Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
JUDUL:
EVALUASI MANAJEMEN DAN PRODUK UPTD PERBIBITAN TERNAK DALAM
RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI SDM TERKAIT UNTUK
MENGHASILKAN SEMEN BEKU BERKUALITAS DI UPTD PERBIBITAN
TERNAK DI KABUPATEN BLORA
Tim Penyusun:
Dep. Reproduksi & Obstetrik
FKH-UGM
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Landasan Hukum .............................................................................................. 1
C. Maksud dan Tujuan ......................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ................................................................................................. 2
E. Hasil Yang Diharapkan ................................................................................... 2
F. Sistematika Laporan ......................................................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ...................................................................... 3
A. Kondisi Geografis ............................................................................................. 3
B. Potensi Pengembangan Wilayah dan Kondisi Perekonomian .......................... 4
C. Kondisi Demografi .......................................................................................... 5
D. Kondisi Kondisi Perbibitan Sapi di UPTD Perbibitan Ternak Blora .............. 6
BAB III KONSEP DAN DEFINISI .................................................................................... 29
A. Konsep Evaluasi Manajemen dan Produk UPTD Perbibitan Ternak dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi SDM di UPTD ............................................ 29
B. Definisi Evaluasi Manajemen dan Produk UPTD Perbibitan Ternak dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi SDM di UPTD ........................................... 29
BAB IV ANALISIS POTENSI, PERMASALAHAN, PELUANG DAN
TANTANGAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI SDM TERKAIT
UNTUK MENGHASILKAN SEMEN BEKU BERKUALITAS ....................................... 30
A. Analisis Potensi ................................................................................................ 30
B. Analisis Permasalahan ...................................................................................... 31
C. Analisis Peluang ............................................................................................... 32
D. Analisis Tantangan ........................................................................................... 32
BAB V METODOLOGI ...................................................................................................... 34
A. Metodologi Evaluasi ......................................................................................... 34
BAB VI HASIL EVALUASI ............................................................................................... 35
A. Manajemen dan Kesehatan Bull ......................................................................... 35
iii
B. Produksi dan Evaluasi Semen Beku .................................................................... 35
C. Identifikasi Persiapan menuju SNI ..................................................................... 35
BAB VII STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
DALAM PENINGKATAN SEMEN BEKU BERKUALITAS MENUJU
SNI ........................................................................................................................... 36
A. Manajemen Bull .................................................................................................. 36
B. Produksi dan Kualitas Semen ............................................................................. 36
C. Persiapan Menuju SNI ........................................................................................ 38
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................... 42
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 42
B. Rekomendasi ................................................................................................... 42
BAB IX Penutup .................................................................................................................. 43
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor peternakan merupakan upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat petani ternak yang dapat dicapai melalui inovasi teknologi, pengembangan
produktifitas tenaga kerja, pembangunan sarana prasarana serta penataan dan pengembangan
kelembagaan peternakan. Pembangunan peternakan di Kabupaten Blora telah dan terus
memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah khususnya bidang ekonomi. Sektor
peternakan memegang peran strategis karena masih merupakan matapencaharian mayoritas
masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Blora.
Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia dengan jumlah populasi
tenak sapi potong tertinggi di Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah populasi sebanyak 244.116
ekor (Tahun 2019), yang 113.508 ekor atau 47,4 % nya merupakan sapi indukan/bakal indukan.
Populasi yang tinggi ini memerlukan aplikasi-aplikasi teknologi dalam pengembangan kualitas
dan kuantitas ternaknya. Keadaan ini menjadi tantangan dan harapan bagi Pemerintah dan para
peternak di Kabupaten Blora.
Teknologi yang dikembangkan di sektor peternakan salah satunya adalah teknologi
inseminasi di mana Kabupaten Blora mempunyai UPTD Perbibitan Ternak yang kegiatan
operasional utamanya untuk saat ini adalah produksi semen beku. Peran UPTD Perbibitan
Ternak diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi ternak sapi potong sebagai bahan
pangan asal hewan untuk mendukung pengamanan kebutuhan pangan nasional. Peningkatan
terhadap bibit ternak yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas ternak sapi yang
ada dan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani ternak di Kabupaten
Blora khususnya dan nasional pada umumnya.
B. Landasan Hukum
Dasar Hukum Perubahan APBD Tahun 2020 pada Kegiatan Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Bidang Pertanian. Kabupaten Blora merupakan populasi ternak sapi potong
tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebanyak 247.429 ekor, terjadi kenaikan di Tahun
2019 menjadi 255.688 ekor, diharapkan dengan adanya UPTD Perbibitan Ternak Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora dapat memenuhi kebutuhan Bull lokal, sedangkan
kultur sosial masyarakat sebagian besar petani ternak besar dan kecil yang sangat berpotensi
untuk berkembang di Kabupaten Blora. Disisi lain permintaan layanan Inseminasi Buatan
sangat tinggi, dengan pelayanan dan pemenuhan masih terbatas. Semen Beku produk Balai
2
Inseminasi Buatan belum ber-Standart Nasional Indonesia sehingga belum dapat dimanfaatkan
secara optimal.
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya Kegiatan Evaluasi Manajemen Dan Produk UPTD
Perbibitan Ternak Dalam Rangka Peningkatan Kompetensi SDM Terkait Untuk Menghasilkan
Semen Beku Berkualitas di UPTD Perbibitan Ternak Di Kabupaten Blora adalah untuk
meningkatkan mutu semen beku yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan menghasilkan
semen beku ber SNI.
D. Ruang Lingkup
Kegiatan Evaluasi Manajemen Dan Produk UPTD Perbibitan Ternak Blora Dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi Sdm Terkait Untuk Menghasilkan Semen Beku Berkualitas
di UPTD Perbibitan Ternak Di Kabupaten Blora Tahun Anggaran Perubahan APBD 2020.
E. Hasil Yang Diharapkan
Hasil dari kegiatan ini diharapkan ada peningkatan kompetensi SDM mengenai
produksi semen beku dan perbaikan manajemen pengelolaan UPTD Perbibitan Ternak Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora menuju Semen Beku ber-Standar Nasional
Indonesia.
F. Sistematika Laporan
Laporan ini berisi latar belakang, pelaksanaan kegiatan, hasil evaluasi, kesimpulan dan
saran, lampiran.
3
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Kondisi Geografis
Kabupaten Blora yang berslogan "Blora Mustika" Secara administratif berada di ujung
timur Jawa Tengah berbatasan dengan Jawa Timur dengan luas wilayah sebesar
195.582.074 km² atau 195.582.074 ha (5,59 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah).
Letak astronomis Kabupaten Blora berada di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur Timur dan
diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan.
Adapun batas daerah Kabupaten Blora, yaitu:
1. sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Grobogan
2. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pati dan kabupaten Rembang
3. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ngawi Provinisi Jawa Timur
4. sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban Provinsi
Jawa Timur
Secara geografis, kabupaten Blora tidak berbatasan dengan pantai dan masih menjadi
bagian wilayah utara Pulau Jawa. Kabupaten Blora berada di rangkaian perbukitan kapur yakni
Pegunungan Kendeng Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan yang sejajar membentang dari
barat ke timur. Kabupaten Blora dilalui 2 (dua) sungai utama, yaitu Sungai Bengawan Solo dan
Sungai Lusi.
Wilayah kabupaten Blora terdiri atas daratan rendah dan perbukitan dengan ketinggian
antara 25-50 meter dpl, dengan ketinggian terendah berada di Kecamatan Cepu dan tertinggi
berada di Kecamatan Todanan. bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan
pegunungan, lembah dan gunung dengan kemiringan antara 0% hinga >40% (datar sampai
4
dengan sangat curam). Topografi wilayah kabupaten Blora secara umum terbagi 3 (tiga)
kategori ketinggian lahan, sebagai berikut:
1. Ketinggian lahan antara 0-40 meter dpl, berada di 3 kecamatan yaitu: Kradenan,
Kedungtuban dan Cepu
2. Ketinggian lahan antara 41-100 meter dpl, berada di 15 kecamatan yaitu: Jati,
Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Blora,
Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan.
3. Ketinggian lahan lebih dari 100 meter dpl, berada di 14 kecamatan yaitu: jati,
Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Sambong, Jiken, Jepon, Blora, banjarejo,
Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan.
B. Potensi Pengembangan Wilayah dan Kondisi Perekonomian
Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Blora meliputi potensi penduduk dan
tenaga kerja, sosial, industri dan energi, perdagangan, perhubungan dan komunikasi, keuangan,
dan pertanian. Sektor pertanian meliputi pertanian tananman pangan, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan peternakan. Sektor pertanian yang membawahi bidang peternakan masih
menjadi tumpuan oleh masyarakat menengah kebawah di Kabupaten Blora karena banyak
masyarakat menengah kebawah yang memelihara ternak untuk dijadikan usaha sampingan. Hal
ini sesuai dengan hasil sensus Badan Pusat Statistik yang menunjukkan sektor pertanian
menduduki peringkat kedua dalam Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) sebanyak
21,82% atau Rp. 5.667.300.000. Ada tiga jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Blora
adalah ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan unggas. Sapi
potong merupakan jenis ternak besar terbanyak di Kabupaten Blora yang tercatat sebanyak
222.718 ekor. Akan tetapi usaha bidang peternakan masih dikelola secara konvensional oleh
masyarakat. Sektor peternakan akan berpotensi menjadi sektor andalan masyarakat Kabupaten
Blora dalam meningkatkan ekonomi apabila dikembangkan dengan memanfaatkan
penggunaan teknologi dan pengelolaaan peternakan yang terintegrasi. Penggunaan teknologi
khususnya teknologi reproduksi akan meningkatkan mutu genetik sapi sehingga kualitas sapi
akan meningkat. Apabila terjadi peningkatan mutu kualitas sapi secara otomatis akan
meningkatkan harga sapi yang ujung-ujungnya akan meningkatkan ekonomi masyarakat
Kabupaten Blora.
5
C. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Blora dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan.
Pada tahun 2015 sebanyak 852.088 jiwa, 2016 sebanyak 855.620 jiwa, tahun 2017 sebanyak
859.003 jiwa, tahun 2018 sebanyak 862.301 jiwa, tahun 2019 sebanyak 865.119 jiwa, tahun
2020 sebanyak 867.909 jiwa. Jumlah penduduk miskin selama 9 tahun terakhir terjadi
penurunan. Pada tahun 2015 sebanyak 13,52 %, pada tahun 2016 sebanyak 13,33 %, pada tahun
2017 sebanyak 13,04 %, pada tahun 2018 sebanyak 11,90%, pada tahun 2019 sebanyak 11,32%
dari total penduduk Kabupaten Blora.
6
D. Kondisi-Kondisi Perbibitan Sapi di UPTD Perbibitan Ternak Blora
Biosekuriti
Gudang peralatan
7
Gudang pakan
Tempat penurunan Bull
8
Kandang karantina
Kandang Bull
9
Gedung kantor dan laboratorium
Kandang koleksi semen
10
Lahan HPT
11
Bull:
12
13
14
15
DATA BULL (PEJANTAN) UPTD PERBIBITAN TERNAK DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KAB. BLORA
NO
NAMA BULL
EARTAG
SILSILAH VOLUME
HASIL KOLEKSI
HASIL PEMERIKSAAN TANGGAL LAHIR
MULAI PRODUKSI
PRODUKSI PER
EJAKULAT
PTM
BAPAK/SIRE INDUK/DAM
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
1 MILTON VIEW HILAL (SIMENTAL)
61189
MILTON VIEW DRUMMER / MJJ P D 506
MILTON VIEW EVE / MJJ P E 608
- - - 30 AGUSTUS
2011
0 0 -
2 GLENVIEW SALAKO (LIMOUSIN)
81192
DRY CREEK CHEVALIER (HP) (PU) / DRYTC212
GLENVIEW POLLED EFFIE //4949/80980
5-8 mL
WARNA: PUTIH SUSU,
KONSISTENSI: AGAK
ENCER
MOTILILAS: 65-70%,
KONSENTRASI: 700 - 1.200 X
10 ⁶
22 SEPTEMBE
R 2011
2013 150-200
50
3 TIONI PRINCE (SIMENTAL)
61060
MILKY WAY MR. MAGOO / AYGPN075
MILKY WAY TIONI // D125 /531 /60848
7-12 mL
WARNA: PUTIH SUSU,
KONSISTENSI:
KENTAL
MOTILILAS: 70-80%,
KONSENTRASI:
1000 - 2000 X 10
⁶
03 APRIL 2010
2013 200-300
50
4 GUNDALA (SIMMENTAL)
61819
PHS POLLED WORLD 14W
DIVA/0018
2.5 - 5 mL
WARNA: PUTIH SUSU,
KONSISTENSI :
KENTAL
MOTILITAS 40-60
%, 2586 X 10 ⁶
14 04 2018 0 200-300
-
5 SPRUCE CRKS (LIMOUSIN)
818209
200LM0304/ANCHOR B URBAN LEGEND
815167 - - - 08 05 2018 0 0 -
16
6 KEN WHITE (BRAHMAN)
40871
BR KEN 076M KENROL
EMPEROR MANSO
BR KEN 0416 F
KENROL 01416
- - - 01 12 2017 0 0 -
7 BASUDEWO 1 (PO)
21214
- - - - - - 0 0 -
8 BASUDEWO 2 (PO)
21314
- - - - - - 0 0 -
9 ERAWAN (LIMOUSIN)
81619
ELLIOT 7087 - - - 13 11 2016 0 0 -
Peralatan Laboratorium:
Cold Handling Cabinet
17
Waterbath
Mikroskop + layar monitor
18
Spektrofotometer
Manual Feeling sealing
19
Oven sterilisation
UV Sterilitation
20
Container Depo dan N2
21
Manual printing straw
22
Autoclave
23
Stereofom Box
24
Frezer
25
Kegiatan Pemrosesan Semen Beku:
Persiapan Bull sebelum diambil semennya
Proses pencampuran semen dan bahan pengencer
26
Pengamatan mikroskopis (uji kelayakan semen untuk proses selanjutnya
Proses sealling dan felling
27
Ekuilibrasi
Frezing
28
Penyimpanan
29
BAB III KONSEP DAN DEFINISI
A. Konsep Evaluasi Manajemen dan Produk UPTD Perbibitan Ternak Blora dalam
Rangka Peningkatan Kompetensi SDM di UPTD
1. Perbaikan tata kelola SDM
2. Perbaikan sarana dan prasarana
3. Perbaikan manajemen Bull, manajemen produksi/laboratorium, manajemen pemasaran,
manajemen pelaporan, manajemen pengembangan.
