Upload
wida-yati
View
18
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kanker serviks
Citation preview
definisi
Kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim.
Terjadinya sel kanker serviks
Secara normal, gen meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel selama siklus sel. Bila terjadi mutasi/perubahan genetik dalam sel somatik itu, bisa menyebabkan kanker Pada kanker serviks, biasanya gen pengubah genetik tersebut adalah Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab utama kanker leher rahim Sel kanker serviks yang diinfeksi HPV diketahui mengekspresikan 2 onkogen, yaitu E6 dan E7. Onkogen: gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Onkogen umumnya berperan pada tahap awal pembentukan tumor.Onkogen meningkatkan kemungkinan sel normal menjadi sel tumor, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker. Ekspresi HPV: Protein E6 dan E7 terbukti dapat menyebabkan sifat imortal pada kultur primer keratinosit manusia sel yang imortal ini tidak bersifat tumorigenik hingga suatu proses genetik terjadi Jadi, viral onkogen tersebut tidak secara langsung menginduksi pembentukan tumor,tetapi menginduksi serangkaian proses yang pada akhirnya dapat menyebabkan sifat kanker. Sifat immortal tersebut disebabkan karena kedua viral onkogen tersebut dapat menghambat ekspresi gen p53 yang mengendalikan apoptosis. Apoptosis: Suatu kematian sel terprogram, jika suatu sel gagal apoptosis, maka sel tersebut akan membelah terus menerus, menjadi kanker
GEJALA KANKER SERVIKS
Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala. Pada stadium lanjut, gejala kanker serviks, antara lain: perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).
TEMU PUTIH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: CurcumaSpesies: C. zedoaria
Nama binomial Curcuma zedoaria
Kandungan
Rimpang mengandung zat warna kuning kurkumin (diarilheptanoid). Komponen minyak atsiri dari rimpangnya terdiri dari turunan Guaian (kurkumol, kurkumenol, Isokurkumenol, Prokurkumenol, Kurkurnadiol), turunan Germakran (Kurdion, Dehidrokurdion); seskuiterpena furanoid dengan kerangka eudesman (Kurkolon). Kerangka Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon, Furanodien, Furanogermenon); kerangka Eleman (Kurserenon identik dengan edoaron, Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat (bersifat fungistatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A, kurleumanolid B, dan kurkumenon.
Dalam percobaan ekstrak temu putih
Kemampuan menghambat pertumbuhan sel HeLa oleh ekstrak temu putih sebesar 29,19 μg/ml dengan waktu inkubasi 48 jam menunjukkan kemampuan sitotoksik yang layak dipertimbangkan. Hasil indentifikasi konstituen kimia pada temu putih ditemukan adanya kandungan minyak atsiri, kurkumin dan kurkumenon dan beberapa senyawa lainnya. Kandungan minyak atsiri temu putih seperti epikurzerenona dan kurdiona diperkirakan dapat mempengaruhi proses apoptosis sel kanker manusia Apoptosis merupakan mekanisme penting dalam strategi melawan kanker karena dalam tinjauan molekuler kanker dapat terjadi disebabkan adanya kelainan regulasi apoptosis. Senyawa antikanker bisa berperan dalam membantu proses apoptosis sel Ekstrak temu putih juga mengandung kurkumin sama seperti kunyit (Curcuma domestica).Diperkirakan mekanisme kerjakurkumin dalam menghambat sel HeLa adalah, pertama kurkumin menghambat penggabungan [3H] timidin kepada DNA sel HeLa; kedua, kurkumin menghambat penyatuan [3H] uridin kepada RNA dan yang ketiga, kurkumin juga menghambat penyatuan [3H] leusin kepada protein. Dengan demikian kurkumin merupakan inhibitor pada sintesis DNA dan RNA, namun senyawa ini tidak menunjukkan pengaruh terhadap sintesis protein. Salah satu faktor yang menyebabkan ekstrak temu putih bersifat sitotoksik terhadap sel HeLa adalah karena adanya kandungan kurkumin.
MAHKOTA DEWA
Buah mahkota dewa
Pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya.
Buah mahkota dewa mengandung beberapa zat aktif seperti:
Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh
Saponin, yang bermanfaat sebagai:
sumber anti bakteri dan anti virus meningkatkan sistem kekebalan tubuh meningkatkan vitalitas mengurangi kadar gula dalam darah mengurangi penggumpalan darah
Flavonoid
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah
mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah
mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner mengandung antiinflamasi (antiradang) berfungsi sebagai anti-oksidan membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan
Polifenol
berfungsi sebagai anti histamin (antialergi)
Dalam percobaan Ekstrak mahkota dewa
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa ekstrak buah lebih kuatdibandingkan daunnya. Sedangkan hasil LC50 dalam penelitian ini untuk ekstrak mahkota dewa lebih tinggi, yakni 835μg/ml. Perbedaan hasil ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan karena perbedaan proses ekstraksi, kualitas buah, tempat tumbuh dan kerusakan ekstrak selama pengolahan atau penyimpanan. Kekuatan ekstrak air mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan sel HeLa lebih lemah jika dibandingkan dengan ektrak etanolnya yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 dengan LC50 pada konsentrasi 16 μg/ml. Ini menunjukkan bahwa ekstrak mahkota dewa lebih sitotoksik terhadap sel MCF-7 dibandingkan dengan sel kanker HeLa. Aktivitas mahkota dewa sebagai antikanker berhubungan dengan adanya kandungan lignan, flavonoid dan tanin di dalam buahnya. Ekstrak temu putih menunjukkan aktivitas antisitotoksik yang tinggi. Pada plat kultur terlihat bahwa ekstrak temu putih bisa menghambat pertumbuhan sel HeLa pada sebanyak 92,4% dan 97,0% berturut-turut pada waktu inkubasi 24 dan 48 jam
BUAH MERAH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaOrdo: PandanalesFamili: PandanaceaeGenus: PandanusSpesies: P. Conoideus
Nama binomial Pandanus conoideus
Dengan meneliti kandungan komposisi gizinya, ternyata dalam ujud sari Buah Merah itu banyak mengandung antioksidan (kandungan rata-rata):
Karoten (12.000 ppm) Betakaroten (700 ppm) Tokoferol (11.000 ppm)
Di samping beberapa zat lain yang meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain: asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, Omega 3 dan Omega 9 yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh.
Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi. Ini meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan memperbanyak aktivitas sel T Helpers dan limposit. Suatu kutipan studi membuktikan konsumsi betakaroten 30-60 mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh dapat memperbanyak sel-sel alami pembasmi penyakit. Bertambahnya sel-sel alami itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.
HASIL PERCOBAAN
kematian sel HeLa akibat pengaruh ekstrak uji. Kematian sel HeLa tertinggi untuk waktu inkubasi 24 dan 48 jam dengan konsentrasi ekstrak 500 μg/ml berturut-turut adalah temu putih 92,4% dan 97,0%, buah merah 71,3% dan 80,2% dan mahkota dewa 48,0% dan 58,6%. Sel HeLa yang digunakan merupakan model untuk pengujian in vitro untuk kanker serviks. Kultur sel HeLa yang terpapar oleh ekstrak tumbuhan uji akan mengalami perubahan pertumbuhan tergantung kepada kemampuan sitotoksisitas sampel ujinya. Untuk membedakan antara sel HeLa yang hidup dan yang mati ditambahkan larutan MTT. MTT adalah garam tetrazolium 3(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida. MTT masuk ke dalam sel dan diubah menjadi formazan oleh mitokondria di dalam sitoplasma. Reaksi berlangsung tergantung dari keutuhan mitokondria. Produk formazan berkumpul di dalam sel, tidak dapat keluar melewati membran sel. Jika sel dilisiskan, maka formazan akan bebas dan segera dapat dideteksi dan diukur dengan metoda kolorimetri sederhana. Kristal formazan ini mengendap di dasar pelat dan tidak larut dalam air, namun dengan penambahan HCl 0,04 M sel akan lisis dan formazan menjadi larut. Disamping itu HCl juga berguna untuk mengubah merah fenol pada medium RPMI 1640 menjadi kuning, sehingga merah fenol tidak mengganggu pembacaan serapan formazan. Hasil pengujian ketiga ekstrak obat herbal yang dilakukan menunjukkan bahwa persentase kematian sel semakin meningkat seiring pertambahan dosis dan pertambahan waktu inkubasi. Ini menandakan bahwa semakin lama sel HeLa berinteraksi dengan ekstrak uji, semakin tinggi tingkat kematian selnya Ekstrak temu putih memiliki efek hambatan pertumbuhan kultur sel HeLa tertinggi dibandingkan dengan buah merah dan mahkota dewa baik pada waktu inkubasi 24 jam maupun 48 jam. Pada konsentrasi 250μg/ml ke bawah,aktivitas sitotoksik buah merah terhadap sel HeLa dibawah mahkota dewa, namun pada dosis yang tinggi, yakni 500μg/ml ternyata buah merah lebih sitotoksik dibandingkan denganmahkota dewa. Aktivitas sitotoksik ekstrak buah merah menjadi 3,3 kali lipat jika konsentrasinya dinaikkan dari 250 μg/ml menjadi 500 μg/ml. ekstrak air mahkota dewa memiliki aktivitas sitotoksik dengan LC50 sebesar 196,74 dan 114,34 μg/ml dengan waktu inkubasi 24 dan 48 jam. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa ekstrak buah lebih kuat dibandingkan daunnya
KESIMPULAN
Ekstrak temu putih memiliki efek hambatan pertumbuhan kultur sel HeLa tertinggi dibandingkan dengan buah merah dan mahkota dewa baik pada waktu inkubasi 24 jam maupun 48 jam.