Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN
TELAAH QS YUSUF
dalam Kitab Tafsir Al-Muni>rKarya Wahbah Zuhaili
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Dheni Istiqomahwati
NIM: 53020160029
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
(FUADAH)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
Salah satu bentuk pengkerdilanterkejam dalam hidup adalah membiarkan
pikirkan yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
(Buya Hamka)
Jika kamu ingin berhenti, ingatlah kembali mengapa kamu memulainya. Karena
ketika kamu tetap berjuang dalam lelah dan kecewa, maka saat itulah kamu
sedang belajar tentang kesungguhan.
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya
sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi:
1. Kedua orang tuaku bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni yang tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan support kepada penulis.
Hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.
2. Almamater kebanggaan, IAIN Salatiga. 3. Kakakku tersayang kak Nisa dan mas Halim beserta adekku dek Nada
dan Nida
4. Bapak Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis.
Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga ilmu yang bapak berikan berkah dan bermanfaat.
5. Segenap keluarga dan sahabat API Al-Riyadloh Kesongo, terkhusus mbak-mbak kamar 3 terimakasih karena kalian selalu memberikan
arti sebuh senyuman, kehangatan dan kebersamaan.
6. Keluarga besar IAT terkhusus angkatan 2016, terimakasih untuk segala cerita, tawa, dan canda di kampus kebanggaan.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil dari kepustakaan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Karakter Islam biasa disebut dengan akhlaq. Akhlak
atau karakter seorang pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan seorang
pemimpin yang dapat dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat membimbing
serta mengarahkan orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu berkaitan dengan
pengaruh, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup
berkarakter yang dapat mendorong orang lain untuk meneladaninya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah
karakter kepemimpinan yang ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua, Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf? Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui karakter kepemimpinan yang
ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua, untuk mengetahui pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf.
Berdasarkan hasil penelitian pustaka, kriteria pemimpin yang ideal dalam QS
Yūsuf yaitu: jujur, sabar, cinta tanah air, adil, amanah, bertanggungjawab, dan berpengetahuan luas. Dengan merujuk pada karakter pemimpin ideal yang telah
diuraikan, maka akan diketahui bagaimana pengaruh terhadap rakyat yang
dipimpin. Pengaruh tersebut, antara lain: mempengaruhi perilaku yang
membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat dari pengikut terhadap
pemimpin, mampu dengan mudah menggerakkan elemen bawahan pimpinan
untuk sepenuhnya mengabdi demi kepentingan masyarakat, pemimpin akan
dinilaimasyarakat mempunyai kemampuan dan faktor penentu yang luar biasa
sehingga urusan negara akan mudah terselesaikan dengan berorientasi pada
perubahan yang dinamis.
Kata kunci: karakter, pemimpin dan Al-Qur’an.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif tidak اdilambangkan
tidak dilambangkan
ba’ B be ب
ta’ T te ت
(ṡa ṡ es (dengan titik di atas ث
Jim J je ج
ḥa’ ḥ ha (dengan titik di حbawah(
kha’ Kh ka dan ha خ
ix
Dal D de د
(Żal Ż zet (dengan titik di atas ذ
ra’ R er ر
Zal Z zet ز
Sin S es س
Syin Sy es dan ye ش
(ṣad ṣ es (dengan titik di bawah ص
(ḍad ḍ de (dengan titik di bawah ض
(ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah ط
ẓa’ ẓ zet (dengan titik di ظbawah)
(ain ‘ koma terbalik (di atas‘ ع
x
Gain G ge غ
fa’ F ef ف
Qaf Q qi ق
Kaf K ka ك
Lam L el ل
Mim M em م
Nun N en ن
Wawu W we و
ha’ H ha ه
̀ Hamzah ء apostrof
ya’ Y ye ي
xi
B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis Muta’addidah متعددة
Ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a. Bila dimatikan ditulis h
Ditulis Ḥikmah حكمة
Ditulis Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki
lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.
Ditulis Karâmah al-auliyā̀ كرمة االولياء
c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.
Ditulis Zakat al-fiṭrah زكاة الفطرة
D. Vokal Pendek
___ َ Fatḥah Ditulis A
___ َ Kasrah Ditulis I
xii
___ َ Ḍammah Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fatḥah bertemu Alif
جاهليةDitulis
Ā
Jahiliyyah
Fatḥah bertemu Alif Layyinah
تنسىDitulis
Ā
Tansa
Kasrah bertemu ya’ mati
كرميDitulis
Ī
Karīm
Ḍammah bertemu wawu mati
فروضDitulis
Ū
Furūḍ
F. Vokal Rangkap
Fatḥah bertemu Ya’ Mati
بينكمDitulis
Ai
Bainakum
xiii
Fatḥah bertemu Wawu Mati
قولDitulis
Au
Qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
Ditulis A`antum أأنتم
Ditulis U’iddat أعدت
Ditulis La’in syakartum لئن شكرمت
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”
Ditulis Al-Qiyās القياس
Ditulis Al-Samā̀ السماء
Ditulis Al-Syams الشمس
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
Ditulis Żawi al-furūḍ ذوى الفروض
Ditulis Ahl al-sunnah اهل السنة
xiv
KATA PENGANTAR بسماللهالرحمنالرحيم
Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun ada
beberapa hambatan yang dilalui. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,
semoga kita diakui umat beliau. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sesuatu yang instan.
Namun merupakan suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap waktu,
tenaga dan pikiran. Tanpa segenap do’a, dukungan serta bimbingan dari berbagai
pihak mustahil penulis sanggup untuk menyelesaikan skripsi ini. Meskipun
skripsi ini tidak luput dari kesalahan, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan penyusun pribadi. Dengan segala kerendahan hati, ucapan
terima kasih yang tulus dan rasa hormat yang dalam penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni, orang tua tercinta yang telah memberikan do’a, dukungan serta pengorbanan yang tiada henti.
Kakak Annisa Sekar Sari, Mas Halim Ali Yuwana, adek Nurul Nada
Zaimah dan adek Nida Hafidza Firdaus yang selalu memberikan
semangat dan do’a.
2. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak, Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir IAIN Salatiga.
3. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH), Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum.
4. Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, atas bantuan sejak persiapan sampai dengan
selesainya penelitian ini.
xv
5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan selama studi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga, pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di
lingkungan IAIN Salatiga.
7. Bapak Dr. MUH. Irfan Helmy, Lc., M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam
menyusun skripsi.
8. Bapak Kyai Syamsyurro’yi dan Ibu nyai Muslihatun selaku Pengasuh API Al-Riyadloh Kesongo sekaligus orang tua selama berada di
Salatiga. Terimakasih atas arahan, nasehat, bimbingan dan ilmu yang
tidak bisa didapatkan di kampus.
9. Teman-teman santri API Al-Riyadloh Kesongo, terimakasih atas kebersamaannya di pondok sekaligus memberikan support dalam
mengaji dan menuntut ilmu.
10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2016 yang mengesankan.
11. Teman-teman KKN seperjuangan, Silvy, Shinta, Siska, Ovy, Rahma, Pras, Andri dan Afif. Bapak Kadus beserta keluarga besar Pakis,
Magelang yang selalu bersedia membantu semasa KKN. Terimakasih
untuk kebersamaan 45 hari. Semoga kekeluargaan yang terjalin selalu
abadi.
12. Sahabat-sahabati PMII Rayon Sutawijaya Komisariat Joko Tingkir salatiga, terimakasih atas ilmu dalam menjalankan roda organisasi
13. Kepada semua pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga
Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat.
xvi
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin mencari yang terbaik
dalampenulisan ini. Akhirnya, sebagai kajian ilmiah, penulis sangat
menyadarikemampuan penulis serta mengakui sifat kemanusiaan yang banyak
kekurangandan kesalahan dan tentunya penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi inimasih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangunsangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.
Salatiga,28Juli2020
Penulis,
Dheni Istiqomahwati
53020160029
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................... …………………..i
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................. vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................6
D. Manfaat Penelitian .........................................................7
E. Kajian Pustaka ................................................................9
F. Landasan Teori ...............................................................11
G. Metodologi Penelitian. ..................................................15
BAB II PROFIL WAHBAH ZUHAILI DAN KITAB TAFSIRNYA
A. Profil Wahbah Zuhaili...................................................17 1. Riwayat Hidup Wahbah Zuhaili.............................17 2. Karya-Karya Wahbah Zuhaili................. ...............18
B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan Kitab..............................20 2. Karakteristik Tafsir al-Munir..................................22 3. Corak Penafsiran......................................................23 4. Metode Kitab Tafsir................................................25
xviii
BAB III KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF
A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna al-Qur’an ..29 a. Asbabun Nuzul ..............................................................30 b. Penamaan QS Yusuf......................................................33 c. I’rab................................................................................34 d. Munasabah.....................................................................35
B. Karakter Pemimpin dalam QS Yusuf Menurut Para Mufassir...............................................................................37
BAB IV PENAFSIRAN WAHBAH ZUHAILI TERHADAP QS YUSUF
DALAM TAFSIR AL-MUNIR
A. Ibrah Kisah Nabi Yusuf dalam QS Yusuf.........................45
1. Sabar dalam menghadapi cobaan................................45
2. Yakin bahwa dibalik musibah yang menimpa, pasti ada hikmahnya…………………………………...............45
3. Senantiasa bersyukur atas nikmat dari Allah….........46
4. Cobaan diberikan dengan maksud mengangkat derajat seseorang.....................................................................46
5. Masyarakat Masa Kini Bisa Mengambil Pelajaran Akan Ketahanan Pangan Dari Kisah Nabi Yusuf................47
6. Bertanggung Jawab Atas Amanah yang Diberikan Kepada Kita.............................................................................47
B. Penafsiran Wahbah Zuhaili Terhadap QS Yusuf dalam Tafsir Al-Munir...........................................................................48
a. Penafsiran QS Yusuf Wahbah Zuhaili dalam Kitab Al-Munir...........................................................................48
b. Karakter Kepemimpinan Ideal dan Pengaruhnya dalam QS Yusuf.....................................................................54
xix
C. Penilaian Terhadap Penafsiran Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Tafsir Al-Munir.................................................................58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................61
B. Saran .....................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................64
CURICULUM VITAE .......................................................................................68
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai edukatif Al-Qur’an ibarat puncak sebuah gunung es yang terapung.
Sembilan persepuluh dari nilai tersebut terendam di bawah air sejarah, sedangkan
sepersepuluh darinya tampak di permukaan. Pernyataan tersebut berlaku pula
pada kisah-kisah dalam al-Qur’an.1
Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an memberikan banyak sekali ‘ibrah,
selain sebagai pengenalan tokoh kenabian juga sebagai contoh keteladanan
akhlaqul karimah (budi pekerti luhur) dari para nabi terdahulu. Keteladanan yang
ditampilkan dari kisah para nabi dalam al-Qur’an diharapkan mampu memberikan
motivasi bagi umat Islam untuk menjadi pribadi yang baik, bermoral dan
berkarakter.
Adapun kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an antara lain kisah para nabi,
kisah yang berhubungan dengan peristiwa di masa lalu, dan kisah-kisah yang
berhubungan dengan peristiwa pada masa Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak kisah yang terdapat dalam al-Qur’an, dikatakan bahwa kisah Nabi
Yūsuf AS mendapat julukan ahsanal Qashashi atau the best story yang artinya kisah terbaik dalam al-Qur’an. Karena didalamnya banyak mengandung hikmah.
Berbeda dengan kisah-kisah nabi yang lain, kisah Nabi Yūsuf AS dijelaskan secara terperinci dalam satu surat tersendiri dengan sejumlah peristiwa yang
terjadi dengan perubahan yang menyertainya.
Hal ini menunjukkan bahwa tujuan menyebutkan kisah ini supaya menjadi
pelajaran dan nasehat. Kisah Nabi Yūsuf AS identik dengan nilai-nilai kehidupan manusia dalam mengarungi fase remaja hingga dewasa. Selain itu juga
1Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf As (Ibrah Dan Implementasi Konseptual Dalam
Pendidikan), Tesis (Salatiga: Progam Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam Institut Agama
Islam Negeri (Iain) Salatiga, 2015), H 1.
2
terkandung ajaran bagaimana bersikap saat menjadi orang biasa, teraniaya,
hingga menjadi pembesar istana.
Yang menarik dari QS Yūsuf ini adalah diantara kisah-kisah para nabi yang terdapat dalam al Qur’an kisah Nabi Yūsuf AS termasuk salah satu dari kisah-kisah yang sangat mengagumkan, yang dijelaskan oleh Allah secara keseluruhan.
Allah menjelaskannya tersendiri dalam surat yang panjang dengan penjelasan
yang detail dan gamblang. Di dalamnya Allah SWT menjelaskan kisah Nabi
Yūsuf AS dari awal hingga akhir, dipaparkan juga mengenai kelembutan hati Nabi Yūsuf AS memaafkan saudara-saudara yang pernah membuangnya sehingga ia terpisah dengan ayah dan adik kandungnya. Padahal ketika itu beliau telah
menjadi seorang menteri dan sanggup membalas kejahatan saudaranya tersebut.
Kemudian Allah juga ceritakan bagaimana sifat amanah yang dimiliki Nabi
Yūsuf AS ketika menjabat sebagai menteri, beliau sanggup menjaga amanahnya sehingga mampu melepaskan rakyatnya dari kesulitan pangan selama 7 tahun
lamanya.2
Oleh karena itu, sangat wajar jika Allah memberikan penilaian terhadap kisah
Nabi Yūsuf sebagai kisah yang paling baik bagi Nabi Muhammad dan umatnya.3 Hal ini sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firmannya QS Yūsuf juz 12 ayat 3, sebagai berikut:
ۡنَتُِمۡنُقَۡبلِٖہُلَِمَنُالُُۡنَۡحنُ َُعلَۡيَکُاَۡحَسَنُاۡلقََصِصُبَِمۤاُاَۡوَحۡينَۤاُاِلَۡيَکُٰہَذاُاۡلق ۡرٰاَنُ٭َُۖوُاِۡنُک ٰغفِلِۡينَُنَق صُّ
Artinya : Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
Keteladan kisah Nabi Yūsuf AS melalui wahyu ilahi kepada Rasulullah Muhammad SAW bukanlah sebuah fiktif belaka atau karangan cerita yang
dibuat-buat. Mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan fitrah manusia, untuk
2Ahmad Zulkhoir Lubis, Kepemimpinan Nabi Yusuf Dalam Al Qur’an, Skripsi (Riau:
Program Studi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim 2015), H 3. 3Chatirul Faizah, Ajaran Moral Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S., Skripsi (Semarang:
Progam Sarjana S1 Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo,
2015). H 4.
3
pendidikan mental dan spiritual dalam pembentukan karakter (character building)
generasi muda yang berkualitas, berkarakter Qurani dan tangguh. Tak mudah
tumbang hanya karena harta, tahta dan wanita. Mengimplementasikan akhlak
mulia para Nabi dan Rasul sebagai wujud iman dan takwa kepada Allah, untuk
sukses kehidupan di dunia dan akhirat.4
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Yūsuf AS ketika diangkat menjadi menteri keuangan negara Mesir dengan mengkaji tentang sisi
karakter kepemimpinan Nabi Yūsuf AS dan bagaimana pengaruhnya pada saat itu. Karakter Islam biasa disebut dengan akhlaq, yaitu keadaan yang melekat pada
jiwa manusia yang melahirkan perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. 5 Akhlak atau karakter seorang
pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan seorang pemimpin yang dapat
dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat membimbing dan mengarahkan orang
yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu berkaitan dengan pengaruh, pemimpin
yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup dan karakter yang dapat
mendorong orang lain untuk meneladaninya.
Pesimisme masyarakat terhadap fenomena krisis karakter yang merambah
pada “penyakit moral” tersebut merupakan keprihatinan masal yang hanya
mampu dijawab oleh elemen dasar pembangunan suatu bangsa melalui peran
pemimpin. Walaupun pada tataran realita yang ada menunjukkan kegagalan
sebuah system kepemimpinan untuk membangun nilai-nilai dasar bagi karakter
suatu bangsa, namun bukan suatu keterlambatan untuk mengevaluasi dan
merekonstruksi pendekatan apa yang menjadi prioritas utama dalam membangun
karakter sebagai fondasi utama dalam kehidupan generasi suatu bangsa.6
Di Indonesia banyak kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh kepala daerah
masih tergolong tinggi. Setiap tahun KPK menerbitkan laporan tahunan yang
4 Rita Musdianti, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah Nabi Yusu AS, Tesis
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
2018, H 1. 5Nur Chanifah dan Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab
Di Dalam Al-Qur’an, (Banyumas: Pena Persada, 2019), H 48. 6 Fatma Laili Khoirun Nida, Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence
Kohlberg Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, (Jurnal STAIN Kudus, Vol. 8, No. 2,
Agustus 2013), H 273.
4
terkait dengan kegiatan KPK dalam pemberantasan korupsi. Dari sejumlah kasus
tersebut, yang menyangkut kasus korupsi kepala daerah terdiri dari gubernur,
walikota atau bupati dan wakilnya. Bahkan tidak hanya mereka, kasus-kasus
korupsi juga dilakukan oleh petinggi partai, anggota DPR, Menteri dan lainnya.
Yang lebih memprihatinkan lagi sesungguhnya kasus korupsi juga dilakukan oleh
orang-orang yang duduk sebagai pemimpin dalam berbagai lembaga keagamaan
hingga pemilihan-pemilihan pemimpin tidak lepas dari isu KKN di lembaga
gereja tersebut.
Tak sedikit dari mereka hanya memanfaatkan jabatan atau kekuasaan sebagai
pemuas nafsu dan kepentingan pribadi semata, bukan karena mereka ingin
mengabdi kepada masyarakat. Indonesia banyak mencari pemimpin yang ideal
dengan berbagai kriteria, contohnya dalam mencari pemimpin untuk Indonesia,
lebih banyak dicari adalah yang mempunyai elektabilitas yang tinggi
dibandingkan dengan kredebilitas, maka pencitraan merupakan modal utama bagi
para calon pemimpin.
Setelah beberapa kasus diatas sesungguhnya dapat dilihat betapa rusaknya
karakter para pemimpin saat ini, semua lini sudah disusupi penyakit moral yang
sangat parah. Hampir sulit menemukan pemimpin bangsa yang amanah dan bisa
dijadikan sebagai panutan maupun teladan. Ini jelas menunjukkan bahwa negara
dan bangsa kita saat ini berada dalam kemerosotan dan krisis kepemimpinan.
Maka tulisan ini diharapkan bisa memberikan pemikiran bagaimana membangun
karakter kepemimpinan sebagai jawaban atas kemerosotan kepemimpinan saat
ini.
