Upload
others
View
76
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP
MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Laurentius Anang Widhi Prakosa
NIM: 111124002
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKANKETERLIBATAN ORANG MTIDA KATOLIK DALAM IIIDUP
MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARIKABUPATEN GUNUNGKTI}UL
Oleh:
Laurentius Anang Widhi Prakosa
MM: 1 11124002
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dr. B.A. Rukiyanto, S.J. tanggal02 Juli 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKANKETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK I}AI.AM HIDUP
MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS KANISTUS WONOSARIKABUPATEN GUNUNGKTDUL
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Laurentius Anang Widhi Prakosa
MM: 111,124002
Telah diperkhankan-Oi Aepn panitia Penguji
pada tanggat 12 Juli 2018
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Ketua
Sekretaris
Anggota
Nama
: Dr. B. A. Rukiyanto S.J.
: Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd.
: 1. Dr. B. A. Rukiyanto S.J.
2. Drs. Bambang Hendarto Y.M.Hum.
3. F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd.
Yogyakarta, 12 Juli 20 I 8
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
111
rr I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Gunungkidul dan semua pihak yang terlibat dalam meningkatkan keterlibatan
Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari dan kupersembahkan bagi keluargaku Bapak, Ibu, Kakak, dan semua
saudara-saudariku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.”
(William J. Siegel)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK
DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS
KANISIUS WONOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL dipilih
berdasarkan kenyataan bahwa pemahaman Orang Muda Katolik di Paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari akan hidup menggereja perlu ditingkatkan. Untuk itu
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari mempunyai harapan besar pada
keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya
keterlibatan Orang Muda Katolik tersebut masih sangat kurang. Orang Muda
Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di lingkungan, wilayah maupun paroki hanya sekedar rutinitas
belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang
diikuti.
Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana Orang Muda Katolik
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari bisa dibantu dalam upaya meningkatkan
keterlibatan hidup menggereja mereka melalui katekese umat. Orang Muda
Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai generasi penerus Gereja
mempunyai kewajiban untuk mengembangkan Gerejanya melalui suatu bentuk
pendampingan iman secara terus menerus yang dapat membantu perkembangan
iman mereka. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang
dihadapi Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, penulis
melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen
Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai katekese umat guna mengetahui
peran katekese umat dalam hidup menggereja umat. Kemudian, untuk
memperoleh gambaran kehidupan menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari maka penulis melakukan penelitian dengan cara
pengamatan, penyebaran kuesioner, dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keterlibatan Orang Muda
Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggereja
termasuk dalam kategori cukup dan belum mencapai standar yang diharapkan
oleh karena berbagai alasan, mulai dari pekerjaan, urusan pribadi, kurangnya
pengetahuan, dan pengaruh teknologi. Namun demikian, Orang Muda Katolik
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari memiliki harapan melalui kegiatan
katekese semakin mampu meningkatan hidup menggereja mereka. Maka dari itu,
penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendampingan iman melalui
katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis) sebagai upaya untuk
meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari dalam hidup menggereja baik di lingkungan, wilayah, paroki, maupun
di masyarakat. Dengan demikian cita-cita Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
dapat tercapai dan nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis COMMUNITY CATECHESIS AS
EFFORT TO INCREASE THE CATHOLIC YOUTH IN LIVING LIFE IN
SAINT PETER CANISIUS PARISH WONOSARI, GUNUNGKIDUL was
chosen based on the fact that the understanding of Young Catholics in St. Peter
Kanisius Parish Wonosari living in the church needs improvement. For this
reason, St. Peter Canisius Parish Wonosari has great hope for the involvement of
the young Catholic in his church life. But in reality the involvement of Young
Catholics is still very lacking. The Catholic Youth of St. Peter Kanisius Parish
Wonosari follows activities undertaken in the neighborhood, territory or parish
just a mere routine without any positive impact from the activities being followed.
The main issue of this undergraduate thesis is how the Catholic Youth of St.
Peter Canisius Parish Wonosari can be helped in increasing the involvement of
their church life through the catechesis of the people. The Catholic Youth of St.
Peter Canisius Parish Wonosari as the next generation of the Church has an
obligation to develop his Church through a continuous form of faith that can
foster their faith. Therefore, to further examine the problems faced by the young
based on Catholic Saint Peter Kanisius Parish Wonosari, the author do a literature
study community the Scriptures, Church documents, as well as the views of
scholars on the catechesis to know the role of catechesis of the people in life of
the church. Then, to get a picture of the life of Church Catholic Youth St. Peter
Kanisius Parish Wonosari then the authors do research by way of observation,
spreading of questionnaires, and interviews.
Based on the results of the study, it was found that the involvement of the
Catholic Youth of St. Peter Canisius Parish Wonosari in the life of the church was
sufficiently categorized and had not reached the standards expected for various
reasons, ranging from work, personal affairs, lack of knowledge, and
technological influences. However, the Catholic Youth of St. Peter Canisius
Parish Wonosari have hope through catechesis activities, increasingly able to
improve their church life. Therefore, the author of this undergraduate proposed an
advisory program of faith through the catechism of the SCP (Shared Christian
Praxis) model as an effort to increase the involvement of the Catholic Youth of St.
Peter Kanisius Parish Wonosari in the life of the church, territory, parish, and
community. Thus the ideals of Saint Peter Canisius Wonosari Parish can be
achieved and the values of the Kingdom of God can be realized in the midst of
society.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA
UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA
KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO
PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.
Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan
inspirasi bagi siapapun yang memiliki kerinduan dalam meningkatkan keterlibatan
Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,
dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini
sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada
tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama serta dosen
penelitian yang telah setia membimbing, mengarahkan, dan selalu
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Bapak Drs. Bambang Hendarto Y. M.Hum., selaku dosen pembimbing
akademik, dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk
mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.
3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M. Si, selaku dosen penguji III yang telah
meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi
semakin baiknya skripsi ini.
4. Gereja Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dan Orang Muda Katolik
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul yang telah membuka
dan menerima penulis untuk mengadakan penelitian.
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia
membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis
menjalani masa studi.
6. Karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi
penulis.
7. Bapak, Ibu, dan kakak, yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban
bagi penulis selama menjalani masa studi.
8. Sahabat dan teman spesial Theresia Sri Rahayu yang tidak pernah berhenti
untuk menyemangati penulis serta selalu memotivasi dan mendengarkan
semua keluh kesah penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama
dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini
dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun kerjasama sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan penuh ketulusan, penulis menerima
segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun.
Yogyakarta, 12 Juli 2018
Penulis
Laurentius Anang Widhi Prakosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 9
E. Metode Penulisan ......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10
BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA
KATOLIKDALAMHIDUPMENGGEREJA ................................. 13
A. Katekese Umat .............................................................................. 14
1. Arti Katekese Umat .................................................................. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Tujuan Katekese Umat ............................................................. 16
3. Proses Katekese Umat .............................................................. 18
4. Kekhasan Katekese Umat ........................................................ 19
5. Pendamping Katekese Umat .................................................... 21
a. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Ketekese
Umat .................................................................................... 22
b. Pengetahuan Seorang Pendamping Katekese Umat ............ 24
c. Keterampilan Seorang Pendamping Katekese Umat ........... 26
6. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu
Model Katekese Umat .............................................................. 28
a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ......................... 29
b. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) .............. 32
B. Sumbangan Katekese Umat sebagai Upaya
Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam
Hidup Menggereja melalui Empat Tugas Gereja ......................... 39
1. Membangun Persaudaraan (Koinonia) ..................................... 41
2. Mengembangkan Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) ......... 42
3. Menghidupkan Peribadatan yang Menguduskan (Leiturgia) ... 44
4. Memajukan Karya Cinta Kasih/Pelayanan (Diakonia) ............ 46
C. Orang Muda .................................................................................. 47
1. Pengertian Orang Muda ........................................................... 47
2. Perkembangan Orang Muda .................................................... 49
a. Perkembangan Kognitif .................................................... 50
b. Perkembangan Moral / Etika ............................................... 51
c. Perkembangan Ego .............................................................. 51
d. Perkembangan Iman Orang Muda ...................................... 52
e. Permasalahan Orang Muda ................................................. 53
f. Orang Muda Katolik ........................................................... 57
g. Rangkuman ......................................................................... 60
BAB III GAMBARAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK
DI PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL DALAM HIDUP
MENGGEREJA .......................................................................... 61
A. Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Kabupaten Gunungkidul ............................................................. 62
1. Situasi Geografis Paroki Santo Petrus Kanisius ....................... 62
2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Kanisius ......................... 63
3. Situasi Orang Muda Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari . 66
a. Mata Pencaharian Orang Muda Katolik ............................. 67
b. Segi-segi Kehidupan Umat ................................................. 67
4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari . 68
a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ........................................... 69
b. Bidang Pewartaan (Kerygma) ............................................. 70
c. Bidang Liturgi/Perayaan (Leiturgia) ................................... 71
d. Bidang Pelayanan (Diakonia) .............................................. 71
B. Penelitian mengenai Keterlibatan Hidup Menggereja
Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten Gunungkidul .............................................................. 72
1. Persiapan Penelitian ................................................................. 72
a. Latar Belakang Penelitian ................................................... 73
b. Tujuan Penelitian ................................................................. 74
c. Jenis Penelitian .................................................................... 75
d. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 75
e. Responden Penelitian .......................................................... 77
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu ................................ 77
g. Analisis Data ...................................................................... 77
h. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi ..................................... 77
i. Definisi Konseptual ............................................................. 78
j. Definisi Operasional ............................................................ 78
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Keterlibatan
Orang Muda Katolik Dalam Hidup Menggereja Di Paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul ..... 82
a. Identitas Responden ............................................................ 82
b. Laporan Hasil Kusioner Terbuka ....................................... 84
c. Laporan Hasil Wawancara .................................................. 87
3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
a. Pemahaman akan Keterlibatan Hidup Menggereja ............. 92
b. Keterlibatan dalam Hidup Menggereja ............................... 93
c. Kesulitan dan Motivasi yang Dialami Orang Muda Katolik
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten
Gunungkidul untuk Terlibat dalam Kegiatan Gereja ......... 94
d. Kegiatan Katekese yang Diharapkan Orang Muda
Katolik ................................................................................ 96
3. Kesimpulan Hasil Penelitian ........................................................ 97
BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN KATEKESE UMAT
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN
ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP
MENGGEREJA ........................................................................... 99
A. Latar Belakang Program .............................................................. 99
B. Tujuan Program ............................................................................ 100
C. Usulan Program ............................................................................ 101
D. Bentuk Program ............................................................................ 103
E. Matriks Program ............................................................................ 104
F. Satuan Persiapan Program ............................................................ 108
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 123
A. Kesimpulan ................................................................................... 123
B. Saran ............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 127
LAMPIRAN
Lampiran 1: Teks Kitab Suci ............................................................. (1)
Lampiran 2: Daftar Lagu-lagu Pendalaman Iman Model SCP ............. (2)
Lampiran 3: Kuesioner terbuka ........................................................... (3)
Lampiran 4: Transkip Hasil Wawancara ............................................ (4)
Lampiran 5: Cerita Daun-daun dan Orang .......................................... (7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru:
dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia
dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem (Dekerit Gereja tentang kerasulan
Awam)
CT : Catechesi Tradendae (Anjuran Apostolik I Paus Yoh. Paulus Sina
II tentang Penyelenggaraan Katekese Masa Kini)
EG : Evangelii Gaudium (Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang
sukacita Injil)
KGK : Katekesmus Gereja Katolik
LG : Lumen Gentium (Konsili Vatikan II tentang Konstitusi Dogmatis
Gereja)
SC : Sacrosanctum consilium (Konstitusi tentang Liturgi Suci)
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
App : Aksi Puasa Pembangunan
AK : Abdi Kristus
KBG : Komunitas Basis Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
KU : Katekese Umat
Mawi : Majelis Agung Gereja
OMK : Orang Muda Katolikl
OP : Ordo Pewarta Santo Dominikus
PIR : Pendamping Iman Remaja
PKPKM : Pedoman Karya Pastoral Orang Muda
SCP : Shared Christian Praxis
SJ : Serikat Jesus
SP : Satuan Persiapan
SEKAMI : Serikat Kepausan Anak-anak Misioner
WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iman Katolik yang sejati adalah iman yang berdasarkan pada Kitab Suci
dan Tradisi Gereja yang telah dihidupi sejak dahulu. Melalui Para Rasul, mereka
telah mewarisi iman akan Yesus Kristus dengan bertekun dalam pengajaran dan
dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
(Kis 2:42). Mereka bersekutu dan saling berbagi. Inilah bagian dari iman kita
sampai saat ini. Dengan beriman berarti manusia menyerahkan dirinya kepada
Allah. Penyerahan diri ini mengandung konsekuensi nyata bahwa manusia itu
terlibat penuh dalam segala aspek hidup demi tercapai tujuan hidupnya. Orang
beriman tidak cukup hanya dengan rajin beribadat dan hidup baik tetapi ia dituntut
lebih daripada itu. Orang beriman berarti ia harus mau dipanggil Allah, mau
dipakai Allah sebagai alat-Nya dan mau menerima Allah sebagai satu-satunya
penyelamat sampai pada kehidupan kekal. Oleh karena itu, iman juga perlu
diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari lewat suatu bentuk cinta kasih yang
aktif. Di sinilah iman mampu mencapai kesempurnaan itu. Sebab tanpa cinta
kasih iman tidaklah menjadi sempurna.
“Iman adalah rasional bukan karena dibuktikan, tetapi karena
dipertanggungjawabkan” (Iman Katolik, 1996: 131). Iman orang Katolik
dipertanggungjawabkan melalui wujud hidup menggereja. Dalam arti apa hidup
menggereja tersebut? Dalam arti hidup yang senantiasa berpusat pada Yesus
Kristus. Di mana setiap sikap, kegiatan dan aktivitas hidup yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seseorang menampakkan iman akan Yesus Kristus, yang adalah dalam bentuk
hidup menggereja. Dapat dilihat juga melalui tindakan seseorang apabila ia
menunjukkan imannya dalam hidup bermasyarakat, maka ia menggereja dalam
lingkup masyarakat dan sebaliknya jika ia menunjukkan imannya di dalam
lingkup Gereja maka ia menggereja dalam lingkup Gereja atau orang-orang
seiman dengannya. Perlu diingat bahwa batasan hidup menggereja tidak hanya
terbatas pada lingkup wilayah teritorial paroki saja. Melainkan hidup menggereja
perlu dipahami dalam arti luas dan universal terlebih bukan hanya pada Gereja
katolik saja, tetapi bagi masyarakat umumnya.
Sacrosanctum Consilium (SC) No. 48, Konstitusi tentang Liturgi Suci
menyinggung keterlibatan aktif orang beriman dalam menghadiri misteri iman
(misalnya, perayaan Ekaristi, Ibadat Sabda, doa bersama) bukan sebatas rutinitas
belaka melainkan aktif ikut ambil bagian sehingga benar-benar memahami misteri
itu dengan baik dan penuh khidmat. Dengan demikian umat semakin mampu
mempersembahkan diri mereka dalam hidup sehari-hari demi kemuliaan Allah.
Selain itu, Dekrit Apostolicam Actuositatem (AA) tentang kerasulan awam
juga menyinggung keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Orang awam
dipanggil untuk merasul sesuai dengan kemampuannya melalui Gereja oleh
semua anggotanya dengan pelbagai cara. Sebagai umat Allah yang berpusat pada
Yesus Kristus, mereka dituntut berperan aktif dalam hidup menggereja dan
bermasyarakat.
Gereja adalah umat Allah yang hidup di tengah-tengah dunia, maka dari
itu Gereja tidak terpisahkan dari dunia. Justru Gereja dan dunia masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mengambil bagiannya sendiri untuk saling bahu-membahu mewujudkan Kerajaan
Allah di dalam kehidupannya. Dunia adalah tempat tinggal manusia dan di situlah
manusia sebagai subyek otonom dunia menyatakan apa yang diimaninya bersama
Gereja. Untuk menata dunia menuju pada kesejahteraan umum, Gereja dipanggil
oleh Allah sebagai partner kerja dengan semua orang tanpa batas. Artinya
mencakup segala aspek hidup manusia dari lingkup kecil hingga lingkup yang
paling besar sekalipun.
Buku Iman Katolik (1996: 452) memberikan gambaran bahwa “Gereja
adalah suatu lembaga keagamaan yang mempunyai tempat dan peranannya dalam
masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan, Gereja juga dituntut memperlihatkan
sikap pelayanan Kristus”. Artinya, jika Gereja ingin memperlihatkan sikap
pelayanan Kristus kepada masyarakat, Gereja semestinya tampil sebagai Gereja
yang memasyarakat. Visi ini perlu direalisasikan oleh Gereja sebagai Umat Allah
dalam bentuknya yang konkret yakni dalam hidup menggereja itu sendiri di
tengah-tengah masyarakat.
Berbicara mengenai Gereja yang memasyarakat tentu tidak lepas dari
keberadaan sebuah paroki. Karena paroki itu sendiri berada di dalam masyarakat
dan di situlah Gereja tersebut mampu mewujudnyatakan jati diri sesungguhnya.
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari merupakan salah satu paroki yang berada
di wilayah Keuskupan Agung Semarang dengan jumlah 11 wilayah dan ada 50
lingkungan yang jaraknya cukup jauh dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya.
Sebagai paroki yang memiliki banyak wilayah, paroki ini ditantang mewujudkan
Gereja yang sesuai dengan visi Gereja Indonesia. Gereja tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengusahakan perkembangan secara internal tetapi juga ditantang untuk
memberikan kesaksian demi perkembangan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakat.
Salah satu dasar filsafat dari Rm. Driyarkara, SJ yang melandasi hidupnya
dengan spirit Ignatian adalah Humanisme (manusia muda, memanusiakan
manusia muda/pendidikan yang memanusiakan manusia). Hal ini berarti bahwa
berkeinginan untuk menyiapkan pribadi-pribadi orang muda katolik yang
berkualitas baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun kepribadian; yang
nantinya dipakai sebagai pendidikan yang memanusiakan manusia lain.
Orang muda katolik adalah kusuma, harapan, generasi penerus, ahli waris
dan masa depan bangsa dan Gereja. Jutaan orang muda katolik sekarang dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan. Orang muda katolik sedang mengalami
proses pertumbuhan fisik dan perkembangan kepribadian (mental, emosional,
sosial, moral, dan religius) dengan segala permasalahannya. Ada tanda-tanda
keliaran pada permulaan tumbuhnya usia remaja. Mereka menderita kegelisahan
karena mereka tidak mengerti akan pertumbuhan yang sedang mereka alami.
Mereka menunjukkan sikap menantang, kurang menghiraukan petunjuk-petunjuk
dan nasihat dari orang tuanya. Mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya.
Dalam masa ini orang muda masih harus menerima banyak dari orang lain,
tetapi dari dirinya sendiri juga ingin memberi, untuk itulah ia harus
mengembangkan dirinya agar maju dan menjadi dewasa. Ini juga yang dialami
oleh orang muda katolik yang ada di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Menjadi dewasa adalah suatu proses perkembangan, yaitu belajar menemukan
dirinya sendiri, dan kemudian dapat menilai kemampuan-kemampuannya dalam
bidang jasmani, pikiran, perasaan dan dalam bidang susila serta bidang rohani.
Itulah yang diharapkan peneliti bagi orang muda katolik yang ada di Paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari.
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari hingga sekarang telah berusia 83
tahun, namun selama usia ini tidak banyak mengalami perkembangan, khususnya
dalam hal iman yang tampak dalam perwujudan nyata. Selama tinggal di paroki
ini, penulis mendapat kesan bahwa pemahaman orang muda katolik mengenai
keterlibatan dalam hidup menggereja masih sangat terbatas. Kegiatan hidup
menggereja hanya sebatas kegiatan Gereja yang kudus, khususnya bidang intern
gerejani. Kesan ini penulis jumpai dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh orang muda katolik di Gereja paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yang
juga menjadi letak pusat paroki (Nunung, 2009: 19).
Dapat dibayangkan, jika di paroki yang menjadi pusat paroki saja
keadaannya seperti itu, apalagi di wilayah-wilayah lain yang letaknya lebih jauh
dari pusat paroki. Di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, kehidupan umat dan
terkhusus orang muda katolik masih berorientasi pada kegiatan-kegiatan di sekitar
altar, antara lain: doa Rosario, Novena, Misa Mingguan, Misa pada hari-hari
besar, Tablo dan Pendalaman iman dll. Corak kehidupan seperti ini menunjukkan
bahwa bentuk hidup menggereja orang muda katolik dan umat belum mengarah
pada pembangunan Gereja yang memasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai pusat paroki, tentunya
memiliki tanggungjawab yang besar untuk memberikan teladan bagi wilayah-
wilayah lain. Oleh karena itu, paroki ditantang untuk menjadi ragi di tengah-
tengah masyarakat. Masalah ekonomi, pendidikan, perbedaan etnis dan
pendatang, kemiskinan, lingkungan hidup, pengangguran, serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan bagi hidup menggereja umat
setempat.
Melihat permasalahan di atas, maka perlunya sebuah usaha guna
meningkatkan pemahaman orang muda katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari berkaitan dengan hidup menggereja. Hidup menggereja tidak hanya
sebatas terlibat di dalam gereja melainkan secara nyata dalam hidup menggereja
yang terbuka bagi siapa saja “masyarakat luas”. Jika kedua hal berjalan dengan
seimbang maka apa yang menjadi harapan Gereja niscaya dapat terwujud. Untuk
meningkatkan kualitas hidup menggereja orang muda katolik maka dapat
dilakukan melalui katekese sebagai salah satu bentuk pembinaan iman demi
menjawab keprihatinan tersebut.
Tujuan katekese bukan hanya membantu orang muda katolik memiliki
dasar iman yang kuat, memperkembangkan hidup spiritual orang muda, dan
membangun communio orang muda. Memang ketiga aspek di atas penting tetapi
yang lebih dari itu, yakni mengarah pada reformasi dan transformasi sosial di
tengah-tengah hidup orang muda katolik, umat gereja dan masyarakat demi
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Di dalam tugas pembinaan iman, katekese
merupakan salah satu pokok yang menjadi proses pembinaan iman itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Katekese yang menjadi tonggak utama meluasnya Gereja di tengah dunia ini,
harus muncul dan hidup di tengah-tengah orang muda katolik dan umat, di mana
katekese adalah dari umat, oleh umat dan untuk umat.
Katekese ini sering disebut sebagai katekese umat yang juga menjadi
proses yang terus berkelanjutan dalam PKKI (Pertemuan Kateketik Keuskupan
se-Indonesia). Hal ini juga menjadi kelanjutan dari gambaran Gereja masa kini
yang di antaranya adalah Gereja sebagai Umat Allah. Umat Allah dipanggil dan
dipilih untuk Tuhan dan dunia (Lalu, 2007:70). Dan dalam katekese umat
diwujudkan secara konkrit persekutuan umat yang berbeda status sosial, budaya,
fungsi, tetapi sama dalam martabatnya (Lalu, 2007:71). Katekese umat merupakan
katekese yang berbicara tentang umat yang menjadi subyek dalam proses katekese
dan semua peserta katekese adalah sederajat. Dengan arti bahwa tidak ada yang
diunggulkan ataupun yang direndahkan.
Oleh karena itu, diharapkan dalam katekese umat ini, terjadi suatu
komunikasi iman dari tiap umat yang pada akhirnya akan semakin memperteguh
dan memperdalam iman serta menjadikannya sebagai saksi Kristus. Inilah yang
perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar proses katekese selalu mengarah
pada perwujudan iman umat dalam keterlibatan hidup menggereja orang muda
katolik.
Berdasarkan latar belakang dan keprihatinan yang ada, penulis tertarik
untuk menyumbangkan sebuah pemikiran demi meningkatkan arah hidup
menggereja orang muda katolik agar lebih memasyarakat melalui penulisan
skripsi ini dengan judul “KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK
DALAM HIDUP MENGGEREJA DI PAROKI SANTO PETRUS
KANISIUS WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL”. Penulis ingin
memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan katekese umat di Paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari. Penulis berharap pelaksanaan katekese umat
untuk orang muda katolik dapat membawa perubahan sikap yang diwujudkan
melalui keterlibatan orang muda katolik dalam hidup menggereja sesuai dengan
visi dan misi Gereja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu katekese umat?
2. Sejauh mana Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten GunungKidul terlibat dalam hidup menggereja?
3. Katekese umat model apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten GunungKidul dalam hidup menggereja?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada
beberapa rumusan tujuan:
1. Menguraikan apa itu katekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Mengungkapkan permasalahan yang dihadapi orang muda katolik Paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggerejanya.
3. Memberi sumbangan pemikiran guna membantu meningkatkan keterlibatan
orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup
menggereja melalui katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP).
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara akademis, skripsi ini memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan katekese umat yang nantinya
akan membawa dampak positif terhadap keterlibatan orang muda katolik
dalam hidup menggereja.
b. Skripsi ini sebagai masukan bagi paroki khususnya para orang muda
katolik yang mau menjadi katekis untuk memacu mereka dalam usaha
meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja.
c. Paroki diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil pemikiran dalam
skripsi ini yaitu sebagai bahan untuk memperluas wawasan para orang
muda katolik sehingga memiliki kemampuan lebih dalam berkatekese.
d. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu
mendesain katekese umat yang sungguh kontekstual dan menarik tentunya
bagi orang muda katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Manfaat Teoritis
Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese umat guna
meningkatkan keterlibatan orang muda katolik maupun umat dalam hidup
menggereja
b. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese
umat.
E. Metode Penulisan
Penelitian ini, penulis menggunakan metode analitis deskriptif yang
bertujuan untuk memaparkan cara hidup menggereja secara umum yang diangkat
melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan situasi Orang Muda
Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius dalam keterlibatan hidup menggereja.
Guna mengumpulkan data, penulis akan menggunakan metode wawancara
terhadap orang muda katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius. Melalui data yang
diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan sumbangan
pemikiran mengenai katekese umat yang dapat membantu orang muda katolik
guna meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja mereka.
F. Sistematika Penulisan
Bab I adalah bagian pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Bab II menjelaskan apa itu katekese umat dan keterlibatan orang muda
Katolik dalam hidup menggereja. Bab ini berisi sejarah katekese
umat, arti katekese umat, peserta katekese umat, pendamping
katekese umat, tujuan katekese umat, kekhasan katekese umat,
proses katekese umat, model-model katekese umat, dan juga fungsi
katekese umat. Pengertian orang muda, perkembangan orang muda,
dan permasalahan yang dihadapi orang muda.
Bab III berisikan Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari, Situasi Geografis, Sejarah Singkat, wonosari Sebagai
Paroki dan Periode Menjadi Paroki. Situasi umum orang muda
katolik. Juga dalam bab ini diuraikan penelitan mengenai cara
hidup menggereja orang muda katolik Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari di dalamnya memuat persiapan kuisioner terbuka dan
wawancara, laporan kuisioner terbuka dan wawancara, tanggapan
pribadi atas hasil kuisioner terbuka serta wawancara dan
kesimpulan hasil kuisioner terbuka serta wawancara.
Bab IV pembahasan berupa pemikiran sumbangan katekese umat sebagai
upaya untuk meningkatkan keterlibatan orang muda katolik dalam
hidup menggereja. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai
katekese yang relevan dengan orang muda katolik Paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari, kemudian usulan program katekese
umat model SCP yang terdiri dari latar belakang penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
program, alasan pemilihan tema, pelaksanaan program, usulan
program katekese, dan contoh SP katekese umat model SCP.
Bab V bab ini berisikan penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK
DALAM HIDUP MENGGEREJA
Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai katekese umat
sebagai upaya meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup
menggereja. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa
itu katekese umat dan keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja.
Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi
tiga pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama menjelaskan tentang
katekese umat. Pokok bahasan kedua menjelaskan peran katekese umat dalam
hidup menggereja, yang ketiga menjelaskan tentang siapa itu Orang Muda
Katolik.
Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan katekese umat, yakni sejarah katekese umat, arti, tujuan, proses, kekhasan,
peserta, pendamping, dan Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu model
katekese umat beserta pengertian dan langkah-langkahnya. Pokok bahasan kedua,
penulis akan menjelaskan katekese umat mencakup empat tugas Gereja, yakni
menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia), mengembangkan
pewartaan Kabar Gembira (kerygma), menghidupkan peribadatan yang
menguduskan (leiturgia), serta memajukan karya cinta kasih atau pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(diakonia). Dan ketiga menjelaskan tentang orang muda yang mencakup
pengertian orang muda, perkembangan orang muda, dan permasalahan yang
dihadapi orang muda
A. Katekese Umat
Katekese adalah usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin
berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup sehari-
hari. Pembinaan iman ini diberikan baik untuk anak-anak, orang muda, maupun
orang dewasa (Rukiyanto, 2012:59).
1. Arti Katekese Umat
Kesepakatan tentang arti katekese umat yang dijadikan arah katekese di
Indonesia ditegaskan dalam Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia
II di Klender 29 Juni – 5 Juli 1980 (KomKat KWI, 1993:9). Dalam pertemuan ini,
katekese umat dimengerti sebagai: “Komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui
kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-
masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna”.
Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan
komunikasi iman. Komunikasi iman ini bukan saja antara pembimbing dengan
peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta itu sendiri. Yang
dikomunikasikan dalam katekese umat adalah penghayatan iman, bukan
pengetahuan akan rumusan iman yang sering kali tidak relevan dengan keadaan
atau situasi umat pada saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Arti katekese umat di atas juga menunjukkan bahwa yang berkatekese itu
adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus
saling percaya dan menghargai. Katekese umat merupakan komunikasi iman atau
pengamalam hidup umat yang saling bersaksi satu sama lain akan iman mereka,
dan di situ diharapkan peserta berdialog dalam suasana penuh keterbukaan, saling
mendengarkan dan menghargai.
Rumusan katekese umat dalam PKKI II tersebut, dikembangkan lagi oleh
Afra Siauwarjaya melalui buku Membangun Gereja Indonesia II sebagai berikut:
“Usaha umat secara terencana untuk saling menolong mengartikan hidup nyata
dalam terang Yesus Kristus sebagaimana telah dihayati dalam Tradisi Gereja, agar
kelompok makin mampu mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam hidup
nyata” (Siauwarjaya, 1987:38-39).
Katekese umat itu sendiri adalah usaha umat. Dalam arti mengajak umat
untuk saling tolong menolong, bersikap bebas, terbuka dan jujur menyadari
kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka yang konkret. Iman personal yang
dikembangkan dalam katekese umat adalah iman yang dihayati Gereja dalam
Tradisi. Maka dari itu, dalam usaha saling tolong menolong, secara bebas, terbuka
dan jujur mengartikan hidup nyata, Kitab Suci perlu mendapat tempat yang
sentral. Katekese umat juga mengajak peserta untuk saling tolong menolong
menyadari kehadiran Allah maupun kehendak Allah dalam hidup konkret. Hidup
konkret ini merupakan medan penghayatan iman kalau dimaknai dengan terang
iman arahnya jelas yakni menuju pada perwujudan iman. Dengan demikian iman
yang dihayati Gereja dalam Tradisi Gereja semakin bermakna dan berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
baik secara pribadi maupun secara bersama dalam masyarakat (Siauwarjaya,
1987:39-40)
Pada dasarnya, di dalam katekese umat hidup konkret diartikan sebagai
penghayatan relasi umat dengan Yesus Kristus. Relasi itu sekaligus menuntut
keterlibatan umat dalam pelaksanaan pengutusan Allah dalam segala dimensi
hidup manusia (Siauwarjaya, 1987:41-42). Berangkat dari relasi itu, umat diajak
untuk senantiasa memusatkan perhatian dan solider dengan orang tertindas,
miskin serta mampu menegakkan keadilan bagi mereka dengan perkataan dan
tindakan. Melalui keterlibatan konkret dalam hidup menggereja itulah umat
menjadi tanda keselamatan bagi semua orang baik bagi umat Gereja Katotik
maupun bagi masyarakat luas pada umumnya.
2. Tujuan Katekese Umat
Tujuan katekese adalah agar orang dapat mengembangkan pengertian
tentang misteri Kristus dalam terang Sabda Allah, sehingga seluruh pribadinya
diresapi oleh Sabda itu (Rukiyanto, 2012:62). Dengan demikian terang Sabda itu
mampu membawa orang pada kesadaran akan keterlibatannya dalam hidup
menggereja yang lebih luas. Selain itu, Katekese umat yang dipahami sebagai
komunikasi iman atau tukar pengalaman iman juga memiliki tujuan yang
dirumuskan pada saat pelaksanaan PKKI II. Tujuan katekese umat (KomKat
KWI, 1993:10-11) tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman kita sehari-hari;
2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap
mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani
kita;
4) Begitu pula kita semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat,
makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan
Gereja semesta;
5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat.
Rumusan tujuan di atas merupakan rumusan yang memiliki sorotan
pandangan tujuan katekese umat dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Jika
dilihat dengan saksama maka akan nampak tiga bagian penting alur tujuan yang
hendak dikembangkan. Pada bagian pertama dan poin satu sampai tiga lebih
menyoroti iman peserta secara pribadi. Kemudian pada bagian kedua poin empat
menyoroti perkembangan iman dalam komunitas. Dan bagian ketiga atau poin
lima lebih menegaskan tujuan Gereja berpuncak pada hidup di tengah-tengah
masyarakat.
Dengan demikian, tujuan katekese umat bukan hanya bersifat personal
tetapi juga bersifat eklesial yakni demi kepentingan bersama dan Gereja universal.
Dan yang menjadi tugas orang Kristiani adalah mewujudnyatakan suatu tindakan
konkret di tengah-tengah dunia yang didasari oleh sikap dan tindakan Yesus
Kristus sebagai pusatnya. Tindakan umat diharapkan juga sampai pada suatu
perubahan atau transformasi sosial sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah yang
diperjuangkan oleh Yesus sebagai pusat iman umat benar-benar nyata di dunia. Ini
adalah sebuah tugas dan tanggungjawab sebagai saksi Kristus di tengah-tengah
masyarakat yang serba kompleks. Dengan demikian umat diharapkan semakin
sadar dalam menempatkan pengalaman religius ke dalam hidupnya sebagai bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sejarah penyelamatannya. Selain itu, umat juga disadarkan untuk senantiasa
terlibat dalam pembangunan Gereja. Betul melakukan tugas pewartaan mengenai
Kristus yakni dengan melaksanakan tugas-tugas Gereja tetapi ingat bahwa Gereja
sendiri bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan sebagai sarana bagi umat untuk
memberi kesaksian tentang Kristus. Yang terpenting adalah tercapainya cita-cita
surgawi di dunia yakni terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.
Tujuan katekese umat juga ditegaskan oleh Siauwarjaya (1987:42-43),
sebagai usaha umat untuk saling menolong agar semakin mampu mengungkapkan
dan melaksanakan imannya dalam hidup nyata. Penghayatan iman tidak hanya
dinyatakan dalam ungkapan saja, tetapi lebih-lebih dilaksanakan dalam tindakan
konkret. Iman yang sungguh-sungguh dihayati semakin membuat orang terdorong
untuk ambil bagian dalam hidup menggereja juga sekaligus dalam setiap usaha
mewujudkan keadilan, perdamaian, cinta kasih dan kerukunan. Iman betul-betul
real jika iman tersebut dilaksanakan dalam hidup nyata dengan demikian cita-cita
akan pembangunan hidup beriman jemaat berdasarkan nilai-nilai injili baik secara
personal maupun bersama akan tercapai.
3. Proses Katekese Umat
Proses katekese umat mengikuti siklus pastoral yang ada pada umumnya
yakni lebih pada mengolah pengalaman umat yang diharapkan menjadi
pengalaman iman yang luar biasa, yang dapat menguatkan dan meneguhkan satu
sama lain. Pengalaman iman umat ini kemudian diwujudkan dalam hidup sehari-
hari selanjutnya. Menurut (Lalu, 2007:98-100) ada tiga langkah besar dalam
pelaksanaan katekese umat yakni: pemetaan masalah, merefleksikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
terang Injil; dan terakhir mengusahakan aksi. Untuk lebih jelasnya ketiga langkah
tersebut akan dibahas di bawah ini.
a. Langkah Pertama
Langkah ini bertujuan mengamati dan menyadari fenomena yang telah terjadi
dalam masyarakat atau pengalaman konkret umat. Pengalaman konkret ini
hendaknya diamati, didalami dan dianalisis supaya sungguh-sungguh disadari
secara utuh.
b. Langkah Kedua
Langkah ini bertujuan menyadari dan merefleksikan fenomena tersebut atau
pengalaman konkret dan menganalisis dalam terang Injil.
c. Langkah Ketiga
Langkah ini bertujuan memikirkan dan merencanakan suatu aksi atau
tindakan nyata untuk dilaksanakan setelah menganalisis melalui terang Injil.
Ketiga langkah di atas tentunya menyangkut proses katekese umat itu
sendiri. Sifat dari proses itu adalah dinamis. Artinya proses tersebut berjalan
dengan mantap, penuh semangat, mengalir dan tidak ada yang sia-sia tetapi penuh
makna. Jadi, proses akan berkembang apabila tetap mengikuti langkah-langkah
yang ada secara bertahap. Antara tahap pertama dan seterusnya akan saling
berhubungan serta mempunyai relasi dengan tahap yang lain dan juga tidak dapat
dipisahkan antara tahap yang satu dengan lainnya.
4. Kekhasan Katekese Umat
Telah diuraikan dengan jelas di atas bahwa katekese umat merupakan
komunikasi iman. Komunikasi iman adalah salah satu kekhasan katekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Ini merupakan usaha umat untuk saling mengarahkan, mengembangkan, dan
menumbuhkan imannya. Komunikasi iman seperti apakah itu? Tentu komunikasi
iman yang melibatkan peserta (umat). Melalui sharing pengalaman, peserta yang
hadir saling berbagi dan melengkapi pengalaman iman mereka sehingga iman
mereka semakin diteguhkan dan diperkaya. Mereka berkumpul bersama-sama
untuk menggali dan menanggapi pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup inilah
yang dihayati sebagai pengalaman iman akan Yesus Kristus.
Katekese umat memiliki kekhasan tersendiri yakni komunikasi iman dari
umat, oleh umat, dan untuk umat. Hasil PKKI II merumuskan bahwa “yang
berkatekse adalah umat itu sendiri...” (KomKat KWI, 1993:9), ini berarti bahwa
yang menjadi kekhasan katekese umat maupun pesertanya adalah umat itu sendiri.
Kedua hal tersebut sama-sama menempatkan umat sebagai subjek utama dalam
katekese. Umat harus terlibat aktif dan memiliki inisiatif, sehingga proses
katekese umat menjadi lebih hidup dan menarik. Tentunya, sebagai pelaku utama
dalam katekese umat, umat ditantang mengolah dan menanggapi persoalan yang
dihadapi. Melalui komunikasi, situasi yang dihadapi akan ditanggapi bersama
dalam iman yang Kristosentris. PKKI II merumuskan “yang berkatekese ialah
umat, Kristosentris artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih
Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok;
jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun
di sekolah atau perguruan tinggi” (KomKat KWI, 1993:9).
Peserta katekese saling membantu manggali makna hidup dalam terang
Kitab Suci dan diperkaya melalui sharing pengalaman. Dengan demikian setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
umat semakin dapat menemukan karya keselamatan Allah yang nampak dalam
diri Yesus Kristus melalui pengalaman konkret mereka.
Rumusan di atas memperjelas siapa peserta katekese umat itu. Semua
orang beriman sama artinya dengan seluruh Gereja, yang mana kita pun tahu
bahwa katekese itu sendiri tidak ditujukan hanya kepada sebagian umat saja.
Tetapi katekese ditujukan kepada semua umat yang terpanggil untuk mendalami
imannya secara terus-menerus. Dan di dalam katekese umat, umat mengambil
perannya masing-masing, baik sebagai peserta maupun pendamping yang
bertugas mengarahkan jalannya proses katekese umat tersebut. Tentu peran
pendamping katekese umat ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebab tanpa
pendamping proses katekese umat tidak akan berjalan dengan lancar.
Selain itu, rumusan peserta katekese umat tidak selalu menuntut adanya
pengelompokan tertentu, tetapi dalam setiap kesempatan umat berkumpul dalam
lingkup apapun itu, di situ dapat dilakukan katekese umat. Jadi ditegaskan
kembali bahwa peserta katekese umat adalah siapa saja tanpa terkecuali yakni
seluruh umat yang telah memilih Kristus sebagai pola hidupnya dan ingin
memperkembangkan imannya, mereka dapat mengambil bagian dalam katekese
umat itu sendiri. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu
unsur yang memberi arah pada katekese sekarang (KomKat KWI, 1993:9-10).
5. Pendamping Katekese Umat
PKKI II menyampaikan hal yang berhubungan dengan pendamping
katekese umat demikian: “yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang
beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lebih memahami Kristus” (Lalu, 2007:94). Dalam katekese umat, yang bertugas
sebagai pendamping adalah umat itu sendiri yang dipilih sebagai pendamping,
pemimpin, pengarah atau sering juga disebut sebagai fasilitator guna menciptakan
pelayanan katekese umat yang komunikatif.
Lokakarya “Pembinaan Pembina Katekese Umat” yang dilaksanakan di
Wisma Kinasih, Caringin Jawa Barat, pada tanggal 16-21 Februari 1998
membahas tiga unsur pokok yang harus dimiliki seorang pendamping katekese
umat, yaitu kepribadian dan spiritualitas pembina katekese umat, pengetahuan
pembina katekese umat, dan keterampilan pembina katekese umat (Lalu,
2007:147-148). Memang, unsur keterampilan menjadi penting tetapi alangkah
baiknya pendamping ketekese umat memiliki keseluruhan hal-hal yang berkaitan
dengan pasionnya sebagai seorang pendamping katekese umat. Tiga hal pokok
yang ditekankan bagi seorang pendamping katekese umat adalah:
a. Kepribadian dan Spiritualitas Pendamping Katekese Umat
Kepribadian yang baik dari seorang pendamping katekese umat merupakan
cerminan bagi umat. Kepribadian merupakan modal dasar bagi pendamping
katekese umat dalam menjalankan tugas perutusannya. (Lalu, 2007:149-150)
dalam buku “Katekese Umat” mengatakan bahwa ada 5 hal yang berkaitan dengan
kepribadian seorang pendamping katekese umat, yaitu: 1) Terhadap diri sendiri,
seorang pendamping katekese umat hendaknya bersikap jujur, menerima diri
seadanya, tidak angkuh, tetapi juga tidak rendah diri. Ia harus mampu menahan
diri, misalnya tidak terlalu banyak berbicara supaya umat bisa lebih banyak
berbicara. 2) Terhadap sesama, seorang pendamping katekese umat hendaknya
terbuka, jujur dan rendah hati, memiliki kepekaan dan komitmen, suka membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sesama, suka mendengar, penuh pengertian, ramah, komunikatif, dan tahu
membawa diri. 3) Terhadap situasi, hendaknya kritis tidak terbawa arus, tetapi
terbuka, mampu menyesuaikan diri, cekatan membaca tanda zaman, tahan
bantingan pada situasi kritis dan sulit. 4) Terhadap tugas, hendaknya mencintai
tugas dan merasa terpanggil untuk itu, senantiasa loyal (setia) dan terlibat pada
tugas, dan berusaha untuk menjadi professional dalam menjalankan tugas. 5)
Terhadap Tuhan, hendaknya percaya pada Tuhan dalam situasi apa saja, akrab
dengan Kitab Suci dan kekayaan iman Gereja, senantiasa bersyukur kepada Tuhan
dalam untung dan malang, senantiasa berharap pada Tuhan dan penuh semangat
optimisme.
Lokakarya “Pembinaan Pembina Katekese Umat” yang dilaksanakan di
Caringin Jawa Barat, tanggal 16-21 Februari 1998, merumuskan spiritualitas
pendamping katekese umat sebagai “Roh (semangat) membantu sesama peserta
katekese umat melalui pewartaan iman yang komunikatif, agar bersama-sama
mampu mewujudkan Kerajaan Allah, karena kepedulian terhadap Allah dan
terhadap sesama” (Lalu, 2007:154).
Semangat yang dimiliki oleh pendamping katekese umat harus senantiasa
dikembangkan secara terus-menerus sehingga mempunyai kedekatan relasi
dengan Allah yang nampak dalam diri Putra-Nya Yesus Kristus. Melalui misteri
Paskah yang setiap kali ia rayakan dalam kurban Ekaristi kudus, pendamping
katekese umat dilahirkan kembali oleh Roh. Dengan dilahirkan kembali ia
memperoleh semangat baru untuk melayani Tuhan dan sesamanya. Maka
spiritualitas seorang pendamping katekese umat senantiasa mengikuti jejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kristus, yaitu keterlibatan pada dunia demi membangun Kerajaan Allah (Lalu,
2007:153-154).
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya;......” (Yoh 10:11-15). Ayat ini mengandung arti bahwa di
dalam jiwa seorang pendamping katekese umat tertanam sikap melayani seperti
yang diteladankan oleh Yesus sebagai Gembala yang baik terhadap domba-
dombanya, seperti mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi umat,
meninggalkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan umat yang
dilayani, dan dekat dengan yang dibimbing sampai-sampai tahu persis apa yang
menjadi keluhannya. Dengan demikian sikap-sikap seperti inilah yang dapat
membuat seorang pendamping katekese umat menjadi sahabat umat di dalam
peziarahan hidup.
“Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka
akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan
Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya” (Yeh
34:16). Kutipan ayat ini memberikan gambaran seorang pendamping katekese
umat sebagai pelayan yang betul-betul memiliki relasi mendalam.
b. Pengetahuan Seorang Pendamping Katekese Umat
Hal yang kedua berkaitan dengan pengetahuan seorang pendamping
katekese umat. Ini merupakan dasar yang memang harus dimiliki oleh seorang
pendamping katekese umat. Bagaimana mungkin ia dapat mendampingi katekese
umat sedangkan ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang menunjang
pendampingan proses katekese umat dengan benar. Jadi setidak-tidaknya seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pendamping katekese umat memiliki juga pengetahuan yang menyangkut isi,
metode, peserta dan konteks peserta katekese umat (Lalu, 2007: 155).
Artinya bahwa pendamping betul-betul menguasai segala segi yang
berkaitan dengan katekese umat itu sendiri. Dari segi isinya ia dituntut memiliki
pengetahuan berkaitan ajaran iman Katolik, misalnya pengetahuan akan isi
katekese umat seperti Kitab Suci, Kristologi, Eklesiologi (Gereja), dan Ajaran
Sosial Gereja.
Namun tidak semua pokok menyangkut iman Katolik direfleksikan tetapi
dapat dipilih salah satunya saja yang memang berkaitan dengan konteks hidup
umat. Kemudian, dari segi pengetahuan yang menyangkut metode seperti kreatif
dalam memilih metode yang bisa digunakan dalam berkatekese, mampu
menganalisis situasi, mampu menafsirkan Kitab Suci, dan dapat menyusun
rencana tindak lanjut.
Dari segi pengetahuan menyangkut peserta katekese umat seperti mampu
melihat apa yang menjadi kebutuhan umat sehingga dalam proses ketekese, umat
menjadi tertarik mendalaminya. Kemudian, bagaimana daya nalar, perasaan dan
intuisi umat ketika menghadapi suatu persoalan hidup, apakah mereka mampu
atau tidak? Di sini pendamping harus tanggap sehingga dapat membantu dan
mengarahkan umat sampai benar-benar paham akan persoalan yang dihadapi.
Kemudian, pendamping juga perlu melihat bagaimana latar belakang kehidupan
status sosial, ekonomi, dan budaya umat. Apabila beberapa hal menyangkut
peserta ini benar-benar dimiliki oleh pendamping katekese umat maka jelas proses
katekese umat akan menjadi sesuatu yang menarik bagi umat.
Dan terakhir pengetahuan menyangkut konteks hidup yang bersifat
nasional dan global yang memang membawa dampak negatif bagi perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
iman umat, seperti pengaruh globalisasi dalam wujud sikap materialisis,
konsumerisis, individualisis, dan sebagainya (Lalu, 2007:157-158). Pendamping
katekese umat harus mampu memaknai konteks hidup umat dan yang terpenting
senantiasa membangun relasi serta dekat dengan umat sehingga umat merasa
tersapa dan menjadi teman seperjuangan dalam iman.
c. Keterampilan Seorang Pendamping Katekese Umat
Hal ketiga berkaitan dengan keterampilan pendampingan Katekese Umat:
1) Keterampilan Berkomunikasi
Komunikasi yang terjadi dalam sebuah proses katekese umat adalah
komunikasi antar pribadi dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang
dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka yang perlu ditekankan antara lain:
keterampilan berkomunikasi dan berelasi sehingga katekis mampu
mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu
tindakan nyata, keterampilan mengungkapkan diri berbicara dan mendengarkan,
kemampuan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk
mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain (Lalu, 2007:158-
159).
Keterampilan berkomunikasi tidak dapat dipandang sepele oleh
pendamping. Keterampilan ini merupakan daya kekuatan untuk mengolah proses
katekese umat sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar dan sampai pada
tujuan yang hendak dicapai bersama.
2) Keterampilan Berefleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Komunikasi yang terjadi dalam katekese umat adalah komunikasi iman
yang adalah suatu kesaksian iman. Diartikan bahwa seorang pendamping katekese
umat mampu merefleksikan pengalaman imannya yang berpusat pada Yesus
Kristus kemudian mensharingkan kepada peserta lainnya. Seorang pendamping
yang terampil membaca dan merefleksikan serta memaknai pengalaman sehari-
harinya menjadi pengalaman iman, tentu mampu menuntun peserta bagaimana
berefleksi yang baik. Maka dari itu, pendamping katekese umat dilatih untuk
terampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari,
terampil menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan
Tradisi Kristiani lainnya, terampil memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-
nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari (Lalu, 2007:159).
3) Keterampilan yang lebih spesifik berkaitan dengan langkah-langkah
proses katekese umat.
Keterampilan yang lebih spesifik berkaitan dengan langkah-langkah
proses katekese umat misalnya sadar akan situasi dengan topik yang diangkat,
menafsirkan kenyataan hidup umat menurut terang Kitab Suci, dan membulatkan
tekat guna rencana aksi, kemampuan dan keterampilan mengekspresikan diri,
bertutur kata dan bertindak, berbicara dan mendengarkan orang lain, serta
kemampuan dan ketereampilan mengekspresikan dalam menciptakan suasana
yang mendukung proses katekese sehingga peserta merasakan kenyamanan dalam
mengikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Jika ketiga hal pokok di atas betul-betul telah dimiliki oleh seorang
pendamping, niscaya setiap pelaksanaan katekese umat yang dilakukan akan
menjadi hal yang membahagiakan bagi siapa saja yang ikut berproses di dalamnya
dan bahkan manfaatnya pun dapat dialami bersama, baik yang dilayani maupun
yang melayani.
6. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat
Model merupakan sebuah kontruksi teoritis dan skematis yang
menawarkan pokok-pokok pemikiran realitas. Model ini juga menawarkan suatu
bentuk analisa untuk memahami realita yang menerangkan dan menelusuri suatu
tindakan manusia. (Heryatno WW, 1997:1-5)
Katekese umat memiliki berbagai model dengan kekhasannya masing-
masing. Model-model ini biasanya kita temukan dalam pendalaman iman yakni
dalam buku panduan APP, Adven dan pada BKSN yang dibuat oleh keuskupan
untuk dipakai sebagai bentuk pelaksanaan katekese umat. Oleh karena itu,
bertolak dari mana awal model katekese umat pada umumnya terdapat satu model
yang cocok dengan katekese umat, yakni model Shared Christian Praxis (SCP).
Pada bagian awal telah dibahas bahwa katekese umat adalah komunikasi
iman umat. Apa yang dikomunikasikan? Tentu yang dikomunikasikan adalah
pengalaman hidup umat itu sendiri yang sudah direfleksikan dan dimaknai
menjadi pengalaman iman. Berkaitan dengan pengalaman hidup maka sangat
cocok digunakan model katekese umat Shared Christian Praxis (SCP), sebab
model ini juga berpusat pada pengalaman hidup atau selalu bermula dari
pengalaman menuju refleksi iman dan sampai pada pengalaman baru. Maka dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
itu, di bawah ini akan dibahas secara lengkap apa itu Shared Christian Praxis
(SCP), komponen, dan langkah-langkahnya.
Katekese dengan model Shared Christian Praxis ini pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas H. Groome. Ia adalah seorang ahli katekese yang
berusaha mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif, yaitu suatu model
yang sungguh-sungguh mempunyai dasar teologis yang kuat, mampu
memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral
yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan para katekis dalam
membantu umat demi perkembangan iman mereka. Untuk memahami lebih dalam
tentang katekese umat model SCP ini serta langkah-langkahnya, maka secara
khusus akan diuraikan di bawah ini lima langkah yang saling beruntun (Heryatno
WW, 1997:5), sebagai berikut:
1) Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)
Model SCP merupakan salah satu model katekese umat yang
menekankan proses yang bersifat dialogis partisipatif. Tujuan dari proses ini
adalah agar dapat mendorong peserta untuk mampu mengomunikasikan antara
Tradisi dan visi hidup peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Dan pada
akhirnya, peserta baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan
penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah.
Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena
bermula, berproses dan berakhir dari praksis hidup peserta. Pengalaman hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
peserta tersebut, direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan
maknanya, kemudian dikonfrontasikan dengan Tradisi atau visi Kristiani supaya
muncul pemahaman sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada
praksis baru. Orientasi model SCP ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang
bebas dan bertanggungjawab (Heryatno WW, 1997:1).
Model SCP ini memiliki tiga komponen yaitu praksis, Kristiani dan
sharing. Untuk memahami lebih dalam model ini, maka akan dijelaskan masing-
masing komponen itu sebagai berikut:
a) Praksis
Praksis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan. Sebagai
tindakan, praksis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang
mampunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan
antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis. Proses
kesatuan antara praktek dan teori akan membentuk suatu kreatifitas, sedangkan
refleksi dan kesadaran historis akan mengarah pada keterlibatan baru.
Praksis mempunyai tiga unsur yaitu: aktifitas, refleksi dan kreatifitas.
Ketiga unsur ini memiliki fungsi yakni mampu membangkitkan berkembangnya
imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praksis baru yang dapat
dipertanggungjawabkan secara etis dan moral. Berikut ini penjelasan mengenai
ketiga unsur tersebut, sebagai berikut:
Unsur pertama, aktifitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran,
tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
medan untuk perwujudan diri sebagai manusia. Kedua, refleksi menekankan
refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial terhadap kehidupan
bersama serta terhadap “Tradisi” dan “visi” iman Kristiani sepanjang sejarah.
Ketiga, kreatifitas merupakan perpaduan antara aktifitas dan refleksi yang
menekankan transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang
terus berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Heryatno WW, 1997:1-2).
b) Kristiani
Maksud dari Kristiani dalam Shared Christian Praxis adalah
mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin
terjangkau dan relevan untuk kehidupan umat. Namun jangan lupa bahwa yang
ditekankan di sini mengenai kekayaan iman Kristiani adalah pengalaman iman
Tradisi Kristiani sepanjang sejarah dan visinya.
Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan
sungguh dihidupi. Sedangkan visi Kristiani menegaskan tuntutan dan janji Allah
yang terkandung di dalam Tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang
Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan. Artinya
bahwa Tradisi Kristiani mengungkapkan tanggapan manusia terhadap Allah yang
terlaksana dalam hidup mereka sebagai realitas iman, Tradisi senantiasa
mengundang keterlibatan praktis. Sedangkan visi Kristiani menegaskan tuntutan
dan janji Allah yang terkandung dalam Tradisi, tanggung jawab dan pengutusan
orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan.
Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
dalam kehidupan manusia (Heryatno WW, 1997:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
c) Sharing
Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal
balik, partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan
proses katekese yang menekankan unsur dialog-partisipatif peserta yang ditandai
dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterbukaan, keterlibatan, dan
solidaritas. Dalam sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka,
siap mendengarkan dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan
kebebasan hati juga (Heryatno WW, 1997:3-4).
Dalam sharing orang dapat berbagi rasa, pengetahuan serta saling
mendengarkan pengalaman orang lain. Tentu, ada dua hal penting di dalamnya
yakni membicarakan dan mendengarkan. Membicarakan di sini lebih menekankan
pada menyampaikan atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari
oleh sikap keterbukaan, kerendahan hati, kepercayaan satu dengan lainnya dalam
mengungkapkan pengalaman dan pengetahuan yang nyata dalam dirinya.
Sedangkan mendengarkan berarti mendengarkan dengan hati tentang apa yang
disharingkan oleh para peserta. Mendengarkan berarti juga melibatkan
keseluruhan diri untuk menangkap pesan atau intisari dari apa yang
disharingkan peserta sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati,
empati terhadap apa yang dikomunikasikan oleh orang lain (Sumarno Ds,
2014:17).
2) Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)
Menurut Thomas H. Groome, SCP merupakan suatu model berkomunikasi
tentang makna pengalaman hidup antar peserta, yang mana dalam prosesnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terdapat lima langkah pokok. Namun sebelumnya didahului langkah awal atau
pendahuluan sebagai berikut:
a) Langkah Awal: Pemusatan Aktivitas
Tujuan dari langkah ini adalah mendorong peserta sebagai subyek utama
menemukan topik pertemuan yang bertolak pada kehidupan konkret berkaitan
dengan tema dasar pertemuan. Dengan demikian, tema dasar tersebut dapat
mewakili pokok-pokok permasalahan dalam hidup, keprihatinan, serta kebutuhan
peserta. Dalam memilih tema, perlu juga diperhatikan situasi konkret peserta,
tujuannya, dinamika pendekatan yang bersifat dialogis, dan sumber-sumber iman
Kristiani (Heryatno WW, 1997: 10). Tema dasar harus sungguh-sungguh
menggerakkan peserta agar aktif terlibat dalam pertemuan, menekankan
partisipasi dan dialog, dan tidak bertentangan dengan iman Kristiani. Maka
seorang pendamping harus mampu membantu peserta merumuskan prioritas tema
yang tepat dengan konteks hidup umat.
Perlu juga diperhatikan bahwa pada tahap ini, pendamping dapat
menggunakan sarana-sarana seperti simbol, foto, cerita, film, video, poster,
cergam dan lain-lain yang dapat mendukung dalam pemilihan tema bersama.
Maka dengan itu, seorang pendamping harus dapat memilih sarana yang tepat. Di
samping itu pendamping harus dapat menciptakan lingkungan psikososial dan
fisik yang mendukung supaya peserta dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam
suasana dialog dan kebersamaan Heryatno WW (1997:9-10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b) Langkah I: Pengungkapan Praksis Faktual
Langkah ini bertujuan membantu peserta agar mengungkapkan
pengalaman hidup faktual. Peserta menyadari pengalaman hidupnya,
membahasakan dan mengomunikasikannya pada peserta lain. Pengungkapan
pengalaman hidup faktual ini bisa berupa pengalaman peserta sendiri, atau
kehidupan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, ataupun gabungan
keduanya yang dia pandang cocok dengan tema yang sudah digali bersama
(Heryatno WW, 1997:11).
Langkah ini diawali dengan tuntunan pertanyaan sesuai dengan tema.
Perumusan pertanyaan pun harus jelas, terarah dan tidak terkesan menyinggung
perasaan peserta lain, sesuai dengan situasi peserta dan bersifat terbuka dan
obyektif. Setelah itu, peserta membagikan pengalamannya dan pada saat ini tidak
boleh ada komentar atau tanggapan. Selain dari itu, peserta juga diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pengalamannya dengan gaya dan pilihannya. Mereka
dapat mengemukakannya melalui puisi, nyanyian, tarian, gambar, lambang, atau
simbol, dll (Heryatno WW, 1997:12).
Penekanan pada langkah ini adalah proses dan kehidupan konkret yang
menjadi pokok penting dalam proses katekese. Oleh karena itu, pendamping perlu
menyadari tujuan dan pokok pemikiran dasarnya. Pokok pemikiran dasar perlu
diajukan secara jelas dan terbuka serta berhubungan dengan tema utama dan
menggaris bawahi aspek-aspek pokok dari praksis keterlibatan faktual peserta.
Pada langka ini, pendamping berperan sebagai fasilitator dengan tujuan
menciptakan suasana hangat dan mendukung sehingga peserta dengan hati
gembira mau membagikan pengalamannya tanpa merasa tertekan. Pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
perlu bersikap ramah, bersahabat dan meyakinkan peserta bahwa komunikasi
pengalaman mereka sangat penting untuk seluruh proses katekese (Heryatno WW,
1997:13).
c) Langkah II: Refleksi Kritis pada Komunikasi Praksis Faktual
Langkah ini bertujuan membantu peserta supaya berdasar pengalaman
hidupnya sampai pada tingkat kesadaran terdalam guna mengolah dan
menemukan makna baru hingga ia terdorong melangkah pada praksis baru. Ada
beberapa perspektif yang perlu diperhatikan dalam langkah ini yaitu refleksi kritis
pada pengalaman peserta, interpretasi kritis dan kreatif pada komunikasi
pengalaman faktual, serta komunikasi Tradisi dan visi oleh para peserta (Heryatno
WW, 1997:14).
Refleksi kritis pada tahap ini dimaksudkan agar peserta berpikir secara
sungguh-sungguh akan setiap pengalamannya. Kemudian peserta dapat
menemukan atau mengambil nilai-nilai apa yang mau dilaksanakan dan dengan
demikian dapat mengarah pada perubahan sikap yang konkret. Pada hakekatnya
ingin membantu peserta merefleksikan secara kritis praksis faktual apa yang
mereka komunikasikan dengan memperdalam, mempertajam dan mengolah
pengalaman mereka yang menekankan segi pemahaman, kenangan, dan imajinasi.
Sedangkan interpretasi bertujuan memberi arti dan nilai pada praksis faktual,
menanamkan unsur-unsur yang dapat memperteguh, serta yang harus ditolak dan
dikembangkan lebih lanjut.
Pada langkah ini, pendamping dituntut agar dapat menciptakan suasana
pertemuan yang saling menghormati dan mendukung setiap gagasan dari peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pendamping harus dapat mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan
penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman,
kenangan dan imajinasi peserta. Setiap peserta diajak untuk mengomunikasikan
pengalamannya, namun jangan sampai menimbulkan kesan pemaksaan. Oleh
karena itu, pendamping perlu menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
analitis dan tidak mengganggu harga diri peserta. Pendamping perlu juga
menyadari keadaan peserta karena refleksi merupakan tahap yang sulit yang
membutuhkan kesabaran dan keterampilan untuk memperkembangkannya
Heryatno WW (1997:14-16).
d) Langkah III: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau
Langkah ini menekankan agar Tradisi dan visi Kristiani menjadi lebih
terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar
belakang kebudayaannya berbeda. Tradisi Kristiani mengungkapkan iman jemaat
Kristiani sepanjang sejarah pewahyuan Ilahi. Tradisi hadir dalam Kitab Suci,
liturgi, adat-kebiasaan Jemaat Perdana, doa, credo, dogma, teologi, sakramen,
bahasa religius, seni, dan kepemimpinan kehidupan jemaat. Visi Kristiani
merupakan suatu konsekuensi dari janji dan tanggungjawab yang muncul pada
Tradisi. Visi Kristiani mengungkapkan janji keselamatan dan kepenuhan yang
mendorong peserta pada tanggungjawab mereka untuk menjadi partner Allah
dalam mewujudkan kehendak-Nya yaitu menyelamatkan manusia Heryatno WW
(1997: 19-20).
Pada langkah ini, pendamping menginterpretasikan dan
mengkomunikasikan aspek Tradisi dan visi Kristiani kepada peserta. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menginterpretasikan dan mengomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani,
pendamping perlu memiliki latar belakang yang cukup dalam hal penafsiran,
menghormati Tradisi dan visi Kristiani yang otentik dan normatif, kritis
mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi dan visi Kristiani,
menggunakan metode interpretasi yang sifatnya menegaskan, meneguhkan,
mempertanyakan dan mengundang keterlibatan peserta.
Pada tahap ini, pendamping dapat berfungsi sebagai “guru” dan sekaligus
sebagai “murid”. Sebagai guru pendamping bukanlah pengajar tetapi sebagai
patner, yang bersama peserta berusaha menyadari kehendak Allah. Sedangkan
sebagai murid, pendamping siap belajar dan maju untuk segala ilmu. Sementara
dalam memberikan penafsiran, pendamping perlu mengikutsertakan kesaksian
iman, harapan dan cinta pada nilai Tradisi dan visi Kristiani. Maka dari itu,
sebelum melaksanakan proses katekese, pendamping sungguh-sungguh membuat
persiapan yang matang demi suksesnya langkah ini.
e) Langkah IV: Hermeneutik yang dialektik antara Tradisi dan Visi
Kristiani dengan “Tradisi dan Visi” Peserta
Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara Tradisi
dan visi faktual peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani yang akan melahirkan
kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Jadi, dalam langkah ini
mempunyai tujuan untuk mengajak peserta, berdasar nilai Tradisi dan visi
Kristiani menemukan sikap dan nilai hidup yang hendak dikembangkan. Di satu
pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kristiani, di lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi
dan visi Kristiani Sumarno Ds (2014:20-21).
Pada langkah ini, peserta saling dialog tentang hasil pengolahan mereka
pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga. Peserta
diberi kebebasan mempertimbangkan dan menilai mengenai nilai Tradisi dan visi
Kristiani berdasar situasi konkret. Peserta dapat mengemukakan apa yang
sungguh-sungguh mereka pikirkan serta mengungkapkan perasaan, sikap intuisi,
persepsi, penegasan dan lain-lain Heryatno WW (1997:31-32).
Pada tahap ini juga, pendamping perlu menghormati kebebasan dan hasil
penegasan peserta dengan meyakinkan mereka bahwa mereka mampu
mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan
visi Kristiani. Oleh karena itu, pendamping hendaknya mendorong peserta untuk
mengubah sikap dari pendengar menjadi pihak aktif. Selain itu, pendamping perlu
menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan kata mati dan bukan merupakan
kebenaran satu-satunya Sumarno Ds (2014:21-22).
f) Langkah V: Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah
Langkah ini bertujuan mendorong peserta sampai pada keterlibatan baru
dengan harapan juga peserta dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengalami
pertobatan terus-menerus (metanoia). Maka dari itu, keputusan yang diambil
dalam langkah ini haruslah praktis, mudah dilaksanakan dan menyemangati agar
mereka setia melaksanakannya. Tentu keputusan yang dibuat peserta dapat
beranekaragam bentuknya dan tingkatannya. Pada umumnya keputusan dapat
dikategorikan dalam empat kelompok : (a). yang bersifat kognitif, afektif, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
praktikal; (b). level personal, interpersonal, dan sosial; (c). berkenaan dengan
aktivitas pribadi dan kelompok; (d). menjadi operasional dalam kelompok sendiri
atau di luar kelompok (Heryatno WW, 1997:35).
Pada langkah ini hendaknya pendamping sungguh-sungguh mengusahakan
agar peserta dapat sampai pada keputusan hidup yang akan dilakukan baik pribadi
maupun bersama. Pendamping tidak hanya merangkum hasil dari langkah ini
tetapi dapat menambah juga dengan hasil rangkuman langkah keempat agar dapat
memperkaya dan lebih membantu peserta mengambil keputusan. Pendamping
perlu juga memberi semangat kepada peserta, menaruh sikap optimis dan realistis
terhadap masa depan peserta yang lebih baik dengan harapan bahwa Allah
senantiasa menyertai hidup umatnya dalam keadaan apapun.
Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih Shared Christian Praxis
sebagai model katekese umat yang akan dipakai dalam penulisan skripsi ini.
Sebab model ini sangat cocok digunakan berkaitan dengan kehidupan menggereja
Orang Muda Katolik di Wonosari, paroki Santo Petrus Kanisius, Kabupaten
Gunungkidul.
B. Sumbangan Katekese Umat sebagai Upaya Meningkatkan Keterlibatan
Umat dalam Hidup Menggereja melalui Empat Tugas Gereja
Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-
orang, yang dipanggil oleh Sabda Allah, supaya mereka membentuk suatu Umat
Allah, dan dipelihara oleh Tubuh Kristus, menjadi Tubuh Kristus sendiri” (KGK,
art. 777). Artinya bahwa Gereja adalah paguyuban atau himpunan Umat Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
yang mengimani pribadi Yesus Kristus dalam melanjutkan dan mewujudnyatakan
keselamatan Allah di dunia ini. Dalam mengarungi peziarahan hidupnya, Gereja
sebagai Umat Allah mengemban kewajiban untuk mengembangkan kehidupan
beriman umat dan mengembangkan dunia terus-menerus agar menjadi lingkungan
hidup yang layak serta selaras dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kedua kewajiban
ini merupakan tugas pastoral Gereja, yakni dalam usaha membimbing dan
mengembangkan iman umat serta pelayanan untuk dunia demi meneruskan nilai-
nilai Kerajaan Allah yang diperjuangkan Yesus, bertolak dari situasi konkret umat
dan dunia.
Sebagai paguyuban orang-orang yang mengimani Kristus, Gereja
merupakan persaudaraan yang dibangun berdasarkan Injil Yesus Kristus.
Tentunya persaudaraan yang dimaksud bukan persaudaraan yang tertutup sebab
Kristus bukan milik eksklusif Gereja. Yesus Kristus datang ke dunia dengan
keprihatinan pokok mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang. Jikalau
pewartaan Kabar Gembira tentang Kerajaan Allah tersebut diterima, maka akan
dirayakan di dalam liturgi. Dan apabila liturgi itu dirayakan dengan baik, maka
akan menggerakan paguyuban tersebut untuk terlibat dalam pelayanan, untuk
masuk dalam gerakan Kerajaan Allah, Kerajaan damai dan keadilan, kebenaran
dan kasih semakin dirasakan Lalu (2007:76-77).
Gereja sebagai Umat Allah dalam membimbing dan mengembangkan
iman umat serta meneruskan nilai-nilai Kerajaan Allah menggunakan katekese
umat. Sebab katekese umat adalah salah satu bentuk eksplisitasi dari Gereja Umat
Allah (Lalu, 2007:71). Eksistensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
lokal dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah himpunan Umat Allah
mengambil bagian dan terlibat dalam karya pastoral melalui empat bidang
pastoral. Keempat bidang pastoral itu tidak terpisah antara yang satu dengan yang
lain. Namun demikian empat bidang itupun tidak bisa disamakan begitu saja,
mengingat masing-masing mempunyai ruang lingkup serta kekhasan tersendiri.
Maka, di bawah ini akan dijelaskan sumbangan katekese umat terhadap
keempat bidang karya pastoral Gereja yaitu menghadirkan dan membangun
persaudaraan (koinonia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (kerygma),
menghidupkan peribadatan yang menguduskan (leiturgia), serta memajukan karya
cinta kasih/pelayanan (diakonia) (Lalu, 2007:77).
1. Membangun Persaudaraan (Koinonia)
Gereja adalah persekutuan dan persaudaraan murid-murid Kristus. Hidup
persaudaraan berarti membina persekutuan hidup yang saling mengasihi, sehati-
sejiwa atas dasar relasi dengan Yesus Kristus. Persaudaraan yang dicita-citakan
adalah persaudaraan yang tertuju bagi keselamatan semua orang Siauwarjaya
(1987:24-25). Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan
Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa
Roh Kudus. Maka, berkaitan dengan ini katekese umat menjadi sarana untuk
membentuk paguyuban yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus sesuai
dengan tujuan KU nomor 4. Hal ini berhubungan dengan ‘cura anima’
(pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan umat sebagai Tubuh Mistik Kristus.
Oleh karena itu, melalui katekese diharapkan umat dapat menciptakan kesatuan:
antar umat, umat dengan paroki dan umat dengan warga masyarakat. Paguyuban
ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara teritorial (paroki,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
stasi/lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang
ada dalam Gereja dan masyarakat. Dalam komunitas Kristiani itu katekese umat
ikut menciptakan dan membangun kebersamaan dan kerjasama yang baik antar
umat untuk saling melayani. Di mana dalam kebersamaan umat bersama-sama
juga mengusahakan perdamaian, cinta kasih, kerukunan dan kebenaran baik di
dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain, lebih-lebih dalam
masyarakat luas.
Gereja dalam menghayati dan mewujudkan hidup persaudaraan di tengah
masyarakat, pada dasarnya merupakan jawaban kerinduan manusia akan
persaudaraan, perdamaian, persatuan, dan komunikasi di antara umat manusia
secara sehat dan mendalam. Oleh sebab itu, Gereja tak henti-hentinya berusaha
untuk memberikan kesaksian akan adanya suatu kemungkinan kehidupan yang
didasari persaudaraan dan persatuan dalam persekutuan dengan Allah Siauwarjaya
(1987:24-25).
2. Mengembangkan Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma)
Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang sukacita Injil “mengajak dan
mendorong umat Kristiani untuk mengawali bab baru evangelisasi yang ditandai
oleh sukacita.....” (EG, art. 1). Artinya bahwa pewartaan bukan menjadi hal yang
sekedar memberitakan Injil tetapi lebih dari pada itu. Pewartaan harus benar-benar
dilihat secara baru agar Kabar Gembira dapat memenuhi hati dan hidup semua
orang yang menjumpai Yesus. Setiap orang dapat merasakan kasih Yesus yang
sungguh tak terkira, kasih yang tak ada batasnya bagi umat manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dalam arti luas pewartaan menyangkut seluruh hidup Gereja. Gereja
seluruhnya merupakan pewartaan dan kesaksian tentang Yesus Kristus, Sabda,
dan Wahyu Allah (KWI, 1996:383). Hal ini menegaskan bahwa sudah menjadi
tugas Gereja untuk membawa Kabar Gembira bahwa Allah telah menyelamatkan
dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-Nya. Gereja
melaksanakan pewartaan (pelayanan Sabda) yang menggembirakan,
membebaskan, menerangi, dan menafsirkan hidup manusia sehingga bermakna di
hadapan Allah tentu melalui katekese. Sebab katekese berhubungan erat dengan
pewartaan. Keduanya saling berintegrasi dan saling melengkapi. Gereja dipanggil
untuk menjadi saksi dan pembawa harapan dengan mewartakan Yesus Kristus
yang memulai serta menjamin terwujudnya karya keselamatan Allah di dunia ini.
Karya pewartaan Injil yang merupakan tugas perutusan dasar Gereja ini terus
berlangsung tak henti-hentinya sejak Gereja Perdana hingga akhir jaman nanti.
Perhatian pokok dalam pewartaan Gereja adalah demi iman umat dan demi
hubungan dengan Kristus yang semakin mendalam. Hal ini merupakan perhatian
pokok pewartaan yang mana selalu tertuju pada penghayatan dan perwujudan
iman umat dalam hidup sehari-hari (Siauwarjaya, 1987:26). Untuk itu katekese
umat menyumbangkan perannya dengan proses saling meneguhkan,
mengarahkan, dan mengoreksi kondisi iman aktual umat. Melalui katekese,
pewartaan Kabar Gembira benar-benar menjadi kegembiraan yang menguatkan
bagi iman umat dan menjadi miliknya sehingga semakin mampu membagikan
kegembiraan tersebut kepada semua orang yang mereka jumpai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dalam katekese umat selalu diusahakan terjadinya komunikasi iman.
Lewat komunikasi iman itu dicapailah pengertian dan penghayatan iman yang
lebih mendalam. Dengan demikian umat semakin akrab dengan Sabda Allah dan
berani menafsirkan Sabda Allah dalam hidup konkretnya. Komunikasi iman yang
terjadi selalu dalam keterarahan pada pertobatan (metanoia) secara terus-menerus,
sehingga diharapkan umat mencapai kehidupan Kristiani yang penuh.
Melalui katekese umat, Kabar Gembira diwartakan secara baru dan
diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk semakin mendalami kebenaran
Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan
semangat injili yang menggembirakan bagi siapa saja, dan mengusahakan
pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak
mudah goyah dan tetap setia. Artinya pewartaan Kabar Gembira yang
menggambarkan bahwa Yesus Kristus begitu mencintai kita; Ia menyerahkan
hidup-Nya untuk menyelamatkan kita dan sekarang Ia tinggal dalam diri kita
untuk menerangi, mendampingi, menguatkan, dan membebaskan.
3. Menghidupkan Peribadatan yang Menguduskan (Leiturgia)
Dalam kehidupan menggereja, liturgi merupakan perayaan iman akan
Yesus Kristus. Dalam liturgi umat mengungkapkan imannya akan kasih Allah
(Siauwarjaya, 1987:26). Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan,
mengakui, dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam kesatuan Gereja
Katolik. Hal ini dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang, dan dalam
kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
memimpin perayaan liturgis tertentu, seperti memimpin ibadat sabda/doa
bersama, membagi komuni; menjadi lektor, pemazmur, organis, misdinar, paduan
suara, penghias Altar, dan Sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam
setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi, dan
sikap badan.
Pernyataan identitas maupun partisipasi aktif umat yang telah diungkapkan
di atas akan mendapatkan wujudnya, tentu didasari oleh katekese itu sendiri.
Anjuran Apostolik I Paus Yoh. Paulus Sina II tentang penyelenggaraan katekese
masa kini “Katekese mempunyai hubungan batin dengan seluruh kegiatan liturgis
dan sakramental.....” (CT, art. 23). Artinya ada kedekatan relasi antara katekese
dan liturgi maupun sakramen. Katekese akan bersifat konseptual belaka jikalau
tidak dihidupkan dengan praksis sakramental. Begitu juga kehidupan sakramental
akan menjadi hampa dan sekedar ritual, apabila tidak didasari oleh pemaknaan
yang sungguh mengenai sakramen-sakramen melalui katekese. Maka katekese
diharapkan mampu membantu umat untuk semakin memaknai dan menghayati
liturgi dan sakramen-sakramen dalam hidup konkret mereka.
Konsili Vatikan II tentang Konstitusi Dogmatis Gereja mengajarkan
bahwa Gereja dibentuk “karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi” (LG, art. 8
dan KWI, 1996:392). Artinya bahwa kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh
Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan
komunikasi iman di antara para anggota Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama
dalam perayaan iman dalam liturgi. Maka penampilan Gereja yang istimewa
terdapat dalam keikutsertaan penuh dan aktif seluruh Umat Allah dalam liturgi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ada kesamaan cara komunikasi seperti yang telah diungkapkan di atas dengan
cara komunikasi yang terjadi dalam katekese umat. Dalam katekese umat, umat
saling mengomunikasikan iman dalam segala pengalaman hidup dan komunikasi
tersebut mengantarkan umat menuju pada sebuah komunikasi iman yang lebih
luas yakni dalam memaknai liturgi sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani” (LG, art. 11), sehingga liturgi sungguh menjadi bagian dari
pengungkapan iman dan sekaligus mengembangkan iman (Siauwarjaya, 1987:
26).
4. Memajukan Karya Cinta Kasih/Pelayanan (Diakonia)
Katekese sebagai pendidikan iman mempunyai tugas membangkitkan dan
membina pengungkapan dan perwujudan iman umat dalam pelbagai
macam bentuknya: pendidikan dalam kehidupan doa dan sakramen,
pendidikan dalam kehidupan moral, pendidikan dalam gerakan ekumenis,
pendidikan dalam kepedulian akan masyarakat terutama dalam
memperjuangkan perdamaian, keadilan, kebenaran dan lingkungan hidup
(Adisusanto, 2000: 12).
Hal ini berarti bahwa dalam kaitannya dengan tugas pelayanan Gereja
katekese umat mempunyai tugas untuk membangkitkan, mendorong serta
membina perwujudan iman umat dalam berbagai macam bentuk. Misalnya ikut
serta dalam melaksanakan karya karitatif cinta kasih melalui aneka kegiatan amal
kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang kecil, miskin, telantar, tersingkir,
difabel, memperjuangkan keadilan, kebenaran, perdamaian, lingkungan hidup,
terlibat dalam kegiatan sosial serta politik dan sebagainya.
Melalui katekese umat, umat semakin menyadari akan tanggungjawab
pribadi mereka terhadap kesejahteraan sesamanya dalam segi-segi kehidupan
masyarakat seperti; pendidikan, sosial, politik, ekonomi, kesehatan, kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dan sebagainya. Sebab katekese umat selalu mengangkat masalah-masalah aktual
untuk direfleksikan dalam terang Injil lalu bermuara pada tindakan nyata untuk
hidup bermasyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keiklasan
hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh umat manusia seperti
yang diteladankankan oleh Jemaat Perdana (Kis 4:32-35). Dengan demikian
katekese umat semakin berdaya transformatif, dan Kerajaan Allah semakin
dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia.
Tugas pelayanan Gereja merupakan sebuah relasi antara Gereja dengan
Kristus sebab tindakan Yesus adalah bagian integral dari pengutusan-Nya.
Demikian juga Gereja dipanggil Kristus dan diutus oleh Allah melaksanakan
kehendak Allah bukan hanya dengan pemberitaan melulu tetapi juga melalui
keterlibatan konkret dalam hidup nyata Siauwarjaya (1987:26-27). Iman yang
dimiliki umat akan menjadi iman yang mati apabila tanpa perwujudan konkret
dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Diakonia merupakan suatu
bentuk pelayanan Gereja untuk mewujudkan iman dalam masyarakat. Gereja
dipanggil menjadi pelopor pelayanan, hadir pada orang lain sebagai sesamanya.
Itulah hidup Kristus, itulah panggilan Gereja (KWI, 2006: 450).
C. Orang Muda
1. Pengertian Orang Muda
Istilah orang, golongan, kelompok orang muda mempunyai arti yang
berbeda-beda tergantung sudut pandangan dan konteks penggunannya. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Perserikatan Bangsa-Bangsa, orang muda mencakup anak-anak manusia dari
umur 15 sampai 24 tahun. Menurut Undang-Undang Perkawinan RI, tahun 1974,
orang muda meliputi para muda-mudi yang sudah melewati umur kanak-kanak
dan belum mencapai umur yang boleh Undang-Undang diperbolehkan menikah:
bagi pemuda minimal berumur 19 tahun, bagi pemudi minimal berumur 16 tahun.
Dalam organisasi pemuda, keanggotaannya dapat menjangkau semua ornag muda
yang menurut Anggaran Dasarnya dapat menjadi anggota. Menurut organisasi
pemuda, orang muda dapat saja mencakup semua muda-mudi yang berumur 15 –
40 tahun. Orang muda sebagai pribadi sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan: fisik, mental, emosional, sosial, moral dan religius dengan segala
permasalahannya. (Mangunhardjana, 1986:4-5). Menurut (Shelton. 1998:10)
orang muda adalah orang-orang yang berusia antara 12-24 tahun dan sedang
mengalami tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial,
moral serta religius.
Dalam Kitab Suci Kita merasakan adanya perhatian dan cinta Tuhan
Kepada umat-Nya, khususnya kapada orang muda, begitu juga dalam tradisi
Gereja. Konsili Vatikan II sebagai suatu peristiwa penting dalam sejarah gereja
tidak sedikit menunjuk kepada orang muda dan berbicara kepada orang muda
secara langsung. Disebut bahwa orang muda adalah harapan dan masa depan
Gereja dan masyarakat. Seorang dewasa sudah sepenuhnya menyelami
kepribadiannya. Ia telah menemukan segala akal dayanya serta manfaat dari
segala bakatnya. Ia mengerti dirinya sendiri. Ia dapat memusatkan kekuatan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kekuatannya hingga dapat mengungkapkan serta memberi dirinya kepada orang
lain dengan suatu perbuatan yang sepenuhnya bebas.
Dalam pengembangan kepribadian orang muda, harus dipandang sebagai
pribadi yang sedang berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan yang
tak tergantikan, kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka mempunyai
perasaan, pola pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah dan
kebutuhan yang perlu dipahami. Mereka memiliki hak dan kewajiban, tanggung
jawab dan peran tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu merupakan potensi
untuk dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga orang muda dapat
berperan aktif-positif dalam kehidupan keluarga, Gereja dan masyarakat.
Hendaknya orang muda diberi kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan
tanggung jawab sebagai subyek dan pelaku utama proses bina diri dan saling bina.
Mereka bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang harus dibentuk
menurut selera para pembina. Dengan demikian, segala bentuk pengembangan
yang sifatnya menggiring, mendikte, mengobyekkan dan memperalat orang muda
demi suatu kepentingan di luar perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut
di atas haruslah dihindari dan dihilangkan. Hakekat pengembangan orang muda,
sebagai karya pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan.
2. Perkembangan Orang Muda
Pada saat orang muda berusia 13-17 tahun terjadi perkembangan dalam
dirinya baik itu perkembangan kongnitif, perkembangan moral/etika,
perkembangan ego, maupun perkembangan iman (Shelton. 1998:38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Perkembangan Kognitif
Pada usia ini terjadi perkembangan kognitif yang juga sering disebut
dengan tahap operasi formasi dimana pada usia ini, orang muda memasuki tahap
kematangan intelek. Pada usia ini orang muda mulai mampu berpikir jauh
melebihi dunia nyata dan keyakinannya sendiri, yaitu memasuki dunia ide-ide.
Tahap ini merupakan awal berpikir ilmiah. Contohnya, orang muda dapat
memakai pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah dengan tidak hanya
mendasarkan diri pada meniru orang lain. Orang muda yang berusia 13-17 tahun
juga dapat berpikir reflektif, mengevaluasi pemikiran, imajinasi yang ideal, dan
berpikir abstrak. Mereka juga dapat berpikir mengenai konsep, berpikir
menggunakan proporsi dan perbandingan, mengembangkan teori dan
mempertanyakan hal-hal yang bersifat etis. Perkembangan pada orang muda
tidak hanya terbatas pada usia 13-18 saja melainkan akan terus berkembang.
Pada saat orang muda berusia 18-25 tahun akan terus berlangsung
perkembangan dalam dirinya baik itu perkembangan kognitif, perkembangan
moral/etika, perkembangan ego dan perkembangan imannya. Pada saat orang
muda berusia 18-25 tahun terjadi perkembangan kognitif, menurut teori kognitif
Piaget pada usia ini orang muda telah melampaui tahap operasioanal formal
yang dialami pada masa remaja yaitu orang muda yang berusia 13-17 tahun.
Tidak hanya perkembangan kognitif yang terjadi melainkan masih banyak
perkembangan yang terjadi pada orang muda yang berusia 18-25 tahun.
(Shelton. 1998:39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Perkembangan Moral/Etika
Perkembangan moral juga terjadi pada saat orang muda berusia 18-25 tahun,
dimana pada taraf ini orang muda lebih menegakkan hukum dan disiplin
menjadi orientasi utama. Tekanan pada tingkat moral ini adalah siapa yang
memegang kekuasaan, dialah yang harus dihormati. Pemuda-pemudi senang
memerhatikan kewajiban yang harus dilakukan oleh orang serta bagaimana
harus mempertahankan tata kehidupan sosial untuk kepentingan ketertiban dan
keamanan sendiri. Fokus orang muda pada tahapan ini adalah memelihara
masyarakat. Jadi, tidak hanya patuh kepada lingkungan masyarakat (seperti pada
masa kanak-kanak). (Shelton. 1998:39-40)
c. Perkembangan Ego
Pada taraf ini, pemuda-pemudi barada dalam suatu situasi di antara mencari
intimitas (kedekatan) dan menyisihkan isolasi atau keterasingan. Yang dimaksud
dengan intimitas adalah suatu kapasitas untuk membuat komitmen pribadi
kepada orang lain meskipun mungkin harus membuat kompromi, bahkan ada
kemungkinan mengalami penderitaan. Intimitas dapat dikembangkan pada dua
insan berbeda jenis kelamin, atau persahabatan di antara sesama jenis kelamin.
Yang penting di sini adanya kemampuan untuk sharing dan saling
memerhatikan tanpa harus kehilangan identitas. Sementara, isolasi terjadi
apabila intimitas tidak dapat direalisasikan. Isolasi merupakan suatu tendensi
untuk menyendiri dan ketakutan kehilangan identitas. Isolasi terjadi bila
seseorang mengalami kelemahan identitas dan tidak mampu menopang
ketakpastian dalam intimitas. Orang tersebut tidak dapat dan tidak mau berbagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dalam banyak hal dengan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa masa muda ini dapat disebut sebagai alat merealisasikan cinta kasih.
(Shelton. 1998:40-41)
d. Perkembangan Iman Orang Muda
Perkembangan iman orang muda berada pada Taraf iman yang disebut
individual reflektif. Pada masa ini, pemuda-pemudi harus memulai secara serius
untuk membangun keyakinannya sendiri, gaya hidup mandiri, dan sikap pribadi
yang khas. Keadaan ini dapat menimbulkan barbagai ketegangan karena pada
saat yang sama, ia juga mencari keseimbangan antara: memiliki sikap mandiri
dan mengikuti pola yang disepakati oleh kelompok tempat ia menjadi
anggotanya. Juga ada subjektivitas berkaitan dengan dorongan nafsu yang sering
tidak terkendali versus objektivitas dan sikap kritis terhadap diri sendiri; adanya
keinginan untuk memenuhi hasrat pribadi serta ekspresi diri versus sikap mau
melayani dan hidup untuk orang lain. Pada usia ini mereka mulai menimbang-
nimbang semua alternatif dan menentukan pandangan pribadi. Refleksi pribadi
dan pemikiran secara mandiri akan membantu terbentuknya pandangan yang
khas. Kepercayaan dan pemahaman mengenai Tuhan bersifat sangat personal.
Pada umumnya, taraf iman seperti ini memang sering kita jumpai pada
kehidupan pemuda. Meskipun demikian, ada pula orang-orang yang mencapai
taraf ini pada usia 30-an sampai 40-an. Kalau pada tahap sebelumnya. Ego
identitas ditopang oleh lingkungan terdekat (orang tua, teman dekat, dan
sebagainya), sekarang, ego berdiri sendiri dan membentuk pandangan secara
mandiri (Shelton. 1998:41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
e. Permasalahan Orang Muda
Permasalahan orang muda yang sering muncul berasal dari dalam dan dari
luar dirinya. Permasalahan itu biasanya ada keterkaitan satu sama lain.
