21
ENTEROBIASIS RH Rafsanjany Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta Latar Belakang Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak di dapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut sampai yang kecil setitik disebut Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh orang awam, kita sering mendengar dengan sebutan Kremian. 1

Jurnal ENTEROBIASIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal ENTEROBIASIS

ENTEROBIASIS

RH Rafsanjany

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta

Latar Belakang

Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh

cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar

dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya

hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya.

Parasit ini lebih banyak di dapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah,

tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi.

Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang

berukuran besar seperti cacing perut sampai yang kecil setitik disebut Cacing kremi atau

Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang

manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh orang awam, kita sering

mendengar dengan sebutan Kremian.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Telepon : 087884377307, Email : [email protected]

NIM : 102009116, Kelompok : B2

1

Page 2: Jurnal ENTEROBIASIS

Anamnesis

Keluhan Utama : Tidur gelisah karena gatal pada daerah anus

Keluhan Tambahan : Tidak nafsu makan

Pada anamnesis ditanyakan :

a. Daerah bagian mana yang terasa gatal

b. Kapan gatal tersebut dialami

c. Rewel pada anak kecil, karena rasa gatal dan tidur malamnya terganggu

d. Kurang tidur, biasanya karena ada rasa gatal di malam hari sehingga anak terus

menggaruk dan tidur malamnya tidak nyenyak

e. Biasa pasien mengalami tidak nafsu makan (jika infeksi yang berat)

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital tidak ada kelainan.

Pada Inspeksi ditemukan lesi pada daerah sekitar anus akibat garukan.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Anal Swab

Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya

dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus,

telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca

benda dan dibubuhi sedikit toluen untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan

dilakukan 3 hari berturut-turut.

b. Pemeriksaan Tinja

Untuk mengetahui adanya Sel epitel, Makrofag, Eritrosit, Lekosit, Kristal, sisa makanan,

Butir lemak, Butir Karbohidrat, Serat tumbuhan / otot Sel ragi, Protozoa, Telur dan larva

cacing. Metode yang digunakan dengan penambahan larutan Cat antara lain:

2

Page 3: Jurnal ENTEROBIASIS

Lemak Sudan III

Protozoa Eosin 1 – 2%

Amylum  Lugol 1 – 2 %

Lekosit  asam asetat 10 %

Pemeriksaan rutin  NaCl 0,9%                   

Kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam

feses / tinja

- Makroskopis

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan

parasit.

a. Jumlah

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja

dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

b. Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi

menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala

didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak

dan bercampur gas.

c. Warna

Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan

terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai

jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning

dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau

dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir

disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.  Kelabu mungkin disebabkan

karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif,

tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim

pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak

yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah

pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan

3

Page 4: Jurnal ENTEROBIASIS

yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat

mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena

makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang

berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat

yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

d. Bau

Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan

jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.

Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam

disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada

keadaan itu menjadi asam.

e. Darah

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin

terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal

saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut

melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada

perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang

berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.

f. Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang

banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat

di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila

lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada

disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

g. Parasit

Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan

dalam tinja.

4

Page 5: Jurnal ENTEROBIASIS

- Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel

epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah

pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

a. Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk

trofozoit.

b. Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,

Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

c. Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri

basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.Eosinofil

mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran

pencenaan.

d. Eritrosit

Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila

lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti

abnormal.

e. Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding

usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini

biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau

peradangan dinding usus bagian distal.

5

Page 6: Jurnal ENTEROBIASIS

f. Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel

fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal Tripel Fosfat dan Kalsium Oksalat

didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan

setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden

Tinja Lugol Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada

ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran

pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

g. Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu

jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.Sisa makanan

sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti

serat otot, serat elastis dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur

dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.

Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada

steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

Diagnosis Kerja : ENTEROBIASIS

a. Definisi

adalah suatu Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit

yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan

berkembangbiak di dalam usus.1

Merupakan nematoda usus yang siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah, disebut

nematoda “ non-soil transmitted helminths “.

b. Penyebab

Cacing Enterobius vermicularis

c. Klasifikasi

Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Nematoda

6

Page 7: Jurnal ENTEROBIASIS

Kelas : Plasmidia

Ordo : Rabtidia

Famili : Oxyuridea

Genus : Enterobius

Spesies : Enterobius vermicularis

Gejala klinis kebanyakan bersumber pada iritasi di daerah sekitar anus,perinium,dan vagina

oleh migrasi cacing betina yang hamil, jarang disebabkan aktivitas cacing di dalam usus.

Pada anak perempuan dapat pula terjadi pruritus vulva dan vaginitis (pruritus lokal). Namun,

kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai

ke lambung,esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut.

Timbulnya rasa gatal sekitar anus disebut pruritus ani yang terjadi pada malam hari,anak

tidurnya terganggu,cengeng,dan menangis (irritable) pada malam hari.1

Diagnosis Pembanding

a. Askariasis

Penyakit ini disebabkan karena infeksi dari cacing Ascaris lumbricoides. Manusia merupakan

satu-satunya hospes dari cacing ini.

cacing jantan berukuran 10-30 cm sedangkan yang betina 22-35 cm, pada telur yang dibuahi

berukuran 60x45 mikron berbentuk bulat/lonjong dengan mempunyai lapisan luar albuminoid

dan lapisan dalam terdiri dari hialin bening.

Pada telur yang tidak dibuahi berukuran 90x40 mikron mempunyai lapisan albuminoid yang

tipis dan berisi granula. Ada juga stadium telur decorticated, dimana pada telur yang dibuahi

tidak mempunyai lapisan albuminoid.

Cacing ini merupakan “soil transmitted helminths”, beda dengan Enterobiasis yang cacingnya

merupakan non soil transmitted helminths.

Pada stadium larva, cacing ini menembus dinding alveolus (paru) yang menyebabkan

sindrom Loeffler, lalu naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea naik ke

faring sehingga ada rangsangan pada penderita dan tertelan masuk ke esophagus, lalu menuju

ke usus halus dan disini larva menjadi cacing dewasa.2

7

Page 8: Jurnal ENTEROBIASIS

b. Tinea Kruris

Tinea kruris merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural

(selangkangan), sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

Penyebabnya adalah jamur dermatofita yaitu E.floccosum, T.rubrum, T.mentagrophytes.

Tempat predileksi jamur ini biasa di daerah selangkangan, lipat paha. Dengan mempunyai

keluhan utamanya yaitu rasa gatal yang hebat pada daerah selangkangan, anus maupun lipat

paha, lesi berbatas tegas dengan tepi meninggi menyerupai bintil-bintil kemerahan dan kadan

bisa berisi nanah.3

c. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

Hospes pada parasit ini adalah manusia yang menyebabkan penyakit Ankilostomiasis dan

Nekatoriasis.

Telur cacing ini dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1.5 hari,

keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform berubah tumbuh

menjadi larva filariform yang infektif pada manusia karena dapat menembus kulit manusia.

Daur hidupnya yaitu telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit

kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus.

Diagnosis penyakit ini ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar, dalam tinja

yang lama mungkin ditemukan larva.4

Etiologi

Enterobius vermicularis, nama lain Oxyuris vermicularis, cacing kremi, pinworm, seatworm,

threadworm.

Epidemiologi

Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah

panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang

mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya

hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.

Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada

golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.

Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu

keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti

asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau

8

Page 9: Jurnal ENTEROBIASIS

kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di

berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi,

telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet

seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada

berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa

kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun

yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

Morfologi

Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum

seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esophagus jelas sekali,ekornya panjang dan runcing.

Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm,

juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda Tanya (?),

spikulum pada ekor jarang ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus

besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.

Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 – 15.000 butir telur, bermigrasi ke

daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang

dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan

lebih datar pada satu sisi ( asimetris ). Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding

telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan.

Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat

hidup sampai 13 hari.

9

Page 10: Jurnal ENTEROBIASIS

Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah

kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan

telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar.

Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah

dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai

menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,berlangsung kira-kira 2 minggu

sampai 2 bulan.

Mungkin daur nya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan

kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing kremi dapat

sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat

berakhir.4

Siklus Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Enterobius vermicularis dan tidak

diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam

hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah perianal dan perineum.

Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah perineum tersebut cacing-cacing ini

bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat

menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC

dalam waktu 6 jam.

10

Page 11: Jurnal ENTEROBIASIS

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi

cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2

bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat

ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.4

Cara Penularan

a. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain

sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau

pakaian dalam penderita.

b. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.

c. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh

karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita

dan tumbuh menjadi cacing dewasa.

11

Page 12: Jurnal ENTEROBIASIS

Gejala Klinis dan Komplikasi

Cacing ini relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi besar. Gejala klinis kebanyakan

bersumber pada iritasi di daerah sekitar anus, perineum, dan vagina oleh migrasi cacing

betina yang hamil, jarang disebabkan aktivitas cacing di dalam usus. Menimbulkan rasa gatal

sekitar anus yang disebut Pruritus ani yang terjadi pada malam hari, anak tidurnya terganggu,

cengeng, dan menangis pada malam hari.

Anak menjadi lemah, nafsu makan menurun, sehingga berat badan berkurang.

Pada anak perempuan, cacing yang sampai ke anus dapat nyasar ke vulva, masuk ke uterus,

tuba falopii, yang dapat menimbulkan komplikasi seperti Salphyngitis. Jika masuk ke urethra,

ke kandung kemih, anak sering mengompol. Walaupun cacing ini sering ditemukan pada

appendiks, tapi jarang menimbulkan Appendiksitis.

Terapi

Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan, bila ditemukan salah seorang anggota

mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg

berat badan (anak-anak), sangat efektif bila diberikan pagi hari di ikuti minum segelas air

12

Page 13: Jurnal ENTEROBIASIS

sehingga obat sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual

dan muntah.

Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan atau

mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol efektif

terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan pipreazin dosis

tunggal tidak efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknya diulang 2-3 minggu

kemudian.5

Pencegahan

Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga maka lingkungan hidup

keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan perorangan merupakan hal yang sangat

penting dijaga. Perlu ditekankan pada anak-anak untuk memotong kuku, membersihkan

tangan sesudah buang air besar dan membersihkan daerah perianal sebaik-baiknya serta cuci

tangan sebelum makan. Di samping itu kebersihan makanan juga perlu diperhatikan.

Hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur cacing

E.vermicularis. Tempat tidur dibersihkan karena mudah sekali tercemar oleh telur cacing

infektif . Diusahakan sinar matahari bisa langsung masuk ke kamar tidur,sehingga dengan

udara yang panas serta ventilasi yang baik pertumbuhan telur akan terhambat karena telur

rusak pada temperatur lebih tinggi dari 46ºC dalam waktu 6 jam. Karena infeksi Enterobius

mudah menular dan merupakan penyakit keluarga maka tidak hanya penderitanya saja yang

diobati tetapi juga seluruh anggota keluarganya secara bersama-sama.

Prognosis

Pengobatan secara periodik memberikan prognosis yang baik.

Kesimpulan

Enterobiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis.

Penyakit ini disebabkan oleh cacing, cacing ini biasanya keluar melalu anus penderita, karena

akibat dari telur cacing yang sampai tertelan manusia. Telur ini bisa terdapat dimana-mana

seperti pada makanan, minuman, atau biasa yang sering terjadi karena autoinfeksi, yaitu

13

Page 14: Jurnal ENTEROBIASIS

dimana seorang penderita yang menggaruk daerah anus nya yang terdapat telur cacing

tersebut lalu telur tersebut menempel pada tangan penderita, dan pada saat itu penderita

memakan makanan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, jadilah telur cacing tersebut masuk ke

dalam mulut penderita dan tertelan.

Pada anak yang menderita penyakit ini biasanya nafsu makan menurun dan selalu rewel atau

nangis. Karena pada malam harinya anak ini terus menggaruk bagian anus nya karena gatal

yang tak tertahankan, dimana diakibatkan karena cacing dewasa ini pada malam hari

bermigrasi kedaerah perianal atau sekitar anus untuk mengeluarkan telur-telurnya, maka dari

itulah penderita merasa gatal pada malam hari.

Pengobatan dari penyakit ini bisa memakai obat-obatan seperti mebendazol dan albendazol,

dan jangan sampai lupa bahwa semua orang yang terlibat dengan si penderita ini harus di

obati juga, karena bisa jadi orang-orang sekitar juga telah menelan telur cacing ini.

Daftar Pustaka

1. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak jilid 2. edisi ke-11.Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI;2007.hal.648-9.

2. Parasitologi kedokteran : ditinjau dari organ tubuh yang diserang.Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC;2009.hal.88-91.

3. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: FKUI;2010.hal.94.

4. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran

UI;2008.hal.25-8.

5. Mardjono M. Farmakologi dan terapi.Edisi kelima. Gunawan SG,et all,editor.Jakarta:

Fakultas kedokteran universitas Indonesia; 2008.

14