Upload
siri-qsstw
View
232
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
72 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI BCG DI
WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG MARULAK KECAMATAN
PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI
Miswan Irwansyah Sitorus, SKM (Akademi Keperawatan Bina Husada)
Abstrak
Setiap tahun di Indonesia terjadi 175.000 kematian akibat Tuberculosis (TB). Salah satu cara mencegah
terjadinya penyakit Tuberculosis (TB) adalah melakukan imunisasi BCG dan ternyata angka kesakitan
dan kematian karena penyakit yang termasuk di dalam Imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena
Imunisasi BCG ternyata kurang berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku
Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang
Hilir Kota Tebing Tinggi. Desain penelitian adalah Deskriptif sederhana. Sampel adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 2 – 12 bulan yang kebetulan ada atau tersedia pada saat penelitian dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner dan melakukan Observasi. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa mayoritas bayi telah mendapat imunisasi BCG yaitu sebesar 57 %, pengetahuan ibu berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 64 %, sikap ibu berada pada kategori positif dengan skor rata-rata
82 % dan tindakan ibu berada pada kategori bertindak dengan skor rata-rata 70 %. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ibu berpengetahuan cukup cenderung empat kali lebih tinggi tidak membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dibanding dengan ibu yang berpengetahuan baik, ibu yang
bersikap negatif cenderung dua kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi
BCG dibanding dengan ibu yang bersikap positif dan ibu yang mengaku belum bertindak cenderung tiga
kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG dibanding dengan ibu yang mengaku sudah bertindak. Disarankan kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang
Hilir Kota Tebing Tinggi untuk meningkatkan cakupan Imunisasi BCG sehingga mencapai target
nasional, melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) serta kegiatan posyandu secara rutin sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan Imunisasi.
Kata Kunci : Perilaku, Ibu, Imunisasi BCG.
PENDAHULUAN
Setiap tahun di seluruh dunia ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit
infeksi yang sebenarnya masih dapat dicegah dengan imunisasi, dimana angka kesakitan dan kematian
karena penyakit yang termasuk di dalam imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit
tuberculosis paru (TB paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena imunisasi BCG (Bacillus
Calmette Guerin) ternyata kurang berhasil. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kurangnya informasi
tentang pentingnya imunisasi, khususnya imunisasi BCG (Ranuh, 2008).
Pada tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam
rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu
salah satunya penyakit tuberculosis (TB) (Depkes RI, 2006).
Diperkirakan setiap tahun sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750 ribu
anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan
vaksin dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Ranuh, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat 7.433.000 kasus tuberculosis (TB) di
dunia dan terbanyak di Asia Tenggara, dan Indonesia merupakan tiga besar di dunia. WHO
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
73 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat tuberculosis (TB).
Sementara angka kematian bayi di Indonesia dewasa ini mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup/tahun,
yang antara lain disebabkan oleh penyakit tuberculosis (Ranuh, 2008).
Berdasarkan survei awal di Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing
Tinggi tahun 2009 terdapat 49 kasus tuberculosis (TB) dan 2 diantaranya adalah usia balita.
Berdasarkan data cakupan imunisasi BCG pada Bayi di Indonesia tahun 2003 adalah sebesar
97,7% (Ranuh, 2008) dan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 95% (Depkes RI, 2006).
Pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak dibebankan pada ibu saja. Perilaku ibu
tentang manfaat imunisasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, dan tindakan. Diharapkan
terjadinya perubahan perilaku seperti timbulnya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
(Notoatmodjo, 2003).
Peran serta seorang ibu dalam program imunisasi sangat penting. Suatu pemahaman tentang
program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut, karena orang terdekat dengan bayi adalah ibu.
Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan,
dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi,
sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu
dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan dan
pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap
resiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta
membesar-besarkan resiko beberapa vaksin. Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang
penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh bayi berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan
ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi (Ali, 2005).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, secara berturut-turut selama 3 tahun
terakhir diperoleh data cakupan imunisasi BCG tahun 2007 sebesar 94,4%, tahun 2008 sebesar 79% dan
tahun 2009 sebesar 77,9% dengan sasaran 11.065 orang bayi yang telah di imunisasi BCG.
Cakupan imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi, masih di bawah target, dimana cakupan pada tahun 2007 sebesar 75,5%, tahun 2008
sebesar 48,5% dan tahun 2009 sebesar 75,4%, sedangkan target Nasional adalah 95% (sembilan puluh
lima persen).
Hal ini terjadi kemungkinan karena perilaku ibu yang kurang memahami tentang pemberian
imunisasi, khususnya imunisasi BCG.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku ibu yang
mempunyai bayi khususnya dalam pemberian imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
74 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan yaitu masih
rendahnya kunjungan ibu yang mempunyai bayi berumur 0–2 bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG.
Hal tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh faktor perilaku ibu seperti kurangnya pengetahuan,
sikap dan tindakan yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG. Dari beberapa permasalahan di
atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi yang mana sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian di lokasi tersebut.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Diketahuinya proporsi ibu mempunyai bayi yang telah di imunisasi BCG dan gambaran perilaku ibu
terhadap pemberian imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir
Kota Tebing Tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis survei yang bersifat Deskriptif sederhana. Yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi.
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing
Waktu penelitian ini di laksanakan bulan Januari-Maret Tahun 2009.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian yang telah dilakukan ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi (usia 2-12 bulan)
di Puskesmas dan Posyandu di tiga desa wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing
Sampel
Sampel dalam penelitian yang telah dilakukan ini adalah Ibu yang mempunyai bayi usia 2-12 bulan yang
sudah didapatkan pada saat posyandu Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing
dengan jumlah responden sebanyak 60 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan untuk
menentukan sampel di masing-masing desa dengan menggunakan teknik Accidental sampling.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
75 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Pengumpulan Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang di proleh langsung dari
responden melalui pembagian kuesioner dan wawancara. Jenis pertanyaan ini merupakan pertanyaan
terbuka dalam jumlah pertanyaan 20 soal.
Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan Data
1. Editing : Pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan
data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.
2. Coding : Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama yaitu 0, 1, 2, dan seterusnya.
3. Tabulating : Membuat tabel-tabel yang telah berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan
analisis yang dibutuhkan.
Presentase : Data yang telah ditabulasikan di olah dalam bentuk presentase.
Analisa data
Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat. Data yang dikumpul disajikan dalam bentuk
frekuensi. Analisa data ditunjukkan dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi. Hasil penelitian ini bersumber dari hasil jawaban responden dengan menggunakan
kuesioner dan juga merupakan hasil dari observasi yang dilakukan peneliti terhadap bayi sampel, dimana
sampel penelitian adalah Ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 2 s/d 12 bulan yang di dapat pada saat
posyandu yang dilaksanakan Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi,
sehingga didapatkan jumlah responden sebanyak 60 orang. Data tersebut diperoleh dari masing-masing
butir setiap variabel dependen dan variabel independen.
Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel frekuensi dan dianalisa sesuai
dengan hasil yang diperoleh.
Tabel 1Distribusi Bayi Berdasarkan Observasi Jaringan Parut Bekas Penyuntikan
Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No IMUNISASI BCG FREKUENSI
(ORANG) PERSENTASE (%)
1.
2.
Ada Jaringan Parut
Tidak Ada Jaringan Parut
34
26
57
43
T O T A L 60 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas bayi usia 2 – 12 bulan menunjukkan adanya jaringan
parut bekas penyuntikan imunisasi BCG pada lengan kanan bagian atas dengan jumlah 34 orang (57 %),
tetapi masih banyak dijumpai bayi yang belum menunjukkan adanya jaringan parut bekas penyuntikan
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
76 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
imunisasi BCG pada lengan kanan bagian atas yaitu sebesar 26 orang (43 %). Dari hasil penelitian ini
diperoleh prevalensi bayi yang tidak di imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak
Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi adalah 43 %.
