Jtptunimus Gdl Andriniest 6717 1 Babi(a )

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kampus

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

    tubuh sehat maka kita bisa melakukan kegiatan yang menjadi rutinitas setiap

    harinya. Salah satu kesehatan yang sangat penting untuk kita jaga adalah

    kesehatan mata, mata merupakan kaca bagi kehidupan yang kita jalani.

    Dengan mata kita bisa melihat semua hal yang ada di bumi ini. Lalu

    bagaimana jika mata kita tidak sehat? Kita tidak akan tau apa yang ada

    disekitar kita, bahkan para ahli mengatakan 80 % dari informasi yang kita

    dapat diserap melalui mata kita. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan

    gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan (Sumber : Seputar

    Indonesia, Berita Inspirasi Nasional, 26 Februari 2012).

    Gangguan yang terjadi pada mata bisa diakibatkan oleh banyak hal,

    salah satu yang menjadi akibat gangguan pada mata adalah katarak. Menurut

    data organisasi kesehatan dunia WHO terdapat 50 juta kebutaan di dunia

    akibat katarak dan yang paling banyak adalah mereka yang tinggal di negara

    miskin dan berkembang yaitu Asia dan Afrika. Penyebab lainnya ialah

    kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit

    katarak. Keadaan ini bertambah buruk karena banyak dari penderita katarak

    sering kali tidak menyadari mereka telah mengalami gangguan katarak

    (Sumber : Seputar Indonesia, Berita Inspirasi Nasional, 26 Februari 2012).

  • 2

    Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di

    Indonesia. Menurut yang diketahui Prof. Dr. H Sidarta Ilyas SpM bahwa

    prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah penduduk di

    Indonesia. Dari angka tersebut prosentase kebutaan utama ialah katarak

    dengan prosentase tertinggi 0,70 % dari beberapa penyebab lain kebutaan di

    Indonesia seperti kelainan kornea 0,13% , glaucoma 0,10% , kelainan refraksi

    0,06% , kelainan retina 0,03 , dan kelainan nutrisi 0,02 (Ilyas, 2006).

    Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15

    tahun lebih cepat dibandingkan penderita di daerah tropis lainnya di mana

    sekitar 16 sampai 22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 56

    tahun. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

    1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% atau lebih dari dua juta

    orang buta atau tunanetra di Indonesia. Sementara besarnya jumlah penderita

    katarak di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut

    yang pada tahun 2000 yang diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4% dari total

    penduduk) ( By VitaNatures Penyakit Umum, 17 Juli 2011).

    Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) tahun 2011

    memperkirakan setiap tahun muncul kasus baru katarak sebanyak 240.000

    orang, namun yang bisa direhabilitasi lewat operasi katarak hanya sekitar

    120.000 orang. Selain itu, masih ada keengganan bagi orang Indonesia

    menjadi donor mata meskipun setelah meninggal. Katarak adalah kerusakan

    mata yang secara berangsur-angsur dapat berakhir dengan kebutaan. Di

    Indonesia dari 3 juta orang buta, separuh di antaranya karena katarak.

  • 3

    Sementara, setiap tahun diperkirakan ada 240.000 kasus katarak baru di

    Indonesia. Oleh karenanya, jumlah kebutaan karena katarak di Indonesia

    terbesar se Asia Tenggara ( By VitaNatures Penyakit Umum, 17 Juli 2011).

    Penderita penyakit katarak di Indonesia sebanyak 3,6 juta orang atau

    menempati posisi kedua setelah Etiopia, sebagai negara penderita katarak

    terbanyak di dunia. Di Jawa Barat sendiri, warga penderita katarak tercatat

    ada 600 ribu orang dari jumlah penduduk Jawa Barat 43 juta atau terbanyak di

    Indonesia. Wakil Direktur Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo, dr Iwan

    Sovani mengatakan, kendala yang dihadapi para pasien katarak adalah

    masalah biaya dan rasa takut yang berlebihan sehingga jumlah penderita

    katarak di Indonesia terus bertambah. "Posisi Indonesia berada di bawah

    Etiopia yang notabene adalah negara terbelakang di Afrika ( Jurnal Nasional,

    oleh Robby Sanjaya Penderita Katarak di Indonesia Terbanyak Setelah

    Etiopia Senin 21 November 2011, Bandung ).

    Sebagian besar katarak timbul pada usia tua akibat pajanan kumulatif

    terhadap pengaruh lingkungan serta pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi

    UV, dan peningkatana kadar gula darah. Kadang ini disebut katarak terkait

    usia. Sebagian kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit

    sistemik spesifik dan memiliki mekanisme fisikokimiawi yang jelas. Beberapa

    diantaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan. Katarak tidak dapat

    dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi atau

    pembedahan. Katarak merupakan penyakit degeneratif namun saat ini katarak

    juga telah ditemukan pada usia muda (35-40 tahun). Selama ini katarak

  • 4

    banyak dijumpai pada orang dengan usia 55 tahun sehingga sering diremehkan

    kaum muda. Hal ini disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang

    dibutuhkan tubuh (irawan, 2008).

    Peran perawat pada pasien katarak sangatlah penting. Disini perawat

    sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin

    terjadi. Pada pasien katarak pre operasi perawat perlu mempersiapkan pasien

    dalam pembedahan mata yang akan dilakukan dan pada post opersai katarak

    perawat harus memperhatikan kondisi pasien untuk mengurangi terjadinya

    komplikasi. Berdasarkan hal diatas penulis akan membahas mengenai asuhan

    keperawatan dengan pre dan post operasi katarak dan yang lebih lanjut akan

    menguraikan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dengan pre dan

    post operasi katarak.

    B. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan

    asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post operasi katarak.

  • 5

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu menemukan data fokus selama asuhan keperawatan

    pada Tn.S dengan pre dan post operasi katarak.

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama asuhan

    keperawatan pada Tn.S dengan pre dan post operasi katarak.

    c. Penulis mampu menetapkan rencana tindakan keperawatan selama

    asuhan keperawatan pada Tn.S dengan pre dan post operasi katarak.

    d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.S

    dengan pre dan post operasi katarak.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang

    telah diberikan pada Tn.S dengan pre dan post operasi katarak.

    C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

    Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan

    pendekatan pemecahan masalah proses keperawatan yang terdiri dari

    pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Adapun teknik

    penulisan bersifat deskriptif yaitu merupakan suatu gambaran kasus yang

    dibaca. Sedangkan teknik pengambilan data yang digunakan dalam penulisan

    karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

    1. Observasi partisipatif

    Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

    mengamati dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama di

  • 6

    rumah sakit dan lebih bersifat obyektif yaitu : dengan melihat respon klien

    setelah dilakukan tindakan (Dr. Nursalam, 2008).

    Pada kasus Tn.S dengan katarak, perawat mengamati bagaimana

    respon Tn.S terhadap tindakan medis yang akan dilakukan dari pre operasi

    sampai post operasi dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.S

    sesuai respon yang muncul.

    2. Interview

    Suatu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan

    tanya jawab dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk

    mendapatkan data yang diperlukan (Dr. Nursalam, 2008).

    Perawat melakukan tanya jawab pada Tn.S dan istrinya berkaitan

    dengan keluhan yang dirasakan dan bagaimana pejalanan penyakit,

    perawat juga melihat data yang sudah ada dari tenaga medis lain sebagai

    pendukung tindakan medis yang akan diberikan.

    3. Pemeriksaan Fisik

    Suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan

    mulai dari inspeksi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data fisik

    klien secara keseluruhan (Dr. Nursalam, 2008).

    Pada Tn.S perawat memfokuskan pemeriksaan fisik pada mata sesuai

    keluhan Tn.S dan data penunjang yang diperoleh, namun perawat juga

    melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan untuk menghindari

    terjadinya komplikasi jika didapat gangguan lain pada tubuh Tn.S.

  • 7

    4. Studi Dokumenter

    Suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mempelajari

    catatan medik dan catatan perawatan serta hasil pemeriksaan diagnosik

    yang ada. Dalam hal ini penulis mempelajari buku laporan, catatan

    keperawatan dan catatan medik serta hasil diagnostik (Dr. Nursalam,

    2008).

    Perawat mengkoreksi kembali data yang ada dengan data yang

    diperoleh dari Tn.S untuk mengetahui tindakan medis yang harus

    diberikan secara tepat pada Tn.S.

    5. Studi Pustaka

    Yaitu mmepelajari buku-buku referensi tentang penyakit yang

    berhubungan dengan masalah klien (Dr. Nursalam, 2008).

    D. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis

    ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari

    lima bab, yaitu :

    Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,

    tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

    penulisan.

    Bab II : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, jenis-

    jenis katarak, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi,

  • 8

    manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian

    fokus, pathways keperawatan, dan fokus intervensi.

    Bab III : Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien,

    meliputi pengkajian, pathways kasus, diagnosa keperawatan,

    intervensi, implementasi dan evaluasi.

    Bab IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk

    menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus

    yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

    intervensi, implementasi dan evaluasi.

    Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.