Upload
arjawa
View
23
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RSUP . Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
H. Halidin Arfan 1, Ahmad Zubair 1, Alpryono2
ABSTRACT: In an effort to improve public health, especially in large cities has increased the establishment of the hospital
(RS). As a result of the effluent quality of hospital waste does not qualify. Hospital waste can pollute the environment
around the hospital and can cause problems of health.The purpose of this research is to create an efficient WWTP planning
in land use as well as having greater power bin and also merencankan WWTP using anaerobic and aerobic system that
produces enfluen in accordance with effluent quality standard by reference to existing debit Dr. DR.Wahidin Sudirohusodo 389.53 m3/day and also the characteristics of the existing waste water.
Keywords: WWTP, Wastewater Treatment, Study
ABSTRAK: Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat
pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit
dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan.Tujuan dari
penelitian ini adalah membuat Perencanaan IPAL yang efisien dalam penggunaan lahan serta memiliki daya
tampungan yang lebih besar dan juga merencankan IPAL dengan menggunakan sistem anaerob dan aerob sehingga
mengahsilkan enfluen yang sesuai dengan baku mutu limbah cair dengan mengacu pada debit eksisting RSUP.
DR.Wahidin Sudirohusodo yaitu 389,53 m3/hari dan juga karakterisitik air limbah yang ada.
Kata Kunci : IPAL, Pengolahan Air Limbah, Studi
PENDAHULUAN
Dalam proses pelaksanaannya, RSU. Dr.
Wahidin Sudirohusodo menghasilkan limbah
yang terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
Limbah cair yang dihasilkan RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo berasal dari dua sumber, yaitu
limbah proses pelayanan dan limbah domestik.
Limbah cair dari proses pelaksanaan masuk ke
saluran yang berada di dalam rumah sakit untuk
kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah. Sementara itu jumlah pengunjung dan
pasien rumah sakit yang bertambah seiring
dengan perkembangan membutuhkan IPAL
yang lebih mampu dalam menangani produksi
air limbah dimasa yang akan datang.
Limbah cair dari proses pelaksanaan
terutama dihasilkan akibat penggunaan air yang
besar dalam proses pelayanan rumah sakit. Air
limbah proses pelayanan rumah sakit berasal
dari kegiatan pelaksanaan rumah sakit. Beban
air limbah yang akan diterima oleh IPAL
bergantung pada jumlah pasien yang dilayani
oleh RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan
akan meningkat seiring dengan peningkatan
kapasitas pelayanan RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
GAMBARAN UMUM
RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo
berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan,
Makassar- Sulawesi Selatan dengan koordinat
Geografis berada pada 5° 8' 6" LS dan 119° 29'
36" BT. Luas areal rumah sakit sekitar 13,5
hektar dengan luas total bangunan sebesar 5,2
hektar. Topografi daerah Makassar relatif
datar, yaitu di antara 4 m-5m diatas permukaan
laut. Menurut klasifikasi Schimidt dan
Ferguson, daerah Makassar termasuk dalam
kelompok iklim tropis tipe B (basah) dengan
suhu rata-rata 220 C - 360 C dan curah hujan ”
1. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
2. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 9025, INDONESIA
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
2.000 - 3.000 mm, dan jumlah hari hujan rata-
rata 108 hari pertahun.
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
dalam melaksakan aktifitasnya ditunjang oleh
poliklinik spesialis dan sub spesialis yang
ditangani oleh 270 dokter ahli meliputi
pelayanan Bedah Umum, Bedah Tumor, Bedah
Anak, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Bedah
Saraf, Kardiologi, Anak. Selain itu juga
didukung oleh tenaga paramedis perawatan
sebanyak 697 orang, tenaga Paramedis Non
Perawatan sebanyak 290 orang, Tenaga non
medis sebanyak 1014 orang.
Total penggunaan air di RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo, baik untuk proses pelayanan
maupun kegiatan lain rata-rata sebesar 389.53
m3/hari yang berasal dari PDAM dan air tanah.
Dari rata-rata penggunaan air bersih
tersebut berasal dari pengunjung, pasien dan
berbagai perangkat rumah sakit. Berikut adalah
daftar pengunjung beserta pasien rumah sakit
pada tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1. Data Pengunjung dan Pasien
Tahun
(2012) Pengunjung
Pasien
R.Inap R.Jalan
Januari 15467 2314 17961
Februari 13447 1973 14372
Maret 13200 2120 14293
April 13235 2095 14964
Mei 14135 2161 15774
Juni 12154 2207 14212
Berikut adalah gambar fluktuasi debit air
limbah rumah sakit yang dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Fluktuasi Debit Harian Eksisting
Kualitas air limbah menyatakan banyaknya
kontaminan yang terdapat dalam air limbah.
Kontaminan di dalam air limbah dapat berupa
kontaminan fisik, kimia, maupun biologi.
Karakteristik utama air limbah RSU. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar adalah
kandungan COD yang ada di dalam air limbah
yang sangat tinggi. Selain COD yang tinggi,
karakteristik air limbah RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo adalah tingginya BOD, minyak
dan lemak, serta TSS.
Data kualitas air limbah RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo dapat dilihat pada tabel 2 dan
tabel 3.
100
110
120
130
140
150
160
170
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Debit (m3/hari)
Hari
Debit
(m3/hari)
Hari
Rata-rata
(137 m3/hari)
Maks (147
m3/hari)
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
Tabel 2. Data Kualitas Air Limbah Influen
Parameter Satuan Besaran
Temperatur C 35
TDS mg/L 447
TSS mg/L 2030
pH
3,4
Besi (Fe) m mg/L 1,302
Fluorida (F) mg/L 12,41
NTK mg/L 28,016
Nitrat, sebagai N mg/L 28,5091
Nitrit, sebagai N mg/L 0,353
P- total mg/L 0,1069
BOD mg/L 12008
COD total mg/L 54090
COD terlarut (sCOD) mg/L 35808
COD tidak terlarut (pCOD) mg/L 18282
Fenol mg/L 0,134
MBAS mg/L 0,471
Minyak&Lemak mg/L 2113,16
Data kualitas enfluen yang dihasilkan oleh
IPAL RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang
diperoleh dari hasil tes laboratorium dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Kualitas Air Limbah Enfluen
Parameter Satuan Besaran
Temperatur C 26
TDS mg/L 330
TSS mg/L 8
pH
7,53
Besi (Fe) m mg/L 0,2714
Fluorida (F) mg/L 0,7343
Nitrat, sebagai N mg/L 1,705
Nitrit, sebagai N mg/L 0
BOD mg/L 7,53
COD mg/L 39,12
Fenol mg/L 0,3912
MBAS mg/L 0,3113
Minyak&Lemak mg/L -
RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
Untuk mengolah parameter-parameter
air limbah, unit-unit pengolahan yang akan
diterapkan terdiri dari unit pengolahan
pendahuluan, unit pengolahan primer, dan unit
pengolahan sekunder
Pada pengolahan primer dilakukan
operasi fisik yang bertujuan untuk menyisihkan
padatan yang terapung maupun terlarut di
dalam air limbah. Pengolahan primer
menyiapkan air limbah untuk memasuki
tahapan pengolahan selanjutnya, yaitu
pengolahan sekunder. Dalam pengolahan
sekunder digunakan proses biologi atau kimia
untuk menyisihkan sebagian besar kandungan
organik dalam air limbah
Adapun Standar Baku Mutu Air Limbah
menurut SK. Gub. Sulsel No. 14 Tahun 2003
yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah
Parameter Satuan Besaran
Temperatur C 30
TDS mg/L 2000
TSS mg/L 30
pH
6-9
Besi (Fe) m mg/L 5
Fluorida (F) mg/L 2
Amoniak bebas (NH3-N) mg/L 0,1
Nitrat, sebagai N mg/L 20
Nitrit, sebagai N mg/L 1
BOD mg/L 50
COD mg/L 30
Fenol mg/L 0,5
MBAS mg/L 5
Minyak&Lemak mg/L 10
Berdasarkan pemilihan yang telah
dilakukan, maka di dalam IPAL RSU. Dr.
Wahidin Sudirohusodo akan digunakan unit-
unit pengolahan sebagai berikut:
Unit pengolahan pendahuluan : fine
screen, tangki ekualisasi
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
Unit pengolahan tingkat pertama :
dissolved air flotation (DAF)
Unit pengolahan tingkat kedua : upflow
anaerobic sludge blanket (UASB),
sequencing batch activated sludge
Adapun Skema dari beberapa tahapan diatas
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Skema Instalasi pengolahan Air
Limbah
Keterangan secara berurutan :
1. Tangki ekualisasi
2. DAF
3. Tangki Netralisasi pertama
4. Reaktor UASB Asidogenesis
5. Tangki Netralisasi kedua
6. Reaktor UASB Metanogenesis
7. Tangki Penambahan Nutrien
8. Reaktor Sequencing Batch Activated
Sludge
9. Bak kontrol Akhir
a. Fine Screen dan Tangki Ekualisasi
Fine screen digunakan untuk
menyisihkan materi padatan yang berukuran
lebih besar dari 2 mm. Tujuan penyisihan ini
adalah untuk menghindari gangguan
operasional pada proses yang terjadi di unit-
unit pengolahan selanjutnya.
Penggunaan tangki ekualisasi bertujuan
untuk menghasilkan aliran yang seragam
sehingga unit-unit pengolahan di dalam
instalasi dapat terhindar dari shock loading.
Bentuk tangki ekualisasi yang akan digunakan
adalah segi empat. Selama ekualisasi dilakukan
pengadukan untuk mencegah pengendapan
solid dan timbulnya bau. Oksidasi biologi
akibat adanya pengadukan di dalam tangki,
menurut Metcalf&Eddy (2003), dapat
menurunkan konsentrasi total COD sebesar 10-
20%.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar desainnya
pada gambar 3.
Tabel 4. Rekapitulasi Desain Tangki Ekualisasi
Parameter Satuan Nilai
Panjang sisi tangki m 5
Luas permukaan m2 25
Kedalaman tangki m 3
Surface aerator unit 2
Pompa air limbah unit 2
Gambar desain tangki ekualisasi dapat
dilihat pada gambar 3 berikut.
Gambar 3. Desain Tangki Ekualisasi
effluent
pompa
surfaceaerator
barscreen
inffluent
Tangki Ekualisasi1
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
b. Dissolved Air Flotation (DAF)
Pada sistem DAF, udara dilarutkan ke
dalam air limbah pada tekanan tertentu di atas
tekanan atmosfer kemudian dilepaskan ke
dalam tangki flotasi pada tekanan udara
atmosfer. Penggunaan DAF bertujuan untuk
menyisihkan minyak dan lemak serta TSS dari
air limbah. TSS yang terkandung di dalam air
limbah akan disisihkan menggunakan DAF
karena kecepatan pengendapannya yang sangat
kecil.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar desainnya
pada gambar 4.
Tabel 5. Rekapitulasi DAF
Parameter Satuan Nilai
Jumlah tangki unit 2
Diameter kolom flotasi m 1
Luas permukaan m2 0,78
Kedalaman kolom flotasi m 1,8
Tekanan psig 89
Gambar desain tangki DAF dapat dilihat
pada gambar 4 berikut.
Gambar 4. Desain Tangki DAF
c. Tangki Netralisasi Pertama
Tangki netralisasi pertama berfungsi
sebagai fasillitas penambahan bahan kimia
untuk menetralisasi pH efluen dari DAF yang
akan memasuki reaktor anaerob. Pengadukan
bahan kimia yang akan terjadi di dalam tangki
netralisasi pertama merupakan jenis
pengadukan cepat (rapid mixing). Karena air
limbah bersifat asam dengan pH 3,4 maka
netralisasi akan dilakukan dengan penambahan
basa. Basa yang akan digunakan untuk
keperluan netralisasi air limbah RSU. Dr.
Wahidin Sudirohusodo adalah NaHCO3.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar desainnya
pada gambar 5.
Tabel 6. Rekapitulasi Tangki Netralisasi
Pertama
Parameter Satuan Nilai
Panjang sisi tangki m 0,6
Luas permukaan m 0,36
Kedalaman tangki m 1
Diameter Impeller m 0,27
Pompa unit 2
Pengaduk Low shear
hydrofoil 4 blades
Gambar desain tangki netralisasi pertma
dapat dilihat pada gambar 5 berikut.
Gambar 5. Desain Tangki Netralisasi Pertama
bottomscrapper
pembuangan
lumpur
pompa
udara
whitewater
motor
drive
minyak
half
bridgescraper
influen
2 Ø 12
2 Ø 12
pembuangan
minyak
Tangki DAF2
Tangki Netralisasi I3
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
d. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Asidogenesis dan Metanogenesis
Untuk pengolahan limbah cair di RSU.
Dr. Wahidin Sudirohusodo akan digunakan
reaktor UASB. Alasan pemilihan reaktor ini
adalah karena memiliki organic loading yang
besar sehingga limbah yang terolah dapat lebih
banyak dan volume reaktor yang diperlukan
tidak akan terlalu besar. Pemanfaatan solid
sebagai sludge blanket juga akan menghasilkan
lumpur yang lebih stabil.
Reaktor UASB dilengkapi dengan zona
pemisahan zona pemisahan gas, solid, dan
liquid sehingga dapat menghemat penggunaan
lahan. Dalam pengolahan air limbah RSU. Dr.
Wahidin Sudirohusodo akan digunakan dua
tahap pengolahan secara anaerob, yaitu
asidogenesis dan metanogenesis. Hal ini
disebabkan tingginya konsentrasi COD yang
harus diturunkan di dalam air limbah. Tahapan
asidogenesis akan berlangsung pada reaktor
pertama sementara tahapan metanogenesis akan
berlangsung pada reaktor kedua.
Tahap pertama merupakan tahapan
asidogenesis yang berfungsi untuk
mengkonversi substrat (COD) menjadi asam
asetat dan CO2.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar desainnya
pada gambar 6.
Tabel 7. Rekapitulasi Tangki Upflow Anaerobic
Sludge Blanket Asidogenesis
Parameter Perencanaan Satuan Nilai
Luas permukaan reaktor m2 64
Panjang sisi reaktor m 8
Ketinggian total reaktor m 5,5
Jumlah GLSS unit 2
Gambar desain tangki Upflow
Anaerobic Sludge Blanket Asidogenesis dapat
dilihat pada gambar 6 berikut.
Gambar 6. Desain Tangki Upflow Anaerobic
Sludge Blanket Asidogenesis
e. Tangki Netralisasi Kedua
Efluen dari reaktor asidogenesis perlu
mengalami penyesuaian pH sebelum memasuki
reaktor metanogenesis. Hal ini disebabkan
terjadi penurunan pH pada proses asidogenesis,
sementara bakteri metanogen yang berperan
dalam proses metanogenesis memerlukan
lingkungan pH yang netral, antara 6,6-7,6
(Anh, 2004). Diasumsikan pH efluen reaktor
asidogenesis adalah sebesar 4. Pengadukan
bahan kimia yang akan terjadi di dalam tangki
netralisasi kedua merupakan jenis pengadukan
cepat (rapid mixing).
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar desainnya
pada gambar 7.
Tabel 8. Rekapitulasi Tangki Tangki Netralisasi
Kedua
Parameter Satuan Nilai
Panjang sisi tangki m 0,6
Luas permukaan m 0,36
Kedalaman tangki m 1
Diameter Impeller m 0,27
Pompa unit 2
sludge blunket
effluent dari main
launder
pipa
penyalurgas
pengumpulgas
plat
pengendap
deflector
beam
nozzle
feeding
influent
Reaktor UASB Asidogenesis4
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
Gambar desain tangki Tangki
Netralisasi Kedua dapat dilihat pada gambar 7
berikut.
Gambar 7. Desain Tangki Tangki Netralisasi
Kedua
f. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Metanogenesis
Tahapan Kedua, yaitu metanogenesis,
merupakan tahapan pembentukan gas metan
dari substrat.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar desainnya
pada gambar 8.
Tabel 9. Rekapitulasi Upflow Anaerobic
Sludge Blanket Metanogenesis
Parameter Perencanaan Satuan Nilai
Panjang sisi reaktor m 11
Ketinggian total reaktor m 6,5
Luas permukaan reaktor m2 121
Jumlah GLSS unit 2
Gambar desain tangki Upflow
Anaerobic Sludge Blanket Metanogenesis dapat
dilihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Metanogenesis
g. Tangki Penambahan Nutrien
Agar proses degradasi substrat secara
biologi dapat berjalan baik maka diperlukan
nutrien dalam jumlah yang mencukupi. Apabila
dalam air limbah tidak terdapat nutrien yang
cukup maka diperlukan adanya penambahan
sumber nutrien. Tangki penambahan nutrien
yang diletakkan sebelum reaktor aerob
bertujuan untuk mencampurkan sumber nutrien
yang diperlukan, berupa nitrogen dan fosfor, ke
dalam influen reaktor aerob. Pencampuran
nutrien di dalam tangki penambahan nutrien
akan dilakukan dengan cara pengadukan cepat
(rapid mixing).
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 10 dan gambar
desainnya pada gambar 9.
Tabel 10. Rekapitulasi Tangki Penambahan
Nutrien
Parameter Satuan Nilai
Panjang sisi tangki m 0,6
Luas permukaan m 0,36
Kedalaman tangki m 1
Diameter Impeller m 0,27
Pompa unit 2
Tangki Netralisasi II5
Reaktor UASB Metanogenesis6
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
Gambar desain tangki Penambahan
Nutrien dapat dilihat pada gambar 9 berikut.
Gambar 9. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Metanogenesis
h. Sequencing Batch Activated Sludge
Yang akan digunakan sebagai unit
pengolahan di RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo
adalah reaktor sequencing batch activated
sludge. Alasan pemilihan reaktor ini adalah
karena dapat mengolah air limbah yang
memiliki kandungan organik yang tinggi.
