Upload
afandi-wijaya
View
8
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
libre
Citation preview
KARAKTER KEPEMIMPINAN MODERN
DALAM MENGHADAPI ANCAMAN NON STATE ACTOR UNTUK
MENJAGA KEAMANAN DAN KEDAULATAN NKRI
Erwin Kurnia N.M.
120130102007
Asymmetric Warfare Study Program, Faculty of Defense Strategy, Indonesia Defense University, Jakarta, 2014
Jalan Salemba Raya Nomor 14 Jakarta Pusat 10430
Telp/HP.+6281319288874
The leader seeks to communicate his vision to his followers. He captures their attention with his optimistic intuition of possible solutions to their needs. He influences them demonstrates confidence that the challenge can be met, by the dynamism of his faith. (John Haggal). Artinya: “Pemimpin mengkomunikasikan visi yang dimiliki kepada para pengikutnya. Ia merebut perhatian pengikutnya dengan intuisi optimisme tentang kemungkinan solusi yang dibutuhkan oleh mereka. Ia mendorong mereka untuk menunjukkan kepercayaan diri guna mengatasi tantangan dengan dinamika keyakinannya”.1
I. Pandahuluan.
Ancaman pada hakikatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik yang
berasal dari luar negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam
negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa. Dalam Doktrin Pertahanan Negara, terminologi
ancaman mencakup setiap ancaman termasuk gangguan yang dapat
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan
bangsa atau yang bersifat penghambat atau penghalang terhadap kepentingan
nasional.2
Seiring dengan perkembangan globalisasi dan teknologi informasi saat ini,
telah menghadirkan hakikat ancaman yang beragam dan kompleks antara
ancaman militer dan ancaman nirmiliter.3 Sistem pertahanan negara tidak cukup
didekati dari aspek militer semata namun pendekatan pertahanan negara ke depan
1 Nurhidayat, Nasihat Tokoh-tokoh Terkenal Dunia, CV. Nuansa Aulia, Bandung, 2005. 2 Perpenhan Nomor:Per/23/M/XII/2007, Doktrin Pertahanan Negara RI. 3 Buku Putih Pertahanan Indonesia, 2008. Hal. 27.
2
Universitas Pertahanan Indonesia
memerlukan pendekatan secara nirmiliter yang terpadu dengan segala aspek
kehidupan bangsa dan negara. Dengan demikian, pembangunan pertahanan militer
dan nirmiliter harus dilaksanakan secara bersama-sama sehingga menghasilkan
suatu kekuatan dan kemampuan pertahanan negara yang memiliki efek
penangkalan dalam menjaga eksistensi dan keutuhan NKRI.
Dinamika interaksi global juga berimplikasi terhadap tantangan keamanan
nasional dengan mengemukanya isu-isu keamanan baru dengan pola dan bentuk
ancaman yang berdimensi Asimetric Warfare.4 Dalam beberapa tahun terakhir,
intensitas ancaman keamanan nirmiliter atau asimetris telah menunjukkan angka
yang cukup signifikan dan telah mengancam ketenangan dan kenyamanan hidup
manusia. Bagi Indonesia, ancaman keamanan ini menjadi salah satu tantangan
untuk ditanggulangi secara serius dengan menggunakan pendekatan lintas
lembaga, baik secara nirmiliter maupun militer.
Ancaman negara di abad ke-21, tidak hanya didominasi oleh kekuatan
militer suatu negara akan tetapi kekuatan non state actors sangat berperan
didalamnya. Ancaman di era globalisasi tidak hanya ditujukan untuk menyerang
instansi pemerintah atau militer melainkan dapat mengancam seluruh bidang
kehidupan seperti ekonomi, politik, budaya, dan keamanan suatu negara.
