103
i Laporan Penelitian KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN PELAKSANANAAN PENGADAAN TANAH DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh: SETIOWATI SRI KISTIYAH ROCHMAT MARTANTO ARIEF SYAIFULLAH SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2018

KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

i

Laporan Penelitian

KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN PELAKSANANAAN PENGADAAN TANAH DI PROVINSI

JAWA TIMUR

Oleh:

SETIOWATI SRI KISTIYAH

ROCHMAT MARTANTO ARIEF SYAIFULLAH

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2018

Page 2: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

ii

KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN PELAKSANANAAN PENGADAAN TANAH DI PROVINSI JAWA TIMUR

2018

HALAMAN PENGESAHAN

Disusun oleh:

SETIOWATI SRI KISTIYAH

ROCHMAT MARTANTO ARIEF SYAIFULLAH

Telah diseminarkan pada Seminar Laporan Penelitian tanggal 2018 di hadapan Reviewer/Steering Committee.

Mengetahui

Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Dr. Julius Sembiring, S.H., M.P.A. NIP. 196407291991031008

Page 3: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan penelitian strategis. Tiada rasa yang melebihi rasa syukur dan

bahagia ketika kami berhasil menyesaikan laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya

bahwa ini adalah karunia Allah SWT semata.

Segenap kemampuan telah kami curahkan mulai dari penyusunan proposal,

pengumpulan data, hingga analisis data, dan akhirnya penyelesaian tulisan hasil

penelitian. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan dan kepicikan pengetahuan kami. Oleh karena itu

segala kritik dan saran penyempurnaan laporan ini akan kami terima dengan tangan

terbuka.

Dalam penyusunan laporan ini besar sekali peranan dari Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Propinsi Jawa Timur, Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Sidoarjo Bapak Drs. Dalu Agung Darmawan, MSi, Kepala Bagian

Pengadaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo, Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kota

Pasuruan, Kepala Kantor Peranahan Kabupaten Malang, Gresik dan Probolinggo beserta

jajarannya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Beliau-beliau dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah mengarahkan serta mengantar kami ke lokasi pengadaan

tanah jalan tol di wilayah- wilayah yang berada di kabupaten Probolinggo, Pasuruan,

Malang, Gersik dan Sidoarjo. Untuk itu perkenankanlah pada kesempatan ini kami

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beliau-beliau, semoga Allah

SWT memberikan pahala yang setimpal kepada beliau atas segala kebaikannya.

Akhirnya kami berharap laporan ini dapat bermanfaat kepada berbagai pihak,

serta menjadi masukan untuk kebijakan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN..

Semoga keberhasilan ini dapat semakin meningkatkan ketaqwaan kami kepada Allah

SWT serta memacu kami untuk terus berkarya. Aamiin.

Yogyakarta, Juni 2018

Tim Peneliti

Page 4: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………... HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………………..... KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….. DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………..

i ii iii iv v vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian..……………………………………………….

B. Permasalahan Penelitian ………………………………………………... C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………... D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….

1 5 8 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka………………………………………………………….

B. Kerangka Konseptual dan Teoritik……………………………… 9 19

BAB III METODA PENELITIAN A. Lokasi Penelitian…………………………………………………………

B. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. C. Teknik Analisis…. ……………………………………………………… D. Definisi Operasional……………………………………………………

21 21 22 23

BAB IV DOKUMEN PERENCANAAN TOL PASPRO, GEMPAS, PANMAL DAN KLB

A. Latar Belakang ……..………………………………………………………. B. Maksud dan Tujuan …………………….………………………………… C. Landasan Hukum dan Kebijakan …………………………………… D. Kesesuaian dengan RTRW……………………………………………… E. Hasil Identifikasi dan Evaluasi Dampak Lingkungan……….. F. Peta Pengadaan Tanah untuk jalan Tol di Kabupaten Gresik,

Sidoarjo, Malang, Pasuruan dan Probolinggo…………………………………………………………………….

24 27 28 38 41 43

BAB V PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Pengadaan Tanah…………………………………….

B. Pembahasan Draf Juknis Dokumen Perencanaaan …………. 45 48

C. Arti Penting Studi Kelayakan dan Cakupannya…………..……. 49 D. Kesesuaian Juknis Dokumen Perencanaan dengan Peraturan

Perundang-undangan…………………………………………………….. E. Hasil Pembahasan Perbandingan Peraturan Perundang-

undangan………………………………………………………………………

78 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………………………... 92 93

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….. 94

Page 5: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tahapan Penelitian ……………………………………………………… 23

Page 6: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Konseptual dan Teoritik ………………………….. 21

Gambar 3.1 Diagram Jalannya Penelitian …………………………………. 24

Gambar 4.1 Peta Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol di Kab. Gresik.

Sidoarjo, Malang, Pasuruan dan Probolinggo Jawa Timur

48

Page 7: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melaksanakan pembangunan

berbagai infrastruktur untuk peningkatan ekonomi di Indonesia, misalnya pelebaran

jalan TOL, jalan kereta api, pembuatan bendungan, jaringan listrik, perluasan bandara,

dan sebagainya. Hal ini yang untuk selanjutnya menjadi fokus dari Pemerintahan Jokowi

yang terus menggenjot peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berbagai

upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk terus mendukung mensukseskan

program ini. Mulai dari kemudahan perizinan atau deregulasi perizinan hingga

penciptaan peluang kerja sama dengan sektor swasta dalam mengembangkan

pembangunan infrastruktur di Indonesia. Akan tetapi pemerintah memerlukan tanah

masyarakat untuk kegiatan pembangunan tersebut, oleh karenanya diperlukan metode

yang tepat, manusiawi dan berkeadilan dalam melepaskan hubungan hukum antara

tanah dan pemegang haknya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sesudah pelepasan

hubungan hukum tersebut seharusnya lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan yang

dilakukanpun hendaknya mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan.

Permasalahannya adalah ketersediaan tanah untuk kegiatan pembangunan

tersebut selalu menjadi kendala karena pemerintah tidak memiliki tanah. Guna

memperlancar pembangunan untuk kepentingan umum, hal ini menuntut pemerintah

untuk mengambil areal tanah yang cukup luas dari masyarakat. Pemerintah mempunyai

kewenangan untuk memperoleh tanah dari pemilik tanah dengan cara mengambil

alih/memperoleh/ melakukan pengadaan tanah, seperti yang dikemukakan oleh Sitorus

dan Limbong (2004 : 1). Namun sebaiknya dalam rangka pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang mengambil areal tanah dari masyarakat sebagai pemilik atau

yang menguasai tanah tersebut untuk lokasi pembangunan, masyarakat tidak boleh

dirugikan. Jika masyarakat pemilik tanah dirugikan, tentu saja ini akan memicu

berbagai permasalahan tentang pengadaan tanah bagi keperluan pembangunan.

Permasalahan penyediaan tanah untuk pembangunan infrastruktur ini dapat

menghambat perkembangan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan kebutuhan pembangunan infrastruktur inilah maka kemudian

diatur peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan

Page 8: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

2

umum yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (selanjutnya disebut “UU

Pengadaan Tanah”). Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

ditujukan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum

yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan,

demokratis, dan adil. Sebagai peraturan pelaksananya diterbitkan Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 (Perkaban No.5

Tahun 2012). Selanjutnya diterbitkan juga Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012

(Perpres No.71 tahun 2012) yang disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor

40 Tahun 2014 (Perpres No.40 Tahun 2014), sebagai perubahan pertama dan

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2014 (Perpres No.99 Tahun 2014) sebagai

perubahan kedua, lalu Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 (Perpres No. 30

Tahun) tentang perubahan ketiga. Akhirnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah

menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Meskipun demikian ada beberapa kelebihan atau kekurangan dari Undang-

Undang No.2 Tahun 2012, kelebihannya antara lain : (1)memberikan kepastian hukum

akan keberatan masyarakat, baik terhadap trase/lokasi pembangunan maupun

keberatan terhadap harga; (2)terdapat batasan waktu pelaksanaan kegiatan sehingga

lebih menjaminnya penyelesaian pengadaan tanah; (3) nilai Ganti Rugi dilakukan Oleh

Penitai per-bidang tanah (hasil penjumlahan harga tanah, bangunan dan tanaman),

sehingga lebih memudahkan petaksanaan musyawarah harga, dan (4) memberikan

kepastian terhadap status tanah pasca konsinyasi.

Adapun kekurangan dari Undang-Undang No.12 Tahun 2012 adalah : (1)hanya

dapat dipergunakan untuk Pengadaan Tanah yang sumber dananya berasal dari

APBN/APBD dan BUMN yang mendapat penugasan khusus; (2)berpotensi untuk

terjadinya tanaman dan bangunan tumbuh akibat komunikasi dengan masyarakat

telah terjadi sebelum SP2LP diterbitkan; (3)menuntut pengulangan dari awal bila

penyelesaian pengadaan tanah melampaui batas waktu masa berlaku SP2LP yang

berpotensi penolakan.

Itulah sebabnya pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum

dilaksanakan harus melalui beberapa tahapan mulai dari : (1) Perencanaan (Instansi &

Page 9: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

3

pemerintah daerah); (2) Persiapan (Pemprov/instansi penetapan lokasi Gubernur); (3)

Pelaksanaan (BPN RI) ; dan (4) Penyerahan hasil (BPN RI). Pada masing-masing

tahapan tersebut berbeda lembaga dan fortofolio masing-masing berupa: tugas pokok;

fungsi; kewenangan; kewajiban; keharusan; larangan; hak; tanggung jawab; dan

tanggung gugat dalam menjalankan tugas kegiatan penyelenggaraan pengadaan tanah

dari anggota tim (petugas pelaksanaanya), yang masing-masing bersifat independen

baik tanggung jawab administrasi maupun tanggung jawab secara hukum.

Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum didasarkan atas

Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja Pemerintah

Instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

sebagaimana dimaksud dalam disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan

tanah, yang dibuat oleh instansi yang memerlukan tanah & dituangkan dalam dokumen

perencanaan yang memuat :(1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan; (2)

Kesesuaian dgn RTRW, Rencana Pembangunan Nasional & daerah; (3) Luas tanah yang

dibutuhkan; (4) Letak tanah.; (5) Status tanah; (6) Perkiraan waktu pelaksanaan; (7)

Perkiraan Nilai Tanah; dan (8) Rencana Penganggaran.

Dokumen perencanaan tersebut disusun berdasarkan : (1) Studi kelayakan

sesuai peraturan perundangan; (2) Ditetapkan oleh instansi yang memerlukan tanah;

dan (3) Dokumen diserahkan kepada Pemprov/Gubernur.

Salah satu kegiatan pengadaan tanah antara lain adalah pada kegiatan

pembangunan jalan tol. Pembangunan infrastruktur berupa jalan tol Paspro, Gempas,

Panmal dan KLB merupakan bagian dari pembangunan ruas jalan tol trans Jawa. Jalan

tol trans Jawa adalah jaringan jalan tol yang menghubungkan kota-kota di pulau Jawa.

Jalan tol ini menghubungkan dua kota terbesar di Indonesia, yaitu Jakarta hingga

Surabaya. Maksud dan tujuan dibangunnya jalan tol trans Jawa adalah untuk

meningkatkan aksesibilitas dan kapasitas jaringan jalan dalam melayani lalu lintas di

koridor trans Jawa, meningkatkan produktivitas melalui pengurangan biaya distribusi

dan menyediakan akses ke pasar regional maupun internasional. Jalan tol mempunyai

fungsi dan tujuan yaitu untuk mempermudah migrasi masyarakat diantara kota-kota

yang dilalui serta untuk pengembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat.

Jalan tol mempermudah mobilisasi para pembisnis atau pedagang antar kota, ini berarti

Page 10: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

4

perdagangan antar kota-kota tersebut akan dimudahkan lewat adanya pembangunan

jalan tol ini.

Jalan Tol Gempol – Pasuruan atau biasa disingkat jalan Tol Gempas terdiri dari

empat seksi yaitu seksi I (Gempol-Rembang) sepanjang 13,95 km, seksi IIA (Rembang-

Pasuruan) sepanjang 6,6 km, seksi IIB (Rembang-Pasuruan) serta seksi III (Pasuruan-

Grati) sepanjang 13,6 km, maka lalu lintas yang menuju Grati-Probolinggo dapat lebih

lancar. Adapun jalan Tol Pasuruan - Probolinggo atau biasa disingkat jalan Tol Paspro

terdiri dari tiga seksi yaitu seksi I sepanjang 12,6 km, seksi II sepanjang 7,2 km, dan

seksi II sepanjang 11,5 km melewati Wilayah Kecamatan Grati (menyambung dari Jalan

tol Ruas Gempol-Pasuruan) Kecamatan Nguling Wilayah Kabupaten Probolinggo &

Wilayah Kota Probolinggo. Sedangkan jalan Tol Pandaan – Malang atau biasa disingkat

Panmal merupakan jalan tol sepanjang Kota Pandaan sampai dengan Malang sepanjang

37,62 km, yang menghubungkan dua ruas tol yang telah dibangun sebelumnya yaitu

GempoI-Pasuruan (34,15 km) dan Pasuruan Probolinggo (31,3 km). Untuk jalan Tol

Kriyan-Legundi-Bunder atau biasa disingkat jalan Tol KLB merupakan upaya

memperpendek jarak tempuh dan perpersingkat waktu tempuh antara pelabuhan

dengan Kawasan lndustri di Wilayah Gresik (Kawasan lndustri Manyar, Kawasan

lndustri Kebomas, Kawasan industri Driyorejo), serta Pelabuhan di PKN

Gerbangkertasusila dengan wilayah barat selatan provinsi Jawa Timur maka perlu

dikembangkan jalan bebas hambatan (tol), sebagai jalan alternatif dari Jalan Arteri

Provinsi Ruas Krian - Legundi - Bunder-Manyar. Rencana trase jalan Tol Krian - Legundi

- Bunder- Manyar akan dimulai dari Jalan Arteri Nasional By Pass Krian dan berakhir di

exit Bunder dari Jalan Tol Surabaya - Gresik.

Pembangunan jalan tol tersebut pada kenyataannya sempat terhenti dan

mangkrak, oleh karena itu apakah jalan tol yang saat ini sudah beroperasi dulu

menyimpan suatu histori pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanahnya, dan apakah

ada tahapan yang bermasalah, lalu bagaimana penyiapan dokumen perencanaannya ?

Untuk itulah maka penelitian ini akan dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur, karena

peneliti akan mengkaji sucsess story serta permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan

pengadaan tanah khususnya mengenai penyiapan dokumen perencanaan yang harus

disiapkan. Hal ini dikarenakan penyiapan dokumen perencanaan penting dibuat oleh

instansi yang memerlukan tanah.

Page 11: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

5

B. Permasalahan

Kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini ternyata menimbulkan

berbagai masalah yang muncul dalam tiga tahap pertama dari empat rangkaian

kegiatan pengadaan tanah.

Sebagian besar dokumen perencanaan pengadaan tanah masih lemah, padahal

dokumen perencanaan merupakan tahap awal yang merupakan gerbang yang penting

untuk melaksanakan tahapan pengadaan tanah selanjutnya. Banyak kasus ditolaknya

dokumen perencanaan karena ketidaktahuan instansi yang memerlukan tanah dalam

hal membuat perencanaan pengadaan tanah yang baik. Seringkali, dokumen

perencanaan dianggap sekedar prosedur, penyiapan terhadap dokumen-dokumen

tersebut kurang serius. Tidak jarang pengajuan pengadaan tanah ditolak oleh

pemerintah daerah atau bahkan sudah pada tahap persiapan permohonan pengukuran

ditolak BPN karena dokumen perencanaan yang kurang lengkap.

Peran dokumen perencanaan dalam pengadaan tanah dapat dilihat pada kasus

pengadaan tanah tanah New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA). Pengadaan tanah

sempat terhenti karena Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.

68/KEP/2015 digugat. Gugatan didasarkan pada ketidaksesuaian antara RTRW

Kabupaten Kulon Progo dengan peraturan tata ruang di atasnya. Seperti diketahui,

singkronisasi kesesuaian tata ruang ada pada tahapan perencanaan.

Arti penting tahapan perencanaan juga terjadi pada kasus pengadaan tanah di

Provinsi Gorontalo tahun 2017 yaitu Pembangunan Kanal Pintu Air Topadu Danau

Limboto di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Percepatan pengadaan tanah

terhambat karena dokumen perencanaan dan persiapan tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan terkait; khususnya adanya kekurangan dokumen kesesuaian

rencana pengadaan tanah dengan Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah, Rencana Strategis dan

Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan serta studi kelayakan. Dengan

demikian tahapan pelaksanaan pengadaan tanah tertunda karena instansi yang

memerlukan tanah haruslah melengkapi atau memperbaiki dokumen perencanaan

tersebut.

Permasalahan perbedaan persepsi substantif juga muncul pada proses

pengadaan tanah. Sebagai contoh surat Dari Dirjen Pengadaan Tanah Nomor

4595/29.1-600/XII/2017 menjelaskan perbedaan persepsi substantif antara Pendapat

Page 12: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

6

Hukum atau Legal Opinion (LO) yang disampaikan oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi

Selatan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Selatan dan LO Kejaksaan

Tinggi Banten kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Banten. Substansi

perbedaan persepsi yang dijelaskan menyangkut: (1) Penugasan Kepala Kantor sebagai

Ketua Pelaksanaan Pengadaan Tanah, (2) Pengertian Tanah Negara, (3) Perbedaan

penilaian uang ganti kerugian pada dokumen perencanaan dengan hasil penilaian dari

penilai pertanahan, (4) Perbedaan luas hasil inventarisasi dan identifikasi dengan hasil

verifikasi, dan (5) Pelaksanaan Perpres No.56 tahun 2017 tentang Penanganan Dampak

Sosial Kemasyarakatan dalm Rangka Penyediaan Tanah untuk Proyek Strategis

Nasional.

Permasalahan hukum juga sering muncul dalam proses pengadaan tanah yaitu

mengena sengketa pertanahan disamping sengketa hukum lainnya, baik di dalam

maupun di luar pengadilan. Bentuk sengketa pertanahan yang kadang kala muncul

dalam proses pengadaan tanah ini pun bermacam-macam. Mulai dari sengketa tata

usaha negara (TUN) yang kerap digunakan untuk menggungat surat keputusan atas

penetapan lokasi ; sengketa keperdataan yang terkait dengan keberatan penetapan

ganti rugi, konsinyasi, maupun sengketa lainnya ; sengketa pidana yang terkait dengan

pemalsuan dokumen tanah, penggelapan, dan sebagainya ; sengketa adat – hak ulayat ;

sengketa tumpang tindih ; hingga sengketa lingkungan hidup. Berbagai sengketa ini

yang untuk selanjutnya menghambat pembangunan sebuah proyek, bahkan tak jarang

proyek tersebut menjadi mangkrak hingga tahunan. Disinilah untuk selanjutnya

penegakan atas UU No. 2 Tahun 2012 beserta dengan peraturan turunannya sebagai

payung hukum sangat diharapkan untuk menjamin kelancaran dalam proses pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, khususnya infrastruktur.

Adapun secara umum, permasalahan pengadaan tanah sebagai berikut: Pertama,

tahap perencanaan yang muncul antara lain: (1) instansi yang memerlukan tanah

belum memahami dalam menyusun dokumen perencanaan, dan (2) dokumen

perencanaan pengadaan tanah belum memenuhi persyaratan yang ditentukan. Kedua,

permasalahan pada tahap persiapan antara lain (1) masih terdapat Penetapan Lokasi

yang tidak sesuai dengan RTRW/perubahan RTRW, (2) masih terdapat Penetapan

Lokasi yang tidak didasari Berita Acara Kesepakatan dari Konsultasi Publik karena

tidak dilaksanakan sosialisasi dan konsultasi publik kepada pihak yang berhak,

sehingga berdampak pada ketidak lengkapan data awal, (3) area Penetapan Lokasi

Page 13: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

7

terdapat dalam kawasan hutan sehingga petugas tidak dapat/ragu melaksanakan

pendataan awal, (4) masih terdapat pemerintah daerah tidak membentuk Tim Kajian

Keberatan apabila terdapat keberatan atas obyek yang akan dijadikan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum, (5) masih terdapat Penetapan Lokasi

yang tidak didukung dengan data awal terkait obyek, subyek dan titik koordinat yang

masih berubah pada saat tahapan pelaksanaan, dan (6) Patok batas bidang belum

dipasang oleh pemilik tanah. Ketiga, Permasalahan pada tahap pelaksanaan yang

muncul antara lain: (1) ketersediaan anggaran, (2) perijinan yang tidak lengkap pada

tahap persiapan, (3) pemilik tidak sepakat dengan besarnya ganti rugi, tanah yang

pemiliknya tidak diketahui, tanah sengketa, tanah yang sedang berperkara di

pengadilan, tanah yang diagunkan, tanah yang di sita oleh pejabat yang berwenang, dan

tanah yang dijaminkan di bank.

Perlu diinformasikan bahwa, dalam kaitan permasalahan yang sering muncul

pada tahap perencanaan itu pula, maka Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

Pertanahan Nasional memandang perlu memberikan petunjuk teknis. Petunjuk teknis

tersebut sedang dipersiapkan bersama tim Asean Development Bank (ADB) dan

konsultan di bidang pengadaan tanah. Harapannya petunjuk teknis tersebut dapat

memberikan panduan yang lengkap dalam perencanaan pengadaan tanah sehingga

mengurangi permasalahan yang muncul.

Oleh karena itu untuk meminimalisir adanya permasalahan yang timbul, maka

diperlukan suatu aturan untuk membuat dokumen perencanaan pengadaan tanah yang

selama ini belum dibuat secara rinci karena instansi yang memerlukan tanah belum

memahami dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan. Hal ini dapat

menimbulkan beberapa kasus bahkan terkadang menyeret beberapa petugas yang

menangani penyelesaian pengadaan tanah ke “hotel prodeo”. Berdasarkan uraian

permasalahan yang sering terjadi pada proses pengadaan tanah maka penelitian ini

ingin mengkaji serta mendapatkan informasi tentang :

1. Kelengkapan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah oleh yang memerlukan.

2. Hasil sinkronisasi antara isi Dokumen Perencanaan dengan Hasil Pelaksanaan

Pengadaan Tanah.

3. Hasil analisis urgensitas diperlukannya Juknis tentang Penyusunan Dokumen

Perencanaan Pengadaan Tanah.

Page 14: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

8

4. Rancang bangun draft Juknis Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan

Tanah (Menyempurnakan draft Juknis Penyusunan Dokumen Perencanaan

Pengadaan tanah yang telah dipersiapkan oleh Asian Development Bank

(ADB) dan Ditjen Pengadaan Tanah).

Untuk mengkaji serta memperoleh data /informasi mengenai permasalahan

tersebut maka kami merumuskannya dalam pertanyaan penelitian berikut ini :

1. Mengapa instansi yang memerlukan tanah harus menyiapkan kelengkapan dokumen

perencanaan pengadaan tanah ?

2. Mengapa hasil analisis isi dokumen perencanaan harus disinkronisasikan dengan

hasil pelaksanaan pengadaan tanah ?

3. Bagaimana hasil analisis juknis tentang penyusunan dokumen perencanaan

pengadaan tanah ?

4. Mengapa perlu disempurnakan draft rancang bangun petunjuk teknis tentang

penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah yang telah disiapkan oleh

Asian Development Bank (ADB) dan Ditjen Pengadaan Tanah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dokumen perencanaan pengadaan tanah yang disiapkan oleh

instansi yang memerlukan tanah.

2. Untuk menganalisis sinkronisasi antara isi dokumen perencanaan dengan hasil

pelaksanaan pengadaan tanah.

3. Untuk menganalisis hasil juknis tentang penyusunan perencanaan pengadaan tanah.

4. Untuk mengkaji kesempurnaan draft rancang bangun petunjuk teknis tentang

penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah yang telah dipersiapkan oleh

Asian Development Bank dengan Ditjen Pengadaan tanah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini harapannya :

1. ditinjau dari segi akademis, dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam kegiatan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum;

2. ditinjau dari segi praktisi, dapat memberikan masukkan dalam pembuatan dokumen

perencanaan pada proses awal tahapan kegiatan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum.

Page 15: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Urgensi Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum

Tanah merupakan modal dasar pembangunan, hampir tak ada kegiatan

pembangunan (sektoral) yang tidak memerlukan tanah. Oleh karena itu tanah

memegang peranan yang sangat penting, bahkan menentukan berhasil tidaknya

suatu pembangunan. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di segala bidang

kehidupan terutama untuk kepentingan umum selalu membutuhkan tanah

sebagai wadah untuk diletakkannya pembangunan tersebut.

Negara tidak mempunyai hubungan memiliki dengan tanah (eigendom

staat), sehingga tidak mungkin pemerintah atas nama negara leluasa atau

semena-mena dalam memperoleh (mengambil) tanah masyarakat atau

pemegang hak atas tanah yang arealnya terkena pembangunan untuk

kepentingan umum.

Pemerintah (atas nama negara) dalam memperoleh hak atas tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum, wajib berpegang teguh dan taat asas

terhadap nilai-nilai luhur kewenangan negara. Kewenangan negara menjalankan

Hak Penguasaan Negara (Pasal 33 ayat 3 UUD45) dalam rangka rangka

mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat, sehingga dalam prosedur

perolehan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum tersebut harus

mampu merumuskan metoda yang komprehensif (teruji secara ilmiah) dan

representatif (dapat mencerminkan nilai-nilai hak asasi manusia yang

bermartabat dan terhormat).

UUPA dan UU Nomor 20 Tahun 1961 mengatakan kepentingan umum

dinyatakan dalam arti peruntukannya, yakni untuk kepentingan bangsa dan

negara, kepentingan bersama dari rakyat dan kepentingan pembangunan.

Artinya kepentingan umum itu harus memenuhi peruntukkannya, dan harus

dirasakan kemanfaatannya, serta dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan

dan atau secara langsung.

Pemerintah yang dalam hal ini sebagai pemangku kebijakan telah

melakukan upaya dengan mengeluarkan peraturan tentang pengadaan tanah

Page 16: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

10

untuk pembangunan dalam rangka kepentingan umum. Bahkan tahapan

penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 juncto Perpres Nomor 7

Tahun 2012 sebagaimana telah diubah empat (4) kali, dan terakhir dengan

Perpres Nomor 148 Tahun 2015. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari

konflik yang terjadi akibat pelepasan hubungan hukum antara tanah dengan

pemegang haknya, sehingga pembangunan yang dihasilkan pasca pembebasan

hak-hak warga negara dapat memajukan rakyat secara keseluruh.

2. Tahapan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

Penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagaimana diatur dalam

Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum juncto Pasal 2 Peraturan Presiden

Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Menurut peraturan tersebut tahapan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum terdiri dari 4

(empat) tahapan, yaitu :

a) Tahapan Perencanaan

Instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum wajib membuat Rencana Pengadaan tanah yang disusun dalam bentuk

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. Penyusunan rencana pengadaan tanah

tersebut setidaknya harus didasarkan pada :

1) Rencana Tata Ruang Wilayah (Nasional, Provinsi, dan atau

Kabupaten/Kota).

2) Rencana Pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan

jangka panjang, Jangka Menengah, dan rencana Strategis.

3) Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang besangkutan.

Portofolio (tugas, fungsi, kewenangan, kewajiban, hak, keharusan,

larangan, tanggung jawab dan tanggung gugat) pada tahap perencanaan

penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum dilakukan dan berada pada instansi yang memerlukan tanah. Tahap

perencanaan ini diselenggarakan melalui studi kelayakan dan dituangkan dalam

dokumen perencanaan.

Page 17: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

11

Rencana pengadaan tanah dapat disusun secara bersama-sama oleh

instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi teknis terkait atau

dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh instansi yang

memerlukan.

Rencana pengadaan tanah disusun dalam bentuk dokumen perencanaan

pengadaan tanah, minimal memuat :

1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan;

2) Kesesuaian dengan Rencana tata Ruang Wilayah dan Prioritas

Pembangunan;

3) Letak tanah;

4) Luas tanah yang dibutuhkan;

5) Gambaran umum status tanah;

6) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah;

7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

8) Perkiraan nilai tanah; dan

9) Rencana pengganggaran;

Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasarkan studi

kelayakan yang mencakup :

1) Survei sosial ekonomi;

2) Kelayakan lokasi;

3) Analisis biaya atas manfaat pembangunan bagi wilayah dan

masyarakat;

4) Perkiraan nilai tanah;

5) Dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat

dari pengadaan tanah dan pembangunan; dan

6) Studi lain yang diperlukan.

Hasil dari tahapan perencanaan adalah dokumen perencanaan. Instansi

yang memerlukan tanah kemudian menyampaikan kepada Gubernur di provinsi

dimana lokasi rencana pembangunan akan dilaksanakan. Dokumen perencanaan

tersebut harus sesuai sebagaimana diatur dalam Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum juncto Pasal 3 sampai dengan Pasal 7 Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Page 18: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

12

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang akan menandai dimulainya

tahapan selanjutnya, yaitu tahap persiapan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum.

b) Tahapan Persiapan

Persiapan pengadaan tanah diselenggarakan dalam tiga(3) tahapan,

sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 2 tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan umum yang

terdiri dari sub tahapan berikut :

1) Pemberitahuan rencana pembangunan kepada masyarakat, khususnya

kepada pemilik tanah yang akan terkena areal pembangunan untuk

kepentingan umum;

2) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan;

3) Konsultasi publik rencana pembangunan.

Berdasarkan dokumen perencanaan yang dihasilkan pada tahapan

perencanaan, gubernur membentuk tim persiapan untuk menyelenggarakan

tahapan persiapan pengadaan tanah paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak

diterimanya dokumen perencanaan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Anggota Tim persiapan terdiri dari :

1) Bupati/Walikota;

2) Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi terkait;

3) Instansi yang memerlukan tanah;

4) Instansi terkait lainnya.

Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan pelaksanaan persiapan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk kepentingan Umum tersebut

kepada Bupati/Walikota dengan pertimbangan untuk : efisiensi, efektifitas,

kondisi geografis dan sumberdaya manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 47

dan Pasal 48 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum. Adapun untuk kelancaran Pelaksanaan Tugas Tim Persiapan, Gubernur

membentuk sekretariat persiapan yang berkedudukan di Provinsi.

Page 19: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

13

Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum menyebutkan, bahwa Tim Persiapan Pengadaan tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum bertugas :

1) Melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan;

a) Tim persiapan memberitahukan rencana pembangunan kepada

masyarakat pada lokasi pembangunan dalam waktu paling lama

20 (dua puluh) hari kerja sejak dokumen perencanan diterima

oleh Gubernur (Pasal 17 UU 2/2012 jo. Pasal 11-15 Perpres

71/2012).

b) Pemberitahuan ditandatangani oleh Ketua Tim Persiapan.

c) Pemberitahuan secara langsung dengan cara : sosialisasi, tatap

muka dan surat pemberitahuan.

d) Undangan sosialisasi atau tatap muka disampaikan melalui

Lurah/Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum

pertemuan.

e) Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan oleh Tim Persiapan.

f) Hasil sosialisasi atau tatap muka dituangkan dalam bentuk notulen

pertemuan dan ditandatangani oleh Ketua Tim atau Pejabat yang

ditunjuk.

g) Bukti penyampaian pemberitahuan dibuat dalam bentuk tanda

terima dari perangkat Kelurahan/Desa.

h) Pemberitahuan melalui media cetak dilaksanakan melalui surat

kabar lokal dan nasional paling sedikit 1 (satu) kali penerbitan

pada hari kerja dan media elektronik melalui website pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kotadan instansi yang memerlukan tanah.

2) Melaksanakan pendataan awal lokasi rencana pembangunan;

Pendataan awal dilaksanakan untuk memperoleh data awal Pihak

yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah, paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja (Pasal 18 UU 2/2012 jo. Pasal 16 Perpres 71/2012).

Objek Pengadaan tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah

tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau

lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

Page 20: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

14

Pihak yang berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki

objek pengadaan tanah, meliputi :

a) Pemegang hak atas tanah;

b) Pemegang pengelolaan;

c) Nadzir untuk tanah wakaf;

d) Pemilik untuk tanah bekas milik adat;

e) Masyarakat hukum adat;

f) Pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik;

g) Pemegang dasar penguasaan atas tanah, dan/atau

h) Pemilik bangunan, tanaman, ataubenda lain yang berkaitan

dengan tanah.

3) Melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan;

Konsultasi publik dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan

lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang berhak, paling lama 60

(enam puluh) hari kerja. Dalam hal terdapat keberata, dilakukan

konsultasi public ulang, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. (Pasal

19-20 UU 2/2012 jo. Pasal 29-34 Perpres 71/2012)

Apabila masih terdapat keberatan,Gubernur/Bupati/Walikota

membentuk Tim untuk melakukan kajian atas keberatan rencana

lokasi pembangunan kepentingan umum. Tim Kajian Keberatan

tersebut terdiri atas :

a) Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai

ketua merangkap anggota;

b) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai

sekretaris merangkap anggota;

c) Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan

pembangunan daerah sebagai anggota;

d) Kepala Kantor wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia sebagai anggota;

e) Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota;

dan

f) Akademisi sebagai anggota.

Tim Kajian Keberatan bertugas :

Page 21: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

15

a) Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan;

b) Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang

keberatan; dan

c) Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan.

Berdasarkan rekomendasi Tim Kajian Keberatan,

Gubernur/Bupati/Walikota mengeluarkan surat diterima atau

ditolaknya keberatan atas rencana lokasi pembangunan. Apabila

keberatan ditolak maka Gubernur/Bupati/walikota menetapkan

lokasi pembangunan., sedangkan jika keberatan diterima maka

Gubernur/Bupati/Walikota memberitahuan kepada instansi yang

memerlukan tanah untuk membatalkan rencana pembangunan

atau mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat lain.

(Pasal 21-21 UU 2/2012 jo. Pasal 35-40 Pepres 71/2012)

4) Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan;

Setelah diperoleh kesepakatan dalam konsultasi publik, atau

keberatan dari Pihak yang keberatan ditolak,

Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Penetapan lokasi

pembangunan. (Pasal 22 UU 2/2012 jo. Pasal 43-44 Perpres

71/2012).

Perpanjangan waktu Penetapan lokasi pembangunan diajukan

oleh instansi yang memerlukan tanah kepada

Gubernur/Bupati/Walikota atas pertimbangan Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional, dalam jangka waktu paling lambat 2

(dua) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Penetapan lokasi

pembangunan. (Pasal 43 Perpres 71/2012).

5) Mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum; dan

Penetapan lokasi diumumkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota

bersama instansi yang memerlukan tanah.(Pasal 26 UU 2/2012

jo.Pasal45-46 Perpres 71/2012).

Upaya hukum Penetapan lokasi :

a) Pihak yang berkeberatan terhadap penetapan lokasi dapat

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara paling

Page 22: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

16

lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dikeluarkannya

penetapan lokasi.

b) Pengadilan Tata Usaha Negara memutus diterima atau

ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak diterimanya gugatan.

c) Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara, dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

dapat mengajukan kasasi kepadaMahkamah Agung Republik

Indonesia.

d) Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi

diterima.

e) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap menjadi dasar diteruskan atau tidaknya Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. (Pasal 23

UU 2/2012).

6) Melaksanakan tugas lain yang terkait persiapan Pengadaan tanah bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang ditugaskan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota Pemberitahuan Rencana Pembangunan.

c) Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum,

instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan Pengadaan Tanah

kepada Kepala Kantor Wilayah BPN selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

(Pasal 27 UU2/2012 jo. Pasal 49 Perpres 71/2012 jo. Pasal 1 PerKaBPN 5/2012).

Dalam pelaksanaan pengadaan tanah Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional dapat memobilisasi pegawai di lingkungan unit kerjanya.

Apabila pengadaan tanah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional, maka susunan keanggotaan pelaksana pengadaan tanah, paling kurang :

1) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai Ketua;

2) Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah atau Pejabat

setingkat Eselon III yang ditunjuk sebagai anggota;

3) Kepala Kantor Pertanahan setempat pada lokasi pengadaan tanah

sebagai anggota;

Page 23: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

17

4) Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi paling rendah

setingkat Eselon III yang membidangi urusan pertanahan

atauPejabat setingkat Eselon III yang ditunjuk sebagai anggota;

5) Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota , paling

rendah setingkat Eselon III yang membidangi urusan pertanahan

atau Pejabat setingkat Eselon III yang ditunjuk sebagai anggota;

6) Camat atau nama lain setempat pada lokasi pengadan tanah sebagai

anggota;

7) Lurah/Kepala Desa atau nama lain setempat pada lokasi pengadaan

tanah sebagai anggota; dan

8) Kepala Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah atau Pejabat setingkat

Eselon IV yang ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap anggota.

Kepala Kantor Wilayah BPN dapat menugaskan Kepala Kantor Pertanahan

sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah, dengan pertimbangan untuk

efisiensi, efektifitas, kondisi geografis, dan sumberdaya manusia (Pasal 50-51

Perpres 71/2012 jo. Pasal 2 PerKaBPN 5/2012).

Apabila pengadaan tanah dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanaha,

maka susunan keanggotaan pelaksana pengadaan tanah, paling kurang :

1) Kepala Kantor Pertanahan sebagai Ketua;

2) Kepala Seksi Hak tanah dan Pendaftaran tanah atau Pejabat setingkat

Eselon IV yang ditunjuk sebagai anggota;

3) Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota , paling

rendah setingkat Eselon IV yang membidangi urusan pertanahan

sebagai anggota;

4) Camat atau nama lain setempat pada lokasi pengadan tanah sebagai

anggota;

5) Lurah/Kepala Desa atau nama lain setempat pada lokasi pengadaan

tanah sebagai anggota; dan

6) Kepala Sub Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah atau Pejabat yang

ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap anggota.

Pelaksana Pengadaan Tanah dibantu oleh Sekretaris Pelaksana

Pengadaan Tanah, yang keanggotaannya terdiri dari pejabat atau staf yang

ditunjuk oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah, paling banyak 4 (empat) orang.

Tugasnya adalah untuk menyiapkan administrasi pengadaan tanah, yang

meliputi keuangan, pendokumentasian, dan surat menyurat lainnya.

Page 24: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

18

Rincian pelaksanaan pengadaan tanah terdiri dari :

1) Penyiapan pelaksanaan;

2) Inventarisasi dan identifikasi;

3) Penertapan penilai;

4) Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian;

5) Pemberian ganti kerugian;

6) Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus;

7) Penitipan ganti kerugian;

8) Pelepasan objek pengadaan tanah;

9) Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek

pengadaan tanah, dan

10) Pendokumentasian peta bidang, daftar nominative dan data

administrasi pengadan tanah. (Pasal 5 PerKaBPN 5/2012)

d) Tahap Penyerahan Hasil

Ketua Pelaksana pengadaan tanah menyerahkan hasil Pengadaan Tanah

kepada Instansi yang memerlukan tanah disertai data Pengadaan tanah, paling

lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pelepasan hak objek Pengadaan Tanah. Instansi

yang memerlukan tanah wajib mendaftarkan/mensertipikatkan dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penyerahan hasil pengadaan tanah.

Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan

pembangunan setelah dilakukanpenyerahan hasil Pengadaan tanah oleh Ketua

Pelaksana Pengadaan Tanah . (Pasal 48-50 UU 2/2012 jo. Pasal 112- 113

Perpres 71/2012 jo.Pasal 46-48 PerKa BPN 5/2012).

3. Peranan Dokumen Perencanaan

Peranan adalah sesuatu yang dapat diartikan memiliki arti positif yang

diharapkan akan mempengaruhi sesuatu yang lain dan peranan bersinonim

dengan ‘pengaruh’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘pengaruh’ berarti

“daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Jika dikaitkan dengan sesuatu

yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, maka pengaruh adalah “daya yang

ada atau timbul dari organisasi yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan masyarakat. Makna peranan secara implisit menunjukkan kekuatan.

Page 25: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

19

Kekuatan tersebut berlaku baik secara internal maupun eksternal terhadap

individu atau kelompok yang menjalankan peranan tersebut.

Peranan juga dapat berhubungan dengan informasi (informational role),

yaitu yang berasal dari hasil analisis, baik itu berupa kajian atau aturan bahkan

laporan yang berisi mengenai berbagai isu yang bermanfaat.

Sedangkan peranan dokumen perencanaan diharapkan dapat memberikan

suatu informasi atau sebagai arahan dari rencana suatu kegiatan. Oleh karena itu

peranan dokumen perencanaan pada kegiatan pengadaan tanah untuk

pembangunan kepentingan umum mempunyai makna yang sangat penting

sebagai informasi serta arahan penting pada tahapan kegiatan pengadaan tanah.

Hal ini dikarenakan isi dokumen perencanaan tersebut akan meyajikan semua

rencana kegiatan sampai rencana anggaran bahkan juga memprediksikan serta

mencarikan solusi pemecahan dan dampak yang timbul dari kegiatan yang akan

dilaksanakan.

B. Kerangka Konseptual dan Teoritik

Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan tanah sebagai

wadahnya. Persoalannya tanah merupakan sumberdaya alam yang sifatnya

terbatas, dan tidak pernah bertambah luasnya. Tanah yang tersedia sudah

banyak yang dilekati dengan hak (tanah hak), dan tanah negara sudah

sangat terbatas persediaannya. Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit

melakukan pembangunan untuk kepetingan umum di atas tanah negara, dan

sebagai jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah-tanah

hak yang dikuasai oleh ,masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka muncul kepentingan pengadaan tanah

yang berlatar belakang dengan meningkatnya pembangunan untuk kepentingan

umum yang memerlukan tanah, sehingga pengadaannya perlu dilakukan secara

cepat dan transparan dengan tetap memperhatikan prinsip penghormatan

terhadap hak-hak yang sah atas tanah.

Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah

dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan

tanah, bangunan, tanaman, dan benda- benda yang yang berkaitan dengan tanah.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka kemudian pengadaan tanah diatur dalam

suatu undang-undang agar pelaksanaannya cepat, tepat, manusiawi dan

Page 26: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

20

berkeadilan dalam melepaskan hubungan hukum antara tanah dan pemegang

haknya.

Atas dasar pertimbangan di atas, maka lahirlah Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum (selanjutnya disebut “UU Pengadaan Tanah”), Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sebagai peraturan pelaksananya

diterbitkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2012 (Perkaban No.5 Tahun 2012). Selanjutnya diterbitkan juga

Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 (Perpres No.71 tahun 2012).

Agar pelaksanaan pengadaan tanah tidak menimbulkan konflik serta

permasalahan, maka instansi yang memerlukan tanah untuk kegiatan

pembangunan perlu mengikuti tahapan dalam pengadaan tanah. Tahapan-

tahapan tersebut harus dilalui serta dipersiapkan. Dokumen serta kerjasama

dengan beberapa instansi juga diperlukan bahkan dengan akademisi. Kegiatan

pengadaan tanah mulai dari tahapan persiapan hingga tahap penyerahan hasil

harus tercatat secara rinci dengan bukti dokumen yang dapat

dipertanggungjawabkan. Hal yang terpenting dalam tahapan pengadaan tanah

adalah perencanaan dimana tahap ini harus dipersiapkan beberapa dokumen

sebagai prasyarat untuk memulai pengadaan tanah. Begitu pentingnya tahap

awal ini maka perlu petunjuk teknis dalam perencanaan, agar tidak terjadi

permasalahan dikemudian hari.

Untuk memperoleh gambaran konseptual serta konsep teoritik penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut :

UU 2/2012 Perpres 71/2012

Per KaBPN 5/2012

Pembanguan Bagi

Kepentingan Umum

Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

Tahap

Persiapan

Tahap

Perencanaan

Tahap

Pelaksanaan

Tahap

Penyerahan

Hasil

Dokumen Perencanaan Petunjuk Teknis Perencanaan

Gambar 2.1. Diagram Konseptual dan Teoritik

Teoritik

Page 27: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

21

BAB III METODA PENELITIAN

Metoda Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan mengkaji

peraturan perundang-undangan, dengan pendekatan yuridis empiris, yaitu

mengkaji peraturan perundang-undangan, antara lain: Undang-Undang No. 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum, Peraturan Presiden RI No. 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum, serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 5 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jawa Timur di beberapa instansi seperti

Kantor Wilayah Kementrian ATR/BPN Provinsi Jawa Tmur, Kantor

Pertanahan Kabupaten Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Probolinggo dan

Malang. Selain itu juga di Kantor PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Dinas

Pekerjaan Umum di Kabupaten Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Probolinggo dan

Malang.

B. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data penelitian ini :

a) Studi dokumen/peraturan terkait pengadaan tanah;

b) Studi rancangan juknis perencanaan pengadaan tanah yang dibuat oleh

Kementerian ATR/BPN dan ADB;

c) Studi dokumen pengadaan tanah di kantor pertanahan setempat dan bila

perlu ditambah di instansi yang memerlukan tanah;

d) Wawancara mendalam dengan pelaksana pengadaan tanah di kantor

pertanahan setempat dan bila perlu dengan instansi yang memerlukan

tanah.

Page 28: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

22

C. Teknik analisis

Tabel 3.1. Tahapan penelitian

No Tahapan Penelitian a. Teknik pengumpulan b. Analisis c. Hasil.

1. Studi peraturan dan dokumen pengadaan tanah

a. Studi dokumen. b. Pengelompokan tahapan

pengadaan tanah c. Daftar dokumen yang

diperlukan dalam pengadaan tanah

2. Menginventarisir permasalahan pengadaan tanah secara keseluruhan

a. Wawancara mendalam, semi terstruktur

b. Pengelompokan masalah pengadaan tanah

c. Daftar isian masalah 3. Pemberian bobot

permasalahan berbasis urgensi penyelesaian

a. - b. Katagorisasi secara logis

permasalahan berdasarkan wawancara.

c. Daftar pembobotan/ prioritas masalah pengadaan tanah

4. Mengkonfirmasi, permasalahan/best practice versus rancangan juknis perencanaan pengadaan tanah

a. - b. Apakah rancangan juknis

sudah mengakomodir permasalahan/best practice?

c. Daftar permasalahan yang belum dituangkan dalam juknis

5. Membuat rekomendasi terhadap rancangan juknis perencanaan pengadaan tanah.

A. - B. Merumuskan pada juknis C. Hasil rumusmusan berupa

rekomendasi.

Analisis dilakukan dengan cara membandingkan best praktis

pengadaan tanah yang dilaksanakan di daerah penelitian, dengan cara: (1)

menginventarisir permasalahan pengadaan tanah secara keseluruhan, (2)

mengkalasifikasikan permasalahan tersebut berdasarkan tahapan-tahapan

pengadaan tanah, (3) memberikan bobot permasalahan berdasarkan

pengaruhnya terhadap keberhasilan pengadaan tanah, (4) menganalisis

peran tahapan perencanaan terhadap munculnya permasalahan, (5)

menkonfirmasi permasalahan dengan rancangan petunjuk teknis

Page 29: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

23

perencanaan pengadaan tanah, dan (6) memberikan rekomendasi untuk

penyempurnaan juknis perencanaan pengadaan tanah dibuat oleh

Kementerian ATR/BPN dan ADB. Tahapan penelitian secara garis besar

tertuang pada gambar 3.1.

Secara diagram jalannya penelitian seperti pada gambar berikut ini :

D. Definisi Operasional

1. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN) adalah

Lembaga Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang kemudian pada

tahun 2015 BPN berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

2. Dampak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali adalah semua

dampak yang terkait dengan hilangnya aset fisik dan non-fisik,

termasuk rumah, masyarakat, tanah produktif, aset dan sumber

pendapatan produktif, subsisten, sumber daya, situs budaya,

Rancangan Juknis

Perencanaan

Best pratice

Analisis

Rekomendasi

Peraturan

Perudang Undangan

Gambar 3.1. Diagram Jalannya Penelitian

Page 30: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

24

struktur sosial, jaringan dan ikatan, identitas budaya, dan

mekanisme saling membantu.

3. Instansi yang memerlukan tanah adalah lembaga negara,

kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan Badan

Hukum Milik Negara/Badan Usaha Milik Negara yang mendapat

penugasan khusus Pemerintah atau Badan Usaha yang

mendapatkan kuasa berdasarkan perjanjian dari lembaga negara,

kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan Badan Hukum Milik

Negara/Badan Usaha Milik Negara yang mendapat penugasan

khusus Pemerintah dalam rangka penyediaan infrastruktur untuk

kepentingan umum.

4. Nilai Penggantian Wajar adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang

didasarkan pada kesetaraan dengan nilai pasar atas suatu property,

dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik

yang diakibatkan adanya pengambilan ha katas property dimaksud.

5. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang

berhak.

6. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

7. Pemerintah Pusat (Pemerintah) adalah Presiden Republik Indonesia

yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

8. Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek

pengadaan tanah.

9. Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah

tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau

lainnya yang dapat dinilai.

10. Hak atas Tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Page 31: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

25

Pokok-Pokok Agraria dan hak lain yang akan ditetapkan dengan

undang-undang.

11. Kantor Wilayah BPN adalah Kantor Wilayah BPN di Provinsi yang

dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah BPN yang berada dibawah dan

bertanggungjawab langsung kepada Kepala BPN.

12. Kantor Pertanahan adalah BPN di Kabupaten/Kota yang dipimpin

oleh Kepala Kantor Pertanahan yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala BPN melalui Kepala Kantor

Wilayah BPN.

13. Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan

masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

14. Kelompok Rentan adalah kelompok yang kemungkinan akan

menghadapi atau terkena resiko lebih serius atau lebih terpinggirkan

karena proyek. Kelompok ini termasuk; 1) rumah tangga yang

dikepalai perempuan; 2) kepala rumah tangga usia lanjut; 3) kepala

rumah tangga berkebutuhan khusus; 4) rumah tangga miskin; 5)

rumah tangga tidak memiliki tanah.

15. Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau

musyawarah antarpihak yang berkepentingan guna mencapai

kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

16. Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak

yang berhak dalam proses pengadaan tanah.

17. Penilai Pertanahan/penilai adalah orang perseorangan yang

melakukan penilaian secara independen dan profesional yang telah

mendapat izin praktik penilaian dari Menteri Keuangan dan telah

mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan untuk menghitung

nilai/harga objek pengadaan tanah.

18. Perbaikan Matapencaharian adalah merupakan upaya perbaikan

sumber-sumber pendapatan fdan matapencaharian produktif dari

pihak berhak yang terkena dampak serius dan kelompok rentan untuk

Page 32: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

26

memungkinkan mendapatkan pendapatan setidaknya sama atau lebih

dari yang diperoleh pihak yang berhak sebelum pengadaan tanah.

19. Pihak berhak terkena dampak serius adalah mengacu pada pihak

yang berhak yang akan ; 1) kehilangan lebih dari 10% dari total

produktif asset yang dimiliki atau sumber pendapatan produktif ; atau

2) harus direlokasi karena proyek.

20. Relokasi/Pemukiman Kembali adalah pemindahan atau pergerakan

fisik pihak yang berhak dari daerah yang terkena bencana ke

daerah/lokasi baru dan pembangunan kembali rumah, infrastruktur,

penyediaan aset, termasuk tanah/pekerjaan produktif, dan

pembentukan kembali pendapatan, mata pencaharian, dan kehidupan,

dan sosial Sistem.

21. Team Persiapan Pengadaan Tanah adalah Tim yang dibentuk oleh

gubernur untuk membantu Gubernur dalam melaksanakan

pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi

rencana pembangunan dan konsultasi publik rencana pembangunan.

22. Tim Kajian Keberatan adalah tim yang dibentuk oleh gubernur untuk

membantu gubernur melaksanakan inventarisasi masalah yang

menjadi alasan keberatan, melakukan pertemuan atau klarifikasi

dengan pihak yang keberatan, melakukan kajian dan membuat

rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan.

23. Team Pelaksanaan Pengadaan Tanah adalah team pelaksanana

membentuk Satuan tugas untuk membantu pelaksanaan pengadaan

tanah.

24. Ruang atas Tanah dan Bawah Tanah adalah ruang yang ada di bawah

permukaan bumi dan/atau ruang yang ada di atas permukaan bumi

sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan

dengan penggunaan tanah.

Page 33: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

27

BAB IV DOKUMEN PERENCANAAN

TOL PASPRO, GEMPAS, PANMAL DAN KLB

A. Latar Belakang

Program yang digenjot oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) adalah

pembangunan aneka infrastruktur dan salah satu unsur yang sangat penting bagi proses

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun pembangunan ekonomi

secara nasional adalah pembangunan infrastruktur jalan raya yaitu jalan tol.

Pengembangan jalan raya termasuk jalan tol merupakan unsur yang sangat vital dan

mempunyai efek yang sangat positif bagi pertumbuhan suatu wilayah atau daerah

tertentu. Dampak dari pembanguan jalan tol tentu tidak hanya mempercepat mobilitas

penduduk, melainkan mempunyai efek pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan

pula bagi wilayah tersebut. Oleh karenanya pemerintah saat ini sedang berupaya

mengembangkan dan mempercepat proyek jaringan jalan tol di seluruh Indonesia.

Jalan Tol Gempol-Pasuruan sepanjang 34,15 km memiliki arti penting bagi

kelancaran transportasi barang maupun penumpang dan merupakan bagian dari

rencana jangka panjang pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak hingga

Banyuwangi. Tol Gempol-Pasuruan terdiri dari tiga seksi, yakni seksi 1 Gempol-

Rembang sepanjang 16,9 km, seksi 2 Rembang-Pasuruan sepanjang 8,1 km dan seksi 3

Pasuruan-Grati, sepanjang 12,15 km. Dengan adanya jalan tol ini diharapkan akan

memacu pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan yang dilaluinya. Bagi pemerintah

daerah dan investor kehadiran jalan tol ini akan menjadi daya tarik untuk berinvestasi

pada sektor industri manufaktur, properti, pariwisata, dan lain-lainnya pada koridor

yang dilalui jalan tol ini, yaitu mulai dari Gempol, kawasan industri PIER Bangil,

Pasuruan sampai kawasan wisata Grati.

Pengoperasian jalan tol tersebut diharapkan bisa membantu laju perekonomian

yang melintasi Pasuruan. Tak hanya itu, dengan adanya tol gempas diharapkan

perekonomian di Pasuruan akan meningkat, sehingga warga Pasuruan lebih sejahtera.

Ruas jalan yang dapat dilalui tersebut berjarak sekitar selapan kilometer, yakni masuk

di pintu tol Sidowayah dan keluar di kawasan Perindustrian PIER Rembang.

Sedangkan untuk ruas KLB, seperti kita ketahui bahwa sektor lndustri dan

perdagangan adalah sektor utama dari PKN Gerbangkertosusila. Hal ini mengingat pada

Page 34: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

28

kawasan itu terdapat beberapa pelabuhan utama dan beberapa kawasan industri.

Pelabuhan umum pada kawasan ini yaitu Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Gresik

dan pelabuhan Teluk Lamong (Operasional Tahun 2014). Kawasan industri pada

kawasan ini yaitu Kawasan lndustri Margomulyo, Kawasan lndustri Benowo, Kawasan

lndustri Manyar, Kawasan lndustri Driyorejo dan lain-lain.

Sebagian besar (80-85%) barang eksport dari Proninsi Jawa Timur melaui

pelabuhan di PKN Gerbangkertasusila. Pada tahun 2012 jumlah barang ekspor melalui

pelabuhan di PKN Gerbangkertasusila adalah lebih dari 7,3 juta ton, senilai lebih dari 13

milyard US Dollar.

Aktivitas Pelabuhan di PKN Gerbangkertasusilo harus didukung infrastruktur ialah

akses sekelas jalan arteri. Akses Jalan Arteri yang menghubungkan Kawasan pelabuhan

tersebut dengan Bagian Utara - Barat dari Provinsi Jawa Timur telah tersedia Jalan

Arteri Nasional Ruas Surabaya - Lamongan. Akses Jalan Arteri yang menghubungkan

Kawasan pelabuhan tersebut dengan Bagian Timur dari Provinsi Jawa Timur telah

tersedia Jalan Arteri Nasional Ruas Surabaya - Sidoarjo dan Jalan Tol Perak- Waru.

Akses Jalan Arteri yang menghubungkan Kawasan pelabuhan tersebut dengan

Bagian Selatan Barat dari Provinsi Jawa Timur saat ini belum tersedia, untuk sementara

memanfaatkan Jalan Arteri Nasional Ruas Surabaya - Waru atau Jalan Tol Perak - Waru

atau Jalan Provinsi Ruas Krian - Legundi – Bunder.

Kondisi saat ini Jalan arteri Provinsi ruas Krian Legundi Bunder juga berfungsi

sebagai jalan akses antara Pelabuhan di PKN Gerbangkertasusila dengan kawasan

industri di Wilayah Gresik (Kawasan lndustri Manyar, Kawasan lndustri Kebomas,

Kawasan industri Driyorejo), Kawasan industri di Surabaya Barat (Kawasan industry

Benowo dan Kawasan Margorejo) dan kawasan industri di Sidoarjo (Kawasan industri

By Pass Krian). Hal ini mengakibatkan Jalan arteri provinsi ruas Krian - Legundi -

Bunder mempunyai potensi strategis untuk mendukung aktivitas pelabuhan dan

industri di PKN Gerbangkertosusila. Posisi Kawasan lndustri ini terdapat di sekitar Jalan

Arteri Provinsi Ruas Krian - Legundi - Bunder .

Dalam upaya memperpendek jarak tempuh dan perpersingkat waktu tempuh antara

pelabuhan dengan Kawasan lndustri tersebut diatas, juga Pelabuhan dengan wilayah

barat selatan provinsi Jawa Timur maka perlu dikembangkan jalan bebas hambatan

(tol), sebagai jalan alternatif dari Jalan Arteri Provinsi Ruas Krian - Legundi - Bunder-

Manyar. Rencana trase jalan Tol Krian - Legundi - Bunder- Manyar akan dimulai dari

Page 35: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

29

Jalan Arteri Nasional By Pass Krian dan berakhir di exit Bunder dari Jalan Tol Surabaya -

Gresik.

Rencana Pengusahaan Jalan Tol Krian - Legundi - Bunder-Manyar yang berfungsi

sebagai jalan Tol Kawasan (dalam kota) pada wilayah PKN

Gerbangkertosusila,memerlukan pembebasan lahan yang mengacu pada ROW Plan

yang telah disusun sebelumnya, pihak pemrakarsa PT. Energi Bumi Mining dan PT.

Waskita Karya untuk melakukan Pekerjaan Dokumen Perencanaana Pengadaan Tanah

Jalan Tol Krian - Legundi- Bunder (Main Road),

Adapun untuk ruas jalan Tol Pandaan-Malang merupakan jalan tol sepanjang Kota

Pandaan sampai dengan Malang (tol Pandaan-Malang) sepanjang 37,62 km, yang

menghubungkan dua ruas tot yang telah dibangun sebelumnya yaitu km) dan GempoI-

Pasuruan (34,15 km).

Dengan adanya beberapa ruas jalan tol tersebut diharapkan masalah kemacetan

yang bisa terjadi antara Malang-Surabaya atau sebaliknya, akan teratasi. Mengingat

selama ini jalur tersebut setiap hari rawan terjadi kemacetan, terutama pada waktu hari

libur panjang.

Jalan tol Pandaan-Malang diharapkan akan meningkatkan aksesibilitas poros

Surabaya-Matang yang termasuk saJah satu poros strategis di Jawa Timur, dimana

sepanjang poros tersebut terdapat berbagaj aktivitas penggerak pekonomian dj

Propinsi Jawa Timur, antara Iain industri, perdagangan dan pariwisata. Dengan adanya

jalan tol dapat mereduksi jarak tempuh dan waktu perjalanan sehingga dapat

mendorong tumbuhnya roda perekonomian masyarakat.

Guna mempercepat proses pengadaan tanah, pemerintah akan menggunakan dan

menerapkan Undang-undang Nomor 2/2012 tentang pembebasan lahan untuk

kepentingan umum. Dengan Undang undang 2/2012, pembebasan lahan diharapkan

selesai dalam dua tahun, sehingga diharapkan jika proses pembebasan lahan selesai,

maka konstruksi juga ditargetkan dapat selesai dalam waktu dua tahun.

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum diatur dalam UU

Nomor 2 Tahun 2012 clan Perpres Nomor 71 Tatum 2012, bertujuan menyediakan

tanah bagi pelaksanaan pambangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa, Nagara dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan

hukum Pihak yang Berhak. Sesuai UU Nomor 2 Tahun 2012 dan Perpres Nomor 71

tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, dilaksanakan

Page 36: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

30

melalui tahapan : (1). Perencanaan, (2). Persiapan, (3). Pelaksanaan, (4). Penyerahan

hasil. Pada tahap perencanaan setiap intansi yang memerlukan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum diwajibkan membuat rencana Pengadaan

Tanah yang didasarkan pada RTRW dan Prioritas Pembangunan.

Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ditetapkan oleh pimpinan instansi yang

memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk, selanjutnya disampaikan kepada

Gubernur.

B. Maksud dan Tujuan

1. Umum

Secara umum, maksud dan tujuan pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan

adalah untuk meningkatkan aksesibititas dan kapasitas jaringan jalan dalam melayani

kawasan utara Jawa yang mempunyai Ialu lintas dengan kepadatan tinggi, sehingga

dapat meningkatkan produktivitas melalui pengurangan biaya distribusi dan

menyediakan akses ke pasar regional maupun intemasional.

2. Khusus

Secara khusus, memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang,

meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan

ekonomi, meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan, meringankan

beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.

Sebenarnya tujuan utama dalam pembangunan tol ini sebenarnya adalah untuk

memperlancar lalu lintas dari daerah satu ke daerah lain yang telah berkembang

sehingga ikut berkembang. Kemacetan ini adalah salah satu bentuk permasalahan

didalam negeri yang masih salah satu PR nya. Salah satu penyebab dari kemacetan ini

adalah meningkatnya jumlah kendaraan yang sangat tidak seimbang dengan kapasitas

jalanan yang tersedia. Dengan adanya jalan tol ini sehingga diharapkan bisa menjadi

salah satu solusi dalam mengurangi tingkat kemacetan salah satunya adalah saat musim

liburan dan mudik.

Proyek jalan tol ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dengan cara melakukan peningkatkan pelayanan dalam melakukan distribusi barang

dan jasa. Jalan tol juga merupakan salah satu jalan bebas hambatan yang sangat

memungkinkan proses pengiriman yang jauh lebih cepat dengan biaya untuk

melakukan distribusi jasa dan barang yang lebih murah.

Page 37: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

31

Salah satu maksud dan tujuan dalam akses proyek jalan tol dari suatu daerah

menuju daerah lain akan memberikan dampak yang sangat baik dan jauh lebih efesien

untuk bisa cepat dalam proses pembangunan dari tiap daerah lain yang menjadi lebih

cepat dan lebih merata.

Jalan tol sebenarnya dibuat khusus untuk bisa menjalin jalan untuk bebas

hambatan. Bukan berarti untuk melewati jalan tol dengan cara yang gratis. Untuk

pengguna jalan tol akan dikenakan tarif di tiap gardu saat masuk Tol, tarifnya berbeda

satu dengan lainnya tergantung dengan peraturan dari pemerintah melalui BPJT

masing — masing, sehingga dana ini akan meringatkan pemerintah.

Pengadaan tanah merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan

jalan tol Gempol-Pasuruan, sehingga diperlukan untuk pengadaan tanah bagi

pembangunan jalan tol ini dibuat suatu perencanaan pengadaan tanah yang menjunjung

prinsip keadilan bagi masyarakat yang melepaskan hak atas tanahnya sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPT) yang dibuat setidaknya dapat

memberikan gambaran tentang :

(1). Rencana pengadaan tanah yang didasarkan pada Rencana Tata ruang Wilayah

dan prioritas pembangunan

(2). Lokasi, kebutuhan dan status obyek pengadaan tanah saat ini

(3). Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah

(4). Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan

(5). Perkiraan nilai tanah

(6). Rencana penganggaran

C. Landasan Hukum dan Kebijakan

1. Referensi Hukum

Beberapa referensi hukum/kebijakan terkait dengan rencana pembangunan

Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo, antara lain sebagai berikut :

1). Undang Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

2). Undang Undang Republik Indonesia No.15/2005 tentang Jalan Tol

3). Undang Undang Republik Indonesia No. 38/2004 tentang Jalan

4). Peraturan Pemerintah No. 71 Thn 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Page 38: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

32

5). Peraturan Presiden No. 99 THN 2014 tentang Perubahan Kedua Peraturan

Presiden No. 71 THN 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

6). Peraturan Presiden No. 30 THN 2015 tentang Perubahan Ketiga Peraturan

Presiden No. 71 THN 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

7). Peraturan pemerintah Republik Indonesia, No. 26 Tahun 2008, Tgl 10 Maret

2008, Tentang Jalan Bebas Hambatan

8). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/Pmk.02/2013

Tentang Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

9). Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 5 Th

2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

10). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 26 Tahun 2008, Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

11). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011—2031

12). Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-

2029.

13). Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor : 03 Tahu N 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2029.

2. Pokok-pokok Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Menurut UU No.

2 Tahun 2012

a) Prinsip-Prinsip Pengadaan Tanah

Prinsip-prinsi Pengadaan Tanah mengacu pada UU No. 2 Tahun 2012, antara

lain meliputi :

Terjaminnya hak-hak masyarakat atas tanah; Terhindarnya masyarakat dari

proses spekulasi tanah;

Terjaminnya perolehan tanah untuk kepentingan umum;

b) Asas Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Beberapa asas Pelaksanaan Pengadaan Tanah Berdasarkan UU No. 2 Tahun

2012 antara lain meliputi :

Page 39: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

33

1) Kemanusiaan; Pengadaan Tanah harus memberikan perlindungan

serta penghormatan terhadap hak asasi manusia.

2) Keadilan; Pengadaan Tanah harus memberikan jaminan penggantian yang

layak kepada pihak yang berhak.

3) Kemanfaatan; Pengadaan Tanah mampu memberikan manfaat secara luas

bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

4) Kepastian; Pengadaan Tanah memberikan kepastian hukum tersedianya

tanah dalam proses Pengadaan Tanah untuk pembangunan bagi

kepentingan umum.

5) Keterbukaan; Pengadaan Tanah untuk pembangunan dilaksanakan

dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan

informasi.

6) Proses Pengadaan Tanah dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa

unsur paksaan.

7) Keikutsertaan; Dukungan dalam penyelengaraan Pengadaan Tanah

melaui partisipasi masyarakat.

8) Kesejahteraan; Pengadaan Tanah untuk pembangunan dapat memberikan

nilai tambah.

9) Keberlanjutan; Kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus-

menerus untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

10) Keselarasan; Pengadaan Tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan

sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

c) Pokok-Pokok Pengadaan Tanah

Pokok-pokok Pengadaan Tanah mengacu pada UU No. 2 Tahun 2012, antara

lain meliputi :

1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan oleh

pemerintah

2) Pemerintah/Pemda menjamin tersedianya tanah dan pendanaan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum

3) Perencanaan pengadaan tanah diselenggarakan dengan melibatkan

4) semua pengampu dan pemangku kepentingan

5) Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya setelah pemberian ganti

kerugian atau berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

Page 40: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

34

6) berkekuatan hukum tetap

7) Pemberian ganti kerugian dengan layak dan adil dengan

8) memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan

kepentingan masyarakat

d) Kegunaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Tanah untuk kepentingan umum digunakan untuk pembangunan :

1) Pertahanan dan keamanan nasional

2) Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api dan

fasilitas operasi kereta api

3) Waduk, bendungan, bendung, Irigasi, saluran air minum,

saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan Iainnya

4) Pelabuhan, bandar udara dan terminal

5) Infrastruktur minyak, gas dan panas bumi

6) Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan dan distribusi tenaga listrik

7) Jaringan telekomunikasi dan Informatika Pemerintah

8) Tempat pembuangan dan pengolahan sampah

9) Rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah

10) Fasilitas keselamatan umum

11) Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah

12) Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik

13) Cagar alam dan cagar budaya

14) Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa

15) Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau

16)konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan

rendah dengan status sewa

17) Prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah

18) Prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah

19) Pasar umum dan lapangan parklr umum

e) Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan tahapan:

1) Perencanaan

Perencanaan pengadaan tanah dilaksanakan berdasarkan :

a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Page 41: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

35

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

c. Rencana Strategis

d. Rencana Kerja Pemerintah

Dokumen Perencanaan Tanah (DPT) memuat:

1. Maksud dan Tujuan

2. Kesesuaian dengan RTRW

3. Letak

4. Luas tanah

5. Gambaran umum status tanah

6. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan

7. Tanah dan jangka waktu pembangunan

8. Perkiraan nilai tanah

9. Rencana Anggaran.

2) Persiapan

Persiapan dilaksanakan oleh lnstansi yang memerlukan tanah dan

Lembaga Pertanahan meliputi:

a. Pemberitahuan rencana pembangunan, disampaikan disampaikan

kepada masyarakat pada lokasi secara langsung maupun tidak

langsung

b. Pendataan awal, meliputi kegiatan pengumpulan data Pihak yang

Berhak dan Objek Pengadaan Tanah dilaksanakan selama 30 hari kerja

c. Konsultasi Publik, dilaksanakan dengan melibatkan Pihak yang berhak

dan masyarakat yang terkena darnpak ufituk mefidapatkan

kesepakatan lokasi rencana pembangunan

d. Pelibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan

dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas rencana

lokasi pembangunan

e. Dalam Konsultasi Publik, lnstansi yang memerlukan tanah menjelaskan

a.l mengenai rencana pembangunan dan cara penghitungan ganti

kerugian yang dilakukan Penilai.

Tahap Persiapan selesai dengan diumumkan Penetapan Lokasi

Pembangunan yang berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang

paling lama 1 (satu) tahun.

Page 42: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

36

Dalam hal jangka waktu penetapan lokasi pembangunan tidak terpenuhi,

dilakukan proses ulang terhadap sisa tanah yang belum selesai

pengadaannya.

Selanjutnya dilakukan Konsultasi Publik

a. Konsultasi Publik pertama dilaksanakan dalam waktu 60 (enam puluh)

hari kerja

b. Bila ada keberatan setelah 60 (enam puluh) hari kerja, dilaksanakan

Konsultasi Publik ulang dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja;

c. Hasil Konsultasi Publik dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan

d. Bila masih ada keberatan Gubernur membentuk tim untuk

menginventarisasi masalah, melakukan pertemuan dan klarifikasi serta

membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

1) Tim Kajian Sekretaris Daerah Provinsi atau Pejahat yang ditunjuk

sebagai Ketua merangkap anggota.

2) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai Sekretaris

merangkap anggota.

3) Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan

daerah sebagai anggota.

4) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia

sebagai anggota.

5) Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk sebagai anggota.

6) Akademisi sebagai anggota.

Keberatan terdiri atas :

Hasil Kajian Tim berupa rekomendasi kepada Gubernur diterima atau

ditolaknya Keberatan Rencana Lokasi Pembangunan paling lambat 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan oleh

Gubernur.

Pengajuan Gugatan

a. Setelah penerbitan Penetapan Lokasi Pihak yang Berhak dapat

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Useha Negara (PTUN) dalarn

waktu 30(tiga puluh) hari kerja;

b. PTUN dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja menetapkan

diterima atau ditolaknya gugatan;

Page 43: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

37

c. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja pihak yang keberatan dapat

mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung (MA);

d. MA wajib memberikan keputusan berkekuatan hukum tetap dalam

waktu 30 (Tiga puluh) hari, dan menjadi dasar diteruskan atau

tidaknya rencana pembangunan.

3) Pelaksanaan

Pelakanaan Pengadaan Tanah dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan

setelah ada pengajuan dari lnstansi yang memerlukan tanah, meliputi:

a. lnventarisasi dan identifikasi

b. Penilaian Ganti Kerugian

c. Musyawarah penetapan Ganti Kerugian

d. Pemberian Ganti Kerugian

e. Pelepasan Tanah lnstansi

f. Kepemilikan/penguasaan Pihak yang Berhak menjadi hapus setelah

pelaksanaan pembayaran ganti kerugian/pelepasan hak atau pelaksanaan

penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri

Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah selesai setelah hapusnya hak atas

tanah dan tanah dikuasai oleh negara.

a. lnventarisasi dan identifikasi

➢ lnventarisasi dan identifikasi meliputi:

1) Pengukuran dan pemetaan per bidang tanah

2) Pengumpulan data pihak yang berhak dan objek pengadaan

Tanah

➢ Hasil inventarisasi dapat diumumkan secara bertahap, parsial atau

keseluruhan meliputi: subjek hak, luas, letak dan peta bidang tanah

➢ Dalam hal yang berhak tidak menerima hasil inventarisasi, dapat

mengajukan keberatan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)

hari kerja, terhitung sejak tanggal inventarisasi

➢ Verifikasi dan perbaikan dilakukan paling lama 14 (empat belas)

hari kerja,terhitung sejak tanggal diterimanya pengajuan

keberatan atas hasil inventarisasi

Page 44: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

38

➢ Hasil inventarisasi ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan dan

menjadi dasar penentuan Pihak yang Berhak dalam pemberian

Ganti Kerugian

➢ Bila terdapat tanah sisa yang tidak dapat difungsikan, Pihak yang

berhak dapat meminta untuk mendapatkan penggantian secara

utuh

b. Penilaian Ganti Kerugian

➢ Penilai ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan dan melakukan

penilaian Ganti Kerugian per bidang tanah meliputi:

1) Tanah

2) Ruang atas tanah dan bawah tanah

3) Bangunan

4) Tanaman

5) Benda yang berkaitan dengan tanah dan atau

6) Kerugian lain yang dapat dinilai

➢ Besarnya nilai Ganti Kerugian disampaikan kepada Lembaga

pertanahan dengan Berita Acara

➢ Hasil penilaian Ganti Kerugian menjadi dasar musyawarah

penetapan Ganti Kerugian

c. Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian

➢ Lembaga Pertanahan , melakukan musyawarah dengan pihak yang

Berhak paling lama 30 {tiga puluh} hari kerja untuk rnenetapkan

bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian.

➢ Jika tidak terjadi kesepakatan, Pihak yang Berhak dapat

mengajukan keberatan pada Pengadilan Negeri (PN) dalam waktu

14 (empat belas) hari kerja

➢ PN memutuskan bentuk dan atau besarnya Ganti Kerugian dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.

➢ Pihak yang keberatan terhadap keputusan PN dapat mengajukan

kasasi kepada Mahkamah Agung (MA) dalam waktu 14 (empat

belas) hari kerja.

Page 45: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

39

➢ MA wajib memberikan keputusan yang berkekuatan hukum tetap

dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, yang menjadi dasar

pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak.

➢ Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan besarnya ganti

kerugian tetapi tidak mengajukan keberatan dalam batas waktu

yang ditentukan,karena hukum pihak yang berhak dianggap

rnenerirna bentuk dan besarnya ganti kerugian.

d. Pemberian Ganti Kerugian

➢ Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

1) Uang

2) Tanahpengganti

3) Pemukiman kembali

4) Kepemilikan saham, atau

5) Bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak

➢ Saat pemberian ganti kerugian Pihak yang Berhak wajib :

1) Melakukan pelepasan hak

2) Menyerahkan bukti kepemilikan kepada lnstansi yang

memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan

➢ Pihak yang Berhak bertanggung jawab atas kebenaran dan

keabsahan bukti kepemilikan

➢ Jika ada tuntutan pihak lain terhadap objek pengadaan tanah,

maka merupakan tanggung jawab Pihak yang Berhak

Penitipan Ganti Kerugian

Penitipan Ganti Kerugian dapat dilakukan jika:

1) Pihak yang berhak menolak hasil musyawarah atau menolak

putusan Pengadilan Negeri (PN) atau Mahkamah Agung

2) Pihak yang Berhak tidak diketahui keberadaannya

3) Objek Pengadaan Tanah menjadi :

• objek perkara di Pengadilan

• masih dipersengketakan kepemilikannya

• diletakkan sita oleh Pejabat yang berwenang

• menjadi jaminan Bank

Page 46: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

40

Dalam hal penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri telah

dilaksanakan, maka kepemilikan atau hak atas tanah dari pihak yang berhak

menjadi hapus dan bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya

menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

e. Pelepasan Tanah Instansi

• Pelepasan Objek Pengadaan Tanah yang dimiliki pemerintah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangan pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

• Pelepasan Objek Pengadaan Tanah yang dikuasai pemerintah atau

dimiliki/dikuasai BUMN/BUMD dilaksanakan oleh Pejabat yang

berwenang sesuai dengan UU nomor 2 tahun 2012.

• Pelepasan Objek Pengadaan Tanah yang dikuasai/dimiliki pemerintah

atau dimiliki/dikuasai BUMN/BUMD tidak diberi ganti kerugian kecuali :

a. Telah berdiri bangunan yang aktif digunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan. Ganti kerugian diberikan dalam

bentuk tanah dan atau bangunan atau relokasi

b. Objek Pengadaan Tanah dimiliki/dikuasai BUMN/BUMD. Ganti

kerugian diberikan berupa uang, relokasi, penyertaan saham, atau

bentuk lain sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak

c. Tanah Kas Desa, Ganti kerugian diberikan dalam bentuk tanah atau

relokasi

f. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Karena

Keadaan Mendesak

• Untuk keadaan mendesak adalah pengadaan tanah yang dilakukan

akibat bencana alam, perang , konflik sosial yang meluas dan wabah

penyakit

• Pembangunan untuk keadaan mendesak dapat langsung dilaksanakan

pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum

• Dalam hal terdapat keberatan atau gugatan atas pelaksanaan

pengadaan tanah, lnstansi yang memerlukan tanah tetap dapat

melanjutkan kegiatan pembangunan tersebut.

Page 47: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

41

4) Penyerahan hasil.

• Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah

kepada instansi yang memerlukan setelah :

a. Pemberian ganti kerugian diberikan dan dilakukan

pelepasan hak,

b. Ganti Kerugian telah dititipkan di PN

• lnstansi yang memerlukan tanah dapat melaksanakan

pembangunan setelah menerima hasil pengadaan tanah dari

Lembaga Pertanahan

• lnstansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah

yang diperoleh (proses pengajuan sertifikat hak atas tanah).

f) Sumber Dana Pengadaan Tanah

Pendanaan Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum bersumber dari

APBN atau APBD. Jika Instansi yang memerlukan tanah BUMN/BUMD dengan

penugasan khusus, pendanaan dapat bersumber dari internal perusahaan

atau sumber lain

Dana Tanah meliputi : (1) Perencanaan, (2) Persiapan, (3) Pelaksanaan,

dan (4) Penyerahan Hasil, (5) Administrasi dan Pengelolaan, dan (6)

Sosialisasi

g) Peran serta Masyarakat

Pihak yang berhak mempunyai hak: (1) mengetahui rencana pengadaan

tanah, (2) memperoleh informasi mengenai pengadaan tanah. Masyarakat

wajib memenuhi ketentuan pengadaan tanah bagi kepentingan urnum. Peran

serta masyarakat dalam pengadaan tanah (1) Memberikan masukan lisan dan

tertulis, (2) Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan tanah.

D. Kesesuaian dengan RTRW

1) Kesesuaian dengan RTRW Nasional

Rencana pembangunan TOL Pasuruan-Probolinggo salah satu prioritas yang

disebut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008,

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pada pasal 18, tentang sistem jaringan

transportasi nasional, ayat (5) disebutkan bahwa jalan TOL dikembangkan untuk

mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan

jalan nasional.

Page 48: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

42

Jalan TOL Pasuruan-Probolinggo termasuk salah satu jalan bebas hambatan di Jawa

Timur yang menjadi prioritas untuk dibangun, begitu pula dengan jalan TOL Gempol-

Pasuruan.

2) Kesesuaian dengan RTRW Provinsi Jawa Timur

Rencana TOL Pasuruan-Probolinggo, Gempol-Pasuruan, Pandaan-Malang serta

Kriyan-Legundi-Bunder merupakan salah satu prioritas pembangunan, seperti yang

tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031. Pada pasal 26, rencana

pengembangan jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2).

3) Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten/Kota

Rencana struktur ruang Wilayah Kabupaten menggambarkan sistem pusat-pusat

kegiatan di wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada datam Wilayah Kabupaten, yang

dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah utama yang mengintegrasikan

kesatuan wilayah kabupaten, serta didukung dan/atau dilengkapi dengan sistem

jaringan prasarana lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten, meliputi Rencana Sistem

jaringan prasarana utama serta rencana sistem prasarana lainnya. Salahsatu sistem

jaringan prasarana utama, yang akan dikembangkan adalah pengembangan sistem

jaringan transportasi darat; antara lain pengembangan jaringan jalan nasional jalan tol.

Rencana pengembangan Jalan TOI Pasuruan-Probolinggo, selain tertuang secara

eksplisit dalam RTRW Nasional dan RTRW Propinsi, juga tertuang datam RTRW

Kabupaten/Kota yang terlewati jalan TOI tersebut, yaitu : Kabupaten Pasuruan,

Kabupaten Probolinggo.

a. RTRW Kabupaten Pasuruan

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan/tol Pasuruan-Probolinggo,

tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029, Pasal 23

ayat (1) menyebutkan salah satu Rencana pengembangan prasarana jalan nasional jalan

tol jalan tol antar kota/kabupaten, yaitu : poin e. Jalan tol Pasuruan - Probolinggo

melewati Wilayah Kecamatan Grati (menyambung dari Jalan tol Ruas Gempol-

Pasuruan) - Kecamatan Nguling Wilayah Kabupaten Probolinggo & Wilayah Kota

Probolinggo.

Page 49: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

43

b. RTRW Kabupaten Probolinggo

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan/tol Pasuruan-Probolinggo juga

tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan Tahun 2011-2031.

Pasal 14 ayat (3), Rencana pengembangan jalan bebas hambatan sebagaimana

dimaksud padaayat (1) huruf a, merupakan bagian dari perencanaan pengembangan

sistem jalan bebas hambatan meliputi ruas jalan bebas hambatan Pasuruan-Kabupaten

Probolinggo-Kota Probolinggo-Situbondo Banyuwangi.

c. RTRW Kota Probolinggo

Peraturan Daerah Kota Probotinggo Nomor 2 tahun 2010 Pasal 23 Ayat 5 huruf

a, berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana menjadi jalan bebas hambatan ( Jalan

TOI Ruas Pasuruan – Probolinggo).

d. RTRW Kabupaten Pasuruan

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan/tol Gempol-Pasuruan, tertuang

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kabupaten Pasuruan Tahun 2009 – 2029, Pasal 23 ayat

(1) menyebutkan salah satu Rencana pengembangan prasarana jalan nasional jalan tol

sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (6), merupakan pembangunan jalan tol antar

kota/kabupaten, yaitu : poin c. Jalan tol Gempol - Pasuruan melewati Wilayah

Kecamatan Beji (Junction di Desa Wonokoyo)–Kecamatan Bangil–Kecamatan Rembang–

Kecamatan Kraton – Kecamatan Pohjentrek –Wilayah Kota Pasuruan–Wilayah

Kecamatan Rejoso–wilayah Kecamatan Grati;

e. RTRW Kota Pasuruan

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan/tol Gempol-Pasuruan juga

tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan Tahun 2011-2031. Pasal 13 ayat (2)

menyebutkan bahwa rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud meliputi

jalan nasional, jalar provinsi dan jalan kota. Rencana jalan nasional sebagaimana

dimaksud meliputi jalan nasional jalan tol, jalan nasional arteri primer, jalan nasional

kolektor primer, dan jalan strategis nasional rencana yang antara lainmeliputi : 1)

rencana pengembangan jalan nasional jalan tol yaitu Gempol-Pasuruan dan Pasuruan-

Probolinggo;

Page 50: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

44

E. Hasil Identifikasi dan Evaluasi Dampak Lingkungan

Kajian awal lingkungan dimaksudkan untuk mengindetifikasi rona lingkungan awal

yang ada pada sekitar trase rencana jalan tol Jawa Timur. Kajian ini merupakan kajian

awal yang hanya mengidentifikasi secara umum dampak lingkungan yang diperkirakan

akan timbul akibat adanya rencana pembangunan jalan tol Jawa Timur ruas Pasuruan-

Probolinggo, ruas jalan tol Gempol-Pasuruan, ruas jalan Pandaan-Malang serta ruas

jalan tol Kriyan-Legundi-Bunder. Kajian ini juga akan dilengkapi dengan alternatif

mitigasi pada setiap dampak lingkungan yang diidentifikasi, dan alternatif tersebut

sebagai masukan untuk analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang akan dilakukan.

1) Dampak terhadap Komponen Fisik Kimia

a. Tahap pra konstruksi

Pada tahapan ini, rencana kegiatan pembangunan jalan tol tidak akan

memberikan dampak terhadap komponen fisik kimia lingkungan karena

masih dalam tahap survey dan desain.

b. Tahap konstruksi

Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi dapat menjadi sumber dampak

terhadap komponen fisik kimia lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut

meliputi kegiatan pekerjaan tanah, pengoperasian alat-alat berat,

pembangunan struktur di perairan.

Jenis dampak yang dapat timbul adalah penurunan kualitas air yang

disebabkan oleh kegiatan pemasangan tiang pancang (pile) yang terjadi

sewaktu pembangunan jalan tol yang mengakibatkan masuknya bahan

pencemar dan kekeruhan pada badan air tanah, selain itu pun penurunan

dampak kualitas air disebabkan oleh buangan limbah dan ceceran dari

material adukan beton serta sampah-sampah material buangan konstruksi

lainnya.

c. Tahap Operası

Sumber dampak terhadap komponen fisik kimia pada tahap operasi

adalah kegiatan pelayanan ruas jalan tol terhadap kendaraan pribadi maupun

kendaraan umum. Kegiatarı'ini berpeluang menimbulkan kecelakaan lalau

lintas disebabkan deh tumpahan minyak dan oli kendaraan beşar yang

melintasi ruas jalan tol.

2) Dampak terhadap Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Page 51: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

45

a. Tahap Pra Konstruksi

Hal yang dapat menjadi sumber dampak terhadap komponen sosial

ekonomi budaya pada tahap pra konstruksi adalah kegiatan pengadaan lahan

jalan tol.

b. Tahap Konstruksi

Hal yang menjadi sumber dampak dalam kegiatan konstruksi adalah

kegiatan mobilisasi tenaga kerja untuk konstruksi dan kegiatan pekerjaan

tanah, serta pembangunan struktur yang membutuhkan material konstruksi.

Jenis dan potensi dampak terjadi pada masalah penyerapan tenaga kerja

dimana sejumlah tenaga kerja akan dibutuhkan untuk rencana konstruksi

dengan berbagai kualifikasi antara lain adalah welder, pekerja beton,

carpenter, operator, serta pekerja yang notabene akan didatangkan dari (uar

lokasi rencana pembangunan seperti dari kabupaten lain di Jawa Timur atau

dari provinsi lain. Kedatangan tenaga kerja dari luar daerah ini berpotensi

menimbulkan masalah.

Selain dampak negatif, kegiatan konstruksi pun berdampak positif

terhadap sosial, ekonomi, dan budaya di lokasi rencana. Dampak positif yang

dapat terjadi antara lain adalah:

• Terbukanya kesempatan berusaha. Kesempatan berusaha yang terbuka

oleh kegiatan pembangunan adalah kegiatan pengadaan material seperti

tanah, batu, pasir, semen, dan kayu;

• Terserapnya tenaga kerja. Dampak ini bersifat sementara yakni terjadi

selama kegiatan pembangunan berlangsung.

c. Tahap Operasi

Hal yang menjadi sumber dampak terhadap komponen sosial, ekonomi,

dan budaya masyarakat pada tahapan operasional adalah komponen kegiatan

penerimaan tenaga kerja dan kegiatan pelayanan jasa barang. Jenis dampak

kegiatan penyelenggaraan jalan tol pada tahap operasi yang mungkin timbul

adalah penyerapan tenaga kerja dimana sejumlah tenaga kerja akan terserap

pada tahap operasi jalan tol dari berbagai kualifikasi di awal kegiatan

operasional jalan tol.

Adapun isu dampak lingkungan secara umum yang diperkirakan akan

terjadi adalah sebagai berikut :

Page 52: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

46

• Tahap Pra Konstruksi: (1) Timbulnya keresahan sosial, (2) Perubahan

persepsi terhadap pembangunan, (3) Perubahan pendapatan penduduk,

kesempatan kerja, mata pencaharian, (4) Perubahan tata guna lahan, dan (5)

Perubahan daya dukung pangan.

• Tahap konstruksi: (1) Penurunan kualitas udara, (2) Peningkatan

kebisingan, (3) Penurunan kesehatan masyarakat, (4) Perubahan komunitas

tumbuhan dan habitat hewan, (5) Perubahan kelimpahan biota darat, (6)

Timbulnya erosi, dan (7) Gangguan terhadap sanitasi lingkungan.

• Tahap pasca konstruksi: (1) Penurunan kualitas udara, (2) Peningkatan

kebisingan, (3) Perubahan tata guna ruang, dan (4) Perubahan tata guna

lahan.

F. Peta Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol di Kabupaten Gresik, Sidoarjo,

Malang, Pasuruan, dan Probolinggo Jawa Timur

Untuk lebih jelas melihat lokasi pengadaan jalan tol dengan beberapa segmen

yang telah ada dalam peta berikut :

Page 53: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

47

BAB V PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB ini akan dibagi menjadi tiga sub bab, yaitu: (1) permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam pengadaan tanah di lokasi penelitian, (2)

Page 54: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

48

pembahasan draf Petunjuk Teknis, dan (3) kesesuaian data perencanaan dengan

peraturan perundangan.

A. Permasalahan Pengadaan Tanah

Berdasarkan status tanahnya, permasalahan dominan yang muncul yaitu

berkenaan dengan pengadaan tanah yang bersinggungan dengan tanah kas desa (TKD),

dan tanah wakaf. Meskipun ada beberapa permasalahan terkait dengan tanah milik

perseorangan, namun permasalahan ini pada pelaksanaannya mudah diselesaikan. Oleh

sebab itu, selanjutnya hanya akan dibahas tentang TKD, tanah wakaf, dan kelengkapan

dokumen perencanaan.

a. Objek Pengadaan Tanah Kas Desa

Objek pengadaan tanah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 2

tahun 2012 adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan,

tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah atau lainnya yang dapat dinilai.

Objek tersebut bisa meliputi tanah-tanah milik warga maupun tanah-tanah yang

dikuasai atau dikelola oleh pemerintah, seperti misalnya tanah kas desa (TKD),

tanah wakaf, maupun tanah-tanah yang dilekati dengan hak pakai.

Dalam pengadaan tanah, pelepasan tanah milik perorangan relatif

lancar, berbeda dengan tanah kas desa(TKD), tanah milik pemerintah, BUMN,

dan tanah wakaf yang proses pelepasan haknya tidak hanya melibatkan pemilik

tanah (dalam hal ini bisa juga disebut sebagai pengelola tanah) dan pelaksana

pengadaan tanah (Kementerian ATR/BPN), tapi juga memerlukan alur perijinan

lain yang bertujuan agar peruntukan tanah tersebut tidak hilang/berubah dan

tidak menimbulkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun sosial.

Tanah Kas Desa (TKD) merupakan kekayaan desa yang memiliki fungsi

utama sebagai sumber penghasilan desa dan dikelola sepenuhnya oleh desa.,

sehingga proses pelepasannya harus melalui musyawarah desa. Sebetulnya

definisi mengenai Tanah Kas Desa (TKD) tidak disebutkan secara eksplisit

dalam peraturan perundangan yang mengatur tentang kekayaan desa, bahkan

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 tahun 2016 tentang Pengelolaan

Aset Desa juga tidak menjelaskan secara rinci aturan tentang pengelolaan tanah

kas desa akan tetapi dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No.4 tahun 2007

tentang Pengelolaan Kekayaan Desa pasal 1 dan pasal 2 menyebutkan bahwa

tanah kas desa (tanah bengkok) merupakan bagian dari kekayaan desa dan

Page 55: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

49

menjadi milik desa. Dalam konteks pengadaan tanah, pasal 15 peraturan

tersebut juga menjelaskan bahwa “kekayaan desa yang berupa tanah desa tidak

boleh dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali

diperlukan untuk kepentingan umum”.

b. Objek Pengadaan Tanah Wakaf

Sebagaimana tanah kas desa (TKD) untuk proses pelepasan bagi tanah

wakaf diatur dengan UU No.41 tahun 2004, PP No. 42 tahun 2006 serta PWI No.

1 tahun 2008 tentang Rekomendasi Perubahan Harta Benda Tanah Wakaf. Dan

tanah wakaf hanya bisa dilepaskan haknya dengan proses ruislag, atau dengan

mencarikan pengganti tanah lain yang memiliki nilai sama, dan digunakan

kembali sesuai dengan peruntukan wakaf. Pelepasan hak dan penggantian

tanah wakaf melibatkan berbagai pihakserta melibatkan lintas institusi dengan

kewenangan koordinatif yang berbeda-beda, sehingga seringkali ditemui

kendala yang menyebabkan pelepasan dan penggantian tanah wakaf tidak

dapat dilaksanakan dengan cepat.Beberapa kendala yang menyebabkan

pelepasan dan penggantian tanah wakaf tidak dapat dilaksanakan dengan cepat,

antara lain : 1) pelepasan tanah wakaf dan pencarian tanah pengganti harus

dilakukan oleh nadzir sebagai pemegang amanat pengelola tanah wakaf.; 2)

secara umum, pelepasan tanah wakaf membutuhkan waktu yang lama.

Proses penilaian tanah dilakukan sebanyak tiga kali di tingkat Kabupaten,

Propinsi maupun Pusat. Seringkali, dalam menunggu perijinan ini, tanah

pengganti sudah tidak tersedia karena telah dijual ke pihak lain, atau nilai tanah

pengganti sudah mengalami kenaikan harga; 3) nilai tanah hasil asesmen

kecil/sedikit, karena letak tanah ataupun luasannya tidak luas, sehinga nadzir

mengalami kesulitan untuk mencari tanah pengganti yang sesuai dengan harga

tanah hasil penilaian tersebut. 4) besaran ganti rugi atas tanah wakaf harus

digunakan seluruhnya untuk membeli tanah pengganti, supaya peruntukannya

tidak berubah dan tidak merubah amanat moral sosial yang terkandung di

dalamnya, akan tetapi kenyataannya sangat sulit untuk menggunakan uang

ganti rugi tersebut dalam jumlah yang tepat seperti hasil penilaian, karema

sampai saat ini belum ada peraturan yang mengatur tentang penggunaan uang

sisa hasil pembayaran ganti rugi tanah wakaf. 5) proses pengurusan tanah

wakaf ini sepenuhnya ada pada tugas dan kewenangan nadzir, dan sangat

Page 56: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

50

tergantung kepada inisiatif nadzir. Padahal, belum ada peraturan legal yang

mengikat nadzir terkait pelepasan hak tanah wakaf, atau bahkan nadzir tidak

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prosedur pelepasan hak atas tanah

untuk pengadaan tanah.Hal ini menyebabkan penyelesaian atas tanah wakaf

seringkali terhambat dan lama.

c. Kelengkapan Dokumen Perencanaan

Permasalahan lain adalah yang berkaitan dengan tahapan pengadaan

tanah yaitu pada tahap perencanaan, dimana instansi yang memerlukan tanah

seharusnya menyiapkan tahap perencanaan sesuai dengan Undang-Undang No

12 Tahun 2012 pasal 15 dan pasal 16. Tahap perencanaan harus dituangkan

dalam suatu dokumen perencanaan yang memuat beberapa hal penting seperti

penyiapan biaya atau anggaran yang terkadang tidak mencantumkan biaya-

biaya lain yang diperlukan sejak awal tahap awal pengadaan tanah seperti

untuk biaya administrasi atau biaya untuk sosialisasi pada pemilik atau

penguasa/pengelola objek tanah yang terkena proyek pengadaan tanah. Dalam

pandangan instansi yang memerlukan tanah, dokumen perencanaan pengadaan

tanah dibuat secara parsial. Hal ini menjadikan kendala karena seharusnya

pengadaan tanah itu tuntas dalam satu tahun dengan anggaran yang

menyeluruh, sehingga apabila belum tersedia dana maka sebaiknya pengadaan

tanah itu ditunda.

Hal yang juga menjadi kelengkapan dalam dokumen perencanaan

adalah status bidang tanah yang terkena proyek pengadaan tanah, karena pada

dokumen perencanaan yang ditemui di lapangan belum ada status bidang tanah,

dan juga jumlah bidang tanah yang terkena, dimana seharusnya data ini sudah

ada sejak perencanaan. Oleh karena itu peran Kementrian ATR/BPN berkaitan

dengan kedua hal tersebut sangat penting dalam menyiapkan dokumen

perencanaan. Permasalahan status serta jumlah bidang tanah yang terkena

proyek juga mengakibatkan perubahan konstruksi atau desain proyek yang

memerlukan persetujuan PPK pusat (Jakarta), sehingga waktu pengerjaaan

menjadi terhenti.

Akibat dokumen perencanaan yang tidak lengkap muncul masalah

penilian tanah. Masalah penilaian tanah juga harus diperhatikan rentang waktu

antara perencanaan dan penetapan lokasi, karena rentang waktu yang terlalu

Page 57: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

51

lama dapat mengakibatkan harga tanah melonjak drastis. Penilai uang ganti

kerugian atau appraisal yang tidak mengawal pengadaan tanah sejak awal

hingga akhir pengadaan tanah yang mengakibatkan sering terjadi

ketidaksesuaian harga pada saat penilaian.

Dokumen perencanaan tidak dipersiapkan dengan baik diindikasikan

akibat kurangnya pengetahuan instansi yang memerlukan tanah terhadap cara-

cara bagaimana dokumen perencanaan itu seharusnya dipersiapkan. Pokok

permasalahan yang tidak kalah pentng yang terjadi adalah para pelaku atau

SDM yang terlibat dalam kegiatan pengadaan tanah belum sepenuhnya

memahami aturan-aturan pengadaan tanah.

Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 melikiki beberapa kelebihan

serta kekurangan yang dapat menjadi sedikit pemikiran atau analisis untuk

kesempurnaan undang-undang ini.

B. Pembahasan Draf Juknis Dokumen Perencanaaan

Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

(DPPT) bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum draftnya telah disusun

bersama antara Direktur Jenderal Pengadaan Tanah, Kementerian Agraria Dan

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (KATR/BPN) dan Social Safeguard

Officer, Asian Development bank (ADB). Tujuan Petunjuk Teknis Penyiapan

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) ini dimaksudkan untuk

memberikan panduan bagi instansi yang membutuhkan tanah dalam

menyiapkan DPPT yang komprehensif sebagaimana disyaratkan dalam UU No.

2/2012 dan juga Peraturan Presiden No. 71/2012 mengenai Pelaksanaan

Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Kepentingan Umum. Guna menunjang

kelengkapan dokumen yang penting dibutuhkan dalam suatu perencanaan,

petunjuk teknis ini juga mempertimbangkan cakupan dokumen dokumen

perencanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali (land acquisition and

resettlement plan- LARP) yang merujuk pada standar internasional dan telah

diterapkan oleh sebagian institusi-institusi pemerintah, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), dan swasta. Petunjuk teknis ini akan mencakup ; (i) informasi

umum mengenai prinsip dan prosedur pengadaan tanah dengan mengacu pada

UU No. 2/2012 dan peraturan pelaksanaanya; (ii)Arti Penting Studi Kelayakan

Page 58: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

52

dan Cakupannya; (iii) Cakupan dan Langkah-langkah penyiapan DPPT; (iv)

Tanya Jawab Hal-Hal Penting dalam Pengadaan Tanah; (v) Lampiran.

Dalam kaitan dengan petunjuk teknis di atas, penelitian ini

memberikan sumbang saran yang didasarkan kepada hasil penelitian

pengadaan tanah di Jawa Timur yaitu dengan memperhatikan lima cakupan

dari petunjuk teknis tersebut. Masukan yang bisa dan relevan diberikan

hanyalah pada cakupan (ii) dan cakupan (iii).

C. Arti Penting Studi Kelayakan dan Cakupannya

3. Studi Kelayakan dan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

3-1 | Studi Kelayakan

25. Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasarkan studi kelayakan yang

mencakup

1) Survei sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak pengadaan

tanah. Survei akan menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi

masyarakat yang diperkirakan terkena dampak pengadaan tanah.

Masukkan :dimana masyarakat ini yang kemudian disebut sebagai pihak yang

terdampak, dan diperhitungkan ganti kerugian akibat dari pelaksanaan pengadaan

tanah.

2) Kelayakan lokasi. Studi ini untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik

lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan

umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.

Masukkan :Berkaitan dengan peta rencana lokasi pembangunan maka Kementrian

ATR/BPN sebaiknya dilibatkan, agar dapat disinkronkan dengan RTRW yang telah

ada.

3) Analisa biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat. Analisis

dilakukan untuk mendapatkan analisa biaya yang akurat, disarankan untuk

melibatkan penilai independen sejak dalam proses perencanaan.

Masukkan :bahkan wajib mendamping hingga tahap akhir pengadaan tanah.

4) Perkiraan nilai tanah. Perkiraan nilai tanah ini dilakukan untuk menghasilkan

perkiraan besaran nilai ganti kerugian obyek pengadaan tanah.

Masukkan :Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan pada penentuan

besaran nilai ganti kerugian, antara lain :

a) mark-up besaran nilai ganti rugi yang akan dibayarkan;

Page 59: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

53

b) pada saat menentukan luas dan status hak atas tanah yang akan diganti rugi;

c) penggunaan tanah terkait tata ruang wilayah;

d) terkait bangunan dan tanam tumbuh sebagai objek ganti rugi;

e) terkait ketidakjelasan ruang atas tanah, ruang bawah tanah dan benda yang

berkaitan dengan tanah serta hal-hal lain yang dapat dinilai.

f) terkait biaya pelaksanaan pengadaan tanah

5) Dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat pengadaan

tanah dan pembangunan. Studi ini dilakukan untuk menghasilkan Analisa mengenai

dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Studi ini dan juga survey sosial

ekonomi akan menjadi dasar bagi penapisan dampak. Bila pembangunan atau

proyek mensyaratkan pengadaan tanah, maka DPPT harus disiapkan.

Masukkan : 1) Dampak Ekonomi berupa penurunan pendapatan, pergeseran mata

pencaharian, penurunan tingkat kekayaan, dan terjaminnya pendidikan anggota

keluarga pemilik hak tanah, 2) Dampak Lingkungan berupa penurunan kualitas

udara, kebisingan, kerusakan jalan, dan penurunan beberapa komponen hidrologi

sungai. Dari hasil penelitian, dampak yang terjadi berasal dari adanya pengaruh

proses atau peran dari pengambil kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan.

6) Studi lain yang diperlukan, meliputi studi budaya masyarakat, studi politik dan

keamanan, atau studi keagamaan sebagai antisipasi dampak spesifik akibat

pembangunan.

Masukkan :Bagaimana melaksanakannya belum jelas. Apa metoda yang digunakan,

cakupannya sebatas apa, oleh siapa dilaksanakan, apa ukuran-ukuran / indikatornya,

outputnya dalam bentuk apa

Demi untuk menciptakan sebuah pembangunan yang memberikan dampak positif

kepada masyarakat, maka dalam pembangunan tersebut masyarakat menjadi

sangat perlu untuk dilibatkan. Pelibatan masyarakat ini sudah dimulai dari

tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan hasil

pembangunan tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip pembangunan

berkelanjutan yaitu pembangunan itu harus bisa menguntungkan secara ekonomi,

pembangunan harus diterima secara sosial serta pembangunan itu harus ramah

lingkungan. Dengan memegang prinsip pembangunan berkelanjutan inilah

Page 60: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

54

diharapkan masyarakat lebih bisa terlibat aktif dalam pembangunan, serta

menikmati hasil dari pembangunan tersebut.

3-2 | Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

26. Instansi yang memerlukan tanah diharuskan menyusun dokumen perencanaan

pengadaan tanahdengan mendasarkan pada studi kelayakan yang komprehensif.

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah disusun apabila tanah yang dibutuhkan

masih menjadi milik pihak lain. Sedangkan apabila tanah yang dibutuhkan sudah

dimiliki oleh institusi yang membutuhkan tanah, tetapi dikuasai atau dimanfaatkan

atau digunakan oleh pihak lain maka harus disusun dokumen terpisah, yang disebut

Dokumen Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan.

27. DPPT dapat disusun secara bersama-sama oleh instansi yang memerlukan tanah

bersama-sama oleh instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi

teknis terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh

instansi yang memerlukan tanah.

Masukkan : Petugas yang ditunjuk untuk membuat DPPT hendaknya mereka yang

telah menguasai Undang-Undang No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan bagi Kepentingan Umum dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Bila perlu instansi yang memerlukan tanah melaksanakan diklat bagi calon

karyawan yang akan mengelola pengadaan tanah ini.

28. Semua pengadaan tanah, termasuk pengadaan tanah skala kecil (tidak lebih dari 5

ha) perlumenyusun dokumen perencanaan pengadaan tanah. Cakupan dan

kedalaman analisis dokumen bergantung pada besaran dampak yang

ditimbulkan.Pengadaan tanah yang tidak berdampak pada relokasi pihak yang

berhak, maka dokumen perencanaan tanah tidak memasukan analisa, strategi dan

bantuan relokasi.

29. Adapun pengadaan tanah skala kecil, tidak lebih dari 5 (lima) hektar, institusi

yangmemerlukan tanah memiliki dua pilihan; 1) dilakukan secara langsung oleh

instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah dengan jual

beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak ; 2)

dilakukan sesuai prosedur dalam UU No. 2/2012. Pengadaan tanah skala kecil

merupakan pengadaah tanah satu hamparan; dan dilaksanakan satu tahun

anggaran.Penentuan nilai tanah dan aset yang terkena dampak sebaiknya tetap

Page 61: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

55

menggunakan jasa penilai.Pengadaan tanah skala kecil harus dilaksanakan sesuai

dengan tata ruang wilayah.

30. Dokumen perencanaan pengadaan tanah disiapkan oleh institusi yang memerlukan

tanah untuk disampaikan pada Gubernur sebagai syarat untuk mendapatkan

penetapan lokasi pembangunan.

31. Mengacu pada ketentuan UU No. 2/2012 dan Perpres No. 71/2012 serta

mempertimbangkan pengayaan yang berdasarkan asas dan prinsip pengadaan

tanah dalam undang-undang tersebut, maka cakupan dokumen perencanaan

pengadaan tanah meliputi :

1) Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan

Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan ditentukan dengan jelas dan

dilakukan untuk kepentingan umum. Kepentingan Umum yang dimaksud yaitu:

Kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh

pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

2) Kesesuaian dengan Rencana Tatat Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana

Pembangunan Nasional dan Daerah

Kesesuaian tata ruang adalah jaminan suatu kebijakan maupun program yang

teralokasi secara program dan lokasi di dalam rencana tata ruang wilayah

sehingga memiliki kepastian hukum untuk dilakukan pelaksanaan pembangunan

dan investasi.

3) Kebijakan Pengadaan Tanah dan Keberhakan

Menjelaskan kebijakan pengadaan tanah dan keberhakan pihak yang berhak

untuk mendapatkan ganti rugi dan bantuan.Mengacu pada UU No. 2/2012 dan

peraturan pelaksanaan, keberhakan pihak yang berhak mencakup.

4) Partisipasi, Konsultasi dan Pengumuman

Menjelaskan mekanisme pelibatan masyarakat dan pihak yang berhak dalam

seluruh tahapan proses pengadaan tanah, dengan memperhatikan aspek gender

dan kelompok rentan (warga miskin, tidak memiliki tanah, kepala rumah tangga

perempuan, kelompok usia lanjut, masyarakat adat).

5) Mekanisme Penanganan Keluhan

Menjelaskan mekanisme untuk menerima, mengevaluasi dan memfasilitasi

penyelesaian terhadap keberatan yang disampaikan warga terkena dampak,

serta keberatan terhadap kinerja pelaksanaan proyek.Mekanisme menjelaskan

Page 62: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

56

bagaimana prosedur bisa dijangkau oleh pihak yang berhak dan warga terkena

dampak dan peka gender.

6) Lingkup dan Dampak Pengadaan Tanah

1. Identifikasi dan Inventarisasi Pihak yang Berhak dan Obyek Pengadaan Tanah.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh (a).data fisik penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah, dan (b) data pihak yang berhak dan obyek

pengadaan tanah.

2. Letak Tanah (Kelurahan/Desa; Kecamatan; Kabupaten; dan Provinsi)

Letak tanah harus digambarkan secara jelas, dengan nama kelurahan/desa,

kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Bila lokasi tanah berada lebih dari satu

desa atau kecamatan atau kabupaten atau provinsi, maka semua nama-nama

desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi harus disebutkan secara jelas.Harus

pula ditentukan secara jelas batas-batasnya berupa titik koordinatnya.Letak

tanah juga dapat ditentukan secara jelas posisinya berupa gambaran dalam

Peta.Baik secara orientasi (sesuai dengan tata letak berdasarkan medannya)

maupun secara spasial (sesuai dengan bentuk grafis yang menunjukkan ruang

lokasi).

Masukkan :Belum jelas siapa yang melaksanakan inventarisasi ini, melibatkan

siapa saja? Metodanya apa? outputnya apa? Jika sudah ada data (peta) di Kantor

Pertanahan apakah masih diperlukan pengukuran?Hal hal terkait dengan format

dan aspek kartografis peta juga belum dijelaskan.

3. Luas Tanah yang Dibutuhkan

Menentukan dengan jelas luas tanah yang dibutuhkan, berupa; (i) luas tanah

keseluruhan dan Luas luaran (yang terkena dampak proyek) (batas luaran dan

batas kepemilikan); (ii) luas tanah bidang kepemilikan; (iii) Pihak yang berhak

atas objek tanah, (iv) pemanfaatan tanah yang terkena dampak.

Masukan: Jika sudah ada data dari kantah sebaiknya digunakan metode

tumpang susun dengan memanfaatkan data KKP (Sistem Informasi Pertanahan).

Jika belum ada, diperlukan keterlibatan aparat kantah dalam

penghitungannya.Perlu juga diperhatikan tanah tanah yang terpotong.

4. Gambaran Umum Status Tanah

Gambaran berupa status tanah atau kepemilikan atas tanah.Gambaran ini tidak

hanya dilakukan secara umum atau global, juga dilakukan penjelasan atau

Page 63: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

57

informasi status tanah pada bidang per bidang di lokasi tersebut.Status

tersebut apakah berupa hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, tanah

bekas milik adat, tanah masyarakat hukum adat, tanah negara, tanah

penguasaan.

Masukan: Jika sudah ada data dari kantah sebaiknya digunakan metode

tumpang susun dengan memanfaatkan data KKP (Sistem Informasi Pertanahan).

Jika belum ada, diperlukan keterlibatan aparat kantah dalam melihat status

tanah.

5. Bangunan

Menjelaskan bangunan utama dan bangunan sekunder yang akan terkena

pengadaan tanah milik perorangan ataupun institusi. Identifikasi kehilangan

bangunan juga termasuk utilitas yang melekat pada bangunan seperti

sambungan listrik, telepon, dan instalasi air minum

6. Tanaman

Menjelaskan jenis dan jumlah tanaman yang akan terkena dampak pengadaan

tanah.

7. Ruang Atas Ruang Bawah Tanah

Menjelaskan ruang di atas dan bawah tanah yang dibebaskan atau terbatasi

penggunaannya akibat pengadaan tanah.

8. Hal-hal yang melekat pada tanah

Menjelaskan hal-hal lain yang melekat pada tanah yang terkena pembebasan

tanah, termasuk utilitas seperti jaringan listrik, jaringan air minum, jaringan

pipa gas.

9. Kehilangan Lain yang dapat dinilai

Memberikan informasi tentang kehilangan lain yang dapat dinilai. Yang

dimaksud dengan “kerugian lain yang dapat dinilai” adalah kerugian nonfisik

yang dapat disetarakan dengan nilai uang, misalnya kerugian karena

kehilangan usaha atau pekerjaan, biaya pemindahan tempat, biaya alih profesi,

dan nilai atas properti sisa dan lainnya

7) Profil Sosial Ekonomi Pihak yang Berhak dan Warga Terkena Dampak

Menguraikan gambaran umum areal proyek dan keadaan demografi sehingga

dapat menjadi pertimbangan dalam pengadaan tanah dan pembangunan proyek

yang akan dilaksanakan. Selain itu juga menguraikan gambaran profil sosial

Page 64: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

58

ekonomi pihak yang berhak dan warga terdampak, sebagai bahan bagi tim

penilai untuk menentukan kompensasi.

8) Perkiraan Nilai Tanah dan Obyek Pengadaan Tanah

Penilaian tanah dilakukan secara bidang per bidang sesuai dengan jenis

kerugian.Jenis kerugian dalam penilaian tanah terbagi menjadi 2, yaitu kerugian

fisik dan non fisik. Perkiraan nilai tanah menguraikan perkiraan nilai ganti

kerugian obyek pengadaan tanah, meliputi: tanah, ruang atas tanah dan bawah

tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan atau

kerugian lain yang dapat dinilai. Penilaian tanah dilakukan secara bidang per

bidang sesuai dengan jenis kerugian.

9) Strategi Pemukiman Kembali

Menjelaskan pilihan pemukiman kembali terhadap pihak yang berhak sebagai

salah satu opsi kompensasi, alternative lokasi pemukiman kembali yang menjadi

pertimbangan dengan berkonsultasi dengan pihak yang, langkah-langkah untuk

pemukiman kembali, penyediaan sarana dan prasarana umum di lokasi

pemukiman kembali, dan strategi integrasi dengan masyarakat tempatan, serta

kerangka waktu pemukiman kembali. Strategi pemukiman kembali

mempertimbangan perempuan dan kelompok rentan.

10) Program Perbaikan Pendapatan atau Mata Pencaharian

Mengidentifikasi risiko pengadaan tanah terhadap penghidupan pihak yang

berhak serta menjelaskan program perbaikan pendapatan atau mata

pencaharian. Langkah-langkah untuk mendukung warga yang rentan (miskin,

rumah tangga yang dikepalai perempuan, usia lanjut, berkebutuhan khusus,

rumah tangga tidak memiliki lahan) dan terkena dampak serius, termasuk pihak

berhak yang harus direlokasi guna memulihkan atau bahkan memperbaiki

pendapatan dan matapencaharian. Kompensasi dan perbaikan pendapatan atau

matapencaharian mempertimbangkan gender.

11)Rencana Penganggaran

Menyediakan anggaran terperinci untuk semua kegiatan pengadaan tanah dan

pemukiman kembali, termasuk untuk kompensasi, biaya operasional, pelatihan

staf, monitoring dan evaluasi, dan penyusunan DPPT.

12) Pengaturan Kelembagaan

Page 65: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

59

Menguraikan tata laksana kelembagaan dalam penyelenggarakan proses

pengadaan tanah pada semua tingkatan (level), mulai tingkat Nasional (jika ada),

Provinsi (jika ada), Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

13) Perkiraan Jadwal

1. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah terdiri atas:

➢ waktu untuk tahapan kegiatan persiapan pengadaan tanah

➢ waktu untuk tahapan kegiatan pelaksanaan pengadaan tanah

➢ penyerahan tanah yang telah dibebaskan.

Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk sudah

memperhitungkan bila ada keberatan dari masyarakat di lokasi proyek dan

memperkirakan waktu jika melakukan relokasi.Perkiraan waktu relokasi

termasuk waktu untuk menentukan dan mempersiapkan lokasi baru, waktu

untuk pindah, dan waktu untuk pembinaan di lokasi baru.

2. Perkiraan Waktu Pelaksanaan Pembangunan

Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan menguraikan perkiraan

waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan, mulai dari tahap

perencanaan, pelelangan sampai selesainya kegiatan konstruksi.

14) Monitoring dan Evaluasi

Menjelaskan mekanisme dan tolok ukur yang tepat bagi proyek untuk

memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pemukiman kembali. Ini

menentukan pengaturan untuk partisipasi pihak yang berhak, termasuk

kelompok perempuan dan rentan) dalam proses pemantauan serta prosedur

pelaporan.

4. Cakupan dan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

4-1 | Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan

32. Maksud dan Tujuan: Memberikan gambaran rencana pembangunan untuk

kepentingan umum dan kebutuhan pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan.

33. Cakupan. Bagian ini menjelaskan tentang:

1) Gambaran umum arti penting dan tujuan rencana pembangunan yang akan

dilaksanakan;

Page 66: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

60

2) Komponen-komponen pembangunan yang membutuhkan pengadaan tanah

dan berdampak pada kehilangan aset dan pendapatan ekonomi atau mata

pencaharian pihak yang berhak;

3) Alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindari atau meminimalkan

pengadaan tanah serta penjelasan pertimbangan untuk memutuskan

pengadaan tanah.

34. Hal-hal penting yang harus diperhatikan:

1) Review dokumen rencana pembangunan atau proyek serta rancangan umum

maupun rinci (bila sudah disiapkan) serta studi kelayakan yang dilakukan;

2) Review komponenn-komponen pembangunan yang mengakibatkan

pengadaan tanah dan pemukiman kembali;

3) Diskusi dengan tim teknis rencana pembangunan mengenai berbagai

alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindari atau meminimalkan

pengadaan tanah dan pemukiman kembali, baik melalui:

a) modifikasi disain teknis proyek;

b) Menghindari semaksimal mungkin atau menggeser bila diperlukan, jalur

proyek yang melewati pemukiman padat, cagar budaya, tempat yang

dikeramatkan, tempat ibadah dll (seperti proyek jalan, transmisi, kereta

api);

c) Menetapkan zona rencana konstruksi disesuaikan dengan penyelesaian

pengadaan tanah (dipertimbangkan untuk proyek yang bersifat linier

seperti jalur kereta api, jalan tol, jalan raya, rehabilitasi sungai);

d) Mengatur jadwal konstruksi untuk meminimalisir dampak lingkungan

dan kehilangan pendapatan/mata pencaharian (seperti jadwal

konstruksi menyesuaikan musim dan masa panen);

4) Melakukan kunjungan lapangan untuk mengkonfirmasi lokasi rencana

pembangunan dan koridor dampak serta upaya meminimalisir dampak

pengadaan tanah.

5) Melakukan kujungan lapangan untuk mengetahui gambaran rencana

pembangunan tersebut secara mendalam dan mengetahui bagian komponen

pembangunan atau proyek yang membutuhkan pengadaan tanah;

Page 67: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

61

6) Berkoordinasi dengan instansi terkait dengan pengadaan tanah untuk

mendiskusikan dampak-dampak apa saja yang mungkin terjadi karena

pengadaan tanah.

7) Menuangkan hasil review, diskusi dan kunjungan lapangan dalam rumusan

maksud dan tujuan rencana pembangunan.

4-2 | Kesesuaian dengan RTRW dan Rencana Pembangunan Nasional dan

Daerah

35. Tujuan. Menjelaskan kesesuaian rencana pembangunan dengan RTRW dan

Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah yang ada.

36. Cakupan. Bagian ini menjelaskan bahwa:

1) Perencanaan pengadaan tanah sudah sesuai dengan RTRW;

2) Perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan telah menjadi prioritas

pembangunan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah dan Rencana Strategis;

3) Perencanaan pengadaan tanah sesuai dengan Rencana Kerja Institusi.

37. Penjelasan:

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum pada prinsipnya

ada 2 kategori:

1) Proyek infrakstruktur Strategis Nasional (PSN)

Untuk proyek jenis ini jika tidak sesuai dengan RTRW

provinsi/kabupaten/kota, maka pemda setempat up.instansi yang

membidangi tata ruang berkewajiban menyesuaikan tata ruang daerah

tersebut dengan Tata Ruang Induk/Nasional. Karena pada prinsipnya PSN

telah sesuai dengan perencanaan Tata Ruang Induk/Nasional.

2) Proyekinfrastruktur Non PSN

Jika proyek ini tidak sesuai dengan RTRW provinsi/kabupaten/kota, maka

dapat dilakukan langkah sebagai berikut:

[1] Dipindahkan ke lokasi atau wilayah yang sesuai dengan tata ruang

daerah

[2] Jika dalam kasus proyek tersebut tidak bisa dipindahkan karena

pertimbangan teknis seperti kasus pembangunan waduk, jalan tol, jalur

kereta api yang memiliki kriteria teknis yang ketat maka wajib

mendapatkan rekomendasi dari instansi yang membidangi tata ruang.

Page 68: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

62

Pengadaan tanah di kawasan hutan, mengacu pada peraturan terkait:

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2017 tentang

Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan.

➢ Peraturan Presiden No. 105/2015 tentang Perubahan kedua atas

Perpres No. 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

➢ Peraturan Presiden No. 104/2015 tentang Perubahan Peruntukan

dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan.

➢ Peraturan Presiden No. 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan

Hutan.

➢ Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

4-3 | Kebijakan Pengadaan Tanah dan Keberhakkan

38. Tujuan: Menjelaskan peraturan hukum terkait yang menjadi landasan dalam

kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, asas-asas

yang berlaku, serta pokok-pokok pengadaan tanah.

39. Cakupan. Bagian ini menjelaskan mengenai:

1 | Undang-undang dan peraturan hukum terkait, baik nasional maupun daerah

yang menjadi landasan dalam kegiatan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah dilaksanakan dengan melandaskan pada Undang-Undang

No. 2/2012 mengenai Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Kepentingan

Umum beserta peraturan pelaksanaannya.Namun demikian, pengadaan

tanah untuk pembangunan kepentingan umum juga harus melandaskan

pada peraturan terkait lainnya. Daftar peraturan hukum utama untuk

pengadaan tanah beserta peraturan hukum lainnya dijelaskan dalam sub bab

kerangka hukum pengadaan tanah pada bab sebelumnya. Daftar kerangka

hukum yang relevan untuk pengadaan tanah mengacu pada Bab

Pendahuluan 1-3.

2 | Menjelaskan garis besar asas dan pokok-pokok serta metodologi yang

digunakan untuk proses pengadaan tanah, menetapkan pihak yang berhak,

3 | Asas-asas pengadaan tanah mencakup:

[1] Kemanusiaan

[2] Keadilan

[3] Kemanfaatan

[4] Kepastian

Page 69: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

63

[5] Keterbukaan

[6] Kesepakatan

[7] Keikutsertaan

[8] Keberlanjutan

[9] Keselarasankeberhakan (kompensasi dan bantuan), pilihan ganti rugi.

4 | Pokok-pokok pengadaan tanah mencakup:

[1] memberikan jaminan penggantian yang layak kepada pihak yang berhak

dalam proses Pengadaan Tanah sehingga mendapatkan kesempatan

untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

[2] memberikan kepastian hukum tersedianya tanah dalam proses

pengadaan tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan kepada

Pihak yang Berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak dan

adil.

[3] memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan pengadaan tanah.

[4] dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa unsur paksaan untuk

mendapatkan kesepakatan bersama.

[5] dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat, baik secara langsung

maupun tidak langsung, sejak perencanaan sampai dengan kegiatan

pembangunan.

[6] memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang

berhak dan masyarakat secara luas.

5 | Menjelaskan keberhakan pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti rugi dan

bantuan.Mengacu pada UU No. 2/2012 dan peraturan pelaksanaan.Keberhakan

mencakup bantuan untuk kelompok rentan dan pihak yang terkena dampak serius

oleh pengadaan tanah, serta peluang pihak yang berhak dan terkena dampak untuk

mendapatkan manfaat dari pembangunan.

6 | Keberhakan pihak yang berhak disajikan pada Tabel dibawah. Tabel ini memuat

lingkup dampak dan keberhakkan secara menyeluruh yang mungkin timbul dalam

proses pengadaan tanah. Penerapan keberhakkan disesuaikan dengan cakupan

dampak dalam pengadaan tanah.

4-4 | Partisipasi, Konsultasi dan Pengumuman

4-4-1 | Partisipasi dan Konsultasi

Page 70: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

64

40. Partisipasi dan Konsultasi. Pengertian konsultasi publik dalam Undang-Undang

Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Nomor 2

Tahun 2012 adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan selama 60 hari

setelah pelaksanaan pendataan awal pada tahap persiapan, dengan tujuan

untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait (stakeholder)

terutama kepada pihak yang berhak terhadap rencana pembangunan dan

pelaksanaan pengadaan tanah serta hasil pendataan awal yang telah

dilaksanakan. Akan tetapi untuk menjamin tercapainya tujuan pengadaan tanah

dan meminimalkan komplain, proses konsultasi dan pelibatan pihak yang

berhak ini juga sebaiknya dilakukan secara intensif sejak proses penyusunan

dokumen perencanaan pengadaan tanah dengan memperhatikan aspek gender

dan kelompok rentan (masyarakat miskin, janda dan kelompok disable) yang

seringkali tidak diperhatikan.

Masukan: Perlu dijelaskan metode dalam menjamin terlaksananya partisipasi dan

konsultasi. Perlu dijelaskan output dari kegiatan ini dan bukti dari kegiatan ini.

42. Beberapa karakteristik konsultasi yang intensif adalah sebagai berikut:

• Dimulai di tahap awal perencanaan proyek dan berlangsung secara

menerus selama tahap pelaksanaan proyek, termasuk konsultasi untuk

menentukan tempat relokasi (jika ada) dan konsultasi untuk menentukan

kebutuhan program peningkatan matapencaharian.

• Informasi terkait proyek disampaikan secara jelas, dapat dimengerti dan

mudah diakses oleh pihak yang berhak dan masyarakat terdampak

• Konsultasi dilakukan secara terbuka bebas dari intimidasi

• Memperhatikan aspek gender dan melibatkan kelompok rentan lainnya

• Keputusan diambil berdasarkan masukan dari pihak yang berhak dan

berbagai stakeholder tekait

Masukan :perlu dijelaskan metoda yang dilakukan untuk mencapai karakteristik

yg intensif tersebut dalam dokumen perencanaan.

43. Apabila pengadaan tanah melibatkan masyarakat adat, maka konsultasi harus

dilakukan lebih intensif sampai mendapatkan support dari mereka terhadap

rencana pembangunan, terutama jika rencana pembangunan tersebut akan

menyebabkan masyarakat adat makin terpinggirkan. Penting untuk

Page 71: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

65

mengidentifikasi tokoh adat di masyarakat tersebut dan pihak-pihak yang bisa

mewakili kepentingan masayarakat tersebut dalam pengambilan keputusan.

4-4-2 | Pengumuman

44. Instansi yang memerlukan tanah disarankan untuk mengumumkan atau

menyebarkan informasi tentang pengadaan tanah dan pilihan kompensasi yang

akan diberikan serta informasi tekait proyek selama perencanaan pengadaan

tanah sampai dengan pelaksanaannya. Sebelum melakukan pendataan awal

Undang-Undang Pengadaan Tanah No 2 Tahun 2012 pasal 16 (a) menyebutkan

perlunya melakukan pemberitahuan kepada pihak yang berhak. Pemberitahuan

ini bisa dilakukan secara langsung (sosialisasi, tatap muka atau surat

pemberitahuan) atau tidak langsung (media cetak atau media elektronik).

45. Keuntungan penyebaran informasi sedini mungkin bagi proyek adalah: (i).

Meningkatkan kepedulian masayrakat lokal terhadap rencana proyek,dan (ii).

meningkatkan rasa kepemilikan pihak yang berhak terhadap proyek.

46. Penyebaran informasi proyek bisa dalam bentuk leaflet/booklet tentang proyek

dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat sekitar lokasi proyek. Booklet

informasi proyek minimal berisi tentang: deskripsi singkat tentang proyek,

identifikasi dan inventory aset, pihak yang berhak dan keberhakan, indikasi

jadwal pengadaan tanah dan pembangunan serta instansi yang

bertanggungjawab. Selain penyebaran informasi, institusii yang memerlukan

tanah disarankan untuk mengumumkan dokumen rencana pengadaan tanahnya

dalam situs webnya.

47. Tujuan dari bab ini adalah menjelaskan mekanisme partisipasi dan konsultasi

yang akan dilakukan baik pada tahap perencanaan, tahap persiapan maupun

pelaksanaan pengadaan tanah, dan menjelaskan bagaimana pengumuman dan

pengungkapan informasi pengadaan tanah dengan memperhatikan aspek gender

dan kelompok rentan (masyarakat miskin, janda dan kelompok disable).

48. Cakupan. Bagian ini menjelaskan:

1 | Identifikasi para pemangku kepentingan pembangunan/proyek; khususnya

pemangku kepentingan utama dan pihak yang berhak termasuk kelompok

rentan.Untuk pengadaan tanah yang melibatkan masyarakat adat,

identifikasi tokoh adat penting dilakukan secara tepat.

Page 72: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

66

2 | Menjelaskan mekanisme konsultasi dan partisipasi yang akan digunakan

selama berbagai tahap siklus pembangunan, dengan memberikan perhatian

pada partisipasi kelompok perempuan dan rentan; termasuk rencana

pelibatan para pemangku kepentingan dalam proses pengadaan tanah.

3 | Memberikan ringkasan hasil-hasil konsultasi yang sudah dilakukan dengan

penduduk yang terdampak dalam proses penyusunan dokumen

perencanaan pengadaan tanah, membahas bagaimana permasalahan yang

diangkat dan rekomendasi yang dibuat ditangani dalam rencana pemukiman

kembali;

4 | Menjelaskan mekanisme dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penyebaran informasi terkait rencana pembangunan dan proses pengadaan

tanah.

5 | Menyusun rancangan booklet informasi proyek dan dimasukkan sebagai

lampiran dalam dokumen rencana pengadaan tanah.

49. Penjelasan:

1 | Identifikasi pemangku kepentingan yang bertujuan untuk menentukan

pemangku-pemangku kepentingan mana yang terkait dengan rencana

proyek.. Untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terkait

rencana proyek, maka dilakukan kajian menyeluruh antara bidang yang

terkait dengan rencana proyek yang akan dilakukan.

2 | Menentukan tempat pelaksanaan.konsultasi publik (dan konsultasi lain yang

akan dilaksanakan dalam seluruh tahapan pengadaan tanah). Lokasi

pelaksanaan konsultasi harus dekat dengan lokasi pembangunan dan mudah

diakses oleh penduduk terdampak, terutama perempuan dan kelompok

rentan,termasuk masyarakat adat. Lokasi yang mudah diakses akan

membuat tingkat kehadiran masyarakat terdampak akan lebih tinggi atau

tingkat partisipasi pihak yang berhak dan masyarakat menjadi lebih baik.

Beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

▪ Konsultasi harus melibatkan kepala desa, tokoh adat dan tokoh

masyarakat

▪ Kapasitas tempat konsultasi publik disesuaikan dengan jumlah yang

diundang

Page 73: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

67

3 | Jika proyek tersebut rencananya akan dilaksanakan di beberapa wilayah

yang memasuki lebih dari satu wilayah yuridiksi Pemerintah Daerah, maka

konsultasi tersebut dapat dilaksanakan di setiap wilayah yuridiksi

Pemerintah Daerah tersebut.

4 | Menyiapkan surat undangan. Setelah pemangku kepentingan yang terkait

teridentifikasi, pihak yang memerlukan tanah mengirimkan surat

permohonan penyelenggaraan konsultasi publik (dan konsultasi pada tahap

pengadaan tanah yang lainya) kepada Pemerintah Daerah setempat di mana

pembangunan tersebut dilaksanakan. Pemerintah Daerah setempat tersebut

kemudian menerbitkan surat undangan kegiatan konsultasi publik untuk

para pemangku kepentingan yang telah teridentifikasi disampaikan minimal

3 hari sebelum pelaksanaan konsultasi publik . Contoh surat undangan

pelaksanaan konsultasi publik dapat dilihat dalam Lampiran 7.

5 | Penyelenggaraan konsultasi publik (atau konsultasi lain pada berbagai tahap

pegadaan tanah). Penyelenggaraan konsultasi publik dilaksanakan dengan

menyesuaikan pada pola pertemuan yang biasa dilaksanakan di daerah

rencana pembangunan.Poin-poin penting atau kesepakatan-kesepakatan

dari hasil diskusi yang muncul di dalam forum selama kegiatan konsultasi

dengan para pemangku kepentingan direkam melalui sebuah dokumen

notulensi serta berita acara.Berita acara dibuat untuk menegaskan

keputusan-keputusan yang disepakati dalam forum.Format notulensi

konsultasi publik dapat dilihat pada lampiran 8, dan format berita acara

dapat dilihat pada lampiran 9.

6 | Informasi yang perlu disampaikan saat konsultasi publik adalah: (a). Maksud

dan tujuan pembangunan, (b). Tahapan dan jadwal proses pengadaan tanah,

(c). Peran jasa penilai dalam menentukan nilai ganti rugi, (d). Ganti rugi yang

akan diberikan kepada pihak yang berhak, (e). Obyek yang akan diganti

rugi,(f). Bentuk ganti rugi, dan (g).Hak dan kewajiban pihak yang berhak.

7 | Dokumentasi kegiatan konsultasi publik atau konsultasi pada tahapan

pengadaan tanah yang lainnya, meliputi dokumentasi arsip surat undangan,

daftar hadir, notulensi penjelasan dan tanya jawab serta foto-foto kegiatan

konsultasi publik.

4-5 | Mekanisme Penanganan Keberatan

Page 74: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

68

50. Mekanisme penanganan keberatan yang transparan dan efektif sangat penting

untuk menghindari keterlambatan proyek dan meningkatkan efisiensi

pembiayaan proyek

51. Tujuan. Menggambarkan mekanisme untuk menerima dan memfasilitasi

penyelesaian keberatan pihak yang berhak.

52. Cakupan. Bagian ini menjelaskan:

1 | Arti penting dan manfaat adanya mekanisme penanganan keberatan;

2 | Mekanisme penyampaian dan penyelesaian keberatan.

4-5-1 | Penanganan Keberatan Penetapan Lokasi

1 | Pihak yang berhak/warga terkena dampak dapat menyampaikan keberatan

pada Kepala Daerah (Bupati/Walikota/Gubernur tergantung apakah

pengadaan tanah ditangani oleh provinsi atau kabupaten/kota). Kepala

Daerah akan membentuk team untuk mengkaji keberatan.

2 | Jika berdasarkan kajian, keberatan diterima, maka

Gubernur/Bupati/Walikota akan meminta pada institusi yang memerlukan

tanah untuk mengajukan pemindahan rencana lokasi pembangunan ke

tempat lain. Jika keberatan ditolak, maka Gubernur/Bupati/Walikota

menetapkan lokasi pembangunan.

3 | Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan, masih terdapat

keberatan, pihak yang berhak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN) setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja

sejak dikeluarkan penetapan lokasi.

4 | PTUN memutus diterima atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama

30 hari kerja sejak diterimanya gugatan.

5 | Pihak yang keberatan terhadap putusan PTUN, dapat mengajukan kasasi ke

Mahkamah Agung (MA) dalam waktu paling lama 14 hari kerja.

6 | MA wajib memberikanputusan dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak

permohonan kasasi diterima.Putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap menjadi dasar diteruskan atau tidaknya pengadaan

tanah bagi pembangunan kepentingan umum.

4-5-2 | Penanganan Keberatan untuk Hasil Identifikasi dan Inventarisasi Obyek

Pengadaan Tanah

Page 75: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

69

53. Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi harus mencakup status

kepemilikan tanah, ukuran, lokasi, dan peta wilayah proyek. Alasan keluhan adalah;

(i) Pihak yang berhak tidak menerima hasil inventarisasi tersebut, dan (ii)

penduduk terkena dampak berkeberatan atas hasil inventarisasi. Dengan demikian,

prosedur pengaduan yang harus dilakukan adalah:

1 | Penduduk/rumah tangga yang dirugikan dapat mengajukan kepada Tim

pelaksana pengadaan tanah (TPPT) keberatan atas hasil inventarisasi tanah

dan aset lain yang ditemukan pada tanah yang terkena dampak (bangunan,

tanaman, benda-benda lain).

2 | TPPT dalam waktu 14 hari akan memeriksa hasil inventarisasi aset warga/

penduduk yang terkena dampak dan akan membuat revisi / koreksi yang

diperlukan, sesuai kebutuhan. Jika penduduk terkena dampak masih belum

puas dengan temuan TPPT, yang bersangkutan dapat membawa masalah ini

ke pengadilan negeri untuk resolusi.

3 | Jika pengaduan / keluhan menyangkut kepemilikan / penguasaan tanah dan

/ atau aset lainnya di tanah yang terkena dampak, TPPT akan mencari

penyelesaian dengan pengadu melalui konsultasi.

4 | Jika konsultasi tidak menghasilkan penyelesaian, maka TPPT akan

menyarankan warga terkena dampak untuk menyelesaikan kasus ini melalui

pengadilan.

4-5-3 | Jika Konsultasi Tidak Menghasilkan Penyelesaian

54. Berdasarkan UU 2012, seorang warga yang dirugikan bisa membawa keluhan /

pengaduan dalam hal identifikasi objek pengadaan tanah dan nilai kompensasi

langsung kepada TPPT atau pada Badan Pertanahan, melalui tokoh masyarakat

yang akan menyampaikannya kepada TPPT baik secara tertulis maupun secara

lisan. TPPT bersama-sama dengan KATR/BPN (kantor pertanahan) dan tokoh

masyarakat akan berusaha mencari konsensus untuk mencapai penyelesaian yang

dapat diterima oleh warga yang dirugikan, secara khusus:

1 | Seorang warga/penduduk yang tidak puas dengan jumlah kompensasi yang

awalnya ditawarkan oleh TPPT dalam waktu 30 hari harus mencapai

kesepakatan dengan TPPT tentang tingkat kompensasi atas aset yang

terkena dampak, termasuk kehilangan penghasilan dari bisnis atau

pekerjaan yang terkena dampak.

Page 76: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

70

2 | Jika negosiasi mengenai kompensasi dengan TPPT gagal, warga/rumah

tangga terkena dampak dapat mengajukan keluhan dalam waktu 14 hari ke

pengadilan negeri atas kompensasi yang tawarkan oleh LAIT. Pengadilan

akan mengadili kasus ini dalam waktu 30 hari.

3 | Jika warga/rumah tangga terkena dampak tidak puas dengan keputusan

pengadilan negeri, TPPT dalam waktu 14 hari setelah keputusan oleh

pengadilan negeri dapat membawa kasus ini ke Mahkamah Agung dan

mencari pembalikan putusan di kabupaten pengadilan. Mahkamah Agung

akan mengadili kasus ini dalam waktu 30 hari.

4-5-4 | Penanganan Keberatan Pasca Pengadaan Tanah

1 | Pihak yang berhak atau warga terkena dampak dapat menyampaikan

keberatan pada kantor proyek pembangunan, aparat desa, kontraktor, yang

akan menyampaikan keberatan/ keluhan pada institusi yang melaksanakan

pembangunan.

2 | Institusi yang melaksanakan pembangunan akan berkoordinasi dengan

pihak-pihak terkait untuk penyelesaian keberatan. Institusi yang

melaksanakan pembangunan akan mendiskusikan dengan pihak yang

berhak/warga yang keberatan untuk menyelesaikan permasalahan dengan

melibatkan pihak-pihak terkait untuk penyelesaian.

55. Penjelasan:

Oleh karenanya, pembentukan kelembagaan untuk penanganan keberatan di level

institusi pelaksana pembangunan/ institusi yang membutuhkan tanah:

Menetapkan mekanisme penyelesaian keluhan/keberatan di tingkat institusi

Menunjuk focal point untuk penanganan keluhan/keberatan

Menerima dan mendaftar keberatan

Menyaring keberatan

Menginventarisasi keberatan

Mengkaji keberatan

Merespon keberatan

Strategi penyelesaian keberatan

Dokumentasi

4-6 | Lingkup Pengadaan Tanah

4-6-1 | Identifikasi dan Inventarisasi Pihak yang Berhak dan Obyek Pengadaan Tanah

Page 77: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

71

56. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan

tanah pada tahap perencanaan menjadi hal yang sangat penting dalam penyiapan

DPPT. Jika kegiatan ini sudah dilakukan secara rinci dan baik pada tahap

perencanaan, maka hal ini akan memudahkan tahap persiapan dan pelaksanaan

pengadaan tanah. Melakukan inventarisasi dan identifikasi pihak yang berhak dan

obyek pengadaan tanah secara rinci pada tahap perencanaan mungkin untuk

dilakukan, karena pada tahap perencanaan tidak dibatasi waktu sebagaimana tahap

persiapan dan pelaksanaan. Dukungan data awal akan sangat penting dalam

memperlancar kegiatan tersebut.

57. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pelaksanaan identifikasi dan

inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah baik pada tahap

perencanaan, persiapan maupun pelaksanaan pengadaan tanah adalah sebagai

berikut: (i) dilakukan secara sensus terhadap seluruh pihak berhak, (ii) dalam

melakukan sensus harus memperhatikan aspek gender (responden perempuan

minimal 30%) dan kelompok rentan ( masyarakat miskin, janda dan kelompok

disable) (iii) pihak yang berhak diberitahu sebelum pelaksanaan sensus

dilaksanakan dan diminta untuk ikut berpartisipasi, (iv) pelaksanaan sensus harus

didampingi oleh kepala keluarga atau anggota keluarga, (v) berkoordinasi dengan

kepala desa/staff dan atau tokoh masyarakat.

Masukan: Berkoordinasi dengan kantor pertanahan setempat.

58. Tujuan: untuk memperoleh data: (i) kebutuhan pengadaan tanah secara

keseluruhan dan komponen pembangunan serta koridor area dampak pengadaan

tanah (ii) data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,

(iii) data pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah yang akan terkena

dampak, (iv) peta indikatif area bidang per bidang yang masuk dalam pengadaan

tanah.

58. Tujuan: untuk memperoleh data: (i) kebutuhan pengadaan tanah secara

keseluruhan dan komponen pembangunan serta koridor area dampak pengadaan

tanah (ii) data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,

(iii) data pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah yang akan terkena

dampak, (iv) peta indikatif area bidang per bidang yang masuk dalam pengadaan

tanah.

Page 78: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

72

59. Cakupan. Data terkait yang ingin diperoleh dari kegiatan identifikasi dan

inventarisasi aset yang terkena dampak:

1 | Data pihak yang berhak yang melingkupi:

▪ Identifikasi pihak-pihak yang berhak terkena, jumlah anggota keluarga,

dan nama;

▪ Jumlah pihak yang berhak berdasarkan kategori kepemilikan atau

pengusaan asset yang akan dibebaskan;

▪ Jumlah rumah tangga dan anggota keluarga pihak yang berhak yang

terkena dampak serius, termasuk yang harus direlokasi;

▪ Jumlah rumah tangga dan anggota keluarga yang rentan dan membutuhkan

perhatian khusus dalam pengadaan tanah. Kelompok rentan, termasuk

warga miskin, kepala rumah tangga perempuan, kepala rumah tangga usia

lanjut, kepala rumah tangga berkebutuhan khusus, masyarakat adat, warga

yang tidak memiliki tanah.

2 | Letak Tanah menginformasikan lokasi tanah dan batas tanah yang

dibutuhkan

3 | Luas Tanah yang dibutuhkan

4 | Gambaran Umum Penggunaan dan Status Tanah, baik untuk tanah yang

terkena secara keseluruhan maupun bidang perbidang. Gambaran umum

penggunaan tanah:

a) Tanah pertanian

b) Tanah kehutanan

c) Tanah pemukiman

d) Tanah hukum adat

5 | Gambaran umum hak legalitas tanah, melingkupi :

a) Sertifikat hak milik

b) Hak pakai

c) Sertifikat Hak milik

d) Girik/SKT/ Leter C

e) Hak Guna Bangunan

f) Hak Guna Usaha

g) Tanah Adat/Ulayat

h) Tanah waqaf

Page 79: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

73

i) Menempati tanpa ijin

6 | Jumlah dan jenis kehilangan bangunan, baik bangunan utama maupun

bangunan sekunder milik perorangan maupun institusi

7 | Jumlah kehilangan tanaman, baik dari sisi perkiraan jumlah maupun jenis

tanaman;

8 | Jumlah kehilangan ruang atas atau bawah tanah. Menjelaskan ruang diatas

dan dibawah tanah yang dibebaskan atau terbatasi penggunaannya akibat

pengadaan tanah

9 | Hal-hal yang melekat pada tanah, termasuk berbagai utilitas seperti jaringan

listrik, jaringan air minum dan jaringan pipa gas

10 | Kehilangan lain yang dapat dinilai, yaitu kerugian non fisik yang dapat

disetarakan dengan nilai uang.

60. Mekanisme Penyelesaian Penguasaan Tanah pada Kawasan Hutan mengacu pada

Perpres No 88/2017.

61. Tata cara :

a) Instansi yang membutuhkan tanah melakukan koordinasi dengan tim

Percepatan Penguasaan tanah dalam kawasan hutan (PPTKH) dalam proses

identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak di kawasan hutan.

b) Di Pusat akan terdapat Tim Percepatan Penguasaan tanah dalam kawasan

hutan PPTKH (Pasal 14) yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden

(Pasal 17) dan diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Anggotanya terdiri dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri

Agraria dan Tata Ruang, Menteri Dalam negeri, Sekretaris Kabinet dan

Kepala Staf Kepresidenan. Juga terdapat Tim Pelaksana yang diketuai Deputi

Bidang Pengelolaan Energi, Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan anggota Direktur

Jenderal dari kementerian terkait.

c) Kegiatan yang berupa inventarisasi dan verifikasi di lapangan dilakukan oleh

Tim Inventarisasi dan Verifikasi PTKH (Pasal 18), yang dibentuk oleh

Gubernur dan diketuai oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi.

d) Tim ini akan melakukan inventarisasi dan verifikasi yang diajukan oleh

pihak-pihak yang berkepentingan melalui Bupati/Walikota (Pasal 21),

Page 80: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

74

e) Inventarisasi dan verifikasi dilaksanakan sekali saja di setiap wilayah

administrasi kabupaten/kota tersebut.

f) Biaya tukar menukar atau resettlement apabila dilakukan, ditanggung oleh

pemerintah daerah (Pasal 25).

g) Seluruh pelaksanaannya akan dipandu melalui rencana aksi nasional yang

akan disusun oleh Tim Percepatan PPTKH (Pasal 32).

62. Langkah-langkah dalam Melakukan Identifikasi dan Inventarisasi Pihak yang

Berhak dan Obyek Pengadaan Tanah :

1 | Mempersiapkan Tim Pelaksana

▪ Melakukan identifikasi awal dilokasi yang akan dibebaskan untuk

memperkirakan jumlah tenaga pengumpul data (koordinator dan petugas

pendataan). Jumlah tenaga yang dipakai juga harus mempertimbangkan

ketersediaan waktu pelaksanaan sensus, misalnya kegiatan sensus pada

tahap persiapan yang harus dapat diselesaikan dalam waktu 30 hari.

▪ Merekrut koordinator pendataan/sensus yang memiliki tugas

mensupervisi dan memastikan pendataan di lokasi rencana pembangunan

berjalan dengan baik dan sesuai jadwal.

▪ Merekrut tenaga yang akan melakukan pendataan (petugas pendataan)

pada waktu bersamaan dengan perekrutan koordinator pendataan.

Jumlah petugas pendataan yang direkrut disesuaikan dengan hasil

identifikasi awal yang dilakukan sebelumnya.

▪ Pelatihan (minimal selama 1hari) kepada petugas pendataan tentang

tugas, kewajiban dan prosedur pelaksanaan pengumpulan data. Pada

proses pelatihan ini, sebaiknya dilakukan simulasi pengambilan data

selama 1 hari dengan melihat dan melakukan wawancara langsung di

lokasi.

2 | Mempersiapkan perlengkapan pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi

pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah sbb:

▪ Penyusunan form kuesioner yang akan digunakan untuk pendataan oleh

instansi yang memerlukan tanah. Kuesioner yang akan dipakai minimal

harus memuat informasi sesuai yang tercantum dalam Peraturan Kepala

BPN Nomor 5 Tahun 2012 dan tambahan yang diperlukan sesuai

kebutuhan proyek.

Page 81: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

75

▪ Mempersiapkan perlengkapan pengumpulan data oleh pelaksana

inventarisasi dan identifikasi yang meliputi: tanda pengenal (name tag),

alat tulis kantor (ATK), form kuesioner, kamera, Global Positioning

System (GPS), alat pengukur meter (meteran), peta kadastral dari

ATR/BPN, drone untuk melakukan foto udara dan perlengkapan lainnya

yang dianggap perlu.

▪ Perlengkapan keamanan standard seperti sepatu boots, jas hujan, helm,

perlengkapan obat-obatan (P2K) dan perlengkapan keamanan kerja

lainnya yang dianggap perlu.

3 | Mempersiapkan surat izin pendataan dan surat penugasan dari instansi yang

memerlukan tanah.

4 | Berkoordinasi dengan pemerintah daerah lokasi rencana pembangunan

untuk mendapatkan izin pendataan, mulai dari pemerintah provinsi,

kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan. Izin ini bisa berupa surat izin

baru dari pemerintah daerah (provinsi sampai kelurahan) atau

“pembubuhan” cap dan tanda tangan pejabat berwenang di tiap tingkat

pemerintah (provinsi sampai kelurahan) pada surat pengantar dan surat

penugasan dari pemerintah pusat sebagai tanda bahwa surat tersebut sudah

disetujui.

5 | Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan untuk

menentukan pendamping dari desa/kelurahan (pendamping) setempat

untuk membantu petugas pendataan dalam mengumpulkan

data.Pendamping merupakan orang yang dikenal oleh pihak yang berhak

dan memiliki pengetahuan terkait tanah dan pemiliknya. Dengan adanya

pendamping dari desa ini untuk menghindari kesalahan pihak yang berhak.

6 | Melakukan konsultasi dengan penduduk yang potensial akan terkena

dampak proyek di kantor desa/kecamatan sebelum pendataan, untuk

memberikan penjelasan tentang: (i) rencana proyek dan dampaknya

terhadap aset warga, (ii) tujuan dilakukannya identifikasi dampak ,waktu

pelaksanaannya dan siapa yang akan melakukannya. (iii) tenggat waktu bagi

pihak yang berhak, (iv) prinsip-prinsip keberhakan yang akan diberikan jika

aset penduduk terkena dampak proyek. Pada saat pertemuan ini disepakati

bersama jadwal pelaksanaan pendataan dimasing-masing dusun/desa.

Page 82: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

76

7 | Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pihak yang berhak dan obyek

pengadaan tanah

▪ Pihak yang berhak yang diwawancara/didata adalah pihak yang

kemungkinan terkena dampak secara permanen (memiliki atau

menguasai aset dalam koridor dampak) atau pihak yang kemungkinan

terkena dampak secara sementara (berada di luar koridor dampak,

namun akan terkena dampak sementara selama proses pembangunan).

▪ Pelaksanaan pendataan sebaiknya dilakukan dilokasi aset yang terkena

dampak. Jika lokasi aset terkena dampak jauh dengan kediaman pihak

yang berhak, maka wawancara dilakukan dikediamannya dan setelah

selesai, pihak yang berhak bersama-sama dengan petugas pendataan

mengunjungi lokasi aset yang akan terkena dampaknya untuk dilakukan

pengukuran.

8 | Pemetaan

Instansi yang membutuhkan tanah sebaiknya menyiapkan peta skala besar

yang terperinci (jika mungkin didukung dengan aerial photography/foto

udara) di mana rumah tangga yang terkena dampak ditentukan batas-

batasnya dengan menggunakan data dari sensus yang sudah dilakukan

diatas. Jika ada penduduk yang harus direlokasi, area di mana penduduk

akan dipindahkan dan area relokasi harus dipetakan secara rinci.

▪ Dalam proses pemetaan pengadaan tanah, dibutuhkan beberapa peta

dasar dan data pendukung, di antaranya adalah:

▪ Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

▪ Peta Fungsi Kawasan Hutan

▪ Data Jaringan Jalan

▪ Data Perairan

▪ Data Proyek Pengadaan Tanah

▪ Data Buffer Proyek (areal sekitar proyek)

▪ Data Bidang tanah yang terkena dampak proyek. Pada data tersebut

terdapat atribut kepemilikan tanah masyarakat/instansi yang terkena

proyek pengadaan tanah.

Page 83: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

77

▪ Data yang sudah didapatkan dapat diolah menjadi peta rencana proyek

pengadaan tanah dan peta hasil dari proyek pengadaan tanah dengan

menggunakan aplikasi pemetaan salah satunya aplikasi ArcGis.

▪ Melalui peta tersebut dapat diketahui informasi awal mengenai areal

sebelum proyek pengadaan tanah, rencana pengadaan tanah, areal yang

terkena dampak proyek pengadaan tanah serta hasil dari kegiatan

pembangunan dari proyek bersangkutan.

9 | Pengukuran bidang tanah dapat dilaksanakan dengan beberapa metode yang

dapat dipilih:

▪ Metode Terrestris

Pengukuran bidang tanah dengan cara terestris untuk pendaftaran tanah

sistematik maupun sporadik, adalah pengukuran secara langsung di

lapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan/atau

jarak,yang dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilandata trilaterasi

(jarak), triangulasi (sudut) atau triangulaterasi (sudut dan jarak).

▪ Metode Fotogrametris

Pengukuran bidang tanah dengan cara fotogrametris adalah pengukuran

dengan menggunakan sarana foto udara.

▪ Metode lainnya (metode pengamatan GPS).

Pengukuran bidang tanah dengan metode pengamatan GPS adalah

pengukuran dengan menggunakan sinyal-sinyal gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan dari minimal 4 satelit GPS.

Masukan: Perlu dijelaskan Pengadaan Titik control. Pengukuran bidang tanah

yang dilakukan haruslah diikatkan pada titik control dalam koordinat yang

ditetapkan, misalnya menggunakan UTM atau TM3º.

10 | Membuat ringkasan aset yang terkena dampak dan luasanya seperti contoh

berikut ini. Data akan dipilah dan dianalisis menurut jenis kelamin dan

etnisitas, dikodekan dan disimpan ke dalam database proyek yang dikelola

oleh manajemen proyek dan dapat diakses untuk pemantauan selanjutnya.

63. Hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan

tanah dapat diinput pada sistem database yang terintegrasi dengan data spasial

(peta), sehingga diperolehdatabase hasil identifikasi pihak yang berhak dan

Page 84: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

78

inventarisasi objek yang terkena dampak dalm bentuk kombinasi peta dan tabel

yang dapat dikeluarkan tabelnya sesuai kebutuhan

Masukan: Hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek

pengadaan tanah dibuat dalam bentuk peta yang memenuhi azas-azas atau

standar kartografis dengan skala 1: 1000, 1:2500, atau 1:10.000. Perlu dibuat

format peta yang standar sebagai lampiran.

4-6-2 | Letak Tanah

64. Tujuan. Menginformasikan secara jelas lokasi tanah dan titik-titik kordinat batas-

batas tanah yang akan dibebaskan yang diperoleh dari hasil identifikasi dan

inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah.

65. Cakupan. Bagian ini menjelaskan:

1 | Nama-nama pihak yang berhak pemilik tanah yang akan dibebaskan

2 | Luas tanah keseluruhan dan Luas luaran (border luaran dan border

kepemilikan)

3 | Jumlah bidang tanah yang akan dibebaskan dan luas tanah masing-masing

bidang.

Masukkan :Titik koordinat batas-batas tanah yang akan dibebaskan dalam

sistem UTM atau TM3º.

4 | Peta lokasi pengadaan tanah baik secara orientasi maupun secara spasial

(bentuk grafis yang menunjuk lokasi).

5 | Informasi awal perkiraan subyek dan obyek yang akan terkena dampak.

66. Penjelasan:

1 | Menentukan batas-batas administrasi dari tanah yang akan dibebaskan .Bila

lokasi tanah berada di lebih dari satu desa atau kecamatan atau kabupaten

atau provinsi, maka semua nama-nama desa, kecamatan, kabupaten dan

provinsi tersebut dengan jelas.

2 | Menentukan titik koordinat masing-masing tanah yang akan dibebaskan

tersebut.

3 | Menuangkan informasi tentang batas wilayah dan titik koordinat yang sudah

diperoleh tersebut dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan uraian dalam

bentuk naratif.

D. Kesesuaian Juknis Dokumen Perencanaan dengan Peraturan Perundang-undangan serta Hasil Pengamatan Lapangan

Page 85: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

1

Bahasa Hukum /Peraturan Per UU

Bahasa Teknis/Penerapan dari Per-UU-an

Pengamatan Lapangan

Aplikasi yang digunakan

Juknis Dokumen (ADB)

Pasal 14 UU2/2012 (1) Instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum menurut Per-UU-an

1. Dokumen perencaaan dibuat oleh Instansi yang memerlukan tanah

Instansi yang memerlukan tanah meskipun sudah membuat perencanaan tetapi pelaksanaannya belum sesuai, kendalanya adalah anggaran dari APBN

- Juknis Dokumen ADB telah sesuai dengan per-UU-an.

(2)Perencanaan

Pengadaan

Tanah untuk

Kepentingan

Umum

sebagaimana

dimaksud pada

ayat (1)

didasarkan atas

Rencana Tata

Ruang Wilayah

dan prioritas

pembangunan

yang tercantum

dalam Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah,

Rencana

Strategis,

Rencana Kerja

Pemerintah

Instansi yang

bersangkutan.

(2) Dokumen perencanaan PTUKU harus sesuai dengan: a. RTRW b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam RPJM c. Rencana Strategis d. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan

Instansi yang memerlukan tanah telah membuat dokumen perencanaan PTUKU sesuai dengan: a. RTRW b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam RPJM c. Rencana Strategis d. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan

- Juknis Dokumen ADB telah mencantumkan mengenai kesesuaian dengan : a. RTRW b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam RPJM c. Rencana Strategis d. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan

Pasal 15 UU

2/2012

Perencanaan

Pengadaan

Tanah untuk

Kepentingan

Umum

sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (1)

disusun dalam

bentuk dokumen

perencanaan

Pengadaan

Tanah, yang

paling sedikit

memuat:

a. maksud dan

tujuan rencana

Dokumen perencanaan

PTUKU paling tidak

memuat:

a. maksud dan tujuan

rencana pembangunan;

b. kesesuaian dengan

Rencana Tata Ruang

Wilayah dan Rencana

Pembangunan Nasional

dan Daerah;

c. letak tanah;

d. luas tanah yang

dibutuhkan;

e. gambaran umum

status tanah;

f. perkiraan waktu

pelaksanaan Pengadaan

Tanah;

g. perkiraan jangka

Instansi yang memerlukan tanah telah membuat dokumen perencanaan PTUKU yang memuat : a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah; c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan; e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan

- -

Juknis Dokumen ADB telah memuat : a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah; c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan;

Page 86: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

2

pembangunan;

b. kesesuaian

dengan Rencana

Tata Ruang

Wilayah dan

Rencana

Pembangunan

Nasional dan

Daerah;

c. letak tanah;

d. luas tanah

yang

dibutuhkan;

e. gambaran

umum status

tanah;

f. perkiraan

waktu

pelaksanaan

Pengadaan

Tanah;

g. perkiraan

jangka waktu

pelaksanaan

pembangunan;

h. perkiraan nilai

tanah; dan

i. rencana

penganggaran.

waktu pelaksanaan

pembangunan;

h. perkiraan nilai tanah;

dan

i. rencana

penganggaran.

Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiraan nilai tanah; dan i. rencana penganggaran.

e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiraan nilai tanah; dan i. rencana penganggaran.

(2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ayat (1) agardisusun berdasarkan studi kelayakan dan diupayakan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Instansi yang memerlukan tanah telah menyusunsertamelaksanakan berdasarkan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Juknis Dokumen ADB telah disusun berdasarkan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Instansi yang memerlukan tanah.

(3) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Instansi yang memerlukan tanah.

Instansi yang memerlukan tanah telah menetapkan sesuai dengan ketentuan per-uu-an.

Juknis Dokumen ADB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah sesuai dengan ketentuan.

(4) Dokumen perencanaan

Dokumen perencanaan

Instansi yang memerlukan tanah setelah menetapkan

Juknis Dokumen ADB

Page 87: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

3

Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan kepada pemerintah provinsi.

Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan kepada pemerintah provinsi.

dokumen perencanaan kemudian menyerahkan pada pemerintah provinsi.

sebagaimana dimaksud pada pada ayat (3) ) telah sesuai dengan ketentuan.

Pasal 16 UU 2/2012 Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 melaksanakan: a. pemberitahuan rencana pembangunan; b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 telah melaksanakan: a. pemberitahuan rencana pembangunan; b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sesuai Pasal 15 telah melaksanakan: a. pemberitahuan rencana pembangunan; b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.

Juknis dokumen perencanaan telah dibuuat oleh instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi sesuai Pasal 15 untuk melaksanakan: a. pemberitahuan rencana pembangunan; b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.

Pasal 17 UU 2/2012 Pemberitahuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

Pemberitahuan rencana pembangunan seperti yang tertuang dalam Pasal 16 huruf a disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

Instansi yang memerlukan tanah telah memberitahukan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dan telah disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

Juknis dokumen perencanaan telah membuat pemberitahuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a untuk disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, baik langsung

Page 88: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

4

maupun tidak langsung.

Pasal 18 UU 2/2012 (1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi kegiatan pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. (2) Pendataan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. (3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai data untuk pelaksanaan Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c.

(1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan sesuai Pasal 16 huruf b meliputi kegiatan pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. (2) Pendataan awal sesuai ayat (1) dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. (3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan sesuai ayat (1) digunakan sebagai data untuk pelaksanaan Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c.

(1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan telah sesuai Pasal 16 huruf b meliputi kegiatan pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. (2) Pendataan awal sesuai ayat (1) telahdilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. (3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kemudian digunakan sebagai data untuk pelaksanaan Konsultasi Publik rencana pembangunan seprti yang tertuang dalam Pasal 16 huruf c.

Juknis dokumen perencanaan telah disusun berdasarkan (1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan seperti Pasal 16 huruf b meliputi kegiatan pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. (2) Pendataan awal sesuai ayat (1) telah disusun untuk dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. (3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai data untuk pelaksanaan Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c.

Pasal 19 UU 2/2012 (1) Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana

(1) Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3)

(1) Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan

(1) Konsultasi Publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

Page 89: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

5

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak. (2) Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di tempat rencana pembangunan Kepentingan Umum atau di tempat yang disepakati. (3) Pelibatan Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang Berhak atas lokasi rencana pembangunan.

dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak. (2) Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di tempat rencana pembangunan Kepentingan Umum atau di tempat yang disepakati. (3) Pelibatan Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang Berhak atas lokasi rencana pembangunan.

lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak. (2) Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di tempat rencana pembangunan Kepentingan Umum atau di tempat yang disepakati. (3) Pelibatan Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang Berhak atas lokasi rencana pembangunan.

ayat (3) dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak. (2) Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di tempat rencana pembangunan Kepentingan Umum atau di tempat yang disepakati. (3) Pelibatan Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang Berhak atas lokasi rencana pembangunan.

PP71/2012 Bagian Kesatu, Dasar Perencanaan Pasal 3 (1) Setiap Instansi yang memerlukan tanah bagi Pembanguna Untuk Kepentingan Umum

(1) Setiap Instansi yang memerlukan tanah bagi Pembanguna Untuk Kepentingan Umum membuat rencana Pengadaan Tanah yag didasarkan pada: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam:

(1) Setiap Instansi yang memerlukan tanah bagi Pembanguna Untuk Kepentingan Umum membuat rencana Pengadaan Tanah yag didasarkan pada: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah;

(1) Setiap Instansi yang memerlukan tanah bagi Pembanguna Untuk Kepentingan Umum membuat rencana Pengadaan Tanah yag didasarkan

Page 90: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

6

membuat rencana Pengadaan Tanah yag didasarkan pada: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah; 2. Rencana Stategis; dan 3. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah; 2. Rencana Stategis; dan 3. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.

2. Rencana Stategis; dan 3. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.

pada: a. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan b. Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah; 2. Rencana Stategis; dan 3. Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.

(2) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun secara bersama-sama oleh Instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi yang memerlukan tanah.

(2) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun secara bersama-sama oleh Instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi yang memerlukan tanah.

(2) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun secara bersama-sama oleh Instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi yang memerlukan tanah.

(2) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun secara bersama-sama oleh Instansi yang memerlukan tanah bersama dengan instansi terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi yang memerlukan tanah.

Pasal 4 PP71/2012 Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, didasarkan atas: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, didasarkan atas: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan/atau c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, didasarkan atas: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan/atau c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, didasarkan atas: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana Tata Ruang Wilayah

Page 91: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

7

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan/atau c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Provinsi; dan/atau c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Bagian Kedua Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Pasal 5 (1) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan; e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiran nilai tanah;

(1) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan; e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiran nilai tanah; i. rencana penganggaran.

(1) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan; e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiran nilai tanah; i. rencana penganggaran.

(1) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); c. letak tanah; d. luas tanah yang dibutuhkan; e. gambaran umum status tanah; f. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. perkiran nilai tanah; i. rencana penganggaran.

Page 92: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

8

i. rencana penganggaran. (2) Maksud dan tujuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), menguraikan maksud dan tujuan pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan untuk kepentingan umum.

(2) Maksud dan tujuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), menguraikan maksud dan tujuan pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan untuk kepentingan umum.

(2) Maksud dan tujuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), menguraikan maksud dan tujuan pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan untuk kepentingan umum.

(2) Maksud dan tujuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), menguraikan maksud dan tujuan pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan untuk kepentingan umum.

(3) Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menguraikan kesesuaian rencana lokasi Pengadaan Tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Prioritas Pembangunan.

(3) Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menguraikan kesesuaian rencana lokasi Pengadaan Tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Prioritas Pembangunan.

(3) Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menguraikan kesesuaian rencana lokasi Pengadaan Tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Prioritas Pembangunan.

(3) Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menguraikan kesesuaian rencana lokasi Pengadaan Tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Prioritas Pembangunan.

(4) Letak tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, menguraikan wilayah administrasi: a. kelurahan/desa atau nama lain; b. kecamatan; c. kabupaten/kota, dan d. provinsi, tempat lokasi pembanguna yang

(4) Letak tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, menguraikan wilayah administrasi: a. kelurahan/desa atau nama lain; b. kecamatan; c. kabupaten/kota, dan d. provinsi, tempat lokasi pembanguna yang direncanakan.

(4) Letak tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, menguraikan wilayah administrasi: a. kelurahan/desa atau nama lain; b. kecamatan; c. kabupaten/kota, dan d. provinsi, tempat lokasi pembanguna yang direncanakan.

(4) Letak tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, menguraikan wilayah administrasi: a. kelurahan/desa atau nama lain; b. kecamatan; c. kabupaten/kota, dan d. provinsi, tempat lokasi pembanguna yang

Page 93: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

9

direncanakan. direncanakan. (5) Luas tanah yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan.

(5) Luas tanah yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan.

(5) Luas tanah yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan.

(5) Luas tanah yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan.

(6) Gambaran umum status tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas tanah.

(6) Gambaran umum status tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas tanah.

(6) Gambaran umum status tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas tanah.

(6) Gambaran umum status tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas tanah.

(7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(8) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

(8) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

(8) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

(8) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

(9) Perkiraan nilai tanah

(9) Perkiraan nilai tanah sebagaimana

(9) Perkiraan nilai tanah sebagaimana dimaksud

(9) Perkiraan nilai tanah

Page 94: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

10

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, menguraikan perkiraan nilai Ganti Kerugian obyek Pengadaan Tanah, meliputi : tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

dimaksud pada ayat (1) huruf h, menguraikan perkiraan nilai Ganti Kerugian obyek Pengadaan Tanah, meliputi : tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

pada ayat (1) huruf h, menguraikan perkiraan nilai Ganti Kerugian obyek Pengadaan Tanah, meliputi : tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, menguraikan perkiraan nilai Ganti Kerugian obyek Pengadaan Tanah, meliputi : tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

(10) Rencana penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.

(10) Rencana penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.

(10) Rencana penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.

(10) Rencana penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.

Pasal 6 PP 71/2012 (1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang mencakup: a. survei sosial ekonomi;

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang mencakup: a. survei sosial ekonomi; b. kelayakan lokasi; c. analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat;

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang mencakup: a. survei sosial ekonomi; b. kelayakan lokasi; c. analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat; d. perkiraan nilai tanah; e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan; dan

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang mencakup: a. survei sosial ekonomi; b. kelayakan lokasi;

Page 95: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

11

b. kelayakan lokasi; c. analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat; d. perkiraan nilai tanah; e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan; dan f. studi lain yang diperlukan.

d. perkiraan nilai tanah; e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan; dan f. studi lain yang diperlukan.

f. studi lain yang diperlukan.

c. analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat; d. perkiraan nilai tanah; e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan; dan f. studi lain yang diperlukan.

(2) Survei sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak Pengadaan Tanah.

(2) Survei sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak Pengadaan Tanah.

(2) Survei sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak Pengadaan Tanah.

(2) Survei sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak Pengadaan Tanah.

(3) Kelayakan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub b, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan

(3) Kelayakan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub b, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.

(3) Kelayakan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub b, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.

(3) Kelayakan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub b, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan

Page 96: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

12

umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.

umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.

(4) Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.

(4) Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.

(4) Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.

(4) Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.

(5) Perkiraan nilai tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.

(5) Perkiraan nilai tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.

(5) Perkiraan nilai tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.

(5) Perkiraan nilai tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.

6) Dampak lingkungan dan dampak sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya

6) Dampak lingkungan dan dampak sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Dampak lingkungan dan dampak sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Dampak lingkungan dan dampak sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya

Page 97: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

13

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Studi lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

(7) Studi lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

(7) Studi lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

(7) Studi lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

Pasal 7 PP71/2012 (1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Instansi yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Instansi yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Instansi yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

(1) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Instansi yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana

(2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Instansi yang memerlukan tanah

(2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana

Page 98: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

14

dimaksud pada ayat (1) oleh Instansi yang memerlukan tanah disampaikan kepada gubernur.

(1) oleh Instansi yang memerlukan tanah disampaikan kepada gubernur.

disampaikan kepada gubernur.

dimaksud pada ayat (1) oleh Instansi yang memerlukan tanah disampaikan kepada gubernur.

E. Hasil Pembahasan Perbandingan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan/UU Hasil pengamatan di Lapangan Juknis Dokumen Perencanaan

UU No.2/2012 Pasal 14

Kelengkapan syarat-syarat dokumen perencanaan dibuat sejalan dengan pelaksanaan tahapan persiapan pengadaan tanah.

Telah dicantumkan persyaratan untuk tahapan perencanaan.

UU No. 2/2012 Pasal 15 ayat (1)

1. Belum dijelaskan secara rinci rencana pengganggaran yang diperlukan untuk tahapan pengadaan dari tahapan awal hingga akhir, bahkan rencana biaya untuk UGR serta biaya administrasi yang diperlukan sejak tahap awal hingga akhir juga belum dirinci ataupun diperhitungkan. Akibatnya pelaksanaan jadi terhambat karena kurang biaya, sedangkan untuk pengajuan dana harus melalui mekanisme tahap awal kembali.

1. Telah dicantumkan dalam persyaratan pengganggaran hanya belum ada penjelasan untuk ganti kerugian bagi pihak yang terdampak, serta biaya ganti kerugian fisik sebagai akibat pelaksanaan pembangunan.

2. Rencana lokasi 2. Berkaitan dengan peta rencana lokasi pembangunan maka Kementrian ATR/BPN sebaiknya dilibatkan, agar dapat disinkronkan dengan RTRW yang telah ada.

3. Penilai independen atau appraisal

3. Penilai independen wajib mendampingi sejak awal hingga akhir tahapan prngadaan tanah, serta pihak appraisal ini harus diikat dengan kontrak.

4. Hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah dapat diinput pada sistem database yang terintegrasi

4.Hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah dibuat dalam bentuk peta yang

Page 99: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

15

dengan data spasial (peta), memenuhi azas-azas atau standar kartografis dengan skala 1: 1000, 1:2500, atau 1:10.000. Perlu dibuat format peta yang standar sebagai lampiran.

Peraturan/UU Hasil pengamatan di Lapangan Juknis Dokumen

Perencanaan Perpres 71/2012 Pasal 5

Rencana Pengadaan Tanah disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, sudah memuat point a - i

Telah disusun dalam dokumen perencanaan.

Perpres 71/2012 Pasal 5 ayat (1) point c, d dan e

Letak tanah , luas tanah yang dibutuhkan dan status tanahnya hanya diberikan gambaran umum saja.

Sudah ada tetapi belum jelas siapa yang melaksanakan inventarisasi? Metodanya? outputnya?apakah diperlukan pengukuran? Juga format serta aspek kartografis peta belum dijelaskan.

Perpres 71/2012 Pasal 5 ayat (10)

Rencana penganggaran terutama yang bersumber dari APBN sering mengalami kendala karena pengajuannya harus melalui prosedur yang lama sementara biaya sudah mulai dibutuhkan sejak awal kegiatan.

Telah dicantumkan besar anggaran serta sumbernya, hanya perlu penjelasan secara rinci bagaimana perolehan anggaran tersebut jangan sampai pengajuannya melalui birokrasi yang rumit.

Perpres 71/2012 Pasal 6 ayat (1) point a dan e

Belum mencantumkan penanganan sosial ekonomi masyarakat yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan

Telah dicantumkan dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan, hanya belum dirinci bagaimana upaya penanganannya.

Perpres 71/2012 Pasal 6 ayat (7)

Belum dibuatkan rencana studi khusus yang berkaitan dengan budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, studi keagamaan, dan sebagainya yang mungkin berdampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

Telah dicantumkan tetapi bagaimana melaksanakannya belum jelas. Apa metoda yang digunakan, cakupannya sebatas apa, oleh siapa dilaksanakan, apa ukuran-ukuran / indikatornya, outputnya dalam bentuk apa ?

Page 100: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

16

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Instansi yang memerlukan tanah (PPK PURP) Kabupaten Probolinggo telah

menyiapkan dokumen perencanaan bekejasama dengan kantor BPN, dan

telah berhasil melaksanakan pengadaan tanah. Akan tetapi tidak semua PPK

PURP dapat melaksanakan dokumen perencanaan dengan baik, karena hasil

FGD di Kabupaten Pasuruan dan Kota Pasuruan ternyata ditemukan kendala

pengadaan tanah yaitu :

a) permasalahan pembebasan tanah serta ganti rugi pada tanah institusi

pemerintah seperti Tanah Kas Desa (TKD) yang merupakan kekayaan

desa memiliki fungsi utama sebagai sumber penghasilan desa dan

dikelola sepenuhnya oleh desa. , sehingga proses pelepasannya harus

melalui musyawarah desa. Sedangkan tanah wakaf hanya bisa dilepaskan

haknya dengan proses ruislag, yaitu mencarikan tanah lain yang memiliki

nilai sama, sesuai dengan peruntukan wakaf yang dilakukan oleh nadzir

melalui proses dari tingkat kecamatan hingga propinsi mengakibatkan

standarisasi waktu yang ditentukan tidak tercapai.

b) TKD yang terkena pengadaan tanah harus diberikan tanah pengganti yang

prosesnya melalui persetujuan gubernur, sedangkan problem tanah

wakaf berkenaan dengan adanya perbedaan peraturan dalam bentuk PP

yang ditunjuk oleh Departemen Agama, sedangkan kepanitiaan

pengadaan tanah menggunakan SKB.

c) belum ada regulasi yang dapat mempersingkat proses tahapan

penyelesaian bentuk ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan tanah,

utamanya untuk tanah instansi pemerintah, Tanah Kas Desa (TKD) serta

tanah-tanah wakaf.

2. Hasil analisis isi dokumen perencanaan dengan hasil pelaksanaan pengadaan

tanah diperoleh hasil (a)masih belum rinci isi dokumen perencanaan

berkaitan dengan perencanaan biaya atau anggaran yang harus

memperhitungkan biaya administrasi di awal kegiatan pengadaan tanah;

(b)peta lokasi yang belum standar secara kartografis; (c)perhitungan

ketentuan tanah sisa yang terkena proyek pengadaan tanah belum dijelaskan

Page 101: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

17

ketentuan luasannya yang dapat diberikan uang ganti rugi; (d)pertimbangan

ganti rugi terhadap pihak yang terdampak belum dijelaskan, serta dampak

sosial ekonomi masyarakat sekitar akibat proyek pengadaan tanah.

3. Hasil analisis juknis tentang penyusunan dokumen perencanaan pengadaan

tanah antara lain : (a) berkaitan dengan peta rencana lokasi pembangunan

agar dapat disinkronkan dengan RTRW yang telah ada; (b) mengenai rencana

studi khusus yang berkaitan dengan budaya masyarakat, studi politik dan

keamanan, studi keagamaan, dan sebagainya yang mungkin berdampak

spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan umum.

4. Draft rancang bangun petunjuk teknis tentang penyusunan dokumen

perencanaan pengadaan tanah yang telah disiapkan oleh Asian Development

Bank (ADB) dan Ditjen Pengadaan Tanah harus disempurnakan terutama

hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dan obyek pengadaan

tanah yang dibuat dalam bentuk peta yang belum memenuhi azas-azas atau

standar kartografis dengan skala 1: 1000, 1:2500, atau 1:10.000, dan juga

belum dibuat format peta yang standar sebagai lampiran.

B. Saran

1. Dokumen perencanaan sebaiknya juga memberikan kejelasan dalam proses

tahapan ganti rugi untuk Tanah Kas Desa dan tanah Wakaf. Utamanya

adalah diaturnya suatu koordinasi antar lintas sektoral antar

instansi/departemen terkait, agar prosedur persetujuan dari Departemen

Dalam Negeri dan Kementrian Agama tidak memakan waktu yang lama.

2. BPN perlu dilibatkan sejak awal perencanaan, dan appraisal juga sebaiknya

diikat dengan kontrak yang menyebutkan bahwa appraisal wajib

mendampingi pada saat pemberian ganti rugi.

3. Perlu dibuatkan suatu regulasi untuk payung hukum dalam proses tahapan

perencanaan dan persiapan pengadaan tanah yamg obyeknya tanah-tanah

instansi Pemerintah, Tanah-tanah Kas Desa (TKD) dan tanah-tanah wakaf

agar proses pelaksanaan lebih cepat.

4. Perlu pelatihan atau workshop bagi panitia maupun pelaksana pengadaan

tanah utamanya bagi instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum, agar pengadaan tanah dapat terlaksana sejak

tahap perencanaan hingga tahap akhir penyerahan hasil.

Page 102: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

18

Daftar Pustaka

Andrian S. (2007). Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah

untuk Pembangunan. Jakarta: Sinar Grafika.

Adams, D. (1994). Urban Planning and the Development Process. London: UCL Press.

Ball, M., Lizieri C and Bryan D.M. (1998). The Economics of Commercial Property Markets.

London:Routledge

Buitelaar, E. (2003). User rights regimes analysed, Proceeding of AESOP-ACSP Congress ,

Leuven.

Djurdjani, (2009). Suplai Tanah Untuk Pembangunan: Suatu Tinjauan Teoritis.

Prosiding Seminar Nasional: Peran Informasial Untuk Pembangunan

Berkelanjutan. Semarang: FIT ISI.

Eggertsson,T. (1995). Economic Perspective on Property Rights and the Economic of

Institutions. In PalFoss (Ed) Economic Approaches to Organizations and

Institutions. (pp.47-61). Aldershot:Dartmouth.

Guerin, K. (2003). Property rights and Environmental Policy: A New Zealand Perspective.

New Zealand Treasury Working Paper 03/02.

Sembiring, J., Setiowati, dan Sukmo Pinuji. (2017). Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum Studi Kasus Perluasan Bandar Udara Sultan

Hasanuddin di Kabupaten Maros). Laporan Penelitian Sistematis. Yogyakarta:

STPN.

Setiowati, Bimasena, A.N., dan Sukmo Pinuji. (2016). Kebijakan dan Praksis Pengadaan

Tanah di Indonesia melalui Pendekatan Stakeholder Analysis (Studi Kasus

Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto). Laporan Penelitian Sistematis.

Yogyakarta: STPN.

Sitorus. O. dan Limbong, D. (2004). Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Mitra

Kebijakan Tanah Indonesia.

Sumardjono, Maria S.W. (2015). Dinamika Pengaturan Pengadaan Tanah di

Indonesia:dari Keputusan Presiden sampai Undang-undang. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Page 103: KAJIAN PERANAN DOKUMEN PERENCANAAN DALAM …

19

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(Lembaran Negar 1960-104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara No. 22 Tahun 2012).

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum..

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara RI

Tahun 2012 Nomor 156).

Peraturan Presiden RI Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden RI Nomor 99 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden RI Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007. Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012. Tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Peraturan Menteri Agraria dan Taata Ruang/Kepala BPN No. 6 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun

2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.