Upload
dangdan
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN
KANTOR
AN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
TRIWULAN II - 2013
R PERWAKILAN BANK INDWILAYAH IV
IONALIONALIONALIONAL
NDONESIA
Penerbit :Penerbit :Penerbit :Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Kantor Kantor Kantor Kantor PerwakiPerwakiPerwakiPerwaki
Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor KantoKantoKantoKanto
“Mendukung pen
perbankan dan
memberikan saran
rangka mendukung
Visi Visi Visi Visi Kantor PerwakKantor PerwakKantor PerwakKantor Perwak
“Menjadi kantor
peningkatan peran
diberikan.”
MisiMisiMisiMisi Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
“ Mencapai dan m
kestabilan moneter
nasional yang berkes
Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia
“Menjadi bank sent
melalui penguatan n
stabil.“
Nilai Nilai Nilai Nilai –––– Nilai StrategiNilai StrategiNilai StrategiNilai Strategi
Kompetensi – Intergr
Visi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai Strategis
Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
Visi dan MisiVisi dan MisiVisi dan MisiVisi dan Misi
kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV
tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
ncapaian kebijakan Bank Indonesia di
sistem pembayaran secara efisien da
n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn
ng pembangunan ekonomi daerah.”
akilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IV::::
Bank Indonesia yang dapat dipercaya
ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban
ia :ia :ia :ia :
memelihara kestabilan nilai rupiah melal
r dan sistem keuangan untuk mendukun
esinambungan.“
ia :ia :ia :ia :
ntral yang kredibel secara nasional maup
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi
gis :gis :gis :gis :
gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber
V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)
IVIVIVIV::::
i bidang moneter,
dan optimal serta
nya di daerah dalam
di daerah melalui
ank Indonesia yang
lalui pemeliharaan
ng pembangunan
upun internasional
si yang rendah dan
ersamaan.
Pertama-tama kam
atas rahmat dan hidayah-
Triwulan II - 2013 dapat dis
disusun untuk memenuhi
internal yang terkait den
pembayaran di Jawa Timur
Secara garis besa
mencapai kinerja yang
pertumbuhan ekonomi n
Sementara laju inflasi Jaw
normalnya di level 5,93%
Di sisi lain, kinerja kredit p
perekonomian Jawa Timu
tinggi dari nasional yang tu
Kinerja pertumbuh
lebih tinggi dari triwulan se
peningkatan kredit perban
tinggi dengan proyeksi di k
Analisa kajian ini
berbagai pihak seperti perb
Atas kerjasama tersebut
Harapan kami, hubungan k
masa yang akan datang.
meningkatkan kualitas kajia
Semoga Tuhan Y
kemudahan kepada kita
masyarakat Jawa Timur pad
i
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
mi panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan
-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provi
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajia
hi kebutuhan informasi bagi stakeholders eks
ngan perkembangan perekonomian, perbank
ur baik pada triwulan dimaksud maupun prospe
sar, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pad
membanggakan sebesar 6,97% (yoy), leb
nasional (5,81%) maupun provinsi lainnya
awa Timur di triwulan II-2013 mulai kemba
(yoy), meskipun lebih tinggi dibandingkan na
t perbankan sebagai salah satu penopang sum
ur, mencatatkan pertumbuhan sebesar 26,1
tumbuh sebesar 20,77% untuk Bank Umum.
han ekonomi Jawa Timur pada triwulan III-201
sebelumnya di kisaran 6,95% - 7,15% (yoy), did
ankan di level 26,5%, meskipun dibayangi la
i kisaran 8,20% - 8,50% (yoy).
i didasarkan pada data dan informasi yang
erbankan, instansi pemerintah daerah, BUMN m
t kami mengucapkan terima kasih yang se
kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih
. Kami juga mengharapkan masukan dan sar
jian sehingga dapat memberikan manfaat yang
Yang Maha Pemurah selalu memberikan
a semua dalam memberikan kontribusi yan
ada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, 13 Ag
KEPALA PERWAKILAN BAN
WILAYAH IV (JAW
MohamadDirektur Ek
n Yang Maha Esa
vinsi Jawa Timur
jian triwulanan ini
ksternal maupun
nkan dan sistem
ek ke depan.
ada triwulan ini
lebih tinggi dari
di Pulau Jawa.
bali kepada pola
nasional (5,90%).
mber pendanaan
,16% (yoy) lebih
013 diperkirakan
didukung dengan
laju inflasi yang
g diperoleh dari
maupun swasta.
sebesar-besarnya.
ih ditingkatkan di
aran untuk lebih
ng optimal.
kekuatan dan
ng terbaik bagi
gustus 2013
ANK INDONESIA
WA TIMUR)
ad Ishak Eksekutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv
DAFTAR ISTILAH xv
DAFTAR SINGKATAN xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 3
a. Konsumsi 4
b. Investasi 7
c. Ekspor - Impor 11
1.3 SISI PENAWARAN 13
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 16
b. Sektor Industri Pengolahan 18
c. Pertanian 19
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 21
e. Bangunan 23
f. Pengangkutan dan Komunikasi 24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 26
2.1 KONDISI UMUM 26
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 27
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 31
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 36
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 38
2.6 DISAGREGASI INFLASI 40
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 47
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 48
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 50
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 52
3.1.3. KREDIT 55
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 60
3.1.5 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 62
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 63
3.2.1. RISIKO KREDIT 64
DAFTAR ISI
ii
3.3 PERBANKAN SYARIAH 66
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 68
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 71
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 74
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 74
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow) 74
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 76
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 77
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement) 77
b. Transaksi Kliring 79
3.7 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 80
BOKS 1
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 85
4.1 UMUM 85
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 85
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah 86
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 87
4.2.3 Anggaran Belanja Daerah 89
4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 90
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 92
5.1 UMUM 92
5.2 KETENAGAKERJAAN 92
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 92
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 95
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 96
5.3.1 Kesejahteraan Petani 97
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 98
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 99
BOKS 2
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 108
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 108
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 110
6.3 PROSPEK PERBANKAN JAWA TIMUR 111
6.4 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 112
iii
SHORT TERM RESPONSE KEBIJAKAN LTV DI JAWA TIMUR
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DAN PEMBERIAN BLSM PADA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa 2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Jawa Timur Sisi Permintaan Provinsi Jatim 3
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran 14
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 19
Tabel 2.1 Inflasi Triwulan I Tahun 2013 & Triwulan II 2013 di Jawa Timur (mtm) 28
Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 32
Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 36
Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 38
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan II - 2013 (%yoy) 39
Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan II-2013
(%yoy)
40
Tabel 2.7 Perkembangan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan 43
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 47
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 48
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 69
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 71
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 75
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2013 79
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Prop. Jatim Triwulan I - 2013 (Juta Rupiah) 86
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) 87
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jatim Tahun 2013 (Juta Rp) 89
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jatim Tahun 2013 (Juta Rp) 91
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) 93
Tabel 5.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur 96
Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 100
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 110
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 114
DAFTAR TABEL
iv
Grafik 1.1 Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran 5
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 5
Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi 6
Grafik 1.10 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 6
Grafik 1.11 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen 6
Grafik 1.12 Survei Konsumen - Kondisi Erkonomi Saat ini 6
Grafik 1.13 Perkembangan PMTB 7
Grafik 1.14 InfraStruktur Transportasi Jawa Timur 7
Grafik 1.15 Infrastruktur Pendukung Sektor Industri Pengolahan 7
Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Proyeksi Investasi 7
Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 7
Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Investasi 10
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Investasi 10
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Penjualan semen 11
Grafik 1.20 Perkembangan Impor Barang Modal 11
Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 12
Grafik 1.22 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar negeri Jatim 12
Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor per Jenis Barang 12
Grafik 1.24 Pertumbuhan Ekspor per jenis barang 12
Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Ekspor 13
Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Impor 13
Grafik 1.27 Nilai Impor per Jenis Barang 13
Grafik 1.28 Pertumbuhan Impor per jenis Barang 13
Grafik 1.29 Pertumbuhan tiga sektor utama 14
Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor pendukung 14
Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor pendukung 14
Grafik 1.32 Utilisasi kapasitas produksi 15
Grafik 1.33 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 15
Grafik 1.34 Indeks realisasi Usaha 16
Grafik 1.35 Indeks realisasi Usaha Sektoral 16
Grafik 1.36 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 17
Grafik 1.37 Lama Tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jatim 17
Grafik 1.38 Jumlah Wisatawan Asing Melalui bandara Juanda 17
Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 17
Grafik 1.40 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 18
Grafik 1.41 Pertumbuhan Produksi Pengolahan 18
Grafik 1.42 Perkembngan Pertumbuhan Impor barang Bahan Baku 19
Grafik 1.43 Konsumsi Listrik Golongan industri 19
Grafik 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 21
Grafik 1.45 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jatim 21
Grafik 1.46 Luas Lahan Puso di Jatim 21
Grafik 1.47 Pertumbuhan Kredit & DPK Perbankan Jatim 22
Grafik 1.48 Perkembngan NIM Perbankan Jatim 22
Grafik 1.49 Perkembangan Fee Based Incame 22
Grafik 1.50 Perkembangan Interest Based Income 22
Grafik 1.51 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum 22
Grafik 1.52 Pertumbuhan Sektor Pendukung 23
Grafik 1.53 Volume Penjualan semen di jatim 23
Grafik 1.54 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 23
Grafik 1.55 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 23
Grafik 1.56 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24
Grafik 1.57 Arus Barang di tanjung Perak 24
Grafik 1.58 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 25
Grafik 1.59 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 25Grafik 1.59 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 25
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 25
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 25
Grafik 2.3 Inflasi Jawa Timur (qtq) 25
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Jawa Timur (qtq) 25
Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 25
Grafik 2.6 Inflasi per Kelompok Barang Tw II-2013 (mtm) 27
Grafik 2.7 Inflasi April 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.8 Inflasi Mei 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.9 Inflasi Juni 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 29
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Sub Kelompok Daging dan Telur 29
Grafik 2.12 Ekspektasi Inflasi Konsumen 3&6 bulan yad 30
Grafik 2.13 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 31
Grafik 2.14 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 31
Grafik 2.15 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw I-2013 & Tw II-2013 31
Grafik 2.16 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Juni 2013 33
Grafik 2.17 Stok Setara Beras Jawa Timur 33
Grafik 2.18 Luas Panen dan Produksi Padi Kab.Jember 34
Grafik 2.19 Luas Panen dan Produksi Padi Prov.Jawa Timur 34
Grafik 2.20 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq) 35
Grafik 2.21 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq) 37
Grafik 2.22 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013 37
Grafik 2.23Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi & Transpor (yoy) 2010-2013
37
Grafik 2.24 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013 37
Grafik 2.25 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
Grafik 2.26 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur 38
Grafik 2.27 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 39
Grafik 2.28 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy) 39
Grafik 2.29 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) 39
Grafik 2.30 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 39
Grafik 2.31 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 50
Grafik 2.32 Perkembangan Capacity Utilization 50
Grafik 2.33 Perkembangan Harga Minyak Internasional 50
Grafik 2.34 Perkembangan Harga CPO 50
Grafik 2.35 Perkembangan Batu Bara 51
Grafik 2.36 Perkembangan Harga Karet 51
Grafik 2.37 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 52
Grafik 2.38 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 52
Grafik 2.39 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food 53
Grafik 2.40Grafik 2.40 Perkembangan Inflasi Inti – Manufacturing & Services 53
Grafik 2.41 Perkembangan Inflasi Traded - Konstruksi dan Non Kontruksi 53
Grafik 2.42 Perkembangan Inflasi Non Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi 53
Grafik 2.43 Indeks Keyakinan & Ekspetasi Konsumen 54
Grafik 2.44 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 54
Grafik 3.1 Perkembangan LDR 49
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 49
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 50
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 50
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 50
Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 50
Grafik 3.7 Proporsi Aset Bank Umum Per Kabupaten/Kota 51
Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kabupaten/Kota 51
Grafik 3.9 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kabupaten/Kota (% yoy) 52
Grafik 3.10 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 52
Grafik 3.11 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 53
Grafik 3.12 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 53
Grafik 3.13 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 53
Grafik 3.14 Komposisi DPK Bank Umum (%) 53
Grafik 3.15 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 54
Grafik 3.16 Proporsi DPK Per Kabupaten/Kota 54
Grafik 3.17 Jumlah DPK Per Kabupaten/Kota 54
Grafik 3.18 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kabupaten/Kota (% yoy) 55
Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit (yoy) 56
Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit (qtq) 56
Grafik 3.21 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 57
Grafik 3.22 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 57
Grafik 3.23 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 57
Grafik 3.24 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 57
Grafik 3.25 Proporsi Kredit Sektoral 58
Grafik 3.26 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 59
Grafik 3.27 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 59
Grafik 3.28 Proporsi Penyaluran Kredit Per Kabupaten/Kota 59
Grafik 3.29 Pertumbuhan Kredit Per Kabupaten/Kota 60
Grafik 3.30 Perkembangan Kredit UMKM 61
Grafik 3.31 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 62
Grafik 3.32 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 63
Grafik 3.33 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 63
Grafik 3.34 Perkembangan NPL Bank Umum 65
Grafik 3.35 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 65
Grafik 3.36 NPL Per Sektor Ekonomi 65Grafik 3.36 NPL Per Sektor Ekonomi 65
Grafik 3.37 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 66
Grafik 3.38 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 66
Grafik 3.39 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 67
Grafik 3.40 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 67
Grafik 3.41 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 67
Grafik 3.42 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 67
Grafik 3.43Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah di Jawa Timur 68
Grafik 3.44 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 69
Grafik 3.45 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 69
Grafik 3.46 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 70
Grafik 3.47 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 70
Grafik 3.48 Perkembangan LDR & NPL BPR 70
Grafik 3.49 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 71
Grafik 3.50 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 71
Grafik 3.51 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 72
Grafik 3.52Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72
Grafik 3.53Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
(qtq) 73
Grafik 3.54 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 73
Grafik 3.55 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 73
Grafik 3.56 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupiah 76
Grafik 3.57 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 76
Grafik 3.58 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 76
Grafik 3.59 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 77
Grafik 3.60 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 78
Grafik 3.61 6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I -2013 78
Grafik 3.626 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I 2013 78
Grafik 3.63 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 80
Grafik 3.64 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 80
Grafik 3.65 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 80
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 85
Grafik 4.2 Proporsi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jatim 87
Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jatim Tahun 2013 (Juta Rupiah) 88
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur 90
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur 90
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 91
Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung 91
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 93
Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 94
Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 94
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 94
Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 96Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 96
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 96
Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur 97
Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 97
Grafik 5.9 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 98
Grafik 5.10 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 98
Grafik 5.11 NTN Nasional & Jawa Timur 99
Grafik 5.12 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 99
Grafik 5.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 99
Grafik 5.14 Komoditas Penyumbang Garis Kemiskinan Makanan (%) 101
Grafik 5.15 Komoditas Penyumbang Garis Kemiskinan Non Makanan (%) 101
Grafik 5.16 Pertumbuhan Pengeluaran RT dan Pertumbuhan Inflasi di Jatim (%) 102
Grafik 5.17 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)104
Grafik 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 108
Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Penghasilan 108
Grafik 6.3 Estimasi realisasi usaha Tw.II-2013 110
Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw.II-2013 110
�
RingkasanRingkasanRingkasanRingkasan EksekutifEksekutifEksekutifEksekutif
�
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN EKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN IIIII –––– 2012012012013333
Assesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Pada triwulan II-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh 6,97%
(yoy), lebih tinggi dari perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah IV (Jawa Timur) di kisaran 6,60% - 6,80% (yoy). Angka ini juga
lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar
6,62% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas angka
pertumbuhan ekonomi nasional (5,81%) maupun provinsi lainnya di
Kawasan Jawa. Bahkan beberapa wilayah di kawasan Jawa terjadi
perlambatan pertumbuhan seperti DKI Jakarta dan Banten.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) menjadi sumber pendorong
pertumbuhan. Meningkatnya kegiatan konsumsi rumah tangga Jatim
utamanya didorong oleh belanja kelompok non makanan terutama
pembelian barang tahan lama sejenis peralatan rumah tangga, pakaian,
alat tulis serta konstruksi. Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa
Timur menjadi salah satu pendorong meningkatnya konsumsi barang
tahan lama karena adanya kepastian pendapatan. Kinerja investasi swasta
periode ini didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
sehingga turut mengkonfirmasi stabilnya kinerja investasi Jatim di atas
level 8% (yoy).
Ditinjau dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
(PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi
sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga
sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi
masing-masing sebesar 2,89%, 1,56% dan 0,43%.
Assesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen Inflasi
Inflasi IHK pada triwulan II-2013, secara tahunan, mencapai sebesar
5,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,90%). Sementara itu,
secara triwulanan, inflasi Jatim sudah kembali pada pola normalnya yang
tercatat 0,11% (nasional 1,54%), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,87% (nasional 1,54%).
Kinerja ekonomi Jatim meningkat sebesar 6,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,81%).
Inflasi IHK pada triwulan II-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 5,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,90%).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Tekanan inflasi dari volatile foods yang cukup kuat pada triwulan I-2013
terutama dari komoditas bumbu-bumbuan dan buah-buahan terlihat
mereda memasuki awal hingga akhir triwulan II-2013. Disamping itu,
terjadi pula penurunan harga pada komoditas emas perhiasan yang
masuk dalam kelompok core, sebagai dampak melemahnya harga
komoditas ini di pasar internasional.
Namun demikian, koreksi harga dari kelompok volatile foods dan core,
kembali tertahan dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada
kelompok administered prices di penghujung triwulan ini, mengakibatkan
kenaikan tarif angkutan dan berpengaruh kuat terhadap ekspektasi.
Kenaikan BBM ini, diyakini menjadi faktor dominan pendorong utama
inflasi pada triwulan berikutnya, selain dorongan permintaan memasuki
tahun ajaran baru, bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat
inflasi yang relatif lebih tinggi. Berbeda dibandingkan periode sebelumnya
dimana Jatim mengalami inflasi tertinggi di kawasan Jawa, pada periode
ini inflasi Jatim berada di urutan ketiga tertinggi. Realisasi inflasi di
kawasan Jawa, terendah ditempati Jawa Tengah (5,44%), DIY (5,66%),
Jawa Timur (5,93%), Jawa Barat (6,54%) dan tertinggi terjadi pada
Provinsi Banten (6,80%). Berdasarkan grafik di samping, inflasi bergerak
naik yang terjadi di seluruh provinsi di Jawa sejak tahun 2011 sampai
triwulan II-2013.
Assesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen Perbankan
Pada pertengahan tahun 2013 (Triwulan II), kinerja perbankan di Jawa
Timur baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terus
menunjukkan perkembangan positif dalam mendukung kinerja
perekonomian Jawa Timur. Hal tersebut tercermin dari indikator total
aset, kredit dan DPK yang terus mengalami pertumbuhan dan didukung
oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%). Aset Bank Umum
dan BPR tumbuh sebesar 17,63% (yoy) hingga mencapai Rp.388,44
triliun. Kredit tumbuh sebesar 26,16% (yoy) dari sebesar Rp.251,4 triliun
pada Triwulan I 2013 menjadi sebesar Rp.272,05 triliun pada Triwulan II
2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan
BPR yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,10% (yoy) menjadi sebesar
Rp.298,89 triliun.
Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah
Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw
BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan II-2013
Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 26,16% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
menunjukkan peningkatan, baik untuk transaksi tunai maupun transaksi
non-tunai. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp.411,54
miliar. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencatat net intflow sebesar Rp.7,83 triliun. Hal serupa
juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang
tumbuh mencapai 19,54% (qtq) dan Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) yang meningkat sebesar 5,08% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Peningkatan kedua transaksi non tunai tersebut turut
mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada
triwulan ini.
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2013Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2013Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2013Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2013
Pada triwulan III 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diprediksi tumbuh
pada rentang pertumbuhan 6,95%–7,15% (yoy). Perekonomian Jawa
Timur pada triwulan ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,97% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih
ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada
hasil survei konsumen. Pertumbuhan konsumsi periode ini didorong oleh
momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri di bulan Juli – Agustus
2013. Selain itu, tibanya liburan tahun ajaran baru dan cukup panjangnya
cuti bersama selama lebaran turut mendorong konsumsi masyarakat,
khususnya pada sub sektor hotel dan restoran. Komponen terbesar
selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil
pada level tinggi seiring meningkatnya optimisme pelaku usaha
sebagaimana dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dan liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur).
Di sisi penawaran, seiring meningkatnya permintaan dari luar pulau dalam
merespon lonjakan permintaan di masa tahun ajaran baru dan lebaran
turut mendorong kinerja sektor PHR. Meskipun perdagangan luar negeri
Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa,
namun masih kuatnya perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih
cukup baik untuk menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar
Jatim.
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator
harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Triwulan III-2013 diperkirakan
secara tahunan (yoy) berada di kisaran 8,20% s/d 8,50%.
Adanya gagal panen pada beberapa komoditas seperti tembakau dan
bawang merah serta gagalnya pembibitan komoditas cabe, menyebabkan
Ekonomi Jatim pada Tw III-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,95%–7,15% (yoy).
Inflasi IHK pada triwulan III-2013, diperkirakan berada di kisaran 8,20% s/d 8,50% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
tekanan inflasi untuk kelompok volatile food masih cukup tinggi.
Ditambah lagi dengan masih berlanjutnya anomali cuaca di Jawa Timur
yang akan mempengaruhi hasil panen. Selain itu, terbatasnya produksi
lokal daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga menjadi
potensi peningkatan inflasi. Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif
Tenaga Listrik (TTL) serta adanya potensi kenaikan cukai rokok menjadi
pendorong utama meningkatnya inflasi di kelompok administered price
meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan akhir Tw II-
2013 dengan adanya kenaikan harga BBM. Dari sisi fundamental, potensi
dorongan inflasi inti atau core inflation diperkirakan berasal dari
kelompok non tradeable seiring meningkatnya kebutuhan di bidang
pendidikan. Sedangkan dari sisi kelompok tradeable, tekanan inflasi
diperkirakan sedikit meningkat seiring dengan pelemahan kurs Rupiah
terhadap dollar yang mempengaruhi harga emas dunia. Peningkatan TTL
pada Tw III-2013 berpotensi direspon masyarakat dengan peningkatan
tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang seiring dengan
peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi kelompok ini adalah
rendahnya tekanan dari output gap sebagai dampak telah berlalunya
masa Hari Raya Idul Fitri. Para produsen diperkirakan meningkatkan
kapasitas produksi pada akhir Tw III-2013 untuk memenuhi tingginya
permintaan pada akhir tahun seiring dengan tibanya momen Natal dan
Tahun Baru.
Pada triwulan III 2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur
diperkirakan sedikit mengalami perbaikan. Struktur dan pondasi sistem
perbankan yang cukup baik diperkirakan masih dapat terjaga terutama
ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan.
Penyusunan strategi pengembangan usaha yang tepat oleh perbankan
diharapkan mampu meningkatkan peran sektor perbankan untuk
mendorong perekonomian daerah.
Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan III 2013 diperkirakan
mengalami peningkatan sekitar 26,5%. Masih terbukanya peluang
investasi diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit, khususnya
pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga.
Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri
pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi
pertanian masih menjadi sektor unggulan untuk dibiayai perbankan.
Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap tumbuh
stabil.
Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan III 2013 diperkirakan meningkat di kisaran 26,5% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
ProspekProspekProspekProspek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan
tumbuh pada rentang 6,70% s.d 6,90% (yoy), lebih rendah dari angka
perkiraan sebelumnya di kisaran 7,00% s.d 7,25%. Perkiraan
pertumbuhan ekonomi Jatim di tahun 2013 ini masih lebih rendah
dibandingkan tahun 2012 (7,27%-yoy), namun pertumbuhan ini diyakini
masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, masih tingginya konsumsi masyarakat seiring
meningkatnya proporsi usia produktif di Jawa Timur masih menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jatim. Sementara itu, berbagai
upaya pemerintah melalui perbaikan infrastruktur, penyederhanaan
birokrasi pengajuan izin usaha serta upaya peningkatan kerjasama
investasi melalui kunjungan antar negara/daerah diharapkan dapat terus
mendorong minat investor asing dan dalam negeri. Selanjutnya,
optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja ekspor luar negeri Jatim
dengan berbagai strategi perusahaan dan pemerintah diharapkan terus
mengalami perbaikan, khususnya dengan adanya insentif pemerintah
untuk mengembangkan produk hortikultura dan pertanian organik di
beberapa sentra produksi Jatim. Selain itu, adanya momentum PILKADA
pada Agustus 2013 diperkirakan turut mendorong pertumbuhan ekonomi
Jatim baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun pemerintah.
Di sisi penawaran, dengan strategi penambahan Kantor Perwakilan
Dagang oleh Pemprov Jatim ke seluruh Indonesia, diperkirakan kinerja
subsektor perdagangan mengalami perbaikan. Meningkatnya kebutuhan
masyarakat dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor
hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan Kota
Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang terindikasi dari
bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Optimisme pelaku
usaha sektor industri pengolahan yang tercermin melalui berbagai survei
diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun, dengan didorong berbagai
insentif pemerintah melalui peningkatan peran serta usaha mikro, kecil
dan menengah di Jatim. Adanya pergeseran musim diharapkan tidak
signifikan mempengaruhi kinerja sektor pertanian dengan didukung telah
diselesaikannya beberapa proyek irigasi serta tersedianya debit air di
waduk pada level tinggi diharapkan mendorong kinerja sektor pertanian
tahun ini. Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan sektor lainnya
masih relatif stabil.
Inflasi sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi bersumber dari
kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,70% s.d 6,90% (yoy).
Inflasi IHK di akhir tahun 2013, diperkirakan berada di kisaran 8,30% s/d 8,60% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan II-2013
xv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
listrik serta cukai rokok. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013
diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 8,30% s/d 8,60% (yoy).
Faktor lainnya terlihat dari hasil panen pada tahun 2013 yang belum
mencapai titik optimalnya karena adanya anomali cuaca (kemarau basah)
yang berlangsung sepanjang tahun sehingga beberapa komoditas
mengalami gagal panen atau panen tetapi tidak maksimal.
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal
dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan
pendidikan, meskipun di sisi lain tren pelemahan harga emas dunia
(walaupun semakin berkurang) dapat menahan laju inflasi di kelompok
ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi
perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas
utilisasi produksi sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap
dan mendukung stabilnya inflasi kelompok ini sampai dengan akhir
tahun 2013
2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 130.58 131.75 134.29 135.50 139.39 139.55
- Kota Surabaya 130.32 131.39 133.80 135.02 138.95 139.09
- Kota Malang 130.51 131.63 134.34 135.89 139.65 140.14
- Kota Kediri 129.34 130.90 134.04 134.62 138.00 138.82
- Kota Jember 131.12 132.22 134.39 135.86 139.66 139.33
- Kota Probolinggo 133.59 135.90 139.28 140.56 144.54 137.07
- Kota Madiun 134.42 135.20 137.51 138.20 142.52 144.58
- Kota Sumenep 128.26 129.81 132.63 133.44 137.77 142.10
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93
- Kota Surabaya 4.19 4.69 4.29 4.37 6.63 5.86
- Kota Malang 3.80 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46
- Kota Kediri 4.34 5.06 5.26 4.63 6.70 6.05
- Kota Jember 2.46 4.12 4.40 4.49 6.51 5.38
- Kota Probolinggo 3.19 4.66 5.55 5.88 8.20 5.59
- Kota Madiun 3.36 3.93 3.91 3.51 6.04 6.39
- Kota Sumenep 5.10 5.46 6.06 5.06 7.42 5.10
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 95,330,557 98,085,149 100,427,099 99,823,633 101,637,322 104,923,561
- Pertanian 15,982,668 14,177,715 13,591,281 10,712,279 16,295,361 14,596,007
- Pertambangan dan Penggalian 1,893,917 2,120,466 2,160,927 2,225,952 1,944,490 2,169,220
- Industri Pengolahan 23,409,626 23,871,800 24,936,426 25,799,205 24,587,026 25,398,705
- Listrik, gas, dan air bersih 1,257,835 1,320,473 1,310,535 1,349,589 1,324,308 1,381,232
- Bangunan 2,893,702 3,224,522 3,314,209 3,408,133 3,132,579 3,564,182
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 30,081,571 31,799,848 32,958,742 33,535,338 32,903,774 34,637,806
- Pengangkutan dan komunikasi 6,945,037 7,627,427 7,949,406 8,119,044 7,707,809 8,393,503
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,156,525 5,439,472 5,544,158 5,662,313 5,594,390 5,857,555
- Jasa 2,145,164 8,503,427 8,661,415 2,996,662 2,239,473 8,925,351
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 2.95
- Pertambangan dan Penggalian 5.09 1.66 1.01 1.11 2.67 2.30
- Industri Pengolahan 6.23 5.74 7.21 6.17 5.03 6.40
- Listrik, gas, dan air bersih 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60
- Bangunan 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92
- Pengangkutan dan komunikasi 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04
- Keuangan, persewaan, dan jasa 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.69
- Jasa 4.75 4.96 4.63 4.97 4.40 4.96
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7.27 7.31 7.41 7.09 6.62 6.97
2013INDIKATOR
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xviii
A. Perbankan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 304.22 322.89 342.66 353.60 362.32 379.47
DPK (Rp. Triliun) 252.81 262.25 273.66 289.09 287.82 293.80
- Tabungan (Rp. Triliun) 109.95 116.20 122.89 134.22 130.08 133.15
- Giro (Rp. Triliun) 42.85 43.54 46.07 47.67 46.57 45.98
- Deposito (Rp. Triliun) 100.00 102.50 104.70 107.20 111.16 114.67
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192.75 210.06 223.51 239.48 245.21 265.35
- Modal Kerja 112.31 123.45 129.66 139.52 142.72 153.43
- Investasi 26.13 28.75 31.21 33.72 33.43 38.62
- Konsumsi 54.32 57.86 62.64 66.25 69.06 73.31
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.96 2.73 2.64 2.60 2.26 2.12
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76.25% 80.10% 85.07% 82.84% 85.20% 90.32%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63.21 68.87 63.65 68.53 70.40 78.65
NPL UMKM Gross (%) 4.22 3.82 3.68 3.63 3.89 3.56
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 6.98 7.35 8.01 8.33 8.57 8.97
DPK (Rp. Triliun) 4.18 4.39 4.74 4.89 4.98 5.09
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.33 1.35 1.47 1.57 1.61 1.60
- Deposito (Rp. Triliun) 2.85 3.03 3.27 3.32 3.38 3.50
Kredit (Rp. Triliun) 5.15 5.57 5.81 5.94 6.19 6.70
- Modal Kerja 3.36 3.63 3.78 3.80 4.11 4.48
- Investasi 0.16 0.17 0.20 0.28 0.20 0.23
- Konsumsi 1.64 1.77 1.83 1.85 1.88 1.99
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4.29% 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.88%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123.38% 127.08% 123% 121% 124% 131%
-
SYARIAH : -
Total Asset (Rp. Triliun) 12.01 13.14 14.08 16.57 17.27 18.74
DPK (Rp. Triliun) 9.32 9.88 10.59 12.39 13.13 13.83
- Giro (Rp. Triliun) 0.84 0.88 0.88 1.39 1.22 1.27
- Tabungan (Rp. Triliun) 4.90 5.08 5.43 4.83 4.95 7.29
- Deposito (Rp. Triliun) 3.58 3.92 4.28 6.18 6.97 5.27
Pembiayaan (Rp. Triliun) 8.93 10.03 10.68 11.99 12.46 13.53
- Modal Kerja 3.60 4.16 4.54 5.08 5.24 5.74
- Investasi 1.51 1.75 1.89 2.29 2.30 2.57
- Konsumsi 3.83 4.12 4.25 4.61 4.92 5.22
Non Performance Financing (NPF) % 1.36 1.43 1.63 1.43 1.91 1.97
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95.77 101.59 100.80 96.72 94.84 97.84
B. SISTEM PEMBAYARAN
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Inflow (Rp. Triliun) 12.70 20.08 14.91 9.99 15.99 11.35
Outflow (Rp. Triliun) 6.52 12.08 14.30 11.53 8.16 11.77
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4.76 5.10 0.29 0.88 0.93 0.25
Nominal Transaksi RTGS 122.21 182.77 185.10 197.88 126.58 220.10
Volume Transaksi RTGS 141,322 172,750 146,738 189,920 79,223 170,050
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44.05 46.32 38.59 46.11 36.69 49.46
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.40 1.40 1.28 1.29 1.12 1.38
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 632,814 638,541 637,615 979,293 964,720 774,711
Tolakan Kliring (lembar) 20,065 19,361 23,280 21,770 25,418 21,488
2013
2013
2012
2012201220122012INDIKATOR
INDIKATOR
LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
�
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
�
1
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.1.1.1.1.1.1. KONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUM
Pada triwulan II-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh 6,97% (yoy) sedikit
lebih tinggi dari perkiraan KPwBI Wilayah IV (Jawa Timur) sebelumnya yang berada pada kisaran
6,60% - 6,80% (yoy). Dibandingkan nasional dan pertumbuhan ekonomi di Kawasan Jawa,
ekonomi Jatim masih tumbuh lebih tinggi (lihat tabel 1). Bahkan di beberapa wilayah terjadi
perlambatan seperti DKI Jakarta dan Banten yang mengalami perlambatan pertumbuhan
sebesar 0,1% (yoy). Angka ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu
sebesar 6,62% (yoy).
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta (Pembentukan Modal
Tetap Bruto – PMTB) menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya kegiatan
konsumsi rumah tangga Jatim utamanya didorong oleh belanja kelompok non makanan
terutama pembelian barang tahan lama sejenis peralatan rumah tangga, pakaian, alat tulis
serta konstruksi. Membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur sebagaimana
diinformasikan pada Bab V Kesejahteraan Masyarakat menjadi salah satu pemicu meningkatnya
konsumsi barang tahan lama dimana terdapat kepastian pendapatan dimasyarakat.
Berdasarkan informasi anekdotal, wilayah Jawa Timur marak didirikan industri skala mikro dan
sedang, khususnya industri makanan, minuman dan tembakau, seiring melimpahnya sumber
daya alam dan akses infrastruktur yang memadai jika dibandingkan provinsi lainnya di Pulau
Jawa. Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia pada pertengahan Juni 2013 belum
berdampak pada tingkat bunga kredit konsumsi, sehingga daya beli kelompok low income
masih relatif stabil dengan berbagai alternatif sumber pembiayaan yang tersedia. Kinerja
investasi swasta periode ini didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga
turut mengkonfirmasi stabilnya kinerja investasi Jatim di atas level 8% (yoy). Selain itu, minat
investor asing pun terjaga di atas nilai USD 700 juta per triwulannya. Beragamnya potensi
daerah mendorong penyebaran investasi di tingkat kab/kota, meskipun masih belum merata,
khususnya di wilayah pesisir Selatan. Berdasarkan hasil survei dan liaison yang dilakukan Bank
Indonesia, masih lemahnya infrastruktur wilayah Selatan menjadi salah satu penyebab
minimnya penanaman investasi, hal ini berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat
daerah ini masih rendah.
2
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral
Prov.Jawa Timur
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan
Prov.Jawa Timur
Tabel 1.1Tabel 1.1Tabel 1.1Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa
Sementara itu ditinjau dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
(PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi sektor utama pendorong
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang
pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 2,89%, 1,56% dan 0,43%. Jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian
mengalami peningkatan, yaitu dari 5,03% (yoy) menjadi 6,40% serta 1,96% (yoy) menjadi
2,95%. Sementara itu, sektor PHR cenderung melambat, yaitu dari sebelumnya 10,98% (yoy)
menjadi 10,04%. Proporsi ketiga sektor utama pada perekonomian Jawa Timur Triwulan II
2013 masih stabil dengan pangsa mencapai 72,87%, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan
dengan proporsi ketiganya pada Triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 74,43%. Penurunan
proporsi ini didorong meningkatnya kinerja sektor pendukung meliputi sektor konstruksi, sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertambangan dan penggalian. Berbeda dengan
triwulan sebelumnya, sektor industri pengolahan tumbuh membaik di atas level 6%, yang
didorong pertumbuhan sub sektor tekstil dan alas kaki seiring meningkatnya konsumsi
masyarakat menjelang tahun ajaran baru.
I II
DKI Jakarta 6.44 6.23 5.02 6.50 6.71 6.55 6.49 6.30
Jawa Timur 6.11 5.94 5.01 6.68 7.22 7.27 6.62 6.97
Jawa Barat 6.48 6.21 4.19 6.20 6.48 6.21 5.94 6.13
Jawa Tengah 5.59 5.61 5.14 5.84 6.01 6.37 5.70 6.10
Banten 6.04 5.77 5.45 6.08 6.43 6.13 5.76 5.66
DKI Yogyakarta 4.31 5.03 4.43 4.88 5.16 5.33 5.06 5.71
NASIONAL 6.35 6.01 4.63 6.20 6.46 6.23 6.02 5.81
2013PROVINSI DI
PULAU JAWA2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS, diolah
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa-JasaTw II 2012
Tw II 2013
Tw I 2013
-4.00% -2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00%
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor Tw II 2013
Tw I 2013
Tw II 2012
3
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja
konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,80% (yoy) dan 1,27%. Sebagaimana diinformasikan pada
tabel 1.2, tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi mencapai 6,94% (yoy)
dan 8,67%. Selanjutnya, peningkatan belanja pemerintah dari 0,25% (yoy) menjadi 2,83%
diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun. Sementara itu, masih belum membaiknya
transaksi perdagangan luar negeri Jawa Timur kembali melemahkan kinerja transaksi ekspor
dan impor masing-masing pada level 6,89% dan 5,39%.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur
I II III IV I II III IV I II
Konsumsi 7.93 6.34 7.44 6.97 5.95 6.40 5.66 6.57 6.80 6.94
Konsumsi Lemb. Swasta Nir 5.39 10.54 6.26 8.95 6.48 3.77 8.36 4.49 4.34 3.83
Konsumsi Pemerintah -8.40 5.09 8.65 2.02 4.14 2.59 0.02 -4.06 0.25 2.83
PMTB 6.21 8.59 13.96 10.61 2.41 5.32 4.84 8.80 8.20 8.67
Perubahan Stok -18.08 -41.76 -87.56 -3251.34 20.84 92.73 456.32 39.86 -16.21 -19.50
Ekspor 9.70 10.11 12.30 12.19 11.71 10.44 11.00 12.97 8.47 6.89
Impor 5.59 6.11 8.83 9.52 8.56 10.37 9.93 10.36 6.64 5.39
PDRB 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.31 7.41 7.09 6.62 6.97
20132012
SISI PERMINTAAN
2011
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
Jasa-Jasa
Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
Pengangkutan &
Komunikasi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Bangunan
Listrik, Gas & Air Bersih
Industri Pengolahan
Pertambangan dan
Penggalian
Pertanian
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
5.79 5.89
6.32
6.44
6.41 6.53
5.87 5.83
4.33
5.01
5.28 5.42
5.81
6.53
7.14 7.20
7.17
7.29 7.29
7.11
7.27 7.31 7.41
7.09
6.62
6.97
6.03
6.64 6.58
5.85
6.25 6.42 6.40
5.18
4.37
4.00
4.20
4.58
5.70
6.17
5.80
6.90
6.50 6.50 6.50 6.50 6.40 6.20 6.11 6.02
5.81
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
Sumber: BPS Jatim, diolah
4
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
a. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsi
Pada triwulan II 2013, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong
utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhan konsumsi ini meningkat
dari 6,80% (yoy) menjadi 6,94%. Tibanya tahun ajaran baru di akhir triwulan menjadi pemicu
kenaikan konsumsi rumah tangga. Selain itu, hadirnya Surabaya Shopping Festival di sepanjang
bulan Mei dan beberapa perayaan hari keagamaan serta cuti bersama turut mendorong
peningkatan belanja masyarakat. Dukungan pemerintah di sektor perumahan untuk ekonomi
menengah ke bawah menjadi bumper pertumbuhan properti residensial seiring membaiknya
daya beli masyarakat dan stabilnya kinerja investasi swasta yang tersebar di berbagai daerah
tingkat kab/kota.
Membaiknya konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan ini turut dikonfirmasi oleh
meningkatnya beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei penjualan eceran, survey
konsumsi, jumlah konsumsi listrik rumah tangga, kredit konsumsi dan simpanan perorangan.
Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.7, salah satu indikator konsumsi rumah tangga Jatim
yaitu indeks omset penjualan relatif stabil di atas indeks 110. Survei Penjualan Eceran (SPE) yang
dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia turut mengkonfirmasi perkembangan ekonomi
Jawa Timur. Hasil survei menginformasikan kenaikan tertinggi indeks penjualan barang tahan
lama meliputi kelompok barang konstruksi (indeks 192,64), peralatan rumah tangga (374,08),
pakaian (141,24) serta alat tulis (182,83).
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga juga meningkat (lihat grafik 1.8),
yaitu dari 816,82 juta Kwh menjadi 886.54 juta Kwh atau setara dengan peningkatan Kwh per
pelanggan dari 102,02 menjadi 108.79. Jumlah pelanggan rumah tangga yang dilayani terlihat
mengalami peningkatan sebesar 7,44%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 (4,40%
- yoy). Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) per tanggal 1 Januari 2013 pada kelompok konsumen
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.5555 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.6666 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Pemerintah
Konsumsi Rumah Tangga
Pembentukan Modal Tetap Bruto
%
y
o
y
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau
g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
5
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.7Grafik 1.7Grafik 1.7Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran
rumah tangga hanya berlaku pada golongan pelanggan Rumah Tangga Besar (R3 daya 6600
VA ke atas). Besaran populasi kelompok ini relatif kecil namun memiliki konsumsi cukup besar
sehingga menyebabkan perlambatan pertumbuhan konsumsi. Konsumen golongan daya
tersambung 450 VA dan 900 VA tidak mengalami kenaikan TTL sehingga pertumbuhan jumlah
pelanggan rumah tangga masih cukup tinggi mengingat besarnya permintaan layanan
sambungan listrik khususnya di daerah terpencil. Dengan mekanisme kenaikan secara bertahap
diharapkan kebijakan ini tidak memberikan efek kejut pada tingkat konsumsi masyarakat
namun dapat mengurangi biaya subsidi pemerintah yang tidak tepat guna.
Sebagai salah satu sumber pembiayaan belanja rumah tangga, indikator simpanan
perorangan terindikasi tumbuh melambat yaitu dari 14,43% (yoy) menjadi 12,81%. Arah
perlambatan indikator ini juga mengkonfirmasi meningkatnya konsumsi rumah tangga dengan
didorong oleh penurunan pertumbuhan simpanan jenis tabungan (dari 18,72% menjadi
15,06%), giro (dari 8,69% menjadi 6,31%) , sedangkan deposito meningkat dari 9,36%
menjadi 10,47%. Meningkatnya pertumbuhan deposito dipicu oleh pelemahan harga emas
dunia, sehingga masyarakat cenderung meningkatkan kembali investasi konvensionalnya dalam
bentuk simpanan di bank.
Konsumsi yang masih tinggi tercermin pula dari terjaganya stabilitas pertumbuhan kredit
konsumsi Bank Umum pada level tinggi, yaitu di atas 26% (yoy). Konsistennya pertumbuhan
kredit ini turut mendukung pembiayaan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Ke depan
diperkirakan kinerja kredit konsumsi terjaga stabil meskipun suku bunga acuan BI Rate
meningkat sebesar 0,75 basis poin, Disisi lain adanya Kebijakan Bank Indonesia yang mengatur
batas maksimum suku bunga kartu kredit sebesar 2,95% per bulan diharapkan tidak
mengganggu pertumbuhan kredit ini. Kebijakan ini diluncurkan dalam rangka meningkatkan
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.8888 Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
70
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Kwh/pelanggan
Sumber : PLN (diolah)
-
100
200
300
400
500
600
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis Konstruksi
Barang Budaya dan Rekreasi
Indeks
6
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11112222 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11111111 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Keyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan Konsumen
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.9999 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi
aspek perlindungan konsumen dan mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih
memperhatikan manajemen risiko pemberian kredit.
Peningkatan konsumsi masyarakat dikonfirmasi berbeda oleh hasil survei konsumsi, yang
mengindikasikan stabilnya tingkat keyakinan konsumen (IKK) di atas indeks 120, dengan
komposisi meningkatnya kepercayaan konsumen pada kondisi ekonomi saat ini (IKE), dan
ekspektasi konsumen (IEK) yang relatif stabil. Tingkat kepercayaan konsumen pada kondisi
ekonomi saat ini (IKE) kembali membaik seiring meningkatnya indikator tingkat ketersediaan
lapangan kerja saat ini. Faktor kejutan terkait kenaikan harga beberapa tarif pembentuk biaya
produksi diperkirakan hanya bersifat temporary, mengingat sektor produktif skala menengah
dan besar telah menganggarkan kenaikan ini di awal tahun meskipun nilai realisasinya masih
lebih tinggi dari perkiraan awal tahun. Sementara itu, terjaganya IEK pada level 135 didukung
oleh indikator keyakinan ketersediaan lapangan kerja 6 (enam) bulan yang akan datang dan
stabilnya indeks ekspektasi penghasilan (indeks 131,60) serta indeks keyakinan kondisi ekonomi
indonesia (indeks 100,60). Relatif terjaganya kondisi ekonomi di Jawa Timur dan didukung
dengan kondusifnya iklim investasi sehingga menambah jumlah lapangan pekerjaan khususnya
di wilayah kab/kota turut menjaga keyakinan responden dalam level optimis.
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11110000 Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gDPK Perorangan
gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs)
gDep Perorangan (rhs)
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks
7
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11116666 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11117777 Perkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek Investasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11115555 Infrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri Pengolahan
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.11114444 Infrastruktur Transportasi Jawa TimurInfrastruktur Transportasi Jawa TimurInfrastruktur Transportasi Jawa TimurInfrastruktur Transportasi Jawa Timur
b. Investasib. Investasib. Investasib. Investasi Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin
pada tingkat pertumbuhan investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB)
pada triwulan II 2013 mengalami perbaikan
dari 8,20% (yoy) menjadi 8,67%. Namun, jika
diukur berdasarkan proporsinya terindikasi
mulai mengalami penurunan sejak triwulan
I-2012yang disebabkan oleh indikator
konsumsi rumah tangga cenderung meningkat
sehingga
patut diwaspadai dampak lanjutan di masa mendatang atas kinerja pertumbuhan ekonomi
Jatim, mengingat pentingnya investasi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang sustainable.
Turut men
Sumber: BKPM Sumber: BKPM
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.13333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
Sumber: BPM Jatim, diolah Sumber: BPM Jatim, diolah
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto gPMTB (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
8
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Masih tingginya minat investasi ke wilayah Jawa Timur turut dikonfirmasi dari hasil
kegiatan Liaison dan searah pula dengan rilis data Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa
Timur akhir semester I 2013. Meskipun kinerja Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami
perlambatan, namun diperkirakan akan membaik seiring tingginya pengajuan investasi asing
yang didominasi sub sektor minyak dan gas di Tuban, Gresik dan Pasuruan senilai Rp. 9 Triliun.
Meskipun penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) masih lebih tinggi dibandingkan
Jawa Tengah, namun investor lebih memilih berinvestasi di Jawa Timur dengan adanya fasilitas
infrastruktur pelabuhan, jalan tol dan bandara serta ketersediaan tenaga kerja yang terampil.
Selain itu, pangsa pasar sebesar 120 juta jiwa ke wilayah Indonesia Timur menjadi daya
tarik tersendiri, mengingat kuatnya jaringan perdagangan pengusaha Jawa Timur di wilayah ini.
Kuatnya perdagangan antar pulau turut didukung dengan fasilitas Pemprov Jatim yang
menyediakan Kantor Perwakilan Dagang (KPD) di 15 (lima belas) Provinsi yang tersebar di
wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Hingga akhir tahun 2013, ditargetkan sebanyak
24 (dua puluh empat) KPD didirikan, tambahan sebanyak 9 (sembilan) KPD ini menggunakan
APBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Dalam pelaksanaan operasionalnya, teknis kerjasama
dagang antar daerah diemban oleh “Duta Dagang” yang notabene merupakan pelaku usaha di
kawasan yang menjadi target pemasaran produk Jatim. Sistem ini diharapkan dapat menekan
biaya operasional sehingga tidak membebani APBD Jatim terlalu tinggi. Selain itu Pemprov
Jatim tengah mempersiapkan perbaikan konektivitas logistik dengan memanfaatkan skema
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) antar Provinsi,
khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Dari sisi investasi bangunan, beberapa proyek pembangunan di Jawa Timur yang
sedang berjalan diantaranya pembangunan pabrik pengolahan susu di Kabupaten Pasuruan
dan pembangunan pabrik baja beton. Selain itu adanya pembangunan pabrik untuk produksi
gula di wilayah Jember dan Malang, pabrik tembakau di Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban serta
pabrik pengolahan makanan laut di Kab. Sidoarjo dan Kab. Pasuruan turut mendorong realisasi
investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) periode ini sehingga lebih dominan
dibandingkan investasi Penanaman Modal Asing (PMA). Dari subsektor transportasi dan
komunikasi turut terinformasi rencana pembelian mesin dan peremajaan alat angkut
transportasi khususnya di sektor jasa angkutan darat dan laut.
Guna mendukung iklim investasi di Jatim, pembangunan beberapa proyek infrastruktur
telah dianggarkan pada tahun ini, dengan total nilai investasi sebesar Rp. 8 Triliun. Anggaran ini
dialokasikan untuk pembangunan tiga proyek jalan tol baru dan satu proyek jalan tol
pengganti, meliputi jalan tol Gempol-Pandaan (13,6 km), Gempol-Pasuruan (34,15 km),
9
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Surabaya-Mojokerto (36,27 km) dan relokasi jalan tol Porong-Gempol (10 km). Sealin itu,
pembangunan Pelabuhan guna mengakomodir kebutuhan transaksi perdagangan luar dan
dalam negeri, mengingat tidak efisiennya proses bongkar muat melalui Pelabuhan Tanjung
Perak juga terus dilakukan. Pada tanggal 29 April 2013 telah diresmikan Pelabuhan
Penyeberangan Paciran yang dapat melayani kapal penumpang berkapasitas 500 orang dan
100 kendaraan roda empat.
Sementara itu, pembangunan pelabuhan Teluk Lamong tengah memasuki tahap
finalisasi berupa proses penambahan fasilitas pengerukan kolam dermaga domestik,
pembangunan Jembatan, fly over, kelengkapan gudang dan gedung operasional Pelabuhan.
Berdasarkan hasil liaison ke salah satu operator pelabuhan di Jawa Timur, guna mendukung
ketersediaan listrik di Jawa Timur, pertengahan tahun ini direncanakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Teluk Lamong bekerjasama dengan BUMD
setempat. Diharapkan PLTMG ini dapat beroperasi pada Mei 2014. Pembangunan fasilitas ini
juga untuk mengakomodir kebutuhan listrik operasional kereta api monorel tanpa operator
(Automated Container Transport – ACT) di Pelabuhan Teluk Lamong guna mengurangi
kepadatan lalu lintas antara pelabuhan Tanjung Perak dan terminal Teluk Lamong. Proyek
lainnya yang diharapkan selesai di akhir tahun meliputi penambahan kapasitas Terminal
Bandara Juanda senilai Rp. 946 miliar, operasional Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelabuhan
Probolinggo.
Namun demikian, tidak dimungkiri masih terdapat beberapa kendala, khususnya dalam
pembangunan kawasan industri di daerah. Dalam beberapa kesempatan Pemprov Jatim
menginformasikan rencana ini masih terkendala belum terkumpulnya kelompok investor yang
berkomitmen untuk berinvestasi pada pembangunan kawasan industri, karena prasyarat
minimal harus berada di lahan seluas 1000 ha. Masih belum terintegrasinya kawasan pabrik di
daerah menjadi kesulitan tersendiri bagi investor baru, khususnya untuk skala mikro dan kecil
mengingat masih minimnya akses jalan ke daerah, meskipun potensi sumber daya alam dan
manusia tersedia melimpah. Sebagai langkah awal, diperlukan koordinasi anggaran tingkat
kab/kota untuk membangun infrastruktur pendukung sehingga menjadi daya tarik tersendiri
bagi calon investor. Hal ini turut dikonfirmasi oleh hasil liaison yang dilakukan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) dimana pengusaha menyuarakan
pentingnya ketersediaan infrastruktur di daerah serta jaminan integrasi sistem perijinan investasi
tingkat kab/kota, provinsi hingga level nasional guna memberikan kepastian biaya dan waktu
bagi kelompok calon investor baru.
10
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11118888 Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
Sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor produktif, kinerja penyaluran kredit
investasi periode ini tumbuh tinggi jika dibandingkan triwulan I 2013 dari 27,96% (yoy)
menjadi 34,32% seiring masih tingginya prospek positif perekonomian Jawa Timur yang
disertai dengan dukungan penciptaan iklim usaha yang kondusif. Di sisi lain, kredit modal kerja
masih relatif terjaga stabil di atas 20%, meskipun sedikit melemah dibandingkan triwulan I
2013.
Sementara itu, perlambatan investasi barang modal (mesin, peralatan, dll) diperkirakan
telah berlalu terutama karena kebijakan pemerintah membebaskan bea impor mesin dan
barang untuk pengembangan industri, dalam rangka mendukung peningkatan investasi dan
program industri perkapalan serta industri kendaraan bermotor nasional yang terangkum dalam
proyek MP3EI Nasional. Hal ini kemudian mendorong peningkatan investasi terutama oleh
industri perkapalan, sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan impor barang modal
(Grafik 1.21).
Selanjutnya, indikator kinerja impor barang modal terindikasi adanya pertumbuhan
transaksi dari 0,96% menjadi 27,88% atau senilai USD 588 Juta. Tren ini turut mengkonfirmasi
membaiknya iklim investasi di Jatim, selain faktor upaya penambahan investasi berupa lahan
atau pabrik baru. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah IV pun mengindikasikan hal serupa dengan bertambahnya jumlah investor baru baik
dari dalam dan luar negeri di wilayah Jatim. Sedikit berbeda dengan triwulan sebelumnya,
beberapa pelaku usaha mengkonfirmasi telah membaiknya kinerja penjualan ekspor di berbagai
di negara tujuan, kecuali ke kawasan Eropa.
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
11
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.19191919 Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.22220000 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan ImporImporImporImpor Barang ModalBarang ModalBarang ModalBarang Modal
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
c. Eksporc. Eksporc. Eksporc. Ekspor----ImporImporImporImpor
Pada pertengahan tahun 2013, tercatat transaksi perdagangan barang dan jasa Jatim
sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor
sebesar Rp. 4,04 trilyun, namun masih dalam tren positif net ekspor sejak triwulan II-2010.
Membaiknya kinerja ekspor impor Jatim utamanya didorong oleh peningkatan nilai net ekspor
perdagangan antar pulau (dari Rp. 2,69 triliun menjadi Rp. 3,47 triliun) dengan didukung
tercapainya net ekspor dari transaksi luar negeri sebesar Rp. 0,57 triliun.
Sedikit berbeda dengan pencatatan transaksi perdagangan luar negeri yang dilakukan
oleh BPS Jawa Timur, berdasarkan Laporan Aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan
Permohonan Impor Barang (PIB) dengan sumber Bea Cukai Jawa Timur, kembali mencatatkan
kondisi net impor sebesar USD 1291,57 juta. Meskipun transaksi ekspor luar negeri Jatim
mengalami perbaikan dari -10,12% (yoy) menjadi -0,31%, namun meningkatnya kebutuhan
impor (dari -4,70% (yoy) menjadi 5,51%) mengakibatkan neraca perdagangan luar negeri
kembali defisit.
Membaiknya transaksi ekspor luar negeri Jatim didominasi oleh jenis barang konsumsi
yang tumbuh sebesar 11,54% lebih tingga dari periode sebelumnya pada level 1,13%, serta
ekspor barang bahan baku yang membaik dari -14,66% (yoy) menjadi -5,53%. Sedangkan
ekspor barang modal mengalami perlambatan dari 42,18% menjadi 17,57%. Berdasarkan
komoditasnya, ekspor barang konsumsi didominasi oleh kelompok makanan olahan, perabot,
perhiasan dan alas kaki. Sedangkan untuk kelompok barang bahan baku didominasi oleh
ekspor karet mentah, kayu, lemak atau minyak hewan/nabati serta bahan kimia organik.
Selanjutnya untuk kelompok barang modal didominasi ekspor mesin/peralatan listrik.
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Capital Goods g_Capital Goods (rhs)
12
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.22221111 Perkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.22222 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
Peningkatan transaksi impor utamanya didorong peningkatan pertumbuhan impor untuk
kelompok barang konsumsi (dari -9,26% (yoy) menjadi 59,13%), barang modal (dari 0,96%
(yoy) menjadi 27,88%) serta barang bahan baku (dari -5,00% (yoy) menjadi -1,86%).
Berdasarkan komoditasnya, impor barang konsumsi didominasi oleh kelompok aneka buah,
aneka biji berminyak serta aneka gandum. Sedangkan untuk kelompok barang bahan baku
didominasi oleh impor besi dan baja, aneka olahan plastik, pupuk serta bijih logam. Selanjutnya
untuk kelompok barang modal didominasi impor mesin/pesawat mekanik serta mesin/peralatan
listrik. Kinerja impor triwulan ini relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya, meskipun
demikian Pemprov Jatim telah mengupayakan perumusan kebijakan lokal sebagai insentif bagi
sektor industri pengolahan yang memanfaatkan barang impor untuk diolah menjadi barang
ekspor baik keluar maupun dalam negeri.
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.24444 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.23333 Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai EksporEksporEksporEkspor Per Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis Barang
Sumber: BPS Jatim, diolah
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
NET EKSPOR Net Capital Goods
Net Intermediate Goods Net Consumption Goods
(USD Juta)
(2,000,000)
(1,000,000)
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor LN Net Ekspor Antar Pulau
(Rp Juta)
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
(USD Juta)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Ekspor
g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs)
g_Consumption Goods (rhs)
(%, yoy)
13
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.22227777 Nilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis Barang
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.28888
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Impor per Jenis BarangImpor per Jenis BarangImpor per Jenis BarangImpor per Jenis Barang
1.2.1.2.1.2.1.2. SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian, dengan rincian kontribusi 31,04%
(Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran), 26,21% (Industri Pengolahan), dan 15,63%
(Sektor Pertanian). Secara umum, jumlah kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai
72,87%, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan I
2013 yang tercatat sebesar 74,43%. Penurunan proporsi ini didorong meningkatnya kinerja
sektor pendukung meliputi sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi serta
sektor pertambangan dan penggalian. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, sektor industri
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.26666 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.25555 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai EksporEksporEksporEkspor
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor (rhs) g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
%
y
o
y
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
5,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
J
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Impor
g_Total Impor (rhs)
(USD Juta) (%, yoy)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Ekspor
g_Total Ekspor
(%, yoy)(USD Juta)
14
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
pengolahan tumbuh membaik di atas level 6%, yang didorong pertumbuhan sub sektor tekstil
dan alas kaki seiring meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang tahun ajaran baru.
TaTaTaTabel.1.bel.1.bel.1.bel.1.3333 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran
I II III IV I II III IV I II
Pertanian 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 2.95
Pertambangan dan Penggalian 10.34 5.44 4.55 4.85 5.09 1.66 1.01 1.11 2.67 2.30
Industri Pengolahan 6.66 6.08 5.60 5.96 6.23 5.74 7.21 6.17 5.03 6.40
Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 7.05 5.17 5.65 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60
Bangunan 7.42 10.98 8.90 8.99 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53
Perdagangan, Hotel & Restoran 9.60 9.47 10.44 9.69 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92
Pengangkutan & Komunikasi 12.37 12.14 11.61 9.85 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04
Keuangan, Persew & Jasa Persh 8.21 8.50 8.17 7.87 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.69
Jasa-Jasa 1.41 4.48 5.96 4.81 4.75 4.96 4.63 4.97 4.40 4.96
PDRB 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.31 7.41 7.09 6.62 6.97
2013LAPANGAN USAHA
2011 2012
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.29292929 Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor Utama
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.30000 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.31111 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
Pertanian
Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel & Restoran
(%, yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
Jasa-Jasa
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
(%, yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Pertambangan dan Penggalian
(%, yoy)
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
15
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.32222 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
Berbeda dengan triwulan sebelumnya,sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu sebesar 10,53% (yoy), yang diikuti oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi
(10,04%) serta sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) di level 8,92%. Selanjutnya, secara
berurutan pertumbuhan di atas 4% terjadi pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan dengan pertumbuhan mencapai 7,69% (yoy), sektor Industri Pengolahan (6,40%),
sektor Jasa-Jasa (4,96%) serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (4,60%). Berbeda dengan
triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor primer, sekunder serta tersier relatif tersebar merata.
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
menunjukkan adanya peningkatan tingkat utilisasi kapasitas produksi dari 76,91% menjadi
79,28%. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya utilisasi sektor listrik, gas dan air bersih
(7,13%), industri pengolahan (2,79%) serta pertanian (2,60%). Sedangkan sektor
pertambangan mengalami perlambatan sebesar -0,29% dibandingkan triwulan I 2013. Secara
keseluruhan tingkat utilisasi kapasitas produksi sektor utama Jatim masih berada di atas 70%,
hanya sub sektor gas yang berada pada level 62%.
Peningkatan kinerja ekonomi pada triwulan II 2013 turut dikonfirmasi oleh indeks
realisasi usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami penurunan dari
2,60 menjadi 37,72. Secara sektoral, tingkat pertumbuhan sektor utama pun searah dengan
indeks realisasi usaha, salah satunyaadanya panen beberapa kelompok bahan makanan turut
mendorong indeks realisasi usaha sektor pertanian mencapai 7,58. Demikian pula dengan
kedelapan sektor lainnya, tercatat hanya sektor Pertambangan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
serta sektor Bangunan yang berada pada kisaran level indeks 0,50.
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.33333 Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
Total Pertanian Pertambangan
Industri Pengolahan Listrik Gas Air Bersih
%, SBT
-4
1
6
11
16
21
26
31
36
41
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
% SBT Kapasitas Produksi Terpakai (Persen)
Perkembangan Kegiatan Usaha (left axis)
16
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
a.a.a.a. Sektor Perdagangan, Hotel & Sektor Perdagangan, Hotel & Sektor Perdagangan, Hotel & Sektor Perdagangan, Hotel & RestoranRestoranRestoranRestoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)
Masih sama dengan pola historisnya, pertumbuhan sektor PHR termasuk dalam 2 (dua)
besar sektor dengan pertumbuhan tertinggi dalam struktur ekonomi Jatim. Pada
triwulan II 2013, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran tercatat mengalami pertumbuhan
kedua tertinggi yaitu mencapai 8,92% (yoy), namun demikian melemah dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini dipicu melemahnya
pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dari 11,06% (yoy) menjadi 8,78%.
Sedangkan kedua sub sektor lainnya yaitu hotel dan restoran masing-masing meningkat
menjadi 9,04% (yoy) dan 9,65%. Perlambatan sub sektor perdagangan besar dan eceran
dipicu oleh melemahnya kinerja transaksi perdagangan luar negeri daerah sebagaimana telah
diinformasikan sebelumnya bahwa kinerja ekspor antar daerah mengalami penurunan dari
13,73% (yoy) menjadi 9,73%. Selain itu, dari kegiatan perdagangan luar negeri sumber
penurunan kegiatan perdagangan berasal dari transaksi impor luar negeri dari 6,72% (yoy)
menjadi 1,62%.
Meningkatnya kinerja subsektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh peningkatan
pertumbuhan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang.
TPK Hotel Berbintang tercatat mengalami peningkatan pada level 52,69%. Demikian pula
dengan rata-rata lama menginap tamu mengalami peningkatan baik dari jumlah tamu asing
maupun domestik, sehingga secara keseluruhan mencapai 2,07 hari per tamu. Meningkatnya
rata-rata lama menginap terbesar berasal dari tamu asing dari 3,12 hari menjadi 4,08.
Sedangkan tamu domestik meningkat dari 1,7 hari menjadi 1,88 hari. Pencanangan Jawa
Timur sebagai salah satu tujuan favorit wisata mancanegara melalui pameran dan kerjasama
maskapai penerbangan turut mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
hingga mencapai 13,68% (yoy) atau mencapai 19.898 orang, yang merupakan angka
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.34444 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.35555 Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
12.65
31.82
16.30
12.71
2.60
37.72
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Realisasi Usaha
S
B
T
17
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.36666
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.33337777
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
tertinggi selama 12 (dua belas) tahun terakhir. Selain itu, meredanya ancaman bencana pada
beberapa tujuan wisata favorit seperti Bromo dan Kelud menjadi daya tarik bagi wisatawan
asing.
Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator konsumsi listrik bisnis di Jawa
Timur pada triwulan ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. %.
Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) per tanggal 1 Januari 2013 pada kelompok bisnis menengah
(B-2 daya 6600 VA s.d 200 kVA) dan bisnis besar (R-3 daya 6600 VA ke atas) turut
mempengaruhi konsumsi listrik, berupa penggiatan kegiatan penghematan khususnya pada
jenis usaha perhotelan dan shopping mall segmen bawah. Hal ini juga turut
berpengaruh pada biaya operasional pedagang sehingga turut mengurangi marjin usaha.
Pertumbuhan konsumsi listrik golongan bisnis/industri mencatat perlambatan dari
255,8 juta Kwh menjadi 260,9 juta Kwh atau sama dengan penurunan pertumbuhan dari
sebesar 10,38% (yoy) pada triwulan I 2013 menjadi 3,24
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.33338888
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.39393939
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh %
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
Sumber : BPS Jatim (diolah)
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TPK Hotel Berbintang Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gJumlah Wisman Melalui Juanda
TPK Hotel Berbintang Jatim
%
Sumber : BPS, diolah
18
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
b. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 6,40% (yoy), tumbuh
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan sebesar 5,03% (yoy). Perbaikan sektor ini dipicu meningkatnya sub sektor
industri makanan, minuman dan tembakau (6,86% - yoy), sub sektor industri barang kayu dan
hasil hutan lainnya (15,35%), sub kelompok industri semen dan barang galian bukan logam
(15,87%) serta sub kelompok industri barang lainnya (5,75%). Hanya sub sektor industri tekstil,
barang kulit dan alas kaki serta sub sektor industri alat angkut, mesin dan peralatannya yang
mengalami perlambatan sebesar 0,5%.
Berdasarkan rilis data survei pertumbuhan produksi industri manufaktur skala mikro,
kecil, sedang dan besar diperoleh informasi sub sektor industri merupakan sub sektor yang
paling dominan mendorong kinerja industri pengolahan Jawa Timur pada triwulan II 2013.
Membaiknya kinerja sektor industri pengolahan untuk kategori jenis industri mikro dan kecil
didominasi oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor industri barang logam (30,34%), kulit
(26,82%), makanan (24,80%), minuman (23,12%) serta peralatan listrik (19,05%). Sedangkan
untuk kategori industri manufaktur besar dan sedang didorong oleh perbaikan pertumbuhan
sub sektor farmasi (21,06% - yoy), bahan kimia (19,65%) serta industri kayu (19,01).
Berdasarkan informasi anekdotal, wilayah Jawa Timur banyak didirikan industri skala
mikro dan sedang, khususnya industri makanan, minuman dan tembakau, seiring melimpahnya
sumber daya alam dan akses infrastruktur yang memadai dibandingkan provinsi lainnya di
Pulau Jawa. Selain itu, kenaikan tarif komponen biaya produksi hanya bersifat temporary
sebagaimana diinformasikan dari hasil liaison bahwa perusahaan industri pengolahan skala
menengah dan besar telah mengalokasikan perkiraan kenaikan biaya tersebut, meskipun angka
realisasinya masih lebih besar dari perkiraan anggarannya.
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.41111 Pertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.41.41.41.40000 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Sektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri Pengolahan
-4
0
4
8
12
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki
Kertas dan Barang Cetakan
Logam Dasar Besi & Baja
%
y
o
y
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I 2013 II 2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber: BPS Jatim , diolah
Sumber: BPS Jatim , diolah
19
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh impor bahan baku
dan modal. Tercatat impor bahan baku dan barang modal mengalami kenaikan menjadi
59,13% (yoy) dan 27,88%. Kondisi ini merefleksikan masih tingginya minat investasi para
pelaku usaha untuk mengganti maupun menambah mesin produksi di wilayah Jawa Timur.
Jika dilihat dari indikator konsumsi listrik bisnis di Jawa Timur pada triwulan ini
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi listrik
golongan industri mencatat perlambatan dari 1102,5 juta Kwh menjadi 841,6 juta Kwh atau
sama dengan penurunan pertumbuhan dari sebesar 16,72% (yoy) pada triwulan I 2013
menjadi -22,05%.
c. Pertanianc. Pertanianc. Pertanianc. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur sedikit meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 2,95% (yoy), yang didorong oleh meningkatnya produksi
sub sektor tanaman bahan makanan (3,36% - yoy) dan perikanan (4,24%). Sedangkan sub
sektor lainnya mengalami perlambatan, dengan penurunan terbesar terjadi pada sub sektor
kehutanan, perkebunan dan peternakan.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
I II III IV I II III IV I II
PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 2.95
1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.88 2.18 2.43 0.90 1.91 5.09 4.94 -1.49 0.94 3.36
1.2. Tanaman Perkebunan 3.76 3.97 -1.53 9.36 3.94 2.82 1.02 2.81 3.52 1.71
1.3. Peternakan 5.91 6.40 4.42 0.61 3.34 3.42 3.24 4.68 3.39 1.18
1.4. Kehutanan 4.60 4.83 7.62 8.04 23.03 16.52 40.51 26.89 9 .83 4.27
1.5. Perikanan 3.92 4.28 3.00 -2.78 4.02 4.55 5.10 4.12 4.08 4.24
2011 2012LAPANGAN USAHA
2013
GraGraGraGrafik 1.4fik 1.4fik 1.4fik 1.42222 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Impor Impor Impor Impor
Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.43333
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh%
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor (rhs) g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
%
y
o
y
Sumber: BPS Jatim , diolah
Sumber: BPS Jatim , diolah
Sumber: BPS Jatim , diolah
20
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Berdasarkan rilis data ARAM I Tahun 2013 diperoleh informasi adanya penurunan
produksi padi tahun 2013 dibandingkan 2012 sebesar -4,17% atau 508,53 ribu ton. Penyebab
utama penurunan ini adalah turunnya produktivitas sebesar 2,23 kuintal per hektar atau
-3,61% sebagai akibat panjangnya musim penghujan di awal tahun sehingga menyebabkan
bulir padi kosong. Namun demikian, dengan membaiknya cuaca di pertengahan tahun dan
ketersediaan infrastruktur irigasi menjelang memasuki musim tanam di bulan Agustus 2013
diharapkan terjadi perbaikan produktivitas sehingga produksi padi ditargetkan minimal sama
dengan tahun 2012. Sebagaimana terkonfirmasi pada grafik di bawah ini, pertumbuhan luas
panen padi dan jagung meningkat hal ini mengkonfirmasi meningkatnya panen kelompok
tanaman bahan makanan pada triwulan ini. Sementara itu, luas lahan puso padi dan jagung
mengalami penurunan setelah berkurangnya curah hujan di wilayah Jawa Timur sejak Maret
2013.
Untuk mengatasi dampak akibat anomali cuaca, Dinas Pertanian wilayah Jawa Timur telah
menganggarkan pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa jaringan irigasi,
lampu pembasmi hama dan mengoptimalkan program system of rice intensification (SRI) yang
telah berjalan sejak tahun 2011. Permasalahan makin berkurangnya luas lahan tanam di
daerah selain diatasi melalui penerbitan RTRW tingkat kab/kota juga dengan mengkoodinasikan
gerakan pemanfaatan lahan tadah hujan dan bantaran sungai oleh seluruh Dinas Pertanian di
Jawa Timur.
Pada tanaman hortikultura, tercatat beberapa sentra produksi seperti di Kabupaten
Nganjuk memiliki luas lahan bawang merah sebesar 10.200 hektar, dengan produktifitas
mencapai 14 – 15 ton/hektar. Dari sisi harga terdapat potensi kenaikan harga terutama pada
komoditas bawang merah yang disebabkan kelangkaan stok bibit bawang merah lokal yang
habis terjual ketika harga bawang merah sedang tinggi pada triwulan I 2013. Untuk komoditas
hortikultura lainnya u, dapat diinformasikan pula beberapa Kab/Kota telah berhasil mengekspor
hasil pengembangan tanaman hortikultura, salah satunya yaitu komoditas buah Melon. Total
produksi pada tahun 2012 mencapai 111.597 ton melon dengan luas tanam seluas 368 hektar.
Terkait dengan kenaikan harga BBM, sebanyak 15 ribu hektar lahan padi di Kabupaten
Ngawi masih sangat bergantung pada solar yang digunakan untuk pembangkit pompa air.
Namun demikian beberapa petani di Kabupaten Ngawi tengah mengembangkan pompa air
dengan tenaga listrik yang dapat menghemat biaya sekitar 50% dari biaya menggunakan solar.
21
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44444444 Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Tanam dan Panen PadiTanam dan Panen PadiTanam dan Panen PadiTanam dan Panen Padi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44445555 Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Tanam & Panen JagungTanam & Panen JagungTanam & Panen JagungTanam & Panen Jagung di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44446666 Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada periode laporan, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sedikit
melambat dari 8,49% (yoy) menjadi 7,69%. Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan
hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor jasa perusahaan. Tercatat sub sektor bank,
lembaga keuangan bukan bank serta sewa bangunan mengalami penurunan sebesar 1% s.d
2% (yoy). Namun demikian, sub sektor jasa perusahaan tercatat mengalami peningkatan
sebesar 3% (yoy).
Terjaganya kredit penyaluran perbankan pada level tinggi dengan tingkat risiko yang
terjaga rendah mendorong terjadinya pertumbuhan subsektor ini pada periode laporan.
Demikian pula dengan indikator perbankan lainnya, seperti pertumbuhan laba net interest
margin dan fee based income. Sementara itu, Rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan
Pendapatan Operasional mengalami penurunan sebagai konsekwensi atas meningkatnya
pendapatan bunga dan tingkat efisiensi yang semakin tinggi.
(80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
(Ha)
(%)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
%
Ha
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
(Ha)
(%)
22
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44448888
Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.49494949
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.50000
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----Based Based Based Based IncomeIncomeIncomeIncome
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44447777
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.51111 Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan –––– Biaya Biaya Biaya Biaya Operasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank Umum
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013
gDana Pihak Ketiga gKredit
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II
2010 2011 2012 2013
Nilai Net Interest Margin (NIM) gNet Interest Margin (NIM)
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
Interest Based Income
g.Interest Based Income
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
Fee Based Income
g.Fee Based Income
0.60
20.60
40.60
60.60
80.60
100.60
120.60
140.60
(2,000,000)
(1,000,000)
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
I2009
II III IV I2010
II III IV I2011
II III IV I2012
II III IV I2013
II
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional
BO/PO
23
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.53333 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.52222 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
e. Bangunane. Bangunane. Bangunane. Bangunan Kinerja sektor bangunan di awal tahun 2013 kembali mencatatkan peningkatan dari
sebelumnya 8,26% (yoy) menjadi 10,53%. Beberapa indikator yang mengkonfirmasi
peningkatan kinerja sektor bangunan antara lain data pembangunan dan penjualan properti
residensial beberapa segmen di Jawa Timur. Meskipun pertumbuhan volume penjualan semen
berdasarkan nilainya masih lebih rendah dibandingkan triwulan I 2013, namun masih berada
pada level pertumbuhan yang sama. Indikator lainnya yaitu Survei Harga Properti Residensial
menginformasikan adanya peningkatan pada rata-rata jumlah pembangunan dan penjualan
properti residensial, khususnya pada kelompok kecil, yang diikuti pula peningkatan kelompok
sedang dan besar. Beberapa faktor yang diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor
bangunan antara lain kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, mahalnya biaya
perizinan serta kebutuhan penambahan fasilitas umum pada perumahan.
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.54444
RataRataRataRata----Rata Pembangunan Properti Rata Pembangunan Properti Rata Pembangunan Properti Rata Pembangunan Properti ResidensialResidensialResidensialResidensial
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.55555
RataRataRataRata----Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia Sumber: BPS Jatim (diolah)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Pertambangan dan Penggalian
(%, yoy)
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
24
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55557777
Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak
f. f. f. f. Pengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,98% (yoy) menjadi 10,04%. Hal
tersebut didorong oleh melambatnya seluruh sub sektornya yaitu sub sektor pengangkutan dan
komunikasi. Namun demikian kedua sektor ini masih tumbuh tinggi di atas level 8%, yaitu sub
sektor angkutan mencapai 8,46% (yoy) dan sub sektor komunikasi (11,51%). Masih sama
dengan periode sebelumnya, pertumbuhan tertinggi sub sektor transportasi disumbang oleh
jenis transportasi udara (10,08%), diikuti oleh transportasi jalan raya (9,09%) dan jasa
penunjang angkutan (7,74%). Dengan adanya strategi pemasaran maskapai penerbangan yang
cukup baik antara lain dengan penerapan efisiensi biaya penerbangan, kemudahan pembelian
tiket secara on line tanpa harus melalui agen, serta promosi penjualan tiket dengan harga
promo masih menjadi faktor pendorong peningkatan jumlah penumpang moda transportasi
udara. Tren peningkatan tersebut dapat dijadikan alasan tingginya pertumbuhan industri
transportasi udara di Indonesia, yaitu mencapai 20% dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Meskipun mengalami perlambatan, sub sektor komunikasi masih mencatat pertumbuhan
tinggi di atas 11% (yoy). Semakin beragamnya kebutuhan komunikasi individu turut
mendorong pertumbuhan sektor ini tidak hanya di faktor layanan telekomunikasi namun juga
di jasa penunjangnya. Tidak hanya kebutuhan komunikasi, mengikuti perkembangan terkini
kebutuhan sosial dalam komunitas dan transaksi pun menjadi dimudahkan, sehingga
kebutuhan sub sektor ini semakin tidak terlepaskan dari sendi – sendi kehidupan
bermasyarakat.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.51.51.51.56666
Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
Ribu Orang % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Vol Barang g Jml Barang (rhs)Ribu Ton% yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
25
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – 2013
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55558888
Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.59595959
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl (rhs)
(Ribu Orang) (% yoy)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Domestikg Jml Penumpang Domestik (rhs)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
% yoyRibu Orang
�
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
�
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
�
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
(6.00)
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013
Umum
Core
Volatile Foods
Administered Prices
2222 PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.12.12.12.1 KONDISI KONDISI KONDISI KONDISI UMUUMUUMUUMUMMMM
Inflasi IHK pada triwulan II-2013, Secara tahunanmencapai sebesar 5,93% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan nasional (5,90%). Sementara secara triwulanan, inflasi Jatim sudah
kembali pada pola normalnya yang tercatat 0,11% (nasional 1,54%), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,87% (nasional 1,54%).
Tekanan inflasi dari volatile foods yang cukup kuat pada triwulan I-2013 terutama
dari komoditas bumbu-bumbuan dan buah-buahan terlihat mereda memasuki awal hingga
akhir triwulan II-2013. Disamping itu, terjadi pula penurunan harga pada komoditas emas
perhiasan yang masuk dalam kelompok core sebagai dampak melemahnya harga komoditas
ini di pasar internasional.
Namun demikian, koreksi harga dari kelompok volatile foods dan core kembali
tertahan dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada kelompok administered
prices di penghujung triwulan ini, mengakibatkan kenaikan tarif angkutan dan
berpengaruh kuat terhadap ekspektasi. Kenaikan BBM ini, diyakini menjadi faktor dominan
pemicu inflasi pada triwulan berikutnya, selain dorongan permintaan memasuki tahun
ajaran baru, bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.3. . . . Inflasi Jawa Timur (qtq)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.4444. . . . Disagregasi Inflasi Jawa Timur (qtq)
Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2.... Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : BPS Jatim (diolah)
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang
relatif lebih tinggi. Berbeda dibandingkan periode sebelumnya dimana Jatim mengalami
inflasi tertinggi di kawasan Jawa, pada
periode ini inflasi Jatim berada di urutan
ketiga tertinggi. Realisasi inflasi di
kawasan Jawa, terendah ditempati Jawa
Tengah (5,44%), DIY (5,66%), Jawa
Timur (5,93%), Jawa Barat (6,54%) dan
tertinggi terjadi pada Provinsi Banten
(6,80%). Berdasarkan grafik di samping,
inflasi bergerak naik yang terjadi di
seluruh provinsi di Jawa sejak tahun 2011
sampai triwulan II-2013.
2.22.22.22.2 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, inflasi Jatim pada akhir Tw II-2013 sebesar 0,68% lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,03% dan rata-rata inflasi 5 tahun terakhir
yang mencapai 0,94%. Walaupun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (0,89%-
mtm) namun inflasi pada Tw II-2013 ini meningkat jika dibandingkan 2 (dua) bulan
sebelumnya yang sempat mengalami deflasi. Peningkatan inflasi ini utamanya didorong oleh
meningkatnya inflasi pada kelompok bahan makanan, transport dan komunikasi, serta
makanan & minuman (mamin), rokok dan tembakau. Sedangkan kelompok sandang dan
kesehatan masih relatif stabil.
Setelah mengalami anomali inflasi yang cukup tinggi pada Tw I-2013 yang
disebabkan kelangkaan pasokan terutama dari sub kelompok bumbu-bumbuan dan buah-
buahan dampak pengendalian impor hortikultura serta keterbatasan produksi lokal, Jatim
mengalami deflasi pada awal Tw II-2013 yang disumbang oleh aneka bumbu (-0,24%) dan
sayur (-0,06%) seiring tibanya musim panen dan kelancaran pengurusan dokumen
importasi dari kementerian terkait sehingga tumpukan kontainer hortikultura di Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya dapat dikeluarkan dan didistribusikan kepada masyarakat.
Mengakhiri Tw II-2013, terdapat tekanan pada inflasi yang diakibatkan oleh kebijakan
pemerintah meningkatkan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga mendorong
peningkatan signifikan inflasi kelompok transpor dari 0,20% menjadi 3,18%. Demikian pula
dengan kelompok bahan makanan yang didorong oleh peningkatan harga sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya serta telur, susu dan hasil-hasilnya yang masing-masing mencapai
1,03% dan 4,07%.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.5555 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Namun demikian, tingginya kenaikan inflasi di kelompok bahan makanan, diredam
oleh koreksi harga (deflasi) pada kelompok sandang sebesar -0,91% dan melambatnya
inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar dari 0,78% menjadi 0,10%.
Berdasarkan kelompok barang sesuai tabel di atas, rata-rata laju inflasi bulanan
sepanjang Tw II-2013 ditandai dengan inflasi yang berada di bawah rata-rata bulanan dari
triwulan sebelumnya, kecuali untuk kelompok kesehatan dan kelompok transpor &
komunikasi.
Secara keseluruhan, pola inflasi di sepanjang triwulan II-2013 cenderung meningkat
sama dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini selain sejalan
dengan semakin besarnya tekanan permintaan menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri yang saat ini berada pada tw III, juga adanya kebijakan-kebijakan Pemerintah
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya terkait peningkatan tarif listrik, BBM dan cukai
rokok.
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan April, Mei Juni 2013), terlihat jika
tidak terdapat kebijakan pemerintah, pendorong inflasi berasal pada kelompok yang sama,
yaitu mamin, rokok dan tembakau, perumahan, serta kesehatan. Demikian pula dengan
pendorong deflasi yaitu kelompok bahan makanan dan sandang. Setelah adanya rencana
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.6666. . . . Inflasi per Kelompok Barang Tw II-2013 (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.7777.... Inflasi Juni 2013 per Kelompok Barang
JanJanJanJan FebFebFebFeb MarMarMarMar AprAprAprApr MeiMeiMeiMei JunJunJunJun
Umum 0.97 0.97 0.89 0.95 -0.36 -0.20 0.68 0.04
1 Bahan Makanan 3.73 2.71 2.63 3.02 -1.38 -1.39 0.40 -0.79
2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.22 0.49 1.00 0.57 0.35 0.19 0.34 0.30
3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.40 1.37 0.06 0.61 0.09 0.78 0.10 0.32
4 Sandang 0.32 -1.04 -0.94 -0.55 -1.69 -1.83 -0.91 -1.48
5 Kesehatan 0.39 0.26 0.33 0.33 0.34 0.47 0.30 0.37
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.13 0.11 0.07 0.10 0.09 0.07 0.02 0.06
7 Transpor, Komunikasi -0.39 0.06 0.59 0.09 -0.07 0.20 3.18 1.11
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangNoNoNoNoTw I-2013Tw I-2013Tw I-2013Tw I-2013
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataTw II-2013Tw II-2013Tw II-2013Tw II-2013
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-Rata
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.1111 Inflasi Triwulan I Tahun 2013 & Triwulan II Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
kenaikan BBM, tampak mulai terdapat pergerakan inflasi yang meningkat untuk kelompok
transpor dan komunikasi dari -0,07% (April 2013) menjadi 0,20% (Mei 2013).
Hal ini menunjukkan betapa besarnya ekspektasi inflasi masyarakat mampu
mendorong inflasi itu sendiri. Walaupun realisasi kenaikan BBM baru terjadi mendekati akhir
Juni 2013, namun sejak Mei sudah mulai terjadi peningkatan harga walaupun tidak pada
level yang besar.
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw II-2013 tersaji sebagai berikut :
1.1.1.1. Bulan Bulan Bulan Bulan April 2013April 2013April 2013April 2013
- Pada periode ini untuk pertama kalinya pada tahun 2013, Jatim mengalami deflasi
sebesar -0,36% sehingga inflasi Jatim menjadi 6,20% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan Maret 2013 (6,75%), namun masih lebih tinggi dari rata-rata inflasi
selama 5 (lima) tahun terakhir yang
sebesar 5,77%.
- Perubahan terbesar pada April 2013
adalah mulai turunnya harga aneka
bumbu khususnya bawang putih dari
55,32% (Maret 2013) menjadi -26,60%
(April 2013) dan bawang merah dari
90,19% menjadi 6,66%. Hal ini diikuti
pula dengan penurunan inflasi pada sub
kelompok sayur-sayuran dari 3,54%
menjadi -3,19%. Lancarnya proses importasi terutama komoditas bawang putih,
tibanya musim panen bawang merah dan sayur-sayuran, berpengaruh kuat terhadap
penurunan harga pada ketiga komoditas ini.
- Berdasarkan disagregasinya, inflasi Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga
kelompok administered price yaitu pada level 0,07% (mtm), sedangkan kelompok
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.8888.... Inflasi Mei 2013 per Kelompok Barang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.9999.... Inflasi Juni 2013 per Kelompok Barang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.10101010.... Perkembangan Harga Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
volatile food dan core inflation mengalami deflasi sebesar -1,21% dan -0,06%.
Kenaikan harga pada kelompok administered price disebabkan penyesuaian harga
rokok kretek filter, rokok kretek dan rokok filter yang ketiganya menyumbang inflasi
dengan total sebesar 0,022% dampak kenaikan cukai rokok di awal tahun 2013.
2.2.2.2. Bulan Mei 2013Bulan Mei 2013Bulan Mei 2013Bulan Mei 2013
- Pada Mei 2013, Jatim mengalami deflasi sebesar -0,07% (mtm) dan secara tahunan
(yoy) sebesar 5,83%. Deflasi yang terjadi di bulan Mei 2013 ini lebih tinggi
dibandingkan deflasi nasional yang tercatat sebesar -0,03% (mtm) dan 5,47% (yoy).
- Trend penurunan inflasi kelompok
volatile food masih terus berlanjut
seiring dengan tibanya masa panen
untuk komoditas bawang merah dan
cabe, yang terkonfirmasi dari masing-
masing mengalami deflasi sebesar 24%
dan 25%. Namun mulai terdapat trend
kenaikan harga daging ayam ras dan
telur ayam ras masing-masing sebesar
3% dan 2% sebagai dampak tingginya permintaan dan produksi yang belum optimal
karena faktor cuaca. Berdasarkan grafik 2.11 tampak bahwa harga komoditas daging
ayam dan telur ayam memang berfluktuatif sehingga peningkatan harga pada
periode ini masih berpotensi turun pada periode-periode selanjutnya.
- Penyumbang utama inflasi pada bulan ini adalah kenaikan tarif listrik yang mencapai
3,68% (dengan sumbangan sebesar 0,098%) yang merupakan kebijakan lanjutan
peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 15% yang dilakukan bertahap selama
tahun 2013. Dengan mempertimbangkan pola kenaikan tarif listrik, pelaksanaan
kebijakan ini dilakukan setiap tengah triwulan sekali maka kenaikan selanjutnya
diprediksi terjadi pada Juli 2013.
- Pada bulan ini mulai terdengar rencana
pemerintah untuk menaikkan harga BBM
sebesar 33,33% untuk bensin dan
22,22% untuk solar. Rencana kenaikan
harga ini direspon negatif oleh masyarakat
sehingga meningkatkan ekspektasi
kenaikan harga pada 3 (tiga) bulan yang
akan datang dari nilai indeks 184,60 menjadi 189,04 (sumber: survei ekspektasi
konsumen - BI Wilayah IV Jatim).
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.11111111.... Perkembangan Harga Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.12121212.... Ekspektasi Inflasi Konsumen 3&6 bulan yad
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
3.3.3.3. Bulan Juni 2013Bulan Juni 2013Bulan Juni 2013Bulan Juni 2013
- Setelah mengalami deflasi selama 2 (dua) bulan berturut-turut, pada Juni 2013 Jatim
mengalami inflasi sebesar 0,68% (mtm) dan 5,93% (yoy). Secara bulanan, inflasi
Jatim lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (1,03%) namun secara tahunan lebih
tinggi dari nasional (5,90%).
- Berbeda dengan periode sebelumnya, pada bulan ini penyumbang inflasi terbesar
adalah bensin yang mengalami inflasi 12,77% (menyumbang 0,39% dari total inflasi
bulanan) seiring dengan ditetapkannya kenaikan BBM pada 22 Juni 2013. Kenaikan
harga bensin tersebut mempengaruhi terhadap tarif angkutan dalam kota dan luar
kota yang masing-masing naik sebesar 7,8% dan 4,2%.
- Tekanan inflasi pada bulan ini tidak
hanya dari kelompok administered
price, Kelompok volatile food juga
mulai mengalami kenaikan sebagai
respon menyambut bulan Ramadhan
dan terbatasnya stok beberapa
komoditas pangan karena belum
memasuki masa panen.
- Walaupun terdapat potensi tekanan harga pada komoditas pangan, namun beberapa
sentra produksi di Jawa Timur antara lain Probolinggo (bawang merah), Kediri dan
Banyuwangi (cabe merah), masih memiliki lahan yang siap dipanen untuk memasok
kebutuhan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
2.3.2.3.2.3.2.3. INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Pada Tw II-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 0,11% (qtq)melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,87% (qtq). Hampir seluruh kelompok
barang mengalami perlambatan inflasi, khususnya kelompok bahan makanan yang
mengalami penurunan terbesar dari 9,34% (Tw I-2013) menjadi -2,36% (Tw II-2013).
Sumbangan utama turunnya inflasi kelompok bahan makanan adalah penurunan harga sub
kelompok bumbu-bumbuan karena telah lancarnya impor hortikultura dan mulainya musim
panen. Kelompok sandang masih mengalami perlambatan karena terus turunnya harga
emas perhiasan sebagai dampak penurunan harga emas di pasar internasional.Namun
demikian, kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami kenaikan dari 0,25%
menjadi 3,32% dan kelompok kesehatan dari 0,98% menjadi 1,11%.
Grafik Grafik Grafik Grafik 2.2.2.2.11113333. Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Berdasarkan sumbangannya, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
memberikan sumbangan inflasi terbesar pada Tw II-2013 sebesar 0,58% sehubungan
dengan kenaikan BBM (bensin dan solar) serta tarif angkutan dalam dan luar kota.
Tingginya sumbangan inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tersebut
tertahan oleh kelompok bahan makanan yang menyumbang penurunan sebesar -0,56%.
Kenaikan tarif listrik maupun Upah Minimum Kota (UMK) masih belum terlihat pengaruhnya
secara signifikan pada periode ini karena penerapan secara penuh kebijakan UMK untuk
semua perusahaan baru dilaksanakan pada Semester II-2013.
Pola sumbangan inflasi pada tahun 2013 ini sedikit berbeda dengan pola inflasi
triwulanan pada umumnya. Sebagaimana tabel di atas, tampak bahwa seharusnya inflasi
merangkak naik sejak awal tahun dengan puncak pada Tw III (sehubungan dengan adanya
perayaan hari keagamaan Idul Fitri) dan melambat pada Tw IV. Namun adanya
permasalahan hortikultura di awal tahun menyebabkan inflasi Jawa Timur melambung pada
Tw I-2013, kemudian sedikit mereda pada Tw II dan masih berpotensi meningkat pada Tw
III-2013 seiring dengan adanya hari keagamaan dan tahun ajaran baru.
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.2222 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.14141414 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.15151515 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Tw I-2013 & Tw II-2013
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II
Umum 0.70 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 0.70 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11
1 Bahan Makanan 0.56 0.90 2.55 1.62 9.34 -2.36 0.13 0.06 0.87 0.24 2.28 -0.56
2 Mamin, Rokok & Tembakau 1.28 1.90 2.59 0.79 1.73 0.89 0.23 0.25 0.56 0.17 0.31 0.16
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.67 1.18 0.68 0.97 1.84 0.97 0.14 0.18 0.23 0.19 0.38 0.20
4 Sandang 1.06 -0.48 3.61 0.31 -1.66 -4.37 0.07 -0.06 0.16 0.13 -0.10 -0.27
5 Kesehatan 0.50 0.54 0.86 0.68 0.98 1.11 0.02 0.02 0.04 0.04 0.04 0.05
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.25 0.27 3.56 0.32 0.32 0.18 0.02 0.00 0.34 0.03 0.03 0.02
7 Transpor, Komunikasi 0.42 0.40 0.80 0.79 0.25 3.32 0.07 0.06 0.20 0.09 0.04 0.58
Sumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQ
2012201220122012 20132013201320132012201220122012NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang 2013201320132013
Inflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQ
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Sebagaimana terlihat pada grafik 2.15, meskipun sub kelompok bumbu-bumbuan
yang merupakan penyebab utama naiknya inflasi Jatim pada Tw I-2013 mengalami
penurunan, namun potensi inflasi dari sub kelompok buah-buahan serta sub kelompok
telur, susu dan hasil-hasilnya sudah mulai meningkat. Selain itu, berdasarkan Survei
Pemantauan Harga bulan Juli 2013 diketahui bahwa mulai terdapat peningkatan harga
untuk beberapa komoditas di sub kelompok bumbu-bumbuan sehingga perlu diwaspadai
potensi inflasi kelompok bahan makanan ke depan.
Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah
sebagai berikut :
BerasBerasBerasBeras
Pada Tw II-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa
Timur mulai mengalami sedikit kenaikan harga (1,11% - mtm) khususnya pada jenis beras
premium sebagai dampak belum tibanya musim panen sampai dengan Juni 2013. Meskipun
demikian, berdasarkan informasi dari Bulog Provinsi Jawa Timur, penyerapan Bulog relatif
baik dan terdapat kecukupan stok untuk memastikan tidak terjadi shortage akibat
kekurangan pasokan. Selain itu, adanya panen pada bulan Juli 2013 akan meminimalkan
naiknya harga beras lebih tinggi lagi.
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa dibandingkan dengan harga beras lokal,
harga komoditas beras internasional relatif stabil bahkan mengalami penurunan. kondisi
tersebut tidak terlalu berpengaruh pada harga beras domestik karena minimnya
penggunaan beras impor seiring dengan kecukupan stok Bulog dan adanya panen dalam
waktu dekat, sehingga diharapkan mampu menstabilkan kembali harga komoditas beras di
triwulan selanjutnya. Beberapa sentra produksi beras di Jatim mengkonfirmasi hal tersebut,
yaitu :
- Luas areal panen wilayah Jember pada Tw II-2013 mencapai 12.567 Ha atau sekitar
80.664 ton gabah, meningkat 61,12% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.16161616 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Juni 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.17171717 Stok Setara Beras Jawa Timur
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.19191919 Luas Panen dan Produksi Padi Prov.Jawa Timur
hasil panen diiringi dengan upaya pengendalian hama yang semakin intensif. Stok beras
di Bulog mencapai 56 ribu ton atau mencukupi kebutuhan sampai dengan 19 bulan ke
depan.
- Produksi padi wilayah Kediri kumulatif sampai dengan April 2013, mencapai 321.026
ton Gabah Kering Giling (GKG), dengan luas area panen sebesar 9.639 Hektar.
Walaupun produksi diperkirakan masih melambat, namun pemerintah telah
mengantisipasi dengan memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa
jaringan irigasi, lampu pembasmi hama dan mengoptimalkan program system of rice
intensification (SRI) yang telah berjalan sejak tahun 2011.
Kinerja produksi tanaman padi wilayah Jawa Timur pada periode ini dapat dilihat pada
grafik 2.17, yang menunjukkan adanya penurunan luas panen dari 758.759 hektar pada Tw
I-2013 menjadi 566.446 hektar pada Tw II-2013. Untuk mengantisipasi turunnya panen
pada Tw II-2013 tersebut, dilakukan peningkatan terhadap luas tanam padi yaitu dari
523.947 hektar menjadi 564.331 hektar. Walaupun tingkat produksi padi turun
dibandingkan periode sebelumnya, namun tingkat puso yang dihadapi petani turun yaitu
dari 5.998 hektar menjadi 2.932 hektar.
Untuk memitigasi dan menjaga kecukupan beras di masyarakat, Bulog telah
melakukan antisipasi dengan menjaga kecukupan stok setara beras yang sampai dengan
akhir Mei 2013 mencapai 862.645 ton atau setara dengan pasokan sampai dengan 13
bulan ke depan serta melakukan bulan raskin yang mencapai 41.644 ton.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.18181818 Luas Panen dan Produksi Padi Kab.Jember
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BumbuBumbuBumbuBumbu----BumbuanBumbuanBumbuanBumbuan
Berdasarkan grafik berikut,
terlihatsetelah mengalami lonjakan signifikan
pada Tw I-2013, terdapat penurunan inflasi
untuk sub kelompok bumbu-bumbuan yang
terus berlanjut sampai dengan Tw II-2013.
Beberapa kendala yang terjadi di sentra produksi
bawang merah dan cabe di Jatim antara lain :
- Luas lahan bawang merah di Kabupaten
Ngajuk adalah sebesar 10.200 hektar, dengan produktifitas sebesar 14-15 ton/ha.
Namun, terdapat potensi kenaikan harga terutama pada komoditas bawang merah yang
disebabkan :
a. Kelangkaan stok bibit bawang merah lokal yang habis terjual ketika harga bawang
merah sedang tinggi pada triwulan I-2013.
b. Hasil panen diperkirakan kurang optimal (hasil tidak bagus) karena bawang Merah
yang dihasilkan cenderung busuk akibat hujan yang masih terjadi pada bulan Juni.
c. Harga pada komoditas ini akan tergantung pada impor bibit dari Thailand, Vietnam,
Philipina dan India. Apabila bibit bawang merah langka dipasaran dan impor bibit
tidak terelisasi, maka kemungkinan besar harga bawang merah akan mengalami
kenaikan.
- Beberapa sentra produksi cabe pada Tw II-2013 tidak berproduksi karena musim tanam
baru dilakukan pada bulan September (karena menggunakan sistem tadah hujan).
Sedangkan sentra cabe lainnya yang berproduksi mengalami permasalahan serangan
lalat buah dan virus yang membusukkan tanaman cabe, sehingga diprediksi produksi
cabe akan mengalami penurunan.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka, turunnya inflasi sub kelompok bumbu-
bumbuan akan terkoreksi pada triwulan selanjutnya sehingga berpotensi mendorong
inflasi lebih tinggi.
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut beberapa hal yang dilakukan oleh Pemerintah
Jawa Timur yaitu :
a. Mengoptimalkan produksi cabe di sentra-sentra cabe lainnya di Jawa Timur antara lain
Probolinggo dan Banyuwangi,
b. Melakukan koordinasi waktu penanaman untuk komoditas aneka bumbu di 38
kab/kota di Jatim sehingga dapat mengantisipasi tingginya permintaan pada moment
tertentu,
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.20202020 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
c. Melakukan kerja sama dengan Asosiasi Cabe Indonesia untuk memenuhi pasokan cabe
di wilayah-wilayah yang tingkat konsumsi cabenya tinggi.
PeternakanPeternakanPeternakanPeternakan
Dibandingkan triwulan sebelumnya, pada
Tw II-2013 ini terdapat peningkatan harga sub
kelompok daging dan hasil-hasilnya serta telur,
susu dan hasil-hasilnya. Hal ini terkonfirmasi pula
di beberapa daerah di Jawa Timur, antara lain :
- Adanya penurunan pasokan di wilayah Jember
sehingga menyebabkan harga daging ayam
ras dan daging sapi mengalami peningkatan
sebesar 2%, sementara harga telur ayam ras meningkat 12%.
- Peningkatan harga juga terjadi di wilayah Malang yang disebabkan kurangnya pasokan
akibat anomali cuaca dan tingginya permintaan.
- Berdasarkan hasil survei terlihat bahwa harga daging sapi secara perlahan mulai
meningkat seiring dengan tingginya permintaan menjelang bulan Ramadhan dan Hari
Raya Idul Fitri.
2.4.2.4.2.4.2.4. INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
Meningkatnya inflasi Jawa Timur sejak awal tahun 2013, secara langsung juga
mempengaruhi pencapaian inflasi tahunan pada Tw II-2013 mencapai 5,93%. Kebijakan
Pemerintah antara lain pengendalian impor hortikultura, kenaikan harga BBM, kenaikan
Tarif Tenaga Listrik (TTL), tarif Upah Minimum Kota (UMK) dan cukai rokok secara
keseluruhan memberikan sumbangan peningkatan inflasi pada tahun 2013 ini. Hal-hal
tersebut, didukung dengan minimnya sustainabilitas dari aspek penawaran menyebabkan
ekspektasi masyarakat akan inflasi semakin meningkat sehingga mendorong inflasi menjadi
lebih tinggi.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.21212121 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II
Umum 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93
1 Bahan Makanan 4.00 6.14 6.65 5.74 14.98 11.27 0.89 1.37 1.50 1.30 3.61 2.65
2 Mamin, Rokok & Tembakau 5.09 6.32 6.69 6.71 7.18 6.12 0.93 1.17 1.24 1.24 1.32 1.13
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 2.74 3.29 3.18 3.54 4.75 4.53 0.58 0.70 0.67 0.75 0.99 0.96
4 Sandang 8.95 6.27 3.99 4.53 1.72 -2.25 0.60 0.42 0.27 0.30 0.11 -0.14
5 Kesehatan 2.76 1.83 2.43 2.60 3.10 3.69 0.13 0.09 0.11 0.12 0.14 0.17
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6.35 6.26 4.51 4.43 4.50 4.40 0.57 0.56 0.41 0.40 0.40 0.39
7 Transpor, Komunikasi 1.62 1.86 1.87 2.43 2.26 5.23 0.29 0.32 0.32 0.42 0.38 0.91
NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang
Inflasi YOYInflasi YOYInflasi YOYInflasi YOY Sumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOY
2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.3333 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi Tw II-2013 mengalami peningkatan dan
lebih tinggi dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terakhir sebagai akibat dari tekananharga
baik dari kelompok bahan makanan, transportasi, listrik maupun rokok dan tembakau.
Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah masih tingginya kenaikan harga kelompok
bahan makanan (11,27% - yoy) dengan sumbangan sebesar 2,65%, meskipun telah turun
dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih memberikan kontribusi tertinggi inflasi
Jatim. Selanjutnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (6,12%)
dengan sumbangan sebesar 1,13% seiring dengan kenaikan tarif cukai rokok dan harga
bahan makanan. Kelompok penahan inflasi Jatim adalah sandang yang mengalami deflasi
sebesar -2,25% karena terus berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan.
Berdasarkan grafik 2.23 di atas tampak bahwa selama triwulan laporan, 2 (dua)
kelompok utama penyumbang inflasi Jatim menunjukkan perkembangan yang sama,
dimana kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mulai mengalami
penurunan seiring dengan turunnya inflasi kelompok bahan makanan walaupun pada
tingkat yang relatif lebih kecil. Penurunan inflasi kelompok bahan makanan karena telah
terpenuhinya komoditas bawang putih sebagai dampak lancarnya proses impor hortikultura
sehingga mendorong penurunan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan dari 95,50% (yoy)
pada Tw I-2013 menjadi 24,70% pada Tw II-2013. Selain 2 (dua) kelompok utama tersebut,
tekanan inflasi yang cukup besar pada periode ini dibandingkan tahun sebelumnya adalah
kebijakan kenaikan BBM pada Juni 2013 yang mendorong inflasi sub kelompok transpor
meningkat dari 3,08% menjadi 7,89% dimana kenaikan BBM direspon pengusaha
angkutan dengan menaikkan tarif angkutan. Selain itu , meskipun tidak meningkat
signifikan sebagaimana bumbu-bumbuan dan buah-buahan namun mulai terdapat
peningkatan harga pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta telur, susu dan hasil-
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22223333 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi dan
Tranpor (yoy) 2010-2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22222222 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
hasilnya yang ditengarai akan menjadi salah satu penyumbang inflasi pada periode
mendatang.
2.5.2.5.2.5.2.5. INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI MENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTA
Pada Tw II-2013, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi
nasional secara umum menunjukkan perlambatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi
tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Kediri dengan inflasi sebesar 0,60% (qtq)
sedangkan terendah terjadi di kota Sumenep (-0,53%). Jika dibandingkan dengan inflasi
pada triwulan sebelumnya dimana seluruh kota mengalami inflasi lebih dari 2%, pada
triwulan ini 7 (tujuh) kota tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Terjadinya inflasi (qtq) di beberapa kota di Jawa Timur tersebut terutama didorong
oleh peningkatan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan harga sub kelompok transport.
Selain BBM, kenaikan juga dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan khususnya
sub kelompok telur dan hasil-hasilnya serta sayur-sayuran. Sementara sub kelompok buah-
buahan dan bumbu-bumbuan justru mengalami peningkatan harga di beberapa kab/kota.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.24242424 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun
2012 - 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.25252525 Inflasi (yoy)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.4444 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II
Jatim 0.70 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93
Surabaya 0.73 0.82 1.83 0.91 2.90 0.11 4.19 4.69 4.29 4.37 6.61 5.86
Malang 0.46 0.86 2.05 1.15 2.78 0.35 3.80 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46
Kediri 0.53 1.20 2.40 0.43 2.51 0.60 4.34 5.06 5.26 4.63 6.69 6.05
Jember 0.84 0.84 1.65 1.09 2.81 -0.25 2.46 4.12 4.40 4.49 6.53 5.38
Sumenep 0.97 1.21 2.17 0.61 3.26 -0.53 5.10 5.46 6.06 5.06 7.44 5.59
Probolinggo 0.63 1.73 2.49 0.92 2.83 0.03 3.19 4.66 5.55 5.88 8.19 6.39
Madiun 0.68 0.58 1.71 0.50 3.14 -0.31 3.36 3.93 3.91 3.51 6.04 5.10
WilayahWilayahWilayahWilayah
Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)
2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Secara tahunan (yoy), inflasi tertinggi
terjadi di Kota Malang (6,46%), disusul
Probolinggo (6,39%), Kediri (6,05%),
Surabaya (5,86%), Sumenep (5,59%),
Jember (5,38%) dan Madiun (5,10%).
Tingginya inflasi kota Malang selain
disebabkan kelompok bahan makanan
yang mencapai inflasi sebesar 12,67%,
kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga serta transport, komunikasi dan
jasa keuangan juga mengalami inflasi yang
tinggi, yaitu masing-masing sebesar 7,68% dan 6,24%.
Masih sama dengan periode sebelumnya, rendahnya inflasi Kota Madiun
dibandingkan kota lain karena terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat yang didukung
kelancaran arus distribusi barang sehingga tingkat inflasi untuk kelompok bahan makanan
relatif rendah. Rendahnya inflasi kelompok bahan makanan menjadi pemicu rendahnya
tekanan inflasi pada sub kelompok makanan jadi sehingga inflasi kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau relatif lebih rendah dibandingkan kota lainnya. Walaupun
memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda, namun sumber utama inflasi adalah kelompok
bahan makanan, khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan yang rata-rata berada di
kisaran 15%-35%. Pada periode ini kenaikan harga BBM memberikan dampak cukup
signifikan bagi semua kota di Jawa Timur yang terlihat dari peningkatan inflasi sub
kelompok transportasi di kisaran 5%-8%.
Sementara itu, berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan
inflasi di ketujuh kota pada Tw II-2013 ini relatif sama yaitu pada kelompok bahan
makanan. Hal ini dengan mempertimbangkan tingginya permintaan masyarakat akan bahan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22226666 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 5.93 5.86 6.46 6.05 5.38 5.59 6.39 5.10
Bahan Makanan 11.27 11.80 12.67 9.65 7.91 8.96 10.06 8.33
Mamin, Rokok & Tembakau 6.12 6.54 4.46 6.14 6.86 5.12 8.07 4.04
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 4.53 4.79 3.10 4.55 5.86 4.98 3.10 5.31
Sandang -2.25 -3.89 1.27 -0.45 -2.13 1.34 -1.97 3.28
Kesehatan 3.69 4.53 1.37 4.58 1.90 4.14 3.95 1.73
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.40 2.56 7.68 5.30 3.63 4.96 17.63 4.17
Transpor, Komunikasi 5.23 5.44 6.24 5.51 4.24 2.63 2.86 3.79
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.5555 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan II-2013 (% yoy)
Sumber : BPS (diolah)
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
makanan untuk menyambut bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sedangkan supply
yang ada relatif terbatas karena belum optimalnya hasil produksi lokal yang diakibatkan
faktor cuaca dan pola produksi yang belum mampu mendukung produksi massal.
2.52.52.52.5 DISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASI INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI
Berdasarkan disagregasinya, inflasi Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga
kelompok volatile food dan administered price yaitu pada level 12,72% (yoy) dan 6,24%
(yoy), sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 3,71%. Bila dibandingkan
dengan rata-rata (lima) tahun terakhir, pada periode ini kelompok administered price dan
volatile food mencapai level yang lebih tinggi dibandingkan trend rata-ratanya, sedangkan
kelompok core inflation sebaliknya, lebih rendah. Kelangkaan komoditas hortikultura dan
penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang berdampak pada pergerakan harga menjadi
pemicu utama peningkatan inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut.
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.6666 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan IV-2012 (% YOY)
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 5.93 5.86 6.46 6.05 5.38 5.59 6.39 5.10
Bahan Makanan 2.65 2.63 3.28 2.46 2.18 2.94 2.76 1.97
Mamin, Rokok & Tembakau 1.13 1.21 0.87 1.12 1.13 0.80 1.48 0.77
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.96 1.01 0.62 0.99 1.27 0.98 0.68 1.20
Sandang -0.14 -0.25 0.07 -0.02 -0.14 0.10 -0.13 0.18
Kesehatan 0.17 0.21 0.06 0.21 0.08 0.18 0.18 0.10
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.39 0.23 0.72 0.41 0.26 0.28 1.21 0.33
Transpor, Komunikasi 0.91 0.99 0.98 0.94 0.68 0.38 0.41 0.60
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22227777 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22228888 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok administered price yaitu pada level 2,53% (mtm), kelompok
core inflation relatif stabil sebesar 0,07% dan kelompok volatile food mulai meningkat
menjadi sebesar 0,48% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan:
a. Komoditas bawang merah masih terjaga pasokannya sebagai dampak masa panen
periode sebelumnya, ditambah pula dengan cukupnya pasokan bawang putih sebagai
dampak dari lancarnya impor. Hal ini terkonfirmasi dengan terjadinya deflasi pada 2
(dua) komoditas tersebut pada Juni 2013. Namun demikian, laju deflasi sub kelompok
bumbu-bumbuan tersebut tertahan oleh peningkatan harga komoditas pangan lainnya
sebagai dampak akan tibanya bulan Ramadhan dan belum tibanya masa panen
sehingga pada periode ini kelompok volatile food mulai mengalami inflasi.
b. Inflasi kelompok core inflation relatif stabil yang dipicu dari masih melemahnya harga
emas perhiasan. Selain itu, harga komoditas global yang stabil serta masih adanya
ruang peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan juga menjadi
faktor penahan inflasi. Tekanan kelompok inflasi inti pada periode ini berasal dari sub
kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 0,20%.
c. Inflasi kelompok administered price menjadi penyumbang utama inflasi pada periode
ini yaitu mengalami inflasi sebesar 2,53%, dengan pemicu utama kenaikan tarif BBM
(bensin dan solar) yang mengakibatkan kenaikan inflasi pada sub kelompok transpor
sebesar 4,94% dan sub kelompok sarana dan penunjang transport sebesar 0,05%.
Sedangkan tarif listrik dan cukai rokok tidak mengalami kenaikan pada Juni 2013
sehingga masih terdapat potensi peningkatan inflasi kelompok ini pada periode
mendatang.
Pada Tw II-2013 ini, tekanan inflasi Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau
inflasi inti sebesar 3,71% (yoy), atau turun dibanding Tw I-2013 yang mencapai 4,44%.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22229999 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.30303030 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Inflasi inti sendiri terbentuk dari nilai tukar rupiah, harga komoditas dunia, ekspektasi inflasi
itu sendiri, serta gap antara permintaan dan penawaran. Ekonomi Amerika dan Eropa yang
relatif melandai juga mempengaruhi ekspektasi para pelaku ekonomi sehingga kinerja
ekspor belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Walaupun rupiah masih melemah,
namun harga komoditas dunia yang cenderung bergerak mendatar atau stabil sedikit
mengurangi tekanan terhadap inflasi inti.
Hal tersebut diperkuat pula dengan terkendalinya output gap (yang menunjukkan
kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran) yang terkonfirmasi dari peningkatan
tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Jatim pada Tw II-2013 yang menunjukkan peningkatan dari 76,91% (Tw I-2013) menjadi
79,28%. Peningkatan kapasitas tersebut disinyalir sebagai antisipasi dunia usaha untuk
memenuhi tingginya permintaan masyarakat pada awal Tw III-2013 sebagai dampak adanya
Hari Raya Idul Fitri dan dimulainya tahun ajaran baru.
Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 2.31Grafik 2.31Grafik 2.31Grafik 2.31 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33333333 Perkembangan Harga Minyak Internasional
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33334444 Perkembangan Harga CPO
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33332222 Perkembangan Capacity Utilization
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Dilihat faktor pembentuknya, secara bulanan meningkatnya inflasi inti tersebut
dibandingkan bulan sebelumnya (dari 0,001% pada Mei 2013-mtm, menjadi 0,07% pada
Juni 2013) dipengaruhi oleh inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami
inflasi sebesar 0,20% (mtm).
Penahan inflasi untuk kelompok inflasi ini adalah sub kelompok barang pribadi dan
sandang lain (-0,04% - mtm) sedangkan pendorongnya adalah sub kelompok biaya tempat
tinggal (0,20%). Emas perhiasan masih memberikan kontribusi deflasi seiring dengan terus
turunnya harga emas di pasar internasional yang berimbas pada harga emas perhiasan
lokal.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33335555 Perkembangan Batu Bara
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33336666 Perkembangan Harga Karet
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.7777 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan
I II III IV I II III IV I II
REALISASI
PERTANIAN 74.47 72.17 74.82 80.32 84.38 79.20 70.71 79.43 81.18 83.78
A. Tanaman Pangan 81.56 68.00 71.94 69.00 91.47 78.93 69.24 81.33 81.09 83.00
B. Tanaman Perkebunan 59.44 70.47 74.38 85.08 72.50 69.57 62.01 67.17 78.87 76.64
C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 75.88 83.75 85.86 86.88 88.40 89.44 83.89 92.22 92.50 88.00
D. Kehutanan 100.00 0.00 0.00
E. Perikanan 77.93 83.22 66.94 87.84 86.25 86.96 76.00 80.01 73.50 92.50
PERTAMBANGAN 78.33 68.33 61.67 100.00 91.43 92.14 86.25 81.67 89.29 89.00
A. Minyak dan gas bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B. Pertambangan tanpa migas 75.00 80.00 80.00 100.00 80.00 70.00 80.00 75.00 75.00 75.00
C. Penggalian 80.00 62.50 52.50 0.00 93.33 95.83 87.14 83.00 91.67 92.50
INDUSTRI PENGOLAHAN 73.80 74.85 74.26 77.32 74.44 76.54 73.56 74.22 74.57 77.36
A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 73.98 75.38 74.40 77.40 76.06 71.82 76.11 71.93 72.46 77.00
2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 80.11 74.37 78.37 78.98 77.94 85.15 77.59 75.43 82.12 84.31
3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 59.67 65.81 56.73 59.91 65.45 71.25 60.44 73.90 76.78 76.80
4. Kertas dan barang cetakan 83.63 86.38 71.63 84.14 77.57 84.67 74.00 85.86 70.00 78.89
5. Kimia dan barang dari karet 80.91 83.54 83.86 87.23 80.29 81.31 81.23 82.45 80.96 84.33
6. Semen dan barang galian bukan logam 90.00 99.00 92.33 80.00 75.50 90.00 63.33 90.00 86.00
7. Logam dasar, besi dan baja 73.17 68.67 74.29 77.64 68.00 71.97 52.50 57.78 60.57 63.88
8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 64.63 73.13 73.57 80.00 73.57 80.00 79.43 81.13 76.88 73.89
9. Barang Lainnya 67.13 68.00 69.55 71.88 67.80 67.92 71.73 70.00 65.20 68.63
B. Industri Migas
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 64.56 64.83 78.49 76.06 82.99 67.69 79.08 72.01 69.49 76.62
A. Listrik 35.00 45.00 46.50 66.25 95.00 44.31 75.00 44.25 38.50 80.24
B. Gas 80.00 0.00 81.67 72.00 75.00 69.33 82.00 72.00 100.00 62.00
C. Air bersih 70.99 69.79 86.27 81.78 81.99 72.33 79.67 78.18 73.99 77.44
TOTAL SELURUH SEKTOR 73.26 73.64 74.47 78.14 78.53 77.09 73.73 75.66 76.91 79.28
20122011SEKTOR
2013
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Tekanan inflasi kelompok barang pabrik (0,32%) lebih tinggi dibandingkan kelompok
jasa (0,06%), yang dipicu oleh peningkatan harga bahan bangunan antara lain batu
bata/batu tela (1,78%), genteng (0,22%), pasir (0,25%) dan semen (0,18%). Melambatnya
inflasi kelompok jasa disebabkan stabilnya pengaruh penerapan kenaikan UMK yang
tercermin dari rendahnya inflasi upah pembantu rumah tangga (0,16%) dan tukang bukan
mandor (0,00%). Peningkatan inflasi kelompok core tradable untuk makanan (Core
Inflation Traded – Food) dari 0,06% (Mei 2013-mtm) menjadi 0,54% (Juni 2013) dipicu oleh
peningkatan harga beberapa bahan makanan seperti beras jagung (4,07%), mie kering
instant (3,48%), daging ayam kampung (0,68%) dan keju (1,50%). Peningkatan harga
pada volatile food juga mempengaruhi bahan makanan lain baik yang bersifat substitutif
maupun komplemen.
Sementara itu, berdasarkan aspek core tradable untuk non konstruksi, terdapat
peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini yang tercermin dari inflasi sebesar 0,25%,
meningkat dibandingkan Mei 2013 (-0,02%). Hal tersebut utamanya dipicu oleh kenaikan
biaya sewa rumah sebesar 0,40%.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.37373737 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.38383838 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.39393939 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable – Food & Non Food
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.40404040 Perkembangan Inflasi Inti – Manufacturing & Services
45
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Sedangkan core tradeable untuk konstruksi mengalami penurunan karena turunnya
harga beberapa bahan bangunan pada periode ini, seperti kaca dan kayu balokan yang
masing-masing mengalami deflasi sebesar 1,76% dan 3,53% (mtm). Dari sisi inflasi inti non
tradable, tekanan inflasi baik pada konstruksi maupun non konstruksi relatif rendah. Core
non traded-konstruksi dari 0,86% menjadi 0,43%% yang disebabkan stabilnya tarif tukang
bukan mandor.
Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga menjadi
faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang
akan datang (grafik 2.44), meningkat dari 171,00 menjadi 183,27. Disisi lain konsumen
masih bersikap optimis pada Tw II-2013, tercermin dari meningkatnya indeks keyakinan
konsumen dari 121,66 (Tw I-2013) menjadi 122,07 (Tw II-2013), terutama dari indeks
pembentuknya yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini yang meningkat dari 107,94 (Tw I-
2013) menjadi 108,87 (Tw II-2013) . Kedepan terdapat kecenderungan keraguan dari
konsumen menyikapi kondisi ekonomi yang akan datang, salah satunya disebabkan adanya
kenaikan harga BBM, sebagaimana tercermin dari menurunnya indeks ekspektasi konsumen
dari 135,38 menjadi 135,27, meskipun belum terlalu signifikan terutama dari Ekspektasi
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.41414141 Perkembangan Inflasi
Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.42424242 Perkembangan Inflasi
Non Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44444444 Ekspektasi Harga yang Akan Datang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.43434343 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
46
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Penghasilan 6 bulan yang akan datang yang turun dari 158,53 (Tw I-2013) menjadi 155,40
(Tw II-2013).
�
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
�
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN
SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
�
47
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3333 PERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN
Pada Pada Pada Pada pertengahan tahun 2013 (pertengahan tahun 2013 (pertengahan tahun 2013 (pertengahan tahun 2013 (TTTTriwulanriwulanriwulanriwulan II)II)II)II), k, k, k, kinerja perbankaninerja perbankaninerja perbankaninerja perbankan di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur baik baik baik baik
BBBBank ank ank ank UUUUmum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus masih terus masih terus masih terus menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan
perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan positifpositifpositifpositif. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK
yang yang yang yang terus mengalami pertumbuhanterus mengalami pertumbuhanterus mengalami pertumbuhanterus mengalami pertumbuhan dandandandan didukung olehdidukung olehdidukung olehdidukung oleh tingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yang rendah rendah rendah rendah
(kurang dari 5%) (kurang dari 5%) (kurang dari 5%) (kurang dari 5%) dan stabil.dan stabil.dan stabil.dan stabil. Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar
17,63% (yoy) hingga mencapai Rp 388,44 triliun pada Triwulan II 2013. Kredit tumbuh sebesar
26,16% (yoy) dari sebesar Rp 251,4 triliun pada Triwulan I 2013 menjadi sebesar Rp 272,05
triliun pada Triwulan II 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan
BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,10% (yoy) menjadi sebesar Rp
298,89 triliun pada periode laporan.
Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh
terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren
pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai 26,16% (yoy) pada Triwulan II
2013, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Triwulan II 2012 yang tercatat 22,26% (yoy),
maka potensi sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur diperkirakan akan terus meningkat.
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan transaksi transaksi transaksi transaksi sistem pesistem pesistem pesistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Surabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, Malang, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri pada pada pada pada
Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
I II III IV I II
Total Aset (Miliar Rupiah) 311.206,26 330.235,29 350.677,74 361.922,83 370.892,76 388.441,32
Pertumbuhan (%yoy) 18,65 19,47 22,13 20,79 19,18 17,63
Pertumbuhan (%qtq) 2,71 5,38 3,88 4,36 3,86 6,11
Dana Pihak Ketiga (Miliar Rupiah) 256.985,03 266.634,97 278.400,34 293.979,22 292.804,92 298.892,15
Pertumbuhan (%yoy) 17,60 16,77 18,03 16,46 13,94 12,10
Pertumbuhan (%qtq) 5,82 5,75 0,46 1,55 8,52 1,61
Kredit (Miliar Rupiah) 197.908,02 215.635,55 229.312,65 245.419,66 251.401,19 272.050,57
Pertumbuhan (%yoy) 19,65 22,26 24,38 26,18 27,03 26,16
Pertumbuhan (%qtq) 3,81 6,63 4,53 5,49 1,75 8,96
20132012INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
48
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
TTTTriwulan riwulan riwulan riwulan IIIIIIII ---- 2013201320132013 menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan peningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatan, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai maupunmaupunmaupunmaupun
transaksi nontransaksi nontransaksi nontransaksi non----tunai.tunai.tunai.tunai. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Kondisi
tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat net intflow sebesar
Rp 7,83 triliun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS
dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Peningkatan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow)
pada periode laporan merupakan dampak dari tingginya penggunaan uang kartal di
masyarakat. Momen tahun ajaran baru dan liburan sekolah menyebabkan transaksi ekonomi
masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat pada pertengahan tahun 2013
sehingga mendorong terjadinya net outflow.
3.1.3.1.3.1.3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Sampai dengan Triwulan II 2013, kinerja Bank Umum di Jawa Timur secara umum masih
menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang
berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut tercermin dari
pertumbuhan total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit masing-masing sebesar 17,52%,
12,03% dan 26,32% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK menyebabkan rasio Loan to
Deposit Radio (LDR) Bank Umum meningkat dari sebesar 85,20% pada Triwulan I 2013,
menjadi sebesar 90,32% pada Triwulan II 2013. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
peningkatan konsumsi masyarakat pada pertengahan tahun karena adanya momen tahun
ajaran baru, liburan sekolah dan jelang lebaran 2013. Namun demikian, peningkatan LDR
dimaksud tetap ditopang dengan NPL yang tetap terjaga di level 2,12%.
Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I ITw I ITw I ITw I I
Total Aset (Jt Rp) 304,224,004.00 322,889,656.00 342,663,960.00 353,595,712.00 362,320,071.28 379,474,342.11
Pertumbuhan (yoy %) 18.64 19.48 22.05 20.75 19.10 17.52
Pertumbuhan (qtq %) 3.89 6.14 6.12 3.19 2.47 4.73
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 252,807,903.00 262,249,932.00 273,662,910.00 289,087,210.00 287,820,030.32 293,799,081.36
Pertumbuhan (yoy %) 17.62 16.75 17.94 16.39 13.85 12.03
Pertumbuhan (qtq) 1.78 3.73 4.35 5.64 (0.44) 2.08
Kredit (Jt Rp) 192,754,345.00 210,063,135.00 223,506,097.00 239,483,201.00 245,211,529.00 265,353,368.89
Pertumbuhan (yoy %) 19.63 22.30 24.49 26.28 27.21 26.32
Pertumbuhan (qtq) 1.64 8.98 6.40 7.15 2.39 8.21
LDR (%) 76.25% 80.10% 81.67% 82.84% 85.20% 90.32%
NPL (%) 3.03 2.73 2.64 2.60 2.26 2.12
2013INDIKATOR BANK UMUM
2012
49
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Secara umum, kinerja bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
selama beberapa waktu terakhir. Hal tersebut terlihat dari peningkatan rasio penyaluran kredit
terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh tren
penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL).
Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
hingga mencapai 90,32% pada Triwulan II 2013 lebih besar apabila dibandingkan dengan LDR
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,20%, atau periode yang sama tahun sebelumnya
(Triwulan II 2012) yang tercatat sebesar 80,10% (grafik 3.1). Peningkatan ini terutama
didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit triwulanan (8,21% qtq) yang lebih tinggi daripada
pertumbuhan DPK (2,08% qtq). Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya konsumsi
masyarakat pada periode tahun ajaran baru dan liburan sekolah, dengan sumber dana dari
pinjaman perbankan maupun penarikan simpanan di bank. Berdasarkan kelompok bank, rasio
LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 110,62%,
diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 96,93% dan Bank Swasta sebesar 72,79% (grafik
3.2).
Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank
terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar
Rp 137,66 triliun atau 52% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta
sebesar Rp 109,94 triliun atau 41%, dan Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil
dengan nominal sebesar Rp 17,75 triliun atau 7% dari total kredit.
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1 Perkembangan LDR
0,000,501,001,502,002,503,003,50
65,00
70,00
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
LDR (%) NPL (%) rhs
%
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
LDR (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
50
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3.1.1.3.1.1.3.1.1.3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Pada Triwulan II - 2013, total aset bank umum menunjukkan pertumbuhan sebesar
17,52% (yoy), sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan I
- 2013 yang tercatat sebesar 19,10% (yoy). Penurunan pertumbuhan aset bank umum tersebut
disebabkan oleh pilihan bank untuk mengalokasikan sumber dana yang dimiliki untuk
penyaluran kredit kepada masyarakat. Selain itu, perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang disebabkan oleh tingginya penarikan dana oleh masyarakat untuk konsumsi tahun
ajaran baru dan liburan sekolah turut mendorong penurunan aset dan aktiva produktif bank
umum di Jawa Timur.
Searah dengan perkembangan ekonomi masing-masing Kabupaten / Kota di Jawa
Timur, besar aset perbankan masih didominasi oleh Bank Umum yang berlokasi di wilayah
Surabaya. Tercatat jumlah aset bank umum yang berlokasi di wilayah Kota Surabaya pada
Triwulan II 2013 adalah sebesar Rp 225,11 triliun, dengan proporsi sebesar 59,32% dari total
Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6666 Proporsi Aset Bank Umum
45%
49%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
0
5
10
15
20
25
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Kredit Dana
G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy)
%
y
o
y
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
0
5
10
15
20
25
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset G Aset (yoy) rhs
%
y
o
y
%
y
o
y
51
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
aset Bank Umum di Jawa Timur. Proporsi terbesar selanjutnya secara berurutan adalah Kota
Malang dengan nilai aset sebesar Rp 30,83 triliun (8,13%), Kediri sebesar Rp 20,58 triliun
(5,42%), Jember sebesar Rp 16,48 triliun (4,34%) dan Sidoarjo dengan nilai aset sebesar Rp
10,11 triliun (2,66%).
Berdasarkan perkembangan kinerja pertumbuhan aset pada periode laporan, bank
umum yang berhasil mencatat pertumbuhan jumlah aset tertinggi adalah yang berlokasi di
Kabupaten Malang, yaitu sebesar 41,03% (yoy). Disusul kemudian dengan bank umum yang
berlokasi di Kabupaten Madiun, Bondowoso, Bojonegoro dan Kediri dengan pertumbuhan
masing-masing sebesar 34,27% (yoy), 32,72% (yoy), 28,23% (yoy) dan 28,20% (yoy).
Sementara itu, jumlah aset yang dimiliki Bank Umum yang berlokasi di wilayah Kabupaten
Kediri menunjukkan tren penurunan hingga sebesar -36,24% (yoy) pada periode laporan.
59%
8%
5%
4%
3%2%
2%
1% 1%
1%
1%
1%
1%
1% 1%1%
1%
1%
1%
0%
0%
0%0%
0%0%
0% 0%
0%
0% 0%0% 0% 0%
0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik
Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kab. Mojokerto Kota Probolinggo Kab. Tulungagung Kota Pasuruan
Kab. Bojonegoro Kota Blitar Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan Kab. Ngawi Kab. Nganjuk Kab. Situbondo Kab. Magetan Kab. Lumajang
Kab. Bangkalan Kab. Bondowoso Kab. Trenggalek Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Sumenep
Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7777 Proporsi Aset Bank Umum Per Kabupaten Kota Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.8888 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab / Kota
0,00
50.000,00
100.000,00
150.000,00
200.000,00
250.000,00
Miliar Rp
52
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur pada
Triwulan II - 2013 terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah DPK pada periode
laporan adalah sebesar Rp 293,79 triliun, atau tumbuh sebesar 12,03% (yoy) dibandingkan
periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada
periode sebelumnya yaitu Triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 13,85%, dan Triwulan II 2013
yang tercatat sebesar 16,75%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.10101010 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
-5
0
5
10
15
20
230,000,000
240,000,000
250,000,000
260,000,000
270,000,000
280,000,000
290,000,000
300,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Dana G DPK (yoy) G DPK (qtq)
%
y
o
y
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
PROVINSI JAWA TIMUR (rhs) Kab. Malang Kab. Madiun
Kab. Bondowoso Kab. Bojonegoro Kota Kediri
Kab. Lamongan Kab. Gresik Kab. Mojokerto
Kab. Lumajang Kab. Ngawi Kab. Bangkalan
Kota Pasuruan Kab. Banyuwangi Kota Probolinggo
Kab. Ponorogo Kota Surabaya Kab. Sumenep
Kab. Sidoarjo Kab. Pacitan Kota Malang
Kab. Situbondo Kab. Jember Kab. Pamekasan
Kab. Tulungagung Kab. Nganjuk Kota Madiun
Kab. Jombang Kab. Magetan Kota Mojokerto
Kab. Trenggalek Kab. Tuban Kota Blitar
Kab. Sampang Kab. Kediri
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)
53
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Perlambatan pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan disebabkan oleh
tingginya konsumsi masyarakat sehubungan dengan tibanya tahun ajaran baru dan liburan
sekolah. Namun demikian, apabila ditinjau secara triwulanan, pertumbuhan DPK menunjukkan
peningkatan dari sebesar -0,44 % (qtq) pada Triwulan I 2013, menjadi 2,08% (qtq) pada
Triwulan II 2013..
Sebagaimana periode sebelumnya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh tabungan dengan nominal mencapai Rp 133,1 triliun atau proporsi sebesar
45,32% dari total DPK. Menyusul kemudian deposito dengan prosentase sebesar 38,62% dan
nominal Rp 114,67 triliun, serta giro dengan prosentase sebesar 16,18% dan nominal Rp 45,98
triliun. Apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini tabungan mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 14,58% (yoy), disusul oleh deposito dan giro dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 11,87% (yoy) dan 5,6% (yoy).
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.14444 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.13131313 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Milyar)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11111111 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy))))
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.12121212 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
% y
oy
Giro Deposito Tabungan
(5.00)
0.00
5.00
10.00
I II III IV I II
2012 2013
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Tabungan Giro Deposito
%
y
o
y
16%
39%
45%
Giro Deposito Tabungan
54
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Trend penurunan suku bunga tabungan, giro dan deposito selama beberapa tahun
diharapkan mampu mendorong perbankan di Jawa Timur khususnya bank umum untuk
beroperasi dengan lebih efisien. Kenaikan BI Rate sebesar 0,25 basis point menjadi 6%
berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur pada bulan Juni 2013 tidak seketika direspon oleh
perbankan dnegan menaikkan suku bunganya (lag antara bi rate dan suku bunga perbankan)
Apabila ditinjau berdasarkan lokasinya, bank umum di wilayah Kota Surabaya mencatat
jumlah penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten /
Kota lain di Jawa Timur. Tercatat DPK Bank Umum di wilayah Kota Surabaya mencapai sebesar
Rp 172,29 triliun, atau 57,34% dari total DPK bank umum di Jawa Timur. Wilayah dengan DPK
terbesar selanjutnya adalah Kota Malang sebesar Rp 26,81 triliun (8,92%), Kota Kediri sebesar
Rp 15,15 triliun (5,04%), dan Kabupaten Jember sebesar Rp 12,99 triliun ( 4,32%).
Grafik Grafik Grafik Grafik 3.153.153.153.15 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011 2012 2013
DPK Giro Tabungan Deposito BI Rate
57%
9%5%
4%
3%
2%2%
1%1%
1% 1%1%
1%
1%1%
1% 1%1%1%
1% 1%0%0% 0%0%
0%0%0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik
Kota Madiun Kab. Mojokerto Kab. Banyuwangi Kab. Tulungagung Kota Pasuruan Kota Blitar
Kota Probolinggo Kab. Bojonegoro Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Magetan Kab. Bangkalan Kab. Lumajang
Kab. Trenggalek Kab. Situbondo Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kab. Sampang Kab. Bondowoso
Kab. Malang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
Grafik 3.16Grafik 3.16Grafik 3.16Grafik 3.16 Proporsi DPK per Kabupaten Kota
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
160.000,00
180.000,00
200.000,00
Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17Grafik 3.17 Jumlah DPK per Kabupaten Kota
55
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Berdasarkan perkembangan pertumbuhan DPK, Kabupaten Madiun mencatat
pertumbuhan tahunan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 66,58% (yoy), lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuahn DPK pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 61,51% (yoy). Wilayah dengan pertumbuhan kinerja
penghimpunan DPK terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Mojokerto dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 37,48% (yoy), 27,55%
(yoy) dan 21,08% (yoy). Senada dengan perkembangan pertumbuhan aset, DPK yang berhasil
dihimpun bank umum di wilayah Kabupaten Kediri pada periode lapoan mencatat
pertumbuhan negatif sebesar -1,83% (yoy).
3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1.3. KREDIT KREDIT KREDIT KREDIT
Penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur sampai dengan pertengahan tahun
2013 masih terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Tercatat pada bulan Juni
2013, kredit tumbuh sebesar 26,32% (yoy) dan 8,21% (qtq) hingga mencapai Rp 265,35
triliun. Secara tahunan, pertumbuhan kredit tersebut sedikit lebih rendah apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,21% (yoy).
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
PROVINSI JAWA TIMUR (rhs) Kab. Madiun Kab. Malang Kab. Sidoarjo
Kab. Mojokerto Kab. Bojonegoro Kab. Ngawi Kab. Bangkalan
Kab. Ponorogo Kota Mojokerto Kab. Lumajang Kota Pasuruan
Kab. Lamongan Kab. Sumenep Kab. Magetan Kab. Banyuwangi
Kab. Nganjuk Kota Surabaya Kota Malang Kota Probolinggo
Kota Kediri Kab. Pamekasan Kota Madiun Kab. Jember
Kab. Trenggalek Kab. Tulungagung Kab. Jombang Kab. Sampang
Kab. Tuban Kota Blitar Kab. Gresik Kab. Situbondo
Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Kediri
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.18181818 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)
56
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Secara triwulanan penyaluran kredit bank umum pada periode ini lebih besar
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 2,39% (qtq). Tingginya
penyaluran kredit hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,32% tersebut
didukung oleh terjaganya risiko kredit yang tercermin dari besar Non Performance Loan (NPL)
sebesar 2,12% pada Triwulan II 2013, lebih rendah apabila dibandingkan dengan NPL Triwulan
I 2013 yang tercatat sebesar 2,26%. Hal tersebut mencerminkan baiknya kinerja bank umum
Jawa Timur dalam melaksanakan fungsi intermediasi dengan penyaluran kredit kepada
masyarakat.
Sebagaimana periode sebelumnya, pada Triwulan II 2013 kredit yang disalurkan bank
umum di Jawa Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitu
mencapai Rp 153,43 triliun dengan prosentase sebesar 57,82% dari total kredit. Jenis kredit
dengan proporsi terbesar selanjutnya adalah kredit konsumsi dengan nominal sebesar Rp 73,3
triliun dan prosentase sebesar 27,63% dari total kredit. Kredit investasi mencatat proporsi yang
lebih kecil yaitu 14,55% dari total kredit, dengAn nominal sebesar Rp 38,61 triliun.
Pertumbuhan tahunan kredit investasi yang disalurkan bank umum di Jawa Timur pada
bulan Juni 2013 mencatat prosentase tertinggi diantara jenis kredit lainnya, yaitu mencapai
34,32% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit investasi dimaksud merupakan trend
tahunan dimana penyaluran kredit investasi kembali meningkat pasca perlambatan di awal
tahun. Sementara itu, jenis kredit lainnya yaitu kredit konsumsi dan investasi mencatat
pertumbuhan yang juga cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 26,29% dan 24,29% (yoy).
Secara triwulanan, ke-tiga jenis kredit bank umum dimaksud mencatat pertumbuhan
positif. Tercatat kredit modal kerja tumbuh sebesar 7,5% (qtq), kredit investasi tumbuh
15,51% (qtq), dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 6,15% (qtq). Pertumbuhan kredit
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.19999 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.20202020 Pertumbuhan Kredit (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (yoy)
%
y
o
y
012345678910
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
taKredit G Kredit (qtq)
%
y
o
y
57
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
dimaksud antara lain dipengaruhi oleh momen tahun ajaran baru dan liburan sekolah yang
jatuh.
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar
dengan proporsi 51,88% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 41,43% dan Bank
Asing sebesar 6,69%. Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing
mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 54,66% (yoy), sementara bank
pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 26,08% (yoy) dan
22,98% (yoy).
Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank
umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang
semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas
penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22222222 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.21212121 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.23 23 23 23 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.24242424 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq)
52%41%
7%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
58%14%
28%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
I II III IV I II
2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
58
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode
laporan (Triwulan II 2013) sebagian besar tersalur pada Sektor Industri dan Pengolahan (28%
dari total kredit), kredit kepada Sektor Jasa Pendidikan (28%), dan Sektor Perdagangan Besar
dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada ketiga sektor tersebut diyakini
merupakan dampak dari tingginya konsumsi masyarakat pada pertengahan tahun sehubungan
dengan tahun ajaran baru dan liburan sekolah.
Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 3,08%. Namun
demikian, proporsi tersebut meningkat dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,78%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi perhatian perbankan kepada
sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur, dan adanya peningkatan penyaluran kredit seiring dengan datangnya musim
panen dan tanam pada pertengahan tahun.
Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran
kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, sektor
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.3.3.3.25252525 Proporsi Kredit Sektoral
3%
0%1%
28%
0%
3%26%
1%3%
0%4%
0%0%
0%
2%0%
0% 0%
28%
0%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
14. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
59
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
penyediaan akomodasi dan makan minum serta sektor perikanan dengan pertumbuhan
masing-masing sebesar 168,49%, 54,89% dan 49,75% (yoy).
Ditinjau dari wilayah lokasi bank pelapor, penyaluran kredit terbesar masih didominasi
oleh bank umum di Kota Surabaya dengan nominal sebesar Rp 150,91 triliun dan prosentase
sebesar 56,87% dari total kredit yang disalurkan. Proporsi terbesar selanjutnya adalah bank
umum di wilayah Kota Malang, Kota Kediri dan Kabupaten Jember dengan prosentase masing-
masing sebesar 8,17%, 5,92% dan 4,36% dari total kredit yang disalurkan Jawa Timur.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.26262626 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.27777 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
-
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN
MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH
TANGGA (rhs)
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011 2012 2013
Kredit Modal kerja Investasi
Konsumsi BI Rate
57%
8%
6%
4%
3%
2% 2%
1% 1% 1%
1%
1%1%
1%
1%
1%
1%1%
1%
1%1%
1%1%
0%0%
0%
0%
0%
0%0%
0% 0%
0%
0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Gresik
Kab. Sidoarjo Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kota Probolinggo Kab. Bojonegoro
Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kab. Jombang Kab. Pamekasan Kab. Tulungagung
Kota Blitar Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi
Kab. Nganjuk Kab. Magetan Kab. Situbondo Kab. Lumajang Kab. Bondowoso
Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Trenggalek Kab. Bangkalan Kab. Sumenep
Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.28 8 8 8 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten Kota
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
Ko
ta S
ura
ba
ya
Ko
ta M
ala
ng
Ko
ta K
ed
iri
Ka
b. Je
mb
er
Ka
b. G
re
sik
Ka
b. S
ido
arjo
Ko
ta M
ad
iun
Ka
b.
Ba
ny
uw
an
gi
Ko
ta P
ro
bo
lin
gg
o
Ka
b. B
ojo
ne
go
ro
Ka
b.
Mo
jok
erto
Ko
ta P
asu
ru
an
Ka
b.
Jom
ba
ng
Ka
b.
Pa
me
ka
sa
n
Ka
b.
Tu
lun
ga
gu
ng
60
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank pelapor tertinggi pada periode laporan
adalah di Kota Kediri dengan pertumbuhan tahunan mencapai 26,32%. Pertumbunan tertinggi
selanjutnya adalah pada Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Lumajang
dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar 42,27% (yoy), 37,15% (yoy) dan
37,15% (yoy). Kabupaten Kediri masih mencatat pertumbuhan penyaluran kredit terkecil
dengan prosentase negatif yaitu sebesar -44,56% (yoy).
3.1.4 3.1.4 3.1.4 3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ((((UUUUMMMMKM)KM)KM)KM)
Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan
penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur
menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat
luas.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim
hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan
konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor
usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar
(60,00)
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13
Kota Kediri Kab. Malang Kab. Madiun Kab. Lumajang
Kab. Situbondo Kab. Banyuwangi Kab. Bondowoso Kota Pasuruan
Kab. Pacitan Kota Surabaya Kab. Jember Kab. Gresik
Kota Probolinggo Kab. Tulungagung Kota Blitar Kab. Mojokerto
Kab. Tuban Kab. Lamongan Kota Malang Kab. Nganjuk
Kota Madiun Kab. Bangkalan Kab. Pamekasan Kab. Ngawi
Kab. Trenggalek Kab. Ponorogo Kab. Sidoarjo Kab. Sampang
Kab. Bojonegoro Kab. Sumenep Kab. Magetan Kab. Jombang
Kota Mojokerto Kab. Kediri
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.29 9 9 9 Pertumbuhan Kredit per Kabupaten Kota
61
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian
sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakan
berbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan
pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit linkage,
pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh
pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank
(KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah
antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas
kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi pendorong bagi industri
perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM.
Perkembangan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Timur secara
umum terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat pada Triwulan II 2013
jumlah kredit UMKM adalah sebesar Rp 78,64 triliun atau tumbuh sebesar 14,2% (yoy), lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
11,48% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum di Jawa
Timur kepada sektor UMKM pada Triwulan II 2013 tumbuh sebesar 11,71% (qtq), jauh lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Triwulan I 2013 yang hanya tercatat sebesar 2,72%
(qtq). Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang kondusif,
pertumbuhan kredit UMKM Jawa Timur diperkirakan terus tumbuh positif.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.30303030 Perkembangan Kredit UMKM
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Kredit UMKM Juta Rupiah Growth % (yoy)
R
p
J
u
t
a
%
y
o
y
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
4,20
4,40
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000 Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
2012 2013
Kredit UMKM Juta Rupiah NPL (%) Skala Kanan
62
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi
oleh Bank Pemerintah sebesar 59% dengan jumlah nominal mencapai Rp 45,94 triliun. Bank
swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 40% dan nominal Rp
31,61 triliun. Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal
sebesar Rp 1,09 triliun dan prosentase 1% dari total kredit. Peningkatan kredit UMKM
dimaksud mengindikasikan peran aktif perbankan di Jawa Timur dalam mendukung
pengembangan UMKM.
3.1.5 3.1.5 3.1.5 3.1.5 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)1111
Sampai dengan pertengahan tahun atau Triwulan II 2013, kinerja penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR) di Jawa Timur masih konsisten menunjukkan perkembangan yang positif.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian RI, plafon KUR yang disiapkan oleh
bank pelaksana KUR di Jawa Timur hingga periode laporan mencapai Rp 18 triliun dengan
jumlah debitur mencapai 1,54 juta nasabah. Plafon KUR yang disalurkan tersebut tumbuh
47,44% (yoy) dan 10,37% (qtq).
Apabila ditinjau berdasarkan wilayah, pada akhir Triwulan II 2013 Provinsi Jawa Timur
masih berada pada urutan kedua secara nasional daerah penyalur KUR dengan plafon tertinggi
setelah Jawa Tengah. Namun demikian, jumlah plafon KUR yang disalurkan tidak jauh berbeda,
yaitu Jawa Tengah sebesar Rp 18,35 triliun atau 15,39% dari total plafon, sementara Jawa
Timur sebesar Rp 18,01 triliun atau 14,37% dari total plafon. Plafon KUR Jawa Barat
1 KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.31313131 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
59%
40%
1%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
63
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
menempati posisi terbesar ketiga secara nasional, dengan jumlah penyaluran KUR sebesar Rp
15,25 triliun dengan prosentase sebesar 12,79% dari total plafon KUR nasional.
Jumlah outstanding kredit atau baki debet KUR bank pelaksana di Jatim pada periode
laporan adalah sebesar Rp 6,49 triliun, meningkat 18,63% (yoy) dan 6,24% (qtq) dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah outstanding kredit KUR dimaksud didorong
oleh adanya peningkatan omzet penjualan usaha pada saat tahun ajaran baru dan liburan
sekolah yang jatuh pada bulan Juni 2013.
3.2.3.2.3.2.3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam
pelaksanaan transaksi selama Triwulan II 2013 relatif stabil dan terjaga. Peningkatan kredit
perbankan sebesar 26,32% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,32%
didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan penyaluran kredit
yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,12% mengindikasikan adanya
peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Namun demikian, beberapa risiko lain yang tetap harus diwaspadai perbankan adalah
risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu,
perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh
internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal
dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa
perbankan.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.32 32 32 32 5 Besar Provinsi Penyalur KUR
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33333333 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim
28%
28%
24%
11%
9%
JAWA TENGAH JAWA TIMUR JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN SUMATERA UTARA
0200.000400.000600.000800.0001.000.0001.200.0001.400.0001.600.0001.800.000
0,002.000.000,004.000.000,006.000.000,008.000.000,00
10.000.000,0012.000.000,0014.000.000,0016.000.000,0018.000.000,0020.000.000,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
2011 2012 2013
Debitur (Jt Rp) Skala Kanan Plafon (Jt Rp) Outstanding (Jt Rp)
64
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan
nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan
Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang
kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun
perlindungan konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan
perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada triwulan II 2013 tercatat membaik
dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,26% pada Triwulan I 2013 menjadi
2,12% pada Triwulan II 2013. Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah.
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank
pemerintah dengan NPL sebesar 2,56%. NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur
memiliki NPL lebih rendah, yaitu masing-masing sebesar 1,6% dan 1,66%. Berdasarkan jenis
penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi dengan prosentase sebesar
5,51%, disusul oleh kredit modal kerja sebesar 2,65%. Sementara kredit investasi mencatat
NPL terkecil yaitu sebesar 0,91%.
Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko
terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian
kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit
konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko
kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur
kredit konsumsi.
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.3333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II
NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%) 3,033,033,033,03 2,732,732,732,73 2,642,642,642,64 2,602,602,602,60 2,262,262,262,26 2,122,122,122,12
a. Bank Pemerintah 3,90 3,62 3,37 3,46 2,74 2,56
b. Bank Swasta 1,66 1,51 1,69 1,64 1,70 1,66
c. Bank Asing 4,12 3,87 3,05 1,98 2,01 1,60
KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 20132012
65
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Secara sektoral, penyaluran kredit dengan NPL terbesar pada bulan Triwulan II 2013
adalah sektor perikanan dan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, dengan besar NPL
masing-masing sebesar 4,29% dan 4,41% Tingginya NPL sejalan dengan tingginya komposisi
penyaluran kredit utama perbankan kepada sektor dimaksud, serta risiko yang dimiliki.
Secara umum NPL kredit dari sektor utama menunjukkan tren penurunan. Meskipun
kredit sektor pertanian dan perikanan sempat mengalami peningkatan di akhir tahun 2012,
namun hinga Triwulan II 2013 NPL kredit keduanya kembali mengalami penurunan. Hal
tersebut diperkirakan disebabkan oleh berlalunya musim penghujan di akhir tahun, serta
masuknya musim panen di pertengahan tahun.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.34343434 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.35353535 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.3.3.3.36363636 NPL per Sektor Ekonomi
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Pemerintah (Jt Rp) Swasta (Jt Rp) Asing (Jt Rp)
NPL Pemerintah (%) NPL Swasta (%) NPL Asing (%)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2013
NPL Bank Umum Modal Kerja
Investasi Konsumsi
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2013
PERIKANAN
PERTANIAN, PERBURUAN
DAN KEHUTANAN
KEGIATAN YANG BELUM
JELAS BATASANNYA
PERDAGANGAN BESAR
DAN ECERAN
PERANTARA KEUANGAN
PENYEDIAAN AKOMODASI
DAN PENYEDIAAN MAKAN
MINUM
NPL %
66
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3.3.3.3.3.3.3.3. PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH
Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa
Timur didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan
perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan syariah
di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur juga dapat
menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah.
Secara tahunan, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri
atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan pada triwulan II 2013 mencatat
pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 42,67% (yoy) dan
8,51% (qtq) dari Rp 17,27 triliun pada Triwulan I - 2013 menjadi Rp 18,74 triliun pada Triwulan
II - 2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur
tumbuh cukup tinggi yaitu mencapai 40,18% (yoy) dan 5,32% (qtq) dari sebesar Rp 13,13
triliun menjadi Rp 13,83 triliun.
Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup
tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing–
masing secara tahunan tumbuh sebesar 45,97%, 43,18% dan 34,98% (yoy). Secara
triwulanan, pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah di Jawa
Timur adalah sebesar 4,59% (qtq) untuk tabungan, 4,54% untuk giro (qtq), dan 6,54% (qtq)
untuk deposito.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.37373737 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.38888 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
20,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (qtq) G Aset (qtq) G Kredit (qtq)
%
q
t
q
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
20,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy)
%
y
o
y
67
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw II 2013
tumbuh sebesar 3% (qtq) atau 34,87 % (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 13,53 triliun.
Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan
prosentase sebesar 42,43% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi
memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 38,57% dan 18,98%.
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan
bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 37,97% (yoy) dan
46,73% (yoy) jauh di atas pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 26,7%.
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.39999 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.40404040 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.41 41 41 41 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.42 42 42 42 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
9%
38% 53%
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% y
oy
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Konsumsi Investasi
42%
19%
39%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
68
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor
produktif di Jawa Timur.
Kinerja penyaluran pembiayaan yang baik tersebut didukung dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,97%.
Walaupun secara nominal dan rasio meningkat dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari Rp
237,9 milyar menjadi Rp 266,23 milyar, namun jumlah tersebut masih berada dalam kendali
perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan
pertumbuhan yang stabil dan terus meningkat. Pada Triwulan II 2013, FDR Bank Syariah di
Jawa Timur berada di kisaran 97,84%.
3.4.3.4.3.4.3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan II - 2013 menunjukkan
pertumbuhan yang menurun. Secara tahunan, total aset pada periode laporan tumbuh sebesar
22,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
22,78% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 16,15% (yoy) pada periode laporan, lebih
rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 19,03%. Demikian pula
penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 20,18% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan
dengan Triwulan IV 2012 yang tercatat sebesar 22,10%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.43434343 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
102.00
104.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
%
FDR (%) NPF (%)
69
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Sampai dengan Triwulan II 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di
Jawa Timur mencapai Rp 5,09 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi
oleh deposito yang mencapai 68,66% terhadap total DPK. Namun, dilihat dari sisi
pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh sebesar 17,97% (yoy) dibandingkan periode
sebelumnya. Sementara deposito tumbuh di level yang sedikit lebih rendah yaitu 15,33% (yoy).
Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah dari
masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat
dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan II - 2013,
menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya
fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate masing-masing 50 bps, turut mendongkrak
peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku
bunga deposito bank umum.
Grafik Grafik Grafik Grafik 3.3.3.3.44444444 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.45454545 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
II III IV I II
1 Total Asset 7,345,637.90 8,013,778.03 8,327,121.45 8,572,688.72 8,966,979.50
2 Kredit
Per Jenis Pengg5,572,412.65 5,806,554.24 5,936,457.31 6,189,661.28 6,697,200.83
- Modal Kerja 3,631,661.39 3,781,187.73 3,801,754.08 4,105,147.67 4,481,919.86
- Investasi 171,125.72 195,047.51 284,087.75 202,962.20 225,223.48
- Konsumsi 1,769,625.53 1,830,319.00 1,850,615.48 1,881,551.41 1,990,057.50
3 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.88%
4 4,385,038.08 4,737,430.48 4,892,008.90 4,984,884.84 5,093,065.67
- Deposito 3,032,046.00 3,271,588.62 3,319,944.46 3,377,434.88 3,497,001.49
- Tabungan 1,352,992.08 1,465,841.86 1,572,064.44 1,607,449.96 1,596,064.18
5 127.08% 122.57% 121.35% 124.17% 131.50%
20132012BPR (Juta
Rupiah)
NPL (%)
Dana (dpk)
LDR (%)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% y
oy
DEPOSITO TABUNGAN DPK
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% q
tq
DPK Deposito Tabungan
70
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja (mencapai 66,92%
dari total kredit). Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan II 2013, kredit investasi tumbuh
paling tinggi, yaitu sebesar 30,94% (yoy), sementara itu kredit modal kerja tumbuh 24,72%
dan kredit investasi tumbuh 10,95%. Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja
yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada
sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK selama 3 (tiga) periode
terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 124,17% pada Triwulan I -
2013 menjadi sebesar 131,50% pada Triwulan II - 2013. Sementara itu, kualitas kredit yang
ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) sedikit meningkat dari 3,84% menjadi
3,88%. Hal ini mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR
terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan
memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of
Economy).
66.92%
3.36%
29.71%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
105.00%
110.00%
115.00%
120.00%
125.00%
130.00%
135.00%
II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
%
LDR NPL Skala Kanan
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.47777 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.48888 Perkembangan LDR & NPL BPR
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.46666 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% y
oy
Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
71
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3.5.3.5.3.5.3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYAAAA
Kinerja 6 (enam)2 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan II 2013
menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat pertumbuhan
total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 5,15% (qtq) dan 13,11% (yoy)
dibandingkan denagn periode sebelumnya.
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai 6,72% (qtq) dibandingkan
2 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
I II III IV I II
Total Aset (Juta Rupiah) 36.657.865,00 38.361.025,00 42.254.532,00 35.941.107,00 41.263.366,55 43.389.416,06
Pertumbuhan (yoy %) 36,85 29,30 35,28 17,61 12,56 13,11
Pertumbuhan (qtq %) 19,95 4,65 10,15 (14,94) 14,81 5,15
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 26.344.525,00 26.605.346,00 27.931.448,00 23.996.099,00 25.173.780,01 26.866.224,34
Pertumbuhan (yoy %) 29,74 15,66 16,60 10,30 (4,44) 0,98
Pertumbuhan (qtq) 21,09 0,99 4,98 (14,09) 4,91 6,72
Kredit (Juta Rupiah) 17.436.071,00 18.919.553,00 19.726.756,00 19.805.245,00 20.175.683,58 21.750.303,72
Pertumbuhan (yoy %) 22,19 21,83 18,26 16,79 15,71 14,96
Pertumbuhan (qtq) 2,82 8,51 4,27 0,40 1,87 7,80
LDR (%) 66,18% 71,11% 70,63% 82,54% 80,15% 80,96%
NPL (%) 1,40% 1,89% 2,01% 2,06% 2,03% 2,27%
2012 2013Bank KP di Jatim
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.5555 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.49999 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.50505050 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% y
oy
Aset Kredit DPK
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
72
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
triwulan sebelumnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif
merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 35,01%,
36,24% dan 28,75% dari total DPK. Pertumbuhan ketiga jenis DPK bank ber Kantor Pusat di
Jawa Timur pada Triwulan II menunjukkan penurunan yang didorong oleh penarikan dana
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tahun ajaran baru dan liburan sekolah.
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
14,96% (yoy) dan 7,8% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 20,17 triliun pada Triwulan I-2012
menjadi Rp 21,75 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi
masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60,84%, disusul kemudian oleh kredit modal
kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 33,61% dan 5,56%.
Tren pertumbuhan kredit modal kerja berfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu
sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di pertengahan tahun. Sedangkan
kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus
menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua
kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan I -
2013 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup
rendah dan stabil, yaitu di kisaran 2,27%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.51515151 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.52525252 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
35%
36%
29%
Giro Deposito Tabungan
(45,00)
(40,00)
(35,00)
(30,00)
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
73
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor
Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya
Loan to Deposit Ratio (LDR) di kisaran 80,96% pada periode laporan. Peningkatan LDR
dibandingkan dengan periode sebelumnya (Triwulan I 2013) yang tercatat sebesar 80,15%
tersebut mencerminkan peningkatan fungsi intermediasi perbankan yang baik. Risiko kredit
yang tercermin dari besar rasio Non Performance Loan (NPL) bank ber kantor pusat di Jawa
Timur tetap stabil dan terjaga di kisaran 2,27%. Namun demikian, tren pertumbuhan NPL yang
menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu perlu mendapat perhatian agar tetap terus
terjaga.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.53 53 53 53 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.54545454 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.55 55 55 55 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya
(30,00)
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
34%
5%
61%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
LDR NPL ( rhs)
74
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi
Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem
Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan
pengawasan perbankan.
Sampai dengan pertengahan tahun 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa
Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik, disertai komitmen Bank
Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan
uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja
Sistem Pembayaran di Jawa Timur. Indikator tersebut antara lain peningkatan jumlah
transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank
Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow),
transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah
Jawa Timur.
3.6.1 Transaksi Keuangan Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,
antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah
aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Pada Triwulan II 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan
Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow)
lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang dari perbankan yang masuk ke Bank
Indonesia (intflow).
75
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Tercatat net outflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp.411,54
miliar. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan I
2013 yang mencatat net intflow sebesar Rp.7,83 triliun. Net outflow yang terjadi disebabkan
oleh peningkatan outflow yang cukup tinggi hingga mencapai 44,27% (qtq), yaitu dari
sebesar Rp 8,15 triliun pada Triwulan I 2013 menjadi Rp.11,76 triliun pada Triwulan II 2013.
Di lain pihak, penurunan inflow sebesar -29% (qtq) dari Rp.7,83 triliun pada Triwulan I 2013
menjadi Rp.11,35 triliun pada Triwulan II 2013 turut mendorong terjadinya net outflow.
Peningkatan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan
(outflow) pada periode laporan merupakan dampak dari tingginya penggunaan uang kartal
di masyarakat. Momen tahun ajaran baru dan liburan sekolah menyebabkan transaksi
ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat pada pertengahan tahun
2013 sehingga mendorong terjadinya net outflow.
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
dalam miliar rupiah
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
OUTFLOW 3.350,88 6.080,74 6.803,54 6.192,91 4.728,70 7.026,66
INFLOW 6.422,70 5.078,72 8.120,04 4.776,87 7.502,76 4.975,73
NET FLOW 3.071,82 (1.002,03) 1.316,50 (1.416,04) 2.774,06 (2.050,92)
OUTFLOW 1.546,42 3.027,60 3.585,98 2.561,01 1.657,39 2.183,55
INFLOW 1.851,00 1.113,18 2.309,86 1.269,90 2.194,90 1.656,83
NET FLOW 304,59 (1.914,42) (1.276,12) (1.291,11) 537,51 (526,72)
OUTFLOW 875,65 1.359,03 1.996,30 1.417,27 826,44 1.105,54
INFLOW 3.105,34 2.181,97 2.823,32 2.792,64 4.205,10 3.069,28
NET FLOW 2.229,69 822,93 827,02 1.375,38 3.378,66 1.963,74
OUTFLOW 845,27 1.518,28 1.915,09 1.359,02 943,13 1.450,60
INFLOW 1.249,74 1.331,97 1.654,95 1.154,19 2.088,87 1.652,96
NET FLOW 404,48 (186,30) (260,14) (204,83) 1.145,75 202,35
OUTFLOW 6.618,21 11.985,65 14.300,91 11.530,20 8.155,66 11.766,34
INFLOW 12.628,79 9.705,83 14.908,16 9.993,60 15.991,64 11.354,80
NET FLOW 6.010,57 (2.279,82) 607,25 (1.536,60) 7.835,97 (411,54)
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
JEMBER
JAWA TIMUR
2012
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan2013
76
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang
kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) secara rutin.
Selama Triwulan II 2013, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah
sebesar Rp.252,78 milyar. Jumlah tersebut mengalami penurunan signifikan hingga
mencapai -105,25% (qtq) atau -81,95% (yoy) apabila dibandingkan dengan jumlah pada
periode sebelumnya. Penurunan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan pada
periode laporan merupakan dampak dari tingginya tingkat peredaran uang pada periode
laporan sehubunan dengan tingginya konsumsi masyarakat pada pertengahan tahun.
Gambar 3.58 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
Gambar 3.56 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Dalam Juta Rupiah
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
18.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Juta
Ru
pia
h
OUTFLOW INFLOW
(4.000.000,00)
(2.000.000,00)
-
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Juta
Ru
pia
h
NETFLOW
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
3.000.000,00
3.500.000,00
4.000.000,00
4.500.000,00
5.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Juta
Ru
pia
h
PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs
Gambar 3.57
Perkembangan Net Flow JawaTimur
77
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar terkait dengan upaya Bank
Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta
edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih
panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi
biaya percetakan uang baru.
3.6.2 Transaksi Keuangan Non Tunai
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa
Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar
transaksi RTGS.
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan
sebagai upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-
value payment system).
Gambar 3.59
PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Share Kliring Share RTGS
78
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada
Triwulan II - 2013 masih terus menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode
sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada
periode laporan adalah sebanyak 170 ribu transaksi dengan nominal mencapai Rp.220,1
triliun. Nominal tersebut meningkat 19,54% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya
mengkonfirmasi terjadinya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dari 6,62% pada triwulan
I-2013 menjadi 6,97% pada triwulan II-2013. Sementara apabila ditinjau dari volume
transaksi, meningkat cukup tinggi mencapai 39,93% (qtq).
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur,
besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan
perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan karakteristik
perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi
Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Gambar 3.60
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Gambar 3.61 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw II -2013
Gambar 3.62 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw II -2013
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
1
10
100
1.000
10.000
100.000
1.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp)
Volume
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp)
Volume
79
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan II - 2013 dari kota Surabaya ke kota
lainnya (outgoing) mencapai Rp.133,47 triliun dengan volume sebanyak 55.541
transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di
Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 111.204 transaksi dengan nilai mencapai
Rp.141,79 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi,
baik outgoing maupun incoming pada periode ini adalah Malang, Kediri, Gresik, Batu dan
Sidoarjo.
b. Transaksi Kliring
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 460 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung
yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4
(empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya,
Malang, Kediri dan Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung
pada Triwulan II 2013 menunjukkan tren meningkat. Tercatat sebanyak 1,38 juta warkat
keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui
kliring dengan nominal mencapai Rp 49,46 triliun. Jumlah nominal tersebut meningkat
5,08% (qtq) atau 6,78% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Selain mencerminkan
tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai, hal
tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan
alat pembayaran non tunai.
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw II - 2013
Jumlah
Kota Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 260 1.137.804 41.504.123 54.196 1.979.385 16.977 636.403 810 30.438 4 5
Malang 65 113.330 4.219.367 5.405 201.147 2.051 63.483 98 3.026 5 5
Kediri 78 81.015 2.170.585 3.824 100.674 1.437 40.724 68 1.951 5 8
Jember 56 52.645 1.566.846 2.524 75.046 1.023 34.101 49 1.620 6 7
Jatim 459 1.384.794 49.460.921 65.948 2.603.206 21.488 774.711 1.025 37.035 1,55 1,42
Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari
80
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Sementara itu, secara nominal jumlah tolakan kliring juga menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar Rp.717,45 miliar pada
Triwulan I 2013 menjadi sebesar Rp.774,71 miliar pada Triwulan II 2013. Jumlah tersebut
meningkat 7,98% (qtq) atau 21,33% (yoy). Demikian pula dengan jumlah tolakan warkat
keuangan atau warkat kliring yang meningkat dari sebanyak 20.538 lembar pada
Triwulan I 2013 menjadi sebesar 21.488 lembar pada periode laporan.
Mencermati tingginya peningkatan jumlah nominal dan lembar cek/bilyet giro
kosong, penting bagi pelaku dunia usaha untuk mewaspadai munculnya peluang
kejahatan white colar crime khususnya bagi pihak-pihak yang sengaja menyalahgunakan
penggunaan cek/bilyet giro.
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR
Gambar 3.63
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
Gambar 3.64
Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,45
41,00
42,00
43,00
44,00
45,00
46,00
47,00
48,00
49,00
50,00
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
Tw II
2012 2013
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II2012 2013
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
Gambar 3.65
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011 2012 2013
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
350,00
400,00
450,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011 2012 2013
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)
81
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Pada Triwulan II-2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan
maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan periode
sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 8.067 lembar
dalam berbagai pecahan. Dilihat dari jumlah lembar uang palsu yang ditemukan, pada periode
ini terjadi peningkatan sebesar 7,92% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebanyak 7.475 lembar.
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur
pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai 74%
(berdasarkan lembar) dan 58% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan
pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota
dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur, baik lembar maupun nominal.
Melanjutkan program tahun-tahun sebelumnya, Bank Indonesia berupaya melakukan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang dan security features guna menekan potensi penyebaran uang
palsu. Meskipun jumlah uang palsu di wilayah Jawa Timur masih tinggi, namun dengan upaya
sosialisasi hingga ke pelosok dan bekerjasama dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang
Palsu (Botasupal) Jawa Timur diharapkan terus menekan penyebaran uang palsu di masa
mendatang.
Gambar 3.67 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(nilai)
Gambar 3.66 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
74%
26%
0%
0%
0% 0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000
58%
40%
1%1%
0% 0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000
82
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
Boks 1. Boks 1. Boks 1. Boks 1. Short Short Short Short Term ResponseTerm ResponseTerm ResponseTerm Response Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Loan to ValueLoan to ValueLoan to ValueLoan to Value di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur
Bank Indonesia melalui SE No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 mengatur batas
maksimum rasio LTV (Loan to Value) maksimal 70% atau uang muka minimal 30% untuk
kredit kepemilikan rumah dengan tipe bangunan diatas 70 m2. Hal ini merupakan upaya untuk
memperkuat ketahanan sektor keuangan, terutama properti residensial dari risiko peningkatan
harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble). Aturan LTV berlaku
untuk rumah tipe besar (>70 m2) karena tipe ini mengalami pertumbuhan KPR paling tinggi.
Konsumen rumah tipe ini juga merupakan golongan menengah ke atas sehingga tidak
berdampak langsung pada masyarakat ekonomi bawah.
Surabaya merupakan lima besar kota dengan peningkatan harga properti residensial
tertinggi (setelah Manado, Medan dan Makassar) pada tw.II-2013. Grafik 1 menunjukkan
pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Surabaya yang meningkat setiap
tahun. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo,
memprediksi harga rumah pada triwulan III-2013 meningkat mencapai sebesar 29,8% (yoy).
Aturan LTV yang efektif berlaku pada Juni 2012 direspon oleh konsumen pada triwulan
ketiga 2012. Harga rumah tipe menengah dan besar pasca kebijakan LTV (2012-tw.III) di
Surabaya justru naik masing-masing sebesar 10,6% dan 9,7% (yoy) dengan pertumbuhan
kenaikan sebesar 34,74% dan 9,05% (yoy). Sedangkan secara q to q, harga rumah tipe
menengah naik sebesar 5,06% dan tipe besar turun sebesar 2,82% dengan pertumbuhan
kenaikan sebesar 57,63% pada rumah tipe menengah serta penurunan sebesar 21,68% pada
rumah tipe besar. Sementara itu, harga rumah tipe kecil menurun dengan pertumbuhan
penurunan harga sebesar 11,32% (yoy) dan 91,06% (qtq). Kebijakan LTV hanya direspon
dalam jangka sangat pendek oleh pelaku pasar. Pada 2012-IV hingga 2013-I, harga kembali
terkoreksi naik baik untuk rumah tipe kecil, menengah dan besar.
Terjadinya kenaikan harga properti yang persisten meskipun sudah dikenakan aturan
LTV disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1) keterbatasan supply dibanding dengan
demand rumah. Pada tw.II-2013 dari ± 92 responden SHPR, sebagian besar berada di siklus
bisnis maturity (41,8%) dan decline (34,5%). 2) faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga
rumah adalah kenaikan harga bahan baku bangunan (semen, batu bata, dsb.) serta kenaikan
harga tanah. Harga tanah di Surabaya berkisar antara Rp250.000-Rp2.000.000/m2 atau
menyumbang ± 28% dari harga jual rumah. Hasil Survey Harga Properti Residensial pada 2013-
BAB III – PERKEMBANGAN PERB
tw.II menyatakan bahwa
bahan bangunan (91,4%),
biaya perizinan yang maha
faktor ketiga penyebab tin
Masyarakat beranggapan
sehingga sebagian masya
properti. Hal ini turut me
dibutuhkan untuk dihuni p
GGGGrafikrafikrafikrafik 1111 Perk
Tingginya perminta
tunai, sehingga dibiayai m
rumah tipe kecil, menenga
19% melalui pembayaran
dinikmati oleh masyarakat
Jatim sebagian besar (41,8
35,71% berasal dari KPR t
karena itu, shock dalam se
pada kinerja KPR yang disa
Sebelum adanya k
dengan fluktuasi yang ting
LTV, pada Juli 2012 KPA t
dan stabil kembali pada
dikhususkan untuk memba
KPR tipe tersebut di Ja
0.05.0
10.015.020.025.030.035.040.045.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2009
Total IHPR
MENENGAH
Total Pertumbuhan
%
BANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Region
a kenaikan harga properti residensial disebab
), kenaikan harga BBM (68,6%), dan kenaikan
hal (48,6%) dan penambahan fasilitas umum p
tingginya harga properti residensial adalah eks
n bahwa harga properti akan selalu naik d
yarakat yang memiliki kelebihan dana berin
mendorong permintaan properti lebih besar
pada segmen tertentu.
rkembangan Indeks Harga Properti Residensial Surab
taan rumah belum diimbangi dengan kemamp
melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sebe
ah, dan besar dibiayai melalui KPR, 28% melal
n cash keras. Kredit properti yang disalurkan
t kelas menengah atas. Outstanding kredit prop
,87%) berasal dari KPR tipe menengah (21 s.d
tipe besar (>70 m2), sementara KPA hanya be
sektor properti, khususnya landed house akan
salurkan oleh bank-bank.
kebijakan LTV Juni 2012, pertumbuhan kredit
inggi pada KPA tipe s.d 21 m2. Namun setelah
tipe menengah meningkat tajam dan KPR tip
a periode selanjutnya. Di sisi lain, penerapan
batasi KPR tipe >70 m2
dinilai cukup efektif me
Jawa Timur dalam jangka sangat pendek
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011 2012
KECIL
BESAR
an IHPR
83
onal ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
abkan karena kenaikan
an upah pekerja (57%),
perumahan (21,4%). 3)
kspektasi di masyarakat.
dalam jangka panjang
rinvestasi dalam wujud
r daripada jumlah yang
abaya (yoy)
puan membayar secara
besar 52% kepemilikan
lalui cash bertahap, serta
an bank sebagian besar
roperti pada Juni 2013 di
.d 70 m2) dan sebanyak
berkontribusi kecil. Oleh
an berdampak langsung
dit properti cukup stabil
lah penerapan kebijakan
ipe kecil menurun tajam
an kebijakan LTV yang
enurunkan outstanding
(Grafik 3). Sebelum
150.0
170.0
190.0
210.0
230.0
250.0
270.0
290.0
Tw I Tw II Tw III*
2013Indeks
84
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan II – 2013
diberlakukannya kebijakan LTV, pertumbuhan KPR tipe ini cukup tinggi dan mencapai
puncaknya pada bulan Mei 2012 yang meningkat sebesar 23,28%. Hal ini merupakan dampak
dari announcement effect pemberlakuan maksimum LTV yang direspon oleh masyarakat. Pada
saat kebijakan LTV diumumkan dan akan efektif per Juni 2012, masyarakat mengantisipasi
dengan cepat-cepat melakukan realisasi KPR pada periode sebelum penerapan aturan LTV yang
baru. Pertumbuhan tersebut terus menurun, namun pada Maret hingga Juni 2013 terdapat
indikasi penyaluran KPR tipe ini mulai meningkat kembali.
Grafik 2 Pertumbuhan Kredit Properti di Jatim (mtm) Grafik 3 Pertumbuhan KPR Tipe >70m2
di Jatim (mtm)
Pola peningkatan KPR tipe besar pun terjadi di beberapa wilayah lain di Indonesia. Oleh
karena itu, Bank Indonesia kembali melakukan pengaturan kebijakan LTV yang kedua. Bank
Indonesia akan mengatur pemilikan rumah melalui penurunan batas maksimal rasio LTV Kredit
Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) serta Kredit Pemilikan Ruko/Rukan
yang efektif dilaksanakan per September 2013.
Tabel 1Tabel 1Tabel 1Tabel 1 Batas Minimal Uang Muka KPR,KPA,KP Ruko & Rukan Per September 2013
TipeTipeTipeTipe Rumah keRumah keRumah keRumah ke----1111 Rumah keRumah keRumah keRumah ke----2222 Rumah keRumah keRumah keRumah ke---- ≥3333
>70 m2 30% 40% 50%
70 m2 30% 40% 50%
22-70 m2 20% 30% 40%
≤21 m2 - 30% 40%
Ruko/Rukan - - 40%
Kebijakan tersebut diperkirakan mampu mengendalikan KPR dengan adanya momentum
pengetatan kebijakan moneter seperti peningkatan BI Rate dan Deposit Facility Rate masing-
masing sebesar 50 bps menjadi 6,50% dan 4,75%. Diharapkan kebijakan tersebut berdampak
pada efektifitas kinerja KPR dalam menyeleksi KPR tipe menengah dan besar dari para
spekulan.
-1
-0.5
0
0.5
1
20
11
.2
20
11
.4
20
11
.6
20
11
.8
20
11
.1
20
11
.12
20
12
.2
20
12
.4
20
12
.6
20
12
.8
20
12
.1
20
12
.12
20
13
.2
20
13
.4
20
13
.6
KPR Tipe s.d 21 KPR Tipe 22 s.d. 70
KPR Tipe >70 KPA Tipe s.d 21
KPA Tipe 22 s.d. 70 KPA Tipe > 70
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
20
11
.2
20
11
.4
20
11
.6
20
11
.8
20
11
.1
20
11
.12
20
12
.2
20
12
.4
20
12
.6
20
12
.8
20
12
.1
20
12
.12
20
13
.2
20
13
.4
20
13
.6
�
Bab 4
�
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
�
85
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
4444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM 4.1. UMUM 4.1. UMUM 4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau
tolok ukur pentingnya keberhasilan suatu pemerintahan daerah dalam meningkatkan potensi
perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan berdampak positif terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD memiliki fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam
penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan
daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu
kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
4444.2 Anggaran.2 Anggaran.2 Anggaran.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa TimurPendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa TimurPendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa TimurPendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur
0.00
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
16,000,000.00
18,000,000.00
2010 2011 2012 2013
Pendapatan BelanjaJuta Rupiah
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
86
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke
waktu. Total anggaran pendapatan daerah tahun 2013 adalah sebesar Rp 15,29 triliun,
meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang
dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar
1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013.
4.2.1 4.2.1 4.2.1 4.2.1 Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Pendapatan DaerahPendapatan DaerahPendapatan DaerahPendapatan Daerah
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran
2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran tahun 2012.
Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase sebesar 62,24%
dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu, anggaran
pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -58,18%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur
didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah
seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah
Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli
Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
PENDAPATAN DAERAH 15.094.258 15.286.013 1,27
PENDAPATAN ASLI DAERAH 9.385.804 9.523.901 1,47
PAJAK DAERAH 7.733.400 7.863.719 1,69
RETRIBUSI DAERAH 110.985 126.405 13,89
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN352.884 328.891 -6,80
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 1.188.535 1.204.884 1,38
DANA PERIMBANGAN 2.832.022 2.895.842 2,25
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 1.287.674 1.177.549 -8,55
DANA ALOKASI UMUM 1.491.561 1.632.648 9,46
DANA ALOKASI KHUSUS 52.788 85.644 62,24
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 2.876.431 2.866.268 -0,35
PENDAPATAN HIBAH 25.380 10.615 -58,18
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 2.851.051 2.855.652 0,16
Uraian
87
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada tahun 2013 adalah sebesar
62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang
Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 18,94%
dan 18,75% dari total pendapatan.
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan
terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada
tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun
sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
(3%), dan Retribusi Daerah (1%).
4.2.24.2.24.2.24.2.2 Realisasi Pendapatan DaerahRealisasi Pendapatan DaerahRealisasi Pendapatan DaerahRealisasi Pendapatan Daerah
Tabel 4.2
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.2
Proporsi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
PENDAPATAN DAERAH 15.094.258 7.489.459 49,62 15.286.013 4.828.021 31,58
PENDAPATAN ASLI DAERAH 9.385.804 4.639.555 49,43 9.523.901 3.116.246 32,72
PAJAK DAERAH 7.733.400 3.589.606 46,42 7.863.719 2.345.035 29,82
RETRIBUSI DAERAH 110.985 51.979 46,83 126.405 28.903 22,87
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN352.884 343.393 97,31 328.891 315.713 95,99
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH1.188.535 654.576 55,07 1.204.884 426.594 35,41
DANA PERIMBANGAN 2.832.022 1.466.101 51,77 2.895.842 1.012.775 34,97
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI
HASIL BUKAN PAJAK1.287.674 580.187 45,06 1.177.549 604.613 51,35
DANA ALOKASI UMUM 1.491.561 870.077 58,33 1.632.648 408.162 25,00
DANA ALOKASI KHUSUS 52.788 15.836 30,00 85.644 0 0,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.876.431 1.383.803 48,11 2.866.268 698.999 24,39
PENDAPATAN HIBAH 25.380 15.847 62,44 10.615 9.229 86,94
DANA PENYESUAIAN DAN
OTONOMI KHUSUS2.851.051 1.367.956 47,98 2.855.652 689.770 24,15
Realisasi (Juta Rp)
Tw II 2013Tw II-2012
Realisasi
Uraian
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan II 2013 mencapai Rp 4,83
triliun, atau baru mencapai 31,58% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun. Realisasi
tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya (Triwulan II 2012) yang mencapai 49,62%. Penurunan prosentase realisasi
anggaran juga terjadi pada ke-tiga sub anggaran pendapatan daerah, yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Realisasi PAD
pada periode laporan adalah sebesar Rp 3,12 triliun, atau 32,72% dari anggaran, lebih kecil
dibandingkan realisasi triwulan II 2012 yang tercatat sebesar 49,43%.
Namun demikian, beberapa pos seperti Pendapatan Hibah dan Dana Bagi Hasil Pajak /
Bukan Pajak mencatat peningkatan prosentase realisasi dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak telah terealisasi sebesar Rp
604,61 triliun atau 51,35% dari yang telah dianggarkan, lebih besar dibandingkan realisasi
triwulan II 2012 yang tercatat sebesar 45,06%. Demikian pula dengan pendapatan hibah yang
pada periode laporan telah terealisasi sebesar Rp 9,22 milliar atau 85,94%, lebih besar
dibandingkan realisasi triwulan II 2012 yang tercatat sebesar 62,44%.
Pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi anggaran terbesar adalah pada Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan (95,99%). Realisasi terbesar selanjutnya adalah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (35,41%) dan Pajak Daerah (32,72%).
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL
PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH
YANG DIPISAHKAN
LAIN-LAIN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH
PAD
Realisasi PAD Tw II 2013
32,72%
22,87%95,99%
35,41%
Grafik 4.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
4.4.4.4.2.2.2.2.3. 3. 3. 3. Anggaran Belanja DaerahAnggaran Belanja DaerahAnggaran Belanja DaerahAnggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran belanja
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja
Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara Belanja Tidak Langsung
meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja Bantuan Sosial dicadangkan
cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6% dibandingkan tahun 2012. Hal
tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap dampak kenaikan
BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi
Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total
anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil
kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing sebesar 24%
dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai mencatat
peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total Belanja Tidak
Langsung Provinsi.
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
BELANJA DAERAH 16.007.746 16.215.603 1,30
BELANJA TIDAK LANGSUNG 10.088.960 10.189.908 1,00
BELANJA PEGAWAI 1.557.539 1.725.859 10,81
BELANJA HIBAH 4.092.243 4.988.320 21,90
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/
KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA2.810.071 2.427.977 -13,60
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA1.516.532 903.036 -40,45
BELANJA LANGSUNG 5.918.785 6.025.695 1,81
BELANJA PEGAWAI 1.010.964 1.086.920 7,51
BELANJA BARANG DAN JASA 3.767.461 3.947.256 4,77
BELANJA MODAL 1.140.361 991.518 -13,05
Uraian
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih
mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja Pegawai dan
Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%. Peningkatan
prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012 menjadi sebesar 66%
pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja pegawai dari sebesar 17% pada
tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan
tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan operasional. Sementara itu, alokasi Belanja
Modal yang mencerminkan kegiatan investasi menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar
19% pada tahun 2012, menjadi sebesar 16% pada tahun 2013.
4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. Realisasi Belanja DaerahRealisasi Belanja DaerahRealisasi Belanja DaerahRealisasi Belanja Daerah
Sampai dengan Triwulan II 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur adalah
senilai Rp 4,37 triliun, atau baru mencapai 26,95% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi
tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pada periode yang
Grafik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
Grafik 4.5
Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
sama tahun sebelumnya (Triwulan II 2012) yang mencatat realisasi sebesar 41,86%. Apabila
ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu
mencapai 29,43% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih
rendah yaitu sebesar 22,74% dari yang telah dianggarkan.
Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 54,73%, disusul
kemudian dengan Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Bunga dengan
prosentase realisasi masing-masing sebesar 48,11% dan 39,12%. Belanja Pegawai baik di Pos
Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung masih menunjukkan prosentase realisasi di
kisaran 25% hingga pertengahan tahun 2013.
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.7
Realisasi Anggaran Belanja Langsung
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG
DAN JASA
BELANJA MODAL
APBD
Realisasi Tw II 2013
Juta
25,76%
23,24%
17,46%
Grafik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH BELANJA BAGI HASIL
KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/
KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
Belanja Tidak Langsung
Realisasi Tw II 2013
48,11%
33,95% 25,44% 20,82%
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
BELANJA DAERAH 16.007.746 6.701.623 41,86 16.215.603 4.369.295 26,95
BELANJA TIDAK LANGSUNG 10.088.960 4.767.420 47,25 10.189.908 2.998.811 29,43
BELANJA PEGAWAI 1.557.539 734.444 47,15 1.725.859 439.053 25,44
BELANJA HIBAH 4.092.243 1.838.820 44,93 4.988.320 1.038.536 20,82
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
2.810.071 1.221.342 43,46 2.427.977 1.168.100 48,11
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
1.516.532 907.796 59,86 903.036 306.597 33,95
BELANJA LANGSUNG 5.918.785 1.934.203 32,68 6.025.695 1.370.484 22,74
BELANJA PEGAWAI 1.010.964 416.649 41,21 1.086.920 279.948 25,76
BELANJA BARANG DAN JASA 3.767.461 1.199.321 31,83 3.947.256 917.371 23,24
BELANJA MODAL 1.140.361 318.233 27,91 991.518 173.163 17,46
Realisasi (Juta Rp)
Tw II 2013Tw II-2012
Realisasi
Uraian
�
Bab Bab Bab Bab 5555
�
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
�
92
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555 KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555.1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dari 6,62% pada triwulan I-2013
menjadi 6,97% pada triwulan II-2013, mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat sebagaimana tercermin kenaikan angka nilai tukar petani (NTP) dari 101,51
menjadi 102,95 dan nilai tukar nelayan (NTN) dari 156,15 menjadi 158,07. Disisi lain,
akselerasi pertumbuhan ekonomi yang terus terjaga, mampu menurunkan angka
kemiskinan di Jawa Timur dari 13,08% (September'12) menjadi 12,55% (Maret'13).
Peningkatan pertumbuhan ini, juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja di
Jawa Timur dari 19,08 juta orang (Agustus'12) menjadi 19,29 juta orang (Februari'13).
Peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebut diperkirakan terus berlanjut pada triwulan
ini, terlihat dari meningkatnya angka indeks penyerapan tenaga kerja dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia dari -6,95% (triwulan I-
2013) menjadi -4,81% (triwulan II-2013).
Peningkatan penyerapan tenaga kerja diperkirakan akan terus berlanjut hingga
triwulan III-2013 ditunjukan dengan kenaikan angka indeks dari pelaku usaha yang
mencapai angka positif 1,95. Sikap optimis tersebut diyakini untuk memenuhi tingginya
permintaan menjelang akhir tahun terkait keperluan natal dan tahun baru, meskipun
dibayangi potensi penurunan daya beli terutama dampak kenaikan bahan bakar minyak
(BBM).
5.25.25.25.2. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN
5555.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan adanya perbaikan. Jumlah
angkatan kerja di Jawa Timur per Februari 2013 sebanyak 20,1 juta orang, meningkat
dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2012 (19,9 juta orang).
Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio penduduk yang menganggur terhadap
jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
Pada periode laporan tercatat TPT mengalami penurunan dari 4,12% menjadi sebesar
4,00%.
93
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sementara itu, perbaikan perekonomian Jawa Timur yang sedang berlangsung
juga diyakini menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 19,08 juta menjadi
19,29 juta jiwa.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555.1.1.1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
GrafikGrafikGrafikGrafik 5555.1 .1 .1 .1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
Secara sektoral struktur penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur pada triwulan
laporan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Distribusi penyerapan tenaga
kerja terbesar masih didominasi oleh tiga sektor unggulan di Jawa Timur, yaitu sektor
pertanian dengan proporsi sebesar 38,81%, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar
21,08% dan sektor industri yang menyerap 15,00% dari total tenaga kerja di Jawa
Timur. Dibandingkan posisi Agustus 2012, peningkatan jumlah tenaga kerja didorong
oleh kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor industri, sektor perdagangan dan sektor
Jasa. Kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor-sektor ini seiring dengan membaiknya
kinerja yang sedang berlangsung pada sektor-sektor tersebut. Sebaliknya penurunan
tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor pertanian yang diperkirakan beralih ke sektor
lainnya seperti industri, perdagangan dan jasa. Penurunan tenaga kerja di sektor ini,
2013
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
Total
Angkatan Kerja 20.117.245 20.178.590 20.316.773 20.338.568 20.623.490 19.527.051 20.251.672 19.761.885 19.831.685 19.901.558 20.095.752
Bekerja 18.861.360 18.882.277 19.123.221 19.305.056 19.611.540 19.698.108 19.406.025 18.940.340 19.012.225 19.081.995 19.291.374
Menganggur 1.255.885 1.296.313 1.193.552 1.033.512 1.011.950 828.943 845.647 821.546 819.460 819.563 804.378
TPAK (%) 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 71,39% 69,49% 69,55% 69,62% 70,12%
TPT (%) 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25% 4,18% 4,16% 4,14% 4,12% 4,00%
2011 20122010
Kegiatan
20092008
18.200
18.400
18.600
18.800
19.000
19.200
19.400
19.600
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL
Sumber : BPS Jatim (diolah)
94
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
diyakini dampak dari menurunnya lahan pertanian akibat konversi lahan untuk
pemukiman dan industri.
GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.2 .2 .2 .2 GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.3.3.3.3
Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555.4 .4 .4 .4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Berdasarkan komposisinya, karakteristik penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur
masih didominasi oleh tenaga kerja di sektor informal, dengan komposisi terbesar pada
kelompok berusaha dibantu buruh dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok
pekerja tak dibayar. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor informal
mendapatkan perhatian tersendiri bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan kualias
kesejahteraan masyarakat di Jawa Timur.
Berbagai program yang telah diluncurkan pemerintah daerah guna mendorong
kapasitas masyarakat dalam meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya, diantaranya
program Jalin Kesra (Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Masyarakat), Jamkesda untuk
meningkatkan kualitas kesehatan, BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk
5,29 5,12 5,02 5,19 5,50 5,44 5,70 6,11 6,15 6,45 6,62
13,58 13,76 14,10 14,12 14,11 13,26 12,84 12,84 12,86 12,63 12,67
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
-
5
10
15
20
25
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Informal Formal G Formal G Informal
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0,48 0,58 0,49 0,55 0,51 0,56 0,60 0,62 0,65 0,65 0,70
4,80 4,54 4,53 4,64 4,99 4,88 5,10 5,49 5,50 5,81 5,92
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
2
3
4
5
6
7
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Buruh/Karyawan Berusaha d ibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
Sumber : BPS Jatim (diolah)
3,33 3,45 3,40 3,42 3,29 3,02 2,89 2,89 2,67 2,76 2,83
4,26 4,25 4,34 4,46 4,36 4,10 3,85 3,85 3,99 3,61 3,82
1,48 1,50 1,57 1,51 1,46 1,47 1,43 1,43 1,41 1,39 1,17
0,86 1,00 0,94 1,04 1,01 0,91 1,05 1,05 1,13 1,19 1,21
3,65 3,56 3,85 3,69 3,99 3,77 3,62 3,62 3,67 3,69 3,64
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri
Sumber : BPS Jatim (diolah)
95
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
meningkatkan kualitas pendidikan, Bantuan Dana Hibah sebagai modal utama koperasi
wanita di pedesaan, pondok pesantren, masyarakat kawasan sekitar hutan, serta
pemberian bantuan lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah juga berupaya melaksanakan program
percepatan dan perluasan perlindungan sosial serta program pembangunan
infrastruktur (pembangungan irigasi, jalan, pemukiman dan pengadaan air bersih) yang
diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal mengalami
peningkatan, yang didominiasi oleh tenaga buruh/karyawan yang mencapai 89,43%
dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya merupakan
tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha).
5555.2..2..2..2.2222. . . . Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1111
Selaras dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur, indikator
ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia
di wilayah kerja Jawa Timur, juga mulai menunjukkan peningkatan tercermin dari
kenaikan nilai Saldo Bersih Terimbang (SBT)2 dari sebesar -6,95% pada triwulan I-2013
menjadi -4,81% (SBT) pada triwulan II-2013.
Secara spesifik dari 9 (sembilan) sektor ekonomi, sektor yang mengalami
peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja adalah sektor pertambangan, sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) dan
sektor pengangkutan & komunikasi. Sementara sektor yang mengalami penurunan
penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, sektor
keuangan, persewaan & jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Sementara itu respon terhadap kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan harga bahan
bakar minyak (BBM) diperkirakan akan meningkatkan biaya operasional perusahaan yang
berimplikasi terjadinya kenaikan harga produk akhir, sehingga akan menurunkan daya
beli masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi pengusaha untuk melakukan strategi
penurunan beban usaha diantaranya melalui pengurangan tenaga kerja.
1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi
penawaran) di sektor riil pada triwulan berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor
yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
96
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Namun demikian, ekspektasi dari pelaku usaha terhadap kinerja perekonomian
Jawa Timur pada triwulan yang akan datang diperkirakan masih optimis, tercermin dari
prediksi kenaikan tenaga kerja yang cukup signifikan dari -4,81 (triwulan II-2013)
menjadi 1,95 pada triwulan III-2013 guna memenuhi tingginya permintaan menjelang
akhir tahun untuk keperluan natal dan tahun baru. Hampir seluruh sektor optimis terjadi
peningkatan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor pertambangan, sektor konstruksi
dan sektor jasa-jasa, yang ketiganya belum menjadi sektor andalan di Jawa Timur.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555....2222 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....5555 Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....6666 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5555....3333. . . . KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan II-2013
relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari peningkatan
pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada periode laporan.
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw III*Tw III*Tw III*Tw III*
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
PERTANIAN 2.89 -0.79 -0.82 -0.94 1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.47
PERTAMBANGAN 0.00 0.04 -0.94 0.04 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.36
INDUSTRI PENGOLAHAN -3.18 -0.46 -1.66 0.28 -3.28 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -1.04
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.07 0.61 -0.08 -0.05 -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.23
BANGUNAN 1.64 1.32 -0.37 0.35 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.30
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN -0.58 1.65 0.63 -1.38 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 1.42
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0.60 -0.54 0.19 0.33 -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.46
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2.13 1.72 1.67 1.36 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 0.68
JASA - JASA 0.79 0.90 0.84 0.00 -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 -0.45
TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR 3.163.163.163.16 4.444.444.444.44 -0.54-0.54-0.54-0.54 -0.02-0.02-0.02-0.02 -0.61-0.61-0.61-0.61 7.547.547.547.54 2.702.702.702.70 -1.99-1.99-1.99-1.99 -6.95-6.95-6.95-6.95 -4.81-4.81-4.81-4.81 1.951.951.951.95
SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR201320122011
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR PERTAMBANGAN
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
JASA - JASA
%, SBT
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
97
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555....3333.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani
Pada triwulan II-2013, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang
tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. Tercatat NTP
provinsi Jawa Timur pada periode laporan sebesar 102,95 (indeks >100 cukup baik)
meningkat dibandingkan triwulan I 2013 sebesar 101,51. Namun, NTP Jawa Timur pada
periode ini masih berada di bawah level nasional yang tercatat mencapai angka 105,28.
Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang
diterima petani (lt) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan oleh
petani (lb). Pada triwulan laporan indeks harga yang diterima petani sebesar 156,84
sedangkan indeks harga yang dibayar petani sebesar 152,34. Jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya pada periode yang sama, perkembangan NTP Jawa Timur (yoy)
mengalami kenaikan 1,37 persen.
Kondisi ini terjadi karena di triwulan II 2013, sektor pertanian memasuki masa
puncak musim panen padi yang biasanya terjadi pada triwulan I-2013. Selain itu,
meningkatnya kebutuhan masyarakat menjelang bulan Ramadhan mengakibatkan harga
pangan cenderung naik, turut berpengaruh pada peningkatan indeks harga yang
diterima oleh petani.
Disisi lain, akibat anomali musim yang terus berlanjut produksi beberapa tanaman
lainnya (bawang merah, cabe, kedelai serta tembakau) mempengaruhi pendapatan
petani karena kualitas hasil panen yang menurun. Untuk mengurangi risiko yang lebih
besar lagi, petani melakukan penanaman bertahap dan mengalihkannya ke tanaman
padi.
GrGrGrGrafikafikafikafik 5555....7777 GrGrGrGrafikafikafikafik 5555....8888
NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
NTP Nasional NTP Jawa Timur g It Nasional g It Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
NTP Nasional NTP Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah)
98
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
GrGrGrGrafik 5afik 5afik 5afik 5....9999 GrGrGrGrafik 5.10afik 5.10afik 5.10afik 5.10
It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
5555....3333.2. .2. .2. .2. Kesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan Nelayan
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), kondisi
kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa
Timur pada triwulan II-2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan I-2013 sebesar 156,15
meningkat menjadi 158,07 pada triwulan II-2013. Berbeda dengan Nilai Tukar Petani
(NTP), karakteristik Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur memiliki nilai lebih baik
dibandingkan nasional atau cenderung berada di atas level nasional, dengan kisaran nilai
berada di atas level 150. Masih rendahnya biaya produksi dan barang konsumsi
dibandingkan dengan hasil tangkapan menjadi faktor peningkatan Nilai Tukar Nelayan
(NTN) Jawa Timur.
Perhitungan NTN di Jawa Timur dilakukan pada 6 kabupaten/kota yang
merupakan penghasil komoditas perikanan laut, yaitu Trenggalek, Banyuwangi,
Situbondo, Tuban, Lamongan dan Pamekasan. NTN tertinggi terjadi di Trenggalek
sedangkan terendah di Pamekasan. Sementara itu, berdasarkan komposisinya
peningkatan indeks harga yang diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh
kenaikan harga ikan selar, ikan tongkol dan ikan teri. Sedangkan kenaikan indeks harga
yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumah tangga
yaitu beras, cabe merah dan cabe rawit. Sedangkan indeks harga biaya produksi dan
penambahan barang modal yaitu biaya buruh dan biaya sewa.
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
lt Nasional lt Jatim g lt Nasional g lt Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013
Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYA
GrGrGrGrafikafikafikafik 5.15.15.15.1
NTN Nasional & Jaw
5.4. PROFIL KEMISK5.4. PROFIL KEMISK5.4. PROFIL KEMISK5.4. PROFIL KEMISK
Angka kemiskinan
terakhir. Berdasarkan hasil
Timur yang berada di baw
sebesar 0,53%, yaitu dar
sebesar 4.771.260 jiwa (g
memberantas kemiskinan m
3 Penduduk miskin adalah penGaris Kemiskinan.
10
15
20
25
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II
2009 2010 201
NTN Nasional
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Reg
ARAKAT
.1.1.1.11111 GrGrGrGrafikafikafikafik 5555
awa Timur NTN serta Pertumbuha
SKINAN JAWA TIMURSKINAN JAWA TIMURSKINAN JAWA TIMURSKINAN JAWA TIMUR
n di Jawa Timur terus menurun secara gradu
sil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), ju
awah garis kemiskinan (penduduk miskin)3 pa
ari 13,08% pada September 2012 menjadi 1
(grafik 5.13). Tingginya upaya pemerintah d
menjadi faktor pendorong penurunan kemiskin
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.13333
Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%
Sumber : BPS Jatim (diolah)
enduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per ka
0
5
10
15
20
25
19.9521.09
19.9818.51
16.6815.26
13.8513.0812.55
%
III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
NTN Jawa Timur
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I
2009 2010
Nasional Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
99
gional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
5.15.15.15.12222
han (Nasional & Jatim)
dual sejak tujuh tahun
jumlah penduduk Jawa
ada Maret 2013 turun
12,55% atau menjadi
dan masyarakat dalam
kinan di Jawa Timur.
(%)
kapita per bulan di bawah
.55
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
g NTN Nasional g NTN Jatim
100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penurunan persentase penduduk miskin pada Maret 2013 sebagian besar disumbang
oleh penurunan penduduk miskin di pedesaan, yaitu sebesar 0,73%, sementara penurunan
persentase penduduk miskin di kota hanya sebesar 0,33%. Penurunan angka kemiskinan
tersebut, tidak terlepas dari komitmen dan konsistensi melaksanakan berbagai program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama
yang dilakukan di desa-desa. Konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam pengentasan
kemiskinan tersebut dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014, dengan memposisikan Program
Penanggulangan Kemiskinan sebagai salah satu Program Prioritas di Jawa Timur.
Tabel 5.Tabel 5.Tabel 5.Tabel 5.3333 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Program-program Penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Jawa Timur
dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan peran masyarakat serta fungsi
lembaga-lembaga desa, untuk mendorong kesadaran kaum miskin dalam memperbaiki
nasibnya. Program-program mengentas kemiskinan melalui dua cara, yaitu (i) mengurangi
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15
Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 10.58
Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21
Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81
Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16
Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33
Pedesaan
Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64
Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 19.74
Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53
Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84
Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47
Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73
Kota + Desa
Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38
Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.40 -0.83
Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32
Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53
Sumber : BPS Jatim
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahun
Jumlah
Penduduk Miskin
(Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
101
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
beban biaya bagi Rumah Tangga Sangat Miskin, seperti misalnya : biaya pendidikan, biaya
kesehatan, infrastruktur seperti air bersih, jalan desa dan sebagainya, (ii) meningkatkan
pendapatan Rumah Tangga Miskin dan Hampir Miskin dengan jalan antara lain pelatihan
ekonomi produktif, usaha ekonomi, stimulan modal kerja/ usaha, pasar desa, dan kegiatan
pemberdayaan ekonomi lokal serta peningkatan produksi melalui teknologi tepat guna.
Salah satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan Potensi
Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
(Bapemas) Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap
penguatan. Program tersebut memperkuat perekonomian masyarakat desa melalui
pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan.
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.14444 Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.15555
Komoditas Penyumbang Komoditas Penyumbang
Garis Kemiskinan Makanan (%) Garis Kemiskinan Non Makanan (%)
Sumber : BPS Jatim Sumber : BPS Jatim
Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan
esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis
kemiskinan pada Maret 2013 meningkat sebesar 5,63 persen atau Rp.13.727,- perkapita
perbulan, yaitu dari Rp.243.783,- perkapita perbulan pada September 2012 menjadi
Rp.257.510,- perkapita perbulan pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap garis
kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu sebesar 73,13 persen. Beras merupakan komoditas
yang berkontribusi paling besar terhadap garis kemiskinan makanan (37,48% di perkotaan dan
40,76% di pedesaan). Sementara itu, dari sisi non makanan, komoditas perumahan
merupakan penyumbang garis kemiskinan terbesar, seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.14
37.48
11.43
5.52 5.02 4.64
40.76
10.28
5.32 4.54 3.97
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
Beras Rokok Kretek
Filter
Gula pasir Tempe Tahu
Perkotaan Pedesaan
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Perumahan Listrik Pendidikan Bensin Kayu Bakar
24.02
12.72 11.88 11.15
6.64
27.21
10.448.00
10.509.05
Perkotaan Pedesaan
102
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
dan 5.15. Peningkatan garis kemiskinan merupakan konsekuensi atas tingginya inflasi dan
harga barang, terutama pada kedua komoditas tersebut.
Inflasi yang tinggi akan diikuti dengan peningkatan harga barang dan jasa. Pengeluaran
rumah tangga terhadap komoditas tertentu akan terpengaruh sebagai dampak dari
peningkatan harga. Grafik 5.16 menunjukkan perkembangan pertumbuhan konsumsi
makanan dan non makanan rumah tangga serta rata-rata inflasi makanan dan non makanan
di Jawa Timur. Pada triwulan II-2013, inflasi dari komoditas makanan secara rata-rata bulanan
mengalami penurunan dibanding rata-rata bulanan pada triwulan sebelumnya, karena adanya
musim panen di beberapa wilayah di Jawa Timur, kelancaran impor hortikultura dan kebijakan
pemerintah daerah untuk melakukan operasi pasar terhadap beberapa komoditas makanan
pokok.
Penurunan harga komoditas terutama di kelompok bahan makanan, direspon
masyarakat dengan meningkatkan konsumsi terhadap komoditas tersebut yang tumbuh
sebesar 0,95% (sumber BPS Jatim). Sementara itu, rata-rata inflasi non makanan mengalami
penurunan 10,38% dari 34,76% pada Triwulan I 2013 menjadi 24,38% pada Triwulan II
2013. Hal ini direspon dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi non makanan sebesar
3,47%.
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.16666 Pertumbuhan Pengeluaran Rumah Tangga dan Pertumbuhan Inflasi di Jawa Timur (%)
Sumber: BPS Jatim
Inflasi yang meningkat akan diikuti oleh peningkatan batas kemiskinan sehingga jumlah
penduduk miskin akan bertambah jika tidak diikuti dengan peningkatan daya beli dan
pendapatan, terutama masyarakat kelompok berpenghasilan bawah. Pada triwulan II inflasi
komoditas non makanan sub sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
-0.1
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Rata-rata Inflasi Makanan Rata-rata Inflasi Non Makanan
g Konsumsi Makanan g Konsumsi Non Makanan
103
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM oleh
pemerintah. Diperkirakan terjadi peningkatan Garis Kemiskinan (GK) sebesar 0,77%, dari
Rp257.510 pada bulan Maret 2013 menjadi Rp259.502 pada Juni 2013. Di sisi lain, kebijakan
pemerintah melalui pemberian BLSM (Bantuan Langsung Sementara untuk Masyarakat) akan
menurunkan GK menjadi Rp222.002. Penjelasan lebih lanjut tentang dampak kenaikan harga
BBM dan pemberian BLSM terhadap kemiskinan di Jawa Timur akan diulas tersendiri dalam box
2 (dua).
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga
menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Indeks Kedalaman
Kemiskinan/Poverty Gap Index (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan
Kemiskinan/Poverty Severity Index (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)
digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan 0,09 poin atau
sebesar 1,93 pada September 2012 menjadi 1,84 pada Maret 2013. Penurunan nilai P1
tersebut terjadi di pedesaan (0,21 poin), sedangkan di perkotaan terjadi sedikit peningkatan
(0,03 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,01 poin atau menjadi 0,43
pada Maret 2013. Penurunan nilai yaitu P1 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan sebagai akibat dari semakin tingginya
harga-harga komoditas yang harus dipenuhi masyarakat. Disisi lain, penurunan P2
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.
Dari sisi wilayah, pola kemiskinan di desa menunjukkan semakin banyak penduduk yang
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang
lebih tinggi daripada di kota sebagaimana ditunjukkan pada grafik 5.18.
104
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.17777 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Jawa Timur Menurut Daerah
Sumber : BPS Jatim
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13
P1 Kota P1 Desa P2 Kota P2 Desa
105
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DAN KOMPENSASIDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DAN KOMPENSASIDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DAN KOMPENSASIDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM DAN KOMPENSASI BLSM PADA KEMISKINAN DI BLSM PADA KEMISKINAN DI BLSM PADA KEMISKINAN DI BLSM PADA KEMISKINAN DI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
Kebijakan pengurangan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berlaku efektif
pada Juni 2013 memberikan konsekuensi yang cukup signifikan bagi perekonomian
dan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya garis
kemiskinan yang disebabkan karena peningkatan inflasi dan harga barang pokok
pembentuk garis kemiskinan sebagai dampak dari peningkatan harga BBM dan
ongkos angkut. Grafik 1 menunjukkan perkembangan inflasi dan kemiskinan di Jawa
Timur. Fluktuasi inflasi setiap periode diikuti oleh peningkatan Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Non Makanan (GKNM), sementara itu pertumbuhan penduduk
miskin mengalami penurunan setiap tahunnya.
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1 Perkembangan Inflasi dan Kemiskinan di Jawa Timur
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. BPS
menentukan Garis Kemiskinan (GK) yang merupakan penjumlahan dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0
50000
100000
150000
200000
II-2008 II-2009 II-2010 II-2011 II-2012 I-2013
GKM GKNM
Rata-rata Inflasi Makanan Rata-rata Inflasi Non Makanan
g Penduduk Miskin
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYA
kebutuhan dasar makan
ikan, daging, telur dan
lemak, dll). Sementara it
minimum untuk perum
kebutuhan dasar non m
jenis komoditi di pedes
rata-rata pengeluaran pe
Grafik 2 Grafik 2 Grafik 2 Grafik 2 Pergeseran Ga
Keterangan:
: Garis Kemiskina
: Garis Kemiskina
Peningkatan GK
dan solar Rp4.000 me
peningkatan sumbanga
GKNM. Sumbangan infla
0,55%, terutama diseba
dalam kota, serta perum
meningkat tipis, dari Rp
Sementara itu, sumbang
meningkat 0,22%. Penin
ayam, beras dan cabe ra
dari Rp188.306 pada bu
total, peningkatan ha
0.09% 0.58%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
<99.999 100.000149.9
Kajian Ekonomi Reg
ARAKAT
nan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-p
n susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-b
itu, Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM
mahan, sandang, pendidikan dan kesehat
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi d
esaan. Jadi Penduduk Miskin adalah pend
perkapita perbulan dibawah garis kemiskina
Garis Kemiskinan Pasca Kenaikan Harga BBM da
an pasca peningkatan harga BBM
an pasca pemberian BLSM
pasca kenaikan harga BBM (bensin Rp4.5
enjadi Rp5.500) pada bulan Juni 201
an inflasi pada komoditas non makanan
flasi ke-51 komoditas non makanan tersebu
babkan karena kenaikan sumbangan infla
umahan. GKNM setelah memperhitungkan
Rp69.205 pada Maret 2013 menjadi Rp69.
ngan inflasi ke-52 komoditas makanan yan
ningkatan tersebut terutama disumbang o
rawit. Oleh karena itu, GKM setelah di-inf
bulan Maret 2013 menjadi Rp188.723 pad
harga BBM tidak terlalu mempengaru
8%
4.93%6.95%
17.50%
37.91%
18.15%
00 s/d .999
150.000 s/d 199.999
200.000 s/d 257.510
257.511 s/d 299.999
300.000 s/d 499.999
500.000 s/749.999
Rp257.510
Rp259.502Rp222.002
106
gional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
padian, umbi-umbian,
buahan, minyak dan
M) adalah kebutuhan
atan. Paket komoditi
i di perkotaan dan 47
duduk yang memiliki
nan tersebut.
an Pemberian BLSM
.500 menjadi Rp6.500
013 disebabkan oleh
an yang membentuk
but meningkat sebesar
flasi bensin, angkutan
an peningkatan inflasi
9.586 pada Juni 2013.
ang membentuk GKM
oleh komoditas telur
nflate meningkat tipis
ada Juni 2013. Secara
ruhi pergeseran GK.
%
6.60% 7.38%
s/d 750.000 s/d 999.999
≥1.000.000
107
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
GK bulan Juni 2013 meningkat dengan deviasi 0,77% dari GK Maret 2013, dari
Rp257.510 menjadi Rp259.502 (seperti yang ditunjukkan pada garis merah di Grafik 2).
Peningkatan GK sebagai dampak dari kenaikan harga BBM tersebut akan
menggeser penduduk yang rawan yang berada di sekitar garis kemiskinan. Dengan
asumsi jumlah penduduk terdistribusi merata pada setiap kelompok pengeluaran,
maka pada bulan Juni terdapat 5-10% penduduk pada kelompok pengeluaran
Rp257.511 s/d Rp299.999 yang bergeser statusnya, semula dikategorikan berada di atas
GK, namun saat ini menjadi berada di bawah GK.
Di sisi lain, pemerintah berupaya untuk meredam dampak kenaikan harga BBM
tersebut melalui pemberian kompensasi berupa Bantuan Langsung Sementara untuk
Masyarakat (BLSM) pada 15.530.897 Rumah Tangga Sasaran (RTS) di seluruh Indonesia.
Di Jawa Timur terdapat 2.857.469 RTS yang diberikan BLSM dengan nilai Rp.857,24
milyar (http://blsm.posindonesia.co.id/lap_prop.php), yang sebagian besar dialokasikan
di wilayah-wilayah tapal kuda, yaitu Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan,
Bojonegoro dan Malang. BLSM tersebut diberikan sejumlah Rp.150.000/kepala
keluarga per bulan selama tiga tahap pasca kenaikan harga BBM. Kompensasi BLSM
mampu menggeser GK setelah kenaikan BBM (garis merah) ke garis hijau sebesar
14,45%, yaitu dari Rp.259.502 menjadi Rp222.002 (grafik 2). Pada Juni 2013, penduduk
yang miskin yang berada di bawah garis kemiskinan akan turun 20-27%. Hal ini berarti
bahwa sebesar 20-27% penduduk rawan yang berada di kelompok pengeluaran
Rp.200.000-Rp.257.510 akan mengalami pergeseran status dari penduduk miskin
menjadi tidak miskin.
Pemberian kompensasi BLSM tersebut hanya bersifat temporer dalam
mengurangi kemiskinan termasuk di Jawa Timur pasca kenaikan harga BBM. Apabila
program ini tidak berlanjut di tahun 2014, diprediksi angka kemiskinan di Jawa Timur
akan meningkat. Oleh karena itu, BLSM perlu diiringi bantuan lainnya yang lebih
bersifat produktif dalam mendorong sektor-sektor ekonomi. Sehingga, pada saat shock
kebijakan dan dampak inflasi belum teredam, masyarakat masih memiliki daya beli
yang sustainable.
�
Bab Bab Bab Bab 6666
�
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
�
108
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
6666 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.16.16.16.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan III 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang pertumbuhan 6,95%–7,15% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan pada level 6,97% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen.
Pertumbuhan konsumsi periode ini didorong oleh momentum bulan puasa dan Hari Raya
Idul Fitri di bulan Juli – Agustus 2013. Selain itu, tibanya liburan tahun ajaran baru dan
cukup panjangnya cuti bersama selama lebaran turut mendorong konsumsi masyarakat,
khususnya pada sub sektor hotel dan restoran. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu
investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil pada level tinggi seiring
meningkatnya optimisme pelaku usaha sebagaimana dikonfirmasi dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
(Jawa Timur).
Selanjutnya, dengan membaiknya indikator ekspor luar negeri Jatim pada
Tw II-2013, diharapkan tren ini masih berlanjut seiring meningkatnya permintaan di negara
tujuan baru seperti Asia, Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, semakin dikenalnya beragam
produk unggulan Jatim, seperti bahan kimia organik, buah – buahan tropis, furnitur dan
alas kaki, turut mempengaruhi tingkat permintaan dunia internasional, selain permintaan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat IniIndeks
109
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
untuk bahan baku industri, seperti bahan kimia cair, timah dan baja juga terus mengalami
peningkatan. Kembali meningkatnya kinerja impor bahan baku pada Tw II-2013 turut
mengkonfirmasi perbaikan kinerja sektor industri pengolahan. Hingga saat ini ketersediaan
bahan baku lokal diyakini masih belum dapat menggantikan kualitas bahan baku impor.
Secara keseluruhan, transaksi perdagangan luar negeri diperkirakan kembali mencatat nilai
net ekspor. Selain itu peningkatan perdagangan antar pulau Jatim untuk memenuhi
permintaan tibanya tahun ajaran baru terutama untuk Indonesia Bagian Timur juga
mendorong peningkatan ekspor Jatim. Selanjutnya, belanja pemerintah diperkirakan juga
mengalami peningkatan, mengikuti pola belanja yang terus meningkat hingga akhir tahun,
di samping faktor pendukung berupa membaiknya awareness pemerintah daerah tingkat
kab/kota terkait realisasi belanja APBD.
Di sisi penawaran, seiring meningkatnya permintaan dari luar pulau dalam
merespon lonjakan permintaan di masa tahun ajaran baru dan lebaran, kinerja sektor PHR
diperkirakan mengalami peningkatan. Meskipun perdagangan luar negeri Jatim mengalami
tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih kuatnya
perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk menyokong kinerja
sub sektor perdagangan besar Jatim. Sementara itu, kinerja industri pengolahan
diproyeksikan masih relatif stabil, seiring masih berlanjutnya permintaan dalam dan luar
negeri sebagai respon dari peningkatan impor bahan baku pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, beberapa daerah yang sudah berada dalam musim tanam diperkirakan
optimis mengalami peningkatan produktivitas dengan didukung perbaikan infrastruktur
irigasi yang telah dilakukan Dinas Pertanian se Jawa Timur guna mengejar target produksi
tahun ini. Sektor pendukung yang turut mengalami kenaikan diperkirakan adalah Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta
Sektor Jasa-Jasa. Kondisi sektoral pada triwulan II 2013 ini searah dengan hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku usaha yang
dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja
sektoral tiga sektor utama.
110
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6666.2 .2 .2 .2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga,
maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw III-2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di
kisaran 8,20% s/d 8,50%.
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIIII II II II 2012012012013333
Grafik Grafik Grafik Grafik 6.46.46.46.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw IIIIII II II II 2012012012013333
Menurun Meningkat Stabil
Tw II-2013 Tw III-2013 Faktor Risiko
- Musim hujan masih belum selesai sehingga panen tidak optimal
- Adanya gangguan produksi untuk telur dan cabe sehingga harga
meningkat
- Belum adanya penetapan pelaksanaan impor daging sapi untuk
memenuhi kekurangan pasokan lokal
- Produksi cabe sebagian dikirim kepada Provinsi lain
- Tingginya ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga
sebagai dampak kenaikan BBM pada Juni 2013
- Masih berlanjutnya anomali cuaca
- Berlanjutnya dampak kenaikan harga BBM khususnya pada tarif
angkutan dalam dan luar kota
- Masih adanya kenaikan tarif dasar l istrik dan cukai rokok
- Tibanya Hari Raya Idul Fitri yang akan meningkatkan
penggunaan alat transportasi sehingga memicu inflasi sub
kelompok ini
- Masih berlanjutnya penurunan harga emas
- Penurunan ekspektasi masyarakat akan inflasi 6 bulan ke depan
- Penurunan rupiah secara bertahap
- Tingkat deflasi emas yang semakin kecil
- Dimulainya tahun ajaran pendidikan baru
Core Inflation
Tw II-2013
Tw III-2013
Volatile Food
Tw II dan III 2013
Administered
Price
Tw II-2013
Tw III-2013
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
111
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw III-2013 dari ketiga kelompok
inflasi mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan Tw II-2013 dengan ulasan
sebagai berikut :
1. Volatile Food
Adanya beberapa gagal panen seperti terjadi pada komoditas tembakau dan bawang
merah serta gagal pembibitan untuk komoditas cabe, menyebabkan tekanan inflasi
untuk kelompok ini masih cukup tinggi. Ditambah lagi dengan masih berlanjutnya
anomali cuaca di Jawa Timur yang akan mempengaruhi hasil panen. Selain itu,
terbatasnya produksi lokal daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga
menjadi potensi peningkatan inflasi.
2. Administered Price
Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) serta adanya potensi
kenaikan cukai rokok menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi kelompok ini
meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan akhir Tw II-2013
dimana Pemerintah meningkatkan harga BBM.
3. Core Inflation
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok
non tradeable seiring meningkatnya kebutuhan di bidang pendidikan. Sedangkan dari
sisi kelompok tradeable, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat seiring dengan
pelemahan kurs Rupiah terhadap dollar yang mempengaruhi harga emas dunia.
Peningkatan TTL pada Tw III-2013 berpotensi direspon masyarakat dengan
peningkatan tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang seiring dengan
peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi kelompok ini adalah rendahnya
tekanan dari output gap sebagai dampak telah berlalunya masa Hari Raya Idul Fitri.
Para produsen diproduksi mulai meningkatkan kapasitas produksi pada akhir
Tw III-2013 untuk memenuhi tingginya permintaan pada akhir tahun seiring dengan
tibanya moment Natal dan Tahun Baru.
6.6.6.6.3333 PROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKAN JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
Pada triwulan III 2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur diperkirakan sedikit
mengalami perbaikan. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik
diperkirakan masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi
112
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
oleh perbankan. Pelonggaran suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan
usaha yang tepat oleh perbankan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor
perbankan untuk mendorong perekonomian daerah.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan III 2013 diperkirakan
mengalami peningkatan, bahkan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun
sebelumnya. Tren penurunan suku bunga perbankan diharapkan mampu mendorong
pertumbuhan kredit, khususnya pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan
yang terjaga. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri
pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih
menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi
juga diperkirakan masih tetap tumbuh stabil.
6.6.6.6.4444 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK EKONOMIEKONOMIEKONOMIEKONOMI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh
pada rentang 6,70% s.d 6,90% (yoy), ), lebih rendah dari angka perkiraan sebelumnya di
kisaran 7,00% s.d 7,25%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih
lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini diyakini
masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, masih tingginya konsumsi masyarakat seiring meningkatnya
proporsi usia produktif di Jawa Timur masih menjadi pendorong utama pertumbuhan
ekonomi Jatim. Sementara itu, berbagai upaya pemerintah melalui perbaikan infrastruktur,
penyederhanaan birokrasi pengajuan izin usaha serta upaya peningkatan kerjasama
investasi melalui kunjungan antar negara/daerah diharapkan dapat terus mendorong minat
investor asing dan dalam negeri. Selanjutnya, optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja
ekspor luar negeri Jatim dengan berbagai strategi perusahaan dan pemerintah diharapkan
terus mengalami perbaikan, khususnya dengan adanya insentif pemerintah untuk
mengembangkan produk hortikultura dan pertanian organik di beberapa sentra produksi
Jatim.
Di sisi permintaan, masih tingginya konsumsi masyarakat seiring meningkatnya
proporsi usia produktif di Jawa Timur masih menjadi pendorong utama pertumbuhan
ekonomi Jatim. Selain itu, adanya momentum PILKADA pada Agustus 2013 diperkirakan
turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim baik dari konsumsi rumah tangga maupun
pemerintah. Namun demikian, konsumsi barang tahan lama khususnya kendaraan
113
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
bermotor roda empat menjadi sedikit tertahan pasca pemberlakuan kebijakan
pengurangan subsidi BBM di pertengahan Juni 2013. Sementara itu, berbagai upaya
pemerintah melalui perbaikan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi pengajuan izin
usaha serta upaya peningkatan kerjasama investasi melalui kunjungan antar negara/daerah
diharapkan dapat terus mendorong minat investor asing dan dalam negeri. Selanjutnya,
optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja ekspor luar negeri Jatim dengan berbagai
strategi perusahaan dan pemerintah diharapkan terus mengalami perbaikan, khususnya
dengan adanya insentif pemerintah untuk mengembangkan produk hortikultura dan
pertanian organik di beberapa sentra produksi Jatim. Mencermati perkembangan sektor
industri pengolahan yang diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan III dan stabil
tinggi di triwulan IV, yang dipicu oleh meningkatnya konsumsi domestik dengan berbagai
momentum perayaan keagamaan akan mempengaruhi perbaikan transaksi impor luar
negeri terutama untuk intermediate goods yang menjadi bahan baku sektor industri
pengolahan. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan luar negeri diperkirakan kembali
mencatat nilai net ekspor. Indikator berikutnya yaitu belanja modal pemerintah
berdasarkan data rencana APBD 2013 diperkirakan mengalami peningkatan dengan
didukung membaiknya awareness pemerintah daerah tingkat kab/kota.
Di sisi penawaran, dengan strategi penambahan Kantor Perwakilan Dagang oleh
Pemprov Jatim ke seluruh Indonesia, diperkirakan kinerja subsektor perdagangan
mengalami perbaikan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan wisata turut
mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan
Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya
jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Optimisme pelaku usaha sektor industri pengolahan
yang tercermin melalui berbagai survei diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun,
dengan didorong berbagai insentif pemerintah melalui peningkatan peran serta usaha
mikro, kecil dan menengah di Jatim. Adanya pergeseran musim diharapkan tidak signifikan
mempengaruhi kinerja sektor pertanian dengan didukung telah diselesaikannya beberapa
proyek irigasi serta tersedianya debit air di waduk pada level tinggi diharapkan mendorong
kinerja sektor pertanian tahun ini. Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan sektor
lainnya relatif stabil.
114
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.6.6.6.5555 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013
Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada Tw I-2013 telah dapat
kembali normal pada Tw II-2013. Meskipun terdapat tekanan pada Tw III-2013, namun
tekanan tersebut hanya merupakan dampak dari tingginya permintaan masyarakat
sehubungan dengan banyaknya hari raya keagamaan dan bukan karena faktor produksi
maupun permasalahan impor. Tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi
bersumber dari kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif
listrik serta cukai rokok. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013 diperkirakan
secara tahunan berada di kisaran 8,30% s/d 8,60%.
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Hasil panen pada tahun 2013 belum mencapai titik optimalnya karena adanya
anomali cuaca (kemarau basah) yang berlangsung sepanjang tahun sehingga beberapa
Th. 2012 Th. 2013 Faktor Risiko
- Impor hortikultura lancar sehingga anomali kenaikan harga
seperti di awal tahun 2013 bisa dihindari
- Bulog mampu menjaga stok beras sehingga memastikan
kecukupan ketahanan pangan Jawa Timur
- Anomali cuaca (musim hujan) berkelanjutan
- Rendahnya produksi daging sapi dibandingkan dengan
pertumbuhan konsumsinya
- Tata niaga komoditas hortikultura yang belum baik
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan melalui pasokan
lokal
- Kenaikan harga BBM di tengah tahun masih mempengaruhi
proses pembentukan harga s.d. akhir tahun
- Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cukai rokok yang
berkelanjutan
- Adanya Hari Natal dan Tahun Baru di akhir 2013 memicu
peningkatan tarif transportasi sehingga meningkatkan inflasi
kelompok ini
- Berlanjutnya penurunan harga emas walaupun semakin mengecil
karena depresiasi Rupiah
- Relatif stabilnya harga komoditas internasional
- Membaiknya ekspektasi masyarakat akan kondisi usaha Jawa
Timur
Administered
Price
Th. 2013
Core Inflation
Th. 2013
Volatile Food
Th. 2013
Menurun Meningkat Stabil
115
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan II – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
komoditas mengalami gagal panen atau panen tetapi tidak optimal. Anomali cuaca
tersebut juga menjadi pertimbangan petani untuk melakukan penanaman sehingga
beberapa komoditas mengalami penundaan masa tanam. Selain mempengaruhi
produktivitas komoditas hortikultura, anomali cuaca juga berpengaruh terhadap produksi
telur, susu dan hasil-hasilnya. Mulai dibukanya keran impor untuk komoditas daging sapi
diharapkan dapat meminimalkan shortage permintaan daging dengan tingkat produksinya,
sehingga diproyeksi pada akhir tahun 2013, tingkat inflasi untuk kelompok volatile food
relatif stabil.
Berbeda dengan volatile food, kelompok administered price diproyeksi mengalami
peningkatan seiring dengan masih berlanjutnya kenaikan TTL, cukai rokok dan transportasi
di akhir tahun. Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari
kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di
sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (walaupun semakin berkurang) dapat menahan
laju inflasi di kelompok ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi
perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi
sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung stabilnya inflasi
kelompok ini sampai dengan akhir tahun 2013.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAH
Administered priceAdministered priceAdministered priceAdministered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar
listrik
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan
perauran daerah
BI RateBI RateBI RateBI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya
BIBIBIBI----RTGSRTGSRTGSRTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban
bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi
transfer dana
Bobot inflasiBobot inflasiBobot inflasiBobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar
provinsi
Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi
permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi
maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh
pemerintah (adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflationImported inflationImported inflationImported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di
luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
Indeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHKInflasi IHKInflasi IHKInflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks
harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat luas
Inflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
InflowInflowInflowInflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
KreditKreditKreditKredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk
• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement
(NPA)
• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
LiaisonLiaisonLiaisonLiaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
MtmMtmMtmMtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net InflowNet InflowNet InflowNet Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh
bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah,
sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang
lancar, (2) diragukan dan (3) macet
OmsetOmsetOmsetOmset
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
OutOutOutOutflowflowflowflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
QtqQtqQtqQtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan
Volatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
YoyYoyYoyYoy
Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR SINGKATANSINGKATANSINGKATANSINGKATAN
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBMBBMBBMBBM
Bahan Bakar Minyak
BOPOBOPOBOPOBOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPSBPSBPSBPS
Badan Pusat Statistik
IHKIHKIHKIHK
Indeks Harga Konsumen
IKKIKKIKKIKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPRKPRKPRKPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDRLDRLDRLDR
Loan to Deposit Ratio
LTVLTVLTVLTV
Loan to Value
NIMNIMNIMNIM
Net Interest Margin
NPFNPFNPFNPF
Non Performing Financing
NPLNPLNPLNPL
Non Performing Loan
PHRPHRPHRPHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLNPLNPLNPLN
Perusahaan Listrik Negara
PMAPMAPMAPMA
Penanaman Modal Asing
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
PMDNPMDNPMDNPMDN
Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTBPMTBPMTBPMTB
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
QQQQ----tttt----QQQQ
Quarter to quarter
RBBRBBRBBRBB
Rencana Bisnis Bank
YoyYoyYoyYoy
Year on year