175
i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb./ Salam Sejahtera Puji syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah SWT., atas Rahmat dan Karunia- Nya jua Buku Laporan Akhir Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang Bangunan Gedung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Buku Laporan Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu Bab Pendahuluan, Gambaran Umum Wilayah, Batang Tubuh dan Naskah Raperda tentang Bangunan Gedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat serta Lampiran UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Penjelasan UU No. 28 Tahun 2002 dan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No. 23 Tahun 2001 tentang Bangunan . Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Buku Laporan Akhir ini kami ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memenuhi sebagaimana yang menjadi maksud dan tujuannnya. Wassalam, Jambi, Juli 2007 Penulis

KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

  • Upload
    vothuy

  • View
    239

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb./ Salam Sejahtera

Puji syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah SWT., atas Rahmat dan Karunia-

Nya jua Buku Laporan Akhir Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

(RAPERDA) tentang Bangunan Gedung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini

dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.

Buku Laporan Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu Bab Pendahuluan,

Gambaran Umum Wilayah, Batang Tubuh dan Naskah Raperda tentang

Bangunan Gedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat serta Lampiran UU No. 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Penjelasan UU No. 28 Tahun 2002 dan

Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No. 23 Tahun 2001 tentang

Bangunan .

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Buku Laporan

Akhir ini kami ucapkan terima kasih.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memenuhi sebagaimana yang

menjadi maksud dan tujuannnya.

Wassalam,

Jambi, Juli 2007

Penulis

Page 2: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

ii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR. ......................................................................................... iDAFTAR ISI .......................................................................................................... iiDAFTAR TABEL. ................................................................................................. ivDAFTAR GAMBAR............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................ I-11.2. PERMASALAHAN............................................................................ I-21.3. DASAR HUKUM .............................................................................. I-31.4. MAKSUD DAN TUJUAN

1.4.1 Maksud ................................................................................... I-31.4.2 Tujuan ..................................................................................... I-4

1.5. LINGKUP PEKERJAAN .................................................................. I-41.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ..................................................... I-5

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. KONDISI FISIK2.1.1 Letak dan Batas Administrasi .............................................. II-12.1.2 Marfologi dan Topografi....................................................... II-32.1.3 Iklim ......................................................................................... II-32.1.4 Geologi..................................................................................... II-42.1.5 Hidrologi ................................................................................. II-62.1.6 Jenis Tanah dan Sistem Lahan ............................................. II-92.1.7 Sumber Daya Mineral, Energi dan Bahan Galian ............. II-13

2.2. KEPENDUDUKAN2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ...................................... II-132.2.2 Struktur Penduduk ................................................................ II-14

2.3. PEREKONOMIAN2.3.1 Pertanian ................................................................................. II-162.3.2 Perkebunan ............................................................................. II-172.3.3 Peternakan............................................................................... II-17

2.4. SARANA2.4.1 Pendidikan .............................................................................. II-182.4.2 Kesehatan ................................................................................ II-182.4.3 Peribadatan ............................................................................. II-19

Page 3: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

iii

2.5. PRASARANA2.5.1 Listrik ....................................................................................... II-192.5.2 Air Bersih................................................................................. II-202.5.3 Telepon .................................................................................... II-20

2.6. TRANSPORTASI2.6.1 Panjang Jalan .......................................................................... II-212.6.2 Kondisi Jalan........................................................................... II-21

BAB III BATANG TUBUH

3.1 Batang Tubuh Naskah Rancangan Peraturan Daerah TentangBangunan Gedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat. ............... III-1

BAB IV NASKAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANGBANGUNAN GEDUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNGBARAT

4.1 Naskah Rancangan Peraturan Daerah Tentang BangunanGedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat ................................... IV-1

LAMPIRAN

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung.

2. Penjelasan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.3. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 23 Tahun

2001 tentang Bangunan.

Page 4: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Luas Wilayah per Kecamatan KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-1

2.2 Tingkat Kemiringan Lereng Kabupaten TanjungJabung Barat Tahun 2005 ...................................................... II-3

2.3 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan per BulanKabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-4

2.4 Luas dan Penyebaran Formulasi Geologi KabupatenTanjung Jabung Barat ............................................................ II-6

2.5 Jangkauan Pasang Surut Setiap Musim di SepanjangSungai Utama Kabupaten Tanjung Jabung Barat ............. II-8

2.6 Jenis Tanah Kabupaten Tanjung Jabung Barat .................. II-92.7 Keadaan Tekstur Tanah dan Kedalaman Efektif

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-122.8 Sistem Lahan Pada Setiap Kecamatan Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-122.9 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-142.10 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-152.11 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-152.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-162.13 Jumlah Produksi Pertanian Padi dan Palawija (Ton)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-172.14 Jumlah Hewan Ternak Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2005.................................................................... II-172.15 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2005 ...................................................... II-182.16 Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-182.17 Jumlah Tempat Peribadatan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2005 ...................................................... II-192.18 Jumlah Pelanggan PLN Berdasarkan Jenis Penggunaan

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 .................. II-192.19 Jumlah Pelanggan Air Bersih (PDAM) Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-202.20 Jumlah Satuan Sambungan (PT. TELKOM) Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-20

Page 5: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

v

2.21 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-21

2.22 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun 2005 ...................................... II-21

Page 6: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat....... III-22.2 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2005.................................................................... III-14

Page 7: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejalan dengan telah disahkannya Undang-undang nomor 28 tahun 2002

tentang Bangunan Gedung pada tanggal 16 Desember 2002, yang

efektif mulai berlaku 1 (satu) tahun kemudian perlu segera disiapkan

selain peraturan–peraturan pelaksanaannya juga perlu ditindak lanjuti

oleh daerah Kabupaten/Kota dengan menyusun Peraturan Daerah

tentang Bangunan Gedung.

Berdasarkan suatu penelitian masih banyak Kabupaten/Kota di

Indonesia belum mempunyai Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung, bagi daerah yang sudah memiliki Perda tersebut, muatan

pengaturannya lebih bersifat pada masalah administratif, sedang

muatan pengaturan persyaratan teknis dalam penyelenggaraan

bangunan gedung sangat kurang atau bahkan ada Perda yang secara

khusus hanya mengatur tentang restribusi sebagai salah satu sumber

PAD.

Memasuki era otonomi daerah kegiatan pembangunan gedung di

Kabupaten/Kota terus meningkat baik kuantitas, kualitas maupun

kompleksitasnya. Fenomena yang berlangsung sejalan dengan kebijakan

otonomi daerah tersebut terlihat kecenderungan daerah berusaha

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semaksimal mungkin,

antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan

semakin meningkatnya kegiatan pembangunan, bertambahnya jumlah

investor di daerah yang berkiprah dalam kegiatan pembangunan daerah

Page 8: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I - 2

tanpa ditunjang peraturan perundangan yang memadai dikuatirkan

akan semakin banyak pembangunan bangunan gedung yang tidak

memenuhi persyaratan baik administratif maupun persyaratan teknis.

Dalam upaya ini untuk menunjang pembangunan diperlukan peraturan

perundangan yang tidak merugikan masyarakat.

Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah Kabupaten/Kota perlu

segera melakukan Review/Penyusunan Rancangan Peraturan

Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang dapat digunakan sebagai

acuan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

bangunan gedung, sehingga maksud dan tujuan pengaturan bangunan

gedung di daerah dapat terwujud dengan baik.

1.2 PERMASALAHAN

Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memiliki Perda tentang

Bangunan Gedung, atau Perda Bangunan Gedung yang ada lebih

banyak memuat persyaratan administratif dan restribusi saja, sebaliknya

sangat kurang memuat persyaratan teknis.

Meningkatnya kegiatan pembangunan gedung di Kabupaten/Kota perlu

diantisipasi dengan pengaturan pembangunan bangunan gedung yang

seimbang antara pengaturan yang bersifat administratif dan teknis

sehingga proses pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung

dapat berlangsung tertib dan terwujud bangunan gedung yang andal,

serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Masih terbatasnya kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

memberikan arahan terwujudnya bangunan gedung yang dapat

menjamin keselamatan masyarakat dan kelestarian lingkungan, baik

melalui mekanisme perizinan maupun pengawasan, sehingga perlu

Page 9: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I - 3

adanya fasilitasi dalam bentuk Penyusunan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Bangunan Gedung.

1.3 DASAR HUKUM

Peraturan perundangan yang mendasari Pembinaan Teknis Bidang

Bangunan dan Gedung Provinsi Jambi antara lain :

1. UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

2. Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2000.

3. Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang

berwenang.

4. Peraturan Daerah.

5. Peralatan Umum Algemene Voorwarde (AV).

6. Peraturan Keselamatan Kerja.

7. Tata cara mendirikan bangunan dan gedung SNI 1728 – 1989 F

8. Peraturan bahan bangunan Indonesia ( BI-3-PUBI 1970 & PUBI

1956/1961 NI – 1973 ).

9. Peraturan / ketentuan Dewan Arbitrage Teknik Indonesia ( DATI ).

10. Standar / Pedoman seperti :

Peraturan Beton Bertulang Indonesia tahun 1971

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

Peraturan Muatan Indonesia

Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia tahun 1987 dan

Peraturan PLN setempat.

Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

1.4.1 Maksud

Maksud dari penyusunan Rancangan PERDA bangunan gedung

adalah :

Page 10: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I - 4

1. Untuk dapat melakukan penilaian terhadap sumber daya

manusia yang berhubungan dengan teknis bidang bangunan

gedung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

2. Untuk dapat mengetahui sampai seberapa jauh deviasi

/penyimpangan yang telah terjadi dilapangan.

1.4.2 Tujuan

Tujuannya adalah untuk mewujudkan Perda tentang Bangunan

Gedung yang diharapkan dapat menjamin proses

penyelenggaraan bangunan gedung berlangsung tertib

administratif dan tertib ketentuan teknis, sehingga bangunan

gedung dapat lebih fungsional, efisien, efektif serta serasi dan

selaras dengan lingkungannya.

1.5 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan penyusunan Rancangan PERDA Bangunan Gedung

Negara adalah :

“ Mengadakan kegiatan Pembinaan Bangunan Gedung pada Satuan

Kerja SNVT Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, Provinsi Jambi“.

Sehubungan dengan lingkup kegiatan tersebut, maka pembahasan akan

mencakup sebagai berikut :

1. Dalam konteks regional akan mencakup dinas/instansi terkait

diseluruh Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

2. Dalam konteks lokal akan mencakup personil yang terkait dan

terlibat langsung dengan bidang bangunan gedung negara.

Page 11: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I - 5

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan Pendahuluan ini akan berisi materi-materi dengan sistimatika

pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, dasar hukum,

maksud dan tujuan, lingkup kegiatan penyusunan RAPERDA Bangunan

Gedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Sistematika Pembahasan.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Menggambarkan tentang kondisi umum wilayah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat meliputi :

Kondisi fisik dasar, iklim, jenis tanah, kehutanan, penggunaan lahan,

kependudukan, sarana dan prasarana.

BAB III BATANG TUBUH

Menguraikan tentang batang tubuh RAPERDA Bangunan Gedung

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada Bab ini juga akan diuraikan

penjelasan dari Batang Tubuh RAPERDA Bangunan Gedung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, khususnya yang mencakup pasal-pasal teknis

dan pasal– pasal hukum dari Bangunan Gedung.

BAB IV NASKAH RAPERDA

Pada Bab ini akan disajikan secara keseluruhan dan utuh tentang

naskah/draft RAPERDA Bangunan Gedung Kabupaten Tanjung Jabung

Barat untuk menjadi bahan pembahasan dari Dinas/Instansi terkait di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

LAMPIRAN

- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

- Penjelasan UU Nomor 28 Tahun 2002

- Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2001 Tentang Bangunan

Page 12: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 KONDISI FISIK

2.1.1 Letak dan Batas Administrasi

a. Letak Geografis

Dari tahun 1999, Kabupaten Tanjung Jabung mengalami pemekaran

menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Timur. Kabupaten

Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi 00o 53’ - 01o 41’ Lintang

Selatan dan antara 103o 23’ - 104o 21’ Bujur Timur, dengan luas wilayah

5.503,5 Km2. Pusat Pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

berada di Kota Kuala Tungkal.

b Batas Administrasi

Sebelah Utara : Propinsi Riau

Sebelah Selatan : Kabupaten Batang Hari

Sebelah Barat : Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tebo

Sebelah Timur : Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, 5

(lima) Kelurahan, 54 (lima puluh dua) Desa dan 2 (dua) UPT. Dari tabel

2.1 dapat dilihat luas wilayah dari setiap kecamatan di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dan gambar 2.1 peta Administrasi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

Tabel 2.1Pembagian Luas Wilayah Per Kecamatan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Luas ( Ha ) Presentase M Kelurahan / Desa( % ) (dpl) Kel. Desa UPT Jumlah

1 Tungkal Ulu 165.399 33,7 35 1 15 2 182 Merlung 105.823 21,5 45 19 193 Tungkal Ilir 56.255 11,5 3 4 7 114 Pengabuan 87.155 17,7 5 7 75 Betara 76.650 15,6 3 6 6

Jumlah 491.282 100 5 54 2 61Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

Page 13: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 2

GAMBAR 2.1

PETA ADMINISTRASI

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Page 14: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 3

2.1.2 Morfologi Dan Topografi

Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di pantai timur Provinsi Jambi,

dengan ketinggian 0 – 100 m dpl (diatas permukaan laut). Ini menandakan

adanya fluktuasi ketinggian di daerah ini. Maka, secara umum keadaan

topografi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu sebelah timur merupakan daerah pantai (dataran rendah)

dan sebelah barat merupakan dataran yang agak tinggi khusus kecamatan

Tungkal Ulu dan Kecamatan Merlung. Keadaan tersebut dapat dilihat pada

tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2Tingkat Kemiringan Lereng

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Klasifikasi Lereng dan Luasnya (Ha) Jumlah0 - 2 % 2 - 15% 15 - 40 % > 40 %

1 Tungkal Ulu 58.780 64.819 23.370 18.430 165.3992 Merlung 630 74.546 28.537 2.110 105.8233 Tungkal Ilir 86.735 420 56.2554 Pengabuan 51.070 4.855 330 87.1555 Betara 71.840 3.190 1.620 76.650

Jumlah 269.035 147.830 53.857 20.540 491.282Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

2.1.3 Iklim

Kondisi klimatologi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan

klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson, adalah tipe Afa, yaitu tipe iklim

hujan tropis. Suhu udara rata- rata 26,9 º C, suhu udara maksimum mencapai

32 ºC dan suhu udara minimum 21 ºC. Curah hujan tahunan rata - rata

berkisar antara 2.324 - 2.373 mm pertahun.

Dari data tahun 2005, curah hujan bulanan rata - rata adalah 201 mm dan

rata-rata hujan bulanan 8 hari. Distribusi curah hujan bulanan secara umum

merata sepanjang tahun dengan bulan kering terjadi pada bulan November-

Februari sedangkan bulan basah umumnya jatuh pada bulan Juli-Oktober.

Untuk jelasnya lihat tabel 2.3.

Page 15: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 4

Tabel 2.3Curah Hujan (mm) dan Jumlah Hari Hujan (HH) Perbulan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Bulan Curah Hujan(mm) Hari Hujan

123456789

101112

JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember

4261003481498270

20515518286

308299

1049695

1359768

Jumlah 2.410 91Rata – rata 201 8

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

Perubahan temperatur udara rata-rata maksimum dan minimum yaitu

antara 21,04 ºC sampai dengan 33,70 ºC. Kelembaban udara relatif rata-rata

bulanan maksimum 84,33 % dan minimum 82,42 % dengan rata-rata 83,30 %.

Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Juli dan kelembaban terendah pada

bulan Februari.

2.1.4 Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperoleh dari informasi

peta geologi lembar Muara Bungo, lembar Jambi, lembar Rengat dan lembar

Dabo yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

skala 1 : 250.000 Tahun 1978. Formasi yang ditemukan termasuk zaman Pre-

Tersier, Tersier dan Kuarter.

a. Pre - Tersier

Formasi Pre-Tersier (PTsb) terdapat di daerah perbukitan dengan batuan

metamorfik dan batuan intrusif. Batuan metamorfik itu terdapat batu

sabak, kuarsit, skis, filit, serpih napalan, batu pasir dan batu gamping

yang mengalami metamorfosis kontak. Formasi Pra-Tersier (pemulaan

Trias dan Jura sampai awal Tersier) hanya dijumpai pada daerah-daerah

Page 16: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 5

setempat disekitar Bukit Hulukatelo, Bukit Pinting dan Bukit Lemayang

di Kecamatan Tungkal Ulu berupa ganit, granidiorit dan kuarsa-diorit

bukit-bukit terisolasi.

b. Tersier

Formasi Tersier terdiri dari Formasi Palembang Anggota Atas, Palembang

Anggota Tengah, Palembang Anggota Bawah, Lahat Anggota Tengah,

kondisi Geologis formasi ini sebagai berikut :

Formasi Palembang Anggota Atas (Otpv) tersusun atas tufa batu

gamping dan tufa batu apung bersifat masam, batu pasir tufa

bersisipan bentonit, lignit dan kayu kersik yang terbentuk selama dan

setelah orogenesis Pliot-Pliestosen dan berasal dari rombakan Bukit

Barisan dan Pegunungan Tiga Puluh yang terangkat.

Formasi Palembang Anggota Tengah (Tppp) terletak membujur dari

Barat Laut Tenggara dengan susunan batu pasir, batu liat serpihan dan

pasir yang mengandung lignit diendapkan dalam lingkungan laut

dangkal terjadi pada Miosen-Pliosen.

Formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl) tersusun atas batu

lempung, serpih atau batu pasir glaukonitan yang merupakan endapan

lingkungan neritik. Tmpl disekitar Dusun Tengah Kecamatan Tungkal

Ulu mempunyai kemiringan lapisan ke Utara 30º merupakan sayap

antiklinal yang bersumbu kira-kira Timur Barat.

Formasi Lahat Anggota Tengah (Tomp) tersusun atas konlomerat

dibagian bawah dan batu pasir kuarsa berbutir halus sampai kasar

dibagian atas dengan perlapisan bersilang-siur. Formasi ini dijumpai

pada sekitar sungai Rengas dan Bukit Hulu Ketalo.

Formasi Telisa Anggota Atas (Tmts) tersusun atas serpih, batu

gamping napalan dengan sisipan tufa andesitik yang tersingkap

terpisah dalam Formasi Pre-Tersier (Ptsb) di Kawasan Pegunungan

Tigapuluh bagin kaki bukit. Di daerah sebelah Tenggara Formasi Tmts

(Miosen Atas) terdapat formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl)

dengan susunan batu liat bersisipan batu pasir sebagai glukonitik,

Page 17: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 6

Serpih Napalan dan Serpih dengan sisipan tipis Lignit dan tumbuh.

Dibagian bawah terdapat batu gamping dan serpih Gampingan.

c. Kwarter

Formasi kwarter tersusun atas bahan-bahan aluvium (Qal) dan endapan

untuk (Qau). Bahan aluvium yang menempati sebagian besar daerah

perencanaan dapat dibedakan atas dua bagian yakni aluvium dibagian

barat terdiri atas endapan sungai dan rawa berupa liat, pasir kerikil,

bongkah-bongkah batuan beku dan bagian timur bahan aluvium terdiri

atas endapan rawa, pantai dan sungai berupa lumpur, pasir dan kerikil.

Setempat membentuk tanggul-tanggul pada Sungai Pengabuan yang

melalui komplek pegunungan Tiga Puluh. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4Luas dan Penyebaran Formasi Geologi

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

No Formasi Geologi TungkalUlu Merlung Tungkal

Ilir Betara Pengabuan Jumlah

1. Alluvium 6.207 60.111 32.338 61.826 100.015 260.4972. Undak- Undak 938 937 - - - 1.875

3. FormasiPalembang

Atas 15.171 15.147 6.022 11.514 18.626 66.480Tengah 4.214 4.208 368 703 1.138 10.631Bawah 32.998 32.945 - - - 65.943

4. Formasi Telisa 21.580 21.545 - - - 43.1255. Formasi Lahat 2.338 2.334 - - - 4.6726. Granit Kapur 2.815 2.810 - - - 5.6257. Batu Marmar 18.765 18.735 - - - 35.500

Jumlah 105.026 158.772 38.778 74.043 119.779 491.282Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005.

2.1.5 Hidrologi

a. Sungai dan Daerah Aliran Sungai ( DAS )

Sebagian wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan bagian

dari kawasan pantai Timur Sumatera yang ditunjukan dengan ciri-ciri

tenggelamnya dataran rendah dibawah permukaan pada zaman Kuarter

Tua. Oleh sebab itu daerah ini agak datar dan keadaan tata airnya

dikendalikan oleh gradien sungai sehingga drainase terhambat dengan

akibat penggenangan yang luas dan bersifat permanen.

Page 18: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 7

Beberapa sungai yang relatif besar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

semuanya bermuara ke Selat Berhala yaitu : Sungai Pengabuan, Sungai

Tungkal, Sungai Betara, dan beberapa sungai kecil lainya. Sesuai dengan

karakteristik wilayah dan letak Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

berbatasan langsung dengan laut, maka masing-masing sungai

mempunyai sistem yang khas baik ditinjau dari daerah asal, pola drainase

maupun kualitas airnya. Masing-masing sistem sungai tersebut adalah

sebagai berikut :

Sistem perairan hulu, terbentuk dari sungai-sungai yang berasal dari

daerah perbukitan berlitologi kompleks. Sungai utama pada sistem ini

adalah Sungai Pengabuan dan Sungai Tungkal yang merupakan

berdasarkan sistem sungai tersebut maka di Kabupaten Tanjung Barat

terdapat tiga sistem daerah aliran sungai (DAS) yaitu : DAS Sungai

Pengabuan, DAS Sungai Tungkal dan DAS Sungai Betara.

Terdapatnya beberapa sistem aliran sungai di daerah ini

menyebabkan perbedaan terhadap potensi wilayah terdapat pada

DAS. Pada daerah yang dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

berhulu pada daerah perbukitan dan pegunungan mempunyai potensi

yang baik bagi pengembangan pertanian, hal ini karena sungai-sungai

mengangkut sedimen aluvial yang berasal dari erosi formasi batuan

tersier dibagian atas. Sementara daerah yang berbeda Daerah Aliran

Sungai (DAS) kecil yang berasal dari daerah bergambut dimana

kondisi tanah sangat miskin unsur hara akan kurang berpotensi bagi

pengembangan pertanian. Sedang daerah yang berada diantara ketiga

sistem tersebut memiliki potensi sedang bagi pengembangan

pertanian. Penyebaran masing-masing Daerah Aliran Sungai.

b. Air Permukaan dan Air Tawar

Kondisi air permukaan dan air tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dipengaruhi oleh musim dan fluktuasi pasang surut. Pada saat musim

penghujan fluktuasi air tanah dan permukaan akan tinggi sehingga

menyebabkan dibeberapa tempat terjadi genangan atau banjir sedangkan

pada saat kemarau dimana air sungai rendah dan terjadi penyusupan air

Page 19: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 8

laut jatuh ke wilayah pedalaman. Jarak jangkauan air laut dapat dilihat

pada tabel 2.5. berikut ini.

Tabel 2.5Jangkauan Pasang Surut Setiap Musim di Sepanjang Sungai Utama

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Sungai

Jangkauan Pasang SurutLangsung Tidak Langsung

Musim Hujan Musim Kemarau MusimHujan

MusimKemarau

Pengabuan Sungai Serindit Teluk Nilau - PelabuhanDagang

Betara Kuala Betara 27,5 Km dan Muara * - Pematang Laut*Keterangan : - Tidak persediaan.

- Team Survei IPB Bogor ( 1969 - 1975 ).

Dibagian muara sungai dan pesisir keadaan tata airnya sangat tergantung

pada pengaruh pasang surut yang terjadi di Selat Berhala Laut Cina

Selatan. Frekuwensi pasang surut terjadi pada setiap 12 jam dengan

amplitudo antara 2-3 meter, bahkan pada saat pasang besar (spring tide)

dapat lebih tinggi lagi. Batas jangkauan pasang surut yang langsung

maupun yang tidak langsung sehingga intrupsi air laut dapat berpindah-

pindah sesuai dengan keadaan sungai dan pergantian musim.

Berdasarkan pengaruh pasang surut pada dataran rendah dapat

diidentifikasikan sebagai daerah yang sedikit atau sama sekali tanpa

pengaruh pasang surut yakni jalur aliran sungai perential dan tawar,

dataran banjir musiman dan daerah belakang.

Pengaruh langsung terhadap fluktuasi pasang surut dan intrusi air laut

dibeberapa sungai dikawasan ini terlihat pada tidak seimbangnya

fluktuasi air tanah dan rendahnya kualitas air permukaan dan air tanah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh IPB periode 1982-1984 tentang

kualitas air permukaan dibeberapa sungai di kawasan ini menunjukan

adanya indikasi bahwa peningkatan konsentrasi C1 semakin rendah pada

saat musim hujan.

Upaya pemanfaatan air permukaan masih terbatas pada keperluan rumah

tangga seperti mandi, mencuci dan pengembalaan. Sedangkan

pemanfaatan air tanah dalam bentuk keperluan air minum dibatasi oleh

Page 20: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 9

kendala kualitasnya yang tidak sesuai lagi bagi keperluan air minum,

disamping itu biaya pembuatan sumur bor dalam masih relatif mahal.

Meskipun demikian untuk kota kecamatan yang berada di wilayah pesisir

telah dimanfaatkan air tanah dalam hal ini sebagai alternatif untuk

keperluan rumah tangga pada saat musim kemarau seperti Kuala

Tungkal.

2.1.6 Jenis Tanah dan Sistem Lahan

a. Jenis Tanah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat di dominasi oleh tanah-tanah yang

jenuh air, memiliki permukaan air tanah yang tinggi atau sering

tergenang. Hal ini disebabkan oleh rendahnya ketinggian rata-rata dari

permukaan air laut sehingga sebagain besar daerah rentan terhadap banjir

oleh air laut serta banyaknya sungai-sungai besar dan kecil yang melewati

daerah ini.

Uraian jenis tanah Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperoleh dari peta

satuan lahan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, tahun

1987 skala 1 : 250.000 dengan menggunakan klasifikasi USDA

berdasarkan Soil Taxonomy (1975). Berdasarkan informasi tanah yang

diperoleh dari peta satuan lahan tersebut di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat berkembang lima jenis tanah yaitu : Entisols, Inceptisols, Histosols,

Ultisols dan Oxisols. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2.6.

Tabel 2.6Jenis Tanah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

No. Kecamatan Jenis Tanah (Ha) JumlahOrganosol Alluvial Podsolik Gleisol

1 Tungkal Ulu 20.000 12.000 125.249 8.150 165.3992 Merlung - - 105.823 - 105.8233 Tungkal Ilir 30.160 - 29.525 27.020 65.2554 Pengabuan 11.130 28.105 15.070 1.950 87.1555 Betara 9.620 18.737 43.793 4.500 76.650

Jumlah 296.283 113.115 105.726 30.483 491.282

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

Page 21: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 10

- ExiolsSegolongan tanah tanpa tanda-tanda proses pembentukan tanah

(belum mengalami perkembangan), merupakan tanah mineral yang

tidak mempunyai horizon penciri nyata. Drainase tanah berkisar

antara sangat terhambat sampai cepat, tekstur halus sampai kasar

serta permeabilitas lambat sampai cepat.

Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai

tanah-tanah Fluvaquensts, Troposamments, Tropaquents,

Hydraquents. Penyebar jenis tanah ini pada daerah dataran aluvial

tunggal, sungai dan Dataran Marin.

- InceptisiolTanah-tanah mineral yang mempunyai satu atau lebih horizon penciri

yang relatif masih muda, tanpa evaluasi nyata dan tanpa pelapukan

lanjut. Tanah ini terbentuk disemua iklim (kecuali Arid), berumur tua

atau muda (resen) berkembang dari bahan induk berumur pliestosen

atau holosen. Tekstur halus sampai sedang mempunyai mineral-

mineral lapuk, dijumpai horizon kambik, drainase terhambat. Dalam

klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai tanah-tanah

Tropaquepts, Eutropepts dan Dystropepts.

- HistosolJenis tanah histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik

keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah.

Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan

didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik

akan mengalami penurunan (subsidence).

Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkn tingkat

kematangannya yaitu febrik, hemik dan saprik. Febrik merupakan

bahan organik yang tingkat kematanganya rendah sampai paling

rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan

masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang

sampai setengah matang, sedangkan saprik tingkat kematangan

lanjut.

Page 22: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 11

Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai

tanah-tanah Trophemist dan Tropasaprist. Penyebaran jenis tanah ini

berada pada daerah rawa belakang dekat sungai, daerah dataran yang

telah diusahakan sebagai areal perkebunan kelapa dan dibawah

vegetasi Mangrove dan Nipah.

- UltisolsJenis ini merupakan tanah mineral yang telah mengalami

perkembangan lanjut dimana pencucian intensif terjadi pada lapisan

atas (Eluviasi) dan penimbunan dibagian bawah (illuviasi). Tanah

tersebut pada semua iklim (kecuali arid) dengan bentuk wilayah datar

hingga berbukit.

Kedalaman tanah sedang sampai dalam, tekstur tanah bagian bawah

halus, struktur gumpal di horizon B dan dijumpai pula horizon argilik

pada kedalaman 125 cm, drainase baik sampai terhambat,

permeabilitas lambat sampai sedang dan sangat peka terhadap erosi.

Dalam klasifikasi tanah yang lebih rendah (Great Group) dijumpai

tanah-tanah hapludults dan kandiudults. Penyebaran jenis tanah ini

pada daerah bertopografi berbukit dimana erosi dan kenampakan

erosi permukaan cukup jelas.

- ExisolsJenis tanah ini merupakan tanah mineral yang telah mengalami

perkembangan lanjut dimana terjadi penimbunan pada lapisan bawah

(aluviasi), lapisan ini dijumpai horizontal oksik yang kaya akan

kandungan Fe dan Al.

Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai

tanah-tanah Hapludox dan Hapluperox. Penyebaran jenis tanah ini

pada daerah dengan topografi berombak, terletak di Kecamatan

Tungkal Ulu.

Pada umumnya kedalaman efektif tanah diseluruh wilayah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih dari 90 cm, sedangkan tekstur

tanahnya secara umum dapat dibedakan 4 (empat) klasifikasi yaitu

tekstur halus seluas 330.697 Ha (67,31 %) dan tekstur gambut seluas

160.585 Ha (32,69 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2.7.

Page 23: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 12

Tabel 2.7Keadaan Tekstur Tanah dan Kedalaman Efektif

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Uraian Luas ( Ha ) Presentase ( % )1. Klasifikasi Tekstur

- Tekstur Halus- Tekstur Sedang- Tekstur Kasar- Tekstur Gambut

330.697--

160.585

67,31--

32,69

J u m l a h 491.282 100,002. Kedalaman efektif tanah

- Kurang dari 90 cm- 90 cm keatas- Tanpa kedalaman

160.585330.697

-

32,6967,31

-

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

b. Sistem Lahan

Sistem lahan yang diidentifikasikan oleh Report (1988) adalah unit-unit

lahan yang menunjukan kesamaan dalam kondisi iklim makro, bentuk

lahan, tanah, geologi dan vegetasi alami sebab itu memiliki implikasi-

implikasi yang sebanding untuk pengembangan pertanian. Keadaan

tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel 2.8Sistem Lahan Pada Setiap Kecamatan

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

SistemLahan Tungkal Ulu Merlung Tungkal Ilir Betara Pengabuan Jumlah Persentase

( % )KJP - - 194 370 599 1.163 0,22KKY 746 546 15.948 30.498 49.325 97.063 17,67BLI 477 276 438 837 1.354 3.382 0,65KLR 1.415 1.113 - - - 2.528 0,52

MDW - - 14.035 26.833 43.408 84.276 15,32GBT - - 995 1.903 3.078 5.976 1,08SLP 24.792 23.753 1.100 2.103 3.402 55.150 10,20SPK 3.928 3.622 5.546 10.603 17.153 40.852 7,48MBL 87.051 81.912 - - - 168.963 31,60SAR 12.229 11.210 263 503 814 25.019 4,73AHK 3.610 3.004 209 400 646 7.869 1,53BGA 1.416 1.013 - - - 2.429 0,52SPD 23.361 20.323 - - - 43.684 8,48

Jumlah 159.025 146.772 38.728 74.050 119.779 491.282 100,00Sumber : Data Pokok Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005.

Page 24: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 13

Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 13 sistem lahan. Sistem

lahan yang dominan terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah

MBL seluas 168.963 Ha (31,60 %), KKY dengan luas 97.063 Ha (17,67 %)

dan MDW seluas 84.276 Ha atau sekitar 15,32 % dari luas Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

2.1.7 Sumber Daya Mineral, Energi dan Bahan Galian

Berdasarkan karakteristik wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

termasuk daerah dataran pesisir Pantai Timur Sumatera dan terbentuk

karena proses penenggelaman, maka potensi sumber daya alam relatif

sedikit. Aktifitas geologis hanya dijumpai pada daerah perbukitan hingga

bergunung. Sedangkan pada daerah daratan potensi yang ada berupa hasil

sedimentasi dari daerah atas.

Potensi sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

hanya berupa sumberdaya mineral dan bahan galian yang dapat disebutkan

sebagai berikut :

1) Bahan tambang golongan A berupa batu bara yang terdapat di

Kecamatan Tungkal Ulu sedang minyak dan gas terdapat Kecamatan

Betara.

2) Bahan galian golongan C dengan granit, kaolin, lempung, kwarsa dan

sirtu yang terdapat di Kecamatan Merlung.

2.2 KEPENDUDUKAN

2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat hasil sensus penduduk

tahun 2000 sebanyak 206.730 jiwa, sedangkan tahun 2005 jumlah penduduk

Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 241.247 jiwa. Jadi selama kurun

waktu 2000-2005 terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 3,14 %.

Untuk lebih jelasnya jumlah dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada

tabel 2.9.

Page 25: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 14

Tabel 2.9Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. KecamatanJumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Luas

(Jiwa) (Jiwa/Km2) (Km2)1 Tungkal Ulu 54.907 35 1.576,42 Merlung 30.046 19 1.601,63 Tungkal Ilir 78.545 311 252,94 Pengabuan 44.727 37 1.197,85 Betara 33.022 38 878,8

Jumlah 241.247 44 5.507,5Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005.

2.2.2 Struktur Penduduk

a. Menurut Jenis Kelamin

Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kabupaten Tanjung

Jabung Barat terbilang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan,

dimana jumlah laki-laki 129.019 jiwa, sementara perempuan 112.228 jiwa.

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.10.

010.00020.00030.00040.00050.00060.00070.00080.000

Jumlah Penduduk(Jiwa)

Jumlah Penduduk

Kecamatan

Gambar 2.2Grafik Jumlah Penduduk

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

Tungkal Ulu

Merlung

Tungkal Ilir

Pengabuan

Betara

Page 26: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 15

Tabel 2.10Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Lk+Pr

1. Tungkal Ulu 31.073 23.834 54.9072. Merlung 16.380 13.666 30.0463. Tungkal Ilir 41.094 37.451 78.5454. Pengabuan 23.196 21.531 44.7275. Betara 17.276 15.746 33.022

Jumlah 129.019 112.228 241.247Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

b. Menurut Kelompok Umur

Penduduk usia produktif (15-65 tahun) di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat tahun 2005 tercatat sebesar 64,90% sedangkan penduduk usia non

produktif tercatat sebesar 35,09% terdiri dari 32,79% penduduk usia

anak-anak (0-14 tahun) dan 2,30% penduduk usia lanjut (>65 tahun),

dapat dilihat pada tabel 2.11 dibawah ini.

Tabel 2.11Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 14.109 12.527 26.6365 – 9 13.605 12.447 26.052

10 – 14 14.056 12.369 26.42515 – 19 13.185 12.489 25.47420 – 24 12.541 13.048 25.58925 – 29 13.331 12.307 25.63830 – 34 11.720 9.347 21.06735 – 39 9.871 8.200 18.07140 – 44 7.735 5.980 13.71545 – 49 5.766 4.193 9.95950 – 54 4.399 3.277 7.67655 – 59 2.878 1.986 4.86460 – 64 2.639 1.889 4.52865 – 69 1.276 958 2.23470 – 74 1.141 775 1.916

75 + 767 636 1.403Jumlah 129.019 112.228 241.247

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 27: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 16

c. Menurut Agama

Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat cukup heterogen bila dilihat

dari agama/keyakinan yang dianut, dimana pada umumnya (mayoritas)

penduduk memeluk agama Islam. Hanya di Kecamatan Tungkal Ilir

yang lengkap (semua agama baik Islam, Katolik, Protestan, Hindu

maupun Budha ada yang memeluknya). Jumlah pemeluk agama ini

dapat dilihat pada tabel 2.12

Tabel 2.12Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah

1. Tungkal Ulu 35.318 81 314 - 12 35.7252. Merlung 32.834 75 192 - 5 33.1063. Tungkal Ilir 62.624 471 773 471 578 64.9174. Pengabuan 46.136 26 48 26 - 46.2365. Betara 27.289 22 56 22 - 27.389

Jumlah 204.201 675 1.383 519 595 241.247Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.3 PEREKONOMIAN

2.3.1 Pertanian

a. Padi

Produksi padi sawah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2005 turun

sebesar 0,65 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Padi ladang

mengalami penurunan sebesar 21,89 %, sehingga total produksi padi

mengalami penurunan sebesar 2,37 %.

b. Palawija

Untuk produksi palawija seperti jagung naik sebesar 5,37 % dan ubi kayu

naik sebesar 7,33 % dari tahun sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.13 dibawah.

Page 28: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 17

Tabel 2.13Jumlah Produksi Pertanian Padi dan Palawija (Ton)

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Jumlah

1. Tungkal Ulu 4.086 1.836 5,2 27,3 5.954,52. Merlung 107 1.587 18,1 58,7 1770,83. Tungkal Ilir 6.478 - 32,8 33,6 6.544,44. Pengabuan 32.997 - 17,4 17,9 33.032,35. Betara 4.579 - 15 4,6 4.598,6Jumlah Tahun 2005Jumlah Tahun 2004

48.24748.564

3.3434.280

88,583,7

142,1132,4

51.820,653.060,1

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.3.2 Perkebunan

Potensi perkebunan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada umumnya

adalah perkebunan rakyat dengan jenis tanaman terbanyak adalah kelapa

dengan jumlah produksi pada tahun 2005 sebanyak 59.763,1 Ton. Jenis

perkebunan kedua terbanyak adalah Kelapa Sawit dengan jumlah produksi

pada tahun 2005 sebanyak 10.961,7 Ton. Sedangkan jenis perkebunan yang

sedikit menghasilkan produksinya adalah tanaman kopi dengan jumlah

produksi sebesar 1.054,3 Ton.

2.3.3 Peternakan

Jumlah ternak Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2005 dapat

dilihat pada tabel 2.14 dibawah ini.

Tabel 2.14Jumlah Hewan Ternak

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)1 Sapi 7.0482 Kerbau 9723 Kambing 10.0994 Domba 5225 Babi 4906 Unggas 723.618

Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 29: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 18

2.4 SARANA

2.4.1 Pendidikan

Salah satu program pokok pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

adalah meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal mulai dari

tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi dan pendidikan non

formal berupa pendidikan dan latihan berbagai bidang pengetahuan

keterampilan yang diperlukan untuk pembangunan serta pembinaan

generasi muda dan olah raga dalam mempersiapkan generasi yang sehat

jasmani dan rohani. Jumlah sekolah negeri dan swasta, jumlah murid serta

jumlah guru di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2005 dapat dilihat

pada tabel 2.15 dibawah ini.

Tabel 2.15Jumlah Sekolah , Murid, dan GuruKabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2005

No Tingkat Sekolah Sekolah Murid Guru

1. TK 28 2.020 1002. SD 201 34.872 1.5273. SLTP 26 5.221 2974. SLTA 15 2.044 147

Jumlah 270 44.157 2.071Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.4.2 Kesehatan

Penyediaan berbagai sarana kesehatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

pada tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 2.16 dibawah ini.

Tabel 2.16Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Rumah Sakit PuskesmasInpres

PuskesmasPembantu

1. Tungkal Ulu 4 162. Merlung 2 133. Tungkal Ilir 1 2 154. Pengabuan 1 115. Betara 1 11

Jumlah 1 10 66Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 30: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 19

2.4.3 Peribadatan

Seperti diketahui bahwa penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat cukup

heterogen bila dilihat dari agama/keyakinan yang dianut, maka tempat

peribadatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga bermacam-macam.

Untuk jumlah tempat peribadatan dapat dilihat pada tabel 2.17 dibawah ini.

Tabel 2.17Jumlah Tempat Peribadatan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Kecamatan Mesjid Langgar Gereja Vihara

1. Tungkal Ulu 43 18 - -2. Merlung 47 19 - -3. Tungkal Ilir 61 93 3 14. Pengabuan 39 58 - -5. Betara 77 33 - -

Jumlah 267 221 3 1Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.5 PRASARANA

2.5.1 Listik

Perkembangan perlistrikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meningkat

sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Terdapat 22 pembangkit listrik

yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan daya terpasang 9.710

Kwh. Berikut ini dapat dilihat pada tabel 2.18 mengenai banyaknya

pelanggan PLN berdasarkan jenis penggunaannya.

Tabel 2.18Jumlah Pelanggan PLN Berdasarkan Jenis Penggunaan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No Jenis Penggunaan 2004 2005 Pertumbuhan(%)

1. Rumah Tangga 10.732 11.447 6,662. Industri 18 18 03. Perkantoran 114 120 5,264. Sosial dan Penerangan Jalan 178 196 10,105. Bisnis/Toko 855 932 9,01

Jumlah 11.897 12.713 6,86Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 31: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 20

2.5.2 Air BersihProduksi Air Minum oleh PDAM Tirta Pengabuan Kuala Tungkal

mengalami penurunan sebesar 41.575 m3 atau 6,81% dari tahun 2004.

Sedangkan jumlah yang dikonsumsi juga mengalami penurunan sebesar

17,5% dan jumlah pelanggan berkurang sebanyak 479 pelanggan. Pemakaian

terbanyak terdapat pada sektor Non Niaga (rumah tempat tinggal, badan-

badan sosial dan tempat ibadah), dan Niaga (hotel, perdagangan dan

industri). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.19 dibawah ini.

Tabel 2.19Jumlah Pelanggan Air Bersih (PDAM)

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. Pelanggan 2004 2005

1 Rumah Tempat Tinggal 2.097 1.6812 Hotel/Penginapan 87 1093 Badan-Badan Sosial 511 4394 Tempat Peribadatan 23 185 Umum 16 106 Perdagangan dan Industri 3 1

Jumlah 2.737 2.258Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.5.3 TeleponTelepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang pada saat sekarang

banyak digunakan karena cepat dan murah, selain telepon sekarang

masyarakat sudah banyak menggunakan HP/telepon seluler karena dapat

dibawa dan operator telepon seluler (Telkomsel, Indosat dan ProXL), itu

dapat dilihat di Kota Kuala Tungkal berdiri berbagai Tower/menara .

Tabel 2.20Jumlah Satuan Sambungan (PT. Telkom)

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. Keadaan Sambungan Banyak

1 Sambungan Terpasang 2.4102 Sambungan Terpakai 2.3483 Cabutan -4 Rusak 21

Jumlah 4.779Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 32: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II - 21

2.6 TRANSPORTASI

2.6.1 Panjang JalanJaringan jalan akan menunjang proses pembangunan dan investasi di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, karena merupakan penghubung kegiatan

ekonomi baik dalam wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat maupun

dengan daerah lain di sekitanya. Untuk lebih jelasnya panjang jalan menurut

jenis permukaannya dapat dilihat pada tabel 2.21 dibawah ini.

Tabel 2.21Panjang Jalan Menurut Jenis Pemukaan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. Kecamatan Jenis Permukaan Jalan (Km) JumlahAspal Kerikil Tanah Beton

1 Tungkal Ulu 132,350 195,200 255,55 2,4 585,5002 Merlung 61,216 76,256 38,90 4,5 180,8723 Tungkal Ilir 66,955 27,237 79,65 14,4 188,2424 Pengabuan 19,900 18,600 95,50 6,4 140,4005 Betara 30,450 99,200 67,85 2 199,500

Jumlah 310,871 416,493 537,45 29,7 1.294,514Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

2.6.2 Kondisi JalanPada tahun 2005 panjang jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah

1.294, 514 km, terdiri dari jalan dengan kondisi baik sebesar 162,738 km, jalan

dengan kondisi sedang 464,336 km, jalan dengan kondisi rusak 411,090 km

dan jalan dengan kondisi rusak berat 226,650 km. Pada tabel 2.22 dibawah ini

dapat dilihat panjang jalan berdasarkan kondisi jalan tahun 2005.

Tabel 2.22Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan

Kabupaten Tanjung Jabung BaratTahun 2005

No. Kecamatan Kondisi Jalan (Km) JumlahBaik Sedang Rusak Rusak Berat

1 Tungkal Ulu 68,500 186,650 300,080 28,500 586,1302 Merlung 54,812 83,060 32,000 6,500 180,8723 Tungkal Ilir 21,506 62,326 18,910 71,100 188,2424 Pengabuan 2,320 21,750 20,150 89,150 139,7705 Betara 15,600 110,550 39,950 31,400 199,500

Jumlah 162,738 464,336 411,090 226,650 1294,514Sumber : Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tahun 2005

Page 33: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 1

BAB III

BATANG TUBUH

BATANG TUBUH

NASKAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR : ………….. TAHUN 2007

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

KETENTUAN UMUM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pengertian-Pengertian, Pasal 2 Perizinan Pembangunan, Pasal 3 Fungsi Bangunan

Gedung, Pasal 4 Klasifikasi Bangunan Gedung

MATERI YANG DIATUR

BAB II

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

Bagian Pertama

Pasal 5 Persyaratan Umum

Bagian Kedua

Persyaratan Administratif

Pasal 6 Persyaratan Administrasi, Pasal 7 Status Hak atas Tanah, Pasal 8 Status Kepemilikan,

Pasal 9 Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Pasal 10 Standar Teknik.

Page 34: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 2

Bagian Ketiga

Persyaratan Tata Bangunan

Paragraf 1

Pasal 11 Peruntukkan dan Intensitas Bangunan, Pasl 12 Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Pasal 13 Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Pasal 14 Koefisien Daerah Hijau (KDH), Pasal 15

Ketinggian Bangunan, Pasal 16 Persyaratan Khusus Bangunan, Pasal 17 Garis Sempadan,

Pasal 18 Garis Sempadan Sungai dan Danau, Pasal 19 Jarak antar bangunan.

Paragraf 2

Pasal 20 Arsitektur Bangunan, Pasal 21 Ketentuan Teknis

Paragraf 3

Pasal 22 Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Paragraf 4

Pasal 23 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Bagian Keempat

Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Paragraf 1

Pasal 24, Persyaratan Keselamatan, Pasal 25 Persyaratan Kelengkapan Sarana dan Prasarana,

Pasal 26 Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran, Pasal 27 Pencegahan dan Penanggulangan

Bahaya Kebakaran pada Gedung, Pasal 28 Standar Nasional Indonesia yang berkaitan dengan

Kebakaran, Pasal 29 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI), Pasal 30 Persyaratan

Bahan Bangunan.

Paragraf 2

Persyaratan Kesehatan

Bagian Pertama

Pasal 31 Air Bersih

Bagian Kedua

Pasal 32 Air Hujan

Page 35: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 3

Bagian Ketiga

Pasal 33 Air Kotor

Bagian Keempat

Pasal 34 Tempat Pembuangan Sampah

Bagian Kelima

Pasal 35 Penghawaan Dalam Bangunan

Bagian Keenam

Pasal 36 Pencahayaan Dalam Bangunan

Paragraf 3

Bagian Pertama

Pasal 37 Persyaratan Kemudahan/Aksesibilitas, Pasal 38 Kemudahan Hubungan Horizontal,

Pasal 39 Kemudahan Hubungan Vertikal, Pasal 40 Akses Evaluasi, Pasal 41 Penyediaan

Fasilitas dan Aksesibilitas, Pasal 42 Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Bagian Kedua

Pasal 43 Persyaratan Kenyamanan Dalam Bangunan

BAB III

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian Pertama

Pasal 44 Umum

Bagian Kedua

Pembangunan

Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47

Bagian Ketiga

Pasal 48 Pemanfaatan

Page 36: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 4

Bagian Keempat

Pasal 49 Pelestarian

Bagian Kelima

Pasal 50 Pembokaran

BAB IV

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Bagian Pertama

Izin Mendirikan Bangunan dan Mengubah Bangunan

Paragraf 1

Pasal 51 Arahan Perencanaan

Paragraf 2

Tata Cara Mengajukan Permohonan Izin Mendirikan

dan/atau Mengubah Bangunan

Pasal 52, Pasal 53

Paragraf 3

Pasal 54 Keputusan Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Merobohkan Bangunan

Paragraf 4

Penundaan Keputusan IMB

Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59

Paragraf 5

Pelaksanaan Pekerjaan Mendirikan Bangunan dan Izin Mengubah Bangunan

Pasal 60, Pasal 61

Paragraf 6

Pasal 62 Pelaksanaan Pembangunan

Paragraf 7

Pasal 63 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

Page 37: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 5

Paragraf 8

Pasal 64 Keselamatan Kerja

Bagian Kedua

Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67

Bagian Ketiga

Penertiban Izin Menggunakan Penggunaan Bangunan

Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70

Bagian Keempat

Paragraf 1

Pasal 71 Permohonan Merobohkan Bangunan

Paragraf 2

Pasal 72 Tata Cara Mengajukan Izin Merobohkan Bangunan

Paragraf 3

Pasal 73 Penertiban Izin Merobohkan Bangunan

Paragraf 4

Pasal 74 Perencanaan Merobohkan Bangunan

Paragraf 5

Pasal 75 Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

Paragraf 6

Pasal 76 Pengawasan Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

BAB V

RETRIBUSI

Bagian Pertama

Nama, Objek, dan Subjek Restribusi

Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84, Pasal 85

Page 38: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 6

Bagian Kedua

Pasal 86 Golongan Bangunan

Bagian Ketiga

Pasal 87 Pengukuran dan Tingkat Penggunaan Jasa

Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 88, Pasal 89, Pasal 90

BAB VI

PEMUNGUTAN RESTRIBUSI

Bagian Pertama

Wilayah Pemungutan

Pasal 91, Pasal 92

Bagian Kedua

Pasal 93 Tata Cara Pendaftaran

Bagian Ketiga

Pasal 94 Penetapan Restribusi

Bagian Keempat

Pasal 95 Tata Cara Pemungutan

Bagian Kelima

Pasal 96 Sanksi Administrasi

Bagian Keenam

Pasal 97 Tata Cara Pembayaran

Bagian Ketujuh

Pasal 98 Tata Cara Penagihan Restribusi

Page 39: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 7

Bagian Kedelapan

Keberatan

Pasal 99, Pasal 100

Bagian Kesembilan

Pengambilan Kelebihan Pembayaran

Pasal 101, Pasal 102, Pasal 103

Bagian Kesepuluh

Pasal 104 Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Restribusi

BAB VII

KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 105

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 106, Pasal 107

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 108

BAB X

SANKSI TERHADAP PELANGGARAN

Pasal 109, Pasal 110, Pasal 111, Pasal 112

Page 40: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III - 8

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 113

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 114, Pasal 115

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 116, Pasal 117

Page 41: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 1

BAB IV

NASKAH DRAFT RAPERDA

TENTANG BANGUNAN GEDUNG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAHKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR : ……….TAHUN 2007

TENTANGBANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAWALIKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Menimbang :

Mengingat :

a. Bahwa untuk mengendalikan pembangunan agar sesuai denganRancangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratperlu dilakukan Pembangunan yang berwawasan lingkungan dandalam rangka menjamin keselamatan masyarakat dan gunatercapainya keserasian dan kelestarian lingkungan, dipandangperlu adanya penerbitan dan peraturan atas pelaksanaanmendirikan, memanfaatkan dan menghapuskan bangunan;

b. Bahwa agar bangunan gedung dapat menjamin keselamatan bagipenghuni dan lingkungannya harus diselenggarakan secara tertib,diwujudkan sesuai dengan fungsi serta dipenuhi persyaratanadministratif dan teknis bangunan gedung untuk itu perlupengaturan mengenai bangunan gedung;

c. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung BaratNomor 23 Tahun 2001 tentang Bangunan perlu disempurnakan,karena lebih memuat ketentuan-ketentuan administrasi sertakurang dapat menunjang ketentuan teknis terhadap pemanfaatanruang dan perkembangan pembangunan, sehingga perlu diaturdalam Peraturan Daerah yang baru.

1. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukanDaerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Daerah ProvinsiSumatera (Lembar Negara Tahun 1956 Nomor 20) ;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1957 tentang Peraturan UmumDaerah (Lembaga Negara Tahun 1957 Nomor 57) ;

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan DasarPokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,Lembaran Negara Nomor 2034);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokPemerintah di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 39);

Page 42: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 2

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (LembaranNegara Tahun 1980 Nomor 80);

6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (lembaran Negara Tahun 1981Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (LembaranNegara Tahun 1982 Nomor 12);

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1987 tentang Jalan;10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman (lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Nomor 3470);

11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda CagarBudaya;

12. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;13. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

Restribusi Daerah (Lembaran Negara Nomor 41 Tahun 1997,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TambahanLembaran Negara Nomor 3839);

16. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (LembaranNegara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3839);

17. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang PembentukanKabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, KabupatenMuaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (LembaranNegara Tahun 1999 Nomor 182, dengan Undang-undang Nomor14 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 81,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3969).

18. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang KewenanganPerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54 Tambahan LembaranNegara Nomor 3952);

19. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134, TambahanLembaran Negara Nomor 4247);

20. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;21. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1965 tentang Pendaftaran

Tanah;22. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha

Industri (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 21);23. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan

Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan UmumKepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 25);

Page 43: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 3

24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang KoordinasiKegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun1988 Nomor 10);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang KewenanganPemerintah dan Pemerintah Daerah;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang JasaKonstruksi;

27. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentangPenyelenggaraan Jasa Konstruksi;

28. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pembinaandan Peran Masyarakat;

29. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1989 tentang KawasanIndustri;

30. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang TeknikPenyusunan Perundang-undangan dan Bentuk RancanganUndang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah danRancangan Keputusan Presiden (lembar Negara Tahun 1999Nomor 70);

31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982 tentangPedoman Penyusunan Rencana Kota;

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentangPenyusunan Rencana Kota;

33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1987 tentangPenerbitan Pungutan-pungutan dan Jangka Waktu TerhadapPemberian Izin Undang-Undang Gangguan;

34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993 tentangIzin Mendirikan Bangunan dan Undang-Undang Gangguan BagiPerusahaan Industri;

35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 66/PRT/1993,tentang Teknis Penyelenggaraan Bangunan Industri dalamRangka Penanaman Modal;

36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998tentang Aksebilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap BahayaKebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan diPertokoan;

40. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 640/691/PUODtanggal 15 Februari 1985 tentang Tertib Pelaksanaan PeraturanDaerah mengenai Bangunan;

41. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1994 tentangPelaksanaan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan dan Undang-undang Gangguan Bagi Perusahaan Industri;

42. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 tahun 1994 tentang

Page 44: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 4

(Pola Organisasi Tata Laksana di Daerah Tingkat II);43. Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tanjung Jabung Nomor

11 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.44. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 23

Tahun 2001 tentang Bangunan.45. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 12

Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah KabupatenTanjung Jabung Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Bangunan.

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNGBARAT TENTANG BANGUNAN GEDUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pengertian-pengertian

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain

sebagai Badan Eksekutif Daerah;3. Bupati adalah Bupati Tanjung Jabung Barat;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten

Tanjung Jabung Barat selanjutnya disingkat DPRD Kabupaten Tanjung JabungBarat sebagai Badan Legislatif Daerah;

5. Kepala Dinas Tata Kota, Pasar, Kebersihan, Pertamanan dan PemadamKebakaran adalah Kepala Dinas Tata Kota, Pasar, Kebersihan, Pertamanan danPemadam Kebakaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat;

6. Kepala Dinas Pekerjaan Umum adalah Kepala Dinas Pekerjaan UmumKabupaten Tanjung Jabung Barat;

7. Bangunan adalah Konstruksi Teknis yang ditanam atau diletakkan ataumelayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada,diatas atau dibawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa BangunanGedung dan atau bukan Bangunan Gedung;

8. Bangunan Gedung adalah bangunan yang didalamnya digunakan sebagaitempat manusia melakukan kegiatannya;

9. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi danumur bangunan dinyatakan lebih dari 15 tahun;

Page 45: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 5

10. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksidan umur bangunannya dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun;

11. Bangunan Sementara/darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segikonstruksi dan umur bangunannya dinyatakan kurang dari 5 tahun;

12. Kavling/pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurutpertimbangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digunakanuntuk tempat mendirikan bangunan;

13. Mendirikan Bangunan ialah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atausebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun, atau meratakan tanah yangberhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut;

14. Mengubah Bangunan ialah pekerjaan mengganti dan/atau menambah bangunanyang ada, termasuk pekerjaan pembongkaran yang berhubungan denganpekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut;

15. Merobohkan Bangunan ialah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruhbagian bangunan ditinjau dari segi fungsi bangunan dan atau konstruksi;

16. Garis Sempadan adalah garis yang pada halaman perkarangan perumahan yangditarik sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai atas as pagar dan merupakanbatas antara bagian kavling/pekerjaan yang boleh dibangun dan yang tidakboleh dibangun Bangunan;

17. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah bilangan pokok atas perbandinganantara luas bangunan dengan luas kavling/ pekarangan;

18. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah bilangan pokok atas perbandinganantara total luas lantai bangunan dengan luas kavling/perkarangan;

19. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah bilangan pokok atas perbandingan antaraluas daerah hijau dengan luas kavling/ pekarangan;

20. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimanabangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak dari bangunan;

21. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan dalam mendirikanbangunan yang tertera dalam IMB;

22. Izin Penggunaan Bangunan diberikan untuk menggunakan bangunan sesuaidengan fungsi bangunan yang tertera didalam IMB;

23. Izin Penghapusan Bangunan (IHB) adalah izin yang diberikan untukmenghapus/merobohkan bangunan secara total baik secara fisik maupun secarafungsi, sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera didalam IMB;

24. Petugas adalah orang yang mendapatkan tugas secara resmi melayanikepentingan umum dibidang mendirikan bangunan;

25. Pengawasan adalah orang yang mendapat tugas secara resmi mengawasipelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunan.

Pasal 2

Perizinan Pembangunan

(1) Orang, Badan/lembaga sebelum membangun atau merubah bangunan diwilayahKabupaten Tanjung Jabung Barat, diharuskan memiliki IMB dari Bupati;

(2) Orang, Badan/Lembaga sebelum mengggunakan bangunan diwilayahKabupaten Tanjung Jabung Barat, diharuskan memiliki IPB dari Bupati;

(3) Orang, Badan/Lembaga sebelum merobohkan bangunan diwilayah KabupatenTanjung Jabung Barat, diharuskan memiliki IHB dari Bupati;

Page 46: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 6

(4) Persyaratan mendapatkan izin yang dimaksud ayat (1) pasal ini akan ditetapkandengan keputusan Bupati.

Pasal 3

Fungsi Bangunan Gedung

(1) Fungsi Bangunan Gedung diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapatdigolongkan dalam fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya sertafungsi khusus.

(2) Bangunan Gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputibangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun danrumah tinggal sementara.

(3) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi mesjid, gereja, pura, wihara dan kelenteng.

(4) Bangunan Gedung fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiBangunan Gedung Perkantoran, Perdagangan Perindustrian, Perhotelan Wisata,Rekreasi, Terminal dan Penyimpanan (Gudang);

(5) Bangunan Gedung mempunyai fungsi sosial dan budaya sebagimana dimaksudpada ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan,pelayanan kesehatan, laboratorium dan pelayanan umum.

(6) Bangunan Gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal inimeliputi Bangunan Gedung untuk Reaktor Nuklir, Inastalasi Pertahanan danKeamanan dan bangunan sejenisnya yang diputuskan oleh Menteri.

(7) Satu Bangunan Gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.(8) Fungsi bangunan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus

disesuaikan dengan lokasi yang diatur oleh Pemerintah Daerah.(9) Fungsi bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB).(10) Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan sebagimana

dimaksud dalam ayat (9) harus mendapatkan persetujuan dan penetapankembali oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 4

Klasifikasi Bangunan Gedung

(1) Menurut Fungsinya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut :a. Bangunan Sosial;b. Bangunan Perusahaan;c. Bangunan Fasilitas Umum;d. Bangunan Pendidikan;e. Bangunan Kelengkapan Kantor;f. Bangunan Perdagangan dan Jasa;g. Bangunan Industri;h. Bangunan Rumah Tinggal dan sejenisnya;i. Bangunan Khusus;j. Bangunan Campuran;k. Bangunan lain-lain.

Page 47: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 7

(2) Menurut Umurnya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut :a. Bangunan Permanen;b. Bangunan Semi Permanen;c. Bangunan Sementara.

(3) Menurut Wilayahnya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut:a. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) A;b. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) B;c. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) C.1;d. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) C.2;e. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) D.1;f. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) D.2;g. Bangunan dibagian wilayah kota (BWK) E.

(4) Menurut Lokasinya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut :a. Bangunan ditepi jalan Utama;b. Bangunan ditepi jalan Arteri;c. Bangunan ditepi jalan Kolektor;d. Bangunan ditepi jalan antar Lingkungan;e. Bangunan ditepi jalan Desa;f. Bangunan ditepi jalan setapak.

(5) Menurut Ketinggiannya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut :a. Bangunan bertingkat rendah (satu s/d dua lantai);b. Bangunan bertingkat sedang (tiga s/d lima);c. Bangunan bertingkat tinggi (enam lantai keatas).

(6) Menurut Luasnya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut :a. Bangunan kecil dengan luas kurang dari 100 m²;b. Bangunan sedang dengan luas 100 – 300 m²;c. Bangunan besar dengan luas diatas 301 sampai dengan 1000 m².d. Bangunan sangat besar dengan luas lebih dari 1000 m2.

(7) Menurut Stasusnya, bangunan diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Baratdiklasifikasikan sebagai berikut:a. Bangunan Pemerintah;b. Bangunan Swasta dan Pribadi.

