Upload
oseng-oseng-gleor
View
3.124
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tentang karya ilmia
Citation preview
KARYA TULIS MUSEUM SANGIRAN (REVISI BAB1-RIWAYAT HIDUP PENULIS)
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Penulisan
Pada awal Mei 2010 lalu, penulis mengikuti kegiatan widya wisata yang diselenggarakan oleh sekolah penulis, yaitu SMA Negeri 23 Kabupaten Tangerang. Kegiatan widya wisata ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa obyek wisata yang juga merupakan obyek pendidikan, dimana pengunjung yang datang ke obyek tersebut dapat terhibur serta sedikit banyaknya pasti mendapatkan pengetahuan baru walaupun hanya seputar obyek tersebut.
Salah satu tujuan widya wisata sekolah penulis adalah berkunjung ke sebuah situs purbakala yang berada di daerah Sangiran, kabupaten Sragen. Situs tersebut dikenal dengan nama Situs Sangiran.
Situs Sangiran ini berhasil membuat para arkeolog menemukan begitu banyak temuan purbakala yang mengisi ruang-ruang dalam museum Sangiran. Ketertarikan penulis dengan hasil kerja para peneliti itulah yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini. Atas dasar itulah penulis ingin mengungkap hal tersebut melalui karya tulis ini.
I. 2. Identifikasi Masalah
Museum Sangiran yang berada di dalam area Situs Sangiran ini adalah museum situs yang diperuntukkan dan dipersiapkan untuk menampung temuan-temuan dari situs Sangiran yang luas wilayahnya ± 56 km² dan mencakup dua kabupaten, 4 kecamatan, 22 desa, dan 151 dusun. Karena wilayahnya berada di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sragen, dan kabupaten Karanganyar, maka penanganannya sampai saat ini masih menjadi pertanggungjawaban pusat, yaitu Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT daerah, yaitu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang berkedudukan di Prambanan.
Kawasan Sangiran ditetapkan sebagai daerah cagar budaya pada tahun 1997 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk melestarikan dan melindungi situs Sangiran.
Selanjutnya untuk meningkatkan status situs Sangiran di mata dunia, maka pada tanggal 25 Juni 1995, situs Sangiran telah dinominasikan ke UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dan dicatat dalam “World Heritage List” nomer 593 dengan nama “ Sangiran Early Man Site”. (Dalam WHC-96/ Conf. 2201/ 21). Ketetapan ini kemudian secara resmi disebarluaskan oleh UNESCO melalui UNESCO-PERS Nomor 96-215.
I. 3. Pembatasan Masalah
Nama Situs Sangiran telah cukup terkenal diantara jajaran situs-situs manusia purba lain di dunia, yang jumlahnya sangat terbatas. Situs Sangiran dianggap penting karena memiliki beberapa keutamaan dibandingkan dengan situs-situs lain di dunia. Situs Sangiran juga memiliki potensi yang cukup besar yang membuatnya hingga saat ini selalu menjadi ajang penelitian dan studi evolusi manusia purba oleh para ali dari berbagai penjuru dunia.
Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh situs Sangiran sangat beragam dan tetap utuh seperti saat ditemukan, oleh karena kepandaian pihak pengelola museum Sangiran yang membagi tiap-tiap temuan dalam 15 vitrin.
Keberadaan situs Sangiran menjadi sebuah poin positif yang membanggakan nama Indonesia di mata dunia. Semua itu dapat terjadi juga oleh peran serta pemerintah yang bekerja sama
dengan masyarakat yang berdampak situs Sangiran menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
I. 4. Perumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah museum Sangiran?2. Apakah keutamaan situs Sangiran yang melebihi situs-situs
lain di dunia?3. Apa sajakah koleksi-koleksi yang dimiliki oleh museum
Sangiran?4. Bagaimana peran serta pemerintah dalam mengelola situs
Sangiran?
I. 5. Manfaat Penulisan
I. 5. 1. Manfaat Bagi Penulis :
1. Bangga menjadi warga Negara Indonesia
2. Menambah wawasan dan pengetahuan sejarah mengenai peradaban manusia purba
di Indonesia
3. Mempelajari dan memahami cara penulisan karya tulis yang benar
I. 5. 2. Manfaat Bagi Peneliti/ Penulis Lain :
1. Karya tulis ini dapat dijadikan bahan acuan/ referensi pada penelitian/ penulisan
selanjutnya
2. Menjadikan karya tulis ini sebagai isi tinjauan pustaka dari karya tulis peneliti/
penulis lain
3. Sebagai contoh karya tulis yang benar
I. 5. 3. Manfaat Bagi Pembaca :
1. Bagai mengunjungi museum Sangiran secara nyata padahal hanya membaca
sebuah karya tulis
2. Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sejarah museum purba di
Indonesia
3. Menjadikan situs Sangiran menjadi salah satu target wisata bersama keluarga
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II. 1. Tujuan Penelitian
1. Untuk melengkapi sebagian syarat menempuh Ujian Akhir Nasional 2011 SMA Negeri 23 Kab. Tangerang
2. Untuk melengkapi tugas penulis pada pelajaran Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui sejarah situs Sangiran hingga dapat terkenal dikalangan situs-situs
4. Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang telah ditemukan di Situs Sangiran
II. 2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Museum Manusia Purba, di dalam situs Sangiran yang wilayahnya berada di dua kabupaten (kabupaten Sragen, dan kabupaten Karanganyar), propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, situs Sangiran terletak antara 110º49’ hingga 110º53’ Bujur Timur dan diiantara 07º24’ hingga 07º30’.
II. 3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari selasa, 4 Mei 2010. Pukul 13.00-14.00 WIB.
II. 4. Metode Penelitian
Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Metode Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian
2. Metode Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dari narasumber yang bersangkutan
3. Study literature : Melalui media cetak dan media elektronik
BAB III
HASIL PENELITIAN
III. 1. Penyajian Data
III. 1. 1. Sejarah Museum Sangiran
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.
Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya
Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.
Tahin 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m². Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/ Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan, Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan.
Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.
III. 1. 2. Koleksi Museum Sangiran
Koleksi yang ada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran saat ini, semua berasal dari sekitar Situs Sangiran. Saat ini jumlah koleksi seluruhnya ± 13.808 buah. Koleksi tersebut akan selalu bertambah karena setiap musim hujan, bumi Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah.
Koleksi yang ada di Museum Sangiran antara lain berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sediment tanah, dan juga peralatan batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran.
Koleksi-koleksi tersebut sebagian besar masih disimpan di gudang dan sebagian lagi dipajang di ruang pameran. Ruang pameran saat ini ada 3 ruang. Ruang Utama berisi 15 Vitrin ditambah diorama, Ruang Pameran tambahan 1 berisi – vitrin, dan Ruang Pameran tambahan 2 berisi – vitrin.
III. 2. Analisis Data
III. 2. 1. Ruang Pameran Utama
III. 2. 1. a. Vitrin 1. Fosil Moluska
Moluska termasuk filum Invertebrata. Terbagi menjadi 7 Klas dan lebih dari 100.000 spesies. Pada Vitrin ini dipamerkan contoh-contoh moluska Klas Pelecipoda (kerang dengan dua cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), yang ditemukan pada Formasi Kalibeng dan Formasi Pucangan.
III. 2. 1. a. a). Klas Pelecypoda :
1. Venericardia
2. Arca
3. Pecten
4. Terlina
5. Ostrea
6. Steinkern
7. Fragmen Tridacna
8. Amonia
9. Vermetus
III. 2. 1. a. b). Klas Gastropoda :
1. Orthaulax
2. Olivia
3. Turbo
4. Eupleura
5. Strombus
6. Turritella
7. Conus
8. Ursalpinx
9. Buccina
10. Stinkern
III. 2. 1. b. Vitrin 2. Binatang Air
Vitrin 2 berisi fosil tengkorak buaya, fosil kura-kura, fosil ikan, dan fosil kepiting. Temuan fosil ikan Hiu menunjukkan bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi oleh air laut. Lingkungan ini kemudian berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya dan kura-kura, dan kepiting.
1. Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.)
Tanggal Penemuan : 17 Desember 1994
Nama P;enemu : Sunardi
Loasi Penemuan : Dk.Blimbing, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Startigrafi : Formasi Pucangan
2. Kura-Kura (Chelonia Sp.)
Tnaggal Penemuan : 1 Pebruari 1990
Nama Penemu : Hari Purnomo
Lokasi Penemuan : Dk. Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Klaijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
3. Rahang dan Sirip Belakang Ikan
Tanggal Penemuan : 20 Nopember 1975
Nama Penemu : Suwarno
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
4. Gigi Ikan Hiu
Tanggal Penemuan : 6 April 1977
Nama Penemu : Sutarjo
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
5. Ruas Tulang Belakang Ikan
Tanggal Penemuan : 20 Nopember 1975
Nama Penemu : Suwarno
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
6. Sirip Ikan Bagian Depan
Tanggal Penemuan : 4 Januari 1991
Nama Penemu : Purnomo
Lokasi Penemuan : Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
7. Kepiting
Tanggal Penemuan : 6 April 1976
Nama Penemu : Mitro
Lokasi Penemuan : Dari Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
III. 2. 1. c. Vitrin 3. Fosil Kayu
Selain sisa-sisa manusia dan binatang purba, di kawasan Cagar Budaya ditemukan pula sisa-sisa batang pohon yang telah menjadi fosil. Pada vitrin ini dipamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, yang ditemukan tahun 1955 dan Fosil Batang Pohon dari Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen, yang ditemukan tahun 1977. Keduanya dari Formasi Pucangan.
III. 2. 1. d. Vitrin 4. Kuda Nil (Hippopotamus Sp)
Kuda Nil adalah binatang darat yang hidup di danau atau rawa-rawa dan dapat menyelam di dalam air selama 5 menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya. Di daerah Sangiran binatang ini ditemukan pada formasi antara Pucangan dan Kabuh.
1. Rahang Bawah (Mandibula)
Tanggal Penemuan : 20 Pebruari 1994
Nama Penemu : Sodikromo
Lokasi Penemuan : Lereng tebing di sebelah barat Dukuh Grogolan, Ds. Bukuran,
Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
2. Rahang Atas (Maxilla)
Tanggal Penemuan : 25 April 1994
Nama Penemu : Mujimin
Lokasi Penemuan : Dukuh Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
3. Tulang Kering (Tibia)
Tanggal Penemuan : 4 Januari 1993
Nama Penemu : Warsito
Lokasi Penemuan : Dukuh Bubak, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan Atas
4. Tulang Kaki Depan Bagian Atas (Humerus)Tanggal Penemuan : 28 Desember 1993
Nama Penemu : Warsit
Lokasi Penemuan : Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan Atas
III. 2. 1. e. Vitrin 5. Copy Fosil Tengkorak Manusia
Vitrin ini berisi copy tengkorak manusia purba dari berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti evolusi manusia purba.
1. Australopithecus Africanus (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1937
Nama Penemu : R. Brom
Lokasi Penemuan : Sterfonteine, Afrika Selatan
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 2,5 juta tahun
2. Pithecanthropus Modjokertensis (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1936
Nama Penemu : Tjikro Handojo
Lokasi Penemuan : Perning, Mojokerto, Jawa Timur
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 1,9 juta tahun
3. Tengkorak Pithecanthropus Erectus II (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1937
Nama Penemu : GHR. Von Koeningswald
Lokasi Penemuan : Dukuh Bapang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : -
4. Tengkorak Pithecanthropus VIII (Sangiran 17)
Fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap hingga saat ini yang pernah ditemukan di Indonesia. Terdiri dari tempurung, kepala, bagian muka, dan rahang atas dengan gigi prageraham
(premolar 4), taring (canine) kiri, serta geraham (molar 1-3) kanan.
Fosil ditemukan di sebelah selatan kali Pucung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar. Secara geologis fosil ini diperkirakan berumur 700.000 tahun yang lalu. (Copy dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung).
5. Tengkorak Pithecanthropus Soloensis (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1932
Nama Penemu : Oppenoorth
Lokasi Penemuan : Ngandong, Kab. Blora, Jawa Tengah
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 400.000 tahun
Homo Sapien
Lokasi Penemuan : Dari Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Kec. Plupuh, Kab.
Sragen
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu
6. Homo Neanderthal Eropa (Copy)
7. Homo Neanderthal Asia (Copy)
8. Homo Sapiens-Sapiens (Copy)
III. 2. 1. f. Vitrin 6. Alat-alat Batu
Manusia purba yang hidup di Sangiran menggunakan batu sebagai peralatan. Temuan alat batu di Situs Sangiran membuktikan tentang adanya adaptasi manusia purba terhadap lingkungannya. Ditemukan “bakalan” kapak batu di daerah Sangiran, membuktikan bahwa alat-alat batu tersebut tidak didatangkan dari tempat lain. Adapun alat-alat batu yang ditemukan di Sangiran antara lain : serpih dan bilah, serut dan
gurdi, bakalan kapak batu, beliung perrsegi, kapak perimbas, bat inti, dan bola batu.
1. Serpih dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan panjang disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun menguliti binatang buruan.
2. Serut adalah alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk melobangi.
3. Beliung Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai alat pertanian di jaman neolitik.
4. Bakal Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.
Batu Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan bilah. Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan gamping kersikan, kwarsa, dll.
Bola Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.
III. 2. 1. g. Vitrin 7. Contoh Batuan dari Situs Sangiran
Vitrin ini memamerkan beberapa jenis contoh batu dan batuan yang ditemukan di kawasan Cagar Budaya Sangiran yang dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap alam dan lingkungan Sangiran, yang secara geologis dapat memberikan informasi kondisi alam purba masa itu.
1. Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat serpih.
2. Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan lain-lain.
3. Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat.
4. Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.5. Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok,
desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Jenis batuan ini
terjadi karena masuknya material batuan kedalam cangkang. Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah material berubah menjadi fosil, maka cangkang aslinya hancur.
6. Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin. Jenis batuan ini ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen.
7. Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang telah mongering dan mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari endapan dari Formasi Pucangan pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sangiran.
8. Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu kapur. Temuan dari situs Sangiran.
9. Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng.
10. Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Mud Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke permukaan bumi sambil membawa zat-zat dari dalam bumi. Dari penelitian diketahui bahwa material; mud volcano di situs Sangiran berasal dari Jerman tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu.
III. 2. 1. h. Vitrin 8. Tengkorak Kerbau (Bubalus Palaeokerabau)
Tanggal Penemuan : 20 Nopember 1992
Nama Penemu : Tardi
Lokasi Penemuan : Dari Dukuh Tanjung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab.
Karanganyar
Umur/ Stratigrafi : Pada Formasi Kabuh
III. 2. 1. i. Vitrin 9. Gajah Purba
Gajah Purba yang pernah hidup di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu.
No. Nama Koleksi Penemu dan Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Rahang Atas (Maxilla) Gajah Mastodon Sp.
Marjona,
5 Januari 1992
Formasi Kabuh, Situs Sangiran
2 Tulang Rusuk (Costa) Gajah Stegodon trigonochepalus
Supardi,
3 Desember 1991
Formasi Pucangan Atas di Dk. Bukuran, Kalijambe, Sragen
3 Gading gajah Stegodon trigonochepalus
Suwarno,
24 Agustus 1980
Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Blimning, Ds. Cangkol, Kec. Plupuh, Kab. Sragen
4 Sepasang gading Gajah Stegodon trigonochepalus
Sugimin,
7 Juni 1984
Formasi Kabuh di Dk. Grogolan
5 Tulang Panggul (Pelvis) Gajah Stegodon trigonochepalus
Sutarto,
20 April 1992
Formasi Kabuh, Dk. Tanjung, Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
6 Ruas Tulang Jari (Phalanx) Gajah Stegodon trigonochepalus
28 Oktober 1971 Formasi Kabuh, Situs Sangiran
7 Ruas tulang belakang (vertebrae) Gajah Stegodon trigonochepalus
15 Desember 1975 Formasi Kabuh, Situs Sangiran
8 Ruas tulang leher (Vertebrae cervical) Gajah Stegodon trigonochepalus
20 Desember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran
9 Gigi geraham bawah gajah
8 Nopember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran
10 Gigi Gajah (Elephas namadicus)
12 Desember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran
III. 2. 1. j. Vitrin 10. Fosil Bovidae
Bovidae adalah kelompok binatang bertanduk seperti kerbau, banteng, dan lain-lain. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi pucangan atas dan formasi kabuh.
No. Nama Koleksi Penemu dan Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Tulang Belakang (Vertebrae)
Sutanto,
26 Mei 1997
Formasi Kabuh Bawah, Sangiran
2 Rahang Bawah (Mandibula)
Paino,
10 Desember 1994
Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Kricikan, Ds. Rejosari, Kec. Gondangrejo, Karanganyar
3 Tulang Rusuk (Costa) Sutanto,
17 Mei 1977
Formasi Kabuh Bawah, Sangiran
4 Tulang Paha (Femur) Warsito,
1 Pebruari 1994
Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen
5 Tulang Kering (Tibia) Jumadi,
10 Mei 1977
Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen
6 Tulang Tapak Kaki (Metacarpal)
Mul Tukiman,
3 Nopember 1994
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
7 Tulang Kaki Depan Atas (Humorus)
Mul Tukiman,
28 Januari 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
8 Tengkorak (Cranium) 1975 Formasi Kabuh, di Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
Fosil Bovidae seperti kerbau, sapi, dan banteng banyak ditemukan di Situs Sangiran, terutama pada Formasi Pucangan Atas dan Formasi Kabuh.
No. Nama Koleksi Penemu dan Asal Temuan
Tanggal Penemuan1 Tulang Rusuk (Costa) Rukiman,
17 Mei 1977
Formasi Kabuh, di Dk. Pondok, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
2 Tulang Belakang (Vertebrae)
2 April 1978 Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Sragen
3 Tulang Jari (Phalanx) 23 Nopember 1975 Formasi Kabuh, di Situs Sangiran4 Tulang Tapak Kaki
Depan (Metacarpal)19 Maret 1997 Formasi Kabuh Bawah, di Situs
Sangiran5 Tulang Kering (Tibia) Tahun 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs
Sangiran6 Tulang Kaki Depan
Bawah (Radius)Tahun 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs
Sangiran7 Rahang Atas (Maxilla) 25 Pebruari 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs
Sangiran
III. 2. 1. k. Vitrin 11. Stegodon Trigonocephalus
1. Tulang Paha Gajah
Tanggal Penemuan : 4 Pebruari 1989
Nama Penemu : -
Lokasi Penemuan : Dari Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Pada Formasi Pucangan Atas
2. Tulang Hasta (Ulna) Stegodon trigonocephalus
Tanggal Penemuan : 23 Nopember 1975
Nama Penemu : -
Lokasi Penemuan : Dari kawasan cagar budaya Sangiran
Umur/ Stratigrafi : Pada Formasi Kabuh Bawah
III. 2. 1. l. Vitrin 12. Fosil Rusa (Cervus Sp.) dan Domba
Vitrin ini berisi fosil rusa dan domba yang pernah hidup pada kala Pleistosen Tengah dan diendapkan pada Formasi Kabuh. Koleksi vitrin antara lain:
1. Tanduk rusa jenis Cervus hippelaphus2. Tanduk dari jenis Cervus ludekteri3. Tengkorak rusa (Cranium)4. Rahang bawah Cervus hippelaphus (Mandibula)5. Rahang atas Cervus Sp.6. Tulang pinggul (Pelvis) Cervus Sp.7. Duboisia Santeng8. Rahang bawah domba (Mandibula)9. Tulang paha (Femur) domba10. Tulang tapak kaki belakang bawah (Metatarsus)
domba11. Tulang pengumpil (Radius)12. Ruas tulang jari (Phalanx) domba13. Ruas Pergelangan kaki belakang domba
III. 2. 1. m. Vitrin 13. Fosil Babi, Harimau, dan Badak
No. Nama Koleksi Penemu dan
Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Rahang atas babi Sus brachynathus
Mitro,
14 Maret 1977
Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
2 Rahang bawah (Mandibula) Babi Sus terhaari
Tahun 1976 Formasi Kabih, di Situs Sangiran
3 Tengkorak harimau (Cranium fellis paleojavanica)
Ngadino,
24 Demember 1993
Formasi Kabuh, di Dk. Wonolelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
4 Tulang paha harimau (Femur)
12 Juni 1993 Formasi Kabuh, Dk. Wonoelo, Ds. Brangkal, Kec. Gemolong, Kab. Sragen
5 Taring harimau (Canine)
Ngadino,
25 April 1991
Formasi Kabuh, di Dk. Wonoelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
6 Tengkorak badak (Rhinoceros sondaicus)
Harto,
24 April 1993
Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
7 Rahang bawah badak Mintorejo, Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan
7 Oktober 1993
Krajan, Ds. Manjarejo, Plupuh, Sragen
8 Tulang belikat badak Danusi,
6 Juli 1994
Formasi Kabuh di Dk. Kebonagung, Kec. Tanon, Sragen
III. 2. 1. n. Vitrin 14. Rahang Atas Elephas Namadicus
Tanggal Penemuan : 24 April 1980
Nama Penemu : Atmo
Lokasi Penemuan : Dari dukuh Ngejeng, desa Somomoro dukuh, Kec. Plupuh,
Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Pada lapisan grenzbank (antara formasi Pucangan dan Kabuh)
III. 2. 1. o. Vitrin 15. Rahang Gajah
Vitin ini berisi Rahang Atas Stegodon trigonocerphalus dan Rahang Bawah Elephantoides. Keduanya adalah jenis gajah purba yang pernah hidup di Sangiran.
No. Nama Koleksi Penemu dan
Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Rahang atas gajah Stegodon trigonocephalus
Atmo,
24 April 1980
Lapisan grenzbank, di Dk. Ngejeng, Ds. Sommoro dukuh, Kec. Plupuh, Sragen
2 Rahang bawah (Mandibula) gajah Elephantoides
Supardi,
3 Desember 1991
Formasi pucangan atas, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
III. 2. 2. Ruang Pameran Tambahan I
Vitrin Nama Koleksi Penemu dan
Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Bola Ratu Formasi Notopuro2 Rahang atas babi
Rahang bawah babi Taring babi
Sutanto,
25 Pebruari 1976
Formasi Pucangan di Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen
3 Rahang bawah badak Gudel,
29 Januari 1976
Formasi Pucangan, di Ngampon, Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
4 Tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus)
Lasimin,
30 Oktober 1996
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Brangkal, Gemolong, Sragen
5 Tulang kaki depan (Radius) gajah
Tulang hasta (Ulna) gajah
Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
6 Rahang atas gajah Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
7 Tulang pinggul (Pelvis) gajah
Giyono,
7 Januari 1994
Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
8 Rahang bawah gajah Slamet,
12 Januari 1989
Formasi Kabuh, di Dk. Toho, Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
9 Tulang jari gajah Mul Tukimin,
25 Desember 1995
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
10 Rahang atas (Maxilla) rusa
Tanduk rusa
Sugiyo,
10 Nopember 1999
Warsito,
10 Nopember 1999
Formasi Pucangan, di Ds. Ngebung dan Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
11 Tengkorak banteng Lasimin, Sukidi, Sugiman
30 Oktober 1996
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Ds. Brankal, Gemolong, Sragen
III. 2. 3. Ruang Pameran Tambahan II
Vitrin Nama Koleksi Penemu dan
Tanggal Penemuan
Asal Temuan
1 Rahang bawah kuda nil (Hippopotamus)
Sukar,
26 Pebruari 1976
Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran,
2 Kura-kura (Chelonia) Sanyoto,
8 Desember 1994
Formasi Pucangan, di Dk. Cengklik, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
3 Rahang atas dan gigi buaya
Warsito,
4 Januari 1993
Formasi Pucangan, di Ds. Krikilan, Klaijambe, Sragen
4 Kepiting, Tulang ikan, Gigi hiu
Formasi Pucangan
5 Koral/ Batu karang dan Diatome
6 Marginellidae, Buccinidae, Canideae
7 Tridacna maxima, Pugillina cochlidium, Placuna ephippum pernoviridis
8 Metraviolacea, Veneridae
9 Tonnidalium, Valutidae, Cymbiola
Suwarno, Formasi Kalibeng, di Kali Puren
4 Maret 197610 Turritella, Cantharus
melanasioumSutanto,
14 Maret 1976
Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran, Kalijambe, Sragen
11 Pleuraploca trapezium
Pugilina cochlidium
Setro,
16 April 1975
Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran
12 Fosil kayu
BAB IV. PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan
Von Koeningswald merupakan pelopor penelitian di Situs Sangiran.
Kegiatan pelatihan mencari balung buto hingga saat ini masih terus dilakukan oleh masyarakat Sangiran bersama dengan para peneliti dari dalam maupun luar negeri.
Tanggapan positif pemerintah oleh karena temuan-temuan di Situs Sangiranlah yang membuat pembangunan museum Sangiran berjalan lancar dan hingga saat ini pun masih dalam proses pembaharuan seiruing dengan hasil temuan yang terus bertambah setiap waktu.
Fosil-fosil yang ditemukan oleh peneliti, dikeloka oleh pihak kantor museum Sagiran, kemudian dipajang di ruang-ruang pameran yang tersebar kedalam lima belas vitrin.
Dari hasil table dan grafik pengunjung, dapat diketahui bahwa pengunjung yang datang ke museum Sangiran terus meningkat dari waktu ke waktu. Pengunjung pun tidak terbatas oleh umur dan jenis kelamin.
IV. 2. Saran
Kunjungilah setiap ruang yang ada di museum Sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona akan kekayaan purbakala Indonesia.
Berkeliling situs Sangiran bukan merupakan hal yang merugikan, sebab mungkin saja Anda dapat menjadi salah
satu penemu fosil purba yang temuannya dipajang di museum Sangiran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, Drs. Rusmulia Tjiptadi, dkk. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya. Sangiran: Koperasi Museum Sangiran.
2. Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
3. Kunjungan Langsung ke Situs Sangiran
Salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo). Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di dunia. Luasnya mencapai 56 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo.
Museum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi. Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas : Ruang Pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay; Ruang Laboraturium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan; Ruang Pertemuan yaitu ruang yang digunakan segala kegiatan yang diadakan di museum;Ruang display bawah tanah; Ruang audio visual; Ruang Penyimpanan koleksi fosil-fosil, Mushola dan Toilet.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.
Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah iniliah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.
Sampai saat ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto : 1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.
Di kawasan Museum Purbakala Sangiran telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum.
PENGESAHAN
Disahkan oleh pembimbing Karya Tulis(Laporan) MAN 1 Kota Magelang guna
memenuhi kewajiban siswa setelah mengikuti studi lapangan. Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mensahkan
Mengetahui
Kepala Pembimbing studi lapangan
Drs. THOIFUR ASRORI, S.Pd
NIP. 150195549 NIP. 150381563
LAPORAN PERJALANAN
Museum Sangiran & Waduk Kedung Ombo
Kelas X Tahun pelajaran 20008/2009
Laporan ini disusun untuk memenuhi
Persyaratan nilai mata pelajaran
IPS (Geografi, Sejarah, Sosiologi)
Disusun Oleh Yoga Dwi A
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang
Jl. Raya Payaman No. 1 Secang Magelang
Telp. (0293) 369256
KATA PENGATAR
Setelah selesainya laporan ini, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Laporan ini disusun sebagai salah satu arena latihan dan memenuhi kewajiban siswa setelah
mengikuti studi lapangan.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Thoifur selaku kepala MAN 1 Kota Magelang yang telah memeberikan ijin
untuk studi lapangan.
2. Guru pembimbing studi lepengan yang memberi pengarahan kepada penulis.
3. Bapak/Ibu guru MAN 1 Kota Magelang beserta staffnya.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan secara satu persatu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan, oleh karena itu
kepada para pembaca penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Harapan penulis semoga berguna bagi pengembangan ilmu dan wawasan
pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
C. Tujuan
D. Waktu, Tempat, Peserta
BAB II
A. Museum Sangiran
B. Waduk Kedung Ombo
BAB III
PNUTUP
A. Simpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Masa-masa liburan biasanya banyak tempat wisata yang dikunjungi wisatawan, baik
wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Salah satu tempat wisata yang banyak
dikunjungi adalah Museum Sangiran.
Pada Tanggal 20 Desember 2008 siswa-siswi kelas X MAN 1 Kota Magelang
mengadakan karya wisata ke Museum Sangiran yang merupakan bahan sebagai penyusunan
laporan ini.
A. LATAR BELAKANG
Penulis memilih judul “ Laporan Perjalanan Sangiran Waduk Kedungombo” karena
sebelumnya penulis telah melakukan pengamatan-pengamatan di museum sangiran dan
waduk kedungombo Boyolali. Penulis melakukan pengamatan di kedua tempat ini untuk
memperoleh informasi-informasi penting yang selanjutnya di jadikan bahan laporan.
Informasi penting ini kemudian akan di berikan kepada para pembaca.
B. TUJUAN
Tujuan dari studi lapangan ini adalah agar siswa mendapatkan bahan sebagai laporan
yang diajukan sebagai syarat kenaikan kelas. Selain itu, studi lapangan ke museum sangiran
ini dapat menambah ilmu pengtahuan dan wawasan para siswa.
C. WAKTU, TEMPAT DAN PESERTA
Tanggal 20 Desember 2008, siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang mengikuti studi
lapangan ke museum sangiran dan waduk kedung ombo Boyolali. Dibawah bimbingan Bapak
dan Ibu guru siswa melakukan pengamatan secara dekat dengan objek.
BAB II
ISI
A. SELAYANG PANDANG
MUSEUM SANGIRAN
1. Pengertian Museum Sangiran
Museum sangiran adalah saran pendidikan yang memperkenalkan kepada masyarakat
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda purba ( Peninggalan
Zaman Purba). Diharapkan dengan adanya museum sangiran masyarakat dapat
mempelajari dan mengetahui kehidupan-kehidupan di zaman purba.
2. Sejarah Singkat Museum Sangiran
Sangiran terletak pada 4,00-4,05 BT. 7,25-7,5 LS. Pada tahun 1930 G.R Von
Knoswold, ahli ilmu paleotologi yaitu ilmu tentang tulang belulang dari Jerman yang
bekerja di pemerintahan Hindia. Belanda membentuk kepala desa krikilan Toto
Marsono.
Tahun 1934 G.R Van Knoswold menemukan artefak batu yang terkenal
dengan industri serpih bilah sangiran.
Tahun 1936 ditemukan mandi bula.
Tahun 1937 ditemukan tulang femora/paha.
Tahun 1972 didirikan museum pertama yang sekarang menjadi balai desa
Krikilan.
Tahun 1988 diresmikan museum purbakala sangiran oleh Prof. Dr. Fuad
Hasan yang menjabat menjadi Mendibud pada waktu itu.
Tahun 1996 Situa Sangiran ditetapkan oleh UNESCO sebagai word united
nomor 593 sebagai warisan budaya dunia.
3. Penemuan-Penemuan di Sangiran
Di sangiran di temukan benda-benda purbakala. Dari seluruh dunia 75% fosil manusia
purba ditemukan di Sangiran.
Benda purbakala yang ditemukan di sangiran diantaranya adalah :
1. Rahang Gajah Stegodon
Rahang gajah purbakala ini di temukan di jembatan kedung kecil oleh warga
masyarakat
2. Rahang Crocodilus SP (Buaya)
Rahang buaya purba di temukan di utara desa Krikilan.
3. Rahang Atas Stegodon Trigonocepalus (Gajah)
4. Sepasang Gading Stegodon Trigonocepalus.
Gading gajah purba stegodon Trigonocepalus memiliki panjang 8 m. Gading
ini ditemukan di Dukuh Grogolan.
5. Rahang Atas Masgodon SP.
Ditemukan tahun 1992 di dukuh ngampon desa Krikilan, ditemukan pada
lapisan tanah warna abu-abu di formasi pucangan.
6. Tengkorak Kerbau Purba (Bubalus Palaeokerabau)
Tengkorak ini berumur 200.000-500.000 tahun yang lalu. Ditemukan tahun
1992 di Dukuh Tanjung.
7. Kapak Perimbas
Teknologi pembuatan kapak ini sejak akhir pleistosin tengah hingga
permukaan kala holosin.
8. Tanduk Purba
9. Tulang Jail
10. Radio Cubitus
B. KEDUNG OMBO BOYOLALI
1. Latar Belakang
Pemabangunan bendungan kedung ombo pada kali serang yang berlokasi di
desa Rambat Kec. Geyer Kab. Grobogan, dengan waduk yang tercipta di
Kaupaten ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan tentang potensi
sumber daya air cihulu maupun hilirnya.
Pembebasan tanah proyek waduk kedung ombo meliputi 37 desa 7 kecamatan
dan 3 kabupaten, Kabupaten Boyolali meliputi kecamatan Kemusu, Andong,
Juangi.Kabupaten grobogan meliputi Kecamatan Miri dan Sumber lawang.
Jumlah penduduk yang akan tergenang 5,399 KK dengan rata-rata 5-6 orang
per-KK.
2. Tahapan Pelaksanaan
1. Surver, Investigasi dan studi kelayakan dilaksanakan oleh proyek
perancangan pengembangan sumber-sumber air (P3 SA) bersama
NIDECO Tahun 1969-1976.
2. Desain dilaksanakan oleh proyek Jratunseluna bersama SMEC
dari Australia tahun 1976-1978. 1985.
3. Kaji ulang desain dilaksanakan proyek Jratuseluna bersama SMEC tahun
1979-1984.
4. Tahap Pembangunan
a. Pembuatan jalan masuk kantor lapangan laborat.
b. Trowongan pengelak dimulai akhir tahun 1983-1985 dilaksanakan
oleh PT. Brantas Abipraya.
c. Bendungan dan bangunan pelengkapnya.
5. Diresmikan presiden RI, H. M. Soeharto tanggal 18 Mei 1991.
6. Tahap operasi pemeliharaan tahun 1991 sampai 100 tahun yang akan
datang.
3. Manfaat Waduk Kedungombo
LANGSUNG
- Daerah Hulu
- Potensi Perikanan
- Penyediaan Irigasi Pompa
- Penyediaan Air Baku dll.