8
  ANALISIS STRATEGI KAWAS AN PENGE MBANGAN EKONOMI (KPE) BAGANSIAPIAPI DI PROVINSI RIAU Heri Apriyanto Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Most of Country Border Area in Indonesia are underdeveloped area with limited social and economic infrastructure. On the adjacent area, the neighbor country such as Malaysia that adjacent with Sumatera already developed growth centers and border corridors with so many economic activities and trade. The disparity among country can not be avoided, mostly in economic aspect. To develop Country Border Area as equal with neighbor country and surrounding area, it is needed policy to establish Economic Development Area (KPE) in Country Border  Area. KPE is an area consist of some districts in border area that functiona lly bond to develop integrated superior economic. One of KPE developed is KPE Bagansiapiapi in Riau Province that adjacent with Malaysia. It has strategic location and abundant natural resources, but limited infrastructure as a constrain on economic development. For that reason, it is needed to formulate KPE Bagansiapiapi Strategic Plan based on agropolitan-marine integrated development area (AMIDA) concept. Kata kunci : kawasan perbatasan negara, KPE Bagansiapiapi, AMIDA 1. PENDAHULUAN Wilayah Provinsi Riau merupakan salah satu kawasan perbatasan di bagian barat NKRI yang berbatasan dengan Negara Malaysia. Wilayah ini tidak terlepas dari isu strategis yang terkait dengan pembangunan Kawasan Perbatasan Antar Negara, yang diantaranya adalah : keterbatasan sarana dan prasarana, eksploitasi sumberdaya alam dan kawasan yang tak terkendali baik oleh perambah dari dalam maupun luar negeri, dan keterbatasan kualitas SDM. Dampak dari hal-hal tersebut adalah semakin tertinggalnya pembangunan di kawasan perbatasan negara yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan tidak hanya dengan negara tetangga, tetapi dengan simpul-simpul ekonomi di dalam negeri. Akibat dari kesenjangan ini mengakibatkan kawasan perbatasan antar negara menjadi kawasan yang rawan dari aspek pertahanan dan keamanan, dan masyarakatnya tertinggal secara ekonomi serta terjadinya perusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam pengembangan kawasan perbatasan antar negara yang meliputi kesejahteraan masyarakat (  prosperity ), pertahanan dan keamanan negara (security), dan keberlanjutan lingkungan hidup (sustainability ). Guna mengembangkan kawasan perbatasan negara dalam rangka upaya mensejajarkan dengan negara tetangga dan wilayah lainnya maka disusun suatu kebijakan pengembangan wilayah berupa pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE). KPE ini sebagai upaya perwujudan strategi spasial pemanfaatan ruang kawasan, yang didukung dengan pengembangan sektor-sektor unggulan pada masing-masing KPE. Pengembangan KPE diharapkan dapat mendorong pengembangan kawasan perbatasan sebagai “beranda depan” negara dan pintu gerbang internasional ke negara tetangga serta mampu mendorong pengembangan kegiatan ekonomi setempat sebagai modal untuk mendorong kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan antar negara. Kebijakan KPE tersebut muncul dalam rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. Di dalam rancangan peraturan ini dikemukakan bahwa KPE merupakan salah satu bentuk kebijakan dan strategi spasial pemanfaatan ruang dalam rangka percepatan pembangunan kawasan perbatasan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, baik darat maupun laut. Kawasan Pengembangan Ekonomi itu sendiri adalah kawasan yang mencakup beberapa

JSTI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 1/8

 

ANALISIS STRATEGI KAWASAN PENGEMBANGAN

EKONOMI (KPE) BAGANSIAPIAPI DI PROVINSI RIAU

Heri ApriyantoPusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta

AbstractMost of Country Border Area in Indonesia are underdeveloped area with limited social and economic infrastructure. On the adjacent area, the neighbor country such as Malaysia that adjacent with Sumatera already developed growth centers and border corridors with so many economic activities and trade. The disparity among country can not be avoided, mostly in economic aspect. To develop Country Border Area as equal with neighbor country and surrounding area, it is needed policy to establish Economic Development Area (KPE) in Country Border 

Area. KPE is an area consist of some districts in border area that functionally bond to develop integrated superior economic. One of KPE developed is KPE Bagansiapiapi in Riau Province that adjacent with Malaysia. It has strategic location and abundant natural resources, but limited infrastructure as a constrain on economic development. For that reason, it is needed to formulate KPE Bagansiapiapi Strategic Plan based on agropolitan-marine integrated development area (AMIDA) concept.

Kata kunci : kawasan perbatasan negara, KPE Bagansiapiapi, AMIDA

1. PENDAHULUAN

Wilayah Provinsi Riau merupakan salah satukawasan perbatasan di bagian barat NKRI yangberbatasan dengan Negara Malaysia. Wilayah initidak terlepas dari isu strategis yang terkait denganpembangunan Kawasan Perbatasan AntarNegara, yang diantaranya adalah : keterbatasansarana dan prasarana, eksploitasi sumberdayaalam dan kawasan yang tak terkendali baik olehperambah dari dalam maupun luar negeri, danketerbatasan kualitas SDM. Dampak dari hal-haltersebut adalah semakin tertinggalnyapembangunan di kawasan perbatasan negarayang mengakibatkan timbulnya kesenjangan tidak

hanya dengan negara tetangga, tetapi dengansimpul-simpul ekonomi di dalam negeri. Akibat darikesenjangan ini mengakibatkan kawasanperbatasan antar negara menjadi kawasan yangrawan dari aspek pertahanan dan keamanan, danmasyarakatnya tertinggal secara ekonomi sertaterjadinya perusakan lingkungan. Untuk itudiperlukan pendekatan yang komprehensif dalampengembangan kawasan perbatasan antar negarayang meliputi kesejahteraan masyarakat(prosperity ), pertahanan dan keamanan negara(security), dan keberlanjutan lingkungan hidup(sustainability ).

Guna mengembangkan kawasan perbatasannegara dalam rangka upaya mensejajarkan

dengan negara tetangga dan wilayah lainnya makadisusun suatu kebijakan pengembangan wilayahberupa pembentukan Kawasan PengembanganEkonomi (KPE). KPE ini sebagai upayaperwujudan strategi spasial pemanfaatan ruangkawasan, yang didukung dengan pengembangansektor-sektor unggulan pada masing-masing KPE.Pengembangan KPE diharapkan dapatmendorong pengembangan kawasan perbatasansebagai “beranda depan” negara dan pintugerbang internasional ke negara tetangga sertamampu mendorong pengembangan kegiatanekonomi setempat sebagai modal untukmendorong kerjasama ekonomi yang salingmenguntungkan antar negara. Kebijakan KPEtersebut muncul dalam rancangan PeraturanPresiden tentang Rencana Tata Ruang KawasanPerbatasan Negara di Provinsi Riau dan ProvinsiKepulauan Riau. Di dalam rancangan peraturan inidikemukakan bahwa KPE merupakan salah satubentuk kebijakan dan strategi spasial pemanfaatanruang dalam rangka percepatan pembangunankawasan perbatasan yang tersebar di berbagaiwilayah di Indonesia, baik darat maupun laut.Kawasan Pengembangan Ekonomi itu sendiriadalah kawasan yang mencakup beberapa

Page 2: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 2/8

 

  2

kecamatan yang terikat secara fungsional dalammengembangkan sektor-sektor ekonomi unggulansecara terpadu.

Di Provinsi Riau terdapat empat KPE yangakan dikembangkan, yaitu KPE Bagansiapiapi(Kabupaten Rokan Hilir), KPE Dumai-Rupat (Kota

Dumai dan Kabupaten Bengkalis), KPE Bengkalis(Kabupaten Bengkalis) dan KPE Selat Panjang(Kabupaten Bengkalis) (Ditjen Penataan Ruang,2006). Dalam makalah ini pembahasandikhususkan pada analisis strategi pengembanganuntuk KPE Bagansiapiapi. KPE Bagansiapiapi iniberbatasan dengan Negara Malaysia yangdipisahkan dengan Selat Malaka, dimana selat inimerupakan salah satu jalur transportasi laut yangcukup ramai. Namun letak yang strategis danpotensi wilayah (ekonomi, dan SDA) yang ada,belum termanfaatkan secara optimal gunameningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

daerah. Wilayah ini masih tertinggal dibandingkandengan wilayah lain seperti Kota Dumai danBengkalis, apalagi dengan negara bagian diMalaysia.

Tujuan analisis ini adalah tersusunnya strategipengembangan KPE Bagansiapiapi sehinggadapat menjadi pemacu pertumbuhan ekonomikawasan tersebut sekaligus menjadi pemicupengembangan ekonomi kawasan sekitarnya.

2. BAHAN DAN METODA

Bahan yang digunakan untuk mengkaji strategi

pengembangan KPE Bagansiapiapi adalah kondisiinternal dan eksternal dari wilayah Bagansiapiapidan Provinsi Riau. Kondisi ini meliputi kondisi fisik(termasuk posisioning dan sumberdaya alam),perekonomian, sosial, budaya, kependudukan, daninfrastruktur wilayah. Selain itu juga dibutuhkanberbagai macam kebijakan yang terkait denganrencana pengembangan wilayah, seperti RTRWN,RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Riau,RTRW Kabupaten Rokan Hilir dan RTR Pulau-pulau Kecil dan Pesisir Provinsi Riau, sertadokumen-dokumen lain yang terkait. Peta-petatematik seperti peta topografi, geologi, tanah,

kesesuaian lahan, peta aliran sungai dan petabencana juga digunakan untuk mendukunganalisis wilayah.

Metoda yang digunakan untuk menentukanstrategi pengembangan KPE ini adalah analisisSWOT. Analisis ini untuk mengidentifikasikanfaktor-faktor kekuatan dan kelemahan (analisislingkungan internal) dan faktor-faktor peluang danancaman (analisis lingkungan eksternal) (Rangkuti, Freddy, 1997). Analisis untuk penentuan skenarioini terbagi menjadi 4 (empat) komponen dasaryaitu :

Kekuatan (Strength ), merupakan faktor-faktor

internal yang bisa dijadikan kunci suksespengembangan KPE Bagansiapiapi.

Kelemahan (Weakness ), yakni faktor-faktorinternal yang bisa menjadi sumberketidakberhasilan pengembangan KPEBagansiapiapi

Peluang (Opportunity ), adalah kondisi eksternal(lingkungan strategis) yang dapat memberikandampak positif bagi pengembangan KPEBagansiapiapi jika bisa dimanfaatkan denganbaik.

Ancaman (Threath ), yakni kondisi eksternal(lingkungan strategis) yang dapat memberikandampak negatif bagi pengembangan KPEBagansiapiapi jika tidak diantisipasi denganbaik.

Dengan mengacu pada matriks hubunganantara kekuatan dan peluang (S-O), dankelemahan dan ancaman (W-T) maka selanjutnyadapat dirumuskan langkah-langkah strategis untukpengembangan KPE Bagansiapiapi.

Untuk delineasi wilayah KPE Bagansiapiapi,sebagai dasar digunakan kriteria yang berasal dariRancangan Peraturan Presiden tentang RTRKawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau danProvinsi Kepulauan Riau. Adapun kriteriapembentukan KPE tersebut sebagai berikut :a) Merupakan satu kesatuan wilayah administrasi

pembangunan, dimana letak geografiskecamatan yang berbatasan langsung

mempunyai jarak dari garis batas 50 km.b) Mempunyai potensi pengembangan sektor

unggulan, dimana tingkat kesesuaian lahantinggi (S2 –S1), produktivitas komoditas tinggi(di atas rata-rata provinsi), dan kecenderunganpermintaan ekspor komoditas positif (sedanghingga tinggi).

c) Sektor unggulan ditetapkan denganmemperhatikan kondisi sumberdaya manusia,sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial,budaya, ekonomi, teknologi, informasi,administrasi, pertahanan keamanan untuk jangka waktu 20 tahun.

d) Berada dalam satu sistem pusat pelayanan

dimana mempunyai kesamaan pusat pelayanan(ibukota kabupaten/kota) dan aksesibilitas kepusat pelayanan tinggi (tersedia sarana danprasarana).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil KPE Bagansiapiapi

KPE Bagansiapiapi secara administrasi terletak diKabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Berdasarkandelineasi menurut kriteria pembentukan KPE makakawasan ini terdiri dari 4 kecamatan di Kabupaten

Page 3: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 3/8

 

  3

Rokan Hilir yang mempunyai batas langsungdengan Negara Malaysia (Selat Malaka), yaitumeliputi Kecamatan Pasir Limau Kapas (ibukotaPanipahan), Kecamatan Kubu (ibukota TelukMerbau), Kecamatan Bangko (ibukotaBagansiapiapi) dan Kecamatan Sinaboi (ibukota

Sinaboi) dengan luas daratan sekitar 2.600 km2

 atau kira-kira 30% dari luas kabupaten seluruhnya.Ibukota Kabupaten Rokan Hilir yang sebelumnyaditetapkan di Ujung Tanjung (UU RI No 53 tahun1999) telah dipindah ke Bagansiapiapi (UU RINo.34 Tahun 2008). Secara administratif, wilayahKPE Bagansiapiapi mempunyai batas-batassebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan ProvinsiSumatera Utara dan Selat Malaka.