Selain itu, operasionalnya yang fleksibel
memungkinkan reaktor ini untuk berfungsi
sebagai selector sehingga dapat meminimasi
terjadinya sludge bulking. Sludge bulking
adalah peningkatan volume lumpur di dalam
reaktor akibat adanya mikroorganismne
filamentous atau mikroorganisme yang bersifat
hidrofili, yaitu mikroorganisme yang dapat
menyerap air ke dalam tubuhnya.
Efluen dari UASB metanogenesis akan
memasuki reaktor sequencing batch activated
sludge untuk diolah secara aerob. Tahapan yang
terjadi di dalam reaktor sequencing batch
activated sludge terdiri dari tahapan
pengisisan, aerasi, pengendapan, pengeluaran,
dan pembuangan lumpur. Tahap pengisian yang
akan digunakan merupakan aerated fill yang
berfungsi sebagai inisiasi kontak antara
mikroorganisme dan substrat.
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 11 dan gambar
desainnya pada gambar 10.
Tabel 11. Rekapitulasi Tangki Sequencing
Batch Activated Sludge
Parameter Perencanaan Satuan Nilai
Jumlah tangki
2
Panjang sisi tangki m 5
Kedalaman total m 5
Luas permukaan total m2 27,2
Jumlah floating decanter per
tangki unit 1
Jumlah diffuser per tangki unit 29
Jumlah blower unit 2
Gambar desain tangki Sequencing
Batch Activated Sludge dapat dilihat pada
gambar 10 berikut.
Gambar 10. Desain Sequencing Batch
Activated Sludge
i. Bak Kontrol Akhir
Bak kontrol akhir berfungsi untuk
menampung air limbah yang keluar dari tangki
SBR sebelum dibuang ke drainase samping
rumah sakit. Bak kontrol akhir berfungsi juga
sebagai fasilitas pengecekan performansi IPAL
secara keseluruhan.
Tangki Penambahan Nutrien7
diffuser
decanter
effluen
inffluent
blower
pembuangan
lumpur
Reaktor SBAS8
Jurnal Penelitian Teknik Sipil
Dimensi dari desain tangki ekualisasi
dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar
desainnya pada gambar 11.
Tabel 12. Rekapitulasi Bak Kontrol Akhir
Parameter Satuan Nilai
Diameter m m 2,55
Kedalaman total m m 1,5
Luas permukaan total m2 5.11
Gambar desain Bak Kontrol Akhir
dapat dilihat pada gambar 11 berikut.
Gambar 11. Desain Bak Kontrol Akhir
KESIMPULAN
Rancangan IPAL diasumsikan dapat
menampung sekitar 1300 m3 air limbah dalam
sehari dan memiliki luas areal tanah sebesar
272 m2 yang mana dalam perencanaannya
IPAL RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo
menggunakan proses aerobic dan anaerobic.
Instalasi pengolahan air limbah di
RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo yang
direncanakan akan menghasilkan effluen yang
sesuai dengan standar baku mutu limbah cair
bagi kegiatan rumah sakit menurut SK. Gub.
Sulsel No. 14 Tahun 2003.
Ucapan Terima Kasih
Bapak Dr. Ir. H. Halidin Arfan,
MSCdan Bapak Ir. Ahmad Zubair, MSC yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahannya sehingga tugas
akhir ini dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan
No.1204/MENKES/SK/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Jakarta : DepkesRI.
Depkes Sulsel, 2003. Keputuan Menteri
Lingkungan Hidup No.58/MENLH/12/2003
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Rumah Sakit,Jakarta : Depkes RI.
Ginting Perdana, 2007. Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah Industri,Bandung
: CV. Yrama Widya.
Gubernur Sulawesi Selatan, 2003. Keputusan
Gubernur Sul-Sel No.14/2003 tentang
Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran
Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah
Cair, Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi
serta Tingkat Gangguan Kegiatan yang
Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan
Karia & Christian,G L Karia R.A Christian.
Wastewater Treatment: Concepts And
Design Approach
Metcalf & Eddy, Inc. 2003. Wastewater
Engineering : Treatment, Disposal and
Reuse 4th Edition. Mc Graw Hill. New
York.
Sastrodimedjo, Soewito, Pengantar Studi
Pengelolaan Air Kotor (Jakarta :
Pusdiknakes Departemen Kesehatan, 1985.
Siregar A., 2005. Instalasi Pengolahan Air
Limbah, Yogyakarta : Kanisius.
SK. Gub. Sulsel No. 14 Tahun 2003
Sugiharto. 2008. Dasar-dasar pengolahan air
limbah.Jakarta.
effluentinfluent
Bak Kontrol9