1. Aspek Pengetahuan
Aspek pengetahuan pada penelitian ini di ukur dengan mengajukan sepuluh pertanyaan yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Distribusi Jawaban Benar Responden Terhadap Pertanyaan
Tentang Pengetahuan
No ASPEK PENGETAHUAN JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengertian imunisasi secara
umum
Pengertian imunisasi BCG
Usia pemberian imunisasi BCG
Cara pemberian imunisasi BCG
Lokasi penyuntikan imunisasi
BCG
Efek samping imunisasi BCG
Tindakan terhadap bekas suntikan imunisasi BCG
Berapa kali pemberian imunisasi
BCG
Tempat untuk mendapatkan
imunisasi BCG
Manfaat imunisasi BCG
19
15
31
60
54
26
38
57
60
26
32 %
25 %
52 %
100 %
90 %
43 %
63 %
95 %
100
43 %
Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Cukup
JUMLAH 386 3860/60 -
PERSENTASE - 64 % Cukup
Setelah didapatkan hasil pada aspek pengetahuan di atas maka pengkategoriannya adalah sebagai
berikut : dikatakan baik jika responden mampu menjawab benar > 70 %, dikatakan cukup jika responden
mampu menjawab benar antara 40 – 70 % dan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab benar
< 40 %.
Dari sepuluh pertanyaan di atas maka mayoritas responden telah mengetahui imunisasi BCG
diberikan dengan cara suntikan dan dimana tempat untuk mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 60
orang (100%), sedangkan pertanyaan yang jawabannya kurang yaitu mengenai pengertian imunisasi BCG
yaitu sebanyak 15 orang (25 %).
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pemberian Imunisasi BCG
di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No PENGETAHUAN FREKUENSI
(ORANG) PERSENTASE (%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
17
37
6
28,3
61,6
10
T O T A L 60 100
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
77 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup dengan
jumlah 37 orang (61,6 %), tetapi masih ada responden yang pengetahuannya kurang terhadap imunisasi
BCG yaitu sebanyak 6 orang (10 %). Dari hasil penelitian ini diperoleh revalensi responden yang
berpengetahuan kurang terhadap imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan
Padang Hilir Kota Tebing adalah 10 %.
2. Aspek Sikap
Aspek sikap pada penelitian ini diukur dengan mengajukan sepuluh pernyataan dimana
diantaranya terdapat lima pernyataan yang mendukung dan lima pernyataan yang tidak mendukung yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel.4
Distribusi Jawaban Benar Responden Terhadap Pernyataan
Tentang Sikap
No ASPEK SIKAP JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Imunisasi BCG adalah upaya
memperoleh kekebalan terhadap
penyakit TBC
Imunisasi BCG sangat penting
diberikan pada bayi
Imunisasi BCG diberikan pada
usia 0-2 bulan
Imunisasi diberi 1 kali
Luka bekas imunisasi BCG akan
sembuh dengan sendirinya
Imunisasi BCG tidak perlu diberikan pada bayi usia kurang
dari 2 bulan
Imunisasi BCG tidak penting
diberikan pada bayi
Imunisasi BCG baik diberikan
pada usia lebih 9 bulan
Ibu tidak perlu membawa bayinya
untuk imunisasi
Luka bekas imunisasi BCG harus
diobati dengan daun kunyit
188
227
173
219
214
150
222
151
215
225
78 %
94 %
72 %
91 %
89 %
62 %
92 %
63 %
89 %
94 %
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
JUMLAH 1984 4948/60 -
PERSENTASE - 82 % Positif
Setelah didapatkan hasil pada aspek sikap di atas maka pengkategoriannya adalah sebagai berikut
: dikatakan positif jika responden mampu menjawab benar > 50 % dan dikatakan negatif jika
responden mampu menjawab benar < 50 %. Dari sepuluh pernyataan di atas, maka mayoritas responden
telah setuju bahwa imunisasi BCG sangat penting diberikan pada bayi yaitu sebesar 94 %, sedangkan
pernyataan yang jawabannya paling rendah yaitu mengenai imunisasi BCG tidak perlu diberikan pada
bayi usia kurang dari 2 bulan karena bayi masih terlalu kecil yaitu sebanyak 62 %.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
78 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No SIKAP FREKUENSI
(ORANG) PERSENTASE (%)
1.
