19
Jurnal Reading Kolonisasi Streptococcus pneumoniae pada Faring Anak- Anak dan Remaja di Area Geografis dengan Perlindungan Vaksin Pneumokokus yang Relatif Terbatas Disusun oleh: Pritha Fajar Abrianti G99141017 Meutia Halida G99141018 Debora Marga Pangestika G99141019 Annisa Pertiwi G99141020 Coraega Gena Ernestine G99141021 Pemimbing: dr. Putu Wijya, K, Sp.THT-KL

Jurnal Dr Putu Pharyngeal Colonization Completed

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tht

Citation preview

Jurnal Reading

Kolonisasi Streptococcus pneumoniae pada Faring Anak-Anak dan Remaja di Area Geografis dengan Perlindungan Vaksin Pneumokokus yang Relatif Terbatas

Disusun oleh:Pritha Fajar AbriantiG99141017Meutia HalidaG99141018Debora Marga PangestikaG99141019Annisa PertiwiG99141020Coraega Gena ErnestineG99141021

Pemimbing:dr. Putu Wijya, K, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KLFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

Kolonisasi Streptococcus pneumoniae pada Faring Anak-Anak dan Remaja di Area Geografis dengan Perlindungan Vaksin Pneumokokus yang Relatif Terbatas

Kolonisasi Streptococcus pneumoniae pada faring merupakan awal transmisi pneumokokus pada manusia, dan awal terjadinya Pneumococcal Disease (PD). Pemberian pneumococcal conjugate vaccines (PCVs) untuk bayi secara signifikan dapat menurunkan kejadian PD pada anak-anak yang divaksinasi, keluarga, dan masyarakat dengan mengurangi kolonisasi serotipe pneumokokus pada faring anak-anak, baik yang divaksinasi dan tidak divaksinasi dalam area geografis yang sama. Akibatnya, mengukur karier dapat memberikan data tentang perlindungan PCV langsung dan tidak langsung terhadap serotipe yang spesifik pada subyek. Namun, perkiraan kemanjuran PCVs terhadap S. pneumoniae belum terstandarisasi, sehingga menjadi sulit untuk membedakan perbedaan efikasi terapi dalam metode penelitian yang berbeda. Status karier setelah pemberian PCV secara signifikan dapat bervariasi tergantung pada PCV, waktu sejak pemberian vaksin, tingkat infeksi, prevalensi karier pada populasi umum, dan karakteristik sistem kekebalan tubuh dari subyek yang divaksinasi.Telah dilaporkan bahwa PCVs paling efektif adalah vaksin yang mengandung antigen yang sangat imunogenik dalam jumlah besar, tetapi kemungkinan efek dari semua PCVs bervariasi tergantung pada wilayah geografis karena diketahui bahwa jumlah karier secara signifikan lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Selain itu, prevalensi karier pasca vaksinasi dapat dipengaruhi oleh karakteristik sistem kekebalan tubuh dari subyek yang divaksinasi dan tidak divaksinasi. Pertahanan karier tidak hanya tergantung pada pengembangan antibodi kapsuler karena dapat pula dipengaruhi oleh mekanisme lain seperti sel T. Akhirnya, tingkat imunisasi bayi dan durasi imunitas induksi PCV juga mungkin penting dan, meskipun bukti empiris dari studi epidemiologi tampaknya menunjukkan bahwa vaksinasi moderat mungkin cukup untuk mengendalikan tipe vaksin bahkan dalam tingkat transmisi tinggi, namun tak satu pun dari aspek ini telah ditetapkan. Bagaimanapun, kedua variabel tersebut penting dalam menentukan khasiat PCVs jangka panjang dan strategi vaksinasi terbaik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara kolonisasi dan status vaksinasi pneumokokus dari anak-anak dan remaja yang tinggal di Milan, kota besar di Italia utara di mana heptavalent PCV (PCV7) secara resmi dimasukkan dalam jadwal imunisasi dan diberikan secara gratis pada tahun 2008, dan di mana cakupan vaksinasi pneumokokus tetap tidak lebih dari 50% selama 4 tahun.

BAHAN DAN METODEKoleksi Swab Swab dikumpulkan pada minggu kedua dan ketiga Desember 2013 dari anak-anak dan remaja yang dipilih secara acak pada 4 sekolah dasar, 4 sekolah menengah dan 2 sekolah tinggi. Partisipasi secara sukarela, dengan menggunakan blangko yang berisi karakteristik penelitian dan meminta informed consent tertulis dari kedua orang tua dan persetujuan ditandatangani oleh subyek penelitian, yang dibagikan selama pelajaran. Untuk memaksimalkan partisipasi, semua guru meyakinkan subyek dengan memberikan penjelasan rinci dari S. pneumoniae dan penyakit yang berhubungan, seminggu sebelum dilakukan swabbing tersebut. Pendaftar harus menyelesaikan kuesioner singkat yang berisi data demografis dan rincian klinis. Status vaksinasi pneumokokus dinilai dengan konsultasi dari lembaga vaksinasi resmi yang dikeluarkan oleh Layanan Vaksinasi Daerah.Jadwal imunisasi pneumokokus yang direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan Italia meliputi 3 dosis PCV di tahun pertama kehidupan, 2 dosis pada tahun kedua, dan dosis tunggal setelah tahun kedua. Anak-anak dianggap sepenuhnya tervaksinasi jika salah satu dari rekomendasi ini telah diikuti pada waktu pendaftaran, dan dianggap tidak sepenuhnya divaksinasi jika mereka sudah mulai tetapi tidak menyelesaikan jadwal vaksin. Kelompok terakhir hanya 1% dari subyek yang terdaftar dan tidak dibandingkan dengan kelompok sepenuhnya divaksinasi atau anak-anak yang tidak divaksinasi. Subyek dengan ISPA aktif pada saat sampling, infeksi pernafasan dengan pengobatan antibiotik dalam 2 minggu sebelumnya, dan orang-orang dengan penyakit yang kronis akan dikeluarkan dari penelitian.Pengambilan swab dilakukan di ruang medis masing-masing sekolah pada akhir pelajaran pada 2 hari berturut-turut oleh beberapa tenaga terlatih dan diawasi oleh dokter anak. Sampel orofaringeal diperoleh dengan menggunakan kit ESwab berisi tabung polypropylene screw-cap tube yang penuh dengan 1 mL media Amies cair (Brescia, Copan, Italia). Sampling dilakukan dengan menekan lidah ke bawah dengan spatula dan swabbing kedua lengkung tonsil dan nasofaring posterior, tanpa menyentuh sisi mulut. Semua hasil swab segera diangkut ke laboratorium pusat dan diproses dalam waktu dua jam.

Identifikasi S. pneumoniaDNA genomik bakteri diekstraksi dari sampel menggunakan NucliSENS easyMAG sistem ekstraksi otomatis (BioMerieux, Bagno Ripoli, Florence, Italy), sebuah sampel 250 L dan generik protokol dimasukan, lalu diuji untuk gen autolysin-A-encoding (lytA) dan gen wzg (cpsA) terhadap S.pneumoniae melalui real-time polymerase chain reaction (PCR) seperti yang akan dijelaskan selanjutnya. Setiap sampel diuji dalam tiga buah percobaan, dan dikatakan positif jika setidaknya terdapat 2 dari 3 uji tersebut menunjukan keberadaan kedua gen tersebut. Level deteksi dari uji ini dapat mendeteksi 16 genom. Untuk meningkatkan sensitivitas pada uji ini tidak berasal dari internal melainkan dengan mengendalikan eksternal kontrol. Spesimen negatif dari real-time PCR diuji pula untuk keberadaan dari gen Rnase P-encoding untuk mengeksklusi inhibisi PCR dan kegagalan ekstraksi DNA. Semua kasus yang positif dilakukan serotipe menggunakan primen dan prob yang didesain pada basis dari sekuens GenBank , serotipe 1, 3, 4, 5, 6A, 6B, 7F, 9V, 14, 18C, 19A, 19F dan 23F (sebagai contoh, vaksin 13-valent pneumococcal conjugate, PCV13), dan disintesis dengan TIB Molbiol (Genoa, Italia) seperti yang akan dijelaskan selanjutnya. Dilakukan analisa pre evaluasi menggunakan perangkat komputer dan dianalisis menggunakan perangkat lunak Primer-BLAST dan BLAST untuk membandingkan sekuens dengan seluruh daftar sekuens bakteria dan homosapiens.

Analisis StatsitikMenurut pendapat bahwa sekitar 40% dari anak-anak menerima vaksinasi pneumokokus dan proporsi dari pembawa pada kelompok non-vaksinasi sekitar 45%, diperhitungkan bahwa besar sampel yaitu 800 anak yang telah vaksinasi dan 1200 yang non-vaksinasi dapat mencapai 80% kekuatan (dengan = 0.05) untuk mendeteksi odd ratio (OR) yaitu 0.8 (P1 < P2) atau 1.3 ( P1 > P2). Kelompok tersebut dibandingkan menggunakan 2 atau uji Fisher. Multivariat OR dan 95% CI diperhitungkan untuk menggambarkan hubungan dari vaksinasi pneumokokus dan pembawa pneumokokus menggunakan model regresi logistik multiple pada anak kurang dari 15 tahun dijadikan sebagai kovariat pertama, sehingga usia, jenis kelamin, etnis, jumlah saudara kandung dan kebiasaan merokok dari orang tua. Sebagai tambahan, model regresi logistik multiple dipergunakan untuk memeriksa pada 2 kelompok usia (