40
KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM TAFSIR AL- MANAR KARYA MUHAMMAD ‘ABDUH DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Dsiusun Oleh : NUNUNG LASMANA NIM. 213410541 JURUSAN ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2015 M / 1436 H

KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN

AMTSAL AL-QUR’AN DALAM TAFSIR AL-

MANAR KARYA MUHAMMAD ‘ABDUH

DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Dsiusun Oleh :

NUNUNG LASMANA

NIM. 213410541

JURUSAN ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 2: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Kajian Atas Teknik Penafsiran Amtsâl al-Qur’ân

dalam Tafsîr al-Manâr Karya Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd

Ridhâ” yang disusun oleh Nunung Lasmana dengan Nomor Induk

Mahasiswa 213410541 telah melalui proses bimbingan dan telah memenuhi

syarat ilmiah untuk diajukan di sidang munaqasyah.

Pembimbing I

Dr. H. Ahmad Fathoni, MA

Tanggal:

Pembimbing II

Dr. Phil. H. Asep Saepudin

Jahar, MA

Tanggal:

Page 3: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “Kajian Atas Teknik Penafsiran Amtsâl al-Qur’ân

dalam Tafsîr al-Manâr Karya Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd

Ridhâ” oleh Nunung Lasmana dengan NIM 213410541 telah diujikan di

sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ)

Jakarta pada 21 Agustus 2015. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Megister Agama (MA) dalam bidang Ilmu

Agama Islam.

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (………………………)

Ketua Sidang

Prof. Dr. H. Chotibul Umam, MA. (………………………)

Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (………………………)

Penguji II

Dr. KH. Ahmad Fathoni, M.Ag. (………………………..)

Pembimbing I

Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA. (………………………)

Pembimbing II

Dr. KH. Ahmad Fudhaili, MA. (………………………)

Sekertaris

Page 4: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nunung Lasmana

NIM : 213410541

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 19 November, 1990

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Atas Teknik Penafsiran

Amtsâl al-Qur’ân dalam Tafsîr al-Manâr Karya Muhammad „Abduh dan

Muhammad Rasyîd Ridhâ” adalah benar-benar asli karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam

karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 10 Agustus 2015

Nunung Lasmana

Page 5: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

v

MOTTO

INNALLÂHA MA’ANÂ

MAN JADDA WAJADA

Page 6: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

vi

Ku persembahkan Tesis ini untuk:

Ibu & Bapak

Cintamu yang tak pernah usai,

Kasih sayangmu yang tak pernah habis,

Do’amu yang tak pernah putus,

Usahamu yang tak pernah letih.

Aku hanturkan penghargaanku untuk namamu Muhali & Retno.

Page 7: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

vii

Kata Pengantar

مِ يِ حِ الرِ ِنِ حِ الرِ ِاللِ ِمِ سِ بِ ِ.ِلِ محِعحِالِ كحِِمِ لِ عِ الِ ب ِِناحِلحِضِ فحكِحِِ ـِلحِسِ ال ِ كحِِافِ ي حِال ِ ِةِ محِعِ نِ اِبِ نحِمحِعحِنػِ احِِيِ ذِ الِ ِللِ ِدِ مِ الحِ كحن صحل ي

حِكحن سحل م ِ ب ه ِأحجْ حع ي ِسحي د نحاِمُ حم دٍِكحعحلحىِاحل ه ِكحصحح . عحلحىِخحيْ ِا لأحنحا ـ

Puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat illahi Rabbi,

dengan petunjuk-Nya-lah saya bisa sampai ke tahap ini. Dia-lah yang

menggerakkan hati saya dan keinginan saya untuk menyelesaikan upaya

penelitian tesis dengan judul “Kajian Atas Teknik Penafsiran Amtsâl al-

Qur’ân dalam Tafsîr al-Manâr Karya Muhammad „Abduh dan Muhammad

Rasyîd Ridhâ”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada suri

tauladan kita Nabi besar Muhammad saw.

Selesainya tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa

bantuan materiil maupun non materiil, baik secara lansung maupun secara

tidak langsung. Oleh karena itu, perlu kiranya saya hanturkan ucapan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. selaku Rektor Institut Ilmu

al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. H. Ahmad Fudhaili, MA. selaku wakil Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

4. Dr. H. Ahmad Fatoni, MA selaku pembimbing I dan Dr. Phil. H. Asep

Saepudin Jahar, MA selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan inspirasi hingga

sampai bisa ke tahap penyelesaian ini.

5. Seluruh dosen jurusan „ulum al-Qur‟an dan „ulum al-Hadits Institut

Ilmu al-Qur‟an Jakarta yang telah memberi banyak ilmu dan wawasan

selama masa studi beserta staf karyawan yang telah membantu

kelancaran proses studi.

6. Seluruh pimpinan perpustakaan Institut Ilmu al-Qur‟an dan

perpustakaan umum maupun perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah. Karena dengan penyediaan buku-buku di sanalah, penulis

termudahkan dalam proses penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu di rumah yang selalu memberikan bantuan yang

sungguh tak terhingga baik secara materiil maupun non materiil.

8. Terkhusus untuk kakak ku Fu‟ad Hasan al-Falahiyyah, S.Pdi. yang

senantiasa membantuku terutama dalam memahami teks-teks Arab.

Page 8: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

viii

9. Untuk seniorku Ahmad Suhendra, M. Hum. dan Mas Khoirul Hadi,

MHi. yang telah memotivasi, menyalurkan ilmunya dalam diskusi

akademik, dan membantuku selama tahap penyempurnaan tesis ini.

10. Kepada seluruh teman-teman seangkatan seperjuangan pascasarjana

IIQ dan terkhusus untuk teh Khodijah yang selalu jadi teman semangat

dan teman sharing dalam proses penyusunan tesis ini.

Page 9: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan di IIQ (Institut Ilmu al-

Qur’an), transliterasi Arab-Latin mengacu pada pedoman berikut ini:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

a أ

b ب

t ت

tsa ث

j ج

{h ح

kh خ

d د

dz ذ

r ر

z ز

s س

sy ش

sh ص

dh ض

th ط

zh ظ

‘ ع

gh غ

f ؼ

q ؽ

k ؾ

l ؿ

m ـ

n ف

w ك

h ق

’ ء

y ي

Page 10: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

x

2. Vokal

Vokal Tunggal

Fathah : a

Kasrah : i

Dhammah : u

Vokal Panjang

â : ا

î : ي

û : و

Vokal Rangkap

ai : يْ....

au : وْ....

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el) diganti dengan huruf yang

sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Contoh:

al-Baqarah : البقرة

al-Madînah : المدينة

b. Kata sandang yang diikuti as-Syamsiyyah

Kata sandang yang diikuti oleh as-syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

Contoh:

ar-rajul : الرجل

asy-syamsu : الشمس

يدةالس : as-Sayyidah

ad-Dârimî: الدارمي

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan

lambang ( ّ ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah

kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh:

Âmanna billâhi : امََنَّا باِللِ

Inna al-Ladzîna : إنَّ الَّذِيْنَ

Âmana as-Sufahâ’a : امَنَ السّفَهَاء

Page 11: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

xi

Wa ar-Rukka’i : والركّّعِ

d. Ta Marbuthah (ة) Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf

‚h‛. Contoh:

ةدَ ئِ فْ الَ : al-Af’idah

ةيَّ مِ لَ سْ ة الِ عَ امِ الَ : al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

Sedangkan ta marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf

‚t‛. Contoh:

ة بَ اصِ نَ ة لَ امِ عَ : ‘Âmilatun Nâshibah

ىبْ ك الْ ة اليَ : al-Ayatul Kubrâ

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf Arab tidak

mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan

maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa

Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat,

nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada

EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri

yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital

adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: al-‘Âridh, al-

‘Asqalânî, al-Farmawi, dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata

Al-Qur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya.

Page 12: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…….............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………… iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI.................................. iv

MOTTO ............................................................................................. v

PERSEMBAHAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR........................................................................ vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................ ix

DAFTAR ISI ..................................................................................... xii

ABSTRAKSI ..................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 9

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 10

D. Rumusan Masalah .................................................................. 10

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 10

F. Metode Penelitian .................................................................. 11

G. Kajian Pustaka ....................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ............................................................ 14

BAB II. KONSEP AMTSÂL DALAM KAJIAN TAFSIR AL-

QUR’AN

A. Definisi Amtsâl Al-Qur’ân ..................................................... 17 B. Maksud Dharb al-Matsal 22

C. Macam-macam Amtsâl Al-Qur'ân .......................................... 25

D. Karakter dan Unsur-unsur Amtsâl Al-Qur'ân ......................... 32

E. Pemetaan Ayat-ayat Amtsâl dalam Al-Qur‟an ....................... 37 1. Kategori Ayat-ayat al-Qur‟an Yang Termasuk al-Amtsâl

al-Musharahah..................................................................

38

2. Kategori Ayat-ayat al-Qur‟an Yang Termasuk al-Amtsâl

al-Kâminah………………………………………………

46 3. Kategori Ayat-ayat al-Qur‟an Yang Termasuk Amtsâl

Mursalah…………………………………………………

46

F. Nilai-nilai Dalam Ayat-ayat Perumpamaan………................ 51

G. Urgensi Amtsâl Al-Qur'ân………………………………...... 55

BAB III. PROFIL TAFSIR AL-MANẤR

A. Sejarah Penulisan Kitab Tafsîr al-Manâr dan Pengarangnya 61

Page 13: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

xiii

B. Metode Penafsiran Dalam Kitab Tafsîr al-Manâr ................. 77

C. Corak Penafsiran Dalam Kitab Tafsîr al-Manâr ...................

D. Perbedaan „Abduh dan Rasyîd Ridhâ Dalam Penafsiran Al-

Qur‟an……………………………………………………….

88

91

BAB IV. PENAFSIRAN AYAT-AYAT AMTSÂL

MUSHARRAHAH DALAM KITAB TAFSÎR AL-MANÂR

A. Ayat-ayat Amtsâl Musharrahah dalam Kitab Tafsîr al-

Manâr .....................................................................................

95

B. Penafsiran Muhammad „AbduhTerhadap Ayat-ayat Amtsal

Musharrahah ..........................................................................

C. Penafsiran Muhammad Rasyid Ridha Terhadap Ayat-ayat

Amtsal Musharrahah ..............................................................

97

128

D. Teknik Penafsiran Ayat-ayat Amtsal Musharrahah Dalam

Tafsir al-Manar ..........................................................

E. Relevansi Penafsiran Ayat-ayat Amtsâl Musharrahah Dalam

al-Manâr Dengan Konteks Kekinian...……………………...

138

149

BAB V. Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................ 153

B. Saran ....................................................................................... 156

BIBLIOGRAFI………........................................................................ 157

CURRICULUM VITAE .................................................................... 164

Page 14: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

xiv

Abstrak

Amtsâl merupakan salah satu dari bentuk keragaman redaksi dan uslûb

al-Qur’ân yang sangat menarik karena merupakan media transformasi pesan-

pesan illahi agar lebih cepat sampai ke jiwa. Dengan makna-makna Al-

Qur‟an menjadi lebih hidup dengan cara menganalogikan yang abstrak

dengan yang konkret. Urgensi amtsâl al-Qur’ân ini juga telah diungkapkan

oleh banyak ulama‟. Matsal Qur’âni diciptakan tanpa meniru, dan ia belum

pernah ada sebelumnya. Ayat-ayat perumpamaan tersebut memberikan

peluang yang cukup luas untuk ditafsirkan. Namun, dalam menafsirkan Al-

Qur‟an perlu melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi agar Al-Qur‟an

terasa lebih hidup. Salah satu kitab tafsir dengan model “kontekstual” adalah

kitab Tafsîr al-Manâr. Apabila dibandingkan dengan karya tafsir lainnya,

karya Muhammad „Abduh dan M. Rasyîd Ridhâ ini memberikan apresiasi

tinggi terhadap kajian ayat-ayat yang tergolong amtsâl sehingga dalam

penelitian ini diarahkan untuk mengkaji teknik penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dalam Tafsîr al-Manâr dan relevansinya dengan konteks

kekinian.

Jenis penelitian yang penulis gunakan termasuk jenis penelitian

kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-

analitis. Metode “deskripsi” digunakan untuk menguraikan penafsiran ayat-

ayat amtsâl musharrahah dalam kitab Tafsîr al-Manâr secara apa adanya.

Sedangkan, metode “analisis” digunakan untuk memberikan komentar

terhadap penafsiran ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab Tafsîr al-

Manâr. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis,

pendekatan balaghah, dan pendekatan komparatif.

Berdasarkan hasil penelitian, ada sembilan teknik yang digunakan

dalam al-Manâr dalam menafsirkan ayat-ayat amtsâl musharrahah, yaitu: (1)

penggunaan ra’yu atau akal, (2) kental dengan aspek-aspek sosial-kultural,

(3) penekanan aspek bahasa, (4) aspek munâsabah,(5) menjelaskan aspek

asbabun nuzul, (6) mengutip pendapat para ulama, (7) mengutip riwayat dari

sahabat, (8) menjelaskan aspek qirâ’ât, (9) menjelaskan konsep amtsâl.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Tafsîr al-Manâr dalam

menguraikan penjelasan mengenai ayat-ayat amtsâl musharrahah lebih

berorientasi pada dua hal, manusia dan ideologi. Pertama, nilai-nilai yang

terkandung dalam setiap ayat diarahkan untuk membangun manusia dalam

aspek spiritual dan karakter (akhlaq). Kedua, terkait ideologi. Kedua karakter

yang terkandung dalam al-Manâr ini sangat berkaitan dengan konteks

kekinian.

Page 15: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an diyakini oleh semua umat Islam sebagai mu‟jizat Nabi

Muhammad saw yang terbesar. Dengan mu‟jizat ini nabi Muhammad dapat

membuktikan dirinya sebagai seorang rasul bagi umat manusia. Mu‟jizatnya

itu tidak dalam bentuk fisik yang dapat dipertontonkan kehebatannya di

depan mata orang banyak, tetapi dalam bentuk spiritual. Kemu‟jizatan Al-

Qur‟an tidak hanya terdapat pada aspek kandungan isinya, tetapi juga pada

aspek bahasanya yang sangat indah yang tidak mungkin siapapun dapat

menandinginya. Bahkan, imam al-Khattabi berkata bahwa kebanyakan para

ulama memilih sisi kemukjizatan Al-Qur‟an adalah dari aspek balaghahnya,

akan tetapi mereka sulit merincinya.1

Ayat demi ayat dalam Al-Qur‟an memiliki karakter yang beragam.

Keindahan sastra dalam setiap ayat menimbulkan keragaman penafsiran dari

ayat yang sama. Banyak tokoh Muslim yang mengakui keindahan sastra al-

Qur‟an. Tidak hanya keindahannya tetapi kedalaman makna yang terkandung

di dalamnya juga menjadi banyak lirikan para ulama dan sarjana muslim. Al-

Qur‟an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru oleh siapa

pun. Jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya sangat indah, uslûb-nya

manis, ayat-ayatnya teratur dan sangat memperhatikan situasi dan kondisi

dalam berbagai macam gayanya.2 Menurut al-Jurjâni uslûb mengandung

makna cara menyampaikan pemikiran melalui bahasa, kemudian teknik

pemilihan dan pemakaian kata-kata yang tergambar dalam pola-pola kalimat.

3 Menurut Muhammad „Abdullâh Darrâz

4, jika diperhatikan secara seksama,

dalam Al-Qur‟an banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi bahasa.

Hal itu terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-

hurufnya, sewaktu berharakat maupun sukun, mâd maupun ghunnah, fâshilah

1Abî Bakr Muhammad Ibn Thayyib al-Bâqilânî, I‟jâz al-Qur‟ân (Beirut: Dâr al-Jail,

1991 M), h. 22. 2 Manna‟ al-Qaththân, Mabâhits Fî „Ulûm al-Qur‟ân (Riyâdh: Manshûrât al-„Asr al-

Hadîts, T.th.), h. 266. 3 Baca: „Abdul Qâdir al-Jurjâni, Asrâr al-Balâghah (Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1998), h. 338-339. Dalam kajian linguistik, ilmu al-uslub disebut sebagai ilmu

stilistika. Baca: Muhammad Taunji, al-Mu‟jam al-Mufahras Fi al-Adab (Beirut: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1993), h. 93-94. Hubungannya dengan stilistika (ilmu uslub), Hafni

Bustami telah menulis sebuah artikel yang berjudul “Ayat-ayat Tamtsil al-Qur‟an; Analisis

Stilistika” dalam jurnal al-Ta‟lim, Jilid I, Nomor 4 Februari 2013, h. 285-298. 4 Syeikh „Abdullâh Darrâz adalah ulama besar lulusan Ushuluddin al-Azhar. Lihat:

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Waktu Dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Cet. XXXI, h. 138

Page 16: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

2

maupun maqtha‟, sehingga sangat merdu didengar. Pemilihan kata dan

penempatannya yang sangat tepat, tidak kekurangan dan tidak kelebihan.

Khitab yang digunakan juga mampu mencakup berbagai golongan manusia

yang berbeda tingkat intelektualitasnya, mereka dapat memahami kitab itu

sesuai dengan tingkat akalnya, sehingga masing-masingnya merasa cocok

dengan tingkat akal dan sesuai dengan keperluannya, baik mereka orang

awam maupun orang khawas. Bahasa Al-Qur‟an dapat memenuhi kebutuhan

jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan secara seimbang.5

Dalam mengekspresikan dirinya dalam bentuk petunjuk dan aturan

illahi, Al-Qur‟an menggunakan redaksi yang beragam, yakni ada yang jelas

dan rinci, tapi ada juga yang samar dan bersifat global. Oleh karenanya, yang

dianggap sudah jelas sekalipun masih memerlukan penafsiran, apalagi yang

masih samar.6 Oleh sebab itu, sebagaimana pendapat „Abdullâh Darrâz dalam

an-Naba‟ al-„Azhîm, menyatakan bahwa:

“Apabila Kamu membaca Al-Qur‟an, maknanya akan jelas di

hadapan Kamu. Tetapi, bila kamu membacanya sekali lagi, kamu

akan temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna

sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai kamu dapat menemukan

kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, semuanya

benar atau mungkin benar. (Ayat-ayat Al-Qur‟an) bagaikan intan;

setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang

terpancar dari sudut lain. Dan tidak mustahil, jika kamu

mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat

lebih banyak ketimbang apa yang kamu lihat.”7

Pendapat di atas juga diperkokoh oleh Muhammad Arkoun8 dengan

pernyataannya sebagai berikut:

5 Muhammad „Abdullâh Darrâz, “al-Naba‟ al-„Azhîm” sebagaimana dikutip oleh

Manna‟ al-Qaththân, Mabâhits Fî „Ulûm al-Qur‟ân (Riyâdh: Manshûrât al-„Asr al-Hadîts,

T.th.), h. 266. 6 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999), Cet XIX, h.

16. 7 M. „Abdullâh Darrâz, al-Naba‟ al-„Azhîm (Quwait: Dârul Qalam, 1974), Cet. III, h.

117. 8 Mohammad Arkoun lahir pada 1 Februari 1928 di Tourirt Mimoun, Kabilia, al-

Jazair. Baca: Aulia A. Muhammad, Bayang Baur Sejarah; Sketsa Hidup Penulis-penulis

Besar (Surakarta: Tiga Serangkai, 2003), h 149. Hubungannya dengan kajian al-Qur‟an,

Arkoun juga telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap kajian Qur‟aniyah. Ia

hendak melampaui kajian yang dilakukan oleh para ulama klasik-tradisional yang

menurutnya cenderung dogmatis, a historis, dan ideologis, dan sekaligus melampaui kajian

kaum orientalis yang cenderung dingin, kaku, dan tidak empatis. Lihat: Baidhawi,

Antropologi al-Qur‟an (Yogyakarta: LKiS, 2009), Cet. 1, h. vi.

Page 17: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

3

“Al-Qur‟an memberikan kemungkinan arti yang tidak terbatas. Kesan

yang diberikannya mengenai pemikiran dan penjelasan berada pada

tingkat wujud mutlak. Dengan demikian, ayat-ayatnya selalu terbuka

(untuk interpretasi baru), tidak pernah pasti dan tertutup dalam

interpretasi tunggal.”

Redaksi-redaksi Al-Qur‟an yang sangat indah mempesona sangat

sarat dengan berbagai makna. Selain itu, ia pun selaras dengan tingkat

kecerdasan dan pengetahuan para pembacanya. Karenanya, penafsiran

atasnya tidak pernah kering. Dari saat ke saat terdengar atau terbaca sesuatu

yang baru, sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Nabi

Muhammad saw. menggambarkan kitab suci Al-Qur‟an sebagai “Kitab yang

mengandung berita masa lampau, keadaan masa datang; tidak lekang oleh

panas, dan tidak pula lapuk oleh hujan”.9

Memahami kandungan Al-Qur‟an secara keseluruhan bukanlah

perkara yang sangat mudah, walaupun telah banyak beredar tafsir-tafsir Al-

Qur‟an. Karenanya diperlukan waktu yang relatif cukup lama, konsentrasi,

kesungguhan serta penuh dengan kesabaran dan kehati-hatian. Dengan

relatifnya kesulitan dalam memahami kandungan Al-Qur‟an secara

keseluruhan, maka diperlukan upaya untuk membuka makna di balik teks

suci Al-Qur‟an dengan menghadirkan ayat-ayat tertentu.10

Karena Al-Qur‟an memiliki susunan redaksi yang cukup beragam,

maka implikasinya tentu pada kedalaman makna yang dikandungnya.11

Dan

amtsâl merupakan salah satu dari bentuk keragaman redaksi Al-Qur‟an.

Amtsâl juga merupakan uslûb al-Qur‟ân.12

Amtsâl adalah salah satu media

transformasi pesan-pesan illahi kepada manusia di samping qashash Al-

Qur‟an yang membahas tentang pemberitaan Qur‟an tentang hal ihwal umat

yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa

yang telah terjadi, masa kini, dan masa yang akan datang13

, qasam Al-Qur‟an

yang membahas tentang “ikatan (hati) agar tidak melakukan atau melakukan

sesuatu, dengan „suatu makna‟ yang dipandang besar, agung baik secara

9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999), Cet XIX, h.

16-17. 10

Ilham Thahir, Penafsiran Ayat-ayat Perumpamaan Dalam Tafsir al-Misbah

(Jakarta: Sedaun, 2011), Cet. I, h. 2. 11

Fuad Kauma, Tamtsîl Al-Qur‟an Memahami Pesan-pesan Moral Dalam Ayat-ayat

Tamtsîl (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), Cet. II, h. 10. 12

Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. I, h. 59. 13

Baca: Manna‟ Khalîl al-Qaththân, Mabahits Fi „Ulum al-Qur‟an, (Surabaya: al-

Hidayah, 1973), Cet. II, h. 306. Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur‟an (Surabaya: Dunia Ilmu,

2008), h. 294.

Page 18: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

4

hakiki maupun secara i‟tiqadi oleh orang yang bersumpah itu.”14

, dan jadal

yang membahas tentang bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba

untuk mengalahkan lawan.15

Amtsâl seringkali dijelaskan sebagai uslûb Al-

Qur‟ân yang dapat mengungkapkan makna-makna Al-Qur‟an menjadi lebih

hidup dengan cara menganalogikan yang abstrak dengan yang konkret16

,

seperti perumpamaan surga dengan cara menganalogikannya sebagai sesuatu

yang abstrak dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang konkret bagi

manusia sehingga manusia dapat memahami bahwa surga adalah tempat yang

menyenangkan bagi orang-orang yang mendapatkannya.17

Urgensi amtsâl al-Qur‟ân ini juga diungkapkan oleh beberapa ulama,

seperti al-Mawardî18

yang berkata, “Di antara ilmu Al-Qur‟an yang terbesar

adalah ilmu amtsâl-nya. Sayangnya, banyak manusia yang lalai dengan Al-

Qur‟an karena sibuk dengan al-amtsâl dan lupa dengan al-matsûlât (objek

perumpamaan). Padahal, perumpamaan tanpa pelaku bagaikan kuda tanpa

kendali, atau seperti unta tanpa tali kekang.” Lebih dari itu, ulama lainnya

mengungkapkan bahwa Imam as-Syâfi‟i19

menganggap amtsâl sebagai salah

satu ilmu Al-Qur‟an yang wajib diketahui oleh seorang mujtahid. Dia

mengatakan bahwa seorang mujtahid harus memahami amtsâl dalam Al-

Qur‟an. Sebab, hal itu akan semakin mempertegas keharusan untuk mentaati-

Nya dan menjauhi maksiat kepada-Nya.20

Pada hakikatnya, amtsâl atau perumpamaan tidak hanya terdapat

dalam tradisi bangsa Arab, tetapi ada dalam tradisi manapun. Terkadang

pula, perumpamaan digunakan dalam bahasa sehari-hari guna memberikan

pengertian yang mudah dipahami oleh lawan bicara.21

Namun, yang

14

Manna‟ Khalîl al-Qaththân, Mabahits Fi „Ulum al-Qur‟an, h. 291. 15

Manna‟ Khalîl al-Qaththân, Mabahits Fi „Ulum al-Qur‟an, h. 298. 16

Manna‟ Khalîl al-Qaththân, Mabahits Fi „Ulum al-Qur‟an, h. 283. 17

Baca: Q.S. Muhammad [74]: 15. 18

Nama lengkap al-Mawardi adalah „Alî Muhammad Ibn Habîb al-Mâwardî al-

Bashrî, as-Syâfi‟î. Para ahli sejarah dan tabaqat memberi gelar kepada beliau dengan sebutan

al-Mâwardî, Qâdhî al-Qudhât, al-Bashrî dan as-Syâfi‟î. Al-Mâwardî dikenal sebagai salah

seorang ahli Fiqh terkemuka dari madzhab Syâfi‟î. Lihat: al-Mâwardî, Âdâb ad-Dunyâ wa

ad-Dîn (Libânon: Dâr al-Fikr, 1994), h. 4 dan 21. Dalam bidang tafsir al-Qur‟an, ia memiliki

beberapa karya, yaitu Tafsir al-Qur‟anil Karim, an-Nukat wa „Uyûnuhu, dan al-Amtsâl wal

Hikam. 19

Kemampuan Imam Syafi‟i dalam bidang bahasa, sastra, dan sya‟ir benar-benar

diakui oleh para pakar bahasa dan sastrawan ulung sebagaimana kehebatan Syafi‟i di bidang

fiqih, hadis, dan ushul fiqh. Ahmad Nahrawi „Abdus Salâm al-Indûnîsî, al-Imâm as-Syâfi‟î

Fî Madzhabihi al-Qadîm wa al-Jadîd (Mesir: T.Tp., 1988 M), h. 19. 20

Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî, al-Itqân Fî „Ulûm al-Qur‟ân (Beirut: Dâr al-Kutub

al‟Ilmiyyah, 1421 H/2000 M), Jilid II, Cet. I, h. 254. 21

Ilham Thahir, Penafsiran Ayat-ayat Perumpamaan Dalam Tafsir al-Misbah

(Jakarta: Sedaun, 2011), Cet. I, h. 4.

Page 19: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

5

membedakannya dengan amtsâl Al-Qur‟ân adalah bentuk dan isinya tidak

menukil dari peristiwa atau kejadian fiktif yang diulang-ulang. Matsal

Qur‟âni diciptakan tanpa meniru, dan ia belum pernah ada sebelumnya. Ia

(perumpamaan Al-Qur‟an) bersifat artistik, unik, dan kontemporer sehingga

ia memiliki bentuk tersendiri dalam pengungkapan, penyusunan, dan

pengisyaratan.22

Pesan-pesan moral dan keagamaan yang dikandung oleh amtsâl Al-

Qur‟ân dapat dikatakan telah mencakup berbagai aspek kehidupan yang

meliputi akidah, syari‟ah, akhlak dan mu‟amalah, serta masalah-masalah

kehidupan dunia dan akhirat, hubungan manusia dengan sesama

lingkungannya dan hubungan manusia dengan penciptanya.23

Maka, wajar manakala amtsâl Qur‟ânî banyak mengundang

perhatian para intelektual muslim sehingga di antara mereka ada yang

membahasnya secara khusus dalam satu kitab.24

Hal ini dikarenakan kajian

ini memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti dan dicermati. Konsep amtsâl

ini memiliki cara yang unik dalam menyampaikan pesan-pesan illahi, yaitu

dengan menggunakan metode „analogi‟. Metode analogi adalah proses

penyimpulan secara induktif dengan memperbandingkan dua realitas,

peristiwa, benda sehingga mampu menyimpulkan sesuatu yang baru dengan

melihat persamaan dan perbedaannya. Kita dapat membandingkan sesuatu

dengan lainnya berdasarkan sifat-sifat yang sama. Dengan terjadilah proses

bernalar untuk menyimpulkan sesuatu yang khusus dengan sesuatu yang

khusus lainnya karena memiliki persamaan yang substansial. 25

Hubungannya dengan kemukjizatan bahasa menjadikan kajian ini

sangat menarik. Begitu juga dampaknya yang mempermudah proses

transformasi pesan-pesan illahi untuk lebih cepat sampai ke jiwa manusia

menambah daya tarik tersendiri bagi kajian amtsâl al-Qur‟ân ini.

Ayat-ayat perumpamaan tersebut memberikan peluang yang cukup

luas untuk ditafsirkan. Namun, dalam memahami kandungan ayat-ayat Al-

22

Ja‟far Subhânî, Wisata Al-Qur‟an: Tafsir Ayat-ayat Metafora, penterj. Muhammad

Ilyas (T.P: al-Huda, 2007), Cet. I, h. 19. 23

Muhammad Jâbir al-Fayâd, “al-Amtsâl Fî al-Qur‟ân” (USA: al-Ma‟had al-„Âlami

Li al-Fikr al-Islâmî,1993), h. 438 dalam Mahfudz Masduki, Tafsir al-Misbah M. Quraish

Shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 4. 24

Muhammad Jâbir al-Fayâdh menulis al-Amtsâl Fî al-Qur‟ân (1993),‟Abdurrahmân

Jambakah al-Maidânî menulis Amtsâl al-Qur‟ân (1992), Sâmih „Âthif az-Zain menulis

Mu‟jam al-Amtsâl Fî al-Qur‟ân al-Karîm (2000). Baca: Mahfudz Masduki, Tafsir al-Misbah

M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 1.

Selain itu juga ada Mawsû‟ah al-Amtsâl al-Qur‟âniyah (1993) karya Muhammad „Abdul

Wahhâb „Abd al-Lathîf, Amtsâl Fî al-Qur‟ân karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah, dan Amtsâl Fî

al-Qur‟ânil Karîm karya Syamsuddîn Muhammad Ibn Abî Bakr, 25

Baca: JS. Kamdhi, Terampil Berargumentasi; Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia (Jakarta: Grasindo), h. 23.

Page 20: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

6

Qur‟an tidak cukup dengan secara normatif saja, tetapi juga harus dilakukan

dengan mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan sehingga Al-

Qur‟an terasa lebih hidup. Begitu pula dengan ayat-ayat perumpamaan yang

makna dan kandungannya masih sangat jauh didapatkan (apabila dimaknai

secara tekstual).26

Salah satu kitab tafsir dengan model “kontekstual” adalah kitab Tafsîr

al-Manâr karya Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ. Telah

banyak dilakukan penelitian terhadap kitab tafsir ini dari berbagai aspek.

Salah satunya adalah sebagaimana yang ditulis oleh M. Quraish Shihab

dengan judul “Rasionalitas Al-Qur‟an; Studi Kritis Atas Tafsîr al-Manâr”.

Dalam bukunya tersebut, Quraish Shihab menyebutkan bahwa kitab tafsir al-

Manâr adalah kitab tafsir yang berorientasi sosial, budaya, dan

kemasyarakatan.27

Dengan demikian sangat tidak menutup kemungkinan

kalau penafsiran terhadap ayat-ayat amtsâl pun sangat serat dengan aspek-

aspek tersebut.

Kitab tafsir al-Manâr adalah sebuah kitab tafsir yang menggabungkan

antara metode penafsiran klasik dan kontemporer. Hal ini dapat dibuktikan

dengan pandangan „Abduh mengenai tafsir. Dalam pandangan Muhammad

„Abduh, tafsir itu bertingkat-tingkat. Paling rendahnya, harus menjelaskan

secara global apa yang dirasakan hati tentang keagungan Allah dan kesucian-

Nya, memalingkan nafsur dari kejahatan, dan mendorongnya pada kebajikan.

Ini adalah mudah bagi setiap orang, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami

telah mudahkan Al-Qur‟an untuk dihafal, adakah kamu termasuk di antara

orang yang memelihara.” (Q.S. Al-Qamar [54: 17])

Adapun tingkat yang tinggi tidak sempurna kecuali dengan beberapa

perkara, yaitu:

1. Memahami kebenaran lafal mufrad yang diletakkan Al-Qur‟an,

yang mana ahli tafsir harus pandai mempergunakan ahli bahasa.

Tidak cukup dengan ucapan si fulan dan pemahaman si fulan.

2. Susunan, maka sepatutnya mufassir memiliki pengetahuan yang

dapat memahami uslub yang tinggi ini. Hal itu bisa berhasil

dengan mengkaji ungkapan yang tinggi dan biasa saja, serta

pandai dalam memahami kalimat yang tersembunyi dan

keindahannya. Selain itu juga berbijak pada apa yang dikehendaki

orang yang bicara.

3. Mengetahui hal-ihwal manusia. Karena banyak dalam Al-Qur‟an

disebutkan cerita, tingkah laku makhluk dan kisah-kisah umat dan

26

Ilham Thahir, Penafsiran Ayat-ayat Perumpamaan Dalam Tafsir al-Misbah

(Jakarta: Sedaun, 2011), Cet. I, h. 2. 27

Muhammad Quraish Shihab, Rasionalitas Al-Qur‟an; Studi Kritis Atas Tafsir al-

Manâr (Jakarta: Lentera Hati, 2006) h. 5.

Page 21: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

7

sunnah Tuhan dalam kehidupan manusia. Ia jadi ilmu tentang

perkembangan manusia dan perputarannya, serta timbulnya

perbedaan dari tingkah laku manusia yang merupakan

keniscayaan.

4. Mengetahui sisi petunjuk bagi manusia semuanya dalam Al-

Qur‟an, dengan mengetahui apa yang dialami manusia pada masa

kenabian dari bangsa Arab dan yang lainnya dan apa yang

menimpa mereka dari bencana.

5. Mengetahui perikehidupan Nabi saw. serta para sahabatnya, dan

apa yang ada padanya, baik itu dari ilmu, perbuatan dan

pengaturan mereka dalam urusan dunia dan akhiratnya.

Tujuan pertama dari apa yang diserukan Muhammad „Abduh dalam

membaca tafsir, adalah berkumpulnya syarat-syarat itu agar ia dipakai untuk

tujuannya, yaitu mengupayakan memahami maksud dan tujuan dari firman,

hikmah tasyri‟, baik dalam akidah dan hukum, ke jalan yang mendorong

rohani, kemudian menggiringnya kepada perbuatan dan hidayah yang

dijanjikan dalam firman. Dengan demikian, maksud sebenarnya di balik

semua persyaratan dan bidang-bidang itu ialah mengambil hidayah dari Al-

Qur‟an.28

Di samping itu, „Abduh dan Rasyid Ridha dalam menafsirkan Al-

Qur‟an lebih dahulu melihat redaksi suatu surat sebagai satu keseluruhan. Di

samping itu, mereka sangat selektif atau hati-hati menerima hadits ataupun

pendapat sahabat yang belum diyakini pasti kebenarannya, apalagi cerita-

cerita Isra‟iliyyat yang diketahui berasal dari unsur-unsur di luar Islam.

Mereka lebih mengutamakan pendekatan rasional daripada pendekatan

tekstual rujukan hadits maupun pendapat sahabat, jika pendekatan rasional

tersebut lebih mendekati kepada kebenaran. Adapun masalah yang tidak

dijelaskan oleh Al-Qur‟an, mereka lebih baik diam dan tidak memperpanjang

pembicaraan. Itulah sikap hati-hati dan kritis yang dimiliki oleh Muhammad

„Abduh dan Rasyid Ridha. Kemampuan mereka semacam itu karena

didukung oleh lingkungan akademisnya yang rasional dan terasa semenjak

dini, lebih-lebih selama mereka kontak dengan budaya Barat.29

Aspek-aspek

inilah yang menjadikan kitab tafsir al-Manâr merupakan salah satu kitab

tafsir kontemporer yang menarik dan sangat layak untuk dijadikan bahan

penelitian.

28

Mani‟ „Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode

Para Ahli Tafsir (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 256-257. 29

„Abdul Majid „Abdussalam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Al-Qur‟an

Kontemporer, Much. Maghfur Wachid (penterj.), (Bangil: al-Izzah, 1998), h. 196.

Page 22: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

8

Adapun kaitannya dengan konsep amtsal, salah satu pengarang al-

Manâr, Rasyîd Ridhâ menyatakan bahwa dalam tafsirnya al-Manâr

digunakan uslûb matsal karena mampu memberikan bekas dan mengaktifkan

kemauan berbuat, seolah-olah membisikkan dengan sangat mantap ke telinga

si penerima sehingga lebih menembus ke hati, bahkan sampai menyentuh

bagian jiwa yang paling dalam.30

Terlebih lagi dalam menyuguhkan

penafsiran ayat-ayat yang mengandung amtsâl dalam Al-Qur‟an, Muhammad

„Abduh maupun Rasyîd Ridhâ memberikan penjelasan tentang konsep amtsâl

terlebih dahulu secara umum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penafsiran

Ridhâ dalam kitab al-Manar, yaitu di antaranya penafsiran Q.S. al-Baqarah

[2]: 17-1831

, penafsiran Q.S. al-Baqarah [2]: 2632, penafsiran Q.S. Ali „Imrân

[3]: 11733

. Hal ini berbeda apabila kita menengok kitab tafsir lain seumpama

Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm karya Ibn Katsîr (w. 774H)34

, Jamî‟ul Bayân Fî

Ta‟wîl al-Qur‟ân karya at-Thabarî (w. 310 H)35

, dan Tafsîr al-Marâghî karya

al-Marâghî (w. 1371 H).36

Dalam kitab-kitab ini tidak dijelaskan mengenai

konsep amtsâl terlebih dahulu sebelum menjelaskan ayat-ayat yang

mengandung amtsâl. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa

Muhammad „Abduh maupun M. Rasyîd Ridhâ memberikan apresiasi yang

tinggi terhadap terhadap kajian ayat-ayat yang tergolong amtsâl .

Pada realitanya, tidak hanya mufassir Rasyîd Ridhâ yang memberikan

apresiasi terhadap uslub amtsâl. Tetapi juga, beberapa mufassir lainnya

seperti Zamakhsyarî dan yang lebih kontemporer lagi adalah Quraish Shihab.

Namun, terkait relasi Zamakhsyarî maupun Quraish Shihab dengan teori

amtsâl telah dijadikan penelitian oleh senior kami, yaitu yang pertama oleh

Hafni Bustami dalam karyanya yang berjudul “Penafsiran Ayat-ayat Tamtsîl

Dalam Tafsîr al-Kasysyâf”. Dan yang kedua oleh Mahfudz Masduki dalam

karyanya yang berjudul “Tafsîr al-Misbâh M.Quraish Shihab; Kajian Atas

Amtsâl al-Qur‟ân” dan Ilham Thahir dengan judul “Penafsiran Ayat-ayat

30

Muhammad „Abduh dan Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr (Beirut: Dâr al-Fikr, T.t.),

h. 236. 31

Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr , (Kairo:

Dârul Manâr, 1947), Cet. ke II, Jilid I, h. 167. 32

Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr , Jilid I, h.

236. 33

Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr , Jilid IV, h.

75. 34

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm, Jilid I (T.tp: Dâr at-Thayyibah, 1999), h.

186. 35

Abû Ja‟far At-Thabarî, Jamî‟ul Bayân Fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, Jilid I (T.tp: Mu‟assasah

ar-Risâlah,2000), h. 318 36

Mushthafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jilid I (Mesir: Mushthafâ al-Bâbi al-

Halbî, 1946), h. 57.

Page 23: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

9

Perumpamaan Dalam Tafsîr al-Misbâh”. Hal ini juga menjadi pertimbangan

penulis untuk memilih kitab Tafsîr al-Manâr.

Inilah latar belakang akademis yang memotivasi penulis untuk

mengadakan penelusuran lebih lanjut terhadap penafsiran ayat-ayat

perumpamaan (amtsâl) dalam kitab Tafsîr al-Manâr, teknik yang digunakan

oleh pengarang kitab dalam mengungkap makna-makna yang terkandung

dalam ayat-ayat perumpumaan (amtsâl), dan juga nilai-nilai yang

dimunculkan dalam kitab Tafsîr al-Manâr dalam menyuguhkan penafsiran

ayat-ayat perumpamaan.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, penelitian penulis

mencakup dua variabel, yaitu: kajian tentang kitab al-Manâr dan kajian

amtsâl al-Qur‟ân. Dalam melakukan penelitian terhadap sebuah kitab tafsir,

ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, di antaranya yaitu: pertama,

aspek kepengarangan. Pada aspek ini, peneliti harus mengungkapkan segala

hal yang terkait dengan kepengarangan baik itu dari sejarah penulisan, sistem

penulisan, maupun biografi dan pemikiran pengarangnya. Kedua, aspek

kandungan kitab tafsir. Aspek ini dapat dikatakan sebagai aspek yang paling

luas cakupannya dalam penelitian pustaka karena ayat-ayat Al-Qur‟an yang

dimuat dalam sebuah kitab tafsir sangat banyak ragam temanya dan

bervariasi pula redaksi penyampaiaannya. Ketiga, aspek metodologi. Aspek

ketiga ini mewajibkan peneliti untuk mengungkapkan metode penafsiran

yang digunakan dalam sebuah kitab tafsir. Namun, seorang peneliti baru

dapat mengetahui metode penafsiran yang digunakan dalam kitab tersebut

setelah mengetahui poin kedua yaitu aspek kandungan kitab tafsir. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa penelitian tentang kitab al-Manâr dapat

disoroti dari berbagai aspek sesuai dengan ketertarikan peneliti.

Adapun variabel kedua, yakni kajian amtsâl al-Qur‟ân memiliki

beberapa bagian, yaitu: amtsâl musharrahah, amtsâl kâminah, dan amtsâl

mursalah. Untuk memperjelas identifikasi masalah, maka di sini penulis

jelaskan secara singkat mengenai bagian-bagian amtsal al-Qur‟an, yaitu:

pertama, Amtsâl Musharrahah, yaitu sebuah perumpamaan sesuatu dengan

sesuatu yang lain dengan menggunakan lafal matsal atau sesuatu yang

menunjukkan kepada tasybîh. Kedua, Amtsâl Kâminah, yaitu suatu matsal

yang menyimpan makna peribahasa yang biasa terdapat di kalangan

masyarakat Arab dan diungkapkan dengan bahasa yang indah. Ia tidak

menggunakan lafal tasybîh atau matsal, tetapi ia menunjukkan makna-makna

yang indah, menarik, dan mempunyai pengaruh tersendiri. Ayat-ayat yang

mengandung matsal kâminah ini mempunyai makna yang mirip dengan

peribahasa yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, sehingga ia

mudah diterima dan dapat menyentuh jiwa. Ketiga, Amtsâl Mursalah, yaitu

Page 24: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

10

ungkapan-ungkapan bebas yang tidak menggunakan lafal tasybîh dan tidak

pula dimaksud sebagai matsal (peribahasa), tetapi digunakan sebagai

peribahasa oleh seseorang atau masyarakat. 37

Jadi penelitian tentang amtsâl tidak terlepas dari tiga bagian ini.

Ayat-ayat yang mengandung amtsâl pun memiliki tema yang beragam. Hal

ini memungkinkan seorang peneliti untuk melakukan penelitian mengenai

ayat-ayat amtsâl secara tematik. Dengan demikian, kedua variabel yang

penulis angkat memiliki cakupan yang sangat luas yang dapat disoroti dari

berbagai sudut penelitian.

C. Pembatasan Masalah

Uraian identifikasi masalah di atas menunjukkan betapa luasnya

cakupan materi kajian tentang kitab Tafsîr al-Manâr dan amtsâl al-Qur‟ân.

Dalam sebuah penelitian, ada banyak faktor yang menyebabkan seorang

peneliti melakukan perhitungan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih

lanjut ke proses pelaksanaan penelitian yang akan dilakukannya yang di

antara lain adalah faktor keterbatasan. Karena faktor keterbatasan inilah,

pembatasan objek kajian perlu dilakukan, karena banyaknya aspek yang

dapat diangkat dari kitab Tafsîr al-Manâr dan banyaknya ayat yang masuk ke

dalam kategori amtsâl al-Qur‟ân yang apabila dibahas seluruhnya maka akan

menyebabkan penelitian ini menjadi kurang mendalam. Maka dari itu, objek

kajian penelitian ini hanya dibatasi pada penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dalam kitab Tafsîr al-Manâr. Sedangkan ayat-ayat yang

termasuk ke dalam kategori al-amtsâl al-mursalah maupun al-amtsâl al-

kâminah yang terdapat dalam kitab tafsir al-Manâr tidak akan dibahas dalam

penelitian ini.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas,

maka rumusan masalah penelitian ini terkait tentang metode dan substansi

penafsiran, yaitu: Bagaimana teknik penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dan relevansi penafsirannya dalam kitab Tafsir al-Manâr

dengan konteks kekinian?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara garis besar,

penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan khusus dan tujuan umum.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan dan memahami

37

Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. I, h. 62-63. Untuk

penguraian yang lebih lengkap mengenai bagian-bagian amtsâl akan diuraikan pada bab

selanjutnya.

Page 25: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

11

secara mendalam penafsiran Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd

Ridhâ tentang ayat-ayat yang ber-uslûb matsal dalam kitab Tafsîr al-Manâr.

Adapun secara umum, penelitian ini bertujuan; 1) Dapat mengungkapkan

metode penafsiran Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ dari

sisi yang berbeda dari penelitian sebelumnya. 2) Memberikan sumbangan

keilmuan ke-Islaman, terutama dalam kajian amtsâl al-Qur‟ân sebagai salah

satu gaya penyampaian Al-Qur‟an yang sangat menarik.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian yang meliputi aspek penggalian data

harus disusun langkah-langkah yang tersistematis dan terorganisir sehingga

dapat diperoleh penelitian yang terarah. Adapun metodologi penelitian pada

tesis ini meliputi tiga hal, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif terbagi menjadi dua bagian yaitu penelitian lapangan dan penelitian

kepustakaan (library research). Dalam riset pustaka, aktivitas penelitian

dibatasi dengan bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan

riset lapangan.38

Adapun penelitian ini, adalah penelitian kepustakaan karena

fokus penelitian adalah kitab Tafsîr al-Manâr.

Metode yang penulis gunakan berupa deskriptif-analitis. Metode

deskriptif adalah sebuah metode dalam penelitian untuk menggambarkan

situasi atau kejadian atau juga penelitian untuk melukiskan keadaan subjek

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain sebagainya). Sedangkan metode

analitis digunakan untuk melacak lebih jauh hal-hal yang melatarbelakangi

dan mengitari fenomena tersebut.39

Metode “deskripsi” di sini digunakan untuk menguraikan penafsiran

ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab Tafsîr al-Manâr secara apa

adanya. Sedangkan, metode “analisis” digunakan untuk memberikan

komentar terhadap penafsiran ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab

Tafsîr al-Manâr.

Dari data yang diperoleh, peneliti berusaha mengungkap hal-hal yang

berkaitan dengan tujuan penelitian untuk memperoleh pemahaman yang

komprehensif mengenai penafsiran ayat-ayat amtsal musharrahah dalam

kitab Tafsîr al-Manâr. Di samping itu, di dalam menganalisis kita Tafsîr al-

Manâr juga digunakan tiga pendekatan, yaitu pertama „pendekatan historis‟

untuk mengungkapkan sejarah kepengarangan al-Manar dan pengaruh-

38

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), h. 2. 39

Baca: Gunawan Surnodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Untuk

Pembangunan Manusia Indonesia (Jakarta: Buku Kompas, 2007),h. 3 dan Sokhi Huda,

Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah (PT LKIS Pelangi Aksara, 2008), h.13.

Page 26: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

12

pengaruh yang membentuk pemikiran kedua pengarangnya. Kedua,

„pendekatan balaghoh‟ digunakan untuk mengalisis aspek amtsal atau

perumpamaan dalam ayat-ayat al-Qur‟an. Ketiga, „pendekatan komparatif‟,

yaitu dengan cara membandingkan penafsiran ayat-ayat amtsâl dalam kitab

Tafsîr al-Manâr dengan kitab-kitab tafsir lainnya.

2. Sumber Data

Dalam tahap ini, penulis menggunakan dua jenis data yang menjadi

referensi penulis dalam mendeskripsikan dan menganalisa data, yaitu:

a. Data Primer, yaitu kitab Tafsîr Al-Qur‟ân al-Hâkim yang lebih dikenal

dengan kitab Tafsîr al-Manâr karya Muhammad „Abduh dan Muhammad

Rasyîd Ridhâ. Kitab ini terdiri dari 12 jilid dan mencakup penafsiran

surat al-Baqarah hingga surat Yûsuf [12]: 56.

b. Data Sekunder, yaitu buku-buku atau kepustakaan yang secara langsung

berkaitan dengan objek material maupun objek formal.

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang akan penulis lakukan

dalam mengolah data, yaitu: pertama, mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-

Qur‟an yang mengandung amtsâl musharrahah dalam kitab Tafsîr al-Manâr.

Kedua, memetakan tema-tema ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab

Tafsîr al-Manâr. Ketiga, memetakan ayat-ayat amtsâl musharrahah yang

termasuk kategori penafsiran Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd

Ridhâ. Keempat, menafsirkan ayat-ayat amtsâl sesuai pemetaan tersebut.

Metode tematik ini dilakukan agar tidak hanya diperoleh metodologi

penafsiran ayat-ayat yang mengandung amtsâl saja dalam kitab Tafsîr al-

Manâr, tetapi juga dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang penafsiran

Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ sesuai tema-tema ayat

yang mengandung amtsâl musharrahah. Kelima, melakukan analisis secara

komprehensif, yakni dengan melakukan analisis terhadap penafsiran seluruh

ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab al-Manâr baik dari segi

penyampaiaannya, teknik penafsirannya, kecenderungan penafsirannya, dan

lain sebagainya. Keenam, menguraikan hasil analisis.

G. Kajian Pustaka

Pada bagian ini, penulis membuat dua kelompok kajian pustaka, yaitu

kajian pustaka yang ditinjau berdasarkan objek material dan formal. Jan

Hendrik Rapar menyebutkan bahwa yang dimaksud objek material suatu

ilmu adalah materi atau bidang atau lapangan penyelidikan ilmu

bersangkutan, sedangkan objek formal adalah bagaimana objek material itu

dipandang. Perlu dicatat disini bahwa yang layak untuk menjadi objek

material di sini adalah suatu ilmu yang benar-benar konkret dan dapat

Page 27: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

13

diamati. 40

Dengan demikian, objek material dalam penelitian ini adalah al-

amtsal Al-Qur‟aniyah, sedangkan objek formalnya adalah kitab tafsir al-

Mannar.

Pertama, berdasarkan aspek objek material, di antaranya adalah:

Muhammad „Abdul Wahhâb „Abdul Lathîf dengan karyanya Mawsû‟ah al-

Amtsâl al-Qur‟âniyyah. Karya ini berusaha menampilkan pembahasan amtsâl

Al-Qur‟ân secara lengkap dengan memaparkan penjelasan seluruh ayat-ayat

amtsâl yang terdapat dalam Al-Qur‟an berdasarkan berbagai perspektif para

mufassir. Adapun sistematika pembahasan yang dilakukan oleh Muhammad

„Abdul Wahhâb adalah berdasarkan tartîb as-suwar.41

Kemudian karya Abî

„Abdillâh Muhammad Ibn „Alî al-Hâkim at-Tirmidzî yang berjudul al-Amtsâl

Min al-Kitâb wa as-Sunnah berusaha menampilkan perumpamaan-

perumpaan Al-Qur‟an maupun hadits berdasarkan tema-tema pokoknya.42

Kemudian karya-karya lainnya di antaranya adalah Mahmûd Ibn

Syarîf dengan karyanya al-Amtsâl Fî al-Qur‟ân, Muhammad Jâbir al-Fayâdh

menulis al-Amtsâl Fî al-Qur‟ân „Abdurrahmân Jambakah al-Maidânî

menulis Amtsâl al-Qur‟ân, Sâmih „Âthif az-Zain menulis Mu‟jam al-Amtsâl

Fî al-Qur‟ân al-Karîm. Meskipun terdapat perbedaan, namun dapat dilihat

secara umum bahwa karya-karya mereka berusaha menampilkan keindahan

dan keunikan amtsâl al-Qur‟ân sebagai salah satu model penyampaian

pesan-pesan illahi.

Selain karya-karya di atas, ada juga beberapa penelitian (skripsi, tesis,

dan disertasi) terkait amtsâl al-Qur‟ân di antaranya adalah: karya Nurhidayat

dengan judul “Matsal Dalam Al-Qur‟an” (Tesis Th. 2000). Karya ini

memaparkan segala aspek yang berkaitan dengan amtsâl al-Qur‟ân tanpa

menghubungkannya dengan salah satu kitab tafsir.43

Kemudian, karya

Lamingi Lam Tamdid dengan judul “Amtsâl Menurut Para Adib dan Para

Mufassir”. Karya ini berupaya menemukan sisi persamaan dan perbedaan

konsep amtsâl di kalangan ahli bahasa dan ahli tafsir.44

Ada juga karya yang selangkah lebih jauh dari hanya sekadar

memaparkan konsep amtsâl secara umum, yaitu di antaranya: karya Hafni

Bustami yang berjudul “Penafsiran Ayat-ayat Tamtsîl Dalam Tafsîr al-

40

Lihat: Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika; Asas-asas Penalaran Sistematis

(Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 10. 41

Lihat: Muhammad „Abdul Wahhâb, Mawsû‟ah al-Amtsâl al-Qur‟âniyah (Mesir:

Maktabah al-Adab, 1993), Cet. I, h. 603-607. 42

Lihat: Abû „Abdillah Muhammad, al-Amtsâl Min al-Kitâb was Sunnah (Kairo: Dâr

al-Mahdhah, T.T), h. 354-358. 43

Lihat: Nurhidayat , Matsal Dalam Al-Qur‟an, Tesis Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Dalam Prodi Bahasa dan Sastra Arab Th. 2010, h. vi-vii. 44

Lamingi Lam Tamdid, Amtsâl Menurut Para Adib dan Para Mufassir, Tesis

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Th. 1988, h. iii-iv.

Page 28: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

14

Kasysyâf “ (2002) dan karya Mahfudz Masduki yang berjudul “Tafsîr al-

Mishbâh M.Quraish Shihab; Kajian Atas Amtsâl al-Qur‟ân” (2012). Model

kedua penelitian ini hampir mirip dengan penelitian penulis, hanya saja yang

membedakannya adalah objek formalnya. Ada juga tesis yang senada dengan

disertasinya Mahfudz Masduki, yaitu tulisan Ilham Thahir dengan judul

“Penafsiran Ayat-ayat Perumpamaan Dalam Tafsir al-Misbâh”. Selain itu,

ada tesis yang berjudul “Kehidupan Dunia Dalam Al-Qur‟an; Studi Ayat-

ayat Al-Qur‟an Yang Mengandung Amtsâl” (2005) karya Khairullah. Tesis

ini mengkaji tentang amtsâl al-Qur‟ân tentang kehidupan dunia dengan

kehidupan manusia, di antaranya adalah kehidupan akhirat versus kehidupan

dunia, peran dan tanggung jawab manusia, serta manusia sebagai pembentuk

budaya dan peradaban.45

Kedua, berdasarkan objek formal terdapat beberapa penelitian yang

telah membahas kitab tafsir al-Manâr dari berbagai sudut pandang yang

berbeda, yaitu di antaranya adalah: disertasi yang berjudul Pemikiran

Dakwah Muhammad Abduh Dalam Tafsir al-Manâr (2009) karya Sukriadi

Sambas. Kemudian terdapat pula disertasi lainnya yang berjudul Pemikiran

Rasyîd Ridhâ Tentang Pendidikan Formal Sebagai Terkandung Dalam al-

Manâr Dan Buku-bukunya (1989) karya Mappanganro, Penafsiran Ayat-Ayat

Ahkâm Dalam Tafsir al-Manâr: Studi Perbandingan Antara Muhammad

„Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ (2002) karya Sonafist. Diserta-

disertasi ini memiliki objek formal yang sama dengan penelitian ini, hanya

saja objek materialnya berbeda.

Mengenai kajian al-Manâr, Quraish Shihab juga mengarang sebuah

buku yang berjudul Rasionalitas Al-Qur‟an: Studi Kritis Atas Tafsir al-

Manâr. Karyanya ini lebih bernuansa metodogis. Artinya, dalam mengkaji

kitab Tafsîr al-Manâr, Quraish Shihab tidak mengangkat sebuah kasus

sebagai objek material yang dipandang dalam kitab Tafsîr al-Manâr, tetapi

lebih kepada menampilkan bentuk kerasionalitasan penafsiran ayat-ayat Al-

Qur‟an dalam kitab Tafsîr al-Manâr dengan melakukan studi kritis.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ditulis berdasarkan sistem deduksi, yakni

diurutkan dari kajian yang paling umum sampai ke yang paling khusus. Bab

pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, dan sistematika

pembahasan.

45

Khairullah, Kehidupan Dunia Dalam Al-Qur‟an; Studi Ayat-ayat Al-Qur‟an Yang

Mengandung Amtsâl, Tesis Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Th. 2005, h. xi.

Page 29: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

15

Bab kedua berisi tentang konsep amtsal dalam kajian tafsir al-

Qur‟an. Bab ini memuat definisi amtsâl al-Qur‟ân; macam-macam amtsâl al-

Qur‟ân; karakter dan unsur-unsur amtsâl al-Qur‟ân; pemetaan ayat-ayat

amtsâl dalam Al-Qur‟an baik amtsâl musharrahah, kâminah maupun amtsâl

mursalah; nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat perumpamaan;

urgensi amtsâl al-Qur‟ân.

Bab ketiga berisi tentang biografi kitab Tafsîr al-Manâr. Penjelasan

pada bab ini dimulai dengan sejarah penulisan kitab al-Manâr dan

pengarangnya. Jadi, pada bagian ini juga dijelaskan tentang biografi singkat

Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ. Kemudian dilanjutkan

dengan menjelaskan metode penafsiran dalam kitab Tafsîr al-Manâr.

Dilanjutkan dengan penjelasan tentang corak penafsiran dalam kitab Tafsîr

al-Manâr. Dan diakhiri dengan penjelasan tentang perbedaan Muhammad

„Abduh dan Muhammad Rasyîd Ridhâ dalam menafsirkan al-Qur‟an.

Bab keempat berisi tentang penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dalam kitab Tafsîr al-Manâr. Bab ini adalah inti dari

pemabahasan tesis ini. Bagian pertama dari bab ini akan dimulai dengan

menjelaskan ayat-ayat amtsâl musharrahah dalam kitab Tafsîr Al-Manâr.

Pada bagian pertama ini akan diketahui ayat-ayat amtsâl musharrahah yang

termasuk kategori penafsiran Muhammad „Abduh dan Muhammad Rasyîd

Ridhâ. Penjelasan ini dilanjutkan dengan mendeskripsikan penafsiran

Muhammad „Abduh maupun Rasyîd Ridhâ terhadap ayat-ayat amtsâl

musharrahah. Dan diakhiri dengan menjelaskan hasil analisis terkait teknik

penafsiran „Abduh maupun Rasyîd Ridhâ dalam menafsirkan ayat-ayat

amtsâl musharrahah dan relevansinya dengan konteks kekinian.

Bab kelima berisi penutup yang memuat kesimpulan dari jawaban

permasalahan yang diteliti beserta saran untuk penelitian atau peneliti

selanjutnya.

Page 30: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

153

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistematika penulisan karya Muhammad „Abduh dan Rasyîd Ridhâ ini

tidak jauh berbeda dengan kitab-kitab tafsir Al-Qur‟an yang lain (tafsir Al-

Qur‟an dengan metode tahlîlî) dan menerapkan sistematika tertib mushafî.

Kitab tafsir ini menggunakan metode tahlîlî (analisis) dengan mengambil

bentuk bir ra’yi (pemikiran), karena mufassir menafsirkan ayat dengan

urutannya dalam mushaf dengan memaparkan segala aspek yang terkandung

dalam ayat-ayat tersebut serta menerangkan makna-makna yang tercakup di

dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir. Landasan

yang digunakan Abduh dan Ridha dalam menafsirkan terdapat beberapa hal,

yaitu 1) Memandang setiap surat sebagai satu kesatuan ayat-ayat yang serasi;

2) Kandungan Al-Qur‟an bersifat universal; 3) Al-Qur‟an adalah sumber

akidah dan hukum; 4) Menentang dan Memberantas Taqlid; 5) Penggunaan

akal secara luas dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an; 6) Mengaitkan

Penafsiran Al-Qur‟an dengan Kehidupan Sosial; 7) Sangat Kritis Dalam

Menerima Hadits-hadits Nabi saw; 8) Sangat Kritis Terhadap Pendapat-

pendapat para sahabat dan menolak Isra’iliyyât; 9) Menghindari pembicaraan

panjang lebar.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa al-Manâr menggunakan

corak adâbi ijtimâ’î. Karakteristik corak adâbi ijtimâ’î ini dalam tafsir al-

Manâr terlihat jelas ketika menampilkan penafsiran yang menitikberatkan

penjelasan ayat-ayat Al-Qur‟an pada segi redaksionalnya, kemudian

menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redaksi yang indah, dengan

penonjolan tujuan utama turunnya Al-Qur‟an, yakni membawa petunjuk

dalam kehidupan, kemudian merangkaikan pengertian ayat tersebut dengan

hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan

dunia. Dalam menyuguhkan penafsiran terkait ayat-ayat amtsâl

musharrahah, al-Manâr tidak terlepas dari sembilan prinsip penafsiran yang

dipegang oleh kedua pengarangnya. Penafsiran mengenai ayat-ayat

perumpamaan tersebut juga sangat serat dengan aspek sosial-kultural. Inilah

karakteristik khusus yang membedakan antara kitab Tafsîr al-Manâr dengan

kitab tafsir lainnya.

Adapun amtsâl musharrahah yang dijadikan objek materi penelitian

adalah perumpamaan yang jelas tertera ada kata matsal-nya. Amtsâl

musharrahah mengandung empat unsur, yaitu: al-musyabbah (yang

diserupakan), al-musyabbah bih (asal cerita/tempat menyamakan), wajh al-

syibh (segi/arah persamaan), dan adât at-tasybîh. Secara keseluruhan, jumlah

ayat amtsâl musharrahah dalam Al-Qur‟an ada 20 ayat. Adapun dalam kitab

Tafsîr al-Manâr, ayat-ayat yang termasuk kategori amtsâl musharrahah

Page 31: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

154

tersebar di beberapa surat Al-Qur‟an yang berbeda yaitu: Q.S. al-Baqarah

[2]: 17-18, 19-20, 26, 171, 214, 261, 264, dan 265; Q.S. Âli „Imrân [3]: 59

dan 117; Q.S. al-A‟râf [7]: 176-177; Q.S. Yûnus [10]: 24, dan Q.S. Hûd

[11]: 24.

Ayat-ayat amtsâl musharrahah ini mengandung beberapa tema

perumpamaan, yaitu mengenai golongan munafik, orang-orang kafir,

penciptaan nabi „Isa a.s., infak, ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya,

kehidupan dunia, serta orang kafir dan orang mu‟min. Apabila dikerucutkan

lebih ringkas, maka tema-tema tersebut berpusat kepada tiga tema besar,

yaitu akidah, syari‟at, ibadah, dan kisah.

Berdasarkan hasil penelitian, maka problematika penelitian dalam

rumusan masalah tentang bagaimana teknik penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dan relevansi penafsirannya dalam kitab Tafsir al-Manâr

dengan konteks kekinian. Dalam rumusan masalah tersebut terdapat dua

problem akademik, yaitu: pertama, teknik penafsiran ayat-ayat amtsâl

musharrahah dalam kitab Tafsir al-Manâr. Dalam hal ini, penulis

menemukan ada sembilan teknik yang digunakan dalam al-Manâr dalam

menafsirkan ayat-ayat amtsâl musharrahah, yaitu:

1. Penggunaan ra’yu atau akal yang terlihat pada setiap penafsiran ayat-

ayat amtsal. Misalnya tentang penjelasan bahwa golongan munafik

yang dimaksud dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 17-18 adalah taqlid.

2. Kental dengan aspek-aspek sosial-kultural. Hal ini karena Tafsir al-

Manar dibangun atas dasar tujuan untuk membangun masyarakat yang

cerdas dan mandiri. Misalnya juga tentang penjelasan taqlid tersebut.

Penjelasan ini didasari karena kondisi sosial masyarakat pada masa

„Abduh dan Ridha sedang mengalami kejumudan dalam berfikir dan

memilih untuk bersikap taqlid.

3. Penekanan aspek bahasa baik dari segi makna kosakata, kalimat,

maupun aspek nahwiyyah-nya. Penjelasan ini ada di setiap penafsiran

ayat-ayat amtsâl musharrahah. Hal ini wajar karena corak penafsiran

al-Manâr adalah adâbi ijtimâ’i yang salah satu karakteristiknya adalah

menitik beratkan pada aspek bahasa.

4. Aspek munâsabah. Bagian ini merupakan prinsip penafsiran „Abduh

maupun Rasyid Ridha dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an

termasuk ayat-ayat amtsâl. Contoh penafsiran penjelasan „Abduh

mengenai hubungan keharmonisasian Al-Qur‟an atau munâsabah di

antaranya adalah penjelasannya tentang hubungan antara Q.S. al-

Baqarah [2]: 26 dengan ayat-ayat sebelumnya; hubungan Q.S. Âli

„Imrân [3]: 117 dengan ayat sebelumnya, yakni Q.S. Âli „Imrân [3]:

116; hubungan Q.S. al-Baqarah [2]: 214 dengan ayat sebelumnya; dan

hubungan Q.S. al-Baqarah [2]: 264 dengan Q.S. al-Baqarah [2]: 261-

262.

Page 32: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

155

5. Menjelaskan aspek asbâbun nuzul. Penulis menemukan sababun nuzul

yang disebutkan oleh „Abduh ketika menafsirkan Q.S. al-Baqarah [2]:

214. Rasyid Ridha juga menyebutkan riwayat asbabun nuzul ketika

menafsirkan Q.S. al-A‟râf [7] 176-177.

6. Mengutip pendapat para ulama. Pendapat ulama yang sering dikutip

dalam al-Manâr terkait tentang penafsiran ayat-ayat amtsal

musharrahah adalah Zamakhsyari dan ar-Râzi, dan Imam Sibawaih.

7. Mengutip riwayat dari sahabat. Contoh riwayat Ibn „Abbâs dalam

menafsirkan khitab yang dimaksud pada firman Allah Ta‟ala “ الذين dalam Q.S. Âli Imrân [3]: 116. Dan kutipan Rasyîd Ridhâ yang ”كفروا

bersumber dari riwayat Jabir Ibn „Abdullah dalam melengkapi

penjelasan gurunya „Abduh ketika menafsirkan Q.S. al-Baqarah [3]: 20.

8. Menjelaskan aspek qirâ’ât. Misalnya kata rabwah (ربوة) yang

terkandung dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 264. Ibn „Âmir (w. 118 H) dan

„Âshim (w. 127 H) membacanya dengan mem-fathah-kan huruf ra’-

nya. Sedangkan, ulama qurrâ’ yang lainnya membaca kata tersebut

dengan men-dhummah-kannya.

9. Menjelaskan konsep amtsâl. Teknik„Abduh ini serupa dengan teknik

yang dilakukan oleh mufasir lainnya seperti ar-Râzî, az-Zamakhsyarî,

al-Marâghi dan Quraish Shihab. Mereka menjelaskan konsep amtsâl

terlebih dahulu sebelum menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang

terkandung dalam ayat-ayat amtsâl. Dalam menjelaskan ayat amtsâl

dalam al-Manâr, „Abduh menjelaskan amsal yang terdapat dalam suatu

ayat. Selanjutnya, „Abduh menjelaskan aspek kebahasaannya, yakni

jika terdapat suatu kalimat yang dianggap perlu penjelasan lebih lanjut,

maka „Abduh menguraikan kalimat tersebut dengan analisis

kebahasaan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penafsiran yang disuguhkan

dalam kitab Tafsîr al-Manâr merupakan hasil usaha „Abduh dan Rasyid

Ridha dalam mengkombinasikan antara metode klasik dan metode

kontemporer. Dari sembilan teknik penafsiran yang digunakan dalam kitab

Tafsir al-Manâr, teknik penggunaan ijtihad ra’yu dan analisis sosial-kultural

lah yang mendominasi penafsiran ayat-ayat amtsâl. Sedangkan, tujuh teknik

yang lainnya banyak juga dilakukan oleh para mufassir lain dalam mengupas

ayat-ayat amtsâl.

Kedua, relevansi penafsirannya dalam kitab Tafsir al-Manâr dengan

konteks kekinian. Penafsiran yang diuraikan oleh „Abduh maupun Rasyid

Ridha mengenai ayat-ayat amtsâl musharrahah sangat erat kaitannya dengan

konteks kekinian. Di antaranya penjelasan „Abduh tentang penyimpangan

Page 33: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

156

orang munafik yang dijelaskan dengan sikap taklid. Maka, relevansinya

dengan konteks kekinian adalah orang-orang yang hidup di masa sekarang

termasuk golongan munafik yang diumpakan dengan „seseorang yang

menyalanakan api‟ dan „hujan lebat yang disertai dengan gelap gulita‟. Hal

ini karena disebabkan sikap mereka yang lebih memilih taklid daripada

menggali potensinya untuk memahami agama.

B. Saran

Perlu disadari, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari harapan untuk

bisa memberikan kontribusi langsung dan maksimal terhadap ilmu Al-Qur‟an

dan tafsir. Di samping itu, masih banyak celah yang dapat dilakukan oleh

peneliti selanjutnya mengingat penelitian ini hanya dibatasi dengan kajian

amtsâl musharrahah, sedangkan macam-macam amtsâl lainnya belum

tersentuh dalam penelitian ini. Tema-tema perumpamaan yang diangkat

dalam penelitian ini juga bisa jadi penelitian tersendiri yang menarik

manakala dibandingkan dengan kitab tafsir lainnya. Oleh sebab itu, kajian-

kajian berikutnya diharapkan dapat menambah kekurangan-kekurangan ini.

Page 34: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

157

BIBLIOGRAFI

Âbâdî, al-Fairûz, al-Qâmûs al-Muhîth dalam CD ROM al-Maktabah as-

Syâmilah.

„Abduh, Muhammad dan Ridhâ, Rasyîd, Tafsîr al-Manâr, Beirut: Dâr al-

Manâr, 1947.

, Juz ‘Amma, Kairo: Dâr wa Mathba‟ as-Sya‟b, T.Th.

, Risâlah at-Tauhîd, Kairo: Dâr al-Hilâl, 1963.

, Fâtihah al-Kitâb, Kairo: Kitâb at-Tahrîr, 1382 H.

„Abdul Lathîf, Muhammad „Abdul Wahhâb, Mawsû’ah al-Amtsâl al-

Qur’âniyyah, T.Tp.: Maktabah al-Âdab, 1993.

Abdullah, Dudung ,“Pemikiran Muhammad Abduh Dalam Tafsir al-Manar”

dalam al-Risalah, Vol. XI, 2 November 2011.

„Abdus Salâm al-Indûnîsî, Ahmad Nahrawi, al-Imâm as-Syâfi’î Fî

Madzhabihi al-Qadîm wa al-Jadîd (Mesir: T.Tp., 1988 M.

„Abied Shah, M. „Aunul, Amîn al Khullî dan Kodifikasi Metode Tafsir :

Sebuah Biografi Intelektual, Bandung : Mizan, 2001.

Abu Zayd, Nashr Hamid, Tekstualitas al-Qur’an; Kritik Terhadap ‘Ulumul

Qur’an, Yogyakarta: LKiS, 2002.

, Mafhûm an-Nashsh: Dirâsât Fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Kairo: al-

Hay‟ah al-Mishriyyah al-„Ammah Li al-Kitâb, 1993.

‟Abû Rayyah, Mahmûd, Adhwâ ‘alâ as-Sunnah al-Muhammadiyah, Kairo:

Dâr al-Ma‟ârif, T. Th.

ad-Dahlawî, Ibrâhîm Ahmad, Rasyîd Ridhâ: al-Imâm al-Mujâhid, Kairo:

Mathba‟ah Mishr, 1964.

adz-Dzahabî, Muhammad Husein, Tafsîr wal Mufassirûn, Kairo: Dâr al-

Hadîts, 2005.

al-‟Afghânî, Jamâluddîn dan „Abduh, Muhammad, al-‘Urwah al-Wutsqâ,

Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 1983.

al-Asfahânî, ar-Râghib, Mu’jam Mufradât Alfâzh al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-

Fikr, T.Th.

al-Baidhâwî, Tafsîr al-Baidhâwî, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2003

Page 35: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

158

al-Bâqilânî, Abî Bakr Muhammad Ibn Thayyib, I’jâz al-Qur’ân. Beirut: Dâr

al-Jail. 1991 M.

al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi: Syarah Hadits Arba’in Imam an-Nawawi,

terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah, 2007.

al-Fayâd, Muhammad Jâbir al-Amtsâl Fî ‘Ulûm al-Qur’ân al-Karîm.

Firginia: al-Ma‟had al-„Alamî Li al-Fikr al-Islâmî, 1993.

al-Farmawy, Abdul Hayy, al-Bidayah Fi at-Tafsir al-Mawdhu’i, Kairo: T.tp,

1997.

al-Ghazali, Muhammad, Kayfa Nata’ammal Ma’al Qur’an. Mesir: al-Ma‟had

al-„Alami Lil Fikr al-Islami. 1991.

„Alî, Abdullâh Yûsuf, The Holy Qur’an, Maryland: Amana Corp, 1983.

Ali, Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, Jakarta:

Djambatan, 1995.

al-Iskandariy, Ahmad dan al-Amîn, Mushthafâ, al-Wasîth Fî al-Âdab al-

‘Arâbiy wa Târikuhu, Mesir: al-Ma‟ârif, 1930.

al-Jâwî, Muhammad Nawâwî, Marâh Labîd Tafsîr an-Nawâwî, Surabaya:

Dâr al-„Ilmi, T.Th.

al-Jurjâni, „Abdul Qâdir, Asrâr al-Balâghah. Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1998.

al-Jundî, Anwâr, Tarâjim al-A’lam al-Mu’ashshirîn Fî al-A’lam al-Islâmi,

Kairo: Maktabah al-Ango, 1977.

al-Mahallî, Jalâluddîn dan as-Suyûthî, Jalâluddîn, Tafsîr al-Qur’ân al-

‘Azhîm, Indonesia: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, T.Th.

al-Marâghî, Mushthafâ, Tafsîr al-Marâghî, Mesir: Mushthafâ al-Bâbi al-

Halbî, 1946.

al-Mâwardî, Âdâb ad-Dunyâ wa ad-Dîn, Libânon: Dâr al-Fikr, 1994.

al-Muhtasib, „Abdul Majîd A.S., Ittijâhât at-Tafsîr Fî al-‘Ashr al-Hadîts,

Beirut: Dâr al-Fikr, 1973.

Amin, Ahmad, Zu’amâ’ al-Ishlâh Fî al-‘Ashr al-Hadîts, Kairo: Maktab al-

Nahdhah al-Mishriyyah, 1979.

al-Qardhawî, Yûsuf, Kayfa Nata’âmal ma’al Qur’ân, Kairo: Dâr as-Syurûq,

1999 M.

al-Qâsimi, Jamal ad-Dîn, Mahâsin at-Ta’wîl, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1997

Page 36: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

159

al-Qaththân, Manna‟. Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Riyâdh: Manshûrât al-

„Asr al-Hadîts. T.th.

ar-Râzî, Fakhruddîn, Mafâtih al-Ghaib, T.Tp.: Dâr al-Fikr, 198.

as-Sijistani, ‟Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Beirut: Dâr al-Fikr, 1414

H/1994 M.

as-Shâbûnî, Muhammad „Alî, Kamus al-Qur’an; Qur’anic Explorer.

as-Shâbûnî, Muhammad „Alî, Shafwah at-Tafâsir: Tafsîr li al-Qur’âni al-

karîm Mekkah: Dâr ash-Shâbûnî, T.Th.

as-Suyûthî, Jalâluddîn, Lubâbun Nuqûl Fî Asbâbin Nuzûl, Beirut: Dâr Ihyâ‟

al-„Ulûm, T.Th.

as-Suyûthî, Jalaluddîn, al-Itqân Fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-Kutub

al-„Ilmiyyah, 2000.

as-Syâthibî,‟Abû Ishâq, al-Muwâfaqât, Beirut: Dâru al-Ma‟rifah, 1975.

at-Tanahî, Thâhir (ed.), Mudzakkirât al-Imâm Muhammad ‘Abduh, Kairo:

Dârul-Hilâl, T.Th.

At-Thabarî, Abû Ja‟far. Jamî’ul Bayân Fî Ta’wîl al-Qur’ân, T.Tp:

Mu‟assasah ar-Risâlah, 2000.

at-Thayr, M.M. al-Hadidiy, Ittijâh at-Tafsîr Fî al-‘Ashr al-Hadîts, Kairo:

Majma‟ al-Buhûts al-Islâmiyyah, 1974.

Athoillah, Ahmad, Rasyid Ridha; Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir al-

Manar, T.Tp: Erlangga, 2006

Az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf, Riyâdh: Maktabah al-„Abîkân, 1998.

az-Zarqânî, Muhammad „Abdul „Azhîm. Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm al-

Qur’ân, Mesir: Dâr al-Ihya‟, T.Th.

az-Zarkasyî, Badruddin, al-Burhân Fî ‘Ulûm al-Qur’âûn, Beirut: Dâr al-

Ma‟rifah, 1391.

Baidan, Nasruddin, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, T.Tp: Tiga

Serangkai, 2003.

Baidan, Nashruddin, Tafsîr Maudhû’i, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Baidhawi, Ahmad. Antropologi al-Qur’an, Yogyakarta: LKiS, 2009.

Bukhori, Didin Saefuddin, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an

(Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005.

Bustami, Hafni. “Ayat-ayat Tamtsîl; Analisis Stilistika”. Jurnal al-Ta’lîm.

Jilid I. Nomor 4 Februari 2013.

Page 37: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

160

Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw., Jakarta:

Gema Insani, 2001.

Darrâz, M. „Abdullâh. an-Naba’ al-‘Azhîm. Quwait: Dârul Qalam. 1974.

Djalal H.A., Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah al-Qur‟an, 1982.

Ghafur, Saiful Amin, Profil Para Mufasir Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 2008.

Gus Arifin dan Abu Faqih, Suhendri, al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya,

Jakarta: Gramedia, 2010.

Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia; Dari Hermeneutika Hingga

Ideologi, Yogyakarta: LKiS, 2013.

Harb, „Alî, Naqd an-Nashsh. Beirut: al-Markaz ats-Tsaqâfî, 1995.

Hidayatullah, Kholid, Kontekstualisasi Jender Dalam Tafsir al-Mannar

(Jakarta: El-Kahfi, 2012.

Huda, Sokhi, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah, T.Tp: PT

LKIS Pelangi Aksara, 2008.

Ibn „Asyûr, Thahir, at-Tafsîr wa Rijâluh, Kairo: Majma‟ al-Buhûts al-

Islâmiyyah, 1970.

Ibn „Asyûr, Muhammad al-Fadhîl, at-Tafsîr wa Rijâluhu, Kairo: Majma‟ al-

Buhûts al-Islâmiyyah, 1970. .

Ibn al-Hajjâj, Muslim, Shahîh Muslim, Beirut: Dâr Ihyâ‟at-Turâts al-„Arabî,

T.Th.

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, T.Tp: Dâr at-Thayyibah, 1999.

Ibn Manzhûr, Muhammad Ibn Mukarram, Lisânul ‘Arab, Beirut: Dâr Shadr,

T.Th.,

Ibn Zakariyyâ, Ahmad Ibn Fâris, Mu’jam Maqâyis al-Lughah, T.Tp: Dâr al-

Fikr, 1979.

Ibrâhîm at-Tazi, Musthafâ Amîn, Mudharât Fî ‘Ulûm al-al-Hadîts, Mesir:

Jâmi‟ât al-Azhar, 1971.

„Imarah, Muhammad, al-A’mal al-Kamilah Li al-Imam Muhammad ‘Abduh,

Beirut: al-Mu‟assasat al-„Arabiyyah, 1972.

Ismâ‟îl, Muhammad Bakr, Dirâsât Fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-

Manâr, 1991.

Page 38: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

161

Isma‟il, Nur Jannah, Perempuan Dalam Pasungan; Bias Laki-laki dalam

Penafsiran, Yogyakarta: LKiS, 2003

„Izzan, Ahmad, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung: Tafakkur, 2009.

Jarim, „Alî dan Utsman, Mushthafâ, al-Balâghah al-Wadhîhah, Mesir: Dâr

al-Ma‟rifah, 1957.

JS. Kamdhi, Terampil Berargumentasi; Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Jakarta: Grasindo, T.Th.

Kauma, Fuad, Tamtsîl Al-Qur’an Memahami Pesan-pesan Moral Dalam

Ayat-ayat Tamtsîl, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004.

Khairullah, Kehidupan Dunia Dalam Al-Qur’an; Studi Ayat-ayat Al-Qur’an

Yang Mengandung Amtsâl, Tesis Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Th. 2005.

Lam Tamdid, Lamingi, Amtsâl Menurut Para Adib dan Para Mufassir, Tesis

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Th. 1988.

Madaniy, Malik, “Tafsir al-Manar; Antara Syeikh Muhammad Abduh dan al-

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha” dalam Jurnal al-Jami’ah, No.

46, Th. 1991.

Mahmûd, „Abdul Halîm, Manâhij al-Mufassirîn, Kairo: Dâr al-Kutub al-

Mishr, T.Th.

Masduki, Mahfudz, Tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal

Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Masyah, Syarîf Hade, dkk, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis;

Kemukjizatan Sastra dan Bahasa Al-Qur’an, Bekasi: Sapta

Sentosa, 2008.

Muhammad, Abû „Abdillah, al-Amtsâl Min al-Kitâb was Sunnah, Kairo: Dâr

al-Mahdhah, T.Th.

Muhammad „Ahmad, Abd al-„Ati, al-Fikr al-Siyâsî Lî Imâm Muhammad

‘Abduh, Kairo: al-Hai‟at al-Mishriyyah al-„Amah Li al-Kitâb,

1978.

Muhammad, Aulia A. Bayang Baur Sejarah; Sketsa Hidup Penulis-penulis

Besar. Surakarta: Tiga Serangkai. 2003. hlm 149.

Adonis (Ali Ahmad Sa‟id Ashbar), ats-Tsabit wa al-Mutahawwil: Bahts Fil

Ibdâ’ ‘Inda al-‘Arab, terj. Khoirun Nahdiyyin, Yogyakarta:

LKiS, 2012.

Page 39: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

162

Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKiS,

2010.

Muhammad Shâlih, Abdul Qâdir, at-Tafsîr wal Mufassirûn Fi ‘Ashr al-

Hadîts, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 2003.

Nasution, Harun. Muhammad ‘Abduh, Jakarta: UI Press, 1987.

Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2001.

Nawawi, Rif‟at Syauki, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh; Kajian

Masalah Akidah dan Ibadat, Jakarta: Paramadina, 2002.

Nurhidayat, Matsal Dalam Al-Qur’an, Tesis Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Dalam Prodi Bahasa dan Sastra Arab Th.

2010.

Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika; Asas-asas Penalaran Sistematis

(Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Rasyîd Ridhâ, Muhammad, Târîkh Ustâdz al-Imâm al-Syaikh Muhammad

‘Abduh, Mesir: Dâr al-Imâm, 1367 H.

Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika dalam Orientasi Studi al-Qur’an.

Yogyakarta: Belukar, 2007.

Saifullah, Pluralisme Agama Perspektif Tafsir al-Manar, Disertasi Masiswa

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Th. 2009.

Samiun Jazuli, Ahzami, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, penterj.

Sari Narullita, (dkk), Jakara: Gema Insani Press, 2006

Shâlih, Subhis, Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-Kutub al-

Malâyîn, 1988.

Shihab, Muhammad Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran

Waktu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT. Mizan

Pustaka. 2007. Cet. XXXI.

Shihab, M. Quraish. Mukjizat al-Qur’an; Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,

Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan. 1998.

Shihab, Muhammad Quraish, Rasionalitas Al-Qur’an; Studi Kritis Atas

Tafsir al-Manâr, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Shihab, M.Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Subhânî, Ja‟far. Wisata Al-Qur’an: Tafsir Ayat-ayat Metafora, penterj.

Muhammad Ilyas, T.P: al-Huda, 2007.

Page 40: KAJIAN ATAS TEKNIK PENAFSIRAN AMTSAL AL-QUR’AN DALAM ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/615/2/213410541-Nunung L… · iii LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan judul “Kajian

163

Surnodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Untuk

Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta: Buku Kompas, 2007.

Suparta, M. dan Zainuddin, Djedjen Fiqih, Semarang: PT. Karya Toha Putra,

1994.

Syadali, Ahmad dan Rafi‟i, Ahmad, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV Pustaka

Setia, 2000.

Syamsuddin Noor, Muhammad, “Majâz Mursal Dalam Surat al-Baqarah”

dalam Jurnal al-Maqayis, Vol I, No. II, 2013.

Syamsuri, Hasani Ahmad, Studi Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Zikra Press, 2009.

Taunji, Muhammad. al-Mu’jam al-Mufahras Fi al-Adab. Beirut: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1993.

Thahir, Ilham. Penafsiran Ayat-ayat Perumpamaan Dalam Tafsir al-Misbah.

Jakarta: Sedaun. 2011.

Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, Jakarta:

Bumi Aksara, 2009.

Tricahyo, Agus, Metafora Dalam Al-Qur’an; Melacak Ayat-ayat Metaforis

dalam Al-Qur’an, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 1090.

Wahhâb, Muhammad „Abdul, Mawsû’ah al-Amtsâl al-Qur’âniyah, Mesir:

Maktabah al-Adab, 1993.

Woly, Nicolas J. Perjumpaan di Serambi Iman. Jakarta: Gunung Mulia.

2008. Cet.

Yusuf, Kadar M., Studi Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2009.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2004.