Upload
nius-angelica-luph
View
86
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan
Citation preview
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat karsinogenik (Shenoy 2014). Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, kanker kandung kemih lebih sering mengenai penderita laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam 2009).
Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri (Shenoy 2014). Kanker kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker kandung kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker ini juga lebih sering terjadi padaorang kulit putih daripada orang kulit hitam dan lebih sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri bagian utara. Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran mukosa (Joan dan Lyndon 2014).
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat mampu memahami dengan baik mengenai kanker kandung kemih serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita kanker kandung kemih.
1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual mengenai Kanker Kandung Kemih dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat dan tepat, serta pembaca diharapkan
1
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada kasus Kanker Kandung Kemih secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan KhususMahasiswa mampu1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kandung kemih2. Menjelaskan definisi dari Kanker Kandung Kemih3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko dari Kanker Kandung
Kemih4. Menjelaskan bentuk tumor dari Kanker Kandung Kemih5. Menjelaskan klasifikasi stadium dari Kanker Kandung Kemih6. Menjelaskan patofisiologi dari Kanker Kandung Kemih7. Menjelaskan manifestasi klinis dari Kanker Kandung Kemih8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari Kanker Kandung Kemih9. Menjelaskan penatalaksanaan dari Kanker Kandung Kemih10. Menjelaskan prognosis dari Kanker Kandung Kemih11. Menjelaskan Web of Cautation dari Kanker Kandung Kemih
1.3 ManfaatMahasiswa mampu mengetahui tentang kanker kandung kemih sehingga
perawat akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kanker kandung kemih tidak semakin berat.
2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi2.1.1 Anatomi Vesica Urinaria
1. Lokasi dan DeskripsiVesica urinaria terletak tepat dibelakang os.pubis di dalam
rongga pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis; waktu terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrica (Gambar 1). Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas pintu atas panggul; kemudian bila rongga pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis untuk menempati posisi seperti orang dewasa (Snell 2011).
Gambar 1. A. Vesica urinaria tampak lateral.B. Bagian dalam vesica urinaria laki-laki tampak depan
(Snell 2011).
3
2. Bentuk dan Permukaan Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid (Gambar
2) mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies infero lateralis; juga mempunyai collum. Apex vesica urinaria mengarah kedepan dan terletak dibelakang pinggir atas symphisis pubis. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus dengan ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus). Basis atau facies poterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra(Gambar 2). Pada laki-laki, kedua duktus deferens terletak berdampingan difacies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis. Pada perempuan, uterus dan vagina terletak berhadapan dengan facies posterior.
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmeideum. Sepanjang pinggir leteral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, permukaan superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitalis abdominalis. Peritoniumyang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen, sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen. Facies inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubis. Dan os.pubis. Lebih ke posterior, di atas berbatasan dengan musculus obturator internus dan di bagian bawah dengan musculus levatorani.
Collum vesica teterletak di inferior dan pada laki-laki terletak pada permukaan atas prostat. Di sini, serabut otot polos dinding vasicae urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum pubo prostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubo vesicale pada perempuan. Kedua ligamentumini merupakan penebalan dari fascia pelvis. Pada perempuan karena tidak terdapat prostat, collum vesicae terletak langsung pada facies superior diaphragmatis urogenitalis. Bila vesicae urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesica erelatif tetap, tetapi facies permukaan superiornya naik ke atas, masuk ke dalam rongga abdomen seperti telah dijelaskan pada paragraf
4
sebelumnya (Snell 2011).
Gambar 2. A. Vesica urinaria, prostat, dan vesicula seminalis dilihat dari lateral
B. Vesica urinaria, prostat, ductus deferens, dan vesikula seminalis dilihat dari posterior (Snell 2011).
3. Permukaan InteriorTunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica
urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesicae urinaria dinamakan trigonum vesicae. Disini, tunika mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena mmembran mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya. Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara dari ureter dan sudut inferiornya merupakan orificium urethrae internum.
5
Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan ini membuat fungsinya seperti katup, yang mencegah aliran balik urin pada waktu vesica urinaria terisi.
Trigonum vesicae di atas dibatasi oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang laindan disebut sebagai plica interureterica, uvula vesicae merupakan tonjolan kecil terletak tepat di belakang orificum urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostate yang ada di bawahnya (Snell 2011).
4. Tunica Muscularis Vesica UrinariaTunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos
yang tersusun dalam tiga lapis yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae (Snell 2011).
5. Ligamentum-ligamentum Vesica UrinariaCollum vesicae dipertahankan dalam posisinya pada laki-
laki oleh ligamentum pubo prostaticum dan pada perempuan oleh ligamentum pubo vesicale. Ligament ini dibentuk dari fascia pelvica (Snell 2011).
6. Batas-batas Vesicaea. PadaLaki-laki (Gambar3):
1. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen.
2. Ke posterior: vesica rectovesicalis peritonei, ductus deferens, vesicula seminalis, fascia rectovesicalis, dan rectum.
3. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan dibawah musculus levatorani.
4. Ke superior: cavitas peritonealis, lengkung ileum, dan colon sigmoideum.
5. Ke inferior: prostata
6
Gambar 3. Potongan sagital pelvis pada laki-laki (Snell 2011)b. Pada Perempuan (Gambar 4)
Karena tidak ada prostata, vesica urinaria terletak rendah di dalam pelvis perempuan dibandingkan dengan pelvis laki-laki, dan collum vesicae terletak langsung di atas diaphragm urogenitale. Batas-batasan antara vesica urinaria dengan uterus dengan vagina, yaitu:1. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan
dinding anterior abdomen.2. Ke posterior: dipisahkan dari rectum oleh vagina.3. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan di
bawah musculus levatorani.4. Ke superior: excavatio utero vesicalis dan corpus uteri.5. Ke inferior: diaphragma urogenital.
Gambar 4. Potongan sagital pelvis perempuan (Snell 2011)
7
7. Pendarahan/Vaskularisasia. Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior berasal dari trunkus anterior arteri iliaka interna sebagai sumber utama suplai darah arterial. Suplai darah minor berasal dari arteri obturatoria, glutea inferior dan pada wanita juga dari arteri uterine dan vaginalis
b. Venavena-vena membentuk plexus pada permukaan lateral dan inferior buli. Dengan demikian selama sistostomi suprapubik, struktur-struktur ini harus dihindari pada saat membuka buli.
c. Pleksus Vesikalis Adalah kelanjutan dari pleksus venosus prostatikus pada pria yang bermuara ke dalam vena iliaka interna (Shenoy 2014).
8. LimfatikKelenjar limfe iliaka interna merupakan level pertama
kelenjar limfeserta Kelenjar limfe obturatoria dan iliaka eksterna terlibat lebih lanjut (Shenoy 2014).
9. Persarafan Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus
hypogastricus inferior. Serabut post ganglionik simpatik berasal dari ganglion lumbal pertama dan kedua dan berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut pre ganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervisplanchnici pelvici dari nervus sacralis kedua, ketiga, keempat berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat iniserabut- serabut tersebut bersinaps dengan neuron post ganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervisplanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua. Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphinctervesicae (Snell 2011).
2.1.2 Fisiologi MiksiKapasitas maksimum vesica urinaria orang dewasa adalah sekitar
500ml. Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks berkemih mulai bila volume urin mencapai kurang lebih 300 ml.
8
Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat,dan orang itu mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian impuls naik ke atas melalui nervisplanchnici pelvici dan masuk ke segmen sacralis kedua, ketiga, keempat medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik yang membentuk plexus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis pertama dan kedua medula spinalis (Snell 2011).
Impuls eferen parasimpatik meninggalkan medula spinalis dari segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat lalu berjalan melalui serabut-serabut preganglionik parasimpatik dengan perantara nervi splanchnici pelvici dan plexus hypogastricus inferior ke dinding vesica urinaria, tempat nervus tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Melalui lintasan saraf ini, otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae) berkontraksi dan musculus sphincter vesicae dibuat relaksasi, impuls eferen juga berjalan ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (S2,3, dan 4) dan menyebabkan relaksasi. Bila urin masuk ke urethrae, impuls aferen tambahan berjalan ke medula spinalis dari urethra dan memperkuat refleks. Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot-otot abdomen yang menaikkan tekanan intra abdominalis dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan dari luar pada dinding vesica urinaria (Snell 2011).
Pada anak kecil miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila vesica urinaria mengalami peregangan. Pada orang dewasa,refleks regangan sederhana ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut-serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat medula spinalis. Kontraksi musculus sphincter urethrae yang menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan aktivitas ini dibantu oleh musculus sphincter vesicae yang menekan leher vesica urinaria. Pengendalian miksi secara volunter normalnya berkembang pada tahun kedua dan ketiga kehidupan (Snell 2011).
2.2 DefinisiTumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding
kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran mukosa. Tumor kandung kemih paling sering terjadi pada orang lanjut usia yang berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, serta di area
9
industri dengan penduduk padat (Joan dan Lyndon 2014).Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007). Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki (Nursalam 2009).
2.3 Faktor ResikoAda 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu: 1. Host
a. Genetik Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
b. Life style 1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa)2. Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
3. Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lamac. Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum. d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan memiliki resiko.
2. Agent Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
3. Environment Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api,
10
tekstil, pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen.
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor resiko termasuk
interaksi antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus pada pria dan 35% pada wanita (Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011). Sebagai tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi pada perokok daripada non perokok (Lwin, et al., 2002; Saw, et al., 2001 dalam Rouissi. et al., 2011). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam perkembangan karsinogenesis kanker.
Bagaimanapun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu akan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar kanker kandung kemih. Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010):1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih. Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerjaOrang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet, kimia, logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga muncul pada penata
11
rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk.
3. Riwayat kanker kandung kemihOrang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
4. Pengobatan kanker tertentuOrang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan memiliki resiko.
5. ArsenikArsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemihKeluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
7. InfeksiInfeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini.Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut
Wein, AJ (2012):1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih
a. Merokokb. Paparan industric. Paparan zat kimiad. Paparan cyclophosphamide
2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma
haematobiumb. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun-tahunc. Penggunaan kateter selama bertahun-tahun d. Divertikula kandung kemih
3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:a. Sisa dari tindakan urachalb. Neurogenic bladderc. Metastasis dari malignansi primerd. Ekstropi kandung kemih
12
e. Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal
4. Penyebab lain yang jarang terjadi: Penggunaan analgesik yang mengandung phenacetin.
Faktor resiko lain (Ferri 2014):1. Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic bladder
memerlukan drainase kandung kemih jangka panjang dengan kateter Foley; iritasi kronis dari penggunaan jangka panjang secara umum mengingkatkan resiko kanker kandung kemih, khususnya karsinoma sel skuamosa.
2. Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras keluarga dengan gene dan onkogenikras p21.
3. Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p; gen Retinoblastoma (Rb) pada kromosom 13q; gen pada kromosom 9: 9p21 dan 9q32-3
2.4 Bentuk TumorTumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007)
1. Papiler2. Tumor non invasif (in situ)3. Noduler (infiltrat)4. Campuran antara papiler dan infiltrat
Gambar 5. Bentuk tumor buli-buli (Yosef 2007)
2.4.1 Perjalanan PenyakitKarsinoma buli-buli masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obtutator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis; sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru, dan tulang (Yosef 2007).
2.4.2 Tipe Histologi
13
Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam 2009).1. Adenokarsinoma
Ada tiga kelompok adenokarsinoma pada kandung kemih, yaitu:a. Primer terdapat di kandung kemih, dan biasanya terdapat di
dasar serta di fundus kandung kemih. Pada beberapa kasus sistitis, glandularis kronis, dan ekstrafia vesika pada perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma kandung kemih.
b. Urakhus persisten (sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
c. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya prostat, rektum, ovarium, lambung, mamae, dan endometrium.
Prognosis adenokarsinoma buli-buli ini sangat jelek.2. Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
kandung kemih dan mengakibatkan sel epitel mengalami metaplasia ganas. Rangsangan kronis ini terjadi karena: a. Infeksi saluran kemih kronisb. Batu kandung kemihc. Kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lamad. Infestasi cacing Schistosomiasis pada kandung kemihe. Pemakaian obat-obatan siklofosfamid secara intravesika
2.5 Klasifikasi StadiumKlasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawahAnestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukanT0 Tanda-tanda tumor primer tidak adaT1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerakT2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buliT3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
14
T3a Invasi otot yang lebih dalamT3b Perluasan lewat dinding buli-buliT4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnyaT4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukanN0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regionalN1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateralN2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multipleN3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumorN4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauhM1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimiaM1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggalM1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multipleM1d Metastase dalam organ yang multiple
Gambar 6. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2009)
2.6 PatofisiologiMenurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor
15
yaitu, usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka tubuh akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal, jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang mengandalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
2.7 Manifestasi KlinisManifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:1. Lokal
a. Obstruktif 1. Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang
menutup aliran menuju uretra.2. Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin
adalah asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi bleeding dan dikeluarkan melalui urin.
3. Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif 1. Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi
urine dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.2. Urgensi3. Nocturia ( jarang )4. Urge incontinensia 5. Disuria
2. Sistemik a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh
kekurangan Hb.b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
16
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang berdampak pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan oedema.
Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:1. Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan-gumpalan darah dan bangkai-bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)1. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.2. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus karsinoma3. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri4. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias5. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis6. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah lanjut
17
2.8 Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain: 1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon 2014)Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan persisten akan menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014)Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dlc. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah
18
menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.Kontribusi perawat adalah:1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan
santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam 3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemihb. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.
c. UltrasonografiMerupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.
d. CT ScanMerupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:1. Hematuria dengan IVP yang normal2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa
19
dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. SistoskopiSitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.
2.9 Penatalaksanaan1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.Konstribusi perawat:1. Monitoring irigasi 2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag
dikurangi dengan cairan yang masuk {PZ}).3. Evaluasi warna urin 4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk
penatalksaan perdarahan. 2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
4. Diversi Urine Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
20
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain: (Yosef, 2007)a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
2.9.1 Terapi Kanker Kandung Kemih (Shenoy 2014)1. Karsinoma yang tidak melibatkan lapisan otot (Tis, Ta, T1)
a. Reseksi transuretra (TUR) tumor (basis/dasar tumor yang direseksi lalu diskrining terhadap adanya tumor dengan pemeriksaan mikroskopik)
b. Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
c. Imunoterapi BCG atau interferon yang dberikan secara intravesika selama pasca-bedah untuk mencegah kekambuhan tumor.
21
2. Lesi T2-T4Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
3. Setiap T, N1, M0 atau setiap T, N0, M1Kemoterapi sistemik (MVAC) yang diikuti dengan terapi radiasi harus diberikan
4. Lesi kecilLesi kecil yang melibatkan otot pada kubah (dome) buli atau dinding posterolateral buli, sistektomi parsial (reseksi segmental) bagian buli tersebut yang mengandung tumor dengan ttepi buli yang sehat yang luas 2-3 cm. hal ini sebaiknya diikuti dengan kemoterapi intravesika.
2.9.2 Peranan Radioterapi (Shenoy 2014)1. Lokal
Jika lesi tidak anaplastik, berukuran 4 cm atau kurang, setelah eksisi diatermi terbuka, dapat diberikan radioterapi.a. Implantasi butiran emas 198Aub. Kawat tantalum radioaktif 192Ta
2. Radioterapi yang dalamIndikasi: karsinoma yang tidak berdiferensiasiDengan menggunakan Cobalt 60 atau aselerator linear
2.9.3 Kontrol BerkalaSemua pasien kanker kandung kemih harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan secara rutin dialkukan pemeriksaan klinis, sitologi urine serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu pada: (Yosef 2007)1. Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali,2. Tahun II setiap 4 bulan sekali, dan3. Tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan sekali
2.10 Prognosis Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
penyakit ini mempunyai prognosis yang sangat bervariasi walaupun secara umum bergantung dari stadium dan derajat histologi tumor. Pada umumnya penderita dengan tumor superfisial mempunyai harapan hidup 5 tahun yang
22
cukup baik sedangkan penderita dengan tumor yang sudah tumbuh sampai ke lapisan otot dalam mempunyai angka harapan hidup sekitar 5 tahun sekitar 40-50%. Pada stadium T4 tanpa metastasis, angka harapan hidup 5 tahun berkisar antara 10-17%, sedangkan bila sudah terjadi metastasis maka sangat sedikit penderita yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
23
2.11 Web of Cautation
24
Lokal
FUNUD (frekuensi, urgensi, nocturia, urge incontinensia, disuria)
MK: Gangguan eliminasi
Urin
Hiperventilasi
Refluks
MK: Ketidakefektifan pola nafas
Sesak nafas
Faktor-faktor resiko merangsang pertumbuhan sel
Proliferasi sel meningkat cepat kerusakan struktur fungsional kandung kemih
Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung kemih
Faktor-faktor resiko
Agent
Genetik
Host
Invasi kuman
Environment
Life style
Riwayat penyakit dahulu
Obat/ tindakan
Pekerjaan (pabrik cat, penyamak kulit, tembakau, pegawai salon)
Parasit (schistozomiasis)
ISK, Ca. Colon, Ca. Renal, Ca
Prostat, Ca. Rectum
4P, merokok, konsumsi
kopi
Cytoksan, cyclofosfa
mide
Kanker kandung kemih
Sistemik
Obstruktif
Kencing sedikit
Iritatif
Pancaran melemah
Hematuria
HormonAnemia
Renin , angiostensin
Aldosteron
Gangguan
pompa Na dan
K
Vasokontriksi pembuluh
darah
Hipertensi
25
MK: Peningkatan
volume cairan
oedema MK: Penurunan
cardiac output
Hidroureter
Mual muntah
Hidronefrosis
MK: Mual
MK:Nyeri Akut
Penatalaksanaan
Non pembedahan (kemoterapi, irigasi
kandung kemih, farmakologi)
Post .op
Pembedahan (TURB-T, Diversi Urin, Cystectomy)
MK : Resiko infeksi
Stoma
MK : Resiko Kerusakan
Integritas Kulit
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 1. Identitas klien
a. Usia:Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita (Brunner & Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon, pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin, betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikitb. Hematuriac. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensib. Urgencyc. Nocturia (jarang)d. Urge inkontinenciae. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama (National Cancer Institute 2010).
26
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual:-f. Kondisi lingkungan rumah:
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel transisional (Joan dan Lyndon 2014).
g. Kebiasaan sehari-hari Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok, kopi.
3. Pemeriksaan fisikNyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih Tanda : Perubahan kesadaran
2. SirkulasiGejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadianTanda : Cemas, mudah tersinggung
4. EliminasiGejala : Perubahan BAKTanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & CairanGejala : Mual muntahTanda : Muntah
27
6. NeurosensoriGejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/KenyamananGejala : Sakit pada daerah abdomenTanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lainTanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. KeamananGejala : Trauma baruTanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. SeksualisasiGejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turutTanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/PembelajaranGejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresiTanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem 1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus, conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)Inspeksi:Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuriac. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensib. Urgencyc. Nocturia (jarang)
28
d. Urge inkontinenciae. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidakPalpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan adanya mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang menyebabkan edema pada ekstermitas.
3.2 Analisa Data
Data EtiologiMasalah
KeperawatanPre Operasi
DS: Disuria Bladder terasa penuhDO : Distensi bladder Terdapat urine residu Inkontinensia tipe luapan
Urin output sedikit/tidak ada
Kanker kandung kemih↓
Massa tumor yang mudah ruptur
↓Mudah terkikis oleh urin
yang bersifat asam↓
Hematuria
Ganggguan Eliminasi Urin
DS: Dyspnea Nafas pendek
DO: Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi Penurunan pertukaran udara
per menit Menggunakan otot
pernafasan tambahan Orthopnea Pernafasan pursed-lip Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama Penurunan kapasitas vital Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
Kanker kandung↓
Hematuria↓
Penurunan Hb↓
Penurunan O2
↓Hiperventilasi
↓Sesak Napas
Ketidakefekti-fan Pola Napas
29
DS: Hipersalivasi Penigkatan reflek menelan Menyatakan mual / sakit
perut
Hidronefrosis
Ureum kembali ke pembuluh darah
Uremia
BUN meningkat
Mual
Intake tidak adekuat
BB menurun
Mual
DS: Laporan secara verbal DO: Posisi untuk menahan nyeri Tingkah laku berhati-hati Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
Kanker kandung kemih↓
Retensi urine pada bladder↓
Refluks↓
Hidroureter↓
Hidronefrosus↓
Nyeri pinggang
Nyeri Akut
30
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Post operasiDS: Laporan secara verbal DO: Posisi untuk menahan nyeri Tingkah laku berhati-hati Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu
Kanker kandung kemih↓
TURB-T↓
Luka insisi post pembedahan
↓Nyeri
Nyeri akut
31
makan dan minumDS : Klien mengeluhkan
merasa gatal di daerah lukanya
DO : T: 37,5°CLeukosit 11.000/mm3
Kanker Kandung kemih
TURB-T
Luka insisi
Resiko Infeksi
Resiko Infeksi
3.3 Dignosa KeperawatanPra Operasi1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuryPost Operasi5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3.4 Intervensi KeperawatanPra Operasi
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
NOC:Urinary EliminationTujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi, dengan kriteria hasil:1. Pola eliminasi2. Jumlah urin3. Warna urin4. Kejernihan urin5. Intake cairan6. Pengosongan
kandung kemih secara maksimal
7. Tampak darah dalam urin
NIC :Irigasi Kandung Kemih1. Jelaskan prosedur
kepada klien2. Atur suplai irigasi
yang steril, pelihara teknik kesterilan dari agen protokol
3. Bersihkan jalur mask atau ujung terkahir Y- connector dengan alkohol swap
4. Tetap irigasi cairan setiap agen protokol
5. Observasi perlindungan diri
6. Monitor dan pelihara rate flow sesuai
32
8. Frekuensi urine9. Urgency with
urination10. Urge inkontinence
kebutuhan7. Tulis cairan yang
dibutuhkan, karakteristik cairan, jumlah pengeluaran, dan respon pasien, dan agen protokol
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
NOC:Respiratory Status: VentilationSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ketidakefektifan pola napas pasien teratasi dengan kriteria hasil:1. Respiratory rate2. Irama pernafasan3. Retraksi otot dada4. Penggunaan otot
bantu nafas5. Pursed lips
breathing
NIC :Oxygen Therapy1. Pertahankan
kepatenan jalan nafas2. Sediakan oksigen
ketika pasien membutuhkan
3. Ajarkan klien dan keluarga cara menggunakan peralatan oksigen di rumah
4. Monitor peralatan oksigenasi sudah sesuai atau tidak
Ventilation Assistance1. Bantu klien merubah
posisi secara berkala, sesuai kebutuhan
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Posisikan klien untuk meringankan dyspnea
4. Posisikan klien semifowler untuk meminimalkan usaha dalam bernafas
5. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung
NOC:Nausea and Vomitting ControlTujuan:
NIC:Nausea Management
1. Dorong pasien untuk
33
kemih Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam mual teratasi dengan kriteria hasil:1. Mengenali awitan
mual2. Menjelaskan faktor
penyebab3. Penggunaan anti
emetik
memantau mual secara sendiri
2. Dorong pasien untuk mempelajari strategi untuk mengelola mual sendiri
3. Lakukan penilaian lengkap mual, termasuk frekuensi, durasi, tingkat keparahan, dengan menggunakan alat-alat seperti jurnal perawatan, skala analog visual, skala deskriptif duke dan indeks rhodes mual dan muntah (INV) bentuk 2.
4. Identifikasi pengobatan awal yang pernah dilakukan
5. Evaluasi dampak mual pada kualitas hidup.
6. Pastikan bahwa obat antiemetik yang efektif diberikan untuk mencegah mual bila memungkinkan.
7. Identifikasi strategi yang telah berhasil menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk tidak mentolerir mual tapi bersikap tegas dengan penyedia layanan kesehatan dalam memperoleh bantuan farmakologis
34
dan nonfarmakologi9. Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur untuk memfasilitasi bantuan mual
10. Dorong makan sejumlah kecil makanan yang menarik bagi orang mual
11. Bantu untuk mencari dan memberikan suport emosional
Vomitting Management1. Pastikan obat
antiemetik yang efektif diberikan untuk mencegah muntah, bila memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan napas melalui mulut
4. Berikan dukungan fisik selama muntah
5. Berikan kenyamanan selama episode muntah
6. Tunjukkan penerimaan muntah dan berkolaborasi dengan orang ketika memilih strategi pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang tekena muntah setelah episode muntah sebelum menawarkan lebih banyak cairan untuk
35
pasien8. Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari karbonasi
9. Secara bertahap tingkatkan cairan jika tidak ada muntah terjadi selama 30 menit
10. Ajarkan penggunaan teknik non pharmakological untuk mengelola muntah
11. Kaji emesis untuk warna, konsistensi, darah, waktu, dan sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi volume emesis.
13. Sarankan membawa kantong plastik untuk muntah penahanan.
14. Catat riwayat pengobatan awal lengkap.
15. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk muntah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
NOC :Pain ControlSetelah dilakukan asuhan selama 3 x 24, nyeri teratasi dengan kriteria hasil:1. Kenali awitan nyeri2. Jelaskan faktor
penyebab nyeri3. Gunakan obat
NIC :Pain Management
1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup klien (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, suasana hati, hubungan, kinerja
36
analgesik dan non analgesik
4. Laporkan nyeri yang terkontrol
kerja, dan tanggung jawab peran).
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin menyebabkan respon ketidaknyamanan klien (misalnya temperature ruangan, pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara komprehensif untuk menentukan lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan, terutama pada klien yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
Pasca Operasi
No.Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan
NOC : NIC :
37
dengan agen injury
Pain ControlSetelah dilakukan asuhan selama 3 x 24, nyeri teratasi dengan kriteria hasil:1. Kenali awitan
nyeri2. Jelaskan faktor
penyebab nyeri3. Gunakan obat
analgesik dan non analgesik
4. Laporkan nyeri yang terkontrol
Pain Management
1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup klien (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, suasana hati, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin menyebabkan respon ketidaknyamanan klien (misalnya temperature ruangan, pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara komprehensif untuk menentukan lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan, terutama pada klien yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
38
berhubungan dengan prosedur invasif
Infection SeverityTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien tidak mengalami infeksiKriteria Hasil : 1. Klien tidak
demam2. Klien tidak
mengalami peningkatan jumlah sel darah putihBayi baru Lahir
9000 –30.000 /
mm3
Bayi/anak
9000 – 12.000/
mm3
Dewasa 4000-10.000/
mm3
Infection protection1. Lakukan tindakan
pencegahan neutropenia
2. Isolasi semua pengunjung untuk penyakit menular
3. Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
5. Pantau tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
6. Monitor kerentanan terhadap infeksi
7. Pantau perubahan tingkat energi atau malaise
Infection control1. Bersihkan lingkungan
setiap kali setelah digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang yang terkena penyakit menular
3. Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
4. Tingkatkan cara mengajar mencuci tangan untuk tenaga kesehatan
5. Anjurkan pasien tentang teknik cuci tangan yang tepat
6. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
39
meninggalkan ruangan pasien
7. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap kegiatan perawatan pasien
BAB 4ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
40
Tn. M berusia 52 tahun dirawat di RSUA sejak 3 hari yang lalu dengan keluhan hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di daerah pinggang hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS. Klien adalah seorang pegawai di perusahaan pabrik cat. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa klien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar mengkonsumsi kopi. Klien mengatakan ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit sama dengan klien. Dari pemeriksaan CT Scan klien didiagnosa dengan Ca Buli stadium T2. Saat ini klien terpasang kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin bercampur darah. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/menit, nadi 84 denyut/menit, T 37,3 ºC. Hasil laboratorium Hb 9,2 gr/dl, Leukosit 11.000/mm3, BUN 38 mg/dL , Kreatinin serum 1,62 mg/dl.Program terapi: Infuse RL 20 tetes/menit. Injeksi transamin 500 mg/8 jam.
4.1 Pengkajian1. Anamnesis
a. IdentitasNama : Tn. MUsia : 52 tahunJenis kelamin : Laki–laki Pekerjaan : Pegawai pabrik cat
b. Keluhan utamaKeluhan lokal : hematuria bersifat intermittenKeluhan sistemik : Hb 9,2 gr/dl (Anemia)
c. Riwayat Kesehatan SekarangTn. M mengeluh hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di daerah pinggang hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS, lalu klien langsung memeriksakannya ke RSUA. Saat ini klien terpasang kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin bercampur darah.
d. Riwayat Kesehatan DahuluSebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit
e. Riwayat Kesehatan KeluargaAada keluarga klien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
f. Riwayat pemakaian obat:Tidak ada
g. Gaya Hidup/Life styleKlien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar mengkonsumsi kopi
h. Pola EliminasiKlien mengeluh nyeri hematuria bersifat intermitten
i. Kondisi LingkunganPasien bekerja sebagai pegawai di pabrik cat
41
2. Pemeriksaan Fisika. B1 (Breathing)
Tidak ada keluhanb. B2 (Blood)
Pasien mengalami anemia dengan hasil pemeriksaan Hb 9,2 gr/dl. T 37,3 ºC
c. B3 (Brain)Tidak ada keluhan
d. B4 (Bladder)Inspeksi : produksi urine dalam 24 jam 850 ml, warnanya
merah dengan bau agak amis. Palpasi dan Perkusi : tidak teraba adanya massa
e. B5 (Bowel)Tidak ada keluhan
f. B6 (Bone)Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik
Hb = 9,2 gr/dl (L : 13-16 g/dl, P : 12-14 g/dl) Leukosit =11.000/mm3 (4.000-10.000 mm3)
b. Pemeriksaan Faal GinjalBUN = 38 mg/dl (10-45)Kreatinin serum = 1,62 mg/dl (L : 0,9-1,5 P : 0,7-1,3)
c. Pemeriksaan RadiologiCT scan = tumor sampai dengan lapisan otot superfisial
4.2 Analisa DataDATA ETIOLOGI MASALAH
Pre Operasi 1. DS : pasien me-
ngatakan bahwa kencingnya ber-warna merah.DO : hematuria
2. DS:
Kanker kandung kemih↓
Massa tumor yang mudah ruptur
↓Mudah terkikis oleh
urin yang bersifat asam↓
Hematuria
Kanker kandung kemih
Gangguan eliminasi urin
Nyeri akut
42
Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang hilang timbulDO : Klien tampak meringis menahan nyeriP : keinginan
berkemih Q : hilang timbulR : pinggangS : 5 dari 10T : 3-4x/hari
↓Retensi urine pada
bladder↓
Refluks↓
Hidroureter↓
Hidronefrosus↓
Nyeri pinggang
Post Operasi3. DS:
Klien mengatakan nyeri di daerah sekitar lukaDO : Klien tampak meringis menahan nyeriP : saat aktivitas Q : terus menerusR :luka
pembedahanS : 3 dari 10T : siang hari
4. DS:Klien mengeluhkan merasa gatal di daerah lukanyaDO:T: 37,5°CLeukosit 11.000/mm3
Kanker kandung kemih↓
TURB-T↓
Luka insisi post pembedahan
↓Nyeri
Kanker kandung kemih↓
TURB-T↓
Luka insisi post pembedahan
↓Resiko Infeksi
Nyeri akut
Resiko Infeksi
4.3 Diagnosa KeperawatanPre Operasi1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
43
Post Operasi3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury 4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4.4 Intervensi Keperawatan1. Pre Operasi
No.Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
NOC:Urinary EliminationTujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi, dengan kriteria hasil:1. Pola eliminasi2. Jumlah urin3. Warna urin4. Kejernihan urin5. Intake cairan6. Pengosongan
kandung kemih secara maksimal
7. Tampak darah dalam urin
8. Frekuensi urine9. Urgency with
urination10. Urge inkontinence
NIC :Irigasi Kandung Kemih1. Jelaskan prosedur
kepada klien2. Atur suplai irigasi
yang steril, pelihara teknik kesterilan dari agen protokol
3. Bersihkan jalir mask atau ujung terkahir Y- connector dengan alkohol swap
4. Tetap irigasi cairan setiap agen protokol
5. Monitor dan pelihara rate flow sesuai kebutuhan
6. Tulis cairan yang dibutuhkan, karakteristik cairan, jumlah pengeluaran, dan respon pasien, dan agen protokol
7. Observasi perlindungan diri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
NOC :Pain ControlSetelah dilakukan asuhan selama 3 x 24, nyeri teratasi dengan kriteria hasil:1. Kenali awitan
nyeri
NIC :Pain Management
1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup klien (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, suasana hati,
44
2. Jelaskan faktor penyebab nyeri
3. Gunakan obat analgesik dan non analgesik
4. Laporkan nyeri yang terkontrol
hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin menyebabkan respon ketidaknyamanan klien (misalnya temperature ruangan, pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara komprehensif untuk menentukan lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan, terutama pada klien yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
2. Post Operasi
No.Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
3. Nyeri akut berhubungan
NOC : NIC :
45
dengan agen injury
Pain ControlSetelah dilakukan asuhan selama 3 x 24, nyeri teratasi dengan kriteria hasil:1. Kenali awitan
nyeri2. Jelaskan faktor
penyebab nyeri3. Gunakan obat
analgesik dan non analgesik
4. Laporkan nyeri yang terkontrol
Pain Management
1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup klien (misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, suasana hati, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin menyebabkan respon ketidaknyamanan klien (misalnya temperature ruangan, pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara komprehensif untuk menentukan lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan, terutama pada klien yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
4. Resiko infeksi NOC: NIC:
46
berhubungan dengan prosedur invasif
Infection SeverityTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien tidak mengalami infeksiKriteria Hasil : 1. Klien tidak
demam2. Klien tidak
mengalami peningkatan jumlah sel darah putihBayi baru Lahir
9000 –30.000 /
mm3
Bayi/anak
9000 – 12.000/
mm3
Dewasa 4000-10.000/
mm3
Infection protection1. Lakukan tindakan
pencegahan neutropenia
2. Isolasi semua pengunjung untuk penyakit menular
3. Pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
5. Pantau perubahan tingkat energi atau malaise
6. Pantau tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
7. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Infection control1. Bersihkan lingkungan
setiap kali setelah digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang yang terkena penyakit menular
3. Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
4. Tingkatkan cara mengajar mencuci tangan untuk tenaga kesehatan
5. Anjurkan pasien tentang teknik cuci tangan yang tepat
6. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
47
meninggalkan ruangan pasien
7. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap kegiatan perawatan pasien
4.5 Evaluasi
Indikator SevereSubstan
tialModer
ateMild
None
1. Gangguan Eliminasi Urin:Urinary Eliminationa. Pola eliminasib. Jumlah urinc. Warna urind. Kejernihan urine. Intake cairanf. Pengosongan
kandung kemih secara maksimal
g. Tampak darah dalam urin
h. Frekuensi urinei. Urgency with
urinationj. Urge inkontinence
111111
1
11
1
222222
2
22
2
333333
3
33
3
444444
4
44
4
555555
5
55
5
NANANANANANA
NA
NANA
NA2. Nyeri Akut:
Pain Controla. Kenali awitan
nyerib. Jelaskan faktor
penyebab nyeric. Gunakan obat
analgesik dan non analgesik
d. Laporkan nyeriyang terkontrol
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
NA
NA
NA
NA
3. Nyeri Akut:
48
Pain Controla. Kenali awitan
nyerib. Jelaskan faktor
penyebab nyeric. Gunakan obat
analgesik dan non analgesik
d. Laporkan nyeriyang terkontrol
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
NA
NA
NA
NA
4. Resiko Infeksi:Infection Severitya. Demamb. Peningkatan
jumlah sel darah putih/leukosit
11
22
33
44
55
NANA
BAB 5PENUTUP
5.1 Kesimpulan
49
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat karsinogenik (Shenoy, 2014). Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri (Shenoy, 2014). Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari kanker kandung kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi transuretra (TUR) dan untuk stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal (Shenoy, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
50
Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997. Medical-
Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity of Care 5th
Edition.USA: Saunders Company
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical-Surgical Nursing,
Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The Mc Graw-Hill
Companies
Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.
Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi
Klinis. Edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto
Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.
Tangerang: Karisma Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell-
Walsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders
Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika
51