29
Diskusi Kasus SEORANG PEREMPUAN 18 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI Oleh: Debby Andina Landiasari G99112043 1

kasus farmasi skizofrenia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus farmasi skizo

Citation preview

Page 1: kasus farmasi skizofrenia

Diskusi Kasus

SEORANG PEREMPUAN 18 TAHUN DENGAN

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Oleh:

Debby Andina Landiasari

G99112043

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2013

1

Page 2: kasus farmasi skizofrenia

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. H

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Karanganyar

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan : SMK

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal Masuk RS : 1 Maret 2013

Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Didapatkan anamnesis terhadap pasien (autoanamnesis).

Autoanamnesis dilakukan di bangsal Sembadra Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta pada tanggal 19 Maret 2013.

A. Keluhan Utama

Mengamuk

A. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Autoanamnesis

Pasien seorang perempuan, berusia 18 tahun, berpenampilan

sesuai usia dengan perawatan diri cukup baik. Saat ditanya mengenai

identitasnya, pasien mengaku bernama Nn. H, berusia 16 tahun. Saat

ditanyakan apa yang dirasakan saat ini, pasien merasa sedih, depresi,

dan frustasi karena putus dengan kedua pacaranya. Pasien

mengatakan untuk mengatasi sedihnya, pasien kini telah memiliki

2

Page 3: kasus farmasi skizofrenia

dua pacar baru. Selain itu pasien mengatakan pasien juga merasa

bersalah karena telah membentak ibunya. Pasien masuk RSJD

diantar oleh ibu dan kakaknya. Pasien mengatakan bahwa pasien

diantar ke rumah sakit jiwa karena merasa depresi. Pasien

mengatakan sudah lama mengalami sakit seperti ini.

Pasien mengaku sebelum sakit, pasien menuntut ilmu di salah

satu SMK di Sragen dan sekarang sedang duduk di bangku kelas 2.

Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku sering

mendengar suara-suara yang menyuruh dirinya untuk bunuh diri.

Setiap mendengar suara-suara tersebut, pasien langsung menutup

kedua telinga dan menyebut Astagfirullahhaladzim. Selain

mendengar hal tersebut, pasien juga mendengar suara yang

menyuruhnya menikah. Untuk hal yang ini, pasien mengatakan ingin

menikah saat usianya 22 tahun.

Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku bahwa

dirinya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya sedang

membicarakan kejelekan dirinya dan merasa mengejar-ngejar

dirinya. Pasien bercerita ingin segera pindah dari bangsal Sembadra

karena dia merasa tidak nyambung saat bercerita dengan teman-

temannya sebangsal. Dia berfikir teman-temannya adalah orang gila

sedangkan dia tidak gila, hanya depresi.

Ketika ditanyakan perasaan pasien saat ini, pasien mengatakan

merasa ingin segera pulang ke rumah, pasien ingin meminta maaf

kepada ibu karena dulu pasien pernah membentak ibu tersebut.

Daya ingat pasien cukup baik. Pasien masih bisa makan,

minum dan mandi sendiri. Pasien juga mampu mengingat nama-

nama keluarganya. Pasien mampu menghitung pengurangan tahun

dengan jawaban yang benar.

Kontak mata pasien cukup dan ketika diajak bicara suara dan

intonasinya keras jelas.

3

Page 4: kasus farmasi skizofrenia

2. Alloanamnesis

Menurut Tn. B, yang mengantar pasien ke RSJD, pasien

merupakan orang yang terlihat biasa saja dalam keseharian. Pasien

juga dapat mengikuti kegiatan bermasyarakat dan sekolah dengan

baik. Saat ditanyakan apakah pasien sering menyendiri, kakak pasien

mengatakan tidak. Pasien di sekolah selalu ingin menjadi yang

menonjol. Pasien meruapakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama neneknya. Sementara

kakanya bekerja di Ngawi dan kedua orangtuanya bekerja di

Surakarta. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami gangguan

kejiwaan karena keinginan pasien terhadap sesuatu yang diminta

tidak dipenuhi. Menurut kakaknya, keinginan pasien selalu dipenuhi

oleh ibunya. Tetapi saat tidak dipenuhi, pasien bersikap marah-

marah dan membentak orang-orang di sekelilingnya. Setelah marah-

marah, biasanya pasien dan pergi dari rumah dengan sepeda motor

miliknya.

Kakak pasien mengatakan pasien sering keluar masuk rumah

sakit jiwa. Hal ini terjadi apabila keinginan pasien tidak dipenuhi

oleh keluarga pasien.

Menurut keluarga pasien, hal yang menyebabkan gejala

gangguan jiwa pada pasien kambuh kembali kali ini karena

keinginan pasien yang tidak dipenuhi oleh keluarga pasien. Selain

itu, keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien mulai tidak patuh

minum obat satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien

kembali marah-marah dan mengamuk saat akan dibawa ke rumah

sakit jiwa.

B. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

4

Page 5: kasus farmasi skizofrenia

2. Riwayat Gangguan Medis

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat diabetes mellitus : disangkal

- Riwayat alergi atau asma : disangkal

- Riwayat trauma kepala : disangkal

3. Riwayat Gangguan Neurologik

- Riwayat kejang : disangkal

- Riwayat hilang kesadaran : disangkal

4. Riwayat Penyalahgunaan Zat

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat penggunaan alkohol : disangkal

- Riwayat penggunaan NAPZA : disangkal

C. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Tidak ada informasi.

2. Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)

Tidak ada informasi.

3. Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)

Tidak ada informasi.

4. Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)

Pasien bersekolah di SMK Sragen.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja.

b. Riwayat Pendidikan

Pasien masih bersekolah di SMK.

c. Riwayat Pernikahan

Pasien belum pernah menikah.

a. Riwayat Agama

Pasien memeluk agama Islam.

5

Page 6: kasus farmasi skizofrenia

d. Riwayat Aktivitas Sosial

Cukup aktif (menurut keluarga)

e. Riwayat Kemiliteran

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kemiliteran.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah bermasalah dengan hukum dan polisi.

g. Impian, fantasi dan nilai

Pasien ingin cepat sembuh sehingga dapat pulang dan bertemu

dengan keluarganya.

D. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal

bersama ibu angkatnya di Karanganyar

GENOGRAM

Keterangan :

: laki-laki

: : perempuan

: pasien

: perempua

6

Page 7: kasus farmasi skizofrenia

I. STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

a. Penampilan

Seorang perempuan berusia 18 tahun, wajah sesuai umur,

perawatan dan kebersihan diri cukup.

a. Pembicaraan

Spontan, volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas

b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Normoaktif

c. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif, menatap pemeriksa

B. Kesadaran

Kuantitatif : compos mentis GCS E4V5M6

Kualitatif : berubah

C. Alam Perasaan

b. Mood : depresi

c. Afek : meningkat

d. Keserasian : tidak serasi

D. Fungsi Intelektual

e. Orientasi

1. Personal: baik (mampu mengenali pemeriksa dan orang di

sekitarnya)

2. Tempat: baik

3. Waktu: baik

4. Situasi: baik

f. Daya konsentrasi dan perhatian: baik.

g. Pikiran abstrak : baik.

h. Daya ingat:

1. Jangka panjang : baik

2. Jangka pendek : baik

3. Jangka segera : baik

7

Page 8: kasus farmasi skizofrenia

E. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : halusinasi auditorik

2. Ilusi : -

3. Depersonalisasi : -

4. Derealisasi : -

F. Proses Pikir

a. Arus pikir : koheren

b. Isi pikir : Waham kejar

Waham curiga

c. Bentuk pikir : non realistik

G. Daya Nilai

c. Daya nilai sosial : baik

d. Uji daya nilai : baik

e. Penilaian Realitas : baik

H. Tilikan

Derajat IV: menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu

yang tidak diketahui pada diri pasien.

I. Taraf Kepercayaan

Informasi yang didapatkan dari pasien dapat dipercaya tapi tidak

keseluruhan.

A. Pengendalian Implus

Baik

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Interna

1. Keadaan Umum: Baik, compos mentis

2. Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg

8

Page 9: kasus farmasi skizofrenia

Frekuensi Nadi : 84 x/mnt

Frekuensi nafas : 20 x/mnt

Suhu : 36,40 C

a. Kepala : dalam batas normal

b. Thorak : dalam batas normal

c. Abdomen : dalam batas normal

d. Urogenital : dalam batas normal

e. Ekstremitas : dalam batas normal

B. Status Neurologis

Pemeriksaan Superior Inferior

Kekuatan

Gerakan

Tonus

Klonus

Reflek Fisiologis

Reflek Patologis

555/555

Bebas/bebas

Normotonus/Normotonus

-/-

+/+

-/-

555/555

Bebas/bebas

Normotonus/Normotonus

-/-

+/+

-/-

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Pasien seorang perempuan, berusia 18 tahun, berpenampilan sesuai

usia dengan perawatan diri cukup baik. Saat ditanyakan apa yang

dirasakan saat ini, pasien merasa sedih, depresi, dan frustasi karena putus

dengan kedua pacarnya. Selain itu pasien mengatakan pasien juga merasa

bersalah karena telah membentak ibunya. Pasien mengaku sebelum sakit,

pasien menuntut ilmu di salah satu SMK di Sragen dan sekarang sedang

duduk di bangku kelas 2.

Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku sering

mendengar suara-suara yang menyuruh dirinya untuk bunuh diri.

9

Page 10: kasus farmasi skizofrenia

Selain mendengar hal tersebut, pasien juga mendengar suara yang

menyuruhnya menikah.

Selama mondok di bangsal Sembadra, pasien mengaku bahwa

dirinya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya sedang

membicarakan kejelekan dirinya dan merasa mengejar-ngejar

dirinya.

Ketika ditanyakan perasaan pasien saat ini, pasien mengatakan

merasa ingin segera pulang ke rumah, pasien ingin meminta maaf

kepada ibu karena dulu pasien pernah membentak ibu tersebut.

Daya ingat pasien cukup baik. Pasien masih bisa makan,

minum dan mandi sendiri. Pasien juga mampu mengingat nama-

nama keluarganya. Pasien mampu menghitung pengurangan tahun

dengan jawaban yang benar.

Kontak mata pasien cukup dan ketika diajak bicara suara dan

intonasinya keras jelas.

VI. Formulasi Diagnosis

A. Diagnosis Axis 1

Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan

yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada pasien ini

berdasarkan data ini, kemungkinan organik sebagai penyebab

kelainan yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta

mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini sehingga dapat

disingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F00 – F09).

Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-

zat adiktif dan psikoaktif sebelumnya, sehingga diagnosis

gangguan mental dan perilaku akibat zat adiktif dan psikoaktif

(F10-F19) dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran

kuantitatif compos mentis GCS E4V5M6, kualitatif berubah, mood

depresi, afek meningkat, ditemukan halusinasi auditorik,

10

Page 11: kasus farmasi skizofrenia

didapatkan gangguan isi pikir berupa waham kejar. Bentuk fikir

non realistik, tilikan derajat 4.

Berdasarkan data-data tersebut maka sesuai dengan kriteria

PPDGJ-III untuk axis I dapat ditegakkan diagnosis F.20.3

Skizofrenia yang Tak Terinci. Karena ditemukan kriteria umum

dari skizofrenia, yaitu terdapatnya halusinasi auditorik, ditambah

waham kejar dan waham curiga. Gejala tersebut telah berlangsung

lama dan terdapat gangguan bermakna pada fungsi sosial. Dari

berbagai jenis kriteria skizofrenia yang ada, pasien termasuk jenis

skizofrenia tak terinci karena halusinasi dan waham ditemukan tapi

tidak begitu menonjol, tidak ada kepribadian yang pemalu dan suka

menyendiri, afek pasien meningkat, pembicaraan koheren, tidak

ada stupor, gaduh gelisah, rigiditas, dan fleksibilitas cerea. Dengan

diagnosis banding F 20.0 Skizofrenia Paranoid

B. Diagnosis Axis II

Ciri kepribadian histrionik

C. Diagnosis Axis III

Tidak ada diagnosis

D. Diagnosis axis IV

Masalah keluarga

E Diagnosis axis V

GAF 30-21: disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,

tidak mampu berfungsi hampir semua bidang

VII . Diagnosis Multiaksial

1. Diagnosis Axis I : F.20.3 Skizofrenia Tak Terinci

2. Diagnosis Axis II : Ciri kepribadian histrionik

11

Page 12: kasus farmasi skizofrenia

3. Diagnosis Axis III : Tidak ada diagnosis

4. Diagnosis Axis IV : Masalah keluarga

5. Diagnosis Axis V : GAF 30-21: disabilitas berat dalam komunikasi dan

daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang

VIII. Diagnosis Banding

F 20.0 Skizofrenia Paranoid

IX . Daftar masalah

1. Organobiologik : tidak ada

2. Psikologik

a. Gangguan kesadaran kualitatif : (Kesadaran berubah)

b. Gangguan proses fikir

1. Bentuk : non realistik

2. Arus fikir : koheren

3. Isi fikir : waham kejar

Waham curiga

c. Gangguan alam perasaan : halusinasi auditorik

d. Tilikan diri derajat 4

X . Rencana Pengobatan

A. Psikofarmaka

Risperidon 2x2 mg

Triheksifenidil 3x2 mg

Clorpromazine 3x100 mg

Haloperidol 3x5 mg

B. Psikoterapi

1. Motivasi pasien agar minum obat teratur dan rajin kontrol

2. Membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas secara bertahap.

12

Page 13: kasus farmasi skizofrenia

C. Psikoedukasi

1. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang

penyakit yang diderita.

2. Memotivasi keluarga pasien agar mendukung pasien dengan

menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.

3. Menyarankan kepada keluarga untuk lebih berpartisipasi dalam

pengawasan pasien dalam meminum obat serta kontrol.

I. Prognosis

No Keterangan Meringankan Memberatkan

1 Onset - Cepat

2 Faktor pencetus jelas Jelas -

3 Perjalanan penyakit - Akut

4 Riwayat

social,pekerjaan,premorbid

Baik -

5 Mempunyai pasangan - Tidak ada

6 Riwayat gangguan jiwa dengan

keluarga

Tidak ada -

7 System support Ada -

8 Gejala Positif -

9 Remisi dalam 3 tahun - Tidak ada

10 Relaps - Ada

11 Riwayat trauma perinatal Tidak ada -

12 Tanda dan gejala neurologis Tidak ada -

13

Page 14: kasus farmasi skizofrenia

a. Qua ad vitam: bonam

b. Qua ad sanam: bonam

c. Qua ad fungsionam: bonam

II. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan:

1. Mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional pasien.

(neuroleptik: Klorpromazin, Haloperidol, Klorprotiksen)

2. Mengurangi kecemasan.

(antiansietas: Diazepam, Klordiazepoksid, Klorazepat)

3. Memperbaiki suasana perasaan (mood).

(antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin)

Penatalaksanaan dilakukan melalui:

1. Psikofarmaka:

Largactil 1 x 100 mg

Dores 3 x 5 mg

Valium 3 x 5 mg

Artane 3 x 2 mg

2. Psikoterapi

Terhadap pasien:

a. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara

pengobatan, efek samping pengobatan.

b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol

setelah pulang dari perawatan.

c. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-

hari secara bertahap.

Terhadap keluarga:

a. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien. Pasien

jangan terlalu sedih atau terlalu senang.

14

Page 15: kasus farmasi skizofrenia

ς

ς

ς

ς

b. Menyarankan keluaga jangan membiarkan pasien melamun atau

tanpa aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan

yang disukai pasien dan bermanfaat secara ekonomi.

c. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat secara

teratur dan rutin.

Penulisan resep:

R/ Largactil tab. mg 100 No. III

S 1dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

R/ Dores tab. mg 5 No. VI

S 3dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

R/ Valium tab. mg 5 No. VI

S 3dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

R/ Artane tab. mg 2 No. VI

S 3dd tab. I

Pro. Ny. I (25 th)

III. Tinjauan Pustaka

A. Skizofrenia

1. Definisi

15

Page 16: kasus farmasi skizofrenia

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung

pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada

umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak

wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif

tertentu dapat berkembang kemudian. (Rusdi, 2002)

2. Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas:

a. ”thought echo”

b. ”thought insertion or withdrawal”

c. ”thought broadcasting”

d. ”delusion of control”

e. ”delusion of passivity”

f. ”delusional perception”

g. Halusinasi auditorik

h. Waham-waham menetap jenis lainnya.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus

selalu ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja

b. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan

c. Perilaku katatonik

d. Gejala-gejala ”negatif”

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah

berlangsung lama selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus

ada suatu perubahan yang kon sisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

(Rusdi, 2002)

16

Page 17: kasus farmasi skizofrenia

3. Klasifikasi

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan

menggnakan kode lima karakter berikut:

a. F20.x0 Berkelanjutan

b. F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

c. F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

d. F20.x3 Episodik berulang

e. F20.x4 Remisi tak sempurna

f. F20.x5 Remisi sempurna

g. F20.x8 Lainnya

h. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

(Rusdi, 2002)

B. Klorpromazin (CPZ)

1. Farmakodinamik

a. SSP

CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama

dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi

tergantung dari status emosional penderita sebelum minum

obat. (Sulistia, 2005)

b. Otot rangka

CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada

dalam keadaan spastik. (Sulistia, 2005)

c. Efek endokrin

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, serta sekresi ACTH.

Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya

terhadap hipotalamus. (Sulistia, 2005)

d. Kardiovaskular

CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal.

(Sulistia, 2005)

17

Page 18: kasus farmasi skizofrenia

2. Farmakokinetik

Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila

diberikan peroral maupun parenteral. (Sulistia, 2005)

3. Efek samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman.

Efek samping umumnya merupakan efek perluasan

farmakodinamiknya. Mungkin dapat terjadi reaski idiosinkrasi.

(Sulistia, 2005)

4. Sediaan

CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25/100 mg dan larutan suntik 25

mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu

pada pengaruh cahaya. (Sulistia, 2005). Dalam kasus ini

digunakan preparat Largactil 1 x 100 mg. (ISFI, 2007).

C. Haloperidol

1. Farmakodinamik

Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin.

Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif

untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia.

(Sulistia, 2005)

2. Farmakokinetik

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncak dalam

plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam. Ekskresi lambat melalui

ginjal. (Sulistia, 2005)

3. Efek samping

Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi,

terutama pada penderita usia muda. Haloperidol sebaiknya tidak

dinrikan pada wanita hamil sampai terlihat bukti bahwa obat ini

tidak menimbulkan efek teratogenik. (Sulistia, 2005)

4. Sediaan

Dalam kasus ini digunakan preparat Dores 3 x 5 mg. (ISFI, 2007).

18

Page 19: kasus farmasi skizofrenia

D. Triheksifenidil

1. Farmakodinamik

Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya bermanfaat terhadap

Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, termasuk

juga antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan gangguan

ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak. Triheksifenidil

juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhea) dan suasana

perasaan (mood). (Sulistia, 2005)

2. Farmakokinetik

Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik obat ini. Kadar

puncak triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh

eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. (Sulistia, 2005)

3. Efek samping

a. Sentral

Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi, halusinasi,

somnolen, dan koma. (Sulistia, 2005)

b. Perifer

Sama dengan atropin. (Sulistia, 2005)

4. Sediaan

Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg. Dalam kasus ini

digunakan preparat Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2007).

19

Page 20: kasus farmasi skizofrenia

DAFTAR PUSTAKA

ISFI 2007. Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi

Ganiswara, Sullistia. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI

Maslim, Rusdi. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Dian Rakyat

20