10
CSID Journal of Sustainable City and Urban Development (2018) Vol. 1 Issue 2: 3-12 ISSN: 2614-8161 _______ *Corresponding author: E-mail: [email protected] USULAN PERUBAHAN PERANGKAT PENILAIAN BANGUNAN HIJAU (GREENSHIP) UNTUK BANGUNAN BARU VERSI 1.2 Budijanto Chandra* Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Tarumanagara ABSTRACT Indonesia Green Building Standards issued by Green Building Council Indonesia (GBCI), supplemented by the Green Building Rating Tools for the New Building version 1.2. This standard has been implemented since 2013 and has not been updated until now. Many environmental changes occur and the development of cutting-edge technologies for energy efficiency, water and renewable energy to be considered in green building assessment tools. Extreme climate changes due to global warming that occurred in recent decades also need special attention. The study was conducted on several buildings in Jakarta, to get an overview of the implementation of green building standards and proposed changes to green building assessment tools. Proposed changes will be beneficial to the parties involved in the implementation of green buildings in Indonesia and especially for Green Building Council Indonesia in renewing the Indonesian green building standards. Keywords: green building, rating tools, global warming, renewable energy ABSTRAK Standar Bangunan hijau Indonesia yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI), dilengkapi dengan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Bangunan Baru versi 1.2. Standar ini sudah berlaku sejak tahun 2013 dan belum diperbaharui sampai sekarang. Banyak perubahan lingkungan yang terjadi dan perkembangan teknologi mutakhir untuk efisiensi energi, air dan energi terbarukan yang perlu dipertimbangkan di dalam perangkat penilaian bangunan hijau. Perubahan iklim ekstrim karena pemanasan global yang terjadi di beberapa dekade belakangan ini juga perlu menjadi perhatian khusus. Kajian ini dilaksanakan pada beberapa bangunan gedung di Jakarta, untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi dari standar bangunan hijau dan usulan perubahan perangkat penilaian bangunan hijau. Usulan perubahan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait kepada implementasi bangunan hijau di Indonesia dan khususnya bagi Green Building Council Indonesia dalam memperbarui standar bangunan hijau Indonesia. Kata Kunci: bangunan hijau, perangkat penilaian, pemanasan global, energi terbarukan 1. PENDAHULUAN Standar adalah dokumen yang ditetapkan berdasarkan sebuah kesepakatan yang disetujui bersama dan disetujui oleh badan yang berwenang, berisi penggunaan umum,

Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

CSID Journal of Sustainable City and Urban Development (2018) Vol. 1 Issue 2: 3-12

ISSN: 2614-8161

_______ *Corresponding author: E-mail: [email protected]

USULAN PERUBAHAN PERANGKAT PENILAIAN BANGUNAN HIJAU

(GREENSHIP) UNTUK BANGUNAN BARU VERSI 1.2

Budijanto Chandra*

Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Tarumanagara

ABSTRACT

Indonesia Green Building Standards issued by Green Building Council Indonesia

(GBCI), supplemented by the Green Building Rating Tools for the New Building

version 1.2. This standard has been implemented since 2013 and has not been updated

until now. Many environmental changes occur and the development of cutting-edge

technologies for energy efficiency, water and renewable energy to be considered in

green building assessment tools. Extreme climate changes due to global warming that

occurred in recent decades also need special attention. The study was conducted on

several buildings in Jakarta, to get an overview of the implementation of green building

standards and proposed changes to green building assessment tools. Proposed changes

will be beneficial to the parties involved in the implementation of green buildings in

Indonesia and especially for Green Building Council Indonesia in renewing the

Indonesian green building standards.

Keywords: green building, rating tools, global warming, renewable energy

ABSTRAK

Standar Bangunan hijau Indonesia yang dikeluarkan oleh Green Building Council

Indonesia (GBCI), dilengkapi dengan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk

Bangunan Baru versi 1.2. Standar ini sudah berlaku sejak tahun 2013 dan belum

diperbaharui sampai sekarang. Banyak perubahan lingkungan yang terjadi dan

perkembangan teknologi mutakhir untuk efisiensi energi, air dan energi terbarukan

yang perlu dipertimbangkan di dalam perangkat penilaian bangunan hijau. Perubahan

iklim ekstrim karena pemanasan global yang terjadi di beberapa dekade belakangan ini

juga perlu menjadi perhatian khusus. Kajian ini dilaksanakan pada beberapa bangunan

gedung di Jakarta, untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi dari standar

bangunan hijau dan usulan perubahan perangkat penilaian bangunan hijau. Usulan

perubahan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait kepada implementasi

bangunan hijau di Indonesia dan khususnya bagi Green Building Council Indonesia

dalam memperbarui standar bangunan hijau Indonesia.

Kata Kunci: bangunan hijau, perangkat penilaian, pemanasan global, energi

terbarukan

1. PENDAHULUAN

Standar adalah dokumen yang ditetapkan berdasarkan sebuah kesepakatan yang

disetujui bersama dan disetujui oleh badan yang berwenang, berisi penggunaan umum,

Page 2: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Chandra

4

penggunaan berulang, peraturan, pedoman atau ciri-ciri dari sebuah kegiatan atau hasil,

yang ditujukan untuk pencapaian tingkat ketertiban optimal dalam konteks tertentu.

Sedangkan standardisasi adalah aktivitas penetapan atau pendirian standar, berkaitan

dengan masalah aktual dan masalah utama (Hatto, 2010). Standar untuk bangunan hijau

umumnya dilengkapi dengan suatu alat yang dinamakan perangkat penilaian (rating

tools). Perangkat penilaian bangunan hijau atau yang disebut juga sertifikasi digunakan

untuk menilai dan mengenali bangunan yang memenuhi persyaratan dan standar

bangunan hijau tertentu (World Green Building Council, 2018).

Di Indonesia, perangkat penilaian bangunan hijau (greenship) untuk bangunan baru

yang masih berlaku adalah versi 1.2 yang mulai diluncurkan pada tahun 2013,

mempunyai 6 kategori yaitu: tepat guna lahan (ASD), efisiensi dan konservasi energi

(EEC), konservasi air (WAC), sumber dan siklus material (MRC), kesehatan dan

kenyamanan dalam ruang (IHC) serta manajemen lingkungan bangunan (BEM). Setiap

kategori dibagi menjadi beberapa kriteria yang mempunyai nilai kriteria (Green

Building Council Indonesia, 2013). Sertifikat bangunan hijau dinamakan Greenship

yang terdiri dari peringkat: Platinum, Gold, Silver dan Bronze. Perangkat penilaian

bangunan hijau ini sudah perlu dilakukan evaluasi dan revisi karena perubahan-

perubahan yang terjadi seperti perubahan iklim dan juga karena banyak perkembangan

teknologi terkini untuk penghematan energi dan air. Teknologi energi terbarukan juga

makin berkembang dan menjadi kebutuhan untuk dimasukkan di dalam kriteria

perangkat penilaian bangunan hijau secara lebih mengikat. Terdapat 5 usulan

perubahan kriteria di perangkat penilaian bangunan hijau untuk bangunan baru versi

1.2 yaitu: fasilitas pengguna sepeda, overall thermal transfer value (OTTV), energi

terbarukan, kendali asap rokok di lingkungan dan teknologi fitur air.

2. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk memberikan

gambaran secara jelas tentang penerapan standar bangunan hijau terutama di gedung-

gedung komersial di Jakarta dan memberikan usulan perubahannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Fasilitas Pengguna Sepeda

Usulan perubahan pada kategori tepat guna lahan (ASD) dengan kriteria fasilitas

pengguna sepeda dianggap perlu dilakukan, karena kriteria yang ada mensyaratkan

penyediaan lahan untuk parkir sepeda yang luas, yaitu 1 unit parkir sepeda per 20

pengguna gedung. Untuk gedung perkantoran seperti di Alamanda Tower, akan

menghasilkan syarat nilai maksimum yaitu 100 unit parkir sepeda atau sekitar 250 m2

luasan lahan. Berdasarkan pengamatan di gedung Alamanda Tower, sepeda yang

diparkir hanya 1 buah.

Penyediaan lahan untuk parkir sepeda tidak optimal, karena pengguna sepeda

terutama di kota besar berkurang yang, karena jalan raya tidak dilengkapi jalur

pengendara sepeda dan meningkatnya polusi kendaraan bermotor. Hal ini tidak

mendukung keselamatan dan kesehatan pengguna sepeda. Kecenderungan pengguna

sepeda adalah untuk mengendarai sepeda lipat dan dibawa ke lantai tempat bekerja

melalui lift, sehingga tidak memanfaatkan tempat parkir sepeda di lahan bangunan.

Adapun usulan perubahan adalah dengan mengurangi kriteria penyediaan lahan parkir

dan penyediaan unit shower seperti yang tertulis pada Tabel 1.

Page 3: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Usulan Perubahan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau (Greenship) Untuk

Bangunan Baru Versi 1.2

5

Gambar 1. Pengguna parkir sepeda di gedung Alamanda Tower

Tabel 1. Usulan perubahan kriteria fasilitas pengguna sepeda Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria

ASD 4.1. Adanya tempat parkir sepeda

yang aman sebanyak satu unit per

20 pengguna gedung hingga

maksimal 100 unit parkir sepeda.

4.1. Adanya tempat parkir sepeda

yang aman sebanyak satu unit

parkir per 40 pengguna gedung

hingga maksimal 50 unit parkir

sepeda.

1

ASD 4.2. Apabila tolok ukur 1 di atas

terpenuhi, perlu tersedianya

shower sebanyak 1 unit untuk

setiap 10 parkir sepeda.

4.2. Apabila tolok ukur 1 di atas

terpenuhi, perlu tersedianya shower

sebanyak 1 unit untuk setiap 25

parkir sepeda.

1

Dengan usulan di atas, maksimum hanya perlu 120m2 (12m x 10m), sehingga area yang

tersisa dapat dimanfaatkan untuk landscape atau area resapan air.

Gambar 1. Pengguna parkir sepeda di gedung Alamanda Tower

Page 4: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Chandra

6

3.2 Overall Thermal Transfer Value (OTTV)

OTTV adalah nilai perpindahan panas menyeluruh dari luar bangunan ke dalam

bangunan yang dikondisikan melalui selubung bangunan. Pengukuran rata-rata dari

arah orientasi gedung dan dijabarkan dalam satuan Watt/m². Menurut standar SNI

6389:2011, nilai OTTV bangunan tidak boleh melebihi atau maksimal sama dengan

35Watt/m² (Standar Nasional Indonesia, 2011).

Rumus OTTV menurut SNI 6389:2011 adalah seperti pada persamaan 1.

OTTV= α [(uw x (1-WWR))xTDEK] + (uf x WWR x ∆T) + (SC x WWR x SF) (1)

Konduksi (rambatan) panas

melewati tembok

Konduksi

(rambatan) panas

melalui jendela

Radiasi panas

yang masuk

melalui jendela

OTTV = Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau

orientasi tertentu (W/m2)

α = absorbtans radiasi matahari

uw = Transmitans termal dinding tidak tembus cahaya (W/m2.K)

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang

ditentukan

TDEK = Beda temperatur ekuivalen (K)

uf = Transmitans termal fenestrasi (W/m2.K)

∆T = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam. (diambil 5K)

SC = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi

SF = Faktor radiasi matahari (W/m2)

Dari ketiga macam jenis perpindahan panas di atas, radiasi panas yang masuk

melalui jendela adalah yang paling besar nilainya, yaitu sekitar 70-80% (AGC Group,

2016). Dari Persamaan 1 jelas terlihat pengaruh rasio bukaan jendela dengan dinding

(WWR) terhadap panas yang masuk ke dalam bangunan adalah sangat besar. Oleh

karena itu, perlu diberikan perhatian kepada WWR karena kecenderungan yang terjadi

sekarang ini terutama untuk bangunan tinggi, cenderung memakai curtain glass wall.

Gambar 3. Komponen-komponen perpindahan panas melalui selubung bangunan

Cara kedua untuk menghitung OTTV adalah dengan cara grafis dimana dari nilai

WWR yang ditentukan dan Solar Heat Gain Coefficient (SHGC) (= 0.86 x SC)

Page 5: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Usulan Perubahan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau (Greenship) Untuk

Bangunan Baru Versi 1.2

7

didapatkan dari besarnya nilai OTTV. Cara ini lebih sederhana dan cepat dalam

menghitung OTTV (Pemprov DKI Jakarta/IFC, 2016).

Gambar 4. Perhitungan OTTV dengan cara grafis

Terdapat dua jenis selubung bangunan yang umum dipakai, yaitu (1) konstruksi bata

dan jendela dan (2) konstruksi dinding tirai kaca (curtain glass wall).

Gambar 5. Konstruksi bata dan jendela, dan dinding tirai kaca (Curtain Glass wall)

Konstruksi dinding tirai kaca ini banyak disukai oleh arsitek karena memberi

pandangan keluar yang luas ke luar gedung, tetapi akan menghasilkan nilai WWR yang

besar sehingga panas yang masuk ke dalam bangunan tinggi dan menimbulkan efek

Page 6: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Chandra

8

rumah kaca. Di dalam prakteknya, dinding tirai kaca tidak ditutup dinding opaque dan

hanya ditutup oleh tirai fleksibel yang menambah panas yang masuk ke dalam ruangan

dan menambah beratnya beban pendinginan AC OTTV (Pemprov DKI Jakarta/IFC,

2016).

Gambar 6. Bukaan dinding tirai kaca yang hanya ditutup dengan tirai fleksibel di

gedung Talavera Office Park

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bangunan tinggi di Jakarta mempunyai

WWR ≤ 40% dapat menghasilkan OTTV yang memenuhi standar Peraturan Gubernur

No. 38 Tahun 2012 yaitu 45 Watt/m² (Loekita, 2006). Dari ulasan tersebut, WWR

mempunyai dampak yang besar terhadap perpindahan panas yang masuk melalui

selubung bangunan, kecenderungan gedung bertingkat memakai konstruksi dinding

tirai kaca dan penggunaan komponen WWR untuk perhitungan OTTV yang sudah

diterapkan di peraturan pemerintah daerah seperti di Jakarta, perhitungan WWR ini

lebih mudah diakses perhitungannya dan mempunyai dampak langsung penurunan nilai

OTTV.

Tabel 2. Usulan perubahan kriteria OTTV Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria

EEC 1.C.1. Nilai OTTV sesuai dengan

SNI 03-6389-2011 atau SNI edisi

terbaru tentang Konservasi Energi

Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung.

1.C.1. Nilai OTTV sesuai dengan

SNI 03-6389-2011 atau SNI edisi

terbaru tentang Konservasi Energi

Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung.

3

EEC Apabila tolok ukur 1 dipenuhi,

penurunan per 2.5% mendapat 1

nilai sampai maksimal 2 nilai.

Dengan Patokan WWR = 40%,

penurunan per 5% mendapat 1

nilai sampai maksimal 2 nilai.

2

3.3 Energi Terbarukan (Renewable Energy)

Indonesia sebagai negara yang menandatangani perjanjian ratifikasi Paris Agreement

(COP21) PBB yang membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 C dibanding

level pra industri dan mencapai net zero emissions dari tahun 2050 sampai dengan

Page 7: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Usulan Perubahan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau (Greenship) Untuk

Bangunan Baru Versi 1.2

9

tahun 2100 (United Nations, 2015), perlu secara aktif berperan didalam penurunan suhu

rata-rata global dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy). Untuk itu kriteria

energi terbarukan di dalam tapak pada versi 1.2 yang merupakan poin bonus, diusulkan

menjadi poin wajib (kriteria prasyarat).

Tabel 3. Usulan perubahan kriteria energi terbarukan dalam tapak Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria

EEC - 5.Menggunakan sumber energi

terbarukan 0.5% daya listrik

yang dibutuhkan gedung.

P

(usulan)

EEC 5.1. Menggunakan sumber energi

baru dan terbarukan. Setiap 0,5%

daya listrik yang dibutuhkan

gedung yang dapat dipenuhi oleh

sumber energi terbarukan

mendapatkan 1 nilai (sampai

maksimal 5 nilai). (Bonus)

5.1. Menggunakan sumber energi

baru dan terbarukan. Setiap

tambahan 0,5% daya listrik yang

dibutuhkan gedung yang dapat

dipenuhi oleh sumber energi

terbarukan mendapatkan 1 nilai

(sampai maksimal 5 nilai).

1-5

Gambar 7. Pemakaian energi terbarukan Solar PV Panel di Ecoloft Jababeka

Sumber: Ecoloft, 2018

3.4 Perkembangan Teknologi Fitur Air

Fitur air tertutama di gedung tinggi dan bangunan komersial berdampak sangat besar

terhadap penggunaan air dan sekarang sudah banyak teknologi baru dari water faucet

yang dapat menghemat air dan mengurangi kapasitas keluaran air sampai dengan 2

liter/menit (Toto, 2018).

Gambar 8. Teknologi penghematan air water closet

Page 8: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Chandra

10

Tabel 4. Usulan perubahan kapasitas keluaran fitur air Kategori WAC

Kriteria

Saat Ini

2.1.C. Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah

standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran,

sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air.

Alat Keluaran Air

WC Flush Valve

WC Flush Tank

Urinal Flush Valve/Peturasan

Keran Wastafel/Lavatory

Keran Tembok

Shower

Kapasitas Keluaran Air

<6 liter/flush

<6 liter/flush

<4 liter/flush

<8 liter/menit

<8 liter/menit

<9 liter/menit

Usulan

Perubahan

Kriteria

2.1.C. Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah

standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, untuk

semua total pengadaan produk fitur air.

Alat Keluaran Air

WC Flush Valve

WC Flush Tank

Urinal Flush Valve/Peturasan

Keran Wastafel/Lavatory

Keran Tembok

Shower

Kapasitas Keluaran Air

<4.5 liter/flush

<4.5 liter/flush

<2 liter/flush

<2 liter/menit

<4 liter/menit

<8 liter/menit

Nilai

Kriteria

3

3.5 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

Seharusnya pemasangan tanda “Dilarang Merokok” di seluruh area gedung, dipasang

di tempat strategis misalnya dekat pintu masuk dengan ukuran tanda cukup besar.

Apabila ada area merokok di luar gedung maka lokasi jauh dari pintu masuk, outdoor

air intake, dan bukaan jendela. Jarak 5m bisa dipertimbangkan untuk diubah menjadi

10m, karena biasanya pusat asap rokok ada di bagian retail/food court yang dekat

dengan pintu masuk gedung dan asap bisa masuk ke dalam gedung.

Gambar 9. Tanda “Dilarang Merokok” dipasang di sisi jalan menuju pintu masuk

gedung dan letaknya sangat strategis sehingga mudah dibaca, lokasi: Alamanda Tower

Page 9: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Usulan Perubahan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau (Greenship) Untuk

Bangunan Baru Versi 1.2

11

Gambar 10. Tanda “Dilarang Merokok” hanya dipasang di tempat tersembunyi, kecil

ukurannya dan sulit dibaca orang seperti di area parkiran basement dan di tangga

darurat sehingga kendali asap rokok tidak berjalan di gedung ini

Tabel 5. Usulan pemasangan tanda “Dilarang Merokok” Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria

IHC 2.1. Memasang tanda “Dilarang

Merokok di Seluruh Area

Gedung” dan tidak menyediakan

bangunan/area khusus untuk

merokok di dalam gedung.

Apabila tersedia, bangunan/area

merokok di luar gedung, minimal

berada pada jarak 5 m dari pintu

masuk, outdoor air intake, dan

bukaan jendela.

2.1. Memasang tanda “Dilarang

Merokok” terutama di area yang

strategis dan mudah dilihat dan

di Seluruh Area Gedung. Tidak

menyediakan bangunan/area

khusus untuk merokok di dalam

gedung. Apabila tersedia,

bangunan/area merokok di luar

gedung, minimal berada pada jarak

10 m dari pintu masuk, outdoor air

intake, dan bukaan jendela.

2

4. KESIMPULAN

Perubahan iklim dan lingkungan serta kemajuan teknologi untuk efisiensi energi dan

air, menjadi alasan perlunya standar bangunan hijau dikaji dan dikoreksi apabila

diperlukan. Usulan perubahan pada perangkat penilaian bangunan hijau versi 1.2

diprioritaskan kepada kriteria-kriteria yang mempunyai dampak besar pada

penghematan energi, air dan juga pemanfaatan energi terbarukan secara lebih besar.

DAFTAR REFERENSI

AGC Group. 2016. Sustainable Glazing for Green Building. Presentasi.Workshop

Passive Design.Green Building Council Indonesia. Jakarta. 17 Desember 2016.

Ecoloft. 2018. Welcome to Ecoloft (On-line). Tersedia di www.ecoloft.co.id (8 Maret

2018).

Green Building Council Indonesia. 2013. Panduan Teknis: Perangkat Penilaian

Bangunan Hijau untuk Bangunan Baru versi 1.2. Jakarta: Green Building Council

Indonesia.

Hatto, Peter. 2010. Standards and Standardization Handbook. Brussels: European

Commision.

Loekita, Sandra. 2006. Analisa Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan. Journal

of Dimensi Universitas Kristen Petra. Vol. 8. No. 2 (September 2006): 93 – 98.

Pemprov DKI Jakarta/IFC. 2016. Panduan Pengguna Bangunan Gedung Hijau Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 38/2012. Vol 1. Selubung Bangunan.

Standar Nasional Indonesia. 2011. Konversi Energi Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung. SNI 6389:2011. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Toto. 2019. Products (On-line). Tersedia di https://www.toto.co.id/ (8 Maret 2018).

Page 10: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2 · 2019. 4. 18. · Title: Jurnal SCUD CSID Vol 1 Issue 2.pdf Author: ROI Created Date: 4/18/2019 10:34:13 PM

Chandra

12

United Nations. 2015. Adoption of the Paris Agreement, Framework Convention on

Climate Change, 12 Desember 2015.

World Green Building Council. 2018. Rating-tools (On-line). Tersedia di

http://www.worldgbc.org/rating-tools. (8 Maret 2018).