Upload
maya-wulandari
View
82
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
KAJIAN SIFAT HIDRAULIK AKUIFER
DI CEKUNGAN TANAH PROBOLINGGO
Hari Siswoyo
1, Muhammad Bisri
1, Faradlillah Saves
2
1Dosen Jurusan Teknik Pengairan
2Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan
email : [email protected]
ABSTRAK
Kabupaten Probolinggo merupakan daerah yang memanfaatkan air permukaan dan airtanah dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya untuk kebutuhan domestik, irigasi maupun untuk kebutuhan
industri. Seiring perkembangan jaman ditinjau dari berbagai sektor Kabupaten Probolinggo merupakan
wilayah yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini mendorong pemenuhan jumlah air
yang lebih besar, sedangkan air permukaan tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Sehingga peran airtanah sangat penting dalam memenuhi kebutuhan. Salah satu upaya dalam pengembangan
sumber daya airtanah di wilayah Probolingggo adalah dengan mengetahui potensi dan karakteristik airtanah di wilayah tersebut yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Untuk mengetahui karakterstik airtanah di
Probolinggo dapat dilihat dari hasil pengelompokan akuifer berdasarkan overlay Peta Hidrogeologi dan Peta
Cekungan Air Tanah Probolinggo. Sedangkan untuk mengetahui potensi airtanah di Kabupaten Probolinggo
dalam kajian ini memerlukan analisis uji akuifer dalam hal ini uji akuifer menggunakan Metode Chow.
Berdasarkan metode tersebut diperoleh nilai transmisivitas (T), nilai koefisien kelulusan air (K) dan nilai
koefisien tampungan (S’).
Kata Kunci: sifat hidraulik, metode chow.pemetaan
ABSTRACT
Probolinggo an area that utilize surface water and groundwater in meeting community needs, such as
for domestic, irrigation and industrial needs. With the changing times in terms of different sectors Probolinggo is a region experiencing significant growth. This push for a greater amount of water, while the
water surface can no longer meet the needs of everyday people. So the role of groundwater is very important
and fulfilling. One of the efforts in the development of groundwater resources in the region Probolingggo is
to determine the potential and characteristics of the groundwater in the region which is the purpose of this
study. To know karakterstik groundwater in Probolinggo can be seen from the results of grouping aquifer
based overlay map Hydrogeology and Groundwater Basin Map Probolinggo. While to know the potential of
groundwater in Probolinggo in this study requires an aquifer test analysis in this aquifer test using the method
of Chow. Based on the method derived transmissivity values (T), the value of the coefficient of water passing
(K) and the coefficient of bin (S ').
Keywords: hydraulic properties, chow methods,mapping
1. PENDAHULUAN
Sumber daya air merupakan
kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia yang perlu dikelola dan
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Namun, dalam pengelolaan
sumber daya air masih banyak menemui
kendala, yaitu meningkatnya kebutuhan
air baku yang cukup tinggi, menurunnya
kuantitas dan kualitas sumber air yang
dapat dijadikan andalan untuk sumber air
baku, serta menurunnya ketersediaan air
karena kondisi lingkungan yang semakin
buruk.
Probolinggo adalah suatu wilayah
yang berkembang sangat pesat, terutama
di sektor perikanan. Namun, seiring
perkembangan jaman, sektor industri dan
sektor pertanian juga mengalami
perkembangan yang cukup signifikan.
Perkembangan ini membawa
konsekwensi terhadap kebutuhan air.
Sejalan dengan semakin pentingnya
peran airtanah dalam memenuhi
kebutuhan, maka diperlukan upaya nyata
dalam pengembangan sumber daya
airtanah di wilayah Probolinggo. Salah
satu upaya dalam pengembangan sumber
daya airtanah di wilayah Probolingggo
adalah dengan mengetahui potensi dan
karakteristik airtanah di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
dikaji tentang sifat hidraulik dan sifat
batuan akuifer pada lokasi penelitian
Cekungan Air Tanah (CAT) Probolinggo.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
A. Mengetahui karakteristik
kelompok akuifer di Cekungan
Air Tanah Probolinggo
berdasarkan Peta Hidrogeologi
Sheet X Kediri (Jawa) dan Sheet
XI Jember (Jawa).
B. Mengetahui sifat-sifat hidraulik
dan sifat batuan akuifer di
Cekungan Air Tanah Probolinggo
berdasarkan analisis uji akuifer.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Cekungan Air Tanah Menurut Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor
1451K/10/MEM/2000, Cekungan Air
Tanah diartikan sebagai suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas-batas
hidrogeologi dimana semua kejadian
hidrogeologi seperti proses pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan airtanah
berlangsung. Dengan demikian, setiap
Cekungan Air Tanah memiliki ciri-ciri
hidrogeologi tersendiri, yang secara
hidraulika dapat berhubungan dengan
Cekungan Air Tanah lainnya atau bahkan
tidak sama sekali.
Transmisivitas (T) Transmisivitas adalah (Diktat Teknik
Remediasi Lingkungan Tercemar
Program Magister Teknik Lingkungan
FTSP – ITS) laju perpindahan air melalui
suatu satuan lebar aquifer/aquitard di
bawah suatu unit gradient hidraulik
satuan, yang dinyatakan dalam (m2/hari),
(ft2/hari), (gal/hari/ft).
Dengan jalan menganalisis data
pengamatan, persamaan yang digunakan
untuk memperoleh nilai Transmisivitas
adalah (Bisri, 2008:113):
T = K . D
dimana:
T = Transmisivitas Akuifer (m2/hari)
K = Harga Kelulusan Air (m/hari)
D = Tebal akuifer (m)
Koefisien Kelulusan Air (K) Koefisien kelulusan air adalah
(Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 1451K / 10 / MEM
/2000) angka yang menunjukkan
kemampuan meluluskan air di dalam
rongga-rongga batuan tanpa mengubah
sifat-sifat airnya, dengan dimensi
(panjang/waktu), misal (m/hari)
Koefisien Tampungan (S’)
Koefisien Tampungan adalah
(Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 1451K / 10 / MEM
/2000) volume air yang dilepaskan dari
atau dimasukkan ke dalam akuifer setiap
satu satuan luas akuifer pada satu satuan
perubahan kedudukan muka air bawah
tanah, koefisien cadangan tidak
berdimensi.
Pengujian Akuifer (Aquifer Test)
Disebut pengujian akuifer karena
yang diuji adalah lapisan pembawa airnya
(akuifer).
Tujuan dari pengujian akuifer adalah
(Bisri, 2008:112):
1. Untuk memperoleh sifat hidraulis
akuifer (koefisien
keterusan/transmisivitas akuifer),
dengan jalan menganalisis data
pengamatan, didapat harga T. Harga
K (koefisien kelulusan air) dihitung
dengan rumus T = K . D, dimana D
adalah tebal dari akuifer.
2. Untuk menetapkan jenis akuifer, dan
hasilnya bisa menambah kepastian
terhadap hasil analisi diskripsi
geologi, juga memberikan
keterangan atas besarnya debit hasil
(well yield) dan penurunan muka air
di sumur (drawdown)
Pada umumnya metode yang
digunakan adalah metode Long Period
Test. Beberapa metode Long Period Test
adalah Theis, Cooper-Jacob, Chow,
Pemulihan dari Theis, dan metode Theim
(untuk aliran tunak).
Metode Theis
Theis, yang telah mengembangkan
rumus untuk aliran tidak tunak, yang
mana telah diperkenalkan faktor waktu
dan koefisien tampungan. Theis mencatat
bahwa jika dari suatu sumur yang
memasuki akuifer tertekan yang luas,
dipompa dengan laju tetap, pengaruh
debitnya meluas dengan bertambahnya
waktu. Besarnya pengurangan tinggi
muka airtanah dikalikan dengan koefisien
tampungan, kemudian dijumlahkan untuk
seluruh luas daerah pengaruh, akan sama
dengan debit. Karena airnya harus
didapat dari pengurangan tampungan
dalam akuifer, maka tinggi muka air
tanah akan terus menurun selama
akuifernya bekerja efektif secara tidak
terbatas. Oleh karenanya, secara teoritis
tidak terjadi keadaan tunak. Tetapi
besarnya pengurangan muka airtanah
akan menurun terus jika daerah
pengaruhnya membesar (Bisri, 1991:96).
Di dalam menggunakan metode
Theis, anggapan - anggapan yang
dipergunakan adalah (Bisri, 1991:98);
1. Aliran ke sumur adalah aliran tidak
tunak.
2. Jenis akuifernya terutama untuk
akuifer terkekang.
3. Diameter sumur kecil, sehingga
kandungan di dalam sumur dapat
diabaikan.
4. Akuifer dianggap meluas tak
terhingga dalam bidang horizontal,
terletak pada suatu dasar lapisan
yang kedap air serta mempunyai
ketebalan yang seragam.
5. Akuifer adalah homogeny, isotropis
dalam daerah yang dipengaruhi oleh
pemompaan.
6. Kehilangan tinggi tekan yang
disebabkan oleh komponen aliran
vertical dalam akuifer diabaikan.
7. Air yang mengalir dalam akuifer
merupakan aliran laminer (syarat
berlakunya hukum Darcy)
8. Pelepasan air terjadi segera, hal ini
disebabkan oleh elastisitas air dan
kompaksi material akuifer (material
yang tidak termampatkan), sebagai
dasar hokum kontinuitas.
9. Muka air pada pisometer dan muka
air bebas sebelum pemompaan
dalam keadaan hampir horizontal.
10. Pemompaan dilakukan dengan debit
yang tepat
11. Sumur yang dipompa menembus
penuh akuifer.
Persamaan penurunan muka air
tanah dan koefisien tampungan menurut
Theis adalah (Bisri, 1991:98):
S = )(4
UWT
Q
atau T = )(
4UW
S
Q
U = tT
Sr
4
'2
atau S’ = Utr
T
/
42
'
dimana:
S = Penurunan pisometer pada jarak r
(m) dari sumur yang dipompa
Q = Debit tetap sumur yang dipompa
(m3/detik)
T = Transmisivitas akuifer (m2/detik)
S’ = Koefisien tampungan (tidak
berdimensi)
t =Waktu sejak dimulai pemompaan
(detik)
r = Jari-jari sumur pengamat diukur
terhadap sumur yang dipompa (m)
Metode Cooper-Jacob Metode ini umumnya dikenal
dengan nama Metode Jacob. Sama
dengan metode Theis, Metode Jacob juga
digunakan untuk aliran tidak tunak.
Metode Jacob merupakan penurunan dari
rumus Theis, tetapi cara ini lebih
konsisten dan lebih murah, karena hanya
dibutuhkan satu sumur pengamatan.
Anggapan-anggapan yang harus dipenuhi
adalah sama dengan Metode Theis, tetapi
nilai U mempunyai batasan lebih kecil
dari 0,01 sehingga nilai r kecil dan nilai t
besar (Bisri, 1991:100). Dari penurunan
Metode Theis, Jacob menurunkan
persamaan penurunan muka air tanah S
menjadi (Bisri,1991:101):
S = )4
ln5772,0(4
'2
tT
Sr
T
Q
atau
dapat ditulis dalam logaritma
S = '2
' 25.2log
4
30.2
Sr
Tt
T
Q
dimana:
S = Penurunan pisometer pada jarak r
(m) dari sumur yang dipompa
Q = Debit tetap sumur yang dipompa
(m3/detik)
T = Transmisivitas akuifer (m2/detik)
S’ = Koefisien tampungan (tidak
berdimensi)
t = Waktu sejak dimulai pemompaan
(detik)
r = Jari-jari sumur pengamat diukur
terhadap sumur yang dipompa (m)
Koefisien tampungan S’ dapat dicari
dengan kondisi untuk S = 0 dan t = t0,
sehingga:
S = '2
' 25.2log
4
30.2
Sr
Tt
T
Q
0 = '2
0
' 25.2log
4
30.2
Sr
Tt
T
Q
menjadikan
'2
025.2
Sr
Tt = 1
S’ = '2
025.2
r
Tt
Transmisivitas akuifer diperoleh dengan
menggunakan rumus:
T = )10
10(log
4
30.2'
1'
n
n
S
Q
menjadikan
T = 12
30.2 '
S
Q
Atau:
T = S
Q
4
40,8630.2 '
dimana Q dalam
liter/detik
dimana:
Q = Debit pemompaan (m3/hari)
S = Nilai penurunan muka air per
siklus log (m)
T = Transmisivitas (m2/hari)
S’ = Koefisien tampungan (tidak
berdimensi)
t0 = Diperoleh dari grafik Jacob
r = Jari-jari sumur pengamat diukur
terhadap sumur yang dipompa (m)
Metode Chow
Chow telah mengembangkan sebuah
metode dengan menghindarkan penarikan
garis lurus secara sembarang dari titik-
titik data hasil pengamatan. Pengukuran
penurunan muka airtanah, boleh
dilakukan dengan menempatkan sumur
pengamatan yang dekat dengan sumur
pompanya. Seperti metode Jacob I, maka
metode inipun juga menggunakan grafik
semi-logaritma selain itu alirannya adalah
aliran tidak tunak (Bisri, 1991:102).
Harga transmisivitas dan koefisien
tampungan dari akuifer dihitung dengan
rumus Theis, yaitu:
T = )(4
'
UWS
Q
S’ = 2
'4
r
TtU
dimana:
Q = Debit pemompaan (m3/hari)
T = Transmisivitas (m2/hari)
S’ = Koefisien tampungan (tidak
berdimensi)
r = Jari-jari sumur pengamat diukur
terhadap sumur yang dipompa (m)
S = Penurunan pisometer pada jarak r
(m) dari sumur yang dipompa
Sifat Batuan yang Mempengaruhi
Airtanah Untuk mengetahui keadaan dan
kedudukan airtanah harus diketahui
daerah geologinya, untuk diidentifikasi
susunannya dalam hubungan dengan
kemampuan menahan, menampung,
mengalirnya air serta besar kapasitasnya.
Menurut Thomas (Bisri, 1991:5), susunan
geologi yang dapat berlaku sebagai
akuifer adalah:
a. Kerikil dan pasir
b. Batu kapur
c. Batuan gunung berapi
d. Batu pasir
e. Tanah liat yang bercampur
dengan bahan yang lebioh kasar
f. Konglomerat
g. Batuan kristalin
Untuk dapat mengartikan dari
pengujian akuifer, diberikan nilai
kelulusan air (K) dari berbagai macam
batuan.
Tabel 1. Harga K Koefisien Kelulusan
Air dari Berbagai Batuan Moris &
Johnson 1976
Sumber: Bisri, 1991:119
Tabel 2. Harga K Koefisien Kelulusan
Air dari Berbagai Batuan Biro
Reklamasi USA 1977
Sumber: Bisri, 1991:119
4. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CAT
Probolinggo yang memiliki luas total
1.639 km2, dimana secara administratif
CAT Probolinggo mencakup wilayah
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten
Lumajang. Potensi airtanah yang dimiliki
oleh CAT Probolinggo adalah berupa
airtanah bebas (Q1) sebesar 711 juta
m3/tahun dan airtanah tertekan (Q2)
sebesar 124 juta m3/tahun (Kepmen
ESDM No. 716 K/40/MEM/2003)
Data Yang Dibutuhkan Untuk
Penelitian
Adapun data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini beserta sumbernya
meliputi:
A. Peta Hidrogeologi Indonesia
B. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi
Jawa Timur
C. Peta Wilayah Kabupaten
Probolinggo
D. Data Log Litologi
E. Data Uji Pemompaan (Pumping
Test)
F. Data Konstruksi Sumur
G. Data - data yang terkait dengan
kondisi lingkungan setempat
Tahapan Penelitian Dalam analisa penelitian ini, adapun
tahapan penelitian meliputi :
Analisis Kelompok Akuifer di
CAT Probolinggo
Tahapan analisis ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik akuifer yang
berada pada lokasi studi. Untuk
mengetahui karakteristik akuifer
diperlukan Peta Cekungan Air Tanah
Probolinggo dan Peta Hidrogeologi
Indonesia. Melalui Peta Cekungan Air
Tanah ini nantinya akan didigitasi dengan
menggunakan bantuan paket program
komputer Autocad. Selanjutnya hasil
digitasi tersebut akan diplot ke dalam
Peta Hidrogeologi Indonesia, sehingga
dapat diketahui karakteristik akuifer pada
Cekungan Air Tanah Probolinggo.
Analisis Sifat Hidraulik Metode
Chow dan Jenis Batuan Akuifer
Tahapan analisis ini bertujuan untuk
mengetahui nilai Transmisivitas (T),
Koefisien kelulusan air (K) dan Koefisien
tampungan (S’). Untuk mengetahui nilai
tersebut, maka harus dilakukan uji
akuifer. Dalam tahapan ini, uji akuifer
menggunakan Metode Chow.
Berdasarkan hasil analisis sifat
hidraulik akuifer, maka akan didapatkan
nilai koefisien kelulusan air (K).
Selanjutnya nilai K ini digunakan untuk
menganalisis jenis batuan dan tingkat
kelulusan air dengan melihat tabel 2.1
untuk jenis batuan menurut Moris &
Johnson 1976 dan tabel 2.2 untuk jenis
jenis batuan dan tingkat kelulusan air
menurut Biro Reklamasi USA 1977.
Setelah mengetahui jenis batuan pada
lokasi studi, selanjutnya dicocokkan
dengan komposisi litologi batuan yang
terdapat pada Peta Hidrogeologi
Indonesia.
5. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Kelompok Akuifer
Analisis kelompok akuifer di
Cekungan Air Tanah Probolinggo
diperoleh dari hasil overlay Peta
Hidrogeologi Indonesia Sheet X Kediri
(Jawa) dan Sheet XI Jember (Jawa)
dengan Peta Cekungan Air Tanah
Probolinggo. Berdasarkan hasil overlay
tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa
pada CAT Probolinggo terdapat 6 (Enam)
kelompok akuifer, yaitu:
1. Akuifer dengan aliran melalui
ruang butir. Akuifer produktif
tinggi dengan penyebaran luas,
ditandai dengan warna biru tua.
(Akuifer dengan keterusan
sedang sampai tinggi, muka
airtanah atau tinggi pisometri air
tanah dekat atau diatas muka
tanah, debit sumur umummnya
lebih dari 10 liter/detik,
setempat lebih dari 50
liter/detik).
2. Akuifer dengan aliran melalui
ruang butir. Akuifer produktif
dengan penyebaran luas,
ditandai dengan warna biru
muda. (Akuifer dengan
keterusan sedang, muka airtanah
atau tinggi pisometri air tanah
dekat atau diatas muka tanah,
debit sumur umummnya lebih
dari 5 - 10 liter/detik, dan
dibeberapa tempat lebih dari 20
liter/detik).
3. Akuifer dengan aliran melalui
celahan dan ruang antar butir.
Akuifer produktif tinggi
sampai sedang, ditandai
dengan warna hijau sedang.
(Aliran airtanah terbatas pada
zona celahan, rekahan dan
saluran pelarutan, debit sumur
dan mataair beragam dalam
kisaran yang sangat besar).
4. Akuifer dengan aliran melalui
celahan dan ruang antar butir.
Setempat, akuifer produktif,
ditandai dengan warna hijau
muda. (Akuifer dengan
keterusan sangat beragam,
umumnya airtanah tidak
dimanfaatkan karena dalamnya
muka airtanah, setempat mata
air berdebit kecil dapat
diturap).
5. Akuifer dengan aliran melalui
celahan, rekahan dan saluan.
Akuifer produktif sedang
dengan penyebaran luas,
ditandai dengan warna hijau
tua. (Akuifer dengan keterusan
sangat beragam, kedalaman
muka airtanah bebas umumnya
dalam, debit sumur
umummnya kurang dari 5
liter/detik).
6. Akuifer produktif kecil,
setempat berarti, ditandai
dengan warna orange.
(Umumnya keterusan sangat
rendah, setempat airtanah
dalam jumlah terbatas dapat
diperoleh pada daerah lembah
atau zona pelapukan dari
batuan padu).
Sumur dalam yang tersebar di
Cekungan Air Tanah Probolinggo
sebanyak 75 sumur. Berdasarkan hasil
survey lapangan, sebaran sumur dalam
yang ada di Probolinggo mencakup 4
kelompok akuifer saja, yaitu:
1. Akuifer yang ditandai dengan
warna biru tua
2. Akuifer yang ditandai dengan
warna biru muda
3. Akuifer yang ditandai dengan
warna hijau tua
4. Akuifer yang ditandai dengan
warna hijau sedang
Gambar 1. Hasil Sebaran Sumur pada
Peta Hidrogeologi dan Peta CAT Sumber: Hasil Survey
Hasil Analisis Uji Akuifer
Berdasarkan hasil survey lapangan
terdapat 75 sumur produksi yang tersebar
di Cekungan Air Tanah Probolinggo,
namun data hasil uji pumping test yang
terdapat di Kantor Balai Besar Wilayah
Sungai Brantas Pendayagunaan Air
Tanah dan Kantor Proyek Pengembangan
Air Tanah Termasuk Bagian Balai
Brantas Kabupaten Jember hanya
terdapat 31 sumur. Berikut dicontohkan
data hasil uji pemompaan sumur produksi
yang terdapat di Cekungan Air Tanah
Probolinggo, yaitu sumur SDPB 241:
Tabel 1.Data Hasil Uji Pemompaan
Menerus SDPB 241
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Pendayagunaan Air Tanah Balai Besar Wilayah
Sungai Brantas Pendayagunaan Air Tanah
Dari data hasil uji pumping test pada
tabel 1. selanjutnya diplot titik-titik
dengan harga penurunan muka air S
sebagai ordinat dengan skala linier
(normal) dan waktu t sebagai absis
dengan skala logaritma pada grafik semi-
logaritma yang ditunjukkan pada gambar
2. Grafik Hubungan t dan s Metode
Chow.
Gambar 2. Grafik Hubungan t dan S
Metode Chow Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan grafik hubungan antara t
dan s Metode Chow ditentukan titik A
sembarang, dimana t = 300 menit dan S =
12,29 meter. Dengan mengambil nilai t1
= 100 menit dengan S1 = 10,41 m dan t2
= 1000 menit dengan S2 = 14,33 m maka
1 1 5.76 27 110 9.40 53 1260 14.83
2 2 5.88 28 120 10.04 54 1320 14.89
3 3 6.02 29 135 10.34 55 1380 14.97
4 4 6.18 30 150 10.62 56 1440 15.01
5 5 6.25 31 165 11.03 57 1560 15.06
6 6 6.31 32 180 11.27 58 1680 15.10
7 7 6.34 33 210 11.31 59 1800 15.25
8 8 6.39 34 240 11.76 60 1920 15.26
9 9 6.52 35 270 12.03 61 2040 15.29
10 10 6.58 36 300 12.37 62 2160 15.32
11 13 6.67 37 330 12.50 63 2280 15.34
12 16 6.74 38 360 12.80 64 2400 15.48
13 19 6.76 39 420 13.05 65 2520 15.58
14 22 6.87 40 480 13.14 66 2640 15.74
15 25 6.88 41 540 13.34 67 2700 16.08
16 30 7.16 42 600 13.71 68 2880 16.54
17 35 7.34 43 660 14.11 69 3060 16.74
18 40 7.46 44 720 14.31 70 3240 17.08
19 45 7.86 45 780 14.42 71 3420 17.31
20 50 8.24 46 840 14.44 72 3600 17.39
21 55 8.41 47 900 14.45 73 3780 17.51
22 60 8.51 48 960 14.47 74 3960 17.63
23 70 8.81 49 1020 14.60 75 4140 17.68
24 80 9.03 50 1080 14.63 76 4320 17.70
25 90 9.33 51 1140 14.68
26 100 9.40 52 1200 14.76
No t (menit) S (m)No t (menit) S (m) No t (menit) S (m)
diperoleh penurunan muka air per siklus
log ∆S = 3,92 m, dan F (U) = 12,29/3,92
= 3,14. Selanjutnya pada Grafik Chow,
hubungan F (U), W (U) dan U didapatkan
W (U) = 8 dan U = 0,00016 yang
ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3 Grafik Hubungan F(u)
W(u) dan u Metode Chow Sumber: Hasil Perhitungan
Maka :
1. Transmisivitas akuifer
Q = 20,20 m3/detik
= 1745,28 m3/hari
T = )(4
'
UWS
Q
= 90,48 m2/hari
2. Harga Koefisien Kelulusan Air (K)
D = 100 m
K = D
T
= 0,90 m/hari 3. Koefisien Tampungan (S’)
r = 20 m
S’ =
= 0,04
Jenis Batuan pada SDPB 241 menurut
Moris & Johnson 1976 termasuk antara
batu pasir halus dan batu pasir menengah,
sedangkan jenis batuan menurut Biro
Reklamasi USA 1977 juga termasuk pasir
halus. Untuk tingkat kelulusan air
menurut Biro Reklamasi USA 1977
termasuk tingkat menengah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Pendayagunaan Air Tanah dan Kantor
Proyek Pengembangan Air Tanah
Termasuk Bagian Balai Brantas
Kabupaten Jember. ternyata tidak semua
data uji pemompaan menerus dapat
dianalisis dengan menggunakan Metode
Chow. Salah satu diantaranya dapat
dicontohkan pada data pemompaan uji
menerus pada sumur SDPB 240, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2 Data Hasil Uji Pemompaan
Menerus SDPB 240
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Pendayagunaan Air Tanah Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Pendayagunaan Air Tanah
Tidak berlakunya Metode Chow pada
data dari sumur yang bersangkutan dapat
dibuktikan dengan analisis sebagai
berikut:
Dari data hasil uji pumping test pada
tabel 4.4 diplot titik-titik dengan harga
penurunan muka air S sebagai ordinat
dengan skala linier (normal) dan waktu t
sebagai absis dengan skala logaritma
pada grafik semi-logaritma yang
ditunjukkan pada gambar 4 Grafik
Hubungan t dan s Metode Chow.
2
'4
r
TtU
1 1 6.86 27 110 8.07 53 1260 8.67
2 2 6.87 28 120 8.10 54 1320 8.70
3 3 6.89 29 135 8.13 55 1380 8.72
4 4 6.91 30 150 8.17 56 1440 8.73
5 5 6.92 31 165 8.20 57 1560 8.77
6 6 6.99 32 180 8.23 58 1680 8.80
7 7 7.02 33 210 8.27 59 1800 8.83
8 8 7.09 34 240 8.30 60 1920 8.87
9 9 7.21 35 270 8.32 61 2040 8.90
10 10 7.23 36 300 8.33 62 2160 8.93
11 13 7.35 37 330 8.34 63 2280 8.96
12 16 7.38 38 360 8.37 64 2400 8.97
13 19 7.47 39 420 8.39 65 2520 9.00
14 22 7.53 40 480 8.41 66 2640 9.13
15 25 7.57 41 540 8.42 67 2700 9.17
16 30 7.60 42 600 8.44 68 2880 9.20
17 35 7.64 43 660 8.47 69 3060 9.21
18 40 7.69 44 720 8.48 70 3240 9.22
19 45 7.73 45 780 8.50 71 3420 9.24
20 50 7.76 46 840 8.53 72 3600 9.27
21 55 7.83 47 900 8.56 73 3780 9.30
22 60 7.87 48 960 8.57 74 3960 9.32
23 70 7.90 49 1020 8.59 75 4140 9.35
24 80 7.96 50 1080 8.61 76 4320 9.37
25 90 8.02 51 1140 8.63
26 100 8.04 52 1200 8.64
No S (m)t (menit)NoS (m)t (menit)NoS (m)t (menit)
Gambar 4.
Grafik Hubungan t dan S Metode
Chow Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan grafik hubungan antara t
dan s Metode Chow ditentukan titik A
sembarang, dimana t = 10 menit dan S =
7,26 meter. Dengan mengambil nilai t1 =
10 menit dengan S1 = 7,26 m dan t2 = 100
menit dengan S2 = 7,98 m maka
diperoleh penurunan muka air per siklus
log ∆S = 0,73 m, kemudian F (U) =
7,26/0,73 = 9,96 dari gambar grafik
Chow, hubungan F (U), W (U) dan U
didapatkan nilai W (U) dan U. Namun,
setelah ditarik garis berdasarkan nilai F
(U), ternyata tidak
memotong/berpotongan dengan garis
yang menunjukkan nilai U, sehingga nilai
W (U) tidak didapatkan. Grafik ini
ditunjukkan pada gambar 5
Gambar 5 Grafik Hubungan F(u)
W(u) dan u Metode Chow Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan dan
Grafik Hubungan F (u), W (u) dan u,
ternyata Metode Chow tidak sesuai untuk
sumur SDPB 240, sehingga perlu
dianalisis menggunakan metode uji
akuifer yang lain untuk mendapatkan
nilai transmisivitas (T) dan nilai koefisien
kelulusan air (K). Dalam hal ini, penulis
menganalisis dengan Metode Cooper
Jacob I.
Adapun langkah-langkah analisis uji
prmompaan dengan menggunakan
metode Cooper-Jacob adalah sebagai
berikut (Siswoyo, 2002:33)
1. Dari data lapangan, lukislah titik-
titik dengan harga penurunan muka
air S sebagai ordinat dengan skala
linier (normal) dan waktu t sebagai
absis dengan skala logaritma pada
grafik semi-logaritma yang
ditunjukkan pada gambar 4.6 Grafik
Hubungan t dan s Metode Cooper
Jacob I.
2. Tarik garis lurus yang melalui
sebagian besar kumpulan titik-titik
hasil pengamatan tersebut.
3. Perpanjang garis lurus tersebut
sampai memotong sebuah absis
(logaritmis) pada t = t0 dan S = 0.
4. Berdasarkan grafik hubungan antara
t dan s diambil nilai t1 dan t2
sehingga diperoleh nilai S1 dan S2.
5. Selanjutnya dari nilai S1 dan S2
dapat diperoleh nilai ∆S.
6. Dengan menggunakan rumus yang
dipakai pada Metode Cooper-Jacob
I, maka dapat dihitung nilai
Transmisivitas Akuifer seperti pada
persamaan dan nilai koefisien
kelulusan air seperti pada persamaan
Berikut merupakan gambar grafik
hubungan antara t dan S berdasarkan data
uji pemompaan menerus SDPB 240 pada
tabel 4.6.
Gambar 6.
Grafik Hubungan t dan S Metode
Cooper - Jacob Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan grafik hubungan antara
t dan s Metode Cooper Jacob I diambil
nilai t1 = 10 menit dengan S1 = 7,26 m
dan t2 = 100 menit dengan S2 = 7,98 m
maka diperoleh penurunan muka air per
siklus log ∆S = 0,73 m.
Maka:
1. Transmisivitas akuifer (T)
Q = 20,14 m3/detik
= 1740,10 m3/hari
T =
= 173,02
10.17403,2 '
x
= 875,04 m
2/hari
2. Harga Koefisien Kelulusan Air (K)
D = 110 m
K = D
T
= 110
04,875
= 7,95 m/hari 3. Koefisien Tampungan (S’)
Koefisien tampungan (S’) dapat
dicari dengan kondisi untuk S = 0 dan
t = t0. Nilai t diperoleh berdasarkan
perpotongan garis S = 0,3163 ln(t) +
6,5271 dengan sumbu horizontal (t).
sehingga secara matematis
perpotongan tersebut dapat dihitung
sebagai berikut:
S = 0,3163 ln(t) + 6,5271
0 = 0,3163 ln(t) + 6,5271
ln(t) = 3163,0
5271,6 '
ln(t) = - 20,64
t = 1,09 x 10-09
menit = t0
r = 20 m
S’ = 2
'
025,2
r
tT
S’ = 5,37 x 10-09
Jenis Batuan pada SDPB 240
menurut Moris & Johnson 1976 termasuk
antara pasir menengah dan pasir halus,
sedangkan jenis batuan menurut Biro
Reklamasi USA 1977 juga termasuk pasir
halus. Untuk tingkat kelulusan air
menurut Biro Reklamasi USA 1977
termasuk tingkat menengah.
Berdasarkan hasil analisis uji akuifer
dari 31 sumur yang menggunakan
Metode Chow berdasarkan metodologi
yang disusun dalam penelitian ini,
ternyata hanya terdapat 3 sumur yang
dapat dianalisis dengan menggunakan
metode tersebut. Sedangkan untuk 28
sumur tidak dapat dianalisis dengan
menggunakan Metode Chow. Hal ini
dikarenakan setelah ditarik garis
berdasarkan nilai F (U), ternyata tidak
memotong/berpotongan dengan garis
yang menunjukkan nilai U, sehingga nilai
W (U) tidak didapatkan. Oleh karena itu
metode yang digunakan untuk 28 sumur
tersebut adalah Metode Cooper-Jacob I.
Hasil analisis uji akuifer pada sumur-
sumur lain yang tersebar di Cekungan Air
Tanah Probolinggo dapat disajikan dalam
Tabel 4.3 Nilai Transmisivitas akuifer
(T), dan Nilai Koefisien Kelulusan Air
(K).
Untuk hasil analisis jenis batuan–
batuan dan tingkat kelulusan air pada
sumur-sumur lain dapat disajikan dalam
Tabel 4.4 Jenis Batuan – Batuan menurut
Moris & Johnson 1976 dan menurut Biro
Reklamasi USA 1977 Berdasarkan Harga
Koefisien Kelulusan Air.
12
30.2 '
S
Q
Tabel 4.3 Rekapitulasi Sifat Hidraulik
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.4 Rekapitulasi Batuan
Tabel 4.4 Rekapitulasi Batuan
(Lanjutan)
Berdasarkan Tabel 4.3 Rekapitulasi
sifat hidraulik yang menunjukkan hasil
dari uji akuifer dengan menggunakan
Metode Chow dan Metode Cooper-Jacob,
maka dengan mengambil contoh pada
sumur SDPB 241 dapat dimaknai bahwa
untuk nilai transmisivitas sebesar 90,48
m2/hari yang diperoleh dari hasil analisis
uji akuifer pada sumur SDPB 241
bermakna bahwa dalam satu hari air
mengalami laju perpindahan seluas 90,48
m2. Untuk nilai koefisien kelulusan air
sebesar 0,9 m/hari bermakna bahwa
dalam satu hari air dapat lolos di dalam
No Q D T K Kelompok
Sumur (m3/hari) meter m
2/hari m/hari Akuifer
1 47 SDPB 241 1745.28 100 90.48 0.9 0.04 Metode Chow
2 29 SDPB 240 1740.10 110 875.04 7.95 5.37 x 10-9 Metode Cooper Jacob I
3 67 SDPB 193 3246.91 49 42372.76 864.75 0.11 Metode Chow
4 34 SDPB 213 1562.98 118.85 18414.97 164.64 8.32 x 10-82 Metode Cooper Jacob I
5 39 SDPB 122 4320.86 124 4414.02 35.60 5.71 x 10-18 Metode Cooper Jacob I
6 36 SDPB 121 3889.73 118.47 2693.46 22.74 3.88 x 10-28 Metode Cooper Jacob I
7 74 SDPB 243 2659.39 88 2402.01 27.30 1.60 x 10-21 Metode Cooper Jacob I
8 1 SDPB 120 3889.73 119.54 2776.88 23.23 3.56 x 10-18 Metode Cooper Jacob I
9 7 SDPB 128 2172.10 108.13 724.29 6.70 1.33 x 10-13 Metode Cooper Jacob I
10 35 SDPB 214 1733.18 107.65 2372.42 22.04 1.89 x 10-35 Metode Cooper Jacob I
11 45 SDPB 212 1470.53 103.7 918.69 8.86 6.73 x 10-15 Metode Cooper Jacob I
12 50 SDPB 206 2174.69 88.05 856.19 9.72 7.97 x 10-11 Metode Cooper Jacob I
13 22 SDPB 059 4320.86 83.45 800.26 9.59 4.26 x 10-14 Metode Cooper Jacob I
14 17 SDPB 062 4149.79 87.4 610.14 6.98 1.83 x 10-09 Metode Cooper Jacob I
15 23 SDPB 060 3889.73 62 1124.75 18.14 0.01 Metode Chow
16 18 SDPB 061 4262.11 105 481.89 4.59 2.84 x 10-08 Metode Cooper Jacob I
17 30 SDPB 207 2195.42 99.65 550.96 5.53 8.69 x 10-11 Metode Cooper Jacob I
18 65 SDPB 194 2454.62 93 3418.78 36.76 4.21 x 10-164 Metode Cooper Jacob I
19 51 SDPB 210 1342.66 52 1146.93 22.06 9.49 x 10-20 Metode Cooper Jacob I
20 21 SDPB 066 3462.05 123.93 446.89 3.61 2.15 x 10-05 Metode Cooper Jacob I
21 8 SDPB 068 3889.73 116 4007.05 34.54 8.70 x 10-18 Metode Cooper Jacob I
22 9 SDPB 069 2604.1 118.02 30014.45 254.32 3.03 x 10-70 Metode Cooper Jacob I
23 4 SDPB 063 4240.51 117 921.93 7.88 1.16 x 10-19 Metode Cooper Jacob I
24 10 SDPB 089 2366.5 119.77 952.93 7.96 1.51 x 10-17 Metode Cooper Jacob I
25 28 SDPB 209 2195.42 100.11 1618.15 16.16 1.06 x 10-19 Metode Cooper Jacob I
26 48 SDPB 211 1550.02 96.25 2282.78 23.72 6.42 x 10-22 Metode Cooper Jacob I
27 43 SDPB 090 2616.19 100.37 855.87 8.53 8.61 x 10-12 Metode Cooper Jacob I
28 16 SDPB 067 3038.69 108.33 8164.26 75.36 9.41 x 10-106 Metode Cooper Jacob I
29 33 SDPB 208 2904.77 100.15 4547.47 45.41 6.58 x 10-21 Metode Cooper Jacob I
30 11 SDPB 070 3038.69 116.08 528.80 4.56 6.06 x 10-11 Metode Cooper Jacob I
31 73 SDPB 017 184.90 101.87 259.34 2.55 8.59 x 10-30 Metode Cooper Jacob I
Nama Sumur Metode Uji AkuiferNo S'
No
KT
ingk
at
Kelu
lusan A
irK
elo
mpok
Lit
olo
gi
Sum
ur
m/h
ari
Mori
s &
Johnson 1
976
Bir
o R
ek
lam
asi U
SA
1977
Bir
o R
ek
lam
asi U
SA
1977
Ak
uif
er
Batu
an
147
SD
PB
241
0.9
Batu
Pasi
r H
alu
s -
Batu
Pasi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
229
SD
PB
240
7.9
5P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
367
SD
PB
193
864.7
5-
Pasi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
434
SD
PB
213
164.6
4K
eri
kil
Kasa
r -
Keri
kil
Menengah
Pasi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
539
SD
PB
122
35.6
Pasi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
636
SD
PB
121
22.7
4P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
774
SD
PB
243
27.3
Pasi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
81
SD
PB
120
23.2
3P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
97
SD
PB
128
6.7
Pasi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
10
35
SD
PB
214
22.0
4P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
11
45
SD
PB
212
8.8
6P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
12
50
SD
PB
206
9.7
2P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
13
22
SD
PB
059
9.5
9P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
14
17
SD
PB
062
6.9
8P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
15
23
SD
PB
060
18.1
4P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
16
18
SD
PB
061
4.5
9P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
17
30
SD
PB
207
5.5
3P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
18
65
SD
PB
194
36.7
6P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
19
51
SD
PB
210
22.0
6P
asi
r M
enengah -
Pasi
r K
asa
rP
asi
r B
ers
ih d
an K
eri
kil
Tin
ggi
20
21
SD
PB
066
3.6
1P
asi
r H
alu
s
- P
asi
r M
enengah
Pasi
r H
alu
sM
enengah
No
Jenis
Batu
an
Nam
a S
um
ur
No
KTi
ngka
t Kel
ulus
an A
irK
elom
pok
Lito
logi
Sum
urm
/har
iM
oris
& J
ohns
on 1
976
Biro
Rek
lam
asi U
SA 1
977
Biro
Rek
lam
asi U
SA 1
977
Aku
ifer
Bat
uan
218
SDPB
068
34.5
4Pa
sir M
enen
gah
- Pas
ir K
asar
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
229
SDPB
069
254.
32K
erik
il K
asar
- K
erik
il M
enen
gah
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
234
SDPB
063
7.88
Pasir
Hal
us
- Pas
ir M
enen
gah
Pasir
Hal
usM
enen
gah
2410
SDPB
089
7.96
Pasir
Hal
us
- Pas
ir M
enen
gah
Pasir
Hal
usM
enen
gah
2528
SDPB
209
16.1
6Pa
sir M
enen
gah
- Pas
ir K
asar
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
2648
SDPB
211
23.7
2Pa
sir M
enen
gah
- Pas
ir K
asar
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
2743
SDPB
090
8.53
Pasir
Hal
us
- Pas
ir M
enen
gah
Pasir
Hal
usM
enen
gah
2816
SDPB
067
75.3
6Pa
sir K
asar
- K
erik
il K
asar
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
2933
SDPB
208
45.4
1Pa
sir K
asar
- K
erik
il K
asar
Pasir
Ber
sih d
an K
erik
ilTi
nggi
3011
SDPB
070
4.56
Pasir
Hal
us
- Pas
ir M
enen
gah
Pasir
Hal
usM
enen
gah
3173
SDPB
017
2.55
Pasir
Hal
us
- Pas
ir M
enen
gah
Pasir
Hal
usM
enen
gah
Nam
a Su
mur
Jeni
s B
atua
nN
o
rongga batuan sepanjang 30 m.
Sedangkan untuk nilai koefisien
tampungan sebesar 0,04 bermakna bahwa
jumlah volume air yang dilepaskan dan
ditampung akuifer sebesar 0,04. Untuk
sumur-sumur yang lain dimaknai dengan
cara yang sama.
Berdasarkan Tabel 4.4 Jenis Batuan-
Batuan yang menunjukkan macam-
macam batuan beserta tingkat
kelulusannya. Untuk sumur yang masuk
dalam kelompok akuifer hijau sedang dan
hijau tua memiliki tingkat kelulusan air
dari menengah hingga tinggi berdasarkan
analisis sifat hidraulik yaitu nilai
koefisien kelulusan air (K). Hal ini sesuai
dengan komposisi litologi batuan yang
terdapat pada Peta Hidrogeologi Sheet X
Kediri (Jawa) dan Sheet XI Jember
(Jawa) yaitu termasuk dalam litologi
batuan dengan simbol berikut:
: Kelulusan tinggi hingga
sedang.
Sedangkan untuk sumur yang masuk
dalam kelompok akuifer biru muda
memiliki tingkat kelulusan air dari
menengah hingga tinggi berdasarkan
analisis sifat hidraulik yaitu nilai
koefisien kelulusan air (K). Ternyata
kurang sesuai dengan komposisi litologi
batuan yang terdapat pada Peta
Hidrogeologi Sheet X Kediri (Jawa) dan
Sheet XI Jember (Jawa) yaitu termasuk
dalam litologi batuan dengan simbol
berikut:
: Aluvium endapan sungai,
umumnya tersusun oleh
bahan-bahan berbutir halus
(lempung, lanau, dengan
selingan pasir). Umumnya
kelulusannya sedang hingga
rendah.
Berdasarkan hasil tersebut maka
diperlukan penelititan lebih lanjut untuk
mengetahui keterkaitan antara litologi
batuan menurut Peta Hidrogeologi Sheet
X Kediri (Jawa) dan Sheet XI Jember
(Jawa) dengan nilai koefisien kelulusan
air yang diperoleh berdasarkan uji akuifer
yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
disampaikan berdasarkan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil overlay Peta
Cekungan Air Tanah Probolinggo,
Peta Hidrogeologi Indonesia Sheet X
Kediri (Jawa) dan Sheet XI Jember
(Jawa) ternyata Cekungan Air Tanah
Probolinggo terletak dalam 6
kelompok akuifer, yaitu terdapat
pada kelompok akuifer yang ditandai
dengan warna biru tua, biru muda,
hijau tua, hijau sedang, hijau muda,
dan orange. Hal ini seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.2.
Sedangkan untuk sumur - sumur
yang ada dilokasi penelitan berada
pada 4 kelompok akuifer, yaitu yang
kelompok akuifer yang ditandai
dengan warna biru tua, biru muda,
hijau tua, dan hijau sedang. Hal ini
seperti yang ditunjukkan pada tabel
4.2.
2. Berdasarkan hasil analisis uji
akuifer, maka sifat hidraulik akuifer
di Cekungan Air Tanah Probolinggo
yang di representasikan dengan nilai
transmisifitas (T) berkisar antara
90,48 m2/hari – 42372,8 m
2/hari,
untuk nilai koefisien tampungan (S’)
berkisar antara 4,21 x 10-164
– 4,00 x
10-3
, sedangkan untuk nilai koefisien
kelulusan air (K) berkisar antara 0,9
m/hari – 864,75 m/hari. Berdasarkan
nilai koefisien kelulusan air (K)
tersebut, jenis batuan pada Cekungan
Air Tanah Probolinggo adalah batu
pasir, pasir dan kerikil dengan
tingkat kelulusan menengah hingga
tinggi.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini,
adapun beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan antara lain:
Q
Q
1. Bagi instansi-instansi yang terkait
dalam hal ini Kantor Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas
Pendayagunaan Air Tanah, apabila
melakukan pengeboran sebaiknya
dilakukan pada daerah - daerah yang
memiliki nilai koefisien kelulusan
air yang tinggi sebagaimana
ditunjukkan pada peta - peta yang
dihasilkan dari penelitian ini.
2. Bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hasil
pemetaan dari penelitian ini dapat
digunakan untuk mengetahui daerah
dalam satu Cekungan Air Tanah
yang memiliki sifat hidraulik yang
sama.
3. Bagi instansi yang terkait yaitu
Kantor Balai Besar Wilayah Sungai
Brantas Pendayagunaan Air Tanah
Jawa Timur, perlunya mengganti
mesin bor dan rumah sumur bor
yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Hal ini dikarenakan banyak
ditemukannya mesin bor yang telah
rusak atau hilang serta kondisi
rumah sumur bor yang sudah tidak
layak lagi (rusak).
DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2008. Kondisi Air Tanah
Probolinggo. www.profilprobolinggo.co.id
(diakses 22 Juli 2012) 2. Anonim. 2012. Diktat Teknik Remidiasi
Lingkungan Tercemar. Surabaya: UPT.
Penerbit Program Magister Teknik
Lingkungan FTSP – ITS.
3. Bisri, M. 2008. Airtanah. Malang : Tirta
Media
4. Bisri, M. 1991. Aliran Air tanah. Malang:
UPT. Penerbit Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral. 2003. Batas Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau
Madura. Jakarta: ESDM
6. Siswoyo, H., Lily Montarcih L., & Sumiadi.
2002. Studi Potensi dan Karakteristik
Akuifer di Wilayah Kabupaten Jombang
dengan Berbagai Pendekatan Model Uji
Akuifer. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
7. Suharyadi. 1984. Geohidrologi. Yogyakarta:
UPT. Penerbit Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada.
8. Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrologi.
New York: John Wiley & Sons