Upload
phungdieu
View
248
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN PENGUNINGAN (DEGREENING) PADA JERUK
KEPROK MADU TERIGAS ASAL KABUPATEN SAMBAS
KALIMANTAN BARAT
RENNY ANGGRAINI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Penguningan
(Degreening) Pada Jeruk Keprok Madu Terigas Asal Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Renny Anggraini
NRP F153110061
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN
RENNY ANGGRAINI. Kajian Penguningan (Degreening) pada Jeruk keprok
Madu Terigas Asal Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Di bawah bimbingan
ROKHANI HASBULLAH dan SUTRISNO.
Jeruk keprok madu Terigas pada saat dipanen masih kehijau-hijauan.
Masyarakat lebih menyukai buah jeruk dengan kulit berwarna kuning sedangkan
jeruk dengan warna hijau dianggap belum matang. Kulit jeruk berwarna kuning
merata membuat konsumen tidak keberatan untuk membayar dengan harga lebih
tinggi. Perlakuan pascapanen guna memperbaiki estetika buah jeruk dapat
dilakukan dengan teknik penguningan (degreening) menggunakan gas etilen.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji konsentrasi dan lama pemaparan
(trigger time) pada jeruk keprok madu Terigas (Citrus nobilis var. chrysocarpa),
(2) mengkaji pengaruh degreening terhadap perubahan fisikokimia dan sensori
jeruk keprok madu Terigas, (3) menetapkan konsentrasi dan trigger time terbaik
dalam proses degreening jeruk keprok madu Terigas.
Mutu jeruk terlebih dahulu dianalisis, kemudian jeruk disusun dalam kotak
karton yang telah dilapisi plastik LLDPE (Linear Low Density Polyethilene)
dengan ketebalan 0,06 mm. Plastik tersebut kemudian ditutup dengan bagian atas
kotak karton tetap terbuka. Masing-masing plastik berisi kurang lebih 3 kg buah
jeruk. Gas etilen dengan konsentrasi 0, 1000, 1500, dan 2000 ppm masing-masing
diinjeksi ke dalam plastik LLDPE yang berisi jeruk menggunakan syringe.
Selanjutnya proses dibiarkan berjalan dengan trigger time sesuai perlakuan yaitu
10, 20, dan 30 jam. Setelah trigger time masing-masing tercapai, plastik dibuka
dan jeruk dibiarkan pada suhu ruang hingga jeruk berubah warna menjadi kuning.
Jeruk kemudian dianalisis mutunya meliputi perubahan warna, kekerasan, kadar
air jus, pH, kandungan vitamin C, kandungan klorofil dan karotenoid, total
padatan terlarut, serta organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etilen mampu mengubah warna jeruk
menjadi lebih menarik, meningkatkan total karotenoid, dan menurunkan total
klorofil. Namun etilen tidak mempengaruhi kualitas seperti kadar air, kekerasan,
total padatan terlarut, dan vitamin C. Degreening juga meningkatkan nilai
kesukaan panelis terhadap warna jeruk, dan tidak mempengaruhi nilai kesukaan
panelis terhadap kemanisan, tekstur, maupun aroma jeruk keprok madu Terigas.
Proses degreening jeruk keprok madu Terigas yang terbaik adalah dengan
konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 30 jam. Hasil degreening terjadi
pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang yang ditandai dengan perubahan
warna hijau menjadi kuning.
Kata kunci: jeruk, degreening, etilen, trigger time, fisikokimia
SUMMARY
RENNY ANGGRAINI. Study of Terigas Tangerine Degreening Originate from
Sambas Regency of West Kalimantan. Supervised by ROKHANI HASBULLAH
and SUTRISNO
Terigas tangerine peel is still green even when it has reached acceptable
internal maturity, meanwhile the green peel indicated immature fruit. Improving
tangerine uniform yellow peel will also improve its aesthetic quality and price
which could be taken by ethylene degreening technique. The objectives of this
research were: (1) to study the ethylene concentration and trigger time of Terigas
tangerine (Citrus nobilis var. chrysocarpa) degreening process, (2) to investigate
influences of degreening on physicochemical and organoleptic changes of Terigas
tangerine, (3) to determine the best ethylene consentration and trigger time of
Terigas tangerine degreening process.
Initial tangerine quality were analyzed before the tangerine were arranged
inside box layered by LLDPE 0.06 mm plastic. After that the plastic was closed
with the top of box remained open. Each box contained of 3 kg tangerines which
finally exposed by 1000, 1500, and 2000 ppm of exogenous ethylene and without
ethylene (control), with trigger time for 10, 20, and 30 hours. Soon after each
trigger time was reached, the plastic was then opened and tangerines were placed
at room temperature until their peel turned to be yellow. After that, quality of
tangerines were analyzed which consisted of color changes, firmness, juice
misture content, pH value, vitamin C content, total of chlorophyll and carotenoid,
total soluble solid, and organoleptic.
Results of the research showed that ethylene enhanced color of tangerine,
increased total of carotenoid, and decreased total of chlorophyll. However it did
not affect internal quality such as moisture content, firmness, total soluble solid,
and vitamin C. Postharvest degreening also increased panelists preference of
tangerine external color, nevertheless it did not affect sweetness, texture, and
aroma of Terigas tangrine. The best treatment was 1000 ppm ethylene with trigger
time for 30 hours. Uniform yellow peel of Terigas tangerine occured on the fourth
day of storage at room temperature.
Keywords: tangerine, degreening, ethylene, trigger time, physicochemical
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN PENGUNINGAN (DEGREENING) PADA JERUK
KEPROK MADU TERIGAS ASAL KABUPATEN SAMBAS
KALIMANTAN BARAT
RENNY ANGGRAINI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Pasca Panen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Lilik Pujantoro MAgr
Judul Tesis : Kajian Penguningan (Degreening) Pada Jeruk Keprok Madu
Terigas Asal Kabupaten Sambas Kalimantan Barat
Nama : Renny Anggraini
NRP : F153110061
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Rokhani Hasbullah, MSi
Ketua
Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Teknologi Pasca Panen
Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 05 Februari 2014 Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini adalah
degreening, dengan judul Kajian Penguningan (Degreening) Pada Jeruk Keprok
Madu Terigas Asal Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. selaku
komisi pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. selaku penguji
luar komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis tetap membuka diri untuk
menerima saran dan kritik yang sifatnya konstruktif. Di samping itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ahmad dan Bapak Sulyaden selaku
laboran di laboratorium Teknik Lingkungan Biosistem dan TPPHP yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terkira dan penghargaan yang setinggi-
tingginya penulis sampaikan kepada suami tercinta (Amri Yahya, S.Hut) dan
orangtua tercinta (Ibu Ir. Ani Muani M.S. dan Ibu Nurhayati), adik (Nia), tante (Bi
Mul dan Bi Uti), paman (Om Di dan Om Gigin), kakak-kakak (Rezza dan Elizza),
dan seluruh keluarga serta kerabat di Pontianak yang telah menjadikan penelitian
ini terlaksana dan karya ilmiah ini selesai ditulis. Kepada almarhum Ayahanda
tercinta (Ir. Maman Rukmantara, M.S.) yang selalu memberi panutan semasa
hidupnya. Serta kepada rekan-rekan TPP yang selalu dapat diandalkan (Kak Nur,
Asni, Bu Nini, Adhitya, Kania, Sugihartati) dan teman-teman seperjuangan TPP
dan TMP 2011 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
atas segala masukan, saran, kritik, serta bantuan yang terus-menerus diberikan.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat di masa depan.
Terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk semua dan semoga Allah
SWT meridhoi kita semua, Amin.
Bogor, Februari 2014
Renny Anggraini
RIWAYAT HIDUP
Renny Anggraini, lahir di Pontianak pada tanggal 3 Januari 1987. Penulis
merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Maman
Rukmantara, M.S. (Alm.) dan Ir. Ani Muani, M.S. Pendidikan sarjana ditempuh
di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Selama program sarjana, penulis
pernah menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Tingkat 1 Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura dan menjadi finalis lomba TOEFL Universitas
Tanjungpura. Sebagai syarat kelulusan pada program sarjana penulis menulis
skripsi yang berjudul “Pengaruh Varietas Jeruk Keprok dan Jenis Penstabil
Terhadap Fisikokimia dan Sensori Cloudy Juice.”
Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor pada Program Studi Teknologi Pascapanen penulis peroleh pada tahun
2011. Beasiswa pascasarjana berupa Beasiswa Unggulan diperoleh dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Dalam menyelesaikan tugas akhir tesis, penulis
melakukan penelitian dengan judul “Kajian Penguningan (Degreening) Pada
Jeruk Keprok Madu Terigas Asal Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Kerangka Pemikiran 3
TINJAUAN PUSTAKA
Aspek Botani Tanaman Jeruk Keprok Madu Terigas 4
Kondisi Degreening 5
Etilen (C2H4) 5
Degreening Menggunakan Gas Etilen 6
Pengemasan Degreening 7
METODOLOGI
Waktu dan Tempat 9
Bahan dan Alat 9
Prosedur Penelitian 9
Rancangan Percobaan 13
Parameter Pengamatan 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Jeruk Keprok Madu Terigas 19
Pengaruh Konsentrasi Etilen Terhadap Warna Buah Jeruk 20
Proses Degreening 22
Total Klorofil dan Karotenoid 23
Derajat Kecerahan (L*) 25
Derajat Warna Hijau (a*) 26
Derajat Warna Kuning (b*) 27
Derajat Hue (oHue) 29
Perubahan Sifat Fisikokimia 31
Kadar Air Jus 31
Kekerasan 33
Total Padatan Terlarut 34
Vitamin C Jus 35
Uji Organoleptik 37
Warna Kulit 37
Kemanisan 38
Tekstur 39
Aroma 40
Penentuan Perlakuan Terbaik 41
SIMPULAN DAN SARAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 49
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kandungan gizi jeruk keprok per 100 gram bahan 4
2 Hasil Analisis mutu jeruk keprok madu Terigas 19
3 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap warna
jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di udara terbuka 22
4 Perkembangan perubahan ohue jeruk keprok madu Terigas dengan
trigger time 30 jam 29
5 Perkembangan perubahan warna jeruk keprok madu Terigas dengan
trigger time 30 jam 30
6 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap sifat
fisikokimia jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
udara terbuka 31
7 Nilai perlakuan jeruk keprok madu Terigas 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
1 Kotak Karton Single Wall 8
2 Diagram alir penelitian pendahuluan degreening buah jeruk Siam 11
3 Diagram alir degreening jeruk keprok madu Terigas 12
4 Pengemasan dalam melakukan degreening 13
5 Chromameter 14
6 Rheometer 14
7 Spektrofotometer 17
8 Refraktometer 17
9 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (•), 1500 ppm (■), dan 2000 ppm
(▲) terhadap derajat kecerahan (L*) buah jeruk Siam setelah ditrigger
selama 30 jam 20
10 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (•), 1500 ppm (■), dan 2000 ppm
(▲) terhadap derajat warna hijau (a*) buah jeruk setelah ditrigger
selama 30 jam 21
11 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (•), 1500 ppm (■), dan 2000 ppm
(▲) terhadap derajat warna kuning (b*) buah jeruk setelah ditrigger
selama 30 jam 21
12 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap (a) total klorofil dan (b) total
karotenoid jeruk keprok madu Terigas dengan trigger time 30 jam pada
hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 23
13 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat kecerahan jeruk keprok
madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 26
14 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna hijau jeruk keprok
madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 26
15 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna kuning jeruk keprok
madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 28
16 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap kadar air jus jeruk keprok madu
Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 31
17 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kadar air jus jeruk
keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm (•) ppm (♦), 1500
ppm (■) dan 2000 ppm (▲) dengan trigger time 30 jam 32
18 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kekerasan jeruk
keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm (•) dan 2000 ppm
(▲) dengan trigger time 10 jam 33
19 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap TPT jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 35
20 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kandungan vitamin C
jus jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm (•) dan
2000 ppm (▲) dengan trigger time 30 jam 36
21 Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk keprok madu Terigas pada
berbagai konsentrasi etilen 38
22 Nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu
Terigas pada berbagai konsentrasi etilen 38
xiv
23 Nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas pada
berbagai konsentrasi etilen 39
24 Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas pada
berbagai konsentrasi etilen 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 50
2 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 50
3 Hasil Uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-2 pemaparan di suhu ruang untuk TPT 50
4 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 51
5 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-
2 pemaparan di suhu ruang 51
6 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-2 pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil 51
7 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari
ke-2 pemaparan di suhu ruang 52
8 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-2 pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid 52
9 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 52
10 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-2 pemaparan di suhu ruang 53
11 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-2 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*) 53
12 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-2 pemaparan di suhu ruang 54
13 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok Madu Terigas pada
hari pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna kuning (b*) 54
14 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-2 pemaparan di suhu ruang 55
15 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-2 pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*) 55
16 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 56
17 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 56
18 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 56
19 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-
4 pemaparan di suhu ruang 57
20 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil 57
21 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil 57
22 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari
ke-4 pemaparan di suhu ruang 58
xvi
23 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid 58
24 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid 58
25 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 59
26 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 59
27 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*) 59
28 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*) 59
29 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 60
30 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna kuning (b*) 60
31 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna kuning
(b*) 60
32 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang 61
33 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*) 61
34 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*) 61
35 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 62
36 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 62
37 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 62
38 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-
6 pemaparan di suhu ruang 63
39 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari
ke-6 pemaparan di suhu ruang 63
40 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 63
41 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-6 pemaparan di suhu ruang 64
42 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-6 pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*) 64
43 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas
pada hari ke-6 pemaparan di suhu ruang 65
44 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-6 pemaparan di suhu ruang 65
45 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada
hari ke-6 pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*) 65
xvii
46 Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk keprok madu Terigas
setelah degreening 66
47 Nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas
setelah degreening 67
48 Nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas
setelah degreening 68
49 Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas
setelah degreening 69
50 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 70
51 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 70
52 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang 71
53 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 71
54 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 72
55 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang 72
56 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 73
57 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 73
58 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang 74
59 Derajat kecerahan (L*), derajat warna hijau (a*), dan derajat warna
kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-0 74
60 Uji indeks efektifitas jeruk keprok madu Terigas pada berbagai
konsentrasi etilen dan trigger time dalam degreening 75
xviii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Maraknya buah impor antara lain sunkist, apel, pear, kiwi dan anggur yang
masuk ke Indonesia sangat mempengaruhi daya jual buah lokal. Buah lokal
dengan penampilan dan kualitas yang kurang baik mulai ditinggalkan
konsumennya. Walaupun tidak secara total ditinggalkan, buah lokal tidak dapat
bersaing di segmen pasar yang sama dengan buah-buahan impor. Salah satu buah
lokal yang mulai tergeser oleh buah impor karena penampilannya adalah jeruk
lokal.
Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai
prospek yang baik untuk diusahakan. Selain rasanya enak, buah jeruk merupakan
sumber vitamin C yang sangat diperlukan oleh tubuh. Tanaman jeruk meja,
seperti jeruk siam, jeruk manis, dan jeruk keprok, tersebar di seluruh Indonesia
dengan sentra produksi terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara
Timur (Agrimas Kapitalindo 2007). Sekitar 70-80% jeruk yang dikembangkan di
Indonesia adalah jeruk siam, dan sisanya adalah jeruk keprok unggulan daerah
dan jeruk lainnya (Suyamto et al. 2005).
Indonesia memiliki beragam jenis jeruk keprok berkualitas baik dan
berpotensi mengisi permintaan dalam negeri. Jenis jeruk keprok tersebut di
antaranya adalah; jeruk keprok SoE (NTT), Batu 55, Pulung dan Madura (Jawa
Timur), Garut (Jawa Barat), Tejakula (Bali), Siompu (Sulawesi Tenggara) dan
Kelila (Papua). Selain itu terdapat pula beberapa varietas yang baru
dikembangkan yaitu keprok madu Terigas (Kalimantan Barat), Jeruk Kacang
(Sumatera Barat) dan Borneo Prima (Kalimantan Timur).
Daerah di Kalimantan Barat yang dikenal sebagai sentra penghasil jeruk
berkualitas terbaik adalah dari kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Saat ini,
selain jeruk siam Pontianak, masyarakat Sambas juga mengembangkan jeruk
varietas baru yaitu jeruk keprok madu Terigas. Jeruk keprok madu Terigas
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan jeruk siam dan dengan rasa yang
lebih manis. Namun, kendala yang dihadapi jeruk keprok madu Terigas salah
satunya adalah penampakannya. Satuhu (1995), menjelaskan bahwa mutu buah-
buahan sangat dipengaruhi oleh penampakan dan cita rasanya yang dipengaruhi
pula oleh tingkat ketuaan buah. Buah yang tingkat kematangannya cukup akan
mempunyai penampilan menarik dan rasa yang enak.
Warna jeruk keprok madu Terigas yang dipanen masih kehijau-hijauan.
Masyarakat sangat menyukai buah jeruk dengan kulit berwarna kuning dengan
asumsi bahwa jeruk yang berwarna kuning merata berada pada tahap kematangan
sempurna dan memiliki rasa yang manis, sedangkan jeruk dengan warna hijau
merupakan jeruk yang belum matang dan memiliki rasa yang asam sehingga
dengan kulit jeruk berwarna kuning merata membuat konsumen tidak keberatan
untuk membayar dengan harga lebih tinggi (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Sub Tropik 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa warna kulit jeruk
sangat penting untuk nilai estetika dan merupakan faktor terpenting dalam
menentukan pemasaran dan nilai jual.
2
Rais dan Nurhadi (1996), menjelaskan bahwa perlakuan pascapanen guna
memperbaiki penampakan dan kualitas buah jeruk dapat dilakukan dengan teknik
penguningan (degreening) menggunakan gas etilen, teknik pengemasan dengan
pengaturan konsentrasi CO2/O2, pengurangan susut bobot melalui pelapisan lilin,
model kemasan dan alat pengangkutan.
Penguningan dilakukan untuk membuat warna kuning kulit buah jeruk
lebih merata dan seragam. Penguningan merupakan proses perombakan pigmen
hijau (klorofil) pada kulit jeruk secara kimiawi dan sekaligus membentuk
warna kuning jingga (karotenoid) pada kulit jeruk. Proses ini tidak berpengaruh
terhadap bagian dalam jeruk seperti gula, asam dan jus jeruk.
Kulit jeruk lokal yang masak warnanya cenderung hijau, kalau pun
menguning, tetap tidak merata warnanya (Setiawan dan Trisnawati 2001). Buah
jeruk yang matang lebih identik dengan warna kulit yang kuning, sedangkan
buah jeruk keprok madu Terigas yang sudah matang optimal tidak selalu
mempunyai warna kuning yang seragam, masih ada warna hijaunya. Oleh
karena itu untuk mengusahakan agar jeruk keprok madu Terigas berwarna kuning
seragam dan dapat bersaing dengan jeruk impor, dilakukanlah degreening pada
jeruk keprok madu Terigas.
Rumusan Masalah
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen)
sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius
baik di kalangan petani, pedagang, maupun di kalangan konsumen sekalipun.
Walau hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila
penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera
akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Hal tersebutlah yang menjadi
perhatian agar produk hortikultura yang telah dengan susah payah diupayakan
agar hasil yang dapat dipanen mencapai jumlah yang setinggi-tingginya dengan
kualitas yang sebaik-baiknya.
Salah satu cara untuk meningkatkan daya tarik jeruk keprok madu Terigas
adalah dengan degreening sehingga warna yang didapat pada jeruk keprok madu
Terigas menjadi kuning seragam, namun proses degreening juga memiliki
kelemahan di mana jika tidak dilakukan dengan tepat maka justru akan
menjadikan jeruk cepat rusak, oleh sebab itu perlu diteliti cara penanganan
degreening yang tepat sehingga menghasilkan produk jeruk dengan kualitas
maksimal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan secara umum untuk mengkaji proses degreening
menggunakan etilen. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk :
1. Mengkaji konsentrasi etilen dan lama pemaparan (trigger time) pada proses
degreening jeruk keprok madu Terigas (Citrus nobilis var. chrysocarpa).
2. Mengkaji pengaruh degreening terhadap perubahan fisikokimia dan sensori
jeruk keprok madu Terigas
3. Menetapkan konsentrasi etilen dan lama pemaparan (trigger time) terbaik pada
jeruk keprok madu Terigas.
3
Kerangka Pemikiran
Penanganan buah dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
pemasaran. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan buah setelah
dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan umuran (sizing),
pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun
demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan
tambahan penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia,
pelapisan (coating), dan pendinginan awal (precooling).
Buah jeruk lokal memiliki potensi yang besar sehingga perlu dilakukan
penanganan pascapanen yang baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas buah jeruk lokal. Teknologi pascapanen yang mudah diterapkan pada
buah jeruk adalah teknik degreening yaitu upaya menghilangkan warna hijau
melalui dekomposisi pigmen. Penghilangan warna hijau dengan maksud
membentuk warna tertentu yang dikehendaki karena permintaan (kesukaan) yang
dapat meningkatkan penampilan dengan membuat warna buah menjadi lebih
menarik. Penguningan biasanya menggunakan zat perangsang metabolik berupa gas
alifatis tidak jenuh yang disebut etilen. Ritenour et al. (2004) merekomendasi
beberapa kondisi dalam penguningan (dengan etlilen), yaitu: suhu, konsentrasi etilen,
kelembaban relatif, ventilasi dan sirkulasi udara. Suhu 82-83 oF (28-29
oC) adalah
suhu optimum dalam penguningan. Suhu di atas atau dibawah suhu tersebut
cenderung memperlambat proses penguningan. Konsentrasi 5 ppm etilen cukup
untuk mencapai laju penguningan yang maksimal.
Prinsip proses penguningan jeruk dengan asetilen sama dengan etilen karena
bentuknya sama, yaitu gas. Hasil penguningan terbaik diperoleh dari penggunaan
2000 ppm asetilen ke jeruk Valensia selama 11 jam pemeraman pada kondisi ruangan
yang bersuhu 29-32 oC dengan kelembaban relatif 80-90% dan penyimpanan selama
7.4 hari. Penampakan jeruk berubah secara drastis dari warna kulit hijau menjadi
kuning (Broto et al.1996).
Konsentrasi gas etilen dan trigger time yang tepat akan menghasilkan hasil
degreening yang terbaik pada jeruk keprok madu Terigas sehingga buah jeruk
tersebut yang pada umumnya berwarna hijau kekuningan dan tidak seragam
menjadi berwarna kuning merata dan menarik.
Teknologi degreening dapat memperbaiki warna kulit jeruk keprok madu
Terigas dari hijau menjadi kuning seragam, untuk memberikan nilai tambah
seperti buah jeruk impor dengan demikian diharapkan mengurangi jeruk impor di
pasaran dan harapannya ke depan dapat menambah devisa negara melalui ekspor.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Aspek Botani Tanaman Jeruk Keprok Madu Terigas
Tanaman jeruk keprok madu Terigas diklasifikasikan sebagai berikut
(Anonim 2008):
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis var chrysocarpa
Jeruk keprok madu Terigas memiliki ciri-ciri kulit tebal 0.2-0.3 cm dengan
diameter buah 5.8–7.6 cm dan berat 150–300 gram serta rasa manis, sedikit asam
dan segar, jika masak di pohon rasa sari buahnya seperti madu dengan tingkat
kemanisan 9-12 °Brix (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik
2012). Pohon jeruk keprok madu Terigas memiliki tinggi yang sama dengan jeruk
Siam. Tangkai daun bersayap sangat sempit sampai boleh dikatakan tidak
bersayap, panjang 0.5-1.5 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang,
eliptis atau berbentuk lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit,
tepinya bergerigi beringgit sangat lemah dengan panjang 3.5-8 cm. Bunganya
mempunyai diameter 1.5-2.5 cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih.
Rantingnya tidak berduri dan tangkai daunnya selebar 1-1.5 mm. Kandungan vitamin C jeruk keprok cukup tinggi yaitu sekitar 29.00 mg, dan
kalsium sebesar 18.00 mg. Selain itu jeruk keprok juga mengandung karbohidrat,
protein, fosfor, vitamin A, B1, B2, dan lainnya (Tabel 1).
Tabel 1 Kandungan gizi jeruk keprok per 100 gram bahan
Kandungan gizi Jumlah
Energi 28.00 kal
Protein 0.50 g
Lemak 0.10 g
Karbohidrat 7.20 g
Kalsium 18.00 mg
Fosfor 10.00 mg
Serat 0.20 g
Besi 0.10 mg
Vitamin A 160.00 RE
Vitamin B1 0.06 cg
Vitamin B2 0.03 mg
Vitamin C 29.00 mg
Niacin 0.30 g
Sumber : Wirakusumah, 2001
5
Kondisi Degreening
Pada iklim tropis, jeruk tidak menampakkan warna menarik pada saat
matang, hal inilah yang menyebabkan jeruk lokal memerlukan degreening, oleh
karena itu diperlukan perlakuan etilen untuk mempercepat degradasi klorofil dan
kenampakan warna orange (Ladaniya 2008). Analisis sampel kulit jeruk
menunjukkan perubahan konsentrasi relatif, tingkat total klorofil berkurang
seiring dengan kematangan jeruk dan degreening (Jahn dan Yang 1996).
Degreening dengan konsentrasi etilen 1-5 ppm, temperatur 20-29 °C, dan RH 90-
96% direkomendasikan. Fasilitas ventilasi pada ruang penyimpanan sangat
penting. Etilen juga menyebabkan akumulasi karotenoid pada lemon dan jeruk
keprok (Young dan Jahn 1994).
Kitagawa et al. (1999) menggunakan konsentrasi 500-1000 ppm etilen
dengan waktu aplikasi selama 15 jam dengan suhu 20-25 °C untuk menguningkan
jeruk Satsuma dengan sistem sederhana di mana jeruk dalam keranjang dibungkus
dengan plastik PVC yang kemudian diekspos dengan etilen.
Fungsi etilen pada penguningan jeruk terdiri dari setidaknya 2 kategori.
Pertama yaitu untuk degreening (degradasi klorofil), yang terjadi pada temperatur
30 °C dengan 5-10 ppm etilen. Kedua yaitu untuk pewarnaan, di mana etilen
dibutuhkan untuk biosintesis β-citraurin. Karotenoid sangat sensitif terhadap
temperatur. Perbedaan kelembaban (70-90%) selama pemaparan tidak
mempengaruhi perubahan warna (Cohen 1998), meskipun demikian selalu
disarankan degreening dalam kelembaban tinggi (lebih dari 90%) untuk
mencegah pengerutan dan pembakaran gas.
Kombinasi optimal RH dan temperatur bervariasi pada setiap spesies jeruk
yang berbeda. Pada beberapa contoh, manipulasi temperatur dan meningkatkan
konsentrasi etilen dapat meningkatkan kecepatan degreening lebih dari 200%.
Kecepatan degreening lebih baik pada temperatur lebih tinggi (29.4 °C) dan
konsentrasi etilen 100-250 ppm (Ahrens dan Barmore 2001).
Etilen (C2H4)
Pertumbuhan dan perkembangan buah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti halnya lingkungan, tetapi juga oleh hormon yang ada di dalam
tanaman. Sejauh ini, peran hormon dalam tanaman belum mendapat perhatian
khusus dari para petani. Adanya hormon inilah yang bisa mempengaruhi tingkat
produktifitas maupun kualitas buah.
Salah satu hormon yang mempengaruhi kualitas buah adalah etilen.
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal
dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun.
Etilen disebut juga ethane. Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase
gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah
menguap.
Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada
tumbuhan tingkat tinggi. Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor dan
importir buah. Buah dikemas dalam bentuk belum masak saat diangkut pedagang
buah. Setelah sampai untuk diperdagangkan, buah tersebut diberikan etilen
(diperam) sehingga cepat masak. Hal ini dilakukan umumnya pada buah
6
klimakterik. Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan
klorofil pada buah muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten.
Dengan demikian, warna buah menjadi jingga atau merah.
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin
yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Menurut Mckeon et al. (1995),
produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan
perkembangan. Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses:
1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase (ACC-sintase) kemudian
memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).
3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi
ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.
Etilen digunakan dalam bentuk gas atau dalam bentuk larutan etilen lepas
yang terurai dalam jaringan buah, sehingga terjadi degreening dan memperbaiki
kenampakan. Metode yang digunakan dalam mengaplikasikan etilen tergantung
dari biaya, kenyamanan, dan faktor keamanan. Larutan yang terurai di dalam atau
di permukaan jeruk untuk melepaskan etilen memiki keuntungan berupa aplikasi
yang mudah. Etilen yang berupa hidrokarbon, tersedia dari penyulingan minyak
tanah dan diisi ke dalam tabung baja besar menjadi gas bertekanan.
Gas etilen merombak klorofil pada kulit jeruk dan mensintesis pigmen
karotenoid. Aktivitas perombakan tersebut hanya terjadi pada lapisan
subepidermal kulit buah. Hasilnya kulit buah yang semula hijau berubah menjadi
jingga tanpa mengubah rasa buah. Menurut Broto et al. (1996), degreening
dengan menggunakan gas etilen tidak mengubah nilai gizi jeruk. Gas etilen tidak
mempengaruhi kadar gula total, kadar asam total, dan kadar vitamin C. Artinya,
pemberian etilen hanya mengubah tampilan kulit jeruk dari hijau ke jingga tanpa
mengubah rasa dan nilai gizi.
Degreening Menggunakan Gas Etilen
Proses degreening yaitu proses perombakan warna hijau pada kulit jeruk
diikuti dengan proses pembentukan warna kuning jingga. Degreening merupakan
cara perlakuan pada buah jeruk untuk memperbaiki atau cara menguningkan buah
agar dapat seragam terutama pada jeruk untuk dapat bersaing dalam ekspor seperti
halnya jeruk keprok yang mempunyai warna kuning merata. Tujuan degreening
adalah untuk meningkatkan nilai estetika jeruk, namun tidak membantu dalam
menjaga kualitas. Degreening dapat dilakukan antara lain menggunakan gas
etilen, gas asetilen (C2H2), dan ethepon. Pada umumnya zat perangsang metabolik
yang digunakan untuk degreening buah jeruk adalah gas etilen.
Gas etilen dialirkan ke ruang degreening bersama udara dan secara serentak
terjadi pertukaran udara pada proses aliran yang terus berlanjut pada temperatur
dan kelembaban yang terkontrol. Metode ini digunakan telah lebih dari 5 dekade
dengan beberapa perubahan atau modifikasi. Pada trickle method penggunaan
etilen untuk degreening, jeruk disimpan pada ruangan dengan pertukaran udara
terus-menerus pada temperatur dan RH terkontrol dengan mempertahankan
tetesan etilen konsentrasi rendah secara kontinyu. Metode ini lebih efektif
dibandingkan shot method standar Australia pada sistem degreening, di mana
7
jeruk disimpan pada ruang tertutup dengan etilen pada konsentrasi tertentu selama
1-12 jam tanpa kontrol lingkungan. Sistem tetesan dengan etilen 10 ppm lebih
cepat merespon perkembangan warna dari pada shot method dengan konsentrasi
250-1000 ppm etilen. Untuk hasil yang optimal, diperlukan temperatur sekitar 29 oC dan RH 95% (Jorgensen, 1998).
McCornack dan Wardowski (1998), merekomendasikan kondisi degreening
menggunakan trickle method untuk jeruk Florida dengan konsentrasi 1-5 ppm,
27.8-29.4 oC, RH 90-96%, dan sirkulasi udara rata-rata 47.2 lit/s/408 kg jeruk atau
satu kali pergantian udara per jam. Jeruk yang telah mencapai kematangan standar
dan diberi perlakuan tersebut dapat didegreening dalam 72 jam. Pada tahap awal
degreening, 30oC untuk penghilangan klorofil setelah itu 20-25
oC untuk sintesis
karotenoid seringkali direkomendasikan untuk hasil yang memuaskan (Cohen
1997). Penggunaan etilen pada trickle method secara umum digunakan pada
ruangan degreening yang besar.
Cohen (1997), memberikan perlakuan pada jeruk 5-10 ppm etilen yang
dialirkan secara berkesinambungan pada suhu 25 oC selama 12 jam sehari diikuti
dengan interval 12 jam. Perlakuan tersebut diulang dengan siklus 12 jam selama 3
hari pada RH 90% dan volume pertukaran udara 0,6 per jam.
Di Jepang, Kitagawa et al. (1999), mencoba metode yang berbeda dalam
penggunaan etilen dengan dasar shot method. Pada uji skala kecil dengan jeruk
Satsuma, keranjang dibungkus dengan polyester/polietilen film berlapis-lapis
(agriculture grade, 0.2 mm, PVC film) dan diberi perlakuan etilen selama 15 jam.
Setelah terpapar udara bebas, klorofil terdegradasi dengan cepat dan warna kuning
segera muncul. Hasil degreening dengan konsentrasi etilen sebesar 500-1000 ppm
sangat memuaskan. Lebih jauh lagi, Kitagawa et al. (2001), mengembangkan
metode menggunakan plastik pengemas setebal 0.2 mm (PVC) untuk buah yang
disimpan. Konsentrasi etilen sebesar 1000 ppm dan waktu perlakuan 15 jam
adalah yang paling cocok. Dalam 3-4 hari setelah pemindahan dari plastik
pembungkus, degradasi klorofil terjadi. 20-25 oC diketahui sebagai temperatur
yang paling efektif.
Degreening menggunakan gas etilen dengan metode yang dilakukan Cohen
(1997) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode yang dilakukan
Kitagawa et al. (1999) jika diaplikasikan pada jeruk yang kulit buahnya masih
berwarna hijau, namun metode Kitagawa et al. (1999) menunjukkan hasil yang
lebih unggul bila diaplikasikan pada jeruk yang baru mulai berubah warna.
Pengemasan Degreening
Pengemasan dalam degreening dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
yang cocok untuk mendukung terjadinya degradasi klorofil dan sintesis
karotenoid pada kulit jeruk yang distimulasi oleh etilen.
Plastik LLDPE (Linear Low Density Polyethylene)
LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0.915–0.925 g/cm3. LLDPE adalah
polimer linier dengan percabangan rantai pendek dengan jumlah yang cukup
signifikan. Umumnya dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai
pendek alfa-olefin (1-butena, 1-heksena, 1-oktena, dan sebagainya). LLDPE
8
memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari LDPE, dan memiliki ketahanan
yang lebih tinggi terhadap tekanan.
LLDPE banyak diproduksi dengan blown film, diekstruksi pada 137-204 oC
melalui die sirkular. Film yang berbentuk tabung ditiup dengan udara mencapai
diameter tertentu. Kemudian film tersebut didinginkan, diratakan, diberi corona
treatment, kemudian digulung menjadi roll. Proses ini menghasilkan film dengan
orientasi molekul yang seimbang dan kekuatan lentur yang baik.
LLDPE mencair pada suhu 120°C hingga 160 °C, suhu transisi 20°C dan
maksimum suhu operasi 50 °C. LLDPE memiliki OTR (Oxygen Transfer Rate)
sebesar 2500 cc/m2/hari. OTR adalah kecepatan gas oksigen menembus melalui
film pada kondisi suhu dan kelembaban relatif. Sedangkan WVTR (Water Vapor
Transfer Rate) atau kecepatan uap air menembus suatu film pada kondisi suhu dan
kelembaban udara tertentu adalah sebesar 1.75-7.50 g/m2/hari.
Kotak Karton
Kotak karton gelombang (Corrugated Carton Box) biasanya merupakan
multi lapisan kertas yang digunakan untuk kemasan karton lipat. Kotak karton
dianggap sebagai komoditas dan banyak digunakan dalam industri konsumen dan
pertanian untuk tujuan kemasan. Bahan baku utama dari kotak karton adalah
limbah kertas yang dihasilkan oleh industri kertas.
Kotak karton yang seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah
kotak karton single wall. Single wall cocok digunakan untuk berbagai macam
pengemasan. Karton ini seringkali digunakan dalam container atau media-media
pengemas lainnya tanpa dibebani oleh beban statis. Kardus dengan single wall
cocok untuk penyimpanan, pengemasan dan pengiriman. Kotak yang kecil dapat
disimpan dalam kotak yang lebih besar guna keamanan barang yang lebih baik.
Kotak karton ini merupakan lembaran karton gelombang yang terdiri dari 2 liner
dan 1 lapisan gelombang dengan lapisan terakhir kertas kraft dan dapat ditutup
untuk menambah keamanan.
Gambar 1 Kotak Karton Single Wall
9
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Lingkungan Biosistem
dan Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, dimulai
dari 28 Januari 2013 sampai 29 April 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buah jeruk keprok
madu Terigas, etilen murni, iodine, amilum, aseton. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kardus, plastik LLDPE dengan tebal 0.06 mm, syringe,
penjepit, pipet tetes, alat pemeras, beker glass, gelas ukur, erlenmeyer, wadah,
vortex, pH meter, buret, corong, timbangan analitik, alat tulis menulis, alat
dokumentasi, peralatan uji sensori, desikator, oven, botol timbang, labu ukur.
chromameter, rheometer, refraktometer, oven, spektrofotometer.
Prosedur Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan degreening buah jeruk menggunakan gas etilen
dilakukan sebagai pengamatan awal pengaruh gas etilen terhadap perubahan
warna buah jeruk. Jeruk Siam dicuci bersih kemudian ditiriskan lalu dianalisis
warna awalnya, kemudian jeruk disusun dalam kotak karton yang bagian
dalamnya dilapisi plastik LLDPE (Linear Low Density Polyethilene) merk kluplas
dengan ketebalan 0.06 mm. Plastik tersebut kemudian ditutup dengan kotak
karton bagian atas dibiarkan terbuka. Plastik berisi jeruk tersebut kemudian
diinjeksi dengan gas etilen murni dengan konsentrasi 1500 ppm, 2000 ppm, dan
kontrol (tanpa injeksi etilen) kemudian dibiarkan selama 30 jam. Setelah 30 jam,
plastik dibuka dan jeruk diletakkan pada suhu ruang. Pengamatan perubahan
warna jeruk dilakukan setiap 2 hari hingga jeruk berwarna kuning/orange merata.
Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk menentukan range konsentrasi etilen
pada perlakuan utama dalam menguningkan jeruk sehingga memastikan etilen
dapat bekerja efektif pada penelitian utama.
Penelitian Utama
Degreening dilakukan setelah panen yaitu setelah dilakukan pengkelasan
(grading). Cara degreening yang dipilih dalam penelitian ini adalah cara Shot
Method seperti yang dilakukan Kitagawa et al. (2001). Sebelum perlakuan
degreening, jeruk keprok madu Terigas disortasi dan dicuci dengan air mengalir,
lalu ditiriskan. Kemudian jeruk dianalisis terlebih dahulu mutunya meliputi
warna, kekerasan, TPT, dan kadar air. Setelah itu jeruk disusun dalam kotak
karton yang bagian dalamnya telah dilapisi plastik LLDPE (Linear Low Density
Polyethilene) dengan ketebalan 0.06 mm. Plastik tersebut kemudian ditutup
10
V0 (ml) =
dengan bagian atas kotak karton tetap terbuka. Masing-masing plastik berisi
kurang lebih 3 kg buah jeruk.
Gas etilen masing-masing 0 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm
diinjeksi ke dalam plastik LLDPE (Linear Low Density Polyethilene) yang berisi
jeruk menggunakan syringe. Selanjutnya proses dibiarkan berjalan dengan trigger
time sesuai perlakuan yaitu 10 jam, 20 jam, dan 30 jam. Setelah trigger time
masing-masing tercapai, plastik dibuka dan jeruk dibiarkan pada udara terbuka
dan suhu ruang selama 6 hari hingga jeruk berubah warna menjadi orange. Jeruk
kemudian dianalisis mutunya meliputi perubahan warna, kekerasan, kadar air,
kandungan vitamin C, kandungan klorofil dan karotenoid, total padatan terlarut,
serta organoleptik. Penelitian utama ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi
dan trigger time terbaik dalam proses degreening jeruk keprok madu Terigas.
Pelaksanaan penelitian pendahuluan ditunjukkan pada Gambar 2, cara yang
dilakukan dalam degreening jeruk keprok madu Terigas dijelaskan pada Gambar
3, sedangkan ilustrasi pengemasan dalam melaksanakan degreening pada
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.
Cara perhitungan masing-masing konsentrasi injeksi gas etilen dalam satuan
volume ( sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
V0 : Volume etilen (ml)
V1: Volume Wadah – Volume buah dalam wadah (ml)
E : Konsentrasi etilen (ppm)
11
Pengemasan
Plastik LLDPE 0,06 mm &
kotak karton
Gambar 2 Diagram alir penelitian pendahuluan degreening buah jeruk Siam
Pencucian
Pemaparan pada suhu ruang
Pengamatan perubahan
warna
Injeksi etilen murni
Konsentrasi: 0, 1500, &
2000 ppm
Trigger time: 30 jam
Jeruk berwarna
kuning/orange
seragam
Analisis warna awal
Jeruk lokal
berwarna kehijauan
Penentuan range konsentrasi
etilen yang akan diterapkan
pada penelitian utama
12
Gambar 3 Diagram alir degreening jeruk keprok madu Terigas
Sortasi dan pencucian
Analisis mutu jeruk (warna,
kekerasan, kadar air, &TPT)
Pengemasan
Plastik LLDPE 0,06 mm &
kotak karton
Pemaparan pada suhu ruang
selama 6 hari
Jeruk keprok madu
Terigas
Injeksi etilen murni
Konsentrasi: 0, 1000. 1500, &
2000 ppm
Trigger time: 10, 20, & 30 jam
Analisis setiap 2 hari terhadap:
Proses degreening: warna,
klorofil & karotenoid
Sifat fisikokimia: kekerasan,
TPT, vitamin C, & kadar air
Organoleptik
Pengolahan data
Penentuan konsentrasi etilen
dan trigger time terbaik
14
dari 0 sampai -70 untuk warna biru. Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiga titik
yang berbeda pada salah satu sisi objek (Andarwulan et al. 2011).
Gambar 5 Chromameter
Kekerasan
Parameter reologi yang penting dan sering digunakan dalam menganalisis
produk hortikultura yang bersifat padat adalah pengukuran kekerasan. Pengukuran
parameter kekerasan produk hortikultura yang dalam penelitian ini berupa buah
jeruk keprok madu Terigas dilakukan menggunakan alat rheometer, dimana
prinsip pengujian kekerasan ini adalah mengukur ketahanan buah terhadap jarum
yang terdapat pada alat rheometer.
Kekerasan adalah sifat produk yang menunjukkan daya tahan untuk pecah
akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu benda
dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness). Cara untuk mengukur
kekerasan yaitu di mana gaya tekan akan memecahkan produk padat dengan
menekan hingga produk pecah/berlubang. Besarnya gaya tekan untuk
memecahkan produk padat inilah yanga disebut nilai kekerasan. Semakin besar
gaya yang diperlukan maka produk tersebut semakin kuat. Pengujian kekerasan
dilakukan pada tiga titik yang berbeda pada masing-masing buah, yaitu bagian
atas, tengah, dan bawah. Nilai kekerasan dinyatakan dalam kg/mm2 (Andarwulan
et al. 2011).
Gambar 6. Rheometer
Gambar 6 Rheometer
15
Kadar Air Jus (Wet Basis)
Kadar air adalah besarnya kandungan air yang terkandung dalam suatu
produk. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode oven dengan suhu
100 oC. Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses
pengeringan. Metode pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengeringan oven udara.
Metode oven udara adalah metode yang paling sering digunakan untuk
analisis kadar air dalam bahan pangan. Pada metode ini air dikeluarkan dari bahan
pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada suhu 100 oC yaitu
sesuai pada titik didihnya.
Oven yang digunakan pada analisis kadar air ini dipanaskan dengan listrik.
Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang hilang, oleh
karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak
mengandung komponen yang mudah menguap. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi analisis air dengan metode oven di antaranya adalah yang
berhubungan dengan penimbangan sampel, kondisi oven, pengeringan sampel,
dan perlakuan setelah pengeringan.
Analisis kadar air dilakukan dengan cara: (1) Mengeringkan cawan kosong
dan tutupnya dalam oven vaccum selama 15 menit pada suhu 100 oC dan di
dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang, (2) Menimbang 2 gram sampel
jus jeruk, (3) Meletakkan cawan beserta isi dan tutupnya selama 6 jam, (4)
Memindahkan cawan ke desikator, tutup dengan penutup cawan, lalu didinginkan,
(5) Setelah dingin ditimbang kembali, kemudian (6) Mengeringkan kembali ke
dalam oven sampai diperoleh berat yang tetap.
Perhitungan dilakukan secara wet basis dan dinyatakan dalam persen
(Sudarmadji et al. 1986).
Keterangan :
a : berat cawan kering yang sudah konstan (gram)
b : berat sampel awal (gram)
c : berat cawan dan sampel kering yang sudah konstan (gram)
Kandungan Vitamin C Jus
Pengujian vitamin C pada jeruk keprok madu Terigas dilakukan dengan
menggunakan metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku iodium 0.01
N) dapat digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. Dalam
pelaksanaannya, analisis vitamin C menggunakan indikator amilum 1% dan
larutan iodium 0.01 N. Indikator amilum 1% dibuat dengan melarutkan 10 g pati
dalam 1 liter aquades yang sedang mendidih, sedangkan larutan iodium 0.01 N
dibuat dengan melarutkan 2-2.5 gram Kl dan 1.269 gram I2 dalam aquades sampai
1 liter.
Kadar air (wet basis)=
16
Analisis vitamin C buah jeruk dilakukan dengan cara (1) Sampel jus jeruk
ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, (2)
Sampel diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas, kemudian
dikocok sampai homogen, (3) Larutan sampel dipipet sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan indikator
amilum 1% sebanyak 1 ml, kemudian (4) Dilakukan titrasi dengan larutan I2 0.01
N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
Menurut Sudarmadji et al. (1986), setelah didapatkan volume titrasi iodium,
maka kadar vitamin C dihitung dengan persamaan :
Keterangan :
fp : faktor pengenceran (x)
ekv : equivalen (mg/ml)
1 ml iodium : 0.88 mg asam askorbat
Kandungan Total Klorofil dan Karotenoid
Kandungan total klorofil dan karotenoid diukur dengan
menggunakan metode spektrofotometri. Kulit jeruk digerus/diblender
kemudian ditimbang beratnya sebesar 1 gram. Sampel yang sudah digerus
(slurry) kemudian diekstraksi dengan 100 mL aseton 80%, diaduk hingga klorofil
dan karotenoid larut. Ekstrak tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat
yang didapat ditempatkan dalam cuvet untuk selanjutnya diukur kandungan
klorofil total d a n k a r o t e n o i d n y a d e n g a n a l a t spektrofotometer pada
panjang gelombang 480 nm, 646 nm, dan 663 nm. Menurut Harborne
(1991), setelah didapat nilai absorbansi, kandungan total klorofil dan karotenoid
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total klorofil (mg/l) = (17.3 x A646) + (7.18 x A663)
Total karotenoid (µmol/l) =
Keterangan :
A480 : absorbansi pada panjang gelombang 480 nm
A646 : absorbansi pada panjang gelombang 646 nm
A663 : absorbansi pada panjang gelombang 663 nm
V : volume ekstrak (ml),
W : berat sampel (gram)
1 µmol/L = 27.25 mg/L
mg Vit.C/100 gram =
Titrasi sampel x fp x ekv
Berat Sampel x 100
17
Gambar 7. Spektrofotometer
Gambar 7 Spektrofotometer
Total Padatan Terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan alat
refraktometer dengan cara memeras jeruk untuk mendapatkan sari buahnya
kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan tersebut ke
dalam prisma refraktometer, namun sebelum dan sesudah pembacaan, prisma
refraktometer dibersihkan dengan alkohol agar konsentrasi buah jeruk yang
diukur sebelumnya tidak tercampur pada pengukuran selanjutnya. Angka yang
tertera pada refraktometer menunjukan kadar total padatan terlarut (°Brix) yang
mewakili rasa manis (Dewi dan Padmarsari 2007).
Gambar 8. Refraktometer
Gambar 8 Refraktometer
Uji Organoleptik
Uji organoleptik pada dasarnya bersifat objektif dan subjektif. Objektif yaitu
menjawab pertanyaan dasar dalam penilaian kualitas suatu bahan/produk, yaitu
pembedaan dan deskripsi, sementara subjektif berkaitan dengan kesukaan atau
penerimaan (Setyaningsih et al. 2010).
Uji organoleptik dalam penelitian ini dilakukan oleh 25 orang panelis tidak
terlatih dengan menggunakan metode Hedonic Scale Scoring. Pada pelaksanaan
pengujian, produk yang diujikan disajikan secara acak dengan memberikan kode
yang berbeda yaitu dengan 3 angka acak (Pudjirahaju dan Astutik 1999).
Pengujian sensori dilakukan dengan parameter warna, tingkat kemanisan, tekstur,
dan aroma.
Data organoleptik dianalisis menggunakan analisis non parametrik dengan
uji Kruskal-Wallis. Kaidah keputusan untuk uji ini adalah: apabila KW ≥ X2 maka
perlakuan mempengaruhi sensori jeruk keprok madu Terigas, sedangkan bila KW
≤ X2 maka perlakuan tidak mempengaruhi sensori jeruk keprok madu Terigas. X
2
18
dapat dilihat pada tabel X2 taraf 5%, sedangkan KW (Kruskal-Wallis) yang
didapat dengan rumus sebagai berikut :
Penentuan Perlakuan Terbaik
Selanjutnya untuk menentukan perlakuan terbaik dilakukan uji indeks
efektifitas menggunakan metode De Garmo et al. (1984) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Variabel pengamatan diurutkan menurut prioritas dan kontribusi terhadap hasil.
2. Masing-masing variabel ditentukan bobotnya (BV) sesuai kontribusinya, yang
dikuantifikasikan antara 0 – 1.
3. Ditentukan bobot normal (BN) masing-masing variabel dengan membagi bobot
tiap variabel (BV) dengan jumlah semua bobot variabel.
4. Ditentukan nilai efektivitas (Ne) masing-masing variabel, dengan rumus:
Ne = (Nilai perlakuan - Nilai terjelek) / (Nilai terbaik - Nilai terjelek)
(Untuk variabel dengan nilai rata-rata semakin besar semakin baik, maka rata-
rata tertinggi sebagai nilai terbaik dan terendah sebagai nilai terjelek.
Sebaliknya untuk variabel dengan rata-rata semakin kecil semakin baik, maka
rata-rata terendah sebagai nilai terbaik dan tertinggi sebagai nilai terjelek).
5. Ditentukan nilai hasil (Nh) masing-masing variabel yang diperoleh dari
perkalian antara BN dengan Ne-nya.
6. Nh semua variabel untuk masing-masing alternatif perlakuan dijumlahkan.
7. Dipilih perlakuan terbaik (optimum), yaitu alternatif perlakuan yang
mendapatkan jumlah Nh tertinggi.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Jeruk Keprok Madu Terigas
Jeruk keprok madu Terigas dipanen pada umur 31 minggu SBM (setelah
bunga mekar) di mana pada umur ini buah sudah tidak terlalu keras jika dipegang,
bagian bawahnya agak empuk, dan bila dijentik dengan jari bunyinya tidak
nyaring. Hasil analisis mutu jeruk keprok madu Terigas yang disajikan pada Tabel
2, menunjukkan karakteristik jeruk keprok madu Terigas sebelum diberikan
perlakuan degreening dan merupakan data hari ke-0 pada semua perlakuan. Hasil
analisis mutu dengan 3 ulangan menunjukkan bahwa warna jeruk keprok madu
Terigas cenderung menampakkan warna hijau dengan nilai a* sebesar -12.31 dan
nilai b* sebesar 24.21. Derajat kecerahan pada jeruk keprok madu Terigas juga
cukup rendah yaitu 43.01. Rata-rata kekerasan pada jeruk keprok madu Terigas
adalah 3.01 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa buah jeruk masih memiliki tekstur
yang keras.
Tabel 2 Hasil Analisis mutu jeruk keprok madu Terigas
Kandungan rata-rata total padatan terlarut yaitu 9.76 oBrix, hal ini
menggambarkan bahwa kandungan gula pada jeruk tersebut cukup tinggi dan
buah memiliki rasa manis. Menurut Didik (2010), target mutu jeruk keprok madu
Terigas untuk total padatan terlarut adalah sebesar 10 oBrix. Departemen
Pertanian (2004), menambahkan bahwa buah jeruk siap dipanen bila kandungan
jusnya 33–40%, dan nilai TPT nya 10-12 oBrix. Kandungan vitamin C jeruk
keprok madu Terigas adalah sebesar 41.18 mg/100g. Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Buah Sub Tropik (2012), menyatakan bahwa kandungan vitamin C
dalam jeruk keprok madu Terigas adalah sebesar 32.27 mg/100g. Sedangkan
Komponen Rerata
Derajat kecerahan (L*) 43.01 ± 1.89
Derajat warna hijau (a*) -12.31 ± 0.92
Derajat warna kuning (b*) 24.22 ± 2.39
Kekerasan (kgf) 3.01 ± 0.04
TPT (oBrix) 9.76 ± 0.73
Vitamin C (mg/100g) 41.18 ± 11.42
Total klorofil (mg/L) 3.46 ± 0.15
Total karotenoid (mg/L) 0.03 ± 0.00
Kadar air (%) 92.36 ± 0.51
Diameter (cm) 6.83 ± 0.35
20
kadar vitamin C dalam jeruk keprok Batu adalah sebesar 38.21 mg/100 gram. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kandungan vitamin C yang dimiliki jeruk keprok
memiliki kisaran yang sama.
Total klorofil pada jeruk keprok madu Terigas adalah 3.46 mg/l,
sedangkan total karotenoid adalah 0.03 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa
pigmen warna hijau lebih besar dibandingkan pigmen warna kuning meskipun
jeruk telah matang.
Kadar air pada jeruk keprok madu Terigas cukup tinggi yaitu 92.36%.
Menurut Varheij dan Coronel (1993), buah jeruk matang memiliki kadar air 77-
92%. Diameter jeruk menunjukkan rerata 6.83 cm sehingga jeruk digolongkan
pada grade A.
Pengaruh Konsentrasi Etilen Terhadap Warna Buah Jeruk
Penelitian pendahuluan degreening menggunakan jeruk Siam berwarna
hijau dengan perlakuan konsentrasi etilen ternyata memiliki respon yang berbeda
terhadap perubahan warna (Gambar 9, 10, dan 11).
Gambar 9 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm ( , 1500 ppm ( , dan 2000 ppm
(▲) terhadap perkembangan derajat kecerahan (L*) buah jeruk Siam
setelah ditrigger selama 30 jam
40
45
50
55
60
65
70
0 2 4 6
kec
erah
an (
L*)
hari ke -
21
Gambar 10 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm ( , 1500 ppm ( , dan 2000 ppm
(▲) terhadap derajat warna hijau (a*) buah jeruk Siam setelah
ditrigger selama 30 jam
Gambar 11 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm ( , 1500 ppm ( , dan 2000 ppm
(▲) terhadap derajat warna kuning (b*) buah jeruk Siam setelah
ditrigger selama 30 jam
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada hari ke 0, 2, 4, dan 6 didapat
bahwa jeruk Siam tanpa perlakuan etilen memiliki kecerahan (L*), derajat warna
hijau (a*) dan derajat warna kuning (b*) terendah dibandingkan dengan jeruk
Siam dengan perlakuan konsentrasi etilen 1500 ppm dan 2000 ppm. Sedangkan
jeruk Siam dengan perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm memiliki kecerahan,
derajat warna hijau dan derajat warna kuning tertinggi di antara jeruk Siam
dengan perlakuan yang lain. Namun perbedaan kecerahan (L*), derajat warna
hijau (a*), dan derajat warna kuning (b*) antara konsentrasi etilen 1500 maupun
2000 ppm tidak berbeda nyata, sehingga ada kemungkinan konsentrasi etilen yang
-15
-10
-5
0
5
10
15
0 2 4 6
Der
ajat
war
na
hij
au (
a*)
Hari ke-
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
0 2 4 6
der
ajat
war
na
kunin
g (
b*)
hari ke -
22
lebih rendah akan menghasilkan nilai L*, a*, dan b* yang tidak berbeda nyata
pula dengan konsentrasi 1500 dan 2000 ppm. Oleh sebab itu range konsentrasi
etilen pada penelitian utama menjadi 0, 1000, 1500, dan 2000 ppm.
Perubahan warna yang terjadi pada jeruk lokal pada nilai kecerahan, derajat
warna hijau dan kuning memiliki pola yang sama antara ketiga perlakuan yaitu
semakin meningkat dari hari ke hari. Hal tersebut disebabkan karena telah terjadi
degradasi warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna
kuning. Kitagawa et al. (2001), mengatakan bahwa dalam 3-4 hari setelah
pemindahan jeruk dari tempat pemaparan etilen, degradasi klorofil terjadi.
Proses Degreening
Proses degreening merupakan proses perombakan atau degradasi klorofil
disertai dengan sintesis karotenoid. Proses tersebut berimplikasi terhadap
terjadinya perubahan warna buah di mana hilangnya klorofil dan terbentuknya
karotenoid akan memperlihatkan warna kuning pada kulit buah (Pantastico 1986).
Warna merupakan salah satu faktor penentu mutu dan kualitas buah-buahan.
Perubahan warna pada buah seringkali dijadikan kriteria utama oleh konsumen
dalam menentukan kematangannya. Pada jeruk, warna kuning cerah pada
umumnya lebih disukai dan lebih menarik dibandingkan warna hijau walaupun
seringkali jeruk yang telah matang tidak menunjukkan perubahan warna hijau
menjadi kuning seragam. Perubahan warna hijau menjadi kuning pada jeruk yang
matang dengan keadaan warna hijau harus dibantu dengan degreening. Pengaruh
interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap warna jeruk keprok madu
Terigas disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap warna
jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di udara terbuka
Keterangan : Huruf yang sama dalam kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
Duncan dengan taraf 5%
Konsentrasi
etilen
(ppm)
Trigger
time
(jam)
Parameter warna
Total Klorofil
(mg/l)
Total Karotenaoid
(µmol/l ) L* a* b*
0 10 0.85 ± 0.18 a 0.015 ± 0.001 a 50.99 ± 0.66 a -13.83 ± 0.74 a 40.12 ± 1.92 a
20 0.48 ± 0.66 a 0.009 ± 0.001 a 50.52 ± 0.31 a -11.34 ± 4.67 a 41.26 ± 3.46 a
30 0.82 ± 0.55 a 0.009 ± 0.002 a 57.97 ± 1.99 a -8.06 ± 2.32 a 50.95 ± 1.29 a
1000 10 0.57 ± 0.39 a 0.013 ± 0.001 a 61.26 ± 4.81 a -3.11 ± 5.80 a 54.64 ± 8.39 a
20 0.88 ± 0.30 a 0.012 ± 0.003 a 57.80 ± 4.09 a -3.77 ± 3,52 a 48.76 ± 6.69 a
30 0.21 ± 0.08 a 0.009 ± 0.001 a 70.59 ± 0.18 a 4.05 ± 1.21 a 63.97 ± 1.35 a
1500 10 0.82 ± 0.33 a 0.017 ± 0.002 a 59.20 ± 2.25 a -3.57± 4.37 a 45.06 ± 3.43 a
20 0.28 ± 0.23 a 0.012 ± 0.002 a 60.71 ± 3.13 a -3.59 ± 3.24 a 47.61 ± 1.18 a
30 0.23 ± 0.04 a 0.013 ± 0.000 a 66.18 ± 0.27 a 2.95 ± 0.78 a 58.88 ± 0.98 a
2000 10 0.61 ± 0.15 a 0.014 ± 0.004 a 63.18 ± 3.73 a -4.36 ± 3.79 a 52.99 ± 2.82 a
20 0.11 ± 0.01 a 0.016 ± 0.004 a 62.06 ± 4.92 a -4.63 ± 1.59 a 53.94± 7.85 a
30 0.10 ± 0.02 a 0.016 ± 0.004 a 64.02 ± 1.53 a 4.62 ± 0.24 a 58.19 ± 2.01 a
23
Analisis statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi
etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kecerahan, warna
hijau, maupun kuning jeruk keprok madu Terigas, serta tidak berpengaruh pula
terhadap kandungan klorofil dan karotenoid totalnya.
Total Klorofil dan Karotenoid
Kandungan klorofil pada kulit buah tidak hanya mempengaruhi fotosintesis,
namun juga berperan dalam pewarnaan buah yang juga merupakan indeks
kematangan buah yang penting. Grafik total klorofil jeruk keprok madu Terigas
pada berbagai konsentrasi etilen ditunjukkan pada Gambar 12a, dan grafik total
karotenoid ditunjukkan oleh Gambar 12b.
(a)
(b)
Gambar 12 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap (a) total klorofil dan (b) total
karotenoid jeruk keprok madu Terigas dengan trigger time 30 jam
pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
0 1000 1500 2000
Tota
l klo
rofi
l (m
g/L
)
Konsentrasi etilen (ppm)
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0 1000 1500 2000
Tota
l kar
ote
noid
(µ
mol/
l)
Konsentrasi etilen (ppm)
24
Hasil penelitian yang direpresentasikan pada grafik Gambar 12a
menunjukkan kecendrungan pola menurun. Semakin tinggi konsentrasi etilen
menyebabkan kandungan total klorofil semakin menurun dan buah semakin
kehilangan warna hijaunya. Hal ini menunjukkan penurunan klorofil total semakin
meningkat dengan adanya perlakuan etilen. Senada dengan yang dinyatakan oleh
Peng et al. (2013), bahwa kehilangan klorofil secara jelas ditingkatkan oleh
adanya aplikasi etilen, meningkat selama 48-72 jam dan mencapai 70% dalam 72
jam setelah perlakuan. Di samping itu, perlakuan aplikasi etilen memicu
peningkatan rasio klorofil a dan klorofil b. Shimokawa et al. (1988),
menambahkan bahwa menurunnya kandungan klorofil pada buah yang diberi
perlakuan etilen disebabkan oleh meningkatnya aktifitas enzim klorofilase dan
menurunnya ukuran dan jumlah kloroplas pada kulit jeruk.
Nilai kandungan klorofil terendah dicapai oleh perlakuan degreening
dengan konsentrasi etilen 2000 ppm yaitu sebesar 0.10 mg/l, sedangkan
kandungan klorofil tertinggi didapatkan oleh perlakuan degreening tanpa
konsentrasi etilen (0 ppm) yaitu sebesar 0.82 mg/l..
Selama perkembangan buah jeruk, warna berubah dari hijau menjadi kuning
atau merah yang berhubungan dengan berkurangnya kandungan klorofil dan
bertambahnya karotenoid. Kandungan klorofil dapat pula dipengaruhi oleh
biosintesis klorofil, interkonversi klorofi a dan b, dan juga degradasi (Tanaka dan
Tanaka 2006). Selain itu, didapatkan bahwa kondisi ikatan klorofil juga
mempengaruhi degradasi klorofil. Suhu ruang yang berkisar antara 25-30 oC
dalam penyimpanan jeruk setelah trigger time tercapai turut mempercepat
terjadinya degradasi klorofil di mana Cohen (1998) menyatakan bahwa degradasi
klorofil akibat pemaparan etilen terjadi paling efektif pada suhu kurang lebih 30 oC.
Hasil uji Anova pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa konsentrasi etilen
maupun trigger time sama-sama berpengaruh nyata terhadap total klorofil jeruk
keprok madu Terigas. Uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan antara
konsentrasi etilen 0, 1000, dan 1500 ppm tidak berbeda nyata, namun ketiga
konsentrasi tersebut berbeda nyata dengan konsentrasi etilen 2000 ppm (Lampiran
20). Uji lanjut Duncan taraf 5% terhadap trigger time menunjukkan antara trigger
time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata, namun keduanya berbeda nyata dengan
trigger time 30 jam (Lampiran 21).
Jeruk adalah sumber karotenoid yang kompleks dengan jumlah karotenoid
terbesar yang ditemukan pada buah. Selama pemaparan, terjadi akumulasi
karotenoid bersamaan dengan degradasi klorofil. Gambar 12b memperlihatkan
kecendrungan peningkatan total karotenoid yang seiring dengan meningkatnya
konsentrasi etilen. Semakin tinggi konsentrasi etilen menyebabkan kandungan
total karotenoid semakin meningkat pula.
Matsumoto et al. (2009), menyatakan bahwa perlakuan degreening
menggunakan etilen dapat meningkatkan nilai karotenoid pada kulit jeruk
Satsuma. Zhou et al. (2010), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan
total karotenoid jeruk Ponkan meningkat secara bertahap setelah jeruk
didegreening menggunakan etilen. β – kripoxantin dan β – karoten meningkat
secara terus-menerus selama penyimpanan, perubahan ini dipicu oleh perlakuan
etilen.
25
Nilai kandungan total karotenoid terendah dicapai oleh perlakuan tanpa
konsentrasi etilen (0 ppm) yaitu sebesar 0.009 µmol/l, sedangkan kandungan
klorofil tertinggi didapatkan oleh perlakuan dengan konsentrasi etilen 2000 ppm
yaitu sebesar 0.016 µmol/l.
Hasil uji Anova menunjukkan trigger time berpengaruh nyata dan
konsentrasi etilen berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total karotenoid
(Lampiran 22). Lebih jauh lagi dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 % yang
hasilnya menunjukkan bahwa antara perlakuan trigger time 10 dan 20 jam tidak
berbeda nyata, namun berbeda nyata terhadap trigger time 30 jam (Lampiran 24).
Uji lanjut Duncan pada taraf 5% terhadap perlakuan konsentrasi etilen
menunjukkan antara konsentrasi etilen 0 dan 1000 ppm tidak berbeda nyata,
begitu pula antara konsentrasi 1500 dan 2000 ppm. Namun antara konsentrasi
etilen 0 dan 1000 ppm dengan 1500 dan 2000 ppm memperlihatkan perbedaan
yang nyata (Lampiran 23).
Noack (2000) menyatakan bahwa proses pertama yang terjadi dalam
degreening adalah proteolisis dari plastid stroma. Degreening terjadi akibat etilen
mempercepat aktifitas enzim proteolitik, degenerasi lemak dari kloroplas dengan
formasi tetes minyak di mana pigmen kuning (karotenoid) terlarut. Lebih lanjut
lagi Roper dan Miller (2001) menyatakan bahwa proses degreening jeruk terjadi
akibat etilen dan enzim menghidrolisis plastid stroma sehingga menyediakan zat-
zat yang dapat digunakan dalam respirasi. Hal tersebut menyebabkan klorofil
tidak terlindung sehingga klorofil bertindak berdasarkan klorofilase dan dioksidasi
oleh hidrogen peroksida dengan bantuan katalis besi(II)hidroksida atau oleh
besi(III)hidroksida ditambah katalis kuprum(II)diroksida. Reaksi tersebut
menyebabkan klorofil terdegradasi dan karotenoid terakumulasi.
Derajat Kecerahan (L*)
Warna yang digunakan dinyatakan dari tingkat L*, di mana nilai L*
menyatakan kecerahan yaitu cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik
(putih, abu-abu, dan hitam). Derajat kecerahan jeruk keprok madu Terigas
ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 13.
Derajat kecerahan (L*) pada kulit jeruk keprok madu Terigas cenderung
membentuk pola yang sama yaitu meningkat dengan adanya perlakuan etilen.
Nilai L berkisar antara 0-100 di mana 0 untuk warna hitam dan 100 untuk warna
putih. Derajat kecerahan yang ditunjukkan pada Gambar 13 berkisar antara 50.91-
70.59. Nilai L yang semakin besar menunjukkan bahwa warna buah semakin
cerah sehingga terlihat semakin menarik. Derajat kecerahan tertinggi dicapai oleh
perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen sebesar 1000 ppm yaitu sebesar
70.59 dengan trigger time 30 jam.
26
Gambar 13 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat kecerahan jeruk keprok
madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
Gambar 13 menunjukkan bahwa dengan perlakuan etilen nilai L* jauh lebih
meningkat dibandingkan tanpa perlakuan etilen. Hal ini terlihat di mana pada
trigger time 30 jam, pemberian etilen sebesar 1000 ppm dapat meningkatkan nilai
L* sebesar 21.77% dari perlakuan tanpa etilen. Hasil uji Anova menunjukkan
(Lampiran 32) bahwa konsentrasi etilen dan trigger time berpengaruh sangat
nyata terhadap derajat kecerahan jeruk keprok madu Terigas. Uji lanjut Duncan
pada taraf 5 % menunjukkan antara konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm
tidak berbeda nyata namun ketiga konsentrasi etilen tersebut berbeda nyata
terhadap perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm (Lampiran 33). Sedangkan uji lanjut
Duncan taraf 5% untuk trigger time menunjukkan bahwa trigger time 10 dan 20
jam tidak berbeda nyata namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap
trigger time 30 jam (Lampiran 34). Barus (1996) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa pemberian perlakuan etepon maupun etilen terhadap buah jeruk manis
dapat menambah kecerahan warna buah. Perlakuan terbaik konsentrasi etilen
adalah 1000 ppm dan trigger time terbaik yaitu selama 30 jam.
Derajat Warna Hijau (a*)
Buah-buahan yang berwarna hijau banyak mengandung klorofil karena
kandungan klorofil jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan dengan
karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya. Derajat warna hijau (a*) pada berbagai
konsentrasi etilen ditunjukkan oleh Gambar 14.
Gambar 14 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna hijau jeruk
keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1000 1500 2000Der
ajat
war
na
hij
au (
a*)
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 1000 1500 2000
Der
ajat
kec
erah
an (
L*)
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
27
Perlakuan etilen memberikan efek perubahan warna hijau pada jeruk keprok
madu Terigas seperti terlihat pada Gambar 14 di mana perlakuan tanpa etilen
memiliki nilai a* yang jauh lebih rendah dibandingkan perlakuan dengan
konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm, namun antara ketiga perlakuan
tersebut menghasilkan derajat warna hijau yang tidak jauh berbeda. Derajat warna
hijau (a*) jeruk semakin menuju nilai positif setelah mendapatkan perlakuan
etilen. Semakin positif nilai a* maka warna hijau pada buah semakin menghilang
dan berubah menjadi warna kuning. Setelah buah jeruk didegreening akan
menyebabkan semakin berkurangnya warna hijau pada kulit buah dan berubah
menjadi kuning. Menurut Pantastico (1986), proses biokimia dalam penguraian
klorofil disebabkan oleh enzim klorofilase. Jeruk dengan perlakuan etilen
memiliki nilai a* yang lebih cepat meningkat ke arah positif dibandingkan jeruk
tanpa perlakuan etilen. Hal ini disebabkan etilen mempercepat degradasi klorofil
dan mensintesis karotenoid sehingga warna hijau pada jeruk lebih cepat hilang
dan digantikan oleh warna kuning. Ladaniya (2008), menyatakan bahwa
pemberian etilen berarti menciptakan klimakterik buatan pada buah jeruk. Etilen
berperan mengikat reseptor membentuk kompleks teraktivasi yang memicu reaksi
primer, reaksi primer memulai reaksi rantai yang memodifikasi ekspresi gen
termasuk di dalamnya sifat warna kulit buah jeruk.
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1994), hilangnya warna hijau pada buah
terjadi akibat adanya oksidasi atau penjenuhan terhadap ikatan rangkap molekul
klorofil. Matto et al. (1986) dalam Pantastico (1986), menyatakan bahwa
hilangnya klorofil pada kulit buah diakibatkan meningkatnya aktifitas klorofilase
yang menguraikan klorofil menjadi bagian fitol dan inti profirin sehingga tidak
berwarna hijau lagi.
Gambar 14 juga menunjukkan bahwa trigger time dalam proses degreening
memberikan pengaruh terhadap derajat warna hijau yang dihasilkan. Trigger time
30 jam menghasilkan derajat warna hijau yang jauh lebih tinggi dibandingkan
trigger time 10 dan 20 jam. Derajat warna hijau tertinggi dicapai oleh perlakuan
konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time 30 jam dengan nilai a* sebesar
4,624. Berdasarkan hasil uji Anova (lampiran 26) didapatkan bahwa konsentrasi
etilen dan trigger time berpengaruh sangat nyata terhadap derajat warna hijau (a*)
kulit jeruk keprok madu Terigas. Hasil uji tersebut kemudian dilanjutkan dengan
uji Duncan pada taraf 5% (lampiran 27) di mana didapatkan bahwa antara
perlakuan konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm tidak berbeda nyata
sedangkan ketiga konsentrasi etilen tersebut berbeda nyata dengan perlakuan
tanpa etilen (0 ppm). Hasil uji Duncan pada taraf 5% untuk trigger time
memperlihatkan bahwa antara trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata
namun keduanya berbeda nyata dengan trigger time 30 jam (Lampiran 28). Dari
hasil uji Duncan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan terbaik untuk
konsentrasi etilen adalah 1000 ppm dan perlakuan terbaik untuk lama pemaparan
adalah 30 jam.
Derajat Warna Kuning (b*)
Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada penelitian ini
yang ditunjukkan oleh Gambar 15 cenderung mengalami peningkatan dengan
adanya perlakuan etilen. Hal ini berarti etilen menyebabkan warna kuning pada
jeruk semakin bertambah.1000 ppm etilen telah cukup meningkatkan derajat
28
warna kuning dibandingkan konsentrasi etilen 1500 dan 2000 ppm, hal ini
dibuktikan dengan nilai b* yang lebih tinggi pada perlakuan 1000 ppm etilen
dibandingkan perlakuan lainnya.
Gambar 15 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna kuning jeruk
keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
Etilen berfungsi merangsang degradasi klorofil dan membentuk karotenoid
kulit buah jeruk. Pada penelitiannya tentang pembentukan warna kulit buah
menggunakan etilen pada buah jeruk manis Shamouti, Cohen (1998)
menambahkan bahwa pada awal pemberian perlakuan etilen warna kulit buah
tampak kuning disebabkan karena hancurnya klorofil dan adanya karotenoid pada
kulit buah, setelah tahap ini karotenoid mulai terakumulasi hingga kulit buah
tampak jingga.
Warna kuning pada jeruk keprok madu Terigas berasal dari pigmen
karotenoid. Karotenoid merupakan golongan pigmen yang larut lipid dan terdapat
pada buah (Harbourne 1987). Pada dasarnya ada dua jenis karotenoid yaitu
karoten (tanpa atom oksigen dalam molekulnya) dan xantofil (mempunyai atom
oksigen dalam molekulnya). Beta karoten adalah anggota karoten yang paling
banyak terdapat pada buah, pigmen ini umumnya menyebabkan warna jingga
pada buah serta mempunyai peran penting sebagai pro-vitamin A, sedangkan
warna kuning biasanya disebabkan oleh xantofil (Winarno 2002). Menurut
Dwijoseputra (1990) dalam Syska (2006), warna kuning dan merah pada bahan
hasil pertanian disebabkan oleh adanya pigmen karotenoid, pembentukan
senyawa karotenoid disebabkan oleh senyawa-senyawa yang dilepaskan pada
proses degradasi klorofil.
Gambar 15 menunjukkan bahwa trigger time juga mempengaruhi
peningkatan nilai b* pada jeruk keprok madu Terigas, di mana 30 jam merupakan
trigger time dengan derajat warna kuning tertinggi yaitu sebesar 63.97. Hasil uji
Anova pada Lampiran 29, menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi etilen dan
trigger time berpengaruh sangat nyata terhadap derajat warna kuning (b*) kulit
jeruk keprok madu Terigas sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5
0
10
20
30
40
50
60
70
0 1000 1500 2000
Der
ajat
war
na
kunin
g (
b*)
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
29
% (Lampiran 30). Uji menunjukkan bahwa antara konsentrasi etilen 1000 dan
2000 ppm tidak memiliki perbedaan yang nyata, namun kedua konsentrasi etilen
tersebut berbeda nyata dengan perlakuan tanpa etilen (0 ppm) dan juga dengan
perlakuan 1500 ppm etilen. Perlakuan 1500 ppm etilen juga berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa etilen. Hasil uji Duncan untuk trigger time (Lampiran 31)
menunjukkan bahwa trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata, namun
kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan trigger time 30 jam. Dari hasil uji
Duncan pada taraf 5% tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan terbaik
untuk konsentrasi etilen adalah 1000 ppm dan perlakuan terbaik untuk trigger
time adalah 30 jam.
oHue
Hasil pengukuran nilai a* dan b* dikonversikan ke dalam satuan kromatik
derajat Hue (ohue). Nilai
ohue mendeskripsikan warna murni dimana
menunjukkan warna dominan dalam campuran beberapa warna. Hasil pengukuran
nilai ohue ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan perubahan ohue jeruk keprok madu Terigas dengan
trigger time 30 jam
Konsentrasi
etilen
(ppm)
Hari ke
0 2 4 6 ohue Warna
ohue Warna
ohue Warna
ohue Warna
0 -58.52 ± 0.17 hijau -71.27 ± 2.58 hijau -81.01 ± 2.85 hijau -81.65 ± 3.58 hijau
1000 -58.52 ± 0.17 hijau -83.50 ± 3.90 hijau 86.37 ± 4.04 kuning 87.57 ± 1.96 kuning
1500 -58.52 ± 0.17 hijau -82.51 ± 0.79 hijau 87.13 ± 3.08 kuning 88.30 ± 2.97 kuning
2000 -58.52 ± 0.17 hijau -84.00 ± 1.83 hijau 85.46 ± 2.90 kuning 89.44 ± 3.05 kuning
Tabel 4 menunjukkan bahwa hingga hari kedua pemaparan pada suhu ruang,
nilai ohue negatif yang menandakan jeruk masih berwarna hijau pada seluruh
perlakuan etilen baik konsentrasi 0, 1000, 1500, maupun 2000 ppm. Namun nilai ohue mulai positif pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang khususnya pada
perlakuan 1000, 1500, dan 2000 ppm. Perlakuan etilen menstimulasi perubahan
warna jeruk keprok madu Terigas dari hijau menjadi kuning yang mulai terjadi
pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang. Nilai ohue berkisar antara -58.52-
89.44. Nilai ohue terendah terjadi di hari ke-0 pada seluruh perlakuan dan yang
tertinggi terjadi di hari ke-6 pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm.
Menurut Purvis (2000), klorofilase yang mengkatalis reaksi hidrolisis
klorofil in vitro secara drastis meningkat ketika jeruk diekspos dengan etilen.
Selain itu struktur internal kloroplas terpecah selama degreening dengan etilen.
Aktifitas peningkatan klorofilase tertinggi muncul antara 24 dan 48 jam
pemaparan dengan etilen. Perubahan struktur dalam sel epicarp jeruk selama
pemaparan etilen terbatas kepada kloroplas. Kloroplas pada buah yang berwarna
hijau memiliki sistem grana yang luas. Membran tilakoid bahkan padat dan
memiliki ruang yang ketat merata. Perubahan struktur tidak nyata setelah 24 jam
pemaparan dengan etilen, namun setelah 48 jam kebanyakan grana menghilang.
Stroma lamela yang berkonsentrasi di sekitar pinggiran kloroplas merupakan
30
klorofil terakhir yang berisi membran yang menghilang. Setelah 48 jam
pemaparan etilen, membran melebar dan menjadi ruang yang tidak beraturan.
Setelah 72 jam, hanya beberapa kloroplas dalam jeruk yang diberi perlakuan
etilen yang berisi struktur membran yang teratur. Dispersi membran berkembang
hingga ke vesikula. Plastoglobuli dengan intensitas pewarnaan yang berbeda juga
terakumulasi dan beberapa di antaranya sering terlihat mengekstrusi dari kloroplas
ke sitoplasma dan vakuola.
Tabel 5 Perkembangan perubahan warna jeruk keprok madu Terigas dengan
trigger time 30 jam
Konsentrasi
etilen (ppm)
Hari ke
0 2 4 6
0
1000
1500
2000
31
Perubahan Sifat Fisikokimia
Sifat fisikokimia jeruk berhubungan dengan proses pematangan jeruk baik
pematangan yang berhubungan dengen proses dalam jaringan kulit, maupun
proses pematangan internal dalam daging buah. Pengaruh interaksi konsentrasi
etilen dan trigger time terhadap sifat fisikokimia jeruk keprok madu Terigas
ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap sifat
fisikokimia jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
udara terbuka
Keterangan : Huruf yang sama dalam kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
Duncan dengan taraf 5%
Analisis statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi
etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisikokimia jeruk
keprok madu Terigas.
Kadar Air Jus
Kadar air dalam buah erat hubungannya dengan kegiatan pascapanen
terutama penyimpanan. Kadar air pada suatu bahan alam sangat menentukan mutu
organoleptiknya, terutama rasa dan keempukannya. Pengaruh konsentrasi etilen
terhadap kadar air jeruk keprok madu Terigas ditunjukkan pada Gambar 16.
Konsentrasi
etilen
(ppm)
Trigger time
(jam) Kadar Air (%)
Kekerasan
(kgf) TPT (OBrix)
Vitamin C
(mg/100g)
0 10 90.2±0.8 a 2.21±0.13 a 10.4±1.3 a 35.90±4.84 a
20 90.7±1.2 a 2.40±0.35 a 9.8±2.0 a 44.35±15.84 a
30 90.7±0.8 a 2.29±0.24 a 9.8±0.8 a 32.73±1.83 a
1000 10 90.1±0.4 a 2.40±0.43 a 10.7±0.3 a 34.85±3.17 a
20 90.8±0.7 a 2.30±0.22 a 9.0±1.4 a 38.02±3.17 a
30 90.9±0.6 a 2.33±0.30 a 8.8±0.7 a 31.68±3.17 a
1500 10 90.3±0.1 a 1.83±0.65 a 10.8±0.2 a 32.73±3.66 a
20 90.9±0.1 a 2.13±0.15 a 10.2±1.0 a 47.52±13.81 a
30 90.6±0.8 a 2.16±0.28 a 9,9±0.8 a 30.62±3.66 a
2000 10 91.7±0.7 a 2.26±0.44 a 9.6±1.2 a 31.68±12.67 a
20 90.7±0.3 a 2.30±0.39 a 10.3±0.3 a 31.68±3.17 a
30 91.5±0.1 a 2.18±0.29 a 9.4±0.6 a 35.90±6.59 a
32
Gambar 16 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap kadar air jus jeruk keprok madu
Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
Gambar 16 menunjukkan terjadi peningkatan kadar air dengan semakin
tingginya konsentrasi etilen. Diduga hal ini terjadi akibat meningkatnya kadar jus
selama trigger time. Menurut Mazumdar dan Bhatt (1996), perlakuan etilen dapat
meningkatkan kadar gula dan jus pada jeruk. Konsentrasi etilen 2000 ppm
merupakan perlakuan dengan kadar air jeruk keprok madu Terigas tertinggi,
sedangkan perlakuan tanpa konsentrasi etilen merupakan perlakuan dengan
kadar air terendah. Berbeda halnya dengan pengaruh lama pemaparan di suhu
ruang terhadap kadar air jeruk (Gambar 17), di mana terjadi penurunan kadar air
akibat adanya penyimpanan/pemaparan di suhu ruang, meskipun perbedaan
kadar air pada semua perlakuan tidak signifikan. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Pangestuti et al. (2008), bahwa kandungan air buah jeruk semakin
menurun dengan semakin lamanya penyimpanan pada semua umur petik.
Gambar 17 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kadar air jus jeruk
keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm ( ppm
(♦), 1500 ppm ( dan 2000 ppm (▲) dengan trigger time 30 jam
80
85
90
95
100
0 2 4 6
Kad
ar a
ir (
%)
Hari ke-
0 ppm
1000 ppm
1500 ppm
2000 ppm
87
88
89
90
91
92
93
0 1000 1500 2000
10 jam
20 jam
30 jam
33
Buah jeruk merupakan buah non klimakterik sehingga dipanen pada saat
matang. Setelah dipetik buah jeruk masih melakukan respirasi meskipun laju
respirasinya rendah. Menurut Santoso dan Purwoko (1995), jeruk tergolong buah
yang laju respirasinya rendah yaitu 5-10 mg CO2/kg-jam. Proses respirasi yang
lambat ini menyebabkan jeruk dapat mempertahankan kadar airnya. Meskipun
terjadi peningkatan kadar air pada jeruk keprok madu Terigas dengan adanya
perlakuan etilen, dan penurunan kadar air jeruk akibat penyimpanan/pemaparan di
suhu ruang, namun kadar air jeruk masih berada pada batas normal dan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rerata kadar air awal jeruk keprok madu
Terigas adalah 92,36%, sedangkan kadar air jeruk setelah degreening berkisar
antara 90%-92%. Menurut Varheij dan Coronel (1992), buah jeruk matang
memiliki kadar air 77- 92%.
Hasil uji Anova (Lampiran 25) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen dan
trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air jeruk keprok madu
Terigas sehingga tidak dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Menurut
Ladaniya (1998), persentase jus antara jeruk dengan maupun tanpa perlakuan
etilen tidak berbeda nyata. Perlakuan etilen tidak berpengaruh terhadap komposisi
internal jeruk kecuali kandungan asam tertitrasi.
Kekerasan
Kekerasan merupakan salah satu parameter mutu yang penting pada buah.
Biasanya perubahan tekstur yang terjadi pada produk hortikultura selama
penyimpanan adalah menurunnya tingkat kekerasan sehingga menjadi lunak.
Selama pemaparan pada suhu ruang setelah trigger time tercapai, kekerasan jeruk
keprok madu Terigas mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh degradasi
hemiselulosa dan pektin menjadi asam pektin yang larut dalam air (Muchtadi
1996). Kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen
dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kekerasan jeruk
keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm ( dan 2000
ppm (▲) dengan trigger time 10 jam
0
1
2
3
4
0 2 4 6
Kek
eras
an (
kgf)
Hari ke-
34
Gambar 18 menunjukkan bahwa kekerasan jeruk keprok madu Terigas
semakin menurun selama pemaparan di suhu ruang selama 6 hari, dimulai dari
hari kedua hingga hari keenam. Baik jeruk tanpa perlakuan etilen maupun dengan
perlakuan etilen memperlihatkan penurunan kekerasan yang relatif sama.
Penurunan kekerasan jeruk keprok madu Terigas setelah degreening pada
perlakuan kontrol (0 ppm) adalah sebesar 1.13 kgf, 1000 ppm sebesar 1.37 kgf,
1500 ppm sebesar 1.17, dan 2000 ppm etilen adalah sebesar 1.18 kgf. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan etilen tidak berpengaruh terhadap kekerasan jeruk.
Tucker et al. (1993) mengatakan bahwa perubahan tekstur menjadi lunak
pada kebanyakan buah salah satunya dapat disebabkan oleh mekanisme
kehilangan tekanan turgor. Kehilangan tekanan turgor sebagian besar merupakan
proses non-fisiologis yang berhubungan dengan dehidrasi buah pascapanen.
Selain itu, penurunan nilai kekerasan terjadi karena proses pemecahan polimer
karbohidrat khususnya pektin dan hemiselulosa, melemahkan sel dan gaya kohesif
yang mengikat sel bersama-sama. Laju degradasi senyawa pektin ini secara
langsung berhubungan dengan laju pelunakan buah (Santoso dan Purwoko 1995).
Pelunakan buah diakibatkan pemecahan komponen dinding sel, penurunan zat-zat
pektin pada jeruk terjadi selama perkembangan buah. Zat-zat tersebut terdapat
dalam bentuk protopektin, asam-asam pektinat, pektin, dan asam-asam pektat
(Huber 1993). Menurunnya seluruh zat-zat pektat mengakibatkan kekerasan buah
berkurang dan buah menjadi lunak (Pantastico 1986).
Hasil uji Anova (Lampiran 16), menyatakan bahwa konsentrasi etilen dan
trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan jeruk keprok madu
Terigas. Menurut Ladaniya (2008), kekerasan jeruk dengan perlakuan degreening
dan tanpa degreening tidak berbeda nyata.
Total Padatan Terlarut
Bagian terbesar dari total padatan terlarut dalam buah adalah kandungan
gula, sehingga banyaknya total padatan terlarut yang terukur merupakan
banyaknya kandungan gula total pada buah jeruk. Grafik pada Gambar 19
menunjukkan pola TPT yang meningkat hampir pada seluruh perlakuan, hal ini
berarti telah terjadi kenaikan derajat TPT yang mewakili tingkat kemanisan jeruk
keprok madu Terigas. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Mazumdar dan
Bhatt (1996) dalam penelitiannya bahwa perlakuan etilen dapat meningkatkan
TPT dalam jeruk, meskipun peningkatannya tidak berbeda nyata baik pada jeruk
dengan maupun tanpa perlakuan etilen. Nilai TPT tertinggi dicapai oleh jeruk
yang diberi perlakuan 1500 ppm dan trigger time 10 jam 10.86oBrix. Sedangkan
nilai TPT terendah dicapai oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen sebesar
1000 ppm dan trigger time 30 jam yaitu sebesar 8.80 oBrix.
Muchtadi dan Sugiyono (1994), menyatakan bahwa bila pati terhidrolisis
maka akan terbentuk glukosa sehingga kadar gula dalam buah akan meningkat.
Kenaikan TPT terjadi karena karbohidrat terhidrolisis menjadi senyawa glukosa
dan fruktosa, sedangkan penurunan TPT terjadi karena kadar gula sederhana
mengalami perubahan menjadi alkohol, aldehid, dan asam (Winarno 2002).
35
TPT akan meningkat dengan cepat ketika buah mengalami pematangan dan
akan terus menurun seiring lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan terjadinya
hidrolisa pati yang tidak larut dalam air menjadi gula yang larut dalam air.
Selanjutnya dalam proses penuaan semakin berlanjut penurunan TPT, hal ini
dikarenakan hidrolisa pati sudah sedikit sekali sedangkan respirasi meningkat dan
sintesa asam yang mendegradasi gula tetap berlangsung (Pantastico 1986)
Gambar 19 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap TPT jeruk keprok madu
Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang
Hasil uji Anova (Lampiran 17) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen dan
trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap TPT jeruk keprok madu Terigas.
Hal ini berarti proses degreening dengan etilen tidak mempengaruhi kemanisan
yang terkandung dalam jeruk.
Menurut Mayuoni et al. (2011), degreening menggunakan etilen
meningkatkan respirasi dan produksi etilen pada berbagai spesies jeruk yang
mengindikasikan kemungkinan aktifasi proses metabolik dalam buah, namun
ternyata evaluasi lebih lanjut menemukan bahwa pemaparan etilen pada proses
degreening tidak mempengaruhi total padatan terlarut dan tingkat keasaman pada
jus jeruk Navel dan Satsuma. Ditambahkan lagi oleh Chaudary et al. (2008)
bahwa degreening dengan etilen tidak memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat
total padatan terlarut pada Star Ruby Grapefruit.
Vitamin C Jus
Vitamin C atau asam askorbat merupakan faktor kualitas nutrisi terpenting
pada buah jeruk. Kandungan vitamin C dalam buah dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor di antaranya perbedaan genotipe, kondisi iklim tempat tumbuh
buah, perlakuan selama di kebun, kematangan dan metode pemanenan, serta
prosedur penanganan pasca panen. Kandungan vitamin C jeruk keprok madu
Terigas pada konsentrasi etilen yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 20.
0
2
4
6
8
10
12
14
0 1000 1500 2000
TP
T (
oB
rix
)
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
36
Gambar 20 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kandungan
vitamin C jus jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0
ppm ( ppm (♦), 1500 ppm ( dan 2000 ppm (▲) dengan
trigger time 30 jam
Pola yang terbentuk pada Gambar 20 menunjukkan semakin lama
pemaparan jeruk pada suhu ruang setelah trigger time tercapai, maka kandungan
vitamin C akan semakin menurun. Kandungan vitamin C pada jeruk keprok madu
Terigas dengan perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm dan 2000 ppm cenderung
mengalami penurunan angka yang relatif sama, hal ini berarti konsentrasi etilen
tidak mempengaruhi kandungan vitamin C dalam jeruk.
Penurunan kandungan vitamin C yang terjadi diakibatkan terjadinya
degradasi selama pemaparan pada suhu ruang. Menurut Muchtadi (1996), vitamin
C atau asam askorbat sangat sensitif terhadap berbagai macam bentuk degradasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme degradasi meliputi suhu, pH,
oksigen, enzim, katalis logam, konsentrasi awal asam askorbat, serta
perbandingan asam askorbat dan asam dehidroaskorbat. Ditambahkan lagi
olehnya bahwa selama penyimpanan bahan pangan hasil pertanian akan
mengalami perubahan sebagai akibat dari pengaruh luar dan pengaruh dari dalam
bahan pangan itu sendiri. Pengaruh dari luar dapat berupa faktor mekanis dan
suhu, sedangkan faktor dari dalam dapat berupa kerusakan kimiawi seperti reaksi
enzimatis dan non enzimatis.
Rerata kandungan vitamin C jeruk tanpa perlakuan etilen, 1000 ppm, dan
1500 ppm etilen (40.13 mg/100g) pada hari kedua pemaparan suhu ruang lebih
tinggi dibandingkan jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm (36.96
mg/100 g). Namun pada hari ke-4 dan ke-6, vitamin C jeruk dengan perlakuan
konsentrasi etilen 2000 ppm (35.90 dan 30.62 mg/100 g) lebih tinggi
dibandingkan jeruk tanpa perlakuan etilen (32.73 dan 28.51 mg/100 g), 1000 ppm
etilen (31.68 dan 32.73 mg/100 g), serta 1500 ppm etilen (30.62 dan 31.68
mg/100 g).
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0 2 4 6
Vit
amin
C (
mg/1
00g)
Hari ke-
37
Hasil analisis Anova (Lampiran 18) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen
dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap vitamin C jeruk keprok madu
Terigas. Hal ini didukung oleh pernyataan Mayuoni et al. (2011), bahwa tidak
ditemukan perubahan tingkat kandungan vitamin C yang berarti pada jeruk
Satsuma baik yang kontrol (tanpa perlakuan etilen) maupun jeruk Satsuma dengan
perlakuan degreening. Chaudary et al. (2008), menambahkan lagi bahwa tidak
ada perbedaan yang nyata antara buah Star Ruby Grapefruit yang didegreening
maupun yang tidak didegreening pada hari ke 0, 7, 21, 28, dan 35 penyimpanan
terhadap vitamin C, bahkan pada akhir masa penyimpanan buah yang
didegreening maupun tidak memiliki tingkat kandungan vitamin C yang sama.
Etilen membantu hidrolisa stroma plastid dan bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk respirasi di mana klorofil tidak terlindungi dan terhidrolisa oleh
enzim klorofilase, selanjutnya diioksidasi oleh hidrogen peroksida dengan
bantuan besi(II)hidroksida sebagai katalisator, namun aktifitas hidrolisa tersebut
hanya terjadi pada lapisan sub epidermis jeruk sehingga mutu internal jeruk tidak
terpengaruh (Roper dan Miller 2001).
Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen
terhadap mutu fisik dan sensori buah jeruk. Uji organoleptik dilakukan oleh 25
panelis tidak terlatih dengan metode Hedonic Scale Scoring yang meliputi warna
kulit, kemanisan, tekstur, dan aroma jeruk keprok madu Terigas.
Warna Kulit
Warna kulit buah merupakan indikator utama bagi konsumen dalam menilai
mutu buah yang akan dibeli. Perubahan warna kulit jeruk dari hijau menjadi
kuning merupakan suatu daya tarik bagi buah tersebut, sehingga warna kulit
menjadi salah satu faktor yang menentukan penerimaan konsumen. Nilai
kesukaan panelis terhadap warna disajikan pada grafik Gambar 21.
Hasil uji organoleptik terhadap warna kulit jeruk keprok madu Terigas
menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk pada seluruh
perlakuan bervariasi. Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk setelah
degreening berkisar antara 2.56-3.46. Nilai kesukaan panelis tertinggi dicapai oleh
jeruk dengan perlakuan konsentrasi 2000 ppm dan trigger time 20 jam, sedangkan
nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh jeruk dengan perlakuan
konsentrasi etilen 0 ppm dan trigger time 30 jam.
38
Gambar 21 Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk keprok madu Terigas
pada berbagai konsentrasi etilen
Hasil uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 46 menunjukkan bahwa KW
warna: 26.411 dan chi kuadrat: 19.675, karena KW> x2
0.05 (11) yaitu
26.411>19.675 maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time mempengaruhi
nilai kesukaan panelis terhadap warna. Hal ini disebabkan karena terjadi
perubahan warna menjadi lebih menarik akibat perlakuan degreening. Degreening
mempercepat perkembangan warna jeruk yang menjadikannya jauh lebih menarik
dengan warna kulit kuning atau merah (Chaudary et al. 2012)
Kemanisan
Kemanisan merupakan salah satu atribut sensori yang berhubungan dengan
flavor. Seringkali komoditi hortikultura khususnya buah dinilai dari rasa
manisnya, sehingga rasa manis dapat dijadikan sebagai tolak ukur kualitas suatu
jenis buah. Hasil uji organoleptik kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk
keprok madu Terigas dipresentasikan pada Gambar 22.
Gambar 22 Nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu
Terigas pada berbagai konsentrasi etilen
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
0 1000 1500 2000
Nil
ai k
esukaa
n
Konsentrasi etilen
10 jam
20 jam
30 jam
-0.5
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
0 1000 1500 2000
Nil
ai k
esukaa
n
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
39
Hasil uji organoleptik terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas
menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk pada
seluruh perlakuan sangat fluktuatif. Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk
setelah degreening berkisar antara 2.76-3.48. Nilai kesukaan panelis tertinggi
dicapai oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi 2000 ppm dan trigger time 30
jam, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh jeruk dengan
perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm dan trigger time 10 jam dan perlakuan dengan
konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 30 jam.
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 47 didapatkan nilai KW
kemanisan: 14.515 dan chi kuadrat: 19.675, karena KW <x2
0.05 (11) yaitu
14.515<19.675 maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak
mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu
Terigas. Menurut Chaudary et al. (2012), degreening menggunakan etilen tidak
mempengaruhi rasa Star Ruby Grapefruit. Degreening menggunakan etilen juga
tidak menyebabkan buah terlewat matang dan tidak menimbulkan sensasi off
flavour, serta bahkan sama sekali tidak menyebabkan rasa pahit. Mayuoni et al.
(2011) menambahkan bahwa degreening menggunakan etilen tidak memberikan
pengaruh terhadap rasa jeruk dan grapefruit.
Tekstur
Pada buah jeruk, kemudahan dalam mengupas kulitnya adalah faktor yang
penting yang mempengaruhi kenyamanan dalam mengonsumsi. Pada jeruk yang
memiliki tekstur kulit yang keras seperti Hassaku, Navel, dan Grapefruit, kulit
harus dikupas dengan pisau, sedangkan kulit jeruk yang lembut seperti Satsuma
dan Clementine dapat dengan mudah dikupas. Kekerasan atau tekstur merupakan
karakteristik yang penting selama memakan jeruk. Nilai kesukaan panelis
terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas dengan perlakuan degreening
disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23 Nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas
pada berbagai konsentrasi etilen
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
0 1000 1500 2000
Nil
ai k
esukaa
n
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
40
Grafik pada Gambar 23 menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis
terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas setelah mendapat perlakuan
degreening berkisar antara 2.76-3.52. Nilai kesukaan panelis tertinggi didapatkan
oleh perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time
30 jam, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh perlakuan
dengan konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 20 jam.
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 48 didapatkan nilai KW
tekstur: 9.411 dan chi kuadrat: 19.675, karena KW <x2
0,05 (11) yaitu
9.411<19.675 maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak
mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu
Terigas. Menurut Barus (1986), jeruk yang diberi perlakuan degreening tidak
menyebabkan perbedaan kekerasan buah secara nyata. Ladaniya (2008),
menyatakan bahwa perlakuan degreening menggunakan etilen tidak menyebabkan
pengaruh yang nyata terhadap kualitas buah jeruk termasuk salah satunya tekstur
atau kekerasan.
Aroma
Aroma seperti halnya rasa, warna, dan tekstur adalah salah satu faktor
penting penentu kualitas pada buah jeruk. Seringkali aroma dikaitkan dengan zat-
zat volatil yang terkandung di dalamnya. Zat-zat volatil aroma pada jeruk
mandarin dan grapefruit telah diteliti dan lebih dari 300 zat volatil aroma
ditemukan. Aroma jeruk terbentuk oleh komponen campuran seperti monoterpen,
sesquiterpen, alkohol, aldehid, asam, ester, keton, dan lain-lain. Pada penelitian
ini aroma jeruk dinilai oleh 25 panelis dengan nilai kesukaan (Gambar 24).
Gambar 24 Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas
pada berbagai konsentrasi etilen
Hasil uji organoleptik yang ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 24 sangat
bervariasi dan fluktuatif. Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok
madu Terigas berkisar antara 3.04-3.56. Nilai kesukaan tertinggi dicapai oleh
perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time 30
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
0 1000 1500 2000
Nil
ai k
esukaa
n
Konsentrasi etilen (ppm)
10 jam
20 jam
30 jam
41
jam, sedangkan nilai kesukaan terendah didapatkan oleh perlakuan dengan
konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 20 jam.
Hasil uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 49 didapat nilai KW aroma:-77.527
dan chi kuadrat: 19.675, karena KW <x2
0.05 (11) yaitu -77.527<19.675 maka
perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak mempengaruhi tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas. Pada penelitiannya
Mayuoni et al. (2011) mendapatkan bahwa degreening menggunakan etilen hanya
memiliki sedikit sekali pengaruh terhadap zat volatil aroma jeruk. Contohnya,
pemaparan dengan etilen pada jeruk Navel mengurangi kandungan dua zat volatil
aldehid, dan meningkatkan tiga derivat karvon zat volatil. Chaudary et al. (2012)
juga menyatakan bahwa degreening Star Ruby grapefruit menggunakan etilen
tidak memiliki pengaruh terhadap bau dan rasa buah.
Penentuan Perlakuan Terbaik
Berdasarkan proses degreening, perubahan sifat fisikokimia dan sensori
jeruk keprok madu Terigas, dilakukan analisis penentuan perlakuan terbaik
dengan uji indeks efektivitas (De Garmo et al. 1984). Hasil uji indeks evektifitas
dinyatakan dengan nilai perlakuan yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Perlakuan dengan nilai tertinggi adalah perlakuan konsentrasi etilen 1000
ppm dengan trigger time 30 jam dengan nilai perlakuan sebesar 0.77. Sehingga
dapat ditentukan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan konsentrasi etilen
1000 ppm dengan trigger time 30 jam. Perubahan warna jeruk dari hijau menjadi
kuning merata sudah dapat dilihat pada hari keempat pemaparan di suhu ruang.
Kitagawa et al (2001) Setelah 3-4 hari pemindahan jeruk dari tempat pemaparan
etilen maka degradasi klorofil mulai terjadi.
Kitagawa et al. (2001), menyatakan bahwa hasil degreening jeruk Satsuma
dengan konsentrasi etilen 500-1000 ppm sudah sangat memuaskan,
ditambahkannya lagi bahwa konsentrasi 1000 ppm etilen merupakan konsentrasi
optimum dalam proses degreening, konsentrasi etilen lebih dari itu tidak
memberikan perbedaan yang signifikan terhadap warna jeruk jika dibandingkan
dengan konsentrasi 1000 ppm etilen. Hal tersebut disebabkan aktifitas enzim
klorofilase telah bekerja maksimal dengan stimulan 1000 ppm etilen di mana
aktifitas klorofilase yang meningkat akan mempercepat penguraian klorofil.
Enzim klorofilase menginisiasi katabolisme klorofil untuk membentuk klorofilide
dan pada akhirnya mengakumulasi pigmen warna lain seperti karotenoid
(Shimokawa et al. 1998).
Trigger time 30 jam merupakan trigger time terbaik dibandingkan trigger
time 10 dan 20 jam. Hal tersebut disebabkan jeruk terpapar etilen dalam waktu
yang cukup lama pada trigger time 30 jam. Menurut Sdiri et al. (2012), semakin
lama jeruk terpapar oleh etilen maka warna jeruk akan semakin cepat berubah dari
hijau menjadi kuning. Lamanya jeruk terpapar etilen memberikan waktu bagi
etilen untuk menstimulasi aktifitas enzim klorofilase yang berperan dalam
penguraian klorofil.
42
Tab
el 7
Nil
ai p
erla
kuan
jer
uk k
epro
k m
adu T
erig
as
Var
iabel
Nil
ai p
erla
kuan
0 p
pm
& 1
0
jam
0 p
pm
& 2
0
jam
0 p
pm
& 3
0
jam
1000
ppm
&
10 j
am
1000
ppm
&
20 j
am
1000
ppm
&
30 j
am
1500
ppm
&
10 j
am
1500
ppm
&
20 j
am
1500
ppm
&
30 j
am
2000
ppm
&
10 j
am
2000
ppm
&
20 j
am
2000
ppm
&
30 j
am
b*
0.0
0
0.0
5
0.0
1
0.1
0
0.0
8
0.1
6
0.0
9
0.1
4
0.1
4
0.0
6
0.0
5
0.1
3
kar
ote
noid
0.1
2
0.0
8
0.1
6
0.1
0
0.1
1
0.1
0
0.1
5
0.1
2
0.0
7
0.0
0
0.0
6
0.1
0
L*
0.0
0
0.0
4
0.0
1
0.0
8
0.0
6
0.1
4
0.0
8
0.1
3
0.1
3
0.0
6
0.0
6
0.1
2
vit
amin
C
0.0
3
0.0
0
0.0
0
0.1
3
0.0
0
0.0
2
0.0
4
0.0
3
0.0
1
0.0
2
0.0
7
0.0
1
TP
T
0.0
5
0.0
5
0.0
3
0.1
1
0.0
8
0.1
0
0.0
7
0.0
3
0.0
7
0.0
9
0.0
0
0.0
5
kek
eras
an
0.0
2
0.0
3
0.0
4
0.1
0
0.0
2
0.0
8
0.0
3
0.0
6
0.0
4
0.0
4
0.0
6
0.0
0
kad
ar a
ir
0.0
0
0.0
4
0.0
8
0.0
2
0.0
5
0.0
3
0.0
2
0.0
8
0.0
4
0.0
8
0.0
3
0.0
6
a*
0.0
0
0.0
1
0.0
2
0.0
5
0.0
5
0.0
6
0.0
5
0.0
6
0.0
6
0.0
6
0.0
6
0.0
5
klo
rofi
l 0.0
1
0.0
4
0.0
0
0.0
1
0.0
4
0.0
6
0.0
2
0.0
3
0.0
6
0.0
4
0.0
6
0.0
4
Tota
l 0.2
4
0.3
5
0.3
6
0.7
0
0.4
9
0.7
7
0.5
6
0.6
7
0.6
2
0.4
4
0.4
4
0.5
6
43
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Buah jeruk keprok madu Terigas pada umur petik 31 minggu SBM (setelah
bunga mekar) memiliki karakteristik antara lain: warna dengan derajat
kecerahan 43,01, derajat warna hijau -12,31, derajat warna kuning 24,21,
kekerasan 3,01 kgf, TPT 9,76 oBrix, vitamin C 41,18 mg/100 g, dan kadar air
sebesar 92,36%, serta diameter 6,83 cm.
2. Konsentrasi etilen dan trigger time terbukti mampu mengubah nilai a* dari -
13,83 menjadi 4,62 dan b* dari 40,12 menjadi 63,97, dan dapat meningkatkan
total karotenoid serta menurunkan total klorofil, namun interaksi antara
konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap proses
degreening.
3. Pemberian etilen pada proses degreening tidak mempengaruhi sifat fisikokimia
buah seperti kadar air, kekerasan, total padatan terlarut, dan vitamin C.
4. Degreening meningkatkan nilai kesukaan panelis terhadap warna kulit dan
tidak mempengaruhi nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan, tekstur,
maupun aroma jeruk keprok madu Terigas.
5. Proses degreening jeruk keprok madu Terigas yang terbaik adalah dengan
konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 30 jam. Hasil degreening terjadi
pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang yang ditandai dengan
perubahan warna hijau menjadi kuning merata.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian proses degreening jeruk keprok madu Terigas
dengan menerapkan metode MAP.
2. Perlu diteliti pengaruh suhu penyimpanan terhadap proses degreening jeruk
keprok madu Terigas.
3. Perlu juga diteliti pengaruh proses degreening terhadap umur simpan jeruk
keprok madu Terigas.
44
DAFTAR PUSTAKA
Agrimas Kapitalindo. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk
[Internet]. [diunduh 2012 Feb 26]. Tersedia pada:
www.agrimaskapitalindo.com.
Ahrens MJ, Barmore CR. 2001. Interactive Effects of Temperature and Ethylene
Concentration On Postharvest Colour Development in Citrus. Acta Hort.
201, 21-27.
Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta (ID):
Dian Rakyat.
Anonim. 2008 Jeruk [Internet]. [diunduh 2010 Mei 1]. Tersedia pada:
http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=9&id_kolom=3.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Standar Prosedur Operasional Jeruk
Siem Madu Kabupaten Karo dan Dataran Tinggi Bukit Barisan
Sumatera Utara. Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Bina
Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian.
[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik. 2012. Varietas
Jeruk Unggulan Nasional: Siap Menggilas Buah Impor. Jakarta:
Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Barus TN. 1996. Pengaruh Pemberian Ethrel (Etepon) Setelah Panen dan Tingkat
Kematangan Buah Terhadap Pembentukan Warna Jingga Kulit Buah
Pada Buah Jeruk Manis. Tesis. Program Studi Budidaya Pertanian.
Departemen Pertanian, IPB Bogor.
Broto W, Prabawati S, Soedibyo. 1996. Kajian Pengaruh Konsentrasi Asetilen
Terhadap Efektifitas Degreening Jeruk Valensia (Citrus sinensis, L.) Asal
Lembang, Jawa Barat. Penelitian Hortikultura. 4(1) : 76 – 85.
Chaudary P, Jayaprakasha GK, Porat R, Patil BS. 2012. Degreening and
Postharvest Storage Influences Star Ruby Grapefruit (Citrus paradisi
Macf.) Bioactive Compounds. Food Chemistry 135: 1667-1675.
Cohen E. 1997. Investigations on Postharvest Treatments of Citrus Fruit in Israel.
Proc. Int. Symp., Guangzou, China, 9-11 November 1996. International
Academic Publication, pp. 32-36.
Cohen E. 1998. Some Physiological Aspects of Citrus Fruit Degreening. Proc. Int.
Coc. Citric., Vol. I, pp. 247-249.
De Garmo EP, Sullivan WG, Canada CR. 1984. Engineering Economy 7th
Edition. McMillan Publ.Co. New York.
45
Dewi YSK, Padmarsari FXW. 2007. Pengaruh Substitusi Sari Jeruk Siam dengan
Sari Buah Markisa Terhadap Sifat Fisikokimia dan Sensori Tablet
Effervescent Selama Penyimpanan. Laporan Penelitian.
Didik. 2010. Budidaya Jeruk [Internet]. [diunduh 2013 Nov 13]. Tersedia pada:
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-jeruk-1478.
Handoko, Dody D, Napitupulu B, Sembiring H. 2010. Penanganan
Pascapanen Buah Jeruk. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara. Prosiding seminar nasional teknologi inovatif
pascapanen untuk pengembangan industri berbasis pertanian.
Harborne JB, Barberan TFA. 1991. Ecological Chemistry and Biochemistry
of Plant Terpenoids. Oxford (GB): Clarendon Press.
Huber DJ. 1993. The role of cell wall hydrolases in fruit softening. Hort. Rev.
5:169–219.
Jahn OL, Young R. 1996. Changes in Chlorophyl a, b, and ab Ratio During Color
Development in Citrus Fruit. J. Am. Soc. Hort. Sci. 101, 416-418.
Jorgensen KR. 1998. Degreening of citrus fruit in response to varying levels of O2
and C2H4. J. Am. Soc. Hort. Sci. 94, 123-125.
Kitagawa H, Adachi S, Tarutani T. 1999. Studies On the Colouring of The
Satsuma II. A Practical and Convenient Method of Colouring or
Degreening with Ethylene Using Plastic Film. J. Japanese. Soc. Hort. Sci.
40, 195-199.
Ladaniya MS. 1998. Intermittent Ethylene Treatment Technique for Degreening
of Fruits with Special Reference To Nagpur Mandarin. Indian Fd Packer.
52: 5-10.
Ladaniya MS. 2008. Citrus Fruit : Biology, Technology, and Evaluation.
Academic Press. San Diego, USA.
Matsumoto H, Ikoma Y, Kato M, Nakajima N, Hasegawa Y. 2009. Effect of
postharvest temperature and ethylene on carotenoid accumulation in the
flavedo and juice sacs of Satsuma mandarin (Citrus unshiu Marc.) fruit.
J. Agric. Food Chem. 57, 4724–4732.
Mayuoni L, Tietel Z, Bhimanagouda SP, Porat R. 2011. Does Ethylene
Degreening Affect Internal Quality of Citrus Fruit. Postharvest Biology
and Technology journal: 50-58.
Mazumdar BC, Bhatt DNV. 1996. Effects of Pre-Harvest Application of GA and
Ethrel On Sweet Orange. Progressive Hort. 8, 89-91.
46
McCornack AA, Wardowski W. 1998. Degreening Florida Citrus : Procedure and
Physiology. Proc. Int. Soc. Citric., Vol. 1 pp. 211-215.
McKeon TA, Maculet FJC, Yang SF. 1995. Biosynthesis and Metabolism of
Ethylene. Plant Hormones: Physiology, Biochemistry and Molecular
Biology. Dordrecht: Kluwer. pp. 118-139.
Muchtadi D. 1996. Fisiologi Pascapanen Sayuran dan Buah-buahan. Bogor (ID):
IPB Press.
Muchtadi TR, Sugiyono. 1994. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen
pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pusat antar Universitas. IPB Bogor.
Noack K. 2000. Biological decomposition of chlorophyll. Biochem Z 316: 166- 187.
Pangestuti R, Arry S, Suhariyono. 2008. Umur Simpan dan Perubahan Kualitas
Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata Blanco) Pada Umur Petik dan Suhu
Penyimpanan yang Berbeda. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika, Batu.
Pantastico EB. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Peng G, Xie XL, Jiang Q, Song Song, Jie Xu C. 2013. Chlorophyll a/b binding
protein plays a key role in natural and ethylene-induced degreening of
Ponkan (Citrus reticulata Blanco). Scientia Horticulturae 160: 37-43.
Perina I, Satiruiani, Felycia ES, Herman H. 2007. Ekstraksi Pektin dari Berbagai
Macam Kulit Jeruk. J. Widya Teknik Vol 6. 1: 1-10.
Pudjirahaju A, Astutik. 1999. Penilaian Kualitas Makanan Secara Organoleptik..
Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Purvis AC. 2000. Differential inhibition of ethylene by AgNO3 and a,a'-dipyridyl
in the degreening of calamondin fruit. Plant Physiol 63: S-91.
Rais M, Nurhadi. 1996. Peningkatan Effisiensi Teknologi Usaha Tani Jeruk. Balai
Penelitian Tanaman Buah. Badan Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta.
Ritenour MA, Miller WM, Wardowski. 2004. Recommendations for Degreening
Florida Fresh Citrus Fruit [Internet]. [diunduh 2012 Feb 26]
http://edis.ifas.ufl.edu/TOPIC_Citrus_Post Harvest.
47
Roper BE, Miller EV. 2001. The effects of some special treatments in the
degreening of Florida oranges as measured by respiration rate. Plant
physiol 2001 April; 26(2): 244-257.
Santoso BB, Purwoko BS. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen Tanaman
Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universitas Project.
Satuhu S. 1995. Teknik Pemeraman Buah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Setiawan AI, Trisnawati Y. 2001. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press.
Shimokawa K, Sakanoshita, Horiba. 1998. Ethylene Induced Changes of
Chloroplast Structure In Satsuma Mandarin. Pl Cell Physiol. 19: 229-
236.
Sudarmadji SB, Haryono S. 1986. Analisa Bahan Makanan Hasil Pertanian.
Yogyakarta (ID): Liberty.
Suyamto, Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, Winarno M. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan
Pengembanga Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
Sdiri S, Navarro P, Monterde A, Benabda J, Salvador A. 2012. New degreening
treatments to improve the quality of citrus fruit combining different
periods with and without ethylene exposure. Postharvest biology and
technology 63 (2012) 25-32.
Syska K. 2006. Kajian Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Etilen Terhadap
Perubahan Fisiologi dan Mutu Buah Pepaya Varietas IPB 1. Tesis.
Program Studi Teknologi Pascapanen. Departemen Teknik Pertanian,
IPB Bogor.
Tanaka A, Tanaka R. 2006. Chlorophyll metabolism. Curr. Opin. Plant Biol. 9,
248–255.
Tucker GA, Taylor J, Seymour G. 1993. Biochemistry of Fruit Ripening. London
(GB): Chapman & Hall.
Verheij EWM, Coroner RE. 1993. Plant Resources of South-East Asia No 2 : Edible Fruits
and Nut. Prosea. Bogor. p. 119-141.
Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor (ID): M-
Brio Press.
48
Wirakusumah ES. 2001. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Young R, Jahn OL. 1994. Preharvest Sprays of 2-Chloroethyl-Phosphonic Acid
for Colouring Robinson Tangerines. Proc. Fla. Sta. Hort. Soc. 85, 33-37.
Zhou YJ, Sun CD, Zhang LL, Dai X, Xu CJ, Chen KS. 2010. Preferential
accumulation of orange-colored carotenoids in Ponkan (Citrus reticulata)
fruit peel following postharvest application of ethylene or ethephon.
Scientia Horticulturae 126: 229-235.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 01 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di
suhu ruang
Lampiran 02 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di suhu
ruang
Lampiran 03 Hasil Uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang untuk TPT
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.3921 0.1307 0.454 3.01 4.72
Trigger time 2 0.2159 0.1079 0.375 3.4 5.61
Interaksi 6 1.1479 0.1913 0.665 2.51 3.67
Galat 24 6.9080 0.2878
Total 35 8.6638
KK % 22.15
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 1.5764 0.5255 0.875 3.01 4.72
Trigger time 2 6.5067 3.2533 5.417* 3.4 5.61*
Interaksi 6 1.6511 0.2752 0.458 2.51 3.67
Galat 24 14.4133 0.6006
Total 35 24.1475
KK % 7.72
Perlakuan Rerata Kode
T1 9.442 a
T2 10.375 b
T3 10.308 b
Duncan 5% 0.790
51
Lampiran 04 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 95.9017 31.9672 0.468 3.01 4.72
Trigger time 2 17.2846 8.6423 0.127 3.4 5.61
Interaksi 6 638.4154 106.4026 1.558 2.51 3.67
Galat 24 1639.2499 68.3021
Total 35 2390.8516
KK % 21.34
Lampiran 05 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.9564 0.3188 1.930 3.01 4.72
Trigger time 2 10.5667 5.2834 31.987** 3.4 5.61
Interaksi 6 0.9599 0.1600 0.969 2.51 3.67
Galat 24 3.9641 0.1652
Total 35 16.4472
KK % 32.80
Lampiran 06 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil
Perlakuan Rerata Kode
T1 1.929 c
T2 1.182 b
T3 0.606 a
Duncan 5% 0.414
52
Lampiran 07 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan
di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.0001 0.00002 0.543 3.01 4.72
Trigger time 2 0.0021 0.00106 24.724** 3.4 5.61
Interaksi 6 0.0002 0.00003 0.659 2.51 3.67
Galat 24 0.0010 0.00004
Total 35 0.0034
KK % 35.56
Lampiran 08 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid
Perlakuan Rerata Kode
T1 0.029 b
T2 0.016 a
T3 0.011 a
Duncan 5% 0.007
Lampiran 09 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di
suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.9415 0.3138 0.822 3.01 4.72
Trigger time 2 2.2559 1.1279 2.954 3.4 5.61
Interaksi 6 2.1633 0.3606 0.944 2.51 3.67
Galat 24 9.1643 0.3818
Total 35 14.5250
KK % 0.68
53
Lampiran 10 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 325.7602 108.5867 12.070** 3.01 4.72
Trigger time 2 43.6949 21.8474 2.428 3.4 5.61
Interaksi 6 19.8679 3.3113 0.368 2.51 3.67
Galat 24 215.9169 8.9965
Total 35 605.2399
KK % -33.38
Lampiran 11 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 -14.081 a
E1 -7.811 b
E2 -6.260 b
E3 -7.791 b
Duncan 5% 3.377
54
Lampiran 12 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 1101.2052 367.0684 14.870** 3.01 4.72
Trigger time 2 88.4638 44.2319 1.792 3.4 5.61
Interaksi 6 122.1859 20.3643 0.825 2.51 3.67
Galat 24 592.4567 24.6857
Total 35 1904.3116
KK % 10.70
Lampiran 13 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok Madu Terigas pada hari pemaparan
di suhu ruang untuk derajat warna kuning (b*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 36.886 a
E1 48.992 b
E2 49.678 b
E3 50.192 b
Duncan 5% 5.594
55
Lampiran 14 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Perlakuan 11 602.0574 54.7325 5.648 2.22 3.09
Konsentrasi etilen 3 493.3180 164.4393 16.969** 3.01 4.72
Trigger time 2 48.3750 24.1875 2.496 3.4 5.61
Interaksi 6 60.3644 10.0607 1.038 2.51 3.67
Galat 24 232.5728 9.6905
Total 35 834.6302
KK % 5.481
Lampiran 15 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2
pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 50.451 a
E1 58.191 b
E2 58.824 b
E3 59.710 b
Duncan 5% 3.505
56
Lampiran 16 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
suhu ruang
Lampiran 17 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu
ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 3.5300 1.1767 1.119 3.01 4.72
Trigger time 2 5.0117 2.5058 2.383 3.4 5.61
Interaksi 6 5.0883 0.8481 0.806 2.51 3.67
Galat 24 25.2400 1.0517
Total 35 38.8700
KK % 10.34
Lampiran 18 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 116.8105 38.9368 0.632 3.01 4.72
Trigger time 2 413.1579 206.5789 3.353 3.4 5.61
Interaksi 6 407.5822 67.9304 1.103 2.51 3.67
Galat 24 1478.6703 61.6113
Total 35 2416.2209
KK % 22.02
Sumber keragaman Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.4790 0.1597 1.300 3.01 4.72
Trigger time 2 0.0687 0.0343 0.279 3.4 5.61
Interaksi 6 0.2269 0.0378 0.308 2.51 3.67
Galat 24 2.9491 0.1229
Total 35 3.7238
KK % 15.68
57
Lampiran 19 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan
di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.9339 0.3113 3.115* 3.01 4.72
Trigger time 2 0.8958 0.4479 4.481* 3.4 5.61
Interaksi 6 1.1751 0.1958 1.959 2.51 3.67
Galat 24 2.3989 0.1000
Total 35 5.4038
KK % 63.23
Lampiran 20 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil
Lampiran 21 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk total klorofil
Perlakuan Rerata Kode
E0 0.717 b
E1 0.553 ab
E2 0.443 ab
E3 0.275 a
Duncan 5% 0.356
Perlakuan Rerata Kode
T1 0.713 b
T2 0.438 ab
T3 0.341 a
Duncan 5% 0.322
58
Lampiran 22 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan
di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.000102 0.000034 4.5230* 3.01 4.72
Trigger time 2 0.000052 0.000026 3.4543* 3.4 5.61
Interaksi 6 0.000090 0.000015 1.9959 2.51 3.67
Galat 24 0.000181 0.000008
Total 35 0.000426
KK % 21.203
Lampiran 23 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid
Lampiran 24 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk total karotenoid
Perlakuan Rerata Kode
T1 0.015 b
T2 0.013 ab
T3 0.012 a
Duncan 5% 0.0028
Perlakuan Rerata Kode
E0 0.011 a
E1 0.011 a
E2 0.014 ab
E3 0.015 b
Duncan 5% 0.003
59
Lampiran 25 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 3.3702 1.1234 2.478 3.01 4.72
Trigger time 2 0.8942 0.4471 0.986 3.4 5.61
Interaksi 6 3.2498 0.5416 1.195 2.51 3.67
Galat 24 10.8819 0.4534
Total 35 18.3962
Lampiran 26 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 650.6771 216.8924 21.288** 3.01 4.72
Trigger time 2 383.8242 191.9121 18.836** 3.4 5.61
Interaksi 6 31.3018 5.2170 0.512 2.51 3.67
Galat 24 244.5214 10.1884
Total 35 1310.3244
KK % -85.81
Lampiran 27 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 -11.075 a
E1 -0.944 b
E2 -1.404 b
E3 -1.456 b
Duncan 5% 3.594
Lampiran 28 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*)
Perlakuan Rerata Kode
T1 -6.218 a
T2 -5.834 a
T3 0.893 b
Duncan 5% 3.252
60
Lampiran 29 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 778.1778 259.3926 14.027** 3.01 4.72
Trigger time 2 792.8450 396.4225 21.437** 3.4 5.61
Interaksi 6 143.5246 23.9208 1.294 2.51 3.67
Galat 24 443.8287 18.4929
Total 35 2158.3761
KK % 8.37
Lampiran 30 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna kuning (b*)
Lampiran 31 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna kuning (b*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 44.111 a
E1 55.791 c
E2 50.518 b
E3 55.044 bc
Duncan 5% 4.841
Perlakuan Rerata Kode
T1 48.204 a
T2 47.893 a
T3 58.000 b
Duncan 5% 4.382
61
Lampiran 32 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 632.1239 210.7080 25.351** 3.01 4.72
Trigger time 2 340.0988 170.0494 20.459** 3.4 5.61
Interaksi 6 113.4842 18.9140 2.276 2.51 3.67
Galat 24 199.4813 8.3117
Total 35 1285.1882
KK % 4.775
Lampiran 33 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*)
Lampiran 34 Hasil uji Duncan 5% terhadap trigger time jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4
pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 53.161 a
E1 63.220 b
E2 62.031 b
E3 63.089 b
Duncan 5% 3.246
Perlakuan Rerata Kode
T1 58.660 a
T2 57.774 a
T3 64.692 b
Duncan 5% 2.937
62
Lampiran 35 Hasil uji Anova kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan
di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.0774 0.0258 0.141 3.01 4.72
Trigger time 2 0.0016 0.0008 0.004 3.4 5.61
Interaksi 6 0.1627 0.0271 0.148 2.51 3.67
Galat 24 4.4004 0.1834
Total 35 4.6422
Lampiran 36 Hasil uji Anova TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 2.6989 0.8996 0.891 3.01 4.72
Trigger time 2 1.8506 0.9253 0.916 3.4 5.61
Interaksi 6 1.3428 0.2238 0.222 2.51 3.67
Galat 24 24.2400 1.0100
Total 35 30.1322
KK % 10.077
Lampiran 37 Hasil uji Anova vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan
di suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 420.4063 140.1354 1.105 3.01 4.72
Trigger time 2 858.0972 429.0486 3.382 3.4 5.61
Interaksi 6 1568.4388 261.4065 2.061 2.51 3.67
Galat 24 3044.3213 126.8467
Total 35 5891.2635
KK % 30.91
KK % 23.66
63
Lampiran 38 Hasil uji Anova total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 1.3414 0.4471 0.796 3.01 4.72
Trigger time 2 1.1150 0.5575 0.993 3.4 5.61
Interaksi 6 1.7258 0.2876 0.512 2.51 3.67
Galat 24 13.4805 0.5617
Total 35 17.6627
KK % 98.48
Lampiran 39 Hasil uji Anova total karotenoid jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.000109 0.000036 1.8823 3.01 4.72
Trigger time 2 0.000012 0.000006 0.3233 3.4 5.61
Interaksi 6 0.000169 0.000028 1.4571 2.51 3.67
Galat 24 0.000463 0.000019
Total 35 0.000754
KK % 30.830
Lampiran 40 Hasil uji Anova kadar air jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di
suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 0.5235 0.1745 0.602 3.01 4.72
Trigger time 2 0.8289 0.4144 1.430 3.4 5.61
Interaksi 6 3.4281 0.5713 1.971 2.51 3.67
Galat 24 6.9564 0.2899
Total 35 11.7368
KK % 0.589
64
Lampiran 41 Hasil uji Anova derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang
Sumber
keragaman Derajat bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 690.9559 230.3186 6.888** 3.01 4.72
Trigger time 2 20.4213 10.2107 0.305 3.4 5.61
Interaksi 6 51.6441 8.6073 0.257 2.51 3.67
Galat 24 802.4511 33.4355
Total 35 1565.4724
KK % -379.88
Lampiran 42 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang untuk derajat warna hijau (a*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 -9.108 a
E1 0.856 b
E2 0.991 b
E3 1.172 b
Duncan 5% 6.510
65
Lampiran 43 Hasil uji Anova derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang
Lampiran 44 Hasil uji Anova derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 242.0303 80.6768 3.355* 3.01 4.72
Trigger time 2 68.3705 34.1852 1.421 3.4 5.61
Interaksi 6 65.2054 10.8676 0.452 2.51 3.67
Galat 24 577.1982 24.0499
Total 35 952.8044
KK % 8.175
Lampiran 45 Hasil uji Duncan 5% konsentrasi etilen jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6
pemaparan di suhu ruang untuk derajat kecerahan (L*)
Perlakuan Rerata Kode
E0 55.741 a
E1 61.517 b
E2 62.536 b
E3 60.156 ab
Duncan 5% 5.521
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
F tabel
5% 1%
Konsentrasi etilen 3 548.6597 182.8866 2.982 3.01 4.72
Trigger time 2 143.1953 71.5976 1.167 3.4 5.61
Interaksi 6 160.7658 26.7943 0.437 2.51 3.67
Galat 24 1471.9537 61.3314
Total 35 2324.5745
KK % 14.91
66
Lam
pir
an
46
Nil
ai k
esuk
aan p
anel
is t
erhad
ap w
arna
jeru
k k
epro
k m
adu T
erig
as s
etel
ah d
egre
enin
g
P
an
elis
E
0T
1
E0
T2
E0
T3
E1
T1
E1
T2
E1
T3
E2
T1
E2
T2
E2
T3
E3
T1
E3
T2
E3
T3
Elm
i K
amsi
ati
1
8
8
8
15
6,5
1
56,5
1
56,5
8
1
56,5
5
4
15
6,5
5
4
15
6,5
Nin
i M
. R
enu
r 2
5
4
15
6,5
1
56,5
5
4
54
15
6,5
1
56,5
5
4
54
15
6,5
2
54
15
6,5
Nu
rfit
ri R
. 3
1
56,5
1
56,5
1
56,5
1
56,5
5
4
54
15
6,5
1
56,5
2
54
25
4
25
4
15
6,5
Ber
ly L
amp
elle
4
2
54
25
4
15
6,5
1
56,5
2
54
15
6,5
2
54
25
4
54
54
15
6,5
2
94
Mer
ry S
abed
5
2
54
15
6,5
5
4
15
6,5
8
8
2
54
29
4
15
6,5
5
4
29
4
54
Ro
zan
a 6
2
94
25
4
15
6,5
5
4
54
54
25
4
15
6,5
2
54
15
6,5
5
4
15
6,5
A.
Kh
airu
n M
. 7
2
54
15
6,5
1
56,5
1
56,5
5
4
15
6,5
2
54
15
6,5
5
4
15
6,5
1
56,5
1
56,5
Kh
oir
ul
M.
8
15
6,5
2
54
15
6,5
1
56,5
5
4
25
4
25
4
54
15
6,5
5
4
15
6,5
2
94
Syah
irm
an H
. 9
1
56,5
1
56,5
1
56,5
2
54
54
25
4
25
4
15
6,5
5
4
15
6,5
1
56,5
2
54
Nu
rhay
ati
10
8
15
6,5
8
5
4
54
15
6,5
1
56,5
1
56,5
5
4
15
6,5
5
4
15
6,5
Ad
hit
ya
Y.
P.
11
54
8
54
8
15
6,5
1
56,5
1
56,5
2
54
15
6,5
2
54
25
4
15
6,5
Iman
S.
12
54
54
54
25
4
54
54
15
6,5
1
56,5
5
4
25
4
25
4
15
6,5
Yen
i M
idel
P.
13
54
54
54
15
6,5
5
4
15
6,5
1
56,5
5
4
25
4
25
4
25
4
15
6,5
Su
gih
arta
ti
14
15
6,5
5
4
15
6,5
2
54
54
54
54
15
6,5
5
4
15
6,5
5
4
15
6,5
Dia
na
N.
15
15
6,5
8
2
94
25
4
15
6,5
2
54
29
4
25
4
15
6,5
1
56,5
2
94
25
4
Rid
wan
1
6
15
6,5
5
4
54
15
6,5
5
4
54
15
6,5
1
56,5
2
54
25
4
25
4
25
4
An
di
Fat
inaw
are
17
54
25
4
54
25
4
15
6,5
2
94
8
29
4
15
6,5
5
4
54
54
Kas
mia
ti
18
54
25
4
54
8
25
4
15
6,5
5
4
25
4
15
6,5
5
4
15
6,5
2
94
Nia
Per
mat
asar
i
19
8
54
15
6,5
1
56,5
5
4
25
4
54
25
4
25
4
54
8`
15
6,5
Wah
yu
2
0
29
4
15
6,5
1
56,5
5
4
54
15
6,5
1
56,5
2
54
15
6,5
2
54
25
4
15
6,5
Ni
Way
an A
ri
21
25
4
15
6,5
1
56,5
1
56,5
5
4
15
6,5
2
54
25
4
15
6,5
1
56,5
2
54
15
6,5
Riz
a N
uar
i 2
2
15
6,5
1
56,5
5
4
15
6,5
5
4
15
6,5
1
56,5
1
56,5
2
54
25
4
25
4
15
6,5
Rin
a M
eria
na
23
54
15
6,5
2
54
15
6,5
5
4
15
6,5
2
54
15
6,5
2
54
15
6,5
1
56,5
5
4
Inta
n H
afil
ud
in
24
15
6,5
2
54
54
15
6,5
1
56,5
1
56,5
1
56,5
1
56,5
2
54
25
4
25
4
15
6,5
Hen
dri
Ikh
san
25
15
6,5
2
54
54
15
6,5
1
56,5
5
4
15
6,5
1
56,5
1
56,5
1
56,5
2
94
54
to
tal
(Rj)
3
414
,5
36
37
28
25
,5
36
93
23
19
36
76
,5
42
25
,5
45
62
,5
38
72
,5
40
77
,5
46
31
42
07
,5
ra
ta-r
ata
1
36,5
8
14
5,4
8
11
3,0
2
14
7,7
2
92
,76
14
7,0
6
16
9,0
2
18
2,5
1
54,9
1
63,1
1
92,9
6
16
8,3
0
SD
9
0,6
90
85
,369
72
,199
72
,590
65
,603
74
,778
81
,648
68
,986
80
,009
74
,296
84
,757
70
,365
R
j2
11
65
88
10
,25
13
22
77
69
7
983
45
0,2
5
13
63
82
49
53
77
76
1
13
51
66
52
,25
17
85
48
50
,25
20
81
64
06
,25
1
499
62
56
,25
16
62
60
06
,25
21
44
61
61
17
70
30
56
,25
x2
0,0
5 (
11
)
19
,675
KW
2
6,4
11
67
Lam
pir
an 47
Nil
ai k
esukaa
n p
anel
is t
erhad
ap k
eman
isan
jer
uk k
epro
k m
adu T
erig
as s
etel
ah d
egre
enin
g
P
an
elis
E
0T
1
E0
T2
E0
T3
E1
T1
E1
T2
E1
T3
E2
T1
E2
T2
E2
T3
E3
T1
E3
T2
E3
T3
Elm
i K
amsi
ati
1
44
,5
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
2
42,5
2
42,5
2
42,5
1
41
44
,5
24
2,5
2
42,5
Nin
i M
. R
enu
r 2
4
4,5
4
4,5
4
4,5
2
42,5
1
41
14
1
14
1
44
,5
14
1
14
1
14
1
14
1
Nu
rfit
ri R
amad
han
i 3
1
41
14
1
44
,5
14
1
5,5
5
,5
24
2,5
4
4,5
2
42,5
4
4,5
4
4,5
1
41
Ber
ly L
amp
elle
4
1
41
24
2,5
2
42,5
2
42,5
1
41
14
1
44
,5
14
1
14
1
14
1
14
1
24
2,5
Mer
ry S
abed
5
4
4,5
2
42,5
4
4,5
4
4,5
4
4,5
4
4,5
5
,5
14
1
24
2,5
4
4,5
2
42,5
1
41
Ro
zan
a 6
1
41
29
1
29
1
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
2
42,5
5
,5
24
2,5
1
41
24
2,5
A.
Kh
airu
n M
uti
a 7
2
42,5
1
41
44
,5
14
1
44
,5
14
1
14
1
44
,5
14
1
44
,5
14
1
24
2,5
Kh
oir
ul
M.
8
44
,5
29
1
24
2,5
1
41
44
,5
14
1
14
1
14
1
24
2,5
4
4,5
2
42,5
2
91
Syah
irm
an H
akim
9
2
42,5
1
41
14
1
29
1
44
,5
29
1
44
,5
44
,5
14
1
44
,5
14
1
44
,5
Nu
rhay
ati
10
44
,5
14
1
24
2,5
4
4,5
1
41
14
1
24
2,5
2
42,5
1
41
14
1
44
,5
24
2,5
Ad
hit
ya
Y.
Pra
dh
ana
11
44
,5
5,5
2
42,5
5
,5
14
1
14
1
14
1
24
2,5
2
91
24
2,5
2
42,5
2
42,5
Iman
Sab
aris
man
1
2
24
2,5
1
41
14
1
14
1
14
1
5,5
2
42,5
4
4,5
1
41
14
1
44
,5
44
,5
Yen
i M
idel
Peb
ruli
ta
13
14
1
24
2,5
1
41
29
1
44
,5
44
,5
44
,5
29
1
29
1
29
1
24
2,5
1
41
Su
gih
arta
ti
14
44
,5
44
,5
14
1
24
2,5
4
4,5
4
4,5
4
4,5
4
4,5
4
4,5
1
41
44
,5
24
2,5
Dia
na
Nu
rso
leh
at
15
44
,5
29
1
29
1
29
1
24
2,5
1
41
29
1
14
1
14
1
24
2,5
2
91
14
1
Rid
wan
1
6
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
14
1
24
2,5
An
di
Fat
inaw
are
17
14
1
24
2,5
2
42,5
1
41
29
1
14
1
24
2,5
4
4,5
1
41
14
1
44
,5
14
1
Kas
mia
ti
18
44
,5
14
1
5,5
4
4,5
2
42,5
4
4,5
2
91
24
2,5
2
42,5
5
,5
44
,5
24
2,5
Nia
Per
mat
asar
i
19
24
2,5
4
4,5
1
41
14
1
14
1
5,5
4
4,5
2
91
44
,5
44
,5
24
2,5
1
41
Wah
yu
2
0
14
1
44
,5
14
1
44
,5
14
1
14
1
14
1
24
2,5
4
4,5
2
42,5
4
4,5
2
42,5
Ni
Way
an A
ri
21
14
1
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
1
41
14
1
24
2,5
1
41
14
1
24
2,5
1
41
Riz
a N
uar
i 2
2
44
,5
14
1
14
1
24
2,5
4
4,5
4
4,5
1
41
24
2,5
4
4,5
1
41
24
2,5
2
42,5
Rin
a M
eria
na
23
24
2,5
2
42,5
1
41
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
1
41
24
2,5
2
42,5
2
42,5
1
41
Inta
n H
afil
ud
in
24
44
,5
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
1
41
14
1
14
1
14
1
14
1
24
2,5
2
42,5
Hen
dri
Ikh
san
25
14
1
14
1
14
1
14
1
44
,5
14
1
14
1
24
2,5
1
41
14
1
14
1
14
1
to
tal
29
71
39
61
38
11
41
64
32
75
30
90
,5
39
17
,5
40
63
38
11
33
71
,5
40
14
,5
47
00
ra
ta-r
ata
1
18,8
4
15
8,4
4
15
2,4
4
16
6,5
6
13
1
12
3,6
2
15
6,7
1
62,5
2
15
2,4
4
13
4,8
6
16
0,5
8
18
8
SD
7
5,2
78
81
,735
77
,162
84
,591
81
,085
76
,811
83
,875
87
,482
77
,162
79
,149
85
,117
66
,190
R
j2
88
26
84
1
15
68
95
21
14
52
37
21
17
33
88
96
10
72
56
25
95
51
19
0
15
34
68
06
16
50
79
69
14
52
37
21
11
36
70
12
16
11
62
10
22
09
00
00
x2
0,0
5 (
11
)
19
,675
KW
1
4,5
15
68
Lam
pir
an 4
8 N
ilai
kes
uk
aan p
anel
is t
erhad
ap t
ekst
ur
jeru
k k
epro
k m
adu T
erig
as s
etel
ah d
egre
enin
g
P
an
elis
E
0T
1
E0
T2
E0
T3
E1
T1
E1
T2
E1
T3
E2
T1
E2
T2
E2
T3
E3
T1
E3
T2
E3
T3
Elm
i K
amsi
ati
1
24
2
24
2
24
2
24
2
24
2
24
2
24
2
24
2
35
,5
13
1,5
1
31,5
1
31,5
Nin
i M
. R
enu
r 2
3
5,5
3
5,5
3
5,5
2
42
13
1,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
Nu
rfit
ri R
amad
han
i 3
2
42
35
,5
13
1,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
2
42
35
,5
13
1,5
1
31,5
2
42
24
2
Ber
ly L
amp
elle
4
2
42
24
2
13
1,5
1
31,5
2
42
13
1,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
3
2
42
Mer
ry S
abed
5
2
42
3
35
,5
24
2
3
35
,5
35
,5
13
1,5
1
31,5
1
31,5
2
42
13
1,5
Ro
zan
a 6
2
93,5
2
42
35
,5
29
3,5
2
42
35
,5
24
2
24
2
35
,5
35
,5
13
1,5
3
5,5
A.
Kh
airu
n M
uti
a 7
2
42
13
1,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
Kh
oir
ul
M.
8
13
1,5
2
42
29
3,5
1
31,5
2
42
29
3,5
2
42
35
,5
24
2
13
1,5
1
31,5
2
93,5
Syah
irm
an H
akim
9
2
42
13
1,5
1
31,5
2
42
13
1,5
2
42
24
2
13
1,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
2
42
Nu
rhay
ati
10
24
2
24
2
13
1,5
2
42
13
1,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
2
42
24
2
Ad
hit
ya
Y.
Pra
dh
ana
11
35
,5
3
35
,5
3
35
,5
13
1,5
2
42
13
1,5
2
42
13
1,5
2
42
24
2
Iman
Sab
aris
man
1
2
24
2
24
2
35
,5
24
2
35
,5
35
,5
24
2
13
1,5
1
31,5
2
42
13
1,5
1
31,5
Yen
i M
idel
Peb
ruli
ta
13
24
2
24
2
24
2
13
1,5
3
3
5,5
1
31,5
3
5,5
3
1
31,5
1
31,5
3
5,5
Su
gih
arta
ti
14
13
1,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
3
5,5
3
5,5
2
42
35
,5
13
1,5
1
31,5
2
42
Dia
na
Nu
rso
leh
at
15
13
1,5
2
93,5
2
93,5
2
42
24
2
24
2
29
3,5
2
42
13
1,5
1
31,5
2
93,5
2
42
Rid
wan
1
6
35
,5
35
,5
35
,5
13
1,5
3
5,5
3
5,5
1
31,5
2
42
24
2
13
1,5
2
42
24
2
An
di
Fat
inaw
are
17
13
1,5
2
42
24
2
35
,5
13
1,5
2
42
24
2
13
1,5
1
31,5
2
42
35
,5
13
1,5
Kas
mia
ti
18
24
2
35
,5
13
1,5
3
5,5
2
42
13
1,5
2
42
29
3,5
2
42
13
1,5
3
5,5
2
42
Nia
Per
mat
asar
i
19
24
2
35
,5
13
1,5
3
5,5
3
5,5
1
31,5
2
42
29
3,5
3
5,5
3
5,5
1
31,5
2
42
Wah
yu
2
0
13
1,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
2
42
35
,5
13
1,5
3
5,5
2
42
Ni
Way
an A
ri
21
24
2
13
1,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
2
42
35
,5
13
1,5
1
31,5
2
42
24
2
Riz
a N
uar
i 2
2
13
1,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
2
42
13
1,5
1
31,5
2
42
13
1,5
1
31,5
2
42
Rin
a M
eria
na
23
24
2
13
1,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
2
42
13
1,5
1
31,5
2
93,5
1
31,5
Inta
n H
afil
ud
in
24
13
1,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
2
42
24
2
29
3,5
2
42
29
3,5
1
31,5
Hen
dri
Ikh
san
25
35
,5
13
1,5
1
31,5
3
5,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
3
5,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
1
31,5
to
tal
45
02
35
96
,5
32
71
36
14
,5
29
25
,5
32
34
44
87
,5
39
19
,5
32
97
,5
33
31
40
20
46
94
ra
ta-r
ata
1
80,0
8
14
3,8
6
13
0,8
4
14
4,5
8
11
7,0
2
12
9,3
6
17
9,5
1
56,7
8
13
1,9
1
33,2
4
16
0,8
1
87,7
6
SD
8
0,7
07
89
,266
78
,389
82
,470
83
,612
80
,227
75
,582
87
,061
79
,775
50
,677
83
,592
70
,507
Rj2
2
026
80
04
1
293
48
12
,3
10
69
94
41
13
06
46
10
,25
8
558
55
0
10
45
87
56
20
13
76
56
,3
15
36
24
80
10
87
35
06
,3
11
09
55
61
16
16
04
00
22
03
36
36
x2
0,0
5 (
11
)
19
,675
KW
9
,41
2
69
Lam
pir
an 4
9 N
ilai
kes
uk
aan p
anel
is t
erhad
ap a
rom
a je
ruk k
epro
k m
adu T
erig
as s
etel
ah d
egre
enin
g
P
an
elis
E
0T
1
E0
T2
E0
T3
E1
T1
E1
T2
E1
T3
E2
T1
E2
T2
E2
T3
E3
T1
E3
T2
E3
T3
Elm
i K
amsi
ati
1
23
8,5
2
38,5
1
20
23
8,5
2
38,5
2
38,5
1
20
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
Nin
i M
. R
enu
r 2
1
20
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
24
,5
12
0
12
0
Nu
rfit
ri R
amad
han
i 3
1
20
12
0
23
8,5
1
20
12
0
12
0
23
8,5
2
38,5
2
38,5
2
38,5
2
91,5
2
91,5
Ber
ly L
amp
elle
4
2
38,5
2
38,5
1
20
24
,5
12
0
12
0
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
4
Mer
ry S
abed
5
1
20
23
8,5
1
20
12
0
24
,5
12
0
24
,5
24
,5
23
8,5
1
20
23
8,5
2
4,5
Ro
zan
a 6
2
38,5
2
91,5
2
38,5
2
91,5
1
20
24
,5
29
1,5
2
91,5
2
38,5
2
91,5
2
91,5
2
91,5
A.
Kh
airu
n M
uti
a 7
1
20
12
0
12
0
23
8,5
2
38,5
1
20
12
0
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
Kh
oir
ul
M.
8
24
,5
12
0
12
0
24
,5
23
8,5
2
4,5
2
38,5
2
4,5
1
20
24
,5
12
0
23
8,5
Syah
irm
an H
akim
9
2
38,5
2
38,5
2
38,5
2
38,5
1
20
23
8,5
2
38,5
1
20
12
0
12
0
23
8,5
1
20
Nu
rhay
ati
10
12
0
23
8,5
1
20
12
0
12
0
23
8,5
1
20
12
0
12
0
12
0
23
8,5
2
38,5
Ad
hit
ya
Y.
Pra
dh
ana
11
24
,5
2
23
8,5
2
2
38,5
2
91,5
1
20
12
0
12
0
23
8,5
1
20
23
8,5
Iman
Sab
aris
man
1
2
12
0
23
8,5
2
4,5
2
38,5
2
4,5
2
4,5
2
38,5
1
20
12
0
23
8,5
1
20
12
0
Yen
i M
idel
Peb
ruli
ta
13
12
0
23
8,5
1
20
23
8,5
2
4,5
2
4,5
2
38,5
1
20
23
8,5
2
91,5
2
38,5
1
20
Su
gih
arta
ti
14
12
0
12
0
12
0
12
0
24
,5
23
8,5
2
4,5
1
20
23
8,5
1
20
23
8,5
2
38,5
Dia
na
Nu
rso
leh
at
15
23
8,5
2
38,5
2
91,5
2
91,5
1
20
23
8,5
1
20
12
0
12
0
12
0
23
8,5
2
38,5
Rid
wan
1
6
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
23
8,5
1
20
An
di
Fat
inaw
are
17
12
0
23
8,5
1
20
12
0
12
0
29
1,5
1
20
12
0
24
,5
12
0
24
,5
24
,5
Kas
mia
ti
18
23
8,5
1
20
23
8,5
2
91,5
2
38,5
1
20
23
8,5
2
91,5
2
38,5
2
2
4,5
2
38,5
Nia
Per
mat
asar
i
19
12
0
12
0
23
8,5
1
20
12
0
23
8,5
2
38,5
2
91,5
1
20
24
,5
24
,5
23
8,5
Wah
yu
2
0
23
8,5
2
4,5
1
20
24
,5
12
0
12
0
12
0
23
8,5
2
4,5
2
38,5
2
4,5
2
38,5
Ni
Way
an A
ri
21
12
0
12
0
12
0
12
0
12
0
24
,5
12
0
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
Riz
a N
uar
i 2
2
23
8,5
2
38,5
2
38,5
1
20
12
0
12
0
23
8,5
1
20
12
0
24
,5
12
0
12
0
Rin
a M
eria
na
23
12
0
12
0
23
8,5
2
38,5
1
20
24
,5
12
0
12
0
24
,5
23
8,5
1
20
12
0
Inta
n H
afil
ud
in
24
23
8,5
2
38,5
1
20
24
,5
12
0
12
0
12
0
12
0
23
8,5
1
20
23
8,5
2
38,5
Hen
dri
Ikh
san
25
12
0
12
0
12
0
24
,5
12
0
12
0
23
8,5
1
20
24
,5
23
8,5
2
38,5
2
91,5
to
tal
37
80
42
61
,5
40
24
36
30
32
10
,5
34
81
39
51
,5
32
74
34
47
,5
35
54
40
27
,5
42
74
ra
ta-r
ata
1
51,2
1
70,4
6
16
0,9
6
14
5,2
1
28,4
2
13
9,2
4
15
8,0
6
13
0,9
6
13
7,9
1
42,1
6
16
1,1
1
70,9
6
SD
7
1,9
46
75
,701
66
,008
92
,982
64
,783
86
,844
76
,665
79
,729
71
,209
85
,137
84
,724
85
,180
R
j2
14
28
84
00
1
816
03
82
16
19
25
76
13
17
69
00
10
30
73
10
12
11
73
61
15
61
43
52
10
71
90
76
11
88
52
56
12
63
09
16
16
22
07
56
18
26
70
76
x2 0
,05
(11
)
19
,675
KW
-7
7,5
28
70
Lampiran 50 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di suhu
ruang
Lampiran 51 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di suhu
ruang
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 48,840 46,997 50,810 146,647 48,882
T2 53,040 50,373 52,203 155,617 51,872
T3 54,353 49,910 47,533 151,797 50,599
454,060 151,353
E1
T1 54,447 60,530 53,310 168,287 56,096
T2 55,170 59,820 53,410 168,400 56,133
T3 63,547 64,520 58,970 187,037 62,346
523,723 174,574
E2
T1 59,217 55,387 56,070 170,673 56,891
T2 57,777 60,743 60,820 179,340 59,780
T3 61,873 61,773 55,760 179,407 59,802
529,420 176,473
E3
T1 64,453 54,763 59,647 178,863 59,621
T2 61,803 54,693 61,730 178,227 59,409
T3 61,647 60,940 57,717 180,303 60,101
537,393 179,131
Total 696,167 680,450 667,980 2044,597 56,794
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 -14,590 -15,630 -15,940 -46,160 -15,387
T2 -13,370 -16,503 -13,400 -43,273 -14,424
T3 -12,093 -12,840 -12,360 -37,293 -12,431
-126,727 -42,242
E1
T1 -10,547 -3,553 -14,673 -28,773 -9,591
T2 -4,087 -8,033 -10,820 -22,940 -7,647
T3 -3,317 -7,277 -7,993 -18,587 -6,196
-70,300 -23,433
E2
T1 -2,693 -10,087 -7,963 -20,743 -6,914
T2 -4,607 -1,500 -9,540 -15,647 -5,216
T3 -2,833 -6,013 -11,103 -19,950 -6,650
-56,340 -18,780
E3
T1 -8,460 -11,927 -8,383 -28,770 -9,590
T2 -9,370 -7,783 -7,927 -25,080 -8,360
T3 -5,307 -4,267 -6,697 -16,270 -5,423
-70,120 -23,373
Total -91,273 -105,413 -126,800 -323,487 -8,986
71
Lampiran 52 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-2 pemaparan di
suhu ruang
Lampiran 53 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di
suhu ruang
Kombinasi perlakuan ulangan
Total Rerata Konsentrasi
etilen
Lama
degreening I II III
E0
T1 34,367 31,067 38,223 103,657 34,552
T2 41,200 35,493 41,630 118,323 39,441
T3 41,840 36,750 31,403 109,993 36,664
331,973 110,658
E1
T1 45,463 53,510 41,013 139,987 46,662
T2 44,467 51,453 41,830 137,750 45,917
T3 57,263 56,687 49,243 163,193 54,398
440,930 146,977
E2
T1 52,183 44,300 44,477 140,960 46,987
T2 48,210 52,910 53,190 154,310 51,437
T3 53,433 53,767 44,633 151,833 50,611
447,103 149,034
E3
T1 57,237 43,250 48,577 149,063 49,688
T2 52,817 41,490 53,673 147,980 49,327
T3 53,230 53,273 48,180 154,683 51,561
451,727 150,576
Total 581,710 553,950 536,073 1671,733 46,437
Kombinasi perlakuan Ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 51,453 51,283 50,237 152,973 50,991
T2 50,820 50,547 50,210 151,577 50,526
T3 55,673 59,263 58,967 173,903 57,968
478,453 159,484
E1
T1 55,717 63,897 64,183 183,797 61,266
T2 56,490 62,387 54,537 173,413 57,804
T3 70,437 70,540 70,793 211,770 70,590
568,980 189,660
E2
T1 61,780 57,667 58,153 177,600 59,200
T2 57,110 62,783 62,233 182,127 60,709
T3 66,447 65,907 66,203 198,557 66,186
558,283 186,094
E3
T1 66,347 59,077 64,127 189,550 63,183
T2 64,007 56,457 65,710 186,173 62,058
T3 64,807 65,007 62,260 192,073 64,024
567,797 189,266
Total 721,087 724,813 727,613 2173,513 60,375
72
Lampiran 54 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu
ruang
Lampiran 55 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu
ruang
Kombinasi perlakuan Ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 -13,000 -14,077 -14,417 -41,493 -13,831
T2 -16,713 -8,350 -8,950 -34,013 -11,338
T3 -6,493 -6,953 -10,723 -24,170 -8,057
-99,677 -33,226
E1
T1 -8,427 3,073 -3,980 -9,333 -3,111
T2 -0,230 -3,823 -7,270 -11,323 -3,774
T3 5,430 3,560 3,170 12,160 4,053
-8,497 -2,832
E2
T1 1,347 -6,997 -5,060 -10,710 -3,570
T2 -0,353 -3,590 -6,830 -10,773 -3,591
T3 3,447 2,053 3,350 8,850 2,950
-12,633 -4,211
E3
T1 -3,980 -8,323 -0,777 -13,080 -4,360
T2 -6,137 -4,783 -2,973 -13,893 -4,631
T3 4,633 4,863 4,377 13,873 4,624
-13,100 -4,367
Total -40,477 -43,347 -50,083 -133,907 -3,720
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 38,53 39,58 42,2467 120,357 40,119
T2 37,3567 43,9233 42,5133 123,793 41,264
T3 49,9433 50,5067 52,3967 152,847 50,949
396,997 132,332
E1
T1 44,9633 59,78 59,1867 163,930 54,643
T2 46,4433 56,2967 43,5333 146,273 48,758
T3 65,5167 63,3533 63,0433 191,913 63,971
502,117 167,372
E2
T1 41,6233 45,08 48,4767 135,180 45,060
T2 48,78 47,62 46,4233 142,823 47,608
T3 58,1667 60 58,4933 176,660 58,887
454,663 151,554
E3
T1 51,6433 51,11 56,2333 158,987 52,996
T2 56,5967 45,1067 60,1233 161,827 53,942
T3 55,8867 59,5567 59,14 174,583 58,194
495,397 165,132
Total 595,450 621,913 631,810 1849,173 51,366
73
Lampiran 56 Derajat kecerahan (L*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di suhu
ruang
Lampiran 57 Derajat warna hijau (a*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di suhu
ruang
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 53,260 55,043 55,220 163,523 54,508
T2 55,620 53,070 63,417 172,107 57,369
T3 62,050 53,677 50,317 166,043 55,348
501,673 167,224
E1
T1 58,900 64,493 58,003 181,397 60,466
T2 56,567 63,690 57,137 177,393 59,131
T3 64,393 68,177 62,297 194,867 64,956
553,657 184,552
E2
T1 62,703 58,717 59,367 180,787 60,262
T2 65,417 60,923 64,637 190,977 63,659
T3 64,990 66,790 59,280 191,060 63,687
562,823 187,608
E3
T1 68,143 60,437 47,147 175,727 58,576
T2 65,007 57,350 53,750 176,107 58,702
T3 62,767 67,040 59,767 189,573 63,191
541,407 180,469
Total 739,817 729,407 690,337 2159,560 59,988
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 -11,727 -10,997 -12,863 -35,587 -11,862
T2 -10,617 -15,623 -0,087 -26,327 -8,776
T3 -2,233 -8,847 -8,977 -20,057 -6,686
-81,970 -27,323
E1
T1 -4,077 9,930 -5,943 -0,090 -0,030
T2 3,517 0,367 -3,690 0,193 0,064
T3 2,540 2,490 2,573 7,603 2,534
7,707 2,569
E2
T1 4,107 -4,100 0,183 0,190 0,063
T2 -1,547 8,123 -3,023 3,553 1,184
T3 7,123 3,583 -5,530 5,177 1,726
8,920 2,973
E3
T1 -0,723 -5,747 11,450 4,980 1,660
T2 -3,140 -0,683 11,073 7,250 2,417
T3 0,640 -0,090 -2,233 -1,683 -0,561
10,547 3,516
Total -16,137 -21,593 -17,067 -54,797 -1,522
74
Lampiran 58 Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-6 pemaparan di
suhu ruang
Kombinasi perlakuan ulangan Total Rerata
Konsentrasi etilen Lama degreening I II III
E0
T1 41,587 45,427 45,527 132,540 44,180
T2 46,360 41,397 59,770 147,527 49,176
T3 56,243 43,510 36,960 136,713 45,571
416,780 138,927
E1
T1 51,147 60,640 49,417 161,203 53,734
T2 47,880 59,323 48,060 155,263 51,754
T3 59,900 63,390 56,143 179,433 59,811
495,900 165,300
E2
T1 57,327 50,463 51,600 159,390 53,130
T2 59,653 54,453 60,120 174,227 58,076
T3 59,750 63,513 51,343 174,607 58,202
508,223 169,408
E3
T1 64,927 54,103 31,817 150,847 50,282
T2 58,930 46,577 42,010 147,517 49,172
T3 55,513 62,890 52,647 171,050 57,017
469,413 156,471
Total 659,217 645,687 585,413 1890,317 52,509
Lampiran 59 Derajat kecerahan (L*), derajat warna hijau (a*), dan derajat warna kuning (b*) jeruk
keprok madu Terigas pada hari ke-0
Perlakuan Bagian Ulangan I Ulangan II Ulangan III
L* a* b* L* a* b* L* a* b*
A I 43,020 -10,660 24,780 41,180 -12,630 21,730 41,650 -13,850 22,660
II 44,370 -10,250 26,370 45,530 -11,430 25,310 38,960 -13,430 19,350
III 45,500 -14,020 28,690 44,990 -11,730 25,570 41,920 -12,830 23,490
Rata-rata 44,297 -11,643 26,613 43,900 -11,930 24,203 40,843 -13,370 21,833
75
Lampiran 60 Uji indeks efektifitas jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen dan
trigger time dalam degreening
variabel BV BN E0T1 E0T2 E0T3 E1T1 E1T2 E1T3
NE NP NE NP NE NP NE NP NE NP NE NP
b* 1 0.159 0.000 0.000 0.320 0.051 0.089 0.014 0.611 0.097 0.485 0.077 1.000 0.159
karotenoid 1 0.159 0.769 0.122 0.532 0.085 1.000 0.159 0.636 0.101 0.676 0.107 0.658 0.105
L* 0.9 0.143 0.000 0.000 0.274 0.039 0.080 0.011 0.570 0.082 0.443 0.063 1.000 0.143
vitamin C 0.8 0.127 0.258 0.033 0.032 0.004 0.000 0.000 1.000 0.127 0.032 0.004 0.129 0.016
TPT 0.7 0.111 0.455 0.050 0.455 0.050 0.295 0.033 1.000 0.111 0.682 0.076 0.909 0.101
kekerasan 0.6 0.095 0.211 0.020 0.320 0.030 0.393 0.037 1.000 0.095 0.211 0.020 0.867 0.082
kadar air 0.5 0.079 0.000 0.000 0.492 0.039 0.987 0.078 0.268 0.021 0.644 0.051 0.433 0.034
a* 0.4 0.063 0.000 0.000 0.214 0.014 0.360 0.023 0.822 0.052 0.828 0.052 1.000 0.063
klorofil 0.4 0.063 0.166 0.010 0.604 0.038 0.000 0.000 0.201 0.013 0.649 0.041 1.000 0.063
TOTAL 6.3 0.236 0.350 0.355 0.698 0.492 0.767
E2T1 E2T2 E2T3 E3T1 E3T2 E3T3
NE NP NE NP NE NP NE NP NE NP NE NP
0.573 0.091 0.889 0.141 0.897 0.143 0.390 0.062 0.319 0.051 0.821 0.131
0.959 0.152 0.724 0.115 0.434 0.069 0.000 0.000 0.404 0.064 0.610 0.097
0.551 0.079 0.876 0.125 0.879 0.126 0.389 0.056 0.401 0.057 0.831 0.119
0.290 0.037 0.258 0.033 0.097 0.012 0.194 0.025 0.548 0.070 0.065 0.008
0.636 0.071 0.250 0.028 0.659 0.073 0.795 0.088 0.000 0.000 0.455 0.050
0.330 0.031 0.652 0.062 0.437 0.042 0.374 0.036 0.596 0.057 0.000 0.000
0.258 0.020 0.957 0.076 0.514 0.041 1.000 0.079 0.342 0.027 0.816 0.064
0.828 0.052 0.906 0.057 0.944 0.059 0.939 0.059 0.992 0.062 0.785 0.049
0.356 0.022 0.554 0.035 0.896 0.056 0.584 0.037 0.892 0.056 0.608 0.038
0.556 0.672 0.621 0.441 0.444 0.557