Kebanyakan ancaman keamanan dan pertahanan abad-21 dilakukan dengan cara-
cara yang tidak lazim (asymmetric warfare) oleh non state actors, seperti
ancaman terrorism, insurgency, cyber crime, human trafficking, pembajakan laut,
jaringan narkotika, ancaman keamanan lintas negara, dan proliferasi senjata
pemusnah massal,5 bahkan mencakup hak azasi manusia. Selain ancaman
tersebut, masalah ke depan yang dihadapi Indonesia meliputi masalah perbatasan
dan perebutan resourse. Kawasan perbatasan Indonesia meliputi perbatasan
kontinen di daratan yang berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia di
Kalimantan, Papua New Guinea (PNG) di Papua, dan Republik Demokratik
4 Menurut Rod Thorton, dalam bukunya Asymmetric Warfare mendefinisikan arti Asymmetric Warfare Asymmetric, yaitu: “warfare is violent action undertaken by the „have-not‟ against the „have‟ whereby the have-nots, be they state or sub-state actors, seek to generate profound effects-at all levels of warfare (however defined), from the tactical to the strategic-by employing their own specific relative advantages against the vulnerabilities of much stronger opponents”. 5 Buku Putih Pertahanan Indonesia, 2008. Hal. 9.
3
Universitas Pertahanan Indonesia
Timur Lesta (RDTL) di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta perbatasan kelautan
yaitu Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Australia, Papua New Guinea
(PNG), Republik Demokratik Timur Lesta (RDTL), Republik Palau, Filipina,
Thailand, Vietnam, dan India.6 Sementara itu, masalah perebutan resource
(Sumber Daya Alam/SDA) Indonesia yang berlimpah mengundang perhatian
masyarakat internasional, seperti Amerika Serikat dan Australia yang berambisi
ingin menguasai pasok natural resources dimasa yang akan datang.7
Dalam melakukan ancaman ke depan tidak selalu mengandalkan kekuatan
bersenjata (hard power) seperti yang dilakukan di era perang konvensional,
namun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong
banyak negara untuk melakukan perang dengan cara yang
Unconvensional/Irregullar/Asymmteric Warfare, seperti yang dilakukan oleh state
non actors sebagai pihak lemah (weak) melawan pemerintah (state) sebagai pihak
yang kuat atau bagaimana negara lemah (weak state) melawan negara yang kuat
(strong state).8
Menghadapi ancaman dan persoalan yang besar dan komplek di era global
dan Teknologi Informasi (TI) saat ini, Indonesia perlu mempersiapkan seorang
pemimpin yang kuat, tangguh, tanggas, dan trengginas dalam menghantarkan
masyarakat dan bangsa Indonesia memasuki era milenium, yang sarat dengan
berbagai tantangan dan ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan NKRI.
II. Karakteristik Kepemimpinan.
Menurut Roger E. Herman (1999) mengemukakan bahwa untuk mencapai
suatu kesuksesan, setiap lembaga atau organisasi harus memiliki 3 (tiga) elemen
penting. Pertama, adanya kepemimpinan yang baik pada setiap tingkatan
organisasi, kedua adanya manajemen yang baik, dan terakhir adanya tim yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kecerdasan (kapabilitas) untuk
6 Kirbiantoro H.S dan Rudianto Dody, Rekonstruksi Pertahanan Indonesia:Potensi, Tantangan dan Prospek, Golden Terayon Press, Jakarta, 2010. Hal.68 7 Ibid. Hal 71 8 Toft-Arreguin Ivan, How the weak win wars: A theory of Asymmetric Conflict, Cambridge, 2005
4
Universitas Pertahanan Indonesia
bekerja dengan tingkat produktivitas yang baik dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Oleh sebab itu, dalam menghadapai ancaman keamanan dan
pertahanan negara ke depan dibutuhkan pemimpin yang cepat dan tanggap dalam
menganalisis setiap bentuk ancaman dengan di dukung oleh seluruh lembaga yang
ada serta melibatkan seluruh komponen kekuatan nasional lainnya. Dengan
demikian sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)
sebagai bentuk sistem pertahanan keamanan negara Indonesia dapat diwujudkan
secara nyata dalam membangun bangsa dan negara tercinta ini.
Leadership is capability of persuading others to work together undertheir
direction as a team to accomplish certain designated objective (Kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan untuk dapat meyakinkan orang lain supaya bekerja
sama dibawah kepemimpinananya dalam satu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (James M. Black).9
Ada beberapa karakter kepemimpinan yang perlu diperhatikan oleh seorang
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin di abad ke-21 ini, di antaranya:
Pertama, Pemimpin harus memiliki karakter yang kuat. Beberapa karakter
kepemimpinan yang perlu diperhatikan adalah: karismatik, integritas, komitmen
tinggi, bersikap adil, beretika, penuh tanggung jawab, percaya diri tinggi, tidak
takut perubahan, menjunjung tinggi kejujuran, dan disiplin.
Kedua, Pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas. Pemimpin yang baik
harus memiliki visi dan misi yang jelas seperti: tetap fokus terhadap tujuan,
bersedia melayani, berorientasi pada pengembangan, kerja yang matang, penuh
inovasi, dan energik dalam melakukan pertumbuhkan.
Ketiga, Pemimpin harus mampu menggiring anggotanya tanpa dengan paksaan.
Seorang pemimpin harus memiliki pengaruh kuat, tidak memaksakan kehendak,
dapat memotivasi diri sendiri dan orang lain, memiliki daya tarik tersendiri,
kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, memimpin dengan hati, pencitraan diri
yang kuat, dan berprestasi dalam bidang pekerjaan.
9 Black James M, Assignment:Management a guide to executive command, Prentice Hall, 1968
5
Universitas Pertahanan Indonesia
Keempat, Pemimpin dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi merupakan
syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, seperti: dapat
berkomunikasi secara efektif dan efisien, dapat menghargai bawahan,
berkoordinasi secara terus menerus, pendengar yang baik, kemampuan bicara
yang baik, menyampaikan perintah secara halus, dapat membangun fondasi
hubungan yang kuat, cerdas dalam diplomasi, berkata sopan dan santun, selalu
tersenyum, dan dapat menjalin toleransi yang baik di antara para anggotanya.
Kelima, Pemimpin harus cepat dan tanggap dalam mengantisipasi setiap
masalah/ancaman yang timbul. Seorang pemimpin harus dapat mengenali
masalah/ancaman secara dini, bersikap konstruktif, menerima kritikan dan saran,
mengambil keputusan dan menyimpulkan sesuatu dengan cepat dan tepat,
kebijakan yang efektif dan efisien, mampu bertahan terhadap situasi dan kondisi
apapun, berani mengambil resiko, kemampuan observasi yang baik, selalu
melakukan evaluasi dan monitoring terhadap setiap pekerjaan, bersikap selektif,
realistis, dan penuh keseimbangan dalam bertindak.
Keenam, Pemimpin harus mampu bekerja dalam tim. Seorang pemimpin harus
dapat memberdayakan tim dengan baik, dapat mengidentifikasi kebutuhan tim,
memiliki kemampuan melatih, memotivasi anak buah menjadi pemimpin masa
depan, manajemen waktu yang baik, etos kerja yang baik, pemberi dukungan bagi
anak buah, loyalitas tinggi, mengarahkan anak buah menjadi lebih baik, bersedia
mendelegasikan pekerjaan kepada anak buah, dan bersedia melakukan regenerasi
kepemimpinan menjadi lebih baik.
Ketujuh, Pemimpin memiliki ide-ide brilian. Untuk mencapai kesuksesan
seorang pemimpin harus mampu menciptakan kreatifitas dalam segala hal, penuh
dengan ide dan gagasan baru, memegang teguh kepercayaan, memberi reward
and punishment, demokratis, berpikir positif, membuang kebiasaan menunda
pekerjaan, mengutamakan skala prioritas, peka terhadap momentum, menghindari
keragu-raguan, bersikap terbuka, intuisi tajam, penuh inisiatif, dan tidak cepat
berpuas diri terhadap pekerjaan yang telah dicapai.
6
Universitas Pertahanan Indonesia
Pemimpin abad ke-21, sekarang ini harus belajar, harus membaca, harus
mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai
persoalan yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Juga
pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta
melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan
menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam
kurun sejarah kelak di kemudian hari.
III. Kepemimpinan Modern Dalam Menghadapi Ancaman Non State Actor
Untuk Menjaga Keamanan dan Kedaulatan NKRI.
Kepemimpinan merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
mempengaruhi, mengelola, mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok yang membawa
berita gembira kepada semua orang. Seseorang dikatakan pemimpin apabila dapat
menjadi teladan, inspirator, motivator, dan dapat memberi semangat bagi para
pengikutnya untuk tergerak hatinya, pikirannya dan perbuatannya dalam meraih
harapan, cita-cita, tujuan hidup yang terbaik dan mulia. Abraham Zalesznik
berpendapat bahwa pemimpin berbeda dengan manajer. Manajer cenderung
bersikap impersonal, cenderung memandang pekerjaan adalah suatu proses
sehingga perlu mengatur strategi dan keputusan yang baik dalam penyelesaiannya.
Sedangkan, pemimpin bekerja pada posisi dengan resiko kerja tinggi bahkan
cenderung dapat membahayakan keselamatan dirinya sendiri. Pemimpin harus
mampu mentranformasikan seluruh pemikirannya kepada anak buah sehingga
anak buah bersedia melakukan apa saja yang disampaikan oleh pemimpin dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Di sisi lain, John R. Schermerhorn, Jr, mendefinisikan arti kepemimpinan
dalam bukunya berjudul Management, yaitu:
“Leading and being a manager are not one and the samething. To be a manager means to act effectively in the comprehensive sense of planning, organizing, leading and controlling. Leadership success is a necessary but not sufficient condition for managerial success. A good manager is always a goodleader, but a good leader isnot necesserilya
7
Universitas Pertahanan Indonesia
good manager” (Pemimpin dan manajer tidak dapat disamakan satu dengan lainnya. Untuk menjadi seorang manajer berarti secara komprehensif melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan. Sukses memimpin bukan berarti sukses dalam hal manajerial. Manajer yang baik adalah selalu disebut sebagai pemimpin yang baik, namun pemimpin yang baik belum tentu disebut sebagai manajer yang baik).10
Kepemimpinan yang diharapkan tidak hanya pintar secara manajerial,
namun seorang pemimpin yang memiliki tingkat komunikasi secara baik untuk
menyampaikan ide atau gagasan (transform) kepada seluruh anggotanya agar
anggotanya dapat menerima dan bersedia melakukan kemauan pemimpin untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan transformasional dan karismatik adalah teori-teori
kepemimpinan paling sering diteliti selama 20 tahun terahir (Avelio, 2005).
Karisma adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif, bukan sebaliknya (Warren
Bennis, 2009). Teori-teori ini diawali pada tahun 1980 ketika peneliti
kepemimpinan tertarik terhadap aspek-aspek emosional dan simbolis
kepemimpinan (Yukl, 2006). Teori transformasional menjelaskan bagaimana
orang dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu tujuan sesuai dengan keinginan
pemimpin dengan menempatkan visi dan misi organisasi melebihi kepentingan
sendiri. Salah satu teori kepemimpinan transformasional yang paling berkembang
dan paling diteliti adalah model yang dirumuskan oleh Bass (1998). Dalam model
ini, Bass membuat perbedaan antara dimensi transformasional dan kepemimpinan
transaksional. Seperti dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini.
Menurut Yukl (2006), pengaruh dasar proses kepemimpinan transaksional
adalah kepatuhan dari seluruh anggotanya. Pemimpin transaksional lebih
memandu/memotivasi anggotanya kearah tujuan yang telah ditetapkan dengan
memperjelas tugas dan peran aktif anggotanya. Kepemimpinan transformasional
lebih dari pada kharisma. Dengan kharisma yang dimiliki, bawahan merasa
terdorong untuk melakukan apa yang pemimpin inginkan mereka melakukan,
akan tetapi hal ini tidak mudah dilakukan dan membutuhkan suatu proses panjang.
Pengaruh perilaku pemimpin tranformational selalu melibatkan bawahan,
menggali inspirasi bawahan, dan merangsang intelektual bawahan untuk selalu
10 Schermerhorn, John R, Management, Wiley, 2012
8
Universitas Pertahanan Indonesia
mengatakan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan selalu memiliki nilai (value)
yang baik atau buruk. Dengan demikian, bawahan diberi kebebasan untuk
berkreasi, berinovatif, adanya rasa percaya diri, dan bertanggung jawab terhadap
suatu dikerjakan.
Tabel 1. Transformational and transactional leadership behavior, after Bass (1998)11
Transformational Leadership Dimensions
Leadership Behavior
Pengaruh ideal Penuh inspirasi dan motivasi tinggi. Merangsang Intelektual Pertimbangan individual Dimensi Kepemimpinan Transaksional Penghargaan Kelompok
Membangkitkan emosi kuat dan identifikasi kepemimpinan (misalnya menunjukkan kompetensi, mengambil risiko, menciptakan kepercayaan pengikut, menciptakan kepercayaan diri) Menginspirasi dan memotivasi pengikut untuk pekerjaan mereka dengan memberi arti positif (e.g.merumuskan dan mengkomunikasikan visi secara optimis, menciptakan hubungan yang baik dengan pengikutnya, menunjukkan komitmen dan ketekunan dalam mencapai tujuan. Meningkatkan kesadaran akan masalah dan mempengaruhi pengikutnya untuk melihat masalah dari perspektif baru (misalnya mendorong minat yang luas, mendorong penggunaan lembaga, tidak mengkritik pengikut untuk membuat kesalahan). Menyediakan dukungan, dorongan, dan pelatihan untuk pengikut (misalnya mengakui poin yang kuat dan lemah pengikut, adalah insterested dalam pengikut kebutuhan, mendengarkan aktif. Menjelaskan pekerjaan apa yang diperlukan untuk memperoleh pahala, insentif, dan penghargaan kelompok untuk mempengaruhi motivasi (misalnya ukuran kinerja, menggunakan kriteria tertentu dalam penilaian kinerja)
11 Soeters Joseph, Fenema Van Paul C, Beeres Robert, Managing Military Organizations: Theory and Practice, Routledge, New York, 2010
9
Universitas Pertahanan Indonesia
Manajemen pasif berdasarkan pengecualian Manajemen aktif berdasarkan pengecualian
Menggunakan hukuman dan tindakan korektif lain dalam menanggapi penyimpangan kerja dari standar kinerja yang sudah diterima (misalnya melakukan tindakan/perilaku yang tidak dapat diterima oleh orang lain, berarti bersikap korektif) Secara aktif mencari kekurangan dan menegakkan aturan untuk menghindari kesalahan (misalnya mengantisipasi kemungkinan melakukan kesalahan, monitor sangat erat)
Menghadapai ancaman yang multi komplek di abad ke-21, tentunya
membutuhkan seorang pemimpin tranformasional yang dapat mengintegrasikan
seluruh elemen kekuatan bangsa untuk secara bersama-sama menghadapi setiap
bentuk ancaman yang ada, baik ancaman yang datang dari dalam ataupun dari luar
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kepemimpinan yang dapat
mengeksplorasi gagasan/ide-idenya kepada seluruh staf dibawahnya sehingga
memiliki visi dan misi yang sama dalam memajukan pembangunan secara merata,
aman, damai, dan berkeadilan sosial sesuai dengan tujuan nasional bangsa
Indonesia, seperti tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, untuk memajukan kesejahtetaan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.12 Dengan demikian, seorang pemimpin
harus memiliki integritas. Menurut Stanley Huffty, bukan posisi yang menjadikan
seorang dianggap sebagai pemimpin tetapi kepemimpinannyalah yang membuat
posisi. Integritas ini berguna untuk menjaga agar pemimpin tetap pada jalurnya,
sehingga apa yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik. Seseorang yang
belum pernah belajar untuk taat maka tidak akan menjadi komandan yang baik
(Aristoteles)
12 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, 1945
10
Universitas Pertahanan Indonesia
Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki komitmen tinggi. Ketika anda
menjadi seorang pemimpin, maka anda akan kehilangan hak untuk berpikir
tentang diri anda sendiri (Geral brooks), sedangkan segala sesuatu yang hilang itu
akan anda dapatkan dalam bentuk lain. Demikian juga sebaliknya, sesuatu yang
anda dapatkan, maka sesuatu juga anda akan kehilangan (Ralph Waldo Emerson)
13. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. The Cost of Leadership14
Seorang pemimpin harus memahami prinsip-prinsip organisasi yang akan
dipimpinnya, di antaranya: dapat mentransfer ketrampilan yang dimiliki kepada
para pengikutnya, memiliki kemampuan (ability) dan ketrampilan (skill) untuk
mencapai tujuan, dan memiliki karakter sebagai pemimpin (Northouse, 2007). Di
sisi lain, Katz (1955) mengindentifikasikan keahlian seorang pemimpin
(leadership skill), di antaranya: Pertama, memiliki pengetahuan secara teknis
(technical) atau kemahiran dalam mengembangkan pekerjaan/organisasi. Kedua,
adanya pengikut/anggota yang mampu diajak bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan (human). Ketiga adalah seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk
menciptakan visi dan konsep strategi yang akan dijalanakan guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan (conceptual). Lihat Gambar 2 berikut ini:
13
Maxwell John C., The 21 Irrefutable Laws of Leadership:Folloe them and Will Follow You, 14 Ibid. Chapter 18, The Law of Sacrifice
Responsibilities
As you rise in leadership, responsibilities increase and rights decrease
11
Universitas Pertahanan Indonesia
TOP
Management
MIDDLE Management
SUPERVISORY Management Gambar 2. Skills Model – Mumford, Zaccaro, Harding, Jacobs & Fleishman (2000)15
Individual Attributes Competencies Leadership Outcomes
Career Experiences
Environmental Influences
Gambar 3. Skills Model – Mumford, Zaccaro, Harding, Jacobs & Fleishman
(2000)16
Menurut gambar diatas, pemimpin memiliki lima keterampilan dasar dalam
berinteraksi dan mempengaruhi orang lain, diantaranya:
Pertama, Kompetensi. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan/keahlian
dalam pemecahan suatu permasalahan, mendefinisikan masalah, mengumpulkan
informasi, merumuskan dalam suatu analisis sehingga menghasilkan keputusan-
keputusan awal yang kemudian dapat dipergunakan dalam penyelesaian masalah
tersebut. Pemimpin juga harus mampu memahami hukum-hukum dalam
15
J.P. Kotter, The Leadership Factor, New York : The Free Press, 1998. 16 Ibid.
Technical Human Conceptual
Human Technical
Technical Human
Conceptual
Conceptual
• General Cognitive Ability • Crystalized Cognitive Ability • Motivation • Personality
• Problem-Solving Skills • Social Judgment Skills • Knowledge
• Effective Problem Solving • Performance
12
Universitas Pertahanan Indonesia
lingkungan sosial, seperti: memahami dan mengerti orang lain, bekerja sama,
memahami organisasi, dan dapat mengkomunikasikan visi misi kepada orang lain,
sedangkan pengetahuan digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengakumulasi
setiap informasi secara terstruktur sehingga dapat mengarahkan anggotanya untuk
melakukan pekerjaannya dengan benar dan baik guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Kedua, Kelengkapan pribadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan kognitif secara umum, seperti kecerdasan, pengumpulan
anggapan/informasi, mengolah informasi tersebut, untuk kemudian dianalisasi dan
dibuat laporan akhir sebagai hasil dari suatu pekerjaan. Kemampuan ini
berkembang dengan sendirinya seiring dengan adanya permasalahan/ancaman
yang dihadapi. Kemudian pemimpin harus dapat mengembangkan kemampuan
intelektual secara kognitif melalui pembelajaran, pengalaman dari waktu ke
waktu, dapat memotivasi diri dan anggota dalam mengatasi permasalahan
kompleks yang dihadapi, bersedia untuk mengekspresikan diri untuk
mempengaruhi orang lain, dan berkomitmen untuk kebaikan organisasi.
Kepribadian seorang pemimpin sangat mempengaruhi perkembangangan yang
akan dilaksanakan dalam pencapaian suatu tujuan.
Ketiga, hasil kepemimpinan. Keberhasilan seseorang pemimpin dapat dilihat dari
hasil kerja yang telah dilakukannya. Penanganan permasalahan yang dihadapi
merupakan tolak ukur dalam penilaian kerja seorang pemimpin. Pemecahan
masalah secara efektif dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur yang ada
dibawahnya berdasarkan masukan dan saran staf-stafnya.
Keempat, Pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan karir pemimpin
mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah
kompleks; penanganan pekerjaan yang baik, memonitor pekerjaan, melakukan
pelatihan yang sesuai, dan mengembangkan bentuk organisasi yang sesuai dengan
penangananan masalah yang dihadapi.
Kelima, Pengaruh lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi
kompetensi pemimpin, karakteristik dan pengalaman (yaitu fasilitas pendukung,
anggaran yang tidak memadai, tim yang sangat terampil, dll)
13
Universitas Pertahanan Indonesia
Perkembangan globalisasi dan era teknologi informasi saat ini, tentunya
seorang pemimpin harus mampu menganilisis setiap kemungkinan ancaman yang
datang melalui pengumpulan informasi, pengolahan informasi, hingga
pengambilan keputusan yang tetap dalam penyelesaian permasalahan yang timbul.
Dengan demikian, akan lahir kepemimpinan efektif dengan kemampuan analisis
(analytical skills), fleksibel dan adaptasi (flexibility and adaptability skills), dan
kemampuan berkomunikasi (Communication skills).
Gambar 4. Kepemimpinan Efektif17
Kepemimpinan efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin
dalam mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Kepemimpinan akan berlangsung efektif apabila fungsi kepemimpinan
diwujudkan sesuai dengan tipe dan karakter kepemimpinan yang dapat
memberikan peluang bagi orang yang dipimpin untuk ikut berperan serta dalam
melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian, hubungan efektif antara
pemimpin dan yang dipimpin dapat terintegrasi dalam satu kesatuan visi dan misi
yang jelas. Robert Kiefner Greenleaf (1904-1990), mengemukakan bahwa
“Servant Leadership” merupakan motivasi kunci pelayanan seorang pemimpin.
Sedangkan, Larry Spears (1966), “Servant Leadership” lebih menekankan
pendekatan holistik kepada pekerjaan, kepekaan terhadap kepentingan
17 Sumber Internet: Cindy Alvionita, dkk, Kepemimpinan, link http://www.slideshare.net/cbahder/kepemimpinan-15695641
14
Universitas Pertahanan Indonesia
masyarakat, dan pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Inilah
kepemimpinan yang diharapkan di abad ke-21, yaitu adanya sinergitas antara
pemimpin dan komponen kekuatan bangsa dalam menghadapi berbagai
permasalahan kompleks sebagai antisipasi terhadap ancaman kedaulatan dan
keutuhan NKRI yang kita cintai bersama.
IV. Kesimpulan.
Seorang pemimpin tidak terlahir begitu saja. Untuk membentuk karakter
kepemimpinan yang baik, membutuhkan usaha dan kerja keras, bukan hanya
sekedar dalam penguasaan teori kepemimpinan. Pengembangan kemampuan diri
akan menjadi kunci utama dalam mengambil keputusan/aksi secara cepat dalam
mengatasi permasalahan dibandingkan dengan sebatas pembicaraan tanpa adanya
tindakan.
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi
yang mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping
itu, seorang pemimpin modern adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan
mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala
tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan.
Untuk itu seorang pemimpin setidaknya harus memiliki karakter-karakter tertentu,
sebagai seorang pemimpin.
Oleh sebab itu, mencari pemimpin yang ideal sesuai dengan harapan,
memang tidak mudah, apalagi memiliki karakteristik seperti yang disebutkan
diatas. Akan tetapi, dengan adanya karakteristik kepemimpinan tersebut, kita
dapat memilih atau menentukan seorang pemimpin yang kita harapkan dapat
membebaskan kita dari segala ancaman yang dapat mengakibatkan terganggunya
kestabilan keamanan dan pertahanan Negara kesatuan Republik Indonesia yang
kita cintai ini. Dengan demikian, kita tidak terpancing dan terpengaruh oleh janji-
janji para calom pemimpin, melainkan sifat dan kharisma yang terpancar dari
calon pemimpin tersebut.
15
Universitas Pertahanan Indonesia
REFERENSI
Black James M, Assignment:Management a guide to executive command, Prentice
Hall, 1968 Buku Putih Pertahanan Indonesia, 2008. Hal. 27. J.P. Kotter, The Leadership Factor, New York : The Free Press, 1998 Kirbiantoro H.S dan Rudianto Dody, Rekonstruksi Pertahanan Indonesia:Potensi,
Tantangan dan Prospek, Golden Terayon Press, Jakarta, 2010. Hal.68 Maxwell John C., The 21 Irrefutable Laws of Leadership:Folloe them and Will
Follow You. Nurhidayat, Nasihat Tokoh-tokoh Terkenal Dunia, CV. Nuansa Aulia, Bandung,
2005. Perpenhan Nomor:Per/23/M/XII/2007, Doktrin Pertahanan Negara RI Rod Thornton, Asymmetric Warfare: Threat and Response in the 21st Century,
Cambridge, 2011 Schermerhorn, John R, Management, Wiley, 2012 Soeters Joseph, Fenema Van Paul C, Beeres Robert, Managing Military
Organizations: Theory and Practice, Routledge, New York, 2010 Toft-Arreguin Ivan, How the weak win wars: A theory of Asymmetric Conflict,
Cambridge, 2005 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, 1945 Undang-undang No. 3, Sistem Pertahanan Negara, 2002 Sumber Internet: Awang Anwaruddin, ( 2013, Juni), 10 Karakteristik Kepemimpinan Jakowi,
diunduh tanggal 14 Desember 2013, dari: http://www.slideshare.net/4W4N9/10-karakter-kepemimpinan-jokowi
16
Universitas Pertahanan Indonesia
---------- (2013, 18 Oktober), Karakteristik Kepemimpinan, diunduh tanggal 12 Desember 2013 dari:
http://www.binapotensiaindonesia.com/2013/10/18/karakteristik-kepemimpinan/
Cindy Alvionita, dkk, Kepemimpinan, diunduh tanggal 12 Desember 2013 dari:
http://www.slideshare.net/cbahder/kepemimpinan-15695641 Debora Thea, (2013, 01 Oktober), Membangun Karakteristik Kepemimpinan,
diunduh tanggal, 14 Desember 2013 dari: http://www.umn.ac.id/home/viewarticle/Membangun_Karakteristik_Kepemimpinan
Elis Shofiyatin, (2012, 12), Karakter Pemimpin Yang Ideal, diunduh tanggal 12
Desember 2013 dari: http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/12/karakteristik-pemimpin-yang-
ideal.html Elqorni, (2009, 03 April), Ciri-ciri dan karakteristik pemimpin, diunduh tanggal
13 Desember 2013) dari: http://elqorni.wordpress.com/2009/04/03/ciri-ciri-dan-karakteristik-pemimpin/
Elqorni, Tulisan dari „Kepemimpinan‟ Kategori 101 Tips Kilat! Kepemimpinan,
diunduh tanggal 13 Desember 2013 dari: http://elqorni.wordpress.com/category/manajemen-organisasi/kepemimpinan/
Mujtahid, (2011, 14 November), Tujuh Karakteristik Kepemimpinan Profetik, di
unduh dari: http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2682:tujuh-karakteristik-kepemimpinan-profetik&catid=35:artikel&Itemid=210
NTB Online, (2012, 2 Mei), Karakteristik Kepemimpinan (Leadership), di unduh
tanggal 12 Desember 2013, dari: http://ntbonline.wordpress.com/2012/05/02/karakteristik-kepemimpinan-
leadership/ Pinkan Rahmatu Zahra, 10 Karateristik kepemimpinan EQ, diunduh tanggal 13
Desember 2013 dari: http://pinkanrahmatuzzahra.wordpress.com/artikel/karakteristik-kepemimpinan/
Rama Mahriza, (2013, 24 April), Karakteristik Pemimpin, diunduh tanggal 12
Desember 2013, dari: http://ramahriza.blogspot.com/2013/04/karakteristik-pemimpin.html
17
Universitas Pertahanan Indonesia