21
NAMA KELOMPOK: ADETYA DERIVARTIANA (2) BILLY BUDIMAN (10) DWI ANJANI (12) EKA MERY UTAMI (15) FACHROROZI (16) FRISKA SETIAWATI (17)

KATA PENGANTAR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTAR

NAMA KELOMPOK:

ADETYA DERIVARTIANA (2)

BILLY BUDIMAN (10)

DWI ANJANI (12)

EKA MERY UTAMI (15)

FACHROROZI (16)

FRISKA SETIAWATI (17)

Page 2: KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui sejarah lahirnya puri dan kota singaraja yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “sejarah lahirnya puri dan kota singaraja” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap sejarah yang pernah ada.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan juga berbagai pihak yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

PENULIS

Page 3: KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Pendahuluan............................................................................................................1

Latar Belakang.........................................................................................................1

Rumusan Masalah....................................................................................................2

Tujuan......................................................................................................................2

Manfaat....................................................................................................................2

Metode.....................................................................................................................3

Pembahasan.............................................................................................................4

Penutup....................................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................9

Page 4: KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya di Asia Tenggara khususnya Indonesia, kita dapat melihat bahwa

perkembangan kota-kota yang ada sekarang ini tidak lepas dari warisan dalam bentuk sejarah

masa lalu di daerah tersebut.dalam kajian tentang masalah perkotaan, beberapa aspek penting

yang memainkan peranan penting adalah keadaan demografi, teknologi, organisasi, dan

lingkungan. Dengan demikian aspek-aspek itu penting untuk dipahami, karena adanya faktor

yang saling kait mengkait. Dalam dinamika sejarahnya, banyak kota-kota itu terlahir sebagai

akibat pusat-pusat politik tradisional seperti pusat-pusat istana kerajaan, pusat-pusat

perkembangan perdagangan seperti di daerah pegunungan, demikian pula di pelabuhan atau

wilayah pesisir pantai. Dalam perkembangan selanjutnya tampaknya terjadi pergeseran pusat-

pusat perdagangan dari pegunungan ke pantai. Perpindahan itu seringkali terjadi karena

dinamika politik, di pedalaman sebagai akibat perkembangan politik di tingkat internal yang

menyebabkan keinginan untuk memisahkan diri, maupun serangan dari kerajaan-kerajaan

lainnya. Pengalaman sejarah seperti itu dapat kita lihat dari tumbuh dan berkembangnya kota

Bangkok di Thailand maupun Den Bukit yang kemudian menjadi Buleleng sebagai pusat

perkembangan politik, ekonomi dan budaya di Bali Utara. Nama Buleleng juga seringkali

dipergunakan untuk menyebut nama Puri kerajaan, yaitu Puri Buleleng. Saat ini Buleleng,

selain menjadi nama di wilayah itu, juga dipergunakan sebagai nama pasar, yakni Pasar

Buleleng yang merupakan salah satu pasar di kawasan itu. Nama Buleleng juga dipergunakan

sebagai sebutan nama kabupaten, yaitu kabupaten Buleleng. Secara historis, kabupaten-

kabupaten di Bali pada awalnya berasal dari pusat-pusat kerajaan itu yang masing-masing

masyarakat lokal di wilayah itu memiliki adat istiadat, sistem subak dan pemerintahan

sendiri. Struktur masyarakat di tiap-tiap kabupaten yang berbasiskan desa-desa adat

mempunyai wilayah dengan karakteristiknya sendiri yang tidak hanya menentukan

pelaksanaan keagamaan, melainkan juga persoalan sosial dan budaya.

Kemudian kami di sini akan menjelaskan Bagaimanakah sejarah perkembangan dari

awal hingga akhir Sejarah Lahirnya Puri & Kota Singaraja-Buleleng. Tema ini kami pilih

karena tema ini sangat menarik perhatian kami dimana tema ini berperan penting dalam

perkembangan kota Singaraja (Buleleng) dan kami menyadari bahwa sejarah yang ada pada

daerah itu tidak boleh/dapat dilupakan untuk kemajuan yang menjadi tonngak menuju

Page 5: KATA PENGANTAR

kehidupan yang lebih baik. Bagaimanakah perkembangan Sejarah terjadinya kota Buleleng?

Untuk lebih lanjutnya akan dijelaskan pada makalah ini.

RUMUSAN MASALAH

Agar pembahasan sesuai dengan yang di inginkan penulis dapat tercapai dengan tepat

dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah peranan Puri Agung ini dimasa Kerajaan?

2. Apakah ada hubungan antara Puri Agung & Kanginan?

3. Kenapa Puri seakan terbelah/terkelompok menjadi 2?

4. Pada masa Pemeritahan siapakah Puri Agung ini berdiri?

5. Apakah adanya ritual khusus untuk memberikan sesaji kepada penglingsir di Puri

Agung?

6. Apakah Pemerintahan berperan aktif dalam kedua puri ini?

TUJUAN

Dengan di buatnya karya tulis ini, penulis mempunyai tujuan pokok yang ingin di

capai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menghayati sejarah berdirinya Kota Singaraja ( Buleleng )

2. Mengetahui Latar Belakang didirikannya Kota Singaraja Buleleng

3. Mengetahu makna dan arti dari pendirian Kota Singaraja ( Buleleng )

4. Mengetahui Peranan Kota Singaraja ( Buleleng ) dalam sejarah pekembangannya

MANFAAT

1. Dapat mengetahui serta menghayati sejarah Kota Singaraja ( Buleleng )

2. Melestarikan Sejarah agar tidak punah

3. Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang asal usul Kota Singaraja

4. Bagi masyarakat umum dapat menyadarkan akan penting nya suatu sejarah itu

Page 6: KATA PENGANTAR

METODE

OBSERVASI

Kelompok ini melakukan observasi mengenai hubungan antara Puri Kanginan dan Puri Agung. Kedua Puri tersebut terdapat di wilayah Liligundi. Di Puri Kanginan terdapat beberapa foto tentang sejarah raja-raja yang pernah tinggal di sana, diantaranya I Gusti Kt. Jlantik, I Gusti Pt. Batan, I Gusti Pt. Geria, dan I Gusti Bagus Surya. Selain foto tentang raja, ada juga foto tentang masyarakat Hindu Bali mengenal cara berbusana pada abad 19 tahun 1890. Di Puri Kanginan juga ada silsilah raja-raja yang pernah menjabat di Buleleng.

Tak hanya di Puri Kanginan, di Puri Agung pun juga terdapat foto-foto raja, seperti I Gusti Pt. Geria, yaitu ayah dari Kt. Agung I Gusti Pt. Djlantik, dan A.A Ngurah Agung, yaitu putra suluh A.A Pandji Tisna penglingsir Puri Agung Singaraja generasi XII Dinasti Pandji Sakti pada tahun 1924-1997.

WAWANCARA

Di saat melakukan observasi, ada beberapa pertanyaan yang diajukan yaitu :1. Apakah peranan Puri Agung di masa kerajaan?

2. Apakah ada hubungan antara Puri Agung dan Puri Kanginan?

3. Kenapa Puri ini seakan-akan terbelah menjadi dua?

4. Pada masa pemerintahan siapakah Puri Agung ini berdiri?

5. Apakah ada ritual khusus untuk memberikan sesaji kepada penglingsir di Puri

Agung?

6. Apakah pemerintahan berperan aktif dalam kedua Puri ini?

Page 7: KATA PENGANTAR

PEMBAHASAN

SEJARAH LAHIRNYA PURI & KOTA SINGARAJA

Puri Agung Singaraja atau Puri Gede Buleleng didirikan oleh raja pertama kerajaan Den Bukit yang bergelar Ki Gusti Anglurah Panji Sakti pada tanggal 30 Maret 1604. KiGusti Anglurah Panji Sakti adalah putra dan Dalem Sagening, Raja Bali Dwipa yang beristana di Puri Gelgel, Klungkung.

Ki Barak, Dernikian nama kecil Panji Sakti ( Barak –Merah, karena dari ubun-ubunnya memancar cahaya merah cemerlang ), dalam usianya yang sangat mudah pergi mengikuti ibunya, Si Luh Pasek ke Den Bukit dengan di kawal 40 pasukan khusus yang dipimpin oleh Ki Kadosat dan Ki Dumpyung. Dalem Sagening member putranya, Ki Barak sebuat tulup bertombak Pangkaja Tatwa atau Kitunjung Tutur dan sebuah keris Anugrah Dewata yang dikenal sebagai keris pusaka Ki Barung Semang.

Setibanya di Den Bukit ( Sekarang Buleleng ), Ki barak menetap di desa Panji ± 5 km Barat Dya Singaraja. Ki Barak Muda pun tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan berani. Dengan berbekal keris pusaka Ki Baru Semang ia akhirnya berhasil mempersatukan seluruh wilayah Den Bukit. Oleh rakyat Den Bukit, Ki Barak Panji didaulat menjadi Raja Den Bukit dan bergelar Ki Gusti Anglurah Panji Sakti.

Dalam masa pemerintahannya, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti dikenal sebagai raja yang sakti mandraguna, bijaksana dan sangat dekat dengan rakyatnya. Kemudian dengan pasukan Taruna Goaknya yang gagah berani melebarkan kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan Blambangan di Jawa Timur. Kesaktian Panji Sakti didengar oleh Raja Mataram di Jawa Tengah sehingga ia diundang ke kraton untuk menjalin persahabatan dan dianugrahi seekor gajah dan sejumlah pegawai.

Raja Ki Gusti Anglurah Panji Sakti Kemudian membangun istananya yang baru ± 5 km sebelah Tenggara desa Panji yang diberi Sukasada. Dan pada tanggal 30 Maret 1604 ia membangun purinya yang ketiga berlokasi di Tegalan Jagung gembal 1,5 km Utara Sukasada yang diberi nama Singaraja. Puri Singaraja yang dikenal juga sebagai puri Buleleng dikembangkan oleh cucu beliau Ki Gusti Anglurah Panji Bali. Puri Singaraja merupakan cikal bakal kota yang kita kenal sekarang sebagai ibu kota Kabupaten Buleleng.

Dalam catatan sejarah Buleleng,Puri Singaraja hancur pada zaman Rusak Buleleng manakala Belanda bertubi-tubi menghantamnya dengan meriam pada tahun 1846 yang berlanjut dengan perang Jagaraga(1847-1849).Perang besar yang melibatkan ribuan balantentara Buleleng yang dipimpin oleh panglima perang I Gusti Patih Djelantik bertempur mempertahankansetiap jengkal tanah Buleleng.Namun karena kalah dalam persenjataan,Buleleng akhirnya jatuh ke tangan Belanda.Atas jasanya yang begitu besar,I Gusti Patih Djelantik dianugrahi gelar Pahlawan Nasional.

Tahun 1860 Pemerintah Kolonial Belanda menunjuk I Gusti Ngurah Ketut Djelantik generasi VIII dari dinasti Panji Sakti sebagai raja Buleleng. Puri Agung yang hancur itu pun dibangun kembali. Raja yang berusia muda dan berani ini pada akhirnya diasingkan Belanda ke Padang ( Sumatra Barat ) pada tahun 1873 karena mendukung perang Banjar yang memakan banyak korban di pihak Belanda.

Tahun 1929 IGusti Putu Djelantik generasi X Panji Sakti diangkat menjadi regent Buleleng dan pada tahun 1938 dinobatkan sebagai Raja Buleleng dan bergelar Anak Agung. Anak Agung Putu Djelantik yang dikenal sebagai Pujangga Raja dan tokoh pembaharuan di Bali memugar puri buleleng pada tahun 1915 dan bersama dengan F.A. Liefrinck dan Dr. H.N. Van Der Tuuk, mengumpulkan lontar se Bali-Lombok dan mendirikan perpustakaan lontar Gedong Kirtya. Anak Agung Putu Djelantik wafat pada tahun 1944 dan digantikan oleh putranya, Anak Agung Panji Tisna.

Page 8: KATA PENGANTAR

Anak Agung Panji Tisna yang yang dikenl sebagai Sastrawan Angakatan Pujangga Baru -1930 dengan karya Sastranya a.l : Ni Rawit Ceti, Penjual orang, I Swasta Setahun di Bedahulu, Ni Sukreni gadis Bali, I Made Widiade adalah pendiri perguruan Bhaktiyasa di Singaraja tahun 1948 dan kawasan Lovina pada tanggal 2 Juni 1978 dalam usia 70 tahun.

Demikianlah sejarah Kerajaan Buleleng yang berawal dari Raja I, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti dan berujung pada raja terakhir, Anak Agung Panji Tisna.

Ki Gusti Anglurah Pandji SAKTI (1599-1680)

Ki Gusti Anglurah Pandji Gede

(1680-1690)

Ki Gusti Anglurah Pandji Bali(1690-1730)

Ki Gusti Ngurah Pandji

Anak Agung Putu Djlantik

Ki Gusti Ngurah Ketut Djlantik

Ki Gusti Ngurah Djlantik

Anak Agung Pandji Tisna

Page 9: KATA PENGANTAR

Puri Agung (Gede) Singaraja dan Puri Kanginan Singaraja merupakan 2 tempat bersejarah yang terkenal di singaraja, dimana kedua puri ini merupakan salah satu peninggalan sejarah dimasa kerajaan buleleng. dulu kedua Puri ini menjadi satu kesatuan, semenjak memerintahya Raja Anak Agung Putu Djlantik, beliau membangun sebuah puri Kerjaan dan sebagai tempat singgasana beliau, dan Puri Kanginan pada saat itu menjadi pusat kepatihan kerajaan buleleng.

Adapun nama-nama Raja-Raja serta Patih-Patih kerajaan Buleleng :

1. 1655 - 1700 ( I Gusti Anglurah Panji Sakti)2. 1700 – 1711 ( I Gusti Ngurah Panji Sakti Gede Danudarastra) ( meninggal tahun

1732, blambangan)3. 1711 – 1732 ( I Gusti Ngurah Panji Made) ( wafat tahun 1730)4. 1732 – 1765 ( I Gusti Ngurah Panji Bali ) ( Raja di Puri Buleleng)5. 1757 – 1765 ( I Gusti Ngurah Panji) ( Raja di Puri Sukasada)6. 1757 – 1780 ( I Gustu Ngurah Jlantik ) ( Raja di Puri Buleleng) 7. 1780 – 1793 ( I Gusti Made Jlantik) beliau pergi ke perean8. 1793 - 1804 ( I Gusti Nyoman Panurangan ) beliau pergi ke Lombok9. 1804 – 1806 ( I Gusti Nyoman Karangasem ) mulainya kekuasaan Karangasem10. 1806 – 1818 ( I Gusti Gede Karangasem)11. 1818 – 1823 ( I Gusti Pahang ) ( deva canang)12. I823 – 1825 ( I Gusti Made Oka Suri)13. 1825 – 1849 ( I Gusti Made Karangasem ) berakhirnya kekuasaan karangasem14. 1849 – 1850 ( I Gusti Made Rai)15. !850 – 1851 ( I Dewa Made Putu Tangkeban) kekuasaan Bangli16. 1851 – 1853 ( I Gusti Made Jlantik) 17. 1853 – 1860 ( I Gusti Putu Kebon)18. 1860 – 1873 ( I Gusti Ngurah Ketut Jlantik)

Semenjak 1873 – 1929 (56 tahun) pemerintahan Belanda menerapkan kekuasaan langsung / Pirect Rule di bawah asisten residen :1. I Gusti bagus Jlantik, patih Buleleng ( 1873-1887 )2. I Gusti Putu Geria, punggawa Buleleng ( 1887 – 1895 )3. I Gusti Nyoman Naka, punggawa Buleleng ( 1895 – 1898 )4. I Gusti Ketut Jlantik, punggawa Buleleng ( 1898 – 1915 )5. I Gusti Bagus Surya, punggawa Buleleng ( 1915 – 1922 )6. I Gusti Putu Jlantik, Liedvan Read Kertha ( 1922- 1929 )

Setelah adanya sumpah pemuda 1928 pemerintah Belanda mengembalikan kekuasaan genius lokal :

19. 1929 – 1944 ( Anak Agung Putu Djlantik ) (Raja Buleleng)20. 1944 – 1947 ( Anak Agung panji Tisna ) ( beragama kristen, Raja Tanpa Mahkota)21. 1947 – 1950 ( Mr. Anak Agung Ketut Jelantik ) (raja tanpa Mahkota, beragama

Kristen)

Page 10: KATA PENGANTAR

ANAK AGUNG PUTU DJLANTIKRaja Buleleng memerintah Tahun 1928 sampai 1944 Raja dinasti Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti X di kenal sebagai pujangga raja dan tokoh pembaharuan di Bali, pendiri perpustakaan lontar Gedung Kertya ( 1928)

ANAK AGUNG NGURAH AGUNGPenglingsir Puri Agung Singaraja Buleleng tahun 1980 sampai 1997 Generasi dinasti Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti XIII menjadi tentara Cudencho, PETA tahun 1942 – 1945.

I GUSTI NGURAH KETUT DJLANTIKRaja Buleleng memerintah tahun 1860 - 1893, Raja Dinasti Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti VIII tahun 1873 di asingkan ( di serong ) Padang Sumatra Barat oleh pemerintah Belanda karena di sinyalir memback up perang banjar di buleleng ( 1868 )

Puri Agung Singaraja saat ini dijadikan salah satu objek wisata oleh pemerintah , beserta Puri Kanginan dan Gedung Kertya. Setiap tahun pemerintah berperan aktif dalam keadaan kedua puri ini.

Dan untuk menghormati penglingsir di Puri Agung, keturunan dari penglingsir di puri ini menyediakan tempat tidur suci, ruangan suci untuk sebagai ritual memberikan sesaji kepada Anak Agung Putu Djlantik.

Pada masa kerajaan buleleng, adanya tempat pemandian raja-raja buleleng. Tempat pemandian ini tepat berada 2 blok tempat di sebelah kanan Puri Kanginan. Setelah berakhirnya kekuasaan raja-raja buleleng tempat pemandian ini di manfaatkan masyarakat di sekitar untuk dijadikan tempat untuk tempat pemandian umum. Menjelang beberapa tahun tempat pemandian ini tak terurus lagi `oleh masyarakat sekitar dan tidak adanya sumber air yang keluar dari patung tempat pemandian itu.

Sampai sekarang tempat pemandian ini benar-benar tak terurus dan tidak pernah terurus oleh pemerintah, sekarang tempat pemandian ini bangunan lama yang tidak terurus dan benar-benar menjadi tempat yang “ sangat kotor dan penuh dengan sampah”, jika tempat ini di manfaatkan, di olah, dan di urus tempat ini bisa menjadi tempat wisata yang menambah pendapatan daerah.

Page 11: KATA PENGANTAR

FOTO-FOTO YANG TERDAPAT DI PURI KANGINAN DAN PURI AGUNG

Page 12: KATA PENGANTAR
Page 13: KATA PENGANTAR
Page 14: KATA PENGANTAR
Page 15: KATA PENGANTAR

PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa dibangunnya Puri Buleleng/Singaraja merupakan suatu merupakan cikal bakal

kota Singaraja/Buleleng ini yang tidak bias kita lupakan untuk meuju kehidupan yang lebih

baik.

Saran

Dari pembuatan karya tulis ini penulis akan menyajikan beberapa saran diantaranya:

1. kita sebagai generasi muda harus menadi generasi penerus bangsa dengan cara giat

belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa

2. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan bdaya bangsa dengan

memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita

3. penulis berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan pada rekan

generasi muda mampu memilih dan menilia budaya yang masuk dan berusaha

mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.

Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk dapat

menjalani kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Jika ada kesalahan dalam pembuatan

makalah ini saya mohan maaf dan kritik serta saran sangat saya butuhkan untuk dapat

menyempurnakan makalah ini. Sekian dan Terima Kasih

Page 16: KATA PENGANTAR

DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id

www.wikipedia.co.id

www.yahoo.co.id

Royal Palace PURI Agung Singaraja ( Puri Gede Buleleng ) Jln

Mayor Metra No.12

Sasana Budaya Jln Veteran

Puri Kanginan Gajah Mada