JURNAL 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

statistik-uji anova

Citation preview

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    1/17

    RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI, SEBELUM ADOPSI IFRS DAN

    SETELAH ADOPSI IFRS PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DALAM BURSA

    EFEK INDONESIA

    Yuro Bimo Kusumo

    Imam Subekti

    Universitas Brawijaya, JL. MT. Haryono 165, MalangEmail: [email protected]

    Abstract: This study aimed to explore the value relevance of accounting information in the period

    before and after the adoption of IFRS in Indonesia . This study uses the value of accounting earningsand book value of equity as a proxy for the value relevance of accounting information . Quality ofaccounting information can be seen on the relevance of accounting information in the decision-making

    of investors as reflected in the stock price . Adoption of IFRS -based standards are not predicted toimprove the quality of accounting information due to spesific environmental factors in Indonesia . The

    population of this research is a listed public company on the Indonesia Stock Exchange in the period2009-2012 . The results showed that the adoption of IFRS -based standards in Indonesia have not beenable to improve the quality of accounting information . this is due to only the relevance of equity book

    value are increased , while the relevance of accounting earnings with investment decisions as reflectedin the stock price does not increase significantly in the period after the adoption of IFRS.

    Keyword: Value relevance,Accounting Earnings, Book Value of Equity, IFRS adoption.

    Pendahuluan

    Pertemuan negara-negara anggota G-20 di London pada 2 April 2009 telah membuat keputusan, salahsatunya adalah penetapan satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi dalam rangkamenyediakan informasi keuangan yang berkualitas (Wirahardja, 2010). Demi tujuan tersebut

    International Accounting Standards Committee (IASC) dan International Accounting Standards Board(IASB) sebagai badan penyusun standar pelaporan keuangan Internasional telah menerbitkan principles-based standards yang disebut sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS) dan

    sebelumnyaInternationalAccounting Standards (IAS).

    Terdapat beberapa keuntungan dalam mengadopsi IFRS yaitu memudahkan pemahaman atas laporankeuangan dengan penggunaan StandarAkuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhancecomparability). Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Menurunkan biaya modaldengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Menciptakan efisiensi

    penyusunan laporan keuangan (Wirahardja, 2010). Terdapat kelemahan dalam mengadopsi IFRS yang

    diantaranya adalah 1) Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya. 2) IFRS berganti terlalucepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam prosesmengganti IFRS tersebut. 3) Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    2/17

    bahasa Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah. 4) Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untukmengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. 5)

    Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS. 6) Support pemerintahterhadap issue konvergensi (Hidayat, 2011).

    Indonesia sebagai anggota G-20 sepakat untuk menganut IFRS sebagai standar pelaporan keuangannya

    yang merupakan pengganti dari GAAP. Kesepakatan untuk menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listed companies) merupakan salah satu perubahan palingsignifikan dalam sejarah regulasi akuntansi (Daske, Hail, Leuz, dan Verdi. 2008). Lebih dari 100 negara

    telah mengadopsi IFRS, diharapkan penerapan IFRS dapat memudahkan komparabilitas laporankeuangan, meningkatkan transparansi, dan kualitas pelaporan keuangan.

    Manfaat IFRS/IAS dalam meningkatkan kualitas informasi akuntansi menunjukkan perbedaan hasilpenelitian. Sebagai contoh, hasil penelitian yang mendukung yaitu Bartov, Goldberg, dan Kim (2005),

    Liu dan Liu (2007), Barth, Landsman, dan Lang (2008), juga Alali dan Foote (2012) menunjukkaninformasi akuntansi yang telah disusun berdasar IFRS/IAS lebih meningkatkan kualitas informasiakuntansi dibandingkan informasi akuntansi yang disusun berdasar standar akuntansi sebelumnya.

    Sebaliknya, hasil penelitian yang menolak seperti Meulen, Gaeremynck dan Willekens (2007), Hung dan

    Subramayam (2007), serta Karampinis dan Hevas (2011) menunjukkan bukti empiris yang bertentanganyaitu tidak ada peningkatan signifikan dalam kualitas informasi akuntansi setelah adopsi IFRS.

    Relevansi nilai dari nilai buku dan laba dapat melihat dampak dari penerapan IFRS terhadap kualitas

    informasi akuntansi, mengingat peran penting dari penilaian ekuitas dalam kerangka konseptual IFRS.Sebagai pengguna laporan keuangan kita dapat melihat nilai buku dan laba sebagai pendeskripsirangkuman dari laporan keuangan dan sebagai indikator untuk melihat perubahan nilai relevan setelah

    penerapan IFRS. Nilai relevan yang lebih besar adalah salah satu dimensi dari kualitas akrual dan kualitasakrual yang lebih tinggi dapat diterjemahkan ke dalam biaya modal yang lebih rendah.

    Penelitian ini bertujuan menguji bahwa relevansi nilai informasi akuntansi perusahaan-perusahaan publik

    di Indonesia lebih tinggi pada saat adopsi IFRS. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian akanmenganalisis perbedaan kualitas informasi akuntansi pada periode sebelum dan sesudah adopsi IFRS

    (pre-IFRS period vs. post- IFRS period). Mengikuti penelitian sebelumnya oleh Clarkson, Hanna,Richardson, dan Thompson; 2010 kualitas informasi akuntansi diukur dengan proksi yaitu relevansi nilai(value-relevance) dari nilai buku dan laba. Informasi akuntansi yang berkualitas tinggi adalah informasi

    dengan tingkat relevansi nilai yang tinggi (Barth, Landsman, dan Lang. 2008). Konsisten denganpenelitian-penelitian tersebut, penelitian ini menganalisis pengaruh secara keseluruhan adopsi IFRS danbukan pengaruh dari setiap standar yang diadopsi.

    Telaah Litelatur

    Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

    Teori atau model-model valuasi, yaitu teori atau model yang menghitung nilai perusahaan, padaumumnya mengacu pada konsep nilai dalam teori ekonomi neoklasik (Ohlson, 1995). Teori ekonomi

    tersebut menyatakan, nilai sebuah perusahaan adalah sebesar nilai sekarang dividen ekspektasian (berupaaliran kas bersih yang akan diterima dari perusahaan tersebut pada masa-masa mendatang). Teknik

    perhitungan ini disebut dengan teknik kapitalisasi dividen. Hubungan antara nilai perusahaan dan dividendapat dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    3/17

    NP adalah nilai perusahaan, RF adalah satu ditambah suku bunga bebas risiko, D adalah dividen, dannotasiEt[.] menunjukkan nilai ekspektasi yang besarnya tergantung pada informasi pada waktu t. Secarateoretis tidak ada yang salah dalam formula di atas, namun aplikasi praktisnya akan menemukan kesulitankarena setiap orang memiliki keyakinan dan preferensi yang berbeda-beda. Keyakinan yang berbeda akanmenghasilkan prediksi yang berbeda mengenai saat dan jumlah dividen yang akan diterima, sementara

    perbedaan preferensi akan menyebabkan perbedaan perhitungan nilai sekarang hasil prediksi tersebut.Karena tidak adanya nilai yang objektif, maka sering dikatakan bahwa nilai adalah sebuah konsep yangtak terdefinisi (Beaver, 1989).

    Teori surplus bersih (clean surplus theory) menyatakan bahwa nilai perusahaan tercermin pada data-data

    akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan (Ohlson 1995, serta Feltham & Ohlson, 1995). Teori inimengasumsikan bahwa investor memiliki keyakinan dan preferensi yang homogen. Asumsi yang kedua

    adalah terdapat hubungan surplus bersih antara ekuitas dan laba. Hubungan surplus bersih ini berartibahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal, berupa pembagian dividen atau

    penambahan modal, berasal dari transaksi modal, berasal dari laba perusahaan. Laba yang memenuhisyarat surplus bersih tersebut dalam akuntansi dikenal dengan laba komprehensif. Hubungan surplus

    bersih dapat dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.

    NB adalah nilai buku ekuitas, L adalah laba yang memenuhi syarat surplus bersih, dan sama dengansebelumnya D adalah dividen. Dalam teori ekonomi dikenal adanya istilah laba normal, yaitu laba padatingkat bunga bebas risiko. Dalam teori surplus bersih, laba di atas jumlah laba normal tersebut disebut

    dengan laba abnormal.

    Dalam bentuk notasi, perhitungan laba abnormal dapat dinyatakan sebagai berikut.

    LA adalah laba abnormal, sedangkan notasi lainnya sama dengan sebelumnya. Dengan menggabungkanpersamaan (2) dan (3) maka akan diperoleh persamaan:

    Persamaan di atas menunjukkan bahwa dividen dapat dinyatakan berdasarkan data akuntansi, yaitu laba

    abnormal dan nilai buku ekuitas. Teori ekonomi menyatakan bahwa dalam jangka panjang perusahaanhanya akan memperoleh laba normal, yaitu laba pada tingkat bunga bebas risiko. Jika saat ini perusahaan

    dalam suatu industri rata-rata menghasilkan laba di atas laba normal, maka pesaing baru akan masuk danmenekan tingkat laba tersebut kembali ke laba normal. Demikian pula sebaliknya jika tingkat laba suatuindustri menurun sampai di bawah laba normal, maka sebagian perusahaan akan keluar dari industri

    sehingga meningkatkan laba perusahaan yang masih bertahan dalam industri tersebut.

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    4/17

    Dengan menggunakan sisi kanan persamaan (4) di atas sebagai pengganti D pada persamaan (1) dandengan asumsi bahwa dalam jangka panjang laba abnormal adalah nol, maka akan dihasilkan persamaan:

    Persamaan (5) merupakan formula akhir yang telah lama dikenal dalam model valuasi surplus bersih.Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan adalah sebesar nilai buku ekuitas ditambah nilaisekarang seluruh laba abnormal ekspektasi, yang diberi istilahgoodwill. Sebagai catatan,goodwilldalam

    teori valuasi memiliki arti yang berbeda dari penggunaannya sebagai istilah teknis dalam akuntansi.

    Aplikasi persamaan (5) dalam valuasi dilakukan dengan mengkapitalisasi prediksi laba abnormal

    selama beberapa tahun ke depan, misalnya lima tahun, ditambah dengan suatu nilai akhir ( terminal value)pada akhir periode prediksi. Nilai akhir tersebut umumnya menggunakan asumsi tingkat pertumbuhan

    yang stabil sampai waktu tak terhingga. Teknik penentuan nilai perusahaan dengan cara ini telahdilakukan misalnya oleh Frankel dan Lee (1998). Kelemahan pendekatan tersebut adalah tidak adanyadasar teori untuk menentukan nilai akhir sehingga selalu ditetapkan secara ad hoc. Mengatasi masalah

    penentuan nilai akhir di atas dengan mengasumsikankan bahwa laba abnormal memiliki perilaku runtut-

    waktu tertentu sehingga nilai perusahaan dapat dihitung berdasarkan data akuntansi sekarang dan satuperiode ke depan (Ohlson, 1995).

    Model Valuasi Ohlson

    Perumusan sebuah model valuasi tertutup (closed-form) yang didasarkan atas asumsi perilakuruntut-waktu laba abnormal sebagai berikut.

    Dalam persamaan (6a) dan (6b) di atas VL adalah dampak variabel lain (nonakuntansi) pada nilaiperusahaan. VL mencerminkan nilai yang berasal dari transaksi atau kejadian yang mempengaruhi nilaiperusahaan tetapi belum terdeteksi (belum dibukukan) oleh akuntansi. Parameter pada persamaan (6a)menunjukkan tingkat persistensi laba abnormal, yaitu berapa persen laba abnormal dalam suatu periode

    akan diperoleh kembali pada periode berikutnya. Parameter pada persamaan (6b) menunjukkanpersistensi informasi lain (VL). Mengasumsikan bahwa nilai dan adalah tetap dan diketahui. Dengan

    asumsi bahwa rata-rata laba abnormal dalam jangka panjang adalah nol maka nilai kedua parametertersebut diasumsikan berada dalam batasan 0 < 1. Kedua persamaan tersebut diberi istilah linearinformation dynamics (disingkat LID), yaitu asumsi mengenai perilaku laba abnormal yang merupakankontribusi dalam teori surplus bersih (Ohlson, 1995).

    Jika nilai perusahaan adalah sebesar nilai sekarang dividen ekspektasian, dan asumsi hubungan surplus

    bersih terpenuhi, maka dengan menggunakan asumsi LID di atas merumuskan formula perhitungan nilaiperusahaan sebagai berikut (Ohlson, 1995).

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    5/17

    Persamaan (7), yang dikenal sebagai model Ohlson menunjukkan bahwa nilai perusahaan adalah sebesarnilai buku ekuitas ditambah laba abnormal dan pengaruh variabel lain yang masing-masing dikalikan

    dengan sebuah konstanta (1 dan 2). Formulasi nilai perusahaan di atas mengejutkan karena diturunkansecara sederhana, namun berhasil menghilangkan keharusan memprediksi dividen dalam menghitungnilai perusahaan dengan hasil valuasi yang justru identik dengan nilai sekarang seluruh dividenekspektasian.

    Relevansi Nilai Berdasarkan Pri ce Model dan Return M odel

    Secara garis besar, model valuasi yang umumnya digunakan dalam studi relevansi nilai dibagi menjadi 2,yaitu model harga dan model return. Kedua model ini mempunyai pondasi teoritis yang sama, namun

    kekuatan penjelas ) regresi model harga lebih besar dibandingkan dengan model return. Hal ini

    dikarenakan model harga merefleksikan efek kumulatif dari variabel-variabel akuntansi dengan harga

    saham. Efek kumulatif variabel-variabel akuntansi ini berisi stale component dan surprise component,yang merupakan skala yang dipresentasikan oleh perusahaan. Skala ini pada model regresi akan

    memberikan hubungan yang erat antara variabel informasi akuntansi dengan harga saham, karena

    informasi akuntansi saat ini berisi informasi mengenai ekspektasi aliran kas bersih dimasa mendatangyang akan dijadikan sebagai dasar dalam penilaian saham (Kothari & Zimmerman, 1995). Sebaliknyadalam model return, efek kumulatif variabel-variabel akuntansi yang berisiscale component dansurprisecomponent ini tidak relevan dalam menjelaskan tingkat pengembalian (return) saat ini serta akan

    menghasilkan koefisien slope yang bias sehingga hal ini menunjukkan bahwa model return hanyamemberikan penjelasan yang lemah dalam pengujian hubungan informasi data akuntansi dengan returnsaham.

    Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan kelebihan dan kekuatan kerangka konseptual kedua modelini. Hasil penelitian Kothari & Zimmerman (1995) menyatakan bahwa model harga dapat menghasilkanearning response coefficient (ERC) yang kurang bias meskipun model harga memiliki permasalahan

    serius secara ekonometrik daripada model return. Goenedes & Dopuch (1974) menjelaskan bahwa modelreturnsecara teoritis lebih superior dibandingkan model harga. Lev & Ohlson (1982) menjelaskan bahwa

    penggunaan kedua model dapat saling melengkapi (bersifat komplementer).

    Indra & Syam (2004) menjelaskan bahwa pada saat model harga digunakan sebagai model penilaian,relevansi nilai dari data akuntansi mengalami peningkatan sejalan dengan waktu (over time). Sedangkan

    pada saat model return digunakan sebagai model penilaian, relevansi nilai dari data akuntansimenunjukkan penurunan sejalan dengan waktu. Penurunan yang signifikan pada model return ini

    mengindikasikan variabel-variabel akuntansi secara bersamaan tidak berperan dalam pengambilankeputusan investor. Variabel laba, total arus kas, nilai buku, dan ROE merupakan komponen basi

    (stale component) yang telah diantisipasi oelh pasar sebelum diumumkan sehingga kurang relevan dalammenjelaskan return saham.

    Pola pikir intuitif secara ekonomis menyarankan bahwa penerapan model harga lebih baik dari model

    returnkarena dapat mengestimasi koefisienslope model valuasi yang tidak bias (Kothari & Zimmerman,2005). Oleh karena itu, penulis memilih model harga sebagai model penelitian dan validitas empirismodel tersebut telah diuji di beberapa negara dengan hasil yang relative memuaskan.

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    6/17

    Relevansi Nilai IFRS

    Terdapat bukti empiris bahwa faktor standar akuntansi saja (termasuk IFRS) tidak cukup untukmeningkatkan kualitas informasi akuntansi (Karampinis dan Hevas, 2011). Dengan mengutip hasil

    penelitian Daske, H., Hail, L., Leuz, C. & Verdi, R. (2008) dan Ball, R., Robin, A. & Wu, S. (2003),Karampinis dan Hevas (2011) beragumen bahwa lingkungan institusional penyusun laporan keuangan,

    bukan standar, yang menentukan kualitas informasi akuntansi. Hal ini menjadi isu penting karenaorientasi IFRS adalah untuk lingkungan institusional dengan tradisi common law (Barth, Landsman, &Lang, 2008; Karampinis dan Hevas, 2011). IFRS disusun berdasar kerangka konseptual yang mirip

    dengan kerangka konseptual standar akuntansi negara-negara common law (Barth, Landsman, & Lang,,2008). Oleh karena itu, manfaat IFRS bagi negaranegara dengan tradisi code-law masih menjadi

    pertanyaan penelitian yang penting. Negara-negara code law pada umumnya mempunyai model sistemkeuangan yang lebih berorientasi pada pemangku kepentingan (stakeholder-oriented model) (Karampinisdan Hevas, 2011). Standar akuntansi disusun oleh lembaga regulasi yang dikendalikan oleh negara

    melalui peraturan perundang-undangan yang detail untuk mencapai keseragaman. Pendanaan perusahaansangat menggantungkan pada perbankan sehingga pasar modal menjadi pilihan kedua (Karampinis danHevas, 2011). Besarnya intervensi pemerintah dalam penyusunan standar akuntansi dan dominasi

    perbankan dalam pendanaan perusahaan menyebabkan pelaporan keuangan lebih berorientasi pada

    kreditur dan pajak (creditor and tax-oriented financial reporting). Sebaliknya, sistem keuangan negara-negara common law cenderung berorientasi pada pemegang saham (shareholder-oriented). Penyusunanstandar akuntansi diserahkan kepada lembaga professional swasta yang menerima praktek berterimaumum sebagai dasar utama dalam proses pengembangan standar. Pasar modal memiliki peran utama

    dalam pendanaan perusahaan sehingga pengungkapan publik merupakan prasyarat wajib bagi pelaporankeuangan.

    Dalam literatur bisnis internasional, Indonesia diklasifikasikan dalam kluster negara-negara code law (LaPorta, Lopez., Shleifer, & Vishny. 1998). Hasil penelitian La Porta, Lopez., Shleifer, & Vishny (1998)serta Djankov (2008) negara-negara dalam kluster code law pada umumnya mempunyai tingkat

    perlindungan investor yang lemah dan sistem hukum yang kurang berjalan dengan baik. Lemahnya

    perlindungan investor menyebabkan kepemilikan yang terkonsentrasi (concentrated ownership). Hal ini

    sesuai dengan temuan Siregar dan Utama (2008) yang menunjukkan besarnya persentase kepemilikanpemegang saham mayoritas. Negara-negara dalam kluster code law umumnya mempunyai fungsiperbankan yang lebih dominan daripada pasar modal dalam memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan(La Porta, Lopez., Shleifer, & Vishny, 1998). Berbagai karakteristik lingkungan institusional tersebut

    menyebabkan kebutuhan pengungkapan publik (public disclosure) menjadi kurang penting di negara-negara code law dibandingkan common law (Karampinis danHevas, 2011). Hal ini dapat menghambat

    tujuan adopsi IFRS untuk meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Temuan Karampinis dan Hevas(2011) menunjukkan bahwa adopsi IFRS di lingkungan institusional yang kurang sesuai menyebabkantidak signifikannya peningkatan kualitas informasi akuntansi setelah adopsi dilakukan. Hal ini

    mendukung argumen Bradshaw dan Miller (2007) serta Alali dan Foote (2012) bahwapengaruh adopsiIFRS terhadap kualitas informasiakuntansi tergantung pada faktor-faktor spesifiksetiap negara (country-

    specific factors).

    Laba per Saham

    EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yangmampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh

    dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata rata saham biasa yangberedar. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, Jika nilai labaper saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    7/17

    dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkansaham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat

    harga saham turun.

    IFRS sebagai principles-based standards lebih dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi.Hal ini karena pengukuran dengan fair value lebih dapat menggambarkan posisi dan kinerja ekonomik

    perusahaan. Hal ini lebih dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi (Barth,Landsman, & Lang,.2008). Laba per saham merupakan salah satu proksi didalam menghitung relevansinilai informasi suatu perusahaan, dengan adanya IFRS yang lebih dapat meningkatkan relevansi informasi

    akuntansi membuat laba per saham sebagai suatu proksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, laba persaham akan mengalami peningkatan relevansi nilai setelah IFRS diadopsi oleh perusahaan. Maka dariuraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H1: Relevansi nilai laba perusahaan di Indonesia lebih tinggi ketika mengadopsi IFRS daripada

    sebelum mengadopsi IFRS.

    Nilai Buku per Saham

    Pengertian nilai buku adalah perbedaan antara aset perusahaan dan pasif.Suatu nilai buku yang kecil ataurendah dari begitu banyak utang ,berartibahwa profit perusahaan akan dibatasi walaupun ia melakukan

    begitu banyak bisnis. Analisa fundamental saham bisa dilakukan dengan mempelajari nilai buku saham .Kadang-kadang nilai buku saham yang rendah berarti aset yang ditaksir terlalu rendah ; para ahlimenganggap perusahaan-perusahaan ini merupakan investasi yang baik. Pendapatan per saham dihitung

    dengan membagi jumlah saham ke dalam keuntungan .Jika penghasilannya bertambah tiap tahun,berartiperusahaan semakin bertumbuh. Nilai buku ekuitas. Perolehan dalam ekuitas adalah persentase yang

    diperoleh dengan membagi penghasilan perusahaan per saham dengan nilai bukunya . Analisafundamental saham yang lain mencakup ratio pengeluaran . Ratio pengeluaran adalah persentase

    penghasilan bersih perusahaan yang digunakan untuk membayar dividen . Jumlah yang normal adalah 25% dan 50% dari penghasilan bersih. Ratio yang lebih tinggi artinya perusahaan berjuang memenuhi

    kewajiban-kewajibannya. Angka-angka tersebut dicatat secara teratur dalam media finansial dan jugatersedia dari broker. Analisa fundamental saham dimulai dengan mempelajari keempat unsur informasifinansial tersebut (nilai buku saham, pendapatan per saham, nilai buku ekuitas, ratio pengeluaran).

    IFRS sebagai principles-based standards lebih dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi.Hal ini karena pengukuran dengan fair value lebih dapat menggambarkan posisi dan kinerja ekonomik

    perusahaan. Hal ini lebih dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi (Barth,Landsman, & Lang,.2008). Oleh karena itu nilai buku per saham sebagai salah satu proksi dalammenentukan relevansi nilai informasi perusahaan akan meningkat setelah perusahaan mengadopsi IFRS

    sebagai standar keuangannya. Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berkut:

    H2: Relevansi nilai buku perusahaan di Indonesia lebih tinggi ketika mengadopsi IFRS daripada

    sebelum mengadopsi IFRS.

    Metoda Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui relevansi nilai informasi akuntansi saat adopsi

    dan sebelum adopsi pada perusahaan di Indonesia maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitianeksplanatoris. Eksplanatoris adalah penelitian yang menjelaskan fenomena yang ada dan dalam hal iniyaitu membahas hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    8/17

    sebelumnya dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan antar variabel yang terdapat dalam modelpenelitian(Hartono, 2004:12).

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek

    Indonesia dari tahun 2009-2012. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian inimenggunakan teknikpurposive samplingartinya pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan atau

    tujuan tertentu. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 460 perusahaan yang listing pada tahun 2012.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidaklangsung. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa EfekIndonesia tahun 2009-2012. Data tersebut diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia UniversitasBrawijaya, www.idx.co.id, www.yahoofinance.com, ICMD dan sumber lain yang dipandang relevan

    dengan topik penelitian.

    Sesuai dengan kerangka pemikiran dan hipotesis, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat

    diidentifikasi menjadi variabel dependen dan variabel independen.

    a. Variabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel dependen (terikat) adalah harga saham padatanggal 31 maret setiap tahunnya.

    b. Variabel Independen, yaitu tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabeldependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah :.

    1. Laba , yaitu laba bersih setelah extraordinary items dan discounted operations per lembarsaham (earning per share). EPS yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan basik

    EPS atau laba bersih per lembar saham dasar. Perhitungannya sebagai berikut:

    Ukuran harga ini mendasarkan penelitian Lev & Zarowin (1999) dan Indra & Syam (2004).

    2.

    Nilai buku per lembar saham atau book value per share, yaitu nilai yang menunjukkan aktiva

    bersih (net asset)yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.Aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar

    saham adalah total ekuitas dibagi jumlah saham yang beredar:

    Ukuran ini mendasarkan pada penelitian Kothari & Zimmerman (1995) dan Francis &

    Schipper (1999).

    Model valuasi digunakan peneliti-peneliti sebelumnya untuk menilai perusahaan. model ini dibagi

    menjadi 3 bagian: (1) model valuasi berbasis aset; (2) model arus kas diskontoan; dan (3) model labaabnormal. Model laba abnormal biasanya dikenal dengan model Edwards-Bell-Ohlson (EBO) yang

    berasal dari kerangka konseptual penelitian Edwards dan Bell (1961) dan Ohlson (1991,1995). Kelebihanmodel ini dapat mengubah model dividen diskontoan menjadi model berbasis nilai buku ekuitas dan labaabnormal. Menurut model EBO, nilai perusahaan dapat dijelaskan sebagai suatu fungsi dari nilai bukudan laba abnormal diskontoan yang diharapkan.

    Pada penelitian ini, peneliti mereplikasi penelitian-penelitian empiris sebelumnya yang menguji relevansinilai dari angka-angka akuntansi dengan menguji hubungan perubahan standar akuntansi dengan laba dan

    http://www.idx.co.id/http://www.idx.co.id/http://www.yahoofinance.com/http://www.yahoofinance.com/http://www.yahoofinance.com/http://www.idx.co.id/
  • 7/16/2019 JURNAL 1

    9/17

    nilai buku ekuitas. Model peneitian ini mengadopsi penelitian IFRS yang dilakukan sebelumnya olehClarkson, Hannna, Richardson, dan Thompson (2010).

    pengujian relevansi nilai menggunakan model harga (price model) yang dikembangkan oleh Ohlson

    (1995) berikut ini:

    Pit = a0 + b1NIit + b2BVit + Eit(1)

    Dimana:

    Pit+1 = harga saham tanggal 31 Maret dalam t+1

    NIit = laba bersih per lembar saham (earnings per share)

    BVit = nilai buku ekuitas per lembar saham

    Studi ini menggunakan explanatory power of regression (Adjusted R2) sebagai satu metrik untukmengukur relevansi nilai laba dan nilai buku. Untuk menguji explanatory powerdari laba dan nilai buku

    secara terpisah, studi ini mengunakan model berikut ini:

    Pit= 0+ 1LPSit+ it (2)

    Pit= 0+ 1NBSit+ it (3)

    Model diatas diestimasi dengan regresi OLS untuk data periode dan sebelum dan sesudah adopsi IFRSsecara terpisah. Pengujian relevansi nilai menggunakan nilai Adjusted R2 yang diperoleh dari hasil

    estimasi tersebut. Jika nilai Adjusted R2 lebih besar secara signifikan untuk data periode setelah adopsiIFRS maka menunjukkan peningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi hal ini menunjukkandukungan terhadap hipotesis 1) Relevansi nilai laba perusahaan-perusahaan publik di Indonesia lebih

    tinggi pada saat adopsi IFRS daripada sebelum adopsi dan 2) Relevansi nilai buku perusahaan-perusahaan

    publik di Indonesia lebih tinggi pada saat adopsi IFRS daripada sebelum adopsi.Sebaliknya jika tidak adaperbedaan signifikan atau justru penurunan dalam Adjusted R2 maka hal ini tidak menunjukkanpeningkatan relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS.

    Model yang disajikan supaya dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representatif (BLUE-BestLinier Unbiased Estimation), maka model tersebut harus memenuhi asumsi dasar klasik yaitu tidak terjadi

    gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi serta memenuhi asumsi kenormalan residual,sehingga harus melalui pengujian asumsi klasik (Ghozali, 2005).

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    10/17

    Analisis Data dan Hasil Penelitian

    Hasil Deskripsi Variabel Penelitian

    Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, maka akan disajikan uraian mengenai kondisi masing-masingvariabel penelitian, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Variabel penelitian yang digunakan yaitu

    laba per saham dan nilai buku per saham serta harga saham. Untuk memberi gambaran dan deskripsivariabel dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif statistik yang dapat dilihat dari tabel 4.1 di

    bawah ini :

    Tabel 4.1

    Hasil Analisis Deskriptif Statistik

    A.

    Total Data N Mnimum Maksimum Rata-Rata Deviasi

    Standar

    Laba per Saham

    (LPS)

    916 0.13 4415.46 156.2347 334.27898

    Nilai Buku per Saham

    (BPS)

    916 2.92 15353.30 984.2335 1469.20509

    Harga Saham 916 50.00 50000.00 1659.6921 2866.06262

    LN Laba per Saham

    (LPS)

    916 -2.04 8.39 3.9946 1.54464

    LN Nilai Buku perSaham (BPS)

    916 1.07 9.64 6.2649 1.08679

    LN Harga Saham 916 3.91 10.82 6.5580 1.31800

    Statistik deskriptif diatas menunjukkan distribusi data mentah yang tidak normal. Hal ini ditunjukkandengan nilai rerata yang lebih kecil daripada deviasi standarnya. Data yang tidak berdistribusi normaltersebut selanjutnya ditransformasikan dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Hal ini bertujuan untukmemperoleh data yang berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal kemungkinan besar dapatmenghasilkan model regresi yang tidak bias dan bebas dari masalah asumsi klasik (Subekti, 2012).

    Berdasarkan tabel 4.1, secarapooled diperoleh data (N) sebanyak 916 data.

    Perbandingan Relevansi Nilai antara Sebelum dan Setelah Adopsi IFRS

    Koefisien Determinasi (R2) pada intinya menunjukkan seerapa besar proporsi perubahan variabelindependen mampu menjelaskan variasia perubahan variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien

    determinasi menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan sebagai prediktor variabeldependen memiliki ketepatan prediksi yang tinggi juga.

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    11/17

    Kelemaham mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi bias terhadap jumlah variabel independenyang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan 1 variabel independen, maka nilai R2pasti meningkat

    tanpa memperhatikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadp variabel dependen.Oleh karena itu peneliti banyak memganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R

    2 pada saat

    mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabilasuatu variabel inpenden ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2006).

    R2 dalam hal ini nilai Adjusted R2 merupakan pengukur relevansi yang banyak digunakan dalampenelitian-penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan karena R2 merupakan pengukur explanatory power

    dalam variabel independen dalam suatu regresi linier. Jadi, secara intuitif, R2 tampak merupakanpengukur yang baik dari relevansi nilai (Pinasti, 2004). Tabel 4.2 berikut merupakan hasil uji regresi labaper saham dan nilai buku per saham terhadap harga saham sebelum dan setelah adopsi IFRS.

    Hasil uji regresi laba per saham dan nilai buku per saham terhadap harga saham sebelum dan setelah

    IFRS dapat disajikan pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2

    Hasil uji regresi laba per saham dan nilai buku per saham terhadap harga saham sebelum dan

    setelah IFRS Tahun 2009-2012

    Model Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS Perbedaan

    Adj R2

    LPS BPS Adj R2

    LPS BPS Adj R2

    1 0.422***

    (11.153)

    0.450***

    (8.406)

    0.687 0.402***

    (11.733)

    0.508***

    (10.306)

    0.703 0.016

    2 0.680***

    (28.465)

    0.639 0.675***

    (28.162)

    0.634 (0.005)

    3 0.933***(26.322)

    0.602 0.957***

    (26.960)

    0.614 0.012

    ***Signifikan pada level 1%.

    Model 1 Pit= 0+ 1LPSit+ 2NBSit+ it

    Model 2 Pit= 0+ 1LPSit+ it

    Model 3 Pit= 0+ 1NBSit+ it

    Hasil uji ANOVA atau Ftest dari tabel 4.2 di atas, didapat nilai Fhitung dengan signifikansi probabilitassebesar 0,01 (1%). Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model dapat digunakan untukmemprediksi harga saham dengan kata lain variabel laba per saham dan nilai buku per saham secara

    simultan berpengaruh terhadap harga saham. Dari hasil uji analisis regresi pada model 1 untuk sebelumdan setelah IFRS menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan laba per

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    12/17

    saham dan nilai buku per saham.NilaiAdjusted R2untuk regresi mengindikasikan bahwa laba per sahamdan nilai buku per saham dapat menjelaskan sebesar 68,7% dari variasi harga saham perusahaan

    sedangkan sisanya sebesar 31,3% dijelaskan oleh variabel lain untuk sebelum IFRS. Untuk setelah IFRSnilaiAdjusted R

    2untuk regresi mengindikasikan bahwa laba per saham dan nilai buku per saham dapat

    menjelaskan sebesar 70,3% dari variasi harga saham perusahaan sedangkan sisanya sebesar 29,7%dijelaskan oleh variabel lain. Pada model 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

    harga saham dengan laba per saham. Nilai Adjusted R2 untuk regresi mengindikasikan bahwa laba persaham dapat menjelaskan sebesar 63,9% dari variasi harga saham perusahaan sedangkan sisanya sebesar36,1% dijelaskan oleh variabel lain untuk sebelum IFRS. Untuk setelah IFRS nilai Adjusted R

    2 untuk

    regresi mengindikasikan bahwa laba per saham dapat menjelaskan sebesar 63,4% dari variasi hargasaham perusahaan sedangkan sisanya sebesar 37,6% dijelaskan oleh variabel lain. Pada model 3 untuksebelum dan setelah IFRS menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan

    nilai buku per saham. NilaiAdjusted R2untuk regresi mengindikasikan bahwa nilai buku per saham dapatmenjelaskan sebesar 60,2% dari variasi harga saham perusahaan sedangkan sisanya sebesar 39,8%

    dijelaskan oleh variabel lain untuk sebelum IFRS. Untuk setelah IFRS nilai Adjusted R2 untuk regresi

    mengindikasikan bahwa nilai buku per saham dapat menjelaskan sebesar 61,4% dari variasi harga saham

    perusahaan sedangkan sisanya sebesar 38,6% dijelaskan oleh variabel lain.

    Kemudian dari hasil uji t, nilai t pada parameter a1 (laba per saham) pada tabel 4.2 menunjukkan nilaiyang signifikan pada level 0,05 (5%). Sebuah slope koefisien yang tinggi mengindikasikan bahwa

    perubahan harga saham yang tinggi yang dihubungan dengan harga saham, merefleksikan bahwa investorpercaya bahwa laba lebih permanen (Lev & Zarowin, 1999). Artinya semakin permanen ramalan

    mengenai aliran laba (yang didapat dari perhitungan terhadap data keuangan historis ataupun mengeniperhitungan mengenai laba masa depan). Semakin kuat pula hubungan dengan laba per saham dan

    sebaliknya. Dari hasil uji t itu pula dapat disimpulkan bahwa secara individual, laba relevan dapatmenjelaskan harga saham dengan signifikannya sebesar 0,05 (5%) untuk seluruh tahun (pooled cross-

    sectional).

    Kemudian dari hasil uji t, nilai t pada parameter a2 (nilai buku per saham) pada tabel 4.2 menunjukkan

    nilai yang signifikan pada level 0,05 (5%) secara pooled cross-sectional. Sebuah slope koefisien yang

    tinggi mengindikasikan bahwa perubahan harga saham yang tinggi yang dihubungan dengan hargasaham, merefleksikan bahwa investor percaya bahwa laba lebih permanen (Lev & Zaroin, 1999). Artinyasemakin permanen ramalan mengenai aliran laba (yang didapat dari perhitungan terhadap data keuanganhistoris ataupun mengeni perhitungan mengenai laba masa depan). Semakin kuat pula hubungan dengan

    nilai buku per saham dan sebaliknya. Dari hasil uji t itu pula dapat disimpulkan bahwa secara individual,laba relevan dapat menjelaskan harga saham dengan signifikannya sebesar 0,05 (5%) untuk seluruh tahun

    (pooled cross-sectional).

    Model dari penelitian menghasilkan nilai Adjusted R2 yang lebih tinggi pada saat adopsi IFRS

    daripada sebelum pada model 1 dan 3, tetapi tidak untuk model 2. Berdasarkan perbandingan tersebutmaka setelah menerapkan IFRS maka terjadinya penurunan tingkat relevansi nilai laba dari yangsebelumnya sebesar 0.639 menjadi sebesar 0.634, hasil yang berbeda ini signifikan pada level 5%.

    Dengan demikian hasil yang konsisten ini dapat menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa Hipotesis 1

    (nilai relevansi laba lebih tinggi pada saat perusahaan mengadopsi IFRS) tidak didukung dalam studi ini.Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Van der Meulen, Gaeremynck, & Willekens. (2007),Karampinis dan Hevas (2011), serta Cahyonowati & Ratmono (2012) yaitu nilai relevansi laba

    perusahaan tidak meningkat ketika mengadopsi IFRS.

    Berdasarkan perbandingan tersebut juga setelah menerapkan IFRS maka terjadinya peningkatan relevansinilai buku dari yang sebelumnya 0.602 menjadi sebesar 0.614, hasil yang berbeda ini signifikan padalevel 5%. Dengan demikian hasil yang konsisten ini dapat menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwaHipotesis 2 (nilai relevansi buku lebih tinggi pada saat perusahaan mengadopsi IFRS) didukung dalam

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    13/17

    studi ini. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Subekti (2012) yang menjelaskan bahwa informasinilai buku akuntansi berhubungan dengan harga saham yang menggambarkan ekspektasi para investor.

    Tabel 4.3

    Hasil uji regresi laba per saham dan ni lai buku per sahamterhadap harga saham baik secara pooled

    cross-sectional maupun secara yearly cross-sectionalTahun 2009-2012

    2009 2010 2011 2012 Pooled Data

    Adj R2

    0.674 0.707 0.729 0.680 0.698

    Gambar 4.1

    Grafik Tren per Tahun

    Tabel 4.3 menyajikan pengujian relevansi nilai secara runtun waktu. Hasil menunjukkan relevansi nilailaba bersih mengalami peningkatan secara runtun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Namunrelevansi nilai laba bersih mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 0.680. Penurunan ini mungkinkarena kondisi pasar modal bearish yaitu pengaruh krisis ekonomi global (Alali dan Foote, 2012). Nilai

    adjusted R2 juga mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2010 dari tahun-tahun sebelumnya.Namun pada tahun 2012 terjadi penurunan nilai adjusted R2.

    Pembahasan

    Penurunan nilai adjusted R2 pada tahun 2012 tabel 4.3 menunjukkan bahwa investor tidak banyak

    menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan untuk pembelian atau penjualan saham.Hal ini mungkin karena pada tahun 2012 keputusan investasi sangat dipengaruhi faktor krisis ekonomi di

    Eropa dan Amerika Serikat. IDX Fact Book (2012) mencatat pertumbuhan IHSG sebesar 12,94% selamatahun 2012 pada saat pasar modal negara-negara lain dalam kondisi negatif. Meskipun pertumbuhanIHSG positif, namun selama tahun 2012 nampaknya informasi akuntansi tidak banyak digunakan dalam

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    14/17

    penentuan harga saham. Peningkatan harga saham (tercermin dalam kenaikan IHSG) lebih banyakdipengaruhi faktor lain sehingga relevansi informasi akuntansi justru menurun pada tahun 2012.

    Penurunan nilai adjusted R2pada periode setelah adopsi IFRS seperti dilaporkanpada Tabel 4.3 mungkinkarena faktor turbulensi kondisi ekonomi pada tahun 2012. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitianAlali dan Foote (2012) yang menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkan dalam periodesetelah adopsi IFRS tidak mempunyai relevansi nilai dalam kondisi pasar modal menurun (bearish).

    Telah terjadi pergeseran dari laba ke nilai buku ini yang antara lain dikarenakan, laporan laba rugi selalumenjadi bahan manipulasi oleh manajemen perusahaan agar dapat meningkatkan kinerjanya. Manipulasi

    terhadap laba umumnya dalam bentuk manajemen laba baik yang dilakukan secara manipulasi transaksiriil maupun transaksi akrual. Hal ini terkait dengan teori agensi yang menyebutkan teori agensimendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teoriini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yangsaling bertentangan, dimana manajemen sering melakukan manipulasi laba untuk mendapatkan

    kompensasi lebih. Akibat tindakan manipulasi laba tersebut adalah kualitas laba menjadi menurun,sehingga investor akan mengalihkan perhatiannya pada nilai buku dalam membuat keputusaninvestasinya. Faktor lainnya yang menjadi penyebab menurunnya peran laba adalah adanya perubahan

    standar akuntansi dari historical cost ke fair value dalam mengukur nilai perusahaan. Fair value lebih

    mencerminkan nilai riil daripada historical cost. Laba lebih lebih cenderung bersifat masa lalu sedangkanposisi keuangan lebih banyak didasarkan padafair value.

    Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan juga penjelasan menurut para ahli terkait dengan penelitian ini, makapada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian serta saran atau rekomendasiyang berhubungan dengan penelitian ini.

    Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi. Pengujian

    dilakukan dengan membandingkan hanya satu dimensi kualitas informasi akuntansi yaitu relevansi nilaipada periode sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) Relevansi nilailaba mengalami penurunan ketika IFRS diadopsi sebagai standar keuangan. 2) Relevansi nilai bukumengalami kenaikan ketika IFRS diadopsi sebagai standar keuangan.

    Terdapat peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi secara keseluruhan setelah periode adopsi IFRS.Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa peningkatan relevansi nilai hanya terjadi untuk informasi nilai

    buku. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang relevansi nilai informasi akuntansi dapatmenambahkan variabel lain selain yang digunakan dalam penelitian ini sebagai contoh variabel arus kas.

    Bagi peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan tahun penelitian. Bagi perusahaan dapatmenambahkan variabel kontrol seperti jenis perusahaan juga ukuran perusahaan Variabel ini ditambahkanagar lebih menjelaskan bagaimana bila diteliti dengan ukuran dan jenis perusahaan.

  • 7/16/2019 JURNAL 1

    15/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Alali, F.A. & Foote, P.S. (2012). The Value Relevance Of International Financial Reporting Standards:Empirical Evidence in an Emerging Market. The International Journal of Accounting, 47, 85-108.

    Ball, R., Robin, A. & Wu, S. (2003). Incentives Versus Standards: Properties of Accounting Income inFour East Asian Countries.Journal of Accounting & Economics 36, 235270.

    Barth, M. E., Landsman, W. R. & Lang, M. (2008). International Accounting Standards and AccountingQuality.Journal of AccountingResearch, 46, 467498.

    Bartov, E., Goldberg, S. & Kim, M. (2005). Comparative Value Relevance Among German, U.S. andInternational Accounting Standards: A German Stock Market Perspective.Journal ofAccounting,

    Auditing and Finance, 20, 95119.

    Beaver, W. H. 1989. Financial Reporting: An Accounting Revolution. Ed. Englewood Cliffs, NJ:

    1989

    Bradshaw, M.T. & Miller, G.S. (2007). Will Harmonizing Accounting Standards Really HarmonizeAccounting? Evidence From Non-U.S. Firms Adopting US GAAP. Working paper, Harvard

    Business School.

    Cahyonowati, N., & Ratmono D. 2012. Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. JurnalAkuntansi dan Keuangan, Vol 14 No 2; 105-115.

