Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang
akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang
besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar
penduduk Indonesia.
Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu
peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan jagung
adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah dalam
pengembangan usaha pertanian.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan
“rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin
meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi
pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan,
akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan
guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup
tinggi.
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang
setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan
sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat
penting dan strategis.
Sasaran produksi padi NTB tahun 2014 sebesar 2.316.549 ton
GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 767.756 ton PK, diupayakan
dapat dicapai untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 2
diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa untuk mencapai
sasaran tersebut. Berbagai upaya peningkatan produksi dan
produktivitastelah dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui
PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman
pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan
jagung nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang
lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas.
Oleh karena itu pada tahun 2014, upaya peningkatan produksi melalui
penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-
PTT) tetap akan difokuskan melalui pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala
luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, bantuan sebagai instrumen
stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan.
Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya masih di bawah produktivitas rata-rata wilayahnya
(daerah-daerah sub-optimal) dan berpeluang untuk ditingkatkan
misalnya melalui pergantian varietas, kawasan pengembangan
merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sudah mencapai rata-
rata produktivitas di wilayahnya akan tetapi belum sesuai dengan
potensi hasil dan masih berpeluang untuk ditingkatkan misalnya dengan
pergantian varietas atau mengusahakan varietas hibrida, sedangkan
kawasan pemantapan adalah daerah yang tingkat produktivitasnya
sudah di atas rata-rata produktivitas wilayahnya namun masih
berpeluang untuk ditingkatkan melalui penggunaan varietas hibrida.
Luas SL-PTT Padi tahun 2014 di NTB adalah 215.000 ha, yang
dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi inbrida) seluas 2.000 Ha,
kawasan pengembangan (padi sawah inbrida seluas 5.000 Ha dan
denfarm padi hibrida seluas 7.000) dan luas kawasan pemantapan (padi
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 3
sawah inbrida seluas 196.000 dan padi lahan kering seluas 5.000 Ha),
seperti pada lampiran 1. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 16.000 ha,
dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (jagung komposit) seluas
2.000 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas 8.000 ha dan
kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas 6.000 ha. Lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui
pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami),
mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan
(melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji
bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani
akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu
dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan spesifik
lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu
mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi
dan jagung. Namun demikian wilayah di luar SL-PTT harus tetap
dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalansehingga produksi
dan produktivitas tetap dapat meningkat. Dengan fasilitasi tersebut
diharapkan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat
terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan
sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun
2014.
Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui
kegiatan SL-PTT tahun 2014 dapat tercapai, maka perlu untuk
menyusun Petunjuk Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan bagi semua pihak yang
terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Dengan adanya petunjuk pelaksanaan ini, semua pihak terkait akan
berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 4
satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi
padi dan jagung. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-
masing daerah/ kabupaten/kota dan kemampuan adopsi inovasi, maka
petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih operasional sesuai
kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui
pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan
pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan
peningkatan produksi tahun 2014 di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan SL-PTT
padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan
pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, antara Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c.Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap
petani guna mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi
dan jagung dalam usahataninya agar replikasi/penyebarluasan
teknologi ke petani sekitarnya berjalan lebih cepat.
d.Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta
kesejahteraan petani padi dan jagung.
2. Sasaran.
a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui
pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan
pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan
peningkatan produksi tahun 2014 di provinsi dan kabupaten/kota.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 5
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung
melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan
pendekatan kawasan skala luas antara pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani
sehingga penerapan adopsi teknologi PTT padi dan jagung berjalan
lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih
luas dapat terwujud.
d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah 0,75/ha, padi hibrida
2,0 ton/ha dan padi lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT
Padi seluas 215.000 ha. Untuk jagung hibrida 2,5 ton/ha dan jagung
komposit 1,0 ton/ha pada areal SL-PTT seluas 16.000 ha, untuk
mendukung sasaran produksi padi tahun 2014 sebesar 2.316.549
ton GKG dan produksi jagung sebesar 767.756 ton PK.
C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT.
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan
inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket
teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara
partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan
inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat
spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand
driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-
sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment).
Komponen teknologi PTT dasar/compulsory adalah teknologi yang
dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT
pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan,
dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat menjadi
compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang)
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 6
memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi
keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian
pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
2. Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri-ciri tertentu. Dalam
konteks pertanian kawasan yang dimaksud adalah suatu areal (sawah,
lahan kering, tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi
tertentu tanpa memperhitungkan batas-batas administrasi wilayah
(desa/kampung), sungai, jalan, atau batas-batas lainnya.
3. Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi
(daerah-daerah suboptimal), pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat
kehilangan hasil masih tinggi.
4. Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas Provinsi,
pemanfaatan lahan hampir optimal, tingkat kehilangan hasil sedang
tetapi mutu hasil belum optimal.
5. Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas provinsi dan atau
nasional, mutu hasil belum optimal, efisiensi usaha belum berkembang
dan optimalisasi pendapatan melalui produksi subsektor tanaman
sudah maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru).
6. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah
suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan
dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya
setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga
usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan
berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat dilihat dari
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap,
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 7
penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas
dan keberlanjutan serta replikasinya.
7. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang terdapat
dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan,
temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi
yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani.
8. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat
Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman
(PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT.
9. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan
dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali
dengan kelompoktani melakukan identifikasi masalah peningkatan
hasil padi di wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan
mengatasi masalah tersebut.
10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat
melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang
telah ada misalnya POSKO P2BN.
11. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja
usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang
disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam
pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang
memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah
uang yang diajukan untuk pembelian saprodi.
12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus)
berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 8
13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Petugas Dinas Pertanian Provinsi dan
Kabupaten/Kota termasuk PPl, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau
petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.
14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang
dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades,
dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.
15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna
meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji
adaptasi varietas unggul baru, demo-plot, dan supervisi penerapan
teknologi.
16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan
teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala
hadir di lokasi khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan
kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok
dalam penerapan teknologi.
17. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme
Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu.
18. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih Tanaman
adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka
pengawasan benih.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 9
19. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di areal SL-
PTT.
20. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di luar
areal SL-PTT.
21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi
produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, dan akan
berkontribusi pada tahun berikutnya.
22. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu
hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan
untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan
dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan
lain-lain.
23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani sendiri.
24. Benih Bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul
bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi gogo/lahan kering, jagung
hibrida dan jagung komposit yang disalurkan oleh pemerintah dengan
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh
pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk mendukung
pelaksanaan Program Pembangunan Tanaman Pangan (SL-PTT dan
Non SL-PTT).