Sebelah Selatan berbatasan denganKecamatan Batu Hampar, Bangko Pusako,Simpang Kanan, dan Bagan Sinembah

Kabupaten Rokan Hilir. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi

Sumatra Utara.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai.

Secara geografis, keberadaan KPEBagansiapiapi cukup strategis untuk kegiatanperdagangan karena berbatasan langsung denganNegara Malaysia dan terletak di jalur pelayaraninternasional (ALKI I). Wilayah KPE ini menjadilokasi bermuaranya sungai-sungai yang cukupbesar yang pada umumnya merupakan lintaskabupaten. Sungai Rokan merupakan sungai

terbesar yang melintas sejauh 350 kilometer darihulu di Kabupaten Rokan Hulu sampai muaranyadi Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir. Sungai-sungai lainnya adalah Sungai Kubu, SungaiBangko, dan Sungai Sinaboi. Namun kondisisungai-sungai tersebut sebagian besar mengalamisedimentasi yang cukup tinggi, terutama SungaiRokan yang menjadi salah satu urat nadiperekonomian Kabupaten Rokan Hilir. Untuktutupan lahan di KPE Bagansiapiapi didominasioleh gambut, bakau, dan hutan serta perkebunan.Permukiman hanya terkonsentrasi di KotaBagansiapiapi dan ibukota-ibukota kecamatan. Di

KPE Bagansiapiapi ini terdapat beberapa pulaukecil, yaitu Pulau Halang, Pulau Jemur, PulauBerkey, Pulau Pedamaran dan Pulau Sinaboi.

Jumlah penduduk KPE Bagansiapiapi padatahun 2007 tercatat sebanyak 159.236 jiwa(www.rokanhilir.go.id), yang berarti sekitar 31%dari jumlah penduduk yang ada di KabupatenRokan Hilir. Dengan demikian tingkat kepadatanpenduduknya adalah sekitar 60 jiwa/km

2. Laju

pertumbuhan penduduk sekitar 4,87% setiaptahunnya, sedikit di atas tingkat pertumbuhanpenduduk yang dicapai Provinsi Riau (4,61% pertahun). Kecenderungan pertambahan penduduk

seperti ini cukup positif bagi KPE Bagansiapiapiuntuk mempercepat pembangunannya dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatdan mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah lain yang sudah maju, terutama daerah-daerah di sekitarnya seperti KPE Dumai-Rupat.

Infrastruktur wilayah yang dimiliki KPEBagansiapiapi masih terbatas. Padahal, sebagaisuatu kawasan pengembangan ekonomi yangberada di Selat Malaka, posisinya sangat strategisdan sudah seharusnya infrastruktur danaksesibilitas yang tersedia harus memadai karenamerupakan kunci bagi pengembangan kawasanini. Hingga kini, transportasi laut di KPEBagansiapiapi masih memegang peranan sangatpenting. Sebagai wilayah yang berada diperbatasan, perdagangan antarnegara yangdidistribusikan melalui transportasi laut sudahmenjadi kegiatan rutin. Rencana peningkatan

pelabuhan-pelabuhan yang ada di wilayah dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rencana Pelabuhan di KPEBagansiapiapi

PelabuhanJenjangFungsi

JenisAngkutan

JaringanPelayanan

SinaboiPel.Nasional

Penumpang& barang/ konvensional

Domestik &internasional

Bagansiapiapi

Pel.Regional

Barang/ konvensional

Domestik

Pulau

Halang

Pel.

Regional

Penumpang& barang/ 

konvensional

Domestik

Pani pahanPel.Regional

Domestik &lintas batas

Tj. Lumba-lumba

Pel.Regional

Barang/ konvensional

Domestik &lintas batas

Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2001

Di sektor ekonomi, selama periode 2000-2004, PDRB Kabupaten Rokan Hilir menurut hargakonstan 2000 memperlihatkan fluktuasi. Padatahun 2000 PDRB daerah ini telah mencapaiRp9.483.775 juta, namun setahun kemudianmerosot sekitar 1,20% menjadi Rp9.369.721 juta.Meskipun sempat bangkit dalam dua tahunberikutnya dengan mencatat laju masing-masing3,75% (menjadi Rp9.721.234 juta) dan 1,67%(Rp9.883.279 juta), tetapi memasuki tahun 2004kembali berkontraksi sebanyak -0,91% untukmenggapai angka Rp9.793.555 juta. Akibat darifluktuasi ini, laju pertumbuhan ekonomi yang diraihKabupaten Rokan Hilir hanya mencapai 0,83% pertahun sepanjang rentang waktu 2000-2004.

Sektor perikanan masih menjanjikan danmerupakan salahsatu komoditas unggulan bagiKPE Bagansiapiapi ini. Hal ini terbukti denganproduksi perikanan khususnya perikanan tangkap

(lihat Tabel 2). Selain itu terdapat industri galangan

Page 4: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 4/8

 

  4

kapal kayu dengan produksi sebanyak 55 unit pertahun dan 200 kapal motor pertahun.

Tabel 2. Produksi perikanan di KPE Bagansiapiapitahun 2005

No Kecamatan Penangkapan Laut (ton)1. Bangko 372

2. Kubu 2023. Pasir Limau Kapas 1.137

4. Sinaboi 342Jumlah 2.053

Sumber : www.rokanhilir.go.id 

Berdasarkan RTRW Kabupaten Rokan Hilir(Bappeda Kab. Rokan Hilir, 2002), sistem kota-kota yang terdapat di KPE Bagansiapiapi meliputiKota Bagansiapiapi sebagai PKW, kemudian KotaSinaboi (Kec. Sinaboi), Kota Tanjung Lumba-lumba (Kec. Kubu), dan Kota Panipahan(Kec.Pasir Limau Kapas). Sedangkan berdasarkan

pola ruang maka di wilayah KPE Bagansiapiapimeliputi :

Kawasan LindungKawasan Pusat Perlindungan Penyu diKawasan Pulau Jemur, hutan lindung gambut disebagian wilayah Kecamatan Pasir Limau danKubu, serta beberapa kawasan pantai dikecamatan-kecamatan yang terletak di pesisir.

Kawasan Budidaya- Kawasan pertanian tanaman pangan (padi)- Kawasan perkebunan besar (kelapa sawit)- Kawasan perikanan di pesisir pantai- Kawasan pariwisata di Pulau Jemur dan

wisata religius di Bangko

- Kawasan agroforestry  - Kawasan permukiman

3.2 Matriks Analisis SWOT KPE Bagansiapiapi

Dalam rangka penyusunan strategi

pengembangan maka dilakukan analisis kondisiKPE Bagansiapiapi baik dari berbagai aspek, yaitufisik/geografis, sumberdaya alam, kemampuanlahan, infrastruktur, ekonomi, sosial budaya, danpertahanan, keamanan, keselamatan negara.Analisis dilakukan terhadap yang ada pada saat inimaupun proyeksinya ke depan, sehingga dapatdiketahui kekuatan, kelemahan, peluang, danancaman terkait dengan pengembangan wilayahini sebagai KPE (lihat Tabel 3.).

Dalam rangka menjalankan misi sebagaikawasan pengembangan ekonomi, maka dapatditempuh beberapa langkah strategis, yaitu

mengoptimalkan kekuatan atau potensi yangdimilikinya dengan memanfaatkan peluangsebanyak mungkin, dan meminimalkan kelemahanyang ada dengan selalu berupaya mengatasitantangan atau ancaman yang dihadapinya.Dengan mengacu pada matriks hubungan antarakekuatan, peluang, dan kelemahan serta ancamanseperti yang diperlihatkan pada tabel sebelumnya,maka langkah-langkah strategis untukmengembangkan wilayah Bagansiapi dansekitarnya sebagai KPE dapat dirumuskan sepertipada subbab berikut.

Tabel 3. Ringkasan matriks SWOT KPE BagansiapiapiNo Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Geografi danSDA

Posisi geografisyang strategis danPotensi SDA besar

Lahan rawa,pengelolaan belumoptimal

Dekat pasar,kuantitas SDMcukup

Penyelundupan danpencemaranlingkungan

2. SatuanKemampuanLahan

Lahan datar mudahdikelola, kuantitasair cukup, dayadukung memadai,

Kualitas air kurangbaik, rawan banjir,abrasi dan erosipantai

Penambanganbahan galian danpemanfaatan lahanperkebunan

Rawan intrusi airlaut

3. Infrastruktur Memiliki pelabuhandan aksestransportasi ke jalur

perdaganganinternasional

Memiliki akses daratke pasar dan pusatpertumbuhan didalam negeri

Kapasitas listrik, airdan telekomunikasimasih sangat

terbatas Kapasitas prasarana

dan saranatransportasi masihterbatas

Investasi sektorprimer (perikanandan perkebunan

Perdagangan lintasbatas

Pertumbuhanekonomi kawasansaat ini masih

lambat Minat investasi

masih rendah

4. Ekonomi Memiliki beberapasektor, subsektor,dan komoditasunggulan di levelprovinsi

Kontribusi eksporterhadap ProvinsiRiau masih rendah

Perkembanganekonomi regionalmendatangkanperluasan aksespasar bagi KPE ini

Perekonomian diluar kawasanmemiliki daya saingyang lebih kuat

Sumber : Hasil Analisis 

Page 5: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 5/8

 

  5

3.2.1 Strategi S  – O

Strategi yang dirumuskan di sini pada prinsipnyamendasarkan pada faktor internal yangmendukung pengembangan Bagansiapiapisebagai KPE dan faktor eksternal yang

memberikan peluang bagi upaya pengembanganitu sendiri. Dari hasil identifikasi kedua faktortersebut, diperoleh langkah-langkah strategissebagai berikut :1) Dengan di dukung posisi dan pasar strategis

untuk pemasaran dan investor produk unggulanmaka diperlukan suatu kerjasama dengandaerah penunjang dan juga negara tetangga,khususnya Malaysia. Untuk itu penyiapan basisdata (database ) sangat penting dan bersifattransparan. Infrastruktur juga harus disiapkan.Senjutnya dapat dibuka akses langsung keMalaysia.

2) Dengan potensi SDA yang cukup besar, baikperkebunan maupun tambang, maka perludikembangkan secara optimal denganmemperhatikan kelestarian lingkungan.

3) Dengan adanya sungai-sungai yang cukupbesar maka perlu perencanaan pemanfaatandan pengelolaannya secara baik sehingga lebihberdaya guna.

3.2.2 Strategi W  – T

Perumusan strategi di sini difokuskan pada upayamereduksi faktor internal yang menghambat

(kelemahan), dan dibarengi denganmengantisipasi faktor eksternal yang mengancamdalam pengembangan Bagansiapiapi sebagaiKPE. Hasil rumusannya adalah sebagai berikut :1) Menyusun prioritas pembangunan infrastruktur.

Hal ini perlu dilakukan karena terbatasnyapendanaan. Perencanaan harus secarakomprehensif dengan memperhatikan tidakhanya lokasi KPE tetapi juga wilayahpendukungnya.

2) Memperkuat koordinasi antar sektor dan antardaerah yang diharapkan program yang akandilaksanakan terfokus dan saling bersinergis.

Hal ini tidak hanya dilakukan di wilayah KPEsaja tetapi juga kabupaten, provinsi maupunnasional. Dengan demikian tidak terjaditumpang tindih program dan persaingan yangtidak sehat dengan wilayah.

3) Meningkatkan kesadaran para stake holdersakan pentingnya kelestarian DAS Rokan.Monitoring pengelolaan DAS ini untukmengatasi sedimentasi, dan penggunaanteknologi ramah lingkungan untuk mengatasipencemaran. Diperlukan strategi pengelolaanDAS secara terintegrasi.

4) Menyusun regulasi yang terkait denganpemilikan lahan dan tapal batas.

3.2.3 Strategi S  – T

Dalam merumuskan strategi ini, faktor internal

yang mendukung upaya pengembangan KPE akandimantapkan, sedangkan faktor eksternal yangbersifat ancaman akan diperkecil. Denganskenario tersebut, maka strategi pengembanganyang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :1) Peningkatan ketahanan dan keamanan

daerah/nasional. Dengan berkoordinasi denganaparat keamanan untuk menjamin keamananinvestor maupun pelaku bisnis dalammelakukan aktivitasnya di KPE ini.

2) Menciptakan iklim yang kondusif untuk menarikinvestasi. Hal ini untuk menarik investasi danpengembangan produk unggulan melalui

kemudahan regulasi dan keamanan usaha.Dalam usaha menciptakan iklim yang kondusifuntuk menarik investasi, diperlukan kemudahandan kejelasan dalam hal regulasi. Hambatanbirokrasi sesegera mungkin ditiadakan dengancara deregulasi dan debirokratisasi.

3) Meningkatan kualitas dan keandalan produkunggulan melalui penetapan standar mutu hasilproduksi.

3.2.4 Strategi W – O

Perumusan strategi ini mengedepankan upaya

meminimalkan kelemahan dengan dibarengilangkah-langkah pemanfaatan peluang secarabaik agar dapat memperkuat potensi yang ada.Dengan dasar ini, maka strategi pengembanganyang diperlukan adalah :1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana

dan prasarana infrastruktur. Dengan demikianaksesibilitas ke lokasi dan pendistribusiannhasil produk tidak sulit, sehingga menekanbiaya operasional.

2) Membangun sarana pengolahan lebih lanjutuntuk tidak hanya menghasilkan bahan bakusaja, tetapi produk memiliki nilai tambah.

Selanjutnya strategi-strategi di atas diringkasberdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhipengembangan KPE Bagansiapiapi yang hasilnyaadalah sebagai berikut :

Tata ruang : Keterpaduan dalam penyusunantata ruang dan optimalisasi pemanfaatan ruang

Pertahanan, keamanan dan keselamatan :Peningkatan pengamanan zona pertahanandan kerjasama pengamanan jalur pelayaranSelat Malaka

Perbatasan antar negara : Kerjasamaperdagangan dan pengelolaan ZEE

Page 6: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 6/8

 

  6

Kemampuan lahan/rawan bencana : Pemulihankualitas lingkungan dan pemanfaatan bahangalian secara efisien

Infrastruktur : Perluasan jaringan transportasike luar negeri (lintas batas) dan pusatpertumbuhan di dalam negeri, khususnya

untuk mendukung sektor unggulan Ekonomi regional : Peningkatan produktivitas,

efektivitas dan efisiensi ekonomi

Sektor unggulan : Agroindustri dan perkebunan,industri pengolahan, kelautan, danperdagangan

Kelembagaan : Pengembangan kawasanagropolitan dan kelautan terpadu (PKAKT) atauagropolitan-marine integrated development area (AMIDA).

3.3 Konsep Pengembangan KPEBagansiapiapi

Konsep pengembangan KPE Bagansiapiapiadalah pengembangan kawasan agropolitan dankelautan terpadu (PKAKT) atau agropolitan-marine integrated development area  (AMIDA). Secarasederhana, PKAKT atau AMIDA adalah sebuahkonsep pengembangan wilayah/kawasan yangberbasis pada potensi agroindustri dansumberdaya kelautan, terutama perikanan.Adapun dasar pertimbangan :  Karakteristik KPE Bagansiapiapi terdiri dari dua

karakter kawasan, yakni kawasan daratan(inland) dan kawasan perairan laut (marine).

  Potensi KPE Bagansiapiapi terdiri dari :- Agroindustri berbasis kelapa sawit dan

karet.- Budidaya ikan laut, penangkapan ikan laut,

industri perikanan laut, industri perkapalan,pariwisata pulau, transportasi laut.

- Perdagangan regional dan antarnegara.Keterpaduan antara kawasan agropolitan dan

kelautan dapat diwujudkan dalam bentuk kawasansentra bisnis (Central Business District   /CBD) diwilayah pesisir, khususnya di Kota Bagansiapiapi. 

3.4 Strategi Pengembangan KPEBagansiapiapi

Berdasarkan analisis dan konsep yang telahdisusun maka strategi pengembangan KPEBagansiapiapi menurut sektor adalah sebagaiberikut :1) Strategi pengembangan Komoditas/jasa

Unggulan AMIDA melalui :a) Pengembangan kawasan agropolitan.b) Pengembangan kawasan pesisir.c) Pengembangan kawasan sentra bisnis.d) Pengembangan kawasan pariwisata.

e) Pengembangan pemasaran.

f) Pengembangan kelembagaan.2) Tata Ruang :

a) Pemantapan fungsi-fungsi masing-masingpusat pelayanan dan struktur ruang danketerkaitannya

b) Penyiapan pintu gerbang keluar-masuk

negara tetangga baik barang maupun orang.c) Peningkatan utilitas dan fasum/fasosd) Pemantapan kawasan lindung dan kawasan

konservasi serta pengelolaan kawasangambut

e) Penetapan arahan pemanfaatan ruanguntuk mendukung arahan AMIDA.

f) Pengembangan kawasan perikanantangkap, budidaya ikan dan kawasanpengolahan ikan serta sarana danprasarana pendukungnya

g) Penyiapan CBD terutama di pusatpertumbuhan Kota Bagansiapiapi

3) Pengembangan Sistem transportasi :a) Jalan antara Bagansiapiapi dengan Bagan

Batu dan Ujung Tanjung harus ditingkatkanmenjadi jalan arteri primer danpengembangan jalan kolektor primerbertujuan menghubungkan antar PKW danantara PKW dan PKL

b) Peningkatan kapasitas jalan yang ada,untuk angkutan berat hasil pertanian (sawit)

c) Membuka jalan jalur pantai Sinaboi – Dumaid) Pengembangan jaringan antara pusat-pusat

produksi dengan pusat pengumpul dandistribusi

e) Pengembangan jaringan antar pelabuhansungai yang berfungsi sebagai pusatpengumpul dan distribusi (dariBagansiapiapi ke arah hulu sungai)

f) Peningkatan jenjang fungsi pelabuhanBagansiapiapi, Sinaboi, Panipahan, danTanjung Lumba-lumba dan diantaranyadijadikan sebagai jalur penyeberangan antarnegara (Port Dickson dan Port Klang,Malaysia)

4) Pengembangan Sumberdaya Air melaluipeningkatan kualitas wilayah sungai bagipenyediaan air baku (konservasi daerah

resapan air) terutama DAS Rokan; danpeningkatan kualitas sistem prasaranasumberdaya air (pengolahan air baku dan jaringan)

5) Pengembangan Energi dan Tenaga Listrikmelalui peningkatan kapasitas dan jaringanlistrik serta pemanfaatan sumber energialternatif, misal melalui bahan bakar nabatimaupun mikrohidro

6) Pengembangan Telekomunikasi melaluipeningkatan jaringan/kapasitas sambungan,pengembangan telepon seluler danpengembangan jaringan dan pelayanan internet

Page 7: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 7/8

 

  7

3.5 Rencana Pemanfaatan Ruang KPEBagansiapiapi

Berdasarkan analisis pada sektor unggulan dimilikiKPE Bagansiapiapi, maka sektor perikanan dankelautan, pariwisata dan perkebunan (kelapa

sawit) merupakan prioritas untuk mewujudkanAMIDA. Sedangkan sebagai sektor penunjang

adalah pertanian (tanaman pangan). Dengandemikian pemanfaatan kawasan budidayadidorong untuk dapat menunjang sektor-sektorunggulan tersebut.

Rencana Tata Ruang, RencanaPengembangan Klaster Kawasan Prioritas dan

Rencana Jaringan Transportasi di KPEBagansiapiapi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Strategi Pengembangan KPE BagansiapiapiSumber : Hasil Analisis 

4. KESIMPULAN

Salah satu upaya untuk mengembangkankawasan perbatasan negara adalah pembentukanKawasan Pengembangan Ekonomi (KPE). Hal ini

bertujuan untuk dapat mensejajarkan kawasanperbatasan negara yang pada umumnya termasukdaerah tertinggal, dengan negara tetanggamaupun wilayah lainnya. Salah satu kawasanperbatasan negara di Provinsi Riau adalah KotaBagansiapiapi dan sekitarnya ditetapkan sebagaiKPE. Berdasarkan analisis yang dilakukanterhadap semua aspek yang ada dan proyeksi kedepan, maka strategi utama pengembangan KPEBagansiapiapi ini adalah dikembangkan sebagaikawasan agropolitan dan kelautan terpadu(PKAKT) atau agropolitan-marine integrated development area  (AMIDA). Hal ini didasari oleh

sektor perikanan dan kelautan, pariwisata danperkebunan yang merupakan komoditas prioritas,dengan pusat perdagangan di Kota Bagansiapiapi.Untuk itu program-program semua sektor sepertiRencana Tata Ruang (RTR), pengembangan

infrastruktur, dan kelembagaan yang direncanakanharus mendukung terbentuknya AMIDA ini.Dengan demikian pendekatan kawasanperbatasan negara tidak hanya dari pendekatansecurity , tetapi juga prosperity dan sustainability .

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Provinsi Riau, 2001, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2001- 2015 , Pekanbaru.

Page 8: JSTI

5/8/2018 JSTI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jsti 8/8

 

  8

Bappeda Kabupaten Rokan Hilir, 2002, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2002-2012 , Bagansiapiapi.

Ditjen Penataan Ruang, 2006, Rancangan Peraturan Presiden Republik Indonesia 

tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau , Jakarta.

http://www.rokanhilir.go.id/images/potensi-perikan anlaut.gif , Diakses tanggal 20 Juli 2008.

Rangkuti, Freddy, 1997, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis , PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta.