Upload
oktrian-sinathrya
View
410
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KORELASI KUAT TEKAN BETON ANTARA BERNDA UJI SILINDER
DENGAN BENDA UJI KUBUS MENGGUNAKAN SEMEN TIPE PCC
Study of The Correlation of Compressive Strength between Cylindrical specimen and
Cube specimen of PCC Concrete
Ohtrianas Pongpare
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako-Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Palu 94118,
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine correlation value of Compressive Strength
between cylinder specimen and cube specimen of PCC concrete. This research was started by
material test, collecting related data, mix design, manufacturing the specimens and concrete
compressive strength test. The correlation value between cylinder specimens and cube
specimen using Bosowa cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement as follows: 0,815;
0,813; 0,770. The correlation value between cube specimen and cylinder using Bosowa
cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement that based on “Peraturan Beton 1989” as
follows: 1,202; 1,200 dan 1,190. The correlation value of concrete compressive strength that
obtained by using portland composite cement was smaller than PBI’71. While the correlation
value of concrete compressive strength using empirical formula also was smaller than the test
result. The correlation value that obtained by using PCC smaller than the correlation value
using OPC Type 1.
Keywords: concrete compressive strength, portland composite cement, cube specimen,
cylinder specimen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai korelasi antara benda uji kubus dan
silinder dengan menggunakan semen tipe PCC. Penelitian ini dimulai dengan pemeriksaan
bahan, pengumpulan data-data yang berkaitan, perancangan komposisi campuran, pembuatan
benda uji dan pengujian kuat tekan beton. Hasil korelasi kuat tekan beton dari benda uji
silinder Ø15 cm x 30 cm terhadap benda uji kubus 15 cm, untuk merk semen Bosowa, Tonasa
dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 0,815; 0,813; 0,770. Nilai korelasi kuat tekan benda uji
kubus 15 cm terhadap silinder Ø15 cm x 30 cm yang didapat dari rumus empiris Peraturan
Beton 1989, untuk merek semen Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 1,202;
1,200 dan 1,190. Nilai korelasi kuat tekan beton dengan menggunakan tiga macam semen tipe
PCC lebih kecil dari pada hasil uji PBI’71. Sedangkan nilai korelasi yang didapat dari rumus
empiris pada PB’89 lebih kecil dari pada hasil uji. Nilai korelasi yang didapat dengan
menggunakan semen PCC lebih kecil daripada nilai korelasi semen OPC tipe I.
Kata kunci: Kuat Tekan Beton, Semen PCC, Benda uji kubus, benda uji silinder
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Peningkatan kebutuhan akan semen
saat ini mendorong pabrik-pabrik semen
untuk menciptakan jenis-jenis semen yang
baru yang diklaim lebih ramah lingkungan
dan memiliki kualitas yang tidak kalah
dengan semen jenis sebelumnya. Saat ini
yang banyak beredar dimasyarakat adalah
semen portland komposit (Portland
Composite Cement). Berbeda dengan
semen OPC, Semen PCC mengandung
lebih sedikit klinker dan lebih banyak
bahan tambahan, bahan tambahan tersebut
berupa Fly ash, slag dan limestone dengan
persentase 5 – 36% dari massa semen
portland komposit. Dalam hal kualitas
kedua jenis semen perlu untuk diuji.
Mutu beton dapat diketahui dengan
pengujian beton yang menggunakan benda
uji kubus maupun silinder. Menurut SNI-
03-4810-1998 benda uji yang digunakan
untuk pengujian kuat tekan beton ialah
benda uji silinder dengan ukuran standar
150 mm x 300 mm atau 152 mm x 305
mm. Namun dalam beberapa kasus benda
uji kubus masih digunakan sebagai
alternatif dari bentuk silinder, dengan
demikian akan terdapat perbedaan hasil
pengujian dari kedua benda uji sehingga
diperlukan nilai korelasi rata-rata antara
keduanya.
Berdasarkan PBI 1971 N.I.-2 nilai
korelasi kuat tekan untuk benda uji kubus
ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm, kubus
ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dan silinder
ukuran Ø15 cm dengan panjang 30 cm
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Perbandingan kekuatan tekan
beton pada berbagai benda uji
(sumber: PBI 1971 N.I.-2)
Benda Uji Perbandingan Kekuatan
Tekan
Kubus 15 cm
Kubus 20 cm
Silinder Ø 15 cm x
30 cm
1,00
0,95
0,83
Pada kondisi tertentu nilai korelasi
tersebut dapat berubah-ubah dikarenakan
sifat beton yang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sifat beton adalah jenis
semen yang digunakan. Oleh karena itu
perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui nilai korelasi dengan
menggunakan semen PCC.
b. Tinjauan Pustaka
Beton didefenisikan sebagai
campuran semen portland (semen hidrolik),
agregat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tanpa bahan tambahan (SK SNI T-15-
1991-03). Menurut Edward G. Nawy
(1990), beton dihasilkan dari sekumpulan
interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah
material pembentuknya. Bahan pembentuk
beton terdiri dari semen, agregat (kasar dan
halus), air, dan dengan atau tanpa bahan
tambahan (additive) kimia yang dicampur
menjadi satu kesatuan yang utuh dalam
cetakan hingga terbentuk batu buatan
(beton keras). Beton memiliki kekuatan
tekan yang lebih besar dari pada kuat tarik
dan lentur. Sifat yang paling penting dari
beton adalah kuat tekan beton. Nilai kuat
tekan beton relatif tinggi dibanding kuat
tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai
kuat tariknya berkisar antara 9% - 15% dari
kuat tekannya, pada penggunaan sebagai
komponen struktural bangunan, umumnya
beton diperkuat dengan batang tulangan
baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama
dan mampu membantu kelemahannya,
terutama pada bagian yang bekerja
menahan tarik (Dipohusodo, 1994).
Kekuatan tekan adalah kemampuan
beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton (f’c)
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
(1)
Keterangan:
f’c = kuat tekan beton, MPa
Pmaks = beban maksimum, N
Ac = luas penampang, mm²
Pengujian kuat tekan dilakukan
dengan cara memberi gaya tekan aksial
secara bertahap terhadap benda uji, sampai
benda uji mengalami keruntuhan. Benda uji
beton digunakan untuk berbagai macam
keperluan, misalnya untuk mengetahui kuat
tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah.
Ukuran dan bentuk benda uji dapat dibuat
bermacam-macam, misalnya berupa
silinder, kubus, atau prisma.
Standar pengujian beton
dalam PBI 1971, didasarkan pada sejumlah
benda uji berbentuk kubus beton berukuran
15x15x15cm. Sedangkan pada standar SNI
T-15-1991-03 digunakan silinder beton
berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300
mm. Saat ini sebagian besar Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) masih
menggunakan benda uji kubus (K), untuk
mendapatkan nilai kuat tekan dalam bentuk
silinder (f’c) maka digunakan nilai korelasi
antara kedua macam benda uji sebagai
faktor pengali untuk mengkonversikan nilai
kuat tekan yang didapat. Nilai korelasi
antara kedua benda uji didapat dari hasil
pembagian kuat tekan benda uji standar
terhadap kuat tekan benda uji yang akan
dikonversikan. Kuat tekan beton dari
berbagai macam bentuk benda uji akan
mempengaruhi nilai yang diperolehnya
tidak akan sama. Variasi tersebut
disebabkan oleh banyak faktor seperti
komposisi bahan dasar, metode perawatan,
metode pencampuran, bentuk dan bidang
kontak dengan mesin uji, rasio antara
tinggi dan lebar (diameter), dan lain
sebagainya.Kuat tekan relatif antara benda
uji silinder dan kubus ditunjukkan pada
Tabel 2 dan Tabel 3 yang berdasarkan ISO.
Tabel 2. Rasio kuat tekan silinder-kubus (Sumber: Mulyono, 2004)
Kuat Tekan (MPa) 7,0 15,2 20,0 24,1 26,2 34,5 36,5 40,7 44,1 50,3
Kuat rasio silinder/kubus 0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96
Tabel 3. Perbandingan kuat tekan antara silinder dan kubus (Sumber: Mulyono,2004)
Kuat tekan
silinder (MPa) 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Kuat tekan
kubus (MPa) 2,5 5 7,5 10 12,5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Menurut BS.1881 (Mulyono, 2004),
rasio kubus terhadap silinder untuk semua
kelas adalah 1,25, sedangkan menurut
K.W. Day (1995) (Mulyono, 2004),
kekuatan tekan kubus jika dibandingkan
dengan silinder dinyatakan dengan
persamaan 2 dan persamaan 3 (dalam
MPa).
(
√ ) (2)
(
√ ) (3)
Sedangkan menurut PB’1989
(Mulyono, 2004) memberikan hubungan
antara kekuatan kubus dengan silinder
dalam persamaan 4 berikut:
* (
)+ (4)
Keterangan:
f’c = kuat tekan beton bentuk silinder
f’ck = kuat tekan beton bentuk kubus
Menurut BS 1881 : bagian 4: 1970
(Murdock, 1989) memberikan faktor
koreksi pada perhitungan kuat tekan kubus
150 mm ekivalen terhadap silinder dengan
pelbagai perbandingan panjang/diameter
(L/D). koreksi yang diperlukan dapat
disederhanakan dalam persamaan 5:
(5)
Keterangan:
C = faktor koreksi untuk silinder
L = Panjang silinder (mm)
D = diameter silinder (mm)
METODE PENELITIAN
Adapun recana alur kerja adalah
sebagai berikut:
‘
Gambar 1. Bagan alir proses penelitian
Bahan dan sampel terlebih dahulu
disiapkan, kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap sampel tersebut,
setelah memenuhi spesifikasi bahan dan
sampel yang ada dibuatkan Mix Design
untuk menyusun komposisi campuran.
Perancangan campuran dilakukan dengan
mengacu pada Metode Standar Nasional
Indonesia (SK SNI T 15-1990-03) yang
lazim dikenal dengan British Standard,
yaitu Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Pembuatan
benda uji dengan komposisi sesuai dengan
hasil rancangan campuran (mix design),
mengacu pada SK SNI M-62-1990-03,
tentang Metoda Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji di Laboratorium.
Pengujian dilakukan terhadap beton
segar dan beton keras. Prosedur pengujian
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Adapun pengujian-pengujian terhadap
sampel atau benda uji yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pengujian slump beton, dimaksudkan
untuk menentukan slump beton.
Prosedur yang digunakan sesuai SK
SNI M-12-1989-F.
2. Pengujian kandungan udara pada beton
segar, dimaksudkan untuk menentukan
banyak udara dalam beton segar.
Prosedur yang digunakan sesuai SNI
03-3418-94.
3. Pengujian berat isi beton,
dimaksudkan untuk menentukan berat
isi pada beton. Prosedur yang
digunakan sesuai SK SNI M-13-1989-
F.
Penutup
Penyiapan Bahan dan
Sampel
Pemeriksaan Sampel
Memenuhi
Spesifikasi
Rancangan Komposisi
Campuran
Pencampuran dan Pembuatan Benda
Uji (Silinder dan Kubus)
Pengujian
Benda Uji Beton keras Beton Segar
Kuat Tekan Silinder
Kuat Tekan Kubus
Slump
Kandungan Udara
Berat Isi
Pengolaan Data
Hasil dan Pembahasan
Mulai
Tidak
Ya
4. Pemeriksaan Kuat Tekan
menggunakan Compression Machine
terhadap benda uji silinder Ø 15 cm x
30 cm dan kubus 15 cm berumur 7 dan
28 hari. Prosedur yang digunakan
sesuai SK SNI M-14-1989-F.
Kebutuhan benda uji yang akan dibuat sesuai Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Kebutuhan benda uji
Jenis
Semen
Mutu
Beton
f’c (MPa)
Bentuk Benda Uji
Umur
Benda
Uji
(Hari)
Benda Uji
Uraian Jumlah
3 20
Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
3 25
Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
3 30
Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15
28 3 x 5 15
Jumlah Benda Uji 180
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian benda uji dilakukan
terhadap sampel beton segar dan beton
keras. Pengujian beton segar meliputi
pengujian slump test, kandungan udara
dalam beton segar dengan alat Air
Entrainment Meter, dan berat isi beton
segar. Hasil-hasil pengujian beton segar
disajikan dalam Tabel 5. Pengujian beton
keras berupa pengujian kuat tekan kubus
dan silinder beton dengan menggunakan
tiga variasi merek semen yaitu Bosowa,
Tiga Roda dan Tonasa. Pengujian
menggunakan mesin uji tekan Compression
Machine dengan penambahan beban antara
2 sampai 4 kg/cm² perdetik. Pengujian kuat
tekan dilakukan setelah beton mencapai
umur perawatan 7 dan 28 hari untuk semua
mutu beton. Hasil-hasil dari pengujian
tersebut disajikan dalam Tabel 6 dan
Gambar 1 di bawah ini:
Tabel 5. Hasil pengujian terhadap beton segar
Mutu
Beton
(MPa)
Merek semen Slump
(mm)
Kand. Udara
(%)
Berat Isi
Beton Segar
(gr/cm³)
20
Bosowa 94 1,2 2,368
Tiga Roda 95 1,2 2,373
Tonasa 95 1,2 2,364
25
Bosowa 99,5 1,2 2,370
Tiga Roda 101 1,2 2,365
Tonasa 100 1,2 2,359
30
Bosowa 90 1,2 2,373
Tiga Roda 90 1,2 2,364
Tonasa 90 1,2 2,364
Spesifikasi 100 ±20 Maks 3 - 5 2,2 – 2,5
Tabel 6. Hasil pengujian kuat tekan terhadap beton keras pada umur 7 dan 28 hari
Mutu
Beton
(Mpa)
Benda
Uji Umur
Kuat Tekan Beton Semen Tipe PCC
Bosowa Tonasa Tiga Roda
20
Silinder 7 14,607 14,890 15,287
Kubus 7 18,400 19,422 20,133
Silinder 28 24,572 24,855 25,761
Kubus 28 30,622 31,156 32,578
25
Silinder 7 15,060 15,626 16,249
Kubus 7 21,289 21,556 23,467
Silinder 28 28,025 28,478 29,101
Kubus 28 34,400 35,022 37,778
30
Silinder 7 23,892 24,062 25,874
Kubus 7 28,978 29,778 33,778
Silinder 28 33,347 33,517 35,952
Kubus 28 40,133 40,489 43,911
Gambar 2. Kuat tekan beton berbagai mutu dan bentuk benda uji umur perawatan 28 hari
1. Perbandingan nilai korelasi
terhadap PBI’71
PBI’71 menyebutkan bahwa faktor
korelasi untuk perbandingan kuat tekan
beton dalam berbagai bentuk benda uji
adalah seperti dalam Tabel 1 di atas. untuk
bentuk lain kuat tekannya
dikorelasikan/diperbandingkan dengan
suatu koefisien nilai seperti pada Tabel 1.
Perbedaan korelasi antara PBI’71 dan hasil
uji adalah seperti dalam Tabel 7 dan
Gambar 3 di bawah ini.
Tabel 7. Nilai korelasi kuat tekan beton antara benda uji silinder dan benda uji kubus hasil uji,
penelitian terdahulu dan PBI’71.
Bentuk
Benda
uji
Nilai korelasi kuat tekan
Bosowa Tonasa Tiga Roda
PBI'71 Hasil
uji Penelitian
terdahulu
Hasil
uji Penelitian
terdahulu
Hasil
uji Penelitian
terdahulu
silinder 0,815 0,843 0,813 0,848 0,77 0,844 0,83
kubus
24
,57
2
30
,62
2
28
,02
5
34
,40
0
33
,34
7
40
,13
3
24
,85
5 3
1,1
56
28
,47
8
35
,02
2
33
,51
7
40
,48
9
25
,76
1
32
,57
8
29
,10
1
37
,77
8
35
,95
2
43
,91
1
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
Silinder Kubus Silinder Kubus Silinder Kubus
20 25 30
Ku
at T
eka
n (
MP
a)
Kuat Tekan Beton Berbagai Mutu dan Bentuk Benda Uji Umur 28 Hari
Bosowa Tonasa Tiga Roda
Gambar 3. Grafik korelasi kuat tekan hasil uji, penelitian terdahulu dan PBI’71
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat
bahwa hasil uji laboratorium menunjukkan
nilai korelasi yang bervariasi untuk setiap
mutu, jenis semen dan bentuk benda uji.
Untuk benda uji silinder dengan standar
kubus 15 cm mutu 25 MPa hasil uji semen
Bosowa 0,815 atau 1,844% lebih kecil dari
hasil uji PBI’71, semen Tonasa 0,813 atau
2,029 lebih kecil dan semen Tiga Roda
0,770 atau 7,189% lebih kecil dari hasil uji
PBI’71. Jika dibandingkan dengan nilai
korelasi yang didapat dari penelitian
terdahulu, nilai korelasi kuat tekan ketiga
merek semen hasil uji lebih kecil daripada
hasil penelitian terdahulu. Selain itu dari
Tabel di atas juga dapat dilihat nilai
korelasi yang diperoleh dari merek semen
Tiga Roda paling kecil dari merek semen
yang lain, hal ini disebabkan oleh besarnya
selisih kuat tekan kubus dan silinder yang
didapat dengan menggunakan semen
tersebut, semakin besar selisih kuat tekan
yang dihasilkan maka semakin kecil pula
nilai korelasi yang didapat.
2. Nilai korelasi berdasarkan PB‘89
Menurut PB’89 faktor korelasi kuat
tekan dari berbagai bentuk benda uji ke
silinder Ø15 cm – 30 cm adalah
berdasarkan rumus pada persamaan (4) di
atas. Korelasinya untuk berbagai bentuk
benda uji dalam PB’89 dan hasil uji seperti
pada Tabel 8.
0,815
0,843
0,813
0,848
0,77
0,844
0,83
0,72
0,74
0,76
0,78
0,8
0,82
0,84
0,86
Hasil uji Penelitianterdahulu
Hasil uji Penelitianterdahulu
Hasil uji Penelitianterdahulu
Bosowa Tonasa Tiga Roda PBI'71
Nila
i ko
rela
si
Jenis semen
Tabel 8. Nilai korelasi kuat tekan beton antara benda uji kubus dan benda uji silinder
berdasarkan PB’89 dan penelitian terdahulu
Bentuk
benda
uji
Nilai korelasi kuat tekan
Bosowa Tonasa Tiga Roda
PB’89 Hasil
Uji Penelitian
Terdahulu PB’89 Hasil
Uji Penelitian
Terdahulu PB’89 Hasil
Uji Penelitian
Terdahulu
Silinder 1,202 1,227 1,186 1,200 1,230 1,180 1,190 1,298 1,184
Kubus
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat
bahwa nilai korelasi kuat tekan beton dari
berbagai bentuk benda uji dan merek
semen berdasarkan PB’89 untuk kubus
yang menggunakan semen Bosowa adalah
1,202 atau 2,08% lebih tinggi dari hasil uji
daripada PB’89, semen Tonasa 1,230 atau
2,5% lebih tinggi hasil uji daripada PB’89
dan semen Tiga Roda 1,298 atau 9,08%
lebih tinggi hasil uji daripada PB’89.
Sedangkan terhadap penelitian terdahulu,
nilai korelasi kubus ke silinder hasil uji
semen Bosowa 1,35% lebih besar, semen
Tonasa 1,7 % lebih besar dan Tiga Roda
0,5% lebih besar daripada penelitian
terdahulu. Adanya perbedaan nilai tersebut
dapat disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain dapat berupa bentuk benda uji
itu sendiri, faktor air semen, komposisi
campuran, komposisi kimia dan fisika
bahan dasar semen yang bervariasi dan lain
sebagainya.
Gambar 4. Grafik nilai korelasi kuat tekan berdasarkan rumus empiris PB’89, hasil uji dan
penelitian terdahulu.
3. Nilai korelasi berdasarkan umur
dan mutu beton
Nilai korelasi yang diperoleh dari
hasil uji berbagai mutu dan umur beton
cukup bervariasi. Berdasarkan hasil
pengujian, nilai korelasi kuat tekan beton
juga meningkat seiring dengan peningkatan
kuat tekan beton yang terjadi seturut
dengan bertambahnya umur beton.
Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil
yang diperoleh dimana pada umur 28 hari
lebih besar dari pada umur 7 hari. Hal
serupa dapat juga dilihat pada Tabel 2 di
atas, dimana rasio kuat tekan silinder dan
kubus mengalami peningkatan setiap kuat
tekannya. Sedangkan mutu beton yang
direncanakan juga cukup mempengaruhi
nilai korelasi, hal ini disebabkan oleh
perbedaan proporsi campuran beton.
Secara keseluruhan nilai korelasi berbagai
umur dan mutu benda uji disajikan dalam
Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Nilai korelasi kuat tekan silinder terhadap kubus dengan berbagai variasi.
No
Mutu
Beton
(Mpa)
Benda
Uji Umur
Kuat tekan hasil uji Nilai Korelasi
Bosowa
(MPa)
Tonasa
(MPa)
Tiga
Roda
(MPa)
Bosowa Tonasa Tiga
Roda
1 20
Silinder 7 14,607 14,890 15,287 0,794 0,767 0,759
Kubus 7 18,400 19,422 20,133
Silinder 28 24,572 24,855 25,761 0,802 0,798 0,791
Kubus 28 30,622 31,156 32,578
2 25
Silinder 7 15,060 15,626 16,249 0,707 0,725 0,692
Kubus 7 21,289 21,556 23,467
Silinder 28 28,025 28,478 29,101 0,815 0,813 0,770
Kubus 28 34,400 35,022 37,778
3 30
Silinder 7 23,892 24,062 25,874 0,825 0,808 0,766
Kubus 7 28,978 29,778 33,778
Silinder 28 33,347 33,517 35,952 0,831 0,828 0,819
Kubus 28 40,133 40,489 43,911
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian di
Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Untad yang menggunakan
semen Bosowa, semen Tonasa dan semen
Tiga Roda dengan f’c rencana 20 MPa, 25
MPa dan 30 MPa dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil korelasi kuat tekan benda uji
silinder Ø15 cm x 30 cm terhadap
benda uji kubus, untuk merk semen
Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda
dengan f’cr 25 MPa secara berturut-
turut adalah: 0,815; 0,813; 0,770. Nilai
tersebut lebih kecil hasil ujinya
dibandingkan PBI’71 dan hasil
penelitian terdahulu. Sedangkan nilai
korelasi kuat tekan kubus terhadap
silinder yang didapat dari rumus
empiris Peraturan Beton 1989, untuk
merk semen Bosowa, Tonasa dan Tiga
Roda secara berturut-turut adalah:
1,202; 1,200 dan 1,190. Nilai tersebut
lebih besar dari nilai yang didapat pada
penelitian terdahulu dan lebih kecil
daripada nilai yang diperoleh dari
perbandingan hasil uji. Manfaat dari
nilai korelasi tersebut adalah sebagai
faktor konversi nilai kuat tekan beton
dari benda uji kubus ke silinder dan
juga sebaliknya.
2. Semen PCC menghasilkan kuat tekan
yang relatif lebih kecil dari semen
OPC Tipe I dengan nilai selisih kuat
tekan yang cukup besar antara kedua
jenis benda uji, sehingga nilai korelasi
yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan dengan nilai korelasi
yang didapat dengan menggunakan
semen OPC Tipe I.
Ada beberapa hal yang dapat
peneliti sarankan dari penelitian ini adalah:
1. Pengujian kuat tekan perlu dilakukan
pada umur 90 hari karena semen PCC
lebih banyak mengandung pozzolan
dibandingkan semen OPC, sehingga
nilai kuat tekannya lebih representatif.
2. Komposisi kimia semen PCC perlu
diteliti lebih lanjut untuk melihat
persentase kandungan pozzolannya
sehingga dapat diketahui bagaimana
perbandingannya dengan semen OPC.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, A, 2006, Studi Korelasi Kuat
Tekan Beton Antara Benda Uji
Silinder dan Benda Uji Kubus
Terhadap Beberapa Merk Semen
(Semen Bosowa, Semen Tiga Roda,
Semen Tonasa), Skripsi Fakultas
Teknik Sipil Untad, Palu
Ardiansyah, Rony, 2011, Beda Semen
Portland Tipe I, PCC & SCC,
(http://ronymedia.wordpress.com/2011
/04/07/apa-beda-semen-portland tipe-i-
pcc-scc, diakses tanggal 7 Desember
2012). Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
1989, Pedoman Beton 1989,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2003,
Semen Portland Komposit (SK SNI
15-2049-2004), Panitia Teknis 33 S,
Kimia Anorganik. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2004,
Semen Portland Komposit (SK SNI
15-7064-2004), Panitia Teknis 33 S,
Kimia Anorganik. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002).
Day, K.W. 1995. Concrete Mix Design,
Quality Control and Specification.
E&N FN Spon, 2rd Edition, London,
UK
Departemen Pekerjaan Umum, 1990,
Metoda Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji Beton Di Laboratorium,
(SK SNI M-62-1990-03), Yayasan
Penyelidikan Masalah Bangunan,
Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, 1992, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal, (SNI 03-2834-1992),
Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Tata
Cara Rencana Pembuatan Campuran
Beton Ringan dengan Agregat Ringan
(SK SNI T-09-1993-03), Yayasan
LPMB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, 1993,
Standar Tata Cara Perhitungan
Sturktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SK SNI T-15-1991-03),
Yayasan LPMB, Bandung.
Dipohusodo, I., 1994, Struktur Beton
Bertulang, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1971, Peraturan Beton
Betulang Indonesia 1971 N.I. – 2,
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia,
Bandung.
Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, edisi
I, ANDI, Yogyakarta.
Murdock, L.J., dan Brook, K. M., 1986,
Bahan dan Praktek Beton, edisi ke-4,
Erlangga, Jakarta
Nawy, E. G, 1998, Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar, Cetakan II, P.T,
Refika Aditama, Bandung
Neville, AM., 1975, Properties of
Concrete, 2nd
ed, The English
Language Book Society and Pitman
Publishing, London.
Nugraha, Paul, dan Antoni, 2007,
Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.
Pranata, Eka., 2010, Studi Pengaruh
Penambahan Slag dan Fly Ash
Sebagai Bahan Aditif di Finish Mill
Pabrik Semen Komposit, Skripsi
fakultas teknologi industri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Pontoh, Sulbiyanti. 2009. Analisis Kuat
Tekan Beton dengan Aditif Kapur dan
Fly Ash ex. PLTU Mpanau. Skripsi
Fakultas Teknik Sipil Universitas
Tadulako, Palu.
Tjokrodimuldjo, K., 1996, Teknologi
Beton, Nafiri, Yogyakarta.