13
165 K A N D A I Volume 10 No. 2, November 2014 Halaman 165-177 KESAMAAN KOSAKATA BAHASA BUGIS DAN BAHASA MUNA (The Similarity of Vocabulary on Bugis and Muna Language) Sukmawati Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara Kompleks Bumi Praja Jalan Haluoleo, Anduonohu, Kendari Pos-el: [email protected] (Diterima 30 Mei 2014; Revisi 17 Oktober 2014; Disetujui 22 Oktober 2014) Abstract Bugis and Muna languages are native languages, which still develop in Indonesia. There are still number of native speakers of both languages. Besides, these languages keep being used in many activities in their life. The native speakers of these languages live in different areas. In fact, there are same vocabularies of these two languages. This research discussed whether the same vocabularies of these languages have the same meaning too and why these languages have the same vocabularies. Therefore, this study aimed to describe the meaning of the same vocabularies and the cause of vocabulary similarity found on Bugis and Muna languages. As the result, the similar vovabularies of these two languages have the same and different meanings. The cause of vocabulary similiraty on Bugis and Muna languages were the kinship through a marriage between Bugis and Muna people and the influence of trade voyage. Keywords: vocabulary, Bugislanguage, Muna language. Abstrak Bahasa Bugis dan bahasa Muna merupakan bahasa daerah yang masih tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia.Kedua bahasa daerah tersebut masih banyakpenuturnya dan kedua bahasa itu digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan.Penutur asli dari kedua bahasa itu hidup dan berada di wilayah yang berbeda. Akan tetapi, pada kenyataannya, dalam kedua bahasa daerah tersebut terdapat beberapa kosakata yang sama. Berkaitan dengan itu, dalam kajian ini yang akan dibahas adalah apakah bentuk kosakata yang sama pada kedua bahasa daerah tersebut juga mempunyai makna yang sama dan mengapa kedua bahasa daerah tersebut mempunyai kesamaan kosakata. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai dalam kajian ini, yaitu untuk mendeskripsikan makna dari kosakata yang sama dan penyebab terjadinya kesamaan kosakata yang terdapat dalam bahasa Bugis dan bahasa Muna. Berdasarkan kajian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kosa kata yang sama dari kedua bahasa daerah itu ada yang maknanya sama dan ada pula yang maknanya berbeda. Penyebab kesamaankosakata dalam bahasa Bugis dan bahasa Muna adalah adanya hubungan kekerabatan melalui perkawinan antara orang Muna dan orang Bugis serta pengaruh pelayaran dagang. Kata-katakunci: kosakata, bahasa Bugis, bahasa Muna

K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

165

K A N D A I

Volume 10 No. 2, November 2014 Halaman 165-177

KESAMAAN KOSAKATA BAHASA BUGIS DAN BAHASA MUNA(The Similarity of Vocabulary on Bugis and Muna Language)

SukmawatiKantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Kompleks Bumi PrajaJalan Haluoleo, Anduonohu, KendariPos-el: [email protected]

(Diterima 30 Mei 2014; Revisi 17 Oktober 2014; Disetujui 22 Oktober 2014)

AbstractBugis and Muna languages are native languages, which still develop in

Indonesia. There are still number of native speakers of both languages. Besides,these languages keep being used in many activities in their life. The nativespeakers of these languages live in different areas. In fact, there are samevocabularies of these two languages. This research discussed whether the samevocabularies of these languages have the same meaning too and why theselanguages have the same vocabularies. Therefore, this study aimed to describethe meaning of the same vocabularies and the cause of vocabulary similarityfound on Bugis and Muna languages. As the result, the similar vovabularies ofthese two languages have the same and different meanings. The cause ofvocabulary similiraty on Bugis and Muna languages were the kinship through amarriage between Bugis and Muna people and the influence of trade voyage.Keywords: vocabulary, Bugislanguage, Muna language.

AbstrakBahasa Bugis dan bahasa Muna merupakan bahasa daerah yang masih

tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia.Kedua bahasa daerah tersebutmasih banyakpenuturnya dan kedua bahasa itu digunakan dalam berbagaiaktivitas kehidupan.Penutur asli dari kedua bahasa itu hidup dan berada diwilayah yang berbeda. Akan tetapi, pada kenyataannya, dalam kedua bahasadaerah tersebut terdapat beberapa kosakata yang sama. Berkaitan dengan itu,dalam kajian ini yang akan dibahas adalah apakah bentuk kosakata yang samapada kedua bahasa daerah tersebut juga mempunyai makna yang sama danmengapa kedua bahasa daerah tersebut mempunyai kesamaan kosakata. Olehkarena itu, tujuan yang akan dicapai dalam kajian ini, yaitu untukmendeskripsikan makna dari kosakata yang sama dan penyebab terjadinyakesamaan kosakata yang terdapat dalam bahasa Bugis dan bahasa Muna.Berdasarkan kajian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kosa kata yangsama dari kedua bahasa daerah itu ada yang maknanya sama dan ada pulayang maknanya berbeda. Penyebab kesamaankosakata dalam bahasa Bugis danbahasa Muna adalah adanya hubungan kekerabatan melalui perkawinan antaraorang Muna dan orang Bugis serta pengaruh pelayaran dagang.Kata-katakunci: kosakata, bahasa Bugis, bahasa Muna

Page 2: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

166

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat komunikasidan alat interaksi yang hanya dimilikimanusia dapat dikaji secara internaldan eksternal. Kajian secara internal,artinya pengkajian itu hanya dilakukanterhadap struktur intern bahasa itu saja,seperti struktur fonologis, strukturmorfologisnya, atau struktursintaksisnya (Aslinda, 2007: 3). Kajiansecara internal ini akan menghasilkanperian-perian bahasa itu saja tanpa adakaitannya dengan masalah lain di luarbahasa. Sementara, kajian secaraeksternal merupakan kajian yangdilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yangberkaitan dengan pemakaian bahasa ituoleh para penuturnya di dalamkelompok-kelompok sosialkemasyarakatan. Pengkajian secaraeksternal ini tidak hanya menggunakanteori dan prosedur linguistik, tetapijuga menggunakan teori dan prosedurdisiplin ilmu lain yang berkaitandengan penggunaan bahasa itu, sepertisosiologi, psikologi, atau antropologi.

Ragam bahasa sangat banyakjumlahnya karena penggunaan bahasasebagai alat komunikasi tidak terlepasdari latar budaya penutur yangberbeda-beda.Ragam lisan tentuberbeda dengan ragam tulis. Dalampemakaian bahasa, kedua ragam utamaitu dibedakan secara jelas menjadiragam baku dan ragam tak baku(Finoza, 2001: 5). Pembangunanbahasa, baik bahasa nasional maupunbahasa daerah akan mewujudkankecenderungan pembangunan bangsadi semua sektor secara konsisten.Untuk menyukseskan pembangunan,tentulah komunikasi yang dilakukanharus didukung oleh bahasa yang baik.

Sebagai alat komunikasi, bahasamerupakan suatu sistem yang bersifatsistemis.Artinya, bahasa terdiri atas

unsur-unsur yang saling berhubungansatu sama lainnya. Di samping itu,bahasa juga bersifat konvensional.Artinya, setiap penutur bahasa akanmematuhi hubungan antara lambangbahasa dan yang dilambangkannya.Pada prinsipnya, bahasa itu cukupberagam. Meskipun sebuah bahasamempunyai kaidah atau pola tertentuyang sama, tetapi karena bahasa itudigunakan oleh penutur yangheterogen dan berasal dari latarbelakang sosial dan kebiasaan yangberbeda-beda, bahasa itu menjadiberagam, baik pada tataran fonologis,morfologis, sintaksis, maupun tataranleksikonnya.

Bahasa Muna dan bahasa Bugismerupakan bahasa daerah yang patutdiperhatikan kelestariannya dalamrangka pembinaan dan pengembanganbahasa-bahasa daerah yang ada diIndonesia.Mengingat kedua bahasadaerah itu merupakan bahasa yangmasih dominan.Artinya, penutur darikedua bahasa tersebut masih tergolongbanyak sehingga tidaklah terlalu sulitbagi kita untuk melakukan tindakanpemertahanan terhadap bahasa-bahasatersebut.Salah satu langkah preventifyang dapat dilakukan agar keduabahasa daerah itu dapat selalu eksisialah dengan melakukan penelitian-penelitian tentang bahasa daerah itudari segala aspek.

Sebagai penutur asli bahasaBugis, penulis merasa tertarik danperlu melakukan suatu kajian tentangkosakata bahasa Muna dan kosakatabahasa Bugis. Hal itu dilatarbelakangifakta yang ditemukan di lapanganbahwa ada beberapa kosakata bahasaMuna yang sama dengan kosakatabahasa Bugis. Kosakata yangdimaksud oleh penulis ditemukan, baikdalam penggunaannya secara lisanmaupun tertulis yang terdapat dalambeberapa bahan bacaan.

Page 3: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

167

Dalam kajian ini, penulismengambil beberapa kosakata yangsama dalam bahasa Bugis dan bahasaMuna sebagai objek kajian. Yangdimaksud dengan kosakata yang samaadalah bentuk kosakata yang terdapatdalam bahasa Bugis dan juga terdapatdalam bahasa Muna. Adanya kesamaanbentuk kosakata ini, mendorongpenulis untuk melakukan suatu kajianguna mengetahui apakah bentukkosakata tersebut juga mempunyai artiyang sama atau tidak sama. Dengandemikian, dalam tulisan ini, penulisakan mendeskripsikan bentuk-bentukkosakata yang sama dalam bahasaBugis dan bahasa Muna beserta artidari bentuk kosakata itu. Di sampingitu, penulis juga akan mencobamengulas penyebab terjadinyakesamaan kosakata tersebut.

LANDASAN TEORI

Bahasa Bugis

Bahasa Bugis adalah salah satudari rumpun bahasa Austronesia yangdigunakan oleh etnik Bugis diSulawesi Selatan, yang tersebar diKabupaten Maros, Pangkep, Barru,Parepare, Pinrang, sebahagianKabupaten Enrekang, sebahagianMajene, Kabupaten Luwu, Sidrap,Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai,Bulukumba, dan Bantaeng. BahasaBugis terdiri atas beberapa dialek,seperti dialek Pinrang yang miripdengan dialek Sidrap, dialek Bone(berbeda antara Bone Utara dan BoneSelatan), dialek Soppeng, dialek Wajo(berbeda antara Wajo Utara danSelatan, serta Wajo Timur dan Barat),dialek Barru, dan sebagainya.

Karya sastra terbesar dunia ILagaligo menggunakan bahasa Bugistinggi yang disebut bahasaTorilangi.Dalam bahasa Bugis umum,kata menre atau manai digunakan

untuk kata yang berarti ‘keatas/naik’.Sementara, bahasa BugisTorilangi menggunakan kata‘manerru’. Untuk kalangan istana,bahasa Bugis juga mempunyai aturankhusus. Jika rakyat biasa yangmeninggal digunakan kata ‘leleripammasena’ atau ‘mate’. Jika yangmeninggal itu adalah raja ataukerabatnya digunakan kata‘mallinrung’(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis). Bahasa Bugis merupakanpendukung kebudayaan daerah yangmemiliki sejarah dan tradisi yangcukup tua tetapi tetap dipelihara olehmasyarakat pemiliknya. Oleh karenaitu, selain bahasa Indonesia, bahasaBugis tetap merupakan alatkomunikasi yang tidak kurangpentingnya di daerah Sulawesi Selatan.

Bahasa Muna

Bahasa Muna adalah salah satubahasa yang digunakan oleh sukuMuna yang bermukim di Jazirah PulauMuna, Sulawesi Tenggara.bahasaMuna tergolong kelompok bahasaAustronesia yang dituturkan terutamadi Pulau Muna. Bahasa ini termasukbahasa dengan jumlah penutur yangsemakin menurun setiap tahunnyasebagai akibat dari sikap sebagaianmasyarakat Kepulauan Muna yanglebih memilih menggunakan bahasaIndonesia sebagai bahasa sehari-hari.(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa _Muna).

Penutur bahasa Muna tersebar dibeberapa daerah yang terdiri atas tigadialek, yaitu dialek standar yangdituturkan oleh masyarakat Tongkunodan sekitarnya, dialek Gulamas yangdituturkan oleh masyarakat MunaSelatan, dan dialek Tikep yangdituturkan oleh masyarakat TiworoKepulauan.

Page 4: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

168

Kata

Di dalam bahasa, denganperangkat bunyi dan huruf yangterbatas jumlahnya, dapat disusunberbagai kata, baik dalam ujaranmaupun dalam tulisan yang jumlahnyatidak terbatas. Satuan bahasa itu kitapakai untuk mengacu pada barang,perbuatan, sifat, atau gagasan apa sajayang bertalian dengan kehidupanmanusia. Kumpulan unsur bahasa itudisebut kosa kata ‘khazanah kata’(Alwi, 2003: 17).

Kata adalah suatu ujaran yangmempunyai pengenalan intuitifuniversal oleh penutur asli, baik dalambentuk lisan maupun dalam bentukbahasa tulis.Namun, ada beberapakesulitan untuk sampai padapemakaian yang konsisten dari istilahitu dalam kaitannya dengan kategori-kategori lain dari pemerian linguistikdan dalam perbandingan-perbandinganbahasa yang mempunyai tipe strukturyang berbeda. Masalah ini mencakupbaik ketentuan-ketentuan mengenaibatas kata maupun mengenaistatus.Definisi kata yang umumsebagai satuan makna atau gagasantidak membantu karena kesamarankonsep. Kata adalah satuan yang dapatdidefinisikan secara fisik yangdijumpai dalam rentang tulisan(Crystal dalam Ba’dulu, 2005:4).Setiap anggota masyarakat yangterlibat dalam kegiatan komunikasiselalu berusaha agar orang lain dapatmemahaminya sehingga terjalinkomunikasi dua arah yang baik danharmonis (Keraf, 2002: 21).

Makna Kata

Untuk dapat memahami maknasuatu ujaran/kata banyak faktor yangharus diperhatikan, seperti faktorsosial, psikologis, dan faktor budaya.

Dalam memahami makna suatuujaran/kata yang berhubungan denganfaktor sosial, yang dimaksud adalahpemahaman makna yang berhubungandengan perkembangan leksem/kata didalam masyarakat. Dalam memahamimakna suatu ujaran/kata yangberhubungan dengan faktor psikologis,yang dimaksud adalah pemahamanmakna yang berhubungan dengankebutuhan atau kebiasaan seorangpenutur. Dalam studi semantik, faktor-faktor itu tercermin dalam sebuahtingkatan makna, yaitu makna leksikaldan idiomatikal, makna gramatikal,dan makna kontekstual. Tingkatanmakna itu dalam posisi tertentu akanselalu muncul dalam setiap prosesberbahasa.

Makna leksikal adalah maknayang secara inheren dimiliki olehsebuah kata/leksem.Makna leksikal inidapat juga diartikan sebagai maknakata secara lepas, di luar kontekskalimatnya (Chaer, 2003: 269). Maknagramatikal adalah makna yang munculsebagai hasil suatu proses gramatikal,seperti proses afiksasi, reduplikasi,komposisi, pemfrasean, dan prosespengalimatan (Chaer, 2003: 277).Makna-makna gramatikal yangdihasilkan dalam proses gramatikal ituberkaitan erat dengan fitur makna yangdimiliki setiap butir leksikal dasar.Sementara, makna kontekstual adalahmakna yang muncul sebagai akibathubungan antara ujaran dan situasi.

Kata sebagai satuan dariperbendaharaan kata sebuah bahasamengandung dua aspek, yaitu aspekbentuk atau ekspresi dan aspek isi ataumakna.Bentuk atau ekspresi adalahsegi yang dapat diserap olehpancaindera, yaitu dengan mendengaratau melihat, sedangkan isi atau maknaadalah segi yang menimbulkan reaksidalam pikiran pendengar atau pembacakarena rangsangan aspek bentuk

Page 5: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

169

tersebut.Makna kata dapat dibatasisebagai hubungan antara bentuk danhal atau barang yang diwakilinya(Keraf, 2002: 25).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakanpenjelasan tentang cara yang dilakukandalam menyelesaikan penelitian untukmemecahkan masalah yang terkaitdengan tujuan yang akan dicapai dalampenelitian tersebut (Moleong, 2006).Adapun metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalahmetode simak dengan tekniksadap.Metode simak merupakanmetode yang digunakan dalampenyediaan data dengan cara penelitimelakukan penyimakan penggunaanbahasa.Penyimakan itu dilakukan padasumber data, baik secara lisan maupuntertulis (Mahsun, 2003: 92).Dalamilmu sosial, metode simak ini dapatdisejajarkan dengan metode observasiatau pengamatan.Sementara, tekniksadap yang dimaksudkan dalampenelitian ini adalah penyimakandilakukan dengan menyadappenggunaan bahasa yang diperolehdari sumber data.Dengan demikian,dalam penelitian ini, penulis

melakukan penyadapan denganmenggunakan teknik catat dan tekniksimak bebas libat cakap.

PEMBAHASAN

Selain menyajikan data berupakosakata dan penggunaannya dalamkalimat, aspek-aspek kajian akandianalisis berdasarkan sejarah keduabahasa daerah. Hal ini dilakukan untukmenawarkan sebuah analisis logisterkait permasalahan kosakata yangsama, dengan makna sama danberbeda.

Kosakata Bahasa Bugis dan BahasaMuna yang Mempunyai Bentuk danMakna Sama

Berdasarkan kajian yang dilakukanterhadap bahasa Muna dan bahasaBugis, ditemukan beberapa kosakatayang sama antara kedua bahasa daerahtersebut. Di antara beberapa kosakataitu ada yang mempunyai makna yangsama dan ada pula yang berbeda.Bentuk kosakata yang sama antarabahasa Bugis dan Muna, besertamaknanya dapat dilihat pada tabelberikut ini.

Tabel 1Bentuk Kosakata yang Sama dalam Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

yang Mempunyai Makna SamaNo. Bahasa Bugis Bahasa Muna Arti/Makna1. ahera ahera akhirat2. ala ala ambil3. alusu alusu halus4. amala amala amal5. andele andele arisan6. bangko bangko bangku7. badi badi badik8. belobelo belobelo hiasan9. araba arabaa rabu

10. bali bali luntur11. batabata batabata ragu12. cobe-cobe cobe-cobe cobek13. hallala hallala halal14. dupa dupa kemenyan

Page 6: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

170

15. asara asara asar16. aspala asipala aspal17. atoro atoro atur/susun18. baguli bhaguli kelereng19. bahaya bahaea bahaya20. baki baki baki

Tabel 1 memuat beberapakosakata yang sama dalam bahasaMuna dan bahasa Bugis yang jugamempunyai makna yang sama. Berikutini beberapa contoh kalimat, baikdalam bahasa Bugis maupun dalambahasa Muna dari bentuk-bentukkosakata yang sama tersebut.1. ahera

Bugis: Sininna rupa tauwe melosalama lino ahera.

‘Semua orang ingin selamatdunia dan akhirat’.

Muna: Dakumala we ahera.‘Kita akan pergi ke akhirat’.

2. alaBugis: Alako doi ri kantong baju

‘Ambil kamu uang di sakubajuku’.‘Kamu ambil uang di sakubajuku’.

Muna: Dakumala daeala sau.‘Kita pergi mengambil kayu’.

3. alusuBugis: Alusu gemmena iyaro

anakdarae.‘Halus rambutnya itu gadis’.

‘Rambut gadis itu halus’.Muna: Kulino kalambe amaitu

noalusu.‘Kulit gadis itu halus’.

4. amalaBugis: Paegai makkamala riuleng

ramalang‘Banyaklah beramal di bulan

Ramadan’Muna: Derabu amala metaano

maitu katuduno kakawasa‘Berbuat amal yang baik

adalah perintah Tuhan’

5. andeleBugis: Purani rigoccang andeleku

ri kantoroe. ‘Sudah dilotarisanku di kantor’. ‘Arisansaya di kantor sudah dilot’.

Muna: O ina nokala noandele welambuno sabhangka.‘Ibu pergi arisan di rumah

temannya’.6. bangko

Bugis: Boroi ajena ritenre bangko.‘Bengkak kakinya tertindisbangku’.‘Kakinya bengkak tertindis

bangku’.Muna: Anoa neangku bangko.

‘Dia sedang mengangkatbangku’.

7. badiBugis: Maega tau mattaro badi ri

bolana.‘Banyak orang menyimpan badik dirumahnya’.

Muna: Bhadino norunsae wepandano kasoro‘Badiknya disimpan di bawah

kasur’.8. belo-belo

Bugis: Maega belo-belo ri aseulunna botting makkunraie.‘Banyak hiasan di atas kepalapengantin perempuan.

Muna: kaghaabuluno ghai nembalidorabue mbali bhelo-bhelo‘Tempurung kelapa juga bisadibuat hiasan’.

9. arabaBugis: Meloi engka pole anrikku

arabana.‘Mau datang adikku hari Rabu’.‘Adik saya mau datang hariRabu.

Page 7: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

171

Muna: Inaku we daoa ne arabaa itu.‘Ibuku ke pasar pada hariRabu’.

10. baliBugis: Balini iyaro lipae pura

risessa‘Luntur itu sarung sudah

dicuci’.‘Sarung itu luntur setelah

dicuci’.Muna: Kai aini nopiki bali.

‘Kain ini cepat luntur’.11. bata-bata

Bugis: Ajana mubata-bataika.‘Janganlah kamu

meragukan saya’.Muna: Inodi sadhia aebhata-bhata

afekiri bhasitiehiku.‘Saya selalu was-was memikirkankeluargaku’.

12. cobe-cobeBugis: Maega pabbalu cobe-cobe

ri pasae.‘Banyak penjual cobek dipasar’.

Muna: Cobe-cobe maitu nembalisau, nembali kontu.‘Cobek itu bisa dari kayu, bisajuga dari batu’.

13. hallalaBugis: Aja muanrei anre dena

hallala.‘Jangan kamu memakanmakanan yang tidak halal’.‘Kamu jangan memakanmakanan yang tidak halal’.

Muna: Nefumaa aini nohallaladofumaae.‘Makanan ini halal dimakan’.

14. dupaBugis: Mattunui dupa neneku.

‘Membakar dupa nenek saya’.‘Nenek saya membakar dupa’.

Muna: Wonono dupa aininowondu.‘Bau dupa ini sangat harum’.

15. asaraBugis: Maega tau massumbajang

assara ri masigi’e.‘Banyak orang salat asar dimasjid’.

Muna: Inaku nosambahea asara.‘Ibuku sedang salat asar’.

16. aspalaBugis: Maega laleng ri kampunge

depa napura riaspala.‘Banyak jalanan di

kampung belum diaspal’.Muna: Kangkaha we kota padamo

doasipalue kosibarihae.‘Semua jalan di kota sudahdiaspal’.

17. atoroBugis: Atoroi bobbo’e ri lamarie.

‘Atur buku itu di lemarir’.Muna: O guru neatoro baresino.

‘Guru sedang mengaturbarisan’.

18. baguliBugis: Maega tau mabbaguli ri

olo bolaku.‘Banyak orang bermain

kelereng di depan rumah saya’.Muna: Anahi nosiane nopokalala

mbughobaguli.‘Anak-anak sangat sukabermain kelereng’.

19. bahayaBugis: Bahaya tauwe jokka

tangngawenni ri kotae.‘Berbahaya apabila orang jalantengah malam di kota’.

Muna: Mie kamabaru-barunonomuda bahaya.‘Orang yang nakal gampangdapat bahaya’.

20. bakiBugis: Melli baki ri pasa’e indoku.

‘Membeli baki di pasar ibusaya’.‘Ibu saya membeli baki dipasar’.

Muna: Anoa nerunsa piriwelalono baki.

Page 8: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

172

‘Dia meletakkan piring dalambaki’.Kata baki dalam bahasa Bugis

dan bahasa Muna sama-sama mengacupada suatu benda yang terbuat darikayu atau logam yang biasanyadigunakan untuk menyajikan makananatau minuman.

Kosakata Bahasa Bugis dan BahasaMuna yang Mempunyai BentukSama dan Makna Berbeda

Pada pembahasan sebelumnya,telah diuraikan bentuk-bentuk kosakatayang sama yang juga mempunyaimakna yang sama, baik dalam bahasaBugis maupun bahasa Muna. Padapembahasan selanjutnya akan diuraikanbentuk-bentuk kosakata yang samadengan makna yang berbeda, yangterdapat dalam bahasa Bugis danbahasa Muna. Bentuk kosakata yangdimaksud dapat dilihat pada tabelberikut ini.

Tabel 2Bentuk Kosakata yang Sama dalam Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

yang Mempunyai Makna BerbedaNo. Bahasa Bugis Bahasa Muna Arti/Makna

1. bangka bangka Bugis: robekMuna: pengusaha angkutan perahu

2. kantoro kantoro Bugis: kantorMuna: menjunjung sesuatu tanpadipegang

3. lebu lebu Bugis: bulat/bundarMuna: hiraukan/perhatikan

4. alu alu Bugis: lesung/alat penumbukMuna: delapan

5. lalo lalo Bugis: lewatMuna: hati/perasaan

6. lame lame Bugis: ubiMuna: kentang

7. lewa lewa Bugis: tegakMuna: panjang/lebar

8. leu leu Bugis: tidurMuna: layu

9. lila lila Bugis: lidahMuna: keliru

10. More-more More-more Bugis: batuk-batukMuna: bintik-bintik

11. timu timu Bugis: mulutMuna: sesajen

Tabel 2 berisi beberapakosakata yang sama dalam bahasaMuna dan bahasa Bugis yangmempunyai makna yang berbeda.Berikut ini beberapa contoh kalimat,baik dalam bahasa Bugis maupun

dalam bahasa Muna dari bentuk-bentuk kosakata yang sama tersebut.21. Bangka

Bugis:Bangkai saluarana takkai ripakue.‘Robek celananya tersangkut dipaku’.

Page 9: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

173

‘Celananya robek tersangkut dipaku’.

Muna: Bangka nando neatagiulea.‘Pengusaha angkutan perahusedang menunggu muatan’.

22. kantoroBugis: Ambona majjama ri

kantoroe.‘Ayahnya bekerja di kantor’.

Muna: Inaku nokantoroe beras.‘Ibuku menjunjung beras’.

23. lebuBugis: Golo’e malebu.

‘Bola itu bulat’.Muna: O kaghindulu miinamo

naolebu ane.‘Istri pertama tidak dihiraukanlagi’.

24. aluBugis: Mapeddi ajena indoku

nateppa alu.‘Sakit kakinya ibuku tertimpalesung’.‘Kaki ibuku sakit tertimpalesung’.

Muna: Anano La Rahman alu.‘Anak Rahman ada delapan’.

25. laloBugis: Engkai denre lalo

silbawakku ri olo bolaku.‘Ada tadi teman saya

lewat di depan rumahku’.‘Teman saya lewat di

depan rumah saya tadi’.Muna: Alusu lalono kalambe

maitu.‘Halus perasaan gadis itu’.‘Perasaan gadis itu halus’.

26. lameBugis: Indona sibawakku mabbalu

lame ri pasa’e .‘Ibu teman saya menjual ubi dipasar’.

Muna: Isaku negholi lame wedaoa.‘Kakak saya membeli kentangdi pasar’.

27. lewaBugis: Lewani tettong ananqna

Lukman .‘Anaknya Lukman sudah bisaberdiri tegak’.Muna: Kai amaitu nolewa.

‘Kain itu panjang dan lebar’.28. leu

Bugis: Leu manenni tauwe nasabawennini .‘Orang sudah tidur semuakarena sudah malam’.

Muna: Bunga maitu noleu‘Bunga itu layu’.

29. lilaBugis: Mapeddi lilana anrikku

nasaba puruapi .‘Lidah adik saya sakit karenasariawan’.

Muna: Aiku sadhia nolila‘Adik saya selalu keliru’.

30. more-moreBugis: More-orei anrikku nasaba

polei mabbosi-bosi .‘Adik saya betuk-batuk karenaberhujan-hujan’.

Muna: Paemu tanokamore-more‘Padimu berbintik-bintikbagus’.

31. timuBugis: Mapeddi timunna nasaba

puruapi .‘Mulutnya sakit karenasariawan’

Muna: Nokalamo notimue‘Dia pergi menyerahkansesajen’.

Kata timu dalam bahasa Bugismengacu padasalah satu jenis pancaindera.Dalam bahasa Muna, katatimumengacu pada suatu benda yangbiasanya digunakan pada saatmelakukan ritual tertentu.

Page 10: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

174

Tinjauan Historis atas KosakataBahasa Bugis dan Bahasa Munayang Mempunyai KesamaanBentuk.

Pembahasan selanjutnya akanmenguraikan tentang penyebabkesamaan kosakata dalam bahasaMuna dan bahasa Bugis. Jawaban ataspermasalahan itu akan dijelaskanmelalui kajian pustaka tentang sejarahperadaban masyarakat Muna. Adabeberapa bukti sejarah yang dapatdijadikan tolok ukur terhadappenyebab kesamaan kosakata yangdimaksud dalam kajianini.Pertimbangan-pertimbangan sejarahtersebut dapat dilihat dalam uraianberikut ini.

Muna pada awalnya dikenaldengan namaWunayang dalam bahasaMuna berarti ‘bunga’. Merujuk padatradisi lisan masyarakat Muna, namaitu memberi makna spiritual kepadakejadian alamnya, dimana terdapatgugusan batu yang berbunga yangmenyerupai batu karang. Gugusan batutersebut pada waktu-waktu tertentukerap mengeluarkan tunas-tunas yangtumbuh seperti bunga karang.Olehkarena kejadian itulah makamasyarakat Muna menyebutnyasebagai Kontu Kowuna‘batuberbunga’.Gugusan batu berbungatersebut terletak di dekat Masjid tuaWuna di Kota Muna yang bernamabahutara (bahtera).Tempat dimanaKontu Kowuna tersebut beradadipercaya sebagai tempatterdamparnya kapal Sawerigading,putra raja Luwu di Sulawesi Selatanyang melegenda.

Dalam tradisi lisan masyarakatMuna dikisahkan bahwa pulau Munaditemukan oleh Sawerigading pelautdari kerajaan Luwu di SulawesiSelatan dan pengikutnya sebanyak 40orang.Mereka itu terdampar di sebuah

wilayah yang saat ini bernamabahutara (bahtera).Terdamparnya kapalSawerigading tersebut akibatmunculnya pulau dari dasar laut.

Bukti terdamparnya kapalSawerigading tersebut adalah adanyasebuah bukit yang menyerupai sebuahkapal lengkap dengan kabin-kabinnya.Bukit yang menyerupai kapaltersebut diyakini oleh masyarakatMuna sebagai fosil dari kapalSawerigading yangterdampar.Dikatakan pula bahwapengikut Sawerigading yang berjumlah40 orang kemudian menjadi cikal bakalmasyarakat Muna.Dari cerita itu,diperkirakan bahwa penduduk pertamadi Muna adalah orang Bugis danToraja dari daerah Luwu (Rene, 2001:4).

Cerita yang memiliki kemiripandengan tradisi lisan masyarakat Munatentang asal usul pulau Muna adalahepik I Lagaligo.Epik itu mengisahkanbahwa Sawerigading adalah seorangpelaut yang tangguh.Dia melakukanpenjelajahan samudera setelahbersumpah untuk tidak kembali kenegerinya (Luwu) karena ditentanguntuk menikahi Wa Tendriyabengyang ternyata saudarakembarnya.Dikisahkan dalam epiktersebut bahwa menurut adatmasyarakat Luwu hubungan antaraSawerigading dan Wa Tanriabeng(saudara kembar) tidakdibolehkan.Oleh karena itu, keduanyaharus dipisahkan.

Tokoh dari kedua kisah tradisilisan masyarakat Muna dan Epic I LaGaligo itu memiliki kesamaan nama.Demikian pula denganperanannya,baik tradisi lisanmasyarakat Muna maupun Epik I LaGaligo mengakui bahwa Sawerigadingadalah seorang pelaut.Penyebutannama yang diawali dengan ‘La’ bagilaki-laki masyarakat Muna memiliki

Page 11: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

175

kemiripan dengan penyebutan namaorang laki-laki pada suku Bugis.

Menurut sejarah peradabanmasyarakat Muna, kerajaan-kerajaantradisional di Sulawesi Tenggaramengakui adanya hubungan historisdengan Sawerigading dari Luwu yangdihubungkan dengan kedatangan ToManurung (orang asing). Merekasecara tidak langsung mengakui bahwapara pendatang yang sering disebut tomanurung (orang asing yang memilikikelebihan) itu adalah Sawerigadingatau keluarga/keturunan raja dariLuwu.

Persepsi yang sama jugaditemukan pada tradisi di kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan, seperti,Gowa dan Bone. Pada sisi lain, sukuBugis, suku Makassar, suku Mandar,dan suku Massenrempuluk mengakuipula bahwa asal-usul nenek moyangmereka berasal dari Ussuk, diperkuatdengan tradisi raja-raja Bugis,Makassar, dan Mandar menghormatiraja Luwu sebagai primus interparis.Dalam lontarak Bajo (ditulis orangBajo di Kendari) juga diakui bahwaasal-usul nenek moyang merekaberasal dari Ussuk.

Kedatangan To Manurungtersebut sering dihubungkan denganperjalanan Sawerigading ke duniatimur (sompe’na Sawerigading lao riTana Lau/lao ri Tomporekkesso) yangmenyebabkan persebaran suku Bugisdan suku Bajo di daerah-daerahperantauannya. Secara faktual, orangBugis umumnya memiliki gaya hidupyang lebih dinamis, lebih mudahbersosialisasi dan beradaptasi. Melaluifilosofi hidup di rantau yang harusmeraih sukses, konsep “tiga ujung”(ujung lidah/diplomasi, ujung laki-laki/kawin politik, dan ujungkeris/keberanian), memegang perananpenting dalam mempertahankaneksistensi orang Bugis di negeri rantau.

Di daerah Wuna (Muna),terbentuknya Kerajaan Muna diawalidengan kedatangan orang asingbernama Beteno Ne Tombula ’orangyang keluar dari bambu’, ia mengakubernama La Eli, nama lainnya BaizulZaman. Disusul kedatanganperempuan asing bernama SangkePalangga ’diangkat dari dulang’. Putritersebut dalam keadaan hamil, dan diamengaku bernama Tandiabe anak rajaLuwu. Segera putri itu diantar ke istanaMieno Wamelai dan dipertemukandengan Beteno Ne Tombula dan terjadidialog antara keduanya.

Dari dialog antara keduanya,kemudian diketahui bahwa di antaramereka telah saling mengenal. SangkePalangga dan Beteno Ne Tombula,akhirnya dipersatukan sebagai suami-istri yang disaksikan oleh segenaprakyat Wamelai (Wuna). Karenakelebihannya, maka masyarakat Munasepakat untuk mengangkat Beteno neTombula sebagai raja Pertama diKerajaan Wuna.

Hasil dari perkawinan merekalahirlah dua orang putra dan satu orangputri, yaitu Kanghua Bangkona Fotudengan gelar Sugi Patola (bahasaBugis: sugi ‘kaya’ patola ‘pengganti’,orang kaya pengetahuan/pengalamanyang menggantikan ayahnya menjadiraja) yang kelak menjadi Raja Muna IIdan Runtu Wulou yang dikatakannyakemudian kembali ke Luwu, dan putriKilambibite yang kawin dengan anakMieno Wamelai bernama LaSingkaghabu yang menjadi Kamokula(Kepala Pemerintahan Wilayah) diTongkuno. Raja Muna III ialah SugiAmbona putra Raja Muna II. Dariketurunan Beteno Ne Tombula inilahyang kelak melahirkan raja-raja Munasekaligus melahirkan tokoh legendarisyang diakui oleh semua kerajaantradisional di Sulawesi Tenggara.

Page 12: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 165-177

176

Perkembangan pelayaran dagangsemakin menambah media pertaliankekerabatan antaretnik, baik yangdilakukan oleh etnis yang ada di Sultramaupun dari luar seperti orangBugis/Makassar. Di kawasan BaratNusantara para pelayar/pedagangBugis sejak dahulu kala diakui sebagaipelayar ulung dan juga menanamkanpengaruhnya di kawan itu (Riau danKalimantan Barat). Demikian pula diNegeri Timur atau Tanah Lau, sepertiSulawesi Tenggara. Kerajaan Laiwoi(di Kendari) didirikan oleh La Mangu,anak Arung Bakung seorang yangdisebut sebagai pelarian politik dariBone yang kawin dengan bangsawanTiworo, kemudian Anaknya LaSambawa mengawini Maho putrimahkota Ranomeeto, dialah yangmelahirkan La Mangu yang kelakmendirikan Kerajaan Laiwoi. ArungBakung dikenal sebagai pemimpinorang Bugis yang berhasil mengusirbajak-bajak laut Tobelo di pesisirpantai Timur Sulawesi Tenggara.Kerajaan Laiwoi merupakan dinastiBugis-Muna-Tolaki, suatu gambarannyata bentuk hubungan kekerabatanmelalui perkawinan.

Keterkaitan dengan budayaBugis di Muna dan Buton dapat dilihatdari nama awal La untuk laki-laki danWa atau We untuk perempuan, telahmelekat sampai saat ini menjadi namaciri masyarakat setempat, sepertihalnya nama-nama dalam masyarakatBugis. Demikian pula istilah sugi yangberarti orang kaya harta, ilmu, danwawasan. Terdapat pula istilah patolaberarti pengganti atau pewaris tahta.Adanya peninggalan Sawerigading diMuna seperti Bukit Bahutara, yangdikatakan sebagai situs perahuSawerigading yang telah menjadibatu/gunung, dialah yang memberinama Wuna dari kata bahasa Bugiswunga ’bunga’, sesuai bentuk batu-

batu cadas di sekitar gunung bahutaratersebut. Demikian pula nama suatutempat di Muna bernama KecamatanSawerigadi, yang terbentuk sesudahIndonesia merdeka memperkuat buktikecenderungan masyarakat dunia timurumumnya dan Muna khususnya untuklebih mempererat hubungantradisional mereka dengan Luwu danmasyarakat Bugis umumnya. Kesenianmodero yang berkembang di kalanganmasyarakat Sulawesi Tenggara (Bajodan Muna), pantun dan nyanyian yangteratur bait dan syairnya merupakansuatu petunjuk akan pertalian dengankebiasaan suku Bugis yang pintarmembuat kata-kata filosofi yangmemiliki makna tertentu berupanasihat dan pesan-pesan pendidikanlainnya.

PENUTUP

Berdasarkan permasalahan yangmenjadi latar belakang dalamkaitannya dengan kajian ini, penulisdapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kosakata yang sama yangterdapat dalam bahasa Bugis danbahasa Muna, ada yang maknanyasama dan ada pula yang maknanyaberbeda. Namun, dari semua kosa katayang sama itu, lebih banyak yangmaknanya sama daripada yangberbeda.

Berdasarkan hasil telaahsejarah peradaban masyarakat Munadapat pula disimpulkan bahwakesamaan kosakata dan makna dalambahasa Muna dan bahasa Bugisdisebabkan oleh faktor peradaban,yaitu adanya hubungan kekerabatanmelalui perkawinan antara orang Munadan orang Bugis dan hubungantradisional melalui pelayaran danperdagangan yang mengakibatkanadanya kontak bahasa antara keduasuku tersebut.

Page 13: K A N D A I - Jurnal-el Badan Bahasa

Sukmawati: Kesamaan Kosakata Bahasa Bugis dan Bahasa Muna

177

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan et al. 2003.Tata BahasaBaku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

___________. 2005. Kamus Besarbahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007.PengantarSosiolinguistik. Bandung:PT Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 2003. PsikolinguistikKajian Teoritik. Jakrta:Rineka Cipta.

___________. 2004. SosiolinguistikPerkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, Lamuddin. 2001. KomposisiBahasa Indonesia.Jakarta: Insan Mulia.

Keraf, Goris. 2002. Diksi dan GayaBahasa. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimukti. 2001. KamusLinguistik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode PenelitianBahasa. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Muis Ba’du, Abdul dan Herman. 2005.Morfosintaksis. Jakarta:Rineka Cipta.

Moleong, Leksy. 2006. MetodologiPenelitian Kualitattif.Bandung: RemajaYosdakarya.

Van Den Berg, Rene. 2000. KamusMuna-Indonesia.Kupang: Artha WacnaPress.

___________. 2001. Sejarah danKebudayaan KerajaanMuna. Kupang: ArthaWacana Press.

http://id.wikipedia.org/wiki/BahasaBugis. Bahasa Bugis.Diakses 30 April 2014.

http://id.wikipedia.org./wiki/BahasaMuna. Bahasa Muna.Diakses 30 April 2014.