4. Sertifikasi status UPTD Perbibitan Ternak Blora dan produk semen beku SNI.
Evaluasi manajemen dan produk UPTD Perbibitan Ternak Blora dilaksanakan secara
daring. Kondisi pandemi menyebabkan tidak dimungkinkannya pelaksanaan peninjauan proses
manajemen produksi semen beku secara langsung di UPTD Perbibitan Ternak Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora. Pihak pertama mengirimkan data berupa foto dan
narasi untuk dilakukan evaluasi oleh pihak kedua. Selanjutnya pemaparan materi oleh
narasumber dari pihak kedua dilakukan secara daring menggunakan aplikasi video conference
umum. Konfirmasi dan tanya jawab mengenai manajemen dan produk semen beku dilakukan
pada sesi diskusi. Perbaikan SDM meliputi jumlah sesuai dengan kebutuhan, SOP, dan evaluasi
kinerja SDM. Perbaikan manajemen sarana dan prasarana dengan pendataan sarana prasarana,
mengevaluasi kualitas sarana prasarana, mengembangkan sarana prasarana sesuai dengan
kebutuhan. Perbaikan manajemen bull dan produksi dengan melakukan evaluasi dan
menganalisis untuk perbaikan dan pengembangan produksi. Perbaikan manajemen pemasaran
dengan bekerjasama dengan stakeholder/konsumen, lembaga terkait, untuk memperluas
pemasaran semen beku.
B. Definisi Evaluasi Manajemen dan Produk UPTD Ternak dalam Rangka
Peningkatan Kompetensi SDM di UPTD
Manajemen yang dimaksud dalam kegiatan ini meliputi manajemen bull, koleksi
semen, evaluasi semen, processing dan handling semen, sedangkan produk yang dimaksud
adalah semen beku. Pihak pertama selaku pemangku kepentingan dan sekaligus sasaran
evaluasi adalah UPTD Perbibitan Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora,
sedangkan pihak kedua selaku evaluator dan sekaligus tenaga ahli sebagai narasumber adalah
staff dosen Departemen Reproduksi dan Obstetri, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Gadjah Mada.
30
BAB IV ANALISIS POTENSI, PERMASALAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN
DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI SDM TERKAIT UNTUK
MENGHASILKAN SEMEN BEKU BERKUALITAS
A. Analisis Potensi
UPTD Perbibitan Ternak Blora di bawah naungan Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Blora sampai saat ini memiliki potensi antara lain:
a. Luas lahan 3,5 Ha (bangunan gedung dan lahan Hijauan Pakan Ternak)
b. Sapi pejantan (bull) sejumlah 9 ekor terdiri dari 3 ekor simmental, 3 limousin, 2 ekor
Peranakan Ongole dan 1 Brahman.
c. Sarana biosekuriti
d. Bangunan kandang untuk pejantan dengan kapsitas 7 ekor
e. Kandang karantina untuk kapasitas 2 ekor
f. Kandang untuk koleksi semen
g. Gudang pakan 1 unit
h. Gudang peralatan 1 unit
i. Gedung kantor dan laboratorium sederhana
j. Lahan Hijauan Pakan Ternak 2.5 Ha (belum dimanfaatkan semua)
k. Sumber Daya Manusia yang ada:
1. Kepala UPT : 1 orang
2. Ka. TU UPT : 1 orang
3. Petugas laboratorium : 2 orang
4. Petugas kandang : 2 orang
5. Petugas Kebersihan : 1 orang
l. Peralatan Laboratorium
1. 1 paket peralatan koleksi semen
2. 1 unit peralatan pengujian kualitas semen
3. 1 paket peralatan prosesing semen beku
4. 1 kontainer depo semen beku
5. 2 kontainer portable N2 kapasitas 42 L
6. 1 unit peralatan sterilisasi peralatan laboratorium
m. Potensi produksi semen beku yang dapat dihasilkan:
1 x proses = 250 – 500
Bull 9 ekor = 2250 - 4500 dosis
Seminggu 2 x proses = 4500 - 9000
31
Sebulan = 18.000 – 36.000 dosis straw/bulan
Dengan asumsi harga straw Rp.7.000,-/dosis
Maka sebulan = Rp. 126.000.000,00 – Rp. 252.000.000,00/bulan
Potensi pendapatan selama 1 tahun produksi =
= 12 x (Rp. 126.000.000,00 – Rp. 252.000.000,00)
= Rp. 1.512.000.000,00 – Rp. 3.024.000.000,00
B. Analisis Permasalahan
Manajemen bull:
1. Pemeliharaan bull belum efisien, dari sembilan bull hanya 3 yang bisa berproduksi, bull
yang lain hanya menjadi beban UPTD.
2. Kapasitas kandang yang ada kurang memadai jika dibandingkan dengan jumlah Bull,
sebagian menggunakan kandang karantina.
3. Sarana exercise untuk Bull kurang memadai, padahal pejantan membutuhkan exercise
secara rutin untuk meningkatkan performanya.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi belum sesuai dengan standar.
5. Belum ada analisis pakan.
6. Pakan merupakan aspek penting dalam manajemen Bull terutama pakan hijauan.
Ketersediaan lahan hijauan pakan ternak (HPT) seluas 2,5 ha cukup memadai, namun
belum dioptimalkannya keseluruhan lahan menjadi masalah tersendiri, terlebih lagi
jumlah bull yang ada di UPTD cukup banyak. Lahan HPT ideal untuk satu ekor sapi
dewasa adalah 0,2 ha, dengan asumsi satu ekor sapi dewasa dapat menghabiskan 35 kg
rumput sehari.
7. Belum ada SOP manajemen Bull secara detail.
Koleksi semen:
1. Minimnya jumlah dan kualifikasi SDM yang ada.
2. Bull master jumlahnya kurang sehingga kurang intens dalam mengenal karakter
masing-masing Bull.
3. Pengecekan peralatan pada saat koleksi semen belum dilakukan dengan baik sesuai
SOP.
4. Peningkatan kompetensi bull master dan operator koleksi semen belum difasilitasi.
32
Evaluasi semen:
1. Evaluasi terhadap semen beku oleh pihak independen belum dilakukan secara rutin dan
berkala.
2. SOP untuk evaluasi semen belum ada.
3. Pencatatan atau recording dan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan semen beku belum
dilakukan.
4. Volume ejakulat yang dihasilkan belum semuanya optimal.
Processing dan Handling semen:
1. SOP processing dan handling semen beku belum ada.
2. Sarana dan prasarana processing dan handling semen hanya punya 1 paket dan kurang
mutakhir.
Evaluasi Semen Beku di Lapangan:
1. Evaluasi hasil IB di lapangan belum ada (pregnancy rate, calving rate, calving interval,
S/C)
2. Evaluasi kualitas progeny dari anak yang dihasilkan belum dilakukan.
C. Analisis Peluang
1. Kebutuhan semen beku selalu meningkat setiap tahun.
2. Keinginan dan dukungan inseminator baik sehingga dapat menjadi peluang untuk bekerja
sama dengan UPTD di lapangan.
3. Dukungan dari Pemda Kabupaten Blora sangat baik sehingga memberikan kesempatan
untuk meningkatkan kualitas SDM, sarana prasarana, dan pengembangan UPTD menuju
SNI.
4. Semakin mudahnya komunikasi melalui teknologi IT sehingga memudahkan komunikasi
dari UPTD ke stakeholder dan Lembaga terkait.
5. Perluasan lahan dimungkinkan untuk pengembangan HPT yang dapat mendukung
kebutuhan bull.
6. Kesempatan untuk ikut dalam program pemerintah yang membutuhkan semen beku dalam
jumlah besar di masa depan.
D. Analisis Tantangan
1. Tuntutan dari konsumen/stakeholder akan semen beku yang berkualitas.
33
2. Tuntutan semen beku yang dihasilkan harus berstandar SNI.
3. Tuntutan kinerja dan kompetensi SDM untuk memenuhi target dari pemda.
4. Potensi Pendapatan Asli Daerah melalui penjualan semen beku, tetapi perlu didukung
payung hukum.
34
BAB V METODOLOGI
A. Metodologi Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan ini maka perlu membentuk beberapa tim dan petugas
pelaksana kegiatan antara lain:
1. koordinasi dan sosialisasi kegiatan
2. penyiapan bahan-bahan materi untuk workshop
3. penyiapan data bull dan fasilitas UPTD Perbibitan ternak Blora
4. membuat video/foto koleksi semen dan prosesing semen
5. penyiapan data kualitas semen segar dan beku
6. analisis semua data dan video/foto
7. pembuatan laporan hasil kajian
35
BAB VI. HASIL EVALUASI
A. Mananjemen dan Kesehatan Bull
a. Manajemen bull belum optimal dalam hal manajemen nutrisi, kesehatan, manajemen
produksi, dan tingkat efisiensi dan produktifitasnya masih rendah.
b. Kualitas SDM di bagian manajemen bull belum direncanakan untuk peningkatan
kualitas secara baik.
c. Sarana dan prasarana pemeliharaan bull masih belum optimal.
d. Lahan HPT masih belum optimal untuk mendukung kebutuhan pakan bagi bull.
e. Bull yang tidak produktif belum dikeluarkan dari UPTD
B. Produksi dan Evaluasi Semen Beku
a. Produksi ejakulat dari bull masih rendah
b. Kualitas ejakulat secara mikroskopik belum optimal
c. Peralatan produksi dan evaluasi semen kurang mutakhir
d. Sistem recording dari hasil evaluasi belum optimal memanfaatkan teknologi IT
e. Belum ada evaluasi kualitas semen beku di lapangan setelah di-IB-kan sehingga
analisis pengembangan belum dapat dilakukan dengan baik
C. Identifikasi Persiapan menuju SNI
a. Dokumen persyaratan pengajuan SNI belum lengkap.
b. Manajemen dan SDM belum disiapkan secara khusus untuk menuju SNI
36
BAB VII. STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN DALAM
PENINGKATAN SEMEN BEKU BERKUALITAS MENUJU SNI
A. Manajemen Bull
1. Ada sistem seleksi bull yang produktif dan tidak produktif diikuti Langkah pengeluaran
dan pergantian bull baru untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas bull.
2. Peningkatan kualitas bahan pakan dengan menambah jumlah lahan hijauan dan
menganalisis pakan yang ada sehingga dapat direncanakan penambahan kualitas nutrisi
bull.
3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana meliputi perkandangan, tempat koleksi, lahan
exercise, dan peralatan lain yang lebih modern/mutakhir.
4. Peningkatan kualitas SDM yang bertanggung jawab untuk manajemen bull perlu dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan.
5. Perlunya padang exercise yang cukup untuk menjaga keseimbangan hormon reproduksi,
tempramen, stress, kualitas daging, dan kesehatan.
6. Bull yang memiliki sifat sulit dijinakkan dan libido rendah disarankan untuk diganti
sehingga memudahkan dalam koleksi semen dan efesien secara ekonomi.
7. Dilakukan pergantian teaser secara berkala untuk menghindarin kebosanan mating sapi
bull.
8. Perlunya kandang isolasi untuk bull yang sakit untuk menghindari penularan penyakit
infeksius dan mempercepat proses kesembuhan.
9. Memastikan alat dilakukan sterilisasi sebelum koleksi semen.
10. Kandang koleksi semen perlu diberi alas supaya tidak licin.
11. Pemberian vitamin sebulan sekali, kontrol ektoparasit dua minggu sekali, surveillance
penyakit 6 bulan sekali bekerjsama dengan Balai Veteriner untuk mencegah penyakit
PHMS .
12. Foot triming dilakukan secara berkala seminggu sekali untuk menjaga Kesehatan kuku
dan kaki, mengingat banyak penyakit lameness.
13. Recording sapi bull per individu dilakukan update setiap hari sehingga mendeteksi
secara dini apabila ada penyakit pada sapi bull.
B. Produksi dan Kualitas Semen
1. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana prosesing dan penyimpanan semen beku dan
evaluasi semen.
2. Peningkatan kualitas SDM perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan.
37
3. Sistem recording hasil evaluasi ejakulat hingga semen beku perlu ditingkatkan
penggunaan IT secara lebih optimal.
4. Evaluasi ejakulat segar secara makroskopik dan mikroskopik. Evaluasi makroskopik
meliputi volume, bau, dan konsistensi berawarna krem. Evaluasi mikroskopik meliputi
konsentrasi sperma 1.000-2.000 juta/ml, motilitas sperma meliputi gerakan masa dan
gerakan individu, dan viabilitas.
5. Motilitas sperma Gerakan masa dengan nilai +++ atau sangat baik mengguakan
mikroskop 10x10. Ciri-ciri Gerakan masa +++ atau sangat baik yaitu terlihat
gelombang-gelombang besar, gelap, tebal, aktif, seperti awan tebal dan bergerak cepat.
6. Motilitas Gerakan individu yang bagus yaitu gerakannya progresif kedepan minimal 70
%.
7. Vagina buatan, elektroejukalator, dan pelumas alat bebas dari kontaminasi
mikrooorganisme pathogen.
8. Hindari shaking saat membawa ejakulat segar dari lokasi koleksi ke laboratorium, sinar
matahari langsung, kontaminan alkohol, kontaminan air yang dihasilkan dari uap di
bagian dalam vagina buatan untuk menjaga kualitas ejakulat segar.
9. Membuat catatan tentang keadan umum meliputi volume, konsentrasi, motilitas, warna,
kekentalan dan bau secara berkala setiap harinya.
10. Membuat catatan tentang pemeriksaan detail meliputi hidup mati, abnormal, penentuan
tingkat metabolism, dan uji resistensi sepermatozoa secara berkala.
11. Standar SNI semen beku untuk Inseminasi Buatan (IB) yaitu konsentrasi 25 juta/straw,
motilitas ≥ 40%, dan sperma hidup ≥ 50%.
12. Untuk memprediksi potensi fertilitas semen perlu analisis terhadap: motilitas,
mitokondria aktif, memban akrosom utuh, reseptor yang berikatan zona pelusida dan
oolemma, membrane plasma, nukleus.
13. SNI semen beku meliputi semen beku, pejantan unggul, pengencer semen, motilitas
spermatozoa, presentase mobilitas spermatozoa, petigas pemeriksa semen beku.
14. Pembekuan semen menyebabkan dehidrasi sperma dan pembentukan kristal es,
sehinhha perlu krioprotektan yang tepat.
15. Syarat pejantan meliputi umur, genetik (silsilah keturunan), kondisi badan (tidak ada
catcat rtubuh, berat badan ideal) dan libido (mengusu waktu reaksi mengawini betina
atau teaser).
16. Langkah Langkah kriopreservasi semen yaitu koleksi semen simpan semen suhu 30
C Sebagian tambah extender simpan suhu 30 C selama 30 menit 2 jam
38
menurunkan suhu 30 C menjadi 5 C dengan penambahan gliserol bertahap dikemas
kedalam straw penutunan suhu bertahap dari -15 C ke -150 C ke -196 C.
17. Komposisi pengencer meliputi jenis pengencer (egg yolk-sitrat, homogenized whole
milk, fresh & dried skim milk, coconut milk, Tris aminomethane), buffer (sitrat,
phospat, tris), krioprotektan (egg yolk, skim milk, DMSO, gliserol), antibiotk
(penicillin, streptomycin, polymyxin B).
18. Yang harus diperhatikan dalam penggunaan krioprotektan yaitu contoh bahan, suhu
penggunaan, komposisi, kandungan, penyimpanan.
19. Melakukan evaluasi uji performans sapi potong meliputi identitas ternak, pengukuran
panjang badan, tinggi gumba, lingkar badan, penimbangan berat badan, berat lahirm
berat sapih,berat setahun, berat dua tahun, pengamatan warna rambut, bentuk rangka,
bentuk kepala, bentuk kaki, bentuk kuku, bentuk skrotum, dan kelainan secara kasat
mata.
20. Membuat SOP perawatan sumber pejantan, pemberian pakan pejantan prosesing semen
beku, penampungan semen, pemeriksaan semen segar, pengeneran pengemasan (teknis
printing, filling, dan sealing), pembekuan (teknis persiapan freezing dan freezing,
penyimpanan semen beku.
21. Hal-hal yang perlu diperhartikan meliputi: penanganan semen beku, kebersihan
(legeartis) dalam pelayanan, sapi betina layak IB, waktu optimum saat IB, kontrol dosis
di suatu daerah.
22. Penanganan semen beku perlu memperhatikan penyediaan container, pinset/forcep
panjang, gun IB, gunting, plastic sheet, nitrogen cair, seragam/pakaian IB.
23. Kebersihan (legeartis) dalam pelayanan perlu memperhatikan titik kritis seperti thawing
25-30 C, membersihkan dan mencuci bagian vulva.
24. Waktu optimum saat IB 10-12 jam setelah menunjukkan awal estrus.
25. Membuat catatan dan evaluasi distribusi straw sapi di suatu wilayah.
26. Evaluasi hasil IB di lapangan meliputi conception rate, pregnancy rate, S/C, dll.
C. Persiapan Menuju SNI
Persyaratan dasar yang harus dipenuhi saat mengajukan permohonan sertifikasi,
bahwa UPTD Perbibitan Ternak Blora telah:
1. Menerapkan pedoman pembibitan ternak yang baik dalam usaha produksinya;
2. Menerapkan sistem manajemen dalam produksi benih/bibit; dan
3. Menghasilkan produk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
39
4. Sumber daya manusia (personil) yang kompeten
Persyaratan dasar tersebut dilengkapi dengan bukti dokumen sertikat yang
menunjukkan bukti telah melakukan:
1. Sertifikasi Sistem Manajemen, berdasarkan SNI ISO (9001, 14001, 22000,
HACCP,dll)
2. Sertifikasi Produk, berdasarkan SNI (contoh SNI 4869-1:2017 Semen Beku Sapi)
3. Sertifikasi bibit ternak berdasar SNI (SNI 7651.5:2015)
4. Personel, yaitu sertifikasi terhadap kompetensi personel (SKKNI 2015-304)
Jika bukti dokumen sertifikat belum terpenuhi maka persyaratan dokumen untuk
mengajukan Semen Beku ber SNI, Bibit Ternak ber SNI, system manajemen ber SNI dan
sertifikat kompetensi petugas adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan
Setelah memenuhi persyaratan awal tersebut yaitu menerapkan pedoman pembibitan
ternak yang baik dalam usaha produksinya, menerapkan sistem manajemen dalam produksi
benih/bibit, menghasilkan produk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan sumber daya
manusia (personil) yang kompeten, selanjutnya adalah mengajukan surat permohonan
sertifikasi kepada LSPro Benih dan Bibit Ternak, dengan melampirkan :
1. Foto copy KTP pemohon;
2. Fotocopy NPWP pemohon;
3. Legalitas Pendirian;
4. Legalitas Perizinan Usaha;
5. Dokumen Normatif Sistem Manajemen Produksi;
6. Data Teknis Produk yang Diajukan;
7. Salinan Sertifikat/Surat Keterangan Kesehatan Hewan atas Produk; dan
8. Salinan Sertifikat Sistem Manajemen (jika ada).
9. Perjanjian Kerjasama Sertifikasi
b. Dokumen yang diunggah
1. Formulir pendaftaran Link: Formulir pendaftaran
2. Surat perjanjian Kegiatan Sertifikasi link: Surat Perjanjian Kegiatan Sertifikasi
3. Data teknis, pilih yang sesuai Link: Data Teknis
40
4. Skema sertifikasi,
a. SNI 4869-1:2017: Semen beku – Bagian 1: Sapi
b. SNI 7651.5.2015: Bibit Sapi Potong
5. Ruang lingkup SNI ber sertifikasi:
1. Link: SNI 7651.5.2015 Bibit sapi potong bagian 5 . Peranakan ongol.pdf
2. SNI 4869-1:2017: Semen beku – Bagian 1: Sapi
c. Dokumen yang disiapkan untuk mendapat Semen Beku ber SNI
1). Kelengkapan Standar Operasional Prosedur dan Data Pejantan
1. SOP Perawatan sumber benih (pejantan)
2. SOP Pemberian pakan pejantan
3. SOP Prosesing semen beku, mencakup:
a. SOP Penampungan semen
b. SOP Pemeriksaan semen segar,
c. SOP Pengenceran semen
d. SOP Pengemasan (Teknis printing, sealing dan filling)
e. SOP Pembekuan (Teknis persiapan freezing dan freezing)
f. SOP Penyimpanan semen beku
4. Data produksi pejantan
5. Data kualitas dan kuantitas semen
6. Data ketelusuran produksi /anakan yang dihasilkan dari hasil Uji Performan.
2). Petugas Pelaksana
Setiap petugas yang melakukan kegiatan manajemen semen beku, mulai dari
penyiapan sumber benih sampai penyimpanan semen beku harus mempunyai kopetensi
dibidangnya yang ditunjukkan dengan bukti sertifikat kopetensi. Petugas harus
kompeten dalam hal melakukan perawatan sumber benih, mengelola pemberian pakan
sumber benih, menilai performa sumber benih, mengelola penampungan semen,
melakukan pemeriksaan semen segar, memproses semen cair menjadi semen beku,
menyimpan semen beku dalam container, mengukur kinerja ternak, membuat identitas
ternak, melakukan recording performa ternak, melakukan pemeriksaan ternak , dan
menetapkan bibit ternak
3). Laboratorium prosesing semen beku
41
Untuk Semen Beku menggunakan Laboratorium yang telah terakreditasi
17025:2008 dan telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan LSPro Benih dan
Bibit Ternak.
d. Dokumen yang disiapkan untuk mendapatkan bibit ternak sapi potong peranakan
ongole ber SNI 7651.5:2015
Kelengkapan dokumen Standar Prosedur Pelaksaan adalah sbb;
1. SOP Prosedur penanganan kesehatan
2. SOP Prosedur vaksinasi
3. SOP Prosedur uji performa
4. SOP Pencatatan per rumpun: silsilah, bobot badan dan ukuran tubuh (lahir, sapih,
setahun, 18 bulan, 24 bulan dan setiap tahun berikutnya).
5. SOP Prosedur penyediaan prasarana dan sarana
6. SOP Prosedur pola pemeliharaan
7. SOP Prosedur pelestarian lingkungan hidup
42
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah, evaluasi dan anlisis faktor-faktor yang terkait dengan
peningkatan produksi semen beku UPTD Perbibitan Ternak Blora maka kami menyimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. UPTD Perbibitan Ternak Blora mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk
dikembangkan menjadi produsen semen beku yang berstandar SNI dan mampu
bersaing dengan produsen semen beku di Indonesia.
2. Dukungan berupa sarana prasarana, kebijakan, dan stakeholder akan mempercepat
proses perbaikan dan pengembangan produksi semen beku yang mampu
memberikan PAD kepada Pemda Blora
3. Kontribusi UPTD Perbibitan Ternak Blora dengan semen beku yang berkualitas akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas populasi sapi di Blora khususnya dan di
Indonesia pada umumnya.
B. Rekomendasi
1. Peningkatan sarana dan prasarana UPTD Perbibitan Ternak Blora secara keseluruhan
didukung oleh kebijakan, pendanaan, aturan hukum yang mendukung peningkatan
kualitas semen beku UPTD Perbibitan Ternak Blora.
2. Peningkatan jumlah dan kualitas SDM UPTD Perbibitan Ternak Blora dengan sistem
perencanaan yang terstruktur dan berkesinambungan.
3. Peningkatan Kerjasama dan peran dari dinas terkait, stakeholder, dan Lembaga lain
yang mendukung aplikasi semen beku di lapangan.
4. Penyiapan dokumen persyaratan pengajuan standar SNI segera dilaksanakan.
43
BAB IX Penutup
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kegiatan workshop secara daring dalam rangka Evaluasi Manajemen dan Produk UPTD
Perbibitan Ternak Dalam Rangka Peningkatan Kompetensi SDM Terkait Untuk Menghasilkan
Semen Beku Berkualitas Di UPTD Perbibitan Ternak Di Kabupaten Blora dapat berjalan
dengan baik. Semoga dengan terselesaikannya buku evaluasi ini dapat menjadi pedoman
perbaikan dari berbagai aspek dapat digunakan oleh UPTD dalam program untuk
meningkatkan produk semen beku ber-Standar Nasional Indonesia. Kerjasama antara Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora sebagai leading sector kegiatan, BAPEDA sebagai
penentu kebijakan di Kabupaten Blora dan Universitas Gadjah Mada sebagai mitra semoga
akan terus berlanjut sampai tujuan program ini tercapai. Buku ini tidak lepas dari kekurangan
maka saran perbaikan akan selalu kami harapkan.