    Clarkson, P., Hanna, J.D., Richardson, G.D., & Thompson, R. (2011). The Impact of IFRS Adoption onthe Value Relevance of Book Value and Earnings. Journal of Contemporary Accounting &

    EconomicsVolume 7, Issue 1,Pages 117.

    Daske, H., Hail, L., Leuz, C. & Verdi, R. (2008). Mandatory IFRS Reporting Around The World: Early

    Evidence on The Economic Consequences.Journal of Accounting Research, 46, 10851142.

    Djankov, S., La Porta, R., Lopez de Silanes, F. & Shleifer, A. (2008). The Law And Economics of

    Selfdealing.Journal of Financial Economics, 88(3), 430465.

    Ewert, R. & Wagenhofer, A. (2005). Economic Effects of Tightening Accounting Standards to RestrictEarnings Management. The AccountingReview, 80, 11011124.

    Feltham, G. A. & J. A. Ohlson. 1995. Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating andFinancial Activities.Contemporary Accounting Research11 (2): 689-731.

    Francis, J., & Schipper K. 1999. Have financial statements lost their relevance?. Journal of AccountingResearch 37 (2): 319-352.

    Frankel, R. & C. M. C. Lee 1998. Accounting Valuation, Market Expectation, and Cross-Sectional StockReturns.Journal of Accounting and Economics 25: 283-319.

    Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Semarang:

    Universitas Diponegoro.

    http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669/7/1http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669/7/1http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669/7/1http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669/7/1http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669http://www.sciencedirect.com/science/journal/18155669
  • 7/16/2019 JURNAL 1

    16/17

    Gonedes, Nicholas J. & Nicholas Dopuch. 1974. Capital Market Equilibrium, Information Production,and Selecting Accounting Techniques: Theoritical Framework and Review of Empirical Work.

    Supplement to Journal of Accounting Research 12: 740-763.

    Hartono, J. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-UGM.

    Hartono. J. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.Yogyakarta: BPFE-UGM.

    Hendriksen E.S. & Van Breda M.F., 2000.Accounting Theory, Shothen MethoDst University alih bahas

    Herman Wibowo,Inter Askara, Batam

    Hidayat, I. 2011. Konvergensi IFRS di Indonesia. (online).(http://imanfreelance.blogspot.com/2011/05/konvergensi-ifrs-di-indonesia.html ). Diakses tgl 25september 2013.

    Hung, M. & Subramanyam, K.R. (2007). Financial Statement Effects of Adopting International

    Accounting Standards, The Case of Germany.Review of Accounting Standards, 12, 623657.

    Indra & F. Syam. 2004. Hubungan laba, nilai buku, dan total arus kas dengan market value: studiakuntansi relevansi nilai. Simposium NasionalAkuntansi VII. Denpasar. Bali: 931-947.

    Jusup, A.H. 2001.Dasar-Dasar Akuntansi. Jilid II. Edisi Keenam. STIE YKPN. Yogyakarta.

    Karampinis, N. & Hevas, D. (2011). Mandating IFRS in an Unfavorable Environment: The Greek

    Experience. The International Journalof Accounting, 46, 304-332..

    Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan

    Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Kothari, S.P., & Zimmerman,. Jerold. 1995. Price and Return Models. Journal of Accounting Economics

    20: 155-192.

    La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A. & Vishny, R. (1998). Law and Finance. Journal ofPolitical Economy, 106(6), 11131155.

    Lev, B. 1989. One the usefulness of earnings: lesson and directions from two decades of empiricalresearch. Supplement to the Journal of AccountingResearch 27: 153-192.

    Lev, B. & J. A. Ohlson.1982. Market Based Empirical Research In Accounting: A Review,Interpretations, and Extensions. Supplement to Journal of Accounting Research. 20: 249-322.

    Lev, B. & P. Zarowin. 1999. The Boundaries of Financial Reporting and How to Extend Them. Journalof Accounting Research 37, No. 2: 353-385.

    Liu, J., & Liu, C. (2007). Value Relevance Of Accounting Information In Different Stock MarketSegments: The Case of Chinese A-, Band H-shares. Journal of International Accounting

    Research, 6, 5581.

    Meulen. V.D., S., Gaeremynck, A., & Willekens, M. 2007. Attribute Differences Between US GAAP andIFRS Earnings: An exploratory study. The International Journal of Accounting, 42(2), 123142.

    Ohlson, J. 1995. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation. Contemporary AccountingResearch, 11, 661-687.

    http://imanfreelance.blogspot.com/2011/05/konvergensi-ifrs-di-indonesia.htmlhttp://imanfreelance.blogspot.com/2011/05/konvergensi-ifrs-di-indonesia.htmlhttp://imanfreelance.blogspot.com/2011/05/konvergensi-ifrs-di-indonesia.htmlhttp://imanfreelance.blogspot.com/2011/05/konvergensi-ifrs-di-indonesia.html
  • 7/16/2019 JURNAL 1

    17/17

    Petreski, Marjan, 2006. The Impact of International Accounting Standard on Firms.http://papers.ssm.com/sol3/papers.cdm?abstract_id=901301. Diakses tanggal 11 November 2008.

    Pinasti, M. 2004. Faktor-Faktor yang Menjelaskan Variansi Relevansi Nilai Informasi Akuntansi:

    Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif. Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004: 738-753.

    Sari, Sekar Mayang. 2004. Analisa Terhadap Relevansi Nilai (value relevance), laba, Arus Kas dan NilaiBuku Ekuitas: Analisa Diseputar Periode Krisis Keuangan 1995-1998. Simposium Nasional

    Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004 : 862-882.

    Setyadharma, Andryan. 2010. Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16.0. Makalah. Semarang: UniversitasNegeri Semarang.

    Siregar, S.V, Sidharta Utama (2008). Type of Earnings Management And The Effect of Ownership

    Structure, Firm Size, and Corporate Governance Practices: Evidence From Indonesia. TheInternational Journal of Accounting, 43, 1-27.

    Subekti, Imam. 2012. Relevansi Nilai Atas Informasi Akuntansi, Struktur Kepemilikan Saham, Dan

    Afiliasi Group Bisnis Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XV,20-23 September 2012.

    Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, Yogyakarta:BPFE.

    Wirahardja, R.I., (2010). Adopsi IAS 41 dalam Rangkaian Konvergensi IFRS di Indonesia. IkatanAkuntansi Indonesia.

    Yunarti, Tri. 2006. Analisis Rasio Keuangan yang Mempengaruhi Return Saham LQ-45. Tesis. Jakarta:Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia.