JR Arani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

c

Citation preview

JOURNAL READING

ONDANSETRON IN PATIENTS WITH TINNITUS

disusun oleh:Arani Nadhira1102009039

Pembimbing:dr. Zirmacatra, SpTHT

SMF TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIMEI 2014

Ondansetron in patients with tinnitus: randomized, double-blind, placebo-controlled study

Shervin Taslimi Hamed Vahidi Ali Pourvaziri Amirhossein Modabbernia Arezoo Yeke Fallah Nasrin Yazdani Negin Taslimi Mostafa Hosseini Masoud Motesadi Zarandi

Springer-Verlag, 22 September 2012

PendahuluanTinnitus adalah telinga berdenging, seperti mendengar suara tetapi tidak dapat dihubungkan dengan suara eksternal. Prevalensi tinnitus dilaporkan mencapai 330%. Sekitar 510% pasien dengan tinnitus memiliki gejala yang berat hingga mempengaruhi kualitas hidupnya.Tinnitus kronik dibagi menjadi kategori subjektif dan objektif. Etiologi dari tinnitus subjektif biasanya dapat diidentifikasi, seperti infeksi, lesi massa, penyakit telinga, dan masalah psikiatris. Sebagian besar tinnitus subjektif berhubungan dengan gangguan pen-dengaran. Tinnitus subjektif sekunder terhadap tuli konduktif dapat ditatalaksana dengan cara pembedahan, dengan demikian tinnitus dapat segera diatasi. Sementara tinnitus yang ber-kaitan dengan tuli sensorineural (sensorineural hearing loss/SNHL) atau dengan pen-dengaran normal, masih dapat diupayakan dengan medikamentosa. Beberapa obat telah digunakan selama ini tidak efektif dan mempunyai efek samping yang berarti.Tinnitus dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara proses eksitasi dan inhibisi dalam jaras pendengaran. Sel rambut luar (outer hair cells/OHC) adalah sel penting dalam penyampaian suara eksternal dan amplifikasi koklea. Medial olivocochlear (MOC) me-megang peranan penting dalam pengaturan regulasi OHC. Aktivasi dari MOC meng-akibatkan inhibisi OHC melalui reseptor kolinergik nikotinik (910), sehingga amplifikasi dan sensitivitas koklea menurun. Ondansetron, dikenal sebagai antagonis 5-HT3, dapat memblokade reseptor 910. Penulis berhipotesis bahwa ondansetron dapat meningkatkan amplifikasi dan sensitivitas koklea terhadap stimulus eksternal dan secara konsekuen menghilangkan tinnitus.

Desain penelitianPenelitian dibuat secara randomized, double-blind, placebo-controlled, parallel-group, dilakukan di Amir Alam Hospital, Tehran, Iran pada MeiNovember 2011. Enam puluh pasien berusia antara 1870 tahun dengan keluhan utama tinnitus minimal 3 bulan dengan SNHL/normal. Pasien dengan karakteristik berikut diekslusikan dari penelitian: (a) cerumen impaction (kecuali tinnitus yang menetap setelah ekstraksi serumen); (b) pulsatile tinnitus; (c) tinnitus yang memberat dengan pergerakan kepala dan leher; (d) ibu hamil atau menyusui; (e) penyakit berat, seperti gangguan hepar, ginjal, jantung yang dapat dipengaruhi oleh obat; (f) masalah kejiwaan yang membutuhkan terapi psikiatri; (g) tumor sistem saraf pusat, seperti neuroma akustik atau tumor batang otak.

Protokol penelitianSalah satu ahli audiologis ditunjuk untuk menilai tes audiologi. Tes audiologi yang dilakukan adalah: (1) audiometri nada murni hingga 12 kHz; (2) maximal comfortable level (MCL); (3) uncomfortable level (UCL); (4) speech recognition threshold (SRT); (5) diskriminasi bicara (speech discrimination); (6) loudness matching (dB) dan pitch matching (kHz) of tinnitus; dan (7) timpanometri dan refleks akustik. Semua hasil tes audiologi dievaluasi setelah 4 minggu penatalaksanaan.Pasien juga diminta untuk mengisi kuisioner pada saat sebelum dan sesudah 4 minggu tatalaksana. Kuisioner tersebut merupakan: (1) Tinnitus Handicap Inventory (THI); (2) Tinnitus Severity Index (TSI); (3) Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS); dan (4) Visual Analog Scale (VAS).Kuisioner THI terdiri dari 25 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban: ya (4 poin); kadang-kadang (2 poin); tidak (0 poin). Kuisioner ini mengevaluasi efek tinnitus terhadap kehidupan pasien. Kuisioner TSI terdiri dari 12 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban: tidak pernah (1 poin); jarang (2 poin); kadang-kadang (3 poin); sering (4 poin); selalu (5 poin). Kuisioner ini juga mengevaluasi efek negatif tinnitus terhadap kualitas hidup pasien. Total skor TSI berkisar antara 1260 poin.Skor VAS berkisar antara 0 (no tinnitus) hingga 10 (the worst imaginable tinnitus). Kuisioner HADS terdiri dari 14 pertanyaan: nomor genap mengevaluasi depresi; nomor ganjil mengevaluasi kecemasan. Tiap nomor mempunyai skala skor 03. Skor yang besar menandakan tingkat depresi dan/atau kecemasan yang tinggi.Ondansetron diberikan secara bertahap dimulai dari 4 mg/hari (1 tablet) hingga 16 mg/hari (4 tablet) selama 12 hari (dosis dinaikkan 4 mg setiap 3 hari) dan berlanjut terus hingga 4 minggu.Hasil keluaran utama dari penelitian ini adalah THI, TSI, dan VAS. Selanjutnya adalah perubahan depresi/kecemasan berdasarkan HADS, efek samping, pitch and loudness match of tinnitus, PTA, dan SRT.

Hasil penelitianTiga pasien dari grup ondansetron dan 4 pasien dari grup plasebo mengalami dropout. Tabel 1 menjelaskan tentang karakteristik dasar dari 2 grup tersebut. Tabel 2 berisi tentang perubahan primer dan sekunder pada grup ondansetron dan grup plasebo.

Tiga pasien pada grup ondansetron mengeluh kram perut selama minggu pertama perawatan. Kram kemudian hilang dalam beberapa hari tanpa adanya intervensi tambahan.

DiskusiMenurut hasil penelitian, ondansetron menurunkan skor TSI dan meningkatkan ke-mampuan dengar. Ini adalah penelitian pertama yang mengevaluasi penggunaan ondansetron, yang dikenal sebagai antiemetik, pada pasien dengan tinnitus. THI dan TSI mengukur hu-bungan antara tinnitus dengan depresi dan disabilitas. Pada penelitian ini, ondansetron memang menurunkan TSI, tetapi pada THI tidak begitu signifikan.THI dibuat lebih awal daripada TSI dan telah diterjemahkan dalam bahasa yang lebih banyak. TSI memiliki skala pilihan jawaban yang lebih banyak daripada THI, sehingga memiliki keunggulan dalam mendeteksi perbedaan antara grup ondansetron dan plasebo. Penurunan skor THI dan TSI berhubungan dengan penurunan depresi pada grup plasebo, tetapi tidak pada grup ondansetron. Mekanisme depresi mempengaruhi perbaikan dari TSI dalam grup ondansetron.Penurunan ambang dengar pada telinga yang tinnitus berhubungan dengan penurunan skor TSI pada grup ondansetron. Ondansetron memperbaiki ambang dengar pasien dengan frekuensi tinggi daripada dengan frekuensi rendah, sementara plasebo tidak mengubah am-bang dengar pada frekuensi tinggi maupun rendah.Pada pitch and loudness match of tinnitus tidak ada perbedaan yang berarti. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa ondansetron mengurangi tinnitus dengan cara mem-blokade reseptor nikotinik 910 di OHC, yang menimbulkan inhibisi MOC dan memberikan feedback negatif terhadap OHC dan amplifikasi koklea.Pada penelitian ini, pasien dievaluasi hingga 4 minggu setelah mendapat terapi. Efek ondansetron kali ini masih belum jelas. Harus diadakan penelitian lebih lanjut mengenai se-berapa lama efek ondansetron ini akan berpengaruh terhadap tinnitus ketika penggunaannya dihentikan.Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Hasil dari penelitian ini adalah sub-jektif. Otoacoustic emission test (OAE) tidak dilakukan untuk mengevaluasi fungsi dari OHC. Kuisioner spesifik untuk mengevaluasi respons terapi juga tidak dilakukan, THI dan TSI hanya digunakan untuk keperluan screening dan diagnostik. Sayangnya, belum ada kui-sioner yang spesifik untuk mengevaluasi respons terapi dari penelitian ini.Akhir kata, ondansetron dapat menurunkan persepsi dari tinnitus melalui peningkatan dari ambang dengar seseorang.

4