2.
Positif
Negatif
54
6
90
10
T O T A L 60 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden bersikap positif dengan jumlah 54
orang (90 %), tetapi masih ada responden yang bersikap negatif terhadap pemberian imunisasi BCG yaitu
sebesar 6 orang (10 %).
3. Aspek Tindakan
Aspek tindakan dalam penelitian ini di ukur dengan mengajukan sepuluh pertanyaan yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 6
Distribusi Jawaban benar Responden Terhadap Pertanyaan
Tentang Tindakan
No ASPEK TINDAKAN JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Apakah ibu membawa bayi
secara teratur untuk mendapat
imunisasi
Apakah ibu membawa bayi yang masih sangat kecil untuk di
imunisasi BCG
Apakah ibu tetap membawa bayi
untuk imunisasi meskipun ada
reaksi dari imunisasi
Apakah ibu tetap membawa bayi
ke posyandu walaupun dilarang
suami
Apakah ibu tetap membawa bayi
ke posyandu walaupun dalam
keadaan sibuk
Jarak posyandu jauh dari rumah Memerlukan biaya transposrtasi
ke posyandu lain
Imunisasi BCG diberikan dengan
cara di suntik
Imunisasi BCG hanya
melindungi terhadap penyakit
TBC
Apakah Ibu tetap membawa bayi
ke posyandu lain jika posyandu
di lokasi rumah ibu sedang tutup
28
35
60
56
58
28
26
58
48
26
47 %
58 %
100 %
93 %
97 %
47 %
43 %
97 %
80 %
43 %
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
JUMLAH 423 4230/60 -
PERSENTASE - 70 % Ya
Setelah didapatkan hasil pada aspek tindakan di atas, maka pengkategoriannya adalah sebagai
berikut : dikatakan Ya jika responden mampu menjawab benar > 50 % dan dikatakan tidak jika responden
mampu menjawab benar < 50 %.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
79 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Dari sepuluh pertanyaan di atas maka mayoritas responden telah mengetahui apa reaksi dari
pemberian imunisasi BCG yaitu sebanyak 60 orang (100 %) sedangkan pertanyaan yang jawabannya
paling rendah yaitu mengenai biaya untuk transportasi ke posyandu lain jika posyandu di lokasi rumah
ibu sedang tutup yaitu sebanyak 26 orang (43 %).
Tabel.7
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No TINDAKAN FREKUENSI
(ORANG)
PERSENTASE (%)
1.
2.
Ya
Tidak
39
21
65
35
T O T A L 60 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yang mengaku telah melakukan
tindakan untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG sebesar 39 orang (65 %), tetapi
responden yang mengaku tidak melakukan tindakan untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi
BCG sebesar 21 orang (35 %).
Dari hasil penelitian ini diperoleh prevalensi ibu yang mengaku tidak melakukan tindakan untuk
membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan
Padang Hilir Kota Tebing adalah 35 %.
Tabel 8
Gambaran Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No PENGETAHUAN
IMUNISASI BCG
ADA
JARINGAN
PARUT
TIDAK ADA
JARINGAN PARUT TOTAL
F % F % F %
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
15
19
0
88,2
51,3
0
2
18
6
11,8
48,7
100
17
37
6
100
100
100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi responden berpengetahuan baik dan bayinya
belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 2 orang (11,8%) sedangkan proporsi responden
berpengetahuan cukup yang bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 18 orang (48,7
%) dan proporsi responden berpengetahuan kurang dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu
sebanyak 6 orang (100 %).
Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang berpengetahuan cukup cenderung tidak
membawa bayinya untuk di imunisasi BCG 4 kali lebih tinggi dibanding responden yang berpengetahuan
baik, sedangkan responden yang berpengetahuan kurang 8 kali cenderung tidak memberikan imunisasi
BCG kepada bayinya dibanding responden yang berpengetahuan baik.
Semakin rendah pengetahuan responden maka semakin cenderung untuk tidak membawa anaknya
mendapatkan imunisasi BCG.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
80 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Tabel 9
Gambaran Hubungan Sikap Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
No S I K A P
IMUNISASI BCG
ADA
JARINGAN
PARUT
TIDAK ADA
JARINGAN
PARUT
TOTAL
F % F % F %
1
2
Positif
Negatif
33
1
61,1
16,7
21
5
38,9
83,3
54
6
100
100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi reponden bersikap positif dan bayinya belum
mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 21 orang (38,9 %) sedangkan proporsi responden bersikap
negatif dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 5 orang (83,3 %).
Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang bersikap negatif cenderung tidak membawa
bayinya untuk di imunisasi BCG 2 kali lebih tinggi dibanding responden yang bersikap positif, maka
responden yang bersikap negatif cenderung untuk tidak membawa bayinya mendapatkan imunisasi BCG.
Tabel 10
Gambaran Hubungan Tindakan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
NO TINDAKAN
IMUNISASI BCG
ADA
JARINGAN PARUT
TIDAK ADA
JARINGAN PARUT TOTAL
F % F % F %
1
2
Ya
Tidak
29
5
74,3
23,8
10
16
25,7
76,2
39
21
100
100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi responden yang mengaku sudah bertindak
tetapi bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 10 orang (25,7 %) sedangkan proporsi
responden yang mengaku belum bertindak dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu
sebanyak 16 orang (76,2 %).
Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang mengaku belum bertindak cenderung tidak
membawa bayinya untuk diimunisasi BCG 3 kali lebih tinggi dibanding responden yang mengaku sudah
bertindak, maka responden yang mengaku belum bertindak cenderung untuk tidak membawa bayinya
mendapatkan imunisasi BCG.
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG
(Bacillus Calmette Guerin) di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi, maka diperoleh informasi sebagai berikut :
1. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL
a. Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi Berdasarkan Observasi Jaringan
Parut Bekas Penyuntikan Imunisasi BCG
Menurut Arikunto (2006), observasi adalah suatu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra yang dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan dan pengecapan.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
81 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Dari hasil penelitian berdasarkan observasi jaringan parut bekas penyuntikan Imunisasi BCG
pada lengan kanan bagian atas (Tabel 5.1) pada bayi usia 2 – 12 bulan di wilayah Puskemas Tanjung
Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi ternyata pemberian imunisasi BCG masih dibawah
standar yaitu sebesar 57 %. Jika dilihat dari standar khususnya di Puskesmas Awa’ai masih dibawah
target nasional, dimana target nasional adalah 95 %. Sehingga hal ini membutuhkan perhatian yang serius
dari Puskesmas itu sendiri dan jajaran kesehatan, karena ini akan berdampak pada peningkatan kasus TB
Paru dan kemungkinan pencapaian TB dapat meningkat, disamping ini juga perlu diperhatikan cara
pemberian imunisasi BCG oleh petugas kesehatan yang mana ditemukan dua orang bayi yang menurut
pengakuan responden telah mendapatkan imunisasi BCG tetapi pada saat peneliti melakukan observasi
tidak dijumpai adanya jaringan parut bekas penyuntikan imunisasi BCG, dalam hal ini perlu dilakukan
pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai bagaimana cara pemberian imunisasi BCG yang benar pada
bayi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ranu (2008), bahwa penyuntikan vaksin BCG secara intradermal
akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 1 – 2 minggu setelah penyuntikan, namun apabila
penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam (retracted).
b. Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa,
media elektronika, pengalaman orang lain/pribadi dan lingkungan sekitarnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 responden, maka tingkat pengetahuan responden yang
mempunyai bayi usia 2 – 12 bulan berada dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 37 orang (64 %),
dimana kategori berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (28,3 %) dan berpengetahuan cukup 37 orang
(61,6 %) tetapi masih ada responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (10 %).
Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan kepada responden, ternyata terdapat empat pertanyaan
pada kuesioner yang skor jawabannya dibawah dari 50 % yaitu pertanyaan tentang apa yang dimaksud
dengan imunisasi BCG, tujuan imunisasi dan apa efek samping serta manfaat imunisasi BCG terhadap
bayinya. Hal ini disebabkan karena faktor kurangnya informasi baik dari media massa, media elektronik
maupun dari pihak kesehatan.
Hal ini akan berdampak pada kesehatan bayinya, dimana semakin rendahnya pengetahuan responden
maka semakin cenderung responden untuk tidak membawa bayinya mendapatkan imunisasi BCG dan
kemungkinan kesempatan bayi untuk dapat terhindar dari penyakit TB Paru semakin kecil.
Menurut asumsi penulis, hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan (Penkes) tentang pentingnya imunisasi BCG yang mencakup pengertian, tujuan
efek samping dan manfaat imunisasi BCG terhadap bayinya, baik penyuluhan secara langsung maupun
tidak langsung (media massa dan media elektronika).
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar pengetahuan manusia
didapatkan melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
82 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Berbekal pengetahuan tersebut seorang responden akan menentukan sikap apakah
mengimunisasikan anaknya atau tidak.
c. Sikap Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang baik merupakan sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan segala resikonya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden terhadap pemberian Imunisasi BCG di wilayah
Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi mayoritas berada dalam
kategori positif dengan skor rata-rata 82 %, dimana kategori positif sebanyak 54 orang (90 %). Hal ini
disebabkan oleh adanya respon dan minat serta pengalaman pribadi responden terhadap Imunisasi BCG,
sikap yang baik merupakan sikap yang dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi masih ada responden yang
bersikap negatif sebanyak 6 orang (10 %)
Dari sepuluh pernyataan yang diajukan kepada responden, baik pernyataan yang mendukung
maupun pernyataan yang tidak mendukung ternyata terdapat tiga pernyataan pada kuesioner yang skor
jawabannya paling rendah yaitu pernyataan tentang berapa usia bayi yang tepat untuk mendapatkan
imunisasi BCG dan apa efek samping jika imunisasi BCG diberikan pada bayi yang berusia lebih dari
sembilan bulan.
Menurut asumsi penulis, hal ini disebabkan karena responden yang mempunyai bayi usia 2 – 12
bulan merasa kasihan kepada bayinya yang masih terlalu kecil untuk diharuskan mendapat imunisasi
BCG dan didukung oleh faktor pengetahuan responden yang kurang tentang berapa usia bayi yang tepat
untuk mendapatkan imunisasi BCG dan efek samping jika BCG diberikan lebih dari 9 bulan.
Hal ini akan berdampak pada kesehatan bayinya, dimana akibat dari kurangnya pemahaman
responden dalam memahami akan pentingnya imunisasi BCG dapat mengancam kesehatan bayinya.
Berbekal kurangnya pengetahuan dan didukung oleh kurangnya pemahaman responden dapat
mengakibatkan sikap yang negatif, dimana responden yang bersikap negatif cenderung tidak membawa
bayinya untuk mendapatkan imunisasi BCG.
Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman responden terhadap imunisasi BCG,
sehingga dapat menghasilkan sikap yang positif.
Notoatmodjo (2003) juga mengutip pendapat Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak bagaimana
tingkah laku seseorang. Disinilah dituntut kebijakan seorang responden untuk memahami pengetahuan
yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk kepentingan
anaknya kelak di masa yang akan datang.
d. Tindakan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan (Over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
83 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
diperlukan adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas,
pengetahuan, kesadaran dan kesediaan waktu.
Dari hasil penelitian tindakan responden terhadap pemberian Imunisasi BCG di wilayah
Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi mayoritas berada dalam
kategori bertindak untuk membawa anaknya mendapatkan Imunisasi BCG dengan skor rata-rata 70 %,
dimana kategori bertindak sebanyak 39 orang (65 %) dan masih ada responden yang mengaku belum
bertindak sebanyak 21 orang (35 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
berpengetahuan kurang ternyata setelah ditelusuri mempunyai sikap negatif dan tidak bertindak.
Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan kepada responden, ternyata terdapat empat pertanyaan
pada kuesioner yang skor jawabannya di bawah dari 50 % yaitu pertanyaan tentang responden yang tidak
membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi jika posyandu di lokasi tersebut sedang tutup,
dikarenakan faktor ekonomi yang kurang mendukung untuk biaya transportasi ke lokasi posyandu lain
jaraknya jauh dari rumah, sehingga ibu yang mempunyai bayi tersebut tidak membawa bayinya untuk
mendapatkan imunisasi dengan teratur setiap bulannya sehingga mengakibatkan responden tidak
bertindak untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG.
Hal ini akan berdampak pada kelengakapan dari imunisasi bayi khususnya imunisasi BCG,
dimana setelah melewati usia 2 bulan bayi tidak bisa lagi di imunisasi BCG sehingga kesempatan bayi
untuk terhindar dari penyakit TB Paru sangat kecil.
Menurut asumsi penulis, hal ini dapat di atasi dengan melakukan kegiatan atau pelaksanaan imunisasi di
masing-masing posyandu secara rutin setiap bulannya, sehingga dengan aktifnya kegiatan posyandu dapat
meningkatkan motivasi para responden untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi, mengingat
imunisasi sangat penting untuk membekali kesehatan anak di masa depan.
Hal ini disesuaikan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sikap Ibu yang sudah positif
terhadap Imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas Imunisasi yang
mudah dicapai, agar Ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
e. Gambaran Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian
Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa,
media elektronika, pengalaman orang lain/pribadi dan lingkungan sekitarnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan masih terdapat 11,8 % responden yang belum memberikan
imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang berpengetahuan baik, hampir 49 % dengan
pengetahuan cukup dan 100 % dengan pengetahuan kurang.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden tentang apa yang dimaksud dengan
imunisasi BCG dan didukung oleh faktor lain yaitu masih kurangnya informasi baik dari media massa,
atau media elektronik maupun dari pihak kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa keterpaparan informasi tentang imunisasi BCG masih rendah dan
seharusnya informasi yang paling besar diterima responden dari petugas kesehatan dan kemungkinan
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
84 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
petugas kesehatan yang ke lapangan tidak secara rutin memberikan penyuluhan tentang imunisasi BCG
dan kemungkinan frekuensi responden untuk kontak dengan sumber informasi masih sangat rendah.
Menurut asumsi penulis hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan (Penkes) di setiap posyandu tentang pentingnya imunisasi BCG.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar pengetahuan manusia
didapatkan melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan.
f. Gambaran Hubungan Sikap Responden Terhadap Pemberian
Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang baik merupakan sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan segala resikonya.
Dari hasil penelitian menunjukkan ternyata masih didapati hampir 39 % responden yang belum
memberikan imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang bersikap positif dan 83,3 %
yang bersikap negatif.
Berbekal kurangnya pengetahuan dan di dukung oleh kurangnya pemahaman responden dapat
mengakibatkan sikap yang negatif, sehingga sangat mempengaruhi pada tindakan responden untuk
membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG.
Hal ini dapat di atasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes)
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman responden terhadap pemberian
imunisasi BCG sehingga dapat menghasilkan sikap yang positif.
g. Gambaran Hubungan Tindakan Responden Terhadap Pemberian
Imunisasi BCG
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (Over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas,
pengetahuan, kesadaran dan kesediaan waktu.
Dari hasil penelitian menunjukkan ternyata masih didapati hampir 26 % responden yang belum
memberikan imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang sudah bertindak dan 76,2 %
mengaku belum bertindak.
Hal ini disebabkan karena responden hanya membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi jika
posyandu di lokasi tersebut sedang dilaksanakan tetapi responden tidak membawa bayinya di posyandu
lain yang jaraknya jauh dari rumah jika posyandu di lokasinya sedang tutup, dikarenakan faktor ekonomi
yang kurang mendukung untuk biaya transportasi ke posyandu lain sehingga responden tidak membawa
anaknya untuk mendapatkan imunisasi dengan teratur, sehingga hal ini akan berdampak pada kesehatan
bayi mereka, dimana keterpaparan khususnya penyakit TB Paru terhadap tubuh si bayi kemungkinan
dapat terjadi oleh karena ibu yang tidak bertindak.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
85 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
Menurut asumsi penulis, hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan atau pelaksanaan
imunisasi di masing-masing posyandu secara rutin setiap bulannya, sehingga dengan aktifnya kegiatan
posyandu dapat meningkatkan motivasi para responden untuk membawa anaknya mendapatkan
imunisasi, mengingat imunisasi sangat penting untuk membekali kesehatan anak di masa depan.
Hal ini disesuaikan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sikap Ibu yang sudah positif
terhadap Imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas Imunisasi yang
mudah dicapai, agar Ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
2. KETERBATASAN PENELITIAN
a. Jumlah responden terbatas sehingga kurang mewakili populasi yang sebenarnya ada di masyarakat.
b. Rancangan penelitian kroseksional mempunyai kelemahan dimana hubungan sebab akbat tidak bisa
dijelaskan secara tepat, karena didapat pada saat yang bersamaan dan tidak ada waktu pengamatan.
c. Belum dilakukan uji statistik sehingga kekuatan hubungan tidak bisa dijelaskan lebih mendalam.
d. Penelitian ini tidak luput dari bias baik dari faktor pewawancara maupun instrumen yang digunakan.
3. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN KEBIDANAN
a. Bagi pelayanan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi bagi petugas kebidanan terutama tentang
asuhan kebidanan pada ibu dan bayinya terhadap pemberian imunisasi BCG.
b. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai sumber informasi untuk penelitian berikutnya dengan penelitian yang sejenis.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin) di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi Tahun 2010, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a. Prevalensi yang tidak di imunisasi BCG cukup tinggi yaitu sebanyak 43 % dan juga ditemukan
adanya 2 orang bayi yang tidak dijumpai adanya jaringan parut bekas penyuntikan imunisasi BCG,
sedangkan menurut pengakuan responden bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi BCG, yang
diakibatkan karena penyuntikan yang tidak benar.
b. Pengetahuan responden sudah cukup (61,6 %) tetapi masih ada yang berpengetahuan kurang
yaitu sebanyak 10 % terutama yang berkaitan dengan pemberian imunisasi BCG.
c. Sikap dan tindakan responden masih sangat rendah, ini dibuktikan dengan masih ada responden
yang bersikap negatif yaitu sebesar 10 % dan mengaku belum bertindak yaitu sebesar 35 %. Hal ini
kemungkinan ada kaitannya dengan pengetahuan responden yang juga rendah.
SARAN
Bagi Puskesmas
1. Kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi, agar
kiranya dapat meningkatkan cakupan Imunisasi BCG sehingga mencapai target nasional.
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut
86 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011
2. Perlu kiranya dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) secara rutin baik secara
langsung maupun tidak langsung (media massa dan elektronika) tentang pentingnya Imunisasi BCG
bagi anak sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan Imunisasi.
3. Perlu kiranya diadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Awa’ai, mengenai
cara penyuntikan Imunisasi BCG yang benar.
4. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi
agar kiranya kegiatan posyandu dilaksanakan secara rutin di setiap posyandu.
5. Meningkatkan pematauan pelaksanaan Imunisasi BCG baik kualitas maupun cakupan Imunisasi.
6. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan bidan swasta agar mau melaporkan data bayi yang
telah di Imunisasi BCG kepada pihak Puskesmas.
Bagi Peneliti Lain
Mengingat penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, maka disarankan bagi
peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini dengan
menggunakan sampel yang cukup dan desain penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. (2005 dalam Prasojo, 2006). Kaitan Antara Waktu Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian
Tuberculosis (TB) Paru pada Balita di Puskesmas Pituruh Kabupaten Purworejo Tahun 2006.
Surabaya.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.
Depkes RI. (2005). Pedoman Teknik Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin. Ditjen PPM dan PL. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hasan, I.M. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rineka Cipta. Jakarta.
Ranuh, I.G.N., dkk. (2008). Pedoman Imunisasi Indonesia. Satgas Imunisasi-IDAI.
Riduwan. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.