Upload
clarencia-salim
View
231
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal interna in indonesia
Citation preview
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
PERBANDINGAN ANTARA PEMBERIAN FIBRINOLISIS DAN PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION (PCI) PRIMER PADA
INFARK MIOKARD DENGAN ELEVASI SEGMEN ST
LATAR BELAKANG
Hingga saat ini tidak diketahui secara pasti apakah pemberian fibrinolisis sebelum
penatalaksanaan di rumah sakit, yang diikuti dengan koronariarteriografi, akan memberikan hasil
yang serupa dengan tatalaksana Percutaneous Coronary Intervention (PCI) primer sesaat setelah
terjadinya STEMI.
METODE
Diantara 1892 pasien dengan STEMI yang mengalami gejala kurang dari 3 jam dan tidak
memungkinkan untuk mendapatkan terapi PCI dalam waktu kurang dari 1 jam, secara acak
diikut seratkan dalam penelitian untuk mendapatkan terapi antara PCI primer atau terapi
fibrinolitik dengan bolus tenecteplase (diubah menjadi setengah dosis pada pasien yang berusia ≥
75 tahun), clopidrogel, dan enoxaparin sebelum dipindah ke rumah sakit yang dapat memberikan
terapi PCI. Tindakan angiografi koroner akan dilakukan secara emergensi apabila pemberian
fibrinolisis gagal. Dan juga, angiografi dilakukan dalam waktu 6 sampai 24 jam setelah
pemeilihan secara acak. Hasil akhir yang dapat diperoleh yaitu, kematian, syok , gagal jantung
kongestif, ataupun kejadian infark berulang sampai dengan 30 hari.
HASIL
Hasil akhir didapatkan pada 116 diantara 939 pasien (12,4%) dalam grup yang mendapatkan
fibrinolisis dan 153 pasien diantara 943 pasien (14,3%) pada grup yang mendapatkan PCI saja
(risiko relatif pada grup fibrinolisis, 0,86; interval kepercayaan 95%, 0,68 sampai 1,09; P =
0,21). Angiografi emergensi dilakukan pada 36,3% pasien dalam grup yang mendapatkan
fibrinolisis, dimana pasien mendapatkan angiografi pada rata-rata 17 jam setelah pemilihan
secara acak. Perdarahan intrakranial terjadi pada grup yang mendapatkan fibrinolisis lebih
banyak dibandingkan pada grup yang mendapatkan terapi PCI primer (1,0 % vs 0,2%, P = 0,04 ;
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 1RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
setelah perubahan protocol, 0,5% vs. 0,3%, p=0.45). kejadian perdarahan nonintrakranial pada
kedua grup sama.
KESIMPULAN
Pemberian fibrinolisis sebelum penanganan dirumah sakit diikuti dengan angiografi coroner
menghasilkan reperfusi yang efektif pada pasien dengan STEMI tahap awal yang tidak dapat
mendapatkan PCI primer dalam waktu kurang dari 1 jam. Bagaimanapun, fibrinolisis
dihubungkan dengan peningkatan risiko perdarahan intracranial.
Meskipun beberapa pedoman untuk pasien dengan STEMI akut disarankan untuk
mendapatkan PCI sebagai strategi utama untuk reperfusi, namun hal ini sangat tergantung pada
waktu. Karena banyak pasien yang tidak dapat mencapai rumah sakit yang dapat memberikan
terapi PCI, hal ini merupakan sebuah permasalah logistick, yang juga merupakan permasalahan
bagi banyak rumah sakit. Meskipun berbagai usaha sedang diarahkan untuk menangani isu ini,
sebagian besar pasien dengan STEMI yang hadir di fasilitas non-PCI tidak mendapatkan terapi
PCI dalam waktu yang ditentukan seperti dalam pedoma tatalaksana. Penundaan ini
menghasilkan peningkatan angka mobiditas dan mortalitas.
Tantangan terbesar ke dua dalam terapi adalah mencegah keterlambatan penatalaknsaan
dari timbulnya onset gejala hingga sampai ke rumah sakit, hal ini merupakan salah satu faktor
yang membuahkan keuntungan yang cukup besar dalam hal perawatan prehospital yang
melipuiti dilakukannya pemeriksaan EKG, pemberian fibrinolisis prehospital, dan informasi
triase seperti mengenai rumah sakit yang dapat memberikan terapi PCI. Dalam percobaan ini
yang disebut dengan Strategi Reperfusi Awal setelah Infark Miokard (STREAM), dilakukan
evaluasi mengenai terapi fibrinolitik- terapi yang terdiri dari pra-rumah sakit atau terapi
fibrinolisis awal dengan antiplatelet kontemporer dan terapi antikoagulan, diikutin dengan
koronari angiografi, menghasilkan hasil klinis yang mirip dengan terapi primer PCI pada pasien
dengan STEMI yang baru onsetnya masih baru.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 2RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
METODE
DESAIN STUDI DAN PENGAWASAN
Desain ini dilakukan secara terbuka, prospektif, acak, pada grup paralel, berbagai percobaan
telah dilaporkan sebelumnya. Sebuah penelitian terorganisasi ditampilkan pada lampiran
tambahan. Data penelitian dikumpulkan melauli catatan elektronik dan dikelola oleh penelitian
pierrel dari sponsor. Data akhir di kirimkan ke Universitas Leuven, Belgia untuk dianalisa secara
statistic independen. Penulis pertama dan terakhir menuliskan draft naskah pertama, dan para
eksekutif dan komite penasihat berpartisipasi dalam penulisan naskah. Penulis naskah akhir
menjamin keakuratan data dan ketepatan dari laporan ini untuk sebagai protokol penelitian.
Keputusan untuk mengirimkan naskah yang akan dipublikasikan dibuat oleh komite eksekutif
dan disetujui oleh sponsor. Protokol penelitian telah disetujui oleh badan pengawas nasional
serta komite etika lokal di masing-masing pusat studi
PASIEN
Pasien yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam penelitian adalah apabila mereka yang
mengalami onset serangan dalam waktu kurang dari 3 jam setelah timbulnya gejala, memiliki
bukti STEMI akut pada kualifikasi EKG (minimal 2 mm dalam 2 lead perifer maupun
prekordial), dan tidak dapat mendapatkan terapi PCI primer dalam waktu 1 jam setelah kontak
medis pertama. Dengan penekanan pada penatalaksanaan prehospital secara acak, pasien yang
telah mendapatkan terapi tenecteplase dan terpi antikoagulan, akan diikutsertakan dengan
angiografi koroner dalam 6 sampai 24 jam. Dalam hal tersebut dapat ditemukan bahwa kurang
dari 50% resolusi ST-segmen pada 1 lead dengan elevasi maksimum atau bukti klinis gagal
mengalami reperfusi dalam waktu 90 menit setelah fibrinoisis, intervensi penyelamatan
koronerpun dilakukan. Semua pasien diberikan informed consent secara tertulis.
PENELITIAN TERAPI
Dibandingkan strategi fibrinolitik dengan PCI primer menurut pedoman tatalaksana praktek
lokal, dengan pengunaan awal bersamaan antara antiplatelet dan antikoagulan, serta sebagai
tambahan pemberian secara berhati-hati antagonis glikoprotein IIb/IIa. Tenecteplase diberikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 3RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
dalam dosis berdasarkan berat badan (30 mg jika berat nya adalah 55 hingga <60 kg, 35 mg jika
berat nya 60 sampai <70 kg, 40 mg jika berat nya 70 sampai <80 kg, 45 mg jika beratnya adalah
80 hingga <90 kg, dan 50 mg jika berat badannya ≥90 kg) dan dikombinasikan dengan low
molecular- enoxaparin (intravena 30 mg bolus diikuti dengan injeksi subkutan 1 mg per
kilogram berat badan [0,75 mg per kilogram untuk pasien ≥75 tahun] setiap 12 jam) kecuali
untuk pasien 75 tahun atau lebih tua, di antaranya bolus intravena dihilangkan. Terapi
antiplatelet terdiri dari clopidogrel dalam 300-mg loading dose (tidak diberikan untuk pasien
yang berusia ≥75 tahun) diikuti oleh 75 mg setiap hari dan aspirin (150 hingga 325 mg) segera
diikuti dengan dosis 75-325 mg perhari. Tindakan angiografi koroner mendesak dapat dilakukan
pada grup yang mendapatkan fibrinolysis, diizinkan setiap saat apabila ditemukan gangguan
hemodinamik dan elektrik, perburukan iskemia, ataupin ST elevasi yang progresif dan
membutuuhkan intervensi coroner secara cepat, menurut keputusan penyidik.
Dilakukan pengacakan melalui system respon suara secara interaktif. Semua pasien
dikirim ke ruah sakit yang dapat melakukan PCI; untuk semua rumah sakit masyarakat non –
PCI yang berpartisipasi dalam studi , sebuah hubungan baik dengan dengan tempat yang dapat
melakukan PCI sangat dibutuhkan. Semua krputusan diputuskan secara terpusat oleh beberapa
member yang tidak menyadari tugas studi kelompok.
HASIL AKHIR PRIMER
Hasil akhir dari penelitian ini adalah terjadinya kematian yang dapat terjadi dalam 30 hari dari
berbagai penyebab, seperti shock, atau gagal jantung kongestif atau kejadian reinfark.
Keuntungan tunggal dari hasil akhir sama baiknya seperti titik akhir keamanan yang terdiri
stroke iskemik , perdarahan intrakranial , perdarahan nonintracranial , dan kejadian klinis serius
lainnya telah dicatat dan dijelaskan pada lampiran tambahan .
ANALISIS STATISTIK
Sejumlah sampel dari 1000 pasien per kelompok studi sudah direncanakan, dan nilai akhir dari
grup yang mendapatkan PCI primer diperkirakan sekitar 15%. Setelah 21% dari populasi
tertinggi telah terdaftar, komite eksekutif, dengan saran dari bagian pemantau data dan
keamanan, dilakukan perubahan protocol pada tanggal 24 agustus 2009, untuk mengurangi dosis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 4RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
tenecteplase sebesar 50% pada pasien yang berusia 75 tahun atau lebih tua karena kejadian yang
cukup banyak ditemukan pada kelompok usia tersebut. Pendekatan ini diperoleh dari penelitian
sebelumnya oleh larsenet al. selain itu, pada waktu itu, untuk memperoleh keselarasan dalam
kriteria penggolongan elektrokardiografi dengan uji coba STEMI terbaru, Kriteria inklusi untuk
infark miokard inferior diubah dari ST elevasi dengan minimal 3 mm dalam 2 lead inverior yang
berhubungan menjadi minimal 2 mm.
Percobaan ini dirancang sebagai bukti dari konsep penelitian. Semua uji statistik dari
eksplorasi dasar. Karakteristik dasar dilaporkan sebagai rerata (± SD) atau angka dan
persentase, yang sesuai. Perbedaan waktu dilaporkan sebagai median dan rentang interkuartil dan
dibandingkan dengan rerata dari uji Wilcoxon. Kami menganalisa khasiat dan keamanan titik
akhir dengan menghitung jumlah rerata kejadian pada setiap grup penelitian dan
membandingkan hal tersebut dengan menggunakan relative risk dengan dua sisi interval
kepercayaan 95% diperoleh dengan cara model regresi poisson dengan variasi kesalahan yang
cukup kuat. Untuk titik akhir primer, dilakukan juga analisis lebih mendalam pada subkelompok
menurut umur, jenis kelamin, klasifikasi killip, waktu pengacakan, tempat pengacakan, lokasi
infark, tekanan darah sistolik, berat badan, status mengenai riwayat diabetes atau hipertensi, skor
risiko trombolisis pada miokard Infark (TIMI), dan pengacakan sebelum atau sesudah adopsi
amandemen protokol. Dilakukan evaluasi interaksi antara pengobatan dan subkelompok. Untuk
titik akhir primer, juga dibandingkan Kaplan- kurva Meier dengan mengunakan uji log-rank.
Sebuah analisis kasus yang diamati dilakukan kecuali untuk analisis dimana terdapat
proposrsi data yang hilang lebih dari 1% dan beberapa analisis imputasi dilakukan. Model
imputasi itu berdasarkan pada karakteristik awal bersama-sama dengan setiap efikasi dan
keamanan titik akhir. Semua analisis dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dasar
penggunaan antara perangkat lunak SAS, versi 9.2, atau perangkat lunak R (fungsi areglmpute
pada Hmisc package). P values disediakan dengan tujuan untuk hasil deskriptif saja.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 5RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
HASIL
PASIEN
Dari 19 Maret, 2008, hingga 26 Juli, 2012, kami mengikutsertakan 1915 pasien dari 99 lokasi
pada 15 negara. Sejumlah 1892 pasien mengikuti pengacakan dan disertai informed consent
tertulis. Pada grup fibrinolisis 4 pasien hilang untuk ditindaklanjuti, dan 1 pasien membatalkan
persetujuan. Pada grup PCI primer, 2 pasien hilang untuk di tindaklanjuti. Sebagian besar pasien
(81%) mengikuti pengacakan dalam pengaturan ambulans. Karakteristik awal yang sama, kecuali
bahwa gagal kantung kongestif lebih sering pada pasien di grup PCI primer. (table 1)
Nilai tengah pada keterlambatan waktu dari sejak timbulnya gejala hingga ke kontak
medis pertama dan pengacakan adalah serupa pada dua kelompok. Nilai tengah pada waktu
antara onset gejala dan dimulainya terapi reperfusi (bolus tenecteplase atau arterial sheath
insertion) dalah 100 menit dan 178 menit (P,0,001). Seperti yang diharapkan, nilai tengah waktu
dari pengacakan untuk angiografi lebih panjang pada grup fibrinolisis dibandungkan grup PCI
primer, dengan penundaan 2.2 jam pada 36% pasien yang membutuhkan pertolongan intervensi
urgensi dan 17 jam pada sisa 64% pasien.
HASIL AKHIR PRIMER
Hasil akhir primer (kematian dari setiap penyebab, syok, gagal jantung kongestif, atau
reinfarction sampai dengan 30 hari) terjadi pada 116 dari 939 pasien (12,4%) dari kelompok
fibrinolisis dan 135 dari 943 pasien (14,3%) pada kelompok penerima primer PCI (risiko relatif
pada kelompok fibrinolisis, 0,86; 95% confidence interval [CI], 0,68-1,09; P = 0,21) (Gambar 1).
Coincidence Interval 95% dari risiko relatif pada kelompok fibrinolisis akan mengekslusi
peningkatan relatif 9% (atau meningkat mutlak 1,1 point persentase) dibandingkan dengan
kelompok utama PCI. Insiden Hasil akhir primer dalam subkelompok prespecified pada
umumnya sama dengan hasil keseluruhan (Gambar. 2). Tidak ada interaksi pengobatan
signifikan yang ditemukan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 6RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Masing-masing komponen hasil akhir primer, klinis utama end point lainnya, dan
intervensi sampai 30 hari dapat dilihat pada Tabel 2.d Syok kardiogenik dan gagal jantung
kongestif cenderung lebih sering terjadi pada kelompok primer PCI dibandingkan kelompok
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 7RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
fibrinolisis. Untuk titik akhir klinis lainnya, tingkat dalam dua kelompok yang sangat mirip.
Secara signifikan pembuluh darah lebih terbuka ditemukan pada angiografi pertama sebelum PCI
pada kelompok fibrinolisis dibandingkan pada kelompok PCI primer (Tabel 2).
Di antara pasien yang sangat memerlukan angiografi, pembuluh darah sasaran
menunjukkan TIMI aliran kelas 0 atau 1 di 46,5% pasien. Di antara pasien yang menjalani
angiografi yang tidak mendesak, aliran nilai TIMI 2 dan 3 yang hadir di 13,2% dan 72,8% dari
masing-masing pasien. Setelah PCI, tingkat patensi yang tinggi dan hampir identik dalam dua
kelompok studi. Dari mereka yang menjalani PCI, 96% dalam dua kelompok menerima satu atau
lebih stent. Secara keseluruhan, operasi bypass secara signifikan lebih banyak dan PCIs lebih
sedikit dilakukan pada kelompok fibrinolisis dibandingkan kelompok PCI.
Tingkat kejadian stroke adalah rendah dalam dua kelompok studi, namun intrakranial
hemoragik dan stroke iskemik primer keduanya lebih sering pada kelompok fibrinolisis
dibandingkan pada kelompok PCI primer (Tabel 3). Setelah pengurangan dosis tenecteplase pada
pasien 75 tahun atau lebih, tidak ada kasus perdarahan intrakranial (0 dari 97 pasien),
dibandingkan dengan 3 dari 37 pasien (8,1%) dalam kelompok usia ini sebelum amendment.
Tingkat perdarahan non-intrakranial utama adalah 6,5% pada kelompok fibrinolisis, dan 4,8%
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 8RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
pada kelompok primer PCI, perbedaan yang tidak signifikan (P = 0,11). Tingkat transfusi darah
juga serupa dalam dua kelompok studi (2,9% dan 2,3%, masing-masing; P = 0,47).
DISKUSI
Dalam studi ini, pasien dengan STEMI yang disajikan awal setelah gejala onset dengan
ketinggian ST-segmen minimal 2 mm dalam dua lead berdekatan memiliki tingkat yang sama
dari gabungan hasil akhir primer kematian, syok, gagal jantung kongestif, atau reinfarction pada
30 hari, terlepas dari apakah mereka menjalani fibrinolisis pra-rumah sakit atau primary PCI.
Hasil ini konsisten di beberapa subkelompok.
Strategi kami mengakibatkan delay singkat dari onset gejala untuk masing-masing dua
pendekatan reperfusi, dengan antar kelompok diharapkan keterlambatan lebih dari 1 jam untuk
primary PCI, dibandingkan dengan terapi fibrinolitik. Ini menarik untuk membandingkan waktu
dari onset gejala sampai reperfusi dalam penelitian kami dengan kelompok perlakuan analog di
Pengadilan Denmark Akut Myocardial Infarction 2 (DANAMI-2), 11 uji klinis tebesar
sebelumnya dimana PCI primer lebih disukai di rumah sakit fibrinolisis. Dalam studi kami,
median waktu sampai reperfusi adalah 100 menit pada kelompok fibrinolisis dan 178 menit pada
kelompok primary PCI, yang lebih dari 1 jam lebih pendek dari laporan pada DANAMI-2. Selain
itu, interval antara terapi fibrinolitik dan primary PCI di DANAMI-2 secara substansial lebih
pendek dari yang diamati dalam penelitian kami.
Setiap terapi dalam penelitian kami disampaikan dengan terapi medis ajuvan kontemporer.
Penggunaan protokol Diligent- mandated dari angiografi mendesak pada sepertiga dari pasien di
kelompok fibrinolisis, dikombinasikan dengan angiografi dalam waktu 24 jam diikuti dengan
revaskularisasi tambahan, jika diindikasikan, di sisa pasien, mungkin berkontribusi pada
keseluruhan hasil klinis yang memuaskan. Semakin sering perlakuan operasi bypass koroner
antara pasien dalam kelompok fibrinolisis adalah mungkin terkait dengan keadaan tidak
mendesak, saat dibuatnya keputusan dilakukannya angiography dan revaskularisasi. Kami
mengamati tingkat shock dan gagal jantung lebih rendah, serta lebih menyelesaikan
revaskularisasi koroner bedah, antara pasien yang menjalani fibrinolisis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 9RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 10RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Peningkatan risiko perdarahan intrakranial di dari kelompok fibrinolisis antara pasien 75
tahun atau lebih tua telah diakui segera setelah sekitar seperlima dari perencanaan kami dan
menyebabkan pengurangan dosis tenecteplase pada pasien ini, dengan profil keamanan yang
dapat diterima dalam kelompok usia ini.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 11RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Hal ini berguna untuk merefleksikan temuan kami di konteks the Assessment of the Safety
and Efficacy of a New Treatment Strategy with Percutaneous Coronary Intervention (ASSENT-4
PCI) trial, yang mengevaluasi fasilitas fibrinolisis dibandingkan PCI primer. Penelitian tersebut
dihentikan lebih dini karena banyaknya kejadian stroke dan komplikasi trombotik dini ketika PCI
rutin wajib dilakukan dalam 1 sampai 3 jam setelah fibrinolisis, terlepas dari bukti reperfusi yang
berhasil. Selain itu, tidak seperti penggunaan adjuvan terapi pada percobaan kami, yang
ditentukan dalam protokol, penggunaan suboptimal adjuvan terapi antiplatelet dan antikoagulan
yang dilaporkan dalam ASSENT-4 PCI trial. Temuan kami didukung oleh percobaan lain di
mana terapi lytik diberikan sangat awal setelah gejala onset dan dikombinasikan dengan terapi
revascularisasi.
Studi kami memiliki beberapa kekuatan dan keterbatasan yang pantas diperhatikan. Tidak
ada satupun calon Studi yang memiliki ukuran yang relevan dan pasien populasi umum berada
pada tahap awal dalam evolusinya. Kami memilih sampel berukuran sedang dan eksplorasi
pendekatan statistik tanpa hipotesis utama, setelah memperhitungkan berbagai tantangan dalam
melakukan penelitian, termasuk pendanaan yang tersedia, pergeseran global menuju PCI primer,
dan kapasitas untuk pengacakan pra-rumah sakit dan administrasi dari terapi fibrinolitik. Karena
kami mengekslusi pasien dengan STEMI yang mampu menjalani PCI primer dalam waktu 1 jam
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 12RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015
REFERAT SAMUEL SEBASTIAN / 406148009 CLARENCIA / 406148121 THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
setelah kontak medis yang pertama, temuan kami tidak berlaku untuk populasi ini. Demikian
pula, kita tidak bisa berkomentar pada penerapan temuan kami untuk pasien dengan STEMI yang
hadir lebih dari 3 jam setelah onset gejala atau yang tidak memiliki karakteristik spesifik untuk
dimasukkan dalam penelitian kami.
Tujuan kami adalah untuk membandingkan dua strategi reperfusi selaras dengan pedoman
saat ini pada pasien dengan awal STEMI yang memiliki substansial jumlah miokardium berisiko
dan untuk yang tidak mungkin melakukan PCI langsung. Kami telah tetapkan sebelumnya niat
kami untuk menggambarkan composite end point kami dengan limit keyakinan 95% dan
menemukan bahwa pasien dalam kelompok fibrinolisis memiliki relatif risiko Hasil akhir primer
0,86 (95% CI, 0,68-1,09), dibandingkan dengan kelompok PCI primer. Berdasarkan temuan
kami, pasca diterapkan hoc, interval kepercayaan 95% dari relatif risiko Hasil akhir primer di
kelompok fibrinolisis yang akan mengekslusi peningkatan relatif 9% (atau peningkatan absolut
dari 1,1 poin persentase), jika dibandingkan dengan kelompok primary PCI. Meskipun penelitian
kami tidak mendeskripsikan batas noninferiority, perlu dicatat bahwa yang berlaku umum
margin proporsional untuk uji coba noninferiority jatuh pada kisaran 15 sampai 20% .
Singkatnya, kami menemukan bahwa keselarasan strategis dari fibrinolisis awal atau pra-
rumah sakit dan cotherapy antitrombotik kontemporer ditambah dengan angiografi koroner tepat
waktu mengakibatkan reperfusi efektif pada pasien dengan STEMI yang disajikan dalam waktu 3
jam setelah onset gejala dan yang tidak bisa menjalani PCI dalam waktu 1 jam setelah kontak
medis pertama. Namun, fibrinolisis awal dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko perdarahan
intrakranial.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Page 13RSUD dr. Loekmono Hadi KudusFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 05 Oktober – 12 Desember 2015