109
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN III-2010

BANK INDONESIA MEDAN 2010

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”. Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”. Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id www.d-bes.net Email : [email protected]

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyajikan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara

Triwulan III 2010 kepada pembaca sekalian. Kajian kami pada triwulan ini menunjukkan

dinamika perekonomian Sumatera Utara yang terus tumbuh positif pada triwulan III 2010.

Di triwulan ini, perekonomian Sumatera Utara tumbuh 6,42% (year on year). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh sektor-sektor utama yaitu sektor Pertanian, sektor

Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Membaiknya harga-harga

komoditas utama seperti CPO dan karet memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan

ini.

Dalam hal perkembangan harga-harga, secara umum terjadi penurunan harga-harga di

triwulan III-2010 yang tercermin dari turunnya inflasi dari 6,93% pada triwulan sebelumnya

menjadi 5,04%. Angka ini lebih rendah daripada inflasi nasional di periode yang sama yang

tercatat sebesar 5,80%. Penurunan harga-harga dalam kondisi permintaan barang yang tinggi

di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menunjukkan kinerja pemerintah daerah dan para

pemangku kepentingan di daerah yang sangat baik dalam menjaga ketersediaan bahan pokok

dan kelancaran jalur distribusinya.

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan ekonomi di triwulan ini juga didukung oleh

meningkatnya pembiayaan dari perbankan yang tumbuh 21,73% (year on year). Peningkatan

ini juga mendorong naiknya Loan to Deposit Ratio menjadi 82,08% yang menunjukkan

pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang terus terjaga di level yang optimal.

Ke depan faktor cuaca yang tidak menentu diperkirakan akan berpengaruh terhadap

perekonomian Sumatera Utara terutama dalam aspek produksi komoditas pertanian yang

merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas harga-harga.

Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III-

2010 yang uraiannya secara lengkap dicakup dalam buku ini. Tak lupa kami menghaturkan rasa

terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang menyediakan informasi yang kami gunakan

dalam penyusunan buku ini seperti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara dan seluruh pihak yang tak dapat kami sebutkan satu per satu.

Akhir kata, kami berharap kiranya buku ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan ridho-Nya dalam setiap langkah kita ke

depan.

Medan, November 2010 BANK INDONESIA MEDAN

i

Nasser Atorf

Pemimpin

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................................................................ i Daftar Isi ..........................................................................................................................ii Daftar Tabel ....................................................................................................................iv Daftar Grafik ....................................................................................................................v Daftar Lampiran ............................................................................................................. vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ...................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ............................................................................................. 1 1.2. Sisi Permintaan ............................................................................................. 2 1. Konsumsi ................................................................................................. 3 2. Investasi ................................................................................................... 5 3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 8 1.3. Sisi Penawaran ........................................................................................... 11

1. Sektor Pertanian ..................................................................................... 12 a. Produksi Padi ....................................................................................... 13 b. Produksi Jagung .................................................................................. 13 c. Produksi Kedelai .................................................................................. 13 2. Sektor Industri Pengolahan ....................................................................... 14 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.................................................... 15 4. Sektor Keuangan..................................................................................... 17 5. Sektor Bangunan..................................................................................... 18 6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ...................................................... 19 7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ................................................................ 20 8. Sektor Jasa-jasa ....................................................................................... 21

BOKS 1 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara ........ ...................................... 22 BOKS 2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Sumut .............................................25 BOKS 3 Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut ............................................................27 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ....................................................................... 29

2.1. Kondisi Umum ........................................................................................... 29 2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................ 29

2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................................... 30 2.2.2. Inflasi Menurut Kota ........................................................................... 35

2.3. Inflasi Tahunan ........................................................................................... 36 2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................................... 38

2.3.2. Inflasi Menurut Kota ........................................................................... 40

BOKS 4 Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara .......................................................................................................................... 42 BOKS 5 Pengaruh ekspektasi Penghasilan terhadap Pembentukan Inflasi di Sumatera Utara …………….......................................................................................................................... 44 BOKS 6 Inflasi dan Pengangguran Sumut .......................................................................46

ii Daftar Isi 

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ............................................................... 49

3.1. Kondisi Umum ........................................................................................... 49 3.2. Intermediasi Perbankan ............................................................................... 50

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ........................................................ 50 3.2.2. Penyaluran Kredit .............................................................................. 51 3.2.3. Kredit UMKM ................................................................................... 53

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .......................................................................... 53 3.3.1. Resiko Kredit ..................................................................................... 53

3.3.2. Resiko Likuiditas ................................................................................ 54 3.3.3. Resiko Pasar ...................................................................................... 54

3.4. Perbankan Syariah ...................................................................................... 55 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...................................................................... 56

BOKS 7 Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut ... .....................................58 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH .................................................................. 60

4.1. Realisasi APBD 2010 ................................................................................ 60 4.2. Rencana APBD Sumatera Utara Tahun 2011................................................... 60

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ............................................................... 64 5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ................................... 64 5.2. Transaksi Kliring .......................................................................................... 65 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) .................................. 67 5.4. Temuan Uang Palsu .................................................................................... 68 5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ............................................................... 68

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................. 70 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ....................................................... 70 6.2. Perkembangan Kesejahteraan ...................................................................... 72

BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ......................................................... 72 7.1. Perkiraan Ekonomi ...................................................................................... 72 7.2. Perkiraan Inflasi .......................................................................................... 73

LAMPIRAN

iii Daftar Isi 

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Daftar Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan (%) ............................. 3 1.2. Nilai Ekspor Triwulan III-2010 .......................................................................................... 9 1.3 Nilai Impor Triwulan III-2010 ......................................................................................... 10 1.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) .................................... 11 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) ............................................................... 16 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank ...................................................................................... 17 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ................................... 19 1.8. Jumlah Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan ................................................. 19 2.1. Komoditas yang Mengalami Peningkatan Harga Tertinggi September 2010 .............. 30 2.2. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ................................ 31 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) .......................................................... 35 2.4. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ................................... 36 2.5. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) ............................................................ 41 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ................ 41

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ................................................................................ 49 4.1. RAPBD Sumatera Utara Tahun 2011 .......................................................................... 60 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut .............................................................. 64 5.2. Aliran Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara ........................................ 65 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong ...................................................... 65 5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan .............................................. 68

iv Daftar Isi 

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Daftar Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut .................................................................................. 2 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................................... 3 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini .............................................................................. 3 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi .......................................................................................... 4 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik ................................................................................... 4 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM .......................................................................................... 4 1.7. Penjualan Makanan dan Tembakau.................................................................................. 4 1.8. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ........................................................................... 5 1.9. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ............................................................................... 5 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut .......................................... 5 1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut .................................. 5 1.12. Pengadaan Semen di Sumut ......................................................................................... 6 1.13. Penjualan Bahan Konstruksi .......................................................................................... 6 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ............................................. 6 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor ............................................................................. 8 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor ........................................................................ 8 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ................................................................... 9 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama .................................................................... 9 1.19. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan ........................................................................... 11 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan ................................................................... 11 1.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan ....................................................... 12 1.22. Nilai Tukar Petani Sumut ........................................................................................... 12 1.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian ................................. 13 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya ..................................... 14 1.25. Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau ...................................... 14 1.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ................... 15 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ......................................... 16 1.28. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) .............................................. 17 1.29. Realisasi Pengadaan Semen Sumut .............................................................................. 18 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi .................................. 18 1.31. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ...... 20 1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa .................................. 21 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ................................................................................ 29 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ............................................................................... 29 2.3. Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional ........................................................................... 31 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut .................................................... 31 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut .............................................................. 32 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ........... 33 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ........... 33 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan .......................................................................... 34 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ....... 34 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................ 35 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ................................................................................ 37 2.12. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut .......................... 37 2.13. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut............................................. 38

v Daftar Isi 

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

2.14. Inflasi Kelompok Sandang ........................................................................................... 38 2.15. Harga Emas di Pasar Internasional................................................................................. 39 2.16. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................................... 39 2.17. Inflasi Kelompok Kesehatan ......................................................................................... 40 2.18. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................ 40 2.21. Pergerakan Tingkat Harga Bulanan sesuai SPH ............................................................... 44 3.1. Perkembangan DPK Sumut ........................................................................................... 50 3.2. Struktur DPK Sumut ..................................................................................................... 51 3.3. Perkembangan Kredit Sumut ......................................................................................... 52 3.4. Struktur Kredit Sumut ................................................................................................... 52 3.5. Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi......................................... 53 3.6. Pangsa Kredit UMKM Sumut ......................................................................................... 53 3.7. NPL Gross ................................................................................................................... 54 3.8. Cash Ratio ................................................................................................................... 54 3.9. Pergerakan Suku Bunga Perbankan ............................................................................... 55 3.10. Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah ............................................................... 56 3.11. FDR Perbankan Syariah ................................................................................................. 56 3.12. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ............................................................................ 57 3.13. LDR BPR...................................................................................................................... 57 4.1. Komposisi Belanja menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 ................................................... 61 4.2. Komposisi PAD menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 ....................................................... 62 4.3. Komposisi Dana Perimbangan menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 .................................. 63 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring .................................................................................... 66 5.2. Grafik Penolakan Cek/BG kosong .................................................................................. 67 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal.................................................................................. 67 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ........................................................................... 69 6.1. Indikator Jumlah karyawan Tetap .................................................................................. 71 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ..................................................... 73 6.3. Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 73 7.1. Ekspektasi Konsumen 6 bulan yang akan datang ....................................................... 74 7.2. Ekspektasi terhadap Harga-harga dalam 3-6 bulan y.a.d (%) ..................................... 75

vi Daftar Isi 

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Daftar Lampiran

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan

Usaha

B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

2000 (qtq, %)

vii Daftar Isi 

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

‐ Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38‐ Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10‐ Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16‐ Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67

‐ Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16‐ Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65‐ Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26‐ Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71

‐ Pertanian 6.398,93 6.248,74 6.410,88 6.242,09 6.696,00  6.506,00  6.705,82  6.619,32        7.005,79 6.839,12 7.070,59‐ Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21 322,00      322,37      334,28      344,64            336,27 340,65 348,71‐ Industri Pengolahan 6.033,65 5.900,70 6.145,05 6.225,82 6.194,00  6.113,00  6.303,77  6.365,86        6.529,85 6.455,52 6.687,97‐ Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36 200,00      203,37      205,38      206,78            212,39 215,40 218,52‐ Bangunan 1.720,47 1.752,13 1.784,87 1.833,17 1.783,57  1.829,64  1.926,64  2.014,51        1.894,82 1.931,67 2.010,17‐ Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818,59 4.718,62 4.960,52 5.017,79 5.079,00  4.976,00  5.207,92  5.312,55        5.410,87 5.327,03 5.543,55‐ Pengangkutan dan Komunikasi 2.428,92 2.421,32 2.495,44 2.537,56 2.574,99  2.618,00  2.702,59  2.734,66        2.776,19 2.842,77 2.946,65‐ Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838,20 1.841,99 1.885,12 1.914,53 1.939,00  1.896,00  2.027,43  2.076,59        2.152,86 2.159,04 2.181,69‐ Jasa‐Jasa 2.532,72 2.594,71 2.661,07 2.731,46 2.738,00  2.762,00  2.817,10  2.899,56        2.866,63 2.908,42 3.034,62

5,35 5,51 7,73 6,97 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6,422.333,02 2.406,09 2.417,65 1.769,72 1.274,36 1.449,29 1.515,92 2.048,00 1.790,50 1.302,98 2.312,752.102,33 1.906,94 2.076,85 2.214,16 1.753,54 1.835,80 1.834,23 2.431,93 1.630,35 1.156,72 2.286,93635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649,00

1.346,56 1.358,95 1.371,47 1.086,02 878,93 1.022,86 1.009,14 1.182,56 1.064,28 870,41 1.228,65

Sumber : Inflasi dan PDRB ‐> BPS ; Ekspor‐Impor ‐> Bank Indonesia

2009

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

Indeks Harga KonsumenMAKRO

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR2008

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)Nilai Impor Nonmigas (USD juta)Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

2010

Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)Pertumbuhan PDRB (yoy %)

PDRB ‐ harga konstan (Rp miliar)

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

90,20        92,87        97,46       108,08    114,55    109,52    110,58    115,77      114,62      118,87    126,61   72,08        75,72        77,97       84,29      88,82 89,56 90,31      94,88        95,40        97,87      102,94   

‐ Giro (Rp Triliun) 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 16,64 16,80 18,04 18,39‐ Tabungan (Rp Triliun) 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 37,12 36,11 37,51 41,05‐ Deposito (Rp Triliun) 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 41,13 42,49 42,32 43,50

‐ Modal Kerja 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 38,32 39,29 40,16 44,19‐ Konsumsi 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 18,64 20,68 22,54 23,83‐ Investasi 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,62 15,67 18,00 16,47‐ LDR 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 77,55% 79,29% 82,46% 82,08%

0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,57 0,61 0,62 0,640,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46

‐ Tabungan (Rp Triliun) 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21‐ Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,24 0,25 0,25 0,25

0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,44 0,46 0,48 0,488,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,05% 6,52% 6,25% 0,00%

100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,76% 104,55% 106,67% 104,35%

BPR:

DPK (Rp Triliun)

2009

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

2008

LDR

Total Aset (Rp Triliun)DPK (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%)

Kredit (Rp Triliun) 

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN

2010

Total Aset (Rp Triliun)Bank Umum :PERBANKAN

INDIKATOR

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  viii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

GGGAAAMMMBBBAAARRRAAANNN UUUMMMUUUMMM

Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.

Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy).

Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan aset tertinggi sepanjang tahun 2010. Jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun 2010. Pertumbuhan seluruh indikator perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh sepanjang tahun 2010.

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp122.901 miliar. Nilai ini meningkat sebesar 11,37% atau Rp12.549 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang nilainya sebesar Rp110.352 miliar.

Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan pada 11 Oktober 2010. RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun. Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun. Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  ix 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Sumut pada triwulan III-2010 tumbuh 6,42% (yoy)

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO

Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.

Di sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan Sumut juga mencatat peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini juga mengembalikan karakter ekonomi Sumut pada sektor utamanya seperti pertanian dan sektor perdagangan, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi selalu terjadi pada sektor non-primer.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III-2010 terutama didorong oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini dipengaruhi oleh masuknya Hari Raya Idul Fitri yang sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, aktivitas konsumsi tertinggi sebagian besar terjadi pada akhir Agustus dan September 2010 yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa untuk keperluan hari raya. Sementara, konsumsi pemerintah juga mulai menunjukkan peningkatan terkait dengan siklus anggaran. Di sisi lain, kegiatan investasi mulai menunjukkan geliatnya. Beberapa proyek baru mulai direalisasikan. Hal ini didukung pula oleh prompt indicator seperti peningkatan konsumsi semen, level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha yang berada di atas 100 serta peningkatan kredit investasi.

Selain konsumsi, kegiatan perdagangan luar negeri juga menunjukkan peningkatan. Nilai ekspor nonmigas yang pada triwulan sebelumnya sempat menurun, pada triwulan III-2010 kembali meningkat. Peningkatan ekspor, baik nilai maupun volumenya, didorong oleh kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari kelompok barang CPO dan karet. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  x 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Inflasi Sumut pada triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy) atau 1,48% (qtq)

pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi juga terus berada dalam tren peningkatan sejalan dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan penghasilan ke depan dan aktivitas investasi swasta di Sumut. Sejalan dengan hal tersebut, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy). Bila dilihat secara bulanan, Sumut justru mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut Agustus 2010 dan September 2010 masing-masing sebesar -0,36% dan -0,14%.

Secara umum faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan III-2010 antara lain: (1) kenaikan harga sewa rumah dan emas perhiasan, (2) kenaikan harga beberapa komoditas ikan, seperti ikan kembung/gembung, ikan tongkol, ikan dencis, dan daging ayam ras, (3) bergesernya masa tanam di tahun 2010 yang baru dimulai pada Mei-Agustus 2010, dan (4) faktor eksternal: perkembangan harga emas di pasar internasional.

Secara triwulanan, laju inflasi di Sumut selama triwulan III-2010 mencapai 1,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II-2010 (2,79%). Penurunan ini akibat Sumut mengalami deflasi pada bulan Agustus 2010 dan September 2010 yang dipicu oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan. Kendati mengalami deflasi pada bulan September 2010, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga pada September 2010 bila dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas yang mengalami kenaikan tersebut di antaranya adalah ikan kembung/ gembung (10,79%), ikan dencis (8,78%), daging ayam ras (2,01%), dan emas perhiasan (4,52%). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan III-2010 seluruhnya mengalami inflasi. Tingkat inflasi triwulanan kelompok yang tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (2,64%) diikuti dengan kelompok

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  xi 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan indikator utama perbankan mengindikasikan perekonomian Sumut terus bertumbuh sepanjang tahun 2010

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (2,20%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,22%).

Secara tahunan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memiliki tingkat inflasi yang tertinggi yakni 8,73% diikuti dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (7,56%) dan kelompok sandang (6,88%). Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga merupakan kelompok dengan inflasi terendah yakni sebesar 0,70%.

Ditinjau berdasarkan empat kota penyumbang inflasi Sumut, tingkat inflasi Sibolga 5,26% (yoy) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Sumut, diikuti dengan Medan sebesar 5,16% (yoy), Pematangsiantar (4,65%), dan Padangsidempuan (3,71%). Kenaikan laju inflasi kota Medan dan Pematangsiantar terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sementara itu, inflasi kota Padangsidempuan dan Sibolga terutama disumbang oleh kelompok sandang.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN

Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan aset tertinggi sepanjang tahun 2010. Aset di triwulan III-2010 tumbuh 6,51% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari Rp118,87 triliun menjadi Rp126,61 triliun. Angka pertumbuhan aset triwulanan ini lebih tinggi daripada angka pertumbuhan di triwulan I dan II tahun 2010 yang masing-masing tercatat sebesar -0,99% dan 3,71%. Kenaikan aset yang tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai dana pihak ketiga (DPK) milik masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Sumatera Utara. Total DPK pada triwulan III 2010 tumbuh 5,18% (qtq) menjadi Rp102,94 triliun dari Rp97,87 triliun di triwulan II 2010. Pertumbuhan DPK triwulanan ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan I dan II 2010 yang masing-masing tercatat sebesar 0,55% dan 2,59%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun 2010. Pertumbuhan

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  xii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

RAPBD Sumut 2011 sebesar Rp4,53 triliun

seluruh indikator perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh sepanjang tahun 2010. Pertumbuhan kredit di triwulan III 2010 terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,03% (qtq). Hal ini menunjukkan pertumbuhan di sektor riil pada triwulan III 2010 sehingga meningkatkan permintaan akan kredit untuk modal kerja usahanya.

Pada triwulan III 2010 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam jangka panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan net interest margin bank.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH

Hingga triwulan III 2010, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 54%. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan memacu kinerja dari SKPD terkait hingga mencapai realisasi 100% di akhir tahun 2010 di antaranya dengan memacu realisasi proyek dan program kerja SKPD yang realisasi anggarannya masih minim.

Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan pada 11 Oktober 2010. RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun. Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun itu terdiri atas Rp4,23 triliun alokasi untuk urusan wajib dan Rp306,76 miliar untuk urusan pilihan. Belanja daerah dapat dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung Rp2,20 triliun atau sekitar 48,57% dan belanja langsung Rp2,33 triliun (51,43%). Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun atau meningkat Rp848,27 miliar (24,70%) dibandingkan pendapatan 2010. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,056 triliun atau sekitar 71,36%, kemudian dana perimbangan Rp1,199 triliun (28,00%) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp27,756 miliar atau 0,65 %.

Defisit anggaran akan ditutup dari selisih penerimaan pembiayaan yang berasal dari estimasi SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) tahun 2010 yang diproyeksikan Rp441,997 miliar lebih, dengan pengeluaran biaya Rp190,917 miliar direncanakan sebagai

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  xiii 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Transaksi melalui BI-RTGS dan kliring meningkat Ketenagakerjaan dan kesejahteraan Sumut terus

penyertaan modal pada PT Bank Sumut, PT Askrida, PT Perkebunan dan PT Sarana Prasarana.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp122.901 miliar. Nilai ini meningkat sebesar 11,37% atau Rp12.549 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang nilainya sebesar Rp110.352 miliar. Ditinjau dari segi volume transaksi, triwulan ini pun mengalami peningkatan sebesar 25,29% atau 39.149 transaksi dari 154.780 transaksi pada triwulan II-2010 menjadi 193.929 pada triwulan III-2010. Kegiatan ekonomi yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri khususnya sektor makanan jadi dan sandang turut mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS pada triwulan ini.

Nilai transaksi kliring pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2010 tercatat sebesar Rp20.962 miliar. Dari sisi volume transaksi, pada periode ini tercatat sebanyak 753.894 transaksi kliring. Transaksi kliring didominasi oleh kliring debet yang mencapai 655.275 transaksi (warkat) dengan nilai transaksi Rp19.599 miliar. Sementara itu, kliring kredit mencapai 98.619 transaksi (warkat) dengan nilai transaksi 1.363 miliar. Adapun besarnya kliring retur pada periode ini tercatat sebesar Rp294 miliar yang berasal dari 13.466 warkat. Besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp487 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak 17.532 transaksi (warkat) per hari. Rata-rata transaksi kliring per hari mengalami peningkatan baik dari segi nilai (3,84%) maupun volume (0,45%) bila dibandingkan dengan triwulan II-2010. Sejalan dengan transaksi RTGS, transaksi kliring juga meningkat akibat peningkatan aktivitas ekonomi di Sumut pada periode ini.

Aliran uang kartal di Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 menunjukkan posisi net inflow yaitu jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia. Posisi net inflow pada periode ini tercatat sebesar Rp355 miliar.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  xiv 

RINGKASAN EKSEKUTIF

meningkat

Pertumbuhan ekonomi sumut

triwulan IV-2010 diproyeksikan

sebesar 5,43±1% (yoy)

Inflasi triwulan IV-2010 diperkirakan

menunjukkan perbaikan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR.

Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survei, jumlah pelaku usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih bernilai positif, yaitu 1,72.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sumut diperkirakan meningkat selama tahun 2010. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan Sumut memiliki kecenderungan untuk meningkat. Walaupun sempat menurun pada Juni 2010, Indeks Penghasilan saat ini meningkat sejak Juli 2010, bahkan mencapai level optimis. Kenaikan ini merupakan dampak dari bergeraknya aktivitas perekonomian Sumut akibat pemulihan perekonomian.

Menurut Survei Konsumen di kota Medan, indeks penghasilan saat ini meningkat dari 123,25 pada akhir triwulan II-2010 menjadi 128,49 pada akhir triwulan III-2010. Penghasilan masyarakat yang meningkat dengan tingkat inflasi yang relatif stabil mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada periode ini. Dari sisi petani, daya beli petani diindikasikan mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan II-2010. Pada triwulan III-2010, NTP Sumut tercatat sebesar 103,01, atau mengalami peningkatan 0,79% bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 102,20.

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumut triwulan IV-2010, diperkirakan akan tumbuh positif meskipun masih terdapat kecenderungan mengalami perlambatan tingkat pertumbuhan. Ancaman perlambatan pertumbuhan berasal dari faktor cuaca buruk, biaya produksi yang meningkat dan ketidakefisienan distribusi. Berdasarkan berbagai indikator tersebut di atas, maka pada triwulan IV-2010, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 5,43±1% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, maka laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2010 diproyeksikan masih berada pada kisaran 6,17±1% (yoy).

Perkiraan Inflasi Daerah Dari sisi permintaan, tekanan inflasi pada triwulan mendatang diproyeksikan akan bersumber dari kemungkinan tingginya

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ringkasan Eksekutif  xv 

RINGKASAN EKSEKUTIF

6,37±1% (yoy) permintaan terhadap barang dan jasa sebagai dampak dari faktor musiman yaitu hari raya Idul Adha dan hari raya Natal serta liburan akhir tahun. Namun demikian tekanan ini diperkirakan tidak akan sebesar tekanan pada triwulan III 2010 yang bersumber dari lonjakan permintaan di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Sementara di sisi penawaran, faktor cuaca buruk diperkirakan akan berpengaruh terhadap produksi bahan pokok yang sangat berpotensi untuk terjadinya kenaikan harga barang dan jasa sebagai akibat terganggunya kelancaran proses produksi dan distribusi barang. Kenaikan harga komoditas internasional seperti CPO dan emas diperkirakan juga akan mendorong kenaikan harga di pasar domestik.

Dengan demikian maka pada triwulan IV 2010, inflasi Sumut diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2010 hingga mencapai 6,37%±1% (yoy).

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

BBBAAABBB 111 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

“ Perekonomian Sumut mencatatkan pertumbuhan yang positif pada triwulan III-2010

dengan tumbuh sebesar 6,42% (yoy), sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi terjadi

pada sektor pengangkutan dan komunikasi. “ 

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif

sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang

semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada

triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara

tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor sektor pengangkutan dan

komunikasi dan sektor jasa-jasa.

Di sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor pertanian sebagai sektor unggulan Sumut juga mencatat peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini juga mengembalikan karakter ekonomi Sumut

pada sektor utamanya seperti pertanian dan sektor perdagangan, setelah pada triwulan-

triwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi selalu terjadi pada sektor non-primer.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III-2010 terutama didorong

oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Aktivitas

konsumsi rumah tangga pada triwulan ini dipengaruhi oleh masuknya Hari Raya Idul Fitri yang

sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, aktivitas konsumsi tertinggi sebagian besar

terjadi pada akhir Agustus dan September 2010 yang didorong oleh kenaikan permintaan

masyarakat terhadap barang dan jasa untuk keperluan hari raya. Sementara, konsumsi

pemerintah juga mulai menunjukkan peningkatan terkait dengan siklus anggaran. Di sisi lain,

kegiatan investasi mulai menunjukkan geliatnya. Beberapa proyek baru mulai direalisasikan.

Hal ini didukung pula oleh prompt indicator seperti peningkatan konsumsi semen, level

ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha yang berada di atas 100 serta

peningkatan kredit investasi.

Selain konsumsi, kegiatan perdagangan luar negeri juga menunjukkan peningkatan. Nilai

ekspor nonmigas yang pada triwulan sebelumnya sempat menurun, pada triwulan III-2010

kembali meningkat. Peningkatan ekspor, baik nilai maupun volumenya, didorong oleh

kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari kelompok barang CPO dan

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

karet. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya

pada produk industri makanan dan minuman.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama pada

sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan

perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan.

Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi juga terus berada dalam tren peningkatan

sejalan dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan penghasilan ke depan dan aktivitas

investasi swasta di Sumut. Sejalan dengan hal tersebut, kegiatan konsumsi rumah tangga

tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju

pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut

5.35 5.51

7.736.97

4.64 4.575.07

5.70 6.026.55 6.42

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III

2008 2009 2010 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

1.2. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sumut pada triwulan III-2010 tumbuh 6,42% (yoy), sedikit lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,55% (yoy), namun masih pada

level yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi Sumut masih didorong oleh meningkatnya

kegiatan konsumsi, baik pemerintah maupun swasta serta investasi. Konsumsi swasta

diperkirakan masih tetap tinggi seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat dan

meningkatnya optimisme masyarakat Sumut. Peningkatan konsumsi tersebut didukung pula

oleh semakin meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan. Sementara itu, membaiknya

kinerja ekspor, mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut.

2  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%)

I II III IV I II IIIKonsumsi 8.08% 9.37% 9.21% 8.50% 9.05% 9.03% 6.30% 6.97% 8.19%Investasi 11.04% 9.02% 5.73% 4.42% 3.22% 5.54% 2.81% 3.58% 2.44%Ekspor 10.39% ‐0.24% ‐1.75% ‐3.20% 1.45% ‐0.95% 4.11% 7.68% 11.03%Impor 17.59% 9.30% 5.31% 0.36% 5.03% 4.91% 3.89% 2.40% 13.19%PDRB 6.39% 4.64% 4.57% 5.07% 5.70% 5.00% 6.02% 6.55% 6.42%

Jenis Penggunaan 200920082009 2010

 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

1. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan III-2010 tumbuh 8,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 6,97%. Sesuai dengan pola musimannya, aktivitas konsumsi pada

triwulan III cenderung lebih tinggi diakibatkan meningkatnya permintaan masyarakat untuk

mengkonsumsi barang/produk tertentu. Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya,

pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi swasta. Berbagai indikator

memperlihatkan bahwa konsumsi swasta pada triwulan laporan masih tetap tinggi dan

tumbuh signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, stimulus fiskal

masih terus menunjukkan peningkatan terutama sejak paruh kedua tahun 2009 sehingga

diharapkan dapat merangsang peningkatan konsumsi pemerintah.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Penghasilan  saat  ini Pembelian brg tahan  lama

107.83

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Sumber : Bank Indonesia Medan

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 8,19% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,97% (yoy). Konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan daya beli, membaiknya ekspektasi

konsumen dan tingginya penyaluran kredit perbankan. Sementara itu, indeks keyakinan

3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

konsumen (IKK) pada bulan September 2010 juga meningkat menjadi 107,83% setelah pada

Agustus 2010 berada pada indeks 106,61%.

4  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Sumber : Bank Indonesia Medan

Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik 1.7. Penjualan Makanan&Tembakau

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik

0

50

100

150

200

250

300

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

120

140

9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

% Rp Juta

Pertumbuhan  (yoy) Penjualan Elektronik

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Ekspektasi kondisi perekonomianEkspektasi penghasilan 

Beberapa prompt indicator konsumsi mengindikasikan pengeluaran masyarakat Sumut untuk

pembelian barang-barang konsumsi masih cukup tinggi. Konsumsi durable dan non durable

goods pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama

tahun lalu. Begitu pula indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan

makanan dan minuman, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta penjualan pakaian dan

perlengkapannya mengalami peningkatan di triwulan laporan.

Sumber : Bank Indonesia Medan

1,000.0 

2,000.0 

3,000.0 

4,000.0 

5,000.0 

6,000.0 

7,000.0 

(40.00)

(20.00)

20.00 

40.00 

60.00 

80.00 

100.00 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp juta%Pertumbuhan (yoy) Penjualan BBM

(60.00)

(40.00)

(20.00)

20.00 

40.00 

60.00 

80.00 

100.00 

120.00 

140.00 

1,000.0 

2,000.0 

3,000.0 

4,000.0 

5,000.0 

6,000.0 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

%Rp jutaPenjualan Makanan dan Tembakau Pertumbuhan (yoy)

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 1.8. Penjualan Perlengkapan RT Grafik 1.9. Penjualan Pakaian&Perlengkapan

(50.00)

50.00 

100.00 

150.00 

200.00 

250.00 

300.00 

350.00 

400.00 

500.0 

1,000.0 

1,500.0 

2,000.0 

2,500.0 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

%Rp JutaPenjualan Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy)

500.0 

1,000.0 

1,500.0 

2,000.0 

2,500.0 

3,000.0 

3,500.0 

20 

40 

60 

80 

100 

120 

140 

160 

180 

200 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp Juta%

Pertumbuhan (yoy) Penjualan Perlengkapan RT

Sumber : Bank Indonesia Medan

Pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain juga ditopang oleh penyaluran kredit

konsumsi yang terus mengalami peningkatan. Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan

konsumsi pada triwulan III-2010 mencapai Rp1,13 triliun. Dengan tambahan penyaluran

kredit baru tersebut, outstanding penyaluran kredit konsumsi bank umum di Sumut mencapai

Rp23,83 triliun.

Grafik 1.10. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Baru untuk oleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Sumber : Laporan Bank Umum

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

% Rp Miliar

Sumber : Laporan Bank Umum

jumlah kredit pertumbuhan (yoy)

2. Investasi

Kegiatan investasi pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 2,44% lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 3,58% (yoy). Pertumbuhan

investasi terutama didorong oleh meningkatnya kegiatan investasi sektor bangunan yang

masih menunjukkan peningkatan walaupun tidak setinggi periode sebelumnya. Penurunan

investasi sektor bangunan dikonfirmasi oleh menurunnya penjualan bahan konstruksi dan

penjualan semen. Penjualan mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kegiatan

pembangunan sektor swasta dan pemerintah khususnya terkait dengan pembangunan

5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

infrastruktur. Nilai penjualan semen pada triwulan III-2010 mencapai 173,67 ribu ton,

menurun sebesar 20,15% (qtq), begitu pula penjualan bahan konstruksi yang juga

mengalami penurunan.

Grafik 1.12. Pengadaan Semen di Sumut Grafik 1.13. Penjualan Bahan Konstruksi

ari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi terus menunjukkan tren

oleh Bank Umum di Sumut

200.0 

400.0 

600.0 

800.0 

1,000.0 

1,200.0 

(20.00)

20.00 

40.00 

60.00 

80.00 

100.00 

120.00 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

% Rp Juta

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

Pertumbuhan (yoy) Penjualan Bahan Konstruksi

50 

100 

150 

200 

250 

300 

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010

Ribu Ton%

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Pengadaan Semen (axis kanan)Pertumbuhan  (yoy)

D

peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada September 2010 tercatat sebesar 5,78%

(yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp16,47 triliun. Selain kredit perbankan, sektor riil

diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri,

pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil. Pilihan pembiayaan

investasi di luar perbankan belum terlalu populer bagi kalangan usaha di Sumut.

Grafik 1.14. Posisi Penyaluran Kredit Investasi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

02468

101214161820

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

%Rp Triliun

Sumber : Laporan Bank Umum

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

 

Berdasarkan data Badan Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) Sumut, ealisasi investasi

Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan I tahun 2010 mencapai nilai USD47,365 juta

r

6  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

7  

bervariasi, sebagian proyek dapat

erjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara lain karena terkendala

7,5%

an diharapkan pembangunan bandara ini dapat selesai pada tahun 2012. Saat ini ada

nan bandara masih terus menunggu lanjutan kucuran dana dari APBN.

eseluruhan dana pembangunan Kuala Namu diperkirakan mencapai Rp4,3 triliun. Jika

han

elawan, PT. Prasarana Pembangunan Sumatera Utara (PPSU) menandatangani nota

dengan total empat proyek. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), realisasi

masih nihil. Ini berarti, Sumut lebih diminati investor asing dibandingkan lokal. Hal ini terlihat

dari hanya PMA yang telah merealisasikan investasinya. Beberapa proyek yang direalisasi

tahun ini telah mengajukan permohonan penanaman modalnya sejak beberapa tahun lalu.

Bidang usaha yang telah direalisasikan PMA adalah perdagangan, jasa angkutan laut, industri

pakan ternak. Untuk sektor perdagangan, investornya berasal dari Inggris dan berlokasi di

Deliserdang. Kemudian jasa angkutan laut di Medan, investor dari Jepang.

Selanjutnya industri pakan ikan di Medan dan pakan ternak di Deliserdang dengan investor

dari Thailand. Dengan adanya empat proyek PMA yang telah merealisasikan investasinya,

tenaga kerja yang telah ditampung sebanyak 253 orang.

Penyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Sumut

b

permasalahan teknis. Proyek-proyek yang telah selesai antara lain adalah proyek fly over

Amplas. Sementara itu, proyek-proyek yang masih berkutat pada permasalahan teknis, antara

lain adalah beberapa rencana pembangunan proyek jalan tol dan Bandara Kuala Namu.

Proses pembangunan bandara medan baru di Kuala Namu saat ini sudah mendekati 5

d

kondisi tertentu yang dianggap menjadi hambatan sehingga terdapat sedikit perubahan

dalam proses pembangunan. Salah satu yang menjadi penghambat pembangunan bandara

baru tersebut adalah tanah gembur di wilayah pembangunan runway. Dengan adanya

perubahan tersebut dana pembangunan Kuala Namu pun bertambah dari yang awalnya Rp2

triliun menjadi Rp3,3 triliun. Ini tentu saja membutuhkan dana investasi tambahan yang

sangat besar pula.

Saat ini pembangu

K

Bandara Kuala Namu selesai, diperkirakan akan mampu menampung 8 juta orang/tahun.

Sementara itu, dalam upaya pembangunan dan pengembangan kawasan Pelabu

B

kesepahaman dengan PT. Pelindo I (Persero) Medan terkait rencana pembangunan fisik di

Pelabuhan Belawan. PT. Pelindo I Medan akan menyerahkan seluruh pembangunan kawasan

Pelabuhan Belawan kepada PT. PPSU.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

8    BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional

 

engan pembangunan dan pengembangan itu, diharapkan tersedia berbagai sarana dan

Ekspor - Impor

or Sumut masih memberi andil terhadap perekonomian Sumut. Pada

por Sumut juga menunjukkan peningkatan pada triwulan III-2010, khususnya impor dari

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor & Impor

D

prasarana uintuk menjadikan Pelabuhan Belawan sebagai pusat kegiatan perdagangan (trade

centre) terhadap produk di Sumut. Pengembangan ini dilakukan karena Pelabuhan Belawan

memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung pengembangan ekonomi Sumut dan

bahkan akan diupayakan menjadi pintu utama di wilayah barat. Nota kesepahaman ini juga

bertujuan untuk membentuk kawasan bisnis di Pelabuhan Belawan yang selama ini belum

ada. Infrastruktur yang menjadi fokus dalam nota kesepahaman itu adalah pembangunan

perkantoran, hotel, restoran, mall dan “seaman club” atau klub pelaut.

3.

Kegiatan ekspor-imp

triwulan III-2010, ekspor Sumut terus melanjutkan tren peningkatan. Pertumbuhan ekspor

meningkat seiring dengan membaiknya kinerja ekspor CPO Sumut ke luar negeri yang

merupakan komoditi terbesar ekspor. Begitu pula dengan ekspor Sumut ke daerah/provinsi

lain di dalam negeri yang cenderung meningkat dikonfirmasi oleh peningkatan volume

bongkar muat barang melalui Pelabuhan Belawan.

Im

luar negeri/antar negara. Nilai impor Sumut diperkirakan tumbuh sebesar 14,85% pada

triwulan III-2010, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Aktivitas

impor memasuki awal tahun 2010 mulai mengalami peningkatan setelah mengalami lonjakan

untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan

baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi).

Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan laporan masih

dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

ekonomi 6,42% pada triwulan laporan diperkirakan dicukupi oleh produksi maupun bahan

baku yang berasal dari dalam negeri.

Volume Ekspor Volume Impor

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

USD

Sumber : BI

Nilai Ekspor Nilai Impor Kg

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

9  

Grafik 1.17. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

1 2 3 4 5

Bongkar

6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2010Sumber : BPS 2009

Muat 

Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 72,60% dari total

nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk

makanan dan minuman, produk kimia dan bahan kimia serta karet dan produk plastik.

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan III-2010 Produk Utama

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

2007 2008 2009 2010

USD

Sumber : BI

Mnyk hwn,nabati,CPO Karet Alumunium Deskripsi Nilai EksporTOTAL NILAI EKSPOR 2,312,747,947Agriculture, Hunting and Fishing 534,462,707Mining and Quarrying 90,643Manufacturing 1,778,194,597Food products and beverages 1,234,570,723

,811,327Rubber and plastics products 83,738,281

Sumber : BI

Kayu 

5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kopi,Teh,Rempah

Chemicals and chemical products 205,690,992Basic metals 74

Tobacco products 50,237,717

Ekspor karet alam Sumut sepanjang tahun 2010 diperkirakan meningkat dibanding tahun

2009. Volume ekspor karet tahun 2010 diperkirakan akan mengalami kenaikan mengingat

konsumen karet alam seperti China juga termasuk negara yang memiliki daya tahan terhadap

krisis. Ekspor Karet mentah Sumut pada triwulan III-2010 tercatat sebesar USD83,74 juta.

Begitu juga jika dilihat dari volumenya terdapat peningkatan volume ekspor sebesar 11,49%

menjadi 45,05 juta ton. Naiknya volume ekspor karet karena permintaan yang menguat

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

10  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

khususnya dari China dan diperkirakan meningk

ekspor karet dipastikan menambah devisa karena h

Akan tetapi, meski volume ekspor Sumut naik,

pasokan karet Sumut juga berasal dari

Sumut sendiri menurun akibat sebagian tanaman

tanaman sawit dan akibat cuaca yang tidak

kemarau yang lebih panjang.

at hingga akhir tahun. Meningkatnya volume

arga jual juga meningkat.

bukan berarti produksi karet ikut naik, sebab

daerah lain seperti Riau dan Jambi. Tren produksi karet

karet petani berusia tua, konversi lahan ke

menentu dengan kecenderungan terjadinya

Sementara itu, impor masih didominasi oleh

produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (

content) seperti industri kimia. Selain

endominasi impor Sumut. Produk dari industri ini kemudian menjadi komoditas ekspor yang

bahan baku untuk mendukung kegiatan

high import

itu produk dari industri makanan dan minuman juga

m

dikirim kembali ke luar negeri, seperti tampak pada produk ekspor utama Sumut. Produk-

produk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan III-2010 ini juga sesuai dengan

subsektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu kimia dan bahan

dari karet.

Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan III-2010

Deskripsi Nilai ImporTOTAL NILAI IMPOR 648,995,803Agriculture, Hunting and Fishing 47,850,972Mining and Quarrying 13,896,585Manufacturing 587,248,245

Paper Products 7,477,023

lai ekspor ke Jepang dan India mencatat nilai tertinggi

Food products and beverages 107,145,844Chemicals and chemical products 140,322,511Basic metals 80,878,279Rubber and plastics products 16,705,824

Sumber : BI

Dilihat dari negara tujuan ekspor, ni

pada posisi triwulan III-2010 sebesar USD237,15 juta dan USD523,23 juta. Sedangkan nilai

ekspor untuk tujuan Eropa mengalami penurunan, sementara ekspor ke negara kawasan

lainnya relatif stabil. Dibandingkan dengan triwulan III-2009, pangsa pasar untuk tujuan India

meningkat dari 12,74% menjadi 22,62%. Sedangkan pangsa pasar untuk tujuan Jepang

mengalami penurunan dari 13,48% menjadi 10,25%. Sementara itu, negara tujuan ekspor

baru seperti Eropa Timur memberikan prospek yang cukup cerah bagi komoditas ekspor

Sumut.

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

11  

Grafik 1.19. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan

tasi dan komunikasi maupun sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan cukup

nggi. Sementara itu, sektor pertanian masih tetap tumbuh seiring musim panen mulai April

2010. Secara keseluruhan perekonomian di triwulan

buhan yang diharapkan karena kurang dipicu

sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga

Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ek

Sumber : Bank Indonesia

1.3. SISI PENAWARAN

Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor ekonomi

utama, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor

transpor

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000USD India Japan USA RRC Singapore

22.62%

10.25%

6.31%

7.08%

3.38%

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010

India Japan USA RRC Singapore

ti

III-2010 tumbuh cukup tinggi namun

masih belum mencerminkan kualitas pertum

oleh pertumbuhan investasi dan dari sisi sektoral kurang didukung oleh pertumbuhan pada

kerja secara cukup signifikan.

onomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

I II III IV I II IIIPertanian 6.05% 4.08% 3.69% 4.60% 6.04% 4.60% 4.62% 5.13% 5.44%Pertambangan & Penggalian 6.13% 2.24% ‐1.66% 1.09% 4.05% 1.43% 4.53% 5.55% 4.32%Industri Pengolahan 2.92% 2.66% 3.17% 2.58% 2.25% 2.66% 5.42% 5.44% 6.09%Listrik,Gas & Air Bersih 4.46% 7.55% 6.81% 4.77% 3.72% 5.68% 5.94% 5.92% 6.40%Bangunan 8.10% 3.67% 4.42% 7.94% 9.89% 6.54% 6.24% 5.58% 4.34%Perdagangan, Hotel  & Restoran 6.14% 4.88% 4.51% 4.99% 5.87% 5.07% 6.54% 7.05% 6.44%Angkutan & Komunikasi 8.89% 6.01% 7.04% 8.30% 7.77% 7.29% 7.81% 8.58%

55% 8.46% 7.40% 11.0186% 6.15% 6.73% 4.70%

9.03%Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan  11.30% 6.70% 6.85% 7. % 13.88% 7.61%Jasa ‐ jasa 9.48% 8.25% 6.76% 5. 5.30% 7.72%

6.39% 4.64% 4.57% 5.07% 5.70% 5.00% 6.02% 6.55% 6.42%

2010SEKTOR 2008

20092009

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

PDRB

Selama tahun 2009, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi

non dominan, yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Kedua sektor ini mulai menunjukkan sumbangan yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi Sumut. Namun, pada triwulan laporan, sektor utama Sumut yaitu

pertanian, PHR dan industri pengolahan tumbuh cukup signifikan. Agar dapat terus

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, berbagai persoalan yang membayangi

kinerja sektor-sektor andalan ini perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus.

Grafik 1.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan

‐10

‐8

‐6

‐4

‐2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%

Sumber : BPS 

Pertanian Industri Pengolahan PHR

  Sumber : BPS

eningkatan sektor pertanian pada triwulan III-2010 sejalan dengan meningkatnya tingkat

kesejahteraan petan tukar petani (NTP)

yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan

BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP

pada bulan September 2010 sebesar 101,72, meningkat 1,42 poin dibandingkan angka NTP

pada periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 100,30.

Grafik 1.22. Nilai Tukar Petani Sumut

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2010 mengalami perkembangan yang positif

dengan tumbuh sebesar 5,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumya sebesar

5,13% (yoy). Perbaikan kinerja tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor

tanaman pangan. Produksi sektor pertanian pada triwulan ini lebih baik dibandingkan

produksi pada periode yang sama tahun lalu.

P

i. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai

86

12  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

88

90

92

94

‐5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

96

98

100

102

104

106

108

‐10

0

5

10

15%

Sumber : BPS

Nilai Tukar Petani  Pertumbuhan (yoy)

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

13  

u 21,84% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian

encapai Rp11,94 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp11,41

Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan

ke sektor ini yang meningkat 4,65% (qtq) ata

m

triliun.

Grafik 1.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian

0

2

4

6

8

10

12

‐20

‐10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90Rp Triliun%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

a. Produksi Padi Angka Ramalan III (ARAM III) produksi padi Tahun 2010 diperkirakan sebesar 3.586.861 ton

Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar 58.962 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun

2009. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan produktivitas hasil per hektar

sebesar 1,79 ku/ha atau 3,90%, sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar

III produksi jagung Tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.428.813 ton pipilan kering, naik

sebesar 262.265 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun 2009. Kenaikan produksi

diperkirakan terjadi k r atau 12,88%, dan

hasil per hektar juga mengalami kenaikan sebesar 4,00 ku/ha atau 8,50%.

Di Sumut, daerah penghasil jagung terbesar yakni Simalungun, Tanah Karo dan Deli Serdang.

Tantangan dalam pengembangan produksi jagung seperti serangan penyakit hawar daun,

tetapi semakin bisa diatasi dengan adanya benih yang tahan dengan serangan penyakit itu.

Dengan semakin banyaknya produksi jagung, diharapkan ketergantungan pabrikan pakan

Sumut dengan jagung impor kian berkurang dan bahkan Sumut diharapkan bisa surplus.

c. Produksi Kedelai

A kedelai pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar 10.261 ton biji kering, turun

sebesar 3.945 ton dibandingkan produksi ATAP Tahun 2009. Penurunan produksi

16.388 hektar atau 2,13%.

b. Produksi Jagung

ARAM

arena peningkatan luas panen sebesar 31.919 hekta

AR M III produksi

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

14  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

stis bisa mencapai target produksi 2010 itu, karena beberapa

erusahaan perkebunan khususnya PT. PN tertarik untuk terjun ke bisnis kedelai. Kenaikan

apai karena produktivitas tanaman di Sumut juga terus naik atau sudah

ada

dan di sisi lain aktivitas pasar ekspor mulai bergairah kembali. Dengan kata lain, insentif pasar

Sebagaimana pola periode sebelumnya, kinerja sektor industri pengolahan masih didorong

diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen sebesar 3.097 hektar atau 26,94%,

sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan sebesar 0,14 ku/ha atau 1,13%.

Produksi kedelai Sumut sendiri ditargetkan bisa mencapai sekitar 18 ribu ton pada tahun

2010. Dinas Pertanian optimi

p

produksi diyakini terc

di kisaran 12,34 kuintal/ha. Penggunaan bibit unggul juga terus meningkat dan pemerintah

sendiri juga memberikan bantuan benih unggul.

2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri tumbuh lebih cepat pada triwulan ini dan memberikan sumbangan yang relatif

stabil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan III-2010, sektor ini tumbuh 6,09% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,44% (yoy). Beberapa faktor yang

diduga mempengaruhi relatif meningkatnya pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah

kenaikan permintaan domestik yang meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah

mulai meningkat.

oleh pertumbuhan sektor non migas, sedangkan kinerja sektor migas masih menunjukkan

tren yang menurun. Sementara itu, kinerja produk utama industri Sumut seperti plastik, karet

dan makanan, minuman dan tembakau diperkirakan mengalami penurunan.

Grafik 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Grafik 1.25. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau

0

1,000,000

0

5,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

2,000,000

3,000,000

4,000,000

9,000,000

,

15,000,0005,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

10,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

10 000,000

01112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sumber : BI   2008 2009 2010

KgUSD

Nilai Ekspor (USD)

Volume Ekspor (Kg)00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

100,000,000

200,000,000

300,000,000

000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

400,

500,000,000

600,000,000

700,000,000

011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010Sumber : BI

USDKg

Nilai Ekspor (USD) Volume Ekspor (Kg)

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

15  

andingkan triwulan II-2010. Kenaikan produksi pada triwulan III laporan

rutama disebabkan adanya kenaikan produksi Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan

n Industri Karet

peningkatan pertumbuhan 13,84% (yoy)

Rp19,25 triliun, lebih tinggi dibandingkan tri

Rp19,37 triliun.

Grafik 1.26. Penyaluran Kreditke Sektor Industri Pengolah

Pertumbuhan produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang (q-to-q ) triwulan III-2010 naik

sebesar 4,82% dib

te

Kimia sebesar 14,38%, Industri Makanan dan Minuman sebesar 13%, Industri Kayu, Barang-

barang dari Kayu (tidak termasuk furnitur) dan Barang-barang Anyaman sebesar 5,72% dan

Industri Kertas dan Barang dari Kertas sebesar 1,52%. Disamping itu ada juga Industri yang

mengalami penurunan yaitu : Industri Logam Dasar turun sebesar 2,58% da

dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik turun sebesar 0,48%.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami

. Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai

wulan yang sama tahun sebelumnya sebesar

oleh Bank Umum di Sumut an

%Rp Triliun

‐10

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25posisi kredit

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

pertumbuhan (yoy)

restoran. Sementara itu,

inerja sektor perdagangan justru mengalami peningkatan, yang diindikasikan oleh beberapa

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 6,44% (yoy),

menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,05% (yoy). Penurunan

ini diperkirakan akibat penurunan pertumbuhan pada subsektor

k

prompt indicator seperti peningkatan arus bongkar muat di pelabuhan Belawan.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

16  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9Bintang 1 28.16 31.14 31.88 23.23 23.54 36,35 33,28 32.11 22.62 27.49 28.50 34.31 22.92 23.27 25.78 25.85 27.76 39.13 28.20 28.04 32.90Bintang 2 27.29 29.82 20.93 20.34 26.16 34,28 30,14 27.20 23.37 20.45 20.95 25.26 21.28 21.90 26.63 23.20 26.30 30.66 34.99 21.14 27.43Bintang 3 57.22 57.70 62.71 50.94 42.66 48,45 47,73 40.54 34.41 53.28 46.61 50.24 31.86 49.01 49.25 47.38 44.40 50.67 66.68 56.39 54.62Bintang 4 36.10 25.05 32.10 33.71 24.02 48,65 29,13 29.45 39.51 25.63 34.81 33.50 42.14 38.43 42.82 47.24 43.63 52.39 51.22 56.31 59.30Bintang 5 73.51 52.94 59.94 47.04 55.59 47,14 44,03 52.39 36.23 60.58 56.53 45.88 61.10 65.06 49.15 44.41 48.51 54.49 52.50 45.30 43.31

Rata‐rata Bintang 39.94 36.55 39.65 34.03 31.77 43.81 36.52 35.17 32.45 36.13 37.12 37.41 37.07 35.87 39.83 38.44 38.66 46.43 47.07 44.43 46.62

2009Tingkat Hunian Kamar 

2010

Sumber : BPS Pertumbuhan yang relatif meningkat juga terjadi di sub sektor hotel antara lain tercermin

mancanegara dan tingkat hunian hotel.

di Sumatera

tara di bulan September 2010 mencapai 1,65 hari. Secara keseluruhan, rata-rata lama

enginap tamu asing pada bulan September 2010 sebesar 2,15 hari, lebih tinggi

ibandingkan tamu domestik yakni 1,58 hari.

Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR

pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

Jumlah wisman yang masuk melalui bandara Polonia dan Pelabuhan Belawan meningkat yang

terlihat dari tingkat hunian hotel di wilayah Sumut yang mengalami peningkatan. Tingkat

penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan September 2010 mencapai

46,62%, meningkat dibandingkan bulan Agustus 2010 sebesar 44,43%. Secara agregat,

rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu domestik pada hotel berbintang

U

m

d

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

‐5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

Rp Triliun%

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sementara itu, dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

enunjukkan kecenderungan yang meningkat dan performance kredit yang membaik.

Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini cukup tinggi dibandingkan

dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir September 2010, jumlah

kredit yang disalurkan mencapai Rp18,37 triliun.

m

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 1.28. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

0

100,000

200,000

300,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010Sumber : BPS

Bongkar Muat 

4. Sektor Keuangan

Setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya (13,88%),

sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan ini

yaitu menjadi sebesar 7,61% (yoy). Penurunan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan

oleh penurunan pertumbuhan di subsektor persewaan. Sementara itu, kinerja perbankan

Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sector ini justru menunjukkan perbaikan. Ini

21,73%. Net Interest Margin

(NIM) yang merupakan indikator sumber pendapatan utama perbankan dari kegiatan

tradisionalnya ( an Sumut juga

mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan dari fee-based activities.

Tabel 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank

ditunjukkan oleh berbagai ukuran kinerja perbankan seperti pertumbuhan kredit dan DPK,

rasio LDR dan NPL. Seluruh indikator tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa telah

terjadi perbaikan hingga September 2010.

Perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar

simpan-pinjam), terus tumbuh pada triwulan III-2010. Perbank

III IV I II III IV I II III

DPK Rp Triliun 77,97 84,29 88,82            89,56            90,31            94,88            95,40                   97,87                   102,94                

Pertumbuhan  (% yoy) 15,92 18,22 23,23 18,28 15,83            12,56            7,41                     9,28                     13,99                  

Kredit Rp Triliun 65,87 66,72 65,79            67,18            69,41            73,57            75,64                   80,70                   84,49                  

Pertumbuhan  (% yoy) 34,13 23,10 20,09 7,76 5,37              10,27            14,97                   20,13                   21,73                  

UMKM Rp Triliun 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 34,72 30,78 32,20 22,20

Pertumbuhan  (% yoy) 38,08 34,51 21,44 11,92 8,71              15,08            2,53                     2,68                     (32,87)                 

LDR % 84,48 79,03 73,94 75,01 76,86 77,54 79,29% 82,46% 82,08%

NPL % 3,16 2,81 3,63 3,86 3,89 3,58 3,51% 3,59% 3,69%

Sumber : Laporan Bank Umum

2010Uraian

20092008

 

17 

5. Sektor Bangunan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Gross

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

18  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

i Pengadaan Semen Sumut

Pada triwulan III-2010, sektor bangunan mengalami tekanan sehingga tumbuh lebih lambat

(4,34%) dibandingkan triwulan sebelumnya 5,58% (yoy). Pelemahan pertumbuhan ini akibat

bisnis properti belum sepenuhnya pulih hingga semester II-2010. Realisasi berbagai proyek

fisik mampu mendorong pertumbuhan meskipun belum setinggi pertumbuhan triwulan

sebelumnya. Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut mengalami peningkatan

14,26% (yoy) dengan jumlah 173,67 ribu ton.

Grafik 1.29. Realisas

50 

100 

150 

200 

250 

300 

10

15

20

25

30Ribu Ton%

‐15

‐10

‐5

0

5

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Pengadaan Semen (axis kanan)Pertumbuhan  (yoy)

Penurunan pertumbuhan sektor bangunan juga diikuti oleh penurunan pertumbuhan

pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi

sebesar 2,55% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp2,29 triliun, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,35 triliun. Sebagian besar

kredit disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana.

Grafik 1.30. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi

0.50 

1.00 

1.50 

2.00 

2.50 

3.00 

5

10

15

20

25

30

35

40

45

‐5 I II III IV I II III IV I II II IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

Rp Triliun%

Sumber : Laporan Bank Umum

posisi kredit pertumbuhan  (yoy)

0

I

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

19  

Pada triwulan III-2010, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan II-2010. Tercatat terjadi pertumbuhan sebesar 9,03%,

sementara triwulan sebelumnya sebesar 8,58%. Faktor yang mempengaruhi tingginya

pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain adalah perilaku masyarakat yang sudah

memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok (gaya hidup). Hal ini menjadi daya

tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan komunikasi. Sementara itu,

subsektor pengangkutan diperkirakan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada

peningkatan beberapa prompt indicator di sektor ini, terutama jumlah penumpang angkutan

udara.

Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia

Agt '10 Sep '10 Jan‐Sep '09 Jan‐Sep '10

Domestik

Datang 185 819 225 064 1 288 131 1 748 912 35,77

Berangkat 199 104 226 741 1 519 886 1 865 951 22,77

% yoyRincianJumlah Penumpang

Internasional

Datang 26,50

Berangkat 41  415 931 27,69

Sumber : BPS

Tabel 1.8. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan

43 832 55 532 339 744 429 775

294 50 938 325 735

Agt '10 Sep '10 Jan‐Sep '09 Jan‐Sep '10

Jumlah Kapal 178 153 1 689 1 434 ‐15,10

Penumpang

Datang 5 012 11 128 49 611 43 876 ‐11,56

Berangkat 3 997 12 937 49 880 61 150 22,59

sumber : BPS

Rincian % yoyJumlah Penumpang dan Jumlah Kapal

Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini

menunjukkan perkembangan yang meningkat. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan

sar Rp1,66 triliun, naik 39,50% dibandingkan

pada posisi akhir September 2010 tercatat sebe

dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,19 triliun.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 1.31. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum

20  BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional  

di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi

Rp Triliun%

0.20 

0.40 

0.60 

0.80 

1.00 

1.20 

1.40 

1.60 

1.80 

‐10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 20

posisi kredit pertumbuhan 

08 2009 2010er : Laporan Bank umumSumb

(yoy)

 

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Kinerja sektor listrik tumbuh sebesar 6,40% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2010

sebesar 5,92% (yoy). Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air bersih ini didukung pula oleh

kinerja sisi pembiayaan perbankan. Kredit perbankan yang disalurkan ke sektor listrik dan gas

terus menunjukkan pertumbuhan positif melanjutkan tren yang terjadi sejak periode-periode

MW.

Kemudian prospek tambahan pembangkit setelah 2012, akan memperoleh tambahan 4

pembangkit listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) masing-masing dari PLTU Kuala

Tanjung 2x125 MW, PLTP Sarulla Unit 1 sebesar 110 MW, PLTP Sarulla Unit 2 sebesar 110

MW, serta pengoperasian PLTA Asahan III berkapasitas 2x87 MW. Ke depan, sistem

kelistrikan di Sumut akan semakin bagus dengan tambahan daya dari sejumlah pembangkit

baru, maka tidak ada lagi pemadaman bergilir.

8. Sektor Jasa-Jasa

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 7,72%, meningkat

dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 5,30%. Seiring dengan membaiknya kondisi

perekonomian, penyerapan tenaga kerja pada jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan

yang sifatnya lebih cenderung informal juga turut meningkat.

sebelumnya dengan outstanding kredit sebesar Rp0,56 triliun.

Pada akhir 2011, sistem kelistrikan Sumut akan memperoleh tambahan daya PLTU Meulaboh

2x100 MW, artinya pada 2010-2011, total daya tambahan listrik mencapai 780

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 1.32. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa

0.50 

1.00 

1.50 

2.00 

2.50 

3.00 

3.50 

4.00 

4.50 

‐10

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

Rp Triliun%

Sumber : Lapora

posisi kredit

n Bula nk Umnan Ba um

pertumbuhan  (yoy)

Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini, diikuti pula oleh peningkatan penyaluran kredit

de yang sama tahun lalu. Nilai

ini mencapai Rp4,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

ke sektor jasa-jasa sebesar 0,48% (yoy) dibandingkan perio

kredit sektor

lalu sebesar Rp4,15 triliun. Dilihat dari penyaluran kredit per subsektor, pertumbuhan kredit

sektor ini terutama didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor hiburan.

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 

 

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Beberapa literatur menunjukkan adanya hal lain di luar faktor input yang dapat

mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi yaitu technical efficiency. Technical

efficiency adalah parameter yang digunakan dalam mengukur efisiensi dalam

penggunaan sumber daya atau input. Peran technical efficiency ini sangat penting

dalam pertumbuhan ekonomi. Secara nasional, Tjahjana dan Anugrah (2007)

menunjukkan bahwa technical efficiency mengalami perubahan seiring berjalannya

waktu (time varying). Hasil empiris menunjukkan bahwa technical efficiency secara

nasional mengalami perubahan dengan kecenderungan meningkat seiring perubahan

waktu. Untuk memperdalam studi pada level daerah perlu dilakukan studi lanjutan

terutama terkait dengan tingkat efisiensi pertumbuhan ekonomi di daerah secara

sektoral agar dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif atas pola

pembentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

Dengan menggunakan model Stochastic Frontier yang dikembangkan oleh Limam

dan Miller (2003) dengan menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas,

dimana agregat output diproduksi dengan menggunakan agregat stok kapital secara

fisik dan labor dengan persamaan sebagai berikut:

dimana, Yit = output perusahaan ke i pada waktu t

Kit = Kapital perusahaan ke i pada waktu t

Lit = Labor perusahaan ke i pada waktu t

Ai = Aeξt, dimana ξ mengukur rate technical progress

β1it = elastisitas output terhadap capital

β2it = elastisitas output terhadap labor

Untuk membandingkan tingkat efisiensi antar sektor ekonomi seiring dengan

berjalannya waktu digunakan model stochastic frontier untuk unbalanced panel data

yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1992). Pengembangan model stochastic

production function dengan simple exponensial specification dari time varying firm

effects digabungkan dengan unbalanced panel data, sampel pengamatan N

perusahaan dan periode waktu T. Model didefinisikan sebagai berikut

22 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara | Boks 1

Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara BOKS 1

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Yit = f (xit; β) exp(Vit – Uit)

Dan

Uit = ηitUi = {exp[-η(t – T)]}Ui , t ∈ g(i); i = 1,2,..., N

Yit merupakan produksi untuk perusahaan ke i periode ke t

f (xit;β) fungsi yang tepat untuk vector xit dari faktor input, dikaitkan dengan produksi

perusahaan ke i pada waktu t dan vector β berupa unknown parameter.

Vit diasumsikan independen dan distribusi identik N(0,σ2V) random error

Uit diasumsikan independen dan distribusi identik non negative truncation dari N(µ,

σ2) distribution

η parameter scalar yang tidak diketahui

g(i) mewakili set Ti periode waktu di antara T periode dengan memasukan persamaan

perusahaan ke t.

Dari pengolahan data PDRB, stok kapital, dan tenaga kerja Sumatera Utara dari tahun

1980 sampai dengan 2009 menggunakan model tersebut di atas diketahui rata-rata

technical efficiency untuk masing-masing sektor ekonomi di Sumatera Utara sebagai

berikut :

Angka rata-rata estimasi efisiensi ini menunjukkan perbedaan tingkat efisiensi secara

relatif antar sektor ekonomi di Sumatera Utara. Terdapat lima sektor ekonomi yang

rata-rata technical efficiency-nya berada di atas rata-rata dari keseluruhan sektor,

yaitu sektor Pertambangan, sektor Konstruksi/Bangunan, sektor Industri Pengolahan,

sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Pertambangan

memiliki tingkat efisiensi tertinggi walaupun kontribusinya relatif kecil terhadap

perekonomian Sumatera Utara. Tingginya efisiensi di sektor pertambangan lebih

disebabkan karena penggunaan teknologi yang relatif lebih maju dibandingkan

dengan penggunaan di sektor lainnya.

Boks 1 | Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara 23

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

24 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara | Boks 1

Sementara jika dilihat perbandingan dari antar waktu (time-varying), hasil pengolahan

data menghasilkan η yang negatif walaupun dengan nilai kecil yaitu 0,002. η yang

negatif ini dapat diinterpretasikan bahwa technical efficiency sektor-sektor ekonomi di

Sumatera Utara memiliki kecenderungan untuk turun seiring dengan berjalannya

waktu walaupun dengan laju penurunan yang relatif rendah. Perbedaan arah

perubahan technical efficiency Sumatera Utara jika dibandingkan dengan nasional

tidak terlepas dari adanya perbedaan karakteristik perekonomian dimana PDRB

Sumatera Utara lebih banyak disumbang oleh sektor Pertanian sementara secara

nasional PDB lebih banyak disumbang oleh sektor Industri Pengolahan. Penurunan

efisiensi di sektor Pertanian akan mendorong penurunan tingkat efisiensi secara

keseluruhan. Penurunan tingkat efisiensi di sektor Pertanian di Sumatera Utara ini

kemungkinan antara lain disebabkan oleh usia tanaman yang sudah banyak yang

melewati usia produktifnya di samping masih rendahnya penggunaan teknologi baik

berupa rekayasa genetika maupun dalam proses pemeliharaan tanaman.

Adanya kecenderungan penurunan tingkat efisiensi ini perlu mendapatkan perhatian

dari pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait di Sumatera Utara. Khusus di sektor

pertanian, revitalisasi perkebunan berupa peremajaan tanaman dan perluasan lahan

perkebunan diharapkan dapat meningkatkan tingkat efisiensi sektor pertanian. Di

samping itu perbaikan infrastruktur distribusi seperti jalan raya dan pelabuhan

diharapkan akan meningkatkan tingkat efisiensi dari seluruh sektor ekonomi di

Sumatera Utara. Peningkatan tingkat efisiensi di Sumatera Utara ini diharapkan akan

dapat menghasilkan produk akan memiliki daya saing yang lebih baik dan pada

gilirannya dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi regional.

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Ukuran paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu daerah dapat diperoleh

dengan mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya yang kita kenal dengan konsep Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). PDB/PDRB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari

setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang dan

jasa perekonomian (Mankiw,2000).

Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang dikemukakan pemerintah

Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan atau berkurangnya tingkat pengangguran.

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar berpotensi tinggi dalam menghasilkan

output nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspek untuk melihat kinerja

perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada, sehingga

lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan.

Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk

yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran

tidak memberikan kontribusi. Dari angkatan kerja di Sumut yang mencapai sekitar 6,40 juta

orang (per Februari 2010), 513 ribu orang diantaranya tergolong pengangguran. Hal ini

menyebabkan potensi SDM yang ada dan potensi output yang dihasilkan terbuang sia-sia.

Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Sumut

Sumber : BPS Sumut

Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti

dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula

sebaliknya.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN SUMUT BOKS 2

Boks 2 | Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 25

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara

pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat

pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data PDRB tahunan dan tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Utara

diperoleh grafik Okun’s Law sebagai berikut :

y = ‐1.018x + 2055.R² = 0.571

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Pengangguran

 (%)

Pertumbuhan Ekonomi  (%,yoy)

Grafik tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan

pengangguran. Hal itu mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka

semakin rendah tingkat pengangguran yang sesuai dengan teori Okun’s Law.

Dilihat dari eratnya hubungan antara kedua variabel tersebut, diperoleh angka korelasi

sebesar 0,571 yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut cukup erat hubungannya.

Sehingga untuk menurunkan tingkat pengangguran diperlukan peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Menurut simulasi pada level nasional, pertumbuhan sebesar 1 persen mampu

menciptakan lapangan pekerjaan atau mampu mengurangi pengangguran sebanyak 200.000

penduduk. Merujuk pada simulasi tersebut, untuk Provinsi Sumatera Utara dimana Tingkat

Pengangguran Terbuka saat ini sebanyak 513 ribu jiwa, diperlukan tingkat pertumbuhan

ekonomi ±2,5% dari yang tercapai saat ini.

26 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran| Boks 2

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Dalam melakukan pembangunan diperlukan investasi baik untuk membangun sarana

produksi maupun infrastruktur penunjangnya. Investasi di suatu negara dapat dibiayai

oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Tabungan nasional dapat

diartikan sebagai pendapatan total bersih dalam perekonomian setelah dikurangi

pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Untuk menunjang kemandirian bangsa dan

mengurangi ketergantungan dari pihak lain, diperlukan tabungan nasional yang

memadai untuk membiayai investasi domestik. Secara umum tabungan nasional ini

terdiri dari tabungan pemerintah (public saving) dan tabungan masyarakat (private

saving). Pembentukan tabungan nasional terutama melalui mobilisasi dana oleh

industri perbankan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Upaya pengerahan dana masyarakat ini antara lain dilakukan melalui

pengembangan pasar keuangan khususnya industri perbankan.

Di level regional, tabungan ini diharapkan juga dapat menjadi sumber pembiayaan

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Mengingat masih minimnya

informasi dan jangkauan dari industri keuangan non bank di Sumatera Utara maka

peran mobilisasi dana masyarakat di Sumatera Utara masih didominasi oleh industri

perbankan. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi yang telah diberikan industri

perbankan di Sumatera Utara dalam memobilisasi dana masyarakat dapat dilihat

antara lain dari rasio simpanan masyarakat yang dihimpun oleh perbankan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Perkembangan Simpanan Masyarakat dan PDRB

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Rp

Trili

un

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

PDRB Simpanan Rasio Simpanan terhadap PDB Sumber : Bank Indonesia

PERAN TABUNGAN DALAM PEREKONOMIAN SUMUT BOKS 3

Boks 1 | Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut 27

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

28 Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut | Boks

Dari grafik di atas terlihat bahwa rasio simpanan masyarakat di bank yang ada di

Sumatera Utara terhadap relatif stabil dari tahun ke tahun di kisaran 37,31% sampai

40,37%. Semenjak 2005 rasio ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai

39,96% di akhir tahun 2009. Dari sini dapat dilihat bahwa kontribusi simpanan

masyarakat di perbankan di Sumatera Utara sebagai sumber pembiayaan investasi

daerah cukup bagus. Namun demikian masih terdapat ruang yang cukup besar untuk

meningkatkan peran tersebut. Dengan semakin besarnya peran simpanan masyarakat

di bank diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Sumatera Utara dalam

menyediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan regional.

Untuk mendorong peningkatan tersebut, berbagai langkah telah dilakukan oleh Bank

Indonesia di antaranya melalui pencanangan Gerakan Indonesia Menabung yang

dimulai sejak tanggal 20 Februari 2010, dilanjutkan dengan Gerakan Siswa

Menabung pada tanggal 7 November 2010.

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. KONDISI UMUM

Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di

bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy). Bila dilihat secara bulanan, Sumut

justru mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut Agustus 2010 dan September 2010

masing-masing sebesar -0,36% dan -0,14%. Deflasi pada bulan ini ditengarai karena

bergesernya musim tanam.

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

 ‐1

‐0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

%

Sumber : BPS

Sumut Nasional

Secara umum faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan III-2010 antara lain:

Kenaikan harga sewa rumah dan emas perhiasan

Kenaikan harga beberapa komoditas ikan, seperti ikan kembung/gembung, ikan tongkol,

ikan dencis, dan daging ayam ras

Bergesernya masa tanam di tahun 2010 yang baru dimulai pada Mei-Agustus 2010.

Faktor eksternal: perkembangan harga emas di pasar internasional.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, laju inflasi di Sumut selama triwulan III-2010 mencapai 1,48% (qtq), lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulan II-2010 (2,79%). Penurunan ini akibat Sumut mengalami

deflasi pada bulan Agustus 2010 dan September 2010 yang dipicu oleh penurunan harga

beberapa komoditas bahan makanan.

29  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sumut & Nasional

Kendati mengalami deflasi pada bulan September 2010, beberapa komoditas justru

mengalami kenaikan harga pada September 2010 bila dibandingkan bulan sebelumnya.

Komoditas yang mengalami kenaikan tersebut di antaranya adalah ikan kembung/ gembung

(10,79%), ikan dencis (8,78%), daging ayam ras (2,01%), dan emas perhiasan (4,52%).

Tabel 2.1. Komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi September 2010

Komoditas  Peningkatan Harga (%) 

Ikan kembung/ gembung  10.79 

Ikan tongkol  9.02 

Ikan dencis  8.78 

Emas perhiasan  4.52 

Sewa rumah  2.41 

Daging Ayam Ras  2.01 

Rokok kretek filter  1.88 

Upah pembantu rumah tangga  1.69 

Bahan bakar rumah tangga  1.34 

Kontrak rumah  0.47 

Sumber : BPS, Sumut

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan III-2010 seluruhnya mengalami inflasi.

Tingkat inflasi triwulanan kelompok yang tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik,

gas, dan bahan bakar (2,64%) diikuti dengan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan (2,20%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,22%).

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  30  

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

 

Sumber: BPS

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III-2010 tercatat sebesar 0,38%, setelah

sempat melambung mencapai 5,68% (qtq) pada bulan sebelumnya. Masih sejalan dengan

pemaparan sebelumnya, deflasi Sumut pada 2 bulan di triwulan ini akibat turunnya harga

beberapa komoditas bahan makanan melatarbelakangi penurunan inflasi kelompok ini.

Bahkan kelompok ini memberikan andil deflasi sebesar 0,55% di bulan September 2010. Dari

11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, 4 subkelompok mengalami deflasi dan 7

subkelompok mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan

sebesar 27,03% dan deflasi terendah terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian

dan hasil-hasilnya sebesar 0,06%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok

daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,75% dan inflasi terendah terjadi pada subkelompok

lemak dan minyak sebesar 0,05%.

Grafik 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut

 

31  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada triwulan ini adalah cabai merah, bawang

merah, wortel, telur ayam ras, cabai rawit, kentang, cabai hijau, tauge/kecambah, dan

kembang kol. Kendati demikian juga terdapat komoditas yang mengalami inflasi seperti

daging ayam ras, udang basah, daging sapi, ikan kembung/ gembung, dan kacang tanah.

b. Kelompok Sandang

Pada triwulan III-2010 kelompok sandang mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,13% sedikit

menurun dibandingkan inflasi triwulanan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47%.

Pada bulan September 2010, kelompok ini memberikan andil sebesar 0,08%. Tingkat

konsumsi tertinggi berasal dari subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Komoditas

yang dominan memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah emas perhiasan dan baju

kaos/t-shirt.

Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut

c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III-2010

mencapai 1,22%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,31%. Pada

bulan September 2010, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,06%. Pada

periode ini seluruh subkelompok pada kelompok ini yakni (1) makanan jadi, (2) minuman

yang tidak beralkohol, dan (3) rokok, tembakau, dan minuman beralkohol mengalami

kenaikan inflasi.

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  32  

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut

 

d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi triwulanan sebesar

2,20%, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,47%.

Kenaikan ini khususnya dipicu oleh kenaikan harga pada subkelompok transpor dan sarana

penunjang transpor. Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,16% pada akhir

triwulan III-2010. Komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar adalah tarif angkutan

udara.

Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut

e. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan menurun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari

0,23% pada triwulan II-2010 menjadi 0,09% pada triwulan III-2010. Nilai konsumsi tertinggi

pada kelompok ini adalah subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik diikuti dengan

subkelompok jasa kesehatan, obat-obatan, serta jasa perawatan dan jasmani.

33  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut

  

f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar meningkat cukup tajam

dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 0,21% pada triwulan II-2010 menjadi 2,64%

pada triwulan III-2010. Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 0,03% terhadap inflasi

Sumut. Peningkatan ini dipicu oleh inflasi keempat subkelompoknya yakni (1) biaya tempat

tinggal, (2) bahan bakar, penerangan, dan air, (3) perlengkapan rumah tangga, dan (4)

penyelenggaraan rumah tangga.

Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah upah pembantu rumah

tangga dan kontrak rumah. Kenaikan harga kontrak rumah sejalan dengan peningkatan

harga jual rumah baik tipe kecil, menengah, maupun besar. Berdasarkan hasil Survei Harga

Properti Residensial (SHPR) kota Medan diketahui bahwa harga jual rumah tipe kecil mencapai

Rp135 juta, tipe menengah mencapai Rp648 juta, dan tipe besar mencapai Rp980 juta.

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  34  

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi triwulanan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan III-2010 adalah

sebesar 0,97% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0%. Subkelompok

yang mengalami kenaikan indeks adalah subkelompok jasa pendidikan dan subkelompok

perlengkapan/ peralatan pendidikan. Sumbangan inflasi kelompok ini terhadap inflasi Sumut

sebesar 0,01%.

Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Secara umum inflasi triwulanan 3 kota di Sumut yang diperhitungkan IHK (Indeks Harga

Konsumen)-nya menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi

triwulanan Medan menurun dari 2,12% pada triwulan II-2010 menjadi 1,52% pada triwulan

III-2010. Inflasi Pematangsiantar menurun dari 2,89% pada triwulan II-2010 menjadi 1,08%

pada triwulan III-2010. Inflasi Padangsidempuan menurun dari 2,13% menjadi 0,82%. Di sisi

lain Sibolga justru mengalami kenaikan indeks, inflasi pada triwulan ini meningkat menjadi

2,67% dari sebelumnya sebesar 2,60%.

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)

Sumber: BPS

35  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

2.3. INFLASI TAHUNAN

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Pada triwulan laporan, seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi. Kelompok

barang dan jasa dengan inflasi tahunan tertinggi di Sumut adalah kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau (8,73%) diikuti dengan kelompok perumahan, air, listrik,

gas, dan bahan bakar (7,56%) dan kelompok sandang (6,88%). Sementara itu, kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olah raga merupakan kelompok dengan inflasi terendah yakni

sebesar 0,70%.

Tabel 2.4. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun SepBahan Makanan 11.98 22.96 17.91 18.08 5.14 0.44 9.69 ‐0.38 3.94 10.89 3.14Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.31 9.27 10.41 11.11 10.26 8.77 9.27 9.17 9.72 10.27 8.73Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4.26 6.69 8.63 8.43 7.18 4.70 2.18 3.90 5.29 5.46 7.56Sandang 16.36 14.61 11.29 9.22 10.30 8.39 8.80 7.81 ‐0.16 6.68 6.88Kesehatan 3.18 6.25 7.98 8.21 5.36 2.74 2.29 2.14 3.40 3.58 2.43Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 11.87 12.67 7.77 7.45 8.85 6.52 8.81 7.86 8.30 8.33 0.70Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.82 3.95 3.81 ‐0.05 2.51 ‐6.53 ‐6.24 ‐4.73 ‐0.60 ‐0.19 1.72

Umum 7.27 11.01 10.47 10.72 6.58 2.52 4.56 2.61 4.43 6.93 5.04

2008Kelompok

2009 2010

 

Sumber: BPS, diolah

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 3,14%. Inflasi tersebut

menurun signifikan dibandingkan triwulan lalu sebesar 10,89%. Penurunan tersebut salah

satunya dipicu oleh komoditas cabe merah. Komoditas cabe merah mengalami penurunan

yang drastis kendati pada triwulan lalu harganya justru membumbung tinggi. Rata-rata harga

cabe merah di pasar tradisional pada bulan Juli 2010 mencapai Rp46.679,00 kemudian

menurun menjadi Rp40.639,00 pada bulan Agustus 2010 dan di bulan September 2010

kembali menurun menjadi Rp23.799,00. Nilai konsumsi tertinggi kelompok ini berasal dari

subkelompok (1) daging dan hasil-hasilnya, (2) telur, susu, dan hasil-hasilnya, serta (3) kacang-

kacangan.

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  36  

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III-2010

mencapai 8,73% dan merupakan inflasi tertinggi dari seluruh kelompok. Komoditas yang

dominan memberikan sumbangan inflasi adalah gula pasir dan es. Hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) menunjukkan peningkatan harga gula pasir dari Rp11.403,00 pada awal triwulan

III-2010 menjadi Rp11.833,00 pada akhir triwulan III-2010.

Grafik 2.12. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan III-2010 menurun drastis

dari 8,33% pada triwulan II-2010 menjadi 0,70% pada triwulan III-2010. Hal ini wajar

mengingat kecenderungan inflasi kelompok ini yang tinggi di triwulan II seiring dengan

pergantian tahun ajaran sekolah. Komoditas yang memberikan andil inflasi adalah tarif

37  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

sekolah dasar dan tarif perguruan tinggi. Sedangkan komoditas yang justru memberikan andil

deflasi adalah playstation.

Grafik 2.13. Inflasi Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

d. Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang pada triwulan III-2010 sebesar 6,88%, sedikit meningkat

dibandingkan triwulan lalu sebesar 6,68%. Melambungnya harga emas ditengarai turut

melatarbelakangi inflasi kelompok ini. Harga komoditas emas di pasar internasional terus

melambung. Pada September 2010, harga emas di pasar internasional mencapai

USD1.272/OZ. Di kota Medan sendiri harga emas 24 karat mencapai Rp390.000,00 per gram.

Grafik 2.14. Inflasi Kelompok Sandang

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  38  

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.15. Harga Emas di Pasar Internasional

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III-2010

mengalami peningkatan dari 5,46% menjadi 7,56%. Nilai konsumsi tertinggi dari kelompok

ini berasal dari subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air serta subkelompok

penyelenggaraan rumah tangga.

Grafik 2.16. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

f. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan pada triwulan III-2010. Inflasi kelompok ini

sebesar 2,43% dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,58%. Kendati terjadi penurunan

inflasi pada kelompok ini, namun sepanjang triwulan III-2010 keempat subkelompok

kesehatan seperti (1) jasa kesehatan, (2) obat-obatan, (3) jasa perawatan dan jasmani, dan (4)

perawatan jasmani dan kosmetik cenderung tetap atau tidak mengalami perubahan indeks.

39  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 2.17. Inflasi Kelompok Kesehatan

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Setelah mengalami deflasi selama 2 triwulan berturut-turut, pada triwulan III-2010 kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,72%. Peningkatan

ini seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2010.

Penyesuaian tarif angkutan umum baik darat, laut maupun udara menjelang hari raya

mendorong kenaikan inflasi kelompok ini, khususnya subkelompok transpor.

Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Tingkat inflasi Sibolga 5,26% (yoy) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota

lainnya di Sumut, diikuti dengan Medan sebesar 5,16% (yoy), Pematangsiantar (4,65%), dan

Padangsidempuan (3,71%).

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah  40  

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun SepMedan 7.01 11.87 11.04 10.00 6.37 2.45 4.61 2.69 4.65 7.05 5.16Pematang Siantar 8.48 14.96 12.30 11.60 6.89 2.62 4.52 2.72 4.00 6.90 4.65Padang Sidempuan 8.71 15.24 12.47 11.43 8.50 1.73 3.12 1.87 2.29 5.60 3.71Sibolga 8.37 12.39 14.52 13.99 7.88 4.80 5.19 1.59 3.36 6.06 5.26Gabungan 7.27 11.01 10.47 10.72 6.58 2.52 4.56 2.61 4.43 6.93 5.04

2010Kota

2008 2009

 

Sumber: BPS, diolah

Kenaikan laju inflasi kota Medan dan Pematangsiantar terutama disumbang oleh kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sementara itu, inflasi kota Padangsidempuan

dan Sibolga terutama disumbang oleh kelompok sandang.

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah

41  Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2 

 

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Penelitian ini mengidentifikasi derajat persistensi inflasi Sumatera Utara (Sumut) dengan

menggunakan metode autoregressive, bootstrap, dan rolling regression. Marques (2005)

menyebutkan salah satu definisi persistensi inflasi sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk

kembali ke tingkat ekuilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Tingkat kecepatan yang

tinggi menunjukkan bahwa tingkat persistensi inflasi rendah dan sebaliknya tingkat

persistensi inflasi yang tinggi ditunjukkan oleh lamanya tingkat inflasi kembali ke level

ekuilibriumnya. Guna mengetahui pengaruh ekspektasi inflasi, penelitian ini menggunakan

metode Hybrid New Keynesian Philips Curve.

Penentuan komoditas yang secara persisten menyebabkan inflasi di Sumut ditentukan

berdasarkan rata-rata kontribusi tertinggi terhadap inflasi. Berdasarkan pendekatan ini

diketahui terdapat 19 komoditas yang total kontribusinya mencapai 66,88% dari level inflasi

Sumut, komoditas tersebut adalah:

beras gula pasir minyak tanah angkutan antar kotadencis rokok kretek tarif listrik angkutan dalam kotacabe merah rokok kretek filter emas perhiasan bensinminyak goreng kontrak rumah Sekolah Dasar tarif telponnasi sewa rumah SLTA

Hasil estimasi mengindikasikan bahwa derajat persistensi inflasi Sumut relatif tinggi, yakni

sebesar 0,92, sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk

stabilisasi inflasi setelah shock terjadi. Hasil estimasi derajat persistensi inflasi Sumut pada

periode pra Inflation Targetting Framework (ITF) dan pasca ITF justru menunjukkan bahwa

derajat persistensi inflasi sebagian besar komoditas di Sumut pada periode pasca ITF lebih

tinggi dibandingkan pra ITF. Kecenderungan masyarakat untuk merepresentasikan inflasi

dengan inflasi periode sebelumnya (backward looking) turut melatarbelakangi hal ini. Dapat

pula mengindikasikan bahwa ITF tidak cukup mengarahkan secara konsisten kinerja inflasi

menjadi lebih baik. Kendati demikian, hasil pengujian dengan wald test menunjukkan bahwa

hanya komoditas dencis, cabe merah, minyak goreng, dan angkutan dalam kota yang

meningkat signifikan setelah ITF.

PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SUMATERA UTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

BOKS 4

42 Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara| Boks 4

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Diketahui pula bahwa inflasi Sumut konvergen dengan inflasi Nasional maupun inflasi

provinsi-provinsi yang memiliki keterkaitan erat dengan Sumut berdasarkan Inter Regional

Input Output (IRIO) tahun 2005 seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa

Timur. Tingkat konvergensi inflasi Sumut dengan inflasi nasional maupun inflasi provinsi-

provinsi tersebut meningkat setelah adanya penerapan ITF.

Koefisien Konvergensi

Full Sample Pra ITF Pasca ITFSumut‐Nasional 0.94 0.93 0.84Sumut‐Jabar 0.92 0.89 0.59Sumut‐DKI Jakarta 0.94 0.92 0.80Sumut‐Jateng 0.92 0.90 0.80Sumut‐Jatim 0.95 0.94 0.86

Keterangan: Full Sample: Januari 2000-April 2008 Pra ITF: Januari 2000-Juni 2005 Pasca ITF: Juli 2005-April 2008

Berdasarkan Hybrid New Keynesian Philips Curve, inflasi Sumut dipengaruhi oleh ekspektasi

inflasi yang lebih bersifat backward looking. Mengingat persistensi inflasi juga berimplikasi

pada daya beli masyarakat dan inefisiensi dalam suatu perekonomian maka diperlukan upaya

untuk menekan persistensi inflasi khususnya komoditas-komoditas yang inflasinya tinggi dan

vital. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan peran TPID dalam

mengendalikan inflasi daerah. Keberhasilan mengendalikan inflasi terlebih pada saat

menguatnya tekanan inflasi dapat meningkatkan kredibilitas BI di mata stakeholders

khususnya stakeholders daerah. Pada akhirnya pelaku usaha yang dominan dalam

pembentukan harga dan inflasi memiliki orientasi forward looking, sehingga derajat

persistensi inflasi pun semakin menurun. Selain itu, diperlukan program stabilisasi harga tidak

hanya dilakukan untuk komoditas yang crucial tetapi juga komoditas yang memiliki derajat

persistensi inflasi tinggi. Tidak kalah penting adalah pembentukan klaster komoditas

penyumbang inflasi atau komoditas yang persisten tingkat inflasinya. Kantor Bank Indonesia

Medan berencana membentuk klaster cabe guna menjaga pasokan cabe di wilayah Sumut

sekaligus meningkatkan kualitas komoditas tersebut.

Sumber: Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian

Sumatera Utara, Kelompok Kajian Ekonomi-Kantor Bank Indonesia Medan

Boks 4 | Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara

43

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Penelitian ini mengidentifikasi derajat persistensi inflasi Sumatera Utara (Sumut) dengan

menggunakan metode autoregressive, bootstrap, dan rolling regression. Marques (2005)

menyebutkan salah satu definisi persistensi inflasi sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk

kembali ke tingkat ekuilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Tingkat kecepatan yang

tinggi menunjukkan bahwa tingkat persistensi inflasi rendah dan sebaliknya tingkat

persistensi inflasi yang tinggi ditunjukkan oleh lamanya tingkat inflasi kembali ke level

ekuilibriumnya. Guna mengetahui pengaruh ekspektasi inflasi, penelitian ini menggunakan

metode Hybrid New Keynesian Philips Curve.

Penentuan komoditas yang secara persisten menyebabkan inflasi di Sumut ditentukan

berdasarkan rata-rata kontribusi tertinggi terhadap inflasi. Berdasarkan pendekatan ini

diketahui terdapat 19 komoditas yang total kontribusinya mencapai 66,88% dari level inflasi

Sumut, komoditas tersebut adalah:

beras gula pasir minyak tanah angkutan antar kotadencis rokok kretek tarif listrik angkutan dalam kotacabe merah rokok kretek filter emas perhiasan bensinminyak goreng kontrak rumah Sekolah Dasar tarif telponnasi sewa rumah SLTA

Hasil estimasi mengindikasikan bahwa derajat persistensi inflasi Sumut relatif tinggi, yakni

sebesar 0,92, sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk

stabilisasi inflasi setelah shock terjadi. Hasil estimasi derajat persistensi inflasi Sumut pada

periode pra Inflation Targetting Framework (ITF) dan pasca ITF justru menunjukkan bahwa

derajat persistensi inflasi sebagian besar komoditas di Sumut pada periode pasca ITF lebih

tinggi dibandingkan pra ITF. Kecenderungan masyarakat untuk merepresentasikan inflasi

dengan inflasi periode sebelumnya (backward looking) turut melatarbelakangi hal ini. Dapat

pula mengindikasikan bahwa ITF tidak cukup mengarahkan secara konsisten kinerja inflasi

menjadi lebih baik. Kendati demikian, hasil pengujian dengan wald test menunjukkan bahwa

hanya komoditas dencis, cabe merah, minyak goreng, dan angkutan dalam kota yang

meningkat signifikan setelah ITF.

Diketahui pula bahwa inflasi Sumut konvergen dengan inflasi Nasional maupun inflasi

provinsi-provinsi yang memiliki keterkaitan erat dengan Sumut berdasarkan Inter Regional

PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SUMATERA UTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

BOKS

Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara| Boks

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Input Output (IRIO) tahun 2005 seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa

Timur. Tingkat konvergensi inflasi Sumut dengan inflasi nasional maupun inflasi provinsi-

provinsi tersebut meningkat setelah adanya penerapan ITF.

Koefisien Konvergensi

Full Sample Pra ITF Pasca ITFSumut‐Nasional 0.94 0.93 0.84Sumut‐Jabar 0.92 0.89 0.59Sumut‐DKI Jakarta 0.94 0.92 0.80Sumut‐Jateng 0.92 0.90 0.80Sumut‐Jatim 0.95 0.94 0.86

Keterangan: Full Sample: Januari 2000-April 2008 Pra ITF: Januari 2000-Juni 2005 Pasca ITF: Juli 2005-April 2008

Berdasarkan Hybrid New Keynesian Philips Curve, inflasi Sumut dipengaruhi oleh ekspektasi

inflasi yang lebih bersifat backward looking. Mengingat persistensi inflasi juga berimplikasi

pada daya beli masyarakat dan inefisiensi dalam suatu perekonomian maka diperlukan upaya

untuk menekan persistensi inflasi khususnya komoditas-komoditas yang inflasinya tinggi dan

vital. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan peran TPID dalam

mengendalikan inflasi daerah. Keberhasilan mengendalikan inflasi terlebih pada saat

menguatnya tekanan inflasi dapat meningkatkan kredibilitas BI di mata stakeholders

khususnya stakeholders daerah. Pada akhirnya pelaku usaha yang dominan dalam

pembentukan harga dan inflasi memiliki orientasi forward looking, sehingga derajat

persistensi inflasi pun semakin menurun. Selain itu, diperlukan program stabilisasi harga tidak

hanya dilakukan untuk komoditas yang crucial tetapi juga komoditas yang memiliki derajat

persistensi inflasi tinggi. Tidak kalah penting adalah pembentukan klaster komoditas

penyumbang inflasi atau komoditas yang persisten tingkat inflasinya. Kantor Bank Indonesia

Medan berencana membentuk klaster cabe guna menjaga pasokan cabe di wilayah Sumut

sekaligus meningkatkan kualitas komoditas tersebut.

Sumber: Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian

Sumatera Utara, Kelompok Kajian Ekonomi-Kantor Bank Indonesia Medan

Boks | Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara 43

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Tingkat penghasilan dan ekspektasi penghasilan di masa yang akan datang merupakan salah

satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur tingkat keyakinan konsumen terhadap

perekonomian sekaligus mencerminkan daya beli masyarakat di Sumatera Utara. Berdasarkan

hasil Survei Konsumen (SK) oleh Kantor Bank Indonesia Medan diperoleh gambaran bahwa

terdapat kecenderungan adanya peningkatan penghasilan dan ekspektasi penghasilan

walaupun tidak terlalu signifikan. Hal itu sekaligus mengindikasikan bahwa masyarakat

semakin optimis. Dari survei tersebut juga diketahui bahwa inflasi Sumut sejalan dengan

indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu dan indeks ekspektasi penghasilan

6 bulan yang akan datang. Peningkatan penghasilan masyarakat cenderung diikuti dengan

peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi berdampak pada peningkatan harga terlebih

lagi bila tidak didukung dengan stok yang memadai. Fenomena ini dapat mendorong

terjadinya inflasi.

Sejalan dengan tingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja juga turut berkontribusi

dalam pembentukan inflasi. Secara umum ketersediaan lapangan kerja saat ini dan 6 bulan

yang akan datang juga sejalan dengan inflasi.

44

PENGARUH EKSPEKTASI PENGHASILAN TERHADAP PEMBENTUKAN INFLASI DI SUMATERA UTARA

BOKS 5

Boks 5 | Daya Beli Masyarakat dan Inflasi

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Peningkatan ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja harus diimbangi dengan

ketersediaan barang dan jasa. Bila tidak, maka hal ini juga akan memicu inflasi. Inflasi yang

tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat khususnya yang berpenghasilan tetap.

Konsekuensinya, tingkat kesejahteraan pun ikut terpengaruh (menurun). Di sinilah diperlukan

peran yang lebih besar dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk menjaga ketersediaan

barang dan jasa sehingga menghindari terjadinya lonjakan inflasi.

45 Daya Beli Masyarakat dan Inflasi| Boks 5

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Inflasi adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung

terus-menerus. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi. Tingkat inflasi

merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang

dihadapi suatu negara maupun tingkat daerah.

Ada tiga jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu demand-pull inflation, cost-push

inflation dan inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Demand-pull inflation atau

inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena

adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang

dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang

yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi ini biasanya berlaku pada saat

perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-

nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat

pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang

ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan

harga yang terus-menerus.

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan adalah masalah upah yang rendah dan

tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pertambahan tenaga kerja

baru jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan lapangan kerja setiap tahunnya. Khusus di

Sumut, penambahan jumlah penduduk tidak serta merta diikuti oleh peningkatan jumlah

pengangguran. Selama kurun waktu lima tahun (2005-2010), tingkat pengangguran Sumut

telah berkurang sebesar 3%.

Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Sumut

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010Penduduk (juta jiwa) 12.33 12.64 12.83 13.04 13.00 12.99Angkatan Kerja (juta jiwa) 5.80 5.49 5.65 6.09 6.30 6.40Bekerja (juta jiwa) 5.17 4.86 5.08 5.54 5.77 5.89Pengangguran (ribu jiwa) 637 632.05 571.33 554.54 532.43 512.83Tingkat Pengangguran (%) 11.00 11.51 10.10 9.10 8.45 8.01

Sumber : BPS Sumut.

INFLASI DAN PENGANGGURAN SUMUT BOKS 6

Boks 1 | Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 48

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Seiring dengan penurunan tingkat pengangguran, kondisi perekonomian yang semakin

kondusif juga disertai dengan penurunan tingkat inflasi. Setelah mengalami inflasi yang

cukup tinggi sebesar 22,38% pada tahun 2005, inflasi Sumut kembali pada posisi terendah

yaitu 2,61% pada 2009.

Perkembangan Inflasi Sumut

5.73

14.78

9.60

4.23

6.81

22.38

6.00 6.60

10.72

2.61

5.19

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

Sumber : BPS Sumut

Hubungan Inflasi terhadap Pengangguran

Hubungan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Sumut dapat digambarkan seperti

dibawah ini :

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

Infla

si (%

)

Pengangguran (%)

Sumber : BPS Sumut,diolah

47 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran| Boks

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Secara statistik diperoleh nilai koefisien determinasi R squared sebesar 0,0319 yang

menunjukkan bahwa antara inflasi dan pengangguran memiliki korelasi. Bernilai positif,

artinya ada pengaruh positif antara inflasi dan pengangguran. Semakin tinggi tingkat inflasi

Sumut akan meningkatkan jumlah pengangguran. Keadaan ini berarti penciptaan

kesempatan kerja dan kestabilan harga tidak dapat terjadi bersama-sama. Bila kebijakan yang

dipilih adalah kestabilan harga, maka akan menanggung beban tingkat pengangguran yang

tinggi, demikian pula sebaliknya. Kedua pilihan tersebut tentu saja sama-sama sulit untuk

dilakukan. Padahal tingkat inflasi yang rendah bersama-sama dengan tingkat pengangguran

yang rendah, disamping pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, merupakan tujuan yang

ingin dicapai oleh setiap negara dan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi.

Karena keterbatasan data yang digunakan untuk melihat korelasi antara pengaruh inflasi dan

pengangguran, maka hasil yang diperoleh masih kurang sesuai dengan teori Arthur Phillips

yang menyatakan bahwa saat inflasi tinggi maka tingkat pengangguran akan menurun.

Selanjutnya, pemerintah perlu mengkaji lebih khusus lagi kebijakan apa yang sebaiknya

dijadikan prioritas.

Boks 1 | Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 48

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB III Perkembangan Perbankan Daerah

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH  

49  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

” Sejalan dengan perkembangan kinerja perekonomian yang masih positif, kondisi

perbankan Sumut hingga triwulan laporan masih menunjukkan peningkatan. Fungsi

intermediasi perbankan dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit kepada

masyarakat masih terjaga di level yang optimal.“

3.1. KONDISI UMUM

Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan

aset tertinggi sepanjang tahun 2010. Aset di triwulan III-2010 tumbuh 6,51% (quarter to

quarter / qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari Rp118,87 triliun menjadi

Rp126,61 triliun. Angka pertumbuhan aset triwulanan ini lebih tinggi daripada angka

pertumbuhan di triwulan I dan II tahun 2010 yang masing-masing tercatat sebesar -0,99%

dan 3,71%. Kenaikan aset yang tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai dana pihak

ketiga (DPK) milik masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Sumatera Utara. Total DPK

pada triwulan III 2010 tumbuh 5,18% (qtq) menjadi Rp102,94 triliun dari Rp97,87 triliun di

triwulan II 2010. Pertumbuhan DPK triwulanan ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi

sepanjang tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan I

dan II 2010 yang masing-masing tercatat sebesar 0,55% dan 2,59%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit

dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan

tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka

pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun 2010. Pertumbuhan seluruh indikator

perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh

sepanjang tahun 2010.

Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut

 Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

BBBAAABBB 333  

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan III tahun 2010 relatif terjaga dengan baik

yang antara lain terlihat dari rasio kredit terhadap DPK ( loan to deposit ratio / LDR) yang

masih berada di atas 80%, walaupun terdapat sedikit penurunan yang disebabkan karena

adanya kenaikan DPK yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,18% (qtq) pada triwulan ini yang

melebihi pertumbuhan kredit sebesar 4,70% (qtq). Sementara jika dibandingkan dengan

triwulan III 2009, terdapat kenaikan sebesar 5,22%, yang menunjukkan peningkatan fungsi

intermediasi yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun lalu.

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan DPK Sumut hingga triwulan III 2010 mencapai Rp102,94 triliun, atau

meningkat 5,18% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat 13,99%

(yoy) dibandingkan triwulan III 2009.

Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan berupa tabungan dan deposito

dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 9,44% dan 2,79% (qtq).

Sedangkan instrumen giro hanya mengalami kenaikan 1,94%, mengindikasikan

adanya peningkatan preferensi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank

walaupun sebagian besar masih dalam bentuk instrumen jangka pendek yaitu

tabungan.

Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan dengan

kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 24,02%(yoy). Sedangkan

giro dan deposito naik masing-masing sebesar 6,98% (yoy) dan 8,70% (yoy).

Pertumbuhan deposito yang relatif rendah dibandingkan dengan pertumbuhan giro

dan tabungan diindikasikan sebagai dampak penurunan rata-rata tertimbang suku

bunga deposito yang relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan rata-rata

tertimbang suku bunga giro dan tabungan.

Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut  

0.00

0.02

0.04

0.06

0.08

0.10

0.12

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw.II

Tw.III

2007 2008 2009 2010

RpTriliun

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

%

DPK (Rp. Tri l iun) Pertumbuhan (%, qtq)Pertumbuhan (%, yoy)

 Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  50  

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Ditinjau dari strukturnya, DPK perbankan di Sumatera Utara masih tetap didominasi

oleh deposito sebesar 42,26% dari total DPK dengan nilai Rp43,50 triliun, diikuti

tabungan 39,88% (Rp41,05 triliun) dan giro 17,86% (Rp18,39 triliun).

Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut

0

20

40

60

80

100

120

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III

2007 2008 2009 2010

Rp Triliun

Giro  Tabungan Deposito

 Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Sementara itu dilihat dari suku bunga dari triwulan II ke triwulan III tahun 2010,

masih terdapat penurunan rata-rata tertimbang suku bunga pada instrumen giro

dan tabungan masing-masing turun sebesar 0,10% dari 1,98% menjadi 1,88%, dan

0,07% dari 2,65% menjadi 2,58%. Sementara suku bunga deposito justru

mengalami kenaikan 0,16% yaitu dari 6,09% menjadi 6,25%.

3.2.2. Penyaluran Kredit

Pada triwulan III-2010 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 4,70% (qtq) dari

Rp80,70 triliun menjadi Rp84,49 triliun. Dengan demikian maka secara tahunan

pertumbuhan kredit hingga akhir triwulan III 2010 mencapai 21,73% yang

diperkirakan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional yang terus membaik

seiring dengan membaiknya perekonomian global. Pertumbuhan kredit di triwulan III

2010 terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja yang mengalami

pertumbuhan tertinggi sebesar 10,03% (qtq). Hal ini menunjukkan pertumbuhan di

sektor riil pada triwulan III 2010 sehingga meningkatkan permintaan akan kredit

untuk modal kerja usahanya. Namun demikian untuk ekspansi kapasitas usaha, para

pelaku usaha nampaknya masih dalam posisi menunggu yang tercermin dari adanya

penurunan kredit investasi sebesar 8,50% di triwulan III 2010.

51  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 3. 3 Perkembangan Kredit Sumut

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III

2007 2008 2009 2010

Rp Triliun

(5)

5

10

15

20

25

30

35

40

45

%Kredit  Pertumbuhan (%, qtq) Pertumbuhan (%, yoy)

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Pertumbuhan kredit modal kerja yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

kredit investasi dan kredit konsumsi pada triwulan III 2010 relatif tidak merubah

struktur kredit Sumatera Utara yang masih didominasi kredit modal kerja sebesar

Rp44,19 triliun (52,30%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-

masing sebesar Rp23,83 triliun (28,20%) dan Rp16,47 triliun (19,50%).

Grafik 3. 4 Struktur Kredit Sumut

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

Rp TriliunModal  Kerja Investasi Konsumsi

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Komposisi penyaluran kredit menurut sektor ekonomi pada triwulan III 2010 relatif

sama dengan triwulan sebelumnya, dengan dominasi sektor Industri Pengolahan,

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Pertanian dengan porsi

masing-masing sebesar 22,78%, 21,74% dan 14,13%. Jika dibandingkan dengan

posisi triwulan II 2010, terdapat sedikit penurunan pangsa sektor Industri

Pengolahan dari 24,00%. Sementara pangsa sektor Perdagangan, Restoran dan

Hotel naik sedikit dari 20,83%. Kenaikan di sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel

ini menunjukkan semakin maraknya kegiatan perdagangan di Sumatera Utara

seiring dengan penerapan ASEAN-China Free Trade Area. 

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  52  

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 3. 5 Perkembangan Kredit dan Pangsanya menurut Sektor Ekonomi

0

5

10

15

20

25

30

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw.III

2007 2008 2009 2010

Rp Triliun

Pertanian PertambanganIndustri  Pengolahan Listrik, Gas, dan AirKonstruksi Perdagangan, Restoran dan HotelPengangkutan, Pergudangan & Kom. Jasa Dunia UsahaJasa Sosial  Masyarakat Lainnya

Pertanian PertambanganIndustri Pengolahan Listrik, Gas, dan AirKonstruksi Perdagangan, Restoran dan HotelPengangkutan, Pergudangan & Kom. Jasa Dunia UsahaJasa Sosial Masyarakat Lainnya

  

3.2.3. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Jumlah kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (sesuai definisi UMKM yang

ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM) pada akhir

triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp22,20 triliun. Dengan demikian rasio total kredit

UMKM di Sumatera Utara terhadap total kredit mencapai 26,28%. Dari jumlah ini

sebagian besar tergolong sebagai kredit Kecil yaitu sebesar Rp 9,96 triliun atau

44,86% dari total kredit UMKM. Sedangkan kredit Menengah dan kredit Mikro

masing-masing tercatat sebesar Rp 8,73 triliun (39,32%) dan Rp3,51 triliun

(15,81%).

Grafik 3. 6 Pangsa Kredit UMKM Sumut

Mikro

Kecil

Menengah

 

3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN 

3.3.1. Risiko Kredit

Non Performing Loans (NPL) secara net pada triwulan III 2010 tercatat sebesar

1,96% sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,68%

namun masih berada di bawah batas maksimum sebesar 5%. NPL perbankan

Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas maksimum sejak tahun 2008 ini

menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumatera Utara yang relatif stabil meskipun

terdapat pelambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak

krisis keuangan global.

53  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 3. 7 NPL Gross

8.60%8.37%

3.63%3.32%3.16%2.81%

3.63%3.86%3.89%3.58%3.51%3.59%3.69%

8.01%

6.24%

0%1%2%

3%4%5%6%7%

8%9%

10%

Tw. I Tw. II Tw.III

Tw.IV

Tw. I Tw. II Tw.III

Tw.IV

Tw. I Tw. II Tw.III

Tw.IV

Tw. I Tw.II Tw.III

2007 2008 2009 2010

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Sementara itu rasio NPL secara gross juga relatif stabil walaupun mengalami sedikit

peningkatan menjadi 3,69% dari 3,59% pada triwulan sebelumnya.

3.3.2. Risiko Likuiditas

Pada akhir triwulan III 2010 cash ratio tercatat sebesar 6,30% meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,19%. Rasio ini yang selalu berada di

atas batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 3% menunjukkan kondisi likuiditas

perbankan Sumatera Utara yang cukup baik.

Grafik 3. 8 Cash Ratio

8.02%7.44%

6.62%6.42%

5.55%5.99%

5.26%5.92%

4.83%4.95%5.19%

6.30%

9.04%9.32%

8.97%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

2007 2008 2009 2010

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

3.3.3. Risiko Pasar

Pada triwulan III 2010 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam

jangka panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring

dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya,

pada triwulan III 2010 hampir seluruh instrumen mengalami penurunan suku bunga

kecuali instrumen deposito yang mengalami sedikit kenaikan yang nampaknya

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  54  

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

disebabkan karena adanya keinginan perbankan untuk meningkatkan likuiditas

jangka panjangnya. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan yang mengalami

penurunan yaitu giro dan deposito dari 1,98% dan 2,65% menjadi 1,88% dan

2,58%. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit menurun dari

12,01% menjadi 11,85%. Sedangkan rata-rata tertimbang suku bunga deposito

mengalami kenaikan dari 6,09% menjadi 6,25%.

Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan

penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan

Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan

net interest margin bank.

Grafik 3.9 Pergerakan suku bunga perbankan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Giro Tabungan Deposito Kredit

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

3.4. PERBANKAN SYARIAH

Aset perbankan syariah triwulan III 2010 sebesar Rp4,41 triliun, naik 14,55% dibandingkan

triwulan II 2010. Pembiayaan perbankan syariah triwulan II 2010 sebesar Rp4,37 triliun atau

naik 6,07% dibandingkan triwulan II 2010. DPK perbankan syariah triwulan III 2010

sebesar Rp2,40 triliun atau meningkat 9,09% dibandingkan triwulan II 2010. Bila

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, aset perbankan syariah naik 4,50%.

Sementara pembiayaan dan DPK mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,68% dan

0,41%.

55  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 3. 10 Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw. III

Tw. IV

Tw. I

Tw. II

Tw.III*

2007 2008 2009 2010

Rp Triliun

Aset Pembiayaan DPK

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara berjalan dengan

baik yang terlihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencapai 182,08%. Angka ini

mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan triwulan II 2010 sebesar 187,27%.

Tingginya FDR tersebut mengindikasikan bahwa produk pembiayaan lebih diminati

masyarakat dibandingkan produk dana sehingga perbankan syariah di Sumatera Utara

masih mengandalkan dana pihak ketiga yang dihimpun dari provinsi lainnya dalam

memberikan pembiayaan.

Grafik 3. 11 FDR Perbankan Syariah 

195.63%182.57% 179.53% 183.50% 187.27%182.08%

227.35%

195.81%181.39%

185.08%183.12%

227.01%

204.36%

178.60%175.00%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III

2007 2008 2009 2010

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Aset BPR di Sumatera Utara triwulan III 2010 mencapai Rp0,64 triliun, meningkat 3,23%

dibandingkan triwulan II 2010 atau 16,36% (yoy). Sedangkan kredit untuk triwulan III 2010

tercatat sebesar Rp0,48 triliun relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya atau tumbuh

11,63% (yoy) dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Jumlah dana masyarakat yang

dihimpun tercatat sebesar Rp0,46 triliun atau mengalami pertumbuhan 2,22%

dibandingkan triwulan II 2010 atau 12,20% (yoy) jika dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya.

BAB 3 | Perkembangan Perbankan Daerah  56  

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Grafik 3. 12 Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III

2007 2008 2009 2010

Triliun

Aset Kredit DPK

  Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Kegiatan intermediasi BPR di Sumatera Utara berjalan baik yang tercermin dari LDR yang

cukup tinggi pada triwulan III 2010 hingga mencapai angka 104,35% dari angka 106,67%

pada triwulan sebelumnya.

Grafik 3. 13 LDR BPR

111.76%104.88% 104.76% 104.55% 106.67% 108.89%

127.27%

107.14%117.45%

101.68% 100.00%106.45% 108.57% 105.41%

102.56%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III

2007 2008 2009 2010 

Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

57  Perkembangan Perbankan Daerah | BAB 3 

 

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Secara umum, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh sektor konsumsi. Meskipun hal

ini justru mencerminkan perekonomian yang kurang berkualitas, namun untuk saat ini,

kekuatan konsumsi menjadi salah satu sandaran harapan kita akan pertumbuhan ekonomi.

Begitu pula yang terjadi di Sumatera Utara. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi

Sumut masih ditopang oleh aktivitas sektor konsumsi.

Untuk mendorong kinerja sektor konsumsi, diperlukan peran aktif lembaga keuangan

khususnya perbankan. Harapan yang besar terhadap perbankan begitu penting dalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ini tentunya terkait dengan sisi

penyaluran dana pihak ketiga kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan penyaluran

kredit. Penyaluran kredit oleh perbankan memberikan dampak yang cukup besar bagi

perekonomian karena dapat mendorong kinerja konsumsi rumah tangga yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap daya beli. Untuk di Sumut sendiri, pertumbuhan kredit saat ini cukup

ditolong dengan topangan dari pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 35,09% pada

September 2010 (yoy) dengan share dari total kredit sebesar 28,20%. Selain itu juga dapat

mendorong kinerja investasi. Meskipun share dari kredit investasi masih dibawah share kredit

modal kerja dan konsumsi, akan tetapi masih mempunyai dampak ekspansi pada sektor riil,

yang tentunya turut juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti oleh peran aktif dari perbankan akan mengakibatkan

target ekonomi Sumut akan sulit dicapai. Perbankan yang merupakan mitra usaha pemerintah

diharapkan mampu meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat agar ekonomi dapat

tumbuh lebih tinggi. Pemerintah Sumut sendiri melalui Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD), pada tahun 2011 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar

6,50%, naik dari target pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,27%, sehingga hal ini

merupakan peluang bagi perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit.

Bank Indonesia (BI) sendiri, dalam upaya mendorong perbankan lebih aktif menyalurkan

kreditnya telah mengeluarkan kebijakan mengenai rasio kredit dana pihak ketiga (loan to

deposit ratio/LDR) dalam kisaran minimal 78% hingga 100%. Selain itu, BI juga menaikkan

Giro Wajib Minimum (GWM) dari 5% menjadi 8%. Kebijakan baru yang mengikat itu

diharapkan dapat mendorong perbankan lebih mengambil porsi dalam penyaluran kredit.

58 Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut| Boks 7

KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMUT BOKS 7

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Perbankan Sumut sendiri sebenarnya sudah menyalurkan kredit cukup besar, namun nasabah

banyak yang menunda menarik kredit dari bank. Fasilitas kredit yang belum dicairkan per

September 2010 mencapai Rp5,60 triliun dari total kredit sebesar Rp84,49 triliun.

y = -0.263x + 9.547R² = 0.277

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Pertu

mbu

han

Ekon

omi (

%)

Kredit (%)

Korelasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif.

Apabila kredit perbankan mengalami kenaikan, akan turut mempengaruhi peningkatan

pertumbuhan ekonomi dengan nilai R squared sebesar 0,277.

Dari hasil R-squared yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut apakah secara riil kredit

yang disalurkan oleh perbankan berlokasi di Sumut atau tidak, yang pada akhirnya akan turut

mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.

Boks 7 | Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut 59

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 60

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. Realisasi APBD 2010 4.1. Realisasi APBD 2010

Hingga triwulan III 2010, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut)

mencapai 54%. Sebagian besar anggaran yang belum terealisasi merupakan proyek fisik

dari 4 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yaitu: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman

(Tarukim), Dinas Bina Marga, Dinas Pendidikan (Disdik), dan Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air (PSDA). Beberapa program telah dilaksanakan namun masih dalam proses

pengerjaan hingga belum sampai ke tahap pembayaran. Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara akan memacu kinerja dari SKPD terkait hingga mencapai realisasi 100% di akhir

tahun 2010 di antaranya dengan memacu realisasi proyek dan program kerja SKPD yang

realisasi anggarannya masih minim

Hingga triwulan III 2010, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut)

mencapai 54%. Sebagian besar anggaran yang belum terealisasi merupakan proyek fisik

dari 4 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yaitu: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman

(Tarukim), Dinas Bina Marga, Dinas Pendidikan (Disdik), dan Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air (PSDA). Beberapa program telah dilaksanakan namun masih dalam proses

pengerjaan hingga belum sampai ke tahap pembayaran. Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara akan memacu kinerja dari SKPD terkait hingga mencapai realisasi 100% di akhir

tahun 2010 di antaranya dengan memacu realisasi proyek dan program kerja SKPD yang

realisasi anggarannya masih minim

Percepatan realisasi program ini diharapkan tidak hanya memberikan peningkatan

terhadap daya serap dan pelaksanaan program tetapi juga penting untuk mempercepat

pembangunan hingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Percepatan realisasi program ini diharapkan tidak hanya memberikan peningkatan

terhadap daya serap dan pelaksanaan program tetapi juga penting untuk mempercepat

pembangunan hingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

4.2. Rencana APBD Sumatera Utara Tahun 2011 4.2. Rencana APBD Sumatera Utara Tahun 2011

Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan

pada 11 Oktober 2010. RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun.

Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan

pada 11 Oktober 2010. RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun.

Tabel 4.1. RAPBD Sumatera Utara Tahun 2011 Tabel 4.1. RAPBD Sumatera Utara Tahun 2011

Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah

BBBAAABBB 444

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Belanja Daerah

Belanja daerah dapat dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung Rp2,20 triliun atau

sekitar 48,57% dan belanja langsung Rp2,33 triliun (51,43%). Belanja tidak langsung

dialokasikan untuk membiayai belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, bagi hasil untuk

kabupaten/ kota, bantuan keuangan untuk kabupaten/kota, dan belanja tidak terduga,

sementara belanja langsung untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja

modal.

Grafik 4.1. Komposisi Belanja menurut RAPBD Sumut Tahun 2011

Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah

Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun itu terdiri atas Rp4,23 triliun alokasi untuk

urusan wajib dan Rp306,76 miliar untuk urusan pilihan. Alokasi untuk urusan wajib

meliputi pendidikan, kesehatan, Pekerjaan Umum (PU), penataan ruang, perencanaan

pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, sosial, tenaga kerja, koperasi dan UKM,

penanaman modal, kebudayaan dan pariwisata, pemuda dan olahraga, kesatuan bangsa

dan politik, pemerintahan umum, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat desa,

komunikasi dan informasi, dan perpustakaan. Sedangkan belanja menurut urusan pilihan,

yaitu pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan dan

perindustrian.

Pendapatan Daerah

Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun

atau meningkat Rp848,27 miliar (24,70%) dibandingkan pendapatan 2010. Pendapatan

daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,056 triliun atau sekitar

71,36%, kemudian dana perimbangan Rp1,199 triliun (28,00%) dan lain-lain pendapatan

daerah yang sah sebesar Rp27,756 miliar atau 0,65 %.

61 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Besarnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah Sumut pada 2011 diperoleh dari

pajak daerah sebesar Rp2,756 triliun atau 64,39% dari total pendapatan daerah,

kemudian retribusi daerah Rp21,105 miliar (0,49%), hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan Rp201,137 miliar (4,7%) dan lain-lain PAD yang sah Rp75,881 miliar

(1,77%). Pajak daerah masih merupakan sumber utama PAD pada RAPBD 2011 ini. Jika

dibandingkan dengan pajak daerah pada APBD 2010, maka pendapatan pajak daerah

pada APBD 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp714,737 miliar atau 34,98%.

Grafik 4.2. Komposisi PAD menurut RAPBD Sumut Tahun 2011

Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah

Sedangkan dana perimbangan memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap

pendapatan daerah, yang bersumber dari bagi hasil pajak dan bukan pajak sebesar

Rp315,956 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp853,895 miliar, dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) Rp29,138 miliar. Sumber pendapatan daerah lainnya berasal dari lain-lain

pendapatan daerah yang sah, yang merupakan kontribusi terkecil terhadap pendapatan

daerah, dimana perolehannya direncanakan berasal dari penerimaan hibah dalam bentuk

annual fee sebesar Rp27,756 miliar.

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 62

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Grafik 4.3. Komposisi Dana Perimbangan menurut RAPBD Sumut Tahun 2011

Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah

Defisit anggaran akan ditutup dari selisih penerimaan pembiayaan yang berasal dari

estimasi SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) tahun 2010 yang diproyeksikan

Rp441,997 miliar lebih, dengan pengeluaran biaya Rp190,917 miliar direncanakan sebagai

penyertaan modal pada PT Bank Sumut, PT Askrida, PT Perkebunan dan PT Sarana

Prasarana.

63 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

64 Perkembangan Sistem Pembayaran | Bab 5

5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp122.901 miliar. Nilai ini meningkat

sebesar 11,37% atau Rp12.549 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang

nilainya sebesar Rp110.352 miliar. Ditinjau dari segi volume transaksi, triwulan ini pun

mengalami peningkatan sebesar 25,29% atau 39.149 transaksi dari 154.780 transaksi

pada triwulan II-2010 menjadi 193.929 pada triwulan III-2010. Kegiatan ekonomi yang

meningkat menjelang hari raya Idul Fitri khususnya sektor makanan jadi dan sandang turut

mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS pada triwulan ini. Sedangkan bila

dibandingkan dengan triwulan III-2009 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yakni

sebesar 31,04%.

Besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan III-2010 tercatat sebesar

Rp1.920 miliar dengan volume transaksi sebanyak 3.030 transaksi per hari. Perkembangan

transaksi BI-RTGS terlihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga. Sumber : Bank Indonesia

Nilai transaksi BI-RTGS Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 didominasi oleh aliran

dana yang masuk ke perbankan Sumatera Utara dengan nilai tercatat sebesar Rp68.420

miliar, sementara aliran dana yang keluar dari perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar

Rp54.481 miliar. Jika dibandingkan dengan triwulan II-2010 dana yang masuk dari

perbankan Sumatera Utara naik 12,79%, sementara dana yang keluar tercatat naik

9,64%.

BBBAAABBB 555

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Tabel 5.2. Aliran Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematangsiantar, dan KBI Sibolga. Sumber : Bank Indonesia

5.2. Transaksi Kliring

Nilai transaksi kliring pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2010 tercatat sebesar Rp20.962

miliar. Dari sisi volume transaksi, pada periode ini tercatat sebanyak 753.894 transaksi

kliring. Transaksi kliring didominasi oleh kliring debet yang mencapai 655.275 transaksi

(warkat) dengan nilai transaksi Rp19.599 miliar. Sementara itu, kliring kredit mencapai

98.619 transaksi (warkat) dengan nilai transaksi 1.363 miliar. Adapun besarnya kliring

retur pada periode ini tercatat sebesar Rp294 miliar yang berasal dari 13.466 warkat.

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong

*Data Juli 2010 dan Agustus 2010

Sumber : Bank Indonesia

Besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp487 miliar, dengan rata-

rata jumlah warkat yang diproses sebanyak 17.532 transaksi (warkat) per hari.

Perkembangan transaksi kliring dapat dilihat pada grafik berikut. Rata-rata transaksi kliring

per hari mengalami peningkatan baik dari segi nilai (3,84%) maupun volume (0,45%) bila

dibandingkan dengan triwulan II-2010. Sejalan dengan transaksi RTGS, transaksi kliring

Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 65

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

juga meningkat akibat peningkatan aktivitas ekonomi di Sumut pada periode ini. Nilai

transaksi kliring per hari pada periode ini juga meningkat bila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 7,74% dan meningkat 2,26% bila dilihat dari

sisi volume transaksi.

Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Data: Juli 2010 dan Agustus 2010

Sumber : Bank Indonesia

Jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut pada triwulan III-

2010 tercatat sebanyak 10.829 warkat dengan nilai Rp235 miliar. Dengan demikian rata-

rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 252 warkat dengan nilai Rp5

miliar. Kendati jumlah penolakan (Cek/BG) kosong per hari pada triwulan III-2010

menurun 1,95% dibandingkan triwulan lalu begitu pula dengan nilainya yang menurun

0,44%, namun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu penolakan

Cek/BG kosong ini meningkat tipis dari segi volumenya (0,80%).

66 Perkembangan Sistem Pembayaran | Bab 5

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Grafik 5.2. Grafik Penolakan Cek/BG Kosong

Data: Juli 2010 dan Agustus 2010

Sumber : Bank Indonesia

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)

Aliran uang kartal di Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 menunjukkan posisi nett

inflow yaitu jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia lebih besar

dibandingkan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia. Posisi nett

inflow pada periode ini tercatat sebesar Rp355 miliar, menurun sebesar 47,48%

dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp676 miliar.

Penurunan nett inflow ini disebabkan oleh peningkatan outflow yang lebih besar

dibandingkan peningkatan inflow. Jumlah Outflow pada periode triwulan III-2010 tercatat

sebesar Rp5.117 miliar, meningkat sebesar 55,25% dibandingkan dengan triwulan lalu

sebesar Rp3.296 miliar. Sementara itu inflow pada periode triwulan III-2010 tercatat

sebesar Rp5.472 miliar, meningkat sebesar 37,76% dibandingkan dengan triwulan lalu

yang tercatat sebesar Rp3.972 miliar.

Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara

Sumber : Bank Indonesia

Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 67

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

5.4. Temuan Uang Palsu

Sepanjang triwulan III-2010 jumlah temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Bank

Indonesia Medan sebanyak 289 lembar atau Rp15.380.000,00. Temuan ini mengalami

peningkatan signifikan baik dari segi lembar (36,32%) maupun nominal (31,01%)

dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebanyak 212 lembar dengan nilai nominal

sebesar Rp11.740.000,00.

Tidak berbeda dengan periode yang lalu, denominasi yang paling banyak dipalsukan

adalah uang pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 230 lembar atau 79,58% dari

total temuan uang palsu, diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 (12,46%), pecahan

Rp5.000,00 (4,15%), pecahan Rp20.000,00 (3,81%). Pada triwulan III-2010 tidak

ditemukan uang palsu pecahan Rp10.000,00 dan Rp1.000,00. Temuan uang palsu ini

sebagian besar berasal dari laporan bank.

Tabel 5. 4 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan

(Satuan Lembar)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. IIIRp100.000 52 158 86 47 46 63 55 45 36 Rp50.000 156 232 116 66 142 232 173 131 230 Rp20.000 57 76 23 41 28 47 22 33 11 Rp10.000 82 62 3 6 6 2 1 3 - Rp5.000 10 3 3 3 10 9 4 - 12 Rp1.000 1 - - - - - - - - Jumlah Lembar 358 531 231 163 232 353 255 212 289 Nominal (Rp Ribu) 15,011 29,555 14,905 8,895 12,370 18,905 14,620 11,740 15,380

200920082007Jenis Pecahan 2010

Sumber : Bank Indonesia

Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah terus diadakan guna menekan angka pemalsuan

baik yang diselenggarakan bersamaan dengan sosialisasi kebanksentralan kepada pelajar

dan mahasiswa maupun yang diselenggarakan secara terpisah untuk masyarakat umum.

Selain itu, secara sistematis juga dilakukan kegiatan training of trainers pengenalan

keaslian rupiah, agar pengetahuan tentang keaslian uang rupiah dapat tersebar secara

lebih cepat dan luas kepada masyarakat.

5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar

Sebagai bagian dari kebijakan clean money policy yaitu berupa penyediaan uang kartal

dalam kualitas yang layak edar, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan

melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang

yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar (lusuh/rusak) dan

uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dilakukan Pemberian

68 Perkembangan Sistem Pembayaran | Bab 5

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Tanda Tidak Berharga (PTTB), yang selanjutnya dilakukan pemusnahan. Pada triwulan III-

2010 jumlah uang kartal yang telah dikenai PTTB tercatat sebesar Rp2.191 miliar.

Proporsinya terhadap inflow di Sumut mencapai 40,04%.

Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I-6 II-6 III-6 IV-6 I-7 II-7 III-7 IV-7 I-8 II-8 III-8 IV-8 I-9 II-9 III-9 IV-9 I-10 II-10 III-10

(miliar Rp.)

Inflow Ratio PTTB

Sumber : Bank Indonesia

Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 69

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan  70 

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

“ Kondisi Ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan positif seiring membaiknya perekonomian. Hal ini diindikasikan oleh persepsi pelaku

usaha untuk melakukan penambahan tenaga kerja baru, terutama pada sektor pertanian. Sementara itu, perbaikan tingkat kesejahteraan tercermin dari

peningkatan Nilai Tukar Petani. “

“ Kondisi Ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan positif seiring membaiknya perekonomian. Hal ini diindikasikan oleh persepsi pelaku

usaha untuk melakukan penambahan tenaga kerja baru, terutama pada sektor pertanian. Sementara itu, perbaikan tingkat kesejahteraan tercermin dari

peningkatan Nilai Tukar Petani. “

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan,

kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus menunjukkan perbaikan. Dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan

meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR.

Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan,

kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus menunjukkan perbaikan. Dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan

meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR.

Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak

terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survey, jumlah pelaku

usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini

tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih

bernilai positif, yaitu 1,72.

Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak

terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survey, jumlah pelaku

usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini

tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih

bernilai positif, yaitu 1,72.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian merupakan sektor yang melakukan

penambahan jumlah tenaga kerja terbanyak, yang tercermin dari naiknya nilai SBT

indikator jumlah karyawan, dari 0,63 pada triwulan II-2010 menjadi 1,23 pada

triwulan III-2010. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi karena dimulainya masa

panen pada periode tersebut di beberapa daerah Sumut sehingga membutuhkan

tenaga yang lebih banyak sebagai buruh tani. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor

PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar pada triwulan III-

2010.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian merupakan sektor yang melakukan

penambahan jumlah tenaga kerja terbanyak, yang tercermin dari naiknya nilai SBT

indikator jumlah karyawan, dari 0,63 pada triwulan II-2010 menjadi 1,23 pada

triwulan III-2010. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi karena dimulainya masa

panen pada periode tersebut di beberapa daerah Sumut sehingga membutuhkan

tenaga yang lebih banyak sebagai buruh tani. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor

PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar pada triwulan III-

2010.

BBBAAABBB 666

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan Tetap

Sumber : SKDU, KBI Medan

Walaupun dibayang-bayangi oleh isu terjadinya gelombang PHK sebagai dampak

negatif implementasi ACFTA, kondisi ketenagakerjaan di Sumut diperkirakan masih

relatif stabil. Kondisi tersebut diperkirakan terjadi karena pelaku usaha masih optimis

terhadap kinerja usahanya pasca implementasi ACFTA. Selain itu, ancaman ACFTA

tidak serta-merta mendorong pelaku usaha untuk mengurangi tenaga kerjanya,

karena mereka lebih memilih untuk melakukan efisiensi biaya operasional terlebih

dahulu, sebagai opsi pertama yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan

usaha.

Selain itu dalam prioritas pembangunan pemerintah provinsi Sumut 2011, juga

ditekankan adanya peningkatan kualitas infrastruktur khususnya penguatan

pembangunan pertanian berdaya saing, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih

besar lagi. Ini merupakan target utama dalam menekan angka kemiskinan dan

pengangguran di Sumut.

71  Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6 

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sumut

diperkirakan meningkat selama tahun 2010. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan

Sumut memiliki kecenderungan untuk meningkat. Walaupun sempat menurun pada

Juni 2010, Indeks Penghasilan saat ini meningkat sejak Juli 2010, bahkan mencapai

level optimis. Kenaikan ini merupakan dampak dari bergeraknya aktivitas

perekonomian Sumut akibat pemulihan perekonomian.

6.2.1. Tingkat Penghasilan Masyarakat

Menurut Survei Konsumen di kota Medan, indeks penghasilan saat ini

meningkat dari 123,25 pada akhir triwulan II-2010 menjadi 128,49 pada akhir

triwulan III-2010. Penghasilan masyarakat yang meningkat dengan tingkat

inflasi yang relatif stabil mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat

pada periode ini. Peningkatan ini diperkirakan akan terus terjadi hingga 6 bulan

yang akan datang yang terindikasi dari peningkatan indeks ekspektasi

penghasilan 6 bulan yang akan datang. Nilai indeks ekspektasi penghasilan 6

bulan yang akan datang berada pada level yang optimis (di atas 100) yakni

sebesar 136,83, meningkat dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 136,19.

Grafik 6.9 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agst

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Agt

Sep

2009 2010

Penghasilan saat  ini dibandingkan 6 bln yl Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad

6.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

Dari sisi petani, daya beli petani diindikasikan mengalami peningkatan bila

dibandingkan triwulan II-2010. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan NTP.

NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang

diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam

menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan III-2010, NTP Sumut tercatat

72 BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

sebesar 103,01, atau mengalami peningkatan 0,79% bila dibandingkan

dengan triwulan II-2010 sebesar 102,20.

Grafik 6.10 Nilai Tukar Petani

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

‐6

‐4

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

%

Sumber : BPS

Nilai Tukar Petani  Pertumbuhan (yoy)

Sedangkan NTP per subsektor masing-masing tercatat sebesar 97,96 untuk

subsektor padi & palawija (NTPP); 108,15 untuk subsektor hortikultura (NTPH);

105,24 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 102,20 untuk

subsektor peternakan (NTPT); dan 98,37 untuk subsektor perikanan (NTN).

73  Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6 

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

BBBAAABBB 777 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

7.1. Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut pada triwulan IV 2010 diperkirakan masih akan tumbuh positif dengan

perlambatan tingkat pertumbuhan. Dari sisi penawaran agregat, faktor cuaca buruk

diperkirakan masih akan menekan produksi sektor pertanian terutama untuk produk sub

sektor perkebunan seperti sawit dan karet. Namun demikian di sisi lain penurunan produksi

ditambah dengan adanya kenaikan permintaan dari negara importir besar seperti Cina akan

memicu kenaikan harga komoditas di pasar sehingga memberikan keuntungan kepada

produsen.

Secara umum, kinerja sektor-sektor utama seperti sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan

serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masih akan berada pada level yang baik, walaupun

diperkirakan akan masih mengalami tekanan sebagai dampak kenaikan Tarif Dasar Listrik.

Penerapan ASEAN China Free Trade Area diperkirakan akan mendorong peningkatan aktivitas

perdagangan di Sumatera Utara namun di sisi lain akan memberikan tekanan terhadap

industri pengolahan khususnya UMKM.

Dari sisi permintaan, konsumsi swasta dan rumah tangga diperkirakan akan mengalami

peningkatan dengan adanya hari raya Idul Adha dan hari raya Natal serta libur akhir tahun.

Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan mengalami peningkatan seiring

dengan upaya akselerasi realisasi anggaran pemerintah sebelum tahun anggaran berakhir.

Dari sisi konsumen, pada akhir triwulan III 2010 konsumen masih memiliki optimisme yang

cukup tinggi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan mendatang.

Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 6 bulan yang akan datang

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Ags Sept

2009 2010

Indeks

Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yadKondisi ekonomi 6 bulan yad

 Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah  74  

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

Investasi pemerintah diharapkan akan meningkat, terutama terkait dengan percepatan

realisasi anggaran khususnya untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur, sehingga

sektor bangunan, sektor industri pengolahan maupun sektor perdagangan hotel dan restoran

juga akan ikut berakselerasi dengan lebih baik. Sementara itu, investasi swasta diperkirakan

juga akan mengalami peningkatan.

Perekonomian Sumut triwulan IV-2010, diperkirakan akan tumbuh positif meskipun masih

terdapat kecenderungan mengalami perlambatan tingkat pertumbuhan. Ancaman

perlambatan pertumbuhan berasal dari faktor cuaca buruk, biaya produksi yang meningkat

dan ketidakefisienan distribusi. Berdasarkan berbagai indikator tersebut di atas, maka pada

triwulan IV-2010, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran

5,43±1% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, maka laju pertumbuhan ekonomi Sumut

pada tahun 2010 diproyeksikan masih berada pada kisaran 6,17±1% (yoy).

7.2. Perkiraan Inflasi

Dari sisi permintaan, tekanan inflasi pada triwulan mendatang diproyeksikan akan bersumber

dari kemungkinan tingginya permintaan terhadap barang dan jasa sebagai dampak dari

faktor musiman yaitu hari raya Idul Adha dan hari raya Natal serta liburan akhir tahun. Namun

demikian tekanan ini diperkirakan tidak akan sebesar tekanan pada triwulan III 2010 yang

bersumber dari lonjakan permintaan di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, mayoritas responden mengindikasikan rasa pesimisme

terhadap penurunan harga-harga barang yang dijual dalam 3-6 bulan ke depan. Hal ini

tercermin dari peningkatan indeks perubahan harga umum yang mengalami peningkatan dari

155,87 pada Juni 2010 menjadi 157,46 pada triwulan laporan.

7.1 Ekspektasi terhadap Harga-harga dalam 3-6 bulan y.a.d (%)

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

170.00

Okt Nov Des Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Ags Sept

2009 2010

Indeks

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Perubahan harga umum 3 bulan yadPerubahan harga umum 6 bulan yadInf lasi Sumut (yoy)Inf lasi Sumut (mt m)  

Sumber : Survey Konsumen KBI Medan

75  Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah | BAB 7 

 

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

 

BAB 7 | Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah  76  

Sementara di sisi penawaran, faktor cuaca buruk diperkirakan akan berpengaruh terhadap

produksi bahan pokok yang sangat berpotensi untuk terjadinya kenaikan harga barang dan

jasa sebagai akibat terganggunya kelancaran proses produksi dan distribusi barang. Kenaikan

harga komoditas internasional seperti CPO dan emas diperkirakan juga akan mendorong

kenaikan harga di pasar domestik.

Dengan demikian maka pada triwulan IV 2010, inflasi Sumut diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan III 2010 hingga mencapai 6,37%±1% (yoy).

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Lampiran

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III

1. PERTANIAN 6.398.926,51 6.248.744,71 6.410.878,65 6.242.086,93 6.696.120,00 6.505.670,00 6.705.820,00 6.619.320,00 7.005.790,00 6.846.150,00 7.070.590,00

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 314.652,33 327.821,00 330.661,74 331.212,15 321.700,00 322.370,00 334.280,00 344.640,00 336.270,00 340.260,00 348.710,00

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.033.653,34 5.900.701,11 6.145.050,84 6.225.821,22 6.194.400,00 6.113.080,00 6.303.770,00 6.365.860,00 6.529.850,00 6.427.620,00 6.687.970,00

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 187.145,82 190.409,12 196.030,28 199.357,94 200.480,00 203.370,00 205.380,00 206.780,00 212.390,00 215.400,00 218.520,00

5. B A N G U N A N 1.720.469,51 1.752.131,75 1.784.873,61 1.833.173,57 1.783.570,00 1.829.640,00 1.926.640,00 2.014.510,00 1.894.820,00 1.931.670,00 2.010.170,00

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 4.818.591,94 4.718.618,99 4.960.522,76 5.017.789,01 5.078.840,00 4.976.120,00 5.207.920,00 5.312.550,00 5.410.870,00 5.340.570,00 5.543.550,00

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2.428.921,58 2.421.315,57 2.495.439,79 2.537.562,47 2.574.990,00 2.618.210,00 2.702.590,00 2.734.660,00 2.776.190,00 2.828.790,00 2.946.650,00

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 1.838.203,99 1.841.986,69 1.885.116,49 1.914.529,30 1.939.290,00 1.895.900,00 2.027.430,00 2.076.590,00 2.152.860,00 2.158.520,00 2.181.690,00

9. JASA - JASA 2.532.724,38 2.594.710,60 2.661.066,09 2.731.458,33 2.737.980,00 2.762.110,00 2.817.100,00 2.899.560,00 2.866.630,00 2.908.420,00 3.034.620,00

P D R B 26.273.289,4 25.996.439,5 26.869.640,3 27.032.990,9 27.527.370,0 27.226.470,0 28.230.930,0 28.574.470,0 29.185.670,0 28.997.400,0 30.042.520,0

LAMPIRAN APDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara ADH Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)Gross Domestic Regional Product at Constant Prices Year 2000

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Million Rupiahs)

LAPANGAN USAHA2008 2009 2010

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III

1. PERTANIAN 6,75 -2,35 2,59 -2,63 6,70 -2,72 2,41 -1,29 5,48 -2,28 3,28 a. Tanaman Bahan Makanan 19,05 -13,12 3,53 -5,36 b. Tanaman Perkebunan 0,97 5,66 2,15 -3,48 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,40 0,35 2,13 2,54 d. K e h u t a n a n -1,75 2,51 1,49 1,76 e. P e r i k a n a n 2,13 0,75 2,51 1,83

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,95 4,19 0,87 0,17 -2,87 0,21 3,69 3,10 -2,43 1,19 2,48 a. Minyak dan gas bumi 2,63 4,95 0,16 -3,05 b. Penggalian. 1,34 3,49 1,53 3,11

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2,15 -2,20 4,14 1,31 -0,50 -1,73 3,67 0,98 2,58 -1,57 4,05 a. Industri M i g a s 1,20 -0,80 0,72 -1,86 b. Industri bukan Migas 2,15 -2,21 4,16 1,33

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 1,78 1,74 2,95 1,70 0,96 1,44 0,99 0,68 2,72 1,42 1,45 a. L i s t r i k 1,27 1,81 3,02 1,55 b. Gas Kota 1,79 1,77 6,91 3,49 c. Air bersih 3,23 1,56 1,53 1,54

5. B A N G U N A N 0,80 1,84 1,87 2,71 -2,71 2,58 5,30 4,56 -5,94 1,94 4,06

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 3,20 -2,07 5,13 1,15 0,72 -2,42 4,90 2,01 1,85 -1,30 3,80 a. Perdagangan Besar dan Eceran 3,27 -2,40 5,45 1,00 b. H o t e l 2,50 2,64 3,12 3,27 c. R e s t o r a n 2,64 0,22 2,48 2,28

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 4,28 -0,31 3,06 1,69 1,47 0,66 4,27 1,19 1,52 1,89 4,17 a. P e n g a n g k u t a n 4,16 -0,57 2,97 1,92 b. K o m u n i k a s i 4,81 0,76 3,43 0,73

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 4,88 0,21 2,34 1,56 2,44 0,35 4,96 2,42 3,67 0,26 1,07 a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya. 8,34 4,64 3,60 2,79 b. Sewa Bangunan 3,42 -1,84 1,75 0,71 c. Jasa Perusahaan 2,35 -2,93 1,27 1,50

9. JASA - JASA 4,64 2,45 2,56 2,65 0,37 1,04 2,95 2,93 -1,14 1,46 4,34 a. Pemerintahan Umum 4,05 3,49 3,12 3,53 b. S w a s t a 5,78 0,47 1,47 0,90

P D R B 3,96 -1,05 3,36 0,61 1,69 -0,98 3,76 1,22 2,14 -0,65 3,60

by Industrial Origin in North Sumatera Province (qtq,%)

2008 LAPANGAN USAHA

2009 2010

LAMPIRAN BPertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %)Growth Rate of Economy at Constant Prices Year 2000

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan ... merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank