41
MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIKA KRIM ANTI KERUT (ANTI WRINKLE CREAM) MENGGUNAKAN MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera) DISUSUN OLEH: Kelompok 7 Nikolaus Yosep Maulana Turnip (19334726) Pinesti (19334728) Tedy Ria Atmaja (19334729) Fitria Febri Eva Deni (19334730) Asriyan Fasa (19334731) Sela Dwi Agraini (19334732) Dosen Pengampu Mata Kuliah: Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, Apt Mata Kuliah: Teknologi Kosmetika (K) i

KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIKA

KRIM ANTI KERUT (ANTI WRINKLE CREAM) MENGGUNAKAN

MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera)

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7

Nikolaus Yosep Maulana Turnip (19334726)

Pinesti (19334728)

Tedy Ria Atmaja (19334729)

Fitria Febri Eva Deni (19334730)

Asriyan Fasa (19334731)

Sela Dwi Agraini (19334732)

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, Apt

Mata Kuliah: Teknologi Kosmetika (K)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020

i

Page 2: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat, dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah

Teknologi Kosmetikayang berjudul“Antiwrinkle Krim”. Terima kasih kami ucapkan

kepada :

1. Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, Apt selaku dosen pengampu mata kuliah

Teknologi Kosmetika.

2. Rekan- rekan yang memberikan masukkan dan saran kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat

dinantikan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat

kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami

maksud kami. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

serta bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Semoga Tuhan senantiasa

memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua.

Jakarta , Juli 2020

Tim Penulis

ii

Page 3: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

iii

Page 4: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Krim...................................................................................................................................3

2.2 Pembuatan Krim ...............................................................................................................5

2.3 Evaluasi Mutu Krim .........................................................................................................5

2.4 Antioksidan ......................................................................................................................8

2.5 Kulit ..................................................................................................................................9

2.6 Manifestasi Penuaan Kulit ..........................................................................................12

2.7 Kulit Keriput (Skin Wrinkle) .......................................................................................12

2.8 Menurunnya Elastisitas Kulit (Skin Sagging) ...........................................................13

2.9 Kelor (Moringa oleifera) ..............................................................................................15

BAB III METODE DAN EVALUASI ...............................................................................17

3.1 Formulasi krim anti kerut dari minyak biji kelor .....................................................17

3.2 Cara pembuatan krim anti kerut dari minyak biji kelor ..........................................17

BAB III PENUTUP..............................................................................................................21

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 5: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan peradaban manusia di zaman modern, hubungan antar

manusia semakin intens dan mudah dilakukan baik pada hubungan kerja, social

maupun budaya. Oleh karena itu penampilan kulit yang sehat, menarik, terlihat

muda dan cantik sangat dibutuhkan manusia untuk memperindah kulit wajahnya.

Wrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus

dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula, proses

pencegahan kerutan dapat mempetahankan fungsi organ tubuh agar tetap

optimal, sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan

penampilan dan kualitas hidupnya yang baik serta lebih muda dibandingkan

dengan usia sebenarnya

Penuaan dapat dilihat dengan tujuh tanda kunci seperti garis-garis halus dan

kerutan, perubahan warna dan tekstur kulit,permukaan kulit kusam, pori-pori

terlihat, Blotchiness, bintik-bintik penuaan dan Kekeringan. Di antara semua

tanda-tanda ini, penampilan garis-garis halus dan kerutan pada kulit adalah tanda

penuaan yang umum dan paling menonjol. Jadi krim kulit yang digunakan untuk

mencegah tanda-tanda penuaan juga disebut sebagai krim anti-kerut

(Antiwrinkle).

Salah satu penyebab kulit menjadi keriput adalah radikal bebas, spesies yang

mempunyai elektron tidak berpasangan sehingga sangat reaktif dan bersifat

merusak sel dan jaringan tubuh. Secara alami, radikal bebas terbentuk di

mitokondria pada setiap sel yang bertugas memproses glukosa dan oksigen

menjadi energi melalui reaksi enzimatik. Selain itu radikal bebas juga muncul

melalui pejanan UV, radiasi rendah, sinar elektromagnetik dan proses

pembakaran. Radikal bebas dapat dicegah dengan penggunaan antioksidan baik

sintetik ataupun alam. Contoh antioksidan sintetik adalah Butil Hidroksi Anisol

(BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT), sedangkan antioksidan alami dapat

diperoleh dari tanaman. Antioksidan sangat membantu untuk mencapai

pembersihan radikal bebas yang efisien, karena mereka saling menghilangkan

1

Page 6: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

radikal bebas. Vitamin E, Vitamin C, asam lipoat, koenzim Q10, asam nikotinat,

dan glutation bebas menetralkan radikal dengan metode yang berbeda, dan

mereka saling melengkapi satu sama lain. Berdasarkan data ini, biji kelor

(Moringa oleifera) dipilih untuk mengevaluasi khasiat anti kerut dari minyak biji

yang kaya akan antioksidan. Formulasi yang disiapkan adalah herbal formulasi

yang dapat mengurangi efek samping dari formulasi yang dipasarkan

menggunakan bahan kimia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana formulasi krim anti kerut (antiwrinkle) menggunakan minyak biji

kelor?

2. Bagaimana metode pembuatan krim anti kerut (antiwrinkle) menggunakan

minyak biji kelor?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana formulasi krim antiwrinkle

menggunakan minyak biji kelor?

2. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana metode pembuatan dan

evaluasi krim antiwrinkle menggunakan minyak biji kelor?

2

Page 7: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krim

Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa padat berupa

emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari

60%. Krim ada dua tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air

dalam minyak (A/M). Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukan untuk

penggunaan kosmetik dan estetika. Stabilitas krim akan rusak jika sistem

campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan komposisi, misalnya adanya

penambahan salah satu fase secara berlebihan. Pengenceran krim hanya dapat

dilakukan dapat dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan

harus digunakan dalam waktu satu bulan. Bahan pengemulsi krim harus

disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai bahan

pengemulsi krim, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasium,

setilalkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.

Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin)

0,12-0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02-0,05%.

Krim dapat dibuat dengan cara melelehkan lemak, lemak dilebur di atas

penangas air, kemudian tambahkan bagian airnya dari zat pengemulsi. Setelah

itu, aduk sampai terbentuk suatu campuran yang berbentuk krim (Syamsuni,

2012). Kelebihan sediaan krim, yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah

dibersihkan atau dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak

lengket terutama tipe m/a, memberikan rasa dingin (cold krim) berupa tipe a/m,

digunakan sebagai kosmetik, bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang

diabsorpsi tidak cukup beracun. Sedangkan kekurangan sediaan krim, yaitu

susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.

Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak 6 pas. Mudah

kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran

3

Page 8: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan

penambahan salah satu fase secara berlebihan

Formula umum sediaan krim Formula umum suatu sediaan krim terdiri dari :

A. Bahan dasar

Krim mempunyai suatu emulsi minyak dalam air (M/A) atau air dalam

minyak (A/M).

1. Asam stearat

2. Adeps lanae

3. Paraffin liquid

4. Aquades

B. Bahan aktif

Bahan aktif yang biasanya terkandung dalam sediaan adalah bahan yang

larut dalam air, larut dalam minyak atau memberi efek lokal pada kulit.

C. Zat tambahan

Bahan tambahan yang sering digunakan untuk memberikan keadaan

yang lebih baik dari suatu krim. Bahan tambahan yang sering digunakan

adalah :

1. Zat pengemulsi

Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan

sifat krim yang dikehendaki, sebagai pengemulsi dapat digunakan

triethanolamin, emulgid, lemak bulu domba, setaseum, setil

alkohol, dan golongan sorbitol, polisorbat.

2. Zat pengawet

Mencegah timbulnya bau tengik dalam sediaan krim biasanya

ditambahkan antioksidan sebagai pengawet dapat digunakan

nipagin

3. Zat pewangi dan zat pewarna

Zat-zat lain berguna untuk meningkatkan daya tarik suatu krim

dan warna yang sebenarnya dari krim (Wasitaatmadja, 1997)

4

Page 9: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

2.2 Pembuatan Krim

Pada umumnya krim dibuat dengan melelehkan bahan-bahan krim berupa lemak

pada suhu 70o C. Memanaskan bahan-bahan krim larut air pada suhu 70oC,

kemudian perlahan-lahan menuangkannya ke dalam lelehan lemak, diaduk

homogen hingga dingin (Depkes RI, 1985).

Pencampuran zat aktif sukar larut air ke dalam basis krim dilakukan dengan cara

menggerus zat aktif hingga menjadi halus kemudian dilakukan pengayakan

dengan nomor pengayak 100. Setelah itu mencampurkannya dengan basis krim

yang telah jadi (Anief, 2010).

Apabila zat aktif berupa ekstrak kental maka digerus dahulu dengan sedikit air.

Bila dalam resep terdapat gliserin dapat juga digerus dengan nya. Air yang

digunakan supaya dikurangkan pada basis (Anief, 2010)

.

2.3 Evaluasi Mutu Krim

Sediaan topikal, mata dan yang berhubungan dengan hidung, dalam kategori ini

adalah salep, krim, lotion, pasta, gel, dan aerosol non-material untuk kulit.

Preparasi topikal harus dievaluasi untuk penampilan, kejelasan warna,

homogenitas, bau, pH, kemampuan pensuspensi (untuk lotion), konsistensi,

viskositas, distribusi ukuran partikel (untuk suspensi, jika memungkinkan), uji

produk degradasi pengawet dan kandungan antioksidan (jika ada), batas

mikroba/sterilitas dan penurunan berat (jika perlu) (Asean Guideline On

Stability Study of Drug Product, 2005:5).

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu krim, antara

lain organoleptik, pH, daya sebar, penentuan ukuran droplet, dan aseptabilitas

sediaan (Widodo, 2013:173).

A. Organoleptik

Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat

indera manusia sebagai alat ukur terhadap penilaian suatu produk. Indera

manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri

dari indra penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan dan

pendengaran. Proses pengindraan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya

rangsangan terhadap indra oleh suatu benda, akan diteruskan oleh sel-sel

5

Page 10: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

saraf dan datanya diproses oleh otak sehingga kita memperoleh kesan

tertentu terhadap benda tersebut (Setyaningsih; dkk, 2010:7). Penilaian

kualitas sensorik produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran,

kejernihan, kekeruhan, warna dan sifat-sifat permukaan dengan indera

penglihatan ( Setyaningsih; dkk, 2010:8). Bau dan aroma merupakan

sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan diperjelas

karena ragamnya yang begitu besar. Penciuman dapat dilakukan terhadap

produk secara langsung (Setyaningsih; dkk, 2010:9). Indera peraba

terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa bagian seperti

rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap sentuhan. Untuk

menilai tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan menggunakan

ujung jari 10 tangan. Biasanya bahan yang akan dinilai diletakkan antara

permukaan ibu jari, telunjuk, atau jari tengah. Penilaian dilakukan

dengan menggosok-gosokkan jari tersebut ke bahan yang diuji diantara

kedua jari (Setyaningsih; dkk, 2010:11).

B. Uji pH

Semakin asam suatu bahan yang mengenai kulit dapat mengakibatkan

kulit menjadi kering, pecah-pecah, dan mudah terkena infeksi. Maka dari

itu sebaiknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin

dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5. Kosmetik demikian

disebut kosmetik dengan “pH-balanced” (Tranggono dan Latifah,

2007:21). Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan alat bernama pH

meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan,

maka krim harus dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan

air dicampur dengan perbandingan 60g:200ml air, kemudian diaduk

hingga homogen dan didiamkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya

diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera pada layar pH meter

(Widodo, 2013:174).

C. Homogenitas

Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit krim

diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau

6

Page 11: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam krim yang terlihat pada

kaca objek (Depkes RI, 1979:33).

D. Daya sebar

Evaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di

atas kaca yang berskala. Kemudian, bagian atasnya diberi kaca yang

sama dan ditingkatkan bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit.

Selanjutnya, diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,

saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur)

(Widodo, 2013:174).

E. Penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim, digunakan alat

biologi bernama mikroskop. Caranya, sediaan diletakkan pada gelas

objek, kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan

penyebarannya (Widodo, 2013:174).

F. Viskositas

Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan

hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang

diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu

permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan

tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang

akan ditentukan kekentalannya. Satuan dasar kekentalan yaitu poise,

namun oleh karena kekentalan yang diukur umumnya merupakan harga

pecahan poise, maka lebih mudah digunakan satuan dasar sentipoise , 1

poise = 100 sentipoise (Depkes RI, 1995:1037). Metode yang umum

digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktu yang

dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui

kapiler (Depkes RI, 1995: 1038). Metode pengukuran vikositas dapat

dilakukan dengan viskosimeter kapiler, viskosimeter bola jatuh dan

viskosimeter rotasi (Voigt, 1994: 90).

G. Konsistensi

Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan

hanya sebuah cara untuk mengkarakteristikkan sifat berulang, seperti

7

Page 12: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

sifat lunak dari sediaan melalui angka ukur.Alat yang digunakan untuk

mengukurnya disebut penetrometer. (Voigt, 1994: 380).

H. Uji kesukaan

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan

pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping

penulis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya,

mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat

kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka” dapat

mempunyai skala hedonik 12 seperti amat sangat suka, sangat suka, suka,

agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka” dapat mempunyai

skala hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat tanggapannya yang

disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka

(neither like nor dislike) (Setyaningsih; dkk, 2010:59).

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan dan meredam

radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga

mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Heranani dan

Raharjo, 2005).

Radikal bebas menyerang membran dan merusak sel dimana dibutuhkan sistem

kekebalan tubuh untuk melawannya. Jika pembentukan radikal bebas dan

penyerangannya tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan

terjadinyakerusakan sel. Kerusakan sel akibat radikal bebas ini dapat diamati

secara fisik, diantaranya seperti kulit kering, suram, kendur, dan kurangnya

kekenyalan.

Ada tiga macam mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas, yaitu

1. Antioksidan primer

Mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru dengan cara

memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi lebih stabil.

2. Antioksidan sekunder

8

Page 13: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

Berperan mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa

radikal. Beberapa contohnya vitamin A (betakaroten), vitamin C, vitamin

E, dan senyawa fitokimia.

3. Antioksidan Tersier

Berperan dalam mekanisme biomolekuler seperti memperbaiki kerusakan

sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas.

2.5 Kulit

Kulit merupakan bagian tubuh utama yang diperhatikan dalam kecantikan kulit.

Kulit sendiri merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian

tubuh membungkus daging dan organ-organ didalamnya. Luas kulit pada

manusia rata-rata ± 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan

lemaknya dan 4 kg tanpa lemaknya atau 16% dari berat badan seseorang

(Kusantati, 2009).

Secara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat proteksi

tubuh dari benda luar, untuk melakukan absorbsi, antara lain absorbsi

air ,mineral, dan cahaya; alat ekskresi, untuk membantu pengaturan suhu tubuh,

tempat terjadinya pembentukan pigmen; tempat terjadinya proses pembentukan

vitamin D, dan tempat terjadinya keratinisasi atau pengelupasan kulit mati dan

pembentukan sel kulit baru.

2.2.1 Struktur kulit

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:

A. Kulit ari (epidermis )

Kulit epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling sangat

diperhatikan dalam perawatan kulit. Ketebalan epidermis pada bagian

tubuh berbeda-beda, yang paling tebal terletak pada telapak tangan

dan kaki dan yang paling tipis terletak pada kelopak mata, pipi, dahi,

dan perut. Pada kulit epidermis terdapat 5 lapisan yaitu :

a. Lapisan tanduk ( stratum corneum )

Merupakan lapisan epidermis paling atas terdiri dari sel pipih,

tidak memiliki inti, tidak berwarna dan sedikit mengandung

air.

9

Page 14: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

b. Lapisan bening ( stratum lucidum )

Lapisan ini terletak dibawah lapisan tanduk dan dianggap

sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.

c. Lapisan berbutir ( stratum granulosum )

Tersusun oleh lapisan sel – sel berbentuk gumparan yang

mengandung butir-butir dalam protoplasma.

d. Lapisan bertaju ( stratum spinosum )

Sering disebut juga lapisan malphigi terdiri dari sel-sel yang

saling berhubungan dengan perantara jembatan protoplasma.

Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang

berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan

pengantaran butir-butir melanin.

e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale )

Merupakan lapisan paling bawah epidermis dibentuk oleh satu

baris sel, didalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening

(clear cells, melanoblas atau melanosit ) pembuat pigmen

melanin kulit (Kusantati, 2009).

B. Lapisan dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen

selular, kelenjar, dan rambut. Lapisan ini terdiri atas :

a. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis,

berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikuler, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan

dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin

dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997).

C. Lapisan subkutan /hipodermis

Lapisan ini mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfa yang

sejajar dengan permukaan kulit. Jaringan ini berfungsi sebagai penyangga

dari benturan organ-organ tubuh bagian dalam serta berperan pula dalam

pengaturan suhu tubuh (Kusantati, 2009).

10

Page 15: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

2.2.2. Fungsi kulit

Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah

(Muliyawan dan Suriana, 2013):

A. Proteksi (pelindung)

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh

lingkungan luar. Misalnya sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan

suhu, dan lain-lain.

B. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang

keluar saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh.

Keluarnya keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga

stabilitas temperatur.

C. Organ sekresi

Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air

dan zatzat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.

D. Persepsi sensoris

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu,

sentuhan, rasa sakit, dan tekanan.

E. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk kedalam tubuh melalui kulit.

2.2.3 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit

terbagi atas tiga bagian:

A. Kulit normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat,

segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

B. Kulit berminyak

Kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-

pori kulit lebar sehingga kasar dan lengket.

C. Kulit kering

11

Page 16: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun

sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.6 Manifestasi Penuaan Kulit

Manifestasi klinis dari penuaan kulit kronologis meliputi xerosis, kendor,

keriput, lamban dan munculnya seborrheic keratosis dan cherry angioma. Relatif

sedikit terjadi perubahan ketebalan di epidermis, bentuk keratinosit dan kohesi

korneosit, dan terjadi banyak kehilangan melanosit dan sel Langerhans.

Perubahan kulit yang besar pada penuaan kulit kronologis terlihat pada

dermoepidermal junction yang memperlihatkan perataan rete ridges yang

menyebabkan reduksi kontak antara epidermis dan dermis menyebabkan reduksi

pertukaran nutrien dan metabolit diantara kedua kompartemen ini (Vierkötter

and Krutmann, 2012).

Dermis tampak hiposelular dengan lebih sedikit fibroblas dan sel mast dan

hilangnya volume dermis. Penelitian dengan mikroskop elektron menunjukkan

bahwa serabut kolagen menjadi longgar dan terjadi peningkatan moderat dan

penebalan serabut elastis dengan resorpsi sebagian besar serabut sub-epidermis.

Selain itu, terjadi penurunan jumlah pembuluh darah dermis, pemendekan

capillary loop, dan penurunan densitas Pacinian corpuscles dan Meissner’s

corspuscles, yakni organ ujung kulit yang bertanggung jawab terhadap persepsi

tekanan dan sentuhan ringan. Kehilangan inervasi sensorik dan otonom yang

melibatkan epidermis maupun dermis (Vierkötter and Krutmann, 2012).

2.7 Kulit Keriput (Skin Wrinkle)

Faktor intrinsik yang mempengaruhi struktur wajah dan turut menyebabkan

pembentukan keriput muka meliputi perubahan otot ekspresi, hilangnya lemak

subkutan, gaya gravitasi persisten dan hilangnya tulang dan cartilago muka.

Garis ekspresi terjadi sebagai akibat dari traksi berulang yang dikerahkan oleh

otot muka yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan lipatan yang dalam

pada dahi dan diantara alis mata, sekitar lekuk mata (periorbital) dan pada

lipatan nasolabial (Yaar and Gilchrest, 2007).

12

Page 17: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

Gambar 1.

Kulit Keriput (Skin wrinkle), panah hitam menunjukkan keriput. (Yaar and

Gilchrest, 2007)

Secara histologis, untai jaringan konektif tebal hipodermis yang mengandung sel

otot terdapat dibawah keriput. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa seiring

penuaan, terjadi perubahan pada struktur musculoaponeurosis yang

mengakibatkan peningkatan kelemasan dan menyebabkan pembesaran keriput

ekspresi tertentu seperti keriput pada lipatan nasolabial. Seperti otot yang

ditandai dengan striae, otot muka juga menunjukkan akumulasi “pigmen umur”

yakni lipofuscin, suatu petanda kerusakan selular, dan pemburukan otot seiring

umur yang diperburuk oleh berkurangnya kontrol neuromuskular ini ikut

menyebabkan pembentukan keriput (Yaar and Gilchrest, 2007).

2.8 Menurunnya Elastisitas Kulit (Skin Sagging)

Gaya gravitasi yang terus bekerja terhadap tubuh mempengaruh elastisitas kulit,

mempengaruhi distribusi jaringan lunak muka sehingga menyebabkan

pengenduran kulit. Elastisitas kulit wajah adalah kemampuan kulit wajah untuk

kembali ke bentuk semula setelah diregangkan. Elastisitas kulit sangat terkait

dengan jumlah serabut elastin dan kolagen. Elastisitas kulit menurun seiring

dengan penuaan. Ketika kulit menjadi semakin kendur seiring usia dan penopang

jaringan lunak berkurang, gaya gravitasi juga menjadi faktor penting. Gravitasi

mengerahkan gaya mekanik yang menarik kulit muka sehingga mengakibatkan

pembentukan kulit yang kendur dan lentur. Seiring penuaan, lemak memang

menyusut dari area muka tertentu yang meliputi dahi, daerah preorbital, buccal,

13

Page 18: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

temporal dan perioral. Sebaliknya, terjadi peningkatan bagian besar jaringan

lemak secara menyolok pada area lain yang meliputi daerah submental, pipi

bawah, dan lipatan nasolabial dan area lateral pipi. Berbeda dari tampilan muka

muda yang lemaknya tersebar secara difuse, pada kulit muka yang menua lemak

cenderung terakumulasi dalam kantong wajah, dan kemudian ketika kelebihan

lemak ini terkena gaya gravitasi, maka kulit menjadi kendur (Porcheron et al.,

2014).

Tulang muka memperlihatkan penurunan massa seiring usia, resorpsi tulang

sangat mempengaruhi rahang bawah, rahang atas dan tulang frontal. Hilangnya

tulang pada area ini membuat kulit muka semakin kendor dan turut

menyebabkan hilangnya batas antara kontur rahang dan leher yang begitu jelas

pada individu dewasa muda (Yaar and Gilchrest, 2007). Kulit individu tua juga

memperlihatkan sederetan garis permukaan halus yang hilang secara khas ketika

kulit diregangkan. Secara histologis, epidermis terlihat atrofik sebagai akibat

dari penurunan laju pergantian epidermis. Terjadi resorpsi jaringan serabut

elastis pada area sub-epidermis, dan dermis reticulum memperlihatkan ‘bundel’

kolagen atrofik. Pada dermis, fibroblas yang tersisa terlihat berkerut (Yaar and

Gilchrest, 2007).

Gambar 2.

Menurunnya Elastistas Kulit Leher atau Kulit Kendur (Skin Sagging) Panah

hitam menunjukkan kulit kendur (Yaar and Gilchrest, 2007)

14

Page 19: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

2.9 Kelor (Moringa oleifera)

Tanaman kelor di Indonesia dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat

Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-orang Madura

menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut

murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona.

Sedangkan orang-orang Minang mengenalnya dengan nama munggai (Krisnadi,

2010).

Kelor awalnya banyak tumbuh di India, namun kini kelor banyak ditemukan di

daerah beriklim tropis (Grubben, 2004). Pada beberapa Negara kelor dikenal

dengan sebutan benzolive, drumstick tree, kelor, marango, mlonge, mulangay,

nebeday, sajihan, dan sajna (Fahey, 2005).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman kelor (Moringa oleifera)

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Sub kelas : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera

(Rollof et al, 2009)

Gambar 3.

Biji Kelor

15

Page 20: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

Tanaman kelor juga memiliki kandungan fenolik yang terbukti efektif berperan

sebagai antioksidan. Efek antioksidan yang dimiliki tanaman kelor memiliki

efek yang lebih baik daripada Vitamin E secara in vitro dan menghambat

peroksidasi lemak dengan cara memecah rantai peroxyl radical. Fenolik juga

secara langsung menghapus reactive oxygen species (ROS) seperti hidroksil,

superoksida dan peroksinitrit (Chumark et al., 2007)

16

Page 21: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

BAB III

METODE DAN EVALUASI

3.1 Formulasi krim anti kerut dari minyak biji kelor

Minyak biji kelor 2%

Asam stearat 6%

Setil Alkohol 6%

Parafin cair 6,6%

Gliserin 3%

Metil paraben 0,02%

Propilen glikol 30%

Air ad 100%

3.2 Cara pembuatan krim anti kerut dari minyak biji kelor

1. Pengemulsi (asam stearat) dan komponen larut minyak lainnya (Cetyl

alkohol, parafin cair) dilarutkan dalam fase minyak (Bagian A) dan

dipanaskan hingga 75 ° C.

2. Pengawet dan komponen larut air lainnya (Metilparaben, Gliserol, Propilen

glikol, ekstrak etanol biji kelor dilarutkan dalam fase air (Bagian B) dan

dipanaskan hingga 75 ° C.

3. Setelah pemanasan, fase berair ditambahkan dalam bagian-bagian ke fase

minyak dengan pengadukan terus menerus sampai pendinginan pengemulsi

terjadi.

4. Krim yang sudah jadi di evaluasi

3.3 Evaluasi

Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi penentuan pH, viskositas, tes

pewarnaan, homogenitas, penampilan, jenis apusan, penghilangan,uji iritasi dan

analisis stabilitas dengan cycling test.

Berbagai tes bisa dilakukan untuk mengevaluasi kemanjuran antiwinkle adalah:

Pengukuran skor kerut, evaluasi histologis, percobaan invitro, Kemanjuran

17

Page 22: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

Hydrating dan Anti-Wrinkle, Pewarnaan, tes Anti-kerut pada tikus sehat

menggunakan jejak silikon, Penilaian instrumental menggunakan tewameter

MPA 5, kelembaban kulit dan TEWL, Evaluasi Permukaan Kulit Hidup (SELS),

volume dan energi yang dapat dipelajari menggunakan Visioscan® VC 98 /

software SELS 2000. Dalam penelitian ini, metode berikut digunakan untuk

mengevaluasi kemanjuran formulasi anti kerut. Studi kemanjuran Anti kerut

menggunakan model hewan dengan analisis Foto dan dengan metode

Pewarnaan. Empat-tikus tak berbulu betina berumur seminggu (SKH-1) dengan

berat 17-24 g diperoleh dari Indian Institute of ToxicologyPenelitian Lucknow.

Tikus memiliki akses gratis ke makanan dan air dan digunakan di ruang ber-AC

(23) ± 2 ° C dan kelembaban 50 ± 10% dengan siklus 12 jam terang / 12 jam

gelap) selama 1 minggu sebelum studi anti kerut in vivo.

Pertama, hewan-hewan yang diteliti dikenakan radiasi UVB pada dosis

suberythemal untuk 2 minggu di 345 nm yang akan menghasilkan kerutan yang

ditandai 8,9,10 . Analisis topografi kulit dilakukan pada permukaan kulit tikus

sebelum dan sesudah perawatan untuk mengukur efektivitas M. Olifera . Kulit

yang sama areanya diperiksa sebelum proses (Hari 0) dan setelah proses (Hari 1,

Hari 7, Hari 15 dan Hari 30), dengan mengambil foto dan juga dengan observasi

di bawah kaca pembesar (Leica M LZIII, augment 1OX) dengan cahaya putih.

Tikus dibagi menjadi dua kelompok, tikus jantan dan tikus betina, dengan

perbandingan 50:50. Tes dilakukan pada kondisi lingkungan antara 23-25ºC dan

kelembaban relatif 60%. Dua jenis uji coba telah dilakukan:

1. Telah diteliti apakah kedua formulasi dapat mempengaruhi kandungan

air.

2. Evaluasi kerutan, dalam studi jangka pendek dan jangka panjang.

Uji coba jangka pendek:

Formula diterapkan untuk setiap 12 jam dan pengukuran dilakukan pada akhir

24j am setelah aplikasi.

Uji coba jangka panjang:

Untuk melakukan ini, subjek dirawat dengan krim selama satu bulan, dua kali

sehari. Evaluasi kandungan air pada kulit ditentukan setelah 24 jam, 7, 15, 21

dan 30 hari. Dalam penelitian ini hanya evaluasi kerut yang dilakukan dalam

18

Page 23: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

studi jangka panjang. Penampilan kulit tergantung pada kondisi umumnya, dan

khususnya tingkat pelembabnya, karena ini mengatur elastisitas, fleksibilitas dan

kehalusan kulit. Integritas matriks ekstraseluler, terutama serat kolagen, adalah

penting untuk memastikan bahwa epidermis melekat erat pada dermis. Telah

disarankan bahwa kerusakan serat-serat kolagen, pada persatuan dermis-

epidermis, melemahkannya, yang akhirnya mengarah kepenampilan keriput.

Dalam kerutan ekspresi, kontraksi otot menyebabkan kontraksi fibroblas dan

dengan ini kontraksi serat kolagen terjadi dan bahkan kemunduran ekstra seluler

matriks juga terjadi di daerah yang terkena. Akibatnya, sifat menghidrasi semua

komponen matriks akan terpengaruh. Krim anti-kerut harus mampu merilekskan

fibroblas, yang akan menguraikan kolagen dan matriks elastin, yang dapat

menentukan dalam mencegah kerusakan fungsi kolagen, seperti tampungan air.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengurangi kerut,

pelembapan yang lebih besar tercapai. Foto-foto kerutan pada tikus jantan dan

betina, masing-masing, diambil pada awal danhingga 30 hari perawatan. Dalam

foto-foto itu, dimungkinkan untuk mengamati formulasi yang diteliti apakah

meningkatkan penampilan keriput atau tidak. Setelah 30 hari perawatan dengan

preparat topikal, foto-foto diamati. Tidak ada perubahan kulit pada hewan

kelompok 1 . Pada kelompok 2 (kontrol negatif, saline dengan radiasi UV) tebal

dan keriput yang dalam diamati. Sebaliknya, kelompok 3 (kontrol positif, Resist

Intensive Wrinkle-Repair Retinol Serum dengan radiasi UV) menunjukkan skor

anti-kerut yang lebih baik. Kelompok 4 (Formulasi Krim Minyak Biji Kelor

dengan radiasi UV) menunjukkan hasil yang halus dan memperbaiki permukaan

kulit.

3.4 Hasil

Krim yang diformulasikan dievaluasi untuk berbagai tes evaluasi fisik in vitro

diruangan dan suhu dipercepat hingga 20 hari dan diuji pada berbagai interval.

Formulasi menunjukkan pH 6.0-6.3 dalam suhu kamar dan pH 5,8 - 6,0 pada 40

° C. Krim yang diformulasikan menunjukkan homogenitas yang baik, dapat

menyebar dengan baik, tidak ada perubahan warna dan emolien, tidak

berminyak, dan mudah dihilangkan. Krim minyak biji kelor tidak menunjukkan

19

Page 24: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

kemerahan, edema, peradangan dan iritasi selama studi iritasi. Formulasi aman

digunakan untuk kulit dan dipilih untuk studi in vivo lebih lanjut

Tikus tidak berbulu (SKH-1) digunakan untuk studi efisiensi anti-kerut in vivo .

Kulitnya keriput diinduksi oleh radiasi UVB pada 365 nm. Skor anti-kerut

diamati secara visual dengan mengambil foto sebelum perawatan. Setelah 30

hari perawatan dengan formulasi dan standar, skor kerut, jumlah kerutan dan

ukuran keriput diamati secara mikroskopis dan juga dalam foto-foto dan

hasilnya ditabulasi. Pemeriksaan histologis spesimen kulit diwarnai oleh asam

Pinkus'orcein-Giemsametode. Krim minyak biji kelor menunjukkan efek

perlindungan yang lebih baik.

20

Page 25: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Formulasi krim anti kerut (antiwrinkle) menggunakan minyak biji kelor

menunjukkan homogenitas yang baik, dapat menyebar dengan baik, tidak ada

perubahan warna dan emolien, tidak berminyak, dan mudah dihilangkan. Krim

minyak biji kelor tidak menunjukkan kemerahan, edema, peradangan dan iritasi

selama studi iritasi. Formulasi aman digunakan untuk kulit dan dipilih untuk

studi in vivo lebih lanjut.

2. Pembuatan krim anti kerut (antiwrinkle) dengan minyak biji kelor menggunakan

metode pengemulsi.

21

Page 26: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

DAFTAR PUSTAKA

1. https://stifar.ac.id/ojs/index.php/MFI/article/download/93/74 , diakses pada

tanggal 04 Juli 2020 pukul 13:31 WIB.

2. https://jurnal.ugm.ac.id/TradMedJ/article/download/8214/6368 , diakses pada

tanggal 04 Juli 2020 pukul 13:49 WIB.

3. Duraivel et al. 2014. Formulation and evaluation of Antiwrinkle activity of Krim

and Nano emulsion of Moringa oleifera seed oil. IOSR Journal of Pharmacy and

Biological Sciences (IOSR-JPBS Volume 9.

4. Syamsuni. 2012. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC

5. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Kosmetik Medik, Universitas Indonesia,

Jakarta.

6. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen.

Kesehatan RI.

7. Anief, M. (2010). Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

8. Anonim, 2005, ASEAN Guideline on Stability Study of Drug Product, ASEAN,

Filipina

9. Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

10. Widodo, Hendra.(2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta:

DMedika

11. Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyantono, dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis.

Sensori untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor: IPB Press.

12. Ditjen POM. RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

13. Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Penerjemah:

Soendani Noerono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

14. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Depkes RI

22

Page 27: KATA PENGANTAR - teknonatura.files.wordpress.com  · Web viewWrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke

15. Hernani dan Raharjo, M., 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Cetakan I,.

Penebar Swadaya, Jakarta

16. Kusantati H dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit untuk SMK Jilid 3. Jakarta :

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

17. Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT

Elex. Media Komputindo

18. Vierkötter, A. & Krutmann, J. Environmental influences on skin aging and

ethnic-specific manifestations. Dermatoendocrinol

19. Yaar, M & Gilchrest, BA, Photoaging : Mechanism, Prevention and Therapy.

British Journal of Dermatology, Vol. 157, 2007

20. Porcheron, A., Latreille, J., Jdid, R., Tschachler, E., Morizot, F. Influence of

skin ageing features on Chinese women’s perception of facial age and

attractiveness. International Journal of Cosmetic Science, 2014;36:p.312–320.

21. Krisnadi, A.D. 2010. Kelorr Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan

Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia

22. Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera: A review of the Medical Evidence for Its

Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1.USA: Trees for

Live Journal

23. Roloff A, H Weisgerber, U Lang, et al, 2009, Moringa oleifera Lam,.

Enzyklopädie der Holzgewächse, vol. 40

24. Chumark P et al. 2007. The in vitro and ex vivo antioxidant properties,

hypolipidaemic and antiatherosclerotic activities of water extract of

Moringa oleifera Lam, Leaves, Journal of Ethnopharmacology 116 (2008)

23