51
KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENIS RUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT DAN TANPA NAUNGAN (Skripsi) Oleh DESI SAVITRI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENIS …digilib.unila.ac.id/37300/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENIS

Embed Size (px)

Citation preview

KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENISRUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN

KELAPA SAWIT DAN TANPA NAUNGAN

(Skripsi)

Oleh

DESI SAVITRI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

THE CONTENT OF CRUDE PROTEIN AND CRUDE FIBER ON THREETYPES OF GRASS PLANTED UNDER THE PALM OIL SHADE AND

WITHOUT SHADE

By

Desi Savitri

This research aim to determined the effect of palm oil shade and type of grass oncrude protein and crude fiber content. This research was done on January --June2018 in Tanjung Agung Area, Katibung District, Kalianda, South Lampung and innutrition and animal feed laboratory, Agriculture Faculty, Lampung University.This research used Completely Randomized Design with split plot design method.Treatments implemented in this research were (1) shading, consist of two levels:N0 (without shade) and N1 (palm oil shade) and (2) plant species, consist of threevariations: A1 (elephant grass), A2 (setaria grass), and A3 (dwarf elephant grass).Each experimental unit was a plot of land consist on 2,40 x 2,25 m2. The obtaineddata was analyzed by analysis of variance on 5% and or 1% significant level, thenif the result is significantly difference, it was analyzed with Duncan MultipleRange Test. The results showed that there are interaction between shade and typeof grass to crude fiber content. Shading has no significant effect (P>0,05) oncrude protein content but significantly effect (P<0,05) on crude fiber content(26,69 ± 3,06). However, planting different grass has not significant effect(P>0,05) on crude protein, but significant effect (P>0,05) on crude fiber (31,55%).Planting dwarf elephant grass in palm oil shade obtained high crude protein(13,79%) and low crude fiber (24,63%).

Key words : Crude fiber, Crude protein, Grass species, and Shade.

ABSTRAK

KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENISRUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN

KELAPA SAWIT DAN TANPA NAUNGAN

Oleh

Desi Savitri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh naungan dan jenis rumputterhadap kadar protein kasar dan kadar serat kasar rumput. Penelitian inidilaksanakan pada Januari – Juni 2018 di Desa Tanjung Agung KecamatanKatibung Kalianda, Lampung Selatan dan di Laboratorium Nutrisi dan MakananTernak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL) petak terbagi. Perlakuan pada penelitian iniadalah (1) jenis naungan, yang terdiri dari dua taraf , yaitu N1 (naungan kelapasawit) dan N0 (tanpa naungan kelapa sawit); dan (2) jenis rumput yang terdiri daritiga taraf, yaitu A1 (rumput gajah); A2 (rumput setaria); dan A3 (rumput odot).Setiap unit perlakuan percobaan berupa petak lahan berukuran 2,40 x 2,25 m2.Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5%dan atau 1%, hasil analisis yang berbeda nyata di uji lanjut menggunakan ujilanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antaranaungan dan jenis rumput terhadap kadar protein kasar rumput. Naungan tidakberpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar protein kasar dan berpengaruh nyata(P<0,05) terhadap kadar serat kasar (26,69% ± 3,06). Penanaman jenis rumputyang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar protein kasar danberpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar serat kasar rumput (31,55%).Penanaman jenis rumput odot di bawah naungan kelapa sawit menghasilkan kadarprotein yang tinggi (13,79%) dengan kadar serat kasar yang rendah (24,63%).

Kata kunci : Jenis rumput, Kadar protein kasar, Kadar serat kasar dan Naungan.

KADAR PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TIGA JENISRUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN

KELAPA SAWIT DAN TANPA NAUNGAN

Oleh

DESI SAVITRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Peternakan

Pada

Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Selatan pada 30 Desember 1995, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak

Siswanto dan Ibu Dedeh Mardiyah serta kakak dari Wahyu Purnomo Aji,

Dharmawan Sulistio dan Shinta Lestari. Penulis menyelesaikan pendidikan

sekolah dasar di SDN 4 Candimas pada 2008, pendidikan menengah pertama di

SMPN 5 Natar pada 2011, dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Natar pada

2014. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada Januari—Maret 2017 di Desa Sri

Mulya Jaya, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah. Pada

Juli—Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di CV. Sekuntum

Farm Desa Toto Projo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur dan

melaksanakan penelitian pada Januari—April di Desa Tanjung Agung Kecamatan

Katibung Kalianda Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak Jurusan peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah,

Anatomi dan Fisiologi Ternak pada tahun ajaran 2015/2016, mata kuliah Bahan

Pakan dan Formulasi Ransum dan Biokimia pada 2016/2017, dan mata kuliah

Bahan Pakan dan Formulasi Ransum pada 2017/2018 serta terdaftar sebagai

anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET).

MOTTO

“Sesungguhnya Alloh SWT tidak membebani seseorang melainkansesuai dengan kesanggupnnya (Q.S Al-Baqarah : 286)”“Cukuplah Alloh bagiku, tidak ada tuhan selain Dia. HanyakepadaNya aku bertawakkal ( At-Taubah:129)”“ Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, makabertawakallah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh menyukaiorang-orang yang bertawakal (kepada-Nya)(Q.S Ali Imraan : 159)”

“Jangan menyia-nyiakan hidupmu untuk menunggu datangnyasayap. Yakinlah bahwa kalau kamu mampu untuk terbang sendiri(Audrey Gene)”“Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi (Henry Ford)”

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

Bapak dan Mama tercinta, Wahyu, Dharmawan, Shinta danseluruh keluarga besarku, seluruh sahabatku, orang-orang yang

menyayangiku, serta almamater tercinta yang selalu ku banggakan.

Tanpa doa, motivasi, pengorbanan, dan kasih sayang mereka, akutidaklah berarti apa-apa.

Semoga karya kecil ini bukan menjadi karya yang terakhir untukpenulis.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW beserta

keluarga dan sahabatnya tercinta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian-- yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan

mengesahkan skripsi ini;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. --selaku Ketua Jurusan Peternakan-- yang telah

memberikan arahan, nasihat dan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini;

3. Bapak Liman, S.Pt., M.Si.-- selaku Pembimbing Utama—atas arahan,

bimbingan dan nasihat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M. S.-- selaku Pembimbing Anggota-- atas arahan,

saran serta motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Agung Kusuma W, S.Pt., M.P.-- selaku Pembahas-- atas bantuan,

petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. --selaku dosen Jurusan Peternakan yang

telah memberikan ide penelitian—atas bimbingan dan arahan dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Dr. Ir. Rr Riyanti, M.P. --selaku Pembimbing Akademik penulis -- yang

telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan nasehat;

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan;

9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, cinta, tenaga,

doa, perhatian dan motivasi dengan tulus ikhlas;

10. Wahyu, Dharmawan dan Shinta yang telah memberikan keceriaan serta

memberikan motivasi kepada penulis;

11. Winda, Yudi, Dini, Zulfa, dan Claudia selaku teman seperjuangan selama

penelitian atas bantuan dan motivasi yang diberikan;

12. Iis, Desi Aryani, Mutiara, Ghea, Moly, Lazuardi, Refky, dan Triyanto selaku

teman seperjuangan selama peneliti melaksanakan PU dan KKN.

13. Makrifat, Iis, Deva, Riska, Winda, Rara, Fheni, dan Sari atas dukungan,

perhatian, doa, kasih sayang dan keceriaan yang telah diberikan;

14. Seluruh temen-teman angkatan 2014 Jurusan Peternakan yang telah

memberikan kesan mendalam selama menjadi mahasiswa.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua

yang membacanya

Bandar Lampung, 24 Juli 2018

Desi Savitri

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL. ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN. ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2

C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

D. Kerangka Pemikiran............................................................................... 3

E. Hipotesis................................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6

A. Rumput................................................................................................... 6

B. Naungan ................................................................................................. 9

C. Kelapa sawit........................................................................................... 10

D. Kualitas hijauan. .................................................................................... 11

E. Pupuk. .................................................................................................... 14

F. Intensitas cahaya. ................................................................................... 16

G. Pemotongan (defoliasi). ......................................................................... 16

III. METODE PENELITIAN. ......................................................................... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 17

B. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 17

1. Bahan penelitian .............................................................................. 17

2. Alat penelitian ................................................................................. 18

C. Metode Penelitian.................................................................................. 18

1. Rancangan perlakuan...................................................................... 18

2. Rancangan percobaan..................................................................... 18

3. Pelaksanaan penelitian.................................................................... 19

3.1. Pemilihan lahan ....................................................................... 19

3.2.Budidaya rumput ...................................................................... 20

3.3. Analisis proksimat ................................................................... 22

D. Peubah yang Diukur.............................................................................. 28

E. Analisis Data ......................................................................................... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 29

A. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Naungan dan Jenis Rumputterhadap Kadar Protein Kasar Rumput ............................................. 29

B. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Naungan dan Jenis Rumputterhadap Kadar Serat Kasar Rumput ................................................ 33

V. SIMPULAN DAN SARAN. ......................................................................... 39

A. Simpulan............................................................................................... 39

B. Saran...................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 40

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh perlakuan terhadap kadar protein kasar rumput............................. 29

2. Pengaruh perlakuan terhadap kadar serat kasar rumput................................. 34

3. Persentase proporsi batang dan daun rumput gajah, rumput setaria,dan rumput odot dari produksi total.......................................................... 37

4. Kadar protein kasar rumput ....................................................................... 46

5. Analisis ragam kadar protein kasar rumput.......................................... 46

6. Nilai kritis DMRT 5% P = 2, P = 3, P = 4, dan P = 5 kadarprotein kasar rumput............................................................................. 46

7. Uji Duncan kadar protein kasar rumput ............................................... 46

8. Kadar serat kasar rumput...................................................................... 47

9. Analisis ragam kadar serat kasar rumput. ............................................ 47

10. Nilai kritis DMRT 5% P = 2, P = 3, P = 4, dan P = 5 kadarserat kasar rumput. ............................................................................... 47

11. Uji Duncan serat kasar rumput............................................................ 47

12. Hasil pengukuran intensitas cahaya pada lahan naungan.................... 48

13. Hasil pengukuran intensitas cahaya pada lahan tanpa naungan .......... 48

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penelitian....................................................................................... 19

2. Tata letak pemetakan lahan penelitian pada lahan tanpa naungan. ...... 49

3. Tata letak pemetakan lahan penelitian pada lahan naungan kelapasawit. .............................................................................................................. 50

4. Analisis tanah pada lahan tanpa naungan ................................................ 51

5. Analisis tanah pada lahan di bawah naungan kelapa sawit ................... 51

6. Lahan tanpa naungan .................................................................................. 52

7. Lahan naungan kelapa sawit................................................................. 52

8. Rumput umur 2 minggu setelah defoliasi di lahan tanpanaungan ................................................................................................ 53

9. Rumput umur 2 minggu setelah defoliasi di lahan naungankelapa sawit .......................................................................................... 53

10. Rumput umur 73 hari pada lahan tanpa naungan. ............................... 54

11. Rumput umur 73 hari pada lahan naungan kelapa sawit..................... 54

12. Pemanenan rumput .............................................................................. 55

13. Penjemuran rumput. ............................................................................ 55

14. Analisis kadar protein kasar. ............................................................... 56

15. Analisis kadar serat kasar. ................................................................... 56

16. Luxmeter. ............................................................................................ 57

17. Pengukuran intensitas cahaya.............................................................. 57

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hijauan merupakan salah satu kebutuhan ternak yang harus dipenuhi untuk dapat

menghasilkan produksi yang maksimal. Jumlahnya yang semakin lama semakin

berkurang menjadi salah satu masalah yang dapat mempengaruhi produktivitas

seekor ternak. Salah satu penyebab dari permasalahan tersebut adalah jumlah

lahan yang digunakan untuk pengembangan hijauan semakin lama semakin

berkurang yang diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan menjadi pemukiman.

Keadaan tersebut makin diperparah oleh banyaknya tanaman perkebunan yang

jumlahnya mengalami kenaikan di setiap tahunnya, sehingga penyediaan lahan

untuk menanam hijauan semakin sulit dan perlu dilakukan integrasi antara hijauan

dengan tanaman perkebunan yang jumlahnya selalu mengalami peningkatan.

Salah satu tanaman perkebunan yang jumlahnya selalu mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun yaitu kelapa sawit. Berdasarkan data dariKementerian

Pertanian (2016), luas lahan kelapa sawit di Indonesia 11.260.277 ha pada 2015

menjadi 11.914.499 ha pada 2016.

Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam

hijauan pakan ternak karena dapat menyerap air dalam jumlah banyak akibat

ukuran akar yang dimilikinya cukup panjang dan memiliki naungan yang tinggi.

2

Naungan mempengaruhi kecepatan fotosintesis yang dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan pada kualitas tanaman yang ditanam di bawahnya. Hal itu

disebabkan karena naungan dapat mengurangi intensitas cahaya yang sampai pada

tanaman. Salah satu pakan hijuan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia

adalah rumput. Terdapat beberapa jenis rumput yang memiliki ketahanan

terhadap naungan dan kualitasnya tidak terganggu dengan adanya naungan.

Rumput yang tahan terhadap naungan akan mempunyai produksi dan kualitas

yang tinggi meskipun tumbuh pada areal yang ternaungi.Berdasarkan latar

belakang tersebut,maka perlu dilakukan identifikasi jenis rumput terutama dari

segi kualitas nutrisi rumput yang ditanam di bawah naungan kelapa sawit.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. mengetahui interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

kadar protein kasar dan serat kasar rumput;

2. mengetahui pengaruh naungan kelapa sawit terhadap kadar protein kasar dan

serat kasar rumput;

3. mengetahui pengaruh jenis rumput terhadap kadar protein kasar dan serat kasar

rumput.

3

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. sebagai bahan informasi bagi peternak dalam memilih jenis rumput terbaik

berdasarkan kualitas (protein kasar dan serat kasar) yang ditanam di bawah

naungan kelapa sawit;

2. sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademis atau instansi

terkait dengan adanya naungan yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif

lahan untuk menanam hijauan makanan ternak.

D. Kerangka pemikiran

Rumput merupakan salah satu jenis hijauan yang memiliki palatabilitas yang

tinggi dan termasuk dalam kelompok hijauan yang berkualitas sedang. Purbajanti

(2013) mengatakan bahw rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar

digunakan sebagai sumber pakan hijauan ternak herbivora. Rumput termasuk

tanaman semusim dan tahunan yang semuanya bersifat herbaceous ( tidak

berkayu), termasuk monocotyledeae (biji berkeping tunggal) dan perakaran

rumput berbentuk akar serabut. Jumlah rumput yang terus berkurang perlu

diatasi dengan melakukan integrasi antara tanaman pakan ternak dengan naungan

kelapa sawit.

Penanaman rumput di bawah naungan kelapa sawit akan mempengaruhi kualitas

nutrisi rumput itu sendiri, diantaranya mempengaruhi kandunganprotein kasar dan

serat kasar. Kandungan protein kasar rumput dapat bertambah akibat adanya

naungan. Hal ini bisa terjadi karena tanah yang ternaungi memiliki

4

temperatursedang, sehingga beberapa jumlah besar fauna tanah seperti cacing

tanah dapat berperan dalam perombakan daun yang gugur sehingga mampu

meningkatkan nitrogen tanah (Wilson et al., 1990). Faktor lain yang dapat

meningkatkan kadar protein kasar pada rumput adalahkemampuan rumput

menyerap nitrogen. Naungan dapat menyebabkan rumput yang tumbuh di

bawahnya lebih mudah menyerap nitrogen sehingga kadar protein kasar yang

dimiliki rumput lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Wilson dan

Ludlow, 1990; Wong dan Wilson, 1980) bahwa pada kondisi ternaungi rumput

memiliki kemampuan menyerap ketersediaan nitrogen tanah lebih tinggi

dibandingkan pada lahan tanpa naungan.

Kadar serat kasar pada rumput dipengaruhi oleh bahan kering rumput yang

dihasilkan. Semakin tinggi bahan kering pada rumput, maka kadar serat kasar

rumput juga akan semakin tinggi. Rumput yang ditanam di bawah naungan

memiliki kadar serat kasar yang lebih rendah yang diakibatkan oleh adanya

peningkatan unsur N. Menurut Keraf et al. (2015) unsur N dapat mempermudah

akar untuk mengabsorbsi air dalam tanah sehingga menyebabkan tanaman lebih

banyak mengandung air dan dapat menghambat terjadinya lignifikasi pada bagian

tanaman.

E. Hipotesis penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. terdapat interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

kadar protein kasar dan serat kasar rumput;

5

2. terdapat pengaruh naungan kelapa sawit terhadap kadar protein kasar dan

serat kasar rumput;

3. terdapat pengaruh jenis rumput terhadap kadar protein kasar dan serat kasar

rumput.

6

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput

Rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar digunakan sebagai sumber

pakan hijauan ternak herbivora. Rumput termasuk tanaman semusim dan tahunan

yang semuanya bersifat herbaceous (tidak berkayu), termasuk monocotyledeae

(biji berkeping tunggal) dan perakaran rumput berbentuk akar serabut (Purbajanti,

2013). Termasuk kelompok makanan hijauan adalah bangsa rumput (graminae),

leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun

waru dan lain sebagainya (Nurlahaet al., 2014).

A.1 Rumput gajah

Menurut Hanafi (2007) terdapat beberapa tanaman pakan unggul yang tahan

terhadap naungan, diantaranya adalah Digitaria milanjiana, Stylosanthes

guianensis,Paspalum notatum, dan Calopogonium caeruleum.Rumput gajah

(Pennisetum purpureum) dan benggala (Panicum maximum) merupakan beberapa

jenis rumput yang mempunyai kualitas unggul sebagai pakan ternak.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai bahan pakan ternak yang

merupakan hijauan unggul, baik dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas

dan nilai gizinya(Reksohadiprojo, 1985).Panen pertama pada rumput gajah dapat

7

7

di lakukan pada umur 50 --60 hari setelah tanaman mencapai tinggi 1 m. Panen

selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada musim

kemarau. Tinggi potongan dari permukaan tanah antara 10--15 cm. Jarak tanam

bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm (Ismono dan

Susetyo, 1977).

A.2 Rumput setaria

Secara umum rumput setaria sudah dapat dilakukan pemanenan pertama pada

umur 40--45 hari pada saat musim penghujan, sedangkan musim kemarau berkisar

50--60 hari (Budi, 2011).Pada kondisi baik satu rumpun rumput setaria biasanya

menghasilkan ratusan batang, pertumbuhan kembali (regrowth) setelah dipotong

sangat cepat namun dengan bertambahnya umur rasio batang dan daun cepat

meningkat akan diikuti oleh menurunnya nilai nutrisi. Nilai gizi yang terkandung

dalam rumput setaria adalah protein kasar 6--7 %, serat kasar 42,0 %, Bahan

Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8% (Prawiradiputraet al,

2006).

Waktu yang baik dalam menanam rumput setaria adalah pada musim penghujan

agar dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Penanaman rumput setaria

dilakukan dengan pols (sobekan rumput), penanaman dengan pols banyak

dilakukan untuk jenis rumput-rumputan (Prawiradiputra et al., 2006).Pemotongan

pada rumput setaria dapat dilakukan pada umur 35--40 hari (musim hujan) dan 60

hari (musim kemarau). Tinggi pemotongan antara 10--15 cm dari permukaan

tanah. Jarak tanam rumput setaria 40-- 50 cm (Ismono dan Susetyo, 1977).

8

8

A.3 Rumput odot

Rumput gajah mini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan disukai oleh

ternak ruminansia akan tetapi kandungan nutrisi dipengaruhi oleh umur tanaman,

makin tua umur tanaman maka kualitas nutrisi berkurang. Hal ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor salah satunya adalah menurunnya kandungan unsur hara

tanah yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Kurniawan, 2005).

Keunggulan rumput gajah mini yaitu memiliki kandungan protein 10-15%

tergantung umur panen, tanaman tahunan yang tinggi produksi, dan tanaman

rumput tropis yang tinggi nilai nutrisinya karena kandungan serat kasar yang

rendah (Urribari et al., 2005).Rumput gajah mini merupakan jenis rumput unggul

yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta

memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia, dapat hidup diberbagai

tempat, tahan naungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat

kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan

perakaran serabut yang kompak dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas

secara teratur (Syarifuddin, 2006).

Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan

rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua,

dengan panjang stek 20–25 cm (2–3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau

mata)(Regan, 1997).Rumput odot adalah salah satu jenis rumput gajah dari hasil

pengembangan teknologi hijauan pakan. Rumput odot atau gajah mini memiliki

ukuran tubuh kecil dan merumpun. Tekstur batang rumput ini sedikit lunak

sehingga sangat disenangi oleh ternak, utamanya sapi perah (Hasan, 2012).

9

9

Rumput gajah mini memiliki kandungan gizi yaitu protein kasar 9,66%, BETN

41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96% dan TDN 51% (Susetyo,

1969).

B. Naungan

Naungan memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas

hijauan sehingga dapat mengubah komposisi kimia. Kandungan protein kasar

biasanya lebih tinggi pada bagian tanaman yang berada di atas daripada yang

berada di bawah (Taufan et al., 2014). Naungan dapat mempengaruhi produksi

dan kualitas suatu jenis hijauan. Dengan demikian spesies hijauan pakan yang

tahan terhadap naungan akan memiliki produksi dan kualitas yang tinggi

meskipun tumbuh pada areal yang ternaungi (Nurhayati et al., 2015).

Naungan dibuat untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai padatanaman

dan berfungsi untuk menghindari terpaan air hujan secara langsung pada tanaman

saat musim hujan. Naungan yang diberikan secara fisik pada tanaman,

tidak hanya menurunkan intensitas radiasi matahari, tetapi juga mempengaruhi

unsur-unsur mikro lainnya (Sirait, 2005).

Naungan dapat menyebabkan penurunan produksi hijauan karena penurunan

persentase bahan kering,namun di sisi lain dapat memperbaiki kualitas hijauan

melalui penimbunan mineral seperti P, Ca, Mg dan N (Eriksen dan Whitney,

1981). Menurut Kephart dan Buxton (1993) konsentrasi protein kasarjauh lebih

responsif terhadap naungan dibandingkan komponen kualitas lainnya. Naungan

10

10

sebesar 63% dapat meningkatkan konsentrasi protein kasar sebesar 26% pada

rumput.

Derajat naungan sangat tergantung pada umur tanaman, tinggi tanaman, jarak

tanam, kesuburan tanah, dan karakteristik kanopi. Biasanya, jumlah cahaya

semakin menurun dengan bertumbuhnya tanaman muda. Pada kasus tanaman

karet dan kelapa sawit umur 6--7 tahun cahaya yang menerobos kanopi pada siang

hari dengan penyinaran penuh hanya 10% dan penetrasi cahaya tersebut tidak

berubah hingga tanaman berumur 15-20 tahun (Taufan et al., 2014).

Berdasarkan toleransi terhadap naungan, maka tanaman pakan ternak dapat

dikelompokkan menjadi: (1) Toleran naungan ringan (intensitas cahaya >60%);

(2) Toleran naungan sedang (intensitas cahaya 40--60%); dan (3) Toleran naungan

berat (intensitas cahaya <40%) (Nurhayati, 2016).

C. Kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang dalam

sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Ordo = Palmales

Famili = Palmae

Sub-Famili = Cocoidae

Genus = Elaeis

Spesies = 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)

11

11

2.Elaeis melanococca atau Corozo oloifera (Kelapa Sawit

Amerika Latin)(Djoehana, 2006).

Bagian lahan usahatani seperti lahan perkebunankaret, kelapa sawit, kelapa dan

hutan jati dapat dimanfaatkan untuk penanaman hijauan makanan ternak (Sirait,

2005).Jenis tumbuhan di bawah perkebunan kelapa sawit bervariasi antara

perkebunan satu dengan yang lain. Umur kelapa sawit akan mempengaruhi

keragaman tumbuhan yang di bawah perkebunan kelapa sawit. Jenis tumbuhan di

bawah tanaman kelapa sawit antara lain rumput-rumputan, tumbuhan berdaun

sempit, tumbuhan berdaun lebar yang dikelompokkan dalam gulma (Nurhayatiet

al., 2015).

D. Kualitas hijauan

Karimet al.(1991) menyatakan bahwa bertambahnya usia tanamanmengakibatkan

perbandingan daun dengan batang semakin kecil. Kecilnya rasio daun dengan

batang berpengaruh terhadap kandungan protein kasar, kandungan energi, dan

kandungan nutrisi lainnya. Hal tersebut karena kandungan nutrisi tanaman paling

banyak terdapat pada daun dibandingkan pada batangyangmempunyai komponen

dinding sel yang tinggi. Apabila rasio daun lebih besardibandingkan dengan

batangmaka jumlah nutrisi padatanaman semakin tinggi.

D.1 Protein Kasar

Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan

produktivitas ternak. Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan

12

12

padaumumnya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki

pengertianbanyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan pakan

kemudiandikali dengan faktor protein 6,25 (pakan nabati) atau 5,56 (pakan

hewani). Angka 6,25 dan 5,56 diperoleh dengan asumsi bahwa protein

mengandung 16% nitrogen(Fathul, 2014).

Tumbuh-tumbuhan sanggup membuat molekul protein kompleks dari garam-

garam anorganik bernitrogen sederhana seperti misalnya nitrat-nitrat yang diserap

dari tanah melalui akar-akarnya. Untuk membentuk protein, nitrogen bergabung

dengan karbon, hydrogen dan oksigen dari gula atau karbohidrat sederhana

lainnya dan umumnya dengan sejumlah kecil sulfur (Anggorodi, 1994).

Menurut Fathul et al. (2014) kandungan protein kasar rumput gajah sebesar

6,26% dan kandungan protein kasar pada rumput setaria sebesar 10,30%. Conklin

et al. (1999) menyatakan bahwa protein kasar adalah protein murni yang

tercampur dengan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonia,

dan sebagainya.

D.2 Serat Kasar

Kandungan bahan kering dan serat kasar cenderung meningkat sejalan dengan

meningkatnya umurtanaman dan diturunkannya level pemupukan, diperkirakan

karena unsur N dapat mempermudah akar untuk mengabsorbsi air dalam tanah,

menyebabkan tanaman lebih banyak mengandung air sehingga dapat menghambat

terjadinya lignifikasi pada bagian tanaman (Keraf et al., 2015).

13

13

Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel

dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut

dalam detergen asam seperti hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan

yang tidak larut dalam detergen asam yakni ligno-selulosa yang sering disebut

Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna

seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan dinding sel terdiri atas

sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel, lignin, dan

silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan silika.

Kandungan serat kasar dipengaruhi spesies, umur dan bagian tanaman (Hanafi,

2004).

Serat kasarmerupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai

fraksiyang tersisa setelah dipanaskan dengan larutan asam sulfat standar dan

sodiumhidroksida pada kondisi yang terkontrol. Karbohidrat bermacam-macam

jenisnyadan bervariasi pula manfaatnya bagi tubuh. Karbohidrat dibagi menjadi

dua fraksi, yaitu fraksi Serat Kasar (SK) ataucrudefiberyang sukar dicerna dan

fraksi Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) ataunitrogen free extractyang

bersifat mudah dicerna. Serat kasar diduga kaya akanlignin dan selulosasehingga

sulit dicerna. Serat kasar yang terdapat dalam pakansebagian besar tidak dapat

dicerna pada ternak nonruminansia tetapi dapatdigunakan secara luas pada ternak

ruminansia. Kandungan serat kasar rumput gajah 32,60% dan kandungan serat

kasar pada rumput setaria sebesar 33,70% (Fathulet al., 2014).

14

14

E. Pupuk

Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan

unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan mikro (besi,

seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang berfungsi

untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai

kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Mayadewi, 2007).

Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak,

urin dan sisa pakan yang tidak dapat dihabiskan. Kadar hara pupuk kandang

bervariasi, dipengaruhi oleh beberapa faktorantara lain jenis ternak, umur,

keadaan individu hewan, makanan yang dimakan, alas kandang serta

penyimpanan sebelum digunakan (Purbajanti, 2013).Menurut Sajimin et al.,

(2011) pemberian pupuk kandang kotoran ayam 20 ton/ha menghasilkan

kandungan protein kasar tertinggi pada Alfalfa.Pemupukan nitrogen dapat

mempertinggi produksi dan kadar protein (Mac pherson, 2000).

Pupuk yang berasal dari feses ayam mengandung N tiga kali lebih banyak

dibandingkan dengan feses sapi sehingga kadar protein kasar pada rumput setaria

yang diberi pupuk feses ayam mempunyai kadar protein kasar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan rumput setaria yang diberi pupuk feses sapi (Marliani,

2010).Nariratih (2013) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran

ayam memiliki nilai bobot kering tanaman tertinggi dibandingkan bahan organik

lain dikarenakan sifatnya yang mudah terdekomposisi sehingga dapat

menyediakan unsur hara lebih cepat untuk pertumbuhan tanaman.

15

15

Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik (pupuk alami) yang dikenal

dengan pupuk kandang, dan pupuk hijau, sedangkan pupuk anorganik (pupuk

buatan) merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia anorganik

yang dibuat oleh pabrik. NPK merupakan pupuk majemuk, yaitu pupuk yang

mengandung lebih dari satu unsur. Pupuk NPK memiliki kandungan seperti

nitrogen, fosfor, dan kalium dalam jumlah tertentu. TSP (Tri Super Fosfat)

merupakan pupuk anorganik yang kaya akan kandungan fosfat (Amini dan

Syamdidi, 2006).

Pemupukan dapatmemberikan produksi bobot segar suatutanaman menjadi lebih

tinggi karenapemupukan berarti menambah zat-zat makanan kepada tanaman

yang berguna untukpertumbuhan tanaman itu sendiri (Purbajanti,

2013).Pemberian N yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang baik

dan memperbaiki pigmentasi daun karena N adalah unsur esensial bagi

pembentukan senyawa penyusun sel antara lain asam nukleat, protein, dan klorofil

(Mangiringet al., 2017).

Nitrogen dapat memperlambat masaknya biji (memperpanjang masa vegetatif).

Kondisi ini menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis dalam tanaman dapat

berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan produktivitas tanaman sebagai

pakan. Kandungan nitrogen yang tinggi berfungsi untuk memacu proses

pembentukan daun tanaman karena nitrogen merupakan unsur hara pembentuk

asam amino dan protein sebagai bahan dasar tanaman dalam penyusunandaun

(Keraf et al., 2015).Menurut Lazureanu et al. (2007) nitrogen sering diperlukan

dalam jumlah terbesar oleh tanaman, terutama untuk pertumbuhan tanaman dan

16

16

hasil panen. Nitrogen memiliki peran penting dalam produksi klorofil dan sintesis

protein. Ketika kekurangan nitrogen, daun tanaman menjadi kuning sehinggga

pertumbuhan tanaman terhambat.

F. Intensitas Cahaya

Kurniatyet al. (2010) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang terlalu rendah

akan menghasilkan produk fotosintesis yang tidak maksimal, sedangkan intensitas

cahaya yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas sel-sel stomata

daun dalam mengurangi transpirasi sehingga mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman.

G. Pemotongan (defoliasi)

Pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase vegetatif dan fase

reproduktif (Fuskhah et al., 2009).Mobilisasi N digunakan untuk pertumbuhan

anakan pada tanaman akibat pengaruh frekuensi defoliasi/pemotongan (Lestienne

et al., 2006). Kemampuan hijauan untuk bertumbuh kembali setelah defoliasi

diantaranya karena tersedia cukup titik tumbuh dan energicadangan (Wijitphan et

al.,2009).

17

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari--Juni 2018 di area perkebunan kelapa

sawit yang berumur 7 tahun dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit

yang bertempat di Desa Tanjung Agung Kecamatan Katibung Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan. Analisis kualitas hijauan (protein kasar dan serat

kasar) dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit rumput

gajah(Pennisetum purpureum), bibit rumput Odot (Pennisetum purpureum cv.

Mott), dan bibit rumput setaria (Setaria sphacelata), pupuk TSP, KCL dan urea,

sampel rumput, air,H2SO4 Pekat, H2SO4 standar, campuran indikator

(CuSO4+Na2SO4 atau K2SO4)+ Se, Petroleum Ether, dan kertas saring biasa.

18

2. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, penyiram tanaman,

penyemprot herbisida, ember, timbangan analitik,sokhlet apparatus, oven,

desikator, tang penjepit,kjeldahl apparatus,buret, gelas erlenmeyer 125 ml, kertas

saring biasa, labu kjeldahl, gelas ukur ukuran 50 ml, botol semprot, dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

1. Rancangan perlakuan

Perlakuan pada penelitian ini adalah :

1. Perlakuan utama : naungan yang terdiri dari 2, yaitu:

N0 : Tanpa naungan kelapa sawit

N1 : Dengan naungan kelapa sawit

2. Perlakuan pada anak petak : jenis rumput yang terdiri dari 3 yaitu:

A1 : Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

A2 : Rumput setaria (Setaria sphacelata)

A3 : Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)

2. Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) metode split splot design (rancangan petak terbagi). Hal ini disebabkan

karena dalam perlakuan utama terdapat perlakuan anak petak. Perlakuan utama

berupa ada tidaknya naungan (N0 dan N1) sedangkan perlakuan anak petak pada

19

masing-masing perlakuan utama berupa jenis rumput (A1, A2, dan A3). Setiap

unit perlakuan percobaan berupa petak berukuran 2,40 x 2,25 m2. Setiap unit

percobaan diulang sebanyak 4 kali, sehingga didapat 24 unit percobaan.

N0A3U2 N0A1U2 N0A2U2

N0A2U1 N0A3U1 N0A2U3

N0A3U3 N0A3U4 N0A1U4

N0A1U1 N0A1U3 N0A2U4

N1A2U4 N1A3U3 N1A1U2

N1A1U4 N1A3U1 N1A3U4

N1A1U1 N1A2U3 N1A2U1

N1A3U2 N1A1U3 N1A2U2

Gambar 1. Tata letak penelitian

3. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental yang terdiri dari beberapa

tahapan yaitu : tahap pemilihan lahan, tahap budidaya rumput, dan tahap analisis

proksimat.

3.1 Pemilihan lahan

Pemilihan lahan didasarkan pada lahan kelapa sawit yang memiliki naungan yang

tidak terlalu rapat dan tidak terlalu memiliki banyak celah, yaitu pada lahan kelapa

sawit yang berumur 7 tahun. Lahan tanpa naungan kelapa sawit dipilih

20

berdasarkan letak lahan yang tidak terlalu jauh dari lahan kelapa sawit agar unsur

hara tanah tidak berbeda jauh.

3.2 Budidaya rumput

Tahap budidaya rumput meliputi persiapan dan pengolahan lahan, persiapan bibit

rumput, penanaman rumput, pemupukan, dan pemanenan rumput.

3.2.1 Persiapan dan pengolahan lahan

1.melakukan pemilihan tempat dan pengukuran tempat penelitian di bawah

naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit;

2. melakukan penyemprotan herbisida pada lahan yang berada di bawah naungan

kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit;

3. menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul pada lahan yang berada

di bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa

sawit;

4. melakukan pemupukan lahan di bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong

di sekitar perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan pupuk kandang yang

berasal dari kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ ha;

5. membuat petak perlakuan dengan ukuran plot 2,40 x2,25 m2 dengan jarak antar

plot 1 m2;

6. setelah petak terbentuk maka dilakukan pemupukan kembali dengan

menggunakan pupuk kimia yaitu pupuk TSP dengan dosis 50 kg/ha dan pupuk

KCl dengan dosis 50 kg/ha.

21

3.2.2 Persiapan bibit rumput

1. mencari bibit rumput gajah, rumput setaria dan rumput odot yang berkualitas

baik;

2. memotong batang rumput gajah dengan panjang 4 ruas, memotong batang

rumput odot dengan panjang 6 ruas serta mengambil 3 rumpun rumput setaria.

3.2.3 Penanaman rumput

1. mengambil bibit rumput gajah, rumput odot, dan rumput setariayang telah

disiapkan;

2. menanam rumput gajah, rumput setaria, dan rumput odotdengan jarak tanam

80x75 cm2;

3. menanam rumput gajah dan rumput odot dengan cara stek batang dengan 2 ruas

batang dibenamkan di dalam tanah untuk rumput gajah dan dengan 3 ruas

dibenamkan di dalam tanah untuk rumput odot, serta dengan membenamkan

rumpundidalam tanah untuk rumput setaria.

3.2.4Pemupukan

1. melakukan pemupukan lanjutan setelah satu minggu penanaman rumput;

2. melakukan pemupukan menggunakan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ ha;

3. melakukan pemupukan dengan menaburkan pupuk di sekitar tanaman rumput.

3.2.5 Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang tidak tumbuh dan segera

menggantinya dengan tanaman yang baru. Proses pengairan dilakukan setiap pagi

dan sore hari atau menyesuaikan dengan cuaca, sedangkan penyiangan

(pembersihan gulma) dilakukan setiap 7 hari sekali.

22

3.2.6Pemanenan

1. melakukan pemanenan rumput pada umur 73 hari setelah dilakukan

penebangan paksa pada rumput umur 30 hari;

2. mengambil rumput yang akan dijadikan sampel analisis sebanyak 10% dari

jumlah tanaman yang dipilih berdasarkan pengacakan nomor dengan

menggunakan bantuan sabit;

3. memasukkan hasil panen rumput ke dalam wadah untuk kemudian dilakukan

pengeringan dan selanjutnya dilakukan analisiskadar protein kasar dan kadar

serat kasar.

3.3 Analisis proksimat

Pelaksanaan penelitian terdiri dari analisis kadar protein kasar dan analisis kadar

serat kasar yang dilakukan dengan analisis proksimat. Prosedur analisis

proksimat ini adalah sampel yang akan dianalisis proksimat dikeringkan terlebih

dahulu di bawah sinar matahari agar diperoleh sampel dalam keadaan kering

udara. Sampel kemudian dihaluskan lalu dilakukan analisis kadar protein kasar

dan kadar serat kasar.

3.3.1 Kadar protein kasar

Cara kerja analisis kadar protein kasar menurut Fathul(2017) terdiri dari : tahap

destruksi, tahap destilasi, dan tahap titrasi.

a. Destruksi

1. menimbang kertas saring biasa (6x6 cm2) dan mencatat bobotnya (A);

23

2. memasukkan sampel sebanyak 0,1 gram dan mencatat bobot kertas berisi

sampel (B);

3. melipat kertas;

4. memasukkan ke dalam labu kjehldal. Menambahkan 15 ml H2SO4 pekat

(mengerjakan di dalam ruang asam);

5. menambahkan 0,2 gram K2SO4 sebagai katalisator;

6. menyalakan alat destruksi, kemudian mengerjakan destruksi;

7. mematikan alat destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan berwarna

jernih kehijau-hijauan;

8. mendiamkan sampai menjadi dingin (tetap di ruang asam);

b. Destilasi

1. menambahkan 200 ml air suling;

2. menyiapkan 25 ml H3BO3 pada gelas erlenmayer, kemudian menetesi dengan

dua tetes indikator (larutan berubah wara menjadi biru). Memasukkan ujung

alat kondensor ke dalam gelas tersebut, dan harus dalam posisi terendam;

3. menyalakan alat destilasi kemudian mengerjakan proses destilasi;

4. menambahkan 50 ml NaOH 45% ke dalam labu kjehldal tersebut secara cepat

(sekaligus), dan hati-hati jangan sampai digoyang-goyang atau dikocok;

5. mengamati larutan yang terdapat di dalam gelas erlenmeyer

6. mengangkat ujung alat kondensor yang terendam, apabila larutan telah menjadi

sebanyak 2/3 bagian dari gelas tersebut;

7. mematikan alat destilasi (sekali-kali jangan mematikan alat destilasi jika ujung

alat kondensor belum diangkat);

8. membilas ujung alat konensor dengan air suling menggunakan botol semprot;

24

c. Titrasi

1. menyiapkan alat untuk titrasi;

2. mengisi buret dengan NaOH 0,1 N, mengamati dan membaca angka pada buret

untuk selanjutnya dicatat (L1);

3. melakukan titrasi dengan perlahan-lahan. Mengamati larutan yang terdapat

pada gelas erlenmeyer;

4. menghentikan titrasi apabila larutan berubah warna menjadi hijau;

5. mengamati buret dan membaca angkanya, kemudian mencatatnya (L2);

6. melekukan pekerjaan seperti diatas untuk blanko (tanpa bahan analisa);

7. menghitung persentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut:

N(%) =[ ]

x 100%

Keterangan:

N : besarnya kandungan nitrogen (%)

Lblanko : volume titran untuk blanko (ml)

L sampel : volume titran untuk sampel (ml)

N basa : normalitas NaOH sebanyak 0,1

N : berat atom nitrogen sebanyak 14

A : berat kertas saring (gram)

B : bobot kertas saring berisi sampel (gram)

25

8. menghitung kadar protein dengan rumus sebagai berikut:

KP = N x Fp

Keterangan :

KP : kadar protein

N : kandungan nitrogen

Fp : angka faktor untuk pakan nabati sebesar 6,25

9. melakukan analisis tersebut dua kali (duplo). Memberi tanda 1 dan atau 2 pada

masing-masing labu kjehldal dan gelas erlenmeyer. Kemudian menghitung

rata-rata kandungan kadar proteinnya, seperti di bawah ini:

Kadar protein (%) = KP1 + KP 2

2

Keterangan :

KP1 : kadar protein pada ulangan 1 (%)

KP2 : kadar protein pada ulangan 2 (%)

3.3.2 Kadar serat kasar

Kadar serat kasar pada sampel dianalisis proksimat dengan langkah-langkah

menurut Fathul ( 2017)sebagai berikut :

1. menimbang kertas saring whatman ashless (8x8 cm2) dan mencatat bobotnya;

2. memasukkan sampel analisa ±0,1 gram, dan mencatat bobot kertas saring berisi

sampel (B);

3. menuangkan sampel analisa ke dalam gelar erlenmeyer;

26

4. menambahkan 200 ml H2SO4 0,25 N, kemudian menghubungkan gelas

erlenmeyer dengan alat kondensor;

5. menyalakan pemanas;

6. memanaskan selama 30 menit (terhitung sejak awal mendidih)

7. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen;

8. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai

bebas asam;

9. melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam (tidak berwarna

merah);

10. memasukkan kembali residue ke dalam gelas erlenmayer;

11. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N. Menghubungkan gelas erlenmayer

dengan alat kondensor;

12. memanaskan selama 30 menit (terhitung sejak awal mendidih)

13. menyaring dengan menggunakan corong kaca beralas kertas saring whatman

ashless nomor 541 berdiameter 12 cm yang sudah diketahui bobotnya (C);

14. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot,

sampai bebas asam;

15.melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas basa (tidak berwarna

biru);

16. membilas dengan aceton;

17. melipat kertas saring whatman ashless berisi residue;

18.memanaskan ke dalam oven 135o C selama 2 jam. Mendinginkan di dalam

desikator selama 15 menit, kemudian menimbang dan mencatat bobotnya (D);

27

19. meletakkan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya (E);

20. mengabukan di dalam tanur 600o C selama 2 jam (terhitung suhu

menunjukkan angka 600o C);

21. mematikan tanur;

22. mendiamkan ± 1 jam (sampai warna merah membara pada cawan

sudah tidak ada);

23. memasukkan ke dalam desikator, sampai mencapai suhu kamar ;

24. menimbang dan mencatat bobotnya (F);

25. menghitung kadar serat kasar sebagai berikut:

KS(%)=( ) ( ) %

Keterangan :

KS : kadar serat kasar (%)

A : bobot kertas saring ( gram)

B : bobot kertas saring berisi sampel (gram)

C : bobot kertas saring

D : bobot kertas saring berisi residu (gram)

E : bobot cawan porselen (gram)

F : bobot cawan porselen berisi abu (gram)

26.melakukan analisis sebanyak dua kali (duplo). Memberi tanda 1 atau 2

padamasing-masing gelas erlenmeyer, kertas saring whatman ashless, dan

cawan porselen. Kemudian menghitung rata-rata kadar serat kasar, sebagai

berikut:

28

Kadar serat kasar (%) =KS1 + KS2

2

Keterangan :

KS1 : kadar serat kasar pada ulangan 1 (%)

KS2 : kadar serat kasar pada ulangan 2 (%)

D. Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah:

1. Kandungan protein kasar rumput

2. Kandungan serat kasar rumput

E. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analisis Of

Varians) pada taraf nyata 5% dan atau 1% untuk mengetahui pengaruh perlakuan

terhadap kadar protein kasar dan serat kasar rumput dan apabila hasil berbeda

nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai

berikut :

1.Terdapat interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap kadar

protein kasar rumput namun tidak terdapat interaksi antara naungan kelapa

sawit dan jenis rumput terhadap kadar serat kasar rumput;

2. Terdapat pengaruh naungan kelapa sawit terhadap kadar serat kasarrumput

(26,69%) dan tidak terdapat pengaruh naungan terhadap kadar protein kasar

rumput (13,42%);

3. Terdapat pengaruh jenis rumput terhadap kadar serat kasar rumput (31,55%)

dan tidak terdapat pengaruh jenis rumput terhadap kadar protein kasar rumput.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai jarak tanam dan kerapatan naungan agar peternak dapat memilih

rumput yang tahan terhadap naungan kelapa sawit yang memiliki produksi dan

kualitas yang tinggi seperti rumput setaria dan rumput odot.

40

DAFTAR PUSTAKA

Alvarenga, A. A., M. C. Evaristo, C. Erico J. Lima, dan M.M. Marcelo. 2003.Effect of different light levels on the initial growth and photosynthetic ofCroton urucurana baill in Southeastern Brazil. R. Arvore: 27(1) : 53--57.

Amini, S. dan Syamdidi. 2006. Konsentrasi unsur hara pada media danpertumbuhan Chlorella vulgaris dengan pupuk anorganik teknis dananalisis. Jurnal Perikanan 8: 201--206.

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Bona, D. dan F. A. Montteiro. 2010. The development and production of leaf andtillers by marundu palisadegrass ferthized with nitrogen and sulphur. J.Tropical Grasslands. 44: 192--201.

Budi, H. 2011. Produksi dan Kandungan Gizi Rumput Setaria (SetariaSphacelata) pada Pemotongan Pertama yang Ditanam dengan JenisPupuk Kandang Berbeda. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim. Riau.

Conklin, N. L., E. S. Dierenfeld, R. W. Wrangham, M. Norconk dan S. C. Silver.1999. Comparison of kjeldahl crude protein and total ninhydrin proteinfrom wild. J. Tropical Vegetation25: 2601--2622.

Djoehana, S.2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta

Eriksen, F.dan S. Whitney. 1981. Effects of light intensity on growth of sometropical forage species. I. Interaction of light intensity and nitrogenfertilization on six forage grasses. Agronomy J. 73:427--433.

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsihdan S. Tantalo. 2014. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian.Lampung.

. 2017. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Kandungan Zat Makanan Pakan.Penutun Praktikum. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Lampung.

41

Fuskhah, E., R. D. Sutrisno, S. P. S. Budhi dan A. Mass. 2009. Pertumbuhan danProduksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada MediaTanam Salin. Semnas Kebangkitan Peternakan. Semarang.

Hanafi, N. D., 2004. Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit sebagaiBahan Baku Pakan Ternak. Skripsi. USU Digital Library. Medan.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press. Bogor.

Ismono, I. dan S. Susetyo. 1977. Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting.Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . BPLPP.Lembang. Bandung.

Karim, A. B., E. R. Rhodes dan P. S. Savill. 1991. Effect of cutting interval on drymatter yield of Leucaena leucocephala (Lam) De Wit. J Agrofor Syst 16: 129--137.

Kementerian pertanian. 2016. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kephart, K. D dan D. R. Buxton. 1993. Forage quality responses of C3 and C4perennial grasses to shade. J. Crop Sci 33:831--837.

Keraf, F. K., Y. Nulik dan M. L. Mullik. 2015. Pengaruh pemupukan nitrogen danumur tanaman terhadap produksi dan kualitas rumput kume(Sorghumplumosum var. timorense). Jurnal Peternakan Indonesia 17:123--130.

Kimball J. W. 1992. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Kurniaty, R., B. Budiman dan M. Suartana. 2010. Pengaruh media dan naunganterhadap mutu bibit suren (Toona sureni MERR). Jurnal Penelitian HutanTanaman 7: 77--83.

Kurniawan, W. 2005. Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria humidicola(rendle) Schweick, Digitaria decumbens Stent, dan Stenotaphrumsecundatum (Walt.) Kuntze di Bawah Naungan Sengon, Karet danKelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Lazureanu, A., M. Diana, I. Gogoasa, M. A. Poiana, M. Harmanescu dan I.Gergen. 2007. Influence of NPK fertilization on nutritional quality oftomatoes.Faculty of Food Processing Technology. Banat University ofAgriculturalSciences and Veterinary Medicine. Buletin USAMV-CN 64.Romania.

42

Lestienne, F., B. Thornton dan F. Gastal. 2006. Impact of defoliation intensity andfrequency on N uptake and mobilization in Lolium perenne. Journal ofExperimental Botany 57: 997--1006.

Mac Pherson, A. 2000. Trace-mineral Status of Forages. CAB Int. ScottisAgriculture College. USA.

Mangiring, W. 2013. Mutu dan Produksi Rumput Gajah pada Kondisi IntensitasCahaya dan Pemupukan Nitrogen Berbeda. Karya Ilmiah. UniversitasLampung. Bandar Lampung.

., K. Nurleni dan Priyadi. 2017. Produksi dan mutu hijauan rumput gajah(Pennisetum purpureum) pada kondisi naungan dan pemupukan nitrogenberbeda. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 17:58--65.

Marliani. 2010. Produksi dan Kandungan Gizi Rumput Setaria (Setariasphacelata) pada Pemotongan Pertama yang ditanam dengan Jenis PupukKandang Berbeda. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim. Riau.

Mayadewi,N. A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadappertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Jurnal Agritrop 26: 153--159.

Nariratih, I. 2013. Ketersediaan nitrogen pada tiga jenis tanah akibat pemberiantiga bahan organik dan serapannya pada tanaman jagung. JurnalAgroekoteknologi 3: 479--488.

Norton, B.W., J.R. Wilson, H.M.Shelton dan K.D. Hill. 1990. The Effect of shadeon forage quality. Proceeding of workshop, Sanur, Bali, Indonesia : 83—88.

Nurhayati ., B. Tisnamurti., dan Y. Adinata. 2015. Ketersediaan sumber hijauan dibawah perkebunan kelapa sawit untuk penggembalaan sapi. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan. Wartazoa. S 25: 047--054.

. 2016. Sumber daya genetik tanaman pakan ternak toleran naungan. Wartazoa.26: 051--056.

Nurlaha., S. Agus dan N. S. Asminaya. 2014. Identifikasi jenis hijauan makananternak di lahan persawahan Desa Babakan Kecamatan DramagaKabupaten Bogor. Jitro 1 (1).

Prawiradiputra B., R. Sajimin, N. Purwantara dan D. Herdiawan. 2006. HijauanMakanan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum. Graha Ilmu. Yogyakarta.

43

Regan, C. S. 1997. Forage Concervation in The Wet/ Dry Tropics for SmallLandholder Farmers. Thesis. Faculty of Science. Nothern TerritoryUniversity. Darwin Austalia.

Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Jilid 3. ITB. Bandung.

Sajimin, N.D., Purwantari dan R. Mujiastusti. 2011. Pengaruh Jenis dan TarafPemberian Pupuk Organik pada Produktifitas Tanaman Alfalfa(Medicago sativa L.) di Bogor Jawa Barat. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner.Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Salisbury, F.B. danC. W. Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Sirait, J. 2005. Pertumbuhan dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan danPemupukan yang Berbeda. Thesis. Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Suryana dan Lugiyo. 2006. Pengaruh Interval Pemotongan terhadap ProduksiRumput Sorghum CV Jumbo. Makalah Temu Teknis Nasional TenagaFungsional Pertanian 2006. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Susetyo. 1969. Hjauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat. DirjenPeternakan. Jakarta.

Sutardi, T. 1980. Landasan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syarifuddin, N. A. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilasepada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. Lampung.

Taufan. P. D., A. Yulianty dan E. Widodo. 2014. Potensi Hijauan di PerkebunanKelapa Sawit Sebagai Pakan Sapi Potong di Kabupaten KutaiKartanegara. Skripsi. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian UniversitasMulawarman. Samarinda.

Urribari, L., A. Ferrer dan A. Collina. 2005. Leaf protein from ammonia treasteddwarf elephant grass (Pennisetum purpureum schum cv mott). JournalApplied Biochemistry and Biotechnology. 122: 721--730.

Wijitphan, S., P. Lorwilai dan C. Arkaseang. 2009. Effect of cutting heights onproductivity and quality of Napier Grass under irrigation. J. Nutr. 8:1244--1250.

Wilson, J.R., K. Hill, D. M. Cameron, dan H. M. Shelton. 1990. The growth ofPaspalum notatum under the shade of a Eucalyptus grandis plantationcanopy or in full sun. Tropical Grasslands. 24: 24--28.

44

Wilson, J. R.danM. M. Ludlow. 1990. The environment and potensial growth ofherbage under plantations.Proceeding of workshop, Sanur, Bali,Indonesia. 10--24.

Wong, C. C. dan J. R. Wilson. 1980. Effect of shading on growth and nitrogencontent of green panic and siratro in pure and mixed swards defoliated attwo frequencies. Australian Journal of Agriculture Research 31: 269--285.

Wong, C. C.,M. A. Mohd, Sharudin, dan H. Rahim. 1985. Shade tolerancepotential of some tropical forages for integration with plantations 2.Legumes. MARDI Research Bulletin 13: 249--269.