24
FISIOLOGI DARAH DAN KERJA JANTUNG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Disusun Oleh : Attaki Nurulhuda F 3415133063 Dwi Hadianto 3415133071 Karina Pravitasari 3415131024 Laras Indriyanti 3415131007 Lusi Indahsari Irawan 3415133066 PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Jurnal Fishew Prak 5&6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fisiologi Hewan

Citation preview

FISIOLOGI DARAH DAN KERJA JANTUNG

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh :

Attaki Nurulhuda F

3415133063

Dwi Hadianto

3415133071

Karina Pravitasari

3415131024

Laras Indriyanti

3415131007

Lusi Indahsari Irawan

3415133066

PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2015

Fisiologi Sistem Pencernaan

Dwi Hadianto1,Attaki Nurulhuda1, Karina Pravitasari1, Laras Indriyanti1, Lusi Indahsari1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda 10, Rawamangun, Jakarta 13220.

Telp/Fax : (021) 4894909

*email :[email protected]

Abstract

Practicum on bold and heart action was held on March 6, 2015 at the Campus B Laboratory of Physiology, University Nergeri Jakarta. The purpose of this lab to conduct experiments 5 and 6 was to determine differences in the structure of blood cells in humans and frogs, knowing the differences in human blood cells and frog, knowing hemin crystals formed on blood cells, know the process of fibrin formation and determine the correlation of body weight with heart rate. The method used is the experimental method. Based on the experimental results us get results at first activity blood cells can occur plasmolysis and deplasmolisis, both visible activities more transparent color on the concave blood cells, all three activities are brown on blood cells, the four activities are the threads of fibrin and the fifth activities are some correlation between body weight with cardiac frequency.

Keywords: Campus B, State University of Jakarta, blood cell, heart action, Experiment

PENDAHULUAN

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup. Dalam keadaan fisiologik. Darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai : pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air ,elektrolit dan protein darah, sedangkan butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.

Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :

a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.

b. Seldarah, adalah merupakan 45% volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (eritrosit), dan keping darah (trombosit)

Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari air (91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam ammonium urea, asamurat keratin, keratin, asam amino, santin dan hiposantin. Darah beredar dari dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler.

Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel yang lainnya, dalam keadaan normal mencapai hamper separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung haemoglobin , yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru paru dan mengantarkannya keseluruh jaringan tubuh.

Oksigen dipakai untuk membentuk energy bagi sel sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru paru.

Struktur sel darah pada manusia

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel sel darah. Setiap milimeter darah mengandung rata rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah), yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta per milimeter kubik (mm3)

Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merah merupakan suatu membran yang membungkus larutan haemoglobin (protein ini membentuk sekitar 95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memiliki organ sel, misalnya mitokondria, lisosom, atau apparatus golgi. Sel darah manusia, seperti sebagian sel darah merah pada hewan, tidak berinti. Namun sel darah merah tidak inert secara metabolis. Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transport ion ( Na+ K+ ATPase dan protein) penukar anion serta pengeturan air keluar masuk sel. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap volume sel darah merah sehngga mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung komponen sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya.

Konsentrasi sel sel darah akan menbengkak dan pecah bila dimasukkan kedalam larutan hipotonis dan akan mengerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

Dilihat dari kerja jantung secara elektik, organ ini mempunyai kemampuan membentuk depolarisasi spontan dan potensial aksi sendiri , sistem penghantar khusus (sel autoritmis) .

Sifat sistem penghantar khusus :

1. Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan

2. Ritmis : keteraturan membangkitan impuls

3. Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls

4. Peka rangsang : kemampuan berespon terhadap rangsang

Susunan system penghantar khusus :

1. SA node (pace maker), di dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior

2. AV node, di dasar atrium kedekat sekat atrium ventrikel

3. Berkas HIS, berkas dari AV node masuk ke septum interventrikel, berkas HIS kemudian menjadi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang kanan bekas mengalirkan arus turun ke sisi kanan septum interventrikular sampai ke bagian apeks ventrikel kanan. Cabang kiri bekas terbagi 3 ; 1. Fasikulus septal, yang akan mendepolarisasikan septum interventrikularis dari arah kiri ke kanan.

2. Fasikulus anteriol, berjalan di sepanjang permukaan anterior (depan) ventrikel kiri.

3. Fasikulus posterior, berjalan di sepanjang perumukaan posteriol ( belakang ) ventrikel kiri. 4. Serat purkinje, serat yang menyebar di miokard ventrikel. Merupakan ujung dari perjalanan cabang berkas kanan dan kiri beserta Fusikulusfusikulusnya. Berupa serat yang menyerupai ranting ranting kecil pada cabang cabang pohon. Fungsinya mengalirkan arus listrik menuju ke miokardium ventrikel.

Denyut jantung di mulai dari sinus venosus (Pisces, Amphibia dan Reptilia) sedangkan pada Aves dan Mamalia denyut jantung dimulai dari Nodus SA ( Sinoatrial). Sinus venosus dan Nodus SA inilah yang berfungsi sebagai pace maker (pemacu denyut jantung). Denyut jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali dari atrium ke ventrikel) dan distol (secara bersamarelaksasi dari atrium ke ventrikel). Bagian bagian yang Nampak berdenyut adalah sinus venosus , atrium kanan dan kiri serta ventrikel. Setelah diastole ,jantung akan beristirahat sesaat (refrakter) sebelum melakukan sistol berikut

METODOLOGI

Kegiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 10 April 2015 di Laboratorium Fisiologi Kampus B Universitas Negeri Jakarta. Metode yang kami gunakan dalam kegiatan ini adalah metode eksperimen. Kami melakukan 5 macam percobaan yang berkaitan dengan darah dan kerja jantung. Percobaan yang kami lakukan adalah percobaan dengan mengamati struktur sel darah, Mengamati konsentrasi sel darah, Mengamati Kristal Hemin, Mengamati fibrin dan melakukan percobaan BeratBadan (BB) Vs frekuensi jantung.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu mikroskop, LCD, laptop, pipet tetes, kaca objek dan kaca penutup, jarum penusuk. Sedangkan bahan yang kami gunakan adalah Brom Timol Biru, larutan NaCl (0,4% , 1 %), larutan yang mengandung (KCl 0,1 gram, KI 0,1 gram dan asam asetat glacial 100 mL.

Berikut adalah penjelasan cara kerja yang dilakukan dalam percobaan :

1. Pengamatan Struktur sel darah (merah dan putih)

(Dan amati struktur sel darahAmbil darah dengan menggunakan Jarum suntikLetakkan darah pada kaca objekLalu tutup dengan kaca penutup dan geserLalu buka kaca objek dan beri 1 tetes BTB )

2. Pengamatan konsentrasi sel darah

(Letakkan darah yang telah diambil tersebut kedalam kaca objekditambah dengan 1 tetesNaCl 0,4%amati bentuk sel darah merahditambah dengan 1 tetes NaCl 1%amati bentuk sel darah merahCatat Hasinya)

3. Kristal Hemin

(Letakkan darah yang telah diambil kedalam kaca objekditambah dengan 1 tetes larutan yang mengandung ( KCl 0,1 gram, KI 0,1 gram dan asam asetat glacial 100 mL)Dan amati bagaimana bentuk Kristal hemin itu dan bagaimana cara terbentuknya)

4. Fibrin

(Letakkan darah yang telah diambil kedalam kaca objekLalu cari yang berbentuk fibrin)

5. Pengamatan Berat badan dengan frekuensi jantung

(Ukur berat badan dan tinggi badan masing masingCatat hasil yang diperoleh dan hitung dengan menggunakan rumus BB(kg)/TB(m2)Lalu hitung frekuensi jantung dengan menghitung denyut nadi selama 15 detik dengan keadaan dudukLalu hitung frekuensi jantung dengan menghitung denyut nadi selama 15 detik dengan keadaan berdiriKemudian membuat tabel)

HASIL

1. Pengamatan Struktur Sel Darah

Gambar 1. Struktur sel darah merah manusia perbesaran 40x

2. Konsentrasi Sel Darah

Gambar 2. Struktur sel darah merah manusia yang telah ditetesi NaCl 0,4% perbesaran 40x

Gambar 3. Struktur sel darah merah yang telah ditetesi NaCl 1% perbesaran 40x

3. Kristal Hemin

Gambar 4. Hasil pengamatan Kristal hemin pada darah manusia perbesaran 40x

4. Fibrin

Gambar 2. Hasil Pengamatan Fibrin pada darah manusia dengan perbesaran 40 kali

5. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Manusia

No.

Berat badan

Tinggi Badan

Rata-rata

Denyut Jantung

1

47 kg

162 cm

18.35

100/menit

2

72 kg

175 cm

23.51

96/menit

3

62 kg

168 cm

21.97

90/menit

4

60 kg

163 cm

22.58

94/menit

5

41 kg

150 cm

18.22

106/menit

Berat Badan - Denyut Jantung

Pada percobaan ini, kita akan menganalisis hubungan antara massa tubuh dengan denyut jantung suatu mahluk hidup. Bahan yang dijadikan objek percobaan adalah 5 manusia dengan berbagai ukuran dan massa tubuh. Berikut adalah grafik hubungan antara massa tubuh dengan kecepatan denyut jantung per menit.

Mahasiswa

X

Y

X2

Y2

XY

A

18.35

100

336.7225

10000

1835

B

23.51

96

552.7201

9216

2256.96

C

21.97

90

482.6809

8100

1977.3

D

22.58

94

509.8564

8836

2122.52

E

18.22

106

331.9684

11236

1031.32

104.63

486

2213.9783

47388

10123.1

Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara X dengan Y

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara X dengan Y

Hipotesis Statistik:

H0 : rxy = 0

H1 : rxy 0

rHitung:

Kontribusi

KP = r2 . 100%

KP = (-0,777)2 . 100%

KP = 60,37%

Tingkat obesitas berpengaruh sebesar 60,37% terhadap percepatan denyut nadi

Signifikansi:

Jika thitung ttabel maka Ho ditolak artinya signifikan.

Jika thitung ttabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

Berdasarkan perhitungan dengan mengambil = 0,2 dan n = 5, uji satu pihak maka : dk = n 2 = 12 2 = 10 sehingga diperoleh ttabel = 1,638. Ternyata thitung lebih besar dari ttabelatau 2,138 > 1,812 maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat obesitas dengan jumlah denyut jantung permenit.

PEMBAHASAN

1. Pengamatan Struktur Sel Darah

Komponen penyusun darah ada dua, yang pertama yaitu plasma darah yang mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah, sedangkan yang kedua, yaitu sel darah, yang merupakan 45 % dari volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

Berdasarkan pengamatan, dapat diamati bahwa sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan dua sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Struktur sel darah merah (eritrosit) pada manusia bentuknya cakram atau lempeng bikonkaf dan tidak terdapat inti sel. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung inti ( nukleus ), suatu karakteristik yang tidak umum pada sel hidup.

Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 m) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga bermanfaat untuk menambah luas permukaannya sehingga sel tersebut lebih mudah dalam melakukan transportasi antar sel. Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk,tulangdada,dantulangbelakang.

Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikatan dengan O2 dan NO. Hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantumengirimkanO2 ke dalam sel.

Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin. Seperti sel-sel lain, sel darah manusia mempunyai inti namun dalam perkembangannya pada sumsum tulang , sel terisi oleh hemoglobin dan inti sel menyusut dan kemudian lenyap. Akibatnya, sel darah merah dewasa, tidak mempunyai inti sel.

2. Konsentrasi Sel-Sel Darah

Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, sebab mengalami deplasmolisis dan akan mengkerut (krenasi) bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis sebab mengalami plasmolisis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan apapun.

Tekanan osmotik NaCl 0,4 % lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel sel darah merah. Peristiwa demikian disebut deplasmolisis. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.

Pada pemberian NaCl 1 % (larutan hipertonis) tampak membran sel darah mengalami pengerutan (krenasi) karena terjadi plasmolisis. Plasma darah pecah (lisis), hemoglobin sudah keluar, warna menjadi lebih pudar, bentuknya pun menjadi irregular.

Tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel sel darah merah (krenasi). PeristiwademikiandisebutPlasmolisis

3. Kristal Hemin

Pada percobaan ini akan diamati Kristal hemin pada preparat darah manusia. Untuk melihat adanya Kristal hemin, pada darah yang telah diteteskan diatas gelas objek ditambahkan larutan KCl 0,1 , KI 0,1 dan asam asetat glacial 100ml. Penggunaan larutan KCl bertujuan untuk membuat sel darah merah mengecil atau mengkerut hingga sel darah merah lisis dan sitoplasma keluar. Lisisnya sel darah merah diakibatkan oleh transduksi sinyal yang melibatkan ion K+. Penggunaan lrutan asam asetat glacial mengakibatkan terjadinya denaturasi protein pada sitoplasma yang telah keluar dan membentuk Kristal hemin. Sedangkan fungsi dari lugol atau KI adalah sebagai zat untuk mewarnai Kristal hemin agar mudah diamati di mikroskop.

Pada preparat yang telah dibuat terlihat Kristal hemin yang terbentuk berwarna cokelat. Kristal hemin adalah zat penyusun hemoglobin yang mengandung besi dan bukan protein (kelompok heme). Sebuah molekul hemoglobin memiliki dua bagian: (1) globin, yang terdiri dari 4 polipeptida yang masing-masing berikatan berpasangan dan (2) empat bagian yang mengandung besi merupakan kelompok-kelompok non protein yang dikenal sebagai kelompok heme yang masing-masing terikat pada satu molekul polipeptida (Sherwood, 2010).

Fungsi dari Kristal hemin ini adalah sebagai pengikat atom O2 . Karena O2 sukar larut dalam plasma darah maka O2 berikatan dengan hemoglobin. 4 buah Kristal hemin dapat mengikat 1 buah atom oksigen. Pada 1 molekul hemoglobin terdapat empat polipeptida yang masing-masing mengikat 4 buah Kristal hemin sehingga dapat diketahui bahwa 1 molekul haemoglobin dapat berikatan dengan 4 atom oksigen.

Gambar molekul hemoglobin (sumber : Sherwood, lauralee. 2010. Human Physiology : from Cells to System Seventh edition. Brooks/Cole Cengage Learning. Canada).

4. Fibrin

Pada pengamatan benang fibrin digunakan 3-4 tetes darah manusia yang diteteskan diatas kaca objek. Setelah itu darah ditunggu beberapa menit hingga membeku lalu diteteskan metil violet dan ditutup dengan kaca penutup. Penggunaan metil violet bertujuan untuk mewarnai fibrin yang terbentuk dari proses pembekuan darah agar lebih mudah diamati. Selanjutnya preparat akan diamati menggunakan mikroskop.

Pada preparat darah manusia yang diamati dengan perbesaran 40x terlihat susunan benang-benang fibrin berwarna ungu kehitaman. Fibrin merupakan protein yang berperan dalam proses pembekuan darah. Fibrin terbentuk ketika pembuluh darah mengalami luka terbuka. Proses pembentukan fibrin dikenal dengan clot formation. Pembekuan atau penggumpalan darah ini bertujuan untuk menghentikan terjadinya pendarahan pada bagian pembuluh darah yang terluka. Langkah utama dari proses pembekuan darah ini adalah mentransformasi fibrinogen, sebuah protein plasma yang besar dn larut dalam darah dan diproduksi oleh hati menjadi fibrin benang benang halus yang tidak larut dalam darah (Sherwood, 2010). Proses transformasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dan enzim sebagai katalisator.

Gambar. proses pembentukan benang fibrin (sumber : Sherwood, lauralee. 2010. Human Physiology : from Cells to System Seventh edition. Brooks/Cole Cengage Learning. Canada).

Proses penggumpalan darah dapat dirangsang melalui mekanisme instrinsik atau mekanisme ekstrinsik. Pada mekanisme instrinsik ini, faktor XII (Hageman faktor) diaktifkan oleh collagen yang terekspos pada pembuluh darah yang terluka. Faktor XII yang aktif dengan ion Ca2+(faktor IV) akan mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang aktif dengan ion Ca2+ (Faktor VIII PF3) akan mengaktifkan faktor X. Faktor X yang aktif dengan Ca2+ (Faktor V PF3) akan mengubah protombin (Faktor II) menjadi thrombin. Trombin akan merubah fibrinogen (Faktor I) menjadi fibrin awal berbentuk benang-benang yang masih longgar, selain itu thrombin juga akan mengaktifasi faktor XIII untuk membuat fibrin awal memiliki benang-benang yang lebih tebal (Fibrin yang stabil).

Proses penggumpalan darah pada mekanisme ekstrinsik hanya terdiri dari 4 langkah, dipacu oleh adanya kerusakan jaringan yang meghasilkan Tissue thromboplastin (Faktor III). Selanjutnya, Tissue thromboplastin (Faktor III) dengan Ca2+(Faktor IV) akan mengaktifkan Faktor X. Faktor X yang aktif dengan Ca2+ (Faktor V PF3) akan mengubah protombin (Faktor II) menjadi thrombin. Trombin akan merubah fibrinogen (Faktor I) menjadi fibrin awal berbentuk benang-benang yang masih longgar, selain itu thrombin juga akan mengaktifasi faktor XIII untuk membuat fibrin awal memiliki benang-benang yang lebih tebal (Fibrin yang stabil). Mekanisme intrinsik dan ekstrinsik biasanya beroperasi secara bersamaan. Ketika cedera jaringan melibatkan pecahnya pembuluh darah, mekanisme intrinsic akan memberhentikan aliran darah di pembuluh yang terluka, dan mekanisme ekstrinsik akan menggumpalkan darah yang telah keluar dari pembuluh darah sebelum bagian yang luka tertutup. Biasanya, penggumpalan sepenuhnya terbentuk dalam tiga sampai enam menit (Sherwood, 2010).

5. Kolerasi Berat Badan dengan Frekuensi Jantung pada Manusia

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pola yang relatif sama, yaitu semakin ringan tubuh (semakin kecil massa tubuhnya) maka kecepatan denyut jantungnya juga semakin tinggi(kecepatan denyut jantung berbanding terbalik dengan massa tubuh). Hal ini disebabkan karena laju metabolisme per gram berbanding terbalik dengan ukuran tubuh di antara mahluk hidup lainnya. Para ahli fisiologi telah menentukan bahwa jumlah energi yang diambil mahluk hidup untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya. Setiap gram mencit, misalnya, mengkonsumsi energi sekitar sepuluh kali lebih banyak kalori daripada satu gram gajah(meskipun keseluruhan individu gajah mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada keseluruhan individu mencit itu) Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh yang lebih kecil memerlukan laju pengiriman oksigen ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional. Berkorelasi juga dengan laju metabolismenya yang tinggi itu, maka mahluk hidup yang lebih kecil juga memiliki laju respirasi, volume darah(relative terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut jantung yang lebih tinggi (Campbell et al, 2004)

Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006). Pengaruh perbedaan posisi terhadap denyut jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Tonus Otot

Tonus otot ketika duduk lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat berdiri. Ketika berdiri tonus otot meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah jantung (cardiac output) menjadi lebih besar. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic serta denyut jantung. (Mohrman D and Jane H,2006)

2. Efek Gravitasi dan baroreseptor

Pada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitans vena ekstermitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang. Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi darah ke otak. Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor banyak terdapat pada arcus aorta dan sinus caroticus. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tekanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Kedua efek ini (gravitasi dan baroreseptor) dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut nadi. (Mohrman D and Jane H,2006)

KESIMPULAN

1. Sel darah apabila diberi NaCl 0,4% akan mengalami deplasmolis

2. Sel darah apabila diberi NaCl 1% akan mengalami plasmolisis

3. Konsentrasi sel darah akan bertambah apabila diberikan larutan yang hipertonis

4. Sel darah akan menghasilkan kristal hemin dan benang-benang fibrin

5. Hewan bertubuh kecil dengan massa tubuh rendah akan memiliki denyut jantung yang lebih cepat dari hewan yang berukuran dan berbobot tubuh rendah, sebagai korelasi atas semakin tinggi laju metabolisme tubuhnya.

6. Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh.

7. DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta.

Pearce, E.,2004. Anatomi dan fisiologi manusia untuk paramedis. Gramedia pustaka utama.jakarta

Sherwood, lauralee. 2010. Human Physiology : from Cells to System Seventh edition. Brooks/Cole Cengage Learning. Canada

Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2006.

Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G (Rahayu, Trans.). (2004). Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Grafik Hubungan Masa Tubuh dan Kecepatan Denyut Jantung

Series 1477262604110096909478Column24772626041Column14772626041

Massa Tubuh (Kg)

Denyut/menit