3
Seorang Pria 54 tahun dengan Diare Berulang Seorang pria berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan diare, muntah-muntah, dan penurunan berat badan. Pasien mengalami keluhan tersebut sejak 2,5 tahun yang lalu, saat itu Ia merasakan keram perut dan diare tidak berdarah sehari setelah perjalanan dari ortheast ke !olorado untuk bermain ski. "ejala yang Ia rasakan bertahan selama 4 hari. Setelah sampai di daerah asalnya, Ia pergi berobat ke Instalasi "a#at Darurat suatu rumah sakit karena gejala yang Ia rasakan tak kunjung reda, dan di diagnosis sebagai in$eksi saluran pen%ernaan karena &irus. 'soknya, Ia mengunjungi dokter keluarganya, dan Ia diberikan antibiotik !ipro(o)a%in, namun tidak memberikan e$ek apapun. Sebulan kemudian, Ia pergi ke spesialis gastroenterologi. *asil pemeriksaan laboratorium rutin normal. Pada spesimen $eses ditemukan banyak leukosit dan tidak ditemukan parasit + pemeriksaan !lostridium di %ile dan kultur $eses negati$. emudian, Ia diberikan etronida/ole selama 01 hari, dan didapatkan perbaikan gejala. Dua tahun sebelumnya, pada pemeriksaan eso$agogastroduodenoskopi didapatkan mukosa lambung ektopik sepanjang kurang lebih 4 %m pada lingkar eso$agus ser&ikal, erosi multipel pada antrum lambung, gastritis pada antral, ulkus super sial pada duodenum, dan lipatan mukosa prominen pada sisi lambung dari perbatasan gastroeso$ageal. Pemeriksaan kolonoskopi ditemukan beberapa polip ke%il. Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi eso$agus proksimal didapatkan mukosa gepeng 3skuamos dan mukosa tipe lambung, dengan metaplasia intestinal yang diperkirakan merupakan gambaran Barret s 'sophagus. Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi sebuah polip pada kolon trans&ersa didapatkan perubahan adenomatosa dan displasia lo#-grade + juga ditemukan polip rektal hiperplastik dan $ragmen normal dari duodenum. Pemeriksaan *eli%oba%ter pylori dan giardia didapatkan negati$. emudian pasien diresepkan obat Proton-pump inhibitor 3PPI . Sembilan bulan kemudian, sehari setelah bepergian lagi ke !olorado, pasien lagi- lagi terbangun dengan keram perut dan B6B %air 3dengan $rekuensi 0 jam sekali . 7 hari kemudian, pasien mengalami mual dan muntah. Pemeriksaan spesimen $eses pada saat itu ditemukan Blasto%ystis hominis dan kemudian gejala membaik setelah pemberian etronida/ole. 'mpat bulan sebelumnya, pasien bepergian ke 8imur 8engah. Pada saat itu Ia tinggal di hotel dan hanya minum air mineral botolan. Sehari setelah sampai, Ia merasakan keram perut dan B6B %air tanpa darah yang terjadi setiap 0-2 jam sekali sepanjang hari, sampai membangunkannya dari tidur. Ia merasa gejala lebih parah dengan makan. Pada hari ke-9, pasien mengalami mual dan muntah tanpa darah 32-7 kali per hari , diare yang lebih sering dan tanpa demam atau dia$oresis. 8idak ada dari 05 teman seperjalanannya yang mengalami gejala serupa. Dua belas hari kemudian, pasien kembali ke rumah. "ejalanya tetap sama, dan 7 minggu setelahnya Ia pergi ke rumah sakit untuk e&aluasi+ %airan intra&ena dan etronida/ole diberikan saat itu, namun gejala memburuk. Pemeriksaan spesimen $eses untuk patogen dan skrining *. pylori negati$. 8iga

jurnal presentasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Seorang Pria 54 tahun dengan Diare BerulangSeorang pria berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan diare, muntah-muntah, dan penurunan berat badan.Pasien mengalami keluhan tersebut sejak 2,5 tahun yang lalu, saat itu Ia merasakan keram perut dan diare tidak berdarah sehari setelah perjalanan dari Northeast ke Colorado untuk bermain ski. Gejala yang Ia rasakan bertahan selama 4 hari. Setelah sampai di daerah asalnya, Ia pergi berobat ke Instalasi Gawat Darurat suatu rumah sakit karena gejala yang Ia rasakan tak kunjung reda, dan di diagnosis sebagai infeksi saluran pencernaan karena virus. Esoknya, Ia mengunjungi dokter keluarganya, dan Ia diberikan antibiotik Ciprofloxacin, namun tidak memberikan efek apapun. Sebulan kemudian, Ia pergi ke spesialis gastroenterologi. Hasil pemeriksaan laboratorium rutin normal. Pada spesimen feses ditemukan banyak leukosit dan tidak ditemukan parasit ; pemeriksaan Clostridium difficile dan kultur feses negatif. Kemudian, Ia diberikan Metronidazole selama 10 hari, dan didapatkan perbaikan gejala.Dua tahun sebelumnya, pada pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi didapatkan mukosa lambung ektopik sepanjang kurang lebih 4 cm pada lingkar esofagus servikal, erosi multipel pada antrum lambung, gastritis pada antral, ulkus superfisial pada duodenum, dan lipatan mukosa prominen pada sisi lambung dari perbatasan gastroesofageal. Pemeriksaan kolonoskopi ditemukan beberapa polip kecil. Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi esofagus proksimal didapatkan mukosa gepeng (skuamos) dan mukosa tipe lambung, dengan metaplasia intestinal yang diperkirakan merupakan gambaran Barrets Esophagus. Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi sebuah polip pada kolon transversa didapatkan perubahan adenomatosa dan displasia low-grade ; juga ditemukan polip rektal hiperplastik dan fragmen normal dari duodenum. Pemeriksaan Helicobacter pylori dan giardia didapatkan negatif. Kemudian pasien diresepkan obat Proton-pump inhibitor (PPI).Sembilan bulan kemudian, sehari setelah bepergian lagi ke Colorado, pasien lagi-lagi terbangun dengan keram perut dan BAB cair (dengan frekuensi 1 jam sekali). 3 hari kemudian, pasien mengalami mual dan muntah. Pemeriksaan spesimen feses pada saat itu ditemukan Blastocystis hominis dan kemudian gejala membaik setelah pemberian Metronidazole.Empat bulan sebelumnya, pasien bepergian ke Timur Tengah. Pada saat itu Ia tinggal di hotel dan hanya minum air mineral botolan. Sehari setelah sampai, Ia merasakan keram perut dan BAB cair tanpa darah yang terjadi setiap 1-2 jam sekali sepanjang hari, sampai membangunkannya dari tidur. Ia merasa gejala lebih parah dengan makan. Pada hari ke-6, pasien mengalami mual dan muntah tanpa darah (2-3 kali per hari), diare yang lebih sering dan tanpa demam atau diaforesis. Tidak ada dari 15 teman seperjalanannya yang mengalami gejala serupa. Dua belas hari kemudian, pasien kembali ke rumah. Gejalanya tetap sama, dan 3 minggu setelahnya Ia pergi ke rumah sakit untuk evaluasi; cairan intravena dan Metronidazole diberikan saat itu, namun gejala memburuk. Pemeriksaan spesimen feses untuk patogen dan skrining H. pylori negatif. Tiga bulan kemudian, pasien mulai tidak nafsu makan, dan didapatkan berat badan turun sebanyak 15,9 kg. 2 minggu sebelumnya, pasien diresepi trimethoprim-sulfometoxazole, dengan sedikit perbaikan gejala diare.Delapan hari sebelumnya, pasien berobat ke klinik penyakit infeksi. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 114/86 mmHg dan nadi 88 x/menit; pemeriksaan fisik lainnya didapatkan dalam batas normal. Hitung trombosit, LED, eritrosit, kadar glukosa darah, urea, nitrogen, kalsium, vitamin B12, CRP, kortisol, tirotropin, amilase, dan lipase dalam batas normal. Pemeriksaan untuk IgA terhadap gliadin, antigen endomisial, dan jaringan transglutaminase negatif; pemeriksaan laboratorium lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan spesimen feses tidak menunjukkan adanya tanda-tanda patogen usus, atau parasit, juga pemeriksaan toksin C. Difficile didapatkan negatif. Pasien kemudian merasa gejalanya memburuk, termasuk diare dengan frekuensi 1 jam sekali sepanjang hari, mual yang terus menerus, dan muntah 3 menit setelah intake oral, rasa lemas, dan nyeri kepala ortostatik. Ia kemudian pergi ke IGD rumah sakit.Pasien mengaku tidak mengalami demam, menggigil, berkeringat, atau nyeri kepala. Pengobatan satu-satunya ialah omeprazole, 20 mg per hari yang Ia minum untuk mengurangi gejala refluks gastroesofageal. Tidak ada riwayat alergi. Ia saat ini bekerja di industri pelayanan, peminum alkohol dalam jumlah sedang, sering merokok saat muda, dan tidak ada riwayat penggunaan obat-obat terlarang. Tidak ada riwayat kontak dengan orang atau hewan yang sedang sakit, tidak ada riwayat mengkonsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi dan daging mentah. Pasien sering bepergian ke kepulauan Karibia selama 14 tahun, terutama 8 tahun sebelum Ia sakit. Ayahnya berusia 82 tahun dan mengalami demensia, ibunya sudah meninggal, dan mengidap penyakit Parkinson dan penyakit jantung, juga pamannya yang dilaporkan menderita kanker lambung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 133/94 mmHg dan nadi 120 x/menit; suhu, napas, dan saturasi oksigen normal. Hitung trombosit, aPTT, kadar kalsium darah, fosfor, magnesium, dan prealbumin, juga fungsi hepar dalam batas normal. Hasil EKG normal. Pasien diinfus cairan normal saline.Hasil CT scan abdomen dan pelvis setelah pemberian kontras oral dan intravena menunjukkan penebalan dinding proksimal usus halus, mid-dilatasi usus halus, cairan dalam jumlah banyak pada kolon sehingga didapatkan gambaran air-fluid-level, pembesaran nodul retroperitoneal, kalsifikasi aterosklerosis aorta, dan nodul pada lobus bawah paru kanan. Pasien diberikan omeprazole, proklorperazin, dan ondansentron hidroklorida, dan cairan kristaloid secara intravena. Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan keton +1 dan albumin, sisanya dalam batas normal. Dua hari kemudian, kadar eritropoetin dan folat dalam batas normal, pemeriksaan antibodi HIV negatif.Pada hari keempat, kadar K+ pada tinja 21,7 mmol per liter (pada darah 3,4 mmol per liter) dan lemak pada tinja 37% (normal 0-19%). Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi didapatkan lesi erosif sirkumferensial pada duodenum, dengan lubang ulkus yang dicurigai akan perforasi, ulkus multipel dengan diameter sampai 6 mm. Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi...