Upload
lydang
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Triwulan II - 2008
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB III
MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi NTT cenderung melambat sampai dengan
pertengahan tahun 2008. Angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
untuk NTT pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp. 2.814,29 miliar. Jumlah
tersebut memang mengalami ekspansi 5,67% dibandingkan tahun sebelumnya
(y-o-y). Namun demikian bila kita lihat tingkat pertumbuhannya mengalami
penurunan dibandingkan triwulan I-2008 yang mampu tumbuh 5,97% ; y-o-y.
Sementara untuk posisi yang sama tahun 2007 lalu ekonomi NTT tumbuh diatas
hampir mendekati level 6,00% (5,94% ; y-o-y). Secara triwulanan (q-t-q), tren
perekonomian Provinsi NTT relatif tidak berubah. Setelah mengalami kontraksi
sepanjang triwulan I, memasuki triwulan II perekonomian tumbuh positif
5,78%.
Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT
2008I II III IV I II
PDRB (miliar) 2.510,70 2.663,38 2.788,11 2.942,30 2.660,48 2.814,29
y-o-y 6,23% 5,94% 4,85% 3,90% 5,97% 5,67%
q-t-q -11,34% 6,08% 4,68% 5,53% -9,58% 5,78%
2007NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Kenaikan harga BBM, diindikasikan memberi dampak yang cukup
signifikan terhadap perekonomian NTT. First round effect yang terjadi,
adalah ditetapkannya tarif baru angkutan kota yang meningkat pada kisaran
20% dan disusul kenaikan tarif angkutan sungai dan perairan oleh PT ASDP
sebesar 25%, memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi NTT.
Kenaikan biaya transportasi dan overhead cost lainnya sebagai dampak kenaikan
BBM, berpeluang besar akan menaikan harga barang-barang konsumsi (dampak
second round effect). Biaya transportasi diperkirakan bisa mencapai 50% dari
komponen harga jual suatu produk tertentu.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
Triwulan II - 2008 |
Dari sisi permintaan, konsumsi sebagai prime mover dari roda
perekonomian NTT masih sangat dominan, khususnya konsumsi
makanan (food consumption). Namun, seiring dengan kenaikan harga BBM,
mengakibatkan konsumsi rumah tangga tumbuh relatif kecil (1,75% ; y-o-y).
Sementara itu kinerja investasi sampai dengan triwulan II-2008 masih belum
mengalami perubahan. Sejak triwulan I sampai dengan akhir semester I 2008,
investasi di Provinsi NTT masih mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan
tahun 2007. Sejalan dengan dominasi food consumption dalam share PDRB
NTT, ketergantungan Provinsi NTT terhadap barang-barang konsumsi yang
didatangkan dari luar wilayah NTT cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah
impor melebih jumlah ekspor dan berimbas terhadap posisi net ekspor NTT yang
selalu negatif.
Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB
masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul
dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, serta sektor
transportasi dan komunikasi. Ketiga sektor terakhir dalam beberapa periode
terakhir cenderung menunjukkan peningkatan yang relatif lebih cepat
dibandingkan primary sector ekonomi NTT dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini
tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan di
sisi lain ketiga sektor tersebut justru secara perlahan menunjukkan peningkatan
kontribusi.
Grafik 1.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 1.2 Tren Struktur Ekonomi Provinsi NTT
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2004 2005 2006 2007 2008Rp
mil
iar -20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
PDRB q-t-q y-o-y
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PertanianPHRTransp & KomJasa-jasa
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
Triwulan II - 2008 |
Pemerintah daerah melalui Gerakan Pengembangan Wira Usaha
Baru (GPWB) NTT, berupaya mengembangkan UMKM baik dari segi volume
usaha maupun kualitas usahanya. Melalui dana bantuan modal kerja dari APBD
NTT untuk koperasi dan usaha kecil menengah (KUMK) sebesar 7,5 miliar yang
akan segera disalurkan mulai April 2008 diharapkan dapat meningkatkan kinerja
UMKM NTT. Alokasi terbesar adalah untuk Puskud NTT sebesar 1,3 miliar
(Sumber : Dinas Koperasi NTT). Kemudian ada juga program subsidi kebutuhan
kacang kedelai bagi usaha kecil menengah tahu dan tempe. Pengusaha kecil
menengah yang bergerak di bidang pembuatan tahu dan tempe mendapat
subsidi Rp. 1.000/kg setiap pembelian kacang kedelai. Untuk Propinsi NTT akan
mendapat jatah kacang kedelai bersubsidi 2.805,57 ton untuk 6 bulan ke
depan.
Kenaikan harga BBM, akan sangat berdampak terhadap kinerja
usaha berskala UMKM di NTT. Kenaikan biaya produksi secara otomatis akan
berpengaruh kepada perubahan harga. Sementara penurunan daya beli
masyarakat akibat dampak langsung (first round effect) shock harga BBM sudah
menurunkan daya beli masyarakat. Pada tahun 2007, jumlah UMKM baru di
NTT yang tercatat di Dinas Koperasi dan UKM sebesar 24.341, meningkat
dibandingkan tahun 2006 yang berjumlah 22.767. sepanjang tahun 2006-2007
pertumbuhan UMKM tersebut telah berhasil menyerap tenaga kerja sejumlah
189.031 karyawan.
Dari segi pembiayaan, outstanding penyaluran kredit UMKM yang
dilakukan oleh perbankan NTT juga mengalami peningkatan sebesar
30,29% (posisi Juni 2008 ; y-o-y). Hal ini mencerminkan concern lembaga
keuangan untuk turut memajukan kinerja UMKM. Kepedulian terhadap
pengembangan UMKM juga ditunjukkan berbagai instansi lainnya. PT. Telkom
dan PT Pos Indonesia pada awal tahun 2008 menyalurkan dana PKBL masing-
masing sejumlah Rp. 990 juta dan Rp. 300 juta, yang dimaksudkan untuk
mendorong kegiatan UMKM dan pertumbuhan ekonomi serta penciptaan
lapangan kerja baru. Namun demikian, pertumbuhan UMKM di NTT masih perlu
ditingkatkan karena pencapaian UMKM baru pada tahun 2007 masih dibawah
target yang ditetapkan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
Triwulan II - 2008 |
1.1 Sisi Permintaan
Struktur PDRB Provinsi NTT sampai dengan triwulan II-2008 dari
sisi permintaan masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan.
Dominasi konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah
masih memegang peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Dilihat secara
tahunan (y-o-y), pada triwulan II-2008 pertumbuhan konsumsi cenderung
melambat. Kinerja investasi yang sepanjang tahun 2007 mengalami ekspansi,
sejak awal tahun 2008 sampai akhir semester I kondisinya malah berbalik.
Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan konsumsi, maka laju
pertumbuhan impor NTT juga cenderung mengalami tren yang sama. Namun
kondisi tersebut belum bisa dimanfaatkan dari sisi ekspor untuk membuat
neraca perdagangan menjadi positif. Bahkan ekspor NTT (y-o-y) malah
mengalami kontraksi. Dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67%, sebesar
3,90% merupakan dorongan dari sisi konsumsi, sedangkan investasi yang
diharapkan memberikan multiplier effect yang jauh lebih besar guna
mendukung pertumbuhan ekonomi yang sustainable justru belum memberikan
kontribusi, karena bernilai negatif (0,06%).
Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
3,90%
0,10%
5,67%
-0,22%
-0,06%
-2% 0% 2% 4% 6%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
PDRBStok ; 3,76%
Konsumsi; 94,71%
Net ekspor; -18,02%
Investasi; 17,56%
Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Permintaan Grafik 1.4 Komposisi PDRB Sisi Permintaan
Permintaan(miliar) I II III IV I II
Konsumsi 2.344 2.646 2.738 2.855 2.545 2.750
Investasi 469 493 516 538 463 492
Ekspor 874 917 966 1.011 882 911
Impor 1.331 1.441 1.499 1.598 1.358 1.444
PDRB 2.511 2.663 2.788 2.942 2.660 2.814
20082007
Sumber : BPS Provinsi NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
Triwulan II - 2008 |
1. Konsumsi
Dari segi konsumsi, pertumbuhan (y-o-y) ekonomi NTT mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya
tumbuh 3,93%, sementara pada triwulan I-2007 konsumsi bisa meningkat
sampai 8,57%. Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan memberikan
dampak kontraksi terhadap perekonomian NTT. Kenaikan harga secara umum
yang diakibatkan karena peningkatan biaya transportasi menyebabkan tingkat
daya beli masyarakat mengalami penuruan. Yang paling menonjol adalah
household food consumption, dimana pada triwulan II-2008 hanya meningkat
0,25% ; y-o-y.
Penurunan level permintaan masyarakat, tercermin dari
menurunya omset pedagang bahan kebutuhan makanan di Kota
Kupang. Namun untuk konsumsi durable goods masih tetap menunjukkan tren
yang posistif. Hal ini tercermin dari jumlah pejualan sepeda motor baru (merk
Honda). Jumlah penjualan motor sejak awal tahun sampai dengan akhir April
2008 mengalami peningkatan 40% dibandingkan tahun lalu. Bahkan untuk
beberapa tipe tertentu stoknya sangat terbatas karena tingkat permintaan yang
melebihi target. Kondisi serupa juga dialami agen sepeda motor merk Suzuki,
dimana secara umum jumlah unit yang berhasil dijual mengalami peningkatan.
Menurut mereka saat ini pihak agen masih belum melakukan penyesuaian harga
secara keseluruhan. Diduga naiknya permintaan sepeda motor karena pengaruh
turunnya penjualan kendaraan roda empat, dimana masyarakat mulai mencari
substitution goods karena biaya operasional yang lebih murah (cost eficiency).
Kondisi tersebut diperkuat dengan informasi dari salah satu agen mobil (merk
Toyota).
Swasta nir Laba; 2,21%
Pemerintah; 18,45%
Rumah Tangga; 75,56%
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Grafik 1.6 Komposisi Konsumsi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
Konsumsi y-o-y q-t-q
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Triwulan II - 2008 |
Kemudian dari eksternal, gejolak harga minyak dunia yang
menembus diatas level $140 per barel ikut mempengaruhi harga
komoditi lain di pasar komoditi internasional. Akibatnya semua bahan baku
yang didatangkan dari luar negeri ikut terangkat naik. Naiknya harga bahan
baku, mengakibatkan pembengkakan biaya operasional dan tentunya berujung
pada kenaikan harga yang harus ditanggung oleh konsumen dalam negeri.
Beberapa hal diatas mengakibatkan efek berantai yang pada akhirnya
menurunkan consumption growth level NTT.
Dari sisi pembentukan PDRB konsumsi, konsumsi rumah tangga
(households consumption) memiliki share yang paling besar dengan
75,56% dari total nominal PDRB konsumsi. Kemudian diikuti oleh konsumsi
pemerintah dengan 18,45% dan konsumsi swasta memberikan kontribusi
terkecil (5,50%). Pada triwulan II-2008, konsumsi pemerintah dan konsumsi
swasta mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,63% dan 5,50%,
sedangkan untuk konsumsi rumah tangga tumbuh relatif paling rendah 1,75%.
Lambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga berpengaruh terhadap
akselerasi konsumsi secara keseluruhan, karena kontribusinya yang besar.
Peningkatan alokasi belanja dalam APBD tahun 2008 sebesar 1,60%
diperkirakan menjadi salah satu sumber penyebab peningkatan konsumsi
pemerintah.
-30%
-15%
0%
15%
30%
45%
60%
75%
I II III IVI II III IVI II III IVI
Grafik 1.8 Konsumsi Pemerintah Grafik 1.7 Pertumbuhan Komponen Konsumsi
II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rumah Tangga
Swasta nir Laba
Pemerintah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
200
400
600
800
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
iliar
-20%
0%
20%
40%
60%
80%Kons.Pemerintahy-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Triwulan II - 2008 |
Alokasi terbesar konsumsi rumah tangga ditujukan untuk
keperluan makan (food consumption). Dari total konsumsi rumah tangga
Rp. 2.114,18 miliar, sebesar Rp. 1.543,54 miliar atau 71,98% digunakan untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan makanan, sedangkan untuk keperluan non
food hanya sebesar 28,02% atau setara dengan Rp. 570,64 miliar. Sumber
konsumsi utama untuk non food diperkirakan berasal dari kebutuhan yang
terkait dengan perumahan. Dari segi pertumbuhannya (y-o-y), food
consumption pada triwulan laporan tumbuh relatif rendah dengan 0,25%,
sedangkan untuk non food consumption tumbuh lebih baik (6,06%).
Pergerakkan households consumption juga terlihat dari beberapa
prompt indicator dari instansi terkait. Terkait non food consumption,
Food 71,98%
Non food 28,02%
Grafik 1.9 Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.10 Komposisi Konsumsi Rumah Tangga
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2000
I II II IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
I
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp
mil
iar
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%Food Non Foody-o-y food y-o-y non food
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.11 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.12 Perkembangan Jumlah Motor
Sumber : PT PLN Wilayah NTT
198000
199000
200000
201000
202000
203000
204000
205000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Sumber : Dispenda NTT
2006 2007 2008Kw
h
12000000
13000000
14000000
15000000
16000000
17000000
18000000
Pela
ng
gan
Jml Pelanggan Konsumsi
78.3
35
111.
656
137.
115
164.
881
189.
247
3.75
0
17.4
73
2003 2004 2005 2006 2007 Jan-08 Mei-08
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Triwulan II - 2008 |
khususnya yang berhubungan dengan perumahan, perubahannya dapat
direfleksikan melalui konsumsi listrik rumah tangga di wilayah NTT, ataupun
perkembangan jumlah kendaraan roda dua.
Grafik 1.14 Kualitas Kredit Konsumsi Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi
Dari sisi pembiayaan lembaga keuangan, perkembangan kredit
konsumtif relatif tidak terpengaruh oleh melambatnya perekonomian
NTT. Selain dari sisi share pembentukan yang mencapai 68,30%, kredit
konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan
kredit konsumsi di NTT meningkat 32,36% (y-o-y), dari Rp. 2.484,50 miliar
menjadi Rp. 3.288,53 miliar. Dari sisi kualitas kredit, kredit konsumtif
menunjukkan perbaikan. Rasio NPLs untuk kredit konsumsi cenderung menurun.
Sehingga tingkat risikonya masih dalam kategori aman.
2. Investasi
Kinerja investasi di Provinsi NTT relatif belum menunjukkan
perkembangan positif jika dibandingkan tahun 2007. Pada triwulan
II-2008, investasi di NTT sedikit mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu
sebesar 0,32%. Padahal pada periode yang sama tahun lalu investasi mengalami
pertumbuhan 26,78% (y-o-y). Ketergantungan terhadap investasi yang
dilakukan oleh pemerintah (dana APBN dan APBD) masih relatif tinggi.
Sementara disisi lain komposisi alokasi belanja modal dalam APBD 2008 justru
berkurang, karena kenaikan gaji PNS mulai April 2008.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank indonesia Kupang Sumber : Bank indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
nominal Rasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
Triwulan II - 2008 |
Salah satu bentuk investasi pemerintah yang telah selesai dan siap
beroperasi saat ini adalah pembangunan pabrik biodiesel di kawasan
industri bolok. Pabrik tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat melalui
Depperindag. Operasional pabrik saat ini hanya tinggal menunggu kesiapan
manajemen Perusahaan Daerah (PD) Flobamora. Uji joba penggunaannya juga
telah dilaksanakan. Untuk mendukung pelaksanaan operasional pabrik tersebut,
dibangun gudang penyimpanan seluas 200 m2 dengan dana APBD. Pabrik
tersebut tidak hanya mampu mengolah biji jarak saja, tetapi juga bisa mengolah
minyak jelantah menjadi biodiesel. Kemudian Pemerintah Kabupaten Flores
Timur, NTT juga akan membangun pabrik makanan ringan berupa chips
(lempengan) yang berbahan baku ikan, kelapa dan jambu mete serta, ubi kayu
senilai Rp 7 miliar pada tahun 2008 yang akan beroperasi paling lambat bulan
Oktober atau November 2008.
Grafik 1.15 Perkembangan Investasi
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sementara investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih
perlu ditingkatkan. Sampai dengan awal Mei 2008, baru ada dua perusahaan
PMA melakukan pengurusan SP, yaitu PT. Scan Energi Indonesia yang berlokasi
di Kab. Sumba Tengah dimana proses pengurusan telah selesai dan satu lagi
sementara berjalan pengurusan SP yaitu PT Tian Bio Green di Kab. TTU, TTS,
Belu, dan Kab. Kupang.
Secara umum masalah yang dihadapi investor untuk melakukan
investasi di wilayah NTT adalah masalah keterbatasan infrastruktur
maupun dan aspek kepastian hukum. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan
Sumber : BPS NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp
mil
iar -60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%Investasi y-o-y q-t-q
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
Triwulan II - 2008 |
jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak
wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan.
Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama
sektor industri. Kemudian dari sisi sumber daya manusia, kualitasnya masih
relatif rendah sehingga perlu waktu untuk merubahnya. Kemudian yang tidak
bisa dilupakan, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian
hukum di NTT masih perlu diperbaiki. Kejelasan antara mekanisme di tingkat
provinsi serta kabupaten masih perlu diperbaiki. Pengembangan sistem
pelayanan satu atap bisa dijadikan salah satu opsi perbaikan. Kemudian masih
kentalnya pengaruh adat dan budaya dapat menjadi salah satu hambatan.
Peluang investasi di NTT masih banyak yang belum dioptimalkan
khususnya di bidang pariwisata. Sebagai contoh : danau kelimutu, Pulau
komodo, Pantai Nembrala yang pengelolaannya belum maksimal. Masing-
masing pemda sebaiknya perlu memangkas birokrasi dan menghilangkan
kebijakan-kebijakan yang menghambat investasi. Pembatalan rencana PT
Megasurya Nusalestari untuk mereklamasi pantai Tedys-Oeba karena regulasi
tata kota yang tidak jelas menjadi bukti nyata. Pemerintah masing-masing
kabupaten hendaknya mempermudah dan memperpendek proses perizinan dan
menghilangkan kebijakan-kebijakan yang menghambat, menghilangkan
berbagai jenis pungutan yang tidak perlu, meningkatkan pengawasan di segala
bidang serta penerapan sistem pelayanan satu atap, sehingga investor tidak
kesulitan untuk mengurus administrasi.
RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI1 2004 2.291.000 200,852 2005 2.900.000 2.014.6563 2006 275.725.000.000 34.460.000.000 3.824.656 233.0004 2007 54.400.000.000 4.510.000.000 18.700.000 731,582
330.125.000.000 38.970.000.000 27.715.656 3.180.088JUMLAH
TAHUNNO PMDN (RP) PMA (US$)
Tabel 1.3 Rencana dan Realisasi Investasi
Sumber : BKPMD Provinsi NTT
Secara umum realisasi investasi di Provinsi NTT masih relatif
rendah. Selama tahun 2007 sebanyak 8 PMDN dan PMA yang berencana
melakukan investasi di NTT. Adapun 3 PMDN dengan rencana investasi sebesar
Rp. 54 miliar dan terealisasi Rp. 14,6 miliar (31%), sedangkan untuk PMA ada 5
perusahaan dengan rencana investasi sebesar $20,602 juta posisi Oktorber 2007
terealisasi sebesar $433,3 atau hanya 2,10%(BKPMD Prov NTT).
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Triwulan II - 2008 |
Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.17 Kualitas Kredit Investasi
Lambatnya kinerja investasi di Provinsi NTT juga tercermin dari
segi pembiayaan oleh lembaga keuangan (perbankan). Penyaluran kredit
investasi oleh perbankan sampai dengan akhir triwulan II-2008, memiliki share
yang relatif minim, hanya 3,03% dari total kredit yang yang disalurkan atau
sebesar Rp.145,99 miliar. Pertumbuhan kredit investasi (y-o-y) posisi Juni 2008
sebesar 28,36%, lebih lambat dibandingkan kredit konsumsi yang mencapai
32,36%. Namun demikian, terlepas dari kendala atau hambatan-hambatan
dalam melakukan investasi kualitas kredit investasi perbankan NTT masih relatif
terjaga (NPLs 0,22%). Perkembangan investasi di NTT juga bisa didekati dari
beberapa prompt indicator dari instansi terkait.
Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Semen Grafik 1.19 Perkembangan Jumlah Truk
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : ASI Sumber : Dispenda NTT
2006 2007 2008Rp
mii
lar
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
0
2
4
6
8
10
12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominaly-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
nominal Rasio NPLs
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
10000
20000
30000
40000
50000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Konsumsi
y-o-y
8.00
2
8.73
1
9.42
5
10.2
45
11.1
07
65 340
2003 2004 2005 2006 2007 Jan-08 Mei-082005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
Triwulan II - 2008 |
Grafik 1.20 Impor Barang Modal
3. Net Ekspor
Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB
ekspor dan PDRB impor masih tetap negatif. Tingginya tingkat konsumsi
masyarakat NTT mengakibatkan nilai PDRB impor melebihi ekspornya. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT
didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Sementara itu
kinerja ekspor NTT masih relatif bergantung pada komoditi-komoditi pertanian
dimana bentuk packaging masih dalam bahan mentah. Sebagian besar ekspor
NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju Surabaya
atau Jakarta, sehingga bila dilihat komposisinya ekspor antarpulau sangat
mendominasi. Kondisi net ekspor NTT pada posisi triwulan laporan sebesar
Rp. 533,17 miliar. jumlah tersebut lebih tinggi jika dilihat secara triwulanan
maupun tahunan yang masing-masing sebesar 12,19% dan 1,62%
Sumber : Bank Indonesia - DSM
9.282 394
136.126
5.717
500.000
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
I II III IV I II III IV I II
Barang Modal
Sumber : BPS NTT diolah
2006 2007 2008
$
Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Net Ekspor
-1100
-900
-700
-500
-300
-100
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Net Ekspor
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Triwulan II - 2008 |
Perkembangan ekspor NTT pada triwulan II-2008, mengalami
kontraksi. Secara tahunan (y-o-y) nominal PDRB untuk ekspor turun 0,64%,
dari Rp. 916,67 miliar menjadi Rp. 910,82 miliar. Dampak perlambatan
pertumbuhan ekonomi NTT secara umum, juga berpengaruh pada aktivitas
ekspor. Baik ekspor antar pulau maupun ekspor luar negeri mengalami kontraksi
(y-o-y), masing-masing 0,56% dan 4,02%. Jika dilihat dari komposisinya, PDRB
ekspor antar pulau Provinsi NTT mencapai 97,91% dari total PDRB ekspor. Jika
dilihat dari negara tujuan, ekspor NTT pada triwulan II-2008 sebagian besar
menuju negara di Asia Timur baik Cina atau Jepang. Diperkirakan untuk
triwulan mendatang, ekspor akan mengalami peningkatan. Seiring dengan
tibanya musim panen untuk beberapa komoditi perkebunan, seperti : mete dan
kopi.
Grafik 1.23 Komposisi Ekspor Grafik 1.22 Perkembangan Ekspor
AUSTRALIA1,47%
ASEAN2,45%
C. HONGKONG0,18%
OTHER ASIA5,11%
C. R.R.C49,90%
C. JAPAN40,89%
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber : BPS NTT diolah
0
200
400
600
800
1000
1200
I II IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : BPS NTT diolah
Grafik 1.25 Komposisi Ekspor per Negara Tujuan
Sumber : Bank Indonesia - DSM
Sumber : Bank Indonesia - DSM
III
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar -60%
-30%
0%
30%
60%
90%
120%
150%
0
200
400
600
800
1000
1200I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Luar NegeriEkspor y-o-y q-t-qAnt Pulau
Rp
mili
ar
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
I II III IV I II III IV I II
Nilai Ekspor
2006 2007 2008
$
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
Triwulan II - 2008 |
Dari sisi impor, pada triwulan II-2008 menunjukkan peningkatan
sebesar 0,18% (y-o-y), dari Rp. 1.441,33 miliar menjadi Rp. 1.443,99. Bila
melihat tren beberapa periode sebelumnya, penurunan aktivitas konsumsi
selama tahun 2008, kontan memberikan korelasi terhadap penurunan akselerasi
pertumbuhan impor. Dari total Rp. 1.443,99 miliar, 98,75% merupakan impor
antar pulau. Penurunan impor, tercermin juga melalui menurunya nilai impor
yang masuk ke wilayah NTT.
Grafik 1.27 Perkembangan Volume ImporGrafik 1.26 Perkembangan Impor
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Provinsi NTT pada
triwulan II-2008 masih belum mengalami perubahan dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga sektor
utama : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel &
restoran. Ketiga sektor ini memiliki share hingga 71,32% dari PDRB NTT secara
keseluruhan pada triwulan II-2008.
Sumber : Bank Indonesia - DSM
0
500
1000
1500
2000
2500
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sektoral
Sumber : BPS Provinsi NTT
I
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Rp
mili
ar
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
I II III IV I II III IV I II
Nilai ImporImpor y-o-y q-t-q
US
$
2006 2007 2008
Penawaran
(miliar) I II III IV I IIPertanian 1.045 1.078 1.086 1.140 1.121 1.158
ertambangan 32 33 36 42 35 36
Industri Pengolahan 40 42 44 46 41 42
istrik,Gas dan Air 9 10 11 12 10 11
ngunan (konstruksi) 154 161 183 205 170 175
Perdagangan & Hotel 406 436 457 481 424 443
ansportasi & Komunikasi 176 192 198 212 197 214
Keuangan dan Persewaan 90 95 103 106 93 99
asa-jasa 558 617 671 698 570 635
PDRB 2.511 2.663 2.788 2.942 2.660 2.814
20082007
P
L
Ba
Tr
J
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
Triwulan II - 2008 |
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan II-2008 sebesar 5,67%
sebagian besar ditopang oleh kinerja sektor pertanian, dimana
menyumbang hingga 3,01%. Selain pertanian, sektor jasa-jasa dan transportasi
dan komunikasi juga merupakan sektor ekonomi yang berperan menyumbang
pertumbuhan dengan 0,68% dan 0,82%. Namun demikian, bila melihat
pergerakkan share sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan angka PDRB,
diindikasikan terjadi gejala perubahan struktur ekonomi. Sektor pertanian yang
selalu menjadi prime mover cenderung mengalami penurunan kontribusi,
sedangkan sektor-sektor lain yang cenderung lebih padat modal mulai bergerak
naik.
Pertanian; 41,15%
Industri Pengolahan;
1,50%
Pertambangan; 1,29%
Bangunan (konstruksi);
6,22%
Keu & Sewa; 3%
Jasa ; 21%
Transp & Komunikasi ; 7%
PHR ; 16%
Tabel 1.29 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tabel 1.28 Struktur PDRB Sektoral
3,01%
0,12%
0,03%
0,01%
0,52%
0,29%
0,82%
0,68%
5,67%
0,18%
0% 2% 3% 5% 6%
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Bangunan (konstruksi)
Perdagangan & Hotel
Transportasi & Komunikasi
Keuangan dan Persewaan
Jasa-jasa
PDRB
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor Dominan Grafik 1.31 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PertanianPHRJasa
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PertanianPHRTransp & KomJasa-jasa
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Triwulan II - 2008 |
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT
meningkat 7,45% (y-o-y). Meningkatnya laju pertumbuhan tahunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan
produksi pertanian. Selain itu, pada triwulan II dibarengi dengan periode masa
panen khususnya untuk komoditi tanaman pangan. Sektor pertanian NTT
ditopang oleh dua subsektor utama yaitu subsektor tanama pangan dan
subsektor peternakan. Kedua subsektor tersebut berkontribusi hampir mencapai
80% dari PDRB sektor pertanian. Namun secara triwulan (q-t-q) sektor pertanian
mengalami peningkatan sebesar 3,32%. Bergesernya periode musim panen
dipengaruhi oleh perubahan cuaca pada tahun 2007.
Grafik 1.32 PDRB Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan.
Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola
sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih
menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti :
mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang
atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam
campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar
sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut
sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
PDRB y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Triwulan II - 2008 |
Sampai dengan triwulan II-2008, kinerja subsektor perikanan
masih terhambat, bahkan turun 0,21%. Sedangkan subsektor peternakan
mengalami pertumbuhan paling tinggi dengan 15,35%. Hal ini disebabkan
karena pengaruh faktor cuaca yang kurang baik, dimana kecepatan angin
mencapai 40 km/jam yang mengakibatkan tinggi ombak bisa setinggi 4-5 meter.
Hal tersebut mengakibatkan nelayan tidak bisa berlayar seperti biasanya. Namun
demikian kondisi positif dialami oleh para petani rumput laut, dimana harga jual
rumput laut saat ini bisa mencapai Rp. 10.000,00/kg (tertinggi).
Dari subsektor tanaman pangan, estimasi produksi padi pada
tahun 2008 akan meningkat. Produksi padi tahun 2008, di ramalkan
meningkat sebesar 13,60% dari 505.628 ton tahun 2007 menjadi 574.412 ton
pada tahun 2008. Tingginya peningkatan produksi padi terutama terjadi pada
padi ladang sebesar 30,93% karena adanya pembukaan lahan baru
(ekstensifikasi). Sementara produksi padi sawah hanya meningkat sekitar
8,98%. Provinsi NTT pada tahun 2008 diperkirakan akan mengalami
kekurangan beras untuk komsumsi penduduk sebanyak 173.328 ton. Dengan
total perkiraan produksi gabah 574.412 ton akan menghasilkan beras pangan
sebesar 325.321 ton, sedangkan kebutuhan beras untuk komsumsi 4.519.610
jiwa penduduk NTT pertengahan tahun 2008 sebanyak 498.649 ton.
Kekurangan beras ini akan di pasok melalui pedagang dan Bulog sehingga
kondisi perbesaran di NTT relatif stabil dan masyarakat golongan bawah
terbantu dengan adanya Raskin.
Tabel 1.5 ARAM Produksi Padi NTT
2006 2007 2008
(ATAP) (ATAP) (ARAM II)
1.Produksi Padi (GKG) 511910 505628 574412
2. Penggunaan GKG-non Pangan 37369 36911 41932
3. GKG yg di olah menjadi beras 474541 468717 532480
4. Produksi Beras 299910 296229 336527
5. Penggunaan beras-non pangan 9987 9864 11206
6. PRODUKSI BERAS-PANGAN 289923 286365 325321
7. Total Komsumsi Penduduk 480500 490844 498649
8. SELISIH (produksi-komsumsi) -190578 -204479 -173328
URAIAN
Sumber : BPS Prov NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Triwulan II - 2008 |
Secara tahunan subsektor peternakan mengalami pertumbuhan
yang paling tinggi (15,35% ; y-o-y). Provinsi NTT merupakan salah satu
daerah gudang penghasil hewan ternak, yang menyuplai kebutuhan nasional.
Realisasi perdagangan antar pulau ternak pada tahun 2007 Provinsi NTT
melebihi target yang ditetapkan, dengan rincian : sapi 63.036 ekor (156,61%),
kerbau 7.745 ekor (77,45%) dan kuda 7.881 ekor (135.35%). Sedangkan target
tahun 2008, total jumlah ternak yang diantarpulaukan 58.750 ekor. Target
pencapaian tersebut bukan hal yang mustahil, mengingat Pemerintah Provinsi
Jawa Timur, telah mencabut keputusannya yang melarang ternak berasal dari
wNTT, untuk transit di Tanjung Perak sebelum dikirim ke Jakarta. Dengan
demikian para pengusaha ternak sudah bisa melakukan pengiriman ternak ke
DKI Jakarta melalui pelabuhan dengan transit di Surabaya. Sekitar 90 % sapi Bali
berada di Pulau Timor. Sapi-sapi tersebut yang selama ini dikirim ke DKI Jakarta,
Sulawesi Selatan dan Batam untuk menstabilkan harga daging nasional,
terutama menjelang hari raya keagamaan.
Komoditi perkebunan Provinsi NTT telah menembus pasar
internasional. Bahkan, Dinas Perkebunan Propinsi NTT telah menaikkan target
ekspor kopi ke Oakland, Amerika Serikat (AS) sebanyak 150 ton dalam tahun
2008. Target tersebut meningkat dari realisasi ekspor tahun 2007 sebanyak 77
ton. Ekspor kopi tahun 2007 itu berasal dari dua kabupaten, yakni Ngada 70,8
ton dan Manggarai sebanyak 6.2 ton. Untuk mendukung target tersebut, di dua
kabupaten itu akan dibentuk 4 unit pengolahan hasil (UPH) tambahan.
Peternakan; 30,31% Tabama; 50,46%
Perkebunan; 10,39%
Kehutanan ; 0,63%
Perikanan ; 8,21%
Grafik 1.33 y-o-y Subsektor Pertanian Grafik 1. 34 Struktur PDRB Sektor Pertanian
-45%
-30%
-15%
0%
15%
30%
45%
60%
75%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tabama Perkebunan
Peternakan Kehutanan
Perikanan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
Triwulan II - 2008 |
Sementara komoditi lain yang telah diekspor selama ini adalah jambu mete ke
Jerman, kakao ke Singapura, serta jatropha ke Brasil dan Filipina. Salah satu
perusahaan yang telah melakukan ekspor mete adalah PT. Eka Prima, dengan
tujuan India.
Grafik 1.35 Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.36 Kualitas Kredit Sektor Pertanian
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertanian oleh
perbankan di NTT masih relatif rendah, 2,10% dari total outstanding kredit
posisi Juni 2008 atau senilai Rp. 71,03 miliar. Lambatnya perkembangan
pembiayaan untuk sektor pertanian pada umumnya terkendala masalah
ketersediaan agunan, karena petani di NTT masih sangat tradisional dalam
mengelola keuangannya. Dari segi kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPLs,
kredit sektor pertanian relatif terjaga (0,04%).
2. Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan di Provinsi NTT mengalami
peningkatan (y-o-y) sebesar 9,73%. Peningkatan aktivitas pembangunan
infrastruktur, khususnya jalan pada tahun 2008 mendorong peningkatan
kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur. Selain itu Provinsi NTT juga
merupakan penghasil logam Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Setiap
tahun hasil Mangan NTT telah di ekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti
dan PT Prima Mining Manganese. Mangan NTT di ekspor langsung dari NTT
tidak melalui Surabaya.
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
juta
0,0%
0,1%
0,2%
0,3%
0,4%
0,5%
nominal Rasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
Triwulan II - 2008 |
Potensi material tambang masih banyak yang belum dieksplorasi.
Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten
Manggarai Timur antara lain menyebutkan bahwa kabupaten hasil pemekaran
dari Kabupaten Manggarai itu memiliki potensi pasir besi yang sudah terdeteksi
sejak lama dan perlu dieksplorasi lebih jauh. Potensi pasir besi itu terdapat di
Desa Bamo Kecamatan Kotakomba. Selain pasir besi, Manggarai Timur juga
memiliki potensi pertambangan lainnya seperti emas dan logam dasar lainnya di
Kelurahan Tanahrata Kecamatan Kotakomba. Untuk bisa mengolah potensi
tersebut, pemerintah daerah tentunya membutuhkan investasi, baik berupa
tenaga ahli, teknologi juga investasi dalam bentuk uang (Sumber : Flores Pos).
Grafik 1.38 Kredit Sektor PertambanganGrafik 1.37 PDRB Sektor Pertambangan
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertambangan oleh
perbankan di NTT masih relatif kecil, 0,03% dari total outstanding kredit
posisi Maret 2008 atau senilai Rp. 4,94 miliar. Namun dari sisi pertumbuhannya
(y-o-y) kredit sektor pertambangan tumbuh cukup tinggi hingga diatas 300%.
Dari segi kualitas kredit yang terceremin dari rasio NPLs, kredit sektor
pertambangan relatif sangat kecil.
3. Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor industri NTT mengalami perlambatan. Pada
triwulan I-2008, sektor industri tumbuh 2,03%, sedangkan pada triwulan
laporan turun menjadi 1,77%. Dengan demikian, secara umum kinerja sektor
industri masih relatif tidak menunjukkan perubahan, justru cenderung melemah
0
10
20
30
40
50
I II III IVI II III IVI II III IVI II II IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
I
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
PDRB y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
nominal y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Triwulan II - 2008 |
tahun 2007. Share sektor industri terhadap pembentukan PDRB NTT relatif sama
dibandingkan periode-periode sebelumnya (1,50%). Lambatnya perkembangan
sektor industri diindikasikan karena ketersediaan infrastruktur yang masih
terbatas. Permintaan energi listrik tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh
PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari prompt indicator
konsumsi listrik industri yang mengalami penurunan.
Namun dari sisi pembiayaan sektor perbankan terhadap sektor
industri tetap mengalami peningkatan sebesar 21,31% (y-o-y). Total
outstanding kredit sektor industri sampai dengan akhir triwulan II-2008 sebesar
Rp. 17,84 miliar atau 0,40% dari total kredit. Kualitas kredit sektor industri juga
relatif dalam kondisi terkendali dengan nominal NPLs sebesar Rp.338 juta atau
setara dengan rasio NPLs 0,01%. Dibalik optimisme tersebut, sektor industri
sebenarnya tetap dibayangi ancaman dari tren kenaikan harga minyak dunia.
Dengan status non-subsidi, maka harga bahan bakar industri akan mengikuti
pergerakkan harga minyak di pasar internasional. Pergerakkan harga minyak
dunia akhir-akhir ini cepat atau lambat, akan berdampak terhadap kinerja
produksi, yang pada akhirnya akan berimbas terhadap kinerja ekonomi secara
menyeluruh.
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT
Grafik 1.39 PDRB Sektor Industri Grafik 1.40 Konsumsi Listrik Sektor Industri
0
10
20
30
40
50
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
112
114
116
118
120
122
124
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
PDRB y-o-y
2006 2007 2008
Pela
ng
gan
50000
300000
550000
800000
1050000
1300000
Kw
h
Jml Pelanggan
Konsumsi
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Triwulan II - 2008 |
Grafik 1.41 Kredit Sektor Industri Grafik 1.42 Kualitas Kredit Sektor Industri
4. Listrik dan Air Bersih
Pertumbuhan (y-o-y) sektor listrik dan air bersih relatif menurun
dibandingkan dengan posisi awal tahun. Secara tahunan (y-o-y), PDRB
sektor listrik dan air bersih tumbuh 1,97%, sementara triwulan lalu sektor ini
tumbuh 3,21%. Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih didorong oleh
pertumbuhan subsektor listrik sebesar 5,56%, sedangkan subsektor air bersih
justru memberikan tekanan dengan mengalami kontraksi sebesar 7,03%.
Perkembangan PDRB subsektor listrik tercermin dari prompt indicator
perkembangan tingkat konsumsi listrik di wilayah NTT. Peran energi listrik
terhadap kinerja perekonomian NTT sebagai salah satu supporting element
sangat penting.
Grafik 1.43 PDRB Sektor Listrik dan Air
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
5
10
15
20
25
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT
2007 2008
Rp
miil
ar
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0
150
300
450
600
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominal y-o-y
2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,01%
0,01%
0,02%
0,02%
nominalRasio NPLs
Grafik 1.44 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-6%
-3%
0%
3%
6%
9%
12%
PDRB y-o-y
2006 2007 2008pel
ang
gan
204000
206000
208000
210000
212000
214000
216000
218000
220000
222000
224000
Kw
h
Kwh
Pelanggan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
Triwulan II - 2008 |
5. Bangunan
Pada triwulan II-2008, sektor bangunan tumbuh 8,65% ; y-o-y.
Sedangkan tahun lalu untuk posisi yang sama sektor ini tumbuh lebih rendah
3,44%. Tingginya pertumbuhan sektor bangunan disebabkan karena masih
besarnya potensi pengembangan infrastruktur di NTT. Ketergantungan sektor
bangunan terhadap proyek-proyek pemerintah masih relatif tinggi, hal ini
tercermin dari pertumbuhan triwulanan (q-t-q) dimana setiap awal tahun
cenderung menurun. Dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU BI) quarterly
growth yang relatif tinggi pada umumnya terjadi pada triwulan II atau III.
Peningkatan sektor bangunan diindikasikan terpengaruh
meningkatnya DIPA 2008 untuk Provinsi NTT sebesar 20% (sumber dana
APBN). DIPA tahun 2008 untuk provinsi NTT sebesar Rp. 10.704.315.917.000,
sementara untuk anggaran tahun lalu sebesar 9.205.700.000.000.
Perkembangan kinerja sektor bangunan juga tercermin dari tingkat
pertumbuhan konsumsi semen di NTT.
Dari segi pembiayaaan, sejalan dengan peningkatan PDRB sektor
bangunan penyaluran kredit konstruksi oleh perbankan NTT mengalami
peningkatan (y-o-y) yang signifikan (100,10%). Outstanding kredit konstruksi
meningkat dari Rp. 48,95 miliar menjadi Rp. 97,94 miliar. Dari segi kualitasnya,
rasio NPLs kredit sektor konstruksi tetap terkendali dengan 0,09%.
Grafik 1.45 PDRB Sektor Bangunan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.46 Konsumsi Semen NTT
0
50
100
150
200
250
I II III IVI II III IVI II III IVI III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : ASI
II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
0
10000
20000
30000
40000
50000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%PDRB y-o-y Konsumsi
y-o-y
2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Triwulan II - 2008 |
Grafik 1.47 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.48 Kualitas Kredit Sektor Konstruksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan II-2008, performance sektor perdagangan, hotel dan
restoran tumbuh cenderung melambat. Pada triwulan laporan, sektor ini
meningkat (y-o-y) 1,77% sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh 4,41%.
Lambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran relatif
berkorelasi dengan melambatnya tingkat konsumsi masyarakat NTT pada
triwulan laporan ini. Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan subsektor : perdagangan
dan hotel. Sedangkan untuk restoran pertumbuhannya cenderung stabil.
Dari ketiga subsektor pendukung sektor perdagangan,hotel dan
restoran, subsektor perdagangan memberikan share terbesar dengan
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
1000
2000
3000
4000
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,05%
0,10%
0,15%
0,20%
nominalRasio NPLs
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
50%
100%
150%
200%
nominal y-o-y
Grafik 1.50 Pertumbuhan SubSektor PHR Grafik 1.49 PDRB Sektor PHR
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
0
100
200
300
400
500
600
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
PDRB y-o-y
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PerdaganganHotelRestoran
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
Triwulan II - 2008 |
97,09%, kemudian subsektor restoran sebesar 1,66%, sedangkan subsektor
hotel memberikan share terendah 1,26%. Menurunnya aktivitas perdagangan
diperkirakan terjadi karena terjadi kecenderungan melemahnya daya beli
masyarakat, akibat kenaikan harga BBM. Masyarakat lebih selektif dalam
membelanjakan dananya. Pergerakkan kinerja sektor ini bisa dicerminkan dari
tingkat konsumsi listrik untuk kategori bisnis di wilayah NTT.
Perdagangan97,09%
Restoran1,66%
Hotel1,26%
Tumbuhnya sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin
juga melalui pembiayaan sektor perbankan. Kredit sektor perdagangan,
hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 36,10% (y-o-y), dengan
total outstanding kredit sampai dengan akhir triwulan II-2008 sebesar
Rp. 1.186,05 miliar atau 23,63% dari total kredit. Kualitas kredit sektor
perdagangan, hotel dan restoran relatif dalam kondisi terkendali dengan rasio
NPLs sebesar 0,73%.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
Pela
ng
gan
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
Kw
h
Jml Pelanggan Konsumsi
Grafik 1.52 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.51 Struktur PDRB Sektor PHR
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : PLN Wilayah NTT
Grafik 1.53 Kredit Sektor PHR Grafik 1.54 Kualitas Kredit Sektor PHR
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
4
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,30%
0,60%
0,90%
1,20%
1,50%nominalRasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
Triwulan II - 2008 |
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan II-2008
mengalami pertumbuhan sebesar 11,39% (y-o-y). Tumbuhnya sektor
angkutan dan komunikasi didorong oleh kedua subsektornya, masing-masing
meningkat 7,31% (subsektor angkutan) dan 28,97% (subsektor komunikasi).
Peningkatan pada subsektor angkutan didorong oleh perkembangan angkutan
udara. Jumlah penumpang angkutan udara setiap hari berkisar 800-850 orang,
meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Untuk mengantisipasi high season,
pada awal April 2008 lalu TransNusa Air Service menambah 2 armada untuk
beroperasi di NTT, masing-masing ATR -72 dan foker-50.
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
PDRB y-o-y
Grafik 1.55 PDRB Sektor Transp. & Komunikasi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tabel 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
2005 2006 2007 Jan-08 Mei-08Plat Hitam1 edan, Jeep, St. WaS gon,Minibus 6297 6744 7051 59 3112 us 40 45 543 ruk dan sejenisnya 4956 5354 5890 37 172Plat Kuning1 Sedan, Jeep, St. Wa
BT
gon,Minibus 5874 6139 5801 26 1362 us 1698 403 Truk dan sejenisnya 4469 4891 5217 28 168
tor 137115 164881 189247 3750 17473Kendaraan Khusus 89 95 126 - 3
Jenis Kendaraan
B
Mo
Sumber : Dispenda NTT
Pada triwulan II-2008, kontraksi terjadi pada angkutan
penyeberangan 3,18%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairan NTT yang
sempat kembali terkendala faktor cuaca. Tinggi gelombang perairan NTT yang
berkisar antara 2,5 - 4 meter sangat berbahaya bagi pelayaran (Badan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
Triwulan II - 2008 |
Meteorologi dan Geofisika El tari Kupang). Perkembangan aktivitas subsektor
angkutan (khususnya angkutan darat) dapat terlihat dari perkembangan jumlah
kendaraan bermotor. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tentunya berkorelasi dengan tren
penggunaan bahan bakar untuk keperluan transportasi.
Perkembangan subsektor telekomunikasi sebesar 28,97%, sejalan
dengan bertambahnya jumlah provider mobile phone di NTT.
Penambahan satu provider pada akhir tahun 2007, menunjukkan potensi pasar
NTT masih cukup besar. Dengan semakin banyak provider persaingan di bisnis
telekomunikasi akan semakin ketat. Setiap konsumen akan memiliki banyak
pilihan.
Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi juga tercermin dari
peningkatan dari sisi pembiayaan, meskipun tidak signifikan. Kredit
sektor transportasi dan komunikasi pada akhir triwulan II-2008 meningkat
sebesar 0,25% (y-o-y). Total outstanding kredit sektor ini sebesar Rp. 29,15
miliar atau 0,79% dari total kredit. Kualitas kredit sektor angkutan dan
komunikasi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,07%.
Grafik 1.56 Kredit Sektor Transportasi Grafik 1.57 Kualitas Kredit Sektor Transportasi
0
800
1600
2400
3200
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan mengalami ekspansi
sebesar (y-o-y) sebesar 5,16%. Peningkatan sektor ini berasal dari seluruh
subsektor pendukungnya. Peningkatan paling tinggi terjadi pada subsektor jasa
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,02%
0,04%
0,06%
0,08%
0,10%
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominalRasio NPLs
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-50%
0%
50%
100%
nominal y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
Triwulan II - 2008 |
perusahaan dengan 10,45%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
sektor ini mengalami percepatan pertumbuhan.
Grafik 1.58 PDRB Sektor Keu. dan Persewaan
Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa
perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi
dengan 47,14%, disusul dengan subsektor bangunan 29,02%. Perkembangan
kinerja perbankan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor ini secara
keseluruhan. Perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari
perkembangan beberapa prompt indicator, penyaluran pembiayaan oleh
penggadaian ataupun pertumbuhan jumlah koperasi setiap tahunnya.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008
Rp
ju
ta
Pembiayaan
Pelunasan
Bank 47,14%
Lembaga Keu Nir Bank 19,80%
Sewa Bangunan 29,02%
Jasa Perusahaan 4,04%
Grafik 1.59 Struktur Sektor Keu. dan Persewaan Grafik 1.60 Perkembangan Kegiatan Penggadaian
Koperasi N T T 2004 2005 2006 2007Jml koperasi 1.102 1.117 1.109 1.294Jml anggota 356.538 358.974 359.430 388.660Asset (ribu) 212.654.064 241.648.248 407.056.225 460.242.771Volume usaha (ribu) 140.751.154 88.941.012 196.169.852 284.445.364
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : Penggadaian Kupang
Sumber : DInas Koperasi dan UKM
0
20
40
60
80
100
120
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
PDRB
y-o-y
Tabel 1.7 Perkembangan Koperasi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Triwulan II - 2008 |
Tabel 1.8 Perkembangan Kegiatan Bank
indikator
utama I II III IV I II
Aset (miliar) 7504,42 7894,08 8407,14 8516,24 8318,80 8546,12
y-o-y aset 24,59% 21,89% 23,53% 12,29% 10,85% 8,26%
Kredit (miliar) 3297,60 3687,35 4008,75 4202,99 4293,58 4814,82
y-o-y kredit 30,81% 32,07% 30,40% 31,63% 30,20% 30,58%
DPK (miliar) 6663,99 6932,98 7141,00 7296,11 7162,46 7437,54
y-o-y DPK 29,05% 21,88% 19,06% 10,09% 7,48% 7,28%
LDR 49,48% 53,19% 56,14% 57,61% 59,95% 64,74%
NPL 1,85% 2,01% 1,92% 1,54% 1,79% 1,62%
2007 2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
9. Sektor Jasa-jasa
Pada triwulan II-2008, sektor jasa hanya mengalami ekspansi
sebesar 2,93% (y-o-y), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan lalu
2,14%. Peningkatan aktivitas sektor jasa paling tinggi terjadi pada sektor
swasta, khususnya rumah tangga (11,53%). Sementara bila dilihat dari
kontribusinya, jasa-jasa pemerintah masih mendominasi hingga 70,82%
Grafik 1.63 Pertumbuhan Subsektor Jasa
Grafik 1.62 PDRB Sekor Jasa
Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama yang
mendukung kinerja perekonomian NTT. Kontribusinya terhadap
pembentukan PDRB NTT secara keseluruhan mencapai 22,56%. Bahkan,
perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan.
Faktor yang mendukung peningkatan di sektor ini terutama adalah tingkat
konsumsi masyarakat untuk membelanjakan sebagian penghasilannya di jasa-
jasa hiburan, seperti diskotik, tempat rekreasi dan lainnya. Sementara itu, seiring
dengan keterbatasan perekonomian untuk menyerap tenaga kerja, maka jasa-
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
PDRB y-o-y
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pemerintah SosialHiburan Individu
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Triwulan II - 2008 |
jasa rumah tangga maupun perseorangan yang sifatnya lebih cenderung
informal justru mengalami peningkatan yang paling tinggi dengan 11,53%
(y-o-y). Dari sisi pembiayaan lembaga perbankan, perkembangan sektor jasa
tercermin juga dari outstanding kredit perbankan posisi Juni 2008, kemudian
dari sisi kualitasnya kredit sektor ini masih dalam kondisi yang terkendali.
Pemerintah 70,82%
Sosial Masyarakat
20%
Individu & Rm.Tangga
13%
Grafik 1.64 Struktur PDRB Sektor Jasa Grafik 1.65 Kredit Sektor Jasa
Tabel 1.66 Kualitas Kredit Sektor Jasa
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008
Rp
mii
lar
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
nominal y-o-y
0
800
1600
2400
3200
4000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
juta
0,00%
0,03%
0,06%
0,09%
0,12%
0,15%
nominalRasio NPLs
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Triwulan II - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 41
POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA
di KAB. SUMBA TIMUR
Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh
aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak
sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman pangan. Sementara sektor
sekunder dan tersier ditempati oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan
hotel dan restoran. Namun demikian, fenomena dari ketiga sektor tersebut,
secara perlahan cenderung menunjukkan adanya pergeseran. Performa sektor
sekunder dan tersier dalam beberapa tahun terakhir relatif lebih ekspansif
dibandingkan primary sector dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini
mengakibatkan share dari sektor pertanian yang cenderung menurun,
sedangkan untuk dua sektor lainnya justru mengalami kondisi yang
berkebalikan. Salah satu faktor penyebab kurang bergairahnya sektor pertanian
disebabkan oleh sistem pola tanam yang selama ini dijalankan oleh masyarakat
atau petani di Provinsi NTT. Sebagian dari mereka masih menggunakan
teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah
dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak
mengunakan pupuk atau pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang
tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan
liar bebas keluar masuk merusak tanaman. Di Provinsi NTT, lahan pertanian pada
subsektor tanaman pangan paling banyak digunakan untuk penanaman
komoditi jagung. Hal ini tercermin dari luas panen untuk tanaman jagung yang
relatif lebih besar dari komoditi yang lain. Pada tahun 2006 luas panen tanaman
jagung mencapai 252.410 ha. Sekitar 252.410 ha lahan pertanian jagung yang
tersebar di provinsi NTT.
Bagi Indonesia, perkembangan komoditi jagung merupakan salah satu
komoditas strategis dan bernilai ekonomis. Dalam beberapa tahun terakhir
kebutuhan jagung terus meningkat, yang seharusnya dapat dipakai sebagai
momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Disamping sebagai
makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga berfungsi sebagai
bahan pakan ternak dan bahan baku industri makanan. Seiring dengan
peningkatan aktivitas industri peternakan Indonesia, tentunya sebagai second
round effect berimbas terhadap peningkatan permintaan jagung sebagai salah
Triwulan II - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
satu input dalam produksi ternak. Sampai dengan akhir tahun 2006, Indonesia
masih belum mampu mencukupi kebutuhan untuk konsumsi jagung dalam
negeri. Oleh karena itu dengan potensi yang dimiliki dan prospek pasar yang
menjanjikan, pengembangan komoditas jagung perlu ditindaklanjuti dengan
langkah-langkah strategis, yang sebelumnya perlu didahului dengan kajian.
Melalui koordinasi dan kerjasama yang terarah dengan semua stakeholders,
provinsi NTT memiliki peluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan
tetap memperhatikan kualitas.
Kondisi Sekarang
Bagi petani di Kab. Sumba Timur, hasil panen jagung tidak semata-mata
dijual, namun ada sebagian yang disimpan sebagai stok untuk mencukupi
kebutuhan pangan. Apabila dijual, petani tidak langsung menjual ke pasar tetapi
melalui pengumpul di wilayahnya masing-masing. Ada juga yang melalui
papalele, ataupun dengan sistem ijon. Di beberapa desa terkadang ada pasar
mingguan. Meskipun terdapat berbagai alternatif, petani tetap pada sisi yang
dirugikan. Karena nilai tambah (value added) terbesar bukan dinikmati petani,
tetapi dirasakan oleh pedagang pengumpulnya.
Gambar 1. Rantai Pemasaran di Kab. Sumba Timur
Bagi petani Kab. Sumba Timur, umumnya masih enggan menggunakan
bibit hibrida. Hal ini dikarenakan jagung hibrida relatif lebih tidak tahan lama
dibandingkan jagung lokal. Padahal dari segi produktivitas jagung hibrida jauh
lebih unggul. Bagi petani permasalahan utama adalah ketersediaan pasar dan
jaminan harga disaat masa panen tiba.
Rp.1000,00Rp. 750,00
Rp. 1.250,00 Rp. 1.250,00 Rp. 500,00
Rp. 750,00 Rp. 1.500,00
Penampung
Pasar Mingguan
Ijon Papalele
Pasar Sumba Timur & Sumba Barat(Rp. 3.000,00)
Petani
Triwulan II - 2008 |
Model Pengembangan
Oleh karena itu perlu dirancang sebuah mekanisme pola pengembangan
komoditi jagung, secara khusus untuk wilayah Kab. Sumba Timur. Pola
pengembangan inti-plasma yang sudah cukup memberikan keberhasilan,
bahkan di negara maju seperti Jepang bisa diterapkan dalam pengembangan
jagung di Kab. Sumba Timur. Dalam model inti-plasma tersebut, terdapat
beberapa stakeholders yang bisa terlibat, antara lain : PT AAI sebagai usaha inti,
petani, bank, koperasi, farm supplier, Feed Mills Industry. Bentuk kerja sama
seperti gambar berikut.
Gambar 2. Rantai Pemasaran di Kab. Sumba Timur
PT Ade Agro Industri (PT. AAI) dalam pola kerja sama ini berfungsi
sebagai inti. Melalui PT AAI seluruh produksi dari para petani akan diolah
(dikeringkan dengan dryer) sebelum dikirimkan ke konsumen yang dalam hal ini
juga merupakan industri. Industri yang menjadi konsumen umumnya bergerak
dibidang feed mills industry. Kemudian PT AAI bisa melibatkan pihak lembaga
keuangan, yang dalam hal ini perbankan untuk melakukan pembayaran hasil
panen. Perlu menjadi perhatian, bahwa hasil panen petani sebaiknya tidak dijual
langsung kepada PT AAI namun melalui koperasi. Fungsi koperasi dalam skema
ini sangat penting terutama dalam rangka menjaga kestabilan harga jagung di
saat musim panen tiba.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 43
PT. AAI
Feed Mills Industry
KoperasiBank
Farm Supplier
Farmer
payment
harvest
harvest payment after deduction
sell to
farm input
payment for farm input
farm input
harvest payment
farmer'sharvest
Triwulan II - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
Dilibatkannya koperasi dalam pola pengembangan inti-plasma tentunya
memiliki maksud dan tujuan. Koperasi memiliki peran yang sangat strategis, baik
bagi petani (plasma), maupun bagi PT AAI (inti). Koperasi akan membeli seluruh
keperluan produksi bagi petani, baik pupuk, obat-obatan maupun keperluan
lain yang terkait dengan input produksi. Setelah petani memasuki masa panen,
setiap petani yang mengambil bahan baku di koperasi wajib menjual hasil
panennya kepada koperasi. Pembayaran koperasi kepada petani bisa
memanfaatkan perbankan. Penggunaan lembaga keuangan, dalam hal ini bank
sangat mendukung efisiensi dalam melaksanakan transaksi pembayaran.
Dengan pola inti plasma, petani sebenarnya memiliki keuntungan
tersendiri. Petani tidak memerlukan effort guna mendapatkan input produksi,
dikarenakan seluruh kebutuhan produksi sudah disediakan oleh koperasi.
Kemudian petani juga tidak perlu mencari pasar untuk menjual hasil panennya,
karena melalui koperasi akan langsung dijual kepada PT. AAI. Selain itu petani
tidak perlu khawatir akan mengalami kerugian karena turunnya harga disaat
musim panen, karena koperasi yang akan menjaga harga jagung pada level
yang tetap menguntungkan bagi petani.
Simpulan
1. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditi jagung secara teknis
dapat dilakukan, mengingat masih rendahnya tingkat produksi aktual
dibandingkan produksi potensialnya.
2. Pengembangan komoditi jagung tidak dapat dilakukan hanya dari sisi on-
farm saja, melainkan harus ada integrasi seluruh rantai produk dari hulu
sampai hilir. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah (value added) dan
memberikan multiplier effect kepada sektor ekonomi yang lainnya (industri).
Rekomendasi
1. Diperlukan arah yang jelas mengenai pengembangan komoditi jagung.
Secara umum pengembangan komoditi jagung dapat diarahkan untuk
program pemenuhan kebutuhan pangan (ketahanan pangan) atau lebih
berorientasi agrobisnis. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi yang saling
menunjang.
Triwulan II - 2008 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 45
2. Dalam era otonomisasi seperti saat ini, komitmen pemerintah daerah masih
belum optimal. Terlalu banyak hal yang harus dikerjakan untuk penguatan
ekonomi di masing-masing wilayah, akibatnya terkesan kurang fokus, yang
tercermin dari kurangnya dukungan dari alokasi anggaran pemerintah. Selain
itu, koordinasi antar masing-masing pemerintah daerah, maupun dengan
pemerintah provinsi juga terkesan kurang optimal.
3. Perlunya peran dan komitmen lembaga pembiayaan (perbankan) di NTT
untuk turut serta memberikan ruang bagi para petani untuk dapat
memperoleh fasilitas kredit dengan skim-skim khusus tertentu.
4. Perlunya bantuan fasilitas dan pendampingan teknis oleh instansi terkait
kepada petani dengan lebih intens untuk meningkatkan pengetahuan dan
perilaku petani di pedesaan
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
2.1 Kondisi Umum
Tekanan terhadap harga-harga di Kota Kupang pada akhir
triwulan II-2008 secara umum meningkat signifikan. Hal ini tercermin dari
angka inflasi tahunan (y-o-y) yang lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya. Pada triwulan I-2008 inflasi tahunan berada pada level 6,43%,
sedangkan untuk akhir triwulan II melonjak hingga 10,63%. Sampai dengan
akhir semester I, inflasi tahun 2008 sudah mencapai 8,28% (year to date).
Kondisi tersebut sudah mendekati laju inflasi pada akhir tahun 2007 sebesar
8,44%.
Peningkatan laju inflasi IHK pada triwulan II-2008 diindikasikan
terjadi pada ketiga komponen inflasi, terutama bersumber dari komponen
inflasi yang bersifat nonfundamental yaitu inflasi administered prices dan volatile
food. Peningkatan inflasi administered prices terutama terkait dengan kebijakan
Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi sebesar 28,7% pada akhir Mei
2008. Sementara itu, peningkatan inflasi volatile food terkait dengan
peningkatan ekspektasi inflasi pedagang sebagai dampak tidak langsung
(second round effect) peningkatan harga BBM yang secara otomatis
meningkatkan biaya distribusi.
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang
I II III IV I II
y-o-y 10,22% 9,29% 9,33% 8,44% 6,43% 10,63%
m-t-m 0,51% 0,36% -0,01% 1,97% 0,34% 2,31%
y-t-d 5,29% 4,88% 5,83% 8,44% 3,33% 8,28%
inflasi2007 2008
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 66
2005 2007 20082006
y-o-ym-t-m
y-t-d
| Kajian Ekonomi Regional NTT 46
Triwulan II - 2008 |
Dampak kenaikkan harga minyak dunia diindikasikan ikut
memberikan efek terhadap tekanan inflasi Kupang. Pergerakkan harga
minyak dunia yang menembus angka diatas $120 per barel mengakibatkan
peningkatan terhadap biaya produksi khususnya kalangan industri, mengingat
pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BMM bagi kalangan industri.
Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri logam. Hal ini
tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara khusus
seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku) yang berimbas
pada pergerakkan inflasi di kelompok perumahan.
Selain itu kenaikan harga minyak juga mendorong negara-negara
untuk mengembangkan energi alternatif yang dibuat dari berbagai
komoditi pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
permintaan dunia untuk komoditi tersebut yang berakibat terhadap kenaikan
harga (demand pull inflation). Sementara itu negara-negara penghasil komoditi,
cenderung mengurangi ekspor untuk mengamankan stok guna mencukupi
kebutuhan dalam negerinya. Kondisi tersebut memicu terjadinya krisis pangan
dibeberapa negara akibat harga komoditi yang melambung tinggi. Demikian
pula yang terjadi dengan Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
Indonesia masih banyak melakukan impor, sehingga otomatis pergerakkan
harga internasional akan ikut berpengaruh harga barang dalam negeri.
Kemudian masih berlanjutnya dampak peningkatan harga
komoditas pangan internasional juga turut memberikan tekanan pada
inflasi volatile food. Dari segi faktor fundamental, peningkatan ekspektasi
inflasi dan masih adanya dampak inflasi impor mendorong peningkatan inflasi
inti. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan dan penawaran perlu
diwaspadai terutama berkaitan dengan indikasi peningkatan permintaan.
Permintaan diindikasikan meningkat, sedangkan respons dari sisi penawaran
relatif terbatas, teerutama mengingat ketergantungan NTT terhadap impor
antarpulau relatif tinggi.
Pada akhir triwulan II-2008 inflasi tahunan Kupang lebih rendah
dibandingkan inflasi tahunan nasional, tidak seperti pada periode-periode
sepanjang tahun 2007 dimana inflasi nasional selalu lebih rendah, sejak tahun
2008 inflasi tahunan nasional masih diatas inflasi Kupang. Sedangkan jika
| Kajian Ekonomi Regional NTT 47
Triwulan II - 2008 |
dibandingkan dengan kota-kota yang secara geografis relatif dekat, inflasi
Kupang tergolong tinggi (posisi Mei 2008), hanya dibawah inflasi Surabaya. Bila
melihat kota Mataram dan Denpasar dimana kondisi geografisnya paling dekat,
inflasi masing-masing kota tersebut sebesar 9,52% dan 8,22%. Sementara jika
dibandingkan dengan Surabaya (10,09%), masih lebih rendah. Namun kondisi
tersebut perlu dicermati lebih jauh lagi, mengingat ketergantungan Provinsi NTT
terhadap suplai barang dari Surabaya cukup tinggi. Bukan tidak mungkin
kenaikan harga yang terjadi di Surabaya baru akan berdampak terhadap
kenaikan harga di Kupang pada periode mendatang, karena adanya pengaruh
time lag.
0
4
8
12
16
20
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Ags
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2005 2006 2007 2008
y-o-y;%
kupang nasional
Grafik 4.2 Inflasi Kupang vs Inflasi Nasional Grafik 4.3 Inflasi Kupang vs Inflasi Kota Lain
2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)
Secara tahunan inflasi Kupang mengalami peningkatan signifikan.
Seperti telah diperkirakan sebelumnya, pengaruh kenaikan kenaikan BBM akan
sangat dominan dalam mendongkrak pergerakkan harga di Kupang. Pada
triwulan I-2008 inflasi y-o-y Kupang sebesar 6,43%, sedangkan triwulan II naik
menjadi 10,63%. Kelompok bahan makanan dan perumahan mengalami inflasi
paling tinggi, masing-masing dengan 15,49% dan 15,37%. Sedangkan
kelompok transportasi yang terkena dampak langsung kenaikan harga BBM
mengalami inflasi 2,62%. Dilihat dari sturukturnya, tidak jauh berbeda.
Kelompok perumahan dan bahan makanan menjadi penyumbang terbesar,
masing-masing 4,42% dan 4,16%.
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
KupangMataramDenpasarSurabaya
y-o-y;%
2005 2006 2007 2008
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 48
Triwulan II - 2008 |
Grafik 4.4 Inflasi Kelompok Barang Tw I-08 (y-o-y) Grafik 4.5 Struktur Pembentukan Inflasi (y-o-y)
15,49%
7,54%
15,37%
7,20%
3,63%
4,78%
2,62%
10,63%
0% 4% 8% 12% 16%
Bahan makanan
Makanan,minuman, rokok & tembakau
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan,rekreasi dan olahraga
Transportasi dan komunikasi
Total
4,16%
0,96%
4,42%
0,30%
0,03%
0,30%
0,45%
10,63%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
Bahan makanan
Makanan,minuman, rokok & tembakau
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan,rekreasi dan olahraga
Transportasi dan komunikasi
Total
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
2.3 Inflasi 2008 (y-t-d)
Tekanan inflasi Kota Kupang sepanjang tahun 2008 memiliki
kecenderungan meningkat. Sampai dengan akhir triwulan II-2008, inflasi
Kota Kupang sudah mencapai 8,24%. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2007 lalu, dimana pada akhir triwulan yang sama tekanan inflasi
berada pada level 4,88% (y-t-d). Adapun sumber tekanan inflasi masih berasal
dari dua kelompok yang sama, yaitu : bahan makanan dan perumahan. Namun
demikian, pada tahun 2008 sumbangan komoditi perumahan jauh melebihi
komoditi bahan makanan. Meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan
bangunan, yang tidak diimbangin dengan peningkatan suplai menyebabkan
kecenderungan harga menjadi bergerak naik.
Grafik 4.6 Struktur Pembentukan Inflasi (y-t-d) Grafik 4.7 Perkembangan Inflasi (y-t-d)
2,74%
0,58%
4,00%
0,08%
0,03%
0,04%
8,24%
0,76%
0% 2% 3% 5% 6% 8% 9%
Bahan makanan
Makanan,minuman, rokok & tembakau
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan,rekreasi dan olahraga
Transportasi dan komunikasi
Total
8,24%8,44%
9,72%8,28%
15,16%
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6
2004 2005 2006 2007 2008
y-t-d
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 49
Triwulan II - 2008 |
Berhentinya produksi PT Semen Kupang mulai April 2008 lalu
mempengaruhi pasokan semen di NTT. Selama ini untuk mencukupi
kebutuhan konsumsi semen di NTT, selain dari produk lokal, juga disuplai
produk-produk dari daerah lain (Semen Gresik, Semen Bosowa, dan Semen
Tonase). Dari sisi harga, tentunya sangat berbeda. Semen Kupang dijual dengan
kisaran harga yang relatif lebih murah (Rp. 31.000) sedangkan untuk produk
luar rata-rata harga pada kisaran Rp. 35.000 – Rp. 39.000. Dengan terhentinya
suplai dari salah satu produsen, secara otomatis jumlah semen di pasaran
semakin terbatas. Hal tersebut membuat harga semen melonjak cukup
signifikan, hingga diatas Rp. 50.000 per sak.
Pergerakkan harga minyak dunia diindikasikan ikut memberikan
efek terhadap tekanan inflasi komoditi perumahan. Peningkatan harga
minyak dunia mengakibatkan peningkatan terhadap biaya produksi khususnya
kalangan industri. Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri
logam. Hal ini tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara
khusus seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku). Hal ini
menambah tekanan inflasi pada kelompok perumahan.
Pergerakkan harga bahan makanan cenderung relatif bervariasi.
Peningkatan harga sebagian besar terjadi pada awal tahun. Pasca kenaikan
BBM, harga kebutuhan pokok belum bergerak signifikan. Kalaupun terjadi
peningkatan harga pada komoditi tertentu, umumnya lebih disebabkan karena
supply shock semata bukan dikarenakan faktor fundamental. Beberapa
pergerakkan harga kebutuhan pangan dapat terlihat pada grafik dibawah.
Grafik 4.8 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok Grafik 4.9 Perkembangan Harga Bumbuan
Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang
0
3.000
6.000
9.000
12.000
15.000
18.000
21.000
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV
Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang
Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08
Beras Tepung teriguTelur Minyak gorenggula pasir
Nop-07
Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08
Bawang merahCabe merahCabe rawit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 50
Triwulan II - 2008 |
Grafik 4.10 Perkembangan Daging dan Ikan
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Sumber : Pasar Kasih Naikoten Kupang
Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08
Daging ayamDaging sapiIkan
| Kajian Ekonomi Regional NTT 51
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
3.1 Kondisi Umum
Kinerja perbankan di Provinsi NTT sampai akhir triwulan II tahun
2008 masih tetap menunjukkan perkembangan yang posistif, meskipun
perekonomian nasional secara makro mengalami tekanan dari kenaikan harga
BBM bersubsidi. Kemampuan perbankan dalam meningkatkan nilai asetnya
masih tetap terpelihara meskipun pertumbuhannya sejak akhir tahun 2007 lalu
cenderung mengalami perlambatan. Kondisi yang sama pun juga melanda
kegiatan penghimpunan dana masyarakat (DPK). Akselerasi pertumbuhan DPK
cenderung mengalami penurunan dalam beberapa triwulan terakhir, namun
demikian akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit relatif stabil pada kisaran
30% sampai 32%.
Tabel 3.1 Indikator Perbankan NTT
Tekanan dari sisi harga mempengaruhi peningkatan kebutuhan
pembiayaan perbankan di Provinsi NTT. Tingkat konsumsi masyarakat NTT
cukup dominan dalam menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.
Kenaikan harga membuat biaya untuk memenuhi konsumsi masyarakat
mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi
yang diatas kredit modal kerja maupun investasi. Selain itu tekanan terhadap
harga-harga barang juga berimbas terhadap peningkatan biaya untuk keperluan
usaha, ditambah dengan ekspektasi sektor swasta terhadap prospek kondisi
usahanya masing-masing diindikasikan menjadi penyebab tumbuhnya kredit
indikator
utama I II III IV I II
set (miliar) 7504,42 7894,08 8407,14 8516,24 8318,80 8546,12
o-y aset 24,59% 21,89% 23,53% 12,29% 10,85% 8,26%
Kredit (miliar) 3297,60 3687,35 4008,75 4202,99 4293,58 4814,82
o-y kredit 30,81% 32,07% 30,40% 31,63% 30,20% 30,58%
DPK (miliar) 6663,99 6932,98 7141,00 7296,11 7162,46 7437,54
o-y DPK 29,05% 21,88% 19,06% 10,09% 7,48% 7,28%
LDR 49,48% 53,19% 56,14% 57,61% 59,95% 64,74%
L 1,85% 2,01% 1,92% 1,54% 1,79% 1,62%
2007 2008
A
y-
y-
y-
NP
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 52
Triwulan II - 2008 |
untuk modal kerja dan investasi yang mencapai diatas 20% ; y-o-y. Dari sisi
perbankan, beroperasinya Bank BTPN di Kota Kupang sejak April 2008
mengakibatkan bertambahnya jumlah bank umum. Hal ini tentunya akan
menambah persaingan dalam dunia bisnis sektor keuangan. Kemudian berbagai
inovasi produk pembiayaan yang didukung dengan kemudahan-kemudahan ikut
memacu indikator kinerja perbankan.
Dengan kondisi perkembangan tersebut, maka rasio penyaluran
kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR) di NTT relatif
mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-t-q)
atau pun secara tahunan (y-o-y) tingkat LDR pada triwulan II-2008 lebih baik. Di
tengah tren peningkatan suku bunga acuan (BI rate) membaiknya kegiatan
intermediasi perbankan tetap diikuti oleh performance kredit yang relatif
terjaga, bahkan cenderung lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan performance kredit tersebut diperkirakan karena pengaruh
penyaluran kredit yang lebih berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential
banking serta berlanjutnya langkah-langkah terkait restrukturisasi kredit, baik
melalui penambahan jumlah plafon maupun perpanjangan jangka waktu
pelunasan. Secara umum bagi perbankan di NTT tekanan dari sisi risiko,
khususnya terkait risiko likuiditas, relatif belum menunjukkan gangguan yang
berarti. Meskipun sebagian besar dana yang disimpan sebagian besar bersifat
jangka pendek.
3.2 Intermediasi Perbankan
Kegiatan penyerapan dana masyarakat oleh perbankan NTT
mengalami peningkatan 7,28% (y-o-y), dari Rp. 6.932,98 miliar menjadi
Rp. 7.437,54 miliar. Secara struktural pertumbuhan DPK didorong oleh
peningkatan pada rekening tabungan dan deposito, masing-masing sebesar
21,26% dan 0,58%. Sedangkan tekanan terhadap pertumbuhan DPK berasal
dari simpanan giro yang mengalami penurunan sebesar 3,77%. Pertumbuhan
DPK (y-o-y) secara umum cenderung mengalami perlambatan. Hal ini
dikarenakan tekanan pada simpanan jenis deposito dan giro. Sementara
tabungan masih cukup berkembang positif.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 53
Triwulan II - 2008 |
Penurunan jumlah deposito diduga karena masih relatif
rendahnya imbal hasil yang diperoleh. Sementara di lain pihak,
bertambahnya produk-produk investasi yang ditawarkan di pasar keuangan,
seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked, sampai obligasi pemerintah
dalam hal ini ORI, membuat mayarakat memiliki lebih banyak alternatif.
Sedangkan pada simpanan jenis tabungan, meningkatnya akselerasi
pertumbuhan tabungan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan bagi
sebagian masyarakat, namun pada saat yang sama dorongan untuk melakukan
investasi masih relatif kecil. Kemudian simpanan jenis tabungan diindikasikan
relatif sudah dikenal, sifatnya lebih liquid (mudah dicairkan) dan jumlah minimal
saldo lebih kecil dibandingkan dengan jenis deposito. Kemudian pertumbuhan
Grafik 3.1 Perkembangan DPK Grafik 3.2 Perkembangan Struktur DPK
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Grafik 3.4 Komposisi DPK
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
10%
20%
30%
40%
nominaly-o-y
2006 2007 2008
y-o-y Tabungany-o-y Depositoy-o-y Giro
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
GiroDepositoTabungan
Rp
mili
ar
2006 2007 2008 2006 2007 2008
TabunganDepositoGiro
| Kajian Ekonomi Regional NTT 54
Triwulan II - 2008 |
DPK dalam bentuk rekening giro lebih disebabkan karena kebutuhan transaksi
dunia usaha yang mengalami peningkatan. Selain itu, preferensi masyarakat
dalam menggunakan sarana transaksi cek dan giro masih tinggi. Hal ini
tercermin dari peningkatan nilai nominal dari transaksi kliring yang dilakukan
melalui KBI Kupang. Penerapan sistem kliring nasional (SKNBI) membuat
transaksi berlangsung lebih efektif dan efisien.
Komposisi dana pihak ketiga di perbankan NTT belum mengalami
perubahan. Tabungan masih memiliki porsi tertinggi sebesar Rp. 3.365,70
miliar atau dengan kata lain 45,25% DPK dalam bentuk tabungan. Kemudian
diikuti dengan penempatan jenis giro dengan Rp. 2.427,78 miliar, dan terakhir
deposito sebesar Rp. 1.644,06 miliar. Sedangkan jika dilihat dari pemilik dana
pihak ketiga (DPK), golongan perorangan memiliki proporsi tertinggi yang
mencapai 61,06% atau senilai Rp. 4.541,58 miliar. Sedangkan proporsi
terendah dimiliki oleh golongan lainnya (lembaga pendidikan, perwakilan
lembaga asing) sebesar 1,48% atau senilai Rp. 110,28 miliar.
Tabungan tetap menjadi pilihan utama masyarakat NTT sebagai
sarana penempatan excess liquidity, meskipun memberikan imbal hasil
(bunga) yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis deposito. Fleksibilitas dan
kemudahan dalam melakukan berbagai transaksi, khususnya melalui Automatic
Teller Machine (ATM) mampu memberikan keunggulan tersendiri dalam
meningkatkan minat masyarakat. Kemudian layanan perbankan yang semakin
membaik melalui inovasi pelayanan jasa perbankan, seperti : SMS banking,
internet banking, dan produk jasa lainnya (fee based income) memudahkan
nasabah untuk melakukan tansaksi secara lebih cepat dan aman dengan layanan
yang sifatnya pribadi.
33,77%
3,69%61,06%
1,48%
Pemerintah Swasta Perorangan Lainnya
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.5 DPK Menurut Golongan Pemilik
| Kajian Ekonomi Regional NTT 55
Triwulan II - 2008 |
Penempatan dana pada rekening giro didasari oleh kebutuhan
transaksi para pelaku dunia usaha. Melalui transaksi dengan fasilitas sistem
kliring nasional (SKNBI), rekening giro menjadi salah satu pilihan dalam
melakukan transaksi non tunai. Pada triwulan II-2008 tercatat transaksi non
tunai dengan SKNBI mencapai Rp. 441,09 miliar. Peningkatan aktivitas dunia
usaha diindikasikan akan mendorong peningkatan simpanan giro. Selain itu,
sebagian besar dana pemerintah yang merupakan penggerak ekonomi provinsi
NTT sebagian besar dialokasikan dalam bentuk giro. Sehingga peningkatan
anggaran belanja pada tahun 2008 sebesar 1,60%, dari Rp. 1,036 triliun
menjadi Rp. 1,052 triliun diperkirakan berpengaruh terhadap pertumbuhan
simpanan giro.
Penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan II-2008
mengalami peningkatan baik secara tahunan (y-o-y) maupun triwulanan
(q-t-q). Pada triwulan II-2008, posisi outstanding kredit yang telah disalurkan
oleh perbankan di NTT mencapai Rp. 4.814,82 miliar. Jumlah tersebut
meningkat 30,20% dari tahun sebelumnya (y-o-y) atau 12,14% jika
dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (q-t-q), meskipun terjadi tren
peningkatan suku bunga (BI rate) akibat kenaikan tingkat inflasi setelah dampak
kenaikan BBM akhir Mei 2008 lalu, yang mulai direspon oleh perbankan di NTT.
Pertumbuhan kredit diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan
mendatang.
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Grafik 3.7 Tren Suku Bunga Kredit
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
10%
20%
30%
40%
0%
5%
10%
15%
20%1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
nominal
y-o-y
2006 2007 2008
BI Rate
Bunga Kredit
| Kajian Ekonomi Regional NTT 56
Triwulan II - 2008 |
Akselerasi penyaluran kredit perbankan di NTT dipengaruhi juga
oleh perkembangan kondisi perekonomian. Berdasarkan hasil survei
kegiatan dunia usaha (SKDU BI) dalam periode triwulan II-2008, ekspektasi para
pelaku usaha terhadap kondisi pada periode mendatang cenderung positif. Hal
ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) yang bernilai positif. Bank
Mandiri mentargetkan kenaikan kredit tahun 2008 sebesar 30% (Rp. 23 miliar)
dari tahun sebelumnya, melebihi target nasional 20%. Hal tersebut didasarkan
pada semakin membaiknya kondisi perekonomian di NTT, khususnya Kota
Kupang. Sama halnya dengan PT. Bank NTT yang mentargetkan jumlah kredit
pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,7 triliun meningkat dibandingkan tahun 2007
yang realisasinya sebesar Rp. 1,8 triliun. Selain itu kebutuhan terkait pembiayaan
dari sisi konsumsi diperkirakan menjadi penggerak utama. Hal ini tercermin dari
komposisi penyaluran kredit yang tetap didominasi oleh pembiayaan kategori
konsumtif.
Pada triwulan II-2008 kredit konsumsi mengalami pertumbuhan
(y-o-y) yang paling tinggi. Selain dari sisi kontribusi pembentukan, kredit
konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan
kredit konsumsi di NTT meningkat 32,36% (y-o-y), dari Rp. 2.484,50 miliar
menjadi Rp. 3.288,53 miliar. Sementara untuk kategori kredit yang produktif,
dalam hal ini modal kerja dan investasi, tumbuh relatif lebih lambat (y-o-y)
dengan 26,74% dan 28,36%. Outstanding kredit modal kerja pada akhir
triwulan II-2008 sebesar Rp. 1.380,29 miliar, kemudian untuk kredit investasi
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 3.9 Struktur Penyaluran Kredit Tw II-08
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
InvestasiModal KerjaKonsumsi
Investasi; 3,03%Konsumsi;
68,30%
Modal kerja; 28,67%
Rp
mili
ar
7
2005 2006 2007 2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 57
Triwulan II - 2008 |
sebesar Rp. 145,99 miliar. Kondisi serupa juga terjadi dalam struktur PDRB
Provinsi NTT, dimana lebih didominasi oleh pengeluaran konsumsi khususnya
konsumsi rumah tangga. Sementara itu perkembangan investasi di NTT relatif
lambat dan tentunya berakibat pada kurangnya peran kredit investasi dalam
kinerja penyaluran kredit bagi perbankan NTT.
Searah dengan perkembangan kredit dari sisi penggunaan,
penyaluran kredit secara sektoral terkonsentrasi pada sektor lain-lain
yang mencapai 67,48% atau sebesar Rp. 3.297,52 miliar. Hal ini merupakan
refleksi dari peran kredit konsumsi yang sangat dominan. Bila dilihat sektor yang
lain ada beberapa sektor usaha yang cukup memberikan kontribusi, antara lain :
kredit sektor perdagangan dengan 23,63% atau Rp. 1.186,05 miliar, kredit
Grafik 3.10 Perkembangan Komposisi Kredit Menurut Kenggunaan
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Konsumsi
0%
20%
40%
60%
80%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit Modal Kerja Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Investasi
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2005 2006 2007 2008
KonsumsiModal KerjaInvestasi
2005 2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
nominal y-o-y
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Rp
mii
lar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
nominal
y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
nominal y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 58
Triwulan II - 2008 |
sektor jasa sebesar 3,65% setara Rp. 90,95 miliar. Sebagai sektor unggulan
dalam perekonomian NTT, penyaluran kredit sektor pertanian pada triwulan II-
2008 justru mengalami kontraksi sebesar 8,38%. Sedangkan kredit sektoral
yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan (diatas 100%) adalah kredit
sektor konstruksi dan kredit sektor pertambangan, masing-masing mencapai
100,10% dan 355,35%.
Fungsi intermediasi perbankan di NTT mengalami perbaikan jika
dibandingkan triwulan (q-t-q) sebelumnya, maupun tahunan (y-o-y),
yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami
peningkatan. Dengan perkembangan penyerapan dana pihak ketiga dan
penyaluran kredit pada akhir triwulan II-2008, tingkat LDR perbankan NTT
Grafik 3.14 Perkembangan Kredit per Sektor Grafik 3.15 y-o-y Kredit Sektoral
Grafik 3.16 Kredit Konstruksi Grafik 3.17 Kredit Pertambangan
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Lain-lain Jasa Dunia Usaha PHR Pertanian
Rp
mil
iar
Rp
mil
iar
2006 2007 2008
Jasa Dunia Usaha
PHR
Pertanian
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008
Lain-lain
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
nominal y-o-y
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
50%
100%
150%
200%
nominal y-o-y
| Kajian Ekonomi Regional NTT 59
Triwulan II - 2008 |
sebesar 64,74%, lebih baik apabila dibandingkan posisi tahun lalu (53,19%) dan
akhir triwulan I-2008 (59,95%). Pertumbuhan dana pihak ketiga yang
cenderung melambat sejak memasuki awal tahun 2007 lalu, disatu sisi akselerasi
pertumbuhan kredit yang relatif stabil sepanjang tahun 2008 (diatas 30%).
Sementara itu, kondisi kelonggaran tarik (undisbursed laon) cenderung
mengalami perbaikan. Pada akhir triwulan II-2008, besarnya rasio undisbursed
loan terhadap total kredit yang disalurkan mengalami penurunan, yaitu sebesar
6,48% atau senilai Rp. 312,00 miliar. Lebih rendah dibandingkan posisi yang
sama tahun lalu maupun triwulan sebelumnya, dimana masing-masing sebesar
6,54% dan 8,94%.
Grafik 3.18 Perkembangan LDR Grafik 3.19 Perkembangan Undisbursed Loan
Grafik 3.20 Perkembangan NPL Grafik 3.21 Nominal NPL Sektoral
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
mil
iar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Kredit DPK LDR
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0%
3%
6%
9%
12%
15%
nominal prosentase
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008
Rp
juta
0%
1%
2%
3%Transp&Kom PHR Konstruksi Lainnya
Rp
juta
Nominal
Rasio NPL
2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 60
Triwulan II - 2008 |
Risiko kredit perbankan pada triwulan II-2008 secara agregat
relatif terkendali. Hal ini tercermin dari indikator ratio Non Performing Loan
gross (NPLs) yang tetap berada di bawah batas aman rasio sebesar 5,00%.
Tercatat rasio NPLs perbankan di NTT secara umum sebesar 1,62% atau senilai
Rp. 78,21 miliar. Konsidi tersebut relatif lebih baik dibandingkan rasio triwulan
sebelumnya sebesar 1,79% atau Rp. 76,88 miliar. Dari sisi penggunaan,
meskipun outstanding kredit modal kerja (Rp. 1.380,29 miliar) jauh lebih kecil
dibandingkan kredit konsumsi (Rp. 3.288,53 miliar) rasio NPLs untuk kredit
modal kerja masih lebih tinggi (0,81%) dibandingkan kredit konsumsi (0,60%).
Hal ini diindikasikan terjadi karena sebagian kredit konsumsi yang disalurkan
oleh perbankan di NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem
angsuran melalui pemotongan langsung dari pendapatan yang diterima masing-
masing pegawai. Sehingga tingkat resiko (default) akan lebih kecil. Kondisi
tersebut tercermin juga pada kualitas kredit secara sektoral. Sektor lain-lain
memiliki rasio yang lebih rendah dengan 0,66%, dibandingkan sektor
perdagangan 0,73% yang umumnya digunakan untuk keperluan modal kerja.
Sementara jika dilihat dari outstanding kredit yang disalurkan sektor
perdagangan hanya sebesar Rp. 1.186,05 miliar sedangkan sektor lain-lain
mencapai Rp. 3.297,52 miliar.
Grafik 3.22 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Grafik 3.23 NPL PHR dan sektor Lain-lain
0,00%
0,40%
0,80%
1,20%
1,60%
2,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 60
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
2006 2007 2008
Rp
miil
ar
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
nominal kosumsi nominal modal kerja
NPLs konsumsi NPLs modal kerja
2005 2006 2007 2008
NPLs PHR
NPLs Sektor Lain-lain
| Kajian Ekonomi Regional NTT 61
Triwulan II - 2008 |
3.3 Kredit UMKM
Pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga tercermin dari
penyaluran kredit UMKM oleh perbankan NTT. Kredit yang termasuk
kategori UMKM pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan sebesar 30,29%
(y-o-y), dari Rp. 3.666,12 miliar menjadi Rp. 4.776,59 miliar. Kontribusi kredit
UMKM bagi total kredit secara keseluruhan cukup signifikan. Sampai dengan
akhir triwulan II-2008, tercatat 99,21% dari total kredit yang disalurkan
perbankan NTT termasuk kategori kredit UMKM. Peningkatan penyaluran kredit
UMKM oleh perbankan NTT merupakan salah satu bentuk concern perbankan
terhadap pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi
daerah. Salah satunya adalah program PT Bank BNI yang mengucurkan kredit
tunas. Pinjaman ini ditujukan bagi UMKM dimana jumlah kredit yang diberikan
dapat melebihi jumlah nilai anggunan. Adapun kisaran plafon yang diberikan
antara Rp. 25 juta – Rp. 100 juta.
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.25 Komposisi Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
2005 2006 2007 2008
Grafik 3.25 Komposisi Kredit UMKM
Kredit UMKM Total Kredit
Menengah15,53%
Mikro52,33%
Kecil32,14%
Rp
Ju
ta
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 62
Triwulan II - 2008 |
Jika dilihat dari komposisinya, penyaluran kredit UMKM
didominasi oleh kredit mikro yang mencapai 52,33% atau sebesar
Rp. 2.499,80 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari total
kredit yang disalurkan oleh perbankan NTT juga termasuk kategori mikro, atau
dengan kata lain kapasitas nasabah kredit di NTT sebagian besar masih relatif
kecil. Porsi terkecil penyaluran kredit UMKM adalah kategori menengah dengan
15,53% atau setara Rp. 741,81 miliar. Sementara jika dilihat dari
pertumbuhannya (y-o-y), kredit kategori kecil mengalami pertumbuhan paling
tinggi (67,09%) kemudian diikuti oleh kredit menengah (56,95%) dan terakhir
kredit mikro (9,89%). Akselerasi pertumbuhan kredit kecil yang lebih tinggi
dibandingkan kredit mikro dalam jangka panjang dapat merubah struktur kredit
UMKM perbankan NTT. Kondisi tersebut juga mengindikasikan pergeseran
kemampuan (capacitiy) debitur.
Dukungan pemerintah terhadap UMKM secara nasional semakin
dirasakan dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Pertumbuhan penyaluran KUR di wilayah Provinsi NTT cukup pesat. Sejak
November 2007 sampai akhir Mei 2008 sudah mencapai Rp. 40,93 miliar,
dimana sebagian besar digunakan untuk modal kerja. Sedangkan secara sektoral
didominasi sektor perdagangan
Grafik 3.26 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
Grafik 3.27 y-o-y Komponen Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
2005 2006 2007 2008
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0 1
1 1
2 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
Rp
ju
ta
Mikro Kecil Menengah
2005 2006 2007 2.008
y-o-y UMKM y-o-y Mikroy-o-y Kecil y-o-y Menengah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 63
Triwulan II - 2008 |
3.608,33
40.934,44
35.633,93
21.511,50
4.942,25
6.587,001.275,00
-
9.000
18.000
27.000
36.000
45.000
Nov-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08Rp
juta
Realisasi KUR
Grafik 3.28 Perkembangan KUR
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3.4 Perkembangan BPR
Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan II-2008 menunjukan
peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Penambahan beroperasinya satu BPR yaitu PT. BPR Tanaoba Lais Manekat yang
terhitung mulai beroperasi sejak 1 Februari 2008, memberikan dampak
pertumbuhan yang cukup positif. Pertumbuhan aset BPR (y-o-y) di wilayah
Provinsi NTT pada akhir triwulan II-2008 mencapai 66,77%, dari Rp. 29,08 miliar
menjadi Rp. 48,49 miliar. Kemudian dari aspek fungsinya sebagai lembaga
intermediasi, berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp. 36,63 miliar. Mengalami
ekspansi yang relatif tinggi sebesar 70,11% (y-o-y), dibandingkan tahun lalu
yang tercatat Rp. 21,53 miliar. Sedangkan dari kegiatan penghimpunan dana
dari masyarakat, juga menunjukkan pertumbuhan diatas 100%, yaitu mencapai
109,09%, ; y-o-y, dari Rp. 13,29 miliar menjadi Rp. 27,79 miliar.
Pertumbuhan penyaluran kredit yang relatif lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun, mempengaruhi
Tabel 3.2 Perkembangan Usaha BPR (juta)2008
I II III IV I IIAset 25.267 29.079 32.528 34.844 40.722 48.494y-o-y aset 20,63% 42,29% 49,32% 41,16% 61,17% 66,77%DPK 10.400 13.293 16.054 17.165 20.838 27.794y-o-y DPK 38,10% 72,91% 84,06% 81,52% 100,36% 109,09%Tabungan 5.743 6.027 7.438 7.016 8.922 12.082Deposito 4.657 7.266 8.616 10.149 11.915 15.713Kredit 19.353 21.531 23.552 24.655 26.963 36.627y-o-y kredit 12,05% 21,55% 34,94% 35,33% 39,32% 70,11%LDR 186,09% 161,97% 146,70% 143,64% 129,40% 131,78%NPLs (nominal) 4.281 1.472 1.098 1.212 1.431 1.297NPLs 22,12% 6,84% 4,66% 4,92% 5,31% 3,54%
Indikator2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 64
Triwulan II - 2008 |
kinerja intermediasi BPR. Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR
sepanjang tahun 2008 masih berada diatas level 100%, meskipun cenderung
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Hal ini tercermin dari rasio
Loan to Deposit (LDR) sebesar 131,78%, namun kondisi tersebut menunjukkan
perbaikan jika melihat data triwulan sebelumnya. Tingginya penyaluran kredit
BPR di NTT, salah satunya didorong oleh penerapan linkage programe antara
bank umum dan BPR.
Dari sisi penggunaan, komposisi kredit BPR relatif lebih produktif
dibandingkan dengan kondisi bank umum. Penyaluran kredit BPR di NTT
didominasi tidak didominasi oleh kredit untuk konsumtif (47,98%), namun
kredit modal kerja (50,65%). Sedangkan untuk kredit investasi masih relatif
sama dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37%). Bila dilihat secara sektoral,
secara struktur sektor lain-lain masih memberikan kontribusi tertinggi (50,69%),
sedangkan share terkecil adalah kredit sektor industri (0,18%).
Grafik 3.29 Pertumbuhan Kinerja BPR Grafik 3.30 Perkembangan LDR
23,36%
19,71%
50,69%
0,18%6,06%
Pertanian Perindustrian PHR Jasa-jasa Lain-lain
Sumber : Bank Indonesia Kupang
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II III IV I II0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.31 Pertumbuhan Kredit Penggunaan BPR Grafik 3.32 Proporsi Kredit Sektoral
2005 2006 2007 2008
y-o-y Asset
y-o-y KreditDPK y-o-y
2005 2006 2007 2008
Rp
ju
ta
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
KreditDPKLDR
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
KonsumsiInvestasiModal Kerja
Rp juta
2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 65 Sumber : Bank Indonesia Kupang
Triwulan II - 2008 |
Bila melihat pada risiko kredit BPR di NTT, rasio NPLs pada
triwulan laporan mengalami perbaikan, menjadi 3,54%. Rasio tersebut
merupakan yang terendah sejak tahun 2004, meskipun disatu sisi pertumbuhan
kreditnya relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam
melakukan assesment terhadap pengajuan kredit mengalami peningkatan.
Namun perlu menjadi perhatian, rasio LDR BPR berada diatas 100%. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit BPR tidak
hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal bank sendiri. Hal
ini pada dasarnya akan berpengaruh terhadap risiko likuiditas bagi bank yang
bersangkutan. Sehingga pengelolaan likuiditas (cash ratio) perlu menjadi
concern tersendiri.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 66
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB III VVV
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
4.1 Kondisi Umum
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi NTT berpengaruh
terhadap aktivitas sistem pembayaran. Kinerja perekonomian yang sudah
relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sistem pembayaran di NTT yang tercatat oleh Bank
Indonesia Kupang. Ekspansi ekonomi secara eksplisit terlihat dari kenaikan
transaksi bayaran yang cukup signifikan sepanjang triwulan II-2008, sedangkan
di sisi lain transaksi setoran mengalami penurunan drastis. Kinerja perekonomian
yang mulai membaik membuat kebutuhan masyarakat akan ketersediaan cash
money ikut terdongkrak. Semakin besar kinerja ekonomi, kebutuhan akan uang
juga akan semakin meningkat. Meskipun di negara-negara maju cenderung
sudah mulai tidak menggunakan cash money.
Tabel 4.1 Perkembangan Pembayaran Non Tunai
Kenaikan jumlah nominal transaksi juga terjadi untuk transaksi
sistem pembayaran non tunai. Sebagaimana telah diketahui, bahwa sistem
pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional
Tabel 4.2 Perkembangan Pembayaran Tunai
lembar nominal lembar nominal volume nominal
I 11.902 357.593 28 737 60 1.393.575
II 11.754 370.524 40 1.266 181 1.697.579
III 12.649 387.651 44 2.242 169 1.862.280
IV 12.584 419.348 115 4.717 160 35.714
I 11.974 418.765 63 2.089 24 1.744II 11.915 441.091 66 1.215 85 10.523
TRANSAKSI
RTGS cek/BG kosong
TRANSAKSI KLIRINGNON TUNAI
perputaran
PERIODE
2007
08
(juta)
20
Sumber : KBI Kupang
Pembayaran Tunai I II III IV I II
setoran 708,38 317,73 272,39 231,72 527,55 175,25bayaran 227,54 604,62 477,68 966,43 359,75 562,25net 480,85 -286,89 -205,28 -734,71 167,80 -387,00
2007 2008(miliar)
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 67
Triwulan II - 2008 |
Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS).
Dari kedua sarana tersebut, nominal transaksinya mengalami peningkatan.
Pergerakkan yang sangat signifikan terjadi pada transaksi dengan menggunakan
sarana RTGS, namun secara nominal transaksi dengan fasilitas SKNBI lebih
mendominasi. Hal ini dimungkinakan terjadi karena biaya untuk transaksi
dengan fasilitas RTGS jauh lebih mahal dibandingkan SKNBI, karena proses
transaksi SKNBI sedikit lebih lambat.
4.2 Transaksi RTGS
Perkembangan transaksi non tunai dengan sarana RTGS pada
triwulan II-2008, secara triwulanan (q-t-q) meningkat cukup
signifikan. Pada triwulan II-2008 total nominal transaksi sebesar Rp. 10.523
juta. Jumlah tersebut jauh diatas transaksi pada periode sebelumnya dengan
nominal Rp. 1.744 juta. Sejalan dengan nilai total nominal transaksi, jumlah
transaksi juga meningkat dari 24 menjadi 85.
Tabel 4.3 Perkembangan Transaksi RTGS
I II III IV I IIvolume 60 181 169 160 24 85nominal 1.393.575 1.697.579 1.862.280 35.714 1.744 10.523
2008PERIODE
TRANSAKSI RTGS (juta)2007
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
I II III IV I II
Sumber : KBI Kupang
2007 2008
nom
inal
(jut
a)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
volu
me
Nominal
Volume
| Kajian Ekonomi Regional NTT 68
Triwulan II - 2008 |
Aktivitas transaksi RTGS di KBI Kupang relatif dipengaruhi oleh
realisasi anggaran pemerintah. Transaksi RTGS sebagian besar merupakan
pembayaran SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) oleh pemerintah kepada
rekanan atau pihak ketiga. Peningkatan volume transaksi RTGS diperkirakan
terjadi karena sudah dimulainya realisasi pembayaran anggaran pemerintah
pada tahun 2008, meskipun masih belum maksimal.
Namun demikian, bila dilihat secara tahunan (y-o-y) transaksi
RTGS yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kupang
mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak triwulan I 2008
lalu (diatas 99%). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh karena
karena ada kumungkinan proses transaksi pembayaran sudah tidak dilakukan
melalui Kantor Bank Indonesia Kupang lagi, namun langsung dilakukan oleh
bank yang ditunjuk pemerintah. Pada tahun 2008, pemberian dana
dilakukan melalui proses transfer ke rekening masing-masing daerah.
Artinya, daerah tidak perlu lagi melakukan proses pencairan DAU dan DAK
ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) seperti yang terjadi
selama ini, karena bisa dilakukan pada bank yang ditunjuk. Kebijakan yang
diambil pemerintah ini dimaksudkan untuk mempermudah dan kelancaran
pembayaran DAU dan DAK kepada setiap daerah. (Sumber : Antara-
nttonline.org)
4.3 Transaksi Kliring
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jumlah transasksi
kliring mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2008, jumlah nominal
transaksi melalui kliring mencapai Rp. 418,76 miliar, sedangkan untuk posisi
triwulan II-2008 meningkat menjadi sebesar Rp. 441,09 miliar. Terjadi
peningkatan sebesar 5,33% ;q-t-q. Apabila dilihat secara tahunan (y-o-y),
transaksi melalui SKNBI juga mengalami ekspansi. Dari Rp. 370.524 juta
menjadi Rp. 441.091 atau meningkat lebih dari 19%. Secara umum,
diperkirakan transaksi dengan SKNBI pada tahun 2008 diperkirakan akan
relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2007.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 69
Triwulan II - 2008 |
Secara umum preferensi masyarakat NTT untuk melakukan
transaksi non tunai, khususnya dengan sarana kliring meningkat.
Semakin luasnya coverage area yang terhubung, dengan adanya sistem
kliring nasional (SKNBI) mampu menjadi salah satu faktor yang mendorong
masyarakat untuk melakukan transasksi non tunai sejalan dengan
pengembangan less cash society/LCS. Selain itu dukungan melalui penerapan
daftar hitam nasional, penyelesaian transaksi kliring dapat dilakukan dengan
lebih terjamin, dari segi keamanannya (safety). Resiko kegagalan settlement
dapat dikurangi, namun tetap memperhatikan kecepatan dan keakuratan
pembayaran. Apabila sistem internal bank peserta sudah fully on line
masyarakat dapat melakukan penyelesaian transaksi transfer dana pada hari
yang sama.
Manfaat penerapan SKNBI sebenarnya bukan hanya untuk
masyarakat saja. Bagi perbankan, SKNBI akan meningkatkan efisiensi biaya,
melalui minimalisasi biaya pencetakan dan handling warkat. Hal ini tentunya
Tabel 4.4 Perkembangan Transaksi Kliring
Grafik 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring
I II III IV I II
lembar 11.902 11.754 12.649 12.584 11.974 11.915
nominal 357.593 370.524 387.651 419.348 418.765 441.091
TRANSAKSI KLIRING (juta)
2007PERIODE
2008
Sumber : KBI Kupang
Nominal lembar
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : KBI Kupang
2004 2005 2006 2007 2008
nom
inal
(jut
a
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
lem
bar
)
| Kajian Ekonomi Regional NTT 70
Triwulan II - 2008 |
berpengaruh terhadap efisiensi SDM dan peralatan penunjang lainnya.
Pengintegrasian pada akhirnya juga akan meningkatkan efisiensi pengelolaan
likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksi kliring
secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara real
time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity of
money) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi untuk bergerak lebih
cepat.
Kualitas kliring di Kupang pada triwulan II-2008 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2008. Prosentase
jumlah warkat yang ditolak dengan total warkat transaksi mengalami
peningkatan. Pada triwulan sebelumnya dari 11.974 warkat, terdapat 63
warkat yang ditolak, atau setara dengan 0,52%. Sedangkan pada triwulan II-
2008 sedikit meningkat menjadi 0,55%.
Penerbitan daftar hitam nasional merupakan bentuk upaya
Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas kliring. Bank Indonesia
Tabel 4.5 Perkembangan Cek/BG Kosong
Grafik 4.3 Perkembangan Cek/BG Kosong
I II III IV I II
lembar 28 40 44 115 63 66
nominal 737 1.266 2.242 4.717 2.089 1.215
PERIODE2007 2008
CEK/BG KOSONG (juta)
Sumber : KBI Kupang
Nominal lembar
0
1000
2000
3000
4000
5000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Sumber : KBI Kupang
2004 2005 2006 2007 2008
no
min
al (
juta
)
0
20
40
60
80
100
120
lem
bar
| Kajian Ekonomi Regional NTT 71
Triwulan II - 2008 |
memberlakukan daftar hitam nasional bagi penarik cek dan/atau bilyet giro
kosong. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih relatif tingginya minat masyarakat
pengguna instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran.
Namun disisi lain terdapat praktik penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong
yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap alat
pembayaran dimaksud. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan
menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet giro
kosong, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No
8/29/PBI2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro
kosong yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.
4.4 Transaksi Tunai
Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan
perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical).
Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak
dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan
meningkatnya kinerja perekonomian pada triwulan II-2008, kebutuhan akan
tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya. Pada triwulan
laporan jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang meningkat
drastis, demikian sebaliknya dengan uang yang disetor justru menurun.
Dimulainya realisasi sebagian dari anggaran pemerintah membuat roda
perekonomian mulai sedikit bergairah kembali. Hal ini dikarenakan
ketergantungan Provinsi NTT terhadap peran kebijakan fiskal (fiscal policy)
sebagai trigger relatif tinggi.
Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang diedarkan
meningkat sampai dengan 56,29%. Transaksi outflow (bayaran) selama
triwulan II-2008 mencapai Rp. 562,25 miliar, sedangkan pada triwulan
sebelumnya hanya Rp. 359,75 miliar. Kemudian untuk transaksi inflow
(setoran) mengalami penurunan sebesar 66,78% ; q-t-q, dari Rp. 527,55
miliar menjadi Rp. 175,25 miliar. Setelah dalam triwulan I-2008 terjadi
kontraksi likuiditas, memasuki triwulan II-2008 kinerja perekonomian mulai
mengalami peningkatan. Secara otomatis kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan uang kartal juga akan meningkat. Faktor pendukung juga
berasal dari kebijakan fiskal. Dimana sepanjang triwulan II-2008 beberapa
| Kajian Ekonomi Regional NTT 72
Triwulan II - 2008 |
proyek pemerintah sudah mulai terealisasi, khususnya yang bersumber dari
dana APBN. Multiplier effect dari realisasi anggaran pemerintah
mengakibatkan kebutuhan terhadap uang jadi meningkat.
Kebutuhan uang kartal pada tahun 2008 diperkirakan akan
meningkat. Hal ini tercermin dari transaksi inflow yang menurun (y-o-y)
sebesar 44,84%, dari Rp. 317,73 miliar menjadi Rp. 175,25 miliar. Indikasi
peningkatan kebutuhan uang kartal tahun 2008 selain pengaruh aktivitas
ekonomi, bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada),
dan yang paling menonjol adalah tekanan terhadap harga yang saat ini
terjadi. Setelah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya transportasi menjadi hal
yang mutlak. Kemudian second round effect (dampak lanjutan) diperkirakan
akan semakin dirasakan pada periode-periode mendatang. Sehingga
kebutuhan uang di masyarakat cenderung meningkat.
Tabel 4.6 Transaksi Operasional Kas KBI Kupang
Pembayaran Tunai I II III IV I II
setoran 708,38 317,73 272,39 231,72 527,55 175,25
bayaran 227,54 604,62 477,68 966,43 359,75 562,25
net 480,85 -286,89 -205,28 -734,71 167,80 -387,00
20082007(miliar)
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Tunai
setoran bayaran net inflow
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
-1000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 73
Triwulan II - 2008 |
Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, sejak
triwulan II-2006 Bank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan
setoran bayaran bagi perbankan di seluruh wilayah KBI dan Kantor
Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang
yang tidak layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini telah
menyebabkan jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di KBI Kupang
relatif berkurang. Dengan semakin menurunnya penggunaan uang kartal
menunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia terkait program less cash
society/LCS yang lebih efisien dan aman berjalan cukup baik. Bagi Bank
Indonesia sendiri, hal ini dapat menekan meningkatkan efisiensi biaya
pencetakan uang dan biaya logistik pengedaran uang.
Dalam rangka mendukung kebijakan clean money policy, Kantor
Bank Indonesia Kupang secara periodik memusnahkan uang kartal yang
tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang yang ditarik dari peredaran.
Perkembangan kegiatan pemusnahan uang kartal (MRUK) relatif
menunjukkan tren yang menurun seiring dengan diberlakukannya ketentuan
setoran bayaran bagi perbankan. Jumlah uang tidak layak edar yang
dimusnahkan selama triwulan II-2008 sebesar Rp. 78,20 miliar. Jumlah
tersebut turun 64,64% dibandingkan setahun yang lalu (y-o-y).
Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang
mengalami penurunan. Jumlah nominal uang palsu yang tercatat
sepanjang triwulan II-2008 sebesar Rp. 500.000,00 yang terdiri dari pecahan
Grafik 4.6 Perkembangan MRUK Grafik 4.5 Transaksi Inflow - Outflow
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2002 2003 2004 2005 2006 2007MR
UK
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
y-o
-y
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
MRUKy-o-y
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
setoran
bayaran
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 74
Triwulan II - 2008 |
Rp. 50.000,00 dan Rp. 100.000,00. Pengetahunan masyarakat terhadap ciri-
ciri keaslian uang rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu
menghambat beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat
ini Bank Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri
keaslian uang rupiah di berbagai tempat. Selain itu rasio jumlah uang palsu
yang ditemukan dibandingkan dengan uang yang diedarkan oleh KBI
Kupang mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Grafik 4.8 Rasio Uang Palsu Terhadap Uang Yang Diedarkan
Grafik 4.7 Perkembangan Uang Palsu
320.
000
220.
000
500.
000
340.
000
150.
000
250.
000
520.
000
80.0
00
60.0
00
500.
000
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
I II III IV II III IV I II
-150%
-75%
0%
75%
150%
225%
300%
-0,0000005
0
0,0000005
0,000001
0,0000015
0,000002
0,0000025
0,000003
0,0000035
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
jml upaly-o-y
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rasio upal terhadap uang yg diedarkan
I
2006 2007 2008
Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT 75
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB VVV
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH
5.1 Kondisi Umum
Anggaran kebijakan fiskal memiliki kontribusi yang penting bagi
pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peran
anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share
konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB, dimana pada triwulan
II-2008 mencapai 20,31% atau setara dengan Rp. 571,5 miliar. Melalui alokasi
belanja modal serta belanja barang dan jasa, anggaran pemerintah disalurkan
kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian.
Rencana anggaran tahun 2008 mengalami peningkatan baik dari
sisi penerimaan maupun belanja. Penerimaan APBD NTT untuk tahun 2008
diperkirakan mencapai Rp. 930,01 miliar, meningkat apabila dibandingkan
tahun 2007 sebesar Rp. 849,74 miliar. Kenaikan pendapatan diperkirakan
bersumber dari pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah maupun dana
perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat. Demikian pula dari sisi
pembelanjaan/pengeluaran, pada tahun 2008 terjadi peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya dari Rp. 1,03 triliun menjadi Rp. 1,05 triliun. Sumber utama
peningkatan belanja pada tahun 2008 adalah peningkatan belanja pegawai dan
munculnya pos belanja hibah sebesar Rp. 105,85 miliar yang pada tahun 2007
lalu tidak dianggarkan.
27,82%
9,45%8,24%
37,62%
446,
28
483,
06
664,
80
849,
74
930,
01
1,60%7,48%
34,05%
53,94%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2005 2006 2007 2008
y-o-y pendapatan y-o-y belanja
467,14 502,07
673,03
1.052,621.036,09
-
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
iliar
Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT
Pendapatan Belanja
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 76
Triwulan II - 2008 |
Namun demikian secara umum pertumbuhan anggaran belanja maupun
pendapatan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun 2007. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan ekonomi NTT, mengingat peranan fiscal policy sebagai salah
satu penggerak roda perekonomian cukup dominan.
Dari hasil realisasi APBD provinsi NTT pada tahun 2007
diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp.34,67 miliar. Kondisi tersebut
belum pernah terjadi sejak tahun 2004 lalu. Bahkan disaat terjadi kenaikan
harga BBM pada tahun 2005 APBD NTT masih mengalami surplus sebesar
Rp.45,69 miliar. Apabila pada tahun 2008 realisasi APBD berjalan sesuai
rencana, maka defisit anggaran yang akan terjadi diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Adanya rencana anggaran hibah pada tahun 2008 sebesar Rp.
105,85 miliar menjadi penyebab pembengkakan anggaran belanja pemerintah.
5.2 Pendapatan Daerah
Rencana anggaran pendapatan tahun 2008 mengalami
peningkatan sebesar 9,45% dibandingkan rencana tahun 2007.
Sumber peningkatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai
Rp. 108,91 miliar. Peningkatan sumber penerimaan dari dana perimbangan
diakibatkan meningkatnya alokasi DAU dari pemerintah pusat sebesar
Rp. 63,01 miliar. Sementara itu pemerintah daerah memperkirakan pada
tahun 2008 terjadi peningkatan pajak daerah sebesar Rp. 9,21 miliar.
Realisasi pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan I-
2008 sebesar 23,25%. Dalam rencana anggaran tahun 2008 diperkirakan
78,10
45,69
66,81
-34,67
-122,61
-150
-100
-50
0
50
100
2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
iliar
Surplus/Defisit
Grafik 5.3 Surplus-Defisit APBD NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 77
Triwulan II - 2008 |
pendapatan daerah mencapai Rp. 930 miliar. Realisasi pendapatan selama
triwulan I-2008 sebagian besar berasal dari pos dana perimbangan. Dari Rp.
216,19 miliar pendapatan triwulan I-2008, Rp. 46,54 miliar bersumber dari
pendapatan asli daerah, sehingga sampai akhir triwulan I-2008 realisasi
pendapatan asli daerah sebesar 22,79% dari target anggaran 2008.
Kemudian sisanya sejumlah Rp. 169,65 miliar merupakan dana perimbangan
yang pelaksanaan realisasinya sudah mencapai 25% dari rencana 2008.
Pendapatan asli daerah sebagian besar bersumber dari pajak daerah
(68,25%), sedangkan pendapatan yang sumbernya dari dana perimbangan,
sebanyak 90,86% disumbangkan oleh dana alokasi umum.
Gambaran kondisi diatas mencerminkan, bahwa
ketergantungan Provinsi NTT dalam memenuhi kebutuhan belanja
masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Kontribusi dana
perimbangan dalam share pos pendapatan daerah yang cukup dominan,
terutama dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa
pada daerah-daerah atau provinsi tertentu masih perlu dukungan pemerintah
pusat.
Realisasi pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir
cenderung melambat. Jika dilihat dari historical data yang ada, sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2008, prosentase realisasi pendapatan daerah
pada triwulan I relatif menurun. Pada tahun 2006 pendapatan daerah sudah
terealisasi 29,75% sejak triwulan I, sedangkan pada tahun 2008 baru
23,25%.
Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD NTT
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
446,
28
483,
06 664,
80 849,
74
930,
01
467,
64
503,
19 704,
10 875,
64
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
900,00
1.000,00
2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
105,00%
110,00%
real
isas
i
103,0%
105,9%104,2%
104,8%
Rencana Realisasi % Realisasi
483.
062.
500.
000
664.
798.
239.
000
849.
742.
915.
366
930.
007.
200.
000
28,55%29,75%
27,05%
23,25%
2005 2006 2007 2008
Grafik 5.5 Realisasi Pendapatan Triwulan I
Pendapatan
Realisasi Tw I
| Kajian Ekonomi Regional NTT 78
Triwulan II - 2008 |
5.3 Belanja Daerah
Rencana belanja tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan
tahun 2008, dari Rp. 1,036 triliun menjadi Rp. 1,052 triliun. Peningkatan
tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Apabila dilihat
dari masing-masing pos anggaran nampak bahwa hampir semua
menunjukkan penurunan dibandingkan rencana anggaran tahun 2007, tidak
terkecuali pos belanja modal. Sementara itu, anggaran belanja modal
merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah. Peningkatan
anggaran belanja tahun 2008 disebabkan kenaikan anggaran belanja untuk
belanja pegawai, bantuan sosial dan anggaran belanja hibah.
Realisasi belanja pada triwulan I-2008 sebesar 14,13% dari
rencana belanja 2008. Dari Rp. 1,05 triliun baru Rp. 148,73 miliar yang
terealisasi. Sebagian besar pengeluaran pemerintah daerah digunakan untuk
belanja pegawai (pembayaran gaji) dan belanja barang dan jasa. Rencana
belanja langsung sebesar Rp. 543,97 miliar, pada triwulan I-2008 terealisasi
sebesar Rp. 51,87 miliar, sedangkan untuk belanja tidak langsung dari Rp.
508,65 miliar, yang berhasil direalisasikan sebesar Rp. 96,86 miliar. Sikap
ekstra hati-hati dari aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan proyek
dan belum maksimalnya pemahaman sumber daya manusia terhadap
ketentuan yang berlaku menjadi salah satu hambatan. Fenomena tersebut
sangat berkaitan dengan masalah-masalah hukum yang bisa terjadi. Prosedur
yang ketat dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa menjadi
kendala dalam merealisasikan setiap program kerja yang telah direncanakan.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
467,
14
502,
07
673,
03 1.03
6,09
1.05
2,62
389,
54
457,
50
637,
29 910,
30
83,4%
91,1%
94,7%
87,9%
0
200
400
600
800
1000
1200
2004 2005 2006 2007 2008
Rp
mili
ar
80%
82%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
rela
isas
i
Rencana Realisasi % Realisasi
Grafik 5.5 Realisasi Belanja APBD NTT Grafik 5.6 Realisasi Belanja Triwulan I
502.
070.
706.
125
673.
034.
054.
475
1.03
6.09
3.93
6.56
0
1.05
2.62
0.45
8.00
4
9,13%
10,59%
7,39%
14,13%Belanja
Realisasi Tw I
-
2005 2006 2007 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 79
Triwulan II - 2008 |
Percepatan pengesahan anggaran oleh DPRD belum
berpengaruh signifikan terhadap tren realisasi, meskipun secara
keseluruhan Untuk anggaran tahun 2008, rencana anggaran yang diajukan
oleh pemerintah daerah telah disetujui lebih cepat dari tahun sebelumnya
oleh DPRD provinsi NTT pada tanggal 18 Desember 2007. Namun demikian,
realisasi tahun 2008 relatif lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sejak tahun 2005, realisasi belanja pada triwulan I belum pernah diatas 11%,
namun pada tahun 2008 sudah lebih baik (14,13%). Realisasi belanja APBD
juga bisa diproksi menggunakan transaksi (Surat Perintah Pencairan Dana)
SP2D melalui sistem pembayaran RTGS pada triwulan I-2008 yang dilakukan
melalui KBI Kupang.
Sementara untuk proyek pendanaan yang bersumber dari
APBN sudah mulai direalisasikan pada triwulan I-2008. DIPA dengan
sumber dana APBN 2008 untuk provinsi NTT sebesar Rp.
10.704.315.917.000, meningkat 20 % dari anggaran tahun lalu sebesar
9.205.700.000.000. Pemberian dana dilakukan melalui proses transfer ke
rekening masing-masing daerah. Artinya, daerah tidak perlu lagi melakukan
proses pencarian DAU dan DAK ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) seperti yang terjadi selama ini dilakukan. Kebijakan yang
diambil pemerintah ini untuk mempermudah dan kelancaran pembayaran
DAU dan DAK kepada daerah (Sumber : Antara-nt online.org). Realisasi
proyek APBD biasanya cenderung lebih lambat dibandingkan APBN.
2007 2008Tugas Pembantuan 307.400.000.000 435.814.261.000Dekonsentrasi 700.000.000.000 699.994.322.000Kantor Daerah 2.400.000.000.000 1.289.900.754.000Kantor Pusat 1.693.284.417.000DAU 5.050.000.000.000 5.576.348.163.000DAK 748.300.000.000 1.008.974.000.000TOTAL 9.205.700.000.000 10.704.315.917.000
DIPAUraian
Sumber : Pos kupang 5 januari 2008
Tabel 5.1 DIPA APBN Tahun 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT 80
Triwulan II - 2008 |
Tabel 5.2 Rencana 2008 dan Realisasi Triwulan I-2008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
*
Rencana 2008 Tw I
PENDAPATAN 930.007.200.000 216.191.555.783Pendapatan Asli Daerah 204.244.060.000 46.543.367.8031 Pajak Daerah 121.962.258.400 31.767.842.2912 Retribusi Daerah 32.228.430.250 5.173.201.5553 14.500.000.000 510.000.000
4 Lain-lain 35.553.371.350 9.092.323.957Dana Perimbangan 711.763.140.000 169.648.187.9801 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 52.585.340.000 2.724.913.9802 Dana alokasi umum 616.601.800.000 154.150.474.0003 Dana alokasi khusus 42.576.000.000 12.772.800.000Lain-lain pendapatan 14.000.000.00012 14.000.000.0003 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain
BELANJA 1.052.620.458.004 148.732.546.448Belanja tidak Langsung 508.649.174.018 96.862.557.3861 Belanja Pegawai 233.052.759.873 45.611.307.3862 Belanja bunga3 Belanja subsidi4 Belanja hibah 105.855.000.000 7.500.000.0005 Belanja bantuan sosial 48.747.783.000 8.751.250.0006 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 53.399.093.6457 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ 56.594.537.500 15.000.000.000
kab/kota dan desa8 Belanja tidak terduga 11.000.000.000
Belanja langsung 543.971.283.986 51.869.989.0621 Belanja pegawai/personalia 66.101.845.708 9.907.983.3922 Belanja barang dan jasa 261.894.900.078 41.524.031.6703 Belanja modal 215.974.538.200 437.974.000
2008
Pendapatan dana darurat
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahk
2
Pendapatan hibah
URAIAN
| Kajian Ekonomi Regional NTT 81
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB VVV III
TTTEEENNNAAAGGGAAA KKKEEERRRJJJAAA &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
6.1 Kondisi Umum
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 sebesar 5,67% belum
optimal dalam memberikan perbaikan, baik dari sisi tenaga kerja
maupun kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Hal ini tampak dari daya serap
sektor riil terhadap tenaga kerja yang masih belum menunjukkan perubahan
yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja setor rill dalam menyerap
tenaga kerja masih berjalan relatif lambat. Secara struktural, dominasi sektor
pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor
tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Dampak kenaikan harga BBM, relatif akan menambah tekanan
terhadap kesejahteraan mayarakat NTT. Efek lanjutan yang langsung
dirasakan adalah kenaikan biaya transportasi (direct effect), yang selanjutnya
diikuti dengan pergerakkan harga-harga barang lainnya (second round effect).
Upaya pemerintah untuk membantu meringankan beban masyarakat melalui
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), masih kurang optimal. Pada akhir tahun
2008 mendatang diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang
termasuk kategori miskin, jika dibandingkan posisi Maret 2008. Selain itu,
tingkat kesejahteraan masyarakt NTT dari tahun ke tahun diindikasikan
cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari beberapa
indikator antara lain : NTP, Gini Ratio, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan
standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada bulan
Februari 2008 lalu, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar
2.210,88 ribu jiwa terdapat 81,77 ribu yang menganggur. Jumlah tersebut
mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Namun
| Kajian Ekonomi Regional NTT 82
Triwulan II - 2008 |
demikian, jika diamati lebih lanjut di satu sisi terjadi peningkatan pada kategori
setengah menganggur. Pada bulan Februari tahun 2007 terdapat 868,83 ribu
tenaga kerja setengah menganggur, sedangkan pada Februari 2008 menjadi
927,92 ribu. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya serap tenaga kerja
didominasi pada sektor-sektor informal. Sektor usaha informal pada dasarnya
cenderung rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Sehingga
secara umum, kondisi ketenagakerjaan di NTT masih belum mengalami
perubahan signifikan. Masih lemahnya kemampuan sektor riil dalam menyerap
tenaga kerja yang tersedia, dapat dilihat dari meningkatnya tenaga kerja yang
setengah menganggur dalam kondisi terpaksa. Kondisi ini mencerminkan bahwa
suplai tenaga kerja yang ada masih melebihi lapangan kerja yang tesedia.
Secara umum untuk provinsi NTT diperkirakan masih terdapat
ketidakpastian pekerjaan maupun kelayakan pendapatan, dikarenakan
tenaga kerja di NTT yang termasuk kategori setengah menganggur (yang
bekerja dibawah 35 jam perminggu) masih cukup besar, 43,58% dari total
angkatan kerja yang bekerja. Selain itu, jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja
di NTT masih sangat minim. Berdasarkan Data Disnakertrans jumlah perusahaan
NTT pada tahun 2007 adalah 4.593 dengan jumlah tenaga kerja 45.836.
Sementara itu jumlah anggota Jamsostek baru 865 perusahaan dengan jumlah
anggota karyawan 15.368.
Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan
tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam
mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan (ribu)
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
Penduduk 15+ 2728,43 2753,97 2780,28 2810,31 3017,93Angkatan Kerja 2107,26 2047,93 2098,8 2087,37 2210,88 Kerja 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11 Penganggur 104,91 74,74 83,57 77,72 81,77Bukan Angkatan Kerja 621,17 706,04 681,48 722,94 807,05Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 77,23 74,36 75,49 74,28 73,26Tingkatan Pengangguran Terbuka % 4,98 3,65 3,98 3,72 3,7Setengah Pengangguran 1147,94 997,74 868,83 937,56 927,92 Terpaksa 523,54 391,93 296,78 333,32 474,66 Sukarela 624,4 605,81 572,05 604,24 453,26Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
KEGIATAN UTAMA2006 2007
| Kajian Ekonomi Regional NTT 83
Triwulan II - 2008 |
sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2.129,11 ribu yang
bekerja, 74,82% atau setara dengan 1.592,98 ribu yang berkecimpung pada
sektor pertanian. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam
menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Sehingga
secara umum struktur perekonomian NTT dapat direfleksikan dalam struktur
tenaga kerjanya.
Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya,
terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi
NTT. Jika membandingkan posisi Agustus 2007 dengan periode yang sama
pada tahun-tahun sebelumnya, terlihat bahwa relatif terjadi pergeseran struktur
tenaga kerja dari sektor primer ke sektor yang lain seperti : sektor perdagangan,
hotel dan restoran ataupun sektor jasa-jasa.
Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT (ribu)
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
ERTANIAN 1573,83 1470,1 1550,96 1377,29 1592,98INDUSTRI 122,55 164,43 110,58 165,43 73,1
ONSTRUKSI 32,56 42,7 50,96 49,96 47,74ERDAGANGAN 73,61 93,53 105,63 131 124,66
TRANSP,PERGUDANGAN KOMUNIKASI 53,31 16,46 71,76 80,46 97,41
KEUANGAN 4,34 5,72 6,41 7,22 7,41ASA KEMASYARAKATAN 118,85 130,67 103,23 178,66 158,84
LAINNYA *) 23,21 4,58 15,69 19,62 26,77Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11
Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air
mber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
2006 2007
P
KP
&
J
Su
77,5% 76,2%79,7%
88,3%81,2%
76,1%
6,0% 7,5% 6,6% 9,1% 9,1%4,0%
5,1% 5,1%
7,0%
5,0% 5,2%
7,2%7,0% 7,3% 7,0% 7,2%
9,9%8,2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2001 2002 2004 2005 2006 2007
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Grafik 6.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT
Pertanian Industri PHR Jasa
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 84
Triwulan II - 2008 |
Bila dilihat sejak tahun 2001, kontribusi sektor pertanian dalam
menyerap tenaga kerja paling optimum terjadi pada tahun 2005. Sejak
periode tersebut sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam share
pembentukan struktur tenaga kerja. Namun di sisi lain sektor jasa-jasa, sektor
perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan
sektor ekonomi sekunder dan tersier cenderung mengalami peningkatan.
Meskipun sampai saat ini sektor pertanian masih berperanan penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi NTT, namun perlu dicermati bahwa
terdapat tren pergeseran struktur ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja
perekonomian NTT secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan
datang penggerak perekonomian di NTT akan bergeser ke sektor lain.
Sebagian besar tenaga kerja di NTT (37,29%), merupakan pekerja
yang tidak dibayar. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa tingkat
kesejahteraan pekerja di NTT masih sangat rendah. Hal ini didiukung dengan
sektor pengusaha swasta yang beroperasi relatif lebih banyak dibantu oleh
buruh tidak tetap (768,79 ribu), sehingga ketidakpastian pendapatan para
tenaga kerja masih cukup tinggi.
2008Februari Agustus Februari Agustus Februari
BeBe
rusaha Sendiri 93,31 154,22 184,18 290,96 226,67rusaha dibantu buruh tidak tetap 792,84 786,76 756,75 715,33 768,79
Berusaha dibantu buruh tetap 11,22 14,15 26,71 25,46 27,59uruh/Karyawan 167,45 202,96 185,15 255,87 233,46
Pekerja bebas dipertanian 13,02 1,15 21,47 23,98 55,26rja bebas di Non Pertanian 17,89 11,52 18,08 2,32 23,38
Pekerja Tak Dibayar 900,61 802,43 822,92 675,72 793,96Total 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
2006 2007STATUS PEKERJAAN UTAMA
B
Peke
Tabel 6.3 Status Pekerjaan Penduduk NTT (ribu)
Negara Tujuan Jml TKISingapura 237Hongkong 16Taiwan 58Brunai 3Saudi Arabia 19Malaysia 9494Sumber : Disnakertrans Nusa Tenggara Timur
Tabel 6.4 Tenaga Kerja Indonesia Asal NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 85
Triwulan II - 2008 |
Provinsi NTT juga merupakan salah satu sumber penyalur (tenaga
kerja Indonesia) TKI. Sepanjang tahun 2007 lalu, jumlah TKI asal NTT tercatat
sebanyak 9.827 orang. Sebagian besar TKI asal NTT bekerja di Malaysia dengan
9.494 orang. Sebagian besar TKI asal NTT masih bekerja pada sektor-sektor
informal. Pada tahun 2008 diperkirakan permintaan terhadap TKI akan
mengalami penigkatan, khususnya untuk negara Hongkong.
6.3 Perkembangan Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan akan
mendapat tekanan. Kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008 menjadi
sumber penyebab utama. Akibat kenaikan harga BBM, diperkirakan akan
melemahkan daya beli masyarakat NTT. Pada awal tahun lalu, Pemerintah
Provinsi NTT berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT,
dengan menaikkan menaikkan standart Upah Minimum Regional (UMP). Sesuai
dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada tahun 2008 UMP
mengalami kenaikan 8,37% dibandingkan tahun 2007, yaitu dari Rp.
600.000,00/bulan menjadi Rp. 650.000/bulan dan berlaku efektif mulai 1
Januari 2008.
Namun demikian dengan adanya shock terhadap kondisi makro,
Dewan Pengupahan NTT mengusulkan kenaikan UMP dengan mengacu
pada standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Adapun 7 kelompok penentu
UMP adalah makanan dan minuman (pangan), sandang (pakaian), perumahan,
pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi serta tabungan. Upah minimum
0
150000
300000
450000
600000
750000
900000
rup
iah
UMP 275000 350000 450000 550000 600000 650000
KHL 273979 349612 402989 670560 735000 782.466
2001 2003 2005 2006 2007 2008
Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Prov NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 86
Triwulan II - 2008 |
merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan
tetap dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1
tahun.
Kenaikan UMP NTT tidak seimbang dengan peningkatan
kebutuhan hidup. Pada tahun 2001 UMP NTT relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan standar KHL, namun pada tahun 2006 mulai terjadi perubahan yang
signifikan. Sejak tahun 2006 UMP selalu lebih rendah dibandingkan dengan
standar KHL. Salah satu pemicu utamanya adalah kenaikan harga BBM pada
tahun 2005 yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang kebutuhan
hidup dan perusahaan tidak mampu mengimbanginya. Shock yang sama
kembali terjadi pada tahun 2008. Sehingga tekanan terhadap daya beli
masyarakat akan semakin tinggi. Dari hasil survei SPSI pada tahun 2007,
terdapat 805 perusahaan yang belum menerapkan UMP sesuai ketentuan.
Pemerintah pusat melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
berusaha untuk mengurangi beban masyarakat. Melalui Program BLT setiap
rumah tangga miskin akan mendapatkan bantuan uang tunai sejumlah
Rp. 100.000,00 per bulan, sampai dengan akhir tahun 2008. Proses
penyalurannya dibagi dalam dua tahap. Untuk Provinsi NTT proses penyaluran
BLT dilakukan oleh 5 kantor cabang PT. Pos Indonesia, masing-masing berlokasi
di Kota Kupang, Soe, Atambua, Ende dan Waingapu. Masing-masing kantor
pelaksana bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT. Pos Indonesia.
Data acuan yang digunakan oleh Dinas Sosial dalam menyalurkan
BLT pada tahun 2008, adalah data RTSM tahun 2005 lalu dimana
penerimanya berjumlah 619.429 RTMS. Sampai dengan tanggal 18 Juni 2008,
realisasi penyaluran BLT untuk Provinsi NTT baru mencapai 18.834 RTSM dengan
jumlah nominal yang dibagikan sebesar Rp. 5.650.200.000,00. Jumlah tersebut
merupakan realisasi untuk Kota Kupang saja, sedangkan untuk daerah lain
masih nihil. Proses validasi dan verifikasi data untuk masing-masing daerah
membutuhkan waktu, dan apabila terjadi ketidakcocokan maka harus dilakuan
usulan penggantian kepada Departemen Sosial. Hal ini diindikasikan menjadi
salah satu kendala dalam penyaluran BLT tahun 2008.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 87
Triwulan II - 2008 |
Indikator lain yang dapat menjadi proksi tingkat kesejahteraan
adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan indikator tingkat
kesejahteraan penduduk khususnya bagi petani, mengingat sumbangan PDRB
terbesar untuk Provinsi NTT bersumber dari sektor pertanian, khususnya
subsektor tanaman bahan makanan, maka perlu menjadi perhatian bagaimana
tingkat kesejahteraan petani di NTT. NTP secara umum merupakan
perbandingan (rasio) antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap
indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib). Semakin tinggi rasio NTP maka
tingkat kesejahteraan petani relatif meningkat. Sepanjang tahun 2007 rasio NTP
untuk provinsi NTT cenderung mengalami peningkatan, namun kondisi tersebut
berbalik memasuki awal tahun 2008 dan terus menurun hingga bulan April
2008.
Pada tahun 2007 rasio NTP tertinggi berada pada bulan Oktober
yang mencapai 138,27. Hal ini diindikasikan terjadi karena pada bulan tersebut
bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Namun setelah itu rasio NTP terus
mengalami penurunan hingga posisi bulan April 2008 sebesar 126,11. Fluktuasi
harga beras di NTT secara umum belum dinikmati secara langsung oleh petani.
Hal ini terlihat dari harga beras yang saat ini relatif mengalami peningkatan
dibandingkan akhir tahun 2007, sementara disisi lain rasio NTP malah
cenderung menurun.
Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani NTT
126,11
127,89131,98
132,6
132,8
132,64
137,3
138,27 135,13
135,72 132,27
128,43 131,98
116
120
124
128
132
136
140
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
2007 2008
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT 88
Triwulan II - 2008 |
Kualitas pertumbuhan ekonomi NTT cenderung mengalami
penurunan. Ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio
yang cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi masih dinikmati oleh
sebagian kelompok masyarakat saja. Gini Ratio merupakan ukuran pemerataan
tingkat pendapatan. Dimana nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai Gini Ratio
yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah,
artinya distribusi pendapatan lebih merata, sedangkan apabila nilainya
mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan relatif tinggi.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 (y-o-y; 5,50%) meningkat
dibandingkan tahun 2006 (y-o-y; 5,08%), namun di sisi lain angka Gini Ratio
juga mengalami peningkatan dari 0,34 menjadi 0,35. Tren pertumbuhan
ekonomi yang meningkat diikuti oleh meningkatnya angka Gini Ratio,
disebabkan karena pertumbuhan ekonomi NTT selama ini didorong oleh
konsumsi. Di sisi sektoral, sektor ekonomi yang padat modal tumbuh lebih tinggi
dari sektor ekonomi yang padat karya sehingga kurang meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan, dapat
dilakukan dengan cara mendorong peningkatan peran investasi, terutama pada
sektor-sektor yang tradable dan padat karya.
Jumlah penduduk miskin di NTT cenderung mengalami
penurunan. Posisi Maret 2008, jumlah penduduk miskin di NTT 10.983 ribu
jiwa. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak tahun 2005 lalu. Sebagian
besar penduduk miskin (89,15%) berdomisili di daerah pedesaan. Penggolongan
Grafik 6.4 Perkembangan GINI Ratio
4,73% 4,88%4,57% 4,77%
3,42%
5,08%5,50%0,28 0,29
0,310,33
0,35 0,34 0,35
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
y-o
-y
0,0
0,1
0,1
0,2
0,2
0,3
0,3
0,4
0,4
GIN
I Rat
io
y-o-y GINI Ratio
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT 89
Triwulan II - 2008 |
kemiskinan didasarkan pada tingkat garis kemiskinan pada tahun yang
bersangkutan. Untuk Maret 2008 batas garis kemiskinan sebesar Rp. 139.731,
yang terdiri dari Rp. 112.769 untuk kebutuhan makanan dan Rp. 26.962 untuk
bukan makanan. Garis kemiskinan di pedesaan relatif lebih rendah
dibandingkan daerah perkotaan, hal ini dikarenakan biaya hidup di pedesaan
relatif lebih murah.
Kota Desa Kota+Desa2005 1.335 10.377 11.7122006 1.480 11.259 12.7392007 1.249 10.387 11.636
Mar-08 1.193 9.791 10.983Sumber:Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000)
Tabel 6.5 Penduduk Miskin NTT
Bukan
MakananPerkotaanMaret 2007 133.873 52.102 185.975Maret 2008 142.907 56.099 199.006PerdesaanMaret 2007 95.112 18.198 113.310Maret 2008 106.166 20.580 126.746Kota + DesaMaret 2007 102.089 24.301 126.389Maret 2008 112.769 26.962 139.731Sumber: Diolah dari sata Susenas Panel Maret 2007 dan Maret 2008
Daerah/TahunGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Makanan Total
Tabel 6.6 Garis Kemiskinan NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT 90
Triwulan II - 2008 |
BBB AAA BBB VVVIIIIII
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
7.1 Pertumbuhan Ekonomi
Prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT diperkirakan akan
diwarnai tren yang melambat. Peningkatan kinerja perekonomian NTT
diperkirakan berada dalam kisaran 5,0% - 5,5%. Dampak lanjutan (second
round effect) terhadap kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan menjadi
sumber utama tekanan terhadap kinerja ekonomi NTT. Hal ini dikarenakan
perkembangan harga kedepan akan cenderung meningkat, sehingga tekanan
terhadap konsumsi khususnya rumah tangga (households consumption)
terhadap penggerak ekonomi NTT akan semakin dirasakan. Oleh karena itu
apabila terjadi shock yang berpengaruh terhadap aktivitas konsumsi akan
menurunkan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Kinerja investasi pada periode
mendatang diperkirakan belum mengalami perubahan yang signifikan, karena
investasi swasta (private sector) tumbuh relatif lambat.
Kenaikan harga bahan baku diperkirakan akan memberikan
tekanan terhadap sisi penawaran. Peningkatan harga bahan baku akan
menekan biaya operasional. Pergerakkan harga minyak dunia, akan sangat
berpengaruh terhadap harga bahan bakar non subsidi. Struktur ekonomi secara
sektoral pada periode mendatang masih didominasi tiga sektor yang sama, yaitu
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Grafik 7.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 91
Triwulan II - 2008 |
: pertanian, jasa-jasa dan perdagangan. Untuk sektor pertanian, pada triwulan
mendatang diperkirakan akan memasuki masa panen raya bagi sebagian
komoditi perkebunan, seperti : mete, kopi. Namun demikian perlambatan
kinerja sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius. Khusus untuk
komoditi jambu mete, saat ini Provinsi NTT sudah melakukan ekspor ke India
melalui PT Eka Prima. Ditengah tingginya harga-harga di pasar komoditi
internasional, seharusnya semakin banyak potensi komoditi yang ada bisa
menjadi keuntungan tersendiri.
7.2 Inflasi
Tekanan inflasi Kupang pada periode mendatang diperkirakan
akan berada dalam kisaran 10,8% – 11,2% (y-o-y). Pengaruh
peningkatan biaya operasional, pada periode mendatang diperkirakan akan
semakin dirasakan. Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual
berasal dari daerah lain, maka peningkatan biaya operasional khususnya
biaya transportasi akan mempengaruhi harga jual kepada konsumen. Selain
itu faktor risiko yang berpeluang menggangu stabilitas harga adalah
persoalan distribusi. Peningkatan permintaan pada periode-periode
menjelang hari raya keagamaan, ataupun seiring dengan realisasi sebagian
besar anggaran pemerintah membuat kondisi stok barang-barang perlu
dijaga pada level tertentu.
Ketergantungan Provinsi NTT terhadap pasokan barang yang
berasal dari Jawa, Bali maupun Sulawesi, membuat masalah distribusi
.04
.06
.08
.10
.12
.14
.16
.18
.20
2003 2004 2005 2006 2007 2008
FORCAST INFLASI
Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Kota Kupang
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT 92
Triwulan II - 2008 |
menjadi sangat penting. Peningkatan harga akhir-akhir ini tidak terlepas
dari keterbatasan pasokan pada daerah penghasil, akibat tidak seimbangnya
pertumbuhan sisi penawaran dalam merespon sisi permintaan. Kemudian
yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah ekspektasi masyarakat yang
masih tinggi terhadap harga barang-barang yang pada akhirnya akan
menambah tekanan terhadap tingkat inflasi di Kupang kedepannya. Dari sisi
eksternal tren peningkatan harga minyak mentah di pasar dunia, ketatnya
suplai komoditi-komoditi impor, tingginya permintaan dari negara ekonomi
berkembang (India dan China), serta peran spekulan di pasar dunia,
membuat risiko tekanan inflasi diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir
tahun.
| Kajian Ekonomi Regional NTT 93
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id