(8) Pengklasifikasi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampaidengan ayat (7) Pasal ini dapat dimaksudkan sebagai persyaratan administrasi

Page 48: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 8

dan atau teknis Bangunan Gedung yang wajib untuk dipenuhi dan dapatdikaitkan dengan besaran restribusi yang harus dibayar.

BAB II

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

Bagian Pertama

Pasal 5

Persyaratan Umum

(1). Setiap Bangunan harus memilki persyaratan teknis, persyaratan lingkungan,persyaratan hukum dan administrasi agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi yang ditetapkan;

(2). Fungsi Bangunan yang dibangun harus sesuai dengan peruntukkan lokasi yangtelah ditetapkan

(3). Perletakkan Bangunan pada lokasi harus digambarkan pada gambar situasi;(4). Gambar Situasi Bangunan yang telah disetujui Dinas Tata Kota menjadi

Kelengkapan Permohonan IMB;(5). Gambar Situasi perletakkan bangunan harus memuat penjelasan tentang :

a. Bentuk kavling/pekarangan yang sesuai dengan peta Badan PertahananNasional;

b. Fungsi Bangunan;c. Nama jalan menuju ke kavling dan sekeliling kavling;d. Peruntukan Bangunan sekeliling kavling;e. Letak Bangunan diatas kavling;f. Koefisien Dasar Bangunan;g. Koefisien Hijau Bangunan;h. Garis Sempadan Bangunan;i. Arah mata angin;j. Arah angin rata-rata;k. Skala Gambar.

Bagian Kedua

Persyaratan Administratif

Pasal 6

Persyaratan Administrasi

(1). Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan administrasi sesuai dengan yangdiatur dalm Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedungyang meliputi :a. Status hak atas tanah dan atau izin dari pemegang hak atas tanah.b. Status kepemilikan Bangunan Gedung.c. Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

(2). Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagianbangunan gedung.

(3). Pemerintah Daerah mealkukan pendataan bangunan gedung untuk keperluantertib pembangunan dan pemanfaatan.

Page 49: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 9

Pasal 7

Status Hak Atas Tanah

(1) Status hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) butir aadalah penguasaan atas tanah yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat sebagaitanda bukti penguasaan/kepemilikan tanah, sebagai hak milik, HGB, HPL, danhak pakai atau status hak atas tanah lainnya yang berupa girik, pethuk, akta jualbeli dan akta/bukti kepemilikan lainnya.

(2) Izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (1) butir a Peraturan Daerah ini pada prinsipnya merupakanpersetujuan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atastanah dan pemilik bangunan gedung.

Pasal 8

Status Kepemilikan

(1) Status kepemilikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(1) butir b Peraturan Daerah ini merupakan surat keterangan bukti kepemilikanbangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hasilkegiatan pendataan bangunan gedung.

(2) Pendataan termasuk pendaftaran bangunan gedung dilakukan pada saat prosesperizinan mendirikan bangunan gedung secara periodik, yang dimaksudkanuntuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untukmemberikan kepastian hukum tentang kepemilikan bangunan gedung dansistem informasi.

(3) Berdasarkan pendataan bangunan gedung sebagai pelaksana dari asaspemisahan horizontal selanjutnya pemilik bangunan gedung memperoleh suratketerangan kepemilikan bangunan gedung dari Pemerintah Daerah.

(4) Dalam hal terdapat pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung pemilik yangbaru wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

(1) Izin mendirikan bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)butir c Peraturan Daerah ini merupakan surat bukti yang dikeluarkan olehPemerintah Daerah bahwa pemilik bangunan dapat mendirikan bangunan sesuaidengan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh PemerintahDaerah.

(2) IMB dimaksudkan untuk mengendalikan pembangunan dan pemanfaatanbangunan gedung diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan tujuanterjaminnya keselamatan penghuni dan lingkungan serta tertib pembangunan.

Page 50: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 10

(3) Orang atau badan hukum sebelum mendirikan bangunan gedung diwilayahKabupaten Tanjung Jabung Barat diwajibkan mengajukan permohonan kepadaBupati untuk mendapatkan IMB.

Pasal 10

Standar Teknik

(1) Standar teknik yang harus dipakai adalah Standar teknik yang berlaku diIndonesia yang antara lain meliputi Standar Nasional Indonesia (SNI) tentangbeton, baja, kayu dan standar teknik lainnya yang berkaitan dengan bangunangedung.

(2) Tiap-tiap bangunan dan bagian konstruksinya diperhitungkan terhadap bebansendiri, beban yang dipikul, beban angin, getaran dan gaya gempa sesuai denganperaturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Tiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai tingkatgaya atau gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksi yangsesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

(4) Dinas Tata Kota mempunyai kewajiban dan wewenang untuk memeriksakonstruksi bangunan yang dibangun dan akan dibangun baik dalam rencanabangunan maupun pada masa pelaksanaan bangunan.

Bagian Ketiga

Persyaratan Tata Bangunan

Paragraf 1

Pasal 11

Peruntukan dan Intensitas Bangunan

(1) Pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus sesuai denganperuntukan lokasi yang diatur dalam :a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat.b. Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Kota/Kawasan Perkotaan Tanjung Jabung

Barat.c. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Tanjung Jabung Barat.d. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan.

(2) Peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Daerah inimerupakan peruntukan utama sedangkan apabila pada bangunan tersebutterdapat peruntukkan penunjang agar berkonsultasi dengan Dinas Tata Kota.

(3) Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atauketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya dapat memperolehnya secaracuma-cuma pada Dinas Tata Kota.

(4) Untuk pembangunan diatas jalan umum atau dibawah/diatas air atau padadaerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi harus mendapat persetujuankhusus dari Bupati.

Pasal 12

Page 51: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 11

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

(1) Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhikepadatan yang diatur dalam koefisien dasar bangunan (KDB) sesuai yangditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan.

(2) Koefisien dasar bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarianlingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahayakebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan,keselamatan dan kenyamanan bangunan.

(3) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal inidisesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau yang diatur dalam RencanaTata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang sudah dimilikinya atau sesuaidengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(4) Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain dapat ditentukan KDBmaksimum 60%.

Pasal 13

Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

(1) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarianlingkungan atau resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahayakebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi bangunan, keselamatan dankenyamanan bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum.

(2) Ketentuan besarnya KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal inidisesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuanPeraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

Koefisien Dasar Hijau (KDH)

(1) Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarianlingkungan dan resapan air permukaan tanah.

(2) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harusdisesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuanPeraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain dapat ditentukan KDHminimum 30%.

Pasal 15

Ketinggian Bangunan

(1) Ketinggian Bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang.(2) Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruang, ketinggian

maksimum bangunan ditetapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota denganmempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan, sertakeserasian dengan lingkungan.

(3) Untuk bangunan tinggi dan bertingkat berlaku koefisien lantai banguan (KLB)masing-masing lokasi.

Pasal 16

Page 52: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 12

Persyaratan Khusus Bangunan

(1) Yang termasuk golongan ini adalah :a. Bangunan tempat pertemuan umum yang dipergunakan untuk peribadatan,

kesenian, oleh raga atau pertemuan dan sejenisnya.b. Bangunan tempat pertemuan umum yang dipegunakan untuk rekreasi.c. Bangunan tempat pertemuan umum yang dipergunakan untuk perpindahan

jasa transportasi.(2) Setiap bangunan yang baru, secara fungsional dan estetika hendaknya

disesuaikan dengan sosial budaya setempat.

Pasal 17

Garis Sempadan

(1) Garis sempadan pondasi bangunan terluar yang sejajar dengan as jalan/rencanajalan/tepi sungai ditentukan berdasarkan lebar jalan/rencana jalan/lebarsungai/fungsi jalan dan peruntukan kavling kawasan.

(2) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar sebagaimana dimaksud padaayat (1) pasal ini bilaman tidak ditentukan lain adalah separuh lebar daerah milikjalan dihitung dari tepi jalan/pagar.

(3) Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan adalah2,5 meter dihitung dari tepi jalan/sungai.

(4) Letak garis sempadan bangunan terluar pada bagian samping yang berbatasandengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain minimal 2 meter dari bataskavling atau atas kesepakatan dengan tetangga yang berbatasan.

(5) Garis terluar suatu tritis (oversteck) yang menghadang ke arah tetangga tidakdibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan pekarangan.

(6) Apabila garis sempadan bangunan ditetapkan berimpit dengan garis sempadanpagar maka cucuran atap suatu tritis (oversteck) harus diberi talang dan pipatalang harus disalurkan sampai ketanah.

(7) Dilarang menempatkan lobang angin (ventilasi) atau jendela pada dinding yangberbatasan langsung dengan tetangga.

(8) Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun dibawah permukaan tanahmaksimum berhimpit dengan garis sempadan pagar dan tidak boleh melewatibatas pekarangan.

(9) Garis sempadan pantai terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan berimpitdengan garis terluar daerah milik jalan.

(10) Garis pada sudut persimpangan jalan ditentukan dengan lengkungan dasarfungsi dan peranan jalan.

(11) Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan dengan lengkunganmaksimum 1,5 meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuktransparan atau tembus pandang.

(12) Pembuatan jalan masuk mendapatkan izin dari Dinas Tata Kota.(13) Teras/balkon tidak dibenarkan diberi dinding sebagai ruangan tertutup.(14) Balkon bangunan tidak dibenarkan mengarah/menghadap kekavling tetangga

yang disamping.(15) Garis terluar balkon bangunan tidak dibenarkan melewati batas pekarangan

yang berbatasan dengan tetangga.

Page 53: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 13

(16) Garis sempadan jalan masuk kavling bilamana tidak ditentukan lain adalahberhimpit dengan batas terluar garis pagar.

Pasal 18

Garis Sempadan Sungai dan Danau

(1) Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun ditepi sungai dan danau adalahdengan jarak 100 meter dan 100 meter untuk bangunan gedung ditepi sungai dandanau.

(2) Besarnya garis sempadan sungai dan danau yang tidak ditetapkan pada ayat (1)harus mendapatkan persetujuan dari Bupati.

Pasal 19

Jarak Antar Bangunan

(1) Jarak antara masa/blok bangunan satu lantai dengan lainnya dalam satu kavlingatau antara kavling minimal 4 (meter).

(2) Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak masa/blok bangunan denganbangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 (enam) meter dan 3 (tiga) meterdengan batas kavling.

(3) Pada radius 300 (tiga ratus) meter dari Rumah Dinas Pejabat Pemrintah dilarangmendirikan bangunan untuk pertokoan, bengkel, dan tempat hiburan.

(4) Untuk bangunan bertingkat setiap kenaikan satu lantai jarak antara masa/blokbangunan yang satu dengan yang lainnya ditambah dengan 0,5 meter.

(5) Ketentuan lebih rinci tentang jarak antara bangunan gedung mengikutiketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

Paragraf 2

Pasal 20

Arsitektur Bangunan Gedung

(1) Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilanbangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian dan keselarasanbangunan gedung dengan lingkungannya serta pertimbangan adanyakeseimbangan antara nilai-nilai budaya setempat terhadap penerapan berbagaiperkembangan arsitektur dan rekayasa.

(2) Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur bangunan gedung danlingkungan yang ada di sekitarnya.

(3) Persyaratan tata ruang dalam bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)pasal ini harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan gedung dankeandalan bangunan gedung.

(4) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedungdengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harusmempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbukahijau yang seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan.

Page 54: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 14

Pasal 21

Ketentuan Teknis

(1) Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu lintas.(2) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan mengganggu

atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum,keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan.

(3) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan dibangundiatas sungai, saluran, selokan dan parit pengairan.

(4) Khusus untuk daerah-daerah tertentu yang mempunyai sungai dengan lebar > 50meter, maka pembangunan bangunan diatas sungai dimungkinkan denganstruktur bangunan khusus dan harus mendapat persetujuan dari Bupati.

(5) Setiap bangunan diusahakan mempertimbangkan segi-segi pengembangankonsepsi arsitektur tradisional, hingga secara estetika dapat mencerminkanperwujudan corak budaya setempat.

Paragraf 3

Pasal 22

Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagibangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

(2) Setiap permohonan yang akan mengajukan permohonan izin mendirikanbangunan yang mempunyai jenis usaha atau kegiatan bangunan arealnya samaatau lebih besar dari 5 (lima) hektar, diwajibkan untuk melengkapi persyaratanAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

(3) Untuk industri perhotelan, perumahan real estate, pariwisata, gedung bertingkatseperti ruko 5 (lima) pintu yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter ataulebih dan pelabuhan diwajibkan untuk melengkapi persyaratan AnalisisMengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

(4) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkunganditangani oleh Instansi terkait.

(5) Bagi permohonan Izin Mendirikan Bangunan dalam mengajukan IMB harusdisertai rekomendasi dari instansi yang menangani masalah persyaratan AnalisisMengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

(6) Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan sanksi sesuai denganketentuan yang berlaku, dan Izin Mendirikan Bangunan yang bersangkutandapat dicabut oleh Bupati.

Paragraf 4

Pasal 23

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Page 55: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 15

(1) Persyaratan tata bangunan untuk satu kawasan lebih lanjut akan disusun danditetapkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

(2) Dalam penyusunan RTBL Pemerintah Daerah akan mengikut sertakanmasyarakat pengusaha dan para ahli agar didapat RTBL yang sesuai dengankondisi kawasan dan masyarakat.

(3) RTBL yang telah ditetapkan akan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun sekali.(4) RTBL digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu

lingkungan/kawasan, menindaklanjuti rencana rinci tata ruang dalam rangkaperwujudan kualifikasi bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutandari aspek fungsional, sosial, ekonomi dan lingkungan bangunan gedungtermasuk ekologi dan kualitas visual.

Bagian Keempat

Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Paragraf 1

Pasal 24

Persyaratan Keselamatan

(1) Setiap bangunan harus dibangun dengan mempertimbangkan kekuatan,kekakuan dan kestabilan dari segi struktur.

(2) Standar teknik yang harus dipakai adalah standar teknik yang berlaku diIndonesia yang meliputi SNI tentang Tata Cara, spesifikasi, metode uji yangberkaitan dengan bangunan gedung.

(3) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadapbeban sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(4) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai tingkatgaya angin atau gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksiyang sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(5) Setiap bangunan bertingkat lebih dari dua lantai dalam pengajuan perizinanmendirikan bangunan harus menyertakan perhitungan strukturnya sesuaipedoman dan standar yang berlaku.

(6) Pihak yang berkewajiban dan berwenang untuk memeriksa konstruksi bangunandibangun dan atau yang akan dibangun dalam rancangan bangunannya maupunpada masa pelaksanaan pembangunannya adalah Dinas Pekerjaan Umum.

Pasal 25

Persyaratan Kelengkapan Sarana dan Prasarana

(1) Setiap bangunan harus memiliki sarana dan prasarana yang mencukupi agardapat terselenggara fungsi Bangunan yang telah ditetapkan;

(2) Setiap Bangunan Umum harus memiliki kelengkapan sarana dan prasaranabangunan yang memadai, yang meliputi :a. Sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran;b. Tempat parkir;c. Sarana transportasi vertikal;d. Sarana tata udara;e. Fasilitas penyandang cacat;

Page 56: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 16

f. Sarana penyelamatan;(3) Setiap ruang instalasi listrik, generator, gas turbin, atau instalasi pembangkit

lainnya serta ruang penyimpanan cairan gas atau bahan mudah menguap atauterbakar, harus dilindungi dengan system pencegahan kebakaran manualdan/atau system pemadam otomatis.

Pasal 26

Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran

Setiap Bangunan harus memiliki cara, sarana dan alat/perlengkapan/pencegahan/ penanggulangan bahaya kebakaran yang bersumber dari listrik, gas,api dan sejenisnya.

Pasal 27

Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada Gedung

Pelaksanaan terhadap penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan harussesuai dengan peraturan yang berlaku dalam Keputusan Menteri Pekerjaan UmumNo. 02/KPTS/1985 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran padaBangunan Gedung.

Pasal 28

Standar Nasional Indonesia yang Berkaitan dengan Kebakaran

Setiap Bangunan harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitandengan kebakaran yakni sebagai berikut :

a. SNI No. 1793-1989-F, tentang Pengujian Jalan Api pada permukaan untukbahan bangunan.

b. SNI No. 1740-1989-F, tentang Metode Pengujian Bahan Bakar Bangunan.c. SNI No. 1741-1989-F, tentang Metode Pengujian Tahan Api Komponen

Struktur Bahan Bangunan.d. SNI No. 1746-1989-F, tentang Metode Pemasangan Pemadam Api Ringan.e. SNI No. 1735-1989-F, tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan dan

Lingkungan.f. SNI No. 1736-1989-F, tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan.g. SNI No. 1745-1989-F, tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran.

Pasal 29

Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)

Setiap Bangunan harus mengikuti Standard Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)yang berkaitan dengan kebakaran sebagai berikut :

a. SKBI No. 3,4,53 1987, tentang Panduan Pemasangan Sprinkler;b. SKBI No. 3,1,53 1987, tentang Panduan Pemasangan Sistem Deteksi Alam;c. SKBI No. 3,4,53 1987, tentang Panduan Pemasangan Alat Bantu Evakuasi;d. SKBI No. 4,4,53 1987, tentang Spesifikasi Bahan Bangunan.

Page 57: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 17

Pasal 30

Persyaratan Bahan Bangunan

(1) Penggunaan bahan bangunan diupayakan semaksimal mungkin menggunakanbahan bangunan produksi dalam negeri/setempat dengan kandungan lokalminimal 60%.

(2) Penggunaan bahan bangunan harus mempertimbangkan keawetan dankesehatan dalam pemanfaatan bangunan.

(3) Bahan bangunan yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat tekniksesuai dengan fungsinya yang dipersyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia(SNI) tentang spisifikasi bahan bangunan yang berlaku.

(4) Penggunaan bahan bangunan yang mengandung racun atau bahan kimia yangberbahaya harus mendapat rekomendasi dari instansi terkait dan dilaksanakanoleh ahlinya.

(5) Pengecualian dari ketentuan ayat (1) pasal ini harus mendapatkan rekomendasidari Bupati atau pejabat yang ditunjuk olehnya.

Paragraf 2

Persyaratan Kesehatan

Bagian Pertama

Pasal 31

Air Bersih

(1) Jenis, mutu, sifat bahan dan peralatan instalasi air minum harus memenuhistandar teknis yang berlaku.

(2) Pemilihan sistem dan penempatan instalasi air minum harus disesuaikan danaman terhadap sistem lingkungan, bangunan-bangunan lain, bagian-bagian laindari bangunan dan instalasi-instalasi lain sehingga tidak sling membahayakan,mengganggu dan merugikan serta memudahkan penghematan danpemeliharaan.

(3) Air minum diambil dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau sumberyang dibenarkan secara resmi oleh pejabat yang berwenang.

(4) Perencanaan untuk instalasi jaringan air minum mengikuti ketentuan dalampedoman standar teknis yang berlaku.

Bagian Kedua

Pasal 32

Air Hujan

(1) Pada dasarnya air hujan dibuang atau dialirkan ke saluran kota.(2) Apabila saluran kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak

dimungkinkan berhubungan belum tersedianya saluran tersebut, makapembuangan air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara yang ditentukan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum.

(3) Saluran air hujan :

Page 58: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 18

a. Setiap pekarangan rumah harus membuat saluran pembuangan air hujan.b. Saluran harus mempunyai ukuran yang cukup besar dan mempunyai tingkat

kemiringan yang cukup untuk mengalirkan seluruh air hujan.c. Untuk air hujan yang jatuh harus mengikuti ketentuan dalam pedoman dan

standar teknis yang berlaku.

Bagian Ketiga

Pasal 33

Air Kotor

(1) Semua air kotor yang berasal dari rumah seperti dari dapur, kamar mandi, wc dnlain sebegainya harus disalurkan melalui pipa tertutup sesuai standar teknisyang ditetapkan.

(2) Pembuangan air kotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapatdialirkan ke saluran umum kota dengan ketentuan air pembuangan tersebuttidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

(3) Jika pembuangan air kotor sebagaimana pada ayat (2) pasal ini tidakdimungkinkan berhubungan belum adanya sluran umum kota, maka pemilikbangunan dapat membuat sendiri sumur resapan sesuai dengan ketentuan yangberlaku.

(4) Untuk mengantisipasi akibat dari sumur resapan, maka pemilik bangunandianjurkan untuk membuat sumur resapan tersebut berjarak 10 meter darisumber air bersih, dan sumur resapan tersebut berada diatas letak sumber airbersih/air minum dimaksud.

Bagian Keempat

Pasal 34

Tempat Pembuangan Sampah

(1) Setiap pembuatan bangunan baru atau perluasan bangunan yang diperuntukantempat kediaman harus dilengkapi dengan tempat sampah yang ditempatkandan dibuat tertutup sehingga kesehatan umum terjamin.

(2) Untuk lingkungan perkotaan dibuat kotak sampah induk dimana sampahtersebut dapat setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan setempat.

(3) Perencanaan instalasi tempat pembuangan sampah harus disesuaikan denganstandar teknis yang berlaku

Bagian Kelima

Pasal 35

Penghawaan Dalam Bangunan

(1) Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasimekanik (buatan) yang gunanya untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi danperuntukkan udara dalam ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut.

(2) Ventilasi alami harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau bahanlain yang dapat dibuka sesuai dengan standar teknis yang berlaku.

Page 59: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 19

(3) Ventilasi alami pada ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan, pintu ventilasiatau sarana lain dari ruangan yang bersebelahan.

(4) Luas venrtilasi alami minimal seluas 5% dari luasan lantai ruangan yang diberiventilasi.

(5) Sistem ventilasi buatan harus diberikan jika ventilasi alami tidak dapatdipergunakan atau tidak memenuhi syarat.

(6) Penempatan fan sebagai ventilasi buatan harus memungkinkan pelepasan udarasecara maksimal dan masuknya udara segar atau sebaliknya.

(7) Bilamana digunakan ventilasi buatan, maka sistem tersebut harus bekerja secaraterus menerus selama ruangan tersebut dihuni.

(8) Penggunaan ventilasi buatan harus memperhitungkan besarnya pertukaranudara yang disarankan untuk fungsi ruang dalam bangunan gedung sesuaidengan standar teknis yang berlaku.

Bagian Keenam

Pasal 36

Pencahayaan dalam Bangunan

(1) Setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan alami atau buatansesuai dengan fungsinya.

(2) Pencahayaan meliputi kebutuhan pencahayaan untuk ruangan dalam bangunan,diluar bangunan, jalan taman dan daerah bagian luar lainnya dimanapencahayaan dimaksud dibutuhkan.

(3) Pemanfaatan pencahayaan alami diupayakan secara optimal pada bangunangedung dan disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi masing-masing ruang dalam gedung.

(4) Pencahayaan buatan pada bangunan gedung harus dipilih secara fleksibel, efektifdan sesuai dengan ilutminasi yang dipersyaratkan sesuai dengan fungsi ruangdalam bangunan gedung dengan mempertimbangkan efisiensi dan konservasienergi yang dibutuhkan.

(5) Besarnya kebutuhan pencahayaan alami atau dalam bangunan gedung dihitungberdasarkan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Paragraf 3

Bagian Pertama

Pasal 37

Persyaratan Kemudahan/Aksesibilitas.

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan kemudahan yangmeliputi kemudahan hubungan kedalam bangunan gedung, dari dalambangunan gedung dan didalam bangunan gedung serta dilengkapi sarana danprasarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

(2) Kemudahan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputikemudahan hubungan horizontal dan hubungan vertikal selanjutnya tersedianyaakses untuk evakuasi serta fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dannyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Page 60: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 20

(3) kelengkapan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal inipada bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum diharuskanmenyediakan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi,toilet, tempat parkir, tempat sampah serta fasilitas komunikasi dan informasi.

Pasal 38

Kemudahan Hubungan Horizontal

(1) kemudahan hubungan horizontal antar ruang bangunan gedung sebagaimanadimaksud pada pasal 36 ayat (2) merupakan keharusan bangunan gedung untukmenyediakan pintu dan atau koridor antar ruang.

(2) Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridordisesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung.

(3) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalambangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengikutiketentuan standar teknis yang berlaku.

Pasal 39

Kemudahan Hubungan Vertikal

(1) Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung termasuk saranatransportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (2) berupapenyediaan tangga, ram dan sejenisnya serta lift atau tangga berjalan dalambangunan.

(2) Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yangmenghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya denganmempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesehatanpengguna.

(3) Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringantertentu dan atau sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkankemudahan dan keamanan pengguna sesuai dengan standar teknis yang berlaku.

(4) Bangunan gedung dengan jumlah lantai diatas 5 lantai harus dilengkapi dengansarana transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhan danfungsi bangunan gedung.

(5) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan bangunangedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)mengikuti ketentuan dan standar teknis yang berlaku.

Pasal 40

Akses Evaluasi

(1) Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 33 ayat(2) harus disediakan didalam bangunan gedung meliputi sistem peringatanbahaya bagi pengguna dan pintu keluar darurat dan jalur evakuasi apabilaterjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya kecuali rumah tinggal.

(2) Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimkasud pada ayat (1) harus dapatdicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas.

Page 61: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 21

(3) Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) pasal ini mengikuti ketentuan standar teknis yang berlaku.

Pasal 41

Penyediaan Fasilitas dan Aksesbilitas

(1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usiasebagaimana dimaksud pada pasal 33 ayat (2) Peraturan Daerah ini merupakankeharusan bagi semua bangunan gedung kecuali rumah tinggal.

(2) Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud padaayat (1) pasal ini termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnyadalam bangunan gedung dan lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjutusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengikuti ketentuandalam standar teknis yang berlaku.

Pasal 42

Kelengkapan Sarana dan Prasarana

(1) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimanan dimaksud dalam pasal 33 ayat(3) Peraturan Daerah ini merupakan keharusan bagi semua bangunan gedunguntuk kepentingan umum.

(2) Kelengkapan prasaran dan sarana tersebut harus memadai sesuai dengan fungsibangunan umum tersebut :a. sarana pencegahan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.b. Tempat parkir.c. Sarana transpotasi vertikal.d. Sarana tata udara.e. Fasilitas penyandang cacat.f. Sarana penyelamatan.

Bagian Kedua

Pasal 43

Persyaratan Kenyamanan dalam bangunan

(1) Setiap bangunan yang dibangun dapat dipertimbangkan faktor kenyamananbagi pengguna/penghuni yang berada didalam dan disekitar bangunan tersebut.

(2) Dalam merencanakan kenyamanan dalam bangunan gedung yangmemperhatikan hal-hal sebagai berikut :a. Kenyamanan ruang gerak.b. Kenyamanan hubungan antar ruangc. Kenyaman kondisi udara.d. Kenyamanan pandangan.e. Kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran.

Page 62: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 22

BAB III

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian Pertama

Pasal 44

Umum

(1) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan pembangunan,pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)pihak penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan bangunansebagaimana dimaksud pada Bab II Peraturan Daerah ini.

(3) Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung,penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.

(4) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud dalam Bab II tetap harus memenuhi ketentuan tersebutsecara bertahap.

Bagian Kedua

Pembangunan

Pasal 45

(1) Pendirian bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaan danpelaksanaan beserta pengawasan.

(2) Pendirian bangunan gedung dapat dilakukan baik pada tanah milik sendirimaupun tanah milik pihak lain setelah mendapat izin dengan perjanjian tertulisantara pemilik tanah dengan pemilik bangunan.

(3) Pendirian bangunan gedung baru dapat dilaksanakan setelah rencana teknisbangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk IzinMendirikan Bangunan kecuali bangunan gedung fungsi khusus.

Pasal 46

(1) Pendirian bangunan rumah tinggal satu lantai dengan luas kurang dari 50 M²dapat dilakukan oleh orang yang ahli/berpengalaman.

(2) Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dilakukan oleh orang yangtelah mendapatkan surat izin bekerja dari Bupati.

(3) Pendirian bangunan lebih dari dua lantai atau bangunan umum atau bangunanspesifik harus dilakukan badan hukum yang telah mendapat kualifikasi sesuaidengan bidang dan nilai bangunan.

(4) Perencanaan bangunan terdiri atas :a. Perencanaan Arsitektur.b. Perencanaan Konstruksi.

Page 63: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 23

c. Perencanaan Utilitas.(5) Ketentuan sebagaimana demaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) pasal ini

tidak berlaku bagi perencanaan :a. Bangunan yang sifatnya sementara dengan syarat bahwa luas dan tingginya

tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan Dinas Tata Kota.b. Pekerjaan pemeliharaan/perbaikan bangunan antara lain :

b.1. Memperbaiki bangunan dengan tidak mengubah konstruksi dan luaslantai bangunan.

b.2. Pekerjaan meplester, memperbaiki retak bangunan dan memperbaikilapis lantai bangunan.

b.3. Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah konstruksinya.b.4. Memperbaiki lobang cahaya/udara tidak lebih dari 1 m².b.5. Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi.b.6. Memperbaiki langit-langit tanpa mengubah haringan lain.

(6) Pengesahan rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum danPengesahan rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan olehPemerintah Daerah setelah mendapat pertimbangan dari tim ahli.

(7) Keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud ayat (1) danayat (2) pasal ini bersifat adhoc tediri dari para ahli yang diperlukan sesuaidengan kompleksitas bangunan gedung.

Pasal 47

(1) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan sampai dua lantai dapat dilakukanoleh pelaksana perorangan yang ahli;

(2) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dengan luas lebih dari 500 M² ataubertingkat lebih dari dua lantai atau bangunan spesifik harus dilakukan olehpelaksana badan hukum yang memiliki kealifikasi sesuai dengan peraturan yangberlaku.

Bagian Ketiga

Pasal 48

Pemanfaatan

(1) Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau penggunabangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhipersyaratan laik fungsi.

(2) Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi apabilamemenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Bab III PeraturanDaerah ini.

(3) Pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala pada bangunangedung harus dilakukan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secaraberkala bangunan gedung mengikuti pedoman teknis dan standarisasi nasionalyang berlaku.

Bagian Keempat

Pasal 49

Page 64: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 24

Pelestarian

(1) Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budayasesuai dengan peraturan Perundang-undangan harus dilindungi dandilestarikan.

(2) Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dandilestarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan olehPemerintah Daerah dan atau Pemerintah dengan memperhatikan ketentuanPerundang-undangan.

(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan serta pemeliharaan atasbangunan gedung sepanjang tidak mengubah nilai dan atau karakter cagarbudaya yang dikandungnya.

(4) Perbaikan, pemugaran dan pemanfaatan bangunan gedung dan lingkungancagar budaya yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan atau karaktercagar budaya harus dikembalikan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan (2) pasal ini serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran, danpemanfaatannya mengikuti ketentuan pedoman teknis dan standarisasi yangberlaku.

Bagian Kelima

Pasal 50

Pembongkaran

(1) Bangunan gedung dapat dibongkar apabila :a. Tidak layak fungsi dan tidak diperbaiki.b. Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung atau

lingkungannya.c. Tidak memiliki izin mendirikan bangunan.

(2) Bangunan gedung yang dapat dibongkar sebagaimana pada ayat (1) huruf a danb pasal ini ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hasil pengkajianteknis.

(3) Pengkajian teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasalini dikecualikan untuk rumah tinggal dilakukan oleh pengkaji teknis danpengadaannya menjadi kewajiban pemilik gedung.

(4) Pembongkaran bangunan gedung yang mempunyai dampak luas terhadapkeselamatan umum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan rencanateknis pembongkaran yang telah disetujui oleh Bupati atau pejabat yangditunjuk.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pembongkaran bangunan gedung mengikutiketentuan pedoman teknis dan standarisasi nasional.

Page 65: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 25

BAB IV

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

Bagian Pertama

Izin Mendirikan Bangunan dan Mengubah Bangunan

Paragraf 1

Pasal 51

Arahan Perencanaan

Sebelum mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan, pemohon wajibmeminta keterangan tentang arahan perencanaan, secara cuma-cuma kepadadinas/instansi yang menangani perizinan tentang rencana mendirikan dan/ataumengubah bangunan yang meliputi :a. Jenis/peruntukan bangunan.b. Luas lantai bangunan yang diizinkanc. Jumlah lantai/lapis bangunan diatas/dibawah permukaan tanah yang diizinkan.d. Garis sempadan yang ditetapkan.e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang diizinkan.f. Koefisien Lantai Bangunan (KLB).g. Koefisien Daerah Hijau (KDH).h. Persyaratan-persyaratan bangunan.i. Persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan bangunan.j. Hal-hal lain yang dianggap perlu dalam mendirikan dan/atau mengubah

bangunan.

Paragraf 2

Tata Cara Mengajukan Permohonan Izin Mendirikan

dan/atau Mengubah Bangunan

Pasal 52

(1) Permohonan izin mendirikan dan atau mengubah bangunan diajukan secaratertulis oleh permohonan kepada bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Lembar isian permohonan izin mendirikan bangunan dan atau mengubahbangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengankeputusan Bupati.

(3) Permohonan izin mendirikan dan atau mengubah bangunan harus dilampiridengan :a. Photo copy surat keterangan tanah/sertifikat.b. Photo copy kartu tanda penduduk (KTP) pemohon.c. Gambar rencana bangunan (sketsa bangunan).d. Photo copy bukti lunas PBB tahun terakhir.

Page 66: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 26

e. Pas photo ukuran 3x4.f. Rekomendasi camat.g. Khusus permohonan IMB untuk perusahaan industri dan Real Estate

disamping persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) sampaidengan (f) pasal ini ditambah dengan :g.1. Izin prinsip dari Bupati.g.2. Izin lokasi dari Badan Pertanahan Nasional.g.3. Akte pendirian perusahaan.g.4. Surat kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan

oleh pemohon sendiri.g.5. Tanda anggota Real Estate Indonesia dan rekomendasi bebas banjir dari

Dinas Tata Kota khusus bagi pemohon Real Estate.g.6. Rencana tata bangunan dan prasarana dan sarana banguna industri

yang disetujui oleh bupati dengan menunjukan lokasi kavling untukbangunan yang bersangkutan bagi perusahaan industri.

g.7. Rencana tata bangunan dan prasarana bangunan industri yang disetujuioleh bupati dengan menunjukan lokasi kavling untuk bangunan yangbersangkutan bagi perusahaan industri.

h. Izin pemilik tanah.i. Rekaman tanda pelunasan pajak dan galian C.

Pasal 53

(1) Dinas Tata Kota mengadakan pemeriksaan permohonan IMB yang diajukanmengenai syarat-syarat administrasi dan teknis menurut ketentuan dariperaturan, pedoman dan standar yang berlaku.

(2) Pemeriksaan terhadap permohonan IMB dan lampirannya diberikan secaracuma-cuma.

(3) Dinas Tata Kota memberikan tanda terima permohonan IMB diberikan apabilasemua persyaratan administrasi telah dipenuhi.

(4) Dalam jangka waktu 2 (dua) haru kerja setelah permohonan diterimasebagaimana dimaksud pada ayat (2). Dinas Tata Kota menetapkan besarnyaretribusi yang wajib dibayar berdasarkan ketentuan yang berlaku atau menolakpermohonan IMB yang diajukan Karena tidak memenuhi persyaratan teknik.

(5) Permohonan setelah memenuhi persyaratan teknik yang ditetapkan wajibmembayar retribusi izin mendirikan bangunan.

(6) Setelah permohonan melunasi retribusi yang telah ditetapkan, Dinas Tata Kotadapat untuk memberikan surat izin sementara untuk melaksanakanpembangunan fisik.

(7) Untuk permohonan izin mendirikan bangunan yang ditolak harus diperbaiki danmengikuti ketentuan yang berlaku serta petunjuk dari Dinas Tata Kota untukdiajukan kembali.

Paragraf 3

Pasal 54

Keputusan Izin Mendirkan Bangunan dan Izin Mengubah Bangunan

Page 67: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 27

(1) Keputusan izin mendirikan bangunan dan atau izin mengubah bangunandiberikan paling lambat 1 (satu) bulan kerja pemohon memenuhi segalapersyaratan yang telah ditentukan.

(2) Izin mendirikan bangunan dan/atau mengubah bangunan ditandatangani olehBupati atau pejabat lain yang diberi pelimpahan wewenang untuk itu.

(3) Izin mendirikan bangunan hanya berlaku kepada nama yang tercantum yangbesarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Untuk perubahan nama IMB dikenakan retribusi bea balik nama yang besarnyasesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(5) Pemohon wajib mendirikan bangunan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IMBdikeluarkan, dan apabila pemohon belum memulai pelaksanaan pekerjaannyamaka izin mendirikan bangunan dimaksud dinyatakan batal dengan sendirinya.

Paragraf 4

Penundaan Keputusan IMB

Pasal 55

(1) Keputusan izin mendirikan bangunan (IMB) dapat ditunda apabila:a. Pemerintah masih memerlukan waktu untuk melakukan penilaian

khususnya persyaratan bangunan serta penimbangan nilai lingkungan yangdirencanakan.

b. Pemerintah sedang merencanakan tata ruang kota atau rencana detail kota.c. Pemberian kesempatan tambahan kepada pemohon untuk melengkapi

permohonan IMB yan diajukan.(2) Penundaan keputusan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini wajib

disampaikan Kepala Dinas Tata Kota secara tertulis dengan menyebutkan alasanpenundaan dimaksud.

Pasal 56

Permohonan izin mendirikan bangunan (IMB) dapat ditolak apabila :a. Bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan teknik

sebagaimana yang telah ditetapkan.b. Persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 39 Peraturan Daerah ini tidak dipenuhi.c. Bangunan yang akan didirikan diatas lokasi/tanah yang penggunaannya tidak

sesuai dengan rencana kota yang sudah ditetapkan dalam Rencana Umum TataRuang Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

d. Bangunan dimaksud mengganggu keindahan lingkungan dan menggangguketertiban lalu lintas, aliran air dan pencahayaan bangunan yang telah ada.

e. Sifat fungsi bangunan tidak sesuai dengan bangunan sekitarnya.f. Tanah bangunan untuk persyaratan kesehatan (higienik) tidak mengizinkan untuk

ditempati.g. Rencana bangunan dimaksud melampaui garis sempadan jalan yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah.h. Adanya keberatan dari pihak ketiga dan tidak dibenarkan oleh Pemerintah.

Pasal 57

Izin mendirikan bangunan tidak diperlukan dalam hal :

Page 68: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 28

(1) membuat lubang-lubang ventilasi, penerangan dan sebagainya yang luasnyalebih dari 1 M² dengan isi terpanjang mendatar tidak lebih dari 2 (dua) meter.

(2) Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas Tata Kotatidak membahayakan.

(3) Pemeliharaan/perbaikan bangunan dengan tidak merubah denah, konstruksimaupun arsitektur dari bangunan semula yang telah mendapat izin.

(4) Mendirikan bangunan yang tidak untuk memelihara binatang jinak/ternak(kecuali babi) atau taman-taman dengan syarat sebagai berikut :a. ditempatkan dihalaman belakang.b. Luas tidak melebihi 10 (sepuluh) meter persegi dan tingginya tidak lebih dari

2 (dua) meter sepanjang tidak bertentangan dengan pasal 42 PeraturanDaerah ini.

(5) Membuat kolam hias, taman, patung dan tiang bendera dihalaman pekaranganrumah.

(6) Membongkar bangunan yang termasuk dalam kelas tidak permanen.(7) Mendirikan bangunan sementara yang pendiriannya telah diperoleh izin dari

bupati paling lama satu bulan.(8) Mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah diperoleh selama

mendirikan bangunan.

Pasal 58

Bagi orang pribadi dan badan hukum dilarang untuk mendirikan bangunan apabila :(1) Tidak memiliki izin mendirikan bangunan.(2) Pendirian bangunan menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang telah

ditentukan.(3) Pendirian bangunan menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang telah

ditentukan.(4) Mendirikan bangunan diatas tanah milik orang lain tanpa izin dari pemilik tanah

atau kuasanya yang sah.

Pasal 59

(1) Bupati dapat mencabut izin mendirikan bangunan apabila :a. izin yang telah diberikan ternyata didasarkan pada keterangan yang keliru

atau palsu.b. Pembangunan itu kemudian ternyata menyimpang dari rencana peruntukan

bangunan dan tidak sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.c. Pemilik IMB tidak melakukan pekerjaan mendirikan bangunan selama waktu

3 (tiga) bulan.(2) Pencabutan izin mendirikan bangunan diberikan secara tertulis dengan

Keputusan Bupati disertai dengan alasan-alasan yang sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

(3) Sebelum keputusan izin mendirikan bangunan dicabut, Dinas Tata Kota dapatmemberitahu terlebih dahulu dan diberikan peringatan secara tertulis.

(4) Pemilik IMB dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) Pasal ini secara tertulis.

Page 69: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 29

Paragraf 5

Pelaksanaan Pekerjaan Mendirikan Bangunan dan Izin Mengubah Bangunan

Pasal 60

(1) Pemohon IMB wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas TataKota tentang :a. Saat dimulainya pekerjaan mendirikan bangunan.b. Saat dimulainya bagian-bagian pekerjaan mendirikan bangunan.c. Tiap penyelesaian bagian pekerjaan mandirikan bangunan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.(2) Pekerjaan mendirikan bangunan dalam IMB baru dapat dimulai pekerjaan

setelah Dinas Tata Kota menetapkan garis sempadan pagar, garis sempadanbangunan serta ketingian permukaan tanah pekarangan tempat bangunan yangakan didirikan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalamIMB.

(3) Apabila dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah diterimanyapemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dan Dinas TataKota tidak memberikan jawaban, maka pemohon dapat memulai pekerjaan.

Pasal 61

(1) Pemohon IMB dalam melaksanakan pekerjaan mendirikan bangunan diwajibkanuntuk menutup lokasi tempat mendirikan bangunan dengan pagar pengamanyang mengelilingi lokasi bangunan dimaksud.

(2) Bilamana terdapat sarana kota yang mengganggu atau terkena rencanapembangunan, maka pelaksanaan pemindahan/pengamanan harus dikerjakanoleh pihak yang berwenang atas biaya pemilik IMB.

Paragraf 6

Pasal 62

Pelaksanaan Pembangunan

(1) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan sampai dua lantai dapat dilakukanoleh pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan.

(2) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dengan luas lebih dari 500 M² ataubertingkat lebih dari dua lantai atau bangunan spesifik harus dilakukan olehbadan hukum yang memiliki kualifikasi sesuai peraturan yang berlaku.

Paragraf 7

Pasal 63

Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

Page 70: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 30

(1) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan oleh pengawas yang sudahmendapat izin dari pihak yang berwenang.

(2) Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilakukan, pemohon IMB diwajibkanagar menempatkan salinan gambar IMB beserta lampirannya dilokasi pekerjaanuntuk kepentingan pemeriksaan oleh petugas.

(3) Petugas pengawas dari Dinas tata Kota berwenang untuk :a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan pekerjaan mendirikan

bangunan setiap saat pada jam kerja.b. Memeriksa apakah bahan yang digunakan sesuai dengan persyaratan umum

bahan bangunan (PUBB) dan RKS.c. Memerintahkan menyingkirkan bahan bangunan yang tidak memenuhi

syarat demikian pula alat-alat yang dianggap berbahaya serta merugikankeselamatan/kesehatan umum.

d. Memerintahkan pembongkaran dan atau menghentikan segera pekerjaanmendirikan bangunan sebagai atau seluruhnya untuk sementara waktuapabila :d.1. Pelaksanaannya menyimpang dari izin yang telah diberikan atau

tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.d.2. Semua peringatan yang diberikan baik secara lisan maupun tertulis

tidak dilaksanakan atau tidak dipenuhi.

Paragraf 8

Pasal 64

Keselamatan Kerja

(1) Pelaksanakan mendirikan bangunan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dariperaturan tentang keselamatan kerja yang berlaku.

(2) Pemegang izin mendirikan bangunan diwajibkan untuk selalu berusahamenyediakan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.

(3) Pemegang izin mendirikan bangunan diwajibkan selalu menyediakanperlengkapan PPPK lengkap dan ditempatkan sedemikian rupa dalamlingkungan gedung.

(4) Pemegang izin mendirikan bangunan diwajibkan minimal 1 (satu) buah WCsementara.

Bagian Kedua

Izin Penggunaan Bagunan (IPB)

Pasal 65

(1) Setelah bangunan selesai pemohon wajib menyampaikan laporan secara tertulisdilengkapi dengan :a. Berita acara pemeriksaan dari pengawasan yang telah diakreditasi.b. Gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing)c. Foto copy tanda pembayaran retribusi.

(2) Berdasarkan laporan dan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasalini pemohon diberikan izin pengunaan bangunan.

Page 71: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 31

(3) Jangka waktu penerbitan izin penggunaan bangunan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) pasal ini ditetapkan paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejakditerimanya laporan dan berita acara pemeriksaan.

(4) Izin penggunaan bangunan (IPB) tidak diperlukan untuk rumah tinggal.

Pasal 66

Dalam hal terjadinya perubahan pengunaan bangunan sebagaimana yang telahditetapkan dalam IMB, maka pemilik IMB wajib mengajukan permohonan IPB yangbaru kepada Bupati melalui Dinas Tata Kota.

Pasal 67

Tata cara pengajuan izin pengunaan bangunan :(1) Pengajuan izin penggunaan bangunan atau sertifikat laik fungsi bangunan

dilakukan bersama dengan pengajuan izin mendirikan bangunan.(2) Permohonan izin mendirikan bangunan diajukan secara tertulis oleh perorangan

atau badan hukum kepada bupati melalui Dinas Tata Kota.(3) Formulir pengisian permohonan izin penggunaan bangunan diatur lebih lanjut

dengan keputusan Bupati.

Bagian Ketiga

Penerbitan Izin Menggunakan Penggunaan Bangunan

Pasal 68

(1) Dinas Tata Kota mengadakan penelitian atas permohonan izin penggunaanbangunan yang diajukan oleh pemohon tentang syarat-syarat administrasi,teknik dan lingkungan yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Apabila persyaratan adminsitrasi telah dipenuhi Dinas Tata Kota dapatmemberikan tanda terima PIPB.

(3) Dan jika persyaratan teknik dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) telah dipenuhi, maka Dinas Tata Kota baru dapat memberikan suratketerangan layak huni dan selanjutnya menetapkan besarnya retribusi yangharus dibayar oleh pemohon.

(4) Untuk bangunan yang telah ada, khususnya bangunan umum wajib dilakukanpemeriksaan secara berkala terhadap kelaikan fungsi dari gedung dimaksud danpemeriksaan berkala ditetapkan oleh tenaga konsultan ahli yang telahterakreditasi selama 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 69

(1) Izin penggunaan bangunan diterbitkan dengan masa berlaku 5 (lima) tahununtuk bangunan umum dan 10 (sepuluh) tahun untuk rumah tinggal .

(2) Apabila masa berlaku izin penggunaan bangunan itu habis, pemilik bangunanwajib untuk memperpanjang izin dimaksud.

Pasal 70

Page 72: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 32

Pengawasan Izin Penggunaan Bangunan.(1) Untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan bangunan, dalam hal ini

pihak petugas Dinas Tata Kota meminta pemilik bangunan untukmemperlihatkan Izin Penggunaan Bangunan dimaksud.

(2) Dinas Tata Kota dapat menghentikan penggunaan bangunan apabilapenggunaanya menyalahi ketentuan yang ada dalam Izin Penggunaan Bangunanyang diberikan.

(3) Dalam hal pihak pemegang Izin Penggunaan Bangunan menyalahi sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dapat diberikan peringatan secara tertulis dan apabiladalam jangka waktu yang ditetapkan penghuni tetap tidak memenuhi ketentuanseperti yang ditetapkan maka Bupati dapat mencabut Izin PenggunaanBangunan.

Bagian Keempat

Paragraf 1

Pasal 71

Permohonan Merobohkan Bangunan

(1) Dinas Tata Kota atas nama Bupati dapat memerintahkan kepada pemilik untukmerobohkan bangunan dengan ketentuan :a. Bangunan dimaksud rapuh.b. Membahayakan keselamatan umum.c. Tidak sesuai dengan tata ruang kota dan ketentuan lain yang berlaku.

(2) Pemilik bangunan dapat mengajukan permohonan untuk merobohkanbangunan.

(3) Sebelum mengajukan permohonan Izin Merobohkan Bagunan pemohon harusterlebih dahulu meminta petunjuk tentang rencana merobohkan bangunankepada Dinas Tata Kota yang meliputi :a. Tujuan dan alasan merobohkan bangunan.b. Persyaratan merobohkan bangunan.c. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Paragraf 2

Pasal 72

Tata Cara Mengajukan Izin Merobohkan Bangunan

(1) Izin merobohkan harus diajukan sendiri secara tertulis kepada bupati olehperorangan atau badan hukum dengan mengisi formulir yang disediakan olehDinas Tata Kota.

(2) Formulir isian sebegaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjutdengan keputusan Bupati.

Paragraf 3

Pasal 73

Penerbitan Izin Merobohkan Bangunan

Page 73: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 33

(1) Dinas Tata Kota mengadakan penelitian atas Izin Merobohkan Bagunan yangdiajukan mengenai persyaratan administrasi, teknik dan lingkungan menurutperaturan yang berlaku pada saat Izin Merobohkan tanda terima.

(2) Dinas Tata Kota memberikan rekomendasi aman atas rencana merobohkanbangunan apabila perencanaan merobohkan bangunan yang diajukan telahmemenuhi persyaratan keamanan teknis dan keselamatan lingkungan.

(3) Apabila persyaratan administrasi telah dipenuhi maka petugas yang ditunjukdari Dinas Tata Kota memberikan tanda terima.

(4) Untuk izin merobohkan bangunan dapat diberikan dalam jangka waktu palinglama 5 (lima) hari kerja setelah dipenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) pasal ini, dan Dinas Tata Kota menetapkan besarnya retribusi yangwajib di bayar dan permohonan izin merobohkan bangunan wajib membayarretribusi yang di maksud.

(5) Apabila semua kewajiban telah dilaksanakan maka Dinas Tata Kota dapatmengeluarkan izin merobohkan bangunan.

Paragraf 4

Pasal 74

Perencanaan Merobohkan Bangunan

(1) Perencanaan merobohkan bangunan dibuat oleh perencanan bangunan :(2) Ketentuan ayat (1) ini tidak berlaku lagi :

a. Bangunan sederhanab. Bangunan tidak bertingkat.

(3) Perencanaan merobohkan bangunan meliputi :a. Sistem merobohkan bangunan.b. Pengendalian pelaksanaan merobohkan bangunan.

Paragraf 5

Pasal 75

Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

(1) Pekerjaan merobohkan bangunan baru dapat di mulai sekurang - kurang nya 5(lima) hari setelah rekomendasi di terima.

(2) Pekerjaan merobohkan bangunan di laksanakan berdasarkan cara dan rencanayang telah disahkan dalam rekomendasi.

Paragraf 6

Pasal 76

Pengawasan Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

(1) Selama pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan, pemilik harusmenempatkan salinan rekomendasi merobohkan bangunan beserta lampirannyadi lokasi pekerjaan untuk kepentingan pemeriksaan petugas.

(2) Petugas berwenang untuk :a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan pekerjaan merobohkan

bangunan.

Page 74: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 34

b. Memeriksa apakah perlengkapan dan peralatan yang digunakan untukmerobohkan bangunan atau bagian-bagian bangunan yang dirobohkansesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

c. Melarang perlengkapan, peralatan dan cara yang digunakan untukmerobohkan bangunan yang berbahaya bagi pekerja, masyarakat sekitarlingkungannya.

BAB V

RETRIBUSI

Bagian Pertama

Nama, Objek dan Subjek Restribusi

Pasal 77

Dengan nama Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atasjasa pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

Pasal 78

Objek retribusi adalah pemberian izin Mendirikan bangunan (IMB), Izin MerobohkanBagunan dan Izin Penggunaan Bangunan (IPB).

Pasal 79

Subjek restribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang memperoleh IzinMendirikan Bangunan.

Pasal 80

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai perizinan tertentu.Setiap pemohon IMB wajib membayar retribusi dan disetorkan ke Kas Daerah setelahbesarnya restribusi dimaksud ditetapkan Dinas Tata Kota.

Balik nama atas IMB dikenakan retribusi yang besarnya 30% dari perhitungan IMBpemohon pertama.

Pasal 81

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan terdiri dari :a. Biaya Adminsitrasi yang meliputi :

a.1. Biaya Pengecekan.a.2. Biaya Pengukuran.a.3. Biaya Pemetaana.4. Biaya transportasi untuk pengawasan dan pengendalian.a.5. Biaya Plat nomor IMB.

b. Biaya Izin Mendirikan Bangunan Meliputi :b.1.Bangunan tinggal dan atau sejenisnya.b.2.Bangunan Umumb.3.Bangunan Perniagaan.

Page 75: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 35

b.4.Bangunan Pendidikan.b.5.Bangunan Kelembagaan/perkantoran.b.6.Bangunan Industri.b.7.Bangunan lain-lain

c. Biaya sempadan bangunan.

Pasal 82

Biaya Izin Merubah Bagunan terdiri dari :a. Biaya Administrasib. Biaya Izin Merubah Bangunan.

Pasal 83

(1) Biaya Izin Penggunaan Bangunan terdiri dari :a. Biaya Administrasib. Biaya Izin Penggunaan Bangunan.

(2) Besarnya biaya-biaya sebagaimana demaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkanberdasarkan pada nilai bangunan, status bangunan, kelas bangunan, tingkatbangunan dan luas lantai bangunan.

Pasal 84

(1) Biaya merobohkan bangunan terdiri dari :a. Biaya Adminsitrasi.b. Biaya Izin Merobohkan Bangunan.

(2) Besarnya biaya-biaya sebegaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkanberdasarkan pada nilai bangunan, status bangunan, kelas bangunan, tingkatbangunan, dan luas lantai bangunan.

Pasal 85

Penetapan biaya retribusi IMB diperhitungkan sebagai berikut :I. Biaya Administrasi :A. Di Ibukota Kabupaten antara lain :

- Biaya Pengecekan ..................................................................... Rp. 4.000,-- Biaya Pengukuran ..................................................................... Rp. 4.000,-- Biaya Pemetaan ......................................................................... Rp. 4.000,-- Biaya Transportasi ..................................................................... Rp. 4.000,-- Biaya Plat nomor IMB ............................................................... Rp. 4.000,-

B. Biaya Pengukuran ............................................................................ Rp. 15.000,-C. Di Desa/Kelurahan........................................................................... Rp. 10.000,-

II. Biaya Izin Mendirikan Bangunan :A. Di Ibukota Kabupaten :

- Permanen ................................................................................... Rp. 400,00/M2

- Semi Permanen ......................................................................... Rp. 300,00/M2

- Sementara ................................................................................... Rp. 200,00/M2

Page 76: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 36

B. Di Ibukota Kecamatan :- Permanen ................................................................................... Rp. 350,00/M2

- Semi Permanen ......................................................................... Rp. 250,00/M2

- Sementara ................................................................................... Rp 150,00/M2

Bagian kedua

Pasal 86

Golongan Bangunan

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

Bagian Ketiga

Pasal 87

Pengukuran dan Tingkat Penggunaan Jasa

(1) Tingkat penggunaan jasa Izin Mendirikan Bangunan diukur dengan rumus yangdidasarkan atas faktor luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan danrencana penggunaan bangunan.

(2) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikanberdasarkan bobot koefisien bangunan.

(3) Besarnya koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkansebagai berikut :

a. Koefisien Luas Bangunan.

No Luas Bangunan Koefisien

1234567

Bangunan kecil dengan luas kurang dari 100 m2

Bangunan sedang dengan luas 100-250 m2

Bangunan besar dengan luas 251-500 m2

Bangunan besar dengan luas 501-1000 m2

Bangunan besar dengan luas 1001-2000 m2

Bangunan besar dengan luas 2001-3000 m2

Bangunan besar dengan luas >3001 m2

1.001.502.503.504.004.505.00

b. Koefisien Tingkat Bangunan Permanen

No Luas Bangunan Koefisien

12345

Bangunan 1 LantaiBangunan 2 LantaiBangunan 3 LantaiBangunan 4 LantaiBangunan 5 Lantai Keatas

1.502.003.003.504.50

c. Koefisien Tingkat Bangunan Semi Permanen

Page 77: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 37

No Luas Bangunan Koefisien12345

Bangunan 1 LantaiBangunan 2 LantaiBangunan 3 LantaiBangunan 4 LantaiBangunan 5 Lantai Keatas

1.001.502.003.003.50

d. Koefisien Guna Bangunan

No Luas Bangunan Koefisien12345678910

Bangunan SosialBangunan PerusahaanBangunan Fasilitas UmumBangunan PendidikanBangunan Kelengkapan KantorBangunan Perdagangan dan JasaBangunan IndustriBangunan KhususBangunan CampuranBangunan lain-lain

1.002.001.501.502.002.502.503.003.253.50

(4) Tingkat Pembangunan jasa dihitung sebagai perkalian koefisien-koefisiensebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a pasal ini sampai huruf e pasal ini.

Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif.

Pasal 88

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkanpada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraanpemberian izin.

Pasal 89

(1) Tarif ditetapkan seragam untuk setiap bangunan.(2) Besarnya tarif retribusi diterapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pasal 90

Besarnya retribusi terhitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sebagaimanadimaksud dalam pasal 83 ayat (2) Peraturan Daerah ini dengan tingkat penggunaansebagaimana dimaksud pada pasal 82 ayat (4) Peraturan daerah ini.

BAB VI

PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian Pertama

Page 78: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 38

Wilayah Pemungutan

Pasal 91

(1) Retribusi yang terutang dipungut diwilayah tempat Izin Mendirikan Bangunan.(2) Masa retribusi adalah jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 92

Saat terutangnya retribusi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yangdipersembahkan.

Bagian Kedua

Pasal 93

Tata Cara Pendaftaran

(1) Wajib retribusi diwajibkan mengisi SPdORD.(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas.

Benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD dan sebagainya

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Bagian Ketiga

Pasal 94

Penetapan Retribusi

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud pada pasal 86 ayat (1) ditetapkanretribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan pemeriksaan dan ditemukan data baru atau data yangsemula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yangterutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKDR arau dokumen lain yangdipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan lebih lanjutdengan keputusan Bupati.

Bagian Keempat

Pasal 95

Tata Cara Pemungutan

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.(2) Retribusi dengan menggunakan SKDR atau dokumen lain yang dipersamakan

dan SKRDKBT.

Bagian Kelima

Pasal 96

Sanksi Administrasi

Page 79: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 39

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktu yang ditentukan ataukurang bayar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (duaperseratus) setiap bulannya dari retribusi yang tertuang atau kurang bayar dan ditagihdengan menggunakan STRD.

Bagian Keenam

Pasal 97

Tata Cara Pembayaran

(1) Pembayaran retribusi terutang harus dibayar sekaligus.(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT atauSTRD.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran diatur lebih lanjutdengan Keputusan Bupati.

Bagian Ketujuh

Pasal 98

Tata Cara Penagihan Restribusi

(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awaltindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh)hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal suratteguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasiretribusi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikeluarkan olehpejabat yang ditunjuk.

Bagian Kedelapan

Keberatan

Pasal 99

(1) Wajib retribusi mengajukan keberatan secara tertulis dengan alasan-alasankepada bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, makawajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusidimaksud.

(3) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat (2), dan ayat (3) pasal ini tidak dapat dipertimbangkan.

(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban pembayaran retribusi danpelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 100

Page 80: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 40

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal suratkeberatan diterima wajib memberikan keputusan atas keberatan yang diajukanpemohon.

(2) Keputusan atas keberatan yang diajukan wajib retribusi berupa menerimaseluruhnya atau sebagian, menolak dan atau menambah besarnya retribusi suatukeputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Bagian Kesembilan

Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Pasal 101

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukanpermohonan pengembalian kelebihan pembayaran kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanyapermohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan bupati tidak memberikan suatukeputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan danSKDRLB selanjutnya garus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)bulan.

(4) Dan apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihanpembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsungdiperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannyaSKRDLB.

(6) Keterlambatan atas pembayaran kelebihan retribusi dalam jangka waktu 2(bulan) maka dikenakan denda sebesar 2% (dua perseratus) perbulan.

Pasal 102

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayar retribusi diajukan secara tertuliskepada bupati dengan menyebutkan antara lain :a. Nama dan alamat wajib retribusi.b. Masa retribusi.c. Besarnya kelebihan pembayaran.d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikanlangsung atau melalui surat pos tercatat.

(3) Bukti penerimaaan oleh pejabat yang berwenang atau bukti pengiriman postercatat merupakan bukti saat permohonan diterima.

Pasal 103

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat PerintahMembayar Kelebihan retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusilainnya, maka pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukan juga berlakusebagai bukti pembayaran.

Page 81: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 41

Bagian Kesepuluh

Pasal 104

Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan atau pembebasan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajibretribusi yang antara lain dapat diberikan kepada pengusaha kecil untukmenggangsur.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini antara laindiberikan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana alam ataukerusuhan.

BAB VII

KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 105

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan retribusi atau kadaluarsa dan telahmelampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusikecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal initertangguh apabila :a. Diterbitkannya surat teguran.b. Ada pengakuan utang retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 106

Untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan daerah ini ditugaskanKepala Dinas Tata Kota, Kebersihan, Pasar, Pertamanan dan Pemadam Kebakran ataupihak lain yang ditunjuk dengan Keputusan Bupati.

Pasal 107

(1) Disamping pemerintah yang melakukan pengawasan, pengawasan juga dapatdilakukan masyarakat dalam bentuk peran serta masyarakat dalampenyelenggaraan bangunan gedung, adapun bentuk peran serta dimaksud yaitu :a. Memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraannya;b. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam penyempurnaan

peraturan, pedoman, dan standar teknis dibidang bangunan gedung;c. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang

berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan,

Page 82: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 42

rencana teknis bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraanyang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

d. Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yangmengganggu, merugikan atau membahayakan kepentingan umum.

(2) Ketentuan labih lanjut mengenai peran serta masyarakat dalam penyelenggaraanbangunan gedung mengikuti ketentuan peraturan yang berlaku.

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 108

(1) Penyidikan Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerahdiberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakdibidang Restribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :a. Menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana dimaksud agar keterangan atau laporanmenjadi lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadiatau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungandengan tindak pidana dimaksud.

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan.d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan

tindak pidana dimaksud.e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,

pencatatan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadapbarang-barang bukti pidana dimaksud.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikantindak pidana dimaksud.

g. Menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atautempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitasorang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf e.

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dimaksud.i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau sanksi.j. Menghentikan penyidikank. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukandimulainya penyidikan da penyampaian hasil penyidikan kepada PenuntutUmum sesuai dengan ketentuan yang diautr dalam Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB X

SANKSI TERHADAP PELANGGARAN

Pasal 109

Page 83: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 43

Setiap pemilik atau penguna bangunan gedung yang tidak memenuhi kewajibanpemenuhan fungsi dan/atau persyaratan dan atau penyelenggaraan bangunangedung sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dikenai sanksiadministratif atau sanksi pidana.

Pasal 110

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada pasal 109 antara lain yaitu :a. Peringatan tertulis;b. Pembatasan kegiatan pembangunan;c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan

pembangunan;d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;e. Pembekuan izin Mendirikan Bangunan gedung;f. Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan Gedung;g. Pembekuan Izin Penggunaan Bangunan Gedung;h. Pencabutan Izin Penggunaan Bangunan Gedung;i. Pemerintah Pembongkaran Bangunan Gedung.

(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) dapat juga dikenakan sanksi denda paling banyak 10% dari nilaibangunan yang sedang atau telah dibangun.

(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)ditentukan oleh berat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.

Pasal 111

(1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhiketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak 10% dari nilaibangunan jika mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.

(2) Setiap pemilik bangunan atau pengguna bangunan gedung dapat dipidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak 15% dari nilaibangunan gedung jika karenanya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lainyang mengakibatkan cacat seumur hidup.

(3) Setiap pemilik dan atau pengguna bangunan gedung dipidana penjara palinglama 6 (enam) tahun atau denda paling banyak 20% dari nilai bangunan jikakarenanya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang mengakibatkanhilangnya nyawa orang lain.

(4) Dalam proses peradilan atas tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2) dan ayat (3) hakim harus memperhatikan pertimbangan dari tim ahlibangunan gedung.

(5) Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) danayat (3) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 112

Page 84: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 44

(1) Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yangtelah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini sehingga mengakibatkan bangunangedung tidak laik fungsi dapat dipidanai kurungan atau dengan denda.

(2) Pidana kurungan dan atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak 15

dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan kerugian hartabenda orang lain.

b. Pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan dan/atau denda paling banyak 2%dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan kecelakaan bagiorang lain sehingga menimbulkan cacat seumur hidup.

c. Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak 3%dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan matinya orang lain.

(3) Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada pasal 104 dan pasal 105 adalahPelanggaran.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 113

(1) Bangunan yang telah didirikan dan digunakan sebelum Peraturan Daerah iniberlaku dan telah memiliki Izin Mendirikan Bangunan dianggap telah memilikiIzin Mendirikan Bangunan dan Izin Penggunaan Bangunan menurut PeraturanDaerah.

(2) Bagi bangunan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku yang belummemiliki Surat izin Mendirikan Bangunan dalam tempo 1 (satu) tahun terhitungsejak berlakunya Peraturan Daerah ini diwajibkan memiliki Izin MendirikanBangunan. Penyesuaian bangunan tersebut dengan syarat-syarat sebagaimanatercantum dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikansepanjang lokasi bangunan gedung sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahPemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

(4) Permohonan yang diajukan sepanjang belum diputuskan akan diselesaikanberdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 114

(1) Untuk kawasan-kawasan tertentu dengan pertimbangan tertentu pula dapatditetapkan Peraturan Bangunan secara khusus oleh Bupati berdasarkan RencanaTata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan.

Page 85: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

Penyusunan Raperda Bangunan GedungKABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IV - 45

(2) Untuk jenis, besaran, jumlah lantai tertentu yang mempunyai dampak pentingbagi keselamatan orang banyak dan lingkungan perlu adanya rekomendasiteknis dari Menteri Pekerjaan Umum sebelum dikeluarkannya Izin MendirikanBangunan (IMB).

Pasal 115

Perintah penghentian segera pekerjaan mendirikan bangunan, merubah bangunan danmerobohkan bangunan serta perintah lain dari Dinas Tata Kota, Kebersihan, Pasar,Pertamanan dan Pemadam Kebakaran dapat dimohonkan banding kepada Bupatidalam waktu 14 (empat belas) hari setelah diterima surat perintah tersebut.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 116

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenaiteknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 117

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan daerahini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung JabungBarat.

Diundangkan di Kuala Tungkalpada tanggal, 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENTANJUNG JABUNG BARAT

H. THAMRIS BUSRA, SHNIP : 430 005 986

Ditetapkan di Kuala Tungkalpada tanggal, 2007

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Dr. Ir. H. SAFRIAL, MS

Page 86: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

1

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 2002

TENTANGBANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

Mengingat

:

:

a. Bahwa pembangunan nasional bertujuan untukmewujudkan masyarakat adil dan makmur yang meratamateriil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. Bahwa bangunan gedung penting sebagai tempatmanusia melakukan kegiatannya untuk mencapaiberbagai sasaran yang menunjang terwujudnya tujuanpembangunan nasional;

c. Bahwa bangunan gedung harus diselenggarakan secaratertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, sertadipenuhinya persyaratan administratif dan teknisbangunan gedung;

d. Bahwa agar bangunan gedung dapat terselenggara secaratertib dan terwujud sesuai dengan fungsinya, diperlukanperan masyarakat dan upaya pembinaan;

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlumembentuk Undang-Undang tentang Bangunan Gedung;

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasarsebagaimana telah diubah dengan Perubahan KeempatUndang-Undang Dasar 1945;

Page 87: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

2

Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/ataudi dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukankegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputiproses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatanpemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

3. Pemanfataan bangunan gedung adalah kegiatan memanfaatkan bangunan gedungsesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan,perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.

4. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung besertaprasaran dan sarananya agar selalu laik fungsi.

5. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunangedung, komponen, bahan bangunan dan/atau prasarana dan sarananya dalamtenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung,komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunangedung tetap laik fungsi.

6. Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atausebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dansarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsibangunan gedung.

7. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunangedung dan lingkungannya untuk mengembangkan keandalan bangunan tersebutsesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keandalan menurut periode yangdikehendaki.

8. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atausebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dansarananya.

9. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atauperkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung.

10. Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukanpemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunangedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagianbangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

Page 88: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

3

11. Pengkaji teknis adalah orang perorangan, atau badan hukum yang mempunyaisertifikat keahlian untuk melaksanakan pengkajian teknis atas kelaikan fungsibangunan gedung sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

12. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha, dan lembagaatau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasukmasyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan denganpenyelenggaraan bangunan gedung.

13. Prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dandi luar bangunan gedung yang mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsibangunan gedung.

14. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat NegaraKesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para menteri.

15. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah kabupaten atau kota beserta perangkatdaerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah, kecuali untuk ProvinsiDaerah Khusus Ibukota Jakarta adalah gubernur.

BAB IIASAS, TUJUAN, DAN LINGKUP

Pasal 2

Bangunan gedung diselenggarakan berdasarkan asas kemanfaatan, keselamatan,keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya.

Pasal 3

Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan

gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;2. mewujudkan tertib penyelenggara bangunan gedung yang menjamin keandalan

teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan;

3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Pasal 4

Undang-Undang ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputifungsi, persyaratan, penyelenggara, peran masyarakat, dan pembinaan.

BAB IIIFUNGSI BANGUNAN GEDUNG

Pasal 5

(1) Fungsi bangunan gedung meliputi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,serta fungsi khusus.

(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputibangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, danrumah tinggal sementara.

Page 89: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

4

(3) Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng.

(4) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputibangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan,wisata dan relaksi, terminal, dan penyimpanan.

(5) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanankesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum.

(6) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputibangunan gedung untuk reaktor, nuklir instalasi pertahanan dan keamanan, danbangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri.

(7) Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

Pasal 6

(1) Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus sesuaidengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang RencanaTata Ruang Kabupaten/Kota.

(2) Fungsi bangunan gedung yang telah dimaksud dalam ayat (1) sitetapkan olehPemerintah Daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan.

(3) Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) harus mendapatkan persetujuan dan penetapan kembalioleh Pemerintah Daerah.

(4) Ketentuan mengenai tata cara penetapan dan perubahan fungsi bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

BAB IVPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian PertamaUmum

Pasal 7

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif danpersyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

(2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunangedung, dan izin mendirikan bangunan.

(3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunangedung.

(4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untukbangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yangberlaku.

(5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunangedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang

Page 90: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

5

dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuaikondisi sosial dan budaya setempat.

Bagian KeduaPersyaratan Administratif Bangunan Gedung

Pasal 8

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yangmelipuyi :a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang atas tanah,b. status kepemilikan bangunan gedung, danc. izin mendirikan bangunan gedung,sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(2) setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagianbangunan gedung.

(3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertibpembangunan dan pemanfaatan.

(4) Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, danpendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2). Danayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KetigaPersyaratan TataBangunan

Paragraf 1Umum

Pasal 9

(1) Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) meliputipersyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunangedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

(2) Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkanlebih lanjut dalam rencana tata bangunan dan lingkungan oleh PemerintahDaerah.

(3) Ketentuan mengenai tata cara penyususnan rencana tata bangunan danlingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Paragraf 2Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung

Pasal 10

(1) Persyaratan peruntukkan dan intensitas bangunan gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) meliputi persyaratan peruntukan lokasi,kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuklokasi yang bersangkutan.

Page 91: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

6

(2) Pemerintah Daerah wajib menyediakan dan memberikan informasi secara terbukatentang persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung bagimasyarakat yang memerlukannya.

Pasal 11

(1) Persyaratan peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata ruang.

(2) Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atauprasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan,fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yangbersangkutan.

(3) Ketentuan mengenais pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) diautr lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 12

(1) Persyaratan kepadatan dan ketinggian bangunan sebagaiamana dimaksud dalamPasal 10 ayat (1) meliputi koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,dan ketinggian bangunan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan untuk lokasiyang bersangkutan.

(2) Persyaratan jumlah lantai maksimum bangunan gedung atau bagian bangunangedung yang dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkankeamanan, kesehatan, dan daya dukung lingkungan yang dipersyaratakan.

(3) Bangunan gedung tidak boleh melebihi ketentuan maksimum kepadatanketinggian yang ditetapkan pada lokasi yang bersangkutan.

(4) Ketentuan mengenai tata cara perhitungan dan penetapan kepadatan danketinggian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) siatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Persyaratan jarak bebas bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasl 10ayat (1) meliputi :a. garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai,

jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;b. jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as

jalan dan pagar halaman yang mengganggu pada lokasi yang bersangkutan.(2) Persyaratan jarak bebas bangunan gedung atau bagian bangunan gedung yang

dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan batas-bataslokasi, keamanan, dan tidak mengganggu fungsi utilitas kota, serta pelaksanaanpembangunannya.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan jarak bebas bangunan gedung sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Pearturan Pemerintah.

Page 92: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

7

Paragraf 3Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

Pasal 14

(1) Persayaratan arsitektur bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (1) meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam,keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung denganlingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosialbudaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur danrekayasa.

(2) Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yangada disekitarnya.

(3) Persyaratan tata ruang bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harusmemperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan gedung dan keandalanbangunan gedung.

(4) Persyaratan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung denganlingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mempertimbangkanterciptanya ruang luas bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

(5) Ketentuan mengenai penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam,keseimbangan, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannyasebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 4Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pasal 15

(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagibangunan gedung yang dapat menimbuilkan dampak penting terhadaplingkungan.

(2) Persyaratan pengendalian dampak lingkungan pada bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan ketentuan dalam peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Bagian KeempatPersyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Paragraf 1Umum

Pasal 16

(1) Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan.

Page 93: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

8

(2) Persyaratan keandalana bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung.

Paragraf 2Persyaratan Keselamatan

Pasal 17

(1) Persyaratan keselamatan bangunan gedung sbagaimana dimaksud dalam Pasal 16ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukungbeban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah danmenanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

(2) Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannyasebagaimana dimaksud dalam ayat (10 merupakan kemapuan struktur bangunangedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan.

(3) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menangulangibahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuanbangunan untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melaluisistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.

(4) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mensegah bahaya petirsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunangedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistempenangkal petir.

Pasal 18

(1) Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalammendukung beban muatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuhsampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung bebanmuatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentukemapuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam.

(2) Besarnya beban muatan dihitunh berdasarkan fungsi bangunan gedung padakondisi pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadikeruntuhan pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.

(3) Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atauangina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 19

(1) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi kemampuan stabilitasstruktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan,serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatanmenjalarnya api dan asap kebakaran.

(2) Pengamanan terhadap bahaya kebakaean dilakukan dengan sistem proteksi aktifsebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (3) meliputi kemampuan peralatan dalammendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendaslian asap, dan saranapenyelamatan kebakaran.

Page 94: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

9

(3) Bangunan gedung, selain rumah tinggal, harus dilengkapi dengan sistem proteksipasif dan aktif.

(4) Ketentuan mengenai sistem pengamanan bahaya kebakaran sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 20

(1) Pengamanan terhadap bahay petir melalui sistem penangkal petir sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) merupakan kemampuan bangunan gedunguntuk melindungi semua bagian bangunan gedung, termasuk manusia didalamnya terhadap bahaya sambaran petir.

(2) Sistem pebangkal petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakaninstalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung yangkarena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaanya mempunyai risikoterkena sambaran petir.

(3) Ketentuan mengenai sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3Persyaratan Kesehatan

Pasal 21

Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebaiamana dimaksud dalam Pasal 16 ayat(1) meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaanbahan bangunan gedung.

Pasal 22

(1) Sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasl 21 merupakan kebutuhansirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedungmelalui bukaan dan/atau ventilasi alam dan/atau ventilasi buatan.

(2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan danbangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasialami.

(3) Ketentuan mengenai sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 23

(1) Sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakankebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung melaluipencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaandarurat.

(2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, danbangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untukpencahayaan alami.

(3) Ketentuan mengenai sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 95: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

10

Pasal 24

(1) Sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhansanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untukmemenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah,kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.

(2) Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasangsehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeiliharaannya, tidakmembahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.

(3) Ketentuan mengenai system sanitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) danayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 25

(1) pengguanan bahan bangunan gedung sebagaimana diamksud dalam pasal 21harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkandampak negatif terhadap lingkungan.

(2) Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan gedung sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Paragraf 4Persyaratan Kenyamanan

Pasal 26

(1) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung sebagaimanan dimaksud dalama Pasl16 ayat (1) meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisiudara dalam ruang, pandangan, serta tingkat geratarn dan tingkat kebisingan.

(2) Kenyamanan ruang gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakantingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yangmemberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.

(3) Kenyamanan hubungan antar ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dansirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya fungsibangunan gedung.

(4) Kenyamanan kondisi udara dalam ruang sebagaimana dalam ayat (1) merupakantingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalamruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.

(5) Kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakankondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalambangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lainnya.

(6) Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh duatu keadaan yangtidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung trganggu olehgetaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedungmaupun lingkungannya.

(7) Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak tata hubungan antar ruang, tingkatkondisi udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingansebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 96: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

11

Paragraf 5Persyaratan kemudahan

Pasal 27

(1) Persyaratan kemudahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputikemudahan hubungan ke, dari, did lam bangunan gedung, serta kelengkapanprasarana dan sarana dalam penataan bangunan gedung.

(2) Kemudahan hubungan ke, dari, di dalam bangunan gedung sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yangmudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

(3) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) padabangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yangcukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, temapt parkir,tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.

(4) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam beangunangedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalamayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 28

(1) Kemudhan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan keharusan bangunangedung untuk menyediakan pintu dan/atau koridor anta ruang.

(2) Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridordisesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung

(3) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalambangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat(2) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 29

(1) Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan geung, termasuk sasarantrasnportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) berupapenyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalambangunan gedung.

(2) Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yangmenghubungkan lantai yang satu dengan lantai yang lainnya denganmempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatanpengguna.

(3) Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringantertentu dan/atau sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkankemudahan dan keamanan pengguna sesuai standar teknis yang berlaku.

(4) Bangunan gedung dengan junlah lantai lebih dari 5 (lima) harus dilengkapidengan sarana transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhandan fungsi bangunan gedung.

(5) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 97: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

12

Pasal 30

(1) Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasl 27harus disesuaikan di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahayabagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencanakebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah itnggal.

(2) Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapatdicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas.

(3) Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peaturan Pemerintah.

Pasal 31

(1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan keharusan bagi semuabangunan gedung, kecuali rumah tinggal.

(2) Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dalam ayat (1),termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunangedung dan lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai peneyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjutusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalamPearturan Pemerintah.

Pasal 32

(1) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat(3) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung untuk kepentinganumum.

(2) Ketentuan mengenai kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KelimaPersyaratan Bangunan Gedung Fungsi Khusus

Pasal 33

Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung khusus, harusmemenuhi ketentuan dalam Bagian Kedua, Bagian Ketiga, dan Bagian Keempat padaBab ini, juga harus memenuhi persyaratan administratif teknis khusus yangdikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

BAB VPENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian PertamaUmum

Pasal 34

(1) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan pembangunan,pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

Page 98: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

13

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)penyelenggaraan berkewajiban memenuhi persyaratan bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam Bab IV Undang-Undang ini.

(3) Penyelenggaraan bangunan gedung tersiri atas pemilik bangunan gedung,penyedia jasa konstruksi, dan pengguna bangunan gedung.

(4) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Bab IV Undang-Undang ini, tetap harus memenuhi ketentuantersebut secara bertahap.

Bagian KeduaPembangunan

Pasal 35

(1) Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaandan pelaksanaan beserta pengawasannya.

(2) Pembangunan bangunan gedung dapat dilakukan baik di tanah milik sendirimaupun di tanah milik pihak lain.

(3) Pembangunan bangunan gedung di atas tanah milik pihak lain sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemiliktanah dan pemilik bangunan gedung.

(4) Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknisbangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk izinmendirikan bangunan, kecuali bangunan gedung fungsi khusus.

Pasal 36

(1) Pengesahan rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umumditetapkan oleh Pemerintah Daerah setelah mendapat pertimbangan teknis daritim ahli.

(2) Pengesahan rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan olehPemerintah Daerah setelah mendapat petimbangan teknis dari tim ahli.

(3) Keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) bersifat ad hoc terdiri atas para ahli yang diperlukan sesuai dengankompleksitas bangunan gedung.

(4) Ketentuan mengenai tata cara penhedahan rencana teknis bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dan keanggotaan tim ahlibangunan gedung sebagaimana dimaksud ayat (3) diatur lebih lanjut denganPeraturan Pemerintah.

Bagian KetigaPemanfaatan

Pasal 37

(1) Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunangedung setelah bangunan tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.

(2) Bangunan gedung dinyatakan laik fungsi apabila telah memenuhi persyaratanteknis, sebagaimana dimaksud dalam Bab IV Undang-Undang ini.

(3) Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada bangunangedung harus dilakukan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi.

Page 99: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

14

(4) Dalam pemanfaatan bangunan gedung, pemilik atau pengguna bangunan gedungmempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Udnang ini.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secaraberkala bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) siatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KeempatPelestarian

Pasal 38

(1) Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budayasesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.

(2) Penetapan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerahdan/atau Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atasbangunan gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagarbudaya yang dikandungnya.

(4) Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan lingkungan cagarbudaya yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan/atau karakter cagarbudaya, harus dikembalikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran danpemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diautr lebih lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KeempatPembongkaran

Pasal 39

(1) Bangunan gedung dapat dibongkar apabila :a. tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki;b. dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung dan/atau

lingkungannya;c. tidak memiliki izin mendirikan bangunan.

(2) Bangunan gedung yang dapat dibongkar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a dan b ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hasil pengkajiteknis.

(3) Pengkaji teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), kecualiuntuk rumah tinggal, dilakukan oleh pengkaji teknis dan pengadaannya menjadikewajiban pemilik bangunan gedung.

(4) Pembongkaran bangunan gedung yang mempunyai dampak lua terhadapkeselamatan umum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan rencanateknis pembongkaran yang telah disetujui oleh Pemerintah daerah.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pembongkaran bangunan gedung sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dalamPeraturan Pemerintah.

Page 100: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

15

Bagian KeenamHak dan Keawjiban Pemilik dan Pengguna Bangunan Gedung

Pasal 40

(1) Dalam pemyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedungmempunyai hak :a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis

bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang

telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;c. mendapatkan durat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan yang

dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daera;d. mendapatkan intensif sesuai dengan peraturan perundang-undangan dari

Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan yangharus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari PemerintahDaerah;

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabilabangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain yang bukandiakibatkan oleh kesalahannya;

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedungmempunyai kewajiban :a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan

yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;b. memiliki izin mendirikan bangunan (IMB);c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana teknis

yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izinmendirikan bangunan;

d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana teknisbangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan gedung.

Pasal 41

(1) Dalam Penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik dan pengguna bangunangedung mempunyai hak :a. mengetahui tata cara/proses penyelenggaraan bangunan gedung;b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan

pada lokasi dan/atau ruang tempat bangunan akan dibangun;c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan bangunan

gedung;d. mendapatkan ketenangan tentang bangunan gedung dan/atau lingkungan

yang laik fungsi;e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/atau lingkungan

yang harus dilindungi dan dilestarikan.(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung pemilik dan pengguna bangunan

gedung mempunyai kewajiban :a. memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;b. memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara berkala;

Page 101: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

16

c. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaanbangunan gedung;

d. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunangedung;

e. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;f. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan

tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahay dalam pemanfaatannya,atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggukeselamatan dan ketertiban umum.

BAB VIPERAN MASYARAKAT

Pasal 42

(1) Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat :a. memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan;b. memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam

penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang bangunangedung;

c. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenangterhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknisbangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkandampak penting terhadap lingkungan;

d. melaksanakan gugatan perwakilan terhaap bangunan gedung yangmengganggu, merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

(2) Ketentuan mengenai peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIIPEMBINAAN

Pasal 43

(1) Pemerintah menyelenggarakan pembinaan bangunan gedung secara nasionaluntuk meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib penyelenggaraanbangunan gedung.

(2) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan sebagaimana penyelenggaraanbangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di daerah.

(3) Sebagian penyelenggaran dan pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan bersama-sama dengan masyarakat yangterkait dengan bangunan gedung.

(4) Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melaksanakan pembinaansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) melakukan pemberdayaanmasyarakat yang belum mampu untuk memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam bab IV.

(5) Ketentuan mengenai pembinaan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalamayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPresiden.

Page 102: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

17

BAB VIIISANKSI

Pasal 44

Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhanfungsi, dan/atau pesyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini dikenai sanksi adminsitratifda/atau sanksi pidana.

Pasal 45

(1) Sanksi administrative sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 dapat berupa :a. peringatan tertulis;b. pembatasan kegiatan pembangunan;c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;h. pencabutan setifikat laik fungsi bangunan gedung, atau;i. perintah pembongkaran bangunan gedung.

(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dapat dikenakan sanksi denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus ) dari nilaibangunan yang sedang atau telah dibangun.

(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)ditentukan oleh berat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.

(4) Ketentuan mengenai tat cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalamayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 46

(1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhiketentuan dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) darinilai bangunan, jika karenanya mengakibatkan karugian harta benda orang lain.

(2) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhiketentuan dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara palinglama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak 15% (lima belas per seratus)dari nilai bangunan gedung, jika karenanya mengakibatkan kecelakaan bagi oranglain yang mengakibatkan cacat seumur hidup.

(3) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhiketentuan dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak 20% (dua puluh per seratus)dari nilai bangunan gedung, jika karenanya mengakibatkan hilangnya nyawaorang lain.

(4) Dalam proses peradilan atas tindakan dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) hakimmemperhatikan pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalamayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 103: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

18

Pasal 47

(1) Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yangtelah ditetapkan dalam Unang-Undang ini sehingga mengakibatkan bangunantidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana denda.

(2) Pidana kurungan dan/atau pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi :a. pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak 1% (satu per seratus) dari nilai bangunan gedung, karenanyamengakibatkan kerugian harta benda orang lain;

b. pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda palingbanyak 2% (dua per seratus) dari nilai bangunan gedung jika karenanyamengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga menimbulkan cacatseumur hidup;

c. pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda palingbanyak 3% (tiga per seratus) dari nilai bangunan gedung jika karenanyamengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintahan.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

(1) Peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung yang telah ada dantidak bertentangan dengan Undang-Undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampaidiadakan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-Undang in.

(2) Bangunan gedung yang telah memperoleh perizinan yang dikeluarkan olehPemerintah Daerah sebelum berlakunya Undang-Undang ini izinnya dinyatakanmasih tetap berlaku.

(3) Bangunan gedung yang telah berdiri, tetapi belum memiliki izin mendirikanbangunan pada saat Undang-Undang ini diberlakukan, untuk memperoleh izinmendirikan bangunan harus mendapatkan sertifikat laik fungsi berdasrakanketentuan Undang-Undang ini.

Page 104: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

19

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Undang-Undang ini berlaku mulai 1 (satu) tahun sejak diundangkan.Bagi setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Undang-Undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 16 Desember 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Disidangkan di Jakartapada tanggal 16 Desember 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIKINDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 134

Page 105: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

1

PENJELASAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASANATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR : 28 TAHUN 2002

TENTANGBANGUNAN GEDUNG

UMUM

Pembangunan Nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuatdi dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan manusiaIndonesia seutuhnya yang menekankan pada keseimbangan pembangunan,kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat Indonesia yangmaju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Bangunan Gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya mempunyaiperanan yang sangat strategi dalam pembentukan watak, perwujudan prosesproduktifitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan BangunanGedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan sertapenghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan Bangunan Gedung yangfungsional, andal,berjati diri, serta seimbang, serasi dan selaras denganlingkungannya.

Bangunan Gedung , merupakan salah satu wujud fisik pemanfataan ruang. Olehkarena itu dalam pengaturan Bangunan Gedung tetap mengacu pada pengaturanpenataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan BangunanGedung, setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratan administrasi danteknis Bangunan Gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.

Undang-Undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi Bangunan Gedung,persyaratan Bangunan Gedung, penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk hakdan kewajiban pemilik dan pengguna Bangunan Gedung pada setiap tahappenyelenggaraan Bangunan Gedung, ketentuan tentang peran masyarakat danpembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan penutup.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh azas kemanfaatankeselamatan, keseimbangan dan keserasian Bangunan Gedung dengan lingkungannya,bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalamrangka pembangunan dan pemanfataan Bangunan Gedung untuk kepentingan merekasendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan Bangunan Gedungdan tertib penyelenggaraan pada umumnya.

Page 106: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

2

Perwujudan Bangunan Gedung juga tidak lepas dari peran penyediaan jasa konstruksiberdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagaiperencana, pelaksana, pengawasan atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasapengembangannya, termasuk penyediaan jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Olehkarena itu, pengaturan Bangunan Gedung ini juga harus berjalan seiring denganpengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, maka semua penyelenggara BangunanGedung baik pembangunan maupun pemanfataan, yang dilakukan di wilayah NegaraRepublik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta olehpihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Banguan Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupunarsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetapmempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristikarsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual,tradisional, spesifik dan sejarah.

Pengaturan dalam Undang-Undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangankondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam.Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan danmeningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalamUndang-Undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dankesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan Bangunan Gedung danlingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan di jiwai semangatkemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaanTata Pemerintah yang baik.

Undang-Undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok normatif, sedangkanketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintahdan/atau peraturan perundang-undangn lainnya termasuk Peraturan Daerah, dengantetap mempertimbangkan ketentuan dalam Undang-Undang lain yang terkait dalampelaksanaan Undang-Undang ini.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas.

Pasal 2

Azas kemanfaatan dipergunakan sebagai landasan agar Bangunan Gedung dapatdiwujudkan dan diselenggarakan sesuai dengan fungsi yang ditetapkan, serta sebagaiwadah kegiatan manusia yang memenuhi nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan,termasuk aspek kepatutan dan kepantasan.Azas keselamatan dipergunakan sebagai landasan agar Bangunan Gedung memenuhipersyaratan keandalan teknis untuk menjamin keselamatan pemilik dan pengguna

Page 107: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

3

Bangunan Gedung serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, disampingpersyaratan yang bersifat administratif.

Azas keseimbangan dipergunakan sebagai landasan agar keberadaan BangunanGedung berkelanjutan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem dan lingkungandisekitar Bangunan Gedung.

Asas keserasian dipergunakan sebagai landasan agar penyelenggara BangunanGedung dapat mewujudkan keserasian dan keselarasan Bangunan Gedung denganlingkungan disekitarnya.

Pasal 3

Cukup Jelas.

Pasal 4

Dalam tiap tahap penyelenggara Bangunan Gedung termasuk dengan pertimbanganaspek sosial dan ekologis Bangunan Gedung.

Pengertian tentang lingkup pembinaan termasuk kegiatan pengaturan, pemberdayaan,dan pengawasan.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Rumah tinggal sementara adalah bangunan gedung fungsi hunian yang tidak dihunisecara tetap seperti asrama, rumah tamu, dan sejenisnya.

Ayat (3)

Lingkup Bangunan Gedung fungsi keagamaan untuk bangunan masjid termasukmushola, dan untuk bangunan gereja termasuk kapel.

Ayat (4)

Lingkup Bangunan Gedung fungsi usaha adalah : Perkantoran, termasuk kantor yang disewakan; Perdagangan, seperti warung, toko, pasar, dan mall; Perindustrian, seperti pabrik, laboratorium, dan perbengkelan; Perhotelan, seperti wisma, losmen, hostel, motel, dan hotel, Wisata dan rekreasi, seperti gedung pertemuan, olah raga, anjungan, bioskop, dan

gedung pertunjukan; Terminal, seperti terminal angkutan darat, stasiun kereta api, bandara, dan

pelabuhan laut; Penyimpanan, seperti gudang, tempat pendinginan, dan gedung parkir.

Page 108: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

4

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Bangunan Gedung fungsi khusus adalah bangunan gedung yang fungsinyamempunyai tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yangpenyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat disekitarnya dan/ataumempunyai resiko bahaya tinggi, dan penetapannya dilakukan oleh Menteri yangmembidangi Bangunan Gedung berdasarkan usulan Menteri terkait.

Bangunan instalasi pertahanan misalnya kubu-kubu dan/atau pangkalan-pangkalanpertahanan (instalasi peluru kendali), pangkalan laut, dan pangkalan udara, serta depoamunisi.

Ayat (7)

Kombinasi fungsi dalam Bangunan Gedung misalnya kombinasi fungsi hunian danfungsi usaha, seperti bangunan gedung rumah-toko, rumah–kantor, apartemen–mal,atau kombinasi fungsi–fungsi usaha seperti bangunan gedung, kantor – toko – mal.

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Penetapan fungsi Bangunan Gedung oleh Pemerintah Daerah diberikan dalam prosesperizinan mendirikan Bangunan Gedung.

Ayat (3)

Setiap perubahan fungsi Bangunan Gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratanbangunan gedung terhadap fungsi yang baru, dan diproses kembali untukmendapatkan perizinan yang baru dari Pemerintah Daerah.

Perubahan fungsi Bangunan Gedung termasuk perubahan pada fungsi yang sama,misalnya fungsi usaha perkantoran menjadi fungsi usaha perdagangan atau fungsisosial pelayanan pendidikan menjadi fungsi sosial pelayaan kesehatan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Page 109: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

5

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Misalnya pembangunan gedung seperti mal, terminal, dan perkantoran yangdibangun di atas atau dibawah jalan atau sungai, termasuk yang berada diatas ataudibawah ruang publik.

Ayat (5)

Bangunan Gedung adat adalah bangunan gedung yang didirikan berdasarkan kaidah–kaidah adat atau tradisi masyarakat sesuai budayanya, misalnya bangunan rumahadat.

Bangunan Gedung semi permanen adalah bangunan gedung yang digunakan untukfungsi yang ditetapkan dengan konstruksi semi permanen atau yang dapatditingkatkan menjadi permanen.

Bangunan Gedung darurat adalah bangunan gedung yang fungsinya hanya digunakanuntuk sementara, dengan kontruksi tidak permanen atau umur bangunan yang tidaklama, misalnya direksi keet dan kios penampungan sementara.

Pemerintah Daerah dapat menetapkan suatu lokasi sebagai daerah bencana danmenetapkan larangan membangun pada batas waktu tertentu atau tak terbatas denganpertimbangan keselamatan dan keamanan demi kepentingan umum atau menetapkanpersyaratan khusus tata cara pembangunan apabila daerah tersebut telah dinilai tidakmembahayakan.

Bagi Bangunan Gedung yang rusak akibat bencana diperkenankan mengadakanperbaikan darurat atau mendirikan bangunan gedung sementara untuk kebutuhandarurat dalam batas waktu penggunaan tertentu, dan Pemerintah Daerah dapatmembebaskan atau meringankan ketentuan perizinannya namun dengan tetapmemperhatikan keselamatan dan kesehatan manusia.

Pemerintah Daerah bersama–sama masyarakat berkewajiban menata bangunantersebut diatas agar menjamin keamanan, keselamatan, dan kemudahannya, sertamenjamin dan keselarasan bangunan gedung dengan arsitektur dan lingkungan yangada disekitarnya.

Pasal 8

Ayat (1)

Huruf a

Hak atas tanah adalah penugasan atas tanah yang diwujudkan dalam bentuk sertifikatsebagai tanda bukti penugasan / kepemilikan tanah, seperti hak milik, hak gunabangunan (HGB), hak guna usaha (HGU), hak pengelolaan, dan hak pakai. Statuskepemilikan atas tanah dapat berupa sertifikat, girik, pethuk, akte jual beli, danakte/bukti kepemilikan lainnya.

Page 110: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

6

Izin Pemanfaatan pada prinsipnya merupakan persetujuan yang dinyatakan dalamperjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dan pemilikbangunan gedung.

Huruf b

Status kepemilikan Bangunan Gedung merupakan surat bukti kepemilikan bangunangedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hasil kegiatanpendataan bangunan gedung.

Dalam hal terdapat pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baruwajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang–Undang ini.

Huruf c

Izin mendirikan bangunan (IMB) adalah surat bukti dari Pemerintah Daerah bahwapemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telahditetapkan dan berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui olehPemerintah Daerah.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan orang atau badan hukum dalam Undang-Undang ini meliputiorang perorangan atau badan hukum.Badan hukum privat antara lain adalah perseroan terbatas, yayasan, badan usaha yanglain seperti CV, firma, dan bentuk usaha lainnya, sedangkan badan hukum publikantara lain terdiri dari instansi/lembaga pemerintah, perusahaan milik negara,perusaaan milik daerah, perum, perjan, dan persero dapat pula sebagai pemilikbangunan gedung atau bagian bangunan gedung.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah instansi teknis di kota/kabupatenyang berwenang menangani pembinaan bangunan gedung.

Pendataan ,termasukperdaftaran bangunan gedung, dilakukan pada saat prosesperizinan mendirikan bangunan dan secara periodik, yang dimaksud untuk keperluantertib pembangunan dan pemanfaatn bangunan gedung, memberikan kepastianhukum tentang status kepemilikan bangunan gedung, dan sistem informasi.

Berdasarkan pendataan Bangunan Gedung, sebagai pelaksanaan dari azas pemisahanhorizontal, selanjutnya pemilik bangunan gedung memperoleh surat buktikepemilikan bangunan gedung dari Pemerintah Daerah.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Page 111: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

7

Ayat (2)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan digunakan untuk pengendalian pemanfaatanruang suatu lingkungan/kawasan, menindak lanjuti rencana rinci tata ruang dansebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunangedung dan lingkungan yang berkelanjutan dari aspek fungsional, sosial, ekonomi,dan lingkungan bangunan gedung termasuk ekologi dan kualitas visual.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan memuat persyaratan tata bangunan yangterdiri atas ketentuan program bangunan gedung dan lingkungan, rencana umum danpanduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian daerah, dan pedomanpengendalian pelaksanaan.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dandapat disusun berdasarkan kemitraan Pemerintah Daerah, swasta, dan/ataumasyarakat sesuai tingkat permasalahan pada lingkungan/kawasan yangbersangkutan.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Intensitas Bangunan Gedung adalah ketentuan teknis tentang kepadatan danketinggian bangunan gedung yang di syaratakan pada suatu lokasi atau kawasantertentu, yang meliputi Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan(KLB), dan jumlah lantai bangunan.

Ketinggian Bangunan Gedung adalah tinggi maksimum bangunan gedung yangdiizinkan pada lokasi tertentu.

Jarak bebas Bangunan Gedung adalah jarak di bagian depan, samping kiri dan kanan,serta belakang gedung dalam satu persil yang tidak boleh dibangun.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan peruntukan lokasi adalah suatu ketentuan dalam rencana tataruang kota/kabupaten tentang jenis fungsi atau kombinasi fungsi bangunan gedungyang boleh dibangun pada suatu persil/kavling/blok peruntukan tertentu.

Ayat (2)

Bangunan Gedung di mungkinkan dibangun di atas atau bawah tanah, air, atauprasarana dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau setelah

Page 112: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

8

mendapatkan izin dari pihak yang berwenang dalam penyelenggaraan prasarana dansarana yang bersangkutan, dengan pertimbangan tidak bertentangan dengan rencanatata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, tidak mengganggu fungsiprasarana dan sarana yang bersangkutan, serta tetap mempertimbangkan keserasianbangunan gedung dengan lingkungannya.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

KDB dan KLB

Yang dimaksud dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah koefisienperbandingan antara luas lantai bangunan gedung dan luas persil/kavling/blokperuntukan. Yang dimaksud dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalahkoefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luaspersil/kavling/blok peruntukan.

Penetapan KDB, KLB, dan ketinggian Bangunan Gedung pada suatu lokasi sesuaiketentuan tata ruang dan diatur oleh Pemerintah Daerah melalui rencana tatabangunan dan lingkungan (RTBL).

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Garis Sempadan adalah garis yang membatasi jarak bebasminimum dari bidang terluar massa bangunan gedung terhadap batas lahan yangdikuasai, antar massa bangunan lainnya, batas tepi sungai/ pantai, jalan kereta api,rencana saluran, dan/atau jaringan listrik tegangan tinggi.

Tepi sungai adalah garis tepi sungai yang diukur pada waktu pasang tertingi.Tepi pantai adalah garis pantai yang diukur pada waktu pasang tertinggi dan waktubulan purnama.Penetapan Garis Sempadan Bangunan Gedung oleh Pemerintah Daerah denganmempertimbangkan aspek keamanan, kesehatan, kenyamanan, serta keseimbangandan keserasian lingkungan.

Page 113: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

9

Ayat (2)

Untuk Bangunan Gedung fasilitas umum bangunan sarana transportasi bawah tanah,penetapan jarak bebas bangunan ditetapkan secara khusus oleh Pemerintah Daerahsetelah mempertimbangkan pendapat para ahli.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Persyaratan arsitektur Bangunan Gedung dimaksudkan untuk memberi perwujudankualitas bangunan gedung dan lingkungan yang mampu mencerminkan diri danmenjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara aktif mengakomodasikannilai-nilai luhur budaya bangsa.

Ayat (2)

Pertimbangan terhadap bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang adadisekitar bangunan gedung di maksudkan untuk lebih menciptakan kualitaslingkungan, seperti melalui harmonisasi nilai dan gaya, penggunaan bahan sertawarna bangunan gedung.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Ruang luar Bangunan Gedung diwujudkan untuk sekaligus mendukung pemenuhanpersyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung,disamping untuk mewadahi kegiatan pendukung fungsi bangunan gedung dandaerah hijau disekitar bangunan.

Ruang Terbuka Hijau diwujudkan dengan memperhatikan potensi unsur-unsur alamidan tampak seperti danau, sungai, pohon-pohon menahun, tanah serta permukaantanah, dan dapat berfungsi untuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi serta estetika.

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan dampak penting adalah perubahan yang sangat mendasarpada suatu lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.Bangunan Gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan adalahbangunan gedung yang dapat menyebabkan :

Page 114: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

10

Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan, yang melampaui bakumutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan;

Perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yangdiakui berdasarkan pertimbangan ilmiah;

Terancam dan/atau punahnya spesies-spesies yang langka dan/atau endemik,dan/atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan atau kerusakanhabitat lainnya;

Kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung(seperti hutan lindung, cagaralam, taman nasional, dan suaka marga satwa) yang ditetapkan menurut peraturanperundang-undangan;

Kerusakan atau punahnya benda-benda dan bangunan gedung peninggalansejarah yang bernilai tinggi;

Perubahan areal yang mempunyai nilai keindahan alami tinggi; Timbulnya konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau Pemerintah.

Ayat (2)

a. Pesyaratan lingkungan Bangunan Gedung meliputi persyaratan–persyaratan ruang terbuka perkarangan, ruang sempadan bangunan, tapakbasement, hijau pada bangunan, sirkulasi dan fasilitas parkir, danpencahayaan ruang luar bangunan gedung.

b. Persyaratan terhadap dampak lingkungan berpedoman kepada Undang –Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, tentang kewajiban setiapusaha dan/kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan pentingterhadap lingkungan wajib analisis mengenai dampak lingkungan untukmemproleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

c. Persyaratan teknis pengelolaan sampah lingkungan meliputi persyaratanteknis bangunan, persyaratan pelaksanaan konstruksi, pembuangan limbahcair dan padat, serta pengelolaan daerah bencana.

Pasal 16

Ayat (1)

Yang dimaskud dengan keandalan bangunan gedung adalah bangunan gedung yangmemenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahanbangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Page 115: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

11

Ayat (3)

Sistem proteksi pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedungyang berbasis pada disain struktur dan arsitektur sehingga bangunan gedung itusendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat menghambatperjalanan api serta panas bila terjadi kebakaran.Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi dan alamkebakaran, sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalahsistem hidran, house-real, sistem sprinker, dan pemadam api ringan.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Persyaratan kemampuan mendukung beban muatan selain beban berat sendiri, bebanmanusia, dan beban barang juga untuk mendukung beban yang timbul akibat perilakualam seperti gempa (tektonik / vulkanik) dan angin ribut/badai, menurunnyakekuatan material yang disebabkan oleh penyusutan, relaksi, kelelahan, danperbedaan panas, serta kemungkinan tanah longsor, banjir, dan bahaya kerusakanakibat serangga perusak dan jamur.

Ayat (2)

Variasi pembebanan adalah variasi beban Bangunan Gedung pada kondisi kosong,atau sebagian maksimum. Bangunan Gedung dengan jumlah lantai lebih dari dualantai harus disertai dengan perhitungan struktur dalam menyusun rencana teknisnya.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Konstruksi Tahan Api adalah konstruksi yang unsur struktur pembentukkannya tahanapi dan mampu menahan secara struktural terhadap beban muatannya yangdinyatakan dalam tingkat ketahanan api (TKA) elemen bangunan, yang meliputiketahanan dalam memikul beban, penjalaran api (integritas), penjelasan panas (isolasi).

Kompartemenisasi adalah penyekatan ruangan dalam luasan maksimum dan/atauvolume maksimum ruang sesuai dengan klasifikasi bangunan dan tipe konstruksitahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat pembentukan kompartemendimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau mencegah penjalaranpanas keruang bersebelahan.Pemisahan adalah pemisahan vertikal pada bukaan dinding luar, pemisahan olehdinding tahan api, dan pemisahan pada shaff lift.

Page 116: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

12

Bukaan adalah lubang pada dinding atau lubang utilitas (ducting AC, plumbing, dansebagainya) yang harus dilindungi atau diberi katup penyetop api/asap untukmencegah merambatnya api/asap keruang lainnya.

Untuk mendukung efektifitas sistem proteksi pasif dipertimbangkan adanya jalanlingkungan yang dapat dilalui mobil pemadam kebakaran dan/atau jalan belakang(brandgang) yang dapat dipakai untuk evakuasi dan/atau pemadam api.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Rumah tinggal tunggal, khususnya rumah inti tumbuhSederhana sebab tidak diwajibkan dilengkapi dengan sistem proteksi pasif dan akrif,tetapi disesuaikan berdasarkan kemampuan setiap pemilik bangunan gedung sertapertimbangan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan sekitarnya.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 20

Cukup Jelas.

Pasal 21

Cukup Jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Sistem penghawaan juga mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energidalam bangunan.

Ayat (2)

Ketentuan bukan untuk ventilasi alami Bangunan Gedung juga disesuaikan terhadapketinggian bangunan gedung dan kondisi geografis.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

Sistem pencahayaan juga mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energidalam Bangunan Gedung.

Page 117: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

13

Pencahayaan buatan adalah penyediaan penerangan buatan melalui instalasi listrikdan/atau sistem energi dalam Bangunan Gedung agar orang didalamnya dapatmelakukan kegiatannya sesuai fungsi Bangunan Gedung.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Penyaluran air hujan harus dialirkan ke sumur resapan dan/atau ke saluran jaringansumur kota sesuai ketentuan yang berlaku.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cuup Jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Pada Bangunan Gedung yang karena fungsinya mempersyaratkan tingkatkenyamanan tertentu, untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udaradidalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara.Pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsippenghematanan energi dalam Bangunan Gedung.

Page 118: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

14

Ayat (5)

Kenyamanan pandangan dapat diwujudkan melalui gubahan massa, rancanganbukaan, tata ruang dalam dan ruang luar bangunan, serta dengan memanfaatkanpotensi ruang luar bangunan, ruang terbuka hijau alami atau buatan, termasukpencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.

Ayat (6)

Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan yangtidak menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan, dan kenyamanan bagiseseorang dalam melakukan kegiatan.

Ayat (7)

Cukup Jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan aksesibilitas pada bangunan gedung meliputi jalan masuk,jalan keluar, hubungan horizontal antar ruang, hubungan vertikal dalam BangunanGedung dan sarana transportasi vertikal, serta penyediaan akses evakuasi bagipengguna Bangunan Gedung, termasuk kemudahan mencari, menemukan, danmenggunakan alat pertolongan dalam keadaan darurat bagi penghuni dan terutamabagi para penyandang cacat, lanjut usia, dan wanita hamil, terutama untuk BangunanGedung pelayanan umum.

Aksebilitas harus memenuhi fungsi dan persyaratan kinerja, ketentuan tentang jarak,dimensi, pengelompokan, jumlah dan daya tampung, serta ketentuan tentangkonstruksinya.

Yang dimaksud dengan : Mudah, antara lain kejelasan dalam mencapai ke lokasi, diberi keterangan dan

menghindari resiko terjebak; Nyaman, antara lain melalui ukuran dan syarat yang memadai; Aman, antara lain terpisah dengan jalan keluar untuk kebakaran, kemirigan

permukan lantai, serta tangga bordes yang mempunyai pegangan atau pengaman.

Ayat (3)

Kelengkapan prasarana dan sarana Bangunan Gedung, yaitu jenisjumlah/volume/kapasitas, disesuaikan dengan fungsi Bangunan Gedung danpersyaratan lingkungan lokasi Bangunan Gedung sesuai ketentuan yang berlaku.

Fasilitas komunikasi dan informasi seperti sistem komunikasi, rambu penuntun,petunjuk, dan media informasi lain.

Page 119: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

15

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 28

Cukup Jelas.

Pasal 29

Cukup Jelas.

Pasal 30

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan bencana lain, seperti bila terjadi gempa, kerusuhan, ataukejadian darurat lain yang menyebabkan pengguna Bangunan Gedung harusdievakuasi

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Rumah tinggal, khusus inti tumbuh dan rumah sederhana sehat, tidak diwajibkandilengkapi dengan fasilitas dan aksenilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Bangunan Gedung fungsi hunian seperti apartemen, flat atau sejenis tetap di haruskanmenyediakan fasilitas dan aksebilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 32

Cukup Jelas.

Page 120: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

16

Pasal 33

Instansi yang berwenang adalah instansi yang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang bertugas membina dan/atau menyelenggarakanBangunan Gedung dengan fungsi khusus.

Pasal 34

Ayat (1)

Kegiatan pengawasan bersifat melekat pada setiap kegiatan penyelenggaraanBangunan Gedung.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Ketentuan mengenai jasa konstruksi mengikuti peraturan perundang-undangantentang jasa konstruksi.

Ayat (4)

Pelaksanaan penahapan pemenuhan ketentuan dalam Undang-Undang ini diatur lebihlanjut oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.

Pasal 35

Ayat (1)

Perencanaan pembangunan Bangunan Gedung adalah kegiatan penyusunan rencanateknis Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi dan persyaratan teknis yangditetapkan, sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

Pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung adalah kegiatan pendirian, perbaikan,penambahan, perubahan, atau pemugaran konstruksi Bangunan Gedung dan/atauinstalasi, dan/atau perlengkapan Bangunan Gedung sesuai dengan rencana teknisyang telah disusun.

Pengawasan pembangunan Bangunan Gedung adalah kegiatan pengawasapelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahanhasil akhir pekerjaan atau kegiatan manajemen konstruksi pembangunan gedung.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan perjanjian tertulis adalah akta otentik yang memuat ketentuanmengenai hak dan kewajiban setiap pihak, jangka waktu berlakunya perjanjian, yangketentuan lain yang dibuat dihadapan pejabat berwenang.Kesepakatan perjanjian sebagaimana dimaksud diatas harus memperhatikan fungsiBangunan Gedung dan bentuk pemanfaatannya, baik keseluruhan maupun sebagian.

Page 121: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

17

Ayat (4)

Rencana teknis Bangunan Gedung dapat terdiri atas rencana-rencana teknis arsitektur,struktur, dan konstruksi, mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang dalam, dandisiapkan oleh penyedia jasa perencanaan yang memiliki sertifikat sesuai denganperaturan perundang-undangan, dalam bentuk gambar rencana, gambar detailpelaksanaan, rencana anggaran biaya pembangunan, dan laporan perencanaan.Persetujuan rencana teknis Bangunan Gedung dalam bentuk izin mendirikanbangunan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan azas kelayakan administrasi danteknis, prinsip pelayanan prima, serta tata laksana pemerintah yang baik.

Perubahan rencana teknis Bangunan Gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaanharus dilakukan oleh dan/atau atas persetujuan perencana teknis Bangunan Gedung,dan diajukan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkanpengesahan.

Untuk Bangunan Gedung fungsi khusus izin mendirikan bangunannya ditetapkanoleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.

Pasal 36

Ayat (1)

Tim ahli dibentuk berdasarkan kapasitas dan kemampuan Pemerintah Daerah untukmembantu memberikan nasihat dan pertimbangan profesional atas rencana teknisBangunan Gedung untuk kepentingan umum tertentu.

Ayat (2)

Untuk Bangunan Gedung fungsi khusus, rencana teknisnya harus mendapatkanpertimbangan dari tim ahli terkait sebelum disetujui oleh instansi yang berwenangdalam pembinaan teknis Bangunan Gedung fungsi khusus.

Ayat (3)

Keberadaan tim ahli Bangunan Gedung disesuaikan dengan kompleksitas BangunanGedung yang memerlukan nasihat dan pertimbangan profesional, dapat mencakupmasyarakat ahli diluar Bangunan Gedung sepanjang diperlukan, bersifat independen,objektif, dan tidak terdapat konflik kepentingan.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Pasal 37

Ayat (1)

Yang dimaksud fungsi lain, yaitu berfungsinya seluruh atau sebagian dari BangunanGedung yang dapat menjamin dipenuhinya persyaratan tata bangunan, sertapersyaratan keselamatan, kesehatan, dan kemudahan Bangunan Gedung sesuaidengan fungsi yang ditetapkan.

Page 122: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

18

Ayat (2)

Suatu Bangunan Gedung dinyatakan layak fungsi apabila telah dilakukan pengkajianteknis terhadap pemenuhan seluruh persyaratan teknis Bangunan Gedung, danPemerintah Daerah mengesahkannya dalam bentuk sertifikat layak fungsi BangunanGedung.

Ayat (3)

Pemeriksaan secara berkala dilakukan pemilik Bangunan Gedung melalui pengkajianteknis sebagai persyaratan untuk mendapatkan atau perpanjangan sertifikat layakfungsi Bangunan Gedung.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Peraturan perundang-undangan yang terkait adalah Undang-Undang tentang CagarBudaya.

Ayat (2)

Bangunan Gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dapat berupakesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisanya yang berumur palingsedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dankebudayaan, termasuk nilai arsitektur dan teknologinya.

Ayat (3)

Yang dimaksud mengubah, yaitu kegiatan yang dapat merusak nilai cagar budayaBangunan Gedung dan/atau lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Perbaikan, pemugaran, dan pemeliharaan Bangunan Gedung dan lingkungan yangharus dilindungi dan dilestarikan harus dilakukan dengan memperhatikan nilaisejarah dan keaslian bentuk serta pengamanannya sehingga dapat dimanfaatkansesuai dengan fungsinya semula, atau dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensipengembangan lain yang lebih tepat berdasarkan kriteria yang diterapkan olehPemerintah Daerah dan/atau Pemerintah.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Page 123: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

19

Pasal 39

Ayat (1)

Huruf a

Bangunan Gedung tidak layak dan tidak dapat diperbaiki lagi berarti akanmembahayakan keselamatan pemilik dan/atau pengguna apabila gedung tersebutterus digunakan.

Dalam hal Bangunan Gedung dinyatakan tidak layak fungsi tetapi masih dapatdiperbaiki, pemilik dan/atau pengguna diberikan kesempatan untuk memperbaikinyasampai dengan dinyatakan layak fungsi.

Dalam hal pemilik tidak mampu, untuk rumah tinggal apabila tidak layak fungsi dantidak dapat diperbaiki serta membahayakan keselamatan penghuni atau lingkungan,bangunan tersebut harus dikosongkan. Apabila bangunan tersebut membahayakankepentingan umum, pelaksanaan pembongkarannya dapat dilakukan oleh PemerintahDaerah.

Huruf b

Yang dimaksud dapat menimbulkan bahaya adalah ketika dalam pemanfaatanBangunan Gedung dan/atau lingkungannya dapat membahayakn keselamatanmasyarakat dan lingkungan.

Huruf c

Termasuk dalam pengertian Bangunan Gedung yang tidak sesuai peruntukannyaberdasarkan rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten, sehingga tidak dapatdiproses izin mendirikan bangunannya.

Ayat (2)

Pemerintah Daerah menetapkan status Bangunan Gedung dapat dibongkar setelahmendapatkan hasil pengkajian teknis Bangunan Gedung yang dilaksanakan secaraprofessional, independen dan objektif.

Ayat (3)

Dikecualikan bagi rumah tinggal tunggal, khususnya rumah inti tumbuh dan rumahsederhana sehat.

Kedalaman dan keluasan tingkatan pengkajian teknis sangat bergantung padakompleksitas dan fungsi Bangunan Gedung.

Ayat (4)

Rencana teknis pembongkaran Bangunan Gedung termasuk gambar-gambar rencana,gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan pembongkaran, jadwalpelaksanaan, serta pengamanan lingkungan.Pelaksanaan pembongkaran yang memakai peralatan berat dan/atau bahkan peledakharus dilaksanakan oleh penyedia jasa pembongkaran Bangunan Gedung yang telahmendapatkan sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 124: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

20

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Huruf a

Persetujuan rencana teknis Bangunan Gedung yang telah memenuhi persyaratanmerupakan kewajiban dan tanggung jawab yang melekat pada Pemerintah Daerah.Persetujuan dari Pemerinah Daerah atas rencana teknis Bangunan Gedung yang telahmemenuhi persyaratan diperoleh secara cuma-cuma dari instansi yang berwenang.

Huruf b

Perizinan pembangunan gedung berupa izin mendirikan Bangunan Gedung yangdiperoleh dari Pemerintah Daerah secara cepat dan murah/terjangkau setelah rencanateknis bangunan gedung disetujui.

Biaya izin mendirikan Bangunan Gedung bersifat terjangkau disesuaikan denganfungsi, kepemilikan, dan kompleksitas Bangunan Gedung, serta dimaksudkan untukmendukung pembiayaan pelayanan perizinan, menerbitkan surat bukti kepemilikanBangunan Gedung dan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung.

Huruf c

Surat ketetapan Bangunan Gedung dan/atau lingkungan yang dilindungi dandilestarikan oleh Pemerintah Daerah secara cuma-cuma.

Huruf d

Surat intensif dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atauPeraturan Daerah.

Huruf e

Izin tertulis dari Pemerintah Daerah berupa perubahan izin mendirikan bangunangedung karena adanya perubahan fungsi Bangunan Gedung.

Huruf f

Penetapan ganti rugi dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangandan/atau Peraturan Daerah.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Page 125: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

21

Pasal 41

Ayat (1)

Pemilik dan pengguna Bangunan Gedung dapat memperoleh secara cuma-cumainformasi pedoman tata cara, keterangan persyaratan dan penyelenggaraan sertaperaturan Bangunan Gedung yang tersedia di Pemerintah Daerah.

Ayat (2)

Huruf a

Tidak dibenarkan memanfaatkan Bangunan Gedung yang tidak sesuai dengan fungsiyang telah ditetapkan.

Huruf b

Cukup Jelas

Huruf c

Cukup Jelas.

Huruf d

Pemeriksaan secara berkala atas kelayakan fungsi Bangunan Gedung meliputipemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan administrasi dan teknis BangunanGedung sesuai dengan fungsinya, dengan tingkat pemeriksaan berkala disesuaikandengan jenis konstruksi, mekanikal dan elektrikal, serta kelangkapan BangunanGedung.

Pemeriksaan secara berkala pada periode tertentu, atau karena adanya perubahanfungsi Bangunan Gedung, atau karena adanya bencana yang berdampak penting padakeandalan Bangunan Gedung, seperti kebakaran dan gempa.

Pemeriksaan kelayakan fungsi Bangunan Gedung dilakukan oleh pengkaji teknis yangkompeten dan memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundang – undangan,serta melaporkan kepada Pemerintah Daerah atas hasil pemeriksaan yangdilakukannya.

Pemerintah Daerah mengatur kewajiban pemeriksaan secara berkala, dan secara acakmelakukan pemeriksaan atas hasil pengkajian teknis.

Huruf e

Perbaikan dilakukan terhadap seluruh, bagian komponen, atau bahan BangunanGedung yang dinyatakan tidak layak fungsi dari hasil pemriksaan yang dilakukanoleh pengkaji secara teknis, sampai dengan dinyatakan telah layak fungsi.

Huruf f

Selain pemilik, pengguna juga dapat diwajibkan membongkar Bangunan Gedungdalam hal yang bersangkut terikat dalam perjanjian menggunakan Bangunan Gedungyang tidak layak fungsi.

Page 126: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

22

Pasal 42

Ayat (1)

Huruf a

Apabila terjadi ketidak tertiban dalam pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, danpembongkaran Bangunan Gedung, masyarakat dapat menyampaikan laporanmasukan, dan usulan kepada Pemerinatah Daerah.

Setiap orang juga berperan dalam menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yangberlaku, seperti dalam memanfaatkan fungsi Bangunan Gedung sebagai penunjangpertokoan, bioskop, mall, pasar, dan pemanfaatan tempat umum lain.

Huruf b

Yang dimaksud dengan penyempurnaan dalam butiran ini adalah termasuk perbaikanPeraturan Pemerintah tentang Bangunan Gedung sehingga sesuai dengan Undang-Undang ini.

Huruf c

Penyampain pendapat dan perimbangan dapat melalui tim ahli bangunan gedungyang dibentuk oleh Pemerintah Daerah atau melalui forum dan dengar pendapatpublik.

Penyampaian pendapat tersebut dimaksudkan agar masyarakat yang bersangkutanikut memilki dan bertanggung jawab dalam penataan dalam penataan bangunan danlingkungannya.

Huruf d

Gugatan perwakilan dapat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undanganoleh perorangan atau kelompok orang yang mewakili para pihak yang dirugikanakibat adanya penyelenggaraan Bangunan Gedung yang mengganggu, merugikan,atau membahayakan.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Pasal 43

Ayat (1)

Pembinaan dilakukan dalam rangka tata perintah yang baik melalui kegiatanperaturan, pemberdayaan, dan pengawasan sehingga setiap penyelenggaraanBangunan Gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan BangunanGedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum.

Pengaturan dilakukan dengan pelembagaan peraturan perundang-undangan, pedoma,petunjuk, dan standar teknis Bangunan Gedung sampai dengan di daerah danoperasionalisasinya di masyarakat.

Page 127: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

23

Pemberdayaan dilakukan terhadap para penyelenggara Bangunan Gedung dan aparatPemerintah Daerah untuk menumbuhkan-kembangkan kesadaran akan hak,kewajiban, dan perannya dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung.

Pengawasan dilakukan melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapanperaturan perundang-undangan bidang Bangunan Gedung dan upaya penegakanhukum.

Ayat (2)

Pelaksanaan pembinaan oleh Pemerintah Daerah berpedoman pada peraturanperundang-undangan tentang pembinaan dan pengawasan atas Pemerintah Daerah.

Ayat (3)

Masyarakat yang terkait dengan bangunan gedung seperti masyarakat ahli, asosiasiprofesi, asosiasi perusahaan, masyarakata pemilik dan pengguna bangunan gedung,dan aparat pemerintah.

Ayat (4)

Pemberdayaan masyarakat yang belum mampu dimaksudkan untuk menumbuhkankepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Bangunan Gedung melaluiupaya internalisasi, sosialisasi, dan pelembagaan ditingkat masyarakat.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 44

Pengenaan sanksi tidak berarti membebaskan pemilki dan/atau pengguna BangunanGedung dari kewajibannya mememuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

Yang dimaksud dengan sanksi administrasi adalah sanksi yang diberikan olehadministrasi (pemerintah) kepada pemilik, dan/atau pengguna Bangunan Gedungtanpa melalui proses peradilan karena tidak terpenuhinya ketentuan undang-undangini.

Sanksi adminsitrasi meliputi beberapa jenis, yang pengenaanya bergantung padatingkat kesalahan yang dilakukan oleh pemilki dan/atau pengguna BangunanGedung.

Yang dimaksud dengan nilai Bangunan Gedung dalam ketentuan sanksi adalah nilaikeseluruhan suatu bangunan pada saat sedang dibangun bagi yang sedang dalamproses pelaksanaan konstruksi, atau nilai keseluruhan suatu Bangunan Gedung yangditerapkan pada saat sanksi dikenakan bagi Bangunan Gedung yang telah berdiri.

Page 128: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

24

Pasal 45

Ayat (1)

Sanksi administrasi ini bersifat alternatif.

Huruf a

Cukup Jelas.

Huruf b

Cukup Jelas.

Huruf c

Penghentian sementara atau tetap pekerjaan pelaksanaan pembangunan adalah suratperintah penghentian pekerjaan pelaksanaan sampai dengan penyegelan BangunanGedung.

Huruf d

Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan Bangunan Gedung adalah suratperintah penghentian pemanfaatan sampai dengan penyegelan Bangunan Gedung.

Huruf e

Cukup Jelas.

Huruf f

Cukup Jelas.

Huruf g

Cukup Jelas.

Huruf h

Cukup Jelas.

Huruf i

Pelaksanaan pembongkaran dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab pemilikBangunan Gedung.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 46

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Page 129: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

25

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Untuk membantu proses penilaian dan menjaga objektifitas serta nilai keadilan, hakimdalam memutuskan perkara atas pelanggaran tersebut dengan terlebih dahulumendapat pertimbangan dari tim ahli dibidang Bangunan Gedung.

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Pasal 47

Cukup Jelas.

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Bangunan Gedung yang telah memilki izin mendirikan bangunan sebelumdisahkannya Undang-Undang ini, secara berkala tetap harus dinilai kelayakanfungsinya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang.

Ayat (3)

Bangunan Gedung yang belum memiliki izin mendirikan bangunan pada saat dansetelah diberlakukannya Undang-Undang ini, diwajibkan mengurus izin mendirikanbangunan melalui pengkajian kelayakan fungsi Bangunan Gedung dan mendapatsertifikat layak fungsi.

Pengkajian kelayakan fungsi Bangunan Gedung dilakukan oleh pengkaji teknis dandapat bertahap sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatberdasarkan penetapan oleh Pemerintah Daerah.

Dalam hal ini belum terdapat pengkajian teknis dimaksud, pengkajian teknisdilakukan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan dan memberikan kemudahan sertapelayanan yang baik kepada masyarakat yang akan mengurus izin mendirikanbangunan satu sertifikat layak fungsi Bangunan Gedung.

Pasal 49

Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4247

Page 130: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

1

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 23 TAHUN 2001

TENTANG

BANGUNAN

PROYEK PENYULUHAN HUKUM DAN PELAKSANA SJDIH

TAHUN ANGGARAN 2001

DIPERBANYAK OLEH :

BAGIAN HUKUM DAN KESBANG

SETDA KAB. TANJUNG JABUNG BARAT

Page 131: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

2

BUPATI

TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 23 TAHUN 2001

TENTANG

BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Menimbang :

a. Bahwa dengan pesatnya jumlah pertumbuhan penduduk dan peningkatan volume

pembangunan perumahan, tempat usaha/gudang dalam Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, maka dituntut adanya pengaturan tentang bangunan yang lebih

baik, lengkap yang dapat mengikuti laju pertumbuhan pembangunan;

b. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanjung Jabung Nomor 5

Tahun 1989 tentang Bangunan tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi dewasa

ini, sehingga perlu ditetapkan kembali Peraturan Daerah tentang Bangunan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II

Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Kabupaten I Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Daerah Pokok-pokok

Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

Page 132: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

3

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1987 tentang Jalan;

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3169);

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

9. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182);

10. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2000 Nomor 246);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1965 tentang Pendaftaran Tanah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Kota;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 193 tentang Izin Mendirikan

Bangunan dan Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan Industri;

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, bentuk Rancangan Undang-Undang,

Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 70);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanjung Jabung Nomor 11 Tahun

1998 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Page 133: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

4

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TENTANG

BANGUNAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;

c. Kepala Daerah ialah Bupati Tanjung Jabung Barat;

d. Dinas Pekerjaan Umum adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung

Barat;

e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung

Barat;

f. Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan atau melayang

dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada di atas, atau

di bawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa bagnunan gedung atau

bukan gedung;

g. Bangunan gedung adalah bangunan yang di dalamnya digunakan sebagai tempat

manusia melakukan kegiatannya;

h. Bangunan permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan

umur/daya tahan bangunan dinyatakan lebih dari 15 tahun;

i. Bangunan semi permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan

umur/daya tahan bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun;

j. Bangunan sementara/darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi

dan umur/daya tahan bangunan dinyatakan kurang dari 2 (dua) tahun;

Page 134: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

5

k. Kapling/pekarangan adalah suatu perpisahan tanah yang menurut pertimbangan

Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan;

l. Mendirikan bangunan ialah pekerjaan mengadakan bangunan sebelumnya atau

sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang

berhubungan dengan pekerjaan bangunan tersebut;

m. Mengubah bangunan adalah pekerjaan mengganti dengan atau menambah

bangunan yang ada termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan

pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut;

n. Merobohkan bangunan adalah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruh

bagian bangunan ditinjau dari segi fungsi bangunan dan atau konstruksi;

o. Garis sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik

sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai atau as pagar, merupakan batas antara

kapling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun

bangunan;

p. Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara

luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan;

q. Koefisien lantai bangunan (KLB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara

luas lantai bangunan dengan luas kapling / pekarangan;

r. Koefisien daerah hijau adalah bilangan pokok atas perbandingan antara daerah

hijau dengan luas kapling / pekarangan;

s. Tinggi bangunan adalah daerah yang diukur dari permukaan tanah dimana

bangunan tersebut didirikan sampai dengan titik puncak bangunan;

t. Izin mendirikan bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan dalam

mendirikan/mengubah bangunan;

u. Izin penggunaan bangunan (IPB) adalah izin yang diberikan untuk menggunakan

bangunan sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam Izin Mendirikan

Bangunan (IMB);

v. Izin Penghapusan Bangunan (IHP) adalah izin yang diberikan untuk

menghapuskan/merobohkan bangunan secara total baik secara fisik maupun

secara fungsi bangunan yang tertera dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Page 135: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

6

BAB II

PERIZINAN BANGUNAN

Pasal 2

(1) Orang/Badan/Lembaga sebelum membangun atau merobah bangunan di wilayah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat diharuskan memiliki IMB dari Kepala Daerah.

(2) Orang/Badan/Lembaga sebelum menggunakan bangunan di wilayah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat diharuskan memiliki IPB dari Kepala Daerah.

(3) Orang/Badan/Lembaga sebelum merobohkan bangunan di wilayah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat diharuskan memiliki IMB dari Kepala Daerah.

BAB III

KLASIFIKASI BANGUNAN

Pasal 3

Bangunan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Menurut wilayah daerah;

b. Menurut lokasi atau kelas jalan;

c. Menurut guna bangunan;

d. Menurut umur/kelas bangunan;

e. Menurut status bangunan;

f. Menurut luas bangunan;

g. Menurut ketinggian/tingkat bangunan;

h. Menurut nilai bangunan.

BAB IV

PERSYARATAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Pasal 4

Persyaratan Umum

(1) Setiap bangunan harus mememuhi persyaratan teknis, lingkungan dan

administrasi agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsi yang

ditetapkan.

(2) Fungsi bangunan yang dibangun harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang

telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.

Page 136: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

7

(3) Perletakan bangunan pada lokasi harus digambarkan pada gambar situasi tata

letak bangunan.

(4) Gambar / situasi perletakan bangunan harus memuat penjelasan :

- Bentuk kapling/pekarangan

- Fungsi bangunan

- Nama jalan menuju ke kapling

- Peruntukan bangunan

- Letak bangunan di atas kapling

- Koefisien dasar bangunan

- Koefisien hijau bangunan

- Garis sempadan bangunan

- Skala gambar

BAB V

PERSYARATAN BANGUNAN

Pasal 5

Garis Sempadan

(1) Garis sempadan adalah pondasi bangunan sejajar dengan as jalan, tepi sungai, tepi

pantai ditentukan berdasarkan dari as jalan, as sungai, as pantai, sesuai dengan

fungsi jalan dan peruntukan kapling/kawasan.

(2) Untuk lebar jalan / sungai yang kurang dari 5 (lima) meter letak garis sempadan

adalah 7 (tujuh) meter dihitung dari as jalan dan as sungai.

(3) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping minimal 2

(dua) meter dan maksimal 3 (tiga) meter dari batas kapling atau dasar kesepakatan

dengan tetangga yang saling berbatasan.

(4) Letak garis sempaan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang minimal 2

(dua) meter dan maksimal 3 (tiga) meter dari batas kapling atau dasar kesepakatan

dengan tetangga yang saling berbatasan.

Pasal 6

(1) Garis sempadan pagar terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan 2 (dua)

meter dari pinggir teratas atau bahu jalan.

Page 137: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

8

(2) Garis pagar disudut persimpangan jalan ditentukan dengan seragam/lingkungan

atas dasar fungsi dan peranan jalan.

(3) Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimal 1,5 meter dari

permukaan halaman/teras dengan bentuk transparan atau tembus pandang.

Pasal 7

(1) Teras / balkon tidak dibenarkan diberi dinding sebagai ruang tertutup.

(2) Balkon bangunan tidak dibenarkan mengarah / menghadap ke kapling tetangga.

(3) Garis terluar balkon bangunan tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang

berbatasan dengan tetangga.

Pasal 8

Jarak Antara Bangunan

(1) Jarak antara masa / blok bangunan satu lantai yang satu dengan yang lainnya

dalam satu kapling atau antara kapling minimum adalah 2 (dua) meter.

(2) Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak masa / blok bangunan dengan

bangunan sekitarnya sekurang-kurangnya 4 (empat) meter dan 2 (dua) meter

dengan batas kapling.

Pasal 9

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

(1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dibentuk atas dasar keputusan pelestarian

lingkungan / resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya

kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi perumahan, fungsi bangunan,

keselamatan dan kawasan bangunan.

(2) Ketentuan besarnya KDB pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang

Kota atau sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

(1) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dibentuk atas dasar, kepentingan pelestarian

lingkungan, resapan air permukaan tanah, pencegahan terhadap bahaya

kebakaran, kepentingan ekonomi, tinggi permukaan bangunan, keselamatan dan

kawasan bangunan.

Page 138: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

9

(2) Ketentuan besarnya KLB pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana Tata Ruang

Kota.

Pasal 11

(1) Koefisien Daerah Hijau (KDH) dipermukaan atas dasar kepentingan pelestarian

lingkungan/resapan air permukaan tanah.

(2) Ketentuan besarnya KDH pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana Tata Ruang

Kota.

Pasal 12

Ketinggian Bangunan

(1) Ketinggian bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

(2) Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat Tata Ruang ketinggian bangunan

ditetapkan atas dasar rekomendasi dari Dinas Pekerjaan Umum, dengan

mempertimbangkan lebar jalan, tinggi bangunan, keselamatan bangunan serta

keserasian dengan lingkungannya.

(3) Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai.

Persyaratan Lingkungan

Pasal 13

Keserasian Lingkungan

(1) Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu lintas.

(2) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan mengganggu

atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/

pelestarian lingkungan dan keselamatan lingkungan.

(3) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan dibangun /

berada di atas sungai / saluran / selokan / parit pengairan.

Persyaratan Keandalan Bangunan

Pasal 14

(1) Setiap bangunan harus mempertimbangkan perletakan ruang sesuai dengan fungsi

ruang dan lingkungan ruang di dalamnya.

(2) Setiap bangunan harus mempertimbangkan faktor keindahan, kandungan lokal

dan sosial budaya setempat.

Page 139: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

10

Persyaratan Struktur

Pasal 15

Bangunan Satu Lantai

(1) Bangunan satu lantai adalah bangunan yang berdiri langsung di atas pondasi pada

bangunan tidak terdapat pemanfaatan lain selain pada lantai dasarnya.

(2) Bangunan satu lantai semi permanent dapat diubah menjadi permanent setelah

diperiksa oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan dinyatakan memenuhi syarat.

Pasal 16

Bangunan Bertingkat

(1) Bangunan bertingkat permanen dengan ketinggian dua sampai empat lantai.

(2) Bangunan bertingkat semi permanent dengan ketinggian dua lantai.

(3) Ketinggian bangunan dari lantai satu maksimum 16 meter.

Pasal 17

(1) Bangunan bertingkat semi permanent diperkenankan dibangun di jalan utama

dengan memperhatikan keindahan kota.

(2) Bangunan bertingkat semi permanent dapat diubah menjadi permanen setelah

diperiksa Dinas Pekerjaan Umum dan dinyatakan memenuhi syarat.

Pasal 18

Bangunan Tinggi

(1) Yang termasuk kelompok ini adalah bangunan tinggi permanent dengan jumlah

lantai lebih dari lima.

(2) Untuk bangunan dengan jumlah lantai lebih dari 4 (empat) perencanaan dan

pelaksanaannya harus mendapat rekomendasi tekhnis dari instansi tehnis/Kepala

Daerah.

Pasal 19

Ketahanan Konstruksi

(1) Setiap bangunan harus dibangun dengan mempertimbangkan kekuatan, kekuatan

dan kestabilan dari segi struktur.

(2) Standar tekhnik yang harus dipakai adalah peraturan/standar teknik yang berlaku

di Indonesia yang meliputi SNI tentang tata cara, spesifikasi dan metode uji yang

berkaitan dengan bangunan gedung.

Page 140: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

11

(3) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap beban

sendiri, beban yang dipikul, beban angin dan getaran dan gaya gempa sesuai

dengan peraturan pembebanan yang berlaku.

(4) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan tingkat gaya angin

atau gaya gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksi yang

sesuai dengan ketentuan tekhnis yang berlaku.

(5) Setiap bangunan bertingkat lebih dari dua lantai dalam pengajuan perizinan

mendirikan bangunan harus menyertakan perhitungan strukturnya.

(6) Dinas Tata Kota mempunyai kewajiban dan wewenang untuk memeriksa

konstruksi bangunan yang dibangun/akan dibangun baik dalam rancangan

bangunannya maupun pada masa pelaksanaan pembangunannya terutama untuk

ketahanan terhadap bahaya gempa.

Pasal 20

Persyaratan Bahan Bangunan

(1) Penggunaan bahan bangunan diupayakan semaksimal mungkin menggunakan

bahan produksi dalam negeri / setempat dengan kandungan lokal minimal 60 %.

(2) Penggunaan bahan bangunan harus memperhitungkan keawetan dan kesehatan

dalam pemanfaatan bangunannya.

(3) Bahan bangun yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat tekhnis sesuai

dengan fungsinya seperti yang disyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia

(SNI) tentang spesifikasi bahan bangunan yang berlaku.

Pasal 21

Jaringan Air Bersih

(1) Jenis, mutu, sifat bahan bangunan dan peralatan instalasi air bersih / minum harus

memenuhi standar tekhnis yang berlaku.

(2) Pemeliharaan sistim dan penempatan instalasi air minum harus disesuaikan dan

aman terhaap sistim lingkungan, bangunan-bangunan lain.

(3) Pengadaan sumber air minum diambil dari PDAM atau dari sumber yang

dikeluarkan secara resmi oleh yang berwenang.

Page 141: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

12

Pasal 22

Jaringan Air Hujan

(1) Pada dasarnya air hujan merupakan salah satu sumber air minum, maka perlu

upaya penampungan bak yang baik.

(2) Bak penampungan air hujan dibuat dengan cor beton atau berupa drum

aluminium yang dilengkapi dengan penutupnya.

Pasal 23

Jaringan Air Kotor

(1) Semua air kotor yang asalnya dari dapur, kamar mandi, wc dan tempat cuci

pembuangannya harus melalui pipa tertutup.

(2) Pembuangan air kotor dimaksud pada ayat (1) dapat dialirkan kesaluran umum,

kecuali untuk air kotor yang berasal dari WC (Tinja) harus dibuatkan

resapan/tempat tersendiri (septictank).

(3) Jika hal dimaksud ayat (2) pasal ini tidak memungkinkan karena belum tersedia

saluran umum atau sebab-sebab lain maka pembuangan air kotor harus dilakukan

melalui proses peresapan atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas

Tata Kota.

Pasal 24

Tempat Penampungan Sampah

(1) Setiap pembangunan baru/perluasan suatu bangunan yang diperuntukan sebagai

tempat kediaman diharuskan melengkapi dengan tempat/kotak/lobang/

pembuangan sampai.

(2) Dalam hal pada lingkungan di aerah perkotaan yang merupakan kotak-kotak

sampah induk, maka sampah dapat ditampung untuk diangkut oleh petugas Dinas

Pertamanan dan Kebersihan.

(3) Dalam hal jauh dari kotak sampah induk Dinas Pertamanan an Kebersihan, maka

sampah-sampah dapat dibakar dengan cara yang aman atau dengan cara lainnya.

Pasal 25

Persyaratan Kelengkapan Sarana dan Prasarana

(1) Setiap bangunan harus memiliki sarana dan prasarana bangunan yang mencukupi

agar dapat terselenggaranya fungsi bangunan yang telah diterapkan.

Page 142: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

13

(2) Setiap bangunan umumnya harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana

yang memadai bangunan yang memadai dan meliputi :

- Sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran

- Tempat parkir

- Sarana tata udara

- Sarana penyelamatan

Pasal 26

Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran

(1) Setiap bangunan harus memiliki cara, sarana dan alat/perlengkapan pencegahan

dan penanggulangan bahaya kebakaran yang bersumber dari listrik, gas api dan

sejenisnya sesuai dengan ketentuan dalam :

a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985 tentang ketentuan

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

b. Standar Nasional Indonesia (SNI) SKBI tentang pencegahan penanggulangan

bahaya kebakaran pada bangunan-bangunan rumah dan gedung.

c. Ketentuan atau standar lain yang berlaku.

(2) Setiap bangunan umum harus dilengkapi petunjuk secara jelas tentang :

a. Cara pencegahan dari bahaya kebakaran

b. Cara penanggulangan bahaya kebakaran

c. Cara penyelamatan dari bahaya kebakaran

d. Cara pendeteksian sumber kebakaran

e. Tanda-tanda petunjuk arah jalan keluar yang jelas

Pasal 27

Persyaratan Kenyamanan dan

Kesehatan Dalam Bangunan

(1) Setiap bangunan yang dibangun harus mempertimbangkan faktor kenyamanan

dan kesehatan bagi pengguna / penghuni yang berada di dalam dan disekitar

bangunan.

(2) Dalam merencanakan bangunan harus memperhatikan sirkulasi udara di dalam

bangunan, jumlah sinar / penerangan yang cukup serta tingkat kebisingan yang

dapat diterima.

Page 143: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

14

BAB VI

PERIZINAN BANGUNAN

IZIN MENDIRIKAN / MENGUBAH BANGUNAN

Pasal 28

Arahan Perencanaan

Sebelum mengajukan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan pemohon harus

meminta keterangan tentang arahan perencanaan kepada Dinas Tata Kota tentang

rencana mendirikan / mengubah bangunan yang meliputi :

a. Jenis/peruntukan bangunan;

b. Luas lantai bangunan yang diizinkan;

c. Jumlah lantai/lapis bangunan di atas / di bawah permukaan tanah yang diizinkan;

d. Garis sempadan yang berlaku;

e. Koefisien dasar bangunan yang diizinkan ;

f. Koefisien daerah hujan ;

g. Persyaratan-persyaratan bangunan.

Pasal 29

Perencanaan Bangunan

(1) Perencanaan bangunan rumah tempat tinggal satu lantai dengan luas kurang dari

50 M dan dapat dilakukan oleh orang yang ahli / berpengalaman.

(2) Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dapat dilakukan oleh orang yang

ahli yang telah mendapatkan surat izin bekerja dari Bupati.

(3) Perencanaan bangunan lebih dari dua lantai atau bangunan umum atau bangunan

spesifik harus dilakukan oleh Badan Hukum yang telah mendapat kwalifikasi

sesuai bidang dan nilai bangunan.

(4) Perencana bertanggung jawab bahwa bangunan yang direncanakan telah

memenuhi persyaratan teknis dan peraturan yang berlaku.

(5) Ketentuan ayat (1), (2) dan (3) pasal ini tidak berlaku bagi perencanaan :

a. Bangunan yang bersifat sementara dengan syarat bahwa luas dan tingginya

tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Tata Kota;

b. Pekerjaan pemeliharaan / perbaikan antara lain perbaikan bangunan adalah

sebagai berikut :

1. Memperbaiki bangunan dengan tiak mengubah konstruksi dan luas lantai

bangunan.

Page 144: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

15

2. Pekerjaan memplester, memperbaiki letak bangunan, memperbaiki lapis

lantai bangunan dan memperbaiki penutup atap tanpa mengubah

konstruksinya.

3. Memperbaiki lobang cahaya, membuat pemisah halaman tanpa konstruksi

dan memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan lain.

Pasal 30

Perencanaan bangunan terdiri dari :

a. Perencanaan arsitektur

b. Perencanaan konstruksi

c. Perencanaan utilitas

Pasal 31

Tata Cara Mengajukan Permohonan

Izin Mendirikan Bangunan (PIMB)

(1) PIMB harus diajukan sendiri secara tertulis oleh pemohon kepada Kepala Daerah

melalui Dinas Pekerjaan Umum.

(2) Lembar isian PIMB tersebut ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan

Kepala Daerah.

(3) PIMB harus dilampiri :

a. Photo Copy KTP;

b. Photo Copy Surat Tanah;

c. Persetujuan / izin pemilikan tanah untuk bangunan yang didirikan di atas

tanah yang bukan miliknya;

d. Gambar rencana bangunan;

e. Perhitungan struktural untuk bangunan yang bertingkat ;

f. Khusus pemohon IMB bagi perusahaan industri dan Reale Estate di samping

persyaratan dimaksud pada huruf a s/d e pada pasal ini ditambah dengan :

- Izin lokasi dari Kepala Daerah;

- Akte pendirian perusahaan;

- Surat kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh

pemohon sendiri.

- Surat pernyataan pemohon tentang kesanggupan memenuhi persyaratan

tekhnis bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 145: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

16

- Rencana tata bangunan dan prasarana kawasan industri yang disetujui oleh

Bupati dengan menunjukkan lokasi kapling untuk bangunan yang

bersangkutan bagi perusahaan industri yang berlokasi di kawasan industri.

Pasal 32

(1) Dinas Pekerjaan Umum mengadakan penelitian PIMB yang diajukan yang terdiri

syarat-syarat aministrasi dan teknis menurut ketentuan yang berlaku.

(2) Dinas Pekerjaan Umum memberikan tanda terima PIMB apabila semua

persyaratan administrasi telah dipenuhi.

(3) Dalam jangka waktu 2 s/d 6 hari kerja setelah permohonan diterima, maka

ditetapkan besarnya biaya retribusi yang wajib dibayar sesuai dengan ketentuan

yang berlaku atau menolak PIMB yang diajukan karena tidak memenuhi

persyaratan.

(4) Pemohon membayar retribusi berdasarkan penetapan pada ayat (3) tersebut di

atas.

(5) Setelah pemohon melunasi retribusi yang ditetapkan maka PIMB diajukan kepada

Kepala Daerah untuk ditandatangani.

Pasal 33

Keputusan IMB dan IHB

(1) Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan dikeluarkan paling lambat 14 hari

kerja, setelah pemohon memenuhi segala persyaratan yang ditentukan.

(2) Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan ditandatangnai oleh Kepala Daerah

atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan hanya berlaku kepada nama yang

tercantum dalam Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan.

(4) a. Pemohon yang selambat-lambatnya 6 bulan setelah berlakunya Izin

Mendirikan Bangunan belum memulai pelaksanaan pekerjaannya, maka Surat

Keputusan Izin Mendirikan Bangunan batal dengan sendirinya.

b. Pembaharuan nama pada Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan

dikenakan bea balik nama sebesar 25% dari biaya Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan.

(5) IMB dapat bersifat sementara kalau dipandang perlu oleh Bupati dan diperpanjang

waktu kurang dari 2 tahun.

Page 146: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

17

Pasal 34

Penundaan Keputusan IMB

(1) Keputusan IMB dapat ditandai berdasarkan alasan :

a. Pemerintah Daerah masih memerlukan waktu tambahan untuk penilaian,

khususnya persyaratan bangunan serta pertimbangan nilai lingkungan yang

direncanakan;

b. Pemerintah Daerah merencanakan rencana kota atau rencana terperinci kota;

c. Pemberian kesempatan tambahan kepada pemohon untuk melengkapi

permohonan yang diajukan.

(2) Penundaan Keputusan IMB disampaikan kepada pemohon oleh Kepala Dinas

Pekerjaan Umum dengan menyebutkan alasan penundaan tersebut.

Pasal 35

Penolakan Izin Mendirikan Bangunan

(1) Permohonan IMB ditolak apabila :

a. Apabila bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan

tekhnik bangunan seperti diatur pada Bab IV;

b. Karena persyaratan / ketentuan dimaksud pada Pasal 31 Peraturan Daerah

tidak terpenuhi;

c. Bangunan yang akan didirikan di atas lokasi / tanah yang penggunaannya

tidak sesuai dengan rencana kota yang sudah ditetapkan dalam RUTRK

Kabupaten Tanjung Jabung Barat ;

d. Apabila bangunan mengganggu lalu lintas aliran air (air hujan) cahaya atau

bangunan-bangunan yang telah ada;

e. Apabila tanah (lokasi) bangunan untuk kesehatan tidak mengizinkan;

f. Apabila rencana bangunan mengganggu jalan yang telah ditetap pemerintah;

g. Apabila pada lokasi tersebut sudah ada rencana pemerintah.

(2) Penolakan IMB disampaikan kepada pemohon oleh Kepala Dinas Pekerjaan

Umum atas nama Kepala Daerah dengan menyebutkan alasan penolakannya.

Pasal 36

Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) tidak diperlukan apabila :

(1) Membuat lobang ventilasi dan pekarangan yang luasnya tidak lebih dari 1 M

dengan sisi terpanjang mendatar tidak lebih dari 2 M.

Page 147: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

18

(2) Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas Pekerjaan

Umum tidak membahayakan.

(3) Pemeliharaan / perbaikan bangunan dengan tidak merubah denah, konstruksi

maupun arsitektur dari bangunan semula yang telah mendapat izin.

(4) Membongkar bangunan yang termasuk dalam kelas tidak permanen.

(5) Membuat kolam, taman dan patung, tiang bendera di halaman pekarangan rumah.

(6) Mendirikan bangunan sementara yang pendiriannya telah diperoleh izin dari

Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk paling lama 1 bulan.

(7) Mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah memiliki izin selama

mendirikan suatu bangunan.

Pasal 37

Larangan Mendirikan / Mengubah Bangunan

Dilarang mendirikan / mengubah bangunan apabila :

a. Tidak mempunyai surat izin mendirikan bangunan.

b. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat lebih lanjut dari IMB.

c. Menyimpang dari rencana pembangunan yang menjadi dasar pemberian IMB.

d. Menyimpang dari peraturan dan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Daerah ini atau peraturan lainnya yang tidak bertentangan

dengan Peraturan Daerah ini.

e. Mendirikan bangunan di atas tanah orang lain tanpa izin pemiliknya atau

kuasanya yang syah.

Pasal 38

Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan

(1) Bupati dapat mencabut Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) apabila :

a. Dalam waktu 6 bulan setelah tanggal izin itu diberikan, pemegang izin masih

belum melakukan pekerjaan yang sungguh-sungguh dan menyakinkan.

b. Pekerjaan itu terhenti selama 3 bulan dan ternyata tidak akan dilanjutkan.

c. Izin yang telah diberikan itu kemudian ternyata didasarkan pada ketentuan-

ketentuan yang keliru.

d. Pembangunan ternyata menyimpang dari rencana dan syarat yang disahkan.

e. Pemilik IMB selambat-lambatnya 6 bulan setelah berlakunya IMB belum

memulai pelaksanaan pekerjaan maka keputusan Izin Mendirikan Bangunan

batal dengan sendirinya.

Page 148: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

19

(2) Pencabutan surat IMB diberikan dalam bentuk Keputusan Kepala Daerah,

ditujukan pada pemegang izin disertai dengan alasan-alasannya.

(3) Sebelum Keputusan dimaksud ayat (2) pasal ini dikeluarkan pemegang izin

terlebih dahulu diberi peringatan secara tertulis dan kepadanya diberikan

kesempatan untuk menentukan keberatan-keberatannya.

Pasal 39

Pelaksanaan Pekerjaan Mendirikan / Mengubah Bangunan

(1) Pemohon IMB memberitahukan secara tertulis kepada Dinas Pekerjaan Umum :

a. Saat akan dimulainya pekerjaan Mendirikan Bangunan tersebut dalam IMB,

sekurang-kurangnya 24 jam sebelum pekerjaan dimulai;

b. Tiap penyelesaian bagian pekerjaan mendirikan bangunan sepanjang hal itu

dipersyaratkan dalam IMB;

(2) Pekerjaan Mendirikan Bangunan dalam IMB baru dapat dimulai dikerjakan setelah

Dinas Pekerjaan Umum menetapkan garis sempadan bangunan dan garis

sempadan pagar serta ketinggian permukaan tanah pekarangan tempat bangunan

akan didirikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam IMB.

(3) Selambat-lambatnya 3 hari setelah pemberitahuan sebagaimana ayat (1) pada pasal

ini, Dinas Pekerjaan Umum tidak melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) pasal ini, maka pemohon dapat memulai pekerjaan.

(4) Pekerjaan mendirikan bangunan harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

diajukan dan ditetapkan dalam IMB.

Pasal 40

(1) Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilaksanakan maka pemohon IMB

diwajibkan untuk menutup lokasi tempat mendirikan bangunan dengan pagar

pengaman yang mengelilingi dengan pintu rapat.

(2) Bilamana terdapat sarana kota yang terganggu atau terkena rencana

pembangunan, maka pelaksanaan pemindahan / pengamanan harus dikerjakan

oleh pihak yang berwenang atas biaya pemilik IMB.

Pasal 41

Pelaksanaan Pembangunan

(1) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dapat dilakukan sendiri oleh

pemegang IMB atau pihak lain yang diberi kuasa untuk itu.

Page 149: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

20

(2) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan tertentu atau bangunan spesifik

harus dilakukan oleh pelaksana badan hukum yang memiliki kwalifikasi sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 42

(1) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan oleh Konsultan pengawas

yang sudah mendapat izin atau petugas yang ditunjuk untuk itu.

(2) Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilakukan pemohon IMB diwajibkan agar

menempatkan salinan gambar IMB beserta lampirannya di lokasi pekerjaan untuk

kepentingan pemeriksaan oleh petugas.

(3) Petugas Dinas Pekerjaan Umum berwenang untuk :

a. Memeriksa tempat pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan setiap saat

pada jam kerja;

b. Memeriksa apakah bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan

Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBB);

c. Memerintahkan menyingkirkan bahan bangunan yang tidak memenuhi syarat,

dan alat yang dianggap berbahaya(merugikan keselamatan/kesehatan umum);

d. Memerintahkan membongkar atau menghentikan segera pekerjaan mendirikan

bangunan sebagian atau seluruhnya untuk sementara waktu apabila :

- Pelaksanaan mendirikan bangunan menyimpang dari izin yang telah

diberikan atau syarat-syrat yang telah ditentukan.

- Peringatan tertulis dari Dinas Pekerjaan Umum tidak dipatuhi dalam

jangka waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 43

Keselamatan Kerja

(1) Pelaksanaan mendirikan bangunan mengikuti ketentuan-ketentuan dari Peraturan

keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

(2) Pemegang izin mendirikan bangunan diwajibkan selalu berupaya menyediakan

perlengkapan PPPK lengkap dan banyaknya sesuai dengan kebutuhan.

(3) Pemegang izin mendirikan bangunan diwajibkan selalu berusaha menyediakan air

minum bersih yang memenuhi kesehatan lingkungan tempat pekerjaan.

(4) Pemegang IMB diwajibkan menyediakan satu kakus sementara bila

mempekerjakan sampai dengan 40 orang pekerjaan.

Page 150: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

21

Pasal 44

Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

(1) Setelah bangunan selesai pemohon wajib menyampaikan laporan secara tertulis

dan dilengkapi dengan :

a. Berita acara pemeriskaan dan dari pengawas yang telah diakrediasi (bagi

bangunan yang dipersyaratkan);

b. Gambar yang sesuai dengan pelaksanaan.

c. Photo copy tanda pembayaran retribusi.

(2) Berdasarkan laporan dan berita acara pemeriksaan sebagaima dimaksud dengan

ayat (1) pasal ini, Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk menerbitkan Surat Izin

Penggunaan Bangunan (IPB).

(3) Jangka waktu penerbitan IPB dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan selambat-

lambatnya 12 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya laporan dan berita

acara pemeriksaan.

(4) Izin penggunaan tidak diperlukan untuk bangunan rumah tinggal.

Pasal 45

Apabila terjadi perubahan penggunaan sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam IMB, maka pemohon diwajibkan mengajukan permohonan baru kepada Kepala

Dinas melalui Kepala Dinas Pekerjaan Umum.

Pasal 46

Tata Cara Pengajuan Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

(1) PIPB diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah oleh perorangan, badan /

lembaga melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan mengisi formulr yang tersedia.

(2) Formulir isian PIPB tersebut pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 47

Penerbitan IPB

(1) Dinas Pekerjaan Umum mengadakan penelitian atas PIPB yang diajukan

mengenai syarat-syarat administrasi, teknik dan lingkungan menurut peraturan

yang berlaku pada surat PIPB diajukan.

(2) Dinas Pekerjaan Umum memberikan tanda terima PIPB apabila persyaratan

administrasi telah terpenuhi.

Page 151: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

22

(3) Dinas Pekerjaan Umum memberikan sertifikat layak huni apabila bangunan yang

diajukan IPB nya telah memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan.

(4) Dalam waktu 5 hari kerja setelah diterbitkannya sertifikat layak huni sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) Dinas Pekerjaan Umum menetapkan besarnya retribusi

yang wajib dibayar oleh pemohon sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(5) Besarnya retribusi adalah 5% dari besarnya retribusi IMB.

(6) Dalam jangka waktu 14 hari kerja setelah retribusi dilunasi, Bupati atau pejabat

yang ditunjuk itu mengeluarkan izin penggunaan bangunan untuk bangunan

yang bersangkutan kepada pemohon IPB.

Pasal 48

IPB diterbitkan dengan masa berlaku 5 tahun untuk bangunan umum dan 10

tahun untuk rumah tinggal, apabila habis masa berlakunya IPB, pemilik bangunan

wajib mengajukan permohonan perpanjangan izin penggunaan bangunan (PIPB).

Pasal 49

(1) Dalam rangka pengawasan penggunaan bangunan, petugas Dinas Pekerjaan

Umum dapat minta kepada pemilik bangunan untuk memperlibatkan IPB beserta

lampirannya.

(2) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dapat menghentikan penggunaan bangunan

apabila penggunaannya tidak sesuai dengan IPB.

(3) Apabila terjadi kesalahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka diberi

peringatan tertulis dan apabila dalam waktu yang ditetapkan penghuni tetap tidak

memenuhi ketentuan Bupati akan mencabut IPB yang telah diterbitkan.

Pasal 50

Izin Merobohkan / Penghapusan Bangunan (IMB)

(1) Kepala Dinas Pekerjaan Umum atas nama Bupati dapat memerintahkan kepada

pemilik bangunan untuk merobohkan bangunannya bila bangunannya tersebut

dinyatakan :

a. Rapuh;

b. Membahayakan keselamatan umum;

c. Tidak sesuai dengan tata ruang kota dan ketentuan lain yang berlaku.

(2) Pemilik bangunan dapat mengajukan permohonan untuk merobohkan

bangunannya.

Page 152: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

23

(3) Sebelum mengajukan permohonan izin merobohkan bangunan, pemohon harus

terlebih dahulu minta petunjuk tentang rencana merobohkan bangunan kepada

Dinas Tata Kota, yang meliputi :

a. Alasan dan tujuan merobohkan bangunan;

b. Persyaratan merobohkan bangunan;

c. Cara merobohkan bangunan;

d. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal 51

Perencanaan Merobohkan Bangunan

(1) Perencanaan merobohkan bangunan dibuat oleh perencana bangunan.

(2) Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku lagi :

a. Bangunan sederhana;

b. Bangunan tidak bertingkat.

(3) Perencanaan merobohkan bangunan meliputi :

a. Sistim merobohkan bangunan;

b. Pengendalian pelaksana merobohkan bangunan.

Pasal 52

Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin

Merobohkan Bangunan

PIPB harus diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah oleh perorangan

atua badan / lembaga melalui Dinas Pekerjaan Umum.

Pasal 53

(1) Dinas PU mengadakan penelitian atas PIHB yang diajukan mengenai syarat-syarat

administrasi, teknik dan lingkungan, menurut peraturan yang berlaku.

(2) Dinas Pekerjaan Umum memberikan tanda terima PIHB, apabila persyaratan

administrasi telah terpenuhi.

(3) Dinas Pekerjaan Umum memberikan rekomendasi aman atas rencana merobohkan

bangunan apabila perencanaan merobohkan bangunan yang diajukan, IHB nya

telah memenuhi persyaratan teknis dan keselamatan dan lingkungannya.

(4) Dalam waktu 5 hari kerja setelah diterbitkannya rekomendasi dimaksud pada ayat

(3), Dinas Pekerjaan Umum menetapkan retribusi yang wajib dibayar oleh

pemohon.

Page 153: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

24

(5) Besarnya retribusi adalah 5% dari besarnya retribusi IMB.

(6) Dalam jangka waktu 14 hari kerja dilunasi, Kepala Daerah mengeluarkan izin

merobohkan bangunan (IHB) untuk bangunan yang bersangkutan kepada

pemohon IHB.

Pasal 54

Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

(1) Pekerjaan merobohkan bangunan baru dapat dimulai sekurang-kurangnya 2 hari

kerja setelah IHB diterima.

(2) Pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan berdasarkan cara dan rencana yang

disyahkan dalam IHB.

Pasal 55

Pengawasan Pelaksanaan Merobohkan Bangunan

(1) Selama pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan, pemilik IHB harus

menempatkan salinan IHB beserta lampirannya di lokasi pekerjaan umum

kepentingan pemeriksaan petugas.

(2) Petugas berwenang :

a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan merobohkan bangunan;

b. Memeriksa apakah perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk

merobohkan bangunan sesuai dengan persyaratan yang disyahkan dalam IHB;

c. Melarang penggunaan perlengkapan peralatan dan cara-cara yang digunakan

untuk merobohkan bangunan berbahaya bagi pekerja, masyarakat sekitarnya

dan lingkungan serta memerintahkan mentaati cara-cara yang telah disyahkan

oleh IHB.

BAB VII

ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Pasal 56

(1) Setiap pemohon yang akan mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan

yang mempunyai jenis usaha atau kegiatan bangunan dengan areal lebih dari 5 Ha,

diwajibkan untuk melengkapi persyaratan analisa mengenai dampak lingkungan

(Amdal) sesuai dengan PP Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 3 serta

KC4/MENLH/3194.

Page 154: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

25

(2) Untuk kawasan industri, perhotelan, perumahan real estate, pariwisata, gedung

bertingkat yang mempunyai ketinggian 60 meter atau lebih pemohon diwajibkan

untuk melengkapi persyaratan Amdal sesuai dengan ayat (1) pasal ini.

(3) Pelaksanaan dan persyaratan terhadap Amdal ditangani oleh instansi terkait sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1993.

(4) Bagi pemohon Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai dengan ayat (2) pasal ini,

dalam mengajukan PIMB harus disertai rekomendasi dari instansi terkait yang

menangani masalah Amdal.

(5) Pelanggaran terhadap pasal ini dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan

yang berlaku, dan atau Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh Kepala

Daerah.

BAB VIII

SANKSI PELANGGARAN IMB DAN BANDING

Pasal 57

Apabila pemegang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam melaksanakan

pekerjaan melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

Kepala Daerah maka :

a. Surat Izin Mendirikan Bangunan dapat dibatalkan;

b. Kegiatan mendirikan bangunan dihentikan;

c. Bangunan disegel;

d. Pelanggaran bangunan dilegalisasi denda;

e. Eksekusi dilaksanakan atas dasar permintaan Kepala Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 58

(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Pasal 7, Pasal 12

dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini diancam hukuman kurungan selama-lamanya 3

(tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (Dua juta rupiah).

(2) Besarnya denda maksimal dalam ayat (1) pasal ini akan ditinjau dan ditetapkan

dalam Keputusan Kepala Daerah.

(3) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Page 155: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

26

BAB X

PENYIDIKAN

Pasal 59

(1) Selain oleh pejabat penyidikan umum, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran

Peraturan Daerah ini dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di

lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan, penyidikan Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana pelanggaran;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan;

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari

tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat;

e. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa si tersangka atau saksi;

f. Mendatangkan orang ahli yang dipergunakan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

g. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari

penyidik bahwa tidak terdapat bukti atas peristiwa tersebut bukan merupakan

tindak pidana dan selanjutya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut

kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya.

BAB XI

ATURAN PERALIHAN

Pasal 60

(1) Bangunan yang telah didirikan dan digunakan sebelum Peraturan Daerah ini dan

telah memiliki IMB berdasarkan Peraturan Daerah sebelum Peraturan Daerah ini

dianggap telah memiliki IMB/IPB menurut Peraturan Daerah ini.

(2) Bagi bangunan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku, yang belum

memiliki IMB dalam tempo 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pengundangan

Peraturan Daerah ini diwajibkan telah memiliki IMB, penyesuaian bangunan

Page 156: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

27

tersebut dan syarat-syarat tercantum dalam Peraturan Daerah ini diberikan

tenggang waktu 5 (lima) tahun.

(3) Izin Mendirikan Bangunan dimaksud pada ayat (2) pasal ini diberikan sepanjang

lokasi bangunan-bangunan tersebut sesuai dengan rencana Pemerintah Daerah.

(4) Permohonan yang diajukan dan belum diputuskan akan diselesaikan berdasarkan

ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah ini.

BAB XII

KETENTUAN LAIN - LAIN

Pasal 61

(1) Untuk kawasan tertentu dengan pertimbangan tertulis dapat ditetapkan Peraturan

Bangunan secara khusus oleh Kepala Daerah berdasarkan rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan yang telah ada.

(2) Hal-hal belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang teknis pelaksanaannya

akan diatur kemudian oleh Kepala Daerah.

(3) Untuk jenis besaran, jumlah lantai tertentu yang mempunyai dampak penting bagi

keselamatan orang banyak dan lingkungan perlu adanya rekomendasi teknis dari

Dinas Pekerjaan Umum sebelum dikeluarkan IMB.

(4) Kepala Daerah dapat membebaskan biaya perizinan (IMB, IPB, IHB) terhadap :

a. Bangunan untuk kepentingan sosial/umum;

b. Rumah ibadah

Page 157: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

28

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Darah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

Ditetapkan di Kuala Tungkal

Pada Tanggal 26 Mei 2001

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Ttd

USMAN ERMULAN

Diundangkan di Kuala Tungkal

Pada tanggal 26 Mei 2001

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Ttd

H. M. YAMIN

LEMBARAN DAERAH KAB. TANJUNG JABUNG BARAT

TAHUN 2001 NOMOR 23

Page 158: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

29

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 12 TAHUN 2002

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG

BANGUNAN

PROYEK PEMBINAAN HUKUM DI DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2002

DITERBITKAN OLEH :

BAGIAN HUKUM DAN KESBANG

SETDA KAB. TANJUNG JABUNG BARAT

Page 159: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

30

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 12 TAHUN 2002

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Menimbang :

a. bahwa dengan pesatnya jumlah pertumbuhan penduduk dan peningkatan volume

pembangunan perumahan, tempat usaha/gudang dalam Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, maka dituntut adanya pengaturan tentang bangunan yang lebih

baik, lengkap yang dapat mengikuti laju pertumbuhan pembangunan;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanjung Jabung Nomor 5

Tahun 1989 tentang Bangunan tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi dewasa

ini, sehingga perlu ditetapkan kembali Peraturan Daerah tentang Bangunan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II

Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Kabupaten I Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Daerah Pokok-pokok

Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1987 tentang Jalan;

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3469);

Page 160: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

31

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

9. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182);

10. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2000 Nomor 246);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1965 tentang Pendaftaran Tanah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Kota;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 193 tentang Izin Mendirikan

Bangunan dan Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan Industri;

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, bentuk Rancangan Undang-Undang,

Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 70);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanjung Jabung Nomor 11 Tahun

1998 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

17. Peraturan Darah Tanjung Jabung Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Bangunan.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG

BANGUNAN.

Page 161: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

32

Pasal 1

Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 23 Tahun 2001

tentang Bangunan (Lembaran Daerah Nomor 23 Tahun 2001) diubah sebagai berikut:

A. Pasal 5 ayat (1) sampai dengan ayat (4) diubah dan sehingga harus dibaca :

Pasal 5

(1) Garis Sempadan Bangunan (GSP) merupakan ruang terbuka

dipergunakan/diperuntukkan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah

persiapan air hujan, air pasang dan untuk kepentingan lainnya.

(2) Penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSP) ditetapkan atas dasar klasifikasi jalan

sebagai berikut :

a. Jalan Protokol/Utama : 17 meter dari As jalan

b. Jalan Kolektor I : 14 meter dari As jalan

c. Jalan Kolektor II : 10,5 meter dari As jalan

d. Jalan antar Lingkungan : 8,5 meter dari As jalan

e. Jalan Lokal : 7,5 meter dari As jalan

f. Jalan Setapak : 5,5 meter dari As jalan

g. Parit : 5 meter dari titik air pasang normal

(3) Nama-nama jalan yang sesuai dengan klasifikasi jalan akan ditetapkan lebih lanjut

dengan Keputusan Bupati.

(4) Letak Garis Sempadan (GSB) bagian samping dan belakang untuk bangunan

rumah tinggal minimal 2 (dua) meter dan maksimal 3 (tiga) meter dan bangunan

Non rumah tinggal (pertokoan, tempat usaha dan lain-lain) minimal 1 (satu) meter

dan maksimal 2 (dua) meter atau dasar kesepakatan dengan tetangga yang saling

berbatasan.

(5) Setiap bangunan bukan rumah tinggal diwajibkan menyediakan tempat parkir

kendaraan sesuai dengan kebutuhan.

(6) Standar kebutuhan parkir sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal ini ditetapkan oleh

Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

(7) Untuk bangunan-bangunan tertentu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(8) Setiap bangunan ditata dan diatur serta dibangun sejajar dengan Garis Sempadan

yang telah ditetapkan.

Page 162: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

33

B. Pasal 58 diubah dan sehingga harus dibaca :

Pasal 58

Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 4 ayat (1), Pasal 7,

Pasal 12 dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini diancam hukuman kurungan selama-

lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (Dua juta rupiah).

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.

Ditetapkan di Kuala Tungkal

Pada Tanggal 2 Desember 2002

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Ttd

USMAN ERMULAN

Diundangkan di Kuala Tungkal

Pada tanggal 2 Desember 2002

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Ttd

H. M. YAMIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

NOMOR : 27

TANGGAL : 2 DESEMBER 2002

SERI : E

NOMOR : 5

Page 163: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

34

Page 164: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

35

Page 165: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

36

Page 166: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

37

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

RETRIBUSI MENDIRIKAN

BANGUNAN (IMB)

Dasar : Perda No : 11 Tahun 1998

1. Koefisien Kota/Daerah

No Hirarki Kota / Daerah Koefisien

1.

2.

3.

4.

Bangunan di pusat Kota / BWK Pusat I

Bangunan di tengah kota / BWK Pusat II

Bangunan di pinggir kota / BWK Pusat III

Bangunan di wilayah kota / BWK Pusat IV

1,20

0,65

0,25

0,45

2. Koefisien Kelas Jalan

No Kelas Jalan Koefisien

1.

2.

3.

4.

5.

Bangunan di pinggir Jalan Protokol / Utama Kota

Bangunan di pinggir Jalan Kolektor II

Bangunan di pinggir Jalan Antar Lingkungan

Bangunan di pinggir Jalan Lokal

Bangunan tidak di tepi jalan

2,00

1,50

1,25

1,00

0,75

3. Koefisien Guna Bangunan

No Guna Bangunan Koefisien

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Bangunan Perdagangan dan Jasa

Bangunan Perindustrian

Bangunan Perumahan

Bangunan Kelembagaan / Kantor

Bangunan Umum

Bangunan Pendidikan

Bangunan Khusus

Bangunan Campuran

Bangunan Sosial

Bangunan Lain-lain

1,4000

1,275

1,000

0,825

0,600

0,600

0,500

1,5x koefisien

0,200

0,100

Page 167: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

38

4. Koefisien Kelas Bangunan

No Kelas Bangunan Koefisien1.

2.3.4.

Permanen dengan Dinding Batu Bata denganKonstruksi Beton BajaPermanen dengan dinding batu biasaSemi permanen dengan dinding papanTemporer dengan dinding papan atau bambu, dll

1,00

0,750,500,30

5. Bangunan Koefisien Status

No Kelas Jalan Koefisien

1.

2.

Bangunan pemerintah

Bangunan swasta

1,00

1,50

6. Koefisien Luas Bangunan

No Luas Bangunan Koefisien

1.

2.

3.

4.

5.

Bangunan dengan luas s/d 100 m2

Bangunan dengan luas s/d 250

Bangunan dengan luas s/d 500

Bangunan dengan luas s/d 1000

Bangunan dengan luas di atas 1000

0,80

1,00

1,25

1,50

1,75

7. Koefisien Tingkat Bangunan

No Tingkat Bangunan Koefisien

1.

2.

3.

Bangunan 1 lantai

Bangunan 2 lantai

Bangunan 3 lantai

1,00

0,90

0,50

Page 168: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

JADWAL ACARA FORUM GOVERNMENT DISCUSSION (FGD)NASKAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARATKantor BAPPEDA Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 31 Juli 2007

WAKTU ACARA

09.30 – 10.00 Registrasi Peserta FGD

10.00 – 10.15 1. PEMBUKAAN

- Kata sambutan oleh Moderator

- Kata Sambutan SEKDA Kabupaten Tanjung Jabung Barat

(Bapak H. Thamsir Busra, SH)

10.15 – 10.45 2. FORUM GOVERNMENT DISCUSSION (FGD)

Diskusi dan pembahasan Naskah Rancangan Peraturan Daerah Bangunan

Gedung Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

- Penyaji : Ir. Zulkifli Lubis (Ketua Tim) CV. Geoteknik Prima Raya

- Moderator : Kabag FisPra BAPPEDA Kabupaten Tanjung Jabung Barat

- Notulen : Rikowarman Saputra, ST.

- Dokumentasi : Erwinsyah

- Pembahas : Peserta FGD

10.45 – 11.30 3. DISKUSI

11.30 4. PENUTUPAN

Page 169: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

NOTULEN

Hari/Tanggal : Selasa, 31 Juli 2007

Tempat : Kantor BAPPEDA Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Materi : Forum Government Discussion (FGD) Naskah Rancangan

Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Penyaji : Ir. Zulkifli Lubis

10.00 WIB

Pembukaan Seminar

Kata sambutan Bapak Firdaus Khatab sebagai moderator dari Bagian

Fisik dan Prasarana BAPPEDA Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

10.15 WIB

Presentasi

Presentasi dilakukan oleh Ir. Zulkifli Lubis sebagai Tim Penyaji dari

Konsultan

10.45 WIB

Sesi Tanya - Jawab

1. Kepala Bagian Hukum (Bapak Amin)

a. Apakah ada Perbedaan Bangunan dengan Bangunan Gedung?

b. Kalau ada perbedaan tolong dijelaskan, Karena Pemerintah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah ada Peraturan Daerah yang

membahas Tentang Bangunan yaitu Peraturan Daerah No. 23 Tahun

2001 Tentang Bangunan.

Page 170: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

c. Jika ada Peraturan-Peraturan atau Undang-Undang yang tidak

Berlaku lagi, tolong dicantumkan Peraturan-Peraturan atau Undang-

Undang yang baru.

Tanggapan : a. Ada

b. Bangunan Gedung lebih dititik beratkan pada bangunan

umum yang besar yang terdiri dari bangunan dua lantai

atau lebih.

c. Kami akan memasukkan Peraturan atau Undang-

Undang yang baru yang dapat dijadikan dasar hukum

penyusunan Raperda ini.

2. Kepala Bagian Fisik dan Prasarana (Bapak Firdaus Khatab)

a. Apakah Raperda ini dapat dijadikan pedoman untuk pembuatan RIK

(Rencana Induk Kebakaran) ? Karena pada tahun 2009 rencananya

pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan menyusun RIK

(Rencana Induk Kebakaran).

b. Kami sangat antusias dengan adanya penyusunan Raperda tentang

Bangunan Gedung ini, sehingga untuk kedepan Kota Kuala Tungkal

pembangunannya dapat disesuaikan dengan Raperda ini.

Tanggapan : a. Tentu saja dalam penyusunan RIK nantinya Raperda ini

dapat dijadikan pedoman atau acuan, dimana pada

setiap bangunan gedung harus melengkapi dengan

hidrant dan standar ketahanan api.

b. Intinya setiap Kabupaten di Indonesia sudah harus

mempunyai Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung yang berguna untuk keselamatan bangunan

gedung.

Page 171: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

3. Dinas Perkotaan

a. Dalam Rancangan Peraturan Daerah ini angka nominalnya terlalu

besar baik dari biaya Administrasi, biaya Izin Mendirikan Bangunan

dan biaya lainnya, alangkah baiknya jika Raperda ini ditinjau ulang.

Tanggapan : Raperda ini masih bersifat rancangan, maka sebaiknya kita

bahas pasal ini pasal dihari yang lain.

11.30 WIB

Penutupan Seminar

Oleh Bapak Firdaus Khatab sebagai moderator

Demikianlah notulen ini semoga dapat digunakan bagi kita semua, sebelum

dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Notulen

Rikowarman Saputra, ST

Page 172: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

LAMPIRAN

UU NO. 28 TAHUN 2002Tentang Bangunan Gedung

danPenjelasan UU No. 28 Tahun 2002

sertaPERATURAN DAERAH

Kabupaten Tanjung Jabung BaratNomor 23 Tahun 2001

Tentang Bangunan

Page 173: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

34

LAMPIRAN V : KEPUTUSAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARATNOMOR : 494 TAHUN 2003TANGGAL : 15 JULI 2003

Desa / Kel. Kec.Dari

PinggirJalan

Dari AsJalan

1 Jl. Prof. Dr. Sri Soedewi, MS, SH Bram Itam Kiri Jl. Protokol/Pembengis Tungkal Tkl. Ilir 20 Meter Utama 7 Meter 17 Meter 12 MeterHarapan Tungkal IV Kota

2 Jl. Pol. Tugino Tungkal III Tkl. Ilir 20 Meter Jl. Protokol/ 7 Meter 17 Meter 12 MeterUtama

3 Jl. Jend. Sudirman Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 12 Meter Jl. Kolektor I 8 Meter 14 Meter 8 Meter4 Jl. Gatot Subroto Tungkal II Tkl. Ilir 14 Meter Jl. Kolektor I 7 Meter 14 Meter 9 Meter5 Jl. Manunggal II Tungkal II Tkl. Ilir 14 Meter Jl. Kolektor I 7 Meter 14 Meter 9 Meter6 Jl. Panglima Carna Tungkal III Tkl. Ilir 12 Meter Jl. Kolektor II 6 Meter 12 Meter 8 Meter7 Jl. KH. Dewantara Tungkal III Tkl. Ilir 10 Meter Jl. Kolektor II 6 Meter 11 Meter 7.5 Meter8 Jl. Panglima H. Saman Tungkal III Tkl. Ilir 1 Meter Jl. Kolektor II 6 Meter 11 Meter 7.5 Meter9 Jl. Syarif Hidayatullah Tungkal III & II Tkl. Ilir 9 Meter Jl. Kolektor II 6 Meter 10.5 Meter 6.5 Meter

10 Jl. Bahayangkara Tungkal III Tkl. Ilir 8 Meter Jl. Kolektor II 6.5 Meter 10.5 Meter 6 Meter11 Jl. Panglima A. Hamid Tungkal II Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Kolektor II 8 Meter 11.5 Meter 5.5 Meter12 Jl. Agus Nginot Tungkal III Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Kolektor II 7 Meter 10.5 Meter 5.5 Meter13 Jl. Sultan Hasanuddin Tungkal III Tkl. Ilir 12 Meter Jl. Kolektor II 6 Meter 12 Meter 8 Meter14 Jl. Ketapang Tungkal Harapan Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lingkungan 7 Meter 10 Meter 5.5 Meter15 Jl. Pelabuhan Tungkal III & II Tkl. Ilir 10.5 Meter Jl. Lingkungan 3 Meter 7.5 Meter -16 Jl. KH. Daud Arif Tungkal III Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lingkungan 4 Meter 7.5 Meter 5.5 Meter17 Jl. Kemakmuran Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 11 Meter Jl. Lingkungan 3 Meter 8.5 Meter -18 Jl. Merdeka Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 11 Meter Jl. Lingkungan 3 Meter 8.5 Meter -

KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAHKAB. TANJAB BARAT

D. TAMPUBOLON, SEPEMBINA TK. INIP. 07003732

PENENTUAN GARIS SEMPADAN BANGUNAN (GSB) DAN KLASIFIKASI JALAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

KeteranganKlasifikasi Jalan

Garis SempadanBangunan (GSB)

GarisSempadan

Pagar Dari AsJalan

No Nama Jalan

Tempat / Lokasi

Lebar Jalan

Page 174: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1019 Jl. Kapten Darham Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 11 Meter Jl. Lingkungan 3 Meter 8.5 Meter -20 Jl. Sultan Thaha Tungkal Harapan Tkl. Ilir 11 Meter Jl. Lingkungan 4 Meter 9.5 Meter -21 Jl. Dahlia Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lingkungan 6 Meter 9.5 Meter -22 Jl. Jend. A. Yani Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 11 Meter Jl. Lingkungan 4 Meter 9.5 Meter -23 Jl. Bakau Tungkal III Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lingkungan 6 Meter 9 Meter 5 Meter24 Jl. Imam Bonjol Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5.5 Meter25 Jl. Majid Brangas Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 8 Meter Jl. Lingkungan 6 Meter 10 Meter 6 Meter26 Jl. Sising Mangaraja Tungkal Harapan Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5.5 Meter27 Jl. Beringin Tungkal III Tkl. Ilir 8 Meter Jl. Lingkungan 4.5 Meter 8.5 Meter 6 Meter28 Jl. Kesejahteraan Tungkal III Tkl. Ilir 10 Meter Jl. Lingkungan 3.5 Meter 8.5 Meter 7 Meter29 Jl. Kamboja Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 9 Meter Jl. Lokal 3 Meter 7.5 Meter -30 Jl. Bahagia / Palembang Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 9 Meter Jl. Lokal 3 Meter 7.5 Meter -31 Jl. Komisaris Pol Z. Abidin Tungkal III Tkl. Ilir 7 Meter Jl. Lokal 4 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter32 Jl. Tri Brata Tungkal III Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 5 Meter33 Jl. KH. M. Tahib Anwar Tungkal III Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Lokal 5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter34 Jl. KH. M. Kasim Saleh Tungkal III Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter35 Jl. H. Asmuni Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lokal 5 Meter 8 Meter 5 Meter36 Jl. Nusa Indah Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 8.5 Meter Jl. Lokal 3 Meter 7.5 Meter -37 Jl. Mawar Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 8.5 Meter Jl. Lokal 3 Meter 7.5 Meter -38 Jl. Panglima A. Kadir Tungkal Harapan Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 5 Meter39 Jl. Gagak / Kelinci Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 5 Meter40 Jl. Cempaka Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6 Meter 4 Meter41 Jl. Anggrek Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter42 Jl. Seroja Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter43 Jl. Elang Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 3 Meter Jl. Setapak 4 Meter 5.5 Meter 3.5 Meter44 Jl. Sri Gunting Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter45 Jl. Lettu M. Yusuf St. Bagindo Tungkal III Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5.5 Meter 4 Meter46 Jl. K. H. A. Wahab Tungkal III Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter47 Jl. H. Badaruddin Tungkal III Tkl. Ilir 3 Meter Jl. Setapak 4.5 Meter 6 Meter 3.5 Meter48 Jl. Merpati Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter49 Jl. Nuri Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4.5 Meter 7 Meter 4.5 Meter50 Jl. Enggang / Suhada Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 3.5 Meter 6 Meter 4.5 Meter51 Jl. Panglima Adoel Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5 Meter -52 Jl. Pidada Tungkal III Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 5.5 Meter 4.5 Meter

Page 175: KATA PENGANTAR - · PDF fileDAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI ... antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan,

36

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1053 Jl. Bayan Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter54 Jl. Camar Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6 Meter 4 Meter55 Jl. Tiung Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6 Meter 4 Meter56 Jl. Balam Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter57 Jl. Murai Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6 Meter 4 Meter58 Jl. Nipah Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 5 Meter Jl. Setapak 4 Meter 6.5 Meter 4.5 Meter59 Jl. Senangin Tungkal IV Kota Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5 Meter 3.5 Meter60 Jl. Tenggiri Tungkal II Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5 Meter 3.5 Meter61 Jl. Bawal Tungkal II Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5 Meter 3.5 Meter62 Jl. Selampai Tungkal II Tkl. Ilir 4 Meter Jl. Setapak 3 Meter 5 Meter 3.5 Meter63 Jl. Maha Raja Gagak Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5.5 Meter64 Jl. Jend. A. Yani Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5.5 Meter65 Jl. Serma Suker Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5 Meter66 Jl. R. Usman Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5.5 Meter67 Jl. Kesehatan Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 5 Meter Jl. Lingkungan 6 Meter 8.5 Meter 4.5 Meter68 Jl. Lintas Timur Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 5 Meter Jl. Lingkungan 6 Meter 8.5 Meter 4.5 Meter69 Jl. Lintas Timur Pelabuhan Dagang Tkl. Ulu 7 Meter Jl. Protokol 16.5 Meter 20 Meter 8.50 Meter70 Jl. Daung Ahmad Merlung Merlung 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5 Meter71 Jl. MT. Fahruddin Merlung Merlung 7 Meter Jl. Lingkungan 5 Meter 8.5 Meter 5 Meter72 Jl. Khalib Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter73 Jl. R. Usman Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter74 Jl. Ridwan Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter75 Jl. Darowi Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter76 Jl. Amir Aida Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter77 Jl. Satria Bakti Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter78 Jl. Dusun Ribun Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter79 Jl. Bakti Husada Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter80 Jl. Pancasila Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter81 Jl. Rifai Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter82 Jl. Baru Merlung Merlung 6 Meter Jl. Lokal 4.5 Meter 7.5 Meter 4.5 Meter83 Jl. Lintas Timur Merlung Merlung 7 Meter Jl. Utama 16.50 Meter 20 Meter 8.50 Meter

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

USMAN ERMULAN