Upload
doancong
View
223
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR
SIMULASI PENGAMAN RUMAH PADA MALAM
HARI MELALUI PENDETEKSIAN PINTU DAN
JENDELA
Oleh:
NYOMAN AGUS KARMA
0605031028
JURUSAN D3 TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2010
BAB III
METODELOGI
3.1 Pengumpulan Data
Adapun metode-metode atau teknik yang dipakai dalam pengumpulan data
penelitian antara lain :
3.1.1 Metode pustaka (Literatur)
Metode pustaka merupakan metode pengumpulan data pada buku-buku
kepustakaan sebagai teori dasar yang mendukung dalam pembuatan alat dan
penulisan tugas akhir ini.
3.1.2 Metode pengamatan (Observasi)
Metode pengamatan merupakan metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan terhadap obyek yang mengalami permasalahan yaitu
berupa penundaan on terhadap waktu antara off dan on. Untuk itu dengan adanya
alat ini sebagai modul dapat dijadikan panduan di dalam pembuatannya.
3.1.3 Metode Interview (wawancara)
Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data melalui tanya
jawab atau diskusi dengan semua pihak yang mengetahui dan menguasai semua
hal yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan alat ini.
3.2 Rancangan Pengerjaan Alat
Adapun langkah-langkah alur dari metodologi yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 3.1 Diagram Alur dari Metodologi Rangkaian yang akan dibuat
Mulai
Penempatankomponen pada
PCB
Merakit padaPola PCB
Uji coba rangkaian
Merakit padaBread Board
Pengujian
Desain rangkaian
Rangkaiansudah
bekerja ?
A
Rangkaiansudah
bekerja ?
A
Pengambilan data
Analisis data
Pembuatan laporan
Selesai
Flow chart pada Gambar diatas merupakan gambaran yang yang dilakukan
dalam pembuatan rangkaian simulasi pengaman rumah otomatis beserta tahapan-
tahapan yang dimulai dari awal sampai akhir. Berikut adalah penjelasannya :
1. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan dasar teori
yang berkaitan dengan alat yang akan dibuat. Hal ini dilakukan agar
memudahkan dalam tehnik perhitungan, penentuan nilai-nilai komponen
dan pengenalan-pengenalan karakteristik komponen yang akan dipakai.
2. Tahap kedua yaitu merakit komponen-komponen yang membentuk suatu
rangkaian berdasarkan suatu rangkaian berdasarkan rancangan yang dibuat
pada rancangan rangkaian awal. Selanjutnya merangkai rangkain pada
masing-masing blok.
3. Tahap ketiga adalah melakukan uji rangkaian pada masing-masing blok
rangkaian. Dengan memberikan catu daya DC pada rangkaian maka dapat
diketahui operasi kerja yang dihasilkan oleh masing-masing blok
rangkaian. Apabila dalam rangkaian mengalami masalah maka dilakukan
analisa kerusakan, kesalahan pengunaan atau pemasangan komponen dan
jika memungkinkan rangkaian bisa dimodifikasi atau rancangan rangkaian
diperbaiki. Apabila rangkaian sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan
maka dilakukan tahapan berikutnya.
4. Tahap keempat adalah melakukan uji rangkaian pada keseluruhan blok
rangkaian yang dijadikan satu rangkaian. Apabila pada operasi kerja
rangkaian ada yang mengalami masalah maka dilakukan analisa kerusakan,
kesalahan penggunaan atau pemasangan komponen dan jika memungkinkan
rangkaian dapat dimodifikasi atau rancangan rangkaian diperbaiki. Apabila
rangkain sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan
tahap berikutnya.
5. Tahap kelima adalah apabila rangkaian telah diuji coba maka tahap
selanjutnya adalah mendesain pola rangkaian pada papan PCB sesuai
dengan pola rangkaian yang telah mengalami uji coba. Desain pada papan
PCB meliputi : pengambaran jalur-jalur rangkaian pada aplikasi komputer
yaitu pada aplikasi diptrace dan mencetak pada plastik transparan untuk
dilakukan penyablonan pada papan PCB. Kemudian setelah selesai
menyablon jalur-jalur rangkaian pada papan PCB dilanjutkan dengan
melarutkan papan PCB tersebut kedalam larutan Feri Klorida agar
didapatkan pola yang diinginkan. Kemudian akan dilakukan pengeboran
pada jalur-jalur tersebut sesuai dengan letak kaki-kaki komponen yang akan
dipasangkan.
6. Tahap keenam adalah memasang komponen-komponen yang membentuk
suatu rangkaian berdasarkan suatu rancangan rangkaian sebelumnya dengan
memasukan kaki-kaki komponen ke lubang papan PCB yang telah
diberikan pola.
7. Tahap ketujuh adalah melakukan tes uji rangkaian kembali pada papan PCB
tersebut. Ini dilakukan apakah rangkaian yang dibuat pada papan PCB telah
bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
8. Tahap kedelapan adalah apabila telah melakukan test uji coba rangkaian,
tetapi rangkaian tidak bekerja dengan normal maka dilakukan perbaikan dan
pengujian kembali. Dan bila sudah bekerja dengan normal maka dapat
dilakukan tahap berikutnya.
9. Tahap kesembilan adalah melakukan pengambilan dan menganalisa data
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perancangan simulasi
pengaman rumah.
10. Setelah tahapan-tahapan yang dilakukan diatas selesai dan alat sudah
bekerja dengan normal sesuai dengan yang diharapakan maka selajutnya
menuju proses tahapan akhir yaitu pembuatan laporan tugas akhir.
3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian
Dalam pembuatan dan perancangan simulasi alat pengaman rumah ini
bekerja secara open loop dibuat rangkaian sensor cahaya berfungsi sebagai saklar
ON/OFF rangkaian. Agar dalam pembuatannya teratur dan sesuai dengan yang
diharapkan maka dikerjakan dengan berberapa tahapan.
Ø Penentuan atau spesifikasi dari pada penggunaan alat, sehingga dalam
aplikasinya tidak terjadi kesalahan penggunaan yang berakibat kurang
baik atau dapat merusakan alat kontrol maupun peralatan listrik yang
dikontrol.
Ø Perancangan blok rangkaian dan penentuan komponen disetiap blok
rangkaian. Sebelum membahas rangkaian pengaman rumah melalui
pendeteksian pintu dan jendela, secara umum rangkaian pengaman
rumah melalui pendeteksian pintu dan jendela otomatis dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Sensor cahaya (sebagai saklar)
2. Catu daya (power supply rangkaian)
3. Rangkaian kontrol penggerak relay
Rangkaian sensor cahaya berfungsi sebagai saklar otomatis untuk
mengaktifkan rangkaian ketika lampu kamar dimatimatikan. Pada saat lampu
kamar dimatikan secara otomatis dengan hidupnya LED hijau sebagai lampu
indicator alat aktif. Out put rangkaian sensor cahaya bertegangan 220 kemudian
menuju ke rangkaian catudaya. Rangkaian catu daya berfungsi untuk memberikan
daya kepada masing-masing rangkaian sehingga system bekerja dengan normal.
Rangkian kontrol menggunakan dua tegangan DC yaitu 12 volt dan 5 volt,
tegangan 5 volt digunakan untuk mengaktifkan IC gerbang sedangkan tegangan
12 volt digunakan untuk menggerakkan relay. Rangkaian ini menggunakan dua
relay, relay untuk lampu pendeteksian pintu dan jendela dan relay untuk alarm.
Adapun fungsi kerja keseluruhan sistem dapat dilihat pada diagram blok
pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 Blok Diagram Rangkaian
Sensorcahaya
Rangkaiankontrol
relay
alarm
Swith pintu danjendela LED
Catudaya
3.3.1 Blok Perancangan Sensor Cahaya
Gambar 3.3 Rangkaian Sensor Cahaya
Prinsip kerja rangkaian sensor cahaya
Pada saat rangkaian diberi tegangan input AC 220 volt, A akan menuju ke
AC1 kemudian akan disearahkan oleh dioda. Arus akan dihambat dengan
resistansi R1(47 MΩ), arus tidak akan melewati LDR karena hambatan LDR
besar pada saat cahaya redup (gelap). Arus akan menuju ke R2 yang dihambat
dengan resistansi 10 kΩ sehingga menyulut SCR maka anoda dan katoda pada
SCR terhubung dan arus akan melewati SCR dan menuju ke out put dengan
tegangan AC 220 volt.
3.3.2 Blok Perancangan Catu Daya (Power Supplay)
Untuk mensupply tegangan ke rangkaian kontrol perancangan alat
pengaman rumah diperlukan suatu rangkaian catu daya 5 volt dan 12 volt.
Tegangan jala-jala PLN sebesar 220 volt AC diturunkan dengan menggunakan
transformator step down sehingga keluarannya menjadi 6 volt AC. Tegangan ini
akan disearahkan dengan menggunakan dioda yang dirangkai menggunakan
penyearah gelombang penuh, tegangan yang sudah disearahkan masih
mengandung riplly, sehingga diperlukan filter dengan menggunakan elektrolit
kapasitor agar keluarannya menjadi lebih halus. Untuk menghasilkan tegangan 5
volt stabil maka digunakan IC 7805 dan IC 7812 untuk menghasilkan tegangan 12
volt stabil.
Nilai-nilai komponen pada rangkaian catu daya antara lain:
Transpormator 1 A, 6 Volt (1 Buah), Dioda penyearah 1N4002 (8 Buah),
Capasitor elektrolit 2200 µF, 25 Volt (2 Buah ), Capasitor elektrolit 1000 µF, 16
Volt (2 Buah ), IC 7805 (1 Buah) dan IC 7812 (1buah).
Gambar 3.4 Catu Daya 12VDC
Gambar 3.5 Catu Daya 5VDC
3.3.3 Blok Perancangan Kontrol Penggerak Relay
Relay lampu indikator
Gambar 3.6 Rangkaian Kontrol Penggerak Relay indikator
Prinsip kerja rangkaian Kontrol Penggerak Relay Indikator
Ketika gerbang OR kedua inputan diberi ground (- 5 volt DC) atau
berlogika 0 maka output gerbang akan berlogika 0 dan tidak ada arus yang
mengalir. Ketika gerbang OR di beri inputan Vcc (+ 5 volt DC) dan ground (-5
volt DC) maka output gerbang akan berlogika 1 sehingga ada arus yang mengalir
dihambat resistansi kemudian disearahkan dioda menuju basis transistor dan
menyebabkan colektor dan emitor transistor terhubung kemudian akan
menggerakkan relay dan menghidupkan lampu indikator.
Relay untuk alarm
Gambar 3.7 Rangkaian Relay Penggerak Relay Alarm
Prinsip kerja rangkaian Relay Penggerak Relay Alarm
Ketika gerbang OR kedua inputan diberi ground (- 5 volt DC) atau
berlogika 0 maka output gerbang akan berlogika 0 dan tidak ada arus yang
mengalir. Ketika gerbang OR di beri inputan Vcc (+ 5 volt DC) dan ground (-5
volt DC) maka output gerbang akan berlogika 1 sehingga ada arus yang mengalir
dihambat resistansi kemudian disearahkan dioda menuju basis transistor dan
menyebabkan colektor dan emitor transistor terhubung kemudian akan
menggerakkan relay dan menghidupkan alarm.
3.4 Rangkaian Keseluruhan
Gambar 3.8 Rangkaian Keseluruhan
3.5 Pengujian Komponen
Sebelum dilakukan pembuatan alat, terlebih dahulu dilakukan pengujian
komponen yang akan dipakai supaya tidak terjadi kerusakan komponen yang bisa
membuat perancangan alat menemui hasil yang kurang baik. Adapun pengujian
komponen yaitu sebagai berikut :
3.5.1 Pengujian Resistor
Meskipun resistor memiliki kode warna yang bertujuan untuk mengenali
nilai resistansinya tapi untuk mengetahui benar tidaknya kode tersebut dapat
dilakukan pengujian menggunakan multimeter. Adapun langkah-langkah dalam
pengujiannya yaitu :
1. Memilih batas ukuran Ohm-meter pada posisi x 1, selanjutnya ujung
kabel positif (merah) dikoneksikan dengan ujung kabel negatif (hitam)
dan putar tombol zero adjustment hingga jarum tepat menunjukkan nol
Ohm. Apabila jarum telah menunjukkan 0 Ohm maka lepaskanlah
kedua ujung kabel.
2. Hubungkanlah kedua terminal resistor dengan tester Ohm-meter. Bila
jarum penunjuk menunjukkan nilai yang sesuai dengan kode warna
resistor maka resistor dinyatakan masih baik, jika tidak berarti resistor
rusak dan jika jarum tidak bergerak maka resistor putus.
3. Bila resistor yang kita uji memiliki nilai yang besar maka kita harus
memilih batas sekala ukur Ohm-meter yang lebih besar atau faktor
pengali yang besar. Setelah itu dilanjutkan dengan mengkalibrasi
seperti langkah 1 dan kemudian pengujian dapat dilanjutkan kembali.
3.5.2 Pengujian Kapasitor
Langkah-langkah pengujian kapasitor dalam hal ini kapasitor elektrolit
adalah sebagai berikut :
1. Selector switch (saklar pilih) dari Ohm meter diletakkan pada posisi x
10. kemudian ujung kabel positif dan negatif dikoneksikan pada
masing-masing kaki kapasitor.
2. Bila jarum menyimpang dan kembali ke posisi semula berarti kapasitor
dalam keadaan baik. Bila jarum menyimpang dan tidak kembali ke
posisi semula berarti kapasitor sudah bocor dan jika jarum sama sekali
tidak menyimpang berarti kapasitor rusak (putus).
3.5.3 Pengujian Dioda
Langkah-langkah dalam pengujian dioda adalah sebagai berikut :
1. Dari Ohm meter tetap pada posisi x 10. Kemudian ujung kabel positif
dihubungkan dengan katoda dan ujung kabel negatif dihubungkan
dengan anoda. Apabila diodanya naik maka jarum akan menyimpang
menunjuk pada suatu harga tertentu tapi apabila jarum tidak
menyimpang berarti dioda putus.
2. Ujung kabel positif dihubungkan dengan anoda dan ujung kabel
negatif dihubungkan dengan katoda bila jarum tidak menyimpang itu
berarti dioda masih dalam kondisi yang baik tapi apabila jarum
penunjuk menyimpang berarti diodanya bocor.
3.5.4 Pengujian Transistor
Langkah-langkah dalam pengujian transistor adalah sebagai berikut :
1. Untuk transistor jenis PNP maka basisnya harus dihubungkan dengan
ujung kabel positif sedangkan ujung kabel negatifnya dihubungkan
silih berganti ke kaki emitor dan kolektornya.
2. Jarum harus menyimpang tapi bila hanya menyimpang pada saat ujung
kabel dihubungkan ke kaki emitor atau kolektornya saja maka
transistor tersebut sudah rusak. Jadi kedua kondisi tersebut harus
menyebabkan jarum menyimpang.
3. Untuk transistor jenis NPN maka polaritas seperti pada saat menguji
PNP tetapi dibalik yaitu kaki basis dihubungkan dengan ujung kabel
negatif sedangkan ujung kabel positif dikoneksikan ke kaki emitor dan
kolektor. Jarum harus menyimpang pada saat ujung positif
dihubungkan ke kaki emitor dan kolektor. Bila hanya satu
menyimpang berarti transistor dalam keadaan rusak.
3.5.5 Pengujian IC
Pengujian sebuah IC tidak dapat dilakukan dengan menggunakan Ohm
meter seperti halnya dalam menguji resistor, kapasitor, dioda, transistor dan SCR
tetapi harus menggunakan suatu alat uji tertentu. Setiap jenis IC mempunyai alat
uji tersendiri untuk memeriksa operasi kerjanya. Adapun alat uji tersebut berupa
suatu rangkaian yang sudah beroperasi dengan baik dimana ia menggunakan IC
dengan tipe yang sama. Dengan menggantikan IC yang sama dalam rangkaian
maka rangkaian tersebut sekaligus menjadi alat uji bagi IC tersebut.
Ø Mematri setiap kaki komponen pada papan PCB (Print Circuit Board).
Pematrian menggunakan timah dan solder yang telah disediakan.
Ø Memotong kaki komponen yang disesuiakan dengan tempatnya
sehingga kelihatan rapi.
3.6 Perakitan Pada Breadboard
Setelah komponen yang kita gunakan sudah diuji dan tidak menemui
kerusakan pada komponen kemudian menuju ke tahap berikutnya yaitu
melakukan perakitan pada breadboard. Rangkaian serta komponen yang akan
digunakan dalam perancangan tersedia (telah ditentukan dalam jenis, bentuk dan
ukuran), dilakukan proses perangkaian pada breadboard. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam perangkaian, dengan breadboard lebih mudah dalam
merangkai.
3.6.1 Pengujian sementara
Ø Pengoperasian dilakukan perblok rangkaian, apabila satu blok
rangkaian dinyatakan bagus maka dilanjutkan dengan pembuatan blok
rangkaian selanjutnya.
Ø Setelah perakitan selesai kemudian rangkaian diuji kebenarannya,
apakah rangkaian yang telah dibuat bekerja seperti yang diinginkan.
Apabila telah bekerja kemudian dilanjutkan dengan mendesain atau
membuat pola rangkaian dalam pola PCB kosong (lay out PCB ) pada
komputer dengan menggunakan program diptrace untuk menentukan
letak komponen dan jalur-jalur hubungan antar komponen.
3.6.2 Pembuatan alat dalam pola PCB kosong.
Langkah-langkah pembuatan alat pola PCB kosong mengikuti
pertimbangan-pertimbangan seperti:
Ø Penentuan letak komponen dan pembuatan jalur PCB yang baik agar
memenuhi nilai estetika perancangan. Dengan cara menggunakan
program dip trice.
Ø Penentuan letak komponen harus cermat sehingga tidak terjadi
kesalahan pada alat dan bahan.
Ø Setelah pola selesai dibuat kemudian dicek kembali agar tidak terjadi
kesalahan jalur.
Ø Jika tidak ada kesalahan maka mulai print dan foto copy tranparan.
Ø Setelah di fotocopy pola kemudian sablon pada PCB kosong
kemudian disetrika sampai gambar jalur yang ada pada plastik
transparan berpindah ke PCB kosong.
Ø Kemudian dilarutkan dengan larutan clorida.
3.6.3 Pengujian
Melakukan pengecekan kembali, apakah rangkaian bekerja seperti
percobaan yang pertama pada Breadboard. Jika rangkaian bekerja normal
kemudian melakukan pengujian. Pengujian alat kontrol ini dilakukan di Workshop
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
3.7 Perancangan dan Pembuatan Konstruksi dan Desain Alat
Dalam perancangan dan pembuatan konstruksi dan desain simulasi
pengaman rumah agar dalam pembuatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar
maka susunan perancangan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini. Tahapan-
tahapan pembuatan konstruksi dan desain alat dapat dijelaskan dengan tahapan-
tahapan di bawah ini :
1. Perancangan Cassing Alat
2. Perancangan Kuntruksi Rumah
3.7.1 Perancangan Cassing Alat
Sebuah kotak yang tepat untuk alat pengaman rumah dengan pendeteksian
pintu dan jendela untuk mengatasi tegangan sentak harus memenuhi beberapa hal
yaitu bahan bersifat isolator yang tidak tembus tegangan, memiliki ruang yang
cukup untuk menampung rangkaian serta mempunyai bentuk penampilan yang
menarik. Untuk memenuhi hal yang pertama yaitu harus bersifat isolator maka
bahan yang seharusnya dipakai adalah dari bahan kayu. Namun mengingat bahwa
banyaknya kotak yang terbuat dari seng dipasaran maka kotak rangkaian dibuat
dari bahan kayu dan dibuat secara manual.
Perancangan cassing alat dibuat dari bahan kayu yang berukuran
panjang 22 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm. Adapun langkah-langkah
pembuatan kotak atau cassing rangkaian yaitu sebagai berikut
Ø Pilih kayu yang bagus dan mudah dipaku agar menemukan hasil yang
rapi
Ø Melakukan pengukuran kotak agar sesuai dengan rangkaian pada PCB,
dan diberi kelonggaran agar pada saat memasang rangkaian PCB tidak
susah.
Ø Setelah itu dipotong sesuai dengan ukuran dengan menggunakan
gergaji kayu atau mesin gergaji
Ø Kemudian kayu yang sudah dipotong dirancang seperti kotak. Ujung
kayu diisi lem fok terlebih dahulu sebelum dipaku agar kotak yang
dbuat kuat.
Ø Setelah kotak selesai kemudian menentukan lubang jalur kabel input
dan output dengan cara bor sesuai dengan ukuran input dan output.
Ø Setelah itu casing di cat supaya hasilnya bagus.
Gambar 3.9 Kotak Rangkaian
Gambar 3.10 Tutup Kotak Rangkaian
3.7.2 Perancangan Kuntruksi Rumah
Perancangan kuntruksi rumah dibuat dari bahan kayu dan gabus
yang berukuran panjang 59 cm, lebar 4 cm dan tinggi 40 cm. Adapun
langkah-langkah pembuatan kotak atau cassing rangkaian yaitu sebagai
berikut
Ø Menyiapkan kayu dan gabus yang akan digunakan.
Ø Merancang rumah dengan menggambar pada kertas supaya sesuai
dengan yang inginkan
Ø Setelah rancangan sesuai dengan yang diinginkan kemudian mulai
membuat kuntruksi dengan melakukan pengukuran-pengukuran
supaya kuntruksi rumah bagus dan rapi
Ø Setelah diukur lalu dipotong sesuai dengan ukuran
Ø Kemudian diisi lem pada ujung-ujung potongan kayu setelah itu
dipaku sesuai dengan pola rumah yang dibuat
Ø Setelah rumah selesai kemudian di tepel kertas coklat supaya rapi dan
bagus
Gambar 3.11 Kuntruksi Rumah
3.8 Instrumen Penelitian
Tabel 3.1 Daftar Nama Alat Beserta Fungsinya
No Nama Alat Jumlah Fungsi
1 Lux Meter 1 buah Mengukur intensitas cahaya
2 Multitester Digital 2 buah Mengukur besaran tegangan yangterdapat pada titik-titik pengukuran
3 Multitester Analog 1 buah Mengukur besaran tegangan yangterdapat pada titik-titik pengukuran
Sedangkan peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan simulasi pengaman rumah dapat dilihat pada tabel 3.2 dan Tabel 3.3
sebagai berikut .
Tabel 3.2. Daftar Nama dan Fungsi Peralatan Pembuatan Alat
No Nama Alat Fungsi Jumlah
1 Penyedot Untuk menyedot timah 1 buah
2 Palu Besi Untuk membuat rata benda kerja 1 buah
3 Ragum Untuk penjepit dan pemipih benda kerja 1 buah
4 Gergaji besi Untuk Memotong benda kerja 1 buah
5 Bor dan matabor
Untuk membuat lubang atau rongga 1 buah
6 Kikir Besi(pipih, bulat,persegi )
Untuk membuat rata permukaan bendakerja
3 buah
7 Meteran danpenggaris
Untuk mengukur panjang atau lebar bendakerja
1 buah
8 Soder listrik Untuk mematri pemasangan komponen 1 buah
9 Tang(kombinasi,cucut, potong )
Untuk memotong, mengerat benda kerja 3 buah
10 Obeng (-) (+) Untuk Pengerat baut 2 buah
Tabel 3.3. Daftar Nama Bahan-bahan Pembuatan Alat
No Nama Bahan Jumlah/Ukuran
1 Papan kayu 1 m x 50 cm
2 Reng Kayu 4 m
3 Kabel 3 jenis Secukupnya
4 Timah Secukupnya
5 Komponen-komponen elektronika daya (dalamrangkaian terlampir)
Secukupnya
6 Baut mur Secukupnya
7 Baut ulir Secukupnya
8 Skun kabel Secukupnya
9 Papan PCB dan pelarut Secukupnya
10 Soket Kabel 1 buah
11 Gabus secukupnya
3.9 Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur yang akan diujikan
dengan mempergunakan alat ukur.
3.10 Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui pengukuran-pengukuran
yang telah dilakukan, data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan cara
perbandingan yaitu membandingakan data pengukuran dengan data perancangan
alat apakah sesuai dengan yang diinginkan atau belum.