25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu benih padi
dan jagung yang memenuhi spesifikasi teknis, dan merupakan milik
pemerintah pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN dan
pemanfaatannnya sesuai pedoman dan peraturan perundang-
undangan.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 10
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI TAHUN
2014
A. Keragaan produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 4,55 %/tahun, dari
1.870.775 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 2.162.553 ton GKG pada
tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai
3,18 %/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
2008-2013 (ARAM II BPS)
Ha % Ku/Ha % Ton %
2009 374,279 - 49.98 - 1,870,775 -
2010 374,284 0.00 47.41 (5.14) 1,774,499 (5.15)
2011 418,062 11.70 49.45 4.30 2,067,137 16.49
2012 425,448 1.77 49.69 0.49 2,114,231 2.28
2013 432,101 1.56 50.05 0.72 2,162,553 2.29
3.01 0.07 3.18
TAHUNLUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
Rata-Rata
Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 25,49 %/tahun
dari 308.863 pada tahun 2009 menjadi 624.606 ton pada tahun 2013 (ARAM
II) sedangkan laju peningkatan produktivitas sudah mencapai 10,99 %/tahun
sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung
2008-2013 (ARAM II BPS)
Ha % Ku/Ha % Ton %
2009 81,543 37.88 308,863
2010 61,593 (24.47) 40.43 6.73 249,005 (19.38)
2011 89,307 45.00 51.18 26.59 456,915 83.50
2012 117,020 31.03 54.92 7.31 642,674 40.66
2013 110,080 (5.93) 56.74 3.31 624,606 (2.81)
11.41 10.99 25.49
TAHUNLUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI
Rata-Rata
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 11
B. Sasaran Produksi Tahun 2014
1. Padi
Sasaran produksi padi tahun 2014 adalah 2.316.549 ton GKG atau
meningkat 5,7 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya
(2.191.287 ton) . Sasaran tanam tahun 2014 adalah 436.822 Ha,
sasaran panen 426.977 Ha, sasaran produktivitas 54,25 ku/ha.
2. Jagung
Sasaran produksi jagung tahun 2014 mencapai 767.756 ton PK atau
meningkat 3,2 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya
(744.111). Sasaran tanam 122.100 ha, sasaran panen 117.216 ha,
sasaran produktivitas 65.50 ku/ha.
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2014 terhadap Sasaran 2013
KOMODITAS URAIANSASARAN
2013
SASARAN
2014%
Luas Tanam ( Ha) 421.334 436.822
Luas Panen ( Ha) 409.235 426.977 4.34
Produktivitas (Ku/Ha) 53.56 54.25 1.29
Produksi (ton GKG) 2.191.714 2.316.549 3.20
Luas Tanam ( Ha) 120.265 122.100 1.53
Luas Panen ( Ha) 114.314 117.216 2.54
Produktivitas (Ku/Ha) 65.09 65.50 0.63
Produksi ( ton PK) 744.111 767.756 3.18
PADI
JAGUNG
C. Tantangan
Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan
yang semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan
lingkungan strategis diluar sektor pertanian berpengaruh dalam
peningkatan produksi tanaman pangan.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi
tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 12
dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan
beras dunia, dan 3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga
dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Dampak
Perubahan Iklim (DPI) dan serangan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT), 2). Rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin
terbatasnya sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan
akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5). Kompetisi antar
komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber
karbohidrat dan 7). Belum sinerginya antar sektor dan Pusat–Daerah
dalam menunjang pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan
jagung.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya
peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang
apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada
upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1).
Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi,
2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi
sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan,
kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM PPL,
POPT, Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya)
masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi pengembangan
produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah
Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 13
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2 014
A. Strategi.
Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan Produktivitas.
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas
unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida dan jagung
hibrida, sistem jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan
pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan
dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pendampingan, pemantauan
dan koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana
perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan
teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan
produktivitasnya. Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan
mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan panen dan pasca
panen yang lebih baik.
2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan.
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan melalui upaya
perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan
penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi
lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks pertanaman,
pengelolaan air irigasi, dll
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 14
3. Pengamanan Produksi.
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan
iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari
residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan
panen dan pasca panen yang masih cukup besar.
4. Penyempurnaan Manajemen.
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan
agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana.
Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan
regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data
dan informasi.
Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan
produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
dan pada akhirnya dapat mendukung surplus beras 10 juta ton pada tahun
2014.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2014
Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2 014
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2014 adalah
peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT
berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu
sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument
stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan pada areal
SL-PTT seluas 215.000 ha, dan carry over 2013 seluas 135.098 Ha
serta pembinaan regular selua 87.886 Ha, sebagaimana terlihat
dalam Tabel 4 berikut ini :
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 15
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2014
luas Luas Sasaran Sasaran
No Uraian Tanam Panen Provitas Produksi
( Ha ) ( Ha ) (Ku/Ha) ( Ton )
I MT. 2013/2014 ( Oktober 2013 - Maret 2014 )
314,946
308,251
52.85
1,628,993
A. PROGRAM
137,768
135,205
54.28
733,865
1. APBN
137,768
135,205
54.28
733,865
a. Carry Over SL-PTT 2013
137,768
135,205
54.28
733,865
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan
510
495
53.47
2,645
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan
100
99
54.47
539
SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan
6,000
5,860
65.00
38,378
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan
101,158
98,752
55.65
559,603
SL-PTT Padi Lahan Kering Kawasan
Pemantapan
30,000
30,000
44.00
132,700
b. SL-PTT 2014
-
-
-
-
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan
-
-
-
-
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan
-
-
-
-
SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan
-
- -
-
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan
-
-
-
-
c. SRI
-
-
-
-
d. Optimasi lahan
-
-
-
-
2. APBD I
-
-
-
-
3. APBD II
-
-
-
-
B. SWADAYA
177,178
173,045
51.73
895,128
1. Swasta Padi Non Hibrida
148,804
144,671
51.42
772,246
2. Swasta Padi lahn Kering
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 16
28,374 28,374 42.01 122,882
II MT. 2014 ( April 2014 - September 2014 )
121,876
118,729
57.91
687,557
A. PROGRAM
121,316
118,177
57.93
684,544
1. APBN
121,316
118,177
57.93
684,544
a. SL-PTT 2014
106,306
103,524
58.53
605,925
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan
2,000
1,940
53.47
10,567
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan
5,000
4,890
54.47
28,215
SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan
8,000
7,810
65.00
51,953
SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan
91,306
88,884
55.65
515,191
b. SRI
6,700
6,545
53.92
36,491
c. Optimasi lahan
8,310
8,108
50.00
42,128
2. APBD I
-
-
-
-
3. APBD II
-
-
-
-
B. SWADAYA
560
552
54.62
3,013
1. Swasta Padi Non Hibrida
560
552
51.23
3,013
2. Swasta Padi lahan Kering
-
-
-
-
3. BUMN/GP3K
-
-
-
-
TOTAL
436,822
426,979
54.25
2,316,549
a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT
berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi
padi tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 17
produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 215.000 ha, yang
terdiri dari:
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 2.000 ha.
Padi inbrida sawah seluas 2.000 ha yang dialokasikan di 2
kabupaten yaitu Lombok Timur dan Sumbawa, masing-masing
1.000 Ha
2) Kawasan Pengembangan seluas : 15.000 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas seluas 5.000 ha yang dialokasikan
di 5 kabupaten/kota.
b. Demfarm padi hibrida seluas 7.000 Ha yang dialokasikan di 6
kabupaten/kota.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 201.000 ha.
a. Padi inbrida sawah seluas 196.000 ha yang dialokasikan di
10 kabupaten/kota.
b. Padi lahan kering seluas 5.000 ha yang dialokasikan di 3
Kabupaten/Kota Sumbawa, Dompu, Bima).
Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2014, per Kabupaten/Kota, disajikan pada
Lampiran 1.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 18
b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi areal di luar wilayah
fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan,
pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan
memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari
sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK
dan pupuk organik), alsintan, SRI, fasilitas penyuluhan melalui Demfarm,
GP3K, penanganan pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan,
pengelolaan air dan swadaya murni petani. Agar upaya ini dapat berhasil
maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan
dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan pengolahan tanah,(2).
gerakan tanam dan panen serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang,
4). gerakan penerapan teknologi,(5). gerakan pengendalian OPT,(6).
gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya
dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana
masyarakat dan stakeholder.
Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT tetap harus
melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar SL-
PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh Dinas Pertanian
dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi dan
jagung baik di areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT.
Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III di Kabupaten/Kota,
Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di Desa agar dioperasionalkan
secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011 mengenai
Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan
Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 19
2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2 014
Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2014 adalah
peningkatan produktivitas melalui SL-PTT berbasis kawasan seluas 16.000
Ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi
lainnya, sebagaimana pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2014
luas Luas Sasaran Sasaran
No Uraian Tanam Panen Provitas Produksi
( Ha ) ( Ha ) (Ku/Ha) ( Ton )
I MT. 2013/2014 ( Oktober 2013 - Maret 2014 )
98,478
94,539
64.51
609,850
A. PROGRAM
6,345
6,091
71.67
43,652
1. APBN
6,078
5,835
71.72
41,848
a. Carry Over SL-PTT 2013
6,078
5,835
71.72
41,848
SL-PTT Jagung Komposit kawasan
Pertumbuhan
2,000
1,920
70.50
13,536
SL-PTT Jagung Hibrida kawasan
Pengembangan
2,520
2,419
71.90
17,394
SL-PTT jagung Hibrida Kawasan Pemantapan
1,558
1,496
73.00
10,918
b. CBN Jagung Hibrida
-
-
-
-
2. APBD I
267
256
70.45
1,804
a. BLBU Jagung Hibrida
267
256
70.45
1,804
3. APBD II
-
-
-
-
a. BLBU Jagung Hibrida
-
-
-
-
B. SWADAYA
92,133
88,448
64.01
566,198
1. Swasta Jagung Hibrida
67,257
64,567
66.11
426,844
2. Swasta Jagung Komposit
22,112
21,228
60.00
127,361
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 20
2. Swasta Jagung Lokal
2,764
2,653
45.20
11,994
II MT. 2014 ( April - September 2014 )
23,622
22,677
69.63
157,906
A. PROGRAM
15,511
14,891
72.70
108,250
1. APBN
15,511
14,891
72.70
108,250
a. SL-PTT Jagung
15,511
14,891
72.70
108,250
SL-PTT Jagung Komposit kawasan
Pertumbuhan
2,000
1,920
70.50
13,536
SL-PTT Jagung Hibrida kawasan
Pengembangan
7,511
7,211
73.03
52,656
SL-PTT jagung Hibrida Kawasan Pemantapan
6,000
5,760
73.02
42,058
b. CBN Jagung Hibrida
-
-
2. APBD I
-
-
-
-
a. BLBU Jagung Hibrida
-
-
3. APBD II
-
-
-
-
a. BLBU Jagung Hibrida
-
-
-
-
b. BLBU Jagung Komposit
-
-
B. SWADAYA
8,111
7,787
63.77
49,656
1. Swasta Jagung Hibrida
5,921
5,684
65.77
37,383
2. Swasta Jagung Komposit
1,947
1,869
60.03
11,218
2. Swasta Jagung Lokal
243
234
45.20
1,056
TOTAL
122,100
117,217
65.50
767,756
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 21
a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT
berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung
tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
jagung di kawasan areal tanam seluas 16.000 Ha yang terdiri dari :
1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 2.000 ha.
Jagung komposit seluas 2.000 ha yang dialokasikan di 2
Kabupaten/Kota yaitu KAbupaten Dompu dan Bima masing-masing
1.000 Ha.
2) Kawasan Pengembangan seluas : 8.000 ha.
Jagung hibrida seluas 8.000 ha yang dialokasikan di 7
Kabupaten/Kota.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 6.000 ha.
Jagung hibrida seluas 6.000 ha yang dialokasikan di 3
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lombok Timur seluas 2.000 Ha,
Sumbawa 1.000 Ha dan Dompu masing-masing 3.000 Ha.
Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2014, Kabupaten/Kota, disajikan pada
Lampiran 2.
b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus utama peningkatan
produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan, pendampingan
dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan
benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber
lainnya, pupuk bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya
peningkatan produktivitas jagung agar dilakukan dengan perluasan
penggunaan benih jagung hibrida produktivitas tinggi disamping
peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi yang masih
menggunakan varietas lokal dan varietas komposit produktivitas rendah
agar diupayakan dapat diganti dengan jagung hibrida atau jagung
komposit produktivitas tinggi.
Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung komposit
produktivitas tinggi, antara lain dapat dilakukan dengan : 1). mendekatkan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 22
para produsen benih jagung hibrida atau jagung komposit produktivitas
tinggi kepada para petani, 2). memotivasi produsen benih tersebut
melakukan demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong kemitraan
petani dengan produsen benih atau dengan pengusaha pakan ternak
(konsumen jagung). Dengan demikian penggunaan benih jagung hibrida
diharapkan dapat meningkat.
Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan pula dengan
peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan yang masih mempunyai
potensi atau perluasan pada lokasi/lahan baru (bukaan baru, lahan
perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain).
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 23
IV. PTT PADI DAN JAGUNG
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas.
Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang
akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT
ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment).
PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan
pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan
produksi padi dan jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional
mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan berbagai perbaikan
dan penyempurnaan dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan
serta pendampingan.
A. Prinsip-prinsip PTT.
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya
tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara
terpadu.
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan
memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen
teknologi.
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji
teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan
petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium
lapangan (LL).
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 24
B. Tahapan Penerapan PTT.
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama
petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau
Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan
hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah
tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah
hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial
ekonomi.
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT
berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan
usahataninya.
3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan
kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani lainnya.
C. Komponen PTT Padi.
Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah
setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen teknologi pilihan dapat
menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen
teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama
suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
Adapun komponen PTT padi dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel
6 sedangkan komponen pilihan pada Tabel 7 berikut.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 25
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar
Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan
*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP
memperioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharudsan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
** : Prioritas
(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)
Padi sawah irigasi
Padi sawah tadah hujan
Padi gogoPadi rawa
lebak
• Varietas moderen (VUB, PH, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat
• Pengaturan cara tanam (jajar legowo)
• Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/petak omisi/Permentan No. 40/2007
• PHT sesuai OPT sasaran.
• Varietas moderen (VUB, PTB)
• Benih bermutu dan sehat
• Pengelolaan hara P dan K berdasar PUTS
• Pemberian bahan organik
• Pengendalian gulma terpadu
• Pergiliran varietas (VUB, PTB)
• Benih bermutu dan sehat
• Pemberian bahan organik
• Pemupukan berdasar status kesuburan tanah
• Konservasi tanah dan air
• Varietas moderen (VUB, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat
• Pemupukan N granul, P dan K berdasarkan PUTS
• PHT sesuai OPT sasaran.
Padi sawah irigasiPadi sawah
tadah hujanPadi gogo Padi rawa lebak
• Bahan organik/pupuk
kandang/amelioran**
• Umur bibit
• Pengolahan tanah yang
baik
• Pengelolaan air optimal
(pengairan berselang)
• Pupuk cair (PPC, ppk
organik, pupuk bio-
hayati)/ZPT, pupuk
mikro)
• Penanganan panen dan
pasca panen
• Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
• Cara tanam dilarik
dengan populasi
tanaman tinggi
menggunakan alat
tanam row seeding
• PHT sesuai OPT sasaran
• Penanganan panen dan
pasca panen
• Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
• PHT sesuai OPT
setempat
• Pengendalian gulma
terpadu
• Pola tanam berbasis
padi gogo
• Penanganan panen dan
pasca panen
• Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam
(legowo, larikan, dll)
• Umur bibit
• Pengelolaan air,
pembuatan saluran/
caren keliling
• Pengendalian gulma
terpadu
• Penanganan panen dan
pasca panen
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 26
Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu : 1).Penggunaan varietas
unggul adaptif, 2). Pemupukan spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan
abu dan/atau kapur untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu
untuk hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk pra
dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan untuk
pencucian racun dan meratakan tanah.
D. Komponen PTT Jagung.
Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang
paling tepat diterapkan. Komponen PTT Jagung dasar yaitu : 1). Varietas
unggul baru, hibrida atau komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3).
Populasi 66.000 - 75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen PTT
Jagung pilihan adalah : 1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk
organik, 3). Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran
irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5). Pengendalian gulma
secara mekanis atau dengan herbisida kontak, 6). Pengendalian hama
dan penyakit, dan 7). Panen tepat waktu dan pengeringan segera.
Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 jagung,
persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi tersedia cukup air
saat diperlukan, terutama saat musim kemarau, 2).Lahan bebas genangan
air saat musin hujan, 3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4).
Umur varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari.
E. Peran Komponen PTT.
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya
perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan
perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama
dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
Penanaman yang tepat waktu , serentak dan jumlah populasi yang
optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 27
pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air,
memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil
yang tinggi.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman
dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan
waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan
pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai
hasil tinggi.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus
pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air
disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan
meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang
diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan
mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan
atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan
berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila
serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida
harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan
lingkungan.
Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang
optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu
tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar
air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.
Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 28
panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang
aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga
dan tidak tercecer.
F. Pemilihan Teknologi PTT.
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam
melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan
komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap
alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang
dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen
teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi
budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen
teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang
saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam
pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat
berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan
pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang
dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan
perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk
menetapkan paket teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit
agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
di masing–masing wilayah.
G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT.
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat
untuk masing-masing lokasi. 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan
secara keseluruhan akan terjaga.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 29
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG
A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.
SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para
petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan
pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai
percontohan bagi kawasan lainnya.
Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani nantinya
akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis
dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta
mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga
meningkatkan produksi dan pendapatannya.
Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga
belajar dapat dilakukan di saung dan tempat-tempat lain yang
berdekatan dengan lahan belajar.
Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang
merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani
anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT
pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat
mengacu pada rekomendasi teknologi setempat.
SL-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan
masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan kelompoktani
yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya
diupayakan masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu
untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling
mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan
sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan
mudah ditiru petani lainnya.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 30
Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu
kelompoktani yang sama dan atau dengan kelompoktani lain terdekat.
Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua yang
bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang
sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang
bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.
Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-
PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani
sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat
terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya
dapat memberikan respon yang sama.
Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–sama di
petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL), mendiskripsikan dan
membahas temuan–temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan
sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok.
Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik
lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan
pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta
diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan
dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya.
Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti pada
Gambar 1 berikut ini.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 31
Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT
B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT.
Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia tahun 2014
dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL-PTT melalui pola
pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan
kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 32
jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, dukungan dan
pengawalan serta pendampingan.
Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2014 akan lebih difokuskan kedalam 3
kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan dan
kawasan pemantapan. Luas 1 (satu) kawasan untuk padi inbrida, padi
hibrida, jagung hibrida dan jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa
lebak seluas 500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha. Untuk jelasnya
tipe, kriteria dan orientasi pengembangan serta batasan pengembangan
kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra
Produksi Tanaman Pangan
Keterangan: 1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran 2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi dan peningkatan
pendapatan. 3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu target orientasi.
TIPE KAWASAN
-PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA PROVINSI
- PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
- PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)
- TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL
-PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI
- PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
- PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL
- TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG - PENINGKATAN MUTU HASIL
- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL
-PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI DAN ATAU NASIONAL
- PENGENALAN TEKNOLOGI BARU
- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN MUTU HASIL
- EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG -EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH LINGKUNGAN
-OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU)
- DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN
- PENGATURAN HARGA DAN MARGIN
-DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI SUBSEKTOR LAIN
PERTUMBUHAN
PENGEMBANGAN
PEMANTAPAN
ORIENTASI PENGUATANKRITERIA KAWASAN
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 33
Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2014
Catatan : 1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan 2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat produktivitas, indeks
pertanaman, dan pengembangan jaringan irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU).
3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN).
4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan komponen dan permasalahan yang ada.
C. Kriteria Kawasan.
Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa dalam satu
kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal dalam satu desa dalam
satu kecamatan. Namun apabila areal di desa tersebut belum
mencukupi, maka kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa
terdekat,dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat
terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu
kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan
terdekat, dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha terpenuhi.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 2 berikut.
KomoditiFaktor Pertimbangan
Kawasan
Luasan 1
Kawasan (Ha)
1 SL-PTT Padi Inbrida 1,000
2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi 1,000
3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP 1,000
4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa
- Rawa Lebak 500
- Pasang Surut 1,000
5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida 1,000
6 Demfarm Padi Hibrida 1,000
2 Lahan Kering 7 SL-PTT Padi Lahan Kering 1,000
1 SL-PTT Jagung Hibrida 1,000
2 SL-PTT Jagung Komposit 1,000
3 Optimasi Jagung Hibrida 1,000
Komponen Model 1 Kawasan
Lahan Sawah1
Jenis Lahan
Lahan Sawah/Lahan
KeringBaku LahanJAGUNG
PADI Baku Lahan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung
1. Alternatif I : 1000 Ha dalam 1 Desa2. Alternatif 2 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 1 Kecamatan3. Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebihKeterangan : 1. Penuhi areal dalam satu
kekurangannya dapat dipenuhi dari desa terdekat.2. Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka
kekurangannya dapat di[penuhi dari kecamatan terdekat.3. Transper Bantuan Sosial (
Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam
kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat
pembelajaran/pertemuan
dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk
lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut.
Padi dan Jagung Tahun 2014
Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha
Alternatif I : 1000 Ha dalam 1 Desa Alternatif 2 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 1 Kecamatan Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebih
Penuhi areal dalam satu Desa, bila areal belum mencukupi di Desa Tersebut maka kekurangannya dapat dipenuhi dari desa terdekat. Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat di[penuhi dari kecamatan terdekat. Transper Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani
Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam
kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat
pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan kelompok
dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk
lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut.
34
Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebih
Desa, bila areal belum mencukupi di Desa Tersebut maka
Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka
Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam
kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat
petani di lapangan. Pertemuan kelompok
dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung
Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anju
secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.
Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak
pengenalan varietas
lainnya atas persetujuan BPTP setempat.
Jenis sarana produks
disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam
Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing
lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) di masing
Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan
kawasan dimana SL
dengan komoditi yang diusahakan
sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial
Padi dan Jagung Tahun 2014
Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL)
Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anju
secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.
Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak percontohan
pengenalan varietas-varietas unggul baru atau paket-paket teknologi baru
lainnya atas persetujuan BPTP setempat.
Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL
disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam
Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing-masing kelompoktani. Untuk
lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi
nian (BPTP) di masing-masing daerah.
Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan
kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula
dengan komoditi yang diusahakan kelompoktani peserta SL
sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial
35
Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anjuran
petak percontohan
paket teknologi baru
i dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL
disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam
masing kelompoktani. Untuk
lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi
Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan
PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula
kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan
sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 36
(BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke
rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan insentif/bantuan
transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan
nama merupakan Belanja Barang Non Operasional (BBNOL) dan
penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan pedoman
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seperti telah
dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha SL dalam kawasan seluas
1.000 ha, akan terdapat 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha
sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL
(40 ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL. Sebagai contoh,
apabila satu kelompoktani mempunyai areal 50 ha maka kelompoktani
tersebut akan mendapatkan 2 unit LL dan seterusnya. Jika areal tidak
mencukupi 25 ha, maka dapat digabung dengan kelompoktani lainnya
yang berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani
disepakati oleh kelompoktani tersebut.
Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut :
Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan
SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas
unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha
2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha
3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha
4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha
5. Jagung Hibrida 9.000 ha
6. Jagung Komposit 45.700 ha
FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI
Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
4. Herbisida
5. Kaptan
6. Pertemuan Kelompok
40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)
Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat
KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA
40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 37
Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan
Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan
SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas
unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha
2. Padi Hibrida 200.000 ha
3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha
4. Jagung Hibrida 170.300 ha
FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI
Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
4. Pertemuan Kelompok
40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)
Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, Aparat
KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA
40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)
SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas
unggul bermutu pada :
1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha
2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha
3. Jagung Hibrida 35.000 ha
FOKUS KEGITAN
PENAMBAHAN
PRODUKSI
Pertemuan Kelompok
Pendampingan oleh
Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT, PBT, dan
Aparat
KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA
40 UNIT SL
(1 Unit / 24 Ha)
Bantuan (disesuaikan dengan
rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik
40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 38
Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan nama dan
lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun kekurangannya, maka
penyediaannya agar ditanggung dan diusahakan secara swadana oleh
anggota kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut merasa memiliki sehingga
mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan SL-PTT Padi dan
Jagung dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun
2014.
Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan tersebut
berkontribusi nyata pada produksi tahun 2014, maka pertanaman di areal
SL-PTT diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2014 (Akhir MH
2013/2014 sampai MK II 2014), kecuali secara teknis maupun adminstrasi
tidak memungkinkan dilaksanakan seperti halnya padi gogo/lahan kering
maka dapat dilaksanakan pada awal MH 2014/2015 (Oktober-Desember
2014). Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan disiapkan
secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi
terkait antara lain Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk,
Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.
Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung
di lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang
telah dilakukan pada tahun 2013 perlu lebih ditingkatkan dengan
melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi
serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian
Pertanian , TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan
stake holders.
Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung di
lapangan, maka dukungan pendampingan dan pengawalan perlu lebih
dioptimalkan.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 39
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi
dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau
petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-
AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta
petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti
BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang penugasannya melalui Surat
Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan aparat, dilakukan
pula pada seluruh areal tanam/panen baik SL-PTT maupun pertanaman
Reguler (Non SL-PTT) melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi
dan Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun ke
lapangan memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala
permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan.
Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan khususnya
Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai peran sebagai :
1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan
kekuatan yang ada di lapangan dan desa.
2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan
ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan.
3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat
membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT
4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah
menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan
kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.
Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas lapangan yang telah
melaksanakan pengawalan dan pendampingan SL-PTT/P2BN, maka
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 40
kepada petugas tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang
besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia. Penghargaan
diberikan kepada tiga orang petugas per kabupaten/kota. Untuk itu Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota perlu merumuskan kriteria penilaian yang
disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
D. Penentuan Calon Lokasi.
Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal
sesuai dengan ketentuan batasan kawasan, produktivitas dan indeks
pertanamannya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya
responsif terhadap teknologi.
Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL-PTT terpilih
dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian pinggir areal SL-PTT
sehingga berbatasan langsung dengan areal di luar SL-PTT diharapkan
penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar
SL-PTT. Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4.
1. Penentuan Calon Lokasi.
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan,
lahan kering dan pasang surut yang produktivitas dan/atau indeks
pertanamannya masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL-
PTT tahun anggaran 2014 ditempatkan pada lokasi yang IP (Indeks
Pertanaman) paling rendah dan/atau pada lokasi yang
produktivitasnya paling rendah serta areal sawah bukaan/cetakan
baru. Oleh karena itu Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-lokasi yang
produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat ditingkatkan.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari
bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 41
c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan/kawasan
yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama sebagai tanda lokasi
pelaksanaan SL/LL.
e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT diutamakan
ditempatkan pada lokasi yang sering dilewati petani sehingga mudah
dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya untuk dicontoh dalam
usahataninya.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT.
a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu
desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa, KCD
dan atau Penyuluh Lapangan.
b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun
penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan,
sebagaimana contoh pada Lampiran 5.
E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT.
Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau kawasan,
mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau IP-nya,
serta anggota kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi.
2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha yang di dalamnya
terdapat satu unit LL seluas 1 ha.
3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang berasal dari
hamparan seluas 25 ha.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 42
4. Memiliki Pemandu Lapangan.
F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT.
1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang
lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.
3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah
(BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompoktani
yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.
5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompoktani
namun dapat pula rekening gabungan kelompoktani (Gapoktan). Jika
menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar
kelompoktani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana
bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup
mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana
terlihat dalam Lampiran 7.
7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung
lainnya, bilamana bantuan pemerintah tersebut tidak mencukupi/kurang.
8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
G. Bantuan SL-PTT.
Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah, padi
pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida lahan kering,
jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai stimulan direncanakan
mendapat sarana produksi (pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik,
kapur pertanian, herbisida), sedangkan pertemuan kelompoktani,
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 43
insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan
aparat) dan papan nama diberikan pada setiap 25 ha dalam kawasan
1.000 ha baik kawasan pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.
Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut :
1. Areal Laboratorium Lapangan (LL) pada kawasan pertumbuhan,
pengembangan, dan pemantapan mendapatkan bantuan saprodi
(urea, NPK, pupuk organik, herbisida dan kapur pertanian).
2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan pengembangan
mendapatkan bantuan saprodi yang volume dan jenisnya tidak
sebesar pada lokasi LL. Kekurangan saprodi agar dapat dipenuhi
secara swadana.
3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak mendapatkan
bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada areal tersebut diharapkan
dapat disediakan melalui swadana dan/atau dari sumber-sumber
lainnya.
Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah
disetujui oleh PPL, BPTP, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP
Provinsi setempat.
Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk pelaksanaan
SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut
ini :
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 44
Tabel 10. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014
No Uraian Area l (Ha) Biaya/Ha Instrumen Stimulan
1 Kawas an SL_PTT Padi
A Kawasan Pertumbuhan 2000
a. Padi Inbrida Sawah SL 1,920 1,414,000
Saprodi di luar benih
Pertemuan 8 ka l i
LL 80 1,059,000
Tota l 2,000
B Kawasan Pengembangan 12,000
a. Padi Inbrida Sawah LL 200 1,344,900
Saprodi di luar benih
Pertemuan 8 ka l i
SL 4,800 762,400
Total 5,000
b. Padi Hibrida LL 280 1,402,400,
Saprodi di luar benih
SL 6,720 762,400 Pertemuan 6 ka l i
Total 7,000
C Kawasan Pemantapan 201,000
a. Padi Inbrida LL 7,840 1,276,600
Saprodi di luar benih
Pertemuan 4 ka l i
SL 188,160 21,600
Total 196,000
b. Padi Inbrida Lahan
Kering LL 4,800 1,276,600 Saprodi di luar benih
Pertemuan 4 ka l i
SL 200 21,600
Total 5,000
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 45
No Urai an Areal (Ha) Biaya/Ha Instrumen Stimulan
2 Kawasan SL_PTT JAgung
A Kawasan Pertumbuhan 2000
a . Jagung Komposi t LL 80 1,664,000
saprodi di luar benih
Pertemuan kelompok 8 kal i
SL 1,920 364,000
Tota l 2,000
B Kawasan Pengembangan 8,000
a . Jagung Hi bri da LL 320 1,042,000
saprodi di luar benih
SL 7,680 257,000 Pertemuan kelompok 5 kal i
Total 8,000
C Kawasan Pemantapan 6,000
a . Jagung Hi bri da LL 240 716,600
saprodi di luar benih
Pertemuan kelompok 4 kal i
SL 5,760 21,600
Total 6,000
Khusus untuk padi lahan kering/gogo, padi pasang surut dan padi rawa
lebak apabila benih varietas unggul bermutu tidak tersedia, maka dapat
menggunakan varietas unggul lokal yang telah beradaptasi dengan baik
dan ditanam oleh petani di wilayah tersebut dan sumber pembiayaannya
berasal dari swadaya petani pelaksana SL-PTT. Penggunaan varietas
tersebut disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk
kemudian disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi kepada
Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT
Mekanisme pelaksanaan SL-PTT yang meliputi : persiapan,
mengorganisasian kelas, penerapan metode belajar, menciptakan dan
menghidupkan dinamika kelompok, monitoring dan evaluasi serta
pelaporan oleh pemandu lapangan berpedoman pada Pedoman Teknis
SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 atau tahun sebelumnya sepanjang
tidak bertentangan satu sama lain.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 46
I. Pertemuan Kelompok SL-PTT.
Pertemuan kelompok dalam areal SL dan LL disesuaikan dengan kawasan
dimana SL-PTT tersebut dialokasikan. Pada kawasan pertumbuhan,
pertemuan minimal 8 kali pertemuan, pada kawasan pengembangan
minimal 6 kali pertemuan dan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali
pertemuan. Oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan
waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat
dihadiri dan tidak mengganggu/merugikan waktu petani.
Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan
di lokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta
dipandu oleh Pemandu Lapangan.
Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT dan bertempat di
areal LL. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Petugas
Lapangan (Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Peneliti dan Aparat).
Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat diatur
dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) SL-PTT yang
disusun/dibuat oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih
rinci dan jelas guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda oleh
petugas lapangan.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 47
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT
A. Pengorganisasian SL-PTT.
Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari
kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu
dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim
pelaksana tingkat kabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.
Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi ditetapkan
dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta
kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.
Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksana tingkat kabupaten/kota
dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi
pelaksanaan SL-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari
tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko
SL-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO
P2BN seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011
tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan
Pengembangan, Dan Penyuluh Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN).
B. Operasionalisasi SL-PTT.
Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas program dan
kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan SL-PTT.
Tim Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan mengorganisir
Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan SL-
PTT sesuai sasaran. Pembinaan dilakukan mulai sejak perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan evaluasi.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 48
Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota dan kecamatan melakukan
langsung pelaksanaan SL-PTT dengan mengorganisir dan menggerakkan
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT,
PBT, Kepala Desa, Babinsa, Kelompoktani, dan petani dalam
melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pengorganisasian/ gerakan
dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan serta
evaluasi. Tim Pelaksana Kabupaten/Kota juga melakukan administrasi
kegiatan sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku .
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 49
VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGA DAAN
A. Pembiayaan .
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung tahun 2014
berasal dari APBN yang dialokasikan pada Belanja Bantuan Sosial untuk
pemberdayaan sosial (Akun 573111).
Adapun tujuan dari pemberian bantuan sosial tersebut adalah sebagai
upaya meningkatkan kemampuan kelompoktani padi dan jagung dalam
mengelola dan mengembangkan usahataninya secara mandiri dan
berkelanjutan.
Proses pemberdayaan difasilitasi oleh aparat Provinsi/Kabupaten/ Kota
dengan menciptakan iklim kondusif sehingga masyarakat mampu
mengenali permasalahan yang dihadapi, memecahkan masalahnya
sendiri, serta mampu mengembangkan dan memperkuat dirinya sendiri
untuk menjadi mandiri. Pemberdayaan merupakan proses pembelajaran
yang perlu dilakukan secara terus-menerus guna menggali potensi
yang dimiliki oleh masyarakat/pelaku agribisnis.
Kemandirian dapat terwujud apabila kelompok/gabungan kelompok/
lembaga bersama anggotanya mampu mengembangkan
usahataninya/kegiatannya secara musyawarah, transparan, dan akuntabel
untuk dapat mandiri dalam mengelola kelembagaan, manajemen, dan
usaha pertaniannya. Dengan demikian, fokus pemberdayaan kelompok
diarahkan untuk memotivasi anggota 62 kelompok/gabungan
kelompok/lembaga dalam mengembangkan kelembagaan masyarakat,
manajemen, dan usaha-usaha produktif di bidang pertanian. Proses
pemberdayaan kelompok dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran
kelompok/gabungan kelompok/ lembaga dalam mengembangkan
usahanya secara partisipatif . Mengingat proses pemberdayaan
memerlukan waktu yang cukup panjang, maka kegiatan pemberdayaan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 50
perlu dirancang secara sistematis dengan tahapan kegiatan yang jelas
dan dilakukan terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup
berdasarkan kemampuan dan potensi usaha agribisnis masyarakat.
Pemberi bantuan sosial dalam pelaksanaan SL-PTT adalah Kementerian
Pertanian cq Direktorat Jenderal Tanaman, dengan penerima bantuan
tersebut adalah Kelompoktani. Alokasi anggaran berupa dana Tugas
Pembantuan yang diletakkan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
pelaksana SL-PTT. Sedangkan persyaratan penerima bantuan di masing-
masing lokasi (penentuan calon lokasi, penentuan calon
petani/kelompoktani, dll) seperti telah diuraikan di atas dengan
persetujuan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Adapun tata kelola pencairan dana belanja bantuan sosial tersebut kepada
kelompoktani pelaksana SL-PTT melalui transfer uang langsung ke
rekening kelompok tani atau gabungan kelompoktani, dengan jadwal
pelaksanaan penyaluran belanja bantuan sosial tersebut disesuaikan
dengan kondisi di masing -masing daerah.
B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT.
1. Mekanisme Penetapan Penerima Belanja Bantuan Sosial Melalui
Transfer Uang
1.1. Perencanaan dan Sosialisasi Perencanaan pengelolaan dana
Belanja Bantuan Sosial ini dilaksanakan mulai di tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mencakup pembentukan Tim
Teknis, penyusunan Juknis, rencana seleksi Calon Penerima dan
Calon Lokasi (CP/CL), penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial,
pembinaan dan pelaporannya.
Pedoman Teknis dari Direktorat Jenderal/Badan
lingkupKementerian Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaan yang
diterbitkan oleh Provinsi mengacu kepada Pedoman Pengelolaan
Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 51
2014. Juknis disusun untuk mengatur hal-hal yang belum jelas
dan belum diatur dalam Pedoman ini, dan agar disusun secara
fleksibel denganmemperhatikan aspirasi dan kondisi masing-
masing wilayah.
Dalam rangka penerapan prinsip pengarusutamaan gender, maka
perlu diperhatikan peran perempuan dalam hal : (1) partisipasi, (2)
akses, (3) kontrol, dan (4) menikmati manfaat untuk jenis/output
kegiatan yang menjadi pilot projek pengurusutamaan gender.
Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan
persepsi,membangun komitmen, transparansi, dan akuntabilitas
pelaksanaan program pembangunan pertanian. Kegiatan
sosialisasi ini juga sekaligus untuk menampung aspirasi
masyarakat melalui konsultasi publik (public
consultation),sehingga pemanfaatan Dana Belanja Bantuan
Sosial dapat lebih terarah dan bermanfaat bagi masyarakat
pertanian.
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai ditingkat
pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sampai tingkat
desa/kelompok. Sosialisasi di tingkat desa/kelompok bertujuan
untuk membangun komitmen, transparansi pelaksanaan
kegiatan, meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam
pembangunan pertanian,serta menjelaskan hak, kewajiban,
sanksi, dan penghargaan bagi kelompok sasaran yang akan
mengelola dana Belanja Bantuan Sosial.
1.2. Kriteria Calon Penerima Dana
Kriteria calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial disusun
sebagai dasar untuk melakukan seleksi calon penerima dana Belanja
Bantuan Sosial agar sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang
ditentukan. Kriteria calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial
mencakup kriteria
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 52
umum calon petani/kelompok tani/gapoktan/lembaga, kriteria calon
lokasi dan kriteria teknis.
a. Kriteria umum calon petani/kelompok tani/ gapoktan/lembaga
penerima dana antara lain:
1) Petani yang tergabung dalam suatu kelompok usaha harus
memiliki nama kelompok, nama ketua kelompok dan alamat
yang jelas;
2) Kelompok tani/gapoktan penerima dana bantuan sosial yang
menghadapi keterbatasan permodalan pengembangan usaha
tani yang memiliki potensi untuk dikembangkan;
3) Kelompok tani /gapoktan yang mengalami risiko sosial;
4) Lembaga yang berperan dalam pengembangan usaha
pertanian
b. Kriteria khusus calon lokasi penerima dana bantuan
sosial antara lain:
1) Calon lokasi tersebut layak dan/atau berpotensi ditumbuh/
kembangkan usaha pertanian;2) Jenis usaha tani petani
(hulu, on farm, hilir) yang akan dikembangkan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan petani;
2) Jenis dan volume dana yang akan disalurkan disesuaikan
dengan kondisi agro-ekosistem dan kebutuhan kelompok tani.
c. Kriteria teknis calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial
disusun oleh masing-masing eselon-I lingkup Kementerian
Pertanian sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan
dituangkan ke dalam Pedoman Teknis.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 53
1.3. Penetapan Penerima Da na
a. Seleksi CP/CL
Seleksi CP/CL secara umum meliputi seleksi administrasi dan
seleksi aspek teknis dengan tahapan meliputi seleksi daftar
panjang (long-list), daftar sedang (medium-list), dan daftar pendek
(short-list). Adapun tahap seleksi CP/CL adalah seluruh
usulan/proposal yang masuk direkapitulasi menjadi daftar long-
list calon petani/calon lokasi penerima dana Belanja Bantuan
Sosial Kementerian Pertanian. Selanjutnya dari daftar panjang
(long-list) dilakukan proses seleksi administrasi.
Seleksi administrasi meliputi verifikasi nama kelompok, nama
ketua kelompok, alamat kelompok, jenis usaha kelompok,
besarnya usulan dana Belanja Bantuan Sosial, sesuai dengan
data yang terdapat di dalam usulan/proposal. Bagi CP/CL yang
lulus seleksi administrasi direkapitulasi ke dalam daftar sedang
(medium-list).
Berdasarkan daftar sedang (medium-list), Tim Teknis melakukan
seleksi aspek teknis dengan cara verifikasi/membandingkan
kesesuaian antara kondisi di lapangan dengan data
usulan/proposal. Bagi CP/CL yang lulus seleksi teknis
direkapitulasi ke dalam daftar pendek (short-list).
b. Penerima Dana
Berdasarkan daftar pendek (short-list) CP/CL, untuk kegiatan
Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, maka Tim Teknis
mengusulkan kepada Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup
Pertanian Kabupaten/Kota untuk ditetapkan menjadi calon
penerima dana Belanja Bantuan Sosial. Selanjutnya berdasarkan
usulan Tim Teknis tersebut, Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas/Badan/Kantor lingkup Pertanian Kabupaten/Kota
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 54
mengesahkan Kelompok Tani Penerima dana Belanja Bantuan
Sosial.
Untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi,
proses seleksi CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis Provinsi dan
Penetapan Penerima dana Belanja Bantuan Sosial oleh Kepala
Dinas/Badan/Kantor lingkup Pertanian Provinsi, sedangkan untuk
kegiatan Pusat, proses seleksi CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis
Pusat dan penetapan penerima dana Belanja Bantuan Sosial oleh
Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian atau
Keputusan Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian
Pertanian atas nama Menteri Pertanian.
Kelompok sasaran yang telah ditetapkan dengan Keputusan
tentang penetapan penerima dana Belanja Bantuan Sosial berhak
menerima dana Belanja Bantuan Sosial. Selanjutnya kelompok
sasaran penerima dana Belanja Bantuan Sosial harus menyusun
Rencana Usaha Kelompok (RUK) sebagai dasar untuk
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.
2. Prosedur Pengajuan dan Penyaluran Dana
2.1. Pengajuan Dana
Proses pengajuan dana Belanja Bantuan Sosial Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2014 pada DIPA Tugas Pembantuan
Kabupaten/Kota dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun olehkelompok
tani/lembaga terpilih dan disahkan/ditandatangani ketua
kelompok/lembaga serta dua anggota kelompok.
b. Kelompok tani/lembaga terpilih membuka rekening tabungan
pada Bank Pemerintah Terdekat dan memberitahukan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kabupaten/Kota.
c. Ketua kelompok tani/lembaga mengusulkan RUK
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 55
kepada PPK Kabupaten/Kota. Setelah diverifikasi oleh Penyuluh
Per tanian/ petugas lapangan lainnya dan disetujui oleh Ketua
Tim Teknis; dan
d. PPK meneliti RUK dari masing – masing kelompok yang akan
dibiayai dan selanjutnya mengajukan RUK kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA).
2.2. Penyaluran Dana
Proses penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial yaitu KPA
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)
sebagai berikut:
a. Keputusan Dirjen/Kepala Badan di tingkat pusat atau Keputusan
Bupati/Walikotaatau Kepala Dinas/Badan/ Kantor lingkup
Pertanian atau pejabat yang ditunjuktentang Penetapan
Kelompok Sasaran;
b. Rekapitulasi RUK secara umum mencantumkan:
1) Nama kelompok tani/lembaga;
2) Nama ketua kelompok tani/lembaga;
3) Nama petani anggota kelompok tani/lembaga;
4) Nomor rekening a.n. petani/ketua kelompok
tani/lembaga;
5) Nama Bank Pemerintah terdekat; dan
6) Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok tani.
c. Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok
tani/lembaga dan diketahui/disetujui oleh PPK Kabupaten/Kota
yang bersangkutan;
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 56
d. surat perjanjian kerjasama antara PPK dengan kelompok
sasaran tentang pemanfaatan dana Belanja Bantuan Sosial
kelompok tani;
e. atas dasar SPP-LS, Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM)
menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung
(SPM-LS), selanjutnya disampaikan SPM-LS ke KPPN setempat;
dan
f. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk kegiatan Belanja Bantuan Sosial transfer uang yang dananya
ditampung pada pos Belanja Bantuan Sosial pada DIPA Pusat
dan DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi, maka
pengajuan dan penyaluran Belanja Bantuan Sosial mengikuti pola
tersebut diatas. Namun, penyebutan nama KPA dan PPK dan
lainnya disesuaikan dengan Satker tersebut berada.
3. Prosedur Pencairan dan Pemanfaatan Dana
3.1. Prosedur Pencairan Dana
Prosedur pencairan dana Belanja Bantuan Sosial Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2014, antara lain:
a. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menerima dana
Belanja Bantuan Sosial melalui transfer ke rekening kelompok
dari Bank Pemerintah;
b. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menggunakan
dana Belanja Bantuan Sosial tersebut sesuai dengan RUK yang
disetujui oleh PPK (di Pusat dan Dinas/Badan/Kantor lingkup
pertanian Provinsi, maupun lingkup Pertanian Kabupaten/Kota);
c. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menarik uang
yang ada di rekening bank secara bertahap sesuai dengan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 57
tahapan pengadaan yang akan dilakukan kelompok dan jadwal
kegiatan;
d. besarnya uang pada setiap penarikan dari rekening bank
disesuaikan dengan besarnya kebutuhan belanja yang
bersangkutan;
e. proses pengadaan dilakukan dengan didahului survey pasar,
survey harga, dan mempelajari jenis/kualitas barang yang akan
dibeli;
f. proses pengadaan barang oleh kelompok tani terpilih dilakukan
secara transparan dan memperhatikan prinsip-prinsip efisiensi
dan efektivitas dari barang yang akan dibeli dan disaksikan oleh
tokoh masyarakat atau aparat desa setempat; dan
g. hasil dari pembelian dimanfaatkan oleh kelompok tani terpilih dan
dicatat/dibukukan menjadi aset kelompok.
3.2. Prosedur Pemanfaatan Dana
Prosedur pemanfaatan dana Belanja Bantuan Sosial sebagai berikut:
a. seluruh transaksi kelompok dibukukan secara sederhana;
b. bukti/kuitansi pembelian disimpan;
c. bukti serah terima hasil pembelian kepada anggota kelompok
dibukukan;
d. Ketua kelompok tani terpilih wajib membuat laporan rutin penggunaan
dana Belanja Bantuan Sosial kepada PPK;
e. seluruh aset kelompok dirawat dan dikelola dengan baik;
f. dana Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk usaha produktif sehingga
diperoleh keuntungan yang memadai; dan
g. sebagian dari keuntungan kelompok dimanfaatkan untuk pemupukan
modal, memperluas dan memperbesar skala usaha, mengembangkan
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 58
unit usaha pertanian yang potensial serta memperkuat kelembagaan
yang ada.
Mekanisme pencairan dana bantuan sosial bagi pelaksanaan SL-PTT
Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Selanjutnya, hal-hal lain yang berkaitan dengan belanja bantuan sosial
secara lebih rinci dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2014.
C. Mekanisme Pengadaan.
1. Dana yang telah dicairkan oleh kelompoktani dipergunakan untuk
membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana
yang telah tertuang pada RUK yang telah disetujui oleh Ketua
Kelompoktani, Bendahara Kelompoktani dan Penyuluh/Petugas
Pertanian, dengan contoh blanko disajikan pada Lampiran 6.
2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau
di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK.
3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT,
Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Menyimpan tanda bukti (kwitansi) pembelian saprodi.
b. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima.
c.Mencatat semua nomor seri karung/kantung/ botol/sachet
pupuk/saprodi yang dibeli.
d. Membuat surat pernyataan Penerimaan Dana Bantuan Sosial SL-
PTT sebagaimana terlihat dalam Lampiran 7.
e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk
menjaga mutu.
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh
terhadap penyaluran dan penggunaan Dana Bantuan Sosial bagi
pelaksanaan SL-PTT oleh petani/kelompoktani.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 59
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT selain berasal dari APBN
(Dana Tugas Pembantuan) dalam bentuk Belanja Bantuan Sosial, juga
didukung oleh APBN (Dana Dekonsetrasi) dan APBD maupun dana
dari pihak swasta, stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin
pembuat pupuk organik, alsintan pascapanen melalui dana tugas
pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana
dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi ataupun dana APBN
sesuai dengan ketersediaan dana.
2. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH,
sesuai dengan ketersediaan dana.
3. Bantuan pengawalan, pendampingan, pembinaan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan SL-PTT melalui dana tugas pembantuan di
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana dekonsentrasi di Dinas
Pertanian Provinsi.
4. Bantuan pendampingan SL-PTT oleh PPL, POPT dan PBT melalui
dana BOP masing-masing Institusi.
5. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana
APBN pada BPTP/Badan Litbang.
6. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang
agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian
Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 60
VIII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik
mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan.
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SL-
PTT di provinsi dan kabupaten sesuai dengan ketersediaan dana.
B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan
pelaksanaan SL-PTT di kabupaten diharapkan minimal 2(dua) kali
selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana.
C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di
tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana SL-PTT diharapkan minimal
4(empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan
dana. Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT dalam
menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran
distribusi bantuan SL-PTT dll.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi,
Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.
Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti diutamakan pada kawasan
pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan yang disesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana yang ada di masing-
masing BPTP setempat. Pendampingan dan pengawalan SL-PTT perlu
mengedepankan teknologi spesifik lokasi yang sinergisitas, yakni
teknologi yang mengutamakan peningkatan produktivitas dan
pengurangan kehilangan hasil serta pendekatan teknologi yang
memperhatikan sub-ekosistem setempat. Disamping melakukan
pengawalan dan pendampingan, peneliti/ BPTP dapat melakukan display
varietas berdampingan dengan lokasi SL-PTT.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 61
IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan
sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten
sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran
9. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang
telah dicapai dll.
B. Evaluasi.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan
Kabupaten setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai
sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran
9. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2)
Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di
lokasi SL-PTT dan LL, 4) Penerapan komponen teknologi PTT, dan 5)
Ubinan SL-PTT.
C. Pelaporan.
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi, kabupaten/kota
dan kecamatan serta desa/unit SL-PTT secara periodik setiap bulan.
Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke
Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Budidaya Serealia. Laporan
meliputi pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, dll sebagaimana
terlihat dalam format laporan (Lampiran 8, 9, 10, 11 dan 12). Laporan
akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya
dll. Dilaporkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi NTB dan akan disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia Jl.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 62
AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) 7806262 ;
Faximile (021) 7802930 ;email. [email protected].
Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan
anggaran Tahun 2015 sebagai penerapan azas reward and punishment.
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 63
X. PENUTUP
Peningkatan produktivitas padi dan jagung melalui peningkatan kualitas
SL-PTT dengan pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
melalui pendekatan kawasan skala luas, merupakan salah satu terobosan
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
pencapaian sasaran produksi padi dan jagung nasional.
SL-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani
apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik
hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan SL-
PTT yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.
Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola gerakan yang
seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai
lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa karena sasaran yang
diminta luar biasa, dari seluruh pelaku usaha, pemangku kepentingan dan
masyarakat tani, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan
masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.
Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam mendukung
setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah termasuk SL-
PTT. Untuk itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/
Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan
pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan SL-PTT dan
pengembangan produksi padi dan jagung di wilayahnya untuk
meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Sebagai catatan penting
bahwa pelaksanaan SL-PTT diharapkan sebagai upaya untuk mencapai
sasaran produksi tahun 2014 .