142
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI … HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI… HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh : IKTI SRI WAHYUNI NIM R.1108017 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 HALAMAN VALIDASI Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa Ngemplak Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar” Nama Peneliti : Ikti Sri Wahyuni NIM : R.1108017 Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 8 Agustus 2009. Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, Emy Suryani, M. Mid. Endang Suwanti, S.SiT, M.Kes. NIP. 19710303 199303 2 002 NIP. 19550911 198101 2 001 Mengetahui, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah Program DIV Kebidanan Moch. Arief tq, dr, MS, PHK

judul yesi

  • Upload
    tnnhaa

  • View
    1.101

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: judul yesi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI …

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI…

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGANSTATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA NGEMPLAK KECAMATANKARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYARKARYA TULIS ILMIAHUntuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Saint TerapanOleh :IKTI SRI WAHYUNINIM R.1108017PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2009HALAMAN VALIDASIKarya Tulis Ilmiah dengan judul :”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi AnakBalita Di Desa Ngemplak Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar”Nama Peneliti : Ikti Sri WahyuniNIM : R.1108017Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji KaryaTulis Ilmiah Program Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UniversitasSebelas Maret Surakarta pada tanggal 8 Agustus 2009.Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,Emy Suryani, M. Mid. Endang Suwanti, S.SiT, M.Kes.NIP. 19710303 199303 2 002 NIP. 19550911 198101 2 001Mengetahui,Ketua Tim Karya Tulis IlmiahProgram DIV KebidananMoch. Arief tq, dr, MS, PHKNIP. 19500913 198003 1 002HALAMAN PENGESAHANKarya Tulis Ilmiah dengan judul :”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi AnakBalita Di Desa Ngemplak Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar”Nama Peneliti : Ikti Sri WahyuniNIM : R.1108017Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Diploma IV Kebidanan FakultasKedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 8 Agustus 2009.Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Page 2: judul yesi

Emy Suryani, M. Mid. Endang Suwanti, S.SiT, M.Kes.NIP. 19710303 199303 2 002 NIP. 19550911 198101 2 001Penguji, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah,Endang Listyaningsih, dr, M.Kes. Moch. Arief Tq, dr, MS, PHK.NIP. 19640810 199810 2 001 NIP. 19500913 198003 1 002Mengesahkan,Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNSTri Budi Wiryanto, Sp. OG (K).NIP. 19510421 198011 1 002HALAMAN PERSEMBAHANDua jenis manusia yang tidak pernah sampai berhasil maju adalah mereka yanghanya mau menunggu melakukan sesuatu sesudah disuruh orang lain dan merakayang tidak pernah mengikuti kata orang lain.Seseorang punya keluh kesah dan Tuhan punya ketentuan, masa mempunyailintasan dan rizki telah tertentu bagian-bagiannya. Kebaikan terkumpul pada apaapayang menjadi pilihan Allah SWT, dan dalam hal-hal yang menjadi pilihanselain-Nya terdapat cela dan cacat.Biarkan hari-hari bertingkah semaunya, biarkan diri kita rela ketika ketentuan-Nya bicara dan jangan takut dengan kisah malam, tidak ada kisah dunia ini yangabadi.Banyak sisi yang perlu kita lihat untuk ke depan dan dari banyak sisi pula kitamenilai sesuatu hal untuk menuju ke ujung langit.“ Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untukorang-orang yang menyayangiku dengan sepenuhhati dan menginginkan keberhasilanku di duniamaupun di akhirat “KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan KaryaTulis Ilmiah yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang GiziDengan Status Gizi Anak Balita Di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,Kabupaten Karanganyar”. Yang merupakan salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Saint Terapan.Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis banyak dibantu dan dibimbingoleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Prof. DR. Dr. Much. Syamsulhadi, Sp.KJ (K), selaku RektorUniversitas Sebelas Maret Surakarta.2. Bapak DR. Dr. A.A Subiyanto, M.S, selaku Dekan Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret Surakarta.3. Bapak dr. Tri Budi W, Sp.OG (K), selaku Ketua Program Studi D IVKebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta.4. Ibu Emy Suryani, M. Mid., selaku pembimbing utama dalam penyusunankarya tulis ilmiah, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.5. Ibu Endang Suwanti, SPd, SsiT, M.Kes., selaku pembimbing pendampingdalam penyusunan karya tulis ilmiah, terima kasih atas bimbingan danarahannya

Page 3: judul yesi

6. Ibu Endang Listyaningsih, dr, M.Kes., selaku penguji , terima kasih atas kritik,saran, dan bimbinganya untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini sehinggamenjadi lebih baik.7. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi D IV Kebidanan UniversitasSebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikankepada penulis selama menempuh pendidikan.8. Bapak Haryono, selaku Kepala Desa Ngemplak Kecamatan KarangpandanKabupaten Karanganyar beserta perangkatnya, terima kasih atas izinpenelitian dan segala informasi yang telah diberikan.9. Ibu-ibu selaku kader posyandu dan Ketua RW di Desa Ngemplak, terimakasih atas bantuan dan sambutan ramah yang diberikan kepada saya.10. Ibu dan Bapak, kakak-kakakku, dan adikku tersayang, terima kasih atasdukungan dan kepercayaannya.11. Suamiku tercinta dan keluarga yang memberikan motivasi dan semangatuntuk karya tulis ilmiah ini.12. Teman-temanku yang telah membantu penelitianku, terima kasih.13. Semua pihak yang telah membantu dan terkait dalam kelancaran karya tulisilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atasbantuannya dan dukungan moril serta doanya.Surakarta, Agustus 2009PenulisDAFTAR ISIHALAMAN JUDUL …………………………………………………………………iHALAMAN VALIDASI ………………………………………………………..…...iiHALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………....iiiHALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………….....ivKATA PENGANTAR …………………………………………………………….....vDAFTAR ISI ……………………………………………………………………….viiDAFTAR BAGAN …………………………………………………………………..xDAFTAR TABEL …………………………………………………………………..xiDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….xiiABSTRAK …………………………………………………………………….......xiiiBAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………1A. Latar Belakang …………………………………………………………...1B. Perumusan Masalah ……………………………………………………...3C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...4D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….4BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….5A. Pengetahuan ……………………………………………………………..5B. Gizi ………………………………………………………………………6C. Status Gizi ……………………………………………………………...20D. Balita ………………………………………………………………...…28E. Kerangka Teori …………………………………………………….…....30F. Kerangka Konsep …………………………………………………….….31G. Hipotesis ………………………………………………………………...31BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….……..32

Page 4: judul yesi

A. Jenis Penelitian ………………………………………………….………32B. Desain Penelitian ……………………………………………….……….32C. Variabel Penelitian …………………………………………….….……..33D. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………….…….….33E. Populasi Dan Sampel ………………………………………….…….…..33F. Definisi Operasional ………………………………………………….…34G. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ………………………………….….36H. Instrumen Pengumpul Data ……….………………………………….…36I. Validitas Dan Reliabilitas …………………………………………….…38J. Pengolahan Dan Analisa Data ……………………………………….….40BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………………..44A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………….44B. Karakteristik Sampel ……………………………………………………46C. Analisis ………………………………………………………………….48BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………………………51BAB VI PENUTUP …………………………………………………………………56A. Kesimpulan ……………………………………………………………..56B. Saran …………………………………………………………………….56DAFTAR PUSTAKALAMPIRANDAFTAR BAGANGambar 2.1. Kerangka Teori ……………………………………………..……… 30Gambar 2.2. Kerangka Konsep ………………………………………………...… ___€sß___31Gambar 3.1. Skema Penelitian ………………………………………………...…. 32DAFTAR TABELTabel 2.1. Status gizi dengan indikator BB/U menurut baku WHO NCHS………...21Tabel 2.2. Status gizi dengan indikator TB/U menurut baku WHO NCHS………...21Tabel 2.3. Status gizi dengan indikator BB/TB menurut baku WHO NCHS……….22Tabel 3.1. Status gizi dengan indikator BB/U menurut baku WHO NCHS ………..35Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner ……………………………………………………...37Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Sampel Ibu Balita Menurut Umur …………………...46Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Sampel Ibu Balita Menurut Tingkat Pendidikan …….46Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Sampel Anak Balita Menurut Kelompok Umur DanJenis Kelamin ……………………………………………………………47Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita ……………..48Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita …………………………...49Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu DenganStatus Gizi Anak Balita …………………………………………………50DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Jadwal Kegiatan PenelitianLampiran 2. Hasil Uji Tera Timbangan DacinLampiran 3. KuesionerLampiran 4. Surat Ijin PenelitianLampiran 5. Hasil Uji Coba KuesionerLampiran 6. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Page 5: judul yesi

Lampiran 7. Data PenelitianLampiran 8. Rekapitulas Hasil Penelitian dengan Rumus Kendalls TauLampiran 9. Lembar Konsultasi KTIABSTRAKHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGANSTATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA NGEMPLAK, KECAMATANKARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYARIkti Sri Wahyuni1) Emy Suryani2) Endang Suwanti3)Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukankualitas sumber daya manusia. Balita merupakan kelompok rawan gizi. Diusia inipertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan tentang giziakan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalamkehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguangizi. Prevalensi gizi kurang di Kecamatan Karangpandan sejumlah 19,33% dari150 balita. Desa Ngempak memiliki prevalensi gizi kurang sebesar 26,67%.Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentanggizi dengan status gizi balita dengan indikator BB/U di Desa Ngemplak KecamatanKarangpandan Kabupaten Karanganyar..Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Korelasional,karena mencari hubungan dua variabel yang kemudian dicari koefisien korelasinya,dengan desain cross-sectional. Sampel adalah semua anak balita yang dalam keadaansehat atau tidak menderita penyakit dalam 1 bulan terakhir dan berada di wilayahDesa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar (TotalSampling) yang melakukan kunjungan posyandu pada tanggal 5-9 Juli 2009. Teknikpengambilan sampel adalah teknik Accidental Sampling. Sehingga didapatkan74 sampel anak balita dan 74 sampel ibu anak balita.Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel ibu balita yangmemiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44 orang (59,46%), sedang sebanyak21 orang (28,38%), dan rendah sebanyak 9 orang (12,16%). Hampir seluruh sampeldari anak balita memiliki status gizi baik yakni 63 balita (85,14%), kurang 8 balita(10,81%), lebih 2 balita (2,70%), dan buruk hanya 1 balita (1,35%). Berdasar ujistatistik korelasi Kendall Tau menunjukkan ada hubungan yang signifikan antaratingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita yang ditunjukkandengan nilai p = 0,009 (p<0,05).Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antaratingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita.Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Anak Balita1) Mahasiswa D IV kebidanan UNS Surakarta2) Pembimbing I3) Pembimbing II1BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangVisi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar giziuntuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin

Page 6: judul yesi

dicapai sesuai dengan rencana aksi pangan dan gizi Nasional 2004 – 2010 adalahmengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan gambaran daristatus gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah padasumber daya manusia di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balitaadalah menurunnya tingkat kecerdasan/IQ.Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibumenyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranyapertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial (Depkes,2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harusmendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlakuterhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP(Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003).Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenaitatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga asupan gizipada anak kurang. Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita ini dapat dihindariapabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan2mengatur makanan anak (Moehji, 1992). Karena dengan memiliki pengetahuan yangcukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macamgangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya(Notoatmodjo, 1997). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkanberkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, halini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 1992).Hasil PSG (Pemantauan Status Gizi) Propinsi Jawa Tengah tahun 2006, dari373,120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50.861 (13,63%). (Din Kes Prop.Jateng tahun 2006). Sedangkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605(16,67%), sedang untuk Kecamatan Karangpandan dari 150 balita yang diukurterdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa Ngemplak dari 30 balita yangdiukur terdapat 8 balita KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG PuskesmasKarangpandan).Target total KEP Nasional tahun 2007 adalah 15 %, Demikian pula dengantarget KEP Provinsi Jawa Tengah (Laporan Hasil Rencana Strategi Program GiziJawa Tengah Tahun 2004–2010). Kasus KEP yang terjadi di Desa Ngemplak beradajauh diatas target yang diharapkan, hal ini disebabkan kebanyakan balita memilikiorang tua yang bekerja sedang pengasuh balita tersebut tidak memiliki pengetahuanyang cukup mengenai gizi balita itu sendiri.3Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubunganpengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi anak balita dengan indikator beratbadan menurut umur (BB/U) di Desa Ngemplak Kecamatan KarangpandanKabupaten Karanganyar.B. Perumusan Masalah1. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnyastatus gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masamendatang.

Page 7: judul yesi

2. Hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untukKecamatan Karangpandan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP(19,33%) dan untuk Desa Ngemplak dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balitaKEP (26,67%).3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnyakemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal inimerupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi.Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas masalah yang dapatdirumuskan adalah : ”Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan statusgizi anak balita?”4C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi denganstatus gizi anak balita.2. Tujuan Khususa. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.b. Mendeskripsikan status gizi anak balita.c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan statusgizi anak balita.D. Manfaat Penilitian3. Bagi penulis, mengetahui permasalahan gizi balita sehingga bisa memberikaninformasi pada ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur.4. Bagi ibu, memperoleh gambaran dan informasi mengenai makanan sehat bagianak balitanya.5. Bagi petugas kesehatan, sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan KIE masalahgizi balita.6. Bagi pemerintah daerah setempat, sebagai bahan masukan untuk menentukankebijakan dalam penanganan masalah gizi balita.7. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk menambah bahanpustaka serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta pembacapada umumnya tentang gizi balita.5BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka1. PengetahuanPengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukanpenginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca inderamanusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga(Notoatmodjo, 2003).Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuanmerupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari oleh

Page 8: judul yesi

pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari olehpengetahuan . Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatansebagai berikut :a. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarisebelumnya .b. Memahami (Comprehensio)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar tentang objek yang diketahui.6c. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telahdipelajari.d. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalamkomponen-komponen.e. Sintesis (Synthesis)Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan ataumenghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadapsuatu materi atau objek.2. Gizia. Pengertian GiziGizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukanfungsinya (Almatsier, 2002). Gizi merupakan suatu proses organisme dalammenggunakan bahan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti,absorpsi, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zatyang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan danfungsi dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).7b. Bahan MakananBahan makanan sering juga disebut bahan pangan, adalah apa yang kitamakan dan konsumsi, misalnya : nasi, sayur, buah, daging, dll. Dalamsusunan hidangan Indonesia, berbagai jenis bahan makanan dapatdikelompokkan ke dalam:1) Bahan makanan pokok2) Bahan makanan lauk pauk3) Bahan makanan sayur4) Bahan makanan buah – buahan (Almatsier, 2002).Susunan hidangan yang mengandung keempat jenis kelompok bahanmakanan tersebut, masing – masing dalam jumlah yang mencukupi kebutuhanbadan, dikenal oleh para ahli gizi di Indonesia sebagai susunan ”EmpatSehat”, jika ditambah dengan susu dalam jumlah yang mencukupi, menjadi”Empat Sehat Lima Sempurna”. Susunan ”Empat Sehat Lima Sempurna” initerutama ditujukan bagi anggota masyarakat yang disebut kelompok rawan

Page 9: judul yesi

gizi (bayi, balita, ibu hamil dan menyusui) (Soediatama, 2000).Slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna” merupakan bentuk implementasiPUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). PUGS diwujudkan dalam bentuk”Pesan Dasar Gizi Seimbang”, yang pada hakikatnya merupakan perilakukonsumsi yang sehat untuk bangsa Indonesia (Almatsier, 2002).8c. Zat MakananSetelah dikonsumsi di dalam alat pencernaan, bahan makanan diuraimenjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Zat makanan inilah yang yangdiserap melelui dinding usus masuk ke dalam cairan tubuh. Fungsi zat – zatmakanan secara umum adalah :1) Sebagai sumber energi atau tenaga (karbohidrat, lemak, protein).2) Menyokong pertumbuhan badan.3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak (protein).4) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan misalnyakeseimbangan air, keseimbangan asam-basa dan keseimbangan mineraldi dalam cairan tubuh (vitamin dan mineral).5) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagaipenyakit, misalnya sebagai antioksidan dan antibodi lainnya.(Soediatama, 2000).d. Dua Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang1) Makanlah aneka ragam makananMakan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinyakecukupan zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupunkuantitasnya, meliputi sumber zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun(protein) dan pengatur (sayur – sayuran, buah – buahan) (Nancy, 2005).9a) KarbohidratKarbohirat merupakan sumber energi utama bagi manusia.Bahan makanan pokok merupakan sumber utama karbohidrat, karenaselain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan dalam jumlahbesar tanpa menimbulkan rasa nek dan mual. Sumber karbohidratadalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang keringdan gula. Hasil olahannya antara lain: bihun, mie, roti, tepungtepungan,selai, sirup, dsb (Almatsier, 2002).b) ProteinBerdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi 2 yaituprotein hewani yang terdapat dalam bahan makanan yang berasal daribinatang (seperti: daging, ikan, telur, susu, dsb.) dan protein nabatiyang terdapat pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan(seperti dari jagung, kedelai, kacang, olahannya dapat berupa : tempe,tahu, susu kedelai, oncom, dll.).Kekurangan protein murni pada stadium berat dapatmenyebabkan kwarsihorkor pada anak balita. Kekurangan proteinsering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi yangmenyebabkan suatu kondisi yang disebut marasmus. Sindroma

Page 10: judul yesi

gabungan antara 2 jenis kekurangana ini dinamakan Kurang Energi -Protein (KEP) atau Kurang Kalori-Protein (KKP) (Almatsier, 2002).10c) LemakLemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalambentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu.Menurut sumbernya lemak dibedakan menjadi lemak nabati danhewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti : alpukat,kacang-kacangan, dll. Lemak hewani berasal dari binatang, yaitu :ikan, telur, daging, susu, dll (Soediatama, 2000).d) VitaminVitamin merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan tubuhdalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar tubuh karena tidakdapat disintesa oleh tubuh. Fungsi vitamin secara umum sebagai zatpengatur, yaitu mengatur metabolisme dan mengatur berbagaikeseimbangan misalnya keseimbangan air, asam-basa dan mineral didalam cairan tubuh. Vitamin dapat diperoleh dari sayur, buah dan biji– bijian (Soediatama, 2000).e) MineralMineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalammetabolismae atau sebagai bagian penting dalam struktur sel danjaringan. Ada pula yang memegang fuingsinya dalam cairan tubuh,baik intraseluler maupun ekstraseluler. Mineral – mineral ini bisadidapatkan dari air, susu, daging, telur, sayur dan mineral sintesis(Almatsier, 2002).112) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energiSetiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandungenergi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein danlemak (Nancy, 2005).3) Pilihlah makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuhLemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untukmeningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A,D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahanproses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan meliputi: asam lemak takjenuh ganda yang paling mudah dicerna, asam lemak tak jenuh tunggalyang mudah dicerna, dan asam lemak jenuh yang sulit dicerna(Almatsier, 2002).Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan takjenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyakkelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal darihewani. Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi lebih tinggidaripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan9 kilokalori, sedang karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selaintinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaandibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak

Page 11: judul yesi

menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Almatsier, 2002).124) Gunakan garam beryodiumGaram beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3(kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kebutuhan yodium dalam seharisekitar 1-2μg per kg berat badan. GAKY (Gangguan Akibat KekuranganYodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkanpenyakit gondok atau pembesaran kelenjar tiroid di leher dan kretinisme(cebol). Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pulamenurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Almatsier, 2002).5) Makanlah makanan sumber zat besiZat besi merupakan salah satu unsur penting dalam prosespembentukan sel darah merah. Sel darah merah berfungsi sebagai alatangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.Sumber zat besi alami dapat diperoleh dari makanan hewani sepertidaging, ayam, ikan, dan telur, serta dari sumber lain seperti serealia,kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Kekurangan zatbesi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkanpenyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakitkurang darah. Kelompok yang rawan Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anakbalita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilanrendah (Almatsier, 2002).136) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan makananpengganti sesudahnyaa) ASI (Air Susu Ibu)(1). PengertianASI (Air Susu Ibu) adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASImempunyai nilai yang paling tinggi dibanding makanan bayi yangdibuat oleh manusia (Suhardjo, 1992).Dari segi ekonomi pemberian ASI dapat menunjang lajunyaproses pembangunan Bangsa. ASI yang diproduksi selama 2 tahun dandiberikan bayi sangat menguntungkan bagi ibu dan anak serta air susutersebut tidak dibeli atau gratis. Dibandingkan dengan susu botol yangsetiap harinya harus mengeluarkan uang untuk membelinya(Suharyono, 1998).Dari segi psikologi,dengan menyusui menjalin hubungan yangerat antara ibu dan bayinya karena secara alami adanya kontak kulit,bayi merasa aman serta terjalin kasih sayang dan ini sangatmempengaruhi psikis serta emosi bayi (Suraatmaja, 1997).Dari segi kesehatan, keuntungan pemberian ASI adalah : ASItidak mudah tercemar, dapat melindungi bayi dari infeksi karena ASImengandung zat antibodi, mengandung vitamin yang cukup,mencegah anemia akibat kekurangan zat besi, mudah dicerna,menghindari bayi dari alergi (Roesli, 2001).14

Page 12: judul yesi

(2). Volume ASISetelah bayi lahir dan mulai menghisap ASI, suplai ASI mulaimeningkat. Dihari kedua, sekitar 100 ml tersedia ASI dan minggukedua meningkat menjadi 500 ml. untuk bulan selanjutnya, bayi yangsehat mengkonsumsi 700 – 800 ml/hari (Suhardjo, 1992).Volume ASI akan menurun sesuai dengan lamanya waktu.Ditahun pertama volume ASI yang diproduksi mencapai 400–700ml/hari. Ditahun kedua mencapai 200–400 ml/hari, sedangkansesudahnya mencapai sekitar 200 ml/hari (Suraatmaja, 1997).(3). Manfaat ASIMenurut Baskoro (2008), ASI sebagai makanan bayi mempunyaikebaikan dan sifat sebagai berikut:a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,ekonomis, mudah dicerna, dan memiliki komposisi zat gizi yangideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mencerna bayi.b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibanding dengan susubuatan jenis apapun.c. ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang dapatmelindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti:immunoglobulin, lactobacillus, lactoferrin.15d. ASI tidak mengandung betalactoglobulin yang dapatnmenyebabkan alergi pada bayi.e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antaraibu dan bayi.(4). Kandungan zat gizi dalam ASIa. ProteinKandungan protein yang ada di ASI hampir sepertiga darisusu sapi. Walaupun protein ASI rendah tapi komposisilaktabuminnya hampir 60% dan sisanya adalah kasein.Laktabumin merupakan protein yang kaya akan asam amino sisteindan mengandung sulfur. Senyawa ini sangat penting untukpertumbuhan otak bayi (Winarno, 1996).b. LemakSebagian besar energi dari ASI berasal dari lemak yangmudah diserap. Hal itu karena adanya enzim lipase dalam ASI.ASI yang petama keluar selama menyusui disebut susu mula(foremilk). Cairan ini mengandung 1– 2% lemak dan bentuknyaencer. Cairan ini dapat membantu memberi kepuasan pada bayiyang merasa haus waktu mulai minum ASI. ASI selanjutnyadisebut hindmilk, kandungan lemaknya 3–4 kali lebih besar darisusu formula sehingga energi yang dihasilkan juga banyak(Suhardjo, 1992).16c. KarbohidratKarbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa akan

Page 13: judul yesi

diubah menjadi asam laktat melalui proses fermentasi. Asam laktatmenimbulkan suasana asam pada usus bayi. Dengan suasana asamtersebut akan memberikan keuntungan diantaranya menghambatpertumbuhan bakteri yang patologis, membantu pertumbuhanmikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesisvitamin, memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfordan magnesium (Suraatmaja, 1997).d. MineralASI banyak mengandung mineral diantaranya Fe dan Ca.mineral-mineral tersebut merupakan mineral paling stabil dantidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat diASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari klorida danfosfat (Suraatmaja, 1997).e. Vitamin dan airVitamin dalam ASI sangat lengkap, diantaranya vitamin A,D, C cukup dan golongan B kecuali riboflavin dan asampantotenik. 88% ASI terdiri dari air yang berguna untukmelarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya (Suraatmaja, 1997).17b) MP ASI (Makanan Pengganti ASI)MP ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizidan harus diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhangizinya. Pengenalan dan pemberian MP ASI harus diberikan secarabertahap baik bentuk maupun jumlahnya sesuai dengan kemampuanpencernaan bayi/ anak. Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dankuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangankecerdasan anak (Depkes, 2000).Tahapan pemberian makanan bayi,sebagai berikut :(a). Umur 0 – 6 bulan : bayi hanya diberi ASI(b). Umur 6 – 9 bulan : bayi diberi ASI, buah-buahan masak tertentu,tepung-tepungan yang dibuat bubur, sayuran, daging,telur dan kacang-kacang yang dimasak lunak.(c). Umur 9 – 12 bulan : bayi diberi ASI, semua buah yang masak,penyajian olahan tepung-tepungan sudah makinberagam, sayuran, daging, telur, kacang-kacangandimasak lunak(d). Umur 12 – 24 bulan : anak masih diberi ASI jika masihmencukupi ditambah buah yang masak, beras, sayur,daging, telur dan kacang-kacangan (Depkes RI,2000).187) Biasakan makan pagiMakan pagi atau sarapan bagi anak sekolah dapat meningkatkankonsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehinggaprestasi belajar menjadi lebih baik (Nancy, 2005).8) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Page 14: judul yesi

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebaskuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebihdahulu. Fungsi air dalam tubuh diantaranyaa) melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuhb) mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuhc) mengatur suhu tubuhd) melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsiseseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setaradengan delapan gelas setiap hari (Nancy, 2005).9) Lakukan aktivitas fisik secara teraturAktifitas fisik bermanfaat bagi setiap orang. Karena dapatmeningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkanfungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan(Nancy, 2005).1910) Hindari minum minuman beralkoholAlkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizilain (Nancy, 2005).11) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatanSelain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layakkonsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalahmakanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya. Tanda-tandaumum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain:berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah.Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggalkadaluwarsa, atau terjadi karat/kembung/kerusakan pada kemasan. Tandalain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman adalah bila dalampengolahannya ditambahkan bahan tambahan yang berbahaya, sepertiasam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanilyellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar(Nancy, 2005).12) Bacalah label pada makanan yang dikemasLabel pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi,jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggalkedaluwarsa dan keterangan penting lain (Nancy, 2005).203. Status Gizia. Pengertian.Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat darikonsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebutyang dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih(Almatsier, 2002).b. Penilaian status gizi.Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan:1) Antropometri

Page 15: judul yesi

Antropometri gizi adalah hal-hal yang berhubungan dengan berbagaimacam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagaitingkat umur dan tingkat gizi. Penilaian status gizi dengan antropometridigunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara energi dan protein(Supariasa, 2001). Indeks antropometri yang umum digunakan untukmenilai status gizi adalah :a. BB/U (Berat Badan menurut Umur)Indeks antropometri dengan BB/U mempunyai kelebihandiantaranya lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakatumum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badandapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan kecil dan dapatmendeteksi kegemukan (Supariasa, 2001).21Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasukair, lemak, tulang dan otot (As’ad, 2002). Untuk pengkategorian statusgizi berdasarkan BB/U dapat dilihat dalam tabel 1.Tabel 1.Status Gizi dengan Indikator BB/U Menurut Baku WHO NCHSKategori Z- ScoreStatus gizi lebihStatus gizi baikStatus gizi kurangStatus gizi buruk> 2,0 SD- 2,0 sampai 2,0 SD< - 2,0 SD≤ - 3,0 SDSumber : Persagi, 2003b. TB/U (Tinggi Badan menurut Umur)Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkankeadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal , tinggi badantumbuh seiring dengan pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/Udiantaranya adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau,pengukur panjang badan dapat dibuat sendiri, murah dan mudahdibawa (Supariasa, 2001).Tabel 2.Status Gizi dengan Indikator TB/U Menurut Baku WHO NCHSKategori Z- ScoreNormalPendek≥ - 2,0 SD< - 2,0 SDSumber : Persagi, 200322c. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan

Page 16: judul yesi

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dariindeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur dan dapatmembedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) (Supariasa,2001).Tabel 3.Status Gizi dengan Indikator BB/TB Menurut Baku WHO NCHSKategori Z- ScoreGemukNormalKurusSangat kurus> 2 SD- SD sampai + 2 SD< - 2 SD< - 3 SDSumber : Persagi, 20032) Klinis dan BiokimiaPemeriksaan klinis didasarkan pada perubahan-perubahan yangterjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Pemeriksaanbiokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorisdilakukan pada jaringan tubuh (Supariasa, 2001).3) BiofisikPenilaian status gizi dengan cara biofisik dilakukan dengan melihatkemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringantersebut (Supariasa, 2001).23c. Faktor-faktor yang mempengaruhi status giziMenurut Prawirohartono (1996), masalah gizi dipengaruhi oleh duafaktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung :1). Faktor Langsunga). Penyakit InfeksiPenyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yangsaling mempengaruhi. Dengan infeksi nafsu makan anak mulai menurundan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnyazat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntahdan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diarepada anak megakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.Kadang-kadang orang tua juga melakukan pembatasan makan akibatinfeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurangsekali bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk(Moehji, 1992).Penyakit infeksi dapat menyebabkan keadaan gizi kurang baik,karena taraf gizi yang buruk tersebut anak akan semakin lemah dalammelawan infeksi tersebut akibat dari reaksi kekebalan tubuh yangmenurun. Sebaliknya, jika keadaan gizi anak baik tubuh akan mempunyaikemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit infeksi

Page 17: judul yesi

(Moehji, 1992).24b). Asupan makananMakanan merupakan kebutuhan dasar bagi hidup manusia.Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai carapengolahannya. Bayi dan anak balita sangat membutuhkan makanan untukpertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang diberikan pada bayimaupun balita juga harus disesuaikan dengan kemampuan mencernanya.Untuk itu diperlukan makanan yang cocok bagi usia mereka danmengandung cukup zat gizi yaitu ASI dan MP ASI (Santoso,1999).2). Faktor Tidak LangsungFaktor-faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizibalita meliputi:a. Pengetahuan GiziPengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akanmempengaruhui terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu.Dengan memiliki pengetahuan khususnya kesehatan, seseorang dapatmengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang memungkinkanterjadi serta dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997).Aspek-aspek pengetahuan gizi diantaranya pangan dan gizi(pengertian, jenis, fungsi, sumber, akibat kekurangan), pangan / gizi bayi(ASI, MP ASI, umur pemberian, jenis), pangan dan gizi balita, pangan dangizi ibu hamil, pertumbuhan anak, kesehatan anak serta pengetahuan25tentang pengasuhan anak. Kurangnya pengetahuan gizi mengakibatkanberkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehariharidan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi(Suhardjo, 2002).b. Usia PenyapihanMasa penyapihan adalah masa dimana bayi mulai prosespengurangan ketergantungan pada ASI dan mulai dikenalkan denganmakanan keluarga. Proses penyapihan dapat dilakukan dengan 2 carayakni dengan mengurangi frekuensi pemberian ASI yang diikuti makanantambahan dan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat berdampakmenghentikan produksi ASI (Tara, 2004).Dari segi ilmu gizi, penyapihan yang baik pada usia anak mencapai24 bulan, karena zat gizi dan zat antibodi dalam ASI diproduksi sampaiusia anak 2–3 tahun. Selain itu penghentian pemberian ASI atauberkurangnya pemberian ASI akan menimbulkan penyakit kwoshiorkorpada usia anak 1–3 tahun (Suharyono, 1998).c. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)Angka kejadian BBLR di Indonesia sekitar 12%-22%. BBLRmerupakan berat badan lahir rendah yakni berat badan bayi yangdilahirkan kurang dari 2,5 kilogram.26Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai daya tahan tubuh

Page 18: judul yesi

yang rendah karena semasa dalam kandungan immunologinya belumsempurna. Bayi BBLR mempunyai kencenderungan rawan gizi karenamelihat kemampuan yang dimiliki dan kebutuhan akan zat-zat gizi bayiBBLR relatif lebih tinggi dibandingkan bayi normal (Tara, 2004).d. Pemberian Makanan Terlalu DiniDilihat dari sudut pandang kematangan fisiologis dan kebutuhangizi, pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum usia 4 bulanbiasanya sering dilakukan sehingga mengundang resiko, seperti bayi akanmudah terkena diare/penyakit-penyakit lain (Akre, 1993).Sebelum bayi berusia 4 bulan, bayi belum siap untuk menerimamakanan semi padat juga makanan yang belum dirasa perlu, sepanjangbayi tersebut masih tetap memperoleh ASI, kecuali pada keadaan tertentu.Di usia ini produksi dari enzim-enzim pencernaan terutama amilase masihrendah. Biasanya makanan yang diberikan diusia tersebut mempunyainilai gizi yang lebih rendah dari ASI sehingga dapat merugikan bayi(Akre, 1993).e. Besar KeluargaBesar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan eratdengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggotakeluarga (Suhardjo, 1996).27Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akanmempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Salah satu faktor yangmenentukan keberhasilan tersebut adalah besarnya keluarga/jumlahanggota keluarga. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlahmakanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besarjumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi ataumakanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalamjumlah penyediaan makanan yang sama (Jellife, 1994).f. Pola Asuh AnakPola asuh dapat berupa sikap dan perilaku ibu maupun pengasuh laindalam kedekatannya dengan anak. Pola pengasuhan balita berhubunganerat dengan pola pemberian konsumsi, karena balita mempunyaihubungan kelekatan yang kuat terutama ibu atau pengasuh lain, sehinggapola asuh mempunyai peran yang cukup besar terhadap peningkatan statusgizi balita (Setyaningsih, 2008).g. Kesehatan LingkunganKurang energi protein merupakan permasalahan ekologis dimanatidak saja disebabkan oleh ketidakcukupan ketersediaan pangan atau zatzatgizi tertentu tetapi juga dipengaruhi kemiskinan, sanitasi lingkunganyang kurang baik dan ketidaktahuan ibu terhadap gizi (Suhardjo, 1996).28Sebagian besar penduduk umumnya mengkonsumsi makanan secaraterbatas dan hidup di lingkungan yang kurang sehat sehingga resiko bayiyang mendapat ASI dan mendapat makanan pelengkap terlalu dini adalahpenyakit diare. Terbukti ditemukannya sejumlah bakteri pada makanan.

Page 19: judul yesi

Faktor kontaminasi tangan oleh mikrobakteri juga menyebabkan diare.Kualitas dan kuantitas air merupakan faktor penting penentu morbiditaspada anak balita (Akre, 1993).h. Pelayanan KesehatanFasilitas pelayanan kesehatan penting dalam menyokong statuskesehatan dan gizi anak, bukan hanya segi kuratif, tetapi juga preventif,promotif dan rehabilitatif. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatandisebabkan oleh jarak yang jauh/ketidakmampuan membayar, kurangnyapendidikan dan pengetahuan merupakan kendala dalam memanfaatkansarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2000).4. BalitaMasa balita merupakan kehidupan yang sangat penting dan diperlukanperhatian yang lebih dan khusus. Dimasa ini proses tumbuh kembang sangat pesatdiantaranya pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental dan sosial.Pertumbuhan balita sangat di pengaruhi beberapa hal diantaranya jumlah danmutu makanan, kesehatan balita, tingkat ekonomi, pendidikan dan perilaku orangtua (Depkes, 2000).29Kelompok balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi danrawan penyakit serta paling banyak menderita KEP. Beberapa kondisi yang dapatmenyebabkan balita rawan gizi dan kesehatan antara lain :a. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanandewasa.b. Anak balita mempunyai ibu yang bekerja sehingga perhatian ibu sudahberkurang.c. Anak balita sudah mulai main di tanah, lingkungan yang kotor sehinggamemungkinkan untuk terjadi infeksi.d. Anak balita belum bisa memilih makanannya, peran perilaku orang tua yangdidasari pengetahuan sangatlah penting (Notoatmodjo, 1997).Balita membutuhkan zat-zat gizi untuk tumbuh kembang, perbaikan ataupengganti sel-sel yang rusak, pengaturan tubuh, kekebalan terhadap penyakit. Zatzatgizi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat, lemak, protein, vitamin danmineral dengan jumlah kalori di dalam makanan berdasarkan komposisibanyaknya zat gizi yang terkandung. Balita membutuhkan kalori lebih banyakperkilogram berat badannya daripada orang dewasa untuk pertumbuhannya selainuntuk kebutuhan fisik (Husaini, 2002).Kebutuhan protein bayi dan anak relatif lebih besar bila jika dibandingkanorang dewasa. Angka kebutuhan tersebut tergantung pula pada mutu protein.Semakin baik mutu protein, semakin rendah kebutuhan protein (Persagi, 2003).30B. Kerangka TeoriGambar 1 : Kerangka TeoriHubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Anak Balita( Modifikasi menurut Prawirohartono, 1996; Supariasa, 2002,Standar baku WHO, 2002 )► Pengetahuan gizi

Page 20: judul yesi

► Usia penyapihan► BBLR► Pemberian makanterlalu dini► Besar keluarga► Pola asuh anak► Kesehatanlingkungan► PelayanankesehatanAsupanmakananPenyakitInfeksiStatus gizi anak balitaberdasar indeksantropometri BB/U31C. Kerangka KonsepVariabel LuarKeterangan:DitelitiTidak ditelitiGambar 2 : Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi denganStatus Gizi Anak Balita.D. HipotesisAda hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan statusgizi anak balita.Variable TerikatStatus Gizi Anak Balita (BB/U)Variable BebasPengetahuan Ibu tentang Gizi► BBLR► Penyakit infeksi► Usia penyapihan► Kesehatanlingkungan► Pola asuh32BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional. Analitikkorelasional karena mencari hubungan dua variabel yang kemudian akan dicarikoefisien korelasinya (Arikunto,2002). Penelitian ini mengamati variabelpengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita, kemudian mencari

Page 21: judul yesi

hubungan antara kedua variable tersebut dan koefisien korelasinya.Skema PenelitianSampelIbu balita dan anak balitaPengetahuan ibu tentang gizi Status gizi balitaB. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dimana data yangmenyangkut variable bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu bersama –sama. Tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukurandilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan(Notoatmodjo, 2005).33C. Variabel PenelitianVariabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.(Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaituvariabel bebas dan variabel terikat.1. Variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya variabeldependen (Sugiyono,2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalahpengetahuan ibu tentang gizi.2. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabelbebas (Sugiyono,2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah statusgizi anak balita.D. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di posyandu Wilayah Desa Ngemplak KecamatanKarangpandan Kabupaten Karanganyar pada tanggal 5-9 Juli 2009.E. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyekyang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005).Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak balita yang berada di DesaNgemplak Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar.34Berdasar hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti padaBulan Mei 2009 di Puskesmas Karangpandan, terdapat 186 balita.2. SampelJumlah sampel adalah semua anak balita yang dalam keadaan sehatatau tidak menderita penyakit dalam 1 bulan terakhir dan berada di wilayahDesa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar yangmelakukan kunjungan posyandu pada tanggal 5-9 Juli 2009 (Total Sampling).Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknikAccidental Sampling yaitu penentuan sampel yang diambil dari respondenatau kasus yang kebetulan ada (Notoatmodjo, 2003). Didapatkan sampelsejumlah 148 sampel, yang terdiri dari 74 sampel anak balita dan 74 sampelibu balita.F. Definisi Operasional

Page 22: judul yesi

Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk membatasiruang lingkup variabel-variabel yang diamati (Notoatmodjo,2003).Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :1. Pengetahuan tentang gizi adalah kemampuan ibu dalam memahami segalainformasi yang berhubungan dengan bahan makanan yang mengandung zatgizi bagi balita, sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang.Pengukuran : skala ordinal.35Tingkat pengetahuan dikatakan tinggi apabila skor jawaban dari kuesionernyaadalah 76 - 100 %, sedang apabila skor jawaban dari kuesionernya adalah56 - 75 %, dan rendah apabila skor jawaban dari kuesionernya adalah ≤ 55 %(Arikunto, 2002).2. Status gizi adalah keadaan tubuh balita yang berhubungan dengan kecukupanakan zat gizi balita. Pengukuran : skala ordinal.Status Gizi Simpangan BakuGizi Lebih 2 SDGizi Baik -2 SD - +2 SDGizi Kurang < -2 SD - -3 SDGizi Buruk < -3 SD3. Karakteristik Balita : Jenis kelamin perempuan dan laki-laki, anak balitaberusia 12-59 bulan, dengan perhitungan sebagai berikut: jika umur>14 hari, maka dibulatkan ke usia berikutnya, jika umur <14 hari, maka tetappada usia tersebut. Balita usia 59 bulan 13 hari, maka usianya tetap 59 bulan,berarti masuk ke dalam subyek penelitian, jika usia 59 bulan 15 hari makausianya 60 bulan, berarti tidak masuk ke dalam subyek penelitian (DKK. Kab.Karanganyar).36G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data1. Jenis DataJenis data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh daripenimbangan pada balita dan dari pengisian kuesioner yang diisi oleh ibu,meliputi pengetahuan ibu mengenai gizi balita.2. Cara Pengumpulan DataData diperoleh dari balita dan ibu balita saat posyandu dilakukan didesa Ngemplak. Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Tahappertama untuk mengumpulkan data berat badan balita dengan melakukanpenimbangan. Tahap kedua mengumpulkan data pengetahuan ibu tentang gizibalita yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu balita. Subyek yangmemenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuanpenelitian serta memberitahu ibu bagaimana cara pengisian kuesionerkemudian membagikan kuesioner untuk diisi oleh ibu.H. Instrumen Pengumpul DataInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan balitaberupa timbangan dacin dengan kapasitas 25 kg dengan tingkat ketelitian 0,1untuk mengetahui berat badan balita dan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlahpertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

Page 23: judul yesi

tentang hal-hal yang diketahui (Arikunto,2002).37Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :Variabel Sub VariabelJumlahItemNomorSoalPengetahuantentang gizi1) Pengertian makanan sehat2) Sumber gizi pada makanan3) Makan makanan berkadar lemaksedang dan rendah lemak jenuh4) Frekuensi Makan5) Makan aneka ragam makanan6) Minum air bersih, aman dan cukupjumlahnya7) Akibat kekurangan zat gizi8) Mengkonsumsi garam beryodium9) Memberikan ASI sampai usia 6bulan10) Membiasakan makan pagi11) Pengolahan bahan makanan12) Mengkonsumsi makanan yangaman bagi kesehatan13) Pemberian makanan tambahan24112123412111-23-6789-1011

Page 24: judul yesi

12-1314-1617-202122-232425Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh manapengetahuan ibu mengenai gizi yang baik bagi anak balitanya. Namun, sebelumkuesioner diberikan pada responden, akan dilakukan uji keampuhan instrumenterlebih dahulu, yakni dengan uji validitas dan reliabilitas.38Kuesioner yang digunakan terdiri dari :1. Identitas, berisikan identitas responden meliputi nama responden, alamat,umur, pendidikan terakhir serta identitas balita yang meliputi nama balita,jenis kelamin, umur, berat badan, status gizi.2. Pengetahuan tentang gizi balita berisikan soal – soal, melalui kuesioner.Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan jawaban benardiberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk mendapatkan skordilakukan perhitungan dengan rumus :100%Jumlah pertanyaanJumlah jawaban benarSkor Kemudian hasil dari perhitungan prosentase ini akan dikategorikan menurutskala ordinal menjadi tiga kategori, yaitu :a. Tinggi : 76 % - 100 %b. Sedang : 56 % - 75 %c. Rendah : ≤ 55 % (Arikunto,2002).I. Validitas dan ReliabilitasValiditas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalaninstrumen dalam mengumpulkan data. Alat ukur dinyatakan sahih atau valid bilaalat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Machfoedz, 2005).39Untuk menguji validitas maka dilakukan dengan menghitung korelasi antaramasing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan rumuskorelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson.Rumus :2 2 2 2 N X X N Y YN XY X Yrxy

Page 25: judul yesi

Keterangan :Rxy : Koefisien korelasi x-yX : pertanyaan ke-1Y : Skor totalN : Jumlah respondenXY : Skor pertanyaan ke-1 dikali skor total (Arikunto, 2002).Uji validitas ini dilakukan pada 30 responden yang memiliki anak balita diDesa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar yangmerupakan daerah ynag mempunyai karakteristik hampir sama dengan lokasipenelitian. Berdasarkan hasil penghitungan terlihat bahwa dengan N = 30, nilair hitung > r tabel (0,361) pada tingkat signifikan 5%, sehingga dapat disimpulkanbahwa seluruh pertanyaan yang diajukan pada kuesioner adalah valid (25 item).Reliabilitas adalah indeks yang digunakan untuk mengetahui tingkatkeajegan suatu instrumen sehingga apabila alat ukur digunakan berkali - kali akanmemberikan hasil yang hampir sama dalam waktu yang berbeda dan pada orangyang berbeda (Sugiyono, 2005).40Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik KR.20.Rumus :21 121 1 StSt p qkkrKeterangan :K : Jumlah item dalam kuesionerp1: Banyaknya subyek yang menjawab benar pada itemq1: 1 – pSt : varians total X/KUji reliabilitas ini dilakukan pada 30 responden yang memiliki anak balita diDesa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karnganyar. Dari hasilpengujian dengan N = 30 diperoleh nilai r hitung (0,8988) > r tabel (0,361).Karena nilai r hitung > r tabel (0, 361), maka dapat disimpulkan bahwa instrumentersebut reliabel (Arikunto, 2002).J. Pengolahan dan Analisa Data1. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 26: judul yesi

a. EditingMelakukan pekerjaan meneliti atau menyunting data yangdiperoleh sehingga apabila ada kesalahan segera dapat dibenahi, meliputikelengkapan jawaban dari pertanyaan yang disediakan, kesesuaianjawaban dengan pertanyaan yang disediakan, pengukuran terhadap balita.41b. CodingMemberikan kode berupa angka pada setiap jawaban yang telahdiberikan responden, agar memudahkan dalam menganalisa data,meliputi:1) Jenis kelaminLaki – laki dengan kode = 1Perempuan dengan kode = 22) Tingkat pengetahuan ibuJawaban benar diberi nilai =1 dan jawaban salah diberi nilai = 0 .Kemudian persen jawaban benar dikategorikan menjadi 3 kategori:Tinggi (jika skor 76% - 100% dari jawaban benar) dengan kode=1Sedang (jika skor 56 % - 75 % dari jawaban benar) dengan kode=2Rendah (jika skor ≤55% dari jawaban benar) dengan kode=33) PendidikanSD dengan kode = 1SLTP dengan kode = 2SLTA dengan kode = 3PERGURUAN TINGGI dengan kode = 4TIDAK SEKOLAH dengan kode = 54) Status gizi dengan indikator BB/UGizi lebih dengan kode = 1Gizi baik dengan kode = 242Gizi kurang dengan kode = 3Gizi buruk dengan kode = 4c. TransferingYakni dilakukan dengan memasukkan atau memindahkan data –data dimana data tersebut sebelumnya sudah dicoding ke dalam mastertable.d. TabulatingMenyusun data dalam bentuk tabel silang yaitu table distribusifrekuensi yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel dalamsuatu penelitian.2. Analisia DataDalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara2 variabel digunakan rumus Kendal Tau, karena variabel bebas dan terikatmenggunakan skala data ordinal (Husaini, 2003).Adapun rumusnya :21

Page 27: judul yesi

N NA BKeterangan := Koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya ( -1 < 0 <1 )H = Jumlah ranking atasL = Jumlah ranking bawahN = Jumlah anggota sampel43Dari rumus tersebut apabila terbukti ada korelasi, untuk membuktikankoefisien tersebut dapat diberlakukan pada populasi dimana sampel tersebutdiambil, maka perlu diuji signifikansinya dengan menggunakan rumus z, tarafkesalahan 5% dan derajat kepercayaan 95%.Rumus :9 ( 1)2(2 5)N NNzKeterangan :z = Signifikansi taraf kesalahan 5%, derajat kepercayaan 95%Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan rumus, z hitungdibandingkan dengan z tabel, dengan menggunakan taraf kesalahan 5%.Untuk dapat memberikan tafsiran apakah harga tersebut signifikan atau tidak,maka digunakan ketentuan bahwa bila z hitung lebih besar dari z tabel, makakorelasi antara dua variabel adalah signifikan (Sugiyono, 2005).44BAB IVHASIL PENELITIANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian1. Letak GeografisDesa Ngemplak terletak di Kecamatan Karangpandan KabupatenKaranganyar. Secara geografis Desa Ngemplak termasuk dataran tinggi denganketinggian dari permukaan laut sekitar 550 meter. Luas wilayah Desa Ngemplakadalah 367,425 Ha yang terdiri dari 10 RW dan 25 RT.Lokasi penelitian berada pada 10 RW di Desa Ngemplak adapun batasbataswilayah Desa Ngemplak sebagai berikut :a. Sebelah Utara : Desa Tohkuning Kecamatan Karangpandan KabupatenKaranganyar.b. Sebelah Timur : Desa Karangpandan Kecamatan Karangpandan KabupatenKaranganyar.

Page 28: judul yesi

c. Sebelah Selatan : Desa Plosorejo Kecamatan Matesih KabupatenKaranganyard. Sebelah Barat : Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan KabupatenKaranganyar.452. Pelayanan kesehatanDesa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyarhanya memiliki 1 Pos Kesehatan Desa (PKD) dengan 1 bidan desa. Setiap pagibidan desa bertugas di Puskesmas Induk Karangpandan di daerah DoplangKarangpandan. Desa Ngemplak memiliki 6 posyandu balita yang terdiri dari :Posyandu Srikandi, Posyandu Sidodadi, Posyandu Talpitu, Posyandu Bulan,Posyandu Watugede, dan Posyandu Sapitan.3. Pelaksanaan penelitianPenelitian telah dilaksanakan pada tanggal 5-9 Juli 209 di 3 posyandu diDesa Ngemplak, diantaranya : Posyandu Bulan dengan jumlah sampel 23 anakbalita dan 23 ibu balita, Posyandu Sidodadi dengan jumlah sampel 34 anak balitadan 34 ibu balita, serta Posyandu Watugede dengan jumlah sampel 17 anak balitadan 17 ibu balita. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 148 sampel yangterdiri dari 74 sampel anak balita dan 74 sampel ibu balita yang keseluruhannyamemenuhi kriteria inklusi dan layak untuk diteliti. Pengumpulan datapengetahuan gizi dengan menggunakan kuesioner dan data berat badan balitadengan penimbamgan berat badan dengan menggunakan timbangan dacin dengankapasitas 25 kg dan tingkat ketelitian 0,1.46B. Karakteristik Sampel1. Umur IbuBerdasarkan kelompok umur, sebagian besar ibu balita berumur antara26–30 tahun sebanyak (36,49 %), yang paling kecil adalah pada umur36-40 tahun sebanyak (2,70 %). Distribusi jumlah sampel ibu balita menurutumur di Desa Ngemplak dapat dilihat pada tabel 4.1.Table 4.1. Distribusi Jumlah Sampel (Ibu Balita) Menurut Umur di DesaNgemplak Tahun 2009.Umur (Tahun) N Persentase (%)20 - 25 23 31,0826 - 30 27 36,4931 - 35 18 24,3236 - 40 2 2,7041 - 45 4 5,41Jumlah 74 100,002. Pendidikan IbuTingkat pendidikan sebagian besar sampel adalah tamat SLTA yaitusebanyak (39,19%), tamat SLTP sebanyak (25,68%), tamat SD sebanyak(20,27%), tamat perguruan tinggi sebanyak (12,16%), sedangkan yang tidaksekolah sebanyak (2,70%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di DesaNgemplak Tahun 2009.

Page 29: judul yesi

Pendidikan N Persentase (%)Perguruan tinggi 9 12,16SLTA 29 39,19SLTP 19 25,68SD 15 20,27Tidak sekolah 2 2,70Jumlah 74 100,00473. Umur Dan Jenis Kelamin Anak BalitaSampel dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang dalam keadaansehat atau tidak menderita penyakit selama 1 bulan terakhir yang berdomilisi diDesa Ngemplak. Sebagian besar anak balita yang menjadi sampel berumur12 – 23 bulan sebanyak (32,43%) dengan jenis kelamin laki-laki sebesar(14,86%) perempuan sebesar (17,58%) dan paling sedikit adalah balita yangberumur 36 – 47 bulan sebanyak (20,27%) dengan jenis kelamin laki-lakisebesar (4,05%) dan jenis kelamin perempuan (16,22%). Data selengkapnya dapatlihat pada tabel 4.3. berikut ini :Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Anak Balita Menurut Umur Dan Jenis Kelamin diDesa Ngemplak Tahun 2009.Umur Anak Balita(Bulan)Jumah Anak BalitaP % L %12 - 23 13 17,58 11 14,8624 - 35 7 9,46 11 14,8635-47 12 16,22 3 4,0548-59 9 12,16 8 10,81jumlah 41 55,42 33 44,5848C. Analisis1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang GiziHasil penelitian menunjukkan nilai maksimum untuk pengetahuan giziadalah 23 dan nilai minimumnya adalah 9 dengan mean 19,68. Distribusiresponden menurut tingkat pengetahuan gizi dapat dilihat pda tabel 4.4.Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita di DesaNgemplak Tahun 2009.Kategori Pengetahuan N Persentase (%)Tinggi 44 59,46Sedang 21 28,38Rendah 9 12,16Jumlah 74 100,00Berdasarkan tabel tingkat pengetahuan gizi di atas, dapat diketahui bahwasebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi yaknisebanyak (59,46%), tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak (28,38 %) dantingkat pengetahuan gizi rendah sebanyak (12,16 %).2. Status Gizi Anak Balita

Page 30: judul yesi

Status gizi anak balita dapat diketahui dengan indikator Z_Scoreberdasarkan standar baku WHO NCHS. Untuk menghitung nilai Z_Score harusdiketahui umur anak balita dan berat badannya saat ini, karena indeksantropometri yang digunakan adalah BB/U. Dari data yang didapat dan dihitungsesuai standar baku yang digunakan, maka peneliti dapat mengetahui status gizianak balita yang menjadi sampel dalam penelitian.49Hasil penelitian menunjukkan nilai Z_Score tertinggi yaitu 2,27 yangmenunjukkan status gizi lebih. Nilai Z_Score terendah yaitu –3,10 hal itumenunjukkan status gizi anak buruk. Rata-rata nilai Z_Score adalah –0,56 yangmembuktikan bahwa sebagian besar anak balita di Desa Ngemplak memilikistatus gizi baik. Namun demikian masih dijumpai juga adanya gizi kurang danburuk. Data tersebut membuktikan bahwa di Desa Ngemplak masih dijumpaimasalah gizi. Distribusi sampel menurut status gizi dan kelompok umur dapatdilihat pada tabel 4.5.Tabel 4.5. Distribusi Jumlah Sampel Menurut Status Gizi dan Kelompok Umurdi Desa Ngemplak Tahun 2009Status GiziKelompok Umur(Bulan)JumlahPersentase(%)12-23 24-35 36-47 48-59Lebih 2 0 0 0 2 2,70Baik 19 16 13 15 63 85,14Kurang 4 1 1 2 8 10,81Buruk 0 0 1 0 1 1,35Jumlah 25 17 15 17 74 100,00Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel di DesaNgemplak yang berstatus gizi baik yaitu sebesar (85,14%), sampel dengan statusgizi kurang sebesar (10,81%), sampel dengan satus gizi lebih sebesar (2,70%),sampel dengan status gizi buruk (1,35%).503. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak BalitaDi Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten KaranganyarHubungan tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi anak balita dapatdiketahui dengan melakukan pengujian menggunakan bantuan software SPSSdengan menggunakan analisis Kendall Tau, dapat dilihat pada tabel 4.7. berikutini:Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi DenganStatus Gizi Anak Balita di Desa Ngemplak Tahun 2009PengetahuanStatus GizipLebih Baik Kurang Buruk

Page 31: judul yesi

Frek % Frek % Frek % Frek %Tinggi 1 1,4 42 56,8 1 1,4 0 0Sedang 1 1,4 16 21,6 4 5,4 0 0 0,009Rendah 0 0 5 6,8 3 4,1 1 1,4Total 2 2,7 63 85,1 8 10,8 1 1,4Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan yangsignifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan statu gizi anak balita di DesaNgemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar dengan p = 0,009(p < 0,05). dengan kata lain, semakin baik pengetahuan ibu tentang gizi semakinbaik pula status gizi dari balitanya.51BAB VPEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang umur respondendidapatkan bahwa hampir semua responden berumur 20-35 tahun yang berjumlah68 responden (91,89%) dan ada 6 responden (8,11 %) yang umurnya >35 tahun,dan tidak didapatkan responden yang berumur < 20 tahun. Menurut pendapatSoekanto (2002), bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakindewasa usia maka tingkat kemampuan dan kematangan dalam berpikir danmenerima informasi lebih baik dibandingkan dengan umur yang masih muda ataubelum dewasa.Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh dari penelitian bahwapendidikan responden paling banyak adalah SMA sebanyak 29 responden(39,19%) dan untuk tingkat pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi ada9 responden (12,16%). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain umurmenurut Soekanto (2002) adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikanseseorang akan semakin baik cara pandang terhadap diri dan lingkungannya.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerimainformasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.Berdasarkan pemaparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapatdiketahui bahwa dari 74 sampel ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuantinggi ada 44 sampel dengan persentase sebesar 59,46%, sedangkan yang52memiliki tingkat pengetahuan sedang ada 21 sampel dengan persentase sebesar28,38%, dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah ada 9 sampel denganpersentase sebesar 12,16%. Data ini diperjelas pada tabel 4.5.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukanpenginderaan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolehmelalui mata dan telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan prosesbelajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahantingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika individu tersebutmenganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarahkepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yangdipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya (Soediatama, 2000).Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang berhubungan denganmasalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada

Page 32: judul yesi

kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkanberkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan seharihariyang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi.Tabel 4.6. yang menunjukkan status gizi anak balita, dapat disimpulkanbahwa hampir dari seluruh sampel anak balita memiliki status gizi yang baikyakni sebanyak 63 sampel dengan persentase sebsear 85,14%, sedangkan anakbalita dengan status gizi kurang ada 8 sampel dengan persentase 10,81%, anakbalita dengan status gizi lebih 2 sampel dengan persentase 2,70%, dan anak balitadengan status gizi buruk ada 1 sampel dengan persentase 1,35%.53Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia akibat darikonsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yangdibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2002).Di Desa Ngemplak masih dijumpai adanya masalah gizi seperti gizikurang, gizi lebih, dan gizi buruk. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktorlangsung yaitu asupan makanan ataupun openyakit infeksi yang mungkin dialamioleh si balita. Akan tetapi faktor tidak langsung pun juga mungkin dapatmempengaruhi status gizi dari balita antara lain seperti tingkat pengetahuan yangkurang sehingga berkurangpula penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, usiapenyapihan terlalu dini, pemberian makanan terlalu dini, besar keluarga yangterlalu banyak yang mengakibatkan berkurangnya asupan makanan yangdikonsumsi masing-masing anggota keluarga sehingga kandungan gizinya punjuga tidak mencukupi kebutuhan dari masing-masing individu, BBLR, pelayanankesehatan yang kurang memadai atau masyarakat yang kurang bisa memanfaatkanfasilitas pelayanan kesehatan yang ada, pola asuh anak yang salah serta kesehatanlingkungan yang sangat kurang padahal pada usia ini, balita biasanya sudah mulaimain di tanah, lingkungan yang kotor sehingga memungkinkan untuk terjadiinfeksi (Prawirohartono, 1996).Kurang energi protein tidak saja disebabkan oleh ketidakcukupanketersediaan pangan atau zat-zat gizi tertentu tetapi juga dipengaruhi kemiskinan,sanitasi lingkungan yang kurang baik, sosial ekonomi dan ketidaktahuan ibuterhadap gizi (Suhardjo, 1996).54Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenaitatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga asupangizi pada anak kurang. Kejadian gizi buruk pada anak balita ini dapat dihindariapabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi danmengatur makanan anak (Moehji, 1992).Hasil pengujian hipotesis dengan analisis korelasi Kendall Tau dengannilai p = 0,009 (p<0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikanantara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita di DesaNgemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakanfaktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuangizi ini memiliki peran yang penting. Karena dengan memiliki pengetahuan yangcukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam

Page 33: judul yesi

gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicaripemecahannya (Notoatmodjo, 2003).Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnyakemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal inimerupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 1992).Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita dapat dihindari apabila ibumempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengaturmakanan anak (Moehji, 1992).55Keterbatasan PenelitianKeterbatasan pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :1. Penelitia. Sampel yang diambil dalam penelitian ini seharusnya besar sampel samadengan besar populasi.b. Waktu terbatas untuk dapat mengumpulkan seluruh data dari respondenpada saat berlangsungnya kegiatan posyandu.2. RespondenAdanya keterbatasan daya ingat responden sehingga responden lupa atauragu dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan.3. Instrumen/alat.a. Data berat badanKemungkinan kesalahan pada pengambilan data berat badan yaitukurangnya ketelitian dalam membaca angka pada timbangan dacin.b. KuesionerKemungkinan kuesioner yang dibuat terlalu mudah sehinggasebagian besar pertanyaan dapat dijawab dengan benar oleh responden.56BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulansebagai berikut :1. Sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan gizi yang tinggi yakni sebesar44 sampel (59,46 %).2. Sebagian besar anak balita memiliki status gizi yang baik yakni sebesar63 sampel (85,14%).3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi dengan statusgizi anak balita dengan p = 0,009 (p < 0,05).B. Saran1. Bagi Ibu Yang Memiliki BalitaIbu dapat meningkatkan pengetahuan gizi, yang meliputi : bahanmakanan, cara pengolahan makanan, sampai pada cara penyajian makananbaik melalui buku, media massa, penyuluhan, dll.2. Bagi Petugas Kesehatan SetempatPetugas kesehatan terutama bidan desa diharapkan dapatmeningkatkan pengetahuan gizi masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan

Page 34: judul yesi

pada saat kegiatan PKK, posyandu, dll.573. Bagi Peneliti LainPerlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yangmempengaruhi status gizi anak balita dengan cakupan lebih meluas mengingatbahwa penelitian ini baru membahas mengenai salah satu faktor yangmempengaruhi status gizi balita yakni pengetahuan gizi.DAFTAR PUSTAKAAkre, James. 1993. Pemberian Makanan untuk Bayi. Bina Rupa Aksara. Jakarta.Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. EdisiRevisi. Rineka Cipta. Jakarta.As’ad, Suryani. 2002. Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak. Depdiknas. Jakarta.Baskoro, Anton. 2008. Panduan Praktis Ibu Menyusui. Banyu Media. Yogyakarta.Depkes. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Balita. Depkes RI. Jakarta.______. 2000. Gizi Seimbang menuju Hidup Sehat bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui.Depkes RI. Jakarta______. 2000. MakananPendamping ASI. Depkes RI. Jakarta .DKK. 2007. Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Karanganyar. DKK.KaranganyarHusaini, Usman. 2003. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta.Husaini. 2002. Empat Sehat Lima Sempurna. Bulletin Gizi. Jakarta.Jellife. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Bumi Aksara. Jakarta.Machfoedz. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan,Keperawatan, dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.Moehji, Sjahmein. 1992. Pemeliharaan Bayi dan Balita. Bhatara. Jakarta.______. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.Nancy, Yetty. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang.Aviable online http://www.gizi.net/ komposisi/ index. html. Downloadtanggal 28 Juni 2009.Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.______. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.______. 2005. Metodologi Penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.PERSAGI. 2003. Penentun Diit Anak. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Prawirohartono. 1996. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Status GiziKurang pada Balita. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.Roesli, Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eklusif, Makanan Pendamping Tepat danImunisasi Lengkap. PT Elexmedia Komputindo. Jakarta.RSCM, et.al. 2003. Penuntun Diit Anak. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Santoso. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta.Setyaningsih, Rahayu. 2008. Hubungan Antara Pola Asuh Pengasuh Balita DenganStatus Gizi Balita di Kalurahan Sriwedari Kecamatan Laweyan KotaSurakarta. Kosala. Surakarta.Soediatama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta.Soekanto, 2002. Psikologi Pendidikan. Raja Gravindo Persada. JakartaSugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Page 35: judul yesi

Suhardjo. 1992. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.______. 1996. Perencanan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara IPB. Bogor.Suharyono. 1998. ASI Tinjauan dari Berbagai Aspek. FKUI. Jakarta.Supariasa dkk. 2001. Penelian Status Gizi. EGC. Jakarta.Suraatmaja, Sudaryat. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta.Tara, Elizabet. 2004. Pemberian Makanan Bayi untuk BBLR, Ladang Pustaka dan IntiMedia. Jakarta.______. 2004. Makanan Tambahan untuk Bayi. Ladang Pustaka dan Inti Media.Jakarta.Winarno. 1996. Makan Sehat untuk Bayi. Puspa Swara. Jakarta.Lampiran 1JADWAL KEGIATAN PENELITIANNo Kegiatan Penelitian Alokasi WaktuMaret April Mei Juni1 Pendaftaran2 Kursus PenyegaranPenyusunan KTI3 Penyusunan Proposaldan Konsultasi4 Seminar (ValidasiProposal)5 Perbaikan Proposal

Lampiran 3KUESIONERHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGANSTATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA NGEMPLAKKECAMATAN KARANGPANDANKABUPATEN KARANGANYARI. Identitas respondena. Kode responden :b. Nama responden :c. Alamat responden :d. Umur :e. Pendidikan terakhir : ( 1 ) SD ( 2 ) SLTP ( 3 ) SLTA( 4 ) Perguruan Tinggi( 5 ) Tidak Sekolahf. Tanggal :II. Identitas balitaa. Nama balita :b. Jenis kelamin : ( 1 ) Laki-laki ( 2) Perempuanc. Tempat, tanggal lahir :d. Umur : bulane. Berat badan : Kgf. Status gizi : ( 1 ) Lebih ( 2 ) Baik( 3 ) Kurang ( 4 ) Buruk

Page 36: judul yesi

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI1. Apa yang ibu ketahui tentang makanan sehat......a. Makanan yang mahal.b. Makanan yang mengandung zat-zat gizi.c. Makanan yang mengenyangkan.d. Makanan yang enak rasanya.2. Makanan yang bergizi adalah........a. Makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurnab. Makanan yang mengenyangkanc. Makanan yang memiliki rasa yang enakd. Makanan yang mengandung bahan pengawet3. Makanan yang sehat mengandung zat-zat gizi dibawah ini, kecuali...a. Karbohidratb. Proteinc. Vitamind. Zat pengawet4. Dibawah ini yang bukan termasuk sumber makanan pokok/karbohidrat adalah......a. Berasb. Singkongc. Dagingd. Jagung5. Makanan berikut yang mengandung protein hewani adalah............a. Tempeb. Gandumc. Minyak ikand. Daging6. Mentega/margarin merupakan jenis makanan yang banyak mengandung zat gizi...a. Lemakb. Vitaminc. Proteind. Karbohidrat7. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya akan.........a. Proteinb. Vitaminc. Karbohidratd. Mineral8. Air minum yang baik dikonsumsi keluarga adalah air minum yang memenuhisyarat-syarat air bersih sebagai beriku, kecuali....a. Tidak Berasab. Tidak berwarnac. Tidak jernihd. Tidak berbau9. Anak yang kekurangan protein akan mengalami penyakit sebagai berikut.........a. Beri-berib. Busung laparc. Sembelit

Page 37: judul yesi

d. Kurang darah10. Anak kecil yang sering mengalami sariawan dan gusi berdarah disebabkan karenakekurangan zat Gizi...........a. Zat besib. Vitamin Cc. Vitamin Kd. Mineral11. Dalam pemberian makanan pada anak balita, sebaiknya ibu memberikan secara....a. Tergantung pada permintaan anakb. Sesering mungkin selama anak tidak makanc. Membuat jadwal jam makan anakd. Tidak atahu12. Berikut ini merupakan contoh penyusunan menu yang mengandung zat gizi yanglengkap kecuali......a. Nasi,telur goreng, sayur nangka, jeruk dan teh manisb. Nasi , tempe, bihun, pisang, air putihc. Nasi, bakwan, sayur sawi, roti bolu, susud. Nasi, tempe, sayur asem, pisang, susu13. Contoh makanan lumat adalaha. Nasi timb. Bubur sumsumc. Buah dipotong-potongd. Nasi sayur14. Pada saat memasak sayur, garam apakah yang ibu digunakan.......a. Garam grasakb. Garam kasarc. Garam batangand. Garam yodium15. Zat gizi apakah yang terkandung didalam garam dapur.........a. Vitaminb. Mineralc. Yodiumd. Kalsium16. Apakah penyakit yang akan diderita apabila orang kurang mengkonsumsi garamyodium.......a. Amandelb. Gondokc. Beri-berid. Darah tinggi17. Menyusui ASI saja sampai usia 6 bulan disebut........a. ASI dinib. ASI esklusifc. ASI permulaand. Tidak tahu18. Manfaat ASI dianataranya sebagai berikut, kecuali..........a. ASI memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk pertumbuhan anak

Page 38: judul yesi

b. ASI menciptakan kedekatan antara Ibu dan bayic. ASI menimbulkan alergi pada bayid. ASI menjadikan anak menjadi pintar19. Kapan anak sebaiknya mulai diberi makanan pendamping ASI..........a. Setelah usia 2 bulanb. Setelah usia 4 bulanc. Setelah usia 6 buland. Tidak tahu20. Pada usia berapakah sebaiknya menyapih atau menhentikan pemberian ASI padabayi/ anak balita dilakukan.......a. 1 tahub. 1,5 tahuc. 2 tahud. Tidak tahu21. Jam makan yang merupakan cadangan energi terbesar dan tidak boleh dilewatkanadalah..........a. Makan pagib. Makan siangc. Makan malamd. Tidak tahu22. Pengolahan bahan makanan adalah........a. Dipotong-dikupas –dicucib. Dicuci-dipotong-dikupasc. Dikupas-dipotong-dicucid. Dikupas-dicuci-dipotong23. Menghilangkan zat-zat yang merugikan atau pestisida dari bahan makanan yangakan kita konsumsi adalah......a. Dicucib. Disikatc. Dimasakd. Disabun24. Berikut adalah zat kimia yang dapat merugikan kesehatan adalah......a. Zat pengawetb. Zat adiftifc. Zat perwarnad. Benar semuanya25. Makanan tambahan diberikan pada saat.....a. Pagi harib. Posyanduc. Setiap saatd. Tidak tahuValiditas Item Pertanyaan PengetahuanCorrelationsCorrelations.239.203

Page 39: judul yesi

30.239 .040.203 .83430 30.200 .224 .224.288 .235 .23530 30 30.535** .447* .224 -.042.002 .013 .235 .82730 30 30 30-.050 .415* .415* -.093 .371*.795 .023 .023 .626 .04330 30 30 30 30.695** .415* -.083 .371* .371* -.034.000 .023 .663 .043 .043 .85630 30 30 30 30 30.356 .447* .149 .389* .389* .557** .557**.053 .013 .432 .034 .034 .001 .00130 30 30 30 30 30 30.679** .539** .578** .416* .584** .514** .514** .649**.000 .002 .001 .022 .001 .004 .004 .00030 30 30 30 30 30 30 30Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Page 40: judul yesi

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NP1P2P3P4P5P6P7P8ValidP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 ValidCorrelation is signif icant at the 0.01 **. level (2-tailed).*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).Validitas Item Pertanyaan PengetahuanCorrelationsCorrelations.196.29930.423* .523**.020 .00330 30.109 .208 .109.568 .271 .56830 30 30.423* .196 .423* .109.020 .299 .020 .56830 30 30 30.347 .236 .139 .342 .347.061 .210 .465 .064 .06130 30 30 30 30.088 .447* .351 .402* .088 .253.645 .013 .057 .028 .645 .17730 30 30 30 30 30.288 -.089 .288 .074 .681** .378* -.120.122 .640 .122 .698 .000 .039 .52930 30 30 30 30 30 30.429* .575** .538** .484** .604** .631** .559** .530**.018 .001 .002 .007 .000 .000 .001 .00330 30 30 30 30 30 30 30Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson Correlation

Page 41: judul yesi

Sig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NP9P10P11P12P13P14P15P16ValidP9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 ValidCorrelation is signif icant at the 0.05 *. level (2-tailed).**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).Validitas Item Pertanyaan PengetahuanCorrelationsCorrelations.802**.00030.196 .288.299 .12230 30.802** .464** -.105.000 .010 .581

Page 42: judul yesi

30 30 30.557** -.050 -.073 .695**.001 .795 .702 .00030 30 30 30.149 -.120 .088 .239 .415*.432 .529 .645 .203 .02330 30 30 30 30.149 .239 .351 .239 -.083 .280.432 .203 .057 .203 .663 .13430 30 30 30 30 30.302 .141 .429* .141 .308 .135 .135.105 .457 .018 .457 .098 .477 .47730 30 30 30 30 30 30.111 -.134 .049 .200 .371* .447* .224 .452*.559 .481 .797 .288 .043 .013 .235 .01230 30 30 30 30 30 30 30.699** .471** .560** .530** .514** .419* .479** .642** .453*.000 .009 .001 .003 .004 .021 .007 .000 .01230 30 30 30 30 30 30 30 30Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Page 43: judul yesi

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NP17P18P19P20P21P22P23P24P25ValidP17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 ValidCorrelation is signif icant at the 0.01 **. level (2-tailed).*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).Item Pertanyaan PengetahuanReliabilityR E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (KR-20)Mean Std Dev Cases1. P1 .9333 .2537 30.02. P2 .8333 .3790 30.03. P3 .8333 .3790 30.04. P4 .8000 .4068 30.05. P5 .8000 .4068 30.06. P6 .9667 .1826 30.07. P7 .9667 .1826 30.08. P8 .9000 .3051 30.09. P9 .8667 .3457 30.010. P10 .9000 .3051 30.011. P11 .8667 .3457 30.012. P12 .6333 .4901 30.013. P13 .8667 .3457 30.014. P14 .6667 .4795 30.015. P15 .8333 .3790 30.016. P16 .9333 .2537 30.017. P17 .9000 .3051 30.018. P18 .9333 .2537 30.019. P19 .8667 .3457 30.020. P20 .9333 .2537 30.021. P21 .9667 .1826 30.022. P22 .8333 .3790 30.023. P23 .8333 .3790 30.024. P24 .7333 .4498 30.025. P25 .8000 .4068 30.0Parameter EstimatesEstimated common variance = .1201

Page 44: judul yesi

Error variance = .0904True variance = .0297Estimated common inter-item correlation = .2470Estimated reliability of scale = .8913Unbiased estimate of reliability = .8988**No STATUS GIZI PENGETAHUANResp BB Z-Score Kategori Score Kategori1 16.50 0.68 Baik 20 Tinggi2 13.10 1.95 Baik 18 Sedang3 20.00 1.60 Baik 11 Rendah4 9.70 -3.10 Buruk 12 Rendah5 13.30 -1.26 Baik 19 Tinggi6 12.20 -1.63 Baik 22 Tinggi7 12.40 -1.63 Baik 21 Tinggi8 13.60 -0.55 Baik 19 Tinggi9 13.60 -0.55 Baik 18 Sedang10 10.70 -1.70 Baik 19 Tinggi11 11.40 -0.92 Baik 23 Tinggi12 8.80 -1.92 Baik 9 Rendah13 9.10 -1.45 Baik 17 Sedang14 7.80 -1.81 Baik 12 Rendah15 10.00 -0.45 Baik 18 Sedang16 9.10 -1.27 Baik 18 Sedang17 8.70 -0.02 Baik 17 Sedang18 18.50 0.13 Baik 19 Tinggi19 18.20 0.08 Baik 20 Tinggi20 14.60 -1.00 Baik 23 Tinggi21 15.30 -0.05 Baik 22 Tinggi22 12.90 -1.67 Baik 20 Tinggi23 14.50 -0.86 Baik 21 Tinggi24 13.60 -1.45 Baik 18 Sedang25 12.50 -1.80 Baik 21 Tinggi26 12.00 -1.60 Baik 22 Tinggi27 12.50 -1.67 Baik 18 Sedang28 14.00 -0.40 Baik 19 Tinggi29 11.50 -1.70 Baik 19 Tinggi30 12.50 -0.80 Baik 20 Tinggi31 10.80 -1.80 Baik 18 Sedang32 12.10 -0.28 Baik 21 Tinggi33 14.50 0.80 Baik 14 Sedang34 12.50 0.00 Baik 19 Tinggi35 12.80 0.20 Baik 22 Tinggi36 12.20 0.15 Baik 20 Tinggi37 12.50 1.08 Baik 18 Sedang38 10.10 -0.20 Baik 13 Rendah39 13.10 0.80 Baik 14 Tinggi40 11.00 0.00 Baik 20 Tinggi

Page 45: judul yesi

41 9.80 -0.85 Baik 20 Tinggi42 10.40 -0.60 Baik 18 Sedang43 11.70 -2.70 Kurang 11 Rendah44 11.70 -2.56 Kurang 12 Rendah45 7.40 -2.30 Kurang 19 Tinggi46 7.90 -1.80 Baik 22 Tinggi47 8.30 -0.60 Baik 21 Tinggi48 11.70 2.10 Lebih 19 Tinggi49 8.80 -0.10 Baik 18 Sedang50 9.10 -0.09 Baik 19 Tinggi51 9.00 -0.60 Baik 23 Tinggi52 16.50 -0.50 Baik 19 Rendah53 18.50 0.30 Baik 17 Sedang54 15.00 -1.04 Baik 12 Rendah55 16.10 -0.35 Baik 18 Sedang56 11.70 -2.70 Kurang 18 Sedang57 11.70 -2.56 Kurang 17 Sedang58 13.10 -1.57 Baik 19 Tinggi59 12.50 -1.31 Baik 20 Tinggi60 13.00 -0.88 Baik 23 Tinggi61 13.20 -0.63 Baik 22 Tinggi62 13.50 -0.76 Baik 20 Tinggi63 11.90 -0.93 Baik 21 Tinggi64 10.20 -2.20 Kurang 18 Sedang65 12.00 -0.78 Baik 21 Tinggi66 12.20 -0.33 Baik 22 Tinggi67 10.30 -1.73 Baik 18 Sedang68 10.30 -1.14 Baik 19 Tinggi69 9.50 -1.53 Baik 19 Tinggi70 12.60 0.64 Baik 20 Tinggi71 8.10 -2.30 Kurang 18 Sedang72 10.20 -0.16 Baik 21 Tinggi73 12.50 2.27 Lebih 14 Sedang74 12.10 0.50 Baik 19 TinggiCrosstabsCase Processing Summary74 100.0% 0 .0% 74 100.0%Pengetahuan *Status GiziN Percent N Percent N PercentValid Missing TotalCasesPengetahuan * Status Gizi Crosstabulation1 42 1 0 441.2 37.5 4.8 .6 44.02.3% 95.5% 2.3% .0% 100.0%

Page 46: judul yesi

50.0% 66.7% 12.5% .0% 59.5%1.4% 56.8% 1.4% .0% 59.5%1 16 4 0 21.6 17.9 2.3 .3 21.04.8% 76.2% 19.0% .0% 100.0%50.0% 25.4% 50.0% .0% 28.4%1.4% 21.6% 5.4% .0% 28.4%0 5 3 1 9.2 7.7 1.0 .1 9.0.0% 55.6% 33.3% 11.1% 100.0%.0% 7.9% 37.5% 100.0% 12.2%.0% 6.8% 4.1% 1.4% 12.2%2 63 8 1 742.0 63.0 8.0 1.0 74.02.7% 85.1% 10.8% 1.4% 100.0%100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%2.7% 85.1% 10.8% 1.4% 100.0%CountExpected Count% within Pengetahuan% within Status Gizi% of TotalCountExpected Count% within Pengetahuan% within Status Gizi% of TotalCountExpected Count% within Pengetahuan% within Status Gizi% of TotalCountExpected Count% within Pengetahuan% within Status Gizi% of TotalTinggiSedangRendahPengetahuanTotalLebih Baik Kurang BurukStatus GiziTotalChi-Square Tests

Page 47: judul yesi

18.006a 6 .00614.958 6 .02111.765 1 .00174Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid CasesValue dfAsymp. Sig.(2-sided)9 cells (75.0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .12.a.Symmetric Measures.345 .109 2.609 .00974Ordinal by Ordinal Kendall's tau-bN of Valid CasesValueAsymp.Std. ErroraApprox. TbApprox. Sig.a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.LEMBAR KONSULTASINama : Ikti Sri WahyuniNIM : R1108017Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita DiDesa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.Tanggal Bahan Konsul Masukan & Revisi TTDMengetahui,Pembimbing IEmy Suryani, M.Mid.LEMBAR KONSULTASINama : Ikti Sri WahyuniNIM : R1108017Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita DiDesa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.Tanggal Bahan Konsul Masukan & Revisi TTDMengetahui,Pembimbing II

Page 48: judul yesi

Endang Suwanti, S.SiT, M.Kes.

Page 49: judul yesi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SULTAN DAENG RAJA KABUPATEN BULUKUMBA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,

bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari

500.000 orang. (Winkjosastro, 2005). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000

Kelahiran Hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 Kelahiran

Hidup. (DinKes Jabar, 2006). Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi

selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat

lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan. (international stastistical classification

of deseases, injuries and causes of death, edition ICD- X).(1)

AKI di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2005 terdapat 321,5/100.000

Kelahiran hidup AKB 43,93/1000 Kelahiran Hidup. Adapun faktor penyebab langsung

kematian ibu adalah perdarahan 40-60 %, preeklamsi dan eklampsi 20-30 %, infeksi 20-

30 %. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI. Sedangkan

penyebab tidak langsung yang mendasar adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan

pelayanan kesehatan sendiri, salah satunya adalah 53% ibu hamil menderita anemia, 4

Terlalu (hamil atau bersalin terlalu muda dan tua umurnya, terlalu banyak anaknya dan

terlalu dekat jarak kehamilan/persalinannya) dan 3 Terlambat (terlambat mengetahui

Page 50: judul yesi

tanda bahaya dan memutuskan rujukan, terlambat merujuk karena masalah transportasi

dan geografi, terlambat ditangani ditempat pelayanan karena tidak efektifnya pelayanan

di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. (DinKes Jabar, 2005).( 1)

Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi

76,17%, 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi

adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3%

(1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan

Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000

meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%. Faktor yang

mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi, infeksi,

kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia dalam kehamilan adalah suatu

kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga,

atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai

batas diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi.(2)

Perdarahan merupakan faktor utama penyebab tingginya AKI. Perdarahan

dapat terjadi pada kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Anemia merupakan salah

satu faktor risiko yang dapat memperburuk keadaan ibu apabila disertai perdarahan saat

kehamilan, persalinan dan pasca salin. (Mardliyanti, 2005).(1)

Page 51: judul yesi

Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,

persalinan dan nifas. Pengaruh anemia saat kehamilan dapat berupa abortus, persalinan

kurang bulan, ketuban pecah dini (KPD). Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa

partus lama, gangguan his dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga

dapat terjadi retensio plasenta. Pengaruh anemia saat masa nifas salah salah satunya

subinvolusi uteri, perdarahan post partum, infeksi nifas dan penyembuhan luka perineum

lama.(1)

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat

kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan

penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi

yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40

mg perhari atau 2 x lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat

berpengaruH.

erhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat

akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua

tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin

kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya.( 2 ,3 )

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan

kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima

Page 52: judul yesi

perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah

(Depkes RI, 2002). Umur ibu mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam

pemeliharaan kesehatannya.(1)

Status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap

ibu maupun janin, salah satu unsur gizi yang penting ketika hamil adalah zat besi.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat

Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu

untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.(1)

Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba merupakan

tempat yang salah satu fungsinya adalah memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan.

Cakupan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan

Daeng Raja Kabupaten Bulukumba pada tahun 2008 sudah hampir memenuhi target yang

diharapkan. Walaupun cakupan TTD sudah hampir merata tetapi kejadian anemia di

Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba masih tinggi dan

mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian

tentang kejadian anemia pada ibu hamil yang dihubungkan dengan karakteristik ibu yang

meliputi umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan dan asupan tablet tambah darah.

Oleh

Page 53: judul yesi

karena itu peneliti memilih penelitian dengan judul ”Hubungan Karakteristik Ibu Hamil

dengan Kejadian Anemia di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten

Bulukumba periode Januari – Desember 2008.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut : ” Ada Hubungan Karakteristik Ibu hamil dengan Kejadian Anemia di

Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba periode Januari-

Desember 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu hamil, pendidikan, paritas, jarak kehamilan,dan asupan tablet tambah darah di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 2.Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 3.Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 4.Mengetahui hubungan jarak kehamilan ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 5.Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba Mengetahui hubungan asupan Tablet Tambah Darah ( TTD ) dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 7.Mengetahui hubungan AntenataPl Care (ANC) dengan kejadian anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 1. 4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritik

Page 54: judul yesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

kesehatan masyarakat, terutama pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk menghindari

terjadinya anemia dalam kehamilan.

1.4.2. Manfaat Praktis Langsung Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan anemia di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba. 1.4.3. Bagi Peneliti Sendiri Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah. 1.4.4 Bagi Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba

Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian ibu hamil dan diharapkan para dokter dan bidan memantau ibu

hamil dengan memeriksa kadar hemoglobin pada setiap wanita hamil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan

masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat

kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan,

infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat

sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang

mana bersifat medik maupun non medik. Di antara faktor non medik dapat disebut

keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku,

dan lain-lain.( 1,4 )

Page 55: judul yesi

Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine merupakan faktor

penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu

sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia. Anemia

merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO menyatakan bahwa

anemia merupakan sebab penting dari kematian Anemia pada kehamilan juga

berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan

dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum

dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat

fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia

pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan

kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan

(inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi

rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan

pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).

( 2 ,6 )

Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada

umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil

yang lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada

Page 56: judul yesi

trimester III berkisar 50-79%. Affandi menyebutkan bahwa anemia kehamilan di

Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian

selama tahun 1978-1980 di 12 rumah sakit pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan

prevalensi wanita hamil dengan anemia yang melahirkan di RS pendidikan/rujukan

adalah 30,86%. Prevalensi tersebut meningkat dengan bertambahnya paritas. Hal yang

sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana prevalensi anemia ringan dan berat akan

makin tinggi dengan bertambahnya paritas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara

bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua

kehamilan.( 2 ,4 )

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.

Indonesia, prevalensi anemia tahun l970–an adalah 46,5–70%. Pada SKRT tahun

1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995

turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar

39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia

gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat

menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan

tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar

67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan

Page 57: judul yesi

Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000

meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%.(2)

Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif berupa gangguan

dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak dan kekurangan Hb

dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh

maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri

maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20

% kelahiran prematur bagi ibu yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl.

Studi lain menunjukkan bahwa risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian

perinatal meningkat pada wanita hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl.

Pada usia kehamilan sebelum 24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa

anemia merupakan salah satu faktor kehamilan dengan risiko tinggi.(2)

Page 58: judul yesi

Walaupun sedikit lebih sering dijumpai pada wanita hamil dari kalangan kurang

mampu, anemia tidak terbatas hanya pada mereka. Frekuensi anemia selama kehamilan

sangat bervariasi, terutama bergantung pada apakah selama hamil wanita yang

bersangkutan mendapat suplemen besi.(5)

Gambar 1 : Gambaran Sel darah merah yang normal dan sel darah merah yang menderita anemia(8) 2.3 Pembagian Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau

kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang

disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan

murah.( 9, 1 0, 11 )

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia

atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah

sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu

(Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.( 9, 1 0, 11 )

Page 59: judul yesi

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan

produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah

(eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang

lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan

konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.( 11 )

Anemia secara praktis didefenisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb atau

hitung eritrosit dibawah batas normal. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil

sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode

kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin di bawah 11

gr/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Namun, CDC membuat nilai batas khusus

berdasarkan trimester kehamilan dan status merokok. Dalam praktek rutin, konsentrasi

Hb kurang dari 11 gr/dl pada akhir trimester pertama dan < 10 gr/dl pada akhir trimester

kedua dan ketiga ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia

dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu- ibu hamil

yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 gr/dl pada trimester pertama dan 10,5 gr/dl

pada trimester kedua dan ketiga.( 11 )

Anemia terjadi saat: 1. Tubuh kehilangan banyak darah (siklus haid yang banyak, penyakit tertentu, trauma/luka

dengan perdarahan) atau

2. Tubuh memiliki masalah dalam pembentukan sel darah merah

Page 60: judul yesi

3. Sel darah merah rusak atau mati lebih cepat dari kemampuan tubuh memproduksi sel

darah

merah yang baru 4.Lebih dari satu keadaan di atas terjadi bersamaan(9,10,112.4. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan Terdapat banyak jenis anemia dengan penyebab yang berbeda: 1.Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang sering terjadi bila tubuh

kekurangan zat besi. Tubuh kita memerlukan zat besi untuk membentuk hemoglobin.

Seseorang dapat kekurangan zat besi karena kehilangan darah. Pada perempuan,

kehilangan zat besi dan sel darah merah saat perdarahan yang banyak dan cukup lama

misalnya pada persalinan. Perempuan juga dapat mengalami kekurangan besi dan sel

darah merah pada keadaan tumor rahim (uterine fibroid) yang dapat berdarah perlahan-

lahan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan kehilangan zat besi dan sel darah merah

adalah ulkus, polip pada usus besar, atau kanker kolon (usus besar), pemakaian aspirin

atau obat penghilang nyeri lainnya, infeksi, luka yang berat, pembedahan.

Makan makanan yang rendah zat besi juga bisa mengakibatkan anemia

defisiensi besi. Sumber makanan yang mengandung banyak zat besi adalah daging, ikan,

ternak, telur, produk susu atau makanan yang diperkaya zat besi.(9 ,1 0,11)

2.Anemia defisiensi vitamin (anemia megaloblastik)

Kekurangan vitamin B12 atau folat adalah penyebab anemia jenis ini. Anemia

defisiensi B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia yang terjadi karena tubuh kekurangan

Page 61: judul yesi

vitamin B12, sedangkan tubuh memerlukannya untuk membuat sel darah merah dan

menjaga sistem saraf bekerja normal. Hal ini biasa didapatkan pada orang yang tubuhnya

tidak dapat menyerap vitamin B12 karena gangguan usus atau sistem kekebalan tubuh

atau makan makanan yang kurang B12.

Vitamin B12 terdapat pada makanan yang berasal dari binatang. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan rasa kebas di tungkai dan kaki, gangguan

berjalan, mudah lupa dan gangguan penglihatan. Terapi sesuai penyebabnya. Folat atau

asam folat juga diperlukan dalam pembentukan sel darah merah, jika terjadi anemia jenis

ini timbul saat kita tidak mengkonsumsi folat dalam jumlah cukup atau ada gangguan

penyerapan folat dalam usus. Anemia ini juga dapat terjadi pada kehamilan trimester

ketiga disaat tubuh ibu memerlukan banyak folat. Folat ditemukan pada makanan seperti

sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian. Folat juga terdapat

pada roti, pasta dan sereal yang difortifikasi.(9, 10 ,1 1)

3.Anemia karena penyakit lain

Hal ini disebabkan oleh beberapa penyakit yang menyebabkan kemampuan

tubuh untuk menghasilkan sel darah merah berkurang. Pada orang dengan penyakit

ginjal, ginjalnya tidak dapat menghasilkan hormon dalam jumlah cukup untuk

memerintahkan tubuh membuat sel darah merah. Zat besi juga hilang saat orang dengan

sakit ginjal mengalami cuci darah (dialisis).(9, 10 ,1 1)

4.Anemia karena penyakit darah yang diturunkan

Page 62: judul yesi

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) dimana sel darah merah orang dengan

penyakit ini berbentuk lengkung/sabit dan keras. Sehingga dapat tersangkut pada

pembuluh darah kecil dan menutup aliran darah ke organ atau tungkai. Tubuh cepat

menghancurkan sel darah merah sabit ini tetapi tidak menghasilkan yang baru lebih cepat

sehingga menyebabkan anemia. Orang dengan talasemia membuat hemoglobin dan sel

darah merah yang lebih sedikit dari normal. Keadaan ini membuat anemia ringan sampai

berat.(9 ,1 0,11)

5.Anemia aplastik

Merupakan suatu kelainan darah yang jarang, tubuh berhenti membuat sel darah

yang baru. Semua sel darah terganggu semua sel darah merah, sel darah putih dan keping

darah/trombosit. Kekurangan sel darah merah berakibat anemia, kekurangan sel darah

putih

meyebabkan rentan terkena infeksi, kekurangan keping darah menyebabkan darah tidak

dapat membeku dengan normal. Hal ini dapat disebabkan oleh:

1. Pengobatan kanker (radiasi atau kemoterapi)

2. Paparan terhadap zat kimia beracun (insektisida, cat)

3. Obat-obatan tertentu (obat untuk pengobatan arthritis rematoid)

4.Penyakit autoimun (seperti lupus)(9 ,1 0,11) 2.5. Gejala Klinis Anemia timbul perlahan-lahan. Pada awalnya gejala yang ada mungkin ringan atau tidak

Page 63: judul yesi

ada sama sekali. Saat gejala bertambah berat dapat timbul gejala seperti :

1. Rasa lelah (sering sekali)

2. Lemas (sering sekali)

3. Pusing 4. Sakit kepala 5. Kebas atau dingin pada telapak tangan atau kaki 6. Kulit pucat 7. Denyut jantung yang cepat atau tidak teratur 8. Napas pendek 9. Nyeri dada 10. Tidak optimal saat bekerja atau di sekolah 11. Rewel Gejala-gejala ini dapat muncul karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang berisi oksigen ke seluruh tubuh.(9 ,1 0,11) 2.5 Diagnosis Diagnosis anemia dalam kehamilan untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan dengan: 1. Anamnesis

Pada anamnesis ditanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit

dahulu, riwayat gizi, anamnesis mengenai lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan

terhadap bahan kilia atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Riwayat penyakit keluarga

juaga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan.(9,10,11)

2. Pemeriksaan fisik(9,10,11)

Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh, antara lain:

a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami

b. Kuku :koi lonych ias (kuku sendok)

c. Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada fundus

Page 64: judul yesi

d. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah

e. Limfadenopati, hepatomegali, splenomegali

3. Pemeriksaan laboratorium hematologi(9,10,11)

a. Tes penyaring

1. Kadar hemoglobin

2. Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)

3. Hapusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin

1. Laju endap darah

2. Hitung deferensial

3. Hitung retikulosit

c. Pemeriksaan sumsum tulang

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus

1. Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin

2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

3. Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb

4. Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia

5. Diatesa hemoragik : tes faal hemostasis

4. Pemeriksaan laboratorium non hematologi(10) Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur bakteri

Page 65: judul yesi

5. Pemeriksaan penunjang lainnya

a. Biopsy kelenjar dan PA

b. Radiologi : Foto Thoraks, bone survey, USG, CT-Scan(10)

2.5 Penatalaksanaan 2.5.1. Anemia Defisiensi Besi

Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi

besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena

pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya

simpanan besi pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi

besi pada kehamilan berikutnya.(7,9,10 ,11)

Defisiesnsi besi sering terjadi pada wanita dan Centers For Disease Control and

Prevention (1989) memperkirakan bahwa sekitar 8 juta wanita Amerika usia subur

mengalami defisiensi besi. Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia

defisiensi besi (scholl, 1998). Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan

besi yang dipicu oleh kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila

tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui

usus, urin

dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar

wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan besi

selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi oleh penyerapan besi dari

saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.(7 ,9 ,1 0 ,1 1)

Page 66: judul yesi

Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua,

maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi

hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu

besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu

berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi

tidak jauh berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan

anemia berat tidak menderita anemia defisiensi besi.(7,9,10,11)

Penegakan diagnosis

Evaluasi awal pada wanita hamil dengan anemia sedang adalah pengukuran

hemoglobin, hemaokrit, dan indeks-indeks sel darah merah, pemeriksaan cermat terhadap

sedian apus darah tepi; preparat sel sabit apabila wanita yang bersangkutan keturunan

Afrika; dan pengukuran konsentrasi besi atau ferritin serum, atau keduanya. Gambaran

morfologis klasik anemia defisiensi besi-hipokromia dan mikrositosis dan mikrositosis

eritrosit tidak begitu menonjol pada wanita hamil dibandingkan pada wanita tidak hamil

dengan kosentrasi hemogolobin yang sama. Anemia difesiensi besi tingkat sedang selama

kehamilan contohnya, konsentrasi hemoglobin 9g/dl,biasanya tidak disertai perubahan

morfologis eritrosit yang nyata. Namun, dengan derajat anemia defisiensi besi sebesar ini,

kadar feritin serum lebih rendah daripada normal, dan pewarna besi pada sumsum tulang

memberi hasil negatif. Kapasitas serum untuk mengikat besi (serum iron-binding

capacity

Page 67: judul yesi

meningkat, tetapi kapasitas ini saja tidak banyak bernilai diagnostic karena kapasitas ini

juga meningkat pada kehamilan normal tanpa defisiensi besi. Hyperplasia normoblastik

sedang pada sumsum tulang juga sama dengan yang terjadi pada kehamilan normal.

Karena itu, anemia defisiensi besi pada kehamilan terutama merupakan konsekuensi dari

ekspansi volume darah tanpa ekspansi normal massa hemogolobin ibu.(7, 9, 10 , 11)

Kadar ferritin serum normalnya menurun selama kehamilan (Godenberg dkk,

1996). Kadar yang kurang dari 15 mg/l memastikan anemia difisiensi besi (centers for

disease control and prevention, 1989). Namun, Van Den Broek dkk (1998) menyajikan

bukti bahwa titik patokan (cutoff point) 30 mg/l memiliki nilai prediksi positif 85 persen

dan nilai prediksi negatif 90%. Secara pragmatis, diagnosis defisiensi besi pada wanita

hamil dengan anemia sedang biasanya bersifat presumtif dan terutama didasarkan pada

ekslusi kausa anemia yang lain.(7, 9, 10 , 11)

Apabila wanita hamil dengan anemia defisiensi besi tingkat sedang diberi terapi

besi yang memadai, akan terdeteksi respons hematologist berupa peningkatan hitung

retikulosit. Laju peningkatan konsentrasi hemgolobin atau hematokrit cukup bervariasi,

tetapi biasanya lebih lambat dibanding pada wanita tidak hamil. Penyebabnya terutama

berkaitan dengan perbedaan volume darah, dan pada separuh terakhir kehamilan, terjadi

penambahan hemoglobin baru kedalam volume sirkulasi yang lebih besar.(7 ,9 ,1 0 ,1 1)

Terapi

Page 68: judul yesi

Tujuan terapi adalah koreksi defisit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan

cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan senyawa besi sederhana ferro

sulfat, fumarat, atau glukonat per oral yang mengandung dosis harian sekitar 200 mg besi

elemental. Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau mengkonsumsi

preparat besi oral, ia diberi terapi parental (Andrews, 1999; Hallak dkk., 1997). Untuk

mengganti simpanan besi, terapi oral harus dilanjutkan selama 3 bulan atau lebih setelah

anemia teratasi. Transfuse sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasi untuk

mengobati anemia defisiensi besi kecuali apabila juga terdapat hepovolemia akibat

perdarahan atau harus dilakukan suatu tindakan bedah darurat pada wanita dengan

anemia berat.(7 )

2.5.2. Anemia akibat perdarahan akut

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat

menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal

kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan

ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk

memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah

yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara

tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis

tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan

anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi

menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa memperlihatkan

Page 69: judul yesi

keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3 bulan merupakan terapi

terbaik dibandingkan dengan transfusi darah.(7 )

2.5.3. Anemia pada penyakit kronik

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman

dulu dikenal sebagai cirri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan

neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya

dengan eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya

tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi

antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat

ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia

(HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.

