25
A. PENDAHULUAN Sejak memasuki abad ke-21 tantangan bagi kegiatan pertambangan akan semakin berat. Dengan menyadari bahwa selama krisis ekonomi berlangsung, sektor pertambangan menjadi tumpuan penggerak utama bagi sektor lainnya. Karenanya perlu mengoptimalkan kegiatan penambangan (loosening, loading, hauling) dengan teknik-teknik yang lebih efektif-efisien dalam upaya mengejar target produksi dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Penggunaan bahan peledak dalam upaya melepas bahan galian dari batuan induknya dianggap sebagai alat pembongkar batuan yang efektif dalam industri pertambangan. ujuan dari pekerjaan peledakan !dan pemboran" adalah meme#ah atau membongkar batuan padat menjadi material yang #o#ok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. Setiap peren#anaan peledakan batuan !termasuk didalamnya pemboran", tujuannya adalah menghasilkan batuan lepas, sesuai dengan target yang akan di#apai. $asil peledakan ini sangat mempengaruhi produkti%itas dan biaya operasi berikutnya. Karenanya perlu dilakukan pekerjaan peren#anaan peledakan yang sesuai dengan kondisi batuan dan struktur geologi, keamanan lingkungan peledakan, karakteristik bahan peledak, dan posisi bahan galian& sesuai dengan peraturan dan teknik- teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman. B. LATAR BELAKANG 'ntuk memenuhi target produksi pengambilan bahan galian, maka perusahaan mengharapkan agar kegiatan pembongkaran lapisan penutup dapat lebih diper#epat, murah, efisien, dan akti%itas produksinya dapat

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELE.doc

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN OVERBURDEN BATUBARA

A. Pendahuluan

Sejak memasuki abad ke-21 tantangan bagi kegiatan pertambangan akan semakin berat. Dengan menyadari bahwa selama krisis ekonomi berlangsung, sektor pertambangan menjadi tumpuan penggerak utama bagi sektor lainnya. Karenanya perlu mengoptimalkan kegiatan penambangan (loosening, loading, hauling) dengan teknik-teknik yang lebih efektif-efisien dalam upaya mengejar target produksi dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.

Penggunaan bahan peledak dalam upaya melepas bahan galian dari batuan induknya dianggap sebagai alat pembongkar batuan yang efektif dalam industri pertambangan.

Tujuan dari pekerjaan peledakan (dan pemboran) adalah memecah atau membongkar batuan padat menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.

Setiap perencanaan peledakan batuan (termasuk didalamnya pemboran), tujuannya adalah menghasilkan batuan lepas, sesuai dengan target yang akan dicapai. Hasil peledakan ini sangat mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya. Karenanya perlu dilakukan pekerjaan perencanaan peledakan yang sesuai dengan kondisi batuan dan struktur geologi, keamanan lingkungan peledakan, karakteristik bahan peledak, dan posisi bahan galian; sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.

B. LATAR BELAKANG

Untuk memenuhi target produksi pengambilan bahan galian, maka perusahaan mengharapkan agar kegiatan pembongkaran lapisan penutup dapat lebih dipercepat, murah, efisien, dan aktivitas produksinya dapat lebih ditingkatkan. Penggunaan bahan peledak yang selama ini diterapkan untuk mencapai tujuan diatas; setiap saat perlu dievaluasi dan dilakukan perbaikan dalam rancangannya. Sehingga kajian rancangan peledakan (secara teoritis) akan dapat menilai dan memberikan input bagi rancangan yang telah ada.

C. MAKSUD PENELITIAN

Sesuai dengan judul proposal penelitian ini, lebih dimaksudkan untuk menentukan rancangan peledakan lapisan penutup yang akan disesuaikan (sekaligus evaluasi) terhadap rancangan peledakan yang selama ini diterapkan.D. TUJUAN PENELITIAN

Untuk melakukan penelitian kajian rancangan peledakan lapisan penutup sebagai rekomendasi (bahan pertimbangan) bagi perusahaan dalam melaksanakan aktivitas pembongkaran lapisan penutup bahan galian. Sehingga diharapkan dapat mereduksi berbagai masalah peledakan yang timbul, dapat memenuhi target produksi batuan hasil bongkaran, dan menganalisa rancangan yang telah diterapkan, serta diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja.

E. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam membuat rancangan peledakan beberapa masalah berikut, akan menjadi perhatian dalam penelitian ini :

Apakah keadaan material hasil ledakan sudah sesuai dengan target produksi, fragmentasi dan arah tumpukan yang diinginkan.

Bahan peledak yang digunakan, apakah sesuai dengan kondisi batuan.

Dalam pelaksanaan seluruh aktivitas peledakan (sebelum, selama dan setelah peledakan) apakah telah memenuhi syarat-syarat keamanan yang ditetapkan. Bagaimana antisipasi maupun upaya-upaya mereduksi efek buruk peledakan, seperti; flyrock, noise, ground vibration, air blast, fumes dan lain-lainnya.

Bagaimana hubungan geometri peledakan dengan kondisi hasil ledakan.

Apakah setelah peledakan tidak merusak desain bentuk akhir jenjang yang telah ditentukan, seperti : tonjolan pada lantai jenjang, kelurusan dinding jenjang, kemiringan jenjang, dan sebagainya.

F.BATASAN MASALAH

Dalam melakukan perencanaan peledakan lapisan penutup ini, dibatasi pada :

Pembahasan hanya bersifat teknis peledakan saja (non ekonomis) dan segala yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pembahasan tentang pemboran hanya untuk mengevaluasi hubungan produksi pemboran dengan produksi peledakan, dan tidak mengarah pada perencanaan pemboran.

Perhitungan terhadap efek-efek buruk peledakan dilakukan bila hal tersebut sudah dianggap perlu dan atau mengganggu.

Segala bentuk pendekatan yang digunakan dalam perencanaan peledakan ini, semaksimal mungkin akan disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian.

G.RUMUSAN MASALAH

Bagaimana rancangan peledakan lapisan penutup yang efektif dan efisien sehingga dapat memenuhi standar peledakan yang baik yaitu target produksi tercapai, fragmentasi optimum, efek peledakan minimum, dan aman.

H. LANDASAN TEORI

Dalam mencoba menjawab permasalahan diatas, alternatif penyelesaian berikut ini diharapkan dapat memberikan hasil maksimal :

Melakukan penelitian dan pengumpulan data terhadap situasi dan kondisi lapangan terutama mengenai keadaan geologi dan geografi, karena hal ini berpengaruh terhadap hasil peledakan.

Mengadakan penelitian dan pengumpulan data terhadap terhadap alat bor yang digunakan dimana kegiatan pemboran ini menunjukkan kecepatan, efisiensi serta kemampuan produksi dari alat bor.

Melakukan penelitian dan pengumpulan data terhadap sifat batuan (kekerasan, struktur) karena sifat ini berpengaruh terhadap pemilihan alat bor dan bahan peledak yang akan digunakan.

Melakukan penelitian dan pengumpulan data terhadap geometri peledakan yang hasilnya akan dibandingkan dengan geometri peledakan yang telah diterapkan oleh pihak perusahaan. H.1. Konsep Dasar Peledakan

Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.

b. Memecah dan memindahkan batuan

c. Membuat rekahan

Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.

Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Karakteristik batuan yang diledakkan

b. Karakteristik bahan peledak yang digunaka

c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.

Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

H.2. Parameter Rancangan Peledakan

Parameter rancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan peledakan lapisan penutup, adapun parameter yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Ketinggian teras (bench height)

Ketinggian teras biasanya ditentukan oleh parameter di lapangan misalnya jangkauan oleh peralatan bor dan alat gali-muat yang tersedia. Tinggi jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang, dimana jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil sedangkan diameter lubang bor besar utnuk jenjang yang tinggi. Penerapan tinggi jenjang dilapangan bervariasi, tergantung dari posisi endapan bahan galian.

2.Diameter lubang ledak (hole diameter)

Untuk mencapai tingkat penyebaran energi yang baik digunakan diameter lubang peledakan (mm) yang sebanding dengan ketinggian teras (m) dikalikan 8, atau didasarkan pada ketersediaan alat bor yang dipakai. Secara umum diameter lubang akan sedikit lebih besar daripada diameter mata bor yang mengakibatkan kepadatan pengisian lebih tinggi.

3. Burden

Burden adalah jarak dari lubang peledakan ke bidang bebas yang terdekat. Penentuan burden tergantung pada densitas batuan, densitas bahan peledak (bahan peledak yang digunakan), diameter bahan peledak atau diameter lubang peledakan, dan fragmentasi yang dibutuhkan. Peledakan dengan jumlah row (baris) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan. Bila peledakan menggunakan delay detonator, tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.

4. Spacing

Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang sama, tegak lurus terhadap burden, baik untuk nomor delay yang sama maupun beda waktu delaynya. Distribusi energi optimum diperoleh apabila jarak lubang sebanding dengan dimensi burden dikalikan 1,15 dan polanya disusun dengan konfigurasi yang berselang-seling. Jika spacing lebih kecil daripada burden, cenderung mengakibatkan stemming injection yang lebih dini.

5. Stemming

Stemming adalah penempatan material isian (cutting pemboran) di atas bahan peledak pada lubang peledakan untuk menahan energi, mencegah terjadinya gelombang tekanan udara (air blast) dan batuan melayang (flying rock) yang disebabkan tekanan gas-gas hasil ledakan. Ukuran stemming secara umum dapat ditentukan dengan cara dimensi burden dikalikan dengan 0,7.

Di lapangan, biasanya material stemming yang digunakan adalah cutting pemboran, yang menjadi masalah adalah pada saat musim hujan; untuk mengisi lubang ledak dengan material stemming, susah karena basah. Lubang ledak yang basah membutuhkan material stemming yang lebih banyak untuk pengungkungan energi bahan peledak daripada lubang ledak yang kering, karenanya perlu ditentukan pengungkungan relatif (relative confinement = RC) dari suatu bahan peledak sehingga energi dapat tertahan dengan baik. Faktor pengungkungan relatif bersifat sangat spesifik terhadap lokasi, tergantung pada kondisi geologi di sekitar lubang peledakan. Secara umum pengungkungan relatif harus lebih besar dari 1,4 untuk mencegah hilangnya energi yang terkungkung secara berlebihan.

6. Subdrilling

Subdrilling merupakan jarak pemboran lubang peledakan yang berada di bawah dasar teras (jenjang). Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan (toe) pada lantai, karena dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara maksimum. Peledakan dengan subdrilling memberikan tegangan tarik yang cukup besar pada dasar jenjang, selain itu juga mengurangi keterikatan dengan bagian lainnya yang menyebabkan bagian dasar mudah hancur dan tidak terjadi tonjolan (toe). Secara umum panjang subdrilling dapat ditentukan paling tidak 0,3 ~ 0,5 kali panjang burden.

7. Kedalaman Lubang Ledak

Merupakan dimensi tinggi teras ditambahkan dengan dimensi panjang subdrilling

8. Volume Hasil Ledakan

Volume hasil ledakan merupakan dimensi burden (B) dikalikan dengan jarak lubang dalam satu row yang sama (S) serta dikalikan dengan ketinggian teras (H). Satuan volume hasil ledakan dinyatakan dalam bank cubic metric (BCM), untuk mendapatkan volume dalam satuan Ton, dikalikan dengan densitas batuan. 9. Kepadatan Pengisian

Kepadatan pengisian merupakan jumlah bahan peledak setiap satuan panjang, sama dengan 0,000785 dikalikan dengan densitas bahan peledak dikalikan dengan kuadrat diameter bahan peledak.

10. Blasting Ratio

Blasting ratio adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume hasil ledakan. Penerapan blasting ratio di lapangan jarang tepat karena pengaruh pengisian bahan peledak.

11. Konfigurasi Pola Lubang Peledakan

Hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat batuan, sifat-sifat bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada umumnya ada tiga jenis pola peledakan yang sering diterapkan, yaitu pola persegi panjang (rectangular), pola bujur sangkar (square), dan pola selang-seling (staggered).

H.3. Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Membuat Rancangan

1. Kepekaan Lokasi

Kondisi lokasi di sekitar lokasi peledakan dalam hal prakiraan getaran dan tingkat getaran yang diperbolehkan pada struktur terdekat

2. Fragmentasi yang diperlukan

Fragmentasi adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah peledakan. Fragmentasi yang dibutuhkan tergantung pada kegunaan dari pecahan batuan hasil peledakan tersebut. Untuk mendapatkan fragmentasi batuan yang diinginkan maka perlu diatur suatu pola peledakan, sehingga energi dari bahan peledak dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

3. Perpindahan tumpukan material hasil ledakan (muckpile)

Arah perpindahan tergantung pada jalur daya tahan paling kecil yang dapat ditelusuri energi bahan peledak, dimana urutan delay dapat mengendalikan arah dan tingkat perpindahan material hasil ledakan pada rancangan peledakan yang tepat (stemming yang baik, distribusi energi yang tepat, toe yang kecil, dll).

4. Pengendalian dinding

Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan antar baris dapat menyebabkan overbreak yang berlebihan.

5. Geologi

Batuan berlapis-lapis dengan kohesi terbatas dapat bergeser sehingga menyebabkan patahnya bahan peledak. Sedangkan batuan besar yang banyak retakannya dapat mengalirkan gas bahan peledak ke semua arah sehingga meningkatkan potensi terjadinya cutoff. Batuan yang lunak memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan perpindahan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama antara baris-baris untuk mengendalikan pecah yang berlebihan.

6. Kondisi air

Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan tekanan air dari titik peledakan ke daerah-daerah di sekitarnya (water hammer). Tekanan ini dapat menyebabkan decoupling isi bahan peledak atau meningkatkan densitasnya sampai ke titik yang tidak memungkinkan peledakan (deadpressed)

7. Bahan peledak yang digunakan

Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc) yang menggunakan udara tersirkulasi untuk mengatur kepekaan, mudah terkena dead pressing dari peledakan lubang peledakan yang berdekatan.

8. Sederhana

Rancangan yang rumit akan memerlukan waktu tambahan untuk menghubungkan dan mengevaluasi rangkaian (dengan memeriksa penyambungan pada konfigurasi delay)

9. Biaya

Dengan meningkatnya tingkat kerumitan rancangan, biaya biasanya akan meningkat. Biaya ini harus dipertimbangkan berdasarkan biaya modifikasi rancangan lain agar diperoleh efisiensi biaya.

H.4.Penyempurnaan Rancangan Peledakan

Untuk menyempurnakan rancangan peledakan, dapat dilakukan dengan merancang kembali rangkuman data, tentang :

1. Jarak batu-batuan melayang (fly rock)

2. Fragmentasi yang dihasilkan

3. Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan

4. konfigurasi tumpukan tanah (muckpile)

5. kemudahan penggalian

6. bahan peledak yang gagal meledak

7. sumber material oversize dan overbreak

8. kinerja peledakan

9. biaya keseluruhan dari pemboran, peledakan, dan penggalian

10. mengendalikan getaran

11. Mencegah batu-batu melayang dan hilangnya energi

12. melindungi lapisan bahan galian

H.5. Metode PerhitunganBeberapa pendekatan perhitungan teoritis berikut coba dijadikan acuan dalam setiap upaya pembahasan masalah :

a. Pemboran

Kegiatan pemboran untuk menyediakan lubang bor/lubang tembak/blast hole dalam kegiatan persiapan lubang tembak sebelum melakukan peledakan, hal-hal yang perlu untuk diketahui agar kegiatan pemboran tersebut sesuai dengan kebutuhan kegiatan peledakan menunjukkan kinerja yang sinergis, adalah :

1. Kecepatan Pemboran

Kecepatan pemboran merupakan suatu parameter yang menunjukkan kemampuan penetrasi Bit (mata bor) di dalam batuan. Adapun persamaan yang digunakan dalam menentukan kecepatan pemboran sebagai berikut :

dimana :

Vt = Velocity Time/Kecepatan pemboran (m/menit)

H = Kedalaman lubang bor (meter)

WB = Waktu membor (menit)

2. Efisiensi Pemboran

Untuk menentukan efektifitas waktu yang digunakan dalam suatu kegiatan pemboran digunakan parameter efisiensi (Efective Utilization). Persamaan yang digunakan untuk menentukan Efective Utilization adalah :

x 100%

dimana :

EU = Efective Utilization (%)

W = Waktu/jam kerja efective (jam/hari)

T = Total jam kerja yang tersedia (jam/hari)

3.Kemampuan Pemboran

Kemampuan pemboran merupakan kemampuan produksi alat bor perhari dari total waktu yang tersedia. Persamaan yang digunakan untuk menentukan produksi pemboran adalah sebagai berikut :

x EU x T

dimana :

N = Produksi lubang bor perhari, lubang

ct = Cycle time pemboran, menit

T = Jam kerja tersedia, jam/menit

EU = Efective Utilization, %

b. Peledakan

1. Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan gambaran dari dimensi-dimensi (panjang, lebar, tinggi) perencanaan kegiatan peledakan yang akan dilakukan. Adapun dimensi-dimensi dari geometri peledakan yaitu :

Gambar

Geometris Peledakkan Sistem Jenjang

a. Burden

Dalam menentukan besarnya nilai burden pada perhitungan geometri peledakan, dapat digunakan beberapa metode pendekatan berikut ini:

1. Dyno Blast Dinamics Formula (Efficient Blasting Techniques)

2. Longefors-Kihlstrom Formula (The Modern Technique of Rock Blasting, 1967)

B = 1,36

lb = 7,85 d2 x P

E =

B = Bmax E

dimana :

B = Burden, m

Bmax = Burden maximum, m

d=diameter lubang tembak

P=packaging degree (kg/liter)

=0,8 kg/liter untuk ANFO

R1=1,00 koreksi untuk kemiringan lubang = 3 ( 1

R2=Koreksi rock constan yang harganya C = 0,4

Jadi nilai R2 = 1,00

3. R.L. Ash Formula (The Mechanics Of Rock Breakage, 1963)

Faktor penentu :

batuan yang akan diledakkan (Af1)

bobot isi batuan standart (Dstd) = 160 lb/ft

Bahan peledak yang akan dipakai (Af2)

SG std = 1,20 ; Ve std = VOD std = 12000 fps

Diameter lubang ledak atau bahan peledak (De)

B = atau B =

B=Burden

De=diameter lubang ledak ( diameter dodol handak

Kb=Burden ratio

Kb=Kb standart x Af1 x Af2Kb standart = 30

Af1 =

Af2=

D =bobot isi batuan yang diledakkan

SG=Berat jenis bahan peledak yang dipakai

Ve=VOD bahan peledak yang dipakai

4. Konya J Calvin Formula (Rock Blasting, 1985)

B =3,15 (De)2

Dimana :

SGe=density bahan peledak

SGr=density batuan

De=diameter bahan peledak (inch)

5. Anderson Formula

B=0,11

Dimana :

De=diameter bahan peledak

L=kedalam lubang bor

6. Andersen Equation (Mining I, 1984)

B=c

Dimana :

C=3,5 ( NG dan ANFO

D=diameter bahan peledak (meter)

L=panjang hole (meter)

7. Jukka Naapuri (Surface Drilling And Blasting, 1987)

V =

Dimana :

d=hole diameter (mm)

P=charging density (kg/dm3)

s=weight strength of explosive;

=1 ~ 1,4

f=inclination factor;

vertical holes ( f = 1

inclination 3 ( 1 ( f = 0,9

E/V=spacing-burden ratio

E = 1,25 V ; E = spacing (m) ; V = burden (m)

c=rock constant ( calculated from constant c )

=0,4 kg/m3 (relatively easy to blast)

when V ( 1,4 m, c = c + 0,75

when V ( 1,4 m,c = 0,07 / V + c

b. Spacing (m) = Burden x 1,15

c. Stemming (m) = Burden x 0,7

d. Relatif Confinement (RC) =

e. Distribusi Energi (%) =

f. Subdrilling (m) = Burden x 0,3

g. Panjang lubang bor (m) = tinggi teras + subdrilling

h. Panjang kolom isian bahan peledak (m) = panjang lubang bor - stemming

i. Kepadatan pengisian (kg/m) = 0,000785 x densitas bahan peledak x (diameter bahan peledak)2j. Energi bahan peledak (kj/lubang) = berat bahan peledak x AWS energi bahan peledak

k. Volume ledakan (Bcm/lubang) = tinggi teras x burden x spacing

l. Massa ledakan (ton/lubang) = volume ledakan x densitas batuan (g/cc)

m. Powder factor (kg/bcm) =

Powder factor (kg/ton) =

Powder factor (ton/kg) =

n. Faktor energi (Kj/ton) =

o. Efek decoupling pada tekanan peledakan

Presentase reduksi pada lubang basah =

Presentase reduksi pada lubang kering =

p. Prakiraan getaran secara umum

V = K ( R/Q0,5)-1,6

Dimana :

V = kecepatan partikel tertinggi (mm/detik)

K = konstanta pengungkungan lokasi berkisar antara 500 untuk relief yang baik hingga 5000 untuk relief yang kurang baik

R = jarak dari lokasi peledakan (m) hingga titik tujuan

Q = berat bahan peledak maksimum setiap periode delay 8 ms

q. Sedangkan untuk penentuan Spacing (S), Subdrilling (J), Stemming (T), Tinggi Jenjang (H) dan Panjang kolom isian bahan peledak (PC) menurut pendekatan RL. Ash, C.J. Konya, Anderson Formula dan Langefors adalah sama, kecuali penentuan Subdrilling pada Langefors Formula menggunakan J = KJ x Bmax. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

E = KS x B

J = KJ x B

T = KJ x B

H = L J

r. Powder Factor (PF), Equivalen Volume (Eq) & Length To Burden Ratio (L/B)

Powder Factor (PF), Equivalen Volume (Eq) dan Length to Burden Ratio (L/B) merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari kegiatan peledakan berdasarkan Geometri peledakan yang telah direncanakan. Adapun persamaan-persamaan dari ketiga parameter di atas adalah sebagai berikut :

( E = N x PC x de

Dimana :

PF = Powder Factor, Ton/kg

W = Batuan yang terbongkar, Ton

E = Jumlah bahan peledak yang digunakan, kg

N = Jumlah Blast Hole

PC = Panjang kolom isian bahan peledak, m

de = Loading density, kg/m

Dimana :

Eq : Equivalen volume, Ton/m

W : Batuan yang terbongkar, Ton

c. Fragmentasi Batuan

Dua prinsip yang harus diaplikasikan dengan tepat untuk mengontrol ukuran fragmentasi batuan. Perhitungan yang tepat harus diaplikasikan pada lokasi yang strategis dalam massa batuan. Energi juga harus dilepaskan pada waktu yang tepat untuk memenuhi terjadinya interaksi yang tepat.

Kuznetsov equation :

= A (VO /Q)0.8 Q0.167

dimana :

=ukuran fragmentasi, cm

A=faktor batuan =1untuk batuan sangat lemah

7untuk batuan sedang

10untuk batuan keras, banyak retakan

13untuk batuan keras, kurang retakan

VO=volume batuan yang hancur per lubang tembak (m3), diperoleh dari burden x spacing x tinggi jenjang.

Q=berat bahan peledak (kg)

Kuznetsov dan Rosin Rammler (Kuz-Ram) Model :

= A (V/Q)0.8 Q0.17 (E/115)-0.63dimana :

=ukuran fragmentasi, cm

A =spacing/burden ratio

V=volume batuan yang hancur per lubang tembak (m3)

Q=berat bahan peledak (kg)

E=RWS (relative weight strength) bahan peledak (ANFO =100; TNT = 115).

Menurut Longefors :Bila dilihat dari ratio spacing dengan burden (S/B) maka :

S/B > 1,25 menghasilkan fragmentasi kecil

S/B < 1,25 menghasilkan fragmentasi besar

Stemming (T) jika bernilai sama dengan burden (T=B) akan mampu mengurung gas-gas (air blast) serta mendapatkan stress balance,dan bila :

T > B, resiko terjadi fly rock akan bertambah

T > B, menghasilkan lebih banyak bongkah-bongkah (boulders)

I. METODE PENELITIAN

1. Studi literatur, yaitu membandingkan data-data yang diperoleh dari :

Literatur pustaka

Spesifikasi dan gambar alat

2. Penelitian lapangan, meliputi :

Observasi lapangan

Penentuan lokasi

3. Pengambilan data, meliputi :

a) Data geologi yang dapat memberikan gambaran, letak dan kondisi pembentukan batuan yang akan dibongkar.

b) Data lithologi yang dapat memberikan gambaran kondisi batuan, terutama kekerasannya yang menjadi dasar pemilihan alat bor dan bahan peledak yang akan digunakan.

c) Data daerah penyelidikan, meliputi :

Iklim dan curah hujan

Susunan lapisan tanah penutup, yang memberikan gambaran pemilihan metode pemboran.

d) Data pemboran, meliputi :

Spesifikasi alat bor

Kemampuan Produksi pemboran Pola-pola pemboran

e) Data peralatan dan perlengkapan peledakan, meliputi :

Detonator yang digunakan Karakteristik Bahan peledak yang digunakan Wire yang digunakanf) Data geometri peledakan, meliputi : burden, spacing, subdrilling, stemming, tinggi jenjang, panjang kolom isian bahan peledak. g) Data hasil ledakan : volume batuan yang terbongkar.

h) Data-data sekunder lainnya, yang dianggap perlu untuk mengevaluasi sistem peledakan lapisan penutup.

J. KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan melakukan perencanaan peledakan, maka diharapkan dapat menentukan rancangan peledakan yang ideal untuk diterapkan pada peledakan lapisan penutup sehingga target produksi dapat dicapai.

K. PERALATAN DAN FASILITAS PENELITIAN

Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian kiranya dapat disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

L. RENCANA JADWAL PENELITIAN

no.k e g i a t a njuli september 2002

minggu ke :

123456789101112

1.Orientasi Lapangan

2.Studi Pustaka

3.Pengumpulan Data

4.pengolahan Data

5.Penyusunan Laporan

6.Konsultasi Laporan

7.Presentasi Laporan

8.Persiapan Kembali

M. Rencana daftar isi (lampiran a)

N.

rencana daftar pustaka (lampiran B)Lampiran A

RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBARAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

BABIITINJAUAN UMUM

a. Lokasi Dan Kesampaian Daerah

b. Geologi Daerah Penelitian

c. Geografi Daerah Penelitian

d. Kondisi Tambang

BAB IIIKonsep Dasar Perencanaan Peledakan

A. KEGIATAN PERSIAPAN

a. Persiapan Lubang Tembak / Blast Hole

b. Persiapan Bahan Peledak Dan Perangkat Peledakan

B.KEGIATAN PELEDAKAN

a. Proses Pecahnya Batuan

b. Metode Peledakan

c. Pola Peledakan

d. Perlengkapan Peledakan

e. Hambatan Dalam Peledakan

Bab IVProsedur Dan Hasil Penelitian

BABVPerencanaan Peledakan lapisan penutup a. Pemboran dan peledakan

a. Pola-Pola Pemboran

b. Arah Pemboran Dan Hole Inclination

c. Produksi Pemboran

b. perencanaan Peledakan

a. Geometri Peledakan

b. Powder Factor (PF), Equivalen Volume (Eq) dan Length to Burden Ratio (L/B)

BABVIPENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran

Lampiran B

RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Hartman, Howard L., 1987 , Introductory Mining Engineering, John Wiley & Sons.

2. Hartman, Howard L., 1992, SME Mining Engineering Handbook Vol. 1, Society For Mining, Metallurgy, And Exploration. Inc., Colorado.

3. Hoppe, Richard, 1978, E/MJ Operating Handbook Of Mineral Surface Mining And Exploration, McGraw-Hill, Inc., New York.

4. Jamaluddin, 2000, Evaluasi Fragmentasi Hasil Ledakan Overburden Terhadap Geometri Peledakan Pada Tambang Batubara PT Tanito Harum Pondok Labu Kalimantan Timur, Skripsi, Jurusan Teknik Pertambangan UVRI Makassar.

5. Kartodharmo, Moelhim, Ir., 1990, Teknik Peledakan, Laboratorium Geoteknik Pusat Antara Universitas Ilmu Rekayasa, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

6. Katili, JA., Dr., dan Marks, P., Dr., Geologi, Departemen Urusan Research Nasional, Djakarta.

7. Naapuri, Jukka, 1987, Surface Drilling And Blasting, Tamrock.

8. Olofsson, Stig O., 1988, Applied Explosives Technology For Construction And Mining, Applied Explosives Technology, Sweden.

9. Rai, Astawa, Made, Ir., Dr., 1988, Mekanika Batuan, Laboratorium Geoteknik ITB, Bandung.

10. Suhala, Supriatna, dkk., 1995, Teknologi Pertambangan Di Indonesia, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung.

11. Sweet, K.A., 1984, Mining 1, 1st Published, Technical Publications Trust, Perth Australia.

12. Wahyudi, Tatang, 1995, Emas, Dirjen Pertambangan Umum Pusat Penenlitian Dan Pengembangan Teknologi Mineral.

13. ......................, 1991, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan Dan Energi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Jakarta.

14. ......................, 1992, Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor : Skep/1808/XII/1992 Tentang Perincian Bahan Peledak, Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia, Jakarta.

15. ......................, 1995, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan Dan Energi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Jakarta.

16. ......................, 1998, Makalah Kursus Juru Ledak Kelas II 2000, Dep. Pertambangan Dan Energi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan.

17. ......................, Pengantar Teknik Peledakan Yang Efisien, Dyno Nobel, Blast Dinamics Inc.

18. ......................, 1993, Persiapan Peledakan, DirJend Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan.

_1049403698.unknown

_1049404798.unknown

_1147673537.unknown

_1147673602.unknown

_1147673790.unknown

_1147673791.unknown

_1147673638.unknown

_1147673572.unknown

_1058739903.unknown

_1147673384.unknown

_1084692997.unknown

_1049407857.unknown

_1049404280.unknown

_1049404405.unknown

_1049404069.unknown

_1049401762.unknown

_1049402974.unknown

_1049403489.unknown

_1049402828.unknown

_1044886896.unknown

_1044887095.unknown

_1044891743.unknown

_1044891756.unknown

_1044886928.unknown

_1044886828.unknown