikaria kronisAH-2G dianggap sebagai lini pertama pengobatan simptomatik urtikaria kronis adalah obat golongan 1 kategori A

Sehubungan dengan urtikaria kronis, AH-2G telah dievaluasi dibandingkan dengan plasebo (dalam waktu 4-6 minggu). Perbedaan AH-2G juga telah dibandingkan satu sama lain dalam kasus urtikaria kronis secara umum tak ada perbedaan yang signifikan dalam mengontrol gejala, kualitas hidup pasien atau keamanan obat

6. Urtikaria kronis dan antihistamin dalam situasi khususKEHAMILANKebanyakan antihistamin kategori B atau kategori C (menurut FDA)

AH-1G dianggap sebagai obat pilihan

Dianjurkan untuk menghindari AH-1G pada trimester-3 kehamilan karena beresiko kejang neonatal

URTIKARIA KRONIS PADA PEDIATRISemua antihistamin dapat digunakan pada anak diatas usia 12th

Untuk AH-1G terdapat formulasi pediatrik : hydroxyzine dan alimemazine (>6bln), dexchlorpheniramine (>1th), diphenhydramine, clemastine, promethazine, siproheptadin dan ketotifen (>2th)

Pada indikasi urtikaria kronis, hanya cetirizine, loratadine, dan desloratadine yang disetujui dalam pengobatan pasien sampai umur 2th, sedangkan ebastine dan levocetirizine digunakan untuk penanganan urtikaria pada anak usia diatas 6thKIDNEY OR LIVER FAILUREPada kasus tersebut disarankan pengurangan dosis semua AH-2G sesuai dengan Summaries of Product Characteristics

Hal ini dikarenakan sebagian besar AH-2G hanya 10-20% dari dosis yang diberikan tereliminasi melalui ginjal dan sebagian besar obat ini mengalami presistemic metabolisme di hepar7. Antihistmin lain dan asosiasinyaANTIDEPRESAN DENGAN AKSI ANTIHISTAMIN

Antidepresan trisiklik berhasil digunakan termasuk amitriptyline atau doksepin yang memiliki efek ampuh antihistamin H1 dan aktifitas antihistamin H2

Namun penggunaannya sangat terbatas terkait obat sedatif dan efek antikolinergik, penguatan alkohol dan resiko relatif aritmia. Terutama konsekuensi dari interaksi obat mengakibatkan perpanjangan interval QT pada EKG

ANTIHISTAMIN H2Keefektifan antihistamin H2 dalam urtikaria kronis masih menjadi kontroversi

Pembuluh darah pada kulit memiliki reseptor H1 dan H2 yang bila teraktifasi menyebabkan pembentukan wheal dan eritem, meski aktifasi H2 memiliki sangat sedikit efek hangat dan gatal-gatalASOSIASI ANTIHISTAMIN ANTAGONIS LEUKOTRIENMeski tak disetujui untuk digunakan dalam urtikaria kronis, beberapa uji klinis menunjukkan penggunaan obat ini digunakan untuk beberapa kepentingan untuk berbagai jenis urtikaria

Montelukast digunakan dalam urtikaria kronis berkaitan dengan cetirizine, fexofenadine, loratadine, dan desloratadine. Dalam uji acak yang berbeda, secara umum menunjukkan perbedan yang signifikan dibandingkan dengan antihistamin saja

Namun montelukast sebagai monoterapi belum ditemukan berguna dalam urtikaria kronis. Penambahan zufrlukasi untuk cetirizine menunjukkan keampuhan lebih besar dibandingkan plasebo pada pasien urtikaria kronis autoimun8. Antihistamin pada urtikaria fisikUrtikaria fisik dimana wheals diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan fisik dapat berkembang sendiri atau berkaitan dengan urtikaria kronis jenis lain. Dengan pengecualian urtikaria sinar matahari dan delayed pressure urtikaria, pada umumnya lesi cenderung merespon antihistamin, digunakan sebagai pengobatan lini pertamaDERMOGRAPISM (URTIKARIA TIRUAN)Stimulus fisik menyebabkan terjadinya dermograpism, dapat diukur dengan menggaruk bagian belakang pasien dengan alat dermographometer, digunakan untuk mengukur respon pengobatan dalam berbagai uji klinis dengan antihistamin generasi-1 dan generasi-2 baik sendiri atau kombinasi antihistamin H-2

Dalam uji coba ini respon terbaik dihasilkan pada antihistamin dibandingkan plasebo. Tak ada perbedaan signifikan antara antihistamin H-1 yang berbeda

Dermograpism jenis urtikaria kronis dimana asosiasi untuk antihistamin H2 telah menghasilkan hasil terbaik dalam uji klinisURTIKARIA KOLINERGIKUrtikaria kolonergik terjadi pada 10% seluruh orang dewasa muda dan cenderunng merespon pengobatan antihistaminURTIKARIA DINGINGangguan yang dihasilkan cryoglobulins atau reaktif protein dingin lain, meski 90% kasus ini idiopatik dan merespon terhadap antihistamin

Penelitian telah dilakukan dengan antihistamin piperidin siproheptadin, ketotifen, dan desloratadin dan dengan piperazin sinarizin dan cetirizine. Didapatkan hasil yang baik untuk semua kasus. Oleh karena itu AH-2G dianjurkan karena memiliki keunggulan profil toleransiURTIKARIA SINAR MATAHARIGangguan yang jarang terjadi, ditandai berkembangnya wheal dalam beberapa menit setelah kulit terpapar atau terkena sinar UV

Photostimulator dapat digunakan untuk mengidentifikasi panjang gelombang penyebab

Urtikaria matahari dianggap berespon buruk terhadap antihistamin

Pada penelitian kohort pada 87 pasien, 1/3 berespon baik terhadap antihistamin, sedangkan 65% kasus berespon lemah atau bahkan tak beresponDELAYED PRESSURE URTICARIABerkembang pada area kulit dimana mendapatkan tekanan (telapak kaki, bokong, pinggang, telapak tangan setelah membawa bawaan berat) antara 30 menit dan beberapa jam setelah tekanan

Berespon buruk terhadap antihistamin termasuk cetirizine dosis tinggi dan antihistamin lainnya9. KesimpulanAntihistamin H1 merupakan lini pertama pengobatan simptomatik urtikaria kronis (golongan-1 kategori A)

Sampai saat ini tidak diketahui hubungan terapi utama dari sifat antiinflamasi dari antihistamin dalam kaitannya dengan proses seperti urtikaria kronis

Sejumlah penulis berpendapat sebelum beralih ke tingkat terapi lain, peningkatan dosis antihistamin harus dipertimbangkan

Urtikaria fisik ketika bermanifestasi tersendiri dan tidak terkait dengan jenis lain dari urtikaria kronis, cenderung berespon baik dengan antihistamin dengan pengecualian urtikaria sinar matahari dan delayed pressure urticaria

Dalam beberapa kasus urtikaria kronis, kombinasi antihistamin H2 mungkin terbukti efektif