Permasalahan yang ada pada dirinya itu akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian orang muda. Berbeda dengan remaja, orang muda akan selalu
mencari cara dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa
dirinya.
1) Dalam diri
Permasalahan dalam diri orang muda berkaitan dengan emosi, berkaitan
dengan hubungan sosial, berkaitan dengan iman, berkaitan dengan perkembangan,
baik itu perkembangan kognitif maupun perkembangan fisik. (Shelton. 1998:38)
Permasalahan fisik, dalam perkembangannya orang muda sering merasa
tidak nyaman. Terlebih dalam menghadapi perkembangan fisik. Permasalahan
orang muda yang terjadi akibat perubahan fisik dirasakan awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada orang muda yang sudah selesai masa pubertasnya
permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan
mereka terhadap keadaan fisik yang dimilikinya, yang kadang kala tidak sesuai
dengan fisik ideal yang diinginkan. Orang muda kadang kala tidak dapat
menerima dirinya apa adanya. Ketidakpuasan dengan akan diri ini erat kaitannya
dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi,
rendahnya harga diri, dan merokok (Whitenton, 2002:38-37).
Permasalahan kognitif, Orang muda sudah dapat berpikir logis, absrak,
konkret dan sudah dapat menganalisa, mengevaluasi dan merefleksi segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sesuatu yang terjadi. Permasalahan yang terjadi disebabkan apa yang dievaluasi
tidak sesuai.
Permasalahan emosi, orang muda sering tidak mampu menahan emosinya,
sehingga sering terjadi luapan emosi ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
yang ia harapkan. Ini akibat dari ideologi-ideologi yang ada dalam diri mereka
sering kali tidak realistik. Semakin tidak realistik ideologi dan pemikirannya
semakin ia menjadi emosi jika kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang ia
pikirkan. Hal ini yang cenderung menimbukan permasalahan dalam diri mereka.
Tidak hanya itu mereka memiliki pikiran dan cita-cita yang tidak realistik,
sehingga apa bila cita-citanya tidak tercapai orang muda merasa gagal dan ini
mengakibatkan permasalahan dalam diri serta ketidakstabilan emosi orang muda.
( Hurlock, 1980 :235).
Permasalahan dalam diri orang muda yang berhubungan dengan kehidupan
sosial sering disebabkan oleh adanya kesenjangan antara dirinya dengan teman
sebaya, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu orang muda
kerap kali mencari kejelasan tentang siapa dirinya. Dalam pencarian identitas
dirinya orang muda sering menemukan permasalahan. Dalam diri orang muda
sering terjadi krisis identitas. Orang muda mengalami masa badai dan tekanan
(strom and stress). Orang muda mendapat banyak tekanan dalam hubungannya
dengan teman sebaya, di satu sisi ia ingin menjadi diri sendiri di satu sisi ia juga
ingin diakui dalam lingkungan kelompok sebaya, sehingga ia harus menyesuaikan
diri dengan prinsip kelompok teman sebaya. Hal ini mengakbatkan tekanan dalam
diri orang muda. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
adanya perasaan kosong akibat perombakan pendapat dan petunjuk hidup
mengakibatan permasalahan dalam orang muda. (Gunarsa,1989:100).
Permasalahan iman, orang muda mengalami keraguan religius, mereka
seringkali bertindak tidak mempercayakan dan mempertanyakan konsep iman
yang diyakini oleh keluarganya yang ia ikuti ketika masih kecil.
2) Permasalahan dalam Keluarga
Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan, (Hurlock,
1980:232-233) berpendapat bahwa adanya pertentangan antara orang muda dan
orang tua dalam hal prinsip mengakibatkan hubungan orang muda dengan anggota
keluarga menjadi kurang baik. Adanya “kesenjangan generasi” antara orang muda
dan orang tua, dikarenakan adanya adanya perubahan radikal dalam nilai dan
standar perilaku yang biasanya terjadi dalam setiap perubahan budaya yang pesat.
Kesenjangan generasi yang paling menonjol terjadi di bidang norma-norma sosial.
Banyak orang muda menganggap bahwa orang tua tidak mengerti mereka.
Biasanya orang muda menganggap bahwa peraturan dan standar yang ditetapkan
oleh orang tua tidak sesuai dengan dirinya, tidak sesuai dengan perkembangan
zaman sekarang, orang muda menganggap kuno peraturan dan standar perilaku
yang ditetapkan oleh orang tua. Tidak hanya itu, orang muda juga menganggap
bahwa metode disiplin yang digunakan oleh orang tua dianggap tidak adil atau
kekanak-kanakan, yang mengakibatkan adanya pemberontakan orang muda
terhadap orang tua.
Selain itu, hubungan dengan saudara kandung juga dapat menimbulkan
pertentangan dengan orang tua, karena orang muda menganggap orang tau pilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kasih. Merasa jadi korban dalam keluarga seperti merawat adik juga dapat
menjadi sumber permasalahan pada orang muda, selain itu sikap kritis yang
datang dari orang muda juga kadang kala tidak disukai oleh orang tua merupakan
salah satu pertentangan di antara orang muda dengannya. Besarnya keluarga dan
perilaku yang kurang matang yang ada dalam keluarga juga mengakibatkan
sumber pertentanga dan permasalahan orang muda. Biasanya keluarga yang terdiri
dari tiga atau empat anak lebih sering terjadi pertentangan dibandingkan dengan
keluarga kecil, serta sikap menghukum yang diberikan kepada orang muda bila
orang muda mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya, mengakibatkan orang
muda membenci dan tidak menyukai orang tua. Pemberontakan yang dilaukan
orang muda dan masalah pergaulan orang muda juga menjadi sumber
pertentangan dalam keluarga. Hal ini menimbulkan permasalahan orang muda
dalam keluarga. (Hurlock, 1980:232-233)
3) Permasalahan dengan Masyarakat
Anggapan bahwa orang muda adalah orang yang tidak dapat
bertanggungjawab mengakibatkan sumber pertentangan dan permasalahan bagi
orang muda dalam masyarakat. peraturan dan norma yang ditetapkan oleh
masyarakat sering bertentangan dengan apa yang ada dalam konsep orang muda.
Anggapan stereotif pada orang muda membuat orang muda merasa tidak nyaman
dengan keadaan dirinya, hal ini mengakibatkan sumber permasalahan orang muda
dengan masyarakat. Tidak hanya itu, nilai-nilai moral yang ada di lingkungan
masyarakat juga kadang kala berbeda dengan nilai moral yang ditanamkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
keluarga. Terlebih nilai moral dalam pergaulan dengan teman sebaya hal ini
mengakibatkan suatu dilema pada orang muda (Gunarsa,1989:100).
f. Orang Muda Katolik
1) Pengertian
Yang dimaksud dengan OMK menurut Pedoman Karya Pastoral Orang
Muda (PKPKM) yang dikeluarkan Komisi Kepemudaan KWI adalah mereka
yang berusia 13 s.d. 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan
situasi dan kebiasaan masing-masing daerah. OMK mencakup jenjang usia
remaja, taruna dan pemuda. Orang muda adalah kata kolektif untuk orang yang
berada pada rentang umur 11-25 tahun. Sedangkan Komisi
Kepemudaan mengambil batas 13-35 tahun.
Rentang umur tersebut menunjukkan bahwa orang muda terdiri atas usia
remaja sampai dengan dewasa awal. Rentang umur tersebut dikategorisasi lebih
rinci demi efektivitas pendampingan . Kategorisasi tersebut sebagai berikut:
a) Kelompok usia remaja (13 – 15 tahun)
b) Kelompok usia taruna (16 – 19 tahun)
c) Kelompok usia madya (20 – 24 tahun)
d) Kelompok usia karya (25 – 35 tahun)
Dalam pendampingan OMK harus dipandang sebagai pribadi yang sedang
berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan,
kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka mempunyai perasaan, pola
pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah dan kebutuhan yang perlu
dipahami. Mereka memiliki hak dan kewajiban, tanggung jawab dan peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu merupakan potensi untuk
dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga orang muda dapat berperan
aktif-positif dalam kehidupan Keluarga, Gereja dan Masyarakatnya.
2) Tiga Ciri Orang Muda Katolik :
a) Jati Diri: OMK dipanggil untuk menjadi dirinya sendiri
Hanya dengan mengetahui jati dirinya sesuai yang dikehendaki Tuhan,
maka OMK bisa membangun dunia. Meminjam kata-kata Santa Katharina dari
Siena (1347-1380), “Be who God meant you to be and you will set the world on
fire”http://tokorohanikita.blogspot.com/2017/12/kata-bijak-kutipan-santakatatina-
dari.html, diakses pada tanggal 11 juni 2018, pukul 12.00 WIB). Namun, orang
muda masa kini, tak terkecuali di tempat kita, sedang mengalami ketimpangan
biologis-psikososial. Kebutuhan untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan
telah memperpanjang masa muda mereka, dan menunda masa “mentas” mereka.
Di alam pedesaan tradisional pemuda dinyatakan lulus dari remaja ke dewasa
dengan pernikahan dini. Sekarang orangtua diharapkan untuk merawat orang
dewasa muda lebih lama lagi. Sementara itu kondisi lingkungan yang kurang baik
telah mengakibatkan pubertas awal. Jadi, anak-anak secara biologis siap untuk
menikah lebih awal daripada di masa lalu, namun kini mereka harus menunda
pernikahan karena alasan psikososial. Ada ketimpangan antara perkembangan
biologis yang lebih cepat dan kematangan psikososial yang lebih lambat.
Pengenalan Jati diri menjadi makin susah dalam situasi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b) Ketidakpastian: Dari sisi sosio-ekonomi,
Umat Katolik Indonesia terbagi menjadi dua: sekitar separuh menikmati
kesejahteraan yang membuat mereka gampang meraih apa yang mereka inginkan,
dan separuh masih berjuang untuk meningkatkan taraf kesejahteraan mereka.
Bagi Orang Muda Katolik (OMK) dari kalangan orang beruntung, sering ada
beberapa pilihan pekerjaan yang bermanfaat bagi mereka. Bagi OMK yang dari
kalangan kurang beruntung, hampir tidak ada pilihan sama sekali. Setengah
pengangguran atau pindah-pindah kerja (bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang
dipelajari) mengalami peningkatan jumlah. Bagi kebanyakan OMK, wajah mereka
menampakkan ketidakpastian masa depan.
c) Hubungan-Hubungan: Sementara OMK
Orang Muda Katolik masih bergulat dengan jati diri yang tak kunjung
jelas, dan berjuang mendapatkan pekerjaan, maka OMK harus belajar membangun
relasi antar-pribadi dalam keluarga, teman sebaya dan menemukan jodoh atau
panggilan hidup (mau pacaran dan menikah, atau melajang, atau selibat demi
Kerajaan Allah?). Suatu relasi-relasi yang membelit mereka dan bisa
membingungkan jika tidak didampingi secara bijaksana. Mereka membutuhkan
relasi yang bermakna, bukan hanya “just for fun” maupun main-main.
Secara teritorial OMK, sebagai umat muda dalam suatu paroki adalah
OMK paroki, walaupun mereka dapat juga menjadi anggota berbagai
wadah/kelompok/organisasi/gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan keinginan
mereka. Dengan demikian, dimanapun mereka aktif dan melibatkan diri, bahkan
juga bila sama sekali belum aktif, secara teritorial merupakan warga paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
setempat dengan OMK paroki sebagai “home base” (pangkalan induk) mereka.
Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi
dan motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai wadah/
kelompok/organisasi/gerakan kategorial, baik intern maupun ekstern gerejawi.
Apabila konsep akomodatif OMK ini dipahami, maka pelbagai
wadah/kelompok/organisasi/gerakan Orang Muda Katolik dalam berbagai
tingkatan tidak perlu saling menganggap sebagai pesaing apalagi ancaman,
melainkan justru sebagai kekayaan dan kekuatan OMK.
g. Rangkuman
Katekese hidup menggereja merupakan komunitas iman, harapan dan
kasih dalam Kristus (bdk. Lumen Gentium,art 8) Gereja ada karena prakarsa Allah
(bdk. Lumen Gentium art 2,3,4). Dengan demikian diharapkan OMK menyadari
bahwa perlu berjejaring dan bergerak dalam misteri tersebut. Selain itu katekese
hidup menggereja perlu pula menggerakkan Orang Muda Katolik untuk lebih
kreatif dengan cara-cara baru dalam mengajarkan bagian-bagian pengajaran iman
katolik.
Dengan demikian kehidupan berkatekese dalam Gereja, tidak dapat
dipisahkan dengan diri Orang Muda Katolik. Harapannya keduanya menjadi
tumbuh dan berkembang baik dalam iman maupun kegiatan-kegiatan. Semoga
katekese dalam Gereja menjadi wadah yang tepat dan berguna bagi kehidupan
orang muda saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB III
GAMBARAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI
SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI KABUPATEN
GUNUNGKIDUL DALAM HIDUP MENGGEREJA
Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran umum situasi di
paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Situasi yang
penulis paparkan adalah hasil dari pengamatan penulis sendiri selama hidup dan
aktif di paroki Santo Petrus Kanisius dalam kurun waktu kira-kira 15 tahun.
Penulis terlibat aktif dalam tugas-tugas gereja setelah menerima sakramen komuni
pertama. Tugas-tugas yang dijalankan antara lain misdinar, PIR sebagai pembina,
OMK sebagai anggota dan terlibat dalam beberapa kegiatan pendalaman iman di
lingkungan. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab III ini adalah
sejauh mana Orang Muda Katolik di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten Gunungkidul terlibat dalam hidup menggereja.
Pada bab III ini, penulis membagi menjadi dua pokok bahasan. Pokok
bahasan pertama memaparkan situasi umum di paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Kemudian, pokok bahasan kedua membahas
penelitian mengenai keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik di paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Pokok bahasan pertama berisi gambaran umum situasi geografis, sejarah,
situasi umat, karya-karya pastoral, visi, dan misi paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Kemudian, pokok bahasan kedua mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan
penelitian.
A. Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten Gunungkidul
1. Situasi Geografis Paroki Wonosari
Luas wilayah Paroki Wonosari ± 1.085 Km² dengan kondisi tanah
pertanian tadah hujan dan hutan rakyat, berpegunungan kapur (luar kota). Jalan-
jalan utama sudah beraspal dan umumnya kendaraan roda empat sudah bisa
masuk jalan kampung/dusun. Mengingat wilayah yang luas dengan jarak antar
lingkungan yang jauh dengan pusat paroki. Sejak tahun 2014 dimulai pembagian
untuk memudahkan reksa pastoral yang semakin efisien dan menyentuh banyak
umat menjadi tiga bagian wilayah yaitu wilayah timur (luar kota), wilayah tengah
(dalam kota plus) dan Wilayah Barat (luar kota). Wilayah Timur terdiri dari 4
wilayah yaitu Ngeposari, Semanu, Jati dan Baris. Wilayah kota terdiri dari 5
wilayah yaitu wilayah 1, 2, 3, 4, dan 5. Wilayah Barat terdiri dari 2 wilayah yaitu
Pulutan dan Singkil. Total wilayah ada 11 wilayah dan 50 lingkungan (Nunung,
2009:11).
Paroki Wonosari berjarak 40 km dari kota Jogjakarta ke arah tenggara ini
memiliki 1 Gereja induk, 6 Kapel wilayah (Semanu, Ngeposari, Jati, Pulutan,
Singkil dan Tepus), 7 kapel lingkungan (Petir, Pokdadap, Nglipar, Trengguno,
Cuwelo, Kwangen dan Baran) serta 4 rumah warga sebagai tempat ibadah
(Bolang, Menthel, Girisuba). Paroki Wonosari juga memiliki 1 tempat ibadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
alam yaitu Gua Maria Tritis “Maria Pengantara Wahyu” di wilayah Singkil
(Nunung, 2009:11).
2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Tahun 1923 dua orang iman Serikat Jesus yaitu Henri Van Driesche, SJ
dan F. Strater, SJ mulai berkarya di Besole (sekarang Baleharjo). Rama Van
Driesche, SJ berkarya di paroki Kidul Loji Yogyakarta yang secara khusus
melayani umat pribumi. Sedangkan Rama F. Strater, SJ, meluaskan Kerajaan
Allah melalui dunia pendidikan. selain kedua imam tersebut,ada tiga orang guru
agama yang bertugas di daerah Playen, Karangmojo, dan Semanu. Selain
menjalankan tugas sebagai pegawai, mereka juga mewartakan kabar gembira.
Seiring berjalannya waktu, pada 19 April 1924 seorang warga kelahiran Wonosari
pada 1911 yaitu Sastrodikromo, anak dari Kartosentono, dibaptis (dengan nama
permandian Clementinus) oleh Rama Van Driesche di Gereja St. Yusup Bintaran
Yogyakarta (Nunung, 2009:18).
Antara tahun 1924-1930, ada sepuluh orang umat dari stasi Wonosari yang
dipermandikan di Gereja St. Yusup Bintaran. Di antara sepuluh orang itu, salah
satunya adalah Raden Ignatius Soedarminto yang lahir pada 7 Agustus 1928 dan
di permandikan pada 4 November 1928 oleh Rama F. Strater, SJ. Ignatius
Soedarminto kemudian masuk biara, dan pada 6 September 1952 ditahbiskan
menjadi imam (Nunung, 2009:18).
Secara khusus Rama Van Driesche mendapat tugas untuk memperhatikan
perkambangan umat Katolik pribumi dengan ditemani oleh Rama F. Strater, SJ.
Kedua orang imam ini datang ke Gunungkidul. Dengan dibantu oleh beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
katekis awam, mereka mulai mewartakan Injil. Panenan pertama dapat dipetik
pada tahun 1924 dan selanjutnya mulai 1930 permandian dapat dilaksanakan di
Gereja Stasi wonosari (Nunung, 2009:19).
Melihat permandian pertama bagi warga yang berasal dari Wonosari pada
tahun 1924, maka dapat dikatakn bahwa Gereja di Wonosari mulai ada pada tahun
tersebut. Tahun 1928 ada tiga orang guru beragama katolik bertugas di daerah
Playen, Karangmojo, dan Semanu. Secara rutin tiga orang ini dikumpulkan oleh
Rama Van Driesche, SJ untuk koordinasi dan ibadat bersama di rumah Bapak
Padmosudjo di Wonosari (Nunung, 2009:19).
Perkembangan Gereja di Wonosari dibantu oleh sekolah misi yang
didirikan pada tahun 1931. Rama F. Strater, SJ selaku kepala sekolah misi
tersebut, mendapat bantuan dari bapak Paulus Mangundarmo. Berdirinya sekolah
misi memberikan pengaruh yang cukup besar dalam penyebaran kabar gembira di
daerah Karangrejek dan Kelor. Sampai akhirnya di kedua daerah tersebut juga
didirikan sekolah misi. Tauhn 1932, rumah Bapak Wongsosugoto disewa dan
dijadikan kapel. Kapel ini selain digunakan sebagai tempat ibadah juga digunakan
sebagai tempat pertemuan guru-guru agama bersama pastur. Pada saat iti ada
beberapa orang yang dipermandikan yaitu: Ny. Harjo Suprapto, Ny.
Barjoyuwono, Ny. Harjopawiro, Ny. Marto dan Ny. Ngapiyo (Nunung, 2009:20).
Tahun 1933, berdiri sekolah misi di Beji/Gading, Pulutan, Kuwon, dan
Besole (Baleharjo). Berdirinya sekolah misi di daerah Gading membawa berkah
bagi uamt di Ngijorejo. Pada saat itu seluruh anggota keluarga Bapak Atmo
Suparto yang berjumlah 6 orang dipermandikan oleh Rama F. Strater, SJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Keluarga inilah yang menjadi cikal bakal Gereja di daerah Ngijorejo. Di daerah
Baleharjo, yang menjadi guru misi adalah Bapak Hardjo Suprapto dan Bapak
Darmowardoyo. Tahun 1934, terdapat guru-guru misi untuk beberapa wilayah:
Karangrejek (Bapak Hardjosukismo dan Bapak Kiran), Kelor (Bapak
Darmosuprapto dan Bapak Martowiyoto), Beji (Bapak hardjoprapto, Bapak
Sadimin, dan Bapak Siswohardjono), Pulutan (Bapak Mardisiswaya dan Bapak
Sangadi), Kuwon (Bapak Dwijosubroto). (Nunung, 2009:21)
Tongak sejarah perkembangan Gereja Wonosari, diukir dengan
didirikannya gedung gereja di Wonosari yang berukuran 12x15m pada tahun
1935, Gereja ini diberkati oleh Rama F. Strater, SJ. Gereja ini merupakan Gereja
stasi dari paroki St. Ignatius Kotabaru Yogyakarta. Dalam menyebarkan kabar
gembira, Rama F. Strater, SJ dan Rama Van Driesche, SJ dibantu oleh Bapak
Parto Sentono. Mereka keliling untuk menyebarkan kabar gembira dari Ngijorejo
ke arah Timur Wonosari. Disamping sumbangan karya pewartaan dari sekolah-
sekolah misi yang sudah berdiri. Pada tahun ini pula, 8 umat yang berasal dari
daerah Kelor Karangmojo dipermandikan (Nunung, 2009:21).
Tahun 1941 Jepang mulai berkuasa di Indonesia. Salah satu dampak yang
dirasakan bagi Gereja di Wonosari adalah ketika Jepang mulai memasuki wilayah
Gunungkidul. Pada saat itu perkembangan gereja mengalami hambatan. Pelajaran
agama di sekolah-sekolah maupun di masyarakat terhenti. Pastor yang ada
ditangkap dan ditawan dan guru-guru misi tidak mendapatkan gaji. Karena
mengalami ketakutan yang dialami oleh umat, peralatan ibadat pun terpaksa
diungsikan. Namun demikian, pada tahun ini juga Bapak Tanda Kasanadi (Lurah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pasar waktu itu) beserta isteri dapat menerima Sakramen Permandian dari Rama
F. Starter, SJ (Nunung, 2009:22).
Tahun 1942-1945 Jepang berkuasa penuh atas Indonesia, tetapi
sebelum masa itu, Sri Paus mengangkat seorang Pastur untuk menjadi Uskup di
Semarang. Beliau adalah Mgr. Albertus Soegijopranoto SJ. Peran Mgr. Albertus
Soegijopranoto pada masa-masa ini sangat berarti bagi perkembangan gereja-
gereja di wilayah Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta. Peran penting
itu antara lain adalah ketika penguasa Jepang menekan umat Katolik karena
dituduh sebagai penganut aliran sesat, Mgr. Albertus Soegijopranoto, SJ memberi
bantahan dengan membuat surat terbuka untuk umum dan kepada pemerintah
Jepang yang isinya bahwa agama Katolik adalah agama yang diakui pemerintah
Indonesia pada masa itu (Nunung, 2009:22).
Meski dalam situasi yang tidak menentu, secara diam-diam beberapa
katekis yaitu Bapak Darmowardojo dan Bapak Jajeng Hardjono terus melanjutkan
karya mereka terutama di daerah Ngijorejo. Sampai akhirnya pada tahun 1952,
berdirilah Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dengan Pastur Paroki Rama
Vandel, SJ. (Nunung, 2009:22).
3. Situasi Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus
Jumlah orang muda Katoilk Paroki Santo petrus berdasarkan data paroki
tahun 2017 berjumlah ± 300 jiwa. Yang masih duduk di tingkat SMA berjumlah ±
56, yang sedang menepuh pendidikan tinggi berjumlah ± 25 dan selebihnya sudah
bekerja di beberapa tempat seperti Wonosari dan Yogyakarta. Sebagian besar dari
mereka bekerja di Yogyakarta dan pulang ke Wonosari setiap minggunya. Rata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
rata Orang Muda Katolik tingkat pendidikan telah mencapai sekolah menengah
atas (SMA). Selama ini umat yang berdomisili di Wonosari sebagian besar berasal
dari suku Jawa dan sisanya berasal dari suku Flores, suku Ambon, dan suku
Sumatra (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:1).
a. Mata Pencaharian Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius
Mata pencaharian OMK paroki Santo Petrus kanisius bervariasi mulai dari
guru, pegawai, pengusaha, pedagang toko, dan buruh. Mayoritas mata pencarian
OMK santo petrus Kanisius adalah pedagang, pengusaha kecil dan pegawai. Yang
bekerja sebagai pedagang, pengusaha, buruh dan pegawai adalah OMK yang
tinggal di dekat pusat Kota Wonosari (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus
2015:2).
b. Segi-segi Kehidupan Umat
1) Segi Ekonomi
Kehidupan ekonomi umat sebagian besar termasuk golongan menengah
dan bawah. Hal ini terlihat dari pemukiman penduduk dengan rumah permanen
dan semi-permanen, dan upah yang sesuai dengan perda setempat. Yang termasuk
golongan menengah adalah pegawai, guru, pedagang, dan pengusaha. Sedangkan
untuk golongan bawah adalah buruh yang belum memiliki rumah dan menerima
upah yang telah ditetapkan oleh daerah. Golongan bawah sangat membutuhkan
perhatian dari paroki sehingga dalam hidup menggereja tidak ada perbedaan
fungsi yang begitu mencolok yang didasarkan pada tingkatan ekonomi. Situasi
sosial ekonomi orang tua sangat mempengaruhi cara hidup Orang Muda Katolik
(Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2) Segi Pendidikan
Tingkat sosial ekonomi umat mempunyai pengaruh pada tingkat
pendidikan. Ada yang mendapat pendidikan tinggi, adapula yang hanya sampai
pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA saja. Pengaruh itu disebabkan karena
perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Yang memiliki pendapatan lebih
tinggi dapat memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sampai ke jenjang
perguruan tinggi. Sementara rumah tangga yang berpenghasilan rendah merasa
berat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut
hasil wawancara dengan pengurus Dewan Paroki Wonosari 70% sampai 80%
tamatan SMA sisanya tamatan perguruan tinggi. Dengan demikian tingkat
pendidikan di wonosari sudah tergolong baik (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data
Sensus 2015:2).
3) Segi Kebudayaan
Seperti kita ketahui, suku Jawa merupakan suku mayoritas umat wonosari.
Hanya sebagian kecil saja merupakan perantau dari luar Jawa. Maka segi-segi
kehidupan umat masih sangat dekat dengan kebudayaan Jawa. Namun dalam
keadaan seperti ini kerukunan umat sangat baik. Baik penduduk asli maupun
pendatang dapat hidup berbaur satu dengan lainnya. Budaya gotong royong pun
sangat terjaga dengan sangat baik, meskipun bahasa yang digunakan sehari-hari
merupakan bahasa Jawa (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:2).
4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Karya-karya pastoral Gereja yang diselenggarakan stasi sangat beragam.
Pada umumnya karya pastoral itu diselenggarakan dalam rangka mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
keempat fungsi Gereja. Keempat fungsi Gereja yang dimaksud adalah bidang
persekutuan (koinonia), bidang pewartaan (kerygma), bidang perayaan (leiturgia),
dan bidang pelayanan (diakonia). Karya-karya pastoral yang akan penulis
paparkan di sini merupakan karya-karya yang termuat dalam struktur
kepengurusan paroki Wonosari (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus
2015:3).
a. Bidang Persekutuan (Koinonia)
Bagi umat Kristiani, koinonia merupakan fungsi dasariah yang amat
penting. Koinonia merupakan pangkal dan tujuan Gereja karena umat Kristiani
merupakan persekutuan orang-orang yang percaya akan Allah dalam diri Kristus.
Sebagai pangkal dan tujuan Gereja koinonia bukan hanya untuk dirinya sendiri
tetapi juga bagi dunia demi kepentingan semua orang. Keterlibatan umat dalam
usaha mewujudkan diri sebagai persekutuan para murid di tengah masyarakat
menjadi tugas semua orang beriman (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus
2015:3).
Segi koinonia pertama-tama lahir dalam keluarga-keluarga Katolik
khususnya di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai persekutuan
terkecil. Mereka menghayati keluarga sebagai Gereja mini seperti kata Santo
Yohanes Christotomus sebagai Gereja rumah tangga adalah tempat Yesus Kristus
hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia dan berkembangnya Kerajaan
Allah. Sebagai Gereja mini, keluarga juga menghayati 4 fungsi Gereja yang
senantiasa memberikan bekal iman yang mendalam bagi setiap anggotanya,
seperti membangun persekutuan cinta di antara pribadi-pribadi dalam keluarga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
memberikan pendidikan iman yang baik kepada anak-anak, mempersiapkan,
memelihara dan melindungi berbagai panggilan yang ditumbuhkan Allah, dan
berperan serta dalam kehidupan dan misi Gereja universal. Berangkat dari
keluarga, kini seksi komunitas basis Paroki SAnto Petrus Kanisius Wonosari terus
mengembangkan ke persekutuan yang lebih besar yang secara khusus
mengupayakan persekutuan dalam Gereja dan masyarakat, seperti OMK, ibu-ibu
WKRI, SEKAMI, dan KBG. Dan diharapkan akan terus berkembang hingga
tercapainya visi Gereja universal (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus
2015:3).
b. Bidang Pewartaan (Kerygma)
Tugas mewartakan Kabar Gembira merupakan tugas seluruh umat
Kristiani. Panggilan tersebut diemban sejak penerimaan sakramen baptis.
Pewartaan di sini bukan dimengerti sebagai bentuk kegiatan mempertobatkan
orang lain menjadi Katolik tetapi pewartaan sebagai usaha yang terus menerus
memperbaharui dan memperdalam hubungan umat beriman akan Kristus. Jadi
maksud pewartaan di sini lebih pada memperdalam penghayatan iman umat akan
Kristus. Adapun bentuk kegiatan pewartaan di Paroki Wonosari antara lain:
pendalaman Kitab Suci pada bulan September, masa Adven dan masa Prapaskah,
pendampingan calon baptis, pendampingan calon komuni pertama, pendampingan
calon Krisma dan pendampingan pasangan yang mau menikah. (Paroki Santo
Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Bidang Liturgi/Perayaan (Leiturgia)
Fungsi Gereja dalam bidang liturgi adalah merayakan karya penyelamatan
Allah terhadap manusia yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Dalam liturgi
umat mengungkapkan imannya akan karya Allah sekaligus bersyukur atas segala
rahmat yang diterimanya. Bagi umat Kristiani liturgi mempunyai tujuan untuk
mengungkapkan dan memperkembangkan iman akan Yesus Kristus.
Adapun bentuk kegiatan antara lain: setiap hari minggu ada misa, doa
Rosario di lingkungan pada bulan Mei dan Oktober, pendalaman Kitab Suci pada
bulan September dan masa Adven, doa rutin lingkungan di rumah-rumah dan
ibadat tematis seperti ibadat arwah, syukuran rumah, kesembuhan dari penyakit,
keberhasilan dalam belajar, keberhasilan dalam usaha dan ulang tahun anggota
keluarga (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:3).
d. Bidang Pelayanan (Diakonia)
Gereja sebagai persekutuan orang-orang beriman yang percaya akan
Kristus dituntut untuk mengikuti sikap dan semangat hidup Kristus. Kristus
datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Dengan
demikian, umat Kristiani dituntut juga untuk melaksanakan tugas pelayanan
Kristus. Pelayanan di sini bukan sebatas pelayanan dalam lingkup intern Gereja
saja tetapi juga untuk umum.
Umat paroki Wonosari sungguh-sungguh mengambil peran dalam hal
pelayanan baik dalam Gereja maupun di luar Gereja. Bentuk kegiatan yang
mengarah pada Gereja seperti dana solidaritas setiap bulan perkepala keluarga,
aksi puasa paskah (APP), aksi Natal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kemudian kegiatan pelayanan di luar Gereja yang telah berjalan beberapa
tahun terakhir, seperti bekerjasama dengan para suster AK dan OP khususnya
dalam pelayanan sakramen minyak suci. Selain itu, umat paroki wonosari
bekerjasama dengan pihak paroki dan para suster AK menyediakan sebuah asrama
yang digunakan untuk menampung siswa-siswi dari pinggiran desa-desa yang
ingin melanjutkan sekolah di kota maupun kecamatan. Asrama sungguh
membantu masyarakat kurang mampu dalam mengenyam pendidikan yang layak.
Sebab di asrama anak-anak juga mendapat pelajaran tambahan dari pembimbing
asrama (Paroki Santo Petrus Kanisius, Data Sensus 2015:3).
B. Penelitian Mengenai Keterlibatan Hidup Menggereja Orang Muda
Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari kabupaten Gunugkidul
Gambaran umum OMK Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yang telah
diuraikan pada pokok bahasan pertama akan dilengkapi dalam pokok bahasan
yang kedua ini. Pokok bahasan kedua ini mengungkapkan penelitian mengenai
keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari Kabupaten Gunugkidul. Dan secara khusus akan dipaparkan mengenai
persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan
penelitian.
1. Persiapan Penelitian
Berikut penulis akan menguraikan gambaran penelitian yang akan penulis
lakukan. Gambaran tersebut meliputi latar belakang penelitian, tujuan, jenis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
instrument pengumpulan data, responden, tempat dan alokasi waktu, kemudian
variabel yang diteliti dan kisi-kisi.
a. Latar Belakang Penelitian
Paroki Santo Petrus kanisius Wonosari hingga sekarang telah berusia 83
tahun, namun selama usia ini tidak banyak mengalami perkembangan, khususnya
dalam hal iman yang tampak dalam perwujudan nyata. Selama tinggal di paroki
ini, penulis mendapat kesan bahwa pemahaman kaum muda mengenai
keterlibatan dalam hidup menggereja masih sangat terbatas. Kegiatan hidup
menggereja hanya sebatas kegiatan Gereja yang kudus, khususnya bidang intern
gerejani. Kesan ini penulis jumpai dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh kaum muda di gereja paroki Wonosari yang juga menjadi letak pusat paroki.
Dapat dibayangkan, jika di paroki yang menjadi pusat paroki saja keadaannya
seperti itu, apalagi di wilayah-wilayah lain yang letaknya lebih jauh dari pusat
paroki. Di paroki wonosari, kehidupan umat masih berorientasi pada kegiatan-
kegiatan di sekitar altar, antara lain: doa Rosario, Novena, Misa Mingguan, Misa
pada hari-hari besar, Tablo dan Pendalaman iman dll. Corak kehidupan umat
seperti ini menunjukkan bahwa bentuk hidup menggereja kaum muda dan umat
belum mengarah pada pembangunan Gereja yang memasyarakat.
Paroki Wonosari merupakan pusat paroki, tentunya memiliki tanggungjawab
yang besar. Paroki ini harus mampu memberikan teladan bagi wilayah-wilayah
lain karena letaknya yang pusat dengan paroki dan dianggap sebagai tuan rumah.
Oleh karena itu, paroki ditantang untuk menjadi ragi di tengah-tengah masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Masalah ekonomi, pendidikan, perbedaan etnis dan pendatang, kemiskinan,
lingkungan hidup, pengangguran, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi tantangan bagi hidup menggereja umat setempat.
Melihat permasalahan di atas, maka perlunya sebuah usaha guna
meningkatkan pemahaman kaum muda di Paroki Wonosari Paroki Santo Petrus
Kanisius wonosari berkaitan dengan hidup menggereja. Hidup menggereja tidak
hanya sebatas terlibat di dalam gereja melainkan secara nyata dalam hidup
menggereja yang terbuka bagi siapa saja “masyarakat luas”. Jika kedua hal
berjalan dengan seimbang maka apa yang menjadi harapan Gereja niscaya dapat
terwujud. Untuk meningkatkan kualitas hidup menggereja kaum muda maka dapat
dilakukan melalui katekese sebagai salah satu bentuk pembinaan iman demi
menjawab keprihatinan tersebut.
b. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diangkat di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui tingkat kedalaman pemahaman Orang Muda Katolik mengenai
arti hidup menggereja.
2) Menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami Orang Muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja.
3) Mendapat gambaran harapan Orang Muda Katolik guna meningkatkan
kualitas hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Ketiga tujuan di atas perlu diletakan dalam konteks hidup menggereja.
Sebab pertama-tama perlu diketahui bahwa pengalaman hidup Orang Muda
Katolik adalah hidup menggereja itu sendiri dan hidup menggereja adalah hasil
atau wujud dari katekese umat. Pada pokok bahasan sebelumnya telah dikatakan
bahwa katekese umat tidak lain adalah pengalaman hidup umat. Maka katekese
umat diharapkan semakin mampu meningkatkan hidup menggereja umat itu
sendiri, khususnya Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.
Dan juga semakin aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan baik di tingkat lingkungan, paroki maupun di masyarakat.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian analitis
deksriptif. Penelitian analisis deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata 2006:72).
d. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tiga metode untuk
melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu, wawancara,
observasi dan dokumentasi. Wawancara dimaksudkan untuk merekam percakapan
dengan maksud tertentu yang bertujuan untuk mengkonstruksi mengenai orang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi tuntutan kepedulian dan
mengubah serta memperluas konstruksi yang sedang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan
langsung. Dengan wawancara, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara
lisan dengan tujuan mendapatakan data yang dapat menjelaskan permasalahan
penelitian.
Wawancara yang akan dilakukan oleh penulis adalah wawancara langsung
dan tidak langsung. Wawancara langsung akan penulis lakukan dengan bertemu
secara langsung dengan narasumber sedangkan wawancara tidak langsung akan
penulis lakukan dengan menggunakan sarana-sarana komunikasi sosial lainya
seperti email, kuesioner, dan sosial media lainnya. Narasumber wawancara
penulis adalah Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisisun Wonosari.
Tujuan penulis memilih Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari karena Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
adalah subyek utama dari katekese umat dalam hidup menggereja. Oleh karena
Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari adalah subyek utama
dari katekese umat, maka mereka merekam seluruh proses katekese umat yang
mencakup bentuk, materi, waktu, suasana, faktor penghambat, faktor pendukung
dan harapan dari katekese umat. Jadi, tujuan wawancara yang penulis lakukan
adalah untuk mendapatkan data-data primer dari narasumber yang mengikuti,
meengalami, dan mempersiapkan katekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
e. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari Yogyakarta. Guna menentukan responden penelitian perlu
diketahui terlebih dahulu perbedaan antara populasi dan sampel. Populasi adalah
suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan dikenai generalisasi
hasil penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti
(Dwi Priyanto 2008:9).
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu
Mengacu pada judul skripsi yang penulis ambil penelitian akan
dilaksanakan di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Waktu penelitian akan dimulai 21 Maret sampai 21 April 2018.
g. Analisis Data
Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Data mentah yang sudah didapatkan kemudian dianalisis.
Analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian
karena dengan analisis data, data yang telah diperoleh mempunyai arti atau makna
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.
h. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi
Variabel merupakan segala sesuatu atau faktor-faktor yang menunjukkan
variasi, baik dalam jenis maupun tingkatannya terhadap peristiwa atau gejala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menjadi sasaran penelitian (Sutrisno Hadi, 1982: 224). Variabel yang akan
diungkapkan dalam penelitian mengenai cara menggereja umat adalah:
1) Identitas responden.
2) Tingkat pemahaman hidup menggereja.
3) Keterlibatan dalam kegiatan Gereja.
4) Kesulitan-kesulitan yang dialami untuk terlibat dalam kegiatan Gereja.
5) Harapan hidup menggereja Orang Muda Katolik.
i. Definisi Konseptual
1) Katekese umat adalah usaha kelompok/umat secara terencana untuk saling
tolong menolong, terbuka, bebas dan jujur mangartikan hidup nyata atau
pengalamannya dalam terang iman akan Yesus Kristus sebagaimana telah
dihayati dalam Tradisi Gereja sehingga mereka semakin mampu
mengungkapkan imannya dalam hidup konkret.
2) Hidup menggereja yang dimaksudkan di sini adalah segala pengalaman hidup
umat dalam hidup menggereja yang mana mencakup empat unsur koinonia,
leiturgia, kerygma, dan diakonia.
j. Definisi Operasional
1) Katekese umat berupa pendalaman iman dengan menggunakan model Shared
Christian Praxis (SCP).
2) Hidup menggereja termasuk dalam empat unsur yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
a) Unsur koinonia seperti: selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh komunitas-komunitas di gereja maupun di masyarakat.
b) Unsur kedua yakni leiturgia seperti: selalu berdoa bersama dalam keluarga
ketika makan atau doa malam, doa Rosario, selalu mengikuti misa harian
maupun hari Minggu. Ambil bagian dalam peribadatan di basis maupun saat
misa hari Minggu di gereja, misalnya menjadi pemimpin ibadat, lektor,
misdinar, pemazmur, dan koor.
c) Unsur ketiga yakni kerygma seperti: di dalam keluarga ketika doa malam dan
doa pagi selalu mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan dari Kitab
Suci. Dalam komunitas-komunitas pun selalu mendengarkan dan
merenungkan sabda Tuhan. Selalu mengikuti kegiatan pendalaman iman di
paroki, stasi maupun di basis-basis yang ada bahkan di dalam keluarga.
d) Unsur keempat yakni diakonia seperti: mengikuti kegiatan pelayanan di
masyarakat misalnya badan amal, poliklinik, pelayanan kesehatan untuk
warga kurang mampu, mengumpulkan dana solidaritas membantu warga
yang terkena musibah, membantu biaya pendidikan anak-anak tidak mampu,
menampung anak yatim, mengumpulkan dana bagi kaum papa, dan donor
darah.
Jika keempat unsur ini terpenuhi maka dapat dikategorikan bahwa tingkat
pemahaman Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja sangat mendalam.
Tetapi jika mencakup tiga unsur maka dapat dikategorikan bahwa tingkat
pemahaman umat dalam hidup menggereja mendalam. Apabila hanya dua unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
maka dikategorikan cukup dan jika hanya satu unsur maka dapat dikategorikan
kurang.
Kisi-kisi dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian
No Variabel No item Jumlah
1. Pemahaman hidup menggereja 1 s/d 4 4
2. Keterlibatan dalam kegiatan OMK 5 s/d 8 4
3. Motivasi dan hambatan untuk terlibat
dalam kegiatan OMK
9 s/d 13 5
4. Kegiatan katekese yang diharapkan OMK 14 s/d 15 2
Jumlah 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
INSTRUMEN
Nama :
Wilayah/lingkungan :
Usia :
Pekerjaan :
1. Apa yang anda pahami tentang hidup menggereja?
2. Dalam bidang pewartaan ada kegiatan katekese yang dilakukan di setiap
wilayah. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan katekese?
3. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan katekese di lingkungan atau di
OMK?
4. Apakah katekese itu membantu anda untuk mau dan tetap terlibat dalam
kegiatan OMK
5. Apakah anda pernah terlibat aktif dalam kegiatan OMK di lingkungan dan
Paroki?
6. Mengapa anda terlibat dalam kegiatan OMK, keinginan pribadi atau
dorongan dari orang lain?
7. Apa saja kegiatan yang anda ikuti di OMK?
8. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tersebut?
9. Hambatan-hambatan apa saja yang anda temui selama terlibat aktif dalam
kegiatan OMK?
10. Tantangan apa yang anda hadapi dalam keterlibatan anda sebagai OMK?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
11. Faktor-faktor apa saja yang mendukung anda untuk tetap terlibat dalam
kegiatan OMK?
12. Apa saja faktor-faktor yang tidak mendukung anda untuk terlibat aktif dalam
kegiatan OMK?
13. Kegiatan apa yang memotivasi anda untuk terlibat aktif dalam OMK?
14. Apa kegiatan yang anda harapkan di OMK?
15. Usul dan saran apa yang anda berikan untuk perkembangan OMK ke depan?
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Keterlibatan Orang Muda
Katolik dalam Hidup Menggereja di Paroki Santo Petrus Kanisius
Wonsari Gunung Kidul.
Pada bagian ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan
pada penelitian yang dilaksanakan pada 21 Maret sampai 21 April 2018 untuk 20
responden Orang Muda Katolik di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.
Bagian ini mencakup laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas responden,
laporan hasil kuisioner terbuka, laporan hasil wawancara, laporan hasil observasi,
dan laporan studi dokumen.
Penelitian ini menggunakan kuisioner terbuka dan wawancara
a. Identitas Responden
Dari 20 responden yang ditemui penulis hanya 15 responden yang
menuliskan identitas diri. Oleh karena itu lima responden yang tidak menuliskan
identitas diri dianggap abstain oleh penulis dan tidak digunakan sebagai data
kuisioner tebuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Responden penelitian katekese umat keterlibatan Orang Muda Katolik
paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul terdiri dari 11 orang muda
laki-laki dan 4 orang muda perempuan. Usia responden yang penulis temui 14
sampai dengan 28 tahun. Usia responden laki-laki berkisar pada usia 14 sampai
dengan 28 tahun. Sedangkan usia responden perempuan yang penulis temui
berkisar pada 18 sampai dengan 24 tahun.
Responden Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
yang berusia 14 tahun berjumlah satu orang, responden yang berusia 17 tahun
berjumlah satu orang, responden yang berusia 18 tahun berjumlah dua orang,
responden yang berusia 19 tahun berjumlah dua orang, responden berusia 20
tahun berjumlah dua orang, responden berusia 21 tahun berjumlah satu orang,
responden yang berusia 22 berjumlah dua orang, responden yang berusia 23 tahun
berjumlah dua orang, respoden yang berusia 24 tahun berjumlah satu orang, dan
responden yang berusia 28 tahun berjumlah satu orang. Semua responden berasal
dari paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul.
Pada bagian ini penulis menggolongkan jenis pekerjaan para responden
yang telah penulis temui. Dari 15 responden yang mengisi kuisioner dapat penulis
golongkan menjadi empat golongan yakni: pelajar, mahasiswa, guru dan
karyawan swasta. Responden yang bestatus sebagai pelajar berjumlah tiga orang.
Responden Orang Muda Katolik yang berstatus sebagai mahasiswa berjumlah
Sembilan orang. Responden yang berstatus sebagai guru berjumlah satu orang dan
responden yang bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah dua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
b. Laporan Hasil Kuisioner Terbuka
Jika angket lebih bersifat membatasi jawaban responden pada pilihan
tertentu dan kurang membuka peluang bagi responden untuk menjawab dengan
rinci, maka kuisioner terbuka digunakan untuk mengumpulkan data secara luas.
Pada kuisioner terbuka yang telah dipersiapan oeh penulis, responden bebas
menjawab sesuai dengan pengalamannya, oleh karena itu bisa jadi jumlah
jawaban yang terkumpul tidak sama dengan jumlah responden (15 orang). Ada
pula kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tidak tepat sasaran atau keluar
dari pokok pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut karena sifat kuisioner terbuka
yang tidak memiliki batasan pilihan jawaban dan seoarng responden bisa
menjawab satu pertanyaan dengan beberapa jawaban. Berikut ini laporan hasil
kuisioner terbuka.
Pada pertanyaan nomor 1, mengenai pemahaman responden tentang hidup
mengereja, sebanyak enam responden menjawab bahwa hidup menggereja adalah
aktif dalam kegiatan Gereja, dengan melayani atau ambil bagian dalam organisasi
Gereja misalnya kegiatan misdinar, lektor, paduan suara, tata tertib, guna
melayani umat. Sedangkan 9 responden lainnya menjawab pertanyaan nomor 1
dengan jawaban bahwa pemahaman tentnag hidup menggereja adalah pelayanan
terhadap Tuhan dan sesama serta mengembangkan Gereja.
Pada pertanyaan nomor 2, mengenai pemahaman tentang kegiatan katekese
sebanyak 8 responden menjawab bahwa kegiatan katekese adalah pendalaman
iman yang terlaksana dalam banyak kegiatan Gereja contohnya adalah
sembahyangan atau doa lingkungan, pendalaman Kitab Suci baik dalam masa
Adven atau Pra Paskah, dan lain sebagainya. Sedangkan 7 responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
bahwa mereka kurang mengetahui apa yang dimaksud dengan kegiatan katekese.
Bahkan tidak memahami arti dari katekese itu sendiri.
Pada pertanyaan nomor 3, mengenai keterlibatan dalam kegiatan
menggereja semua responden menjawab pernah terlibat dalam kegiatan
menggereja.
Pada pertanyaan nomor 4, mengenai pengaruh katekese terhadap
keterlibatan hidup menggereja sebanyak 10 responden menjawab bahwa katekese
yang dilakukan membantu mereka untuk semakin aktif dalam kegiatan Gereja,
sedangkan 5 responden yang lain menjawab bahwa katekese lingkungan tidak
membuat mereka semakin aktif terlibat dalam kegaitan hidup menggereja tetapi
justru semakin mengerti tentang ajaran Gereja.
Pada pertanyaan nomor 5, mengenani keterlibatan dalam hidup menggereja,
responden yang selalu aktif terlibat berjumlah 8 orang, sedangkan 7 orang
responden menjawab kadang-kadang terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Pada pertanyaan nomor 6, mengenai alasan keterlibatan dalam hidup
menggereja sebanyak 5 responden menjawab alasan terlibat dalam hidup
menggereja karena dorongan orang tua, sebanyak 8 responden menjawab alasan
terlibat dalam hidup menggereja karena kemauan pribadi dan 2 responden
menjawab alasan terlibat dalam kehidupan menggereja karena ikut-ikutan teman.
Pada pertanyaan nomor 7, mengenai apa saja kegaitan yang diikuti oleh
responden dalam kegaitan Orang Muda Katolik sebanyak 3 responden mengikuti
kegiatan rekoleksi, 4 responden mengikuti kegaitan malaem keakraban, 3 orang
responden mengikuti kegiatan pendampingan iman anak, dan 5 orang responden
mengikuti kegiatan retret dan camping rohani serta paduan suara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada pertanyaan nomor 8, mengenai tingkat intesitas mengikuti kegiatan
dalam hidup menggereja, sebanyak 8 responden menjawab bahwa mereka tidak
selalu atau tidak terlalu aktif dalam kehidupan menggereja dan 7 responden
terlibat secara aktif atau berkala aktif dalam mengikuti kegiatan hidup
menggereja.
pada pertanyaan nomor 9, mengenai hambatan yang ditemui selama terlibat
aktif dalam kegiatan Orang Muda Katolik, semua responden menjawab kendala
atau hambatan utama adalah mengatur waktu atau menyesuaikan waktu dengan
kegiatan sekolah, kuliah, atau pekerjaan.
Pada pertanyaan nomor 10, mengenai tantangan yang dihadapi dalam
mengikuti kegiatan orang mendukung untuk katolik, semua responden
mengutarakan bahwa tantangan yang dialami adalah mengajak teman-teman lain
untuk ikut aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
Pada pertanyaan nomor 11, mengenai faktor apa saja yang tetap mendukung
untuk ikut aktif terlibat dalam kehidupan menggereja, sebanyak 5 responden
menjawab bahwa faktor pendukung untuk tetap aktif dalam kegiatan menggereja
adalah teman-teman, sebanyak 5 responden menjawab orang tua menjadi faktor
pendukung untuk tetap aktif, dan 5 responden menjawab fasilitas dan sarana
prasana yang membuat mereka terlibat aktif dalam kegiatan Orang Muda Katolik.
Pada pertanyaan nomor 12, megenai faktor yang tidak mendukung kaum
muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan Gereja semua responden menjawab
bahwa yang menjadi hambatan utama untuk mengikuti kegitan orang muda adalah
menyesuaikan kegiatan gereja dengan kegaitan atau aktivitas harian lainnya.
Pada pertanyaan nomor 13, mengenai kegiatan yang memotivasi untuk
mengikuti kegiatan Orang Muda Katolik, sebanyak 8 responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kegiatan yang bersifat santai atau jalan-jalan seperti ziarah, camping rohani, dan
futsalan, sedangkan 7 responden menjawab kegiatan yang bersifat rutin seperti
latihan untuk paskahan dan natalan.
Pada pertanyaan nomor 14, mengenai usulan kegiatan yang diharapkan agar
dilaksanakan oleh Orang Muda Katolik, sebanyak 8 responden menjawab
kegiatan sosial seperti bakti sosial, atau anjangsana ke paroki-paroki lain,
sedangkan 7 responden menjawab kegiatan ziarah, camping rohani, rekoleksi,
retret dan kegiatan pendalaman ajaran Gereja yang lain.
Pada pertanyaan nomor 15, mengenai usulan responden guna
meningkatkan keterlibatan orang muda dalam keterlibatan hidup menggereja,
sebanyak 10 responden mengusulkan agar Orang Muda Katolik harus sealalu
kompak, bersinergi dan bekerja sama agar apabila terdapat perbedaan pendapat
OMK tetap utuh dan tidak terpecah. Sedangkan 5 responden mengusulkan agar
kegiatan hidup menggereja misalnya kegiatan Orang Muda Katolik dipersiapkan
dengan sungguh-sungguh sehingga para anggota atau kaum muda, dapat
menyesuaikan waktu antara kegiatan sekolah, kuliah dan bekerja dengan kegiatan
hidup menggereja.
c. Laporan Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari kuisioner terbuka, OMK belum cukup terlibat
aktif. Guna melengkapi dan memantapkan data kuisioner tersebut, penulis
menggunakan metode wawancara. Menurut Sutrisno Hadi (1989:218), metode
wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
diperoleh dengan cara lain. Data hasil wawancara ini digunakan untuk
menguatkan pembahasan data kuisioner pada bagian selanjutnya.
Narasumber wawancara ini adalah Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari yakni Maria Virgina Rahma Yuniar, Ardefian Roman R, dan
Athanasia Wenhing Dewanti.
Ada empat hal yang menjadi fokus pertanyaan dalam wawancara ini. Empat
hal tersebut adalah: (a) apakah saudara/saudari terlibat dalam kegiatan Orang
Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, (b) apa yang menjadi
motivasi untuk terlibat dalam kegiatan Orang Muda Katolik, (c) hambatan apa
yang seringkali ditemui dalam mengikuti kegaitan Orang Muda Katolik, (d)
harapan apa yang dapat diberikan untuk kegiatan Orang Muda Katolik.
Hal