Upload
vutruc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH AUDIT LAG, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN OLEH AUDITOR
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Periode 2005-2009)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nuraprianti107082000188
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
ii
PENGARUH AUDIT LAG, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN OLEH AUDITOR
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Periode 2005-2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NurapriantiNIM: 107082000188
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si Fitri Damayanti,SE,.M.SiNIP. 197306152005011009 NIP. 198107312006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini selasa, 1 juni 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Nuraprianti
2. NIM : 107082000188
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisikeuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan danukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit goingconcern oleh Auditor. (studi empiris pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwamahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untukmelanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juni 2011
1. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. ( ________________________ )Ketua
2. Rahmawati, SE, MM ( ________________________ ).NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris
3. Wilda Farah, SE.,M,Si.,Ak ( ________________________ )NIP. 19830326 200912 2 005 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at, 17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Nuraprianti2. NIM : 1070820001883. Jurusan : Akuntansi4. Judul Skripsi : Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi
keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuranperusahaan terhadap pemberian opini audit going concernoleh Auditor. (studi empiris pada perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI periode 2005-2009)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Islam Negri Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2011
1. Herni Ali HT, SE., MM ( )Nidn. 0422125902 Ketua
2. Rahmawati, SE, MM ( ).NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris
3. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( ) Penguji Ahli 1
4. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si ( )NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I
5. Fitri Damayanti, SE, Ak, M.Si ( )NIP. 19810731 2006042003 Pembimbing II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Nuraprianti
No. Induk Mahasiswa : 107082000188
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 15 Juni 2011
Yang Menyatakan
(Nuraprianti)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Nuraprianti
Tempat/ Tgl. Lahir : Tangerang, 09 November 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Encub Supandi
Nama Ibu : Ocah
Anak ke dari : 5 dari 6 bersaudara
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Gardu, Ds. Cirarab Rt/Rw 001/001 Kecamatan
Legok- Tangerang
No. Telp : 085959454170
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1995 – 2001 : SDN 1 Legok, Tangerang
2001 – 2004 : MTs Ta’Dibulummah, Bogor
2004 – 2007 : MAN Parung Panjang, Bogor
2007 – 2011 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN INFORMAL
2002-2003 : Kursus Bahasa Inggris di Lembaga Perintis
vii
EFFECT OF AUDIT LAG, PREVIOUS AUDIT REPORT, FINANCIALCONDITION, COMPANY’S GROWTH AND COMPANY SIZE WOULD
GIVE A GOING CONCERN OPINION BY AUDITOR(Empirical Study on Manufacturing Companies listed at Indonesia Stock
Exchange 2005-2009 )
By: Nuraprianti
ABSTRACT
The main purpose of this research is to analyze the effect of audit lag,previous audit report, financial condition, company’s growth and company sizewould gift a going concern opinion by auditor. The population of this researchare manufacturing companies that listed at Indonesia Stock Exchange from 2005-2009. Sample’s are selected by purpossive sampling method and obtained 145financial statement data. Logistic regression is used to examine the hypothesis.The result indicate that financial condition previous audit report and companysize are significantly affect the going concern audit opinion. On the other hand,audit lag and company’s growth does not have effect on going concern auditopinion.
Keywords: going concern, audit lag, previous audit report, financial condition,company’s growth and company size.
viii
PENGARUH AUDIT LAG, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2005-2009)
Oleh: Nuraprianti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh audit lag, opiniaudit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, opini pertumbuhanperusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concernoleh auditor. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005-2009. Sampel dipilih berdasarkanmetode purposive sampling dan dari hasil tersebut diperoleh 145 data laporankeuangan perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalahregresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahunsebelumnya, kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruhsignifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Sedangkan, audit lagdan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberianopini audit going concern.
Kata Kunci: going concern, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisikeuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuranperusahaan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul PENGARUH AUDIT LAG, KONDISI KEUANGAN
PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN OLEH
AUDITOR.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat -syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan Skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan, serta kerja sama berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Encub Supandi & Ocah) atas semua
pengorbanan moril dan materil, motivasi serta do’a disetiap sujudmu yang
tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Amilin selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Fitri Damayanti SE., MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang
telah memberikan banyak masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini.
5. Ibu Rahmawati SE., MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta yang telah memberikan segenap ilmunya.
8. Seluruh keluarga yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis, kaka-kakaku tersayang..Sulastini, Sumiati,
M.Ruslan, Rudiansyah dan adiku Selviana. Terimakasih banyak!!
9. keluarga besar Encub Supandi...terimakasih banyak!!semoga keluarga
selalu dalam kasih sayangNya.
10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11. Orang-orang tercinta dan keluargaku dikampus, (ka Putro juwono, Yuli,
Anisa, Eha, Yulinda, Nopi, Isty, Alvi, Neng, Kabul, Tika, Tya terimakasih
banyak!) Ida Farida dan Shindy….tetap semangat!! Aku sayank kalian.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi
rasa hormat, saya ucapkan terima kasih banyak atas masukkan, support,
dan kenangan lainnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2011
NURAPRIANTI
xi
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 16
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 16
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Auditing .............................................................. 18
xii
1. Jenis-jenis Auditor .......................................................... 19
2. Jenis Audit....................................................................... 22
3. Opini Audit ..................................................................... 25
B. Going concern ....................................................................... 30
1. Pengertian going concern................................................ 30
2. Manfaat informasi going concern ................................... 31
C. Opini Audit Going concern................................................... 34
D. Audit lag ................................................................................ 37
E. Opini Audit Tahun Sebelumnya............................................ 38
F. Kondisi Keuangan Perusahaan.............................................. 40
G. Pertumbuhan Perusahaan ...................................................... 41
H. Ukuran Perusahaan................................................................ 43
I. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.......... 45
J. Penelitian Terdahulu.............................................................. 49
K. Kerangka Pemikiran.............................................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 56
B. Metode Penentuan Sampel.................................................... 56
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 57
D. Metode Analisis Data Dan Pengujan Statistik ...................... 57
1. Uji statistik deskriptif...................................................... 57 58
2. Uji hipotesis .................................................................... 58 58
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian..................................... 59
xiii
1. Variabel dependen........................................................... 59
2. Variabel independent ...................................................... 59
a. Audit lag .................................................................... 59
b. Opini audit tahun sebelumnya................................... 60
c. Kondisi keuangan perusahaan................................... 60
d. Pertumbuhan perusahaan .......................................... 60
e. Ukuran perusahaan.................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 64
B. Statistik Deskriptif ................................................................ 65
1. Audit Lag......................................................................... 68
2. Opini Audit Tahun Sebelumnya...................................... 68
3. Kondisi Keuangan Perusahaan ....................................... 69
4. Pertumbuhan Perusahaan ................................................ 72
5. Ukuran Perusahaan.......................................................... 73
C. Analisis dan Pembahasan...................................................... 74
1. Uji Hipotesis ................................................................... 74
2. Uji Kelayakan Model Regresi......................................... 74
3. Uji Keseluruhan Model (overall model fit)..................... 75
4. Uji Koefisien Determinasi .............................................. 76
5. Uji Multikolinearitas ....................................................... 77
6. Matriks Klasifikasi .......................................................... 77
7. Uji Koefisien Regresi ..................................................... 79
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................... 83
B. Implikasi.......................................................................... 84
C. Keterbatasan.................................................................... 85
D. Saran................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN.................................................................................................... 90
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.2 Kasus kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah dunia ..................... 8
2.1 Hasil-hasil penelitian terdahulu......................................................... 50
3.1 Tabel operasionalisasi variable ......................................................... 62
4.1 Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria ....................................... 65
4.2 Nama perusahaan hasil observasi...................................................... 66
4.3 Distribusi observasi berdasarkan opini audit .................................... 67
4.4 Distribusi audit lag terhadappemberian opini audit going concern
oleh auditor........................................................................................ 68
4.5 Frekuensi opini audit tahun sebelumnya........................................... 69
4.6 Distribusi OGC dan NGOC berdasarkan kondisi keuangan............. 71
4.7 Frekuensi pertumbuhan laba ............................................................. 72
4.8 Statistik deskriptif ............................................................................. 73
4.9 Hasil uji kelayakan model regresi homser and lemeshow test.......... 75
4.10 Hasil uji keseluruhan model dengan data ......................................... 75
4.11 Variabelitas variabel dependen dengan variabel independen
negelkerke R Square ......................................................................... 76
4.12 Matrik korelasi .................................................................................. 77
4.13 Matrik klasifikasi .............................................................................. 78
4.14 Hasil uji koefisien regresi ................................................................. 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran....................................................................... 55
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar perusahaan yang masuk dalam kategori sampel .......................... 91
2. Data variabel independen dan dependen tahun 2005.............................. 95
3 Data variabel independen dan dependen tahun 2006.............................. 95
4. Data variabel independen dan dependen tahun 2007.............................. 96
5. Data variabel independen dan dependen tahun 2008.............................. 96
6. Data variabel independen dan dependen tahun 2009.............................. 97
7. Hasil uji SPSS ......................................................................................... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam beberapa dekade terakhir ini, terjadi penurunan usia harapan
hidup perusahan di beberapa negara di Eropa, seperti: di Jerman, Perancis dan
Inggris. Di Jerman misalnya, usia harapan hidup perusahaan menurun dari 45
tahun menjadi 18 tahun, di Perancis, dari 13 tahun menjadi 9 tahun, dan yang
terjadi di Inggris, yang semula 10 tahun menurun menjadi hanya 4 tahun.
sepertiga dari perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 tahun 1970 telah
lenyap pada 1983, baik karena merger, akuisisi maupun perpecahan, survey
dari Belanda yang menunjukkan rata-rata usia harapan hidup perusahaan di
Jepang dan Eropa adalah 12,5 tahun (De Geus, 1997:7). Penyebab utama
penurunan tersebut adalah maraknya kegiatan marger dan akuisisi. Namun
kegiatan marger dan akuisisi tersebut adalah distress selling, yaitu karena
perusahaan mengalami kesulitan, bukan karena strategic buying.
Di Indonesia sendiri, belum secara pasti diketahui usia harapan hidup
perusahaan rata-rata. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Payatma &
Setiawan (2004) terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan
kegiatan marger dan akuisisi diperoleh indikasi bahwa tujuan ekonomis
dilakukannya marger dan akuisisi tidak tercapai. Berikut kesimpulan hasil
penelitian Payatma & Setiawan (2004).
2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara serentak
terhadap semua rasio keuangan untuk satu tahun sebelum dengan satu tahun
setelah pengumuman Marger & Akuisisi, dua tahun sebelum dengan satu tahun
sesudah pengumuman Marger & Akuisisi, satu tahun sebelum dengan dua
tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi dan dua tahun sebelum dan
dua tahun sesudah tidak berbeda secara signifkan. Jadi, kinerja perusahaan
manufaktur setelah melakukan Marger & Aakuisisi ternyata tidak mengalami
perbaikan dibandingkan dengan sebelum melaksanakan Marger & Akuisisi.
Pengujian secara parsial menunjukkan ada perbedaan yang signifkan
untuk rasio keuangan Total Asset Turnover, ROI dan ROE untuk pengujian
satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi,
rasio keuangan Fixed Asset Turnover, ROI, ROE, dan NPM untuk pengujian
satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi;
rasio keuangan Total Asset Turnover dan Fired Asset Turnover untuk
pengujian dua tahun sebelum dan satu tabun sesudah pengumuman Marger &
Akuisisi, rasio keuangan fixed asset turnover total asset to debt, net worth to
debt, dan total asset turnover untuk pengujian dua tahun sebelum dan dua
tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi. Rasio keuangan tersebut
mengalami penuruan setelah perusahaan melakukan Marger & Akuisisi. Jadi,
berdasarkan analisis kinerja keuangan perusahaan dari sisi rasio keuangan
Marger & Akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan. Atau dengan
kata lain, motif ekonomi bukanlah motif utama perusahaan melakukan Marger
& Akuisisi.
3
Hasil pengujian terhadap rasio keuangan diperkuat dengan hasil
pengujian terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan Marger &
Akuisisi. Hasil pengujian menunjukkan abnormal return perusahaan pada
periode jendela sebelum pengumuman Marger & Akuisisi, berbeda dengan
abnormal return pada periode jendela sesudah pengumuman Marger &
Akuisisi. Abnormal return sesudah pengurnuman Marger & Akuisisi justru
negatif, sedangkan sebelum pengumuman Marger & Akuisisi abnormal return
positif. Artinya, kinerja perusahaan dari sisi kinerja saham justru mengalami
penurunan setelah pengumurman Marger & Akuisisi. Investor menganggap
Marger & Akuisis yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan sinergi
bagi perusahaan, bahkan menjadi reverse sinergy. Hasil penelitian ini memberi
indikasi bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak
tercapai. Hal ini mungkin disebabkan karena alasan non ekonomis yang lebih
hanya dipertimbangkan, atau mungkin keputusan merger dan akuisisi
dilakukan dengan maksud untuk menyelamatkan target company dari ancaman
kebangkrutan, yang memang kondisinya terpuruk, seperti yang banyak terjadi
dalam masa krisis ekonomi dewasa ini (Payatma & Setiawan., 2004:280).
Keputusan merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan dengan
maksud untuk menyelamatkan target company dari ancaman kebangkrutan
dapat kita lihat pada Enron, sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis
di Houston, Texas, Amerika Serikat, dan merupakan salah satu perusahaan
terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kerta, serta
komunikasi. Mirip tragedi WTC, tapi minus darah dan kematian, Enron
4
menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 2
desember 2001, namun pada ahhir November, Enron bisa sedikit bernafas lega
ketika Dynegy Inc berniat membeli sahamnya dalam sebuah kesepakatan
marger. Harapan itu tidak berumur lama, Dynegy mundur setelah Enron
semaki kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ketitik
terendah, hanya puluhan sen nilainya, beberapa hari kemudian Enron menyerah
dengan mengajukan petisi bangkrut. Keputusan merger yang dipilih Enron
bukan bertujuan untuk memperluas pangsa pasar atau skala usahanya, namun
untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrut.
Kegiatan Akuisisi juga terjadi pada salah satu perusahaan perbankan di
Indonesi, yaitu pada Bank CIMB Niaga, Bank yang berdiri pada tanggal 26
September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada bulan November 2002,
Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB
Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham
mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di
bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB
Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi
kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal
banking.
Selain itu, kegiatan marger juga banyak dialami perusahaan di
Indonesia, seperti yang terjadi pada LippoBank & CIMB Niaga. Khazanah
yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings
mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September
5
2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB
Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal
yang sama.
Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB
Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang
penggabungan (marger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat
mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia
terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga
berubah menjadi Bank CIMB Niaga. Kesepakatan Rencana Penggabungan
Bank CIMB Niaga dan LippoBank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008,
yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari
Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan
Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan
Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB
Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti
dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. kasus-kasus perusahaan
perbankan di Indonesia yang melakukan akuisisi dapat kita lihat pada table 1.1
6
Table 1.1Perusahaan perbankan yang melakukan akuisisi
No Nama Bank Akuisisi %saham
1 Konsorsium Wishart Bank Anglomas Intl 902 Hana Bank + IFC Bank Bintang Manunggal 613 Triputra Persada R Bank Purba Danarta 81,494 Kharisma Putra K Bank Ina Perdana 555 Dian Intan Pertiwi Bank Finconesia 516 Bank Victoria Bank Swaguna 99,797 Rabobank Bank Haga & Hagakita -8 BoTM-UFJ+Acom Bank Nusantara P 75,419 Bank Commonwealth Bank Arta Niaga K 8010 BRI Bank Jasa Arta
11 Bank of India Bank Swadesi 10012 ICBC Bank Halim 9013 Bank Index Selindo Bank Harmoni -14 Bank Multicor Bank Windu Kentjana -15 Bank Panin Bank Harfa 10016 Bank Mandiri Bank Sinar H (Bali) 80
Sumber: http://bataviase.co.id/node/531452
Ketika strategi merger dan akuisisi tidak diambil oleh perusahaan
sebagai langkah penyelamatan kelangsungan hidup perusahaan, maka
kebangkrutanlah yang akan dihadapi oleh perusahaan, hal tersebut dapat kita
lihat pada berbagai kasus kebangkrutan yang dialami perusahaan-perusahaan
baik di dalam negeri maupun perusahaan diluar negeri. Seperti kebangkrutan
yang terjadi pada beberapa perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia,
seperti: Sempati Air, Adam Air, Star Air, Bouraq, Indonesian Airline, Eva Air
dan Jatayu Air.
Selain perusahaan maskapai penerbangan yang telah disebutkan diatas,
baru-baru ini tragedi kebangkrutan nyaris menyapa perusahaan penerbangan
7
PT Mandala Airlines, perusahaan yang didirikan pada 17 April 1969 dan
awalnya merupakan bagian dari badan militer Indonesia. Pada bulan April
2006, grup transportasi Indonesia, Cardig International mengakuisisi maskapai
penerbangan tersebut senilai Rp300 Milyar (34 Juta USD). Pada bulan Oktober
2006, Indigo Partners, sebuah perusahaan investasi mengakuisisi 49% saham
Cardig.
Pada tanggal 11 Februari 2011, PT Mandala Airlines menerbitkan press
release mengenai pengajuan rencana perdamaian untuk selamatkan
perusahaan. Dalam press release tersebut, perusahaan meminta dukungan dari
para krediturnya atas rencana perdamaian yang telah diajukan kepada
pengadilan Niaga pada 4 Februari 2011. Secara hukum, perusahaan akan
dilikuidasi jika kreditur tidak menyepakati rencana perdamaian tersebut.
Selain PT Mandala Airlines, kebangkrutanpun dialami oleh perusahaan
maskapai penerbangan Japan Airlines (JAL), perusahaan penerbangan
terkemuka di Jepang dengan perolehan pendapatan terbesar di kawasan Asia.
JAL resmi mengajukan perlindungan pailit pada Selasa, 19 Januari 2010. ini
merupakan kasus kebangkrutan keempat terbesar di Jepang. Bahkan JAL
menjadi perusahaan non-keuangan yang menderita kebangkrutan terbesar di
Negeri Matahari Terbit itu.
Dari beberapa kasus kebangkrutan dunia, berikut data-data
kebangkrutan terbesar, urut dari yang memiliki aset tertinggi:
8
Table 1.2Kasus kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah dunia
No Nama perusahaan Tahunbangkrut
Total asset
1 Lehman Brothers Holdings Inc 2008 US$ 691.000.000.0002 Washington Mutual Inc 2008 US$ 327.900.000.0003 WorldCom Inc 2002 US$ 103.900.000.0004 General Motors Corp 2009 US$ 91.000.000.0005 CIT 2009 US$ 71.000.000.0006 Enron Corp 2001 US$ 65.500.000.0007 Conseco Inc 2002 US$ 61.000.000.0008 Chrysler LLC 2009 US$ 39.000.000.0009 Thornburg Mortgage Inc 2009 US$36.500.000.00010 Pacific Gas and Electric Co 2001 US$36.100.000.00011 Texaco Inc 1987 US$ 34.900.000.00012 Financial Corp of America 1988 US$ 33.800.000.00013 Refco Inc 2005 US$ 33.300.000.00014 Indymac Bancorp 2008 US$ 32.700.000.00015 Global Crossing Ltd 2002 US$ 30.100.000.00016 Bank of England New Corp 1991 US$ 29.700.000.00017 General Growth Properties Inc 2009 US$ 29.500.000.00018 Lyondell Chemical Co 2009 US$ 29.300.000.00019 Calpine Corp 2005 US$ 27.200.000.00020 New Century 2007 US$ 26.100.000.00021 UAL Corp 2002 US$25.100.000.00022 Delta Air Lines Inc 2005 US$21.800.000.000
Sumber: http://www.fx6.net/technical/2693-22-largest-bankruptcies-world-history.html
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan terkemuka di
dunia yang kemudian runtuh dan hanya meninggalkan cerita singkat mengenai
kejayaan kelangsungan hidup usaha mereka. berdasarkan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa perusahaan dengan image yang begitu baik dan nilai asset
yang begitu besar masih memungkinkan dilanda masalah kebangkrutan. Kasus-
kasus kebangkrutan perusahaan raksasa tersebut harus menjadi fokus penting
bagi auditor untuk tetap memperhatika masalah status kelangsungan hidup
9
perusahaan. Agar tidak membawa dampak yang merugikan para pemangku
kepentingan internal maupun eksternal perusahaan.
Disinilah peran auditor sangat diperlukan, sebagai lembaga independen
yang mempunyai fungsi sebagai monitoring dengan memberikan opini going
concern pada laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat memprediksi
apakah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
atau tidak. Menons & William (2010:2076), mengemukakan auditor memiliki
keahlian jasa audit, bukan dalam memutuskan status going concern sebuah
perusahaan, dan asersi mereka mungkin tidak menambah apa yang telah
investor ketahui, disisi lain, auditor mempunyai akses kepada informasi yang
tidak tersedia bagi investor dan bisa mengungkapkan informasi tersebut
kedalam laporan audit going concer (going concern audit report). Para
pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going
concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Ketika kondisi
ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan
auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan
(Chen dan Church 1996) dalam Praptitorini dan Januarti (2007:2). Pengeluaran
opini audit going concern ini juga sangat diperlukan bagi para investor yang
akan menginvestasikan dana mereka pada suatu perusahaan, investor perlu
mengetahui mengenai kondisi keuangan perusahaan sebelum melakukan
investasi pada perusahaan tersebut, terutama yang menyangkut mengenai
kelangsungan hidup perusahaan sebelum mereka menginvestasikan dananya.
Hal tersebut membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
10
mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan
perusahaan sesengguhnya. Santosa dan Wedari (2007:142), kajian atas opini
audit going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal
perusahaan, seperti kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit
tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan
adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu
mempertahankan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam
jangka waktu pendek (Hani dan Mukhlisin., 2003:1223). Going concern
merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu
perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya (IAI dalam (pernyataan standar
akuntansi keuangan, 2009:5, paragraph 23). Going concern sebagai asumsi
bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going concern) secara
langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Laporan keuangan yang
disiapkan menggunakan dasar going concern kemungkinan akan berbeda
secara subtansial dengan laporan keuangan yang disiapkan pada asumsi bahwa
perusahaan tidak going concern. Konservatisme auditor untuk menerbitkan
opini modifikasi going concern lebih meningkat setelah kebangkrutan Enron
(Feldmann & Read, 2010:277).
Pernyataan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai
arti bahwa laporan keuangan yang dibuat perusahaan telah bebas dari salah saji
material. Tetapi, apabila laporan audit bentuk wajar dengan pengecualian
11
(qualified), tidak wajar (adverse), atau tidak memberikan pendapat
(disclaimer), diterbitkan pada saat auditor merasa tidak memperoleh kepuasan
dalam pelaksanaan auditnya, atau menemukan bukti bahwa laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, atau merasa tidak independen. Sehingga auditor
wajib untuk memberikan informasi tambahan. Penyebab-penyebab utama
ditambahkannya suatu paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat pada
laporan audit bentuk baku antara lain disebabkan oleh tidak adanya konsistensi
dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, Ketidakpastian atas
kelangsungan hidup perusahaan (going concern), Auditor menyetujui
terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum,
Penekanan pada suatu masalah, dan Laporan yang melibatkan auditor lainnya
(Arens, Beaslly, Elder, 2010:51).
Penelitian-penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan
diindonesia antara lain dilakukan Santosa dan Wedari (2007), yang
menggunakan 5 variabel penelitian, yaitu 3 variabel keuangan (kondisi
keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan) serta
dua variabel non-keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya)
terhadap perusahaan manufaktur dengan menggunakan regresi logistik
memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan model kebangkrutan yang digunakan adalah the altman
model dan the springate model, opini audit tahun sebelumnya dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
12
concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti & Fitrianasari
(2008:55), dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan (rasio profitabilitas,
aktivitas, laverage, pertumbuhan penjualan serta rasio nilai pasar) dan rasio
non-keuangan (ukuran perusahaan, reputasi KAP, auditor-client tenure) tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, dimana
rasio keuangan (liquidity ratio) dan dua rasio non-keuangan (opini audit tahun
sebelumnya dan audit lag) berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern yang dianalisis dari 282 perusahaan manufaktur yang listing di
Jakarta stock exchange (JSX) pada waktu itu dari tahun 2000 sampai dengan
2005.
Hingga saat ini topik mengenai bagaimana tanggung jawab auditor
dalam menyikapi masalah going concern masih menarik untuk diteliti. Auditor
memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup
perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Fany & Saputra., 2005:967).
Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang
diauditnya harus mempertimbangkan going concern (kelangsungan usaha)
auditee. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa
segala sesuatunya baik. Penilaian going concern lebih didasarkan pada
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu 12
bulan kedepan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan
memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara
13
kritis terhadap rencana-rencana manjemen. Pada kenyataannya, masalah going
concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan
faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going
concern pada perusahaan. dan kekonsistensian faktor-faktor tersebut harus
diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap
diprediksi (Praptitorini dan Januarti., 2007:4).
Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk menganalisis beberapa
faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern oleh auditor
diantaranya; ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kondisi
keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan audit lag dalam
meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan
(financial distress) untuk menerima pendapat wajar dengan pengecualian
(qualified opinion) untuk kelangsungan usahanya (going concern).
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), yang meneliti mengenai “analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going
concern”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
tahun pengamatan, penggunaan model prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan the springate model, dan penambahan satu variabel independen,
dan penggunaan metode pengujian regresi logistik. Adapun penjelasan
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
14
1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dimulai dari
tahun 2001 sampai dengan 2005, sedangkan pada penelitian ini dimulai
tahun 2005 sampai 2009.
2. Variabel independen berupa kondisi keuangan perusahaan pada penelitian
sebelumnya diukur dengan empat model prediksi kebangkrutan yaitu the
zmijeski model, the altman model, revised altman model dan springate
model, sedangkan dalam penelitian ini kondisi keuangan perusahaan diukur
hanya dengan menggunakan the springate model, karena penulis merasa
bahwa the springate model merupakan model prediksi kebangkrutan yang
lebih akurat dari the zmijeski model, sedangkan model prediksi
kebangkrutan the altman model dan revised altman model merupakan model
prediksi kebangkrutan yang sudah banyak digunakan dalam penelitian-
penelitian sebelumnya.
3. Untuk keandalan daya analisis pengaruh variabel bebas dengan variabel
independennya, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik, karena variabel terikatnya merupakan data kualitatif yang
menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat., 2001:359). Pengujian juga
dilakukan dengan menggunakan alat bantu program komputer statistik
terbaru SPSS versi 17.
4. Penambahan satu variabel independen, yaitu variabel audit lag, karena
penulis tertarik terhadap variabel tersebut. ketertarikan tersebut dipicu oleh
estimasi penulis bahwa audit lag merupakan salah satu bagian yang
mendasari auditor dalam pemberian opini audit going concern, dan hal yang
perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit going
concern.
15
Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan,dan
ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh
auditor (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2005-2009).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah audit lag berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini
audit going concern oleh auditor?
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor?
3. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor?
4. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor?
16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor audit lag, opini
audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan, terhadap pemberian opini audit going
concern oleh auditor.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
masyarakat bisnis atau praktisi dan bagi dunia akademis. adapun penjelasan
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi akademis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kelangsungan hidup
perusahaan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya
auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti
empiris tentang pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya,
kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh
auditor.
3) Peneliti berikutnya, Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
17
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang pemberian
opini audit going concern oleh auditor sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam
memberikan penilain keputusan opini audit yang mengacu pada
kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan
dating. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non-
keuangan pada perusahaan.
2) Bagi masyarakat bisnis, dalam hal ini investor agar hasil dari
penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi diperusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan audit going concern pda laporan
keuangan perusahaan tersebut.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Auditing
Ada beberapa definisi mengenai audit yang dipaparkan oleh para ahli
di bidang akuntansi, diantaranya:
Menurut Agoes (2004:3), auditing adalah: “suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistmatis, oleh pihak yang independen terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Boynton dan Johnson (2006:6) definisi audit adalah:
“A systemic process of objectively obtaining and evaluating evidenceregarding assertion about the degree of correspondence between thoseassertion and established criteria and communicating the result to theinterested users”.Artinya Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untukmemperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungandengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwaekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersitersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikanhasilnya kepada pengguna informasi tersebut.
Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A
Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun danmengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentangberbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkatkesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telahditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yangberkepentingan”.
19
Sedangkan menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) definisi
auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence aboutinformation to determine and report on the degree of correspondencebetween the information and established criteria. Auditing should bedone by a competent, independent person”.Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenaiinformasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antarainformasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harusdilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disumpulkan bahwa auditing
merupakan suatu cara yang sistematis dalam memeriksa laporan keuangan
dimulai dari bukti-bukti transaksi kemudian dicocokan dengan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dan menentukan tingkat kesesuaian antara
informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk kemudian
dikomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
1. Jenis-jenis Auditor
Menurut William, Steaven Dan Douglas (2006:65), beberapa jenis
auditor dapat diidentifikasi, dan mereka dapat diklasifikasikan dibawah
empat kelompok, yaitu auditor eksternal, auditor internal, auditor
pemerintah, dan auditor forensik.
a. Auditor Eksternal (external auditors)
Auditor Eksternal sering disebut sebagai auditor independen atau
bersertifikat akuntan public (BAP atau CPA). Seorang auditor eksternal
bisa berpraktek sebagai pemilik tunggal atau anggota dari kantor
akuntan.
20
b. Auditor Internal (internal auditors)
Auditor internal adalah auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan,
persekutuan, badan pemerintah, individu, dan entitas lainnya.
c. Auditor Pemerintah (governance auditors)
Auditor pemerintah adalah auditor yang dipekerjakan oleh badan
federal, negara bagian, dan lokal. Secara umum mereka dapat dianggap
sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal.
d. Auditor Forensik (forensic auditors)
Auditor Forensic adalah auditor yang dipekerjakan oleh perusahaan,
badan pemerintah, kantor akuntan publik, dan konsultan jasa konsultasi
dan investasi. Mereka dilatih untuk mendeteksi, menginvestigasi, dan
mencegah kecurangan serta kejahatan kerah putih.
Sedangkan menurut Arens, Beaslly, Elder (2010:15), terdapat tiga
jenis auditor, yaitu: Auditor pemerintah, auditor internal, dan auditor
independen.
a. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah audit profesional yang bekerja di instansi
pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor
pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
21
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) serta instansi pajak
b. Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada perusahaan yang
bertugas menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya
pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur
Utama.
c. Auditor Independen
Auditor independen sering juga disebut auditor eksternal merupakan
akuntan publik bersertifikat yang mempunyai kantor praktik sendiri
dan menawarkan jasa audit serta jasa lainnya kepada masyarakat
umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya. Audit tersebut biasanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, seperti:
kreditur, investor, dan instansi pemerintah.
Dari beberapa pengertian mengenai jenis-jenis auditor yang telah
dikemukakan diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis-jenis auditor
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu auditor internal, eksternal,
pemerintah dan auditor pendidik. Masing-masing dari jenis auditor tersebut
juga bekerja pada lembaga-lembaga yang berbeda.
22
2. Jenis Audit
Menurut kell, Johnson dan Boynton (2003:8-9), terdapat tiga jenis
audit yang pada umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup
dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan
keuangan, audit operasional dan audit ketaatan. Berikut penjelasan ketiga
jenis audit tersebut:
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu. kriteria tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum (PABU).
b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektivitasnya. Pada saat selesainya audit operasional, auditor akan
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki
jalannya operasi perusahaan.
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee
(klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Sedangkan menurut Agoes (2004:9), jenis-jenis audit dapat ditinjau
dari luas dan jenis pemeriksaan. Jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
23
maka audit dapat dibedakan atas general audit dan special audit. Adapun
penjelasan kedua jenis audit tersebut adalah:
a. General audit (pemeriksaan umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar
professional akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan
Indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia serta standar pengendalian mutu.
b. Special audit (pemeriksaan khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada
pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
dilakukan juga terbatas.
Sedangkan jika ditinjau dari segi jenis pemeriksaannya, maka audit
dapat dibedakan atas management audit, compliance audit, internal audit
dan computer audit. Adapun penjelasan keempat jenis audit tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Management audit (operstional audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
24
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
b. Compliance audit (pemeriksaan ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan
(manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah,
Bapepam, Bank Indonesia, Dirjen Pajak, dan lain-lain). pemeriksaan
dapat dilakukan baik oleh KAP maupun bagian internal audit.
c. Internal audit (pemeriksaan intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
d. Computer audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan EDP (electronic data processing)
sistem.
Dari beberapa pengertian tentang jenis-jenis audit yang dikemukaan
di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis audit dapat
dibedakan atas tiga kriteria, yaitu audit yang dilakukan oleh auditor
eksternal maupun internal, dan dilakukan baik terhadap laporan keuangan
maupun nonkeuangan (kebijakan perusahaan, pemerintah, maupun hukum
25
tertentu) serta hasil akhirnya tidak selalu berbentuk opini, melainkan dapat
pula berbentuk saran-saran atau management latter
3. Opini Audit
Menurut Petronela (2004:46), auditor sebagai pihak yang
independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan
memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan
penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan
pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya.
Petronela (2004:47), menyatakan bahwa opini audit diberikan oleh
auditor dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Arens, Beaslly, Elder (2010:46), mengemukakan bahwa
laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan
demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada
keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI dalam SPAP (2001:150.1) dalam proses audit terdapat
3 standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar
profesionalnya yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan, adapun penjelasan ketiga standar tersebut sebagai
berikut:
26
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungn dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan mementukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
27
b. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut IAI (2001:110.1) dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) SA seksi 110, tujuan audit atas Laporan Keuangan oleh auditor
independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi Keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Menurut IAI (2001:508.6) dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP SA Seksi 508; paragraph 10) Terkait dengan standar pelaporan, maka
opini auditor (opini audit) merupakan tanggung jawab auditor dalam tahap
28
akhir pekerjaan audit. terdapat lima tipe opini auditor, yaitu pendapat wajar
tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan
pernyataan tidak memberikan pendapat. Adapun penjelasan dari kelima tipe
opini auditor adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified ).
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified) dinyatakan bila menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dan didalamnya tidak terdapat salah saji material yang akan
mempengaruhi para pengguna dari laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan keuangan auditor bentuk baku (unqualified
withexplanatiry paragraph).
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified)
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) dinyatakan bila menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material. Posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
29
Pendapat ini dinyatakan bila mana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat
(paragraph 22 s.d. 34).
b. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak
menyatakan pendapat tidak wajar (paragraph 35 s.d. 57).
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse)
Pendapat tidak wajar (adverse) dinyatakan bila, menurut pertimbangan
auditor, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum diindonesia.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer).
Pernyataan tidak menyatkan pendapat (disclaimer) menyatakan bahwa
auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat
tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau
tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alasan subtantif yang mendukung pernyataannya
tersebut. Dalam keadaan auditor menghadapi keraguan signifikan tentang
30
kelangsungan hidup entitas (going concern issues) auditor dapat tidak
memberikan pendapat.
Dari beberapa pengertian mengenai opini audit, maka dapat
disimpulkan bahwa opini audit merupakan salah satu tanggung jawab
auditor dan pengeluaran opini harus didasarkan atas hasil temuan-temuan
auditor selama proses audit berlangsung, juga harus berdasarkan standar
auditing.
B. Going concern
1. Pengertian going concern
Menurut Komalasari (2004:4), going concern adalah kelangsungan
hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan
usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam
jangka waktu yang panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu
yang pendek. Asumsi going concern dapat dikatakan sebuah pendapat atau
asumsi mengenai kemungkinan bahwa perusahaan tersebut mampu
bertahan minimal 5 tahun yang akan datang.
Menurut IAI (2006) dalam PSA No. 30 membahas mengenai
pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
going concern pada paragraph 2, yaitu: “auditor bertanggung jawab untuk
mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan
entitas dalam mempertahankan going concern dalam periode yang pantas,
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang
diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan
31
peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan
selesai”.
Jika disimak dari isi PSA No. 30 tersebut, maka ada keharusan
auditor untuk memberikan early warning mengenai keadaan perusahaan,
hal tersebut menjadi tanggung jawab auditor sebagai pihak yang
independen untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada
pengguna laporan keuangan mengenai kemampuan suatu entitas untuk
dapat bertahan (going concern).
Solikah (2007), menyatakan bahwa suatu entitas dianggap going
concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi
kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan
memenuhi kewajibannya dengan menjual asset dalam jumlah yang besar,
perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrukturasi utang, atau
dengan kegiatan serupa yang lain, hal yang demikian akan menimbulkan
keraguan- keraguan besar terhadap going concern perusahaan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa going
concern adalah kemampuan suatu entitas dalam menjalankan usahanya
dalam jangka panjang, dan tidak akan collapsed dalam jangka pendek.
2. Manfaat Informasi Going Concern
Informasi going concern dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
seperti pemberi pinjaman, investor, pihak pemerintah, akuntan dan
manajemen. Adapun penjelasan manfaat tersebut adalah:
32
a. Pemberi pinjaman (kreditur)
Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan
siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk
kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan
bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga
tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung
jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya sektor
perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN)
yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai
kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya
tindakan-tindakan yang perlu dapat dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap kelangsungan suatu usaha
karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu
perusahaan.
33
e. Manajemen
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Biaya kebangkrutan terbagi
menjadi dua, yaitu biaya kebangkrutan langsung dan tidak langsung.
Contoh biaya kebangkrutan langsung adalah biaya akuntan dan biaya
penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan tidak
langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan
karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan
oleh pengadilan. Apabila manajemen dapat mendeteksi kebangkrutan
ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan dapat dilakukan,
misal dengan melakukan marger atau restrukturisasi keuangan sehingga
biaya kebangkrutan dapat dihindari.
Selain bermanfaat untuk pemberi pinjaman, investor, pihak
pemerintah, akuntan dan manajemen, informasi going concern juga
bermanfaat untuk calon investor atau masyarakat umum yang memiliki
dana untuk menginvestasikan dana mereka dengan membeli saham
perusahaan, selain itu bermanfaat pula untuk karyawan perusahaan
tersebut, dengan pengetahun karyawan mengenai kelangsungan hidup
perusahaan tempat dimana karyawan tersebut bekerja, akan lebih
mempermudah karyawan tersebut untuk mempersiapkan seandainya
terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.
34
C. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang diberikan auditor ketika
auditor meyakini rencana manajemen, dan auditor berkesimpulan bahwa
rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan
pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. Opini audit going concern ini
berada dalam lingkup pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelasan.
Asumsi going concern adalah fundamental untuk mempersiapkan
laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Ruiz, Guiral dan Choy, 2007:2). going concern salah satu konsep yang paling
penting yang mendasari pelaporan keuangan (gray&manson, 2000). PSA No.
30 memberikan pedoman kepada auditor mengenai dampak kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini
auditor sebagai beriku:
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas, ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara
efektif dilaksanakan.
Dijelaskan dalam SPAP (2001:341.3) SA seksi 341 ; paragraph
06 mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam
35
mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor dapat
mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu
yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukan adanya
kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan
atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas
keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi
signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa
yang lain. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut:
1) Trend negative – sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang
kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan
usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai
contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan
oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit
biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau
metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3) Masalah intern- sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
36
4) Masalah luar yang telah terjadi- sebagai contoh, pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain
yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk
beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting,
kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana
besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak
diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan
yang tidak memadai.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak
dari kondisi atau peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer).
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya)
atas efektifitas rencana tersebut.
Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen
tersebut dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana
manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi
dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu
yang pantas. Agoes (2004:67), Pertimbangan auditor yang berhubungan
dengan rencana manajemen dapat meliputi:
a. Rencana untuk menjual aktiva
b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
37
c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
d. Rencana untuk menaikan modal pemilik
Dengan demikian, opini audit going concern merupakan opini yang
berada pada opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, dan
dikeluarkan oleh auditor independen ketika auditor mengetahui terdapat
kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan auditee. Tetapi jika
auditor meyakini bahwa manajemen dapat mengatasi masalah tersebut, dengan
rencana yang dapat mengurangi dampak atau peristiwa yang mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor tidak akan mengeluarkan opini
audit going concern.
D. Audit lag
Menurut Januarti dan Fitrianasari (2008:47), Audit lag didefinisikan
sebagai jumlah tanggal kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan
tahunan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
Sedangkan menurut Lennox (2000:7), audit lag didefinisikan sebagai jumlah
hari kalender antara laporan keuangan tahunan sampai dikeluarkannya opini
audit. McKeown et al. (1991) dalam januarti dan Fitrianasari (2008:47),
menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika
pengeluaran opini terlambat. Hal ini bisa dimungkinkan karena auditor terlalu
banyak mengeluarkan tes, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika
terdapat ketidakpastian kelangsungan hidup atau auditor mengharapkan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini
38
audit going concern. Akhirnya, auditor mungkin menerbitkan laporan audit
terlambat dengan harapan bahwa perusahaan dapat memecahkan masalah
kelangsungan usahanya dan terhindar dari opini going concern (Lennox.,
2000:7).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa audit lag merupakan
jumlah hari antara tanggal berakhirnya laporan keuangan perusahaan (31
Desember) dengan tanggal dikeluarkannya laporan audit oleh auditor.
Perbedaan atau lamanya jumlah hari tersebut memungkinkan adanya masalah
dalam kelangsungan hidup perusahaan, dan pada waktu itulah auditor memberi
waktu kepada manajemen untuk mengatasi masalah kelangsungan hidupnya,
sehingga penerbitan laporan opini audit terlambat.
E. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Mutchler (1985), dalam Januarti dan Fitrianasari (2008:46), menguji
pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going
concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya
menunjukan bahwa model discriminant analisis yang memasukan tipe opini
audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling
tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.
Penelitian oleh Setyarno, Januarti dan Faisal (2006:17), serta Januarti
dan Fitrianasari (2008:54), memperkuat bukti mengenai opini audit going
concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern
tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going
39
concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan.
Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going
concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan
kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya.
Opini audit going concern sebelumnya ini akan menjadi faktor
pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going
concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going
concern tahun sebelumnya, maka akan semakin besar kemungkinan
perusahaan akan menerima kembali opini audit going comcern pada tahun
berjalan (Santosa dan Wedari, 2007:146).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari
menunjukan bahwa opini audit tahun sebelumnya cenderung meningkatkan
penerimaan opini audit going concern, dimana nilai sig lebih kecil dari 0,10
dan arah koefisiennya positif. Dengan kata lain, hipotesisnya yang menyatakan
bahwa “adanya penerimaan opini audit tahun sebelumnya cenderung
meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern” diterima.
Dengan demikian, opini audit tahun sebelumya memiliki pengaruh
terhadap pemberian kembali opini audit going concern oleh auditor pada tahun
berjalan, ketika auditee menerima opini audit going concern pada tahun
sebelumnya, maka kemungkinan besar auditee akan menerima kembali opini
audit going concern pada tahun berjalan.
40
F. Kondisi Keuangan Perusahaan
Altman dan McGough (1974) dalam Fany dan Saputra (2005:966),
mencoba untuk menganalisa tingkat keakuratan prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan opini auditor dan model prediksi kebangkrutan. Tingkat akurasi
dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan opini audit, yaitu sebesar 82% dan
menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu
auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dengan memberikan signal kepada auditor tehadap
suatu masalah tertentu yang akan sulit dideteksi dengan menggunakan prosedur
audit tradisional.
Ramadhany (2004) dalam Santosa dan Wedari (2007:144), Kondisi
keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
kenyataannya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan indikator
masalah going concern. Petronela (2004:47), kondisi ini digambarkan dari
rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam
kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik
(sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan
keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang
baik akan lebih besar dibanding dengan jika profitabilitasnya rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarno, Januarti dan Faisal
(2006:7), menunjukan hasil bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan empat model prediksi kebangkrutan, yaitu the zmijeski
model (1984), the altman model (1968), revised altman model (1993), dan the
41
springate model (1978) berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Dalam penelitian ini, pengukuran menggunakan model prediksi the
springate model 1978. Dari hasil penelitian yang dilakukan Santosa dan
Wedari (2007:154), menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang
diproksikan dengan model prediksi kebangkrutan the springate model
menunjukan hasil yang signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini
audit going concern.
Kondisi keuangan perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh auditor selama proses audit berlangsung. Karena sejak
dikeluarkannya peraturan mengenai diharuskannya penambahan paragraph
penjelas mengenai kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor
memperhatikan kondisi keuangan perusahaan auditee selama proses audit
untuk melihat apakah terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup
perusahaan atau tidak. Ketika kondisi keuangan menunjukan kondisi yang baik
(sehat), maka kemungkinan besar auditor akan memberikan opini audit non
going concern opinion, dan sebaliknya, ketika auditor menemukan bukti
bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi buruk (sakit), maka
kemungkinan besar auditor akan mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan yang kondisi keuangannya sakit tersebut.
G. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung
memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang
baik (opini non going concern) akan lebih besar. Altman (1968) dalam
42
Petronela (2004:53), mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative
growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan
sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan. karena
kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan
opini going concern maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan
perusahaan yang negatif akan semakin tinggi kecenderungan untuk menerima
opini going concern.
Pengukuran pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari beberapa
aspek, salah satunya adalah tren laba bersih yang selalu meningkat setiap
tahunnya. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi
(Weston dan Bringham, 2007). Perusahaan yang mempunyi pertumbuhan laba
yang tinggi cenderung memiliki laporan keuangan yang memiliki prospek baik
dan perusahaan dapat diartikan tumbuh (growth), sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik (opini non going concern) akan lebih besar.
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio
pertumbuhan laba. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya. Auditee yang mempunyai rasio
pertumbuhan laba yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat
mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern). Santosa dan Wedari (2007:149)
Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut:
1t
1tt
bersihLaba
besihLababersihLabalabanPertumbuha
−
−−=
43
Dimana :
Laba bersiht = laba bersih tahun berjalan
Laba bersiht-1 = laba bersih tahun sebelumnya
Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu dasar bagi auditor
dalam memberikan opini audit going concern pada perusahaan auditee, ketika
perusahaan mengalami pertumbuhan laba, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut terhindar dari kebangkrutan, karena kebangkrutan
merupakan salah satu dasar bagi auditor dalam menentukan kelangsungan
hidup perusahaan, maka pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
pertumbuhan laba juga menjadi salah satu kunci bagi auditor dalam
menentukan kemampuan entitas dalam menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Jika auditor menemukan bukti bahwa perusahaan dalam kondisi
laba, maka kemungkinan besar auditor akan memberikan opini non going
concern opinion pada perusahaan tersebut.
H. Ukuran Perusahaan
McKeown et. al (1991) dalam Santosa dan Wedari (2007:146),
mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit
tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya
mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor
mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan
besar. (Mutchler,1985) dalam Santosa dan Wedari (2007:146), menyatakan
bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada
44
perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada
perusahaan kecil.
Mutcler (1997) dalam Santosa dan Wedari (2007:146), dalam
penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada
perusahaan yang gulung tikar. Memberikan bukti yang empiris bahwa ada
hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit
going concern. Mutchler et al. (1968) dalam Petronela (2004:48),
mengemukakan bahwa perusahaan dengan nilai asset lebih kecil daripada
kewajibannya akan menghadapi kebangkrutan.
Beberapa penelitian mengenai ukuran perusahaan menggunakan total
penjualan, total asset, atau kapitalisasi pasar sebagai proksi ukuran perusahaan.
Pada penelitian ini proksi yang digunakan adalah total asset. Total asset adalah
jumlah keseluruhan kekayaan atau sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan
dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Pertumbuhan aset perusahaan menunjukan pertumbuhan kekuatan
perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang memiliki ukuran
yang lebih besar cenderung lebih dipercaya oleh konsumen dibanding dengan
perusahaan yang berukuran kecil, karena konsumen percaya bahwa perusahaan
besar akan lebih memberikan pelayanan serta produk yang berkualitas dari
pada perusahaan kecil. Dengan banyaknya kepercayaan yang diperoleh
perusahaan dari konsumen, maka perusahaan tersebut dapat meningkatkan atau
45
menjaga tingkat keberlangsungan usahanya. Sehingga Semakin bagus ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan semakin tinggi total asset yang dimiliki
oleh auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan
opini going concern.
I. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Audit Lag Dengan Opini Audit Going Concern
Menurut penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008:55), audit lag
berpengaruh secara signifikan dalam pemberian opini audit going concern
oleh auditor dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut peneliti menduga bahwa audit lag dapat menjadi
pertimbangan auditor untuk memberikan opini going concern pada
perusahaan yang diauditnya, hal tersebut konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lennox (2000:15), yang menunjukan bahwa audit lag
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti
menduga bahwa audit lag berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor, sehingga rumusan
hipotesisnya adalah:
H1: Audit lag berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini
going concern oleh auditor.
46
2. Opini Audit Tahun Sebelumnya Dengan Opini Audit Going Concern
Menurut penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008:55), yang
diungkapkan dalam hipotesisnya menyatakan bahwa opini audit going
concern yang diterima auditee tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor pada auditee.
Dalam penelitian Santosa dan Wedari (2007:146), menyatakan bahwa opini
audit going concern sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan
penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern
pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going
concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan
perusahaan menerima kembali opini audit going concern pada tahun
berjalan. dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa opini audit tahun
sebelumnya cenderung meningkatkan penerimaan opini audit going
concern.
Hasil penelitian Setyarno, Januarti dan Faisal (2006:19),
menunjukan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor. Berdasarkan hasil
penelitian-penelitian tersebut peneliti menduga bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini going
concern pada perusahaan yang diauditnya sehingga rumusan hipotesisnya
adalah:
H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor.
47
3. Kondisi Keuangan Perusahaan dengan Opini Audit Going Concern
Hasil penelitian Setyarno, Januarti dan Faisal (2006:19),
menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan
atas opini audit going concern. Sedangkan penelitian Santosa dan Wedari
(2007:154), dalam hipotesisnya menyatakan bahwa semakin baik kondisi
keuangan perusahaan yang diukur dengan the springate model 1978 maka
akan semakin kecil kemungkinan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hipotesis tersebut diterima dengan nilai koefiesi -0.222 dengan
signifikansi 0.063 dan nilai sig lebih kecil dari 0.1, hal tersebut
menunjukan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka
semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit
going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini jika
perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup
usahanya.
Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Praptitorini
dan Januarti (2007: 16), yang menujukan hasil bahwa kondisi keuangan
perusahaan dengan menggunakan prediksi kebangkrutan berpengaruh
positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan hasil penelitian–penelitian sebelumnya, maka peneliti
menduga bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor,
sehingga rumusan hipotesisnya adalah:
H3: Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor.
48
4. Pertumbuhan Perusahaan dengan Opini Audit Going concern
Hasil penelitian Santosa dan Wedari (2007:154), pertumbuhan
perusahaan yang diproksikan dengan tingkat pertumbuhan laba memiliki
sig lebih besar dari 0.10, sehingga dikatakan bahwa variabel ini tidak
mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Walaupun hasil
penelitian diatas yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan yang
diproksikan dengan pertumbuhan laba tidak berpengaruh signifikan
terhadap opini going concern, peneliti menduga bahwa pertumbuhan laba
berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern pada perusahaan yang diauditnya, sehingga rumusan hipotesisnya
adalah:
H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor.
5. Ukuran Perusahaan dengan Opini Audit Going Concern
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public
demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang beukuran lebih kecil, public demand akan informasi yang tinggi
terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan tersebut
dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha dari perusahaan
tersebut. Semakin bagus ukuran perusahaan yang diproksikan dengan
semakin tinggi total asset yang dimiliki auditee, akan semakin kecil
kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini going concern.
49
Hasil penelitian oleh Santosa dan Wedari (2007:155), menyatakan
bahwa ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset memiliki
koefisien yang negatif dengan nilai signifikan <0.10. hal ini berarti bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Januarti dan
Fitrianasari (2008:53), yang dalam hipotesisnya menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going
concern. Hipotesis tersebut diterima, hal tersebut dapat terlihat dari angka
probabilitas 0.294 yang berada jauh diatas signifikansi 0.05 (5 persen).
Berdasarkan penelitian tersebut, maka peneliti menduga bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini
audit going concern oleh auditor dan menjadi pertimbangan auditor dalam
memberikan opini audit going concern pada auditee, ketika perusahaan
dengan total asset yang tinggi setiap tahunya, maka perusahaan tersebut
lebih dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki total asset yang lebih kecil. sehingga rumusan
hipotesisnya adalah:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian
opini audit going concern oleh auditor.
J. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya terkait dengan kecenderungan penerimaan opini audit going
concern oleh auditor, Adapun perbedaan dan persamaan penelitian sekarang
dengan sebelumnya adalah:
50
Tabel 2.1Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Metodologi PenelitianNo Peneliti(Tahun)
Judul PenelitianPersamaan Perbedaan
Hasil Penelitian
1. Chen andChurch (1992)
Devault on debtobligation and theissuance of goingconcern report
1) Metode pengujianhipotesis yaitumetode regresilogistik.
2) Variabel independenberupa kondisikeuangan perusahaan.
1) Variabel independenberupa opinionshopping.
Variabel keuangan merupakanindikator yang penting untukmemprediksi penerimaan opiniaudit going concern.
2. Eko BudiSetyarno danIndira JanuartiFaisal (2006)
Pengaruh kualitasaudit, kondisi keuanganperusahaan, opini audittahun sebelumnya,pertumbuhanperusahaan terhadapopini audit goingconcern
1) Metode Pengujianmenggunakan regresilogistic
2) Pemilihan sampeldengan metodepurposive sampling
3) Objek penelitianadalah perusahaanmanufaktur.
1) Variabel independenterhadap variabeldependennya yaitukualitas audit, danpertumbuhanperusahaan denganproksi pertumbuhanpenjualan.
Variabel kondisi keuanganperusahaan dan opini audit tahunsebelumnya berpengaruh signifikanterhadap penerimaan opini auditgoing concern.
3. Arga FajarSantoso danLindaKusumaningWedari (2007)
Analisis faktor-faktoryang mempengaruhikecenderunganpenerimaan opini auditgoing concern
1) Variable independenselain audit lag
2) Objek penelitianadalah perusahaanmanufaktur
3) Metode purposivesampling untukpemilihan sampel.
1) Variabel independenterhadap variabeldependennya, yaitukualitas audit danaudit lag.
Kondisi keuangan dengan theSpringate model, ukuranperusahaan berpengaruh negatif,sedangkan Opini tahun sebelumnyaberpengaruh positif terhadappenerimaan opini going concern.Dan pertumbuhan perusahaan tidakberpengaruh terhadapkecenderungan penerimaan opinigoing concern
Bersambung pada halaman berikutnya
51
Lanjutan Tabel 2.1
Metodologi PenelitianNo
Peneliti(Tahun) Judul Penelitian
Persamaan PerbedaanHasil Penelitian
4. Mirna DyahPraptitorini danIndira Januarti(2007)
Analisis pengaruhkualitas audit, debtdefault dan opinionshopping terhadappenerimaan opinigoing concern.
1) Objek penelitian ialahperusahaan manufaktur
2) Metode penelitianmenggunakan regresilogistik dan metodepenentuan sampeldengan purposivesampling.
3) Variabel independenberupa opini audittahun sebelumnya.
1) Audit lag dan opiniaudit tahunsebelumnya dalampenelitian ini adalahvariabel independen,sedangkan dalampenelitian terdahuludijadikan variabelkontrol.
2) Variabel independenberupa opinionshoping
Variabel kondisi keuangan danopini tahun sebelumnyaberpengaruh signifikan terhadappenerimaan opini going concern.
5. Irfan Ariandi(2009)
Analisis opini goingconcern pada kondisikeuangan danpertumbuhanperusahaan (analisismodel probit) studiempiris padaperusahaanperdagangan besar diBEI
1) Variabel independenterhadap variabeldependen, kondisikeuangan perusahaandan pertumbuhanperusahaan.
1) Metode pengujianhipotesismenggunakan modelprobit
2) Objek penelitian yaituperusahaanperdagangan besar diBEI
Kondisi keuangan perusahaanberpengaruh negatif signifikanterhadap penerimaan opini goingconcern, dan pertumbuhanperusahaan yang diproksikanpertumbuhan laba merupakanfaktor yang penting bagi auditordalam memberikan opini goingconcern
Bersambung Pada Halaman Berikutnya
52
Lanjutan Tabel 2.1Metodologi Penelitian
NoPeneliti(Tahun) Judul Penelitian
Persamaan PerbedaanHasil Penelitian
6. Brian Pramudita(2010)
Analisis FaktorDeterminan AtasPemberian OpiniAudit Going concernOleh Auditor”: StudiEmpiris PadaPerusahaanManufaktur YangTerdaftar di BEI
1) Variabel kondisikeuangan perusahaandan opini audit tahunsebelumnya
2) Metode pengujianhipotesismenggunakan metoderegresi logistik
3) Objek penelitian ialahperusahaan manufakturyang listed di BEI
1) Variabel independenterhadap variabeldependennya berupaaudit lag,pertumbuhanperusahaan,opinionshoping dan ukuranperusahaan.
Variabel kondisi keuangan, danopini tahun sebelumnyaberpengaruh signifikan terhadappenerimaan opini going concern.
7. Indira Januartidan EllaFitrianasari(2008)
A Analisis rasiokeuangan dan nonkeuangan yangmempengaruhi auditordalam memberikanopini audit goingconcern pada auditee
1) Variabel audit lag,opini audit tahunsebelumnya, ukuranperusahaan danpertumbuhanperusahaan.
2) Objek penelitian3) Metode pengujian
yang menggunakanregresi logistik.
1) Variabel independenterhadap variabeldependenya yaitupertumbuhan denganproksi pertumbuhanpenjualan,
Opini audit tahun sebelumnya danaudit lag berpengaruh signifikanterhadap pemberian opini goingconcern.
Bersambung Pada Halaman Berikutnya
53
Lanjutan Tabel 2.1Metodologi Penelitian
NoPeneliti(Tahun) Judul Penelitian
Persamaan PerbedaanHasil Penelitian
8. Arry PratamaRudyawan dan IDewa nyomanBandera (2009)
Opini audit goingconcern: kajianberdasarkan modelprediksikebangkrutan,pertumbuhanperusahaan, laverage,dan reputasi auditor.
1) Metode regresi logistik2) Objek penelitian3) Metode pemilihan
sampel4) Variabel independen
kondisi keunganperusahaan danpertumbuhanperusahaan.
1) Variabel independenaudit lag dan ukuranperusahaan
2) Variabelpertumbuhanperusahaanmenggunakan proksipertumbuhanpenjualan.
Model prediksi kebangkrutanberpengruh signifikan terhadapopini audit going concern, danpertumbuhan perusahaan tidakberpengaruh terhadap opini auditgoing concern.
9. Clive S, Lennox(2000)
Going concernopinion in fallingcompanie: auditordependence andopinion shopping
1) Variabel independenterhadap variabeldependenya, yaituaudit lag dan kondisikeuangan perusahaan
1) Model probit untukpengujian hipotesis.
2) Variabel audit lag,opini audit tahunsebelumnya dankondisi keuanganperusahaan sebagaivariabel control.
3) Variabel independenberupa audit clienttenure, fee audit danukuran KAP.
Variabel audit lag, dan opini audittahun sebelumnya berpengaruhsignifikan terhadap opini auditgoing concern
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
54
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going
concern (Santosadan Wedari., 2007). Penelitian tersebut meneliti 310 auditee
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukan bukti yang empiris bahwa kondisi keuangan
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
penerimaan opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going
concern, sedangkan variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.
Perbedaan dengan metode sebelumnya adalah Penelitian ini mengambil
periode tahun 2005-2009. Penelitian ini menambahkan variabel audit lag,
dimana variabel ini tidak digunakan pada penelitian sebelumnya, serta
menghilangkan variabel kualitas audit karena variabel tersebut tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.
K. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, maka gambar 2.2
berikut ini adalah kerangka pemikiran yang menggambarkan permasalahan
penelitian.
.
55
Perumusan Masalah
Gambar 2.2Kerangka Pemikiran
X1
(audit lag)X2 (opini
audit tahunsebelumny)
X3
(kondisikeuangan)
X4
(pertumbuhanperusahaan)
Y(Opini Audit Going concern)
Analisis DataAnalisis regresi logistik
JudulPengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadappemberiaan opini audit going concern oleh auditor
X5
(ukuranperusahaan)
Kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran
Kasus kebangkrutan sepanjang sejarah dunia serta kasusmarger dan akuisisi di Indonesia
Perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Hasil pengujian dan pembahasan
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu audit lag,
opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu
pemberian opini audit going concern oleh auditor. Populasi penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Indriantoro dan Supomo, 2002:131). kriteria pemilihan sampel yang
digunakan adalah:
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur.
2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2005-2009.
3. Penggunaan mata uang rupiah sebagai mata uang pelaporan.
4. Menerbitkan laporan independen tahun sebelumnya.
57
5. Menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai 31
Desember.
6. delisting selama periode penelitian
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian yang digunakan penulis adalah data sekunder,
data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data sekunder dari penelitian ini
mengambil dari:
1. Jurnal-jurnal, skripsi dan bahan dari internet yang berhubungan dengan
kecenderungan pemberian opini audit going concern oleh auditor.
2. Data yang dipublikasikan Di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009, dan
annual report yang dikeluarkan oleh perusahaan.
D. Metode Analisis Data dan Pengujan Statistik
1. Uji statistik deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan di interpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan,
pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik
58
deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama (Ikhsan, 2008:198).
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varians, dan range statistik (Ghozali, 2009:19).
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji keterkaitan antara variabel yang ada dalam hipotesis,
maka digunakan analisis regresi logistik (logistic regretion), yang variabel
bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal)
untuk menguji pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi
keuangan persahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Uji regresi logistik
digunakan karena pada pengujian ini variabel terikatnya merupakan data
kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2001:359).
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic regression
adalah sebagai berikut.
a. Jika hasil signifikasinya < 0,05 maka Ha diterima.
b. Jika hasil signifikasinya > 0,05 maka Ha ditolak.
SPSS versi 17 menyediakan prosedur regresi logistik yaitu: Regresi
logistik biner (binary logistic regression), adalah regresi logistik dimana
variabel dependenya berupa variabel dikotomi atau variabel biner.
Contoh:variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses – gagal, ya –
tidak, benar – salah, hadir – bolos, pria – wanita dan seterusnya.
59
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going
concern. Opini audit going concern merupakan opini modifikasi yang
dalam pertimbangan auditor terdapat kesangsian tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya.
2. Variabel independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan
Supomo, 2002:65). variabel independen dalam penelitian ini adalah audit
lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan. Adapun penjelasan
variabel-variabel tersebut sebagai berikut:
a. Audit lag
Audit lag merupakan jumlah kalender atau jumlah hari antara
tanggal berakhirnya laporan keuangan perusahaan (31 Desember)
dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Untuk pengukurannya
digunakan jumlah hari antara akhir periode akuntansi (31 Desember)
sampai dikeluarkannya laporan audit.
60
b. Opini audit tahun sebelumnya
Didefinisakan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada
tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan, opini audit going
concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going
concern (NGCAO) diberi kode 0.
Opini audit tahun sebelumnya yang diterima oleh perusahaan akan
mendukung perusahaan dalam audit tahun berjalan, ketika perusahaan
telah menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, akan
lebih dipercaya untuk menerima opini audit going concern pada tahun
berjalan.
c. Kondisi keuangan perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan keadaan keuangan
auditee, apakah perusahaan berada dalam kondisi baik (sehat), atau
justru berada dalam kondisi buruk (sakit). Kondisi keuangan
perusahaan dihitung dengan menggunakan the springate model 1978
The springate model (1978)
S = 1.03 A + 3.07 B + 0.66 C + 0.4 D
Dimana:
A = working capital/total asset
B = Net profit before interest and tax/total asset
C = Net profit before tax/current liability
D = Sales/total asset
d. Pertumbuhan perusahaan
Perusahaan yang mengalami peningkatan laba cenderung akan
mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dibanding perusahaan
61
yang tidak mengalami peningkatan laba, karena peningkatan laba yang
diperoleh perusahaan tersebut dapat menambah kepercayaan publik
khususnya investor untuk terus menginvestasikan dana mereka pada
perusahaan tersebut. Rasio pertumbuhan laba digunakan untuk
mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan perusahaan dari
tingkat laba.
1t
1tt
bersihLaba
besihLababersihLabalabanPertumbuha
−
−−=
Dimana :
Laba bersiht = laba bersih tahun berjalan
Laba bersih t-1 =laba bersih tahun sebelumnya
e. Ukuran perusahaan
Perusahaan yang memiliki aset yang besar mampu menjaga
kelangsungan hidup perusahaan, dengan aset besar yang dimiliki
perusahaan, baik aset lancar maupun aset tetap, maka hal tersebut akan
lebih mendukung aktifitas operasional perusahaan sehingga perusahaan
dapat terus menjalankan usahanya dalam jangka panjang.
Semakin besar ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total
aset yang dimiliki oleh auditee, memberikan indikasi bahwa total aset
merupakan salah satu pertimbangan auditor untuk memberikan opini
audit going concern. Berikut ini operasionalisasi penelitian yang
disajikan dalam bentuk tabel.
62
Table 3.1Table operasionalisasi variabel
Variabel Konsep Indikator Sumber data Skala ukuran Alat analisisVariabelindependen(Y): opiniaudit goingconcern
Opini audit modifikasiyang berada dalamlingkup pendapat wajartanpa pengecualiandengan bahasa penjelasdalammempertimbangkanstatus kelangsunganhidup perusahaan
Mendapatkan opini audit going concernatau tidak
Sekunder Nominal Regresi logistik
Variabelindependen(X): X1: opiniaudit tahunsebelumnya
Opini yang diterimaauditee pada tahunsebelumnya
Mendapatkan opini GCAO atauNGCAO
Sekunder Nominal Regresi logistik
X2: audit lag Jumlah hari antaratanggal selesainyapekerjaan lapangandengan tanggalberakhirnya laporankeuangan (31 Desember)
jumlah hari antara akhir periodeakuntansi (31 Desember) sampaidikeluarkannya laporan audit
Sekunder Rasio Regresi logistik
Bersambung pada halaman berikutnya
63
Lanjutan Tabel 3.1Variabel Konsep Indikator Sumber data Skala ukuran Alat analisis
X3: kondisikeuanganperusahaan
Kondisi keuanganperusahaan yangdihitung berdasarkan thespringate model
S = 1.03 A + 3.07 B + 0.66 C + 0.4 DDimana:A = Working capital/total assetB = Net profit before interest and
tax/total assetC = Net profit before tax/current
liabilityD = Sales/total asset
sekunder Rasio Regresi logistik
X4:pertumbuhanperusahaan
Pertumbuhanperusahaan dalam akunlaba perusahaan dandiukur menggunakantingkat pertumbuhanlaba
1t
1tt
bersihLaba
besihLababersihLabalabanPertumbuha
−
−−=
Dimana :Laba bersiht = laba bersih tahun
berjalanLaba bersih t-1 = laba bersih tahun
sebelumnya
sekunder rasio Regresi logistik
X5: ukuranperusahaan
Perusahaan yang besardengan asset yang besardapt lebih menjagakelangsungan hidupperusahaannya.
Natural logaritma dari Total assetauditee
sekunder rasio Regresi logistik
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang
terdaftardi Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun 2009.
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak
29 perusahaan dengan total data 145 laporan keuangan perusahaan.
Perolehan data yang digunakan melalui website: http//www.idx.co.id serta
kunjungan langsung ke gedung Bursa Efek Indonesia.
Pemilihan perusahaan-perusahaan publik yang masuk kategori
perusahaan manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan akan
homogenitas dalam aktivitas produksinya dan kelompok industri ini yang
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain
di Bursa Efek Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan data tidak bisa
untuk menghindari adanya perbedaan karakteristik terutama dalam
pencatatan laporan keuangan selain itu juga perusahaan manufaktur
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB (pendapatan domestik
brutto) dibandingkan sektor industri lain.
65
B. Statistik Deskriptif
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive
sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan representasi dari
populasi sampel yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian. Proses sleksi
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.1 Tabel Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah Akumulasi
1 total perusahaan manufaktur yang terdaftardi BEI antara tahun 2005-2009
139
2 Delisting selama periode penelitian (5)3 Laporan keuangan yang tidak menggunakan
mata uang rupiah sebagai mata uangpelaporan
(1)
4 Perusahaan yang tidak menerbitkan secaralengkap laporan keuangan nya dan laporanauditor independen tahun sebelumnya
(100)
5 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporankeuangan periode 1 Januari – 31 Desember
(1)
6 Tidak menerbitkan laporan independentahun sebelumnya
(3)
Sampel yang tidak memenuhi kriteria 110 (110)Sampel sesuai kriteria 29
Jumlah Sampel total selama 5 Tahun PeriodePenelitian
29×5145
laporankeuangan
66
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam
penelitian ini:
Tabel 4.2 Tabel Nama Perusahaan Hasil Observasi
TahunNo Nama perusahaan
2005 2006 2007 2008 20091 Aqua Golden Missisippi Tbk √ √ √ √ √2 Barito Pasific Tbk √GC √GC √GC √GC √3 Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ √ √4 Darya-Varia LaboratoriaTbk √ √ √ √ √5 Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ √6 Dynaplast Tbk √ √ √ √ √7 Fajar Surya Wisesa Tbk √GC √ √ √ √8 Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ √ √9 HM Sampoerna Tbk √ √ √ √ √10 Indal Alumunium Industry Tbk √GC √ √ √ √11 Indo Kordsa Tbk √ √ √ √ √12 Jakarta Kyoei Steel Work Tbk √GC √GC √GC √GC √GC13 Merck Tbk √ √ √ √ √14 Mulia Industrindo Tbk √GC √GC √GC √GC √GC15 Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ √16 Multi Prima Sejahtera Tbk √GC √GC √GC √GC √GC17 Mustika Ratu Tbk √ √ √ √ √18 Panasia Filament Inti Tbk √ √GC √GC √GC √GC19 Pelangi Indah Canindo Tbk √GC √GC √ √ √
20Primarindo Asia InfrastructurTbk
√ √ √GC √GC √GC
21 Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ √22 Semen Gresik (Persero) Tbk √ √ √ √ √23 Siantar Top Tbk √ √ √ √ √24 Sierad Produce Tbk √GC √GC √GC √ √25 Suparma Tbk √ √ √ √ √26 Surya Intrindo Makmur Tbk √GC √GC √GC √GC √GC27 Tempo Scan Pasific Tbk √ √ √ √ √28 Tiga Pilar Sejahtera Tbk √ √ √ √ √29 Trias Sentosa Tbk √GC √ √ √ √
Total 145 Laporan Keuangan 29 29 29 29 29Sumber: data sekunder yang diolah.
67
Catatan:
√GC : mendapatkan opini going concern (GCAO)
√ : tidak mendapatkan opini going concern (NGCAO)
Dibawah ini tabel distribusi observasi berdasarkan opini audit yang
memberikan gambaran mengenai perusahaan sampel dalam penelitian ini yang
menerima opini audit going concern dan non going concern selama periode
penelitian.
Tabel 4.3 Distribusi Observasi Berdasarkan Opini Audit
Opini 2005 2006 2007 2008 2009 TotalGCAO 10 34% 8 28% 8 28% 7 24% 6 21% 39 27%NGCAO 19 66% 21 72% 21 72% 22 76% 23 79% 106 73%Total 29 100% 29 100% 29 100% 29 100% 29 100% 145 100%
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menyajikan mengenai frekuensi data perusahaan yang
menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern
per tahun penelitian, mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Secara rata-
rata dapat disimpulkan bahwa sebanyak 27% perusahaan menerima opini audit
going concern atau sebanyak 39 laporan keuangan perusahaan. Sedangkan
106 laporan keuangan perusahaan atau 73% dari total sampel pada perusahaan
yang sama tidak menerima opini audit going concern. Jadi dapat dikatakan
bahwa secara keseluruhan, mayoritas perusahaan sampel memperoleh opini
audit non going concern yang berarti mempunyai kondisi keuangan yang baik
sehingga mampu mempertahankan kegiatan usahanya. Berikut statistik
deskriptif masing-masing variabel dalam penelitian ini:
68
1. Audit Lag
Berikut ini tabel distribusi audit lag terhadap pemberian opini going
concern oleh auditor yang akan memberikan gambaran mengenai audit lag
setiap perusahaan sampel dalam penelitian ini, baik yang mendapatkan
opini going concern maupun non going concern
Tabel 4.4Distribusi Audit Lag Terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern Oleh Auditor
Audit lag GCAO % NGCAO %<90 hari 34 87% 99 93%Audit lag GCAO % NGCAO %>90 hari 5 13% 7 7%
Total 39 100% 106 100%Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.4 menyajikan mengenai frekuensi data perusahaan yang
menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going
concern jika dilihat dari jumlah hari antara tanggal tahun buku perusahaan
(31 Desember) hingga diterbitkannya laporan auditor independen (audit
lag). Berdasarkan tabel diata, dari 39 sampel yang menerima opini audit
going concern, 34 diantaranya memiliki audit lag kurang dari 90 hari dan
sisanya memiliki audit lag lebih dari 90 hari.
2. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya
cenderung mempengaruhi pemberian opini audit tahun berjalan oleh
auditor, hal tersebut dapat dilihat dari tabel frekuensi opini audit tahun
sebelumnya yang disajikan dibawah ini.
69
Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini
Opini tahunsebelumnya
Non goingconcern (NGC)
Going concern(GC)
Total
Non goingconcern (NGC)
96(97%)
3(3%)
99(100%)
Going concern(GC)
10(22%)
36(78%)
46(100%)
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.5 menunjukan bagaimana opini yang terbit pada tahun
sebelumnya berpengaruh besar pada pemberian opini yang sama pada
tahun berjalan, dengan catatan bahwa mengalami kejadian yang
berdampak pada tahun berikutnya yaitu sebanyak 36 laporan keuangan
(78%) dibandingkan perusahaan yang sebelumnya tidak mendapatkan
opini going concern sebanyak 10 laporan keuangan (22%).
3. Kondisi Keuangan Perusahaan
Pada variabel kondisi keuangan digunakan analisis rasio keuangan
dengan menggunakan metode analisis The Springate model tahun 1978
dengan persamaan S = 1.03 A + 3.07 B + 0.66 C + 0.4 D dimana,
A = working capital/total asset
B = Net profit before interest and tax/total asset
C = Net profit before tax/current liability
D = Sales/total asset
70
Springate mengemukakan nilai cut off yang berlaku untuk model
ini adalah 0,862 menunjukan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan
mengalami financial distress. Penjelasan mengenai rasio keuangan dengan
metode The Springate model adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas : working capital to total asset
Merupakan rasio untuk mengukur perbandingan Working
Capital (Aktiva Lancar –Kewajiban Lancar) dengan total aktiva. Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Yang termasuk aktiva lancar dalam perusahaan
manufaktur adalah kas dan setara kas, piutang usaha, persediaan, pajak
dibayar dimuka, biaya dibayar dimuka, dan aktiva lancar lain-lain.
sedangkan yang termasuk dalam kewajiban lancar adalah hutang usaha,
hutang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, hutang
jangka panjang yang dalam waktu satu tahun, uang muka pelanggan
yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, bagian pinjaman
investasi jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dan
sebagainya.
b. Rasio Profitabilitas: Net profit before interest and tax to total asset dan
Net profit before tax to current liability
Rasio Net profit before interest and tax/total asset mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan.
71
c. Rasio Aktivitas: Sales to total asset
Rasio sales to total asset menunjukan efektivitas penggunaan
seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan.
Penjualan pada perusahaan manufaktur terdiri dari penjualan ekspor,
lokal maupun kepada pihak ketiga.
Tabel 4.6 Distribusi OGC Dan NOGC Berdasarkan Kondisi Keuangan
Menerima Opini Going ConcernWorking capital Earning after tax
- 20 21+ 19 18
Tidak Menerima Opini Going ConcernWorking capital Earning after tax
- 17 2+ 89 104
Tabel 4.4 menampilkan secara ringkas mengenai distribusi
kondisi keuangan perusahaan baik yang menerima opini going concern
maupun yang tidak menerima opini going concern, jika dilihat dari total
modal kerja dan laba rugi tahun berjalan.
Kondisi keuangan perusahaan dikatakan bermasalah jika
perusahaan memiliki total modal negatif, arus kas negatif, pendapatan
operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian pada tahun berjalan, dan
defisit saldo laba tahun berjalan. Jika dilihat dari tabel 4.4 diatas, dari
39 perusahaan yang menerima opini audit going concern, 20
diantaranya memiliki total modal kerja yang negatif, dan 21 perusahaan
memiliki laba negatif. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
72
bahwa mayoritas perusahaan yang menerima opini going concern
memiliki modal kerja negatif dan laba negatif.
4. Pertumbuhan Perusahaan
Pada variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
pertumbuhan laba, baik pada perusahaan yang mengalami going concern
maupun yang non going concern sama-sama mengalami pertumbuhan laba
yang positif dari tahun ketahunnya dengan total 82 laporan keuangan.
Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Pertumbuhan Laba
Keterangan GoingConcern
Non GoingConcern
Total %
PertumbuhanLaba (Positif)
14 68 82 57%
PertumbuhanLaba (Negatif)
25 38 63 43%
Total 145 100%Sumber: data sekunder yang diolah
Peningkatan laba yang terlihat pada tabel diatas mengartikan
bahwa faktor pertumbuhan laba pada perusahaan tidak mempengaruhi
pemberian opini going concern dan non going concern pada perusahaan
oleh auditor. Pada perusahaan manufaktur, Pertumbuhan laba ditentukan
salah satunya oleh faktor penjualan yang dihasilkan perusahaan, dan
penjualan pada perusahaan manufaktur adalah faktor yang dipengaruhi
oleh siklus, dianalogikan pada penjualan jas hujan atau payung yang
meningkat pada musim hujan maka sebaliknya akan menurun pada musim
kemarau dan peningkatan penjualan sirup meningkat pada bulan ramadhan
atau menjelang hari raya dan cenderung flat pada saat bukan bulan
73
ramadhan atau pada saat hari raya, sehingga peningkatan penjualan juga
akan meningkatkan laba perusahaan. Penyebab inilah yang tidak bisa
dikatakan bahwa perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan laba
negatif adalah perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan
atau dalam keadaan sehat dengan catatan bahwa perusahaan tidak dapat
menghasilkan cash flow positif yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasinya kedepan.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar
atau kecilnya perusahaan sampel. Berikut ini tabel yang menyajikan
statistik deskriptif ukuran perusahaan antara perusahaan yang menerima
opini audit going concer dan non going concern.
Tabel 4.8Statistik Deskriptif
NGCAOMin Max Mean Std Deviasi
X1 12 102 73.68 16.435X2 0 1 .09 .294X3 .0000 9.0000 .905660 1.5948029X4 -13.0000 2.3426 2.2410 2.2751065X5 23.0000 30.0000 2.7169 1.2147Total
GCAOMin Max Mean Std Deviasi
X1 33 91 79.69 11.197X2 0 1 .92 .270X3 -460000 9.0000 -2.0000 8.0262726X4 -77.0000 641.0000 1.3820 103.8865454X5 23.0000 30.0000 2.7307 1.489504Total
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011
74
Dalam tabel 4.8, variabel ukuran perusahaan (X5) pada perusahaan
yang going concern memiliki nilai rata-rata 2.7307, sedangkan pada
perusahaan yang non going concern memiliki nilai rata-rata 2.7169. hasil
ini sama dengan penelitian Ramadhany (2004) dan Santosa (2007) yang
menyatakan bahwa nilai rata-rata perusahaan hampir sama sehingga dapat
dikatakan bahwa ukuran perusahaan yang menerima opini going concern
dan yang tidak menerima opini going concern secara rata-rata dapat
dikatakan sama.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan model regresi logistik. Regresi
logistik digunakan untuk menguji pengaruh audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan
ukuran perusahaan. Pengujian dilakukan pada tingkat signifikansi (α) 5
persen (5%).
2. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model
regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi
logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness and fit test yang diukur
dengan nilai chi-square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow.
75
Tabel 4.9 tabel uji kelayakan model regresi
Homser and Lemeshow test
Step Chi-square Df Sig.
1 6.820 8 .556
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.9 menunjukan hasil pengujian homser and lemeshow.
Dengan probabilitas signifikansi menunjukan angka 0,556, nilai signifikansi
yang diperoleh lebih besar daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak
(diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam
analisis selanjutnya, karna tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi
yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
3. Hasil Uji Keseluruhan Model (overall model fit)
Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall
model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log
likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 log
likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan atau
selisih antara -2LL awal (initial -2 LL fungtion) dengan nilai -2LL pada
langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data ( Ghozali, 2009).
Tabel 4.10Tabel Uji Keseluruhan Model dengan Data
-2LL awal (block number = 0) 168,846-2LL akhir (block number = 0) 50,339Sumber: data sekunder yang diolah
76
Tabel 4.10 menunjukan perbandingan antara nilai -2 LL awal
dengan -2 LL akhir. Perhatikan angka -2LL, pada -2LL awal (block
number = 0) dengan nilai 168,846 sedangkan pada -2LL akhir (block
number = 1) yang mengalami penurunan menjadi 50,339. Penurunan -2 log
likelihood ini menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata
lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.11Tabel Variabilitas Variabel Dependen dengan Variabel Independen
Nagelkerke R Square
Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke RSquare
1 50,339 .558 .812Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.11 menunjukan nilai Nagel Kerke R Square. Nilai
Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada
regresi berganda (Ghozali, 2009). Dilihat dari hasil output pengolahan data
nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,812 yang berarti variabelitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
sebesar 81,2%, sisanya 19,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar
model penelitian, seperti opinion shopping yang dilakukan oleh Praptitorini
(2007), rasio laverage yang dilakukan oleh Januarti (2008), dan reputasi
auditor yang dilakukan oleh Rudyawan (2009).
77
5. Hasil Uji Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala
korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas
menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi
antar variabel independen didalam penelitian ini audit lag (X1), opini audit
tahun sebelumnya (X2), kondisi keuangan perusahaan (X3), pertumbuhan
perusahaan (X4), dan ukuran perusahaan (X5). Tabel 4.12 menunjukan
korelasi antar variabel independen didalam penelitian ini. Matriks korelasi
diatas menunjukan tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius antar
variabel bebas masih jauh dibawah 0,8.
Tabel 4.12 Tabel Matriks Korelasi
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Constant 1.000 .092 .331 -.339 -.093 -.963
X1 .092 1.000 .324 -.137 -.118 -.348
X2 .331 .324 1.000 -.224 -.125 -.441
X3 -.339 -.137 -.224 1.000 .368 .329
X4 -.093 -.118 -.125 .368 1.000 .109
Step 1
X5 -.963 -.348 -.441 .329 .109 1.000
Sumber: data sekunder yang diolah
6. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going
concern pada auditee.
78
Tabel 4.13 Tabel Matriks Klasifikasi
PediksiOpini
Observasi
NGCAO GCAO%
101 5 95,3Step 1 Opini NGCAO GCAO 5 34 87,2
a. the cut value is, 500 93,1Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.13 menunjukan kekuatan prediksi dan model regresi untuk
memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada
laporan keuangan auditee adalah sebesar 87,2%. Hal ini berarti bahwa
dengan menggunakan model regresi yang diajukan pada 34 laporan
keuangan auditee (87,2%) yang diprediksi akan menerima opini audit
going concern (GCAO) dari total 39 laporan keuangan auditee atau 12,8
persen (12,8%) yang menerima opini audit going concern. Kekuatan
prediksi model untuk penerima opini audit non going concern adalah
sebesar 95,3 persen, yang berarti bahwa model regresi yang diajukan ada
101 laporan keuangan auditee (95,3%) yang diprediksi akan menerima
opini audit non going concern (NGCAO) dari total 106 laporan keuangan
auditee atau 4,7 persen (4,7%) yang menerima laporan audit non going
concern.
79
7. Hasil Uji Koefisien Regresi
Tabel 4.14Tabel Uji Koefisien Regresi
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
X1 .045 .029 2.297 1 .130 1.046
X2 4.691 .881 28.356 1 .000 108.930
X3 -2.190 .808 7.347 1 .007 .112
X4 -.004 .006 .394 1 .530 .996
X5 -.885 .334 7.032 1 .008 .413
Step 1a
Constant 18.303 8.542 4.591 1 .032 8.890E7a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.Signifikansi pada level 5% atau 0,05
Tabel 4.14 menunjukan hasil pengujian dengan regresi logistik
pada tingkat signifikansi 5 persen (5%). Dari pengujian persamaan regresi
logistik diatas maka dapat diperoleh model regresi logistik sebagai berikut:
Hipotesis 1: Audit lag berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian
opini going concern oleh auditor.
Dari segi regulasi di Indonesia, sejak dikeluarkannya Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor
40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala dan Laporan Tahunan perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) terutama sektor manufaktur berusaha melaporkan
laporan keuangannya tepat pada waktunya yaitu batas akhir sebelum
tanggal 31 Maret (90 hari), hal tersebut lebih cenderung untuk menghindari
sangsi adminiatrasi atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
80
Audit lag perusahaan yang lebih panjang kemungkinan juga karena
jenis industri manufaktur yang lebih kompleks daripada jenis industri
lainnya, seperti jasa dan dagang, sehingga menambah waktu bagi pekerjaan
auditor dalam mengaudit industri manufaktur.
Variabel audit lag menunjukan nilai koefisien positif sebesar 0,045
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,130 (13,0%) lebih besar dari 0,05
(5%). Kesimpulan yang dapat diambil adalah hipotesis 1 (H1) ditolak,
dengan demikian terbukti bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap
secara signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.
Hasil penelitian empiris ini sejalan dengan penelitian Praptitorini
(2007) yang menemukan bukti empiris bahwa audit lag belum memberikan
bukti konsisten akan pengaruhnya pada peerimaan opini going concern di
Indonesia.
Hipotesis 2: Opini audit tahun sbelumnya berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.
Variabel opini audit tahun sebelumnya menunjukan nilai koefisien
positif sebesar 4,691 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (5%). Dapat disimpulkan bahwa hipotesa 2 (H2) berhasil diterima,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini wajar dengan
bahasa penjelasan mengenai kelangsungan usaha (going concern) oleh
auditor. Hasil ini konsisten dengan penelitian Setyarno (2006), Praptitorini
(2007), Santosa (2007), dan Januarti (2008) yang menyatakan bukti empiris
bahwa opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya
81
menjadi pertimbangan auditor untuk memberikan kembali opini audit
going concern pada tahun berikutnya.
Hipotesis 3: kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor
Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan
The Springate Model tahun 1978 dengan menilai tingkat rasio likuiditas,
profitabilitas, dan aktivitas didalamnya yang memprediksi kebangkrutan
menunjukan nilai koefisien sebesar -2,190 pada tingkat signifikansi
dibawah 5% yaitu 0,007 (0,7%). Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dari model prediksi kebangkrutan The Springate
Model menunjukan hasil yang signifikan (nilai signifikansi 0,007 lebih
kecil dari 0,05) bahwa model ini yang digunakan sebagai proksi dari
kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan
pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai
keberlangsungan usaha (going concern) oleh auditor.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 (H3)
diterima. Hasil ini mendukung penelitian oleh setyarno (2006), Santosa
(2007) yang menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan
perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk
memberikan opini audit going concern, karna auditor hanya akan
memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau mengalami
kesulitan dalam melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.
Hipotesis 4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini going concern oleh auditor
82
Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
pertumbuan laba menunjukan nilai koefisien negatif sebesar -0,004 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,530 (53,0%) lebih besar dari 0,05 (5%).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah hipotesis 4 (H4) ditolak, dengan
demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan laba tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh auditor.
Hasil penelitian empiris ini sejalan dengan penelitian Santosa
(2007) yang menemukan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan laba
positif tidak dapat menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit
going concern. Dari 145 sampel penelitian yang diamati rata-rata dari rasio
pertumbuhan laba kelompok auditee dengan opini going concern maupun
tidak going concern mengalami pertumbuhan laba yang positif sebanyak
82 sampel dari 145 sampel yang diamati dan sisanya 63 sampel dari 145
sampel mengalami pertumbuhan laba negatif.
Hipotesis 5: Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
pemberian opini going concern oleh auditor
Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien yang negatif
dengan nilai signifikan 0,008 lebih kecil dari 0,05 (5%). hal ini berarti
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian
opini going concern oleh auditor atau dapat dikatakan bahwa hipotesis
kelima diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian Santosa (2007) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh audit lag, opini
audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going
concern oleh auditor. Populasi pada penelitian ini merupakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dipublikasikan pada
website Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 dan terdapat 145 sampel
data emiten yang dapat diolah. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan
dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan
menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel audit lag tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern oleh auditor, dan kesimpulan ini
sejalan dengan penelitian Praptitorini (2007).
2. Variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai
kelangsungan usaha (going concern) oleh auditor dan kesimpulan ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno (2006),
Praptitorini (2007), dan Santosa (2007), dan Januarti (2008).
84
3. Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan the
springate model 1978 berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini
audit wajar dengan bahasa penjelasah mengenai kelangsungan usaha
(going concern). Kesimpulan ini sejalan dengan penelitian Setyarno
(2006) dan Santosa (2007).
4. Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan
laba tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini
audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai kelangsungan usaha
(going concern) oleh auditor, dan kesimpulan ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Santosa (2007).
5. Variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset
berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit wajar dengan
bahasa penjelasan mengenai kelangsungan usaha (going concern) oleh
auditor, dan kesimpulan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Santosa (2007).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, menunjukan bahwa variabel opini
audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern
oleh auditor. Status going concen perusahaan sangat penting mengingat
banyak pihak yang akan dirugikan ketika status going concern perusahaan
terganggu. Disinilah dibutuhkan peran auditor dalam memberikan penilaian
85
keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan dimasa yang akan datang agar mempertimbangkan faktor
dari kondisi keuangan auditee yang diproksikan dengan the springate model
1978, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset auditee, dan
opini audit tahun sebelumnya. Selain itu, Bagi investor yang akan
menanamkan investasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI) terutama pada sektor
industri manufaktur dapat menggunakan perhitungan the springate model
1978, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi dan tidak menggunakan audit lag serta rasio
pertumbuhan laba perusahaan dalam menilai baik buruknya kondisi
perusahaan pada sektor manufaktur.
C. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin
dapat melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel, yaitu 3 variabel keuangan
(kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran
perusahaan) serta 2 variabel non keuangan (audit lag dan opini audit tahun
sebelumnya).
2. Periode pengamatan hanya 5 tahun sehingga kurang merefleksikan tren
pemberian opini going concern dalam jangka panjang dan kondisi terbaru.
86
D. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Menambahkan variabel baru seperti debt default dan rasio keuangan lain
sehingga hasil penelitian akan lebih dapat memprediksi penerbitan opini
audit going concern yang lebih tepat.
2. Jumlah tahun maupun banyaknya sampel lebih diperbanyak sehingga
dapat merefleksikan tren pemberian opini going concern dari tahun ke
tahun.
87
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh KAP”, Edisi Ketiga,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Jakarta, 2004.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing and AssuranceServices An Integrated Approach”, 13thedition, Pearson Education Inc,Upper Saddle River, New Jersey, 2010.
Ariandi, Irfan. “Analisis Opini Going concern Pada Kondisi Keuangan DanPertumbuhan Perusahaan (analisis nilai probit): Studi Empiris PadaPerusahaan Perdagangan Besar di BEI”. Skripsi UIN. 2009.
Boynton, William C.and Raymond N. Johnson.“Modern Auditing: AssuranceServices and The Integrity of Financial Reporting”, 8thedition, JohnWiley&Sons Inc., United States of America, 2006.
Buletin Bisnis. “Daftar Akuisisi Dan Marger Bank Di Indonesia”.http://bataviase.co.id/node/531452
De Geus, Arrie “The Living Company.” Nicholas Brealey Publishing. London.1997.
Fany, Margaretta & Silvia Saputra. “Opini Audit Going concern;KajianBerdasarkan Prediksi Model Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,Dan Reputasi Kantor Akuntan Public (Studi Pada Emiten Bursa EfekJakarta).”Simposium Nasional Akuntansi. Vol 8. 2005.
Feldmenn, Dorothy, J. & William J Read. “Auditor Conservatism After Enron”.A Journal Apractice & Theory. Vol 29. No 1. 2010.
FX6.Net. “22 Kebangkrutan Terbesar Dalam Sejarah Dunia.”http://www.fx6.net/technical/2693-22-largest-bankruptcies-world-history.html
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. CetakanIV. BP Universitas Diponegoro. Semarang. 2009.
Gray, Lain Dan Stuart Manson. “the audit process, principles, practice and case.Second edition. Thomson lerning.2000.
Gujarati, Damodar, N. “basic econometric”.McGraw Hill.2003.
Halim, Abdul. “Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi 4, UnitPenerbit Dan Percetakan (UPP) STIM YKPN, Yogyakarta, 2008.
88
Hani, Cleary dan Mukhlasin. “Going concern dan opini audit : suatu studi padaperusahaan perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi VI.2003.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan” Jakarta: SalaembaEmpat. 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Professional Akuntan Publik”. Jakarta :Salemba Empat. 2001.
Ikhsan, Arfan. “Metodologi Penelitian Akuntansi Keprilakuan”. Graham ilmu.Yogyakarta.2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.”Metodologi Penelitian Bisnis”. EdisiPertama. BPFE. Yogyakarta.2002.
Januarti, Indira & Ella Fitrianasari. “Analisis Rasio Keuangan Dan NonKeuangan Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini AuditGoing concern Pada Auditee: Studi Empiris Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar di BEJ tahun 2000-2005.” Jurnal maksi. Vol VIII. No 1.2008.
Kell, W.G., R.N. Johnson dan W.C. Boynton. “Modern Auditing”. edisi ketujuh.Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.
Komalasari, Agrianty.“Analisis Pengaruh Kualitas Auditor Dan Proksi Goingconcern Terhadap Opini Auditor”, jurnal akuntansi keuangan, vol.9,No.2, 2004.
Lennox, Clive S. “Going Concern Opinion In Falling Companies: AuditorDependence And Opinion Shoppng”. University Of Bristol. UK. 2000.
Menon, Krishnagopal & David D, William. “Investor Reactions To Goingconcern Audit Report.”The Accounting Review. Vol 85. No 6. 2010.
Payatma, & Dodi Setiawan. “Analisis Pengaruh Marger Dan Akuisisi TerhadapKinerja Perusahaan Public Di Indonesia. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia. Vol 7. No 3. 2004.
Petronela, Thio. “Pertimbangan Going concern Perusahaan Dalam PemberianOpini Audit.” Jurnal balance. 2004.
Pramudita, Brian. “Analisis Factor Determinan Atas Pemberian Opini AuditGoing concern Oleh Auditor”: Studi Empiris Pada PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar di BEI”. Skripsi UIN. 2010.
89
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. “Pengaruh Kualitas Audit, KondisiKeuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, PertumbuhanPerusahaan Terhadap Opini Audit Going concern : Suatu Studi KasusPerusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI.” Symposium NasionalAkuntansi ke X. 3-4. 2007.
RenneR.A Kawilarang. “Japan Airlines Akhirnya Mengaku Bangkrut”.http://dunia.vivanews.com/news/read/122685japan_airlines_akhirnya_mengaku_bangkrut
Rudyawan, Arry Pratama & I Dewa Nyoman Badera. Opini Audit Going concern:Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, PertumbuhanPerusahaan, Laverage, Dan Reputasi Auditor.” Jurnal Akuntansi DanBisnis. Vol 2. No 2. 2009.
Ruiz, Emiliano. Andres Guiral dan Helen Choy. “The Value Relevance Of TheQualified Going Concern Opinion”. Centro Internacional De FormaciónFinanciera (Ciff) Foundation: Spanish. 2007.
Santosa, Agra Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. “Analisis Factor-FaktorYang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Goingconcern”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, vol XI No 2. Desember. 2007.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit,Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern”.Symposium Nasional Akuntansi ke IX. No 12. 2006.
Solikah, badingatus “pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhanperusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit goingconcern”, fakultas ekonomi universitas negeri semarang, 2007.
Sumodiningrat, Gunawan. “Ekonometrika Pengantar”, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Weston, J. Fred & Eugene F. Bringham. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Jilid 1. Edisi Ke-9. Erlangga :Jakarta. 2007
William, Messier F. Glover. M .Steven & Prawitt. F. Douglas. Auditing AndAssurance Services A Systematic Approach. 4th Edition. McGraw-Hill.2006.
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91
Daftar Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan1. SMCB Holcim Indonesia Tbk2. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk3. SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk4. ARNA Arwana Citramulia Tbk5. AMFG Asahimas Flat Glass Tbk6. IKAI Inti Keramik Alamasri Industri Tbk7. MLIA Mulia Industrindo Tbk8. KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk9. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk10. ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk11. BTON Beton Jaya Manunggal Tbk12. CTBN Citra Tubindo Tbk13. GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk14. INAI Indal Alumunium Industry Tbk15. ITMA Itamaraya Tbk16. JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk17. OFRS Jaya Pari Steel Tbk18. LION Lion Metal Works Tbk19. LMSH Lionmesh Prima Tbk20. PICO Pelangi Indah Canindo Tbk21. NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk22. TBMS Tembaga Mulia Semanam Tbk23. BRPT Barito Pacific Tbk24. BUDI Budi Acid Jaya Tbk25. DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk26. EKAD Ekadharma International Tbk27. SRSN Indo Acidatama Tbk28. INCI Intanwijaya Internasional Tbk29. SOBI Sorini Agro Asia Corporinndo Tbk30. TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk31. UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk32. AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk33. AKPI Argha Karya Prima Industries Tbk34. APLI Asiaplast Industries Tbk35. BRNA Berlina Tbk36. DYNA Dynaplast Tbk37. IGAR Kageo Igar Jaya Tbk38. SIAP Sekawan Intipratama Tbk39. SIMA Siwani Makmur Tbk40. FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk41. TRST Trias Sentosa Tbk
92
Lanjutan Tabel Perusahaan ManufakturNo. Kode Perusahaan Nama PerusahaanNo. Kode Perusahaan Nama Perusahaan42. TALFA Tunas Alfin Tbk (A)*43. TALFB Tunas Alfin Tbk (B)*44. YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk45. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk46. JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
47. MAIN Malindo Feedmill Tbk48. SIPD Sierad Produce Tbk49. DSUC Daya Sakti Unggul Corporation Tbk*50. SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk51. TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk52. FASW Fajar Surya Wisesa Tbk53. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk54. KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk55. TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk56. SPMA Suparma Tbk57. SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk58. INRU Toba Pulp Lestari Tbk59. SQMI Allbond Makmur Usaha Tbk60. ASII Astra International Tbk61. AUTO Astra Otoparts Tbk62. GJTI Gajah Tunggal Tbk63. GDYR Goodyear Indonesia Tbk64. BRAM Indo Kordsa Tbk65. IMAS Indomobil Sukses International Tbk66. INDS Indospring Tbk67. LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk68. MASA Multistrada Arah Sarana Tbk69. NIPS Nipress Tbk70. PRAS Prima Alloy Steel Tbk71. SMSM Selamat Sempurna Tbk72. MYTX Apac Citra Centertex Tbk73. ARGO Argo Pantas Tbk74. CNTX Centex (Preferred Stock) Tbk75. CNTB Centex Saham Seri B Tbk76. DOID Delta Dunia Makmur Tbk77. ERTX Eratex Djaja Tbk78. ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk79. MYRX Hanson International Tbk80. MYRXP Hanson International Seri B Tbk81. INDR Indorama Synthetics Tbk82. KARW Karwell Indonesia Tbk
93
Lanjutan Tabel Perusahaan ManufakturNo. Kode Perusahaan Nama Perusahaan83. UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk84. PBRX Pan Brothers Tex Tbk85. PAFI Panasia Filamet Inti Tbk86. HDTX Panasia Indosyntec Tbk87. ADMG Polychem Indonesia Tbk88. POLY Asia Pacific Fibers Tbk89. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk90. RDTX Roda Vivatex Tbk91. SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk92. TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk93. UNTX Unitex Tbk94. BIMA Primarindo Asia Infrastructur Tbk95. BATA Sepatu Bata Tbk96. SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk97. JECC Jembo Cable Company Tbk98. KBLM Kabelindo Murni Tbk99. KBLI KMI Wire and Cable Tbk100. SCCO Sucaco Tbk101. IKBI Sumi Indo Kabel Tbk102. VOKS Voksel Electric Tbk103. PTSN Sat Nusapersada Tbk104. ADES Akasha Wira International Tbk105. AQUA Aqua Golden Missisippi Tbk106. CEKA Cahaya Kalbar Tbk107. DAVO Davomas Abadi Tbk108. DLTA Delta Djakarta Tbk109. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk110. MYOR Mayora Indah Tbk111. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk112. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk113. SKBM Sekar Bumi Tbk*114. SKLT Sekar Laut Tbk115. STTP Siantar Top Tbk116. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk117. ULTJ Ultrajaya Milk Tbk118. BATI Bat Indonesia Tbk119. RMBA Bentoel International Investama Tbk120. GGRM Gudang Garam Tbk121. HMSP HM Sampoerna Tbk122. SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia (Ps) Tbk123. SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk124. DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk125. INAF Indofarma Tbk
94
Lanjutan Tabel Perusahaan ManufakturNo. Kode Perusahaan Nama Perusahaan126. KLBF Kalbe Farma Tbk127. KAEF Kimia Farma Tbk128. MERK Merck Tbk129. PYFA Pyridam Farma Tbk130. SCPI Schering Plough Indonesia Tbk131. TSPC Tempo Scan pacific Tbk132. TCID Mandom Indonesia Tbk133. MRAT Mustika Ratu Tbk134. PROD Sara Lee Bodycare Indonesia Tbk*135. UNVR Unilever Indonesia Tbk136. KICI Kedaung Indah Can Tbk137. KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk138. LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk139. ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
Sumber: Data dari PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal)Keterangan (*): Delisted Company
95
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan1 0 70 0 1.209825462 -0.297352662 27.31711292 1 82 1 0.559771004 -5.793831851 28.459699863 0 87 0 0.225645905 0.532930108 27.609385754 0 48 0 1.535785895 0.436959863 27.034326985 0 59 0 1.23901506 0.457199229 27.010723776 0 83 0 0.127159287 -0.567340262 27.702142557 1 70 0 0.174076606 0.243822374 28.689438938 0 84 0 0.208300299 -1.290076222 26.837175099 0 80 0 1.952821631 0.196407163 30.1104628610 1 84 1 0.190490445 -9.678127673 26.8902237611 0 53 1 1.043770707 1.816860956 28.1671372812 1 75 1 -1.826258037 -1.254978947 26.3912376113 0 16 1 3.219614379 0.008063224 26.1079174714 1 87 1 -0.977558405 0.229068416 29.045900515 0 53 1 0.295028834 -0.003424461 27.0783052216 1 91 1 -0.31900714 2.320734232 25.4859431617 0 80 0 0.820680169 -0.352887074 26.3953735418 0 87 0 -0.157720152 -0.424508423 27.2651829319 1 33 1 0.096061104 -1.372167407 26.2492895820 0 91 0 0.264122657 -0.318341528 29.6353799421 0 54 0 0.190964529 -0.072130386 25.0612214322 0 102 1 1.13796548 1.009307779 29.6184794423 0 84 0 0.414918279 -0.628087274 26.8917117924 1 83 1 -0.180694104 -0.206461713 27.7775198325 0 75 0 0.059973189 -1.128133966 27.9088184426 1 84 1 -0.275648068 0.424607245 25.5971607527 0 69 0 1.301995065 -0.081303676 28.483630428 0 89 0 0.092098302 -0.614429427 26.603200229 1 80 1 0.144974388 -0.432809194 28.37508202
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan1 0 86 0 1.086785011 -0.240811462 27.401914842 1 59 1 -0.083563715 -0.989530917 28.184412023 0 86 0 0.415153539 8.065322227 27.56018444 0 53 0 1.349953897 -0.266396769 27.046437075 0 75 0 1.027607746 -0.232620951 27.081820856 0 75 0 0.00898684 -1.32401273 27.747866417 0 67 1 0.327215271 16.45495647 28.861214668 0 83 0 0.718057349 -4.503341015 26.843235669 0 83 0 2.603795614 0.481490651 23.2616977710 0 87 1 0.632198926 -1.603584895 27.0045271711 0 73 0 0.626734825 -0.84674039 28.0564020712 1 81 1 0.779683342 -0.476186654 26.2972917513 0 12 0 3.967700209 0.499785693 26.3676482414 1 88 1 -1.595404354 641.9997475 28.9607799115 0 80 0 0.004324489 -0.154377457 27.1374409316 1 89 1 -0.099604195 -0.916928032 25.4122786717 0 72 0 0.884216783 0.068881334 26.39922818 1 89 0 -0.184162461 0.251788025 27.2215638219 1 80 1 0.174887773 0.059375485 26.3244009220 0 73 0 0.801941444 2.277792892 29.8049753621 0 54 0 0.266605385 0.301849722 25.1436387922 0 89 0 1.590610278 0.266927772 29.6454465723 0 80 0 0.490998035 0.356273195 26.8706461924 1 82 1 0.564074779 -1.334371711 27.7387952225 0 88 0 0.387884773 1.858339055 27.9541430726 1 75 1 -0.281365876 -0.287562305 25.706339527 0 68 0 1.153455973 -0.081666976 28.5389774828 0 76 0 0.317167495 2.756215029 26.6202343929 0 83 1 0.303023189 0.579034496 28.33435531
Analisis Data Tahun2005
Analisis Data Tahun2006
96
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan1 0 88 0 2.02630396 0.349188561 27.516204462 1 79 1 0.876409699 5.19321688 23.55129633 0 87 0 0.894139165 1.233146339 28.026874184 0 60 0 1.649122388 -0.049340312 27.052863285 0 79 0 1.442381143 0.093486692 27.107379096 0 86 0 0.597219691 -1.115713002 27.747370617 0 72 0 0.763366939 0.198979154 28.957986938 0 58 0 0.96868623 0.669472498 27.085709879 0 79 0 2.608789904 0.026491507 30.383441710 0 79 0 0.901880535 -0.973333364 26.9026853111 0 86 0 1.187910123 1.13764915 28.0724086412 1 74 1 0.152035671 -7.291511621 26.3936282113 0 53 0 3.318184004 0.038674773 26.5255721914 1 77 1 -1.102771701 0.988074095 28.9720420115 0 64 0 0.869689046 0.146831383 27.1559406216 1 60 1 1.520454199 -20.20345431 25.6595559317 0 77 0 1.244678154 0.223585331 26.4790008418 1 86 1 -0.099477851 0.311143447 27.1305549419 0 70 1 0.49793216 3.541029629 26.8388933620 1 88 0 1.007188581 1.08484857 25.2997982621 0 60 0 0.803886966 0.008140148 25.2995976422 0 77 0 2.189742559 -0.998629579 29.7728771423 0 74 0 0.805119328 0.081017354 26.9721750424 1 80 1 1.314202814 -0.482429576 27.8893563225 0 67 0 0.70231114 0.176194534 28.0377467126 1 60 1 -0.036576604 -0.563217739 25.491230527 0 86 0 1.651922294 0.021182171 28.6509995228 0 30 0 0.26226623 120.3549352 26.9686146629 0 79 0 0.457363363 -0.31589605 28.39135518
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan1 0 90 0 1.190836738 0.24917906 27.634502982 1 80 1 -0.307824945 -77.34244268 30.478469193 0 85 0 0.17268804 -0.285769972 28.16091384 0 49 0 1.465129122 0.41871274 27.181072395 0 80 0 1.44000831 0.769556266 27.271909986 0 87 0 0.028401705 -0.996376927 27.842095547 0 79 0 0.381223823 -0.700304876 28.944354378 0 72 0 0.183605976 -0.980847433 27.653104679 0 80 0 1.878121878 0.074851173 30.4119387410 0 83 0 0.310307196 2.013148103 27.1568569811 0 85 0 0.802670249 1.420910297 28.1454999412 1 86 1 -0.080716321 -0.145304951 26.4281971813 0 50 0 3.553568274 0.09718627 26.6503638314 1 76 1 -1.89734456 -0.251493861 28.9482380415 0 70 0 0.880904629 1.6344374 27.5706222816 1 90 1 0.355514036 -0.735876875 25.9324233617 0 83 0 1.126535804 1.002699702 26.5947654718 1 90 1 -0.756677811 1.600218705 27.089464419 0 77 0 0.263176148 0.521550651 27.1009507720 1 85 1 -1.311999617 -3.107774405 25.4004695421 0 88 0 0.370943517 0.32428947 25.3148978922 0 72 0 2.410694544 0.421388217 29.9921546723 0 33 0 0.159572074 -0.691146657 27.1638132324 0 80 1 0.521995807 0.285759664 27.956509425 0 33 0 0.291745895 -1.522031348 28.0788441426 1 80 1 -8.403931108 11.6761721 25.113241227 0 85 0 1.204016547 0.151927435 28.7185916928 0 74 0 0.254422672 0.820219544 27.6478366929 0 77 0 0.108895849 2.269535222 28.40060404
Analisis Data Tahun2007
Analisis data tahun2008
97
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan1 0 90 0 1.938238898 0.164884288 27.768350542 0 82 1 0.784762593 -1.160971752 30.426794363 0 83 0 0.779997671 3.439374185 28.100289474 0 48 0 1.499113695 0.020519028 27.387181195 0 83 0 2.783250813 0.510417667 27.357144156 0 82 0 0.51390181 23426.63228 27.886121337 0 61 0 1.446557572 6.570435506 28.931549218 0 62 0 0.84459546 148.110648 27.751139039 0 84 0 3.210611033 0.306026524 30.5055145310 0 84 0 0.139617319 -13.72857495 26.8768831911 0 79 0 1.283467953 -0.239196219 27.9308522912 1 91 1 0.439165741 -1.22468379 26.3252612113 0 54 0 7.005315111 0.487528634 26.7962427114 1 75 1 0.069347938 -2.900592283 28.8061599515 0 63 0 1.999118109 0.531476742 27.6244646716 1 90 1 0.974109506 1.143616394 25.6498646717 0 75 0 1.490365243 -0.057120553 26.6249033718 1 84 1 -0.222409946 -0.906381489 26.8622273219 0 85 0 0.295848179 -0.025333667 27.0197492520 1 86 1 0.892529964 -1.567688564 25.2758877521 0 50 0 0.675197303 0.634113823 25.3278096622 0 77 0 4.220407341 0.318180834 30.1922179223 0 86 0 0.714297474 7.527437287 27.0308549424 0 99 0 0.560272313 0.365529194 28.1265067725 0 90 0 0.577974313 -2.883097135 27.9905382626 1 79 1 -46.14244811 -0.858385281 24.8182479927 0 85 0 1.573780179 0.122615736 28.8136996728 0 100 0 0.421468562 0.317247663 27.928928129 0 78 0 0.683768316 1.479640194 28.28421056
Analisis Data Tahun2009
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 145 100.0
Missing Cases 0 .0
Selected Cases
Total 145 100.0Unselected Cases 0 .0Total 145 100.0a. If weight is in effect, see classification table for the total number ofcases.
Iteration Historya,b,c
CoefficientsIteration -2 Log likelihood Constant
1 169.011 -.924
2 168.846 -.999
3 168.846 -1.000
Step 0
4 168.846 -1.000a. Constant is included in the model.b. Initial -2 Log Likelihood: 168,846
98
Iteration Historya,b,c
CoefficientsIteration -2 Log likelihood Constant
1 169.011 -.924
2 168.846 -.999
3 168.846 -1.000
Step 0
4 168.846 -1.000a. Constant is included in the model.b. Initial -2 Log Likelihood: 168,846c. Estimation terminated at iteration number 4 becauseparameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
Y
Observed 0 1 Percentage Correct
0 106 0 100.0Y
1 39 0 .0
Step 0
Overall Percentage 73.1
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.000 .187 28.503 1 .000 .368
Iteration Historya,b,c,d
CoefficientsIteration -2 Log likelihood Constant X1 X2 X3 X4 X5
1 81.881 2.328 .015 2.820 -.022 .000 -.191
2 65.814 5.673 .031 3.829 -.075 .000 -.391
3 57.907 9.486 .036 4.253 -.452 .000 -.554
4 52.097 14.969 .033 4.272 -1.287 .000 -.734
5 50.711 17.111 .040 4.520 -1.854 .000 -.829
6 50.568 17.852 .043 4.648 -2.085 .000 -.865
7 50.410 18.084 .044 4.665 -2.120 -.002 -.875
8 50.364 18.354 .045 4.686 -2.183 -.004 -.886
9 50.340 18.312 .045 4.690 -2.189 -.004 -.885
10 50.339 18.303 .045 4.691 -2.190 -.004 -.885
Step 1
11 50.339 18.303 .045 4.691 -2.190 -.004 -.885a. Method: Enterb. Constant is included in the model.c. Initial -2 Log Likelihood: 168,846
99
Iteration Historya,b,c,d
CoefficientsIteration -2 Log likelihood Constant X1 X2 X3 X4 X5
1 81.881 2.328 .015 2.820 -.022 .000 -.191
2 65.814 5.673 .031 3.829 -.075 .000 -.391
3 57.907 9.486 .036 4.253 -.452 .000 -.554
4 52.097 14.969 .033 4.272 -1.287 .000 -.734
5 50.711 17.111 .040 4.520 -1.854 .000 -.829
6 50.568 17.852 .043 4.648 -2.085 .000 -.865
7 50.410 18.084 .044 4.665 -2.120 -.002 -.875
8 50.364 18.354 .045 4.686 -2.183 -.004 -.886
9 50.340 18.312 .045 4.690 -2.189 -.004 -.885
10 50.339 18.303 .045 4.691 -2.190 -.004 -.885
Step 1
11 50.339 18.303 .045 4.691 -2.190 -.004 -.885a. Method: Enterb. Constant is included in the model.d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model CoefficientsChi-square df Sig.
Step 118.507 5 .000
Block 118.507 5 .000
Step 1
Model 118.507 5 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihoodCox & Snell R
SquareNagelkerke R
Square
1 50.339a .558 .812
a. Estimation terminated at iteration number 11 becauseparameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.820 8 .556
100
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow TestY = 0 Y = 1
Observed Expected Observed Expected Total
1 15 14.998 0 .002 15
2 15 14.979 0 .021 15
3 15 14.927 0 .073 15
4 14 14.838 1 .162 15
5 15 14.579 0 .421 15
6 15 14.158 0 .842 15
7 12 12.335 3 2.665 15
8 5 4.375 10 10.625 15
9 0 .755 15 14.245 15
Step 1
10 0 .056 10 9.944 10
Classification Tablea
Predicted
Y
Observed 0 1Percentage
Correct
0 101 5 95.3Y
1 5 34 87.2
Step 1
Overall Percentage 93.1
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
X1 .045 .029 2.297 1 .130 1.046
X2 4.691 .881 28.356 1 .000 108.930
X3 -2.190 .808 7.347 1 .007 .112
X4 -.004 .006 .394 1 .530 .996
X5 -.885 .334 7.032 1 .008 .413
Step 1a
Constant 18.303 8.542 4.591 1 .032 8.890E7a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.
Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Constant 1.000 .092 .331 -.339 -.093 -.963
X1 .092 1.000 .324 -.137 -.118 -.348
X2 .331 .324 1.000 -.224 -.125 -.441
X3 -.339 -.137 -.224 1.000 .368 .329
X4 -.093 -.118 -.125 .368 1.000 .109
Step 1
X5 -.963 -.348 -.441 .329 .109 1.000