Dalam konteks riset penafsiran yang berbasis kriteria pemimpin,
kepemimpinan yang ideal dan pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan
dengan segala implementasinya menjadi menarik untuk dilakukan sebuah
penelitian. Dengan tujuan, untuk melihat bagaimana pemikiran-pemikiran
mufassir tentang kepemimpinan terhadap perkembangan zaman modern terkait
syarat dan pengaruh yang berbagai macam dalam aspek politik.
Dalam penelitian ini, ayat al-Qur’an dapat dipahami maksud dan tujuannya
dengan bantuan kontektualisasi di jaman sekarang. Tentunya, diperlukan analisa
dan pandangan mufassir kontemporer terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu, penulis juga menggunakan kitab tafsir utama yaitu al-Tafsi>r al-Muni>r
5
fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karangan dari syeh Wahbah Zuhaili untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an yang terdapat pada QS Yūsuf.
Corak dan warna penulisan kitab tafsir ini menawarkan sebuah sistem
penulisan yang sangat sederhana dan pola susunan redaksi kalimat yang mudah
dipahami dengan mempertahankan konsistensi serta pemaparan masalah yang
sistematis dalam lingkup tema pembahasan yang diurai dengan kemampuan dan
kapabilitas pengetahuan penulis, yang dimulai dengan menuliskan ayat ayat
bahasan dengan tema sentral, mengurai ayat dalam bentuk klausa dan frase yang
dianggap penting pada sub judul i’rāb, balāghah, mufradāt lugawy, menjelaskan asbāb al-Nuzūl ayat (jika ada riwayat hadis sahih yang mendukung), tafsir dan bayan dan fiqh alhayat (konsep hidup) atau hukum.7 Adapun telaah kitab tafsir
ini sebagai media untuk memperkuat hasil penelitian penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian yang membahas
tentang karakter pemimpin dalam al-Qur’an: Telaah QS Yūsuf ini mampu mengedukasi masyarakati, sehingga kasus-kasus penyimpangan dalam
kepemimpinan sedikit demi sedikit bisa berkurang. Merujuk kembali kepada
kisah Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an, terdapat beberapa aspek ekstern yang berperan dalam perjalanan kenabiannya antara lain adalah kepemimpinanya
dalam menjalankan roda kepemerintahan negara. Beliau merupakan sosok
pemimpin yang amanah dan mempunyai wawasan yang luas. Penelitian ini
mencoba membahas lebih jauh tentang kepemimpinan Nabi Yūsuf AS serta ibrah atau pelajaran yang relevan dalam konteks kekinian dari kepemimpinan Nabi
Yūsuf AS. Mengingat pentingnya memahami kisah dalam al-Qur’an, maka penulis memberikan judul penelitian ini, “KARAKTER PEMIMPIN DALAM
AL-QUR’AN TELAAH QS YUSUF”.
7Muhammad Hasdin Has, Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014, H 1.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan juga untuk mempermudah penelitian
yang di lakukan penulis, maka dapat di ambil pokok-pokok rumusan masalah
yang menjadi fokus penelitian antara lain :
1. Bagaimanakah karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan QS Yūsuf ayat?
2. Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan QS Yusuf.
2. Untuk mengetahui pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yusuf.
Sesuai dengan tujuan di atas, secara garis besar penulis mengharapkan
manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
a) Secara teoritik (akademik) :
Penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan pustaka yang berkenaan dengan kajian QS Yūsuf.
Sebagai kontribusi keilmuan keislaman khususnya dalam bidang penafsiran al-Qur’an agar bisa menjadi pertimbangan ataupun bahan
dalam proses-proses penafsiran al-Qur’an selanjutnya.
b) Secara praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Dengan adanya penelitian ini penulis ingin mengembangkan kerangka
teoritik kajian kisah Nabi Yūsuf AS dan menunujukkan pesan-pesan moral yang terkait dengan aspek aspek kekuasaan politik yang
terkandung di dalamnya.
7
D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang hubungan topik yang diteliti dengan penelitian sejenisnya,
yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelusuran yang
dilakukan oleh penulis, karya tulis yang meneliti tentang karakter kepemimpinan
cukup banyak dilakukan, terutama dalam literatur-literatur yang berbicara
tentang kepemimpinan dalam Islam ataupun pemimpin dalam Al-Qur’an. Pada
bagian ini, akan dijelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang spesifik berbicara tentang kepemimpinan. Adapun karya tulis
yang berupa skripsi ataupun jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian
tersebut yaitu:
Skripsi jurusan IAT IAIN Tulungagung yang berjudul “Kepemimpinan
Dalam Al-Quran: Kajian Tematik Ayat-Ayat Kepemimpinan” yang ditulis oleh
Muh. David Fardani tahun 2019. Didalamnya menjelaskan bagaimana al-Quran
berbicara tentang pemimpin dan bagaimana pemimpin dalam perspektif al-Quran
diaktulisasaikan dalam kepemimpinan politik di Indonesia. Selain itu,
didalamnya juga menguraikan ayat-ayat pemimpin dalam perspektif al-Quran
berdasarkan penafsiran mufassir khususnya dalam tafsir al-Ibriz, al-Azhar dan al-
Misbah serta pakar keilmuan lain. Persamaan dengan penelitian yang akan dikaji
penulis adalah sama-sama membahas seputar kepemimpinan sedangkan
perbedaannya terletak pada kitab dan ayat yang dikaji.
Jurnal yang berjudul “Membangun Karakter Kepemimpinan” ditulis oleh
Fernando Tambunan yang dipublikasikan oleh Jurnal Teologi Iluminare, Vol. 1
No. 2 Juni 2014. Tulisan tersebut menggambarkan karakter, kepemimpinan,
integritas yang dalam lingkup gereja. Dalam tulisan tersebut menjelaskan bahwa
gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang berkarakter
untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan masa kini, kemerosotan
terjadi disetiap lini, baik dalam kepemimpinan bangsa maupun kepemimpinan
gereja. Untuk menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu pendidikan
karakter yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan yang
berkualitas. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama mengangkat
tema kepemimpinan sedangkan perbedaannya penulis menggunakan kajian kitab
8
tafsir dan berbicara kepemimpinan dalam konteks Islam sedangkan pada jurnal
tersebut tidak.
Skripsi UIN Sunan Kalijaga jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Nilai-Nilai Kepemimpinan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Relevansinya Dengan
Kompetensi Kepemimpinan Guru Pendidikan Agama Islam”, ditulis oleh Abdul
Fariz Azizi tahun 2018. Dalam skripsi tersebut berbicara mengenai larangan
menjadikan non muslim sebagai pemimpin masyarakat muslim, kedekatan
pemimpin terhadap masyarakatnya, dan relevansinya dengan kompetensi
kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam. Skripsi tersebut mengangkat tema
yang lebih spesifik membahas kepemimpinan di lingkup guru Pendidikan Agama
Islam, sedangkan penelitian penulis terfokus pada kepemimpinan nabi Yūsuf.
Skripsi yang berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Kepemimpinan Politik Menurut Al-
Baidawi Dalam Tafsir “Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil” yang ditulis oleh Lilis Karina Pinayungan tahun 2017. Didalamnya menjelaskan penafsiran al-
Baidawi dalam tafsir yang berjudul Anwaru al-Tanzil wa Asraru al-Ta’wil
terhadap term Khalifah, Uli al-Amri dan imam yang notabenenya berhubungan
dengan kepemimpinan politik dalam suatu negara. Selain tiga term tersebut
penelitian ini juga akan membahas ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan
memilih pemimpin. Skripsi tersebut lebih difokuskan pada pemikiran Al-Baidawi
dalam dalam tafsir Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil. Sedangkan penelitian
penulis memfokuskan pada karakter kepemimpinan yang terkandung dalam surah
Yusuf pada kitab Al-Munir karangan Wahbah Zuhaili.
Jurnal yang berjudul “Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya”
ditulis oleh Fridayana Yudiaatmaja yang dipublikasikan oleh Jurnal Media
Komunikasi FIS Vol 12, No 2 Agustus 2013. Tulisan tersebut memaparkan
definisi kepemimpinan, klasifikasi kekuasaan, dan riset yang bertujuan untuk
melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang dapat dikaitkan secara
konsisten dengan kepemimpinan.
Penelitian yang dilakukan penulis yaitu sebagai pelengkap dan perbandingan
dari penelitian yang sudah ada sebelumnya yang sama membahas tentang
kepemimpinan, namun dalam objek berbeda dengan penelitian sebelumnya.
9
E. Landasan Teori Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
banyak orang yang diarahkan terhadap pencapaian suatu tujuan. Sandang P.
Siagian menjelaskan kepemimpinan sebagai kemampuan dan keterampilan
seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk berfikir
atau bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia
memberikan sumbangsih dalam pencapaian organisasi.
Pemimpin merupakan orang yang mampu menyuruh, menggerakkan,
mempengaruhi, mengajak, memotivasi, membimbing, mengarahkan, menasehati,
memerintah, melarang dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud
agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuan administrasi secara efektif dan efisien yang diridhai oleh Allah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang
paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya
pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut
berinteraksi.8
Karakter seorang pemimpin dapat dilihat antara lain dari cara dan
gayanya yang relatif tetap dalam memperlakukan bawahan dan orang-orang, baik
yang menjadi sahabat maupun lawannya, cara dan gayanya menyelesaikan
konflik atau masalah hidupnya, dan caranya menyikapi suatu kemenangan atau
kekalahan dalam sebuah pertandingan, dan langkah-langkahnya dalam
mengambil keputusan penting dan stategis. Dalam cara dan gaya yang
ditunjukkan pemimpin secara terus-menerus dalam jangka panjang akan tampak
sikapnya sebagai pemimpin.
Karakter pemimpin merupakan salah satu faktor yang menentukan
kesuksesan atau kegagalan seorang pemimpin. Covey menekankan, bahwa etika
karakter (Character Ethic) sebagai dasar bagi keberhasilan seseorang seperti:
integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian, kerajinan, kesederhanaan dan
kesopanan. Dalam setiap bukunya dan progam-progam pelatihan kepemimpinan
(leadership) yang diselenggarakannya, Covey menekankan pada upaya-upaya
8 Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis )
Sifat-Sifat Rasulullah, Jurnal Al-Bayan / Vol. 22 No. 33 Januari - Juni 2016, H 32.
10
untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan positif sebagai bagian dari karakter
pemimpin.9
Perspektif karakter dalam konteks kepemimpinan dapat berimplikasi
pada tiga pemahaman dasar, yaitu: (1) kepribadian pemimpin (personality of
leader), (2) pendekatan pensifatan (traits approach), dan pembentukan karakter
(character building). Dari aspek kepribadian, karakter dapat dipandang sebagai
sifat sesaat yang ditampilkan dalama perilaku kepemimpinan melalui proses
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar pada saat tertentu. Misalnya, seorang
pemimpin harus bersukap ramah terhadap mitra kerjanya padahal sejatinya
pemimpin tersebut memiliki pribadi yang lugas, tidak suka basa-basi.
Dalam perspektif teori kepemimpinan, pendekatan pensifatan merupakan
pemahaman awal dan dasar terhadap karakteristik pemimpin yang ideal dan
efektif. Pendekatan ini rupanya sampai sekarang masih digunakan sebagai
kriteria pemilihan pemimpin berdasarkan karakteristik eksternal dan internal.
Misal, syarat pemilihan calon supervisor (penyedia) antara lain: minimal
pendidikan sarjana, kompeten pada bidang tugas, terampil dalam berkomunikasi,
jujur dan terbuka.
Yang terakhir point ketiga yaitu pembentukan karakter. Sosok pemimpin
seyogyanya militan dalam segala dimensi kehidupan. Bahkan kesuksesan
kepemimpinan tergantung dari kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang
meliputi kecerdasan: intelektual, emosional, motivasional, sosial, moral dan
spiritual. Manakala segala aspek kecerdasan tersebut dimiliki dan diterapkan
dalam kepemimpinan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pemimpin adalah
seorang yang memiliki kecerdasan superior dalam segala aspek kehidupan
sehingga layak diteladani oleh para pengikutnya.10
Albert Einstein pernah menulis jika kebanyakan orang mengatakan
intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka salah, yang
9Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan Berkarakter,
Sidoarjo: Brilian Internasional, 2015, H 17 10 Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan Berkarakter:
Untuk Para Pemimpin Dan Calon Pemimpin Masa Depan, Surabaya: Firstbox Media, 2015,
H 19.
11
membuatnya hebat adalah karakter. Hal ini senada dengan ungkapan Jenderal H.
Norman Schwarzkopf yang pernah mengatakan, “Kepemimpinan adalah kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika harus memilih
salah satunya, pilihlah karakter.11
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang karakter pemimpin yang ideal dan bagaimana
pengaruhnya. Salah satu suri tauladan dalam hal kepemimpinan adalah nabi
Yusuf dan cara kita untuk mempelajarinya adalah dengan cara mengkaji kitab-
kitab tafsir yang bercorak siyasah. Dalam hal ini pendekatan karakter kepemimpinan adalah untuk mengungkap bagaimana pemimpin yang ideal dan
apa pengaruhnya terhadap masyarakat.
Inilah kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang ditulis oleh syeh Wahbah Zuhaili dengan pendekatan yang paling menonjol adalah pendekatan fiqh (hukum Islam). Corak penafsiran kitab tafsir ini
mengkolaborasikan antara penafsiran bi al-ma’tsur (periwayatan) dengan bi al-
ra’yi (penalaran dan ijtihad). Hal itu terlihat ketika penulis mencoba menuangkan
idenya dengan mengomentari riwayat- riwayat yang ia paparkan dan menggali
hukum yang terkandung di dalamnya.
F. Metode Penelitian Dari asal katanya metode berarti jalan atau cara. Metode penelitian berarti
cara pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data tersebut kemudian peneliti
akan mendapatkan hasil apakah itu berupa penegasan atas teori yang pernah ada
atau disebut dengan confirmation atau suatu penemuan baru atau nama lainnya
discovery.12 Metode penelitian yang digunakan penulis sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Disebut riset kepustakaan
atau library research karena sumber data penelitiannya menitikberatkan
kajian literatur terutama pada kitab-kitab tafsir. Metode penelitian secara
umum yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Selain itu, penulis juga
11 Fernando Tambunan, Membangun Karakter Kepemimpinan, Jurnal Teologi
Illuminare, Vol. 1 No. 2 Juni 2014, Hal 7. 12 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), H 1.
12
menekankan pada aspek tafsir maudhu’i dalam penafsiran al-Qur’an. Dalam
hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mencari dan meneliti
melalui naskah-naskah, artikel-artikel ataupun sumber-sumber tertulis
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, baik yang
tersimpan di perpustakaan-perpustakaan maupun tempat lainnya. Kajian
pustaka merupakan variabel yang menentukan cakrawala dari segi tujuan
dan hasil penelitian dan juga merupakan landasan landasan teoritis. Riset
kepustakaan atau studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian.13 Penelitian ini dilakukan untuk
menelaah tentang karakter pemimpin dalam QS Yūsuf.
2. Sumber Data Dalam mengumpulkan data penelitian studi kepustakaan ini, maka
sumber yang akan digunakan oleh penulis terbagi menjadi dua yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah rujukan
utama penulis untuk mengambil data penelitian. Sedangkan data sekunder
adalah data yang membantu penelitian penulis selain dari data primer.
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bersumber dari al-Qur’an, kitab tafsir, buku tentang karakter kepemimpinan
sebagai bukti bahwa pemimpin yang ideal sangat berpengaruh dalam
kepemimpinan suatu organisasi atau negara.
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bersumber dari refrensi-refrensi kajian literatur yang berkaitan dengan
kepemimpinan baik berupa ensiklopedia al-Qur’an, bahan pustaka, jurnal,
skripsi, thesis, karya ilmiah, koran, internet, majalah, surat kabar, dan artikel
yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan yang dikaji oleh penulis
dalam penelitian ini. Di samping itu juga digunakan buku-buku lainnya
selama masih ada relevansinya dengan penelitian ini.
13Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obar Indonesia,
2008), Hlm 3.
13
Kedudukan bahan-bahan pustaka diatas merupakan sumber ide
untuk menggali pemikiran atau gagasan baru.Yang bertujuan sebagai
bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada
dan untuk membangun kerangka teori yang baru serta menemukan
acuan untuk memecahkan suatu permasalahan.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis
dalam penelitian studi kepustakaan ini ialah melalui beberapa tahap
untuk memperoleh hasil penelitian yang maksima, lantara lain sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan serta mengembangkannya dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait dengan masalah yang
diteliti.
b. Mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan perspektif baru.14 Adapun sumber
pustaka dan lapangan tersebut bersumber dari al-Qur’an, kitab-kitab
tafsir, kamus-kamus, dan buku-buku baik berupa media cetak ataupun
elektronik dengan cara menggunakan search engine untuk
menemukan informasi atau sumber data yang ada di dunia maya
(internet) yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan yang
dikaji oleh penulis dalam penelitian ini.
c. Mengklasifikasikan data yang sudah diperoleh sesuai dengan jenisnya menjadi data primer dan data sekunder.
d. Menelaah secara kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Kemudian mengutip isi bagian-bagian yang
berhubungan dengan permasalahan dan pembahasan penelitian
penulis. Yakni dalam rangka mendukung gagasan atau proposisi untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.
e. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara manganalisisnya secara kritis.
Penelitian ini akan berusaha menghimpun dan mempelajari dokumen-
dokumen penting yang menunjang pelaksanaan penelitian ini.
14Tim Fuadah, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ushuluddin Adab Dan Humaniora
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018. Hal 2.
14
4. Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data yang telah berhasil dikumpulkan, setelah
terlebih dahulu diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang ada
selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Metode analisis data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis
dengan pendekatan tafsir siyasah. Yakni menuturkan, menggambarkan,
mengklasifikasi, mendeskripsikan kepemimpinan secara obyektif dari data
yang dikaji. Yaitu dengan melakukan penelitian terhadap penafsiran surat
Yūsuf dan dari kandungan kitab tafsir al-Muni>r tentang pemikiran syeh Wahbah Zuhaili terhadap tafsir surat tersebut, sekaligus
menginterpretasikan dan menganalisis data secara mendalam.
Cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu dengan cara menelaah ayat
demi ayat, sesuai dengan susunannya dalam mushaf. Ditulis dengan uraian
yang mengemukakan arti mufrodat diikuti dengan penjelasannya secara
umum atau menyeluruh. Setelah itu, dikemukakan juga munâsabah (korelasi) ayat-ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut
satu sama lain, membahas asbāb al-Nuzūl (latar belakang turunnya ayat) jika ada, dan dalil-dalil dari hadits, atau sahabat, atau para tâbi’in. Dengan metode tematik, penelitian ini akan berusaha mengumpulkan ayat-ayat Al-
Qur’an tentang kisah Nabi Yūsuf AS ke dalam satu tema, yaitu kisah Nabi Yūsuf AS, kemudian dipilah-pilah menjadi tema-tema kecil, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui secara kronologis dan mendalam tentang nilai
pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya.
5. Metode Penyajian Data Dalam menyajikan data, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode
ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual. Metode deskriptif
dapat juga diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret
fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi tidak lama
ini. Metode deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk
menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok
15
tertentu secara akurat.15 Dengan kata lain, metode ini menerangkan atau
mejelaskan sebagaimana data yang telah diperoleh yang ada seperti kutipan
dari hasil wawancara maupun buku-buku yang kemudian disajikan sesuai
dengan fakta.
G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh, menyeluruh dan juga
mempermudah pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya
serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain, penulis akan
memaparkan sistematika pembahasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut
:
BAB I: pendahuluan yang mencakup kerangka dasar dan keseluruhan isi
penelitian berupa latar belakang masalah, yang menguraikan ketertarikan penulis
kepada objek kajian penelitian. Rumusan masalah yang menguraikan dan
membatasi permasalahan yang dikaji. Tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II: menjelaskan secara terperinci mengenai profil Wahbah Zuhaili dan
kitab tafsirnya. Yang menjadi bahan kajian yaitu, riwayat hidup beserta karya-
karya Wahbah Zuhaili dan kitab al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang mencakup tinjauan umum tentang yang melatarbelakangi penulisan kitab, alasan diberi nama demikian, corak penafsiran, dan metode
dalam kitab tafsirnya serta segala sesuatu yang terkait dengannya.
BAB III: berisi tentang karakter pemimpin yang sesuai dengan QS Yūsuf, terdiri dua point. Point pertama yaitu: teori kebahasaan dalam mengungkap
makna al-qur’an yang berisi asbabun nuzul balaghah, munasabah. Dan point
kedua berisis karakter pemimpin dalam QS Yūsuf menurut para mufassir.
BAB IV: membahas karakter pemimpin dalam kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karya syeh Wahbah Zuh}aili>. Berisi tentang ibrah kisah nabi Yūsuf beserta analisa penafsiran Wahbah Zuh}aili> dalam
15 Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC,
2003, H 52.
16
tafsir al-Muni>r terhadap kisah Nabi Yūsuf AS. Selain itu, dibahas juga karakter pemimpin Iieal dan pengaruhnya dalam QS Yūsuf , serta penilaian terhadap penafsiran syeh Wahbah Zuh}aili> dalam kitab tafsir al-Muni>r.
BAB V: penutup yang mencakup kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam
penelitian penulis dan saran rekomendasi dari hasil kesimpulan tersebut yang
diakhiri dengan daftar pustaka.
17
BAB II
KITAB TAFSIR AL-MUNIR
A. Biografi Wahbah Zuhaili
1. Riwayat Hidup
Wahbah Zuhaili merupakan ulama kontemporer yang lahir di Dair
‘Atiyah kecamatan Faiha, Provinsi Damaskus Suriah pada tahun 1932 H.
Nama lengkapnya adalah Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili, anak dari
Musthafa alZuhaili. Ayahnya adalah seorang petani dan pedangang yang
hafal al-quran serta mencintai assunnah. Sedangkan ibunya bernama Hajjah
Fatimah binti Musthafa Sa’adah. Wanita shalihah yang mempunyai sifat
warak dan teguh dalam menjalankan syari’at Islam.16
Perjalanan intelektualnya bermula pada tingkat ibtidaiyah di tempat
kelahirannya, selanjutnya jenjang tsanawiyah pada tingkat persiapan
Fakultas Syari'ah di Damaskus selama enam tahun dan mencapai nilai imtiyaz
sekaligus menjadi yang pertama sebagai pelajar sekolah menengah atas negeri
pada tahun 1952, bersamaan dengan itu beliau juga memperoleh pengakuan
pada kelas menengah atas jurusan sastra. Pada tingkat mahasiswa setelah
mengikuti perkuliahan pada Fakultas Syari'ah di Universitas al-Azhar, beliau
memperoleh ijazah sarjana pada tahun 1956, di tempat yang sama juga
menerima ijazah belajar khusus pada Fakultas Bahasa Arab, sehingga ijazah
internasional yang diterimanya sekaligus dengan ijazah belajarnya (License;
Lc).17
Pada saat belajar di Universitas a1-Azhar beliau juga mengikuti
perkuliahan di Universitas Ain al-Syams, Fakultas Hukum hingga selesai dan
menerima ijazah sarjana dengan peridikat jayyid pada tahun1957. Dan
16 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31. 17Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 44.
18
memperoleh ijazah sarjana magister kelas diploma institut ilmu syari'at dari
Fakultas Ilmu Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959. Beberapa aktivitas
dan keterlibatan syeh Wahbah Zuhaili dalam bidang keilmuan, antara lain:
pernah menjabat selaku Ketua jurusan Fiqh Islam dan Mazhab Universitas
Damaskus Fakultas Syari'ah, diperbantukan sebagai dosen tamu pada
Universitas Khortom progam studi Syari'at dan Universitas Islam Dirman
untuk memberi perkuliahan pada mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh kepada
mahasiswa pascasarjana. Dan juga selama dua tahun pada kelas pascasarjana
Fakultas Hukum di Libya sebagai dosen tamu selama sebulan.18
Wahbah Zuhaili dikenal sebagai seorang ulama di bidang tafsir dan juga
ahli fiqih. Beliau banyak menghabiskan waktu dengan melakukan penelitian
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Beliau adalah ulama yang hidup di
abad ke 20 yang sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya seperti Thahir Ibnu
Asyur, Said Hawwa, Sayyid Qutb, Muhammad Abu Zahrah, Mahmud Syaltut
Ali Muhammad al-khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq dan Muhammad Salam
Madkur.19
2. Karya-Karya
Kecerdasan syeh Wahbah Zuhaili telah dibuktikan dengan kesuksesan
akademisnya, hingga banyak lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga
sosial yang dipimpinnya. Selain keterlibatnnya pada sektor kelembagaan baik
pendidikan maupun sosial beliau juga memiliki perhatian besar terhadap
berbagai disiplin keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan beliau dan
produktif dalam menghasilkan karya- karyanya, meskipun karyanya banyak
dalam bidang tafsir dan fiqh akan tetapi dalam penyampaiannya memiliki
relefansi terhadap paradigma masyarakat dan perkembangan sains. Di sisi
lain, beliau juga aktif dalam menulis artikel dan buku- buku yang jumlahnya
hingga melebihi 133 buah buku. Bahkan, jika tulisan-tulisan beliau yang
18Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 45. 19 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31.
19
berbentuk risalah dibukukan maka jumlahnya akan melebihi dari 500
makalah.20
Beberapa karyanya dalam bidang tafsir al-Qur'an dan Ulum al-Qur'an
antara lain:21
a. Tafsir al-Muni>r yang terdiri dari 16 jilid. b. Al-Qiyam al-Insaniyat fi al-Qur'an al-Karim. c. Al-I’jaz al 'Ilmy fi al-Qur'an al-Karim. d. Al-Sunnah al-Nabawiyat al-Syarifa. e. Hakikatuh wa Makanatuh 'inda al-Muslimin. f. Fiqh al-Sunnah al-Nabawiyat.
Dalam bidang al-Fiqh dan Ushul Fiqh antara lain:22
a. Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu 11 Jilid. b. Ushul al-Fiqh al-Islamy. c. Al-Usas wa al-Mashadir al-Ijtihadiyat al-Musytarikat bain al-Sunnah
wa al-Syi'at. d. Nuqath alIltiqa'u bain al-Madzahib al-Islamiyat. e. Al-Mas'uliyat al-Jinaiyat li Maradh al-Jins wa al-Idz. f. Al-Iman bi al-Qadha' wa al-Qadr. g. Ushul Muqaran al-Adyan. h. Al-Bid'a al-Munkar.
Hasil karya lain merupakan karangan yang dipublikasikan, yakni: Takhrij wa Tahkik Ahadits (Tukhfat al-Fuqaha'u li alSamarqandy), Takhrij wa Tahkik Ahadits wa Atsar (Jami' al-Ulum wa a1-Hukm li Ibn Rajab al-Hambaly) ma'a al-Ta'liq alaih, al-Qur̀an alKarim, al Bunyat al-Syar'iyat wa
20 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 33. 21Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 22Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48.
20
al-Khashaish al-Hadhariyat, dan alDsara'i fi al-Siyasat al-Syaiaiyat wa al-Fiqh al-Islamy sebuah risalah magister tahun 1959.23
B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Kata al- Muni>r merupakan isim fa’il dari nur (cahaya) yang berarti menerangi atau yang menyinari. Sesuai namanya, mungkin Wahbah Zuhaili
bermaksud menamai kitab tafsir ini dengan nama al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karena ia berkeinginan supaya kitab tafsirnya ini, dapat menyinari orang yang mempelajarinya, dapat menerangi
orang yang membacanya, dan dapat memberikan pencerahan bagi siapa saja
yang ingin mendapatkan pencerahan dalam memahami makna kandungan
ayat-ayat al-Quran dalam kitab tafsirnya ini.24
Tafsir al-Muni>r bisa dikategorikan sebagai karya monumental beliau dalam bidang Tafsir. Tafsir ini ditulis kurang lebih selama 16 tahun (mulai
dari tahun 1975 sampai tahun 1991 M). Tafsir ini menjelaskan seluruh ayat
al-Qur’an, mulai dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas, yang terdiri dari
16 jilid, masing-masing jilid memuat 2 juz (bagian) dan seluruhnya terdiri
dari 32 juz, dan dua juz terakhir berisi al-fihris al-syamil, semacam indeks yang disusun secara alfabetis. Tebal kitab ini sebanyak 8000 halaman yang
diterbitkan oleh Dar al-Fikr al-Mu‘asir, Beirut (Libanon), dan dicetak untuk pertama kali pada tahun 1991.25
Motif utama syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menulis karya monumental ini adalah kekaguman dan kecintaannya terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hal ini ia
tunjukkan terutama pada bagian muqaddimah tafsirnya, dengan menegaskan
bahwa al-Qur’an sesungguhnya merupakan satu-satunya kitab yang paling
sempurna yang dapat memberikan inspirasi dalam berbagai hal. Sebagai
rujukan utama, al-Qur’an tidak pernah kering informasi, baik dalam bidang
23Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 24Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H
43. 25Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah
wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418 H.), 5.
21
ilmu pengetahuan maupun kebudayaan, sehingga syeh Wahbah Zuh}aili> mengakui bahwa ia banyak menulis tentang al-Qur’an dan jumlahnya hingga
seratusan. Menurutnya, al-Qur’an memiliki ikatan yang sangat erat dengan
kebutuhan hidup modern dan tuntutan-tuntutan kebudayaan serta
pendidikan.26
Tujuan dalam menyusun kitab tafsir ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh syeh Wahbah Zuhaili pada bagian pengantar, yaitu mempererat
hubungan antara seorang muslim dengan al-Qur’an berdasarkan ikatan
akademik yang kuat. Karena al-Qur’an merupakan hukum dasar bagi
kehidupan umat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus. Oleh
karena itu, penulis tafsir ini tidak hanya menerangkan hukum-hukum fiqih
dalam berbagai permasalahan yang ada, dalam pengertiannya yang sempit
dan dikenal di kalangan fuqaha, tetapi beliau bermaksud menjelaskan hukum-
hukum yang diistinbatkan dari ayat-ayat al-Qur’an dengan makna yang lebih
luas, yang lebih dalam daripada sekedar pemahaman umum, yang meliputi
akidah dan akhlak, manhaj dan prilaku, konstitusi umum, dan faedah-faedah
yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an, baik yang eksplisit maupun yang
implisit, baik dalam struktur sosial untuk setiap komunitas masyarakat maju
dan berkembang maupun dalam kehidupan pribadi bagi setiap manusia.27
Kitab ini termasuk ke dalam salah satu kitab tafsir kontemporer yang
mengkaji berbagai isu penting yang luas, karena dalam pembahasannya
mencantumkan i’rāb, balāghah, mufradāt lugawy, menjelaskan asbāb al-Nuzūl serta mencantumkan hukum-hukum fiqh dan kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Syeh Wahbah Zuhaili menyatakan bahwa tafsir al-
Muni>r bukan hanya sekedar kutipan dan kesimpulan dari beberapa pendapat mufassir terdahulu yang dituangkan dalam kitab tafsirnya. Melainkan tafsir
al-Muni>r ditulis dengan dasar selektifitas yang lebih shahih, bermanfaat dan mendekati ruh (intisari) kandungan ayat al-Qur’an baik dari tafsir klasik,
modern, al-ma’sur maupun tafsir rasional. Kajian tafsir al-Muni>r juga diupayakan untuk menghindari perbedaan teori atau pandangan teoritis dan
26Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H
44. 27 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni
2016, H 133.
22
tidak berfaedah, sebagaimana yang terjadi dalam aliran-aliran fanatik dalam
bidang Fiqih (perbedaan mazhab), meskipun syeh Wahbah Zuhaili sendiri
bermazhab Hanafi. Dalam hal ini, Wahbah dalam menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengan hukum (ayat al-ahkam) tidak hanya
memaparkan pendapat dari mazhab Hanafi saja, melainkan pendapat dari
iman-iman atau mazhab-mazhab yang lain.28
Tafsir al-Muni>r merupakan hasil karya Wahbah yang mencoba mengkomparasikan tafsir klasik dan tafsir kontemporer dalam mengkaji ayat-
ayat al-Qur’an. Tafsir klasik, menurut Wahbah harus dikemas dengan gaya
bahasa kontemporer dan metode yang konsisten sesuai ilmu pengetahuan
modern tanpa ada penyimpangan interpretasi. Hal ini, dikarenakan banyak
orang yang menyudutkan bahwa tafsir klasik tidak mampu memberikan solusi
atau jawaban terhadap problematika kontemporer. Sedangkan para mufassir
kontemporer banyak melakukan penyimpangan interpretasi terhadap ayat al-
Qur’an dengan dalih pembaharuan atau pengkontekstualan al-Qur’an dengan
realitas zaman.29
2. Karakteristik Tafsir al-Muni>r Beberapa ciri khas dari Tafsir al-Munir jika dibandingkan dengan kitab-
kitab tafsir lainnya, antara lain:30
1. Dalam penyampaian dan kajiannya menggunakan langsung pokok tema bahasan. Selain itu, yang menciri khaskan dari Tafsir al-Muni>r ini adalah ditulis secara sistematis mulai dari qirā’ātnya kemudian i’rāb, balāghah, mufradāt lughawiyyahnya, yang selanjutnya adalah asbāb al-Nuzūl dan Munāsabah ayat.
2. Bagian terakhir isi tafsir adalah mengenai fiqh kehidupan atau hukum-hukum yang terkandung pada tiap–tiap tema pembahasan.
Serta memberikan jalan tengah terhadap perdebatan antar ulama
madzhab yang berkaitan dengan ayat-ayat ahkam, dan
mencantumkan footnote ketika pengambilan sumber dan kutipan.
28Ratna Ulfatul Fuadiyah, Al-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Wa Al-
Manhaj Karya Wahbah Zuhaili, Skripsi (Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005), H 4. 29Ibid., 4. 30Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah
wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418 H.), 5.
23
3. Terdapat penjelasan di awal tafsirnya pada jilid 1 beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ulūmul Qur’an, seperti definisi Al-Quran, cara turunya, kodifikasinya, penulisannya, rasam utsmani, ahruf sab’ah dan qira’ah sab’ah, ragam mu’jizat yang terkandung di dalam Al-Quran, bahasa al-Quran dan terjemahnya serta hukumnya,
pembahasan mengenai potongan huruf hijai’ah (ahrūful muqatta’ah), dan diakhiri dengan pembahasan mengenai ilmu balaghah dalam al-
Quran.
4. Disebutkan beberapa faedah yang berhubungan dengan pembagian juz-juz dalam al-Quran beserta surat- suratnya, perintah dan
larangan, kisah-kisah di dalamnya, menyebutkan nasikh dan
mansukh, kemudian menyebutkan makna ta’āwudz dan basmalah beserta pandangan ulama.
Selain menyusun langkah-langkah tafsir Al-Quran yang sistematis seperti
gambaran sederhana di atas, Wahbah menyatakan pula bahwa tafsirnya
banyak merujuk pendapat-pendapat ulama terdahulu dan tertulis dalam
literartur yang mereka wariskan. Oleh karena itu, syeh Wahbah Zuh}aili> menyajikan kajian yang komprehensif dan faktual, tidak jarang ia megadopsi
pemikiran ulama klasik disertai dengan mengutip pemahaman ulama-ulama
kontemporer. Sehingga tafsir ini dapat mengkolaborasikan berbagai macam
kajian keislaman dari ranah yang berbeda demi mengembangkan pemahaman
Islam yang integartif dan menyeluruh.31
3. Corak Penafsiran Dalam kamus bahasa Indonesia, kata corak mempunyai beberapa makna.
Di antaranya corak mempunyai makna: faham, macam, atau bentuk tertentu.
Kata corak dalam literatur sejarah tafsir, seringkali digunakan sebagai
terjemahan dari kata اللون, bahasa Arab yang berarti warna. Istilah ini pula di
gunakan al-Zahaby dalam kitabnya al-Tafsir Wa al-Mufassirun. Corak penafsiran yang dimaksud di sini adalah arah penafsiran yang menjadi
kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Corak dan
kecenderungan atau genre tafsir yang dikenal selama ini, antara lain : tafsir
bercorak sastra bahasa (tafsir lughawi), tafsir bercorak filsafat (tafsir falsafi), tafsir bercorak ilmiah (tafsir ilmi), tafsir bercorak fiqih (tafsir fiqhi), tafsir
31Ibid., 22.
24
bercorak tasawuf (tafsir ishari), tafsir bercorak sastra budaya kemasyarakatan (tafsir adab wa al-Ijtimā’i).32
Syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menafsirkan al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh latar belakang keilmuannya, yaitu hukum Islam dan filsafat hukum,
dalam diskusinya mengenai makna ayat-ayat al-Qur’an. Dengan melihat dari
manhaj dan metode yang digunakan serta analisa dari penilaian penulis
lainnya, bisa dikatakan bahwa corak tafsir yang digunakan beberapa
diantaranya:
1. Adabi (kesastraan), yaitu tafsir yang pembahasannya lebih menekankan pada aspek-aspek sastra dan budaya. Menurut Al-
Dzahabi, corak tafsir ini menyingkapkan balaghah, keindahan bahasa
al-Qur’an, dan ketelitian redaksinya menerangkan makna dan
tujuannya.33
2. Al-Ijtimā’i (sosial kemasyarakatan), yaitu suatu corak tafsir yang yang menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an yang terkait langsung
dengan kehidupan masyarakat serta usaha-usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah tersebut dengan penjelasan yang indah namun mudah
dipahami. 34 Menurut Al-Dzahabi, corak tafsir ini mengaitkan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dengan sunnatullah dan aturan hidup
kemasyarakatan, yang berguna untuk memecahkan problematika umat
Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.35
3. Fiqhi, yaitu corak tafsir yang pusat perhatiannya difokuskan pada ilmu fiqih.
Tafsir ini kental dengan adanya nuansa yurisprudensial (fiqh). Terlihat
dengan adanya penjelasan fiqh kehidupan (fiqh al-hayat) atau hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dilihat karena memang Wahbah
32Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H
49. 33 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami Konteks: Menelisik Akar Perbedaan
Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H 24. 34Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1,
Juni 2016, H 137. 35 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami Konteks: Menelisik Akar Perbedaan
Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H 24.
25
sendiri sangat terkenal keahliannya dalam bidang fiqh dengan karya
monumentalnya al-fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Beliau juga berupaya
memberikan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan mengaitkan persoalan-
persoalan hukum Islam. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran Tafsir al-
Muni>r adalah keselarasan antara adabi, Ijtimā’i dan nuansa fiqhnya atau penekanan Ijtimā’i-nya lebih ke nuansa fiqh.36
Bahkan sebagaimana telah disinggung sebelumnya meskipun bercorak
fiqh dalam pembahasannya akan tetapi penjelasannya menyesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat. Sehingga, bisa
dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Muni>r sebagai corak yang ideal karena selaras antara ‘adabi, Ijtimā’i, dan fiqhinya.37
4. Metode Tafsir Menurut ‘Abd al-Hayy al-Farmawi, terdapat empat metode dalam
menafsirkan al-Qur’an, yaitu; metode tahlili, ijmali, muqaran, dan maudu’i.
Secara sistematika, sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah Zuh}aili> pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan
kandungan surat tersebut, dan sejumlah tema yang terkait dengannya secara
garis besar.38 Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis pada kitab
tafsirnya kitab Tafsir al-Muni>r ini menggunakan beberapa metode, diantaranya:
a) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi kecenderungan para penafsir:
i. Metode tafsir tahlili, yaitu cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan cara meneliti semua aspeknya, dimulai dari
uraian makna kosakata, kalimat, kaitan antar pemisah
(munasabat), sampai sisi-sisi keterkaitan antar pemisah itu
dengan bantuan asbab al-nuzul, serta mengikuti prosedur
susunan tartib mushafi dengan sedikit banyak melakukan
analisis di dalamnya.
36Ibid., 137. 37Nur Chanifah, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-
Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 108. 38Nur Chanifah, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-
Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 106.
26
ii. Metode tafsir tematik (maudu’i), yaitu cara menafsirkan al-Qur’an dengan mengumpulkan atau mengelompokkan ayat-
ayat al-Qur’an yang membicarakan tema yang sama,
kemudian dianalisis.39
Meski terdapat 2 metode, namun metode tahlili lebih dominan, karena
metode inilah yang hampir semua digunakannya dalam kitab
tafsirnya. Syeh Wahbah Zuh}aili> menuliskan metodenya pada pengantar tafsir Al-Munīr.
b) Metode yang digunakan tafsir al-Muni>r ditinjau dari segi penjelasannya:
Metode bayani atau metode deskripsi, yakni penafsiran dengan
cara memberikan keterangan secara deskripsi tanpa membandingkan
riwayat atau pendapat dan tanpa menilai tarjih antar sumber. Tafsir
al-Muni>r jika ditinjau dari segi keluasan pembahasan tafsirannya, maka termasuk jenis itnabi, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an secara mendetail atau rinci, dengan uraian yang
panjang lebar sehingga jelas dan banyak disenangi oleh para pembaca
cendikiawan.40
Disamping itu, syeh Wahbah Zuh}aili> menerangkan ayat-ayat secara tematis; yaitu menafsirkan ayat-ayat yang berbeda tempat
dalam satu tema, misal jihad, waris, nikah dan lain sebagainya.
Penjelasan yang terkait dengan kisah-kisah al-Qur’an tak luput dari
pembahasan, hanya saja syeh Wahbah Zuh}aili> tidak menyebutkan riwayat yang berkaitan dengan kejelasan kisah kecuali kisah tersebut
berkaitan dengan hukum agama dan ilmiah, Wahbah pun memperkut
ayat-ayat dengan hadis-hadis sahih.41
39Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1,
Juni 2016, H 135. 40 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni
2016, H 135. 41Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Al-Munir,
Jurnal Al-Dirayah Vol. 1, No. 1, Mei 2018, H 22.
27
Sistematika tafsir ini mengikuti sistematika mushaf dan dibahas
secara mendalam dan menyeluruh atau dalam bahasa Syekh Wahbah Zuh}aili> diungkapkan, “bayan madlulat al-ayat bi diqqah wa syumulah” (penjelasan ayat-ayat secara detail atau teliti dan mencakup). Metode ini dilakukan dengan melibatkan hampir seluruh
instrumen tafsir, baik instrumen primer, sekunder maupun
komplementer.42
c) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi pemikirannya:
i. Ma’tsur (periwayatan), yaitu metode yang mengandung sunah dan pendapat-pendapat generasi klasik yang saleh.
ii. Ma’qul (Rasional), yaitu metode berpegang pada dasar-dasar yang sudah populer.
Apabila ditinjau dari aspek sumber penafsiran telaah terhadap
tafsir al-Muni>r menunjukkan bahwa syeh Wahbah Zuh}aili> mencoba mengkolaborasikan beberapa metode. Ditinjau dari aspek sumber
penafsiran, terlihat jelas bahwa tafsir ini menggunakan model
penafsiran yang merupakan perpaduan antara penafsiran bi al-ma’tsûr (periwayatan) dan bi al-ra’yi (penalaran dan ijtihad). Penggabungan dua metode ini merupakan hal yang jamak dilakukan di kalangan
mufasir salaf. Ibn Jarîr al-Thabârî, umpamanya, dalam kitabnya Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’ân, yang monumental dan dijadikan sebagai kitab induk bagi Tafsîr bi al-ma’tsûr, mencoba memadukan kedua metode ini, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.43
Hal ini terlihat ketika ia mencoba menuangkan idenya dengan
mengomentari riwayat-riwayat yang ia paparkan dan menggali
hukum yang terkandung di dalamnya. Meskipun, sesungguhnya masih
terdapat perbedaan antara batasan ma’tsûr dan ra’yi yang sering kali bercampur satu sama lain atau bahkan saling melengkapi.44
42Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017), H
46. 43Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-
Munîr, Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 10. 44Ibid., 10
28
Berbeda dengan apa yang dilakukan al-Thabârî dan mufasir lainnya, dalam menerapkan tafsir bi al-ma’tsûr syeh Wahbah Zuh}aili> lebih mementingkan keringkasan, sehingga riwayat-riwayat yang
dijadikan rujukan dalam konteks ini adalah riwayat yang paling benar
saja yang dinukil dari kitab-kitab tafsir Klasik, seperti tafsir karya al-Thabârî, dan al-Qurthubî. Dengan demikian, hampir tidak dijumpai perdebatan mengenai kualitas sanad antara riwayat-riwayat yang
beragam dalam menjelaskan makna ayat.45
Di sisi lain, dalam menjelaskan penafsiran ayat, penalaran dan
ijtihad yang diberikan oleh syeh Wahbah Zuh}aili> terlihat tidak mendapatkan porsi yang terlalu besar, namun masih menempati porsi
yang signifikan di bagian lain dalam menjelaskan kandungan ayat.
Hal ini disebabkan adanya pemisahan antara penafsiran ayat (al-Tafsîr wa al-bayân), yang merupakan pemahaman lahiriyah ayat, dengan penjelasan kandungan ayat (al-fiqh al-hayat), yang merupakan
pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur’an yang berhubungan
dengan isu-isu yang berkembang di dalam masyarakat, baik dimensi
hukum maupun persoalan lainnya.46
45Ibid., 11 46Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian Al-Tafsîr Al-Munîr,
Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 11.
29
BAB III
KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF
A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna Al-Qur’an
Perkembangan tradisi penafsiran dari masa ke masa menghasilkan produk
tafsir dengan berbagai pendekatan, metodologi, dan corak tafsir yang berbeda.
Pada zaman sekarang, perbedaan model penafsiran tersebut ditandai dengan
rekonstruksi terhadap tradisi penafsiran klasik karena dianggap tidak lagi relevan
untuk menjawab persoalan kekinian. Syeh Wahbah Zuh}aili> sebagai salah seorang mufassir kontemporer, menampik hal tersebut dengan menyuguhkan berbagai
produk tafsirnya tanpa memutus tradisi penafsiran klasik.47
Dalam karya al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj. Hal ini dikarenakan adanya pandangan yang menyudutkan tafsir klasik yang
dianggap tidak mampu lagi menawarkan solusi terhadap problematika umat. Oleh
karena itu, syeh Wahbah Zuh}aili> dalam karyanya ini mencoba mengkombinasikan keduanya; gaya tafsir klasik yang dikemas dengan bahasa kontemporer dengan
metode yang konsisten sesuai dengan perkembangan zaman.48
Penafsiran al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk membuka
muatan-muatan nilai yang terkandung di dalamnya. Namun untuk menggali
muatan-muatan nilai yang terpendam dalam teks-teks al-Qur’an, tidak semua
orang dapat melakukannya. Karena ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki
oleh seorang mufasir, sebagaimana yang kita ketahui dari kesepakatan ulama
tafsir dan ‘ulūm al-Qur’ān tentang ketetapan persyaratan yang wajib dimiliki oleh seorang mufasir. Para mufasir dari kalangan tradisionalis modern, umumnya
47Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah Al-Z Uhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
Dan Corak Tafsir Al-Munir Terhadap Ayat Poligami, Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan
Kemanusiaan Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 2 No. 1 April 2018,
261-274, H 261. 48 Baihaki, Studi Kitab Tafsi
30
dapat dikatakan sebagai mufasir yang memiliki kompetensi dan persyaratan
sebagai mufasir.49
Memahami makna suatu kata terutama dalam ayat–ayat al-Qur’an tidak bisa
terlepas dengan konteks. Konteks yang dimaksud meliputi: (1) konteks
kebahasaan, (2) konteks emosional, (3) konteks situasi dan kondisi, dan (4)
konteks sosio-kultural. Setiap kata tidak bisa dipahami sama karena berbedanya
konteks yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, siapa pun yang ingin
memahami makna–makna yang terdapat dalam al-Qur’an maka dia harus
memahami teori kontekstual yang menjadi landasan teorinya agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memahami maknanya.50
Untuk menafsirkan al-Qur’an diperlukan adanya teori-teori penafsiran
diantaranya teori bahasa yang digunakan oleh syeh Wahbah Zuh}aili> sebagai berikut:
a. Asbāb al-Nuzūl
Asbāb al-nuzūl merupakan salah satu cabang dari Ulumul Qur’an atau ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang membahas sebab-sebab turunnya ayat al-
Quran. Karena asbāb al-nuzūl ayat merupakan sesuatu kejadian yang menjadi latar belakang diturunkan ayat al-Quran. Namun, tidak semua ayat al-Quran
yang ditemukan riwayat turunnya. Seperti pada QS Yūsuf hanya ayat 3 yang terdapat asbāb al-nuzūlnya.51
Mempelajari dan mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an atau yang
dikenal dengan asbāb al-nuzūl bagi turunnya al-Qur’an sangat penting. Terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Banyak para
ulama dan tak terkecuali Imam As-Suyuthi serta yang lainnya telah banyak
49
Solahudin, Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran Alquran, Al-
Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016), H 115. 50 Rizki Abdurahman, Peran Nazhariyyah Al-Siyaq (Teori Kontekstual) Dalam
Memahami Makna Al-Quran, Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hidayah Kota
Tasikmalaya, H 143. 51 David Fardani, Kepemimpinan Dalam Al-Quran (Kajian Tematik Ayat-Ayat
Kepemimpinan), Skripsi Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab
Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung 2019, H 60.
31
menulis tentang asbabun nuzul. Di samping itu ada sebagian ulama yang tidak
menganggap pentingnya mengetahui asbāb al-Nuzūl. Namun hal itu dikomentari oleh Imam Az-Zarkasyi, sebagaimana beliau berkata, “orang
yang mengatakan bahwa asbāb al-nuzūl itu tidak penting dalam rangka pemahaman ayat-ayat al-Qur’an adalah merupakan pandangan yang tidak
benar.”52
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya dari Sa’id bin Abi
Waqqash tentang firman Allah Ta’ala:
فِلِينَُ ُٱْلَغٰ ُلَِمَن ُِمنُقَْبلِهِۦ ُك نَت َُوإِن ُٱلْق ْرَءاَن َذا ُهَٰ ُإِلَْيَك ٓ ُأَْوَحْينَا ُبَِمآ ُٱْلقََصصِ ُأَْحَسَن َُعلَيَْك ُنَق صُّ نَْحن
Terjemah Arti: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.ُ
Bahwasannya Al-Hakim berkata, “al-Qur’an diturunkan kepada nabi lalu
membacakannya kepada orang-orang, maka mereka berkata, “wahai
Rasulullah, bagaimana kalau engkau bercerita kepadaku kami?” Maka
turunlah ayat, “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik...” Ibnu
Abi Hatim menambahkan bahwa mereka lalu mengatakan, “wahai
Rasulullah, bagaimana kalau engkau beri kami nasihat?”. Maka Allah
menurunkan ayat. “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk secara khusyuk mengingat Allah...”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya mereka
mengatakan, “wahai Rasulullah, bagaimana jikalau engkau bercerita kepada
kami?” Maka turunlah firman Allah, “kami menceritakan kepadamu
(Muhammad) kisah yang paling baik....” Ibnu Mardawaih meriwayatkan
hadist senada dari Ibnu Mas’ud.53 Maka, berkenaan dengan itu, turunlah surat
Yusuf.
52 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H VII. 53 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H 300.
32
Surah Yusuf merupakan pelipur bagi Rasulullah saw saat berada dalam
cobaan diantara kezaliman kaum kafir Quraish ketika beliau menyerukan
dakwah tauhid seakan-akan Allah ingin menyampaikan pesan melalui
firmannya kepada beliau bahwa masih ada yang lebih berat cobaannya, yaitu
cobaan yang menimpa Nabi Yusuf as. Surah Yusuf tergolong surat tergolong
surah Makkiyah, sebagaimana pendapat yang paling banyak disepakati, turun
sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Kisah perjalanan Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an dan kisah-kisah para nabi lainnya merupakan pelajaran
penting bagi orang-orang yang mau mentadaburinya dan bukan sekedar
membacanya sebagai ritual.54
Dalam Surat Yūsuf diterangkan bahwa kisah Nabi Yūsuf AS merupakan kisah yang baik, dilihat dari beberapa sisi. Pada ayat kedua dalam surat ini
Allah telah menegaskan bahwa al-Qur’an hanya bisa dipahami orang yang
memiliki akal dan mau menggunakan akalnya untuk memikirkan ayat-ayat
Allah. Salah satu fungsi dan kemampuan dari akal adalah menuturkan cerita.
Allah memberi manusia kemampuan untuk menyusun cerita atau kisah dan
memberinya dasar-dasar pengetahuan tentang kisah. Dengan demikian,
manusia bisa menjadikan kisah sebagai salah satu sarana penting untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mendidik manusia, dan mengajarkan
mereka nilai-nilai keutamaan.55
Manusia juga diberi kemampuan mendengarkan, mencermati, dan
menganalisis berbagai peristiwa yang ada dalam kisah atau cerita, kemudian
menjadikannya sebagai sarana untuk menilai tindakan dan mengambil
pelajaran yang berharga. Semua keistimewaan itu terkandung dalam surat
Yūsuf sehingga sangat pantas jika kisah dalam Surat Yūsuf ini disebut sebagai kisah yang paling baik. Dalam kisah Nabi Yūsuf AS ini terkandung sejumlah nilai yang menjadi landasan kisah baik dari sisi tema, rangkaian
peristiwa, berbagai fenomena kejiwaan, kesesuaian gaya bahasa dengan
54Irja Nasrullah, Menyibak Rahasia Kesuksesan Ala Surah Yusuf, (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2015), Hlm 123. 55Siti Himatul Anisah, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf
Ayat 8-18, Skripsi (Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018 ), H 45.
33
kejadian, teknis peralihan dari satu peristiwa menuju peristiwa lain, maupun
penggunaan diksi dan gaya bahasa yang paling tinggi.56
b. Penamaan QS Yūsuf Dinamakan Surah Yūsuf karena didalam surah tersebut terdapat kisah
nabiyullah Yūsuf. Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kisah nabi Yūsuf, kemudian turunlah surah ini. Imam Hakim dan lainnya meriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqaas,
beliau mengatakan bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW lalu
Rasul membacakannya kepada mereka suatu ketika, mendengar hal tersebut
mereka berkata, “Andai engkau kisahkan kepada kami", maka turun ayat ُ نَّْحن
َُعلَْيكَُ Yūsuf: 3) dan (al-Kahf: 13). Suatu ketika beliau membacakan) نَق صُّkepada mereka, kemudian mereka berkata, “Andai engkau berkata kepada
kami", maka turun ayat ُُْال ُأَْحَسَن َل ُنَزَّ َحِديثَُِّللاَّ (az-Zumar: 23). Surah ini
diturunkan setelah terjadinya krisis yang sangat dasyat kepada nabi dan
orang-orang Quraisy di Mekah dan setelah 'āmul hazan (tahun kesedihan). Karena pada tahun tersebut nabi kehilangan istri tercinta, Khadijah, dan
pamannya, Abu Thalib, sang penolong baginya.
Dalam kisah ini, kepribadian nabi Yūsuf AS dipaparkan secara sempurna dan dalam berbagai bidang kehidupannya. Dipaparkan juga aneka cobaan dan
ujian yang menimpanya serta sikap beliau pada masa itu. Diriwayatkan asbāb al-Nuzūl surah ini bahwa sebagian orang-orang kafir Mekah menemui orang