Upload
florantia-setya-nugroho
View
63
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasus farmasi skizo
Citation preview
Diskusi Kasus
SEORANG PEREMPUAN 18 TAHUN DENGAN
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
Oleh:
Debby Andina Landiasari
G99112043
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. H
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karanganyar
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMK
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 1 Maret 2013
Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Didapatkan anamnesis terhadap pasien (autoanamnesis).
Autoanamnesis dilakukan di bangsal Sembadra Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta pada tanggal 19 Maret 2013.
A. Keluhan Utama
Mengamuk
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Autoanamnesis
Pasien seorang perempuan, berusia 18 tahun, berpenampilan
sesuai usia dengan perawatan diri cukup baik. Saat ditanya mengenai
identitasnya, pasien mengaku bernama Nn. H, berusia 16 tahun. Saat
ditanyakan apa yang dirasakan saat ini, pasien merasa sedih, depresi,
dan frustasi karena putus dengan kedua pacaranya. Pasien
mengatakan untuk mengatasi sedihnya, pasien kini telah memiliki
2
dua pacar baru. Selain itu pasien mengatakan pasien juga merasa
bersalah karena telah membentak ibunya. Pasien masuk RSJD
diantar oleh ibu dan kakaknya. Pasien mengatakan bahwa pasien
diantar ke rumah sakit jiwa karena merasa depresi. Pasien
mengatakan sudah lama mengalami sakit seperti ini.
Pasien mengaku sebelum sakit, pasien menuntut ilmu di salah
satu SMK di Sragen dan sekarang sedang duduk di bangku kelas 2.
Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku sering
mendengar suara-suara yang menyuruh dirinya untuk bunuh diri.
Setiap mendengar suara-suara tersebut, pasien langsung menutup
kedua telinga dan menyebut Astagfirullahhaladzim. Selain
mendengar hal tersebut, pasien juga mendengar suara yang
menyuruhnya menikah. Untuk hal yang ini, pasien mengatakan ingin
menikah saat usianya 22 tahun.
Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku bahwa
dirinya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya sedang
membicarakan kejelekan dirinya dan merasa mengejar-ngejar
dirinya. Pasien bercerita ingin segera pindah dari bangsal Sembadra
karena dia merasa tidak nyambung saat bercerita dengan teman-
temannya sebangsal. Dia berfikir teman-temannya adalah orang gila
sedangkan dia tidak gila, hanya depresi.
Ketika ditanyakan perasaan pasien saat ini, pasien mengatakan
merasa ingin segera pulang ke rumah, pasien ingin meminta maaf
kepada ibu karena dulu pasien pernah membentak ibu tersebut.
Daya ingat pasien cukup baik. Pasien masih bisa makan,
minum dan mandi sendiri. Pasien juga mampu mengingat nama-
nama keluarganya. Pasien mampu menghitung pengurangan tahun
dengan jawaban yang benar.
Kontak mata pasien cukup dan ketika diajak bicara suara dan
intonasinya keras jelas.
3
2. Alloanamnesis
Menurut Tn. B, yang mengantar pasien ke RSJD, pasien
merupakan orang yang terlihat biasa saja dalam keseharian. Pasien
juga dapat mengikuti kegiatan bermasyarakat dan sekolah dengan
baik. Saat ditanyakan apakah pasien sering menyendiri, kakak pasien
mengatakan tidak. Pasien di sekolah selalu ingin menjadi yang
menonjol. Pasien meruapakan anak kedua dari dua bersaudara.
Pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama neneknya. Sementara
kakanya bekerja di Ngawi dan kedua orangtuanya bekerja di
Surakarta. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami gangguan
kejiwaan karena keinginan pasien terhadap sesuatu yang diminta
tidak dipenuhi. Menurut kakaknya, keinginan pasien selalu dipenuhi
oleh ibunya. Tetapi saat tidak dipenuhi, pasien bersikap marah-
marah dan membentak orang-orang di sekelilingnya. Setelah marah-
marah, biasanya pasien dan pergi dari rumah dengan sepeda motor
miliknya.
Kakak pasien mengatakan pasien sering keluar masuk rumah
sakit jiwa. Hal ini terjadi apabila keinginan pasien tidak dipenuhi
oleh keluarga pasien.
Menurut keluarga pasien, hal yang menyebabkan gejala
gangguan jiwa pada pasien kambuh kembali kali ini karena
keinginan pasien yang tidak dipenuhi oleh keluarga pasien. Selain
itu, keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien mulai tidak patuh
minum obat satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
kembali marah-marah dan mengamuk saat akan dibawa ke rumah
sakit jiwa.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
4
2. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat alergi atau asma : disangkal
- Riwayat trauma kepala : disangkal
3. Riwayat Gangguan Neurologik
- Riwayat kejang : disangkal
- Riwayat hilang kesadaran : disangkal
4. Riwayat Penyalahgunaan Zat
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat penggunaan alkohol : disangkal
- Riwayat penggunaan NAPZA : disangkal
C. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada informasi.
2. Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)
Tidak ada informasi.
3. Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)
Tidak ada informasi.
4. Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)
Pasien bersekolah di SMK Sragen.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja.
b. Riwayat Pendidikan
Pasien masih bersekolah di SMK.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah.
a. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam.
5
d. Riwayat Aktivitas Sosial
Cukup aktif (menurut keluarga)
e. Riwayat Kemiliteran
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kemiliteran.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah bermasalah dengan hukum dan polisi.
g. Impian, fantasi dan nilai
Pasien ingin cepat sembuh sehingga dapat pulang dan bertemu
dengan keluarganya.
D. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal
bersama ibu angkatnya di Karanganyar
GENOGRAM
Keterangan :
: laki-laki
: : perempuan
: pasien
: perempua
6
I. STATUS MENTAL
A. Gambaran Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan berusia 18 tahun, wajah sesuai umur,
perawatan dan kebersihan diri cukup.
a. Pembicaraan
Spontan, volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, menatap pemeriksa
B. Kesadaran
Kuantitatif : compos mentis GCS E4V5M6
Kualitatif : berubah
C. Alam Perasaan
b. Mood : depresi
c. Afek : meningkat
d. Keserasian : tidak serasi
D. Fungsi Intelektual
e. Orientasi
1. Personal: baik (mampu mengenali pemeriksa dan orang di
sekitarnya)
2. Tempat: baik
3. Waktu: baik
4. Situasi: baik
f. Daya konsentrasi dan perhatian: baik.
g. Pikiran abstrak : baik.
h. Daya ingat:
1. Jangka panjang : baik
2. Jangka pendek : baik
3. Jangka segera : baik
7
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : halusinasi auditorik
2. Ilusi : -
3. Depersonalisasi : -
4. Derealisasi : -
F. Proses Pikir
a. Arus pikir : koheren
b. Isi pikir : Waham kejar
Waham curiga
c. Bentuk pikir : non realistik
G. Daya Nilai
c. Daya nilai sosial : baik
d. Uji daya nilai : baik
e. Penilaian Realitas : baik
H. Tilikan
Derajat IV: menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu
yang tidak diketahui pada diri pasien.
I. Taraf Kepercayaan
Informasi yang didapatkan dari pasien dapat dipercaya tapi tidak
keseluruhan.
A. Pengendalian Implus
Baik
II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Interna
1. Keadaan Umum: Baik, compos mentis
2. Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
8
Frekuensi Nadi : 84 x/mnt
Frekuensi nafas : 20 x/mnt
Suhu : 36,40 C
a. Kepala : dalam batas normal
b. Thorak : dalam batas normal
c. Abdomen : dalam batas normal
d. Urogenital : dalam batas normal
e. Ekstremitas : dalam batas normal
B. Status Neurologis
Pemeriksaan Superior Inferior
Kekuatan
Gerakan
Tonus
Klonus
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
555/555
Bebas/bebas
Normotonus/Normotonus
-/-
+/+
-/-
555/555
Bebas/bebas
Normotonus/Normotonus
-/-
+/+
-/-
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien seorang perempuan, berusia 18 tahun, berpenampilan sesuai
usia dengan perawatan diri cukup baik. Saat ditanyakan apa yang
dirasakan saat ini, pasien merasa sedih, depresi, dan frustasi karena putus
dengan kedua pacarnya. Selain itu pasien mengatakan pasien juga merasa
bersalah karena telah membentak ibunya. Pasien mengaku sebelum sakit,
pasien menuntut ilmu di salah satu SMK di Sragen dan sekarang sedang
duduk di bangku kelas 2.
Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku sering
mendengar suara-suara yang menyuruh dirinya untuk bunuh diri.
9
Selain mendengar hal tersebut, pasien juga mendengar suara yang
menyuruhnya menikah.
Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku bahwa
dirinya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya sedang
membicarakan kejelekan dirinya dan merasa mengejar-ngejar
dirinya.
Ketika ditanyakan perasaan pasien saat ini, pasien mengatakan
merasa ingin segera pulang ke rumah, pasien ingin meminta maaf
kepada ibu karena dulu pasien pernah membentak ibu tersebut.
Daya ingat pasien cukup baik. Pasien masih bisa makan,
minum dan mandi sendiri. Pasien juga mampu mengingat nama-
nama keluarganya. Pasien mampu menghitung pengurangan tahun
dengan jawaban yang benar.
Kontak mata pasien cukup dan ketika diajak bicara suara dan
intonasinya keras jelas.
VI. Formulasi Diagnosis
A. Diagnosis Axis 1
Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan
yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada pasien ini
berdasarkan data ini, kemungkinan organik sebagai penyebab
kelainan yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini sehingga dapat
disingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F00 – F09).
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-
zat adiktif dan psikoaktif sebelumnya, sehingga diagnosis
gangguan mental dan perilaku akibat zat adiktif dan psikoaktif
(F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran
kuantitatif compos mentis GCS E4V5M6, kualitatif berubah, mood
depresi, afek meningkat, ditemukan halusinasi auditorik,
10
didapatkan gangguan isi pikir berupa waham kejar. Bentuk fikir
non realistik, tilikan derajat 4.
Berdasarkan data-data tersebut maka sesuai dengan kriteria
PPDGJ-III untuk axis I dapat ditegakkan diagnosis F.20.3
Skizofrenia yang Tak Terinci. Karena ditemukan kriteria umum
dari skizofrenia, yaitu terdapatnya halusinasi auditorik, ditambah
waham kejar dan waham curiga. Gejala tersebut telah berlangsung
lama dan terdapat gangguan bermakna pada fungsi sosial. Dari
berbagai jenis kriteria skizofrenia yang ada, pasien termasuk jenis
skizofrenia tak terinci karena halusinasi dan waham ditemukan tapi
tidak begitu menonjol, tidak ada kepribadian yang pemalu dan suka
menyendiri, afek pasien meningkat, pembicaraan koheren, tidak
ada stupor, gaduh gelisah, rigiditas, dan fleksibilitas cerea. Dengan
diagnosis banding F 20.0 Skizofrenia Paranoid
B. Diagnosis Axis II
Ciri kepribadian histrionik
C. Diagnosis Axis III
Tidak ada diagnosis
D. Diagnosis axis IV
Masalah keluarga
E Diagnosis axis V
GAF 30-21: disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,
tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
VII . Diagnosis Multiaksial
1. Diagnosis Axis I : F.20.3 Skizofrenia Tak Terinci
2. Diagnosis Axis II : Ciri kepribadian histrionik
11
3. Diagnosis Axis III : Tidak ada diagnosis
4. Diagnosis Axis IV : Masalah keluarga
5. Diagnosis Axis V : GAF 30-21: disabilitas berat dalam komunikasi dan
daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
VIII. Diagnosis Banding
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
IX . Daftar masalah
1. Organobiologik : tidak ada
2. Psikologik
a. Gangguan kesadaran kualitatif : (Kesadaran berubah)
b. Gangguan proses fikir
1. Bentuk : non realistik
2. Arus fikir : koheren
3. Isi fikir : waham kejar
Waham curiga
c. Gangguan alam perasaan : halusinasi auditorik
d. Tilikan diri derajat 4
X . Rencana Pengobatan
A. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg
Triheksifenidil 3x2 mg
Clorpromazine 3x100 mg
Haloperidol 3x5 mg
B. Psikoterapi
1. Motivasi pasien agar minum obat teratur dan rajin kontrol
2. Membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas secara bertahap.
12
C. Psikoedukasi
1. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita.
2. Memotivasi keluarga pasien agar mendukung pasien dengan
menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.
3. Menyarankan kepada keluarga untuk lebih berpartisipasi dalam
pengawasan pasien dalam meminum obat serta kontrol.
I. Prognosis
No Keterangan Meringankan Memberatkan
1 Onset - Cepat
2 Faktor pencetus jelas Jelas -
3 Perjalanan penyakit - Akut
4 Riwayat
social,pekerjaan,premorbid
Baik -
5 Mempunyai pasangan - Tidak ada
6 Riwayat gangguan jiwa dengan
keluarga
Tidak ada -
7 System support Ada -
8 Gejala Positif -
9 Remisi dalam 3 tahun - Tidak ada
10 Relaps - Ada
11 Riwayat trauma perinatal Tidak ada -
12 Tanda dan gejala neurologis Tidak ada -
13
a. Qua ad vitam: bonam
b. Qua ad sanam: bonam
c. Qua ad fungsionam: bonam
II. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan:
1. Mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional pasien.
(neuroleptik: Klorpromazin, Haloperidol, Klorprotiksen)
2. Mengurangi kecemasan.
(antiansietas: Diazepam, Klordiazepoksid, Klorazepat)
3. Memperbaiki suasana perasaan (mood).
(antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin)
Penatalaksanaan dilakukan melalui:
1. Psikofarmaka:
Largactil 1 x 100 mg
Dores 3 x 5 mg
Valium 3 x 5 mg
Artane 3 x 2 mg
2. Psikoterapi
Terhadap pasien:
a. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping pengobatan.
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol
setelah pulang dari perawatan.
c. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari secara bertahap.
Terhadap keluarga:
a. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien. Pasien
jangan terlalu sedih atau terlalu senang.
14
ς
ς
ς
ς
b. Menyarankan keluaga jangan membiarkan pasien melamun atau
tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan
yang disukai pasien dan bermanfaat secara ekonomi.
c. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat secara
teratur dan rutin.
Penulisan resep:
R/ Largactil tab. mg 100 No. III
S 1dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Dores tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Valium tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Artane tab. mg 2 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
III. Tinjauan Pustaka
A. Skizofrenia
1. Definisi
15
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian. (Rusdi, 2002)
2. Pedoman Diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas:
a. ”thought echo”
b. ”thought insertion or withdrawal”
c. ”thought broadcasting”
d. ”delusion of control”
e. ”delusion of passivity”
f. ”delusional perception”
g. Halusinasi auditorik
h. Waham-waham menetap jenis lainnya.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus
selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
b. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan
c. Perilaku katatonik
d. Gejala-gejala ”negatif”
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah
berlangsung lama selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus
ada suatu perubahan yang kon sisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
(Rusdi, 2002)
16
3. Klasifikasi
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan
menggnakan kode lima karakter berikut:
a. F20.x0 Berkelanjutan
b. F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
c. F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
d. F20.x3 Episodik berulang
e. F20.x4 Remisi tak sempurna
f. F20.x5 Remisi sempurna
g. F20.x8 Lainnya
h. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
(Rusdi, 2002)
B. Klorpromazin (CPZ)
1. Farmakodinamik
a. SSP
CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak
acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama
dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi
tergantung dari status emosional penderita sebelum minum
obat. (Sulistia, 2005)
b. Otot rangka
CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada
dalam keadaan spastik. (Sulistia, 2005)
c. Efek endokrin
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, serta sekresi ACTH.
Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya
terhadap hipotalamus. (Sulistia, 2005)
d. Kardiovaskular
CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal.
(Sulistia, 2005)
17
2. Farmakokinetik
Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila
diberikan peroral maupun parenteral. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman.
Efek samping umumnya merupakan efek perluasan
farmakodinamiknya. Mungkin dapat terjadi reaski idiosinkrasi.
(Sulistia, 2005)
4. Sediaan
CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25/100 mg dan larutan suntik 25
mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu
pada pengaruh cahaya. (Sulistia, 2005). Dalam kasus ini
digunakan preparat Largactil 1 x 100 mg. (ISFI, 2007).
C. Haloperidol
1. Farmakodinamik
Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin.
Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif
untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia.
(Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncak dalam
plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam. Ekskresi lambat melalui
ginjal. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi,
terutama pada penderita usia muda. Haloperidol sebaiknya tidak
dinrikan pada wanita hamil sampai terlihat bukti bahwa obat ini
tidak menimbulkan efek teratogenik. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Dalam kasus ini digunakan preparat Dores 3 x 5 mg. (ISFI, 2007).
18
D. Triheksifenidil
1. Farmakodinamik
Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya bermanfaat terhadap
Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, termasuk
juga antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan gangguan
ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak. Triheksifenidil
juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhea) dan suasana
perasaan (mood). (Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik obat ini. Kadar
puncak triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh
eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
a. Sentral
Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi, halusinasi,
somnolen, dan koma. (Sulistia, 2005)
b. Perifer
Sama dengan atropin. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg. Dalam kasus ini
digunakan preparat Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2007).
19
DAFTAR PUSTAKA
ISFI 2007. Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi
Ganiswara, Sullistia. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI
Maslim, Rusdi. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Dian Rakyat
20