Denominator bersama adalah meningkatkan produksi sitokin yang memperantarai

respons imun atau peradangan.(7)

Pada pasien tidak hamil dengan penyakit peradangan kronik, konsentrasi

hemoglobin jarang kurang dari 7 g/dl. Biasanya morfologi sel sumsum tulang tidak

terlalu berubah. Konsentrasi besi serum menurun, dan kapasitas serum mengikat besi ,

walaupun lebih rendah daripada kehamilan normal , tidak jauh dibawah rentang normal

tidak hamil. Kadar ferittin serum biasanya meningkat. Karena itu, walaupun

mekanisnmenya sedikit berbeda satu sama lain, anemia-anemia ini sama-sama

memperlihatkan perubahan fungsi retikuleondotelial, metabolisme besi, dan penurunan

eritropoiesis dengan derajat dan kombinasi yang berbeda-beda.(7)

Page 70: judul yesi

Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia.

Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus

(inflammatory bowel disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa,

keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan

meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan

pielonfritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal.(7)

Anemia pada penyakit kronik berespons terhadap pemberian eritropoietin

rekombinan. Obat ini sudah berhasil digunakan untuk mengobati anemia pada

insufisiensi ginjal kronik, peradangan kronik, dan keganasan (Goodnough dkk, 1997).

Dari kajian mereka, Vora dan Gruslin (1998) hanya mendapatkan beberapa laporan

tentang penggunaan eritropoietin ini pada kehamilan. Braga dkk. (1996) mengobati lima

wanita dengan anemia berat akibat insufisiensi ginjal kronik. Walaupun massa sel darah

merah biasanya meningkat dalam beberapa minggu, dapat timbul efek samping yang

mengkhawatirkan yaitu hipertensi, yang biasanya sudah ada pada para wanita ini.Dalam

studi oleh Braga dkk. (1996) yang disebutkan diatas, satu dari lima wanita yang diterai

mengalami solusio plasenta.(7)

2.5.4. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik adalah kelompok penyakit darah yang ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesis DNA.(7) 2.5.4.1. Defisiensi Asam Folat.

Anemia megaloblastik yang dimulai selama kehamilan hampir selalu

disebabkan oleh difisiensi asam folat, dan dahulu disebut sebagai anemia pernisiosa

Page 71: judul yesi

gravidarum. Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak mengokonsumsi

sayuran berdaun hijau, polong-polongan, dan protein hewani. Wanita dengan anemia

megaloblastik mungkin mengalami mual, muntah dan anoreksia selama kehamilan.

Seiring dengan memburuknya

difisiensi folat dan anemia, anoreksa semakin parah sehinggga difisiensi gizi juga semaki

parah. Pada sebagian kasus, konsumsi etanol yang berlebihan menjadi penyebab atau ikut

berperan dalam timbulnya anemia ini.(7)

Pada wanita normal tidak hamil, kebutuhan asam folat harian adalah 50 sampai

100 mg/hari. Selama kehamilan, kebutuhan akan asam folat meningkat, asupan

dianjurkan 400 mg/hari. Bukti biokimiawi yang paling awal ditemui adalah rendahnya

aktivitas asam folat di dalam plasma. Tanda morfologis paling dini biasanya adalah

hipersegmentasi neufrofil. Seiring dengan timbulnya anemia, eritosit yang baru terbentuk

akan menjadi makrositik. Apabila sudah terdapat difisiensi besi, eritrosit makrositik tidak

dapat terdeteksi dari pengukuran volume rata-rata sel darah merah (mean corpuscular

volume). Namun, pada pemeriksaan yang teliti terhadap sediaan apus darah tapi biasanya

ditemukan makrosit. Seiring dengan bertambah parahnya anemia, kadang-kadang muncul

eritrosit berinti didarah tepi. Pada saat yang sama, pemeriksaan sumsum tulang akan

mengungkapkan adanya eritorpoiesis megaloblastik. Anemia kemudian dapat bertambah

parah, dan dapat juga terjadi trombositopenia, laukopenia atau keduanya.

Page 72: judul yesi

Janin dan plasenta mengekstraksi folat dari sirkulasi ibu sedemikian efektifnya

sehingga janin tidak mengalami anemia walaupun ibunya mengerita anemia berat akibat

difisiensi folat. Pernah dilaporkan kasus-kasus dengan kadar hemoglobin neonatus

mencapai 18 g/dl atau lebih, sedangkan kadar pada ibu serendah 3,6 g/dl (Pritchard dan

Scott,1970).(7)

Terapi Asam folat, makanan bergizi, dan zat besi. Bahkan hanya 1 mg asam folat yang diberikan per oral setiap hari sudah dapat menimbulkan respons hematologis yang nyata

Dalam 4 sampai 7 hari setelah awal pengobatan, hitung retikulosit akan meningkat secara

bermakna, sedangkan leucopenia dan trombositopenia akan segera terkoreksi. Kadang-

kadang laju peningkatan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit tidak terlalu besar,

terutama apabila dibandingkan dengan retikulositosis yang biasanya mencolok segera

setelah terapi dimulai.(7)

Pencegahan

Makanan yang cukup mengandung asam folat mencegah anemia megaloblastik.

Telah banyak perhatian dipusatkan pada peran defisiensi folat pada pembentukan defek

tabung saraf (neural – tube defect) Temuan-temuan ini mendorong Centers for Disease

control (1992) dan American college of obstetricians and Gymecologists (1996)

mengeluarkan anjuran bahwa semua wanita usia subur mengkonsumsi paling sedikit 0,4

mg asam folat setiap hari. Tambahan asam folat diberikan pada keadaan-keadaan

kebutuhan folat sangat meningkat, misalnya pada kehamilan multijanin atau anemia

hemolitik, misalnya penyakit sel sabit. Indikasi lain adalah penyakit peradangan kulit.

Page 73: judul yesi

Terdapat bukti bahwa wanita yang pernah melahirkan janin dengan defek tabung saraf

mengalami penurunan angka kekambuhan apabila mereka mendapat asam folat 4 mg

perhari sebelum dan selama awal kehamilan.(7)

2.5.4.2. Defisiensi Vitamin B12

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama

kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12

karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat

jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih

mungkin

dijumapai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.(7)

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama

kehamilan, kadar nonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12

transkobalamin (zamorano dkk, 1985). Wanita yang telah menjalani gastrektomi total

harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka

yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama

kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda pemberian

asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran bahwa akan terjadi gangguan

integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap anemia

pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).(7)

2.5.5.Anemia hemolitik didapat

Page 74: judul yesi

2.5.5.1. Anemia Hemolitik Autoimun

Adalah penyakit yang jarang dan penyebab penyimpangan pembentukan antibodi

tidak diketahui. Anemia yang disebabkan oleh faktor-faktor ini mungkin disebabkan oleh

autoantibody aktif-hangat (80 sampai 90%), antibodi aktif – dingin, atau kombinasinya.

Sindrom-sindrom ini juga dapat diklasifikasikan sebagai primer atau idiopatik, dan

separuhnya adalah sekunder akibat suatu penyakit atau faktor lain. Contoh dari keadaan

yang terakhir adalah limfoma dan leukemia, penyakit jaringan ikat, bebarapa infeksi

penyakit peradangan kronik atau akibat obat (provan dan Watherall, 2000). Pada

sebagian kasus yang diklasifikasikan sebagai idiopatik, tindak lanjut yang cermat

mungkin dapat mengungkapkan adanya suatu penyakit yang mendasari.(7)

Pada anemia hemolitik autoimun, uji antiglobulin (Coombs) langsung dan tidak

langsung biasanya positif. Hemolisis dan uji antiglobulin yang positif mungkin

merupakan konsekuensi dari adanya antibodi lgM atau lgG antieriritrosit. Sferositosis dan

retikulositosis merupakan gambaran khas pada sediaan apus darah tepi. Penyakit

agglutinin dingin (cold agglutinin disease) dapat dipicu oleh Mycoplasma pneumoniae

atau mononucleosis infeksiosa.(7)

Wanita dengan anemia hemolitik autoimun kadang-kadang memperlihatkan

percepatan hemolisis yang mencolok selama hamil. Glukokortikoid biasanya efektif

seperti pada pasien tidak hamil, dan terapinya adalah dengan prednisone 1 mg/kg perhari

Page 75: judul yesi

atau ekivalennya. Terapi ini juga biasanya memperbaiki trombositopenia yang secara

kebetulan terjadi bersamaan.(7)

Antibodi lgM tidak melewati plasenta sehingga sel darah merah janin tidak

terpengaruh; namun, antibodi lgG, khususnya subkelas lgG1 dan lgG3 menembus

plasenta. Contoh paling umum efek samping pada janin akibat antibodi lgG yang

dibentuk oleh ibu adalah isoimunisasi D maternal disertai penyakit hemolitik pada janin

dan neonatus (bab 39, hal 1182). Transfuse sel darah merah untuk ibu hamil dengan

penyakit hemolitik autiomun yang parah dipersulit oleh adanya antibodi antieritrosit yang

beredar dalam darah. Penghangatan sel-sel donor hingga mencapai suhu tubuh akan

mengurangi kerusakan sel-sel donor oleh agglutinin dingin.(7)

2.5.5.2.Anemia Hemolitik Akibat Obat

Hemolisis akibat obat yang dijumpai selama kehamilan harus dibedakan dari

bentuk-bentuk lain anemia hemolitik autoimun. Hemolosis yang terjadi biasanya ringan,

mereda setelah obat dihentikan, dan dapat dicegah dengan menghindari obat tersebut.

mekanisme kerjanya berbeda-beda, tetapi umumnya terjadi karena cedera imunologis sel

darah merah yang perantarai oleh obat. Obat yang bekerja sebagai hapten beratinitas

tinggi dengan suatu protein sel darah merah. Tempat melekatnya antibodi antiobat ini,

contohnya antibodi lgM antipenisilin. Obat dapat bekerja sebagai hapten berafinitas

rendah dan melekat keprotein membran sel.(7)

Page 76: judul yesi

Gejala yang timbul tergantung pada derajat hemolisis. Biasanya terjadi

hemolisis kronik ringan sampai sedang, tetapi beberapa obat yang bekerja sebagai hapten

berafinitas rendah dapat memicu hemolisis akut yang parah. Garratty dkk(1999) baru-

baru ini melaporkan tujuh kasus anemia hemolitik berat akibat sofetetan profilaksis untuk

tindakan obstetric. Uji antiglobulin langsung positif; dijumpai sfrositosis dan

retikulositosis; dan mungkin terjadi trombotitopenia dan leucopenia. Pada sebagian besar

kasus, penghentian obat penyebab mengakibatkan gejala-gejala lenyap. Efektivitas

kortikosteriod masih dipertanyakan, dan transfusi diberikan hanya apabila anemianya

parah. Hemolisis akibat obat terutama pada wanita Amerika – Afrika, jauh lebih sering

berkaitan dengan defek enzim eritrosit congenital, misalnya defisiensi glukosa 6 fosfat

dehidrogenenese (G6PD) yang parah.(7)

2.5.5.3.Anemia hemolitik akibat kehamilan

Anemia hemolitik yang tidak jelas sebabnya pada kehamilan, jarang dijumpai

tetapi mungkin merupakan entitas tersendiri dan pada kelainan ini terjadi hemolisis berat

yang dimulai pada awal kehamilan dan reda dalam beberapa bulan setelah melahirkan

Penyakit ini ditandai oleh tidak adanya bukti mekanisme imunologik atau defek intra atau

ekstraeritrosit (Starksen dkk 1983). Karena janin bayi juga mungkin memperlihatkan

hemolisis transient, diduga terdapat suatu kausa imunologis. Terapi kortiko steroid

terhadap ibu biasanya efektif.(7)

2.5.5.4.Hemoglobinuria Noktural Paroksismal

Page 77: judul yesi

Walaupun sering dianggap sebagai suatu anemia hemolitik, ini adalah suatu

gangguan sel induk hemopoetik yang ditandai oleh terbentuknya trobosit, granulosit, dan

eritrosit yang cacat. Hemoglobinuria nocturnal paroksismal merupakan penyakit didapat

dan timbul dari satu klon sel yang abnormal, kurang lebih seperti neoplasma (Packham,

1998). Salah satu gen terkait – x yang mengalami mutasi dan berperan dalam penyakit ini

disebut PIG – A (fofatidilinositol glikan protein A). Protein-pretoin utama abnormal yang

terbentuk di membrane ertrosiit dan granulosit menyebabkan sel-sel tersebut sangat

rentan mengalami lisis oleh kemplemen.(7)

Gambaran klinisnya sama seperti Anemia hemolitik di dapat dengan awitan

perlahan dan perjalan penyakit yang kronik. Hemoglobinuria terjadi dalam interval yang

tidak teratur dan tidak selalu malam hari. Hemolisis dapat dipicu oleh transfusi, infeksi,

atau pembedahan. Keparahan penyakit berkisar dari ringan sampai mematikan. Penyulit

mencakup penyulit yang terjadi pada enemia kronik, dan diperparah oleh difisiensi besi

akibat pengeluaran besi melalalui urin. Hampir 40 % pasien menderita trombosis vena,

dan pernah dilaporkan sindrom Budd – Chiari yang disebabkan oleh trombosis vena

hepatica. Kelainan ginjal dan hipertensi juga sering terjadi. Media angka harapan hidup

setelah diagnosis adalah 10 tahun tetapi 15 persen pasien mengalami remisi jangka

panjang secara

spontan (Hillmen dkk, 1995). Belum ada terapi yang definitive, kecuali mungkin tranplantasi sumsum tulang.(7)

Page 78: judul yesi

Efek Pada Kehamilan yaitu dapat membahayakan kehamilan.. Greene dkk

(1983) mengkaji 31 kasus pada kehamillan dan mendapatkan bahwa penyulit timbul pada

lebih dari tiga perempat kasus. Angka kematian ibu adalah 10 persen dan hampir separoh

wanita mengalami trombosis vena pascapartum, termasuk sindrom Budd – Chiari atau

trombosis vena serebri. Solal – Celigny dkk (1987) melaporkan penyulit pada dua pertiga

dari 38 kehamilan. Walaupun mereka tidak menjumpai kematian ibu, sering terjadi

penyulit yang mengancam nyawa, terutama akibat hemolisis dan perdarahan.(7)

2.5.5.5. Anemia didapat lainnya.

Seperti diuraikan oleh Pritchard dkk (1976), walaupun jarang, hemolisis

fragmentasi (mikroangiopatik) yang nyata disertai hemoglinemia kadang-kadang menjadi

penyulit preeklamsia-eklamsia. Hal ini sering disebut sabagai sindrom HELP (Hemolysis,

Elevated Liver Ensym an Low Platelest) .Anemia hemolitik didapat yang paling fuminan

pada kehamilan adalah yang disebabkan oleh eksotoksin clostridium perferingens atau

streptokokus b - hemolitikus grup A. Akhirnya, endotoksin bakteri gram-negatif, atau

lipopolisakarida – terutama pada pielonefritis akut berat – mungkin disertai oleh tanda-

tanda hemolisis dan anemia ringan sampai sedang.(7)

2.5.6. Anemia hemolitik akibat defek eritrosit herediter

Gambaran eritrosit normal berbentuk seperti cakram bikonkaf, dan dibandignkan

dengan volumenya, luas permukaan membrane lebih besar. Hal ini memungkinkan

terjadinya berbagai deformasi siklik reversible sewaktu eritrosit menghadapi gaya

regangan yang tercipta di arteri dan berjalan melalui celah-celah lien yang lebih kesil

Page 79: judul yesi

daripada diameter melintangnya. Sejumlah defisiensi enzim atau kelainan herediter

membran sel darah merah menyebabkan destabilisasi

lapis-ganda. Lemak berkurangnya luas permukaan, dan sel yang kurang lentur sehingga

mengalami hemolisis menyebabkan anemia dengan derajat bervariansi. Beberapa

diantara kelaian herediter membran yang mempercepatkan destruksi ini adalah srositosis.

Heraditer, piropoikilositesis dan ovalositosis.(7 )

2.5.6.1.Sferositosis Herediter

Walaupun sebagian besar disebabkan oleh defisiensi spektrin dominant autosom

dengan penetrasi bervariasi, kelainan dapat juga bersifat resesif autosom dan mungkin

disebabkan oleh defisiensi ankirin atau protein atau kombinasinya (Rosse dan Burn,

1994). Penyakit-penyakit ini secara klinis ditandai oleh anemia dan ikterus dengan derajat

bervariasi akibat hemolisis sel darah merah mikrosferositik. Pemastian diagnosis adalah

dengan membuktikan adanya sferosit pada apus darah tepi, retikulositosis, dan

peningkatan fragilitas osmotik.(7)

Hemolisis dan anemia yang menyertainya bergantung pada keutuhan limpa, yang

biasanya membesar. Splenektomi, walaupun tidak memperbaiki detak membrane,

sferositosis, atau peningkatan fragilitas osmotik, dapat sangat mengurangi hemolosis,

anemia berat akibat percepatan destruksi sel darah merah terjadi pada wanita yang

limpanya masih berfungsi. Infeksi harus dideteksi dan diterapi dengan Negara.(7)

Wanita dengan sferositosis herediter dapat menjalani kehamilan dengan baik. Dianjurkan pemberia suplemen asam folat. Maberry dkk, (1992) melaporkan diParkland

Page 80: judul yesi

Hospital pada 50 kehamilan dari 23 wanita dengan sferositosis. Pada kehamilan tahap

lanjut, hematoksit bervarisi dari 23 sampai 41 dan dihitung retikulosit berkisar dari 1

sampai 23 persen. Morbiditas ibu minimal. Terjadi delapan abortus, dan empat dari 42

bayi lahir preterm, tetapi tidak ada yang mengalami hambatan pertumbuhan. Infeksi pada

empat

wanita memperparah hemolisis dan tiga orang memerlukan transfuse. Hasil-hasil serupa dilaporkan oleh Pajor dkk (1993) pada 19 kehamilan dari delapan wanita Hongaria.( 7) 2.5.6.2.Defisiensi Enzim Sel Darah Merah

Eritrosit memerlukan sejumlah enzim agar dapat menggunakan glukosa dalam

keadaan anaerob. Defisiensi dari banyak, tetapi tentunya tidak semua enzim ini dapat

menyebabkan anemia nonsferotik herediter. Sebagian besar diwariskan sebagai sifat

resesif autosom. Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, sejauh ini adalah defisiensi

enzim yang paling sering dijumpai, adalah pengecualian karena diwariskan secara terkait-

X. terdapat lebih dari 400 varian enzim ini (Beytler, 1991). Pada varian A, diwarisi oleh

sekitar 2 persen wanita Amerika-Afrika, aktivitas enzim di eritrosit sangat jauh

berkurang.

Pada keadaan hemozigot atau defisien ini, kedua jromosom X terkena. Keadaan

heterozigot, dengan sati kromosom X normal dan sati defisien, ditemukan pada 10

sampai 15 persen wanita Amerika-Afrika. Defek ini mungkin sedikit banyak memberi

perlindungan terhadap infeksi malaria. Inaktivasi acak kromosom X menyebabkan

terjadinya berbagai defisiensi aktivitas enzim. Infeksi atau beberapa obat oksidan dapat

memicu hemolisis pada sebagian wanita heterozigot serta homozigot. Karena itu, anemia

Page 81: judul yesi

bersifat episodic, walaupun beberapa varian menyebabkan hemolisis nonsferositik

kronik. Karena eritrosit muda mengandung aktivitas enzim yang lebih tinggi daripada

eritrosit tua, tanpa adanya depresi sum-sum tulang, anemia akhirnya akan mengalami

stabilisasi dan terkoreksi segera setelah obat penyebab dihentikan.(7)

Defisiensi piruvat kinase, walaupun jarang, mungkin merupakan defisiensi

enzim kedua tersering. Penyakit ini diwariskan sebagai sifat resesif autosom. Ghidini dan

Korker (1998) menjelaskan penanganan konservatif tanpa transfuse pada seorang wanita

yang kada

hemoglobinya mencapai nadir 6,8 g/dl pada pertengahan kehamilan. Gilsanz dkk, (1993)

melaporkan hidrops fetalis rekuren pada janin yang homozigot. Pada kehamilan keempat,

mereka mendiagnosis anemia janin dan tidak adanya defesiensi piruvat kinase dengan

menggunakan fungsi tali pusat (funipuncture).(7)

Terdapat sejumlah kelainan enzim lain yang sangat jarang ayng sebagian di

antarannya dapat menyebabkan hemolisis, dan sebagian yang tidak. Walaupun derajat

hemolisis kronik berbeda-beda, beberapa episode anemia berat pada semua defisiensi

enzim ini dipicu oleh obat atau infeksi seperti dijelaskan sebalumnya. Selama kehamilan,

pasien diberi besi dan asam folat. Obat oksigen dihindari, dan infeksi bakteri segera

diatasi. Transfusi dengan sel darah merah diberikan hanya apabila hematoksit turun di

bawah 20, kecuali apabila terdapat tanda-tanda gagal jantung atau hipoksia.( 7)

2.5.7. Anemia Aplastik dan Hipoplastik

Page 82: judul yesi

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu

penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai

trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (Marsh dll,

1999). Pada sekitar sepertiga kasus, anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,

radiasim, leukemia, dan gangguan imunologis. Anemia Fanconi dan sindrom Diamond-

Blackfan merupakan penyakit herediter. Pada dua pertiga kasus lainnya, kausa tidak

diketahui (Provan dan Weatherall, 2000). Kelainan fungsional mendasar tampaknya

adalah penurunan mencolok sel indik yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang

menyatakan bahwa penyakit ini diperantarai oleh proses imunologis (Young dan

Maciejewski, 1997). Pada penyakit yang parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas

sumsum tulang yang kurang dari 25 persen, angka kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20

persen.(7)

Anemia Aplastik pada Kehamilan

Pada sebagian besar kasus, anemia aplastik dan kehamilan tampaknya terjadi

bersamaan secara kebetulan. Karena sekitar sepertiga wanita membaik setelah terminasi

kehamilan, dipostulasikan bahwa kehamilan-melalui satuan cara-memicu hipoplasia

eritroid (Aitchison, 1989). Yang jelas, pada beberapa wanita, anemia hipoplastiknya

pertama kali diidentifikasi saat hamil dan kemudian membaik atau bahkan sembuh saat

kehamilan berakhir namun kambuh pada kehamilan berikutnya (Bourantas dkk, 1997,

Snyder dkk, 1991).

Rijhsinghani dan Wiechert (1994) melaporkan dua kehamilan pada wanita dengananemia

Page 83: judul yesi

Diamond-Blackfan. Aplasia sel darah merah murni yang jarang ini mungkin diwariskan secara

resesif autosom. Sebagian pasien berespons terhadap terapi glukokortikoid, tetapi

sebagian besar berganting pada transfuse. Pengalaman kami dengan dua wanita yang

mempunyai penyakit ini serupa. Penyakit Gaucher adalah seuatu defisiensi encim

lososom resesif autosom yang mengenai banyak system organ. Anemia dan

trombositoipenia diperparah oleh kehamilan (Gronovsky- Grisaru dkk, 1995). Kemudian,

kelompok peneliti Israel ini membuktikan bahwa terapi sulih enzim (algluserase

memperbaiki hasil kehamilan pada enam wanita (Elstin dkk, 1997).

Dua risiko besar bagi wanita hamil dengan anemia aplastik adalah perdarahan

dan infeksi (Ascarelli dkk, 1998). Pada kasus-kasus yang dilaporkan sejak tahun 1960,

angka kematian selama atau setelah kehamilan adalah 50 persen, dan kematian hamper

selalu disebabkan oleh perdarahan atau sepsis. Anemia Fanconi tampaknya memiliki

prognosis yang lebih baik. Alter dkk (1991) mengkaji kepustakaan dan menyimpulkan

bahwa wanita yang menjadi hamil mengalami perbaikan penyakit.(7)

Penatalaksanaan Belum ada satu pun obat ertropoietik yang pada anemia lain dapat menyebabkan remisi terbukti efektif. Terapi untuk anemia aplastik yang parah, yang kemungkinan besar efektif adalah

transplantasi sumsum tulang atau sel induk. Bagi pasien yang penyakitnya tidak terlalu

parah, atau mereka yang tidak mendapatkan donor, terapi terbaik yang ada adalah

globulin antitimosit (Marsh dkk, 1999). Terapi imunosupresif dengan siklosporin

memperbaiki respons terhadap globulin antitimosit. Kortikosteroid mungkin bermanfaat,

Page 84: judul yesi

demikian juga testosteran atau steroid androgenic lainnya dalam dosis besar. Wanita yang

diterapi hampir pasti mengalami virilisasi. Janin perempuan dapat memeprlihatkan

stigmata kelebihan androgen (pseudohermafroditisme), bergantung pada senyawa, dosis,

dan kapasitas plasma melakukan aromatisasi terhadap androgen.

Pencarian yang kontinu terhadap infeksi harus dilanjutkan, dan apabila

ditemukan harus segera diberikan terapi antimikroba spesifik. Transfuse garanulosit

diberikan hanya apabila benar- benar terjadi infeksi. Transfuse sel darah merah diberikan

untuk anemia simtomatik, dan kami secara rutin memberi transfuse untuk

mempertahankan hematoksit pada kadar sekitar 20. Apabila hitung trombosit sangat

rendah, mungkin diperlukan transfuse trombosit untuk mengendalikan perdarahan.

Pelahiran per vaginam dilakukan untuk meminimalisasi insisi dan laserasi sehingga

pengeluaran darah dapat dikurangi saat uterus dirangsang berkontraksi kuat setelah

pelahiran. Bahkan apabila trombositopenianya berat, risiko perdarahan dapat diperkecil

dengan pelahiran per vaginam yang dilakukan sedemikian sehingga laserasi dan

episiotomi luas dapat dihindari.

Transplantasi Sumsum Tulang, memerlukan terapi imunosupresif selama

beberapa bula setelah transplantasi. Riwayat transfuse darah, dan bahkan kehamilan,

meningkatkan risiko penolakan tandur. Bagi pasien, yang telah bebas penyakit selama 2

tahun, transplantasi menyebabkan angka harapan hidup menjadi 90 persen (Deef dkk,

1998). Penyakitgraf t-versus-

Page 85: judul yesi

host akut dan kronik merupakan penyulit serius yang tersering dan menyebabkan dua pertiga kematian dalam dua tahun pertama (Socie dkk, 1999). Kelompok peneliti yang sama ini melaporkan bahwa separuh dari 95 pasien wanita hamil.(7) 2.6. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin 1.Bahaya selama kehamilan

- Dapat terjadi karena abortus

- Persalinan prematur

- Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

- Mudah terjadi infeksi

- Ancaman decompensasi cordes (Hb<6gr%)

- Mola hidatidosa

- Hiperemesis gravidarum

- Perdarahan antepartum

- Ketuban pecah dini

2.Bahaya saat persalinan

- Gangguan his mempengaruhi kekuatan mengejan

- Kala I berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

- Kala II berlangsung lama

- Dapat terjadi perdarahan post partum dan atonia uteri

3.Bahaya pada saat nifas

- Terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan PP

- Memudahkan infeksi puerperium

- Pengeluaran ASI berkurang

Page 86: judul yesi

- Terjadi decompensasi cordis mendadak PP

- Anemia kala nifas

- Mudah terjadi infeksi mamae

4.Bahaya terhadap janin - Abortus

- Terjadi kematian intra uteri

- Persalinan prematur tinggi

- Berat badan lahir rendah

- Kelahiran dengan anemia

- Dapat terjadi cacat bawaan

- Bayi mudah terkena infeks

- Ancaman decompensasi cordes (Hb<6gr%)

- Mola hidatidosa

- Hiperemesis gravidarum

- Perdarahan antepartum

- Ketuban pecah dini(7)

BAB III KERANGKA KONSEP III.1 Dasar Pemikiran variabel yang diteliti

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan

masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat

kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

Page 87: judul yesi

kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan,

infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat

sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang

mana bersifat medik maupun non medik. Di antara faktor non medik dapat disebut

keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku,

dan lain-lain.

Dari hasil penelusuran tinjauan kepustakaan dan maksud serta tujuan penelitian

maka dapat ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan anemia pada kehamilan

seperti umur, paritas, status gizi, jarak kehamilan, pendidikan, asupan tambah tablet

darah, penggunaan obat antasida, perokok, dan penyakit lain dengan kejadian anemia

pada kehamilan.

Untuk mengetahui bagaimana karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia

pada ibu hamil maka dibuatlah kerangka berpikir seperti yang disajikan dalam skema

pola pikir variabel penelitian.

Page 88: judul yesi
Page 89: judul yesi
Page 90: judul yesi
Page 91: judul yesi
Page 92: judul yesi
Page 93: judul yesi

III.2 Bagan Kerangka Konsep

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

III.3 Defenisi Operasional

Page 94: judul yesi

1.Anemia pada kehamilan

Status sakit yang ditulis pada rekam medik, yang diartikan sebagai kondisi ibu ibu

yang hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar

<10,5 gr% pada trimester II.( 2 , 11 )

2. Umur

Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur pasien yang hamil yang

mendapat perawatan anemia pada Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten

Bulukumba. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur

reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun

dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun

secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian

terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia

> 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai

penyakit yang sering menimpa diusia ini.( 2, 11 )

3.Paritas (Para)

Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup

maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami

anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.

Karena selama hamil zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang

dikandungnya.( 2 , 11 )

Page 95: judul yesi

4. Jarak Kehamilan

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran

berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal

ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat – zat

gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.(2,11) 5. Pendidikan

Proses penggubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui penerapan ilmu yang diperoleh dalam

pengetahuannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya. Pendidikan yang

dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata

lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang

lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan

dengan individu yang berpendidikan lebih rendah(2)

6. Asupan Tablet tambah Darah

Suatu keadaan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah kesehatan ibu

hamil dan janinnya (zat besi) atu mengkonsumsi tablet tambah darah (zat besi) dalam

masa kehamilannya.( 2 , 11 )

7. ANC

Upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran

maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Antenatal Care (ANC) ini merupakan upaya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan

Page 96: judul yesi

janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar

pelayanan yaitu minimal dilakukan sebanyak 4 kali, yang diberi kode K1,K2,K3, dan K4.

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat.(

2 , 11 )

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita anemia pada kehamilan berdasarkan

fakta- fakta yang telah terjadi dan tercatat di rekam medik pada pasien rawat inap dan

rawat jalan di bagian kebidanan Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten

Bulukumba periode Januari-Desember 2008.

IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Waktu Penelitian ::

Bagian Kebidanan Rumah Sakit Umum Sultan Daeng

Raja Kabupaten Bulukumba

Dilakukan selama 2 minggu, terhitung dari tanggal 2

Maret 2009-14 Maret 2009.

IV.3 Populasi dan Sampel Populasi Sampel ::

Page 97: judul yesi

Ibu hamil yang dirawat inap dan rawat jalan yang menderita anemia dalam kehamilan di

Bagian Kebidanan Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba

periode Januari-Desember 2008.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode “total4

sampling”, yaitu semua pasien yang termasuk dalam populasi. IV.4 Kriteria Seleksi IV.4.1 Kriteria Inklusi

Data rekam medik penderita dengan diagnosis anemia dalam kehamilan di bagian

kebidanan Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba periode

Januari- Desember 2008.

IV.4.2 Kriteria Eksklusi Data rekam medik pasien yang tidak lengkap. IV.5 Cara pengumpulan dan pengolahan data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada

rekam medik pasien di bagian kebidanan Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja

Kabupaten Bulukumba periode Januari-Desember 2008.

IV.6 Etika Penelitian 1. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa inisial. 2.Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada beberapa

institusi terkait antara lain Sub Bagian Kesatuan Bangsa Pemerintah Daerah Tingkat I

Sulawesi Selatan, Direktur Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Kabupaten

Bulukumba, Bagian Rekam Medik RS. Bersalin Siti Khadijah 4 Makassar.

Page 98: judul yesi

DAFTAR PUSTAKA 1.Anonymous. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di PKM Banjaran. Available from:http ://www.one.indoskripsi.co m.

2.Amiruddin A, Wahyuddin. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung. Available from: http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/24/studi-kasus-kontrol-anemia-ibu-hamil- jurnal-medika-unhas. 3.Pratomo H dan Wiknjosastro GH, 1995. Pengalaman Puskesmas dalam Upaya Keselamatan Ibu : Pilot Project di Beberapa Puskesmas. Jurnal Jaringan Epidemiologi Nasional. Edisi 1 tahun 1995, hal. 1-8. 4.WHO, 1992. Report of Working Group on Anemia. WHO Report, pp 17020. 5.McCarthy J and Maine D, 1992. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 23-33. 6.Soeprono R, 1988. Anemia pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988, hal. 121-135. 7.Suheimi, HK. Anemia dalam Kehamilan. Available from: http://ksuheimi.blogspot.com/2007/09/anemia-dalam-kehamilan.html. 8.Jauhari N. Tentang Penyakit Anemia. Available from: http://yudhim.dagdigdug.com/2008/08/13/tentang-penyakit-anemiaa. 9.Rofiq A. Anemia pada Ibu Hamil. Available from: http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24. 10.Anto Dr. Pertanyaan Seputar Anemia. Available from: http://www.womenshealth.gov/faq/anemia.cfm. 11.Adriaansz G. Asuhan Antenatal. Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI, 2008; 278-87

Page 99: judul yesi