34
i KATA PENGANTAR Kebutuhan data dan informasi spasial Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) saat ini sangat tinggi terutama oleh pemerintah daerah khususnya dalam rangka penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis). Sejalan dengan hal tersebut, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan tugas dan fungsinya, pada tahun 2015 telah menyelesaikan penyusunan D3TLH Berbasis Jasa Ekosistem di wilayah Ekoregion Jawa dengan pendekatan spasial. Dalam upaya mempermudah memahami dan meman- faatkan serta menggunakan data D3TLH tersebut maka disusun- lah Buku Panduan Penggunaan Data Spasial Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem di wilayah Ekoregion Jawa. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini dan semoga bermanfaat. Yogyakarta, Agustus 2017 Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.

KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

i

KATA PENGANTAR

Kebutuhan data dan informasi spasial Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) saat ini sangat tinggi terutama oleh pemerintah daerah khususnya dalam rangka penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis).

Sejalan dengan hal tersebut, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan tugas dan fungsinya, pada tahun 2015 telah menyelesaikan penyusunan D3TLH Berbasis Jasa Ekosistem di wilayah Ekoregion Jawa dengan pendekatan spasial.

Dalam upaya mempermudah memahami dan meman-faatkan serta menggunakan data D3TLH tersebut maka disusun-lah Buku Panduan Penggunaan Data Spasial Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem di wilayah Ekoregion Jawa.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini dan semoga bermanfaat.

Yogyakarta, Agustus 2017 Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa

Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.

Page 2: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………….…………….………..……………. i Daftar Isi ……………………………….…….………………..……. ii Daftar Gambar ……………………………….…….…………………...……. iii Daftar Tabel ……………………………….…….………………..…….…. iv I. Pengertian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Hidup Berbasis Jasa Ekosistem …………………………………….

1 II. Dasar Hukum Penyusunan Daya Dukung dan Daya

Tampung Lingkungan Hidup ….…..…………...………....…………

7 III. Manfaat Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Hidup Berbasis Jasa Ekosistem .....................................................

9 IV. Tata Cara Penggunaan Data dan Informasi Daya Dukung

dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem …....…………….....…………………………………...…...……

10

Page 3: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktor Penentu Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan ………………………………

2

Gambar 2 Alur Pemanfaatan D3TLH ………………………... 10 Gambar 3 Tata Cara Overlay D3TLH ………………………… 12 Gambar 4 Peta D3TLH Kegiatan Pembangunan Pada

Jasa Ekosistem Pangan di Provinsi Jawa Tengah …………………………………………………….

13 Gambar 5 Karakteristik Data Spasial Daya Dukung

Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem …..

14

Page 4: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Layanan Jasa Ekosistem ………….. 3 Tabel 2 Kelas Penutupan Lahan Skala 1:50.000 /

1:25.000 ………………………………………………….

4 Tabel 3 Contoh Klasifikasi Ekoregion Berdasarkan

Pendekatan Bentang Lahan (Menurut Verstappen, 1983) …………………………………...

5 Tabel 4 Attribute Field Data Spasial D3TLH …………... 14 Tabel 5 Kode Jasa Ekosistem dan Keterangannya

Jenis Jasa Ekosistem …………………………………

15

Page 5: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

1

I. PENGERTIAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA EKOSISTEM

Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan

lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Makna daya dukung lingkungan adalah adanya supply (ketersediaan) dari alam dan lingkungan serta adanya demand (kebutuhan) dari manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan tujuan interaksinya adalah tercapainya keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan.

Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau kompo-nen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Makna daya tampung lingkungan hidup adalah adanya supply atau kapasitas penampungan atau penyerapan di alam dan lingkungan, serta adanya demand atau hasil produksi dan ekses dari suatu kegiatan. Sedangkan tujuan interaksinya adalah kemampuan alam dan lingkungan untuk menampung atau menetralisir buangan atau ekses dari suatu kegiatan tanpa mengurangi kemampuan alam.

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempenga-ruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produk-tivitas lingkungan hidup.

Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia dari berbagai sumberdaya dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu ekosistem yang dikelom-pokkan ke dalam 4 (empat) macam manfaat:

penyediaan (provisioning); pengaturan (regulating); pendukung (supporting); dan kultural (cultural).

Page 6: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

2

Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesa-maan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola inter-aksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup (UU PPLH no. 32 tahun 2009 Pasal 1 angka 29).

Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan (Pasal 7 ayat 2):

– karakteristik bentang alam; – daerah aliran sungai; – iklim; – flora dan fauna; – sosial budaya; – ekonomi; – kelembagaan masyarakat; dan – hasil inventarisasi lingkungan hidup.

Gambar 1 Faktor Penentu Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Page 7: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

3

Sistem klasifikasi jasa ekosistem tersebut menggunakan standar dari Millennium Ecosystem Assessment - United Nation (MEA-UN, 2005). Asumsinya, semakin tinggi jasa ekosistem, maka semakin tinggi kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3TLH).

Adapun klasifikasi layanan jasa ekosistem dan definisi operasionalnya, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Klasifikasi Layanan Jasa Ekosistem

Klasifikasi Layanan Ekosistem

Definisi Operasional

Fungsi Penyediaan (Provisioning)

1 Pangan Hasil laut, pangan dari hutan (tanaman dan hewan), hasil pertanian & perkebunan untuk pangan, hasil peternakan

2 Air bersih Penyediaan air dari tanah (termasuk kapasitas penyim-panannya), penyediaan air dari sumber permukaan

3 Serat (fiber) Hasil hutan, hasil laut, hasil pertanian & perkebunan untuk material

4 Bahan bakar (fuel) Penyediaan kayu bakar dan bahan bakar dari fosil Fungsi Pengaturan (Regulating)

1 Pengaturan iklim Pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, pengendalian gas rumah kaca & karbon

2 Pengaturan tata aliran air & banjir

Siklus hidrologi, serta infrastruktur alam untuk penyim-panan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan air

3 Pencegahan dan perlindungan dari bencana

Infrastruktur alam pencegahan dan perlindungan dari kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai dan tsunami

4 Pemurnian air Kapasitas badan air dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar

5 Pengolahan dan penguraian limbah

Kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan menyerap limbah dan sampah

6 Pemeliharaan kualitas udara

Kapasitas mengatur sistem kimia udara

7 Pengaturan penyerbukan alami (pollination)

Distribusi habitat spesies pembantu proses penyerbuk-an alami

8 Pengendalian hama & penyakit

Distribusi habitat spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit

Fungsi Budaya (Cultural)

1 Tempat tinggal & ruang hidup (sense of place)

Ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera, jangkar “kampung halaman” yang punya nilai sentimental

2 Rekreasi & ecotourism Fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang menjadi daya tarik wisata

3 Estetika Keindahan alam yang memiliki nilai jual

Page 8: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

4

Klasifikasi Layanan Ekosistem

Definisi Operasional

Fungsi Pendukung (Supporting)

1 Pembentukan lapisan tanah & pemeliharaan kesuburan

Kesuburan tanah

2 Siklus hara (nutrient) Kesuburan tanah, tingkat produksi pertanian 3 Produksi primer Produksi oksigen, penyediaan habitat spesies

D3TLH P3E Jawa disusun menggunakan data dasar penutup lahan hasil interpretasi citra landsat dan spot 6 tahun 2015 yang mengacu pada kasifikasi menurut SNI 7645-1-2014. Adapun contoh penutup lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Kelas Penutupan Lahan Skala 1:50.000 / 1:25.000

No Penutup Lahan Deskripsi

1.2.3.2.6 Pelabuhan Bangunan yang menjadi pusat aktivitas pe-ngendalian kedatangan dan keberangkatan kapal, baik kapal barang, ikan maupun pe-ngangkut penumpang. Terletak berdamping-an dengan perairan laut atau sungai besar, agar terkoneksi dengan jalur pelayaran dan jaringan jalan maupun jalur kereta api, serta bukan rel serta mempunyai area parkir luas.

1.2.3.2.7 Bangunan non-permukiman lain

Semua bentuk bangunan dengan fungsi yang belum dideskripsikan pada kelas-kelas yang telah disebutkan terdahulu.

2.1.1.1.1 Hutan lahan tinggi primer kerapatan tinggi

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, belum mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya > 70%

2.1.1.1.2 Hutan lahan tinggi primer kerapatan sedang

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, belum mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya 41%-70%

2.1.1.1.3 Hutan lahan tinggi primer kerapatan rendah

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, belum mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya 10%-41%

Page 9: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

5

No Penutup Lahan Deskripsi

2.1.1.1.4 Hutan lahan tinggi sekunder kerapatan tinggi

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, sudah mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya >70%

2.1.1.1.5 Hutan lahan tinggi sekunder kerapatan sedang

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, sudah mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya 41%-70%

2.1.1.1.6 Hutan lahan tinggi sekunder kerapatan rendah

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering pada perbukitan dan pegunung-an maupun hutan tropis dataran tinggi, sudah mengalami intervensi manusia. Jika kerapat-annya 10%-40%

2.1.1.2.1 Hutan lahan rendah primer kerapatan tinggi

Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan kering yang berupa hutan dataran rendah, belum mengalami intervensi manusia. Jika kerapatannya >70%

Penutup lahan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D SNI 7645-1-2014

Klasifikasi ekoregion berdasarkan pendekatan bentang lahan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Contoh Klasifikasi Ekoregion Berdasarkan Pendekatan Bentang Lahan

(Menurut Verstappen, 1983) Kode Skala

1:1.000.000 Skala 1:250.000 Skala 1:50.000 atau

Skala 1:25.000 V Bentang

lahan Vulkanik (Aktivitas Gunungapi

Perbukitan Gunungapi V1. Kerucut Gunungapi

(Volcanic Cone) V2. Lereng Gunungapi

(Volcanic Slope) V3. Kaki Gunungapi

(Volcanic Foot) Pegunungan Gunungapi: V1. Kerucut Gunungapi

(Volcanic Cone) V2. Lereng Gunungapi

(Volcanic Slope) V3. Kaki Gunungapi

(Volcanic Foot)

V1. Kerucut Gunungapi (Volcanic Cone)

V2. Lereng Gunungapi (Volcanic Slope)

V3. Kaki Gunungapi (Volcanic Foot)

V4. Dataran Kaki Gunung (Volcanic Foot Plain)

V5. Kerucut Parasiter (Paraciter Cone)

V6. Medan Lava (Lava Field)

V7. Medan Lahar (Lahar Field)

Page 10: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

6

Kode Skala 1:1.000.000

Skala 1:250.000 Skala 1:50.000 atau Skala 1:25.000

V8 Leher Gunungapi (Volcanic Neck)

V9. Punggungan Gunungapi (Volcanic Dyke)

V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater)

V11. Lembah antar Gunungapi

Sumber: Verstappen (1983) dan Pengembangan (Langgeng, 2012)

Muatan D3TLH adalah karakteristik jasa ekosistem spasial yang terdiri dari 20 Jasa Ekosistem. Dalam bahasa hukum akan disebut sebagai JASA LINGKUNGAN.

Page 11: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

7

II. DASAR HUKUM PENYUSUNAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

Sebagai dasar hukum baik teknis dan administrasi

pelaksanaan penyusunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3TLH) adalah :

1. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan, Pasal 42 ayat 1 huruf a disebutkan bahwa pengelolaan ruang laut dilakukan untuk melindungi sumberdaya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung lingkungan dan kearifan lokal;

2. Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 260-266 terkait dengan perencanaan pembangunan, kewenangan dan pembagian urusan;

3. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, Pasal 10 dan 11 disebutkan bahwa setiap rencana pembangunan industri memperhatikan daya dukung lingkungan;

4. Undang-Undang RI Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Pasal 9 ayat 5 serta penjelasannya, bahwa daya dukung lingkungan menjadi dasar dalam menentukan kesesuaian lahan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B);

5. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 12, 15, 16, dan 17 terkait dengan penetapan D3TLH, pengganti RPPLH dan KLHS;

6. Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 12 disebutkan bahwa penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek fungsi dan daya dukung lingkungan;

7. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba, Pasal 28, 32, 95, dan 113 mengamanatkan bahwa daya dukung lingkungan menjadi dasar pertimbangan dalam pengelolaan dan penentuan

Page 12: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

8

Wilayah Penambangan (WP) dan Izin Usaha Penambangan (IUP);

8. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 19, 22 dan 25 disebutkan bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) harus memperhatikan D3TLH;

9. Undang-Undang RI Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 3, 18, 33 dan 40 disebutkan bahwa daya dukung menjadi pertimbangan dalam pelestarian dan pemanfaatan hutan;

10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. P.5/2016 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Capaian Sasaran Strategis KLHK Dalam Rangka Efektifitas Pengendalian Pembangunan Berbasis Ekoregion, Pasal 9 ayat (2) huruf a. disebutkan bahwa dalam melakukan analisis capaian sasaran stretegis dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung daya tampung SDA dan LH;

11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. P.18/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja KLHK, terkait dengan tugas pokok dan fungsi Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa bahwa P3E Jawa mempunyai tugas untuk melakukan inventarisasi, penyusunan dan penghitungan daya dukung dan daya tampung sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Page 13: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

9

III. MANFAAT DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA EKOSISTEM

Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

(D3TLH) berbasis jasa ekosistem akan menghasilkan indikasi potensi sumberdaya alam di daerah yang akan bermanfaat sebagai :

1. Acuan pemanfaatan sumber daya alam; 2. Muatan dalam penyusunan Rencana Perlindungan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) baik KLHS untuk RTRW maupun RPJMD;

3. Indikator pada instrumen pengendalian lingkungan hidup; 4. Informasi dan pertimbangan pengambilan keputusan

pembangunan; 5. Prediksi dampak dan risiko lingkungan dari sebuah rencana

pembangunan; 6. Arahan lokasi kegiatan yang tepat sesuai D3TLH dan

minimalisasi risiko lingkungan; 7. Upaya pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat

menimbulkan kerugian lingkungan; 8. Bahan evaluasi suatu produk perencanaan pembangunan.

Page 14: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

10

IV. TATA CARA PENGGUNAAN DATA DAN INFORMASI

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN

HIDUP BERBASIS JASA EKOSISTEM

Penggunaan data dan informasi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3TLH) baik untuk kepentingan perencanaan maupun evaluasi sebenarnya sangat mudah, akan tetapi dibutuhkan keterampilan dalam menggunakan aplikasi Geographical Information System (GIS). Adapun alur pemanfaatan D3TLH adalah seperti pada gambar 2 di bawah.

Gambar 2 Alur Pemanfaatan D3TLH

Page 15: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

11

1. OVERLAY (TUMPANG SUSUN)

Tahapan teknis paling penting adalah overlay atau tumpang susun peta menggunakan aplikasi GIS. Bahan yang harus disiapkan dalam kegiatan overlay adalah: 1) Data spasial D3TLH; 2) Data spasial RTRW, RPJMD, kebijakan, rencana, program

dan kegiatan lain; 3) Software GIS (Quantum GIS, ArcGIS, Map Info).

Proses overlay adalah proses analisis dua data spasial yang berbeda informasi dan saling bertampalan sehingga diperoleh satu data spasial yang memiliki karakteristik atribut yang sama dengan dua data spasial tersebut dan menghasilkan informasi yang baru. Dalam tahapan overlay ini ada tiga macam tahapan overlay antara lain :. a) Overlay polygon dengan titik (misalnya: data spasial

D3TLH dengan titik/lokasi rencana pembangunan sumur bor, titik pengamatan kualitas air);

b) Overlay polygon dengan polygon (misalnya: data spasial D3TLH dengan polygon rencana pembangunan kawasan industri, rencana pembangunan TPA, rencana pembangunan embung/waduk, dll;

c) Overlay polygon dengan garis/polyline (misalnya data spasial D3TLH dengan polyline rencana pelebaran jalan, rencana pembangunan jalan tol, rencana pembangunan rel kereta api, rencana pembuatan saluran air).

2. HASIL OVERLAY

Hasil overlay dari kegiatan pengolahan data peren-canaan dan evaluasi kegiatan menggunakan data spasial D3TLH ini adalah sebagai berikut: a) Analisis spasial join antara D3TLH dengan titik

(misalkan lokasi kegiatan) kemudian menghasilkan data spasial titik yang menunjukkan keberadaan lokasi kegiatan/titik koordinat kegiatan pada Jasa Ekosistem dengan klasifikasi tertentu (sangat tinggi/tinggi/sedang/ rendah/sangat rendah);

Page 16: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

12

b) Analisis spasial join antara D3TLH dengan polygon kemudian menghasilkan data spasial polygon yang menunjukkan luasan kegiatan pada Jasa Ekosistem dengan klasifikasi tertentu (sangat tinggi/tinggi/sedang/ rendah/sangat rendah);

c) Analisis spasial join antara D3TLH dengan polyline kemudian menghasilkan data spasial polyline yang menunjukkan panjang kegiatan pada Jasa Ekosistem dengan klasifikasi tertentu (sangat tinggi/tinggi/sedang/ rendah/sangat rendah);

d) Hasil analisis spasial kemudian diolah kembali dengan analisis tabulasi di microsoft excel dengan analisis pivotable tool untuk mendapatkan informasi atribut dan nilai kwantitas sesuai dengan yang dikehendaki.

Gambar 3

Tata Cara Overlay D3TLH

3. ANALISIS HASIL OVERLAY D3TLH

Hasil overlay data D3TLH dengan rencana dan/atau evaluasi kebijakan, rencana, program (KRP) maupun kegiatan didapatkan informasi sebagai berikut :

Page 17: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

13

a) Lokasi pelaksanaan kebijakan/rencana/program (KRP) dan kegiatan yang direncanakan/dievaluasi mempunyai D3TLH dengan klasifikasi tertentu. Apabila KRP dan kegiatan bersifat ekstraktif berada pada lokasi yang mempunyai D3TLH dengan jasa ekosistem penyediaan air bersih, penyedia pangan yang berklasifikasi sangat tinggi atau tinggi, maka akan beresiko terhadap penurunan D3TLH. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dicarikan alternatif lain, misalnya relokasi, intervensi teknologi, dan penundaan kegiatan;

b) KRP/kegiatan yang direncanakan/evaluasi juga dapat diketahui luasannya, sehingga dapat diketahui berapa luas areal yang mempunyai resiko lingkungan.

Apabila informasi KRP/kegiatan yang diketahui hanya berupa garis (panjang), maka dapat diketahui sampai batas mana KRP/kegiatan tersebut berada. Contohnya rencana pembangunan jalan tol yang berada di D3TLH dengan jasa ekosistem pangan sangat tinggi (tol ditandai garis merah).

Gambar 4

Peta D3TLH Kegiatan Pembangunan pada Jasa Ekosistem Pangan di Provinsi Jawa Tengah

Page 18: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

14

Analisis pivotable tool yang dilakukan akan mendapatkan informasi atribut dan nilai kwantitas sesuai dengan analisis yang dikehendaki.

Gambar 5 Karakteristik Data Spasial Daya Dukung Daya Tampung Berbasis

Jasa Ekosistem

Metadata tabulasi data spasial D3TLH berbasis jasa ekosistem perlu dipahami sehingga dapat dikenali karakteristik data spasial yang akan diolah. Data spasial D3TLH yang dihasilkan terdiri dari beberapa attribute field sebagai mana pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Attribute Field Data Spasial D3TLH

No. Nama Field Keterangan

1 MORFOGEN

Nama bentang lahan skala 1:50.000, misalnya Pegunungan Denudasional Kebumen-Purworejo

2 SIMBOL_EKO

Simbol bentang lahan, misalnya D1-KP (Pegunungan Denudasional Kebumen-Purworejo) D2-KP (Perbukitan Denudasional Jalur Kebumen-Purworejo Material Gunungapi Tua)

Page 19: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

15

No. Nama Field Keterangan

3 N_EKO50K Simbol bentang lahan dan nama bentang lahan, misal D1-KP (Pegunungan Denudasional Kebumen-Purworejo)

4 KM_P1, s.d., KM_D4

Koefisien Matrik Pairwise Ekoregion Penyedia Pangan (P1) s.d. Pendukung Biodiversitas (D4)

5 KABUPATEN Nama kabupaten 6 PL_50K Nama penutupan lahan 7 KPL_P1, s.d.,

KPL_D4

Koefisien Matrik Pairwise Tutupan Lahan Penyedia Pangan (P1) s.d. Pendukung Biodiversitas (D4)

8 JEP1, s.d., JED4

Jasa ekosistem P1 s.d. D4, nilai yang diperoleh dari = SQRT (KM_P1*KPL_P1)

KJEP1, s.d., KJED4

Rentang nilai jasa ekosistem P1 s.d. D4 dari 0-1

9 KLASP1, s.d., KLASD4

Pengkelasan jasa ekosistem P1 s.d. D4 antara lain Rendah, Sedang, Tinggi

10 LUAS_HA Luas Polygon data SHP (id) 11 INDEKSP1,

s.d., INDEKSD4

Hasil perkalian luas polygon data SHP dengan KJEP1 s.d. KJED4 (INDEKSP1 = LUAS_HA*KJEP1 s.d. INDEKSD4 = LUAS_HA*KJED4)

Tabel 5

Kode Jasa Ekosistem dan Keterangannya Jenis Jasa Ekosistem

NO KODE JASA EKOSISTEM KETERANGAN

1 JEP1/P1 PENYEDIA BAHAN PANGAN 2 JEP2/P2 PENYEDIA AIR BERSIH 3 JEP3/P3 PENYEDIA SERAT 4 JEP4/P4 PENYEDIA BAHAN BAKAR 5 JEP5/P5 PENYEDIA SUMBER DAYA GENETIK 6 JER1/R1 PENGATURAN IKLIM 7 JER2/R2 PENGATURAN TATA ALIRAN AIR

DAN BANJIR 8 JER3/R3 PENGATURAN PENCEGAHAN DAN

PERLINDUNGAN DARI BENCANA 9 JER4/R4 PENGATURAN PEMURNIAN AIR

Page 20: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

16

NO KODE JASA EKOSISTEM

KETERANGAN

10 JER5/R5 PENGATURAN PENGOLAHAN DAN PENGURAIAN LIMBAH

11 JER6/R6 PENGATURAN PEMELIHARAAN KUALITAS UDARA

12 JER7/R7 PENGATURAN PENYERBUKAN ALAMI 13 JER8/R8 PENGATURAN PENGENDALIAN

HAMA DAN PENYAKIT 14 JEC1/C1 FUNGSI TEMPAT TINGGAL DAN

RUANG HIDUP 15 JEC2/C2 FUNGSI REKREASI DAN EKOWISATA 16 JEC3/C3 FUNGSI BUDAYA ESTETIKA ALAM 17 JED1/D1 PENDUKUNG PEMBENTUKAN

LAPISAN TANAH DAN PEMELIHARAAN KESUBURAN

18 JED2/D2 PENDUKUNG SIKLUS HARA 19 JED3/D3 PENDUKUNG PRODUKSI PRIMER 20 JED4/D4 PENDUKUNG BIODIVERSITAS

Penjelasan proses overlay secara teknis GIS dapat

dilihat di bawah ini atau dapat diunduh di webgis.ppejawa.com

Page 21: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

17

Teknik Overlay Menggunakan Aplikasi ArcGIS

1. Overlay Polygon (Data Spasial D3TLH) dengan Titik (Titik Sumur Bor, Titik Pengamatan Kualitas Air)

a) Buka Aplikasi ArcGIS

b) Kemudian tampilkan data D3TLH dan data titik dengan klik kanan layer dan klik add data

Page 22: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

18

c) Add data D3TLH

d) Kemudian muncul layer data D3TLH

Page 23: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

19

e) Add data point (misalnya : titik koordinat rencana pembangunan sumur bor )

f) Muncul layer titik bor

Page 24: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

20

g) Overlay data D3TLH dengan titik sumur bor dengan analysis Tool Spatial Joint

Bila Kolom Arc toolbox tidak bisa dijumpai di kanan layar maka bisa juga dibuka dengan mengklik di menu toolbar geoprocessing kemudian pilih arc toolbox.

h) Hasil proses overlay antara titik dengan polygon

Page 25: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

21

Dibuat nama folder untuk penyimpanan data hasil analisis.

i) Analisis data hasil overlay dengan menggunakan microsoft excel 1) Buka file data dengan nama Sumur_bor_D3TLH_Jateng

dengan file tipe dbf menggunakan window explore

2) Kemudian muncul tampilan jendela seperti di bawah

Page 26: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

22

3) Data excel masih dalam format *dbf kemudian di save as menjadi data *xlsx

Hindari melakukan editing file excel yang masih berbentuk file dbf karena hal ini akan menyebabkan rusaknya peta yang sudah dibuat.

4) Setelah menjadi data excel kemudian lakukan klik insert dan pilih Pivottable

Page 27: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

23

5) Kemudian langkah berikutnya adalah

6) Kemudian muncul window

Page 28: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

24

7) Tampilan data dan hasil analisa

8) Hasil analisis menggambarkan jumlah sumur bor pada kelas jasa ekosistem tinggi pada tahun 2010 yaitu 1 buah, 2011 yaitu 2 buah dan 2012 sebanyak 1 buah sumur bor.

9) Hasil analisis (shp) untuk menentukan lokasi yang lebih detail dapat dioverlay dengan data administrasi kecamatan atau kelurahan.

2. Overlay Polygon (Data Spasial D3TLH) dengan Polygon (misalnya : Rencana Pembangunan Kawasan Industri, Rencana Pembangunan TPA, Rencana Pembangunan Embung/Waduk)

Tahapan overlay polygon dengan polygon sama dengan tahapan overlay titik dengan polygon yaitu dengan menggunakan tool spatial joint. Lihat poin 1. A. Overlay Polygon (data spasial D3TLH) dengan titik (titik bor sumur, titik pengamatan kualitas air). Perbedaannya hanya di file yang akan dijadikan analisa adalah file polygon dengan

Page 29: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

25

polygon. Misalnya file shp rencana pembangunan waduk dengan file shp D3TLH. a) Tahapan sama dengan poin 1.a. s.d. 1.f. b) Tahapan overlay data D3TLH rencana pembangunan

waduk dengan Analysis Tool Spatial Joint

Bila kolom Arc toolbox tidak bisa dijumpai di kanan layar maka bisa juga dibuka dengan mengklik di menu toolbar geoprocessing kemudian pilih arc toolbox.

Page 30: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

26

c) Hasil proses overlay antara polygon dengan polygon

d) Karena data berupa polygon (area), maka luasan file yang baru perlu diupdate kembali dengan cara menghitung geometri data shp. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Page 31: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

27

Page 32: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

28

e) Hasil analisa dapat dibuka dengan melakukan langkah-langkah seperti di poin 1.e sehingga hasilnya dapat ditampilkan seperti berikut

3. Overlay Polygon (Data Spasial D3TLH) dengan Polyline (Rencana Pelebaran Jalan, Rencana Pembangunan Jalan Tol, Rencana Pembangunan Rel Kereta Api, Rencana Pembuatan Saluran Air)

Tahapan overlay polygon dengan polyline sama dengan tahapan overlay titik dengan polygon yaitu dengan menggunakan tool spatial joint. (1.a Overlay Polygon (data

Page 33: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

29

spasial D3TLH) dengan titik (titik sumur bor, titik pengamatan kualitas air). Perbedaannya hanya di file yang yang akan dijadikan analisa adalah file polyline dengan polygon. Misalnya file shp rencana jalan (garis) dengan file shp D3TLH. a) Tahapan sama dengan poin 1.a. s.d. 1.f. b) Tahapan overlay data D3TLH dengan rencana pemba-

ngunan jalan dengan analysis tool spatial joint

Bila Kolom Arc toolbox tidak bisa dijumpai di kanan layar maka bisa juga dibuka dengan mengklik di menu toolbar geoprocessing kemudian pilih arc toolbox.

c) Data overlay polyline dengan polygon menghasilkan data

berupa analisis Panjang (Length). Tahapan perhitungan panjang dengan table sama dengan analisis pada polygon dan polygon (mulai dari koordinat data frame), yang membedakan pada saat perhitungan field.

Page 34: KATA PENGANTAR - p3ejawa.menlhk.go.idp3ejawa.menlhk.go.id/get2.php?file=81763bukupanduanpenggunaanpetadddt.pdf · V10. Kaldera / Krater (Caldera/Crater) V11. Lembah antar Gunungapi

30

d) Hasil Analisa