20
Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Jurnal Reading Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Karakteristik klinis dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik pada Anak-anak Oleh : Marini Tandarto 0910015036 Pembimbing : dr. Agnes Kartini, Sp. KK

Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal reading

Citation preview

Page 1: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Jurnal Reading

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Karakteristik klinis dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik

pada Anak-anak

Oleh :

Marini Tandarto

0910015036

Pembimbing :

dr. Agnes Kartini, Sp. KK

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

2015

Page 2: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Karakteristik klinis dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik pada

Anak-anak

Almira Cosickic ,FahrijaSkokic , BelkisaKolik - Hadzic , Maida Jahic

Klinikpediatrik ,pusatUniversitasklinis Tuzla , Bosnia dan Herzegovina

RINGKASAN

Karakteristik klinis dari dermatitis atopic ( DA ) pada anak dianalisis, dan tingkat

keparahan penyakit tersebut diestimasi dengan menggunakan indeks system score SCORAD dan

Three Items Severity Score ( TIS ) . Penelitian dilakukan di Klinik Penyakit Anak-anak di Tuzla.

Kriteria inklusi adalah : diagnosis DA berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka, dan usia sampai

dengan 15 tahun. Kriteria eksklusi : tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis DA , lebih dari 15

tahun , penggunaan anti – histamine dalam 5 hari terakhir dan / atau penggunaan kortikosteroid

dalam 4 minggu terakhir , dan diagnosis penyakit lain yang tidak memiliki dasar atopik .

Analisis ini melibatkan : karakteristik klinis , parameter dari kedua skor system dan

korelasi Indeks SCORAD dan Indeks TIS . Sampel penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak

261 anak-anak ( 128 laki-laki dan 133 perempuan ) , dengan usia rata-rata 16,8 ± 5,4 bulan .

Awal terjadinya kelainan DA ( sebelum tahun kedua hidup ) muncul pada 51,3 % anak-anak ,

positif DA dari anamnesis ditemukan pada 17,2 % dari anak-anak, kelainan lokalisasi khas DA

muncul pada 96,6 % anak-anak, terlalu sensitive terhadap makanan pada 47,5 %sampel dan

terlalu sensitive terhadap allergen udara pada 12,3 % dari anak-anak .

Hasil dari Indeks SCORAD berkisar 14-92 ( median 37,1 ± 18.06 ) dan korelasi yang

signifikan dari parameter ke total nilai indeks SCORAD ( distribusi p = 0,0002 ; Intensitas p =

0,001 ; Gejala subjektif p < 0,0001 ) . Nilai indeks TIS berkisar 1-8 ( median 4.38 ± 2.03 )

dengan korelasi parameter yang signifikan dengan nilai total ( untuk eritema p < 0,0001 ; untuk

edema p < 0,0001 ; dan untuk ekskoriasi p = 0,0007 ) .

Ketika membandingkan nilai indeks SCORAD dan TIS , peneliti menemukan korelasi

yang signifikan ( r = 0,531 ; p < 0,0001 ) . Indeks TIS sebagai indeks SCORAD yang

disederhanakan dapat diandalkan untuk estimasi cepat penyakit dalam pekerjaan medis sehari-

Page 3: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

hari ,namun dalam penelitian klinis , indeks SCORAD jauh lebih rinci dan estimasi yang lebih

terpercaya.

Kata kunci : dermatitis atopik - anak – Indeks SCORAD - Indeks TIS

Sesuai author : Almira Cosickic , MD . Klinik pediatrik .Universitas pusat klinis

Tuzla ,Trnovac bb,75000 Tuzla , Bosna i Hercegovina . Tel / fax : . 00 387 35 303-700 , E -

mail : [email protected]

1. PENDAHULUAN

Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit inflamasi kulit kronis yang sangat gatal. Penyakit

ini merupakan dermatitis utama pada usia anak-anak, dengan kelainan yang bergantung pada

usia anak dan tahap penyakit (1). Dalam usia bayi kelainan yang terjadi adalah lesi eksudatif

dengan ditandai eritema, vesikel dan krusta, dan terjadi paling sering pada wajah, leher,badan

dan daerah ekstensor ekstremitas. Kelainan lain yang kurang sering muncul adalah eritematosa

yang pada dasarnya didominasi kelainan likenifikasi dan ekskoriasi, muncul pada region dorsum

fleksi daerah ekstremitas(1,2).

Untuk saat ini, tidak ada serologi tes yang dapat "memastikan" beratnya DA, sehingga

penilaian penyakit terutama berdasarkan tanda dan gejala. Untuk mencapai penilaian yang lebih

mudah mengenai keparahan, pemantauan perjalanan penyakit dan respon terapi , beberapa sistem

skoring dikembangkan. Sistem penilaian yang paling sering digunakan adalah indeks SCORAD

(3) (termasuk enam parameter obyektif dan dua parameter subjektif), yang cocok untuk

penelitian klinis, tetapi rumit untuk praktek sehari-hari (4,5).

Untuk penilaian keparahan DA yang lebih mudah, dikembangkanlah versi sederhana dari

Indeks SCORAD, yaitu sistem penilaian yang menganalisis tiga parameter dasar intensitas

kelainan (eritema, edema, ekskoriasi ) atau Three Item Severity skor (TIS) (6,7). Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik klinis anak dengan dermatitis atopik, dan

menilai keparahan penyakit dengan menggunakan SCORAD dan Indeks TIS.

2. SAMPLE DAN METODE

Penelitian prospektif dilakukan di Departemen Penyakit Anak University Center klinis di

Tuzla (UCC Tuzla) selama periode dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember2009. Kriteria

Page 4: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

inklusi untuk penelitian adalah: diagnosis DA ditetapkan jika setidaknya memenuhi tiga kriteria

mayor dan tiga kriteria minor menurut kriteria Hanifin dan Rajka (8), dan anak-anak berusia

hingga 15 tahun pada hari pengujian. Kriteria eksklusi adalah: tidak memenuhi kriteria diagnosis

dermatitis atopik (tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor), berusia di atas 15 tahun pada hari

pengujian, penggunaan anti histamin dalam lima hari sebelumnya, menggunakan kortikosteroid

(sistemik atau lokal) selama empat minggu sebelumnya, anak-anak yang memiliki penyakit akut

dan / atau kronis yang tidak memiliki dasar atopik, dan anak-anak yang belum menerima izin

tertulis orang tua untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Berdasarkan kriteria diatas, didapatkan sampel sebanyak 261 anak selama survei di klinik

spesialis dan / atau dirawat di rumah sakit di Departemen Allergology, Rheumatology dan

Imunologi dari Departemen Penyakit Anak UCC Tuzla. Data yang di kumpulkan adalah : usia

anak, jenis kelamin, waktu muncul pertama kelainan kulit, alergi makanan, hipersensitifitas

untuk aeroallergen, riwayat atopi pada pasien dan riwayat keluarga, jumlah nilai antibodi IgE,

antibodi IgE spesifik untuk aeroallergen dan / atau alergen makanan dan hasil tes prick kulit

(Warner skin prick test-SPT) untuk aeroallergen dan /atau alergen makanan. Data tersebut

diperoleh dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik anak, dan riwayat penyakit dan

medical record pasien.

Penilaian keparahan penyakit dengan Indeks SCORAD dilakukan oleh peneliti pada saat

pemeriksaan anak. Yang dinilai adalah (A) distribusi kelainan (menggunakan sembilan aturan) di

depan dan belakang: kepala dan leher, badan, daerah kelamin, ekstremitas atas dan bawah;

distribusi kelainan ini telah dinyatakan dalam kisaran 0-100. Intensitas kelainan (B) : eritema,

edema / papula, krusta, ekskoriasi, likenifikasi, kulit kering (kulit kering dinilai di tempat yang

tidak terkena kelainan). Intensitas kelainan disajikan dalam skala 0-3, dimana 0 melambangkan

tidak adanya kelainan, 1 = Intensitas kelainan ringan, 2 = intensitas kelainan sedang, 3 =

intensitas kelainan parah. Gejala subyektif (C): gatal, tidur terganggu akibat gatal untuk tiga hari

tiga malam. Intensitas gejala subjektif digambarkan pada skala 0-10, dimana penilaian subjektif

dari 0 berarti "Tidak pernah membaik" dan 10 = "tidak pernah memburuk". Penilaian intensitas

gejala subjektif dilakukan oleh anak-anak sendiri (jika usia anak cukup dewasa) atau oleh orang

terdekat dari anak.

Nilai indeks SCORAD dihitung dengan rumus A / 5 + B / 2 + C. Nilai maksimum indeks

SCORAD adalah 103. Berdasarkan Nilai indeks SCORAD, berat ringannya dermatitis atopik

Page 5: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

dinilai dengan: bentuk ringan (<15 poin), sedang (15-40 poin) dan bentuk penyakit berat > 40

poin (3). Penilaian keparahan DA menurut indeks TIS dilakukan pada saat pemeriksaan, tetapi

dilakukan oleh peneliti lain, dan yang dinilai adalah tiga parameter: eritema (kemerahan), edema

dan ekskoriasi. Yang dievaluasi adalah kelainan yang paling representatif untuk masing-masing

parameter, dan nilai-nilai yang diwakili oleh skala 0-3, di mana 0 berarti tidak adanya kelainan, 1

= intensitas kelainan ringan, 2 = intensitas kelainan sedang,3 = intensitas kelainan berat. Nilai

maksimum pada indeks TIS adalah 9. Menurut indeks nilai TIS Keparahan DA dinilai sebagai

berikut: bentuk ringan (0-2 poin), sedang (3-5 poin) dan bentuk parah dari 6-9 poin (7).

Pengujian untuk aeroallergen dan makanan alergen oleh SPT dilakukan di Kabinet untuk

pengujian alergi dari Klinik Penyakit Anak, UCC Tuzla. Yang dianalisis adalah hasil pengujian

untuk kelompok aeroallergen (serbuk sari rumput,gulma serbuk sari, serbuk sari pohon, debu

rumah, Dermato phagoides pteronyssinus, rambut/bulu binatang, bulu lainnya, serat sayuran,

kain, jamur, bakteri ) dan tujuh makanan yang paling umum bersifat alergen: susu sapi, telur,

tepung, kedelai, kacang, ikan, dan kemiri, dan mungkin beberapa alergen makanan lain jika pada

riwayat penyakit terdapat informasi mengenai dugaan alergi.

Pengujian dilakukan dengan dialisis ekstrak alergen dilarutkan dalam pelarut, yang

merupakan campuran larutan 50% dari gliserol dalam larutan buffer salin dengan penambahan

stabilisator alergen makanan (Institute of Immunology, Zagreb,Kroasia). Di sisi volar lengan

bawah ditempatkan serangkaian tetes alergen ekstrak, bersama dengan larutan kontrol (baik

positif maupun control negatif) pada interval 2-3 cm, dan kemudian melalui setetes ekstrak

alergen dengan standar lancet, yang memiliki panjang atas 1 mm ditusukkan ke lapisan

superfisial dari kulit pada sudut 45-90 °. Hasil dibaca 15 menit setelah penerapan ekstrak

alergen. Hasil dari tes ini adalah reaktivitas dan eritema. Reaktivitas kulit diukur dengan cara

untuk mengukur diameter terpanjang dan diameter vertikal terpanjang; nilai tersebut kemudian

ditambahkan dan dibagi dengan dua. Reaktivitas > 3mm dianggap sebagai hasil tes positif.

Nilai total antibodi IgE dinilai dalam 1 ml serum yangdiperoleh setelah sentrifugasi 4 ml

darah anak, yang diambil dengan prosedur standar dalam tabung reaksi tanpa pengawet atau

koagulan. Penentuan dibuat dengan metode immunophelometry, menggunakan nephelometer

(Dade Behring,Marburg, Jerman), di Poliklinik Laboratorium Diagnostik UCC Tuzla,

Departemen Biokimia. Nilai total IgE = 0-100 IU / ml dianggap normal. Penentuan antibodi IgE

spesifik untuk aeroallergen dan / atau alergen makanan dilakukan di Poliklinik untuk

Page 6: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Laboratorium Diagnostik, Departemen Imunologi, Universitas Klinis Pusat Tuzla, dari serum

pasien, dan alergen yang positif pada saat skin test, ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent

Assay), menggunakan mesin Hy Tec 288 Plus, Agilent Technologies Company, Biomedica.

Nilai > 0:35 IU / ml yangdianggap sebagai temuan positif.

1.

2.

2.1. Pengolahan data satistical

Dalam analisis statistik peneliti menggunakan metode standar statistik deskriptif, rentang,

median, standar deviasi. Untuk menilai korelasi antara parameter tertentu dan sistem skoring

untuk korelasi antara skorsistem indeks SCORAD dan Indeks TIS, digunakan korelasi Spearman

koefisien. Perbedaan antara sampel dianggap signifikan jika p <0,05. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan statistik software Arcus QuickStat (9)

3. HASIL

Pada periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2009 di klinik spesialis dan /

atau Departemen Allergology, Rheumatology dengan Imunologi, ditinjau dan / atau dirawat inap

286 anak-anak dengan dermatitis atopik. Dari penelitian di eksklusikan 25 anak : 2 Anak-anak

memiliki penyakit kronis yang tidak memiliki dasar atopik, untuk tiga anak tidak didapatkan izin

orang tua untuk dimasukkan dalam penelitian ini, dan 20 anak-anak pada saat penelitian

mendapatkan antihistamin dan / atau kortikosteroid. Kriteria penelitian terpenuhi pada 261 anak-

anak,128 (49%) laki-laki dan 133 (51%) anak perempuan, usia dari 1,5 bulan sampai 8,9 tahun

(rata-rata ±SD 16.8 ± 5.43 bulan).

Kemunculan awal kelainan DA (sebelum tahun kedua kehidupan) terdapat pada 134

(51,3%) anak dengan median ± SD usia terjadinya kelainan 8,2 ± 0,7 bulan. Riwayat keluarga

positif penyakit atopik terdapat pada 73 (28%) dan 45 (17,2%) anak-anak memiliki riwayat

positif atopi (15 orang memiliki episode berulang dyspnea, 9 orang didiagnosis dengan asma,11

orang memiliki rhinitis alergi dan 10 orang konjungtivitis berulang).

Alergi terhadap satu atau lebih makanan penyebab alergi dan / atau aeoralergene terbukti

(peningkatan IgE total, antibodi IgE spesifik dan SPT positif ) pada 124 ( 47,5% ) anak-anak.

Alergi terhadap makanan terdapat pada 92 (35,2%) anak; yaitu protein susu sapi pada 38 (14,5%)

anak-anak, telur pada 28 (10,7%) anak-anak, kacang kedelai pada 9 (3,4%) anak-anak, ikan pada

Page 7: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

3 (1,1%) anak-anak, buah-buahan pada 10 (3,8%) anak-anak dan sayuran pada 4 (1,5%) anak-

anak. Hipersensitivitas terhadap aeroallergen terdapat pada 32 (12,3%) anak : yaitu debu rumah

pada 12 (4,6%) anak-anak, Dermatophagoides pteronyssinus pada 15 (5,7%), bulu hewan pada 2

(0,8%) anak-anak dan serbuk sari rumput pada tiga (1,1%) anak anak.

Kriteria Utama yang paling umum positif (Tabel 1) adalah lokasi kelainan khas untuk DA

pada 252 (96,6%) anak-anak (kepala dan wajah sebanyak 92 (35,2%) anak, ekstremitas atas pada

111 (42,5%) anak-anak, ekstremitas bawah pada 99 (38%) anak-anak, area badan pada 64

(24,5%) anak-anak); dan kelainan kulit kronis yang muncul dengan episode kesembuhan dan

kekambuhan pada 242(92,7%) anak-anak. Dimana kriteria minor yang paling banyak adalah

merasa gatal di kulit dan bekas garukan di 201 (77%).

Penilaian keparahan

penyakit itu dihitung

dengan menggunakan

SCORAD dan Indeks TIS.

Nilai indeks SCORAD

berada di kisaran 14-92

dengan median ± SD 37,1

± 18.06. Peneliti telah

menemukan korelasi yang

signifikan secara statistik

antara parameter: distribusi

dan kelainan intensitas (r =

0,419,95% CI = 0,313-

0,514, p <0,0001),

sementara distribusi

kelainan dan Gejala

subjektif (r = 0,3676, 95%

CI =0.257- 0,468, p <0,0001), sedangkan intensitas kelainan dan gejala subjektif (r = 0,3463,

95% CI = 0,234-0,448,p <0,0001).

Page 8: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Peneliti menemukan hasil positif dan korelasi yang signifikan antara beberapa parameter

dengan total skor indeks SCORAD: distribusi Kelainan (r = 0,4223, 95% CI = 0,164-0,720,p =

0,0002), intensitas kelainan (r =0,389, 95% CI = 0,123-0,523, p = 0,001) dan gejala subjektif (r =

0,3848,95% CI =,2122-0,728, p <0,0001). Menganalisis hanya parameter intensitas kelainan,

peneliti telah menemukan hasil positif dan korelasi signifikan secara statistik

antara total skor Indeks SCORAD : untuk eritema, bengkak, kulit kering dan likenifikasi. Untuk

krusta dan ekskoriasi korelasi total nilai indeks SCORAD adalah positif lemah tetapi tidak

signifikan (Tabel2). Menurut nilai total dari Indeks SCORAD dikelompokkan penilaian

keparahan penyakit pada ringan, bentuk sedang dan berat (Tabel 3).

Hasil skor indeks

TIS berada dikisaran 1-8

poin dengan median ±

SD,4.38 ± 2.03. Menurut

skor untuk sistem, dan

indeks SCORAD, yang

paling sering adalah

bentuk penyakit cukup

parah (3-5 poin) pada 169

(64,7%) anak-anak (Tabel

4). Korelasi parameter

tertentu, dengan nilai total

skor ini adalah positif dan

secara statistik signifikan,

yaitu: untuk eritema (r = 0,3961,95% CI = 0,2558-0,5201, p <0,0001) untuk edema (r = 0.308,

95% CI =,160 - 0,4434, p <0,0001) dan ekskoriasi (r = 0.353, 95%CI = 0,1013 - 0,394, p =

0,0007). Membandingkan hasil (nilai yang belum terkategorikan, tanpa pembagian ke dalam

ringan, bentuk moderat, dan berat dari penyakit ) dari SCORAD dan indeks TIS, peneliti

menemukan hubungan positif kuat dan korelasi yang signifikan secara statistik dengan koefisien

korelasi r = 0,531, 95% CI =0,437 - 0,613, p <0,0001.

4. PEMBAHASAN

Page 9: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronis yang sering terjadi yang ditandai adanya

periode kesembuhan dan kekambuhan, dengan gejala klinis yang beragam, dimulai dari bentuk

minor seperti beberapa daerah eksim sampai yang mayor seperti daerah eritema yang luas (l0).

Umumnya terjadi primer pada bayi dan anak-anak dengan daerah distribusi yang khas. Dalam

penelitian ini,distribusi khas terjadi pada 96,6% dari anak-anak dan yang paling sering adalah

daerah yang wajah 35,2% dari anak-anak, ekstremitas atas pada 42,5% dari anak-anak dan

ekstremitas bawah 38% dari anak anak. Distribusi yang khas tersebut paling sering terjadi pada

anak-anak usia dibawah 2 tahun, yaitu sebanyak 51,3% dari sampel, dimana mediannya adalah

8,2 bulan. Hal ini sesuai dengan literature dimana dinyatakan bahwa DA muncul pada 48%-65%

kasus sepanjang 6 bulan awal kehidupan dan 75% -80% sampai 1 tahun pertama kehidupan (11).

Anak-anak dengan DA memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi penyakit atopik lain;

dimana DA sebenarnya dianggap sebagai penyakit pertama diantara seluruh penyakit atopi. Hal

tersebut sudah dibuktikan dimana DA muncul pada 2 tahun pertama kehidupan, dan beberapa

saat setelahnya barulah pasien menderita asma atau rhinitis alergi (12, 13, 14). Terdapat 28%

dari sampel yang memiliki riwayat penyakit atopi, termasuk adanya periode dispneu berulang

pada 5,75% dari anak-anak, asma sebanyak 3,4% anak- anak, 4,2% dari anak-anak memiliki

rhinitis alergi dan 3,8% dari anak-anak memiliki riwayat konjungtivitis berulang.

Alergi makanan memiliki peran penting dalam patogenesis DA, dan prevalensinya

tergantung pada usia anak dan keparahan DA, dan pada bayi dan anak-anak adalah sekitar 40%

(15). Alergi yang paling sering adalah (> 90%) alergi terhadap: susu sapi, telur, kedelai, atau

kacang (16). Hasil penelitian ini serupa dengan literatur, dimana terdapat 35,2% anak-anak yang

terbukti memiliki alergi makanan dan alergen yang paling banyak adalah: protein susu sapi pada

14,5% anak-anak, telur pada 10,7%, dan kedelai pada 3,4% anak-anak.

Terbukti terdapat pengaruh dari aeroallergen dalam pengembangan dan eksaserbasi

kelainan DA (17, 18). Hipersensitivitas terhadap aeroallergen ditemukan pada 12,3% anak-anak

dalam sampel penelitian dan aeroallergen paling umum adalah Dermatophagoides pteronyssinus

di 5,7% kasus. Hasil ini sudah diperkirakan karena sebanyak 90% dari anak-anak dengan

kecenderungan atopik menunjukkan hipersensitivitas terhadap Dermatophagoides pteronyssinus

(19).

Dalam pekerjaan sehari-hari dan dalam penelitian klinis, sangat penting untuk evaluasi

keparahan DA dan bagaimana untuk memonitor perjalanan penyakit, respon terhadap terapi dan

Page 10: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

kemungkinan prognosis. Ada beberapa sistem skoring yang dapat digunakan untuk menilai

keparahan DA. Namun yang umumnya digunakan, handal dan diterima untuk penelitian klinis

adalah SCORAD Indeks, tetapi pada saat yang sama skoring tersebut sedikit rumit untuk praktek

sehari-hari. Untuk menilai keparahan penyakit dalam rutinitas praktek klinis secara cepat, telah

ditemukan aplikasi yang lebih baik, yaitu Indeks TIS yang memperhitungkan eritema, edema dan

ekskoriasi (6, 7).

Dalam penelitian ini, nilai SCORAD Indeks berada di kisaran 14-92 dengan median SD

37,1 ± 18,06, dan nilai indeks TIS berada di kisaran 1-8 dengan median ± SD, 4:38 ± 2.03.

Menurut kedua sistem penilaian, hasil yang paling banyak adalah bentuk penyakit moderat, yaitu

Berdasarkan nilai SCORAD Indeks sebanyak 60,5% dari anak-anak, dan menurut indeks TIS

64,7% dari anak-anak memiliki derajat keparahan penyakit ini. Terdapat hasil positif dan

korelasi yang signifikan antara kedua sistem skor dengan parameter dan total nilai skor. Total

nilai indeks SCORAD secara signifikan berkorelasi dengan distribusi kelainan (p = 0,0002),

intensitas kelainan (p = 0,001) dan gejala subjektif (p <0,0001). Untuk nilai total indeks TIS nilai

secara signifikan berkorelasi untuk eritema; (p <0,0001), edema (p = 0,0001) dan ekskoriasi (p =

0,0007).

Dari enam parameter intensitas kelainan untuk krusta dan ekskoriasi, peneliti tidak

menemukan hubungan yang signifikan dengan total nilai indeks SCORAD, walaupun hasilnya

positif. Hasil ini diluar dugaan, mengingat bahwa kulit gatal dan ekskoriasi dan krusta sebagai

hasil dari garukan merupakan salah satu karakteristik utama dari DA. Di sisi lain, edema dan

eritema berkorelasi positif dengan total nilai indeks SCORAD dan total nilai indeks TIS, yang

sekali lagi membuktikan pembenaran masuknya kedua parameter dalam indeks TIS. Dalam

penelitian ini, peneliti menemukan korelasi signifikan antara kedua skor sistem (nilai yang belum

terkategorikan, tanpa pembagian ke dalam ringan, bentuk moderat, dan bentuk berat dari

penyakit) Indeks SCORAD dan indeks TIS (r = 0,531, p <0,0001). Meskipun demikian korelasi

signifikan antara SCORAD indeks dan indeks TIS masih tetap banyak variasi indeks TIS yang

dapat digunakan untuk memprediksi nilai SCORAD Indeks, yang berarti bahwa indeks TIS tidak

bisa berfungsi sebagai pengganti SCORAD indeks.

Kelainan seperti kulit kering, krusta dan likenifikasi merupakan karakteristik penting DA

dan digunakan sebagai parameter di sebagian besar sistem penilaian, tapi dalam indeks TIS tidak

termasuk. Kehadiran kelainan ini tergantung pada terapi lokal yang diterapkan, di sisi lain

Page 11: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

likenifikasi pada tangan tidak dapat diandalkan untuk menjadi parameter dalam usia bayi karena

jarang terjadi sebelum tahun kedua kehidupan (6,7). Gejala subyektif seperti rasa gatal dan

kurang tidur akibat sensasi untuk menggaruk juga merupakan parameter yang tidak termasuk

dalam indeks TIS, namun parameter tersebut merupakan Indikator penting dalam menentukan

kualitas hidup anak-anak dengan DA, dan dapat berfungsi sebagai parameter terpisah untuk

pemantauan dan evaluasi (20).

5. KESIMPULAN

Sistem Scoring yang digunakan dalam rutinitas klinis praktek harus sederhana, tetapi

penyederhanaan mengurangi sensitivitas dan objektivitas dari sistem. indeks TIS merupakan

skoring yang terpercaya, sederhana, cepat, mencetak orientasi sistem praktek sehari-hari, tetapi

tujuan uji klinis SCORAD Indeks menawarkan sensitifitas, obyektifitas, dan penilaian keparahan

penyakit yang lebih rinci.

Page 12: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

REFERENSI

1. Abels C, Proksch E. Therapy of atopic dermatitis. Hautarzt, 2006; 57: 711-23.

2. Leung DYM, Rhodes AR, Geha RS, Schneider L, Ring J. Atopic dermatitis (atopic eczema).

In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF (eds). Dermatology in

general medicine. Mc- Graw Hill, New York, 1993: 1543-64.

3. Anonymus. European Task Force on Atopic Dermatitis Severity scoring of atopic dermatitis:

the SCORAD index. Dermatology, 1993; 186: 23-31.

4. Charman C, Chambers C, Williams H. Measuring atopic dermatitis severity in randomized

controlled clinical trials: what exactly are we measuring? Journal of Investigative

Dermatology, 2003; 120 (6): 932-41.

5. Schmitt J, Langan S, Williams HC. What are the best outcome measurements for atopic

eczema? A systematic review. J Allergy ClinImmunol, 2007; 120 (6): 1389- 98.

6. Oranje AP, Glazenburg EJ, Wolkerstorfer A, de Waard-van der Spek FB. Practical issues on

interpretation of scoring atopic dermatitis: the SCORAD index, objective SCORAD and the

three-item severity score. British Journal of Dermatology, 2007, 157(4): 645-8.

7. Wolkerstorfer A, de Waard-van der Spek FB, Glazenburg EJ, Mulder PGH, Oranje AP.

Scoring the severity of atopic dermatitis: three item severity score as a rough system for daily

practice and as a prescreening tool for studies. ActaDermato- Venereol, 1999; 79 (5): 356–9.

8. Hanifin JM, Rajka G. Diagnostic fearures of atopic dermatitis. ActaDermatolVenereol, 1980;

92: 44-7.

9. Buchan IE. ArcusQuickStat Biomedical version 1st ed. Cambridge: Adisson Wesley

Longman Ltd, 1997.

10. Leung DY, Bieber T. Atopic dermatitis. Lancet, 2003; 361:151-60.

11. Cantani A, Micera M. Natural history of cow milk allergy. An 14-year follow-up study in

children. Eur rev med Pharmacolsci, 2004; 5: 23-9.

12. Warner JO, ETAC Study Group. A double- blinded, randomized, placebo-controlled trial of

cetirizine in preventing the onset of asthma in children with atopic dermatitis: 18 months’

treatment and 18 months’ posttreatment follow-up. J Allergy ClinImmunol, 2001;108: 929-

37.

Page 13: Karakteristik Klinis Dan Estimasi Keparahan Dermatitis Atopik Pada Anak Anak

13. Illi S, von Mutius E, Lau S, Nickel R, Gruber C, Niggemann B, et al. The natural course of

atopic dermatitis from birth to age 7 years and the association with asthma. J Allergy

ClinImmunol, 2004;113: 925–31.

14. Gustafsson D, Sjoberg O, Foucard T. Development of allergies and asthma in infants and

young children with atopic dermatitis - a prospective follow-up to 7 years of age. Allergy,

2000;55: 240-5.

15. Zutavern A, Brockow I, Schaaf B, et al. Timing of solid food introduction in relation to

atopic dermatitis and atopic sensitization: results from a prospective `birth cohort study.

Pediatrics, 2006; 117 (2): 401-11.

16. Burks W. Skin manifestations of food allergy. Pediatrics. 2003;111: 1617-24.

17. Tupker RA, De Monchy JG, Coenraads PJ, Homan A, van der Meer JB. Induction of atopic

dermatitis by inhalation of house dust mite. J Allergy ClinImmunol. 1996; 97: 1064-70.

18. Tan BB, Weald D, Strickland I, Friedmann PS. Double-blind controlled trial of effect of

housedust-mite allergen avoidance on atopic dermatitis. Lancet, 1996; 347: 15–8.

19. Clark RAF, Adinoff AD. Aeroallergen contact can exacerbate atopic dermatitis. Patch test as

a diagnostic tool. J Am AcadDermatol, 1989; 21: 863-69.

20. Kunz B, Oranje AP, Labreze L, Stalder JF, Ring J, TaiebA.Clinical validation and guidelines

for the SCORAD index: Consensus report of the European Task Force on Atopic Dermatitis.

Dermatology 1997; 195: 10-9.