15
Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut 72 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011 GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI BCG DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG MARULAK KECAMATAN PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI Miswan Irwansyah Sitorus, SKM (Akademi Keperawatan Bina Husada) Abstrak Setiap tahun di Indonesia terjadi 175.000 kematian akibat Tuberculosis (TB). Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit Tuberculosis (TB) adalah melakukan imunisasi BCG dan ternyata angka kesakitan dan kematian karena penyakit yang termasuk di dalam Imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena Imunisasi BCG ternyata kurang berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi. Desain penelitian adalah Deskriptif sederhana. Sampel adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 2 12 bulan yang kebetulan ada atau tersedia pada saat penelitian dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner dan melakukan Observasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas bayi telah mendapat imunisasi BCG yaitu sebesar 57 %, pengetahuan ibu berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 64 %, sikap ibu berada pada kategori positif dengan skor rata-rata 82 % dan tindakan ibu berada pada kategori bertindak dengan skor rata-rata 70 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu berpengetahuan cukup cenderung empat kali lebih tinggi tidak membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dibanding dengan ibu yang berpengetahuan baik, ibu yang bersikap negatif cenderung dua kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG dibanding dengan ibu yang bersikap positif dan ibu yang mengaku belum bertindak cenderung tiga kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG dibanding dengan ibu yang mengaku sudah bertindak. Disarankan kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi untuk meningkatkan cakupan Imunisasi BCG sehingga mencapai target nasional, melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) serta kegiatan posyandu secara rutin sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan Imunisasi. Kata Kunci : Perilaku, Ibu, Imunisasi BCG. PENDAHULUAN Setiap tahun di seluruh dunia ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit infeksi yang sebenarnya masih dapat dicegah dengan imunisasi, dimana angka kesakitan dan kematian karena penyakit yang termasuk di dalam imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit tuberculosis paru (TB paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin) ternyata kurang berhasil. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi, khususnya imunisasi BCG (Ranuh, 2008). Pada tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu salah satunya penyakit tuberculosis (TB) (Depkes RI, 2006). Diperkirakan setiap tahun sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750 ribu anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan vaksin dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Ranuh, 2008). Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat 7.433.000 kasus tuberculosis (TB) di dunia dan terbanyak di Asia Tenggara, dan Indonesia merupakan tiga besar di dunia. WHO

Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

72 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI BCG DI

WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG MARULAK KECAMATAN

PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI

Miswan Irwansyah Sitorus, SKM (Akademi Keperawatan Bina Husada)

Abstrak

Setiap tahun di Indonesia terjadi 175.000 kematian akibat Tuberculosis (TB). Salah satu cara mencegah

terjadinya penyakit Tuberculosis (TB) adalah melakukan imunisasi BCG dan ternyata angka kesakitan

dan kematian karena penyakit yang termasuk di dalam Imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena

Imunisasi BCG ternyata kurang berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku

Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang

Hilir Kota Tebing Tinggi. Desain penelitian adalah Deskriptif sederhana. Sampel adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 2 – 12 bulan yang kebetulan ada atau tersedia pada saat penelitian dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner dan melakukan Observasi. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa mayoritas bayi telah mendapat imunisasi BCG yaitu sebesar 57 %, pengetahuan ibu berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 64 %, sikap ibu berada pada kategori positif dengan skor rata-rata

82 % dan tindakan ibu berada pada kategori bertindak dengan skor rata-rata 70 %. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ibu berpengetahuan cukup cenderung empat kali lebih tinggi tidak membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dibanding dengan ibu yang berpengetahuan baik, ibu yang

bersikap negatif cenderung dua kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi

BCG dibanding dengan ibu yang bersikap positif dan ibu yang mengaku belum bertindak cenderung tiga

kali lebih tinggi untuk tidak membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG dibanding dengan ibu yang mengaku sudah bertindak. Disarankan kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang

Hilir Kota Tebing Tinggi untuk meningkatkan cakupan Imunisasi BCG sehingga mencapai target

nasional, melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) serta kegiatan posyandu secara rutin sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan Imunisasi.

Kata Kunci : Perilaku, Ibu, Imunisasi BCG.

PENDAHULUAN

Setiap tahun di seluruh dunia ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit

infeksi yang sebenarnya masih dapat dicegah dengan imunisasi, dimana angka kesakitan dan kematian

karena penyakit yang termasuk di dalam imunisasi nasional sudah sangat berkurang. Hanya saja penyakit

tuberculosis paru (TB paru) yang justru menunjukkan peningkatan, karena imunisasi BCG (Bacillus

Calmette Guerin) ternyata kurang berhasil. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kurangnya informasi

tentang pentingnya imunisasi, khususnya imunisasi BCG (Ranuh, 2008).

Pada tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam

rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu

salah satunya penyakit tuberculosis (TB) (Depkes RI, 2006).

Diperkirakan setiap tahun sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750 ribu

anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan

vaksin dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(Ranuh, 2008).

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat 7.433.000 kasus tuberculosis (TB) di

dunia dan terbanyak di Asia Tenggara, dan Indonesia merupakan tiga besar di dunia. WHO

Page 2: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

73 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat tuberculosis (TB).

Sementara angka kematian bayi di Indonesia dewasa ini mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup/tahun,

yang antara lain disebabkan oleh penyakit tuberculosis (Ranuh, 2008).

Berdasarkan survei awal di Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing

Tinggi tahun 2009 terdapat 49 kasus tuberculosis (TB) dan 2 diantaranya adalah usia balita.

Berdasarkan data cakupan imunisasi BCG pada Bayi di Indonesia tahun 2003 adalah sebesar

97,7% (Ranuh, 2008) dan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 95% (Depkes RI, 2006).

Pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak dibebankan pada ibu saja. Perilaku ibu

tentang manfaat imunisasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, dan tindakan. Diharapkan

terjadinya perubahan perilaku seperti timbulnya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

(Notoatmodjo, 2003).

Peran serta seorang ibu dalam program imunisasi sangat penting. Suatu pemahaman tentang

program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut, karena orang terdekat dengan bayi adalah ibu.

Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan,

dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi,

sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu

dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan dan

pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang

berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap

resiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta

membesar-besarkan resiko beberapa vaksin. Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang

penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh bayi berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan

ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi (Ali, 2005).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, secara berturut-turut selama 3 tahun

terakhir diperoleh data cakupan imunisasi BCG tahun 2007 sebesar 94,4%, tahun 2008 sebesar 79% dan

tahun 2009 sebesar 77,9% dengan sasaran 11.065 orang bayi yang telah di imunisasi BCG.

Cakupan imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi, masih di bawah target, dimana cakupan pada tahun 2007 sebesar 75,5%, tahun 2008

sebesar 48,5% dan tahun 2009 sebesar 75,4%, sedangkan target Nasional adalah 95% (sembilan puluh

lima persen).

Hal ini terjadi kemungkinan karena perilaku ibu yang kurang memahami tentang pemberian

imunisasi, khususnya imunisasi BCG.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku ibu yang

mempunyai bayi khususnya dalam pemberian imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak

Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi.

Page 3: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

74 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan yaitu masih

rendahnya kunjungan ibu yang mempunyai bayi berumur 0–2 bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG.

Hal tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh faktor perilaku ibu seperti kurangnya pengetahuan,

sikap dan tindakan yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG. Dari beberapa permasalahan di

atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Terhadap

Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi yang mana sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian di lokasi tersebut.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Diketahuinya proporsi ibu mempunyai bayi yang telah di imunisasi BCG dan gambaran perilaku ibu

terhadap pemberian imunisasi BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir

Kota Tebing Tinggi.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis survei yang bersifat Deskriptif sederhana. Yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing

Waktu penelitian ini di laksanakan bulan Januari-Maret Tahun 2009.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian yang telah dilakukan ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi (usia 2-12 bulan)

di Puskesmas dan Posyandu di tiga desa wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak

Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing

Sampel

Sampel dalam penelitian yang telah dilakukan ini adalah Ibu yang mempunyai bayi usia 2-12 bulan yang

sudah didapatkan pada saat posyandu Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing

dengan jumlah responden sebanyak 60 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan untuk

menentukan sampel di masing-masing desa dengan menggunakan teknik Accidental sampling.

Page 4: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

75 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Pengumpulan Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang di proleh langsung dari

responden melalui pembagian kuesioner dan wawancara. Jenis pertanyaan ini merupakan pertanyaan

terbuka dalam jumlah pertanyaan 20 soal.

Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan Data

1. Editing : Pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan

data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.

2. Coding : Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama yaitu 0, 1, 2, dan seterusnya.

3. Tabulating : Membuat tabel-tabel yang telah berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan

analisis yang dibutuhkan.

Presentase : Data yang telah ditabulasikan di olah dalam bentuk presentase.

Analisa data

Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat. Data yang dikumpul disajikan dalam bentuk

frekuensi. Analisa data ditunjukkan dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.

PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi. Hasil penelitian ini bersumber dari hasil jawaban responden dengan menggunakan

kuesioner dan juga merupakan hasil dari observasi yang dilakukan peneliti terhadap bayi sampel, dimana

sampel penelitian adalah Ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 2 s/d 12 bulan yang di dapat pada saat

posyandu yang dilaksanakan Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi,

sehingga didapatkan jumlah responden sebanyak 60 orang. Data tersebut diperoleh dari masing-masing

butir setiap variabel dependen dan variabel independen.

Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan dalam bentuk tabel frekuensi dan dianalisa sesuai

dengan hasil yang diperoleh.

Tabel 1Distribusi Bayi Berdasarkan Observasi Jaringan Parut Bekas Penyuntikan

Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak

Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No IMUNISASI BCG FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%)

1.

2.

Ada Jaringan Parut

Tidak Ada Jaringan Parut

34

26

57

43

T O T A L 60 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas bayi usia 2 – 12 bulan menunjukkan adanya jaringan

parut bekas penyuntikan imunisasi BCG pada lengan kanan bagian atas dengan jumlah 34 orang (57 %),

tetapi masih banyak dijumpai bayi yang belum menunjukkan adanya jaringan parut bekas penyuntikan

Page 5: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

76 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

imunisasi BCG pada lengan kanan bagian atas yaitu sebesar 26 orang (43 %). Dari hasil penelitian ini

diperoleh prevalensi bayi yang tidak di imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak

Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi adalah 43 %.

1. Aspek Pengetahuan

Aspek pengetahuan pada penelitian ini di ukur dengan mengajukan sepuluh pertanyaan yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 2

Distribusi Jawaban Benar Responden Terhadap Pertanyaan

Tentang Pengetahuan

No ASPEK PENGETAHUAN JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pengertian imunisasi secara

umum

Pengertian imunisasi BCG

Usia pemberian imunisasi BCG

Cara pemberian imunisasi BCG

Lokasi penyuntikan imunisasi

BCG

Efek samping imunisasi BCG

Tindakan terhadap bekas suntikan imunisasi BCG

Berapa kali pemberian imunisasi

BCG

Tempat untuk mendapatkan

imunisasi BCG

Manfaat imunisasi BCG

19

15

31

60

54

26

38

57

60

26

32 %

25 %

52 %

100 %

90 %

43 %

63 %

95 %

100

43 %

Kurang

Kurang

Cukup

Baik

Baik

Cukup

Cukup

Baik

Baik

Cukup

JUMLAH 386 3860/60 -

PERSENTASE - 64 % Cukup

Setelah didapatkan hasil pada aspek pengetahuan di atas maka pengkategoriannya adalah sebagai

berikut : dikatakan baik jika responden mampu menjawab benar > 70 %, dikatakan cukup jika responden

mampu menjawab benar antara 40 – 70 % dan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab benar

< 40 %.

Dari sepuluh pertanyaan di atas maka mayoritas responden telah mengetahui imunisasi BCG

diberikan dengan cara suntikan dan dimana tempat untuk mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 60

orang (100%), sedangkan pertanyaan yang jawabannya kurang yaitu mengenai pengertian imunisasi BCG

yaitu sebanyak 15 orang (25 %).

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pemberian Imunisasi BCG

di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No PENGETAHUAN FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%)

1.

2.

3.

Baik

Cukup

Kurang

17

37

6

28,3

61,6

10

T O T A L 60 100

Page 6: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

77 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup dengan

jumlah 37 orang (61,6 %), tetapi masih ada responden yang pengetahuannya kurang terhadap imunisasi

BCG yaitu sebanyak 6 orang (10 %). Dari hasil penelitian ini diperoleh revalensi responden yang

berpengetahuan kurang terhadap imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing adalah 10 %.

2. Aspek Sikap

Aspek sikap pada penelitian ini diukur dengan mengajukan sepuluh pernyataan dimana

diantaranya terdapat lima pernyataan yang mendukung dan lima pernyataan yang tidak mendukung yang

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel.4

Distribusi Jawaban Benar Responden Terhadap Pernyataan

Tentang Sikap

No ASPEK SIKAP JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Imunisasi BCG adalah upaya

memperoleh kekebalan terhadap

penyakit TBC

Imunisasi BCG sangat penting

diberikan pada bayi

Imunisasi BCG diberikan pada

usia 0-2 bulan

Imunisasi diberi 1 kali

Luka bekas imunisasi BCG akan

sembuh dengan sendirinya

Imunisasi BCG tidak perlu diberikan pada bayi usia kurang

dari 2 bulan

Imunisasi BCG tidak penting

diberikan pada bayi

Imunisasi BCG baik diberikan

pada usia lebih 9 bulan

Ibu tidak perlu membawa bayinya

untuk imunisasi

Luka bekas imunisasi BCG harus

diobati dengan daun kunyit

188

227

173

219

214

150

222

151

215

225

78 %

94 %

72 %

91 %

89 %

62 %

92 %

63 %

89 %

94 %

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

JUMLAH 1984 4948/60 -

PERSENTASE - 82 % Positif

Setelah didapatkan hasil pada aspek sikap di atas maka pengkategoriannya adalah sebagai berikut

: dikatakan positif jika responden mampu menjawab benar > 50 % dan dikatakan negatif jika

responden mampu menjawab benar < 50 %. Dari sepuluh pernyataan di atas, maka mayoritas responden

telah setuju bahwa imunisasi BCG sangat penting diberikan pada bayi yaitu sebesar 94 %, sedangkan

pernyataan yang jawabannya paling rendah yaitu mengenai imunisasi BCG tidak perlu diberikan pada

bayi usia kurang dari 2 bulan karena bayi masih terlalu kecil yaitu sebanyak 62 %.

Page 7: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

78 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No SIKAP FREKUENSI

(ORANG) PERSENTASE (%)

1.

2.

Positif

Negatif

54

6

90

10

T O T A L 60 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden bersikap positif dengan jumlah 54

orang (90 %), tetapi masih ada responden yang bersikap negatif terhadap pemberian imunisasi BCG yaitu

sebesar 6 orang (10 %).

3. Aspek Tindakan

Aspek tindakan dalam penelitian ini di ukur dengan mengajukan sepuluh pertanyaan yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Distribusi Jawaban benar Responden Terhadap Pertanyaan

Tentang Tindakan

No ASPEK TINDAKAN JLH. SKOR PERSENTASE KATEGORI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Apakah ibu membawa bayi

secara teratur untuk mendapat

imunisasi

Apakah ibu membawa bayi yang masih sangat kecil untuk di

imunisasi BCG

Apakah ibu tetap membawa bayi

untuk imunisasi meskipun ada

reaksi dari imunisasi

Apakah ibu tetap membawa bayi

ke posyandu walaupun dilarang

suami

Apakah ibu tetap membawa bayi

ke posyandu walaupun dalam

keadaan sibuk

Jarak posyandu jauh dari rumah Memerlukan biaya transposrtasi

ke posyandu lain

Imunisasi BCG diberikan dengan

cara di suntik

Imunisasi BCG hanya

melindungi terhadap penyakit

TBC

Apakah Ibu tetap membawa bayi

ke posyandu lain jika posyandu

di lokasi rumah ibu sedang tutup

28

35

60

56

58

28

26

58

48

26

47 %

58 %

100 %

93 %

97 %

47 %

43 %

97 %

80 %

43 %

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

JUMLAH 423 4230/60 -

PERSENTASE - 70 % Ya

Setelah didapatkan hasil pada aspek tindakan di atas, maka pengkategoriannya adalah sebagai

berikut : dikatakan Ya jika responden mampu menjawab benar > 50 % dan dikatakan tidak jika responden

mampu menjawab benar < 50 %.

Page 8: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

79 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Dari sepuluh pertanyaan di atas maka mayoritas responden telah mengetahui apa reaksi dari

pemberian imunisasi BCG yaitu sebanyak 60 orang (100 %) sedangkan pertanyaan yang jawabannya

paling rendah yaitu mengenai biaya untuk transportasi ke posyandu lain jika posyandu di lokasi rumah

ibu sedang tutup yaitu sebanyak 26 orang (43 %).

Tabel.7

Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No TINDAKAN FREKUENSI

(ORANG)

PERSENTASE (%)

1.

2.

Ya

Tidak

39

21

65

35

T O T A L 60 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden yang mengaku telah melakukan

tindakan untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG sebesar 39 orang (65 %), tetapi

responden yang mengaku tidak melakukan tindakan untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi

BCG sebesar 21 orang (35 %).

Dari hasil penelitian ini diperoleh prevalensi ibu yang mengaku tidak melakukan tindakan untuk

membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing adalah 35 %.

Tabel 8

Gambaran Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No PENGETAHUAN

IMUNISASI BCG

ADA

JARINGAN

PARUT

TIDAK ADA

JARINGAN PARUT TOTAL

F % F % F %

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

15

19

0

88,2

51,3

0

2

18

6

11,8

48,7

100

17

37

6

100

100

100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi responden berpengetahuan baik dan bayinya

belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 2 orang (11,8%) sedangkan proporsi responden

berpengetahuan cukup yang bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 18 orang (48,7

%) dan proporsi responden berpengetahuan kurang dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu

sebanyak 6 orang (100 %).

Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang berpengetahuan cukup cenderung tidak

membawa bayinya untuk di imunisasi BCG 4 kali lebih tinggi dibanding responden yang berpengetahuan

baik, sedangkan responden yang berpengetahuan kurang 8 kali cenderung tidak memberikan imunisasi

BCG kepada bayinya dibanding responden yang berpengetahuan baik.

Semakin rendah pengetahuan responden maka semakin cenderung untuk tidak membawa anaknya

mendapatkan imunisasi BCG.

Page 9: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

80 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Tabel 9

Gambaran Hubungan Sikap Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

No S I K A P

IMUNISASI BCG

ADA

JARINGAN

PARUT

TIDAK ADA

JARINGAN

PARUT

TOTAL

F % F % F %

1

2

Positif

Negatif

33

1

61,1

16,7

21

5

38,9

83,3

54

6

100

100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi reponden bersikap positif dan bayinya belum

mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 21 orang (38,9 %) sedangkan proporsi responden bersikap

negatif dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 5 orang (83,3 %).

Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang bersikap negatif cenderung tidak membawa

bayinya untuk di imunisasi BCG 2 kali lebih tinggi dibanding responden yang bersikap positif, maka

responden yang bersikap negatif cenderung untuk tidak membawa bayinya mendapatkan imunisasi BCG.

Tabel 10

Gambaran Hubungan Tindakan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas

Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

NO TINDAKAN

IMUNISASI BCG

ADA

JARINGAN PARUT

TIDAK ADA

JARINGAN PARUT TOTAL

F % F % F %

1

2

Ya

Tidak

29

5

74,3

23,8

10

16

25,7

76,2

39

21

100

100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proporsi responden yang mengaku sudah bertindak

tetapi bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu sebanyak 10 orang (25,7 %) sedangkan proporsi

responden yang mengaku belum bertindak dan bayinya belum mendapatkan imunisasi BCG yaitu

sebanyak 16 orang (76,2 %).

Dari hasil penelitian ini diperoleh responden yang mengaku belum bertindak cenderung tidak

membawa bayinya untuk diimunisasi BCG 3 kali lebih tinggi dibanding responden yang mengaku sudah

bertindak, maka responden yang mengaku belum bertindak cenderung untuk tidak membawa bayinya

mendapatkan imunisasi BCG.

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG

(Bacillus Calmette Guerin) di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi, maka diperoleh informasi sebagai berikut :

1. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL

a. Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi Berdasarkan Observasi Jaringan

Parut Bekas Penyuntikan Imunisasi BCG

Menurut Arikunto (2006), observasi adalah suatu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indra yang dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan dan pengecapan.

Page 10: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

81 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Dari hasil penelitian berdasarkan observasi jaringan parut bekas penyuntikan Imunisasi BCG

pada lengan kanan bagian atas (Tabel 5.1) pada bayi usia 2 – 12 bulan di wilayah Puskemas Tanjung

Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi ternyata pemberian imunisasi BCG masih dibawah

standar yaitu sebesar 57 %. Jika dilihat dari standar khususnya di Puskesmas Awa’ai masih dibawah

target nasional, dimana target nasional adalah 95 %. Sehingga hal ini membutuhkan perhatian yang serius

dari Puskesmas itu sendiri dan jajaran kesehatan, karena ini akan berdampak pada peningkatan kasus TB

Paru dan kemungkinan pencapaian TB dapat meningkat, disamping ini juga perlu diperhatikan cara

pemberian imunisasi BCG oleh petugas kesehatan yang mana ditemukan dua orang bayi yang menurut

pengakuan responden telah mendapatkan imunisasi BCG tetapi pada saat peneliti melakukan observasi

tidak dijumpai adanya jaringan parut bekas penyuntikan imunisasi BCG, dalam hal ini perlu dilakukan

pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai bagaimana cara pemberian imunisasi BCG yang benar pada

bayi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ranu (2008), bahwa penyuntikan vaksin BCG secara intradermal

akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 1 – 2 minggu setelah penyuntikan, namun apabila

penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam (retracted).

b. Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa,

media elektronika, pengalaman orang lain/pribadi dan lingkungan sekitarnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 responden, maka tingkat pengetahuan responden yang

mempunyai bayi usia 2 – 12 bulan berada dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 37 orang (64 %),

dimana kategori berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (28,3 %) dan berpengetahuan cukup 37 orang

(61,6 %) tetapi masih ada responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (10 %).

Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan kepada responden, ternyata terdapat empat pertanyaan

pada kuesioner yang skor jawabannya dibawah dari 50 % yaitu pertanyaan tentang apa yang dimaksud

dengan imunisasi BCG, tujuan imunisasi dan apa efek samping serta manfaat imunisasi BCG terhadap

bayinya. Hal ini disebabkan karena faktor kurangnya informasi baik dari media massa, media elektronik

maupun dari pihak kesehatan.

Hal ini akan berdampak pada kesehatan bayinya, dimana semakin rendahnya pengetahuan responden

maka semakin cenderung responden untuk tidak membawa bayinya mendapatkan imunisasi BCG dan

kemungkinan kesempatan bayi untuk dapat terhindar dari penyakit TB Paru semakin kecil.

Menurut asumsi penulis, hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau

pendidikan kesehatan (Penkes) tentang pentingnya imunisasi BCG yang mencakup pengertian, tujuan

efek samping dan manfaat imunisasi BCG terhadap bayinya, baik penyuluhan secara langsung maupun

tidak langsung (media massa dan media elektronika).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar pengetahuan manusia

didapatkan melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media massa

maupun lingkungan.

Page 11: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

82 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Berbekal pengetahuan tersebut seorang responden akan menentukan sikap apakah

mengimunisasikan anaknya atau tidak.

c. Sikap Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang baik merupakan sikap yang dapat

dipertanggung jawabkan dengan segala resikonya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden terhadap pemberian Imunisasi BCG di wilayah

Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi mayoritas berada dalam

kategori positif dengan skor rata-rata 82 %, dimana kategori positif sebanyak 54 orang (90 %). Hal ini

disebabkan oleh adanya respon dan minat serta pengalaman pribadi responden terhadap Imunisasi BCG,

sikap yang baik merupakan sikap yang dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi masih ada responden yang

bersikap negatif sebanyak 6 orang (10 %)

Dari sepuluh pernyataan yang diajukan kepada responden, baik pernyataan yang mendukung

maupun pernyataan yang tidak mendukung ternyata terdapat tiga pernyataan pada kuesioner yang skor

jawabannya paling rendah yaitu pernyataan tentang berapa usia bayi yang tepat untuk mendapatkan

imunisasi BCG dan apa efek samping jika imunisasi BCG diberikan pada bayi yang berusia lebih dari

sembilan bulan.

Menurut asumsi penulis, hal ini disebabkan karena responden yang mempunyai bayi usia 2 – 12

bulan merasa kasihan kepada bayinya yang masih terlalu kecil untuk diharuskan mendapat imunisasi

BCG dan didukung oleh faktor pengetahuan responden yang kurang tentang berapa usia bayi yang tepat

untuk mendapatkan imunisasi BCG dan efek samping jika BCG diberikan lebih dari 9 bulan.

Hal ini akan berdampak pada kesehatan bayinya, dimana akibat dari kurangnya pemahaman

responden dalam memahami akan pentingnya imunisasi BCG dapat mengancam kesehatan bayinya.

Berbekal kurangnya pengetahuan dan didukung oleh kurangnya pemahaman responden dapat

mengakibatkan sikap yang negatif, dimana responden yang bersikap negatif cenderung tidak membawa

bayinya untuk mendapatkan imunisasi BCG.

Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman responden terhadap imunisasi BCG,

sehingga dapat menghasilkan sikap yang positif.

Notoatmodjo (2003) juga mengutip pendapat Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak bagaimana

tingkah laku seseorang. Disinilah dituntut kebijakan seorang responden untuk memahami pengetahuan

yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk kepentingan

anaknya kelak di masa yang akan datang.

d. Tindakan Responden Terhadap Pemberian Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan (Over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata

Page 12: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

83 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

diperlukan adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas,

pengetahuan, kesadaran dan kesediaan waktu.

Dari hasil penelitian tindakan responden terhadap pemberian Imunisasi BCG di wilayah

Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi mayoritas berada dalam

kategori bertindak untuk membawa anaknya mendapatkan Imunisasi BCG dengan skor rata-rata 70 %,

dimana kategori bertindak sebanyak 39 orang (65 %) dan masih ada responden yang mengaku belum

bertindak sebanyak 21 orang (35 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

berpengetahuan kurang ternyata setelah ditelusuri mempunyai sikap negatif dan tidak bertindak.

Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan kepada responden, ternyata terdapat empat pertanyaan

pada kuesioner yang skor jawabannya di bawah dari 50 % yaitu pertanyaan tentang responden yang tidak

membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi jika posyandu di lokasi tersebut sedang tutup,

dikarenakan faktor ekonomi yang kurang mendukung untuk biaya transportasi ke lokasi posyandu lain

jaraknya jauh dari rumah, sehingga ibu yang mempunyai bayi tersebut tidak membawa bayinya untuk

mendapatkan imunisasi dengan teratur setiap bulannya sehingga mengakibatkan responden tidak

bertindak untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG.

Hal ini akan berdampak pada kelengakapan dari imunisasi bayi khususnya imunisasi BCG,

dimana setelah melewati usia 2 bulan bayi tidak bisa lagi di imunisasi BCG sehingga kesempatan bayi

untuk terhindar dari penyakit TB Paru sangat kecil.

Menurut asumsi penulis, hal ini dapat di atasi dengan melakukan kegiatan atau pelaksanaan imunisasi di

masing-masing posyandu secara rutin setiap bulannya, sehingga dengan aktifnya kegiatan posyandu dapat

meningkatkan motivasi para responden untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi, mengingat

imunisasi sangat penting untuk membekali kesehatan anak di masa depan.

Hal ini disesuaikan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sikap Ibu yang sudah positif

terhadap Imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas Imunisasi yang

mudah dicapai, agar Ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.

e. Gambaran Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian

Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media massa,

media elektronika, pengalaman orang lain/pribadi dan lingkungan sekitarnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan masih terdapat 11,8 % responden yang belum memberikan

imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang berpengetahuan baik, hampir 49 % dengan

pengetahuan cukup dan 100 % dengan pengetahuan kurang.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden tentang apa yang dimaksud dengan

imunisasi BCG dan didukung oleh faktor lain yaitu masih kurangnya informasi baik dari media massa,

atau media elektronik maupun dari pihak kesehatan.

Hal ini menunjukkan bahwa keterpaparan informasi tentang imunisasi BCG masih rendah dan

seharusnya informasi yang paling besar diterima responden dari petugas kesehatan dan kemungkinan

Page 13: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

84 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

petugas kesehatan yang ke lapangan tidak secara rutin memberikan penyuluhan tentang imunisasi BCG

dan kemungkinan frekuensi responden untuk kontak dengan sumber informasi masih sangat rendah.

Menurut asumsi penulis hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan

kesehatan (Penkes) di setiap posyandu tentang pentingnya imunisasi BCG.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sebagian besar pengetahuan manusia

didapatkan melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media massa

maupun lingkungan.

f. Gambaran Hubungan Sikap Responden Terhadap Pemberian

Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang baik merupakan sikap yang dapat

dipertanggung jawabkan dengan segala resikonya.

Dari hasil penelitian menunjukkan ternyata masih didapati hampir 39 % responden yang belum

memberikan imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang bersikap positif dan 83,3 %

yang bersikap negatif.

Berbekal kurangnya pengetahuan dan di dukung oleh kurangnya pemahaman responden dapat

mengakibatkan sikap yang negatif, sehingga sangat mempengaruhi pada tindakan responden untuk

membawa anaknya mendapatkan imunisasi BCG.

Hal ini dapat di atasi dengan melakukan kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes)

yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman responden terhadap pemberian

imunisasi BCG sehingga dapat menghasilkan sikap yang positif.

g. Gambaran Hubungan Tindakan Responden Terhadap Pemberian

Imunisasi BCG

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (Over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas,

pengetahuan, kesadaran dan kesediaan waktu.

Dari hasil penelitian menunjukkan ternyata masih didapati hampir 26 % responden yang belum

memberikan imunisasi BCG pada bayinya yang mempunyai latar belakang sudah bertindak dan 76,2 %

mengaku belum bertindak.

Hal ini disebabkan karena responden hanya membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi jika

posyandu di lokasi tersebut sedang dilaksanakan tetapi responden tidak membawa bayinya di posyandu

lain yang jaraknya jauh dari rumah jika posyandu di lokasinya sedang tutup, dikarenakan faktor ekonomi

yang kurang mendukung untuk biaya transportasi ke posyandu lain sehingga responden tidak membawa

anaknya untuk mendapatkan imunisasi dengan teratur, sehingga hal ini akan berdampak pada kesehatan

bayi mereka, dimana keterpaparan khususnya penyakit TB Paru terhadap tubuh si bayi kemungkinan

dapat terjadi oleh karena ibu yang tidak bertindak.

Page 14: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

85 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

Menurut asumsi penulis, hal ini dapat diatasi dengan melakukan kegiatan atau pelaksanaan

imunisasi di masing-masing posyandu secara rutin setiap bulannya, sehingga dengan aktifnya kegiatan

posyandu dapat meningkatkan motivasi para responden untuk membawa anaknya mendapatkan

imunisasi, mengingat imunisasi sangat penting untuk membekali kesehatan anak di masa depan.

Hal ini disesuaikan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa sikap Ibu yang sudah positif

terhadap Imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas Imunisasi yang

mudah dicapai, agar Ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.

2. KETERBATASAN PENELITIAN

a. Jumlah responden terbatas sehingga kurang mewakili populasi yang sebenarnya ada di masyarakat.

b. Rancangan penelitian kroseksional mempunyai kelemahan dimana hubungan sebab akbat tidak bisa

dijelaskan secara tepat, karena didapat pada saat yang bersamaan dan tidak ada waktu pengamatan.

c. Belum dilakukan uji statistik sehingga kekuatan hubungan tidak bisa dijelaskan lebih mendalam.

d. Penelitian ini tidak luput dari bias baik dari faktor pewawancara maupun instrumen yang digunakan.

3. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN KEBIDANAN

a. Bagi pelayanan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi bagi petugas kebidanan terutama tentang

asuhan kebidanan pada ibu dan bayinya terhadap pemberian imunisasi BCG.

b. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai sumber informasi untuk penelitian berikutnya dengan penelitian yang sejenis.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi

BCG (Bacillus Calmette Guerin) di Wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi Tahun 2010, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Prevalensi yang tidak di imunisasi BCG cukup tinggi yaitu sebanyak 43 % dan juga ditemukan

adanya 2 orang bayi yang tidak dijumpai adanya jaringan parut bekas penyuntikan imunisasi BCG,

sedangkan menurut pengakuan responden bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi BCG, yang

diakibatkan karena penyuntikan yang tidak benar.

b. Pengetahuan responden sudah cukup (61,6 %) tetapi masih ada yang berpengetahuan kurang

yaitu sebanyak 10 % terutama yang berkaitan dengan pemberian imunisasi BCG.

c. Sikap dan tindakan responden masih sangat rendah, ini dibuktikan dengan masih ada responden

yang bersikap negatif yaitu sebesar 10 % dan mengaku belum bertindak yaitu sebesar 35 %. Hal ini

kemungkinan ada kaitannya dengan pengetahuan responden yang juga rendah.

SARAN

Bagi Puskesmas

1. Kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi, agar

kiranya dapat meningkatkan cakupan Imunisasi BCG sehingga mencapai target nasional.

Page 15: Jurnal Pemberian Imuniasi BCG OK

Akademi Keperawatan Bina Husada Tebing Tinggi - Sumut

86 | Jurnal Kamiilah | Volume:III No.6 Oktober 2011

2. Perlu kiranya dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Penkes) secara rutin baik secara

langsung maupun tidak langsung (media massa dan elektronika) tentang pentingnya Imunisasi BCG

bagi anak sehingga dapat meningkatkan motivasi para ibu untuk melakukan Imunisasi.

3. Perlu kiranya diadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Awa’ai, mengenai

cara penyuntikan Imunisasi BCG yang benar.

4. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi

agar kiranya kegiatan posyandu dilaksanakan secara rutin di setiap posyandu.

5. Meningkatkan pematauan pelaksanaan Imunisasi BCG baik kualitas maupun cakupan Imunisasi.

6. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan bidan swasta agar mau melaporkan data bayi yang

telah di Imunisasi BCG kepada pihak Puskesmas.

Bagi Peneliti Lain

Mengingat penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, maka disarankan bagi

peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini dengan

menggunakan sampel yang cukup dan desain penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali. (2005 dalam Prasojo, 2006). Kaitan Antara Waktu Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian

Tuberculosis (TB) Paru pada Balita di Puskesmas Pituruh Kabupaten Purworejo Tahun 2006.

Surabaya.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Depkes RI. (2005). Pedoman Teknik Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin. Ditjen PPM dan PL. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Hasan, I.M. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rineka Cipta. Jakarta.

Ranuh, I.G.N., dkk. (2008). Pedoman Imunisasi Indonesia. Satgas Imunisasi-IDAI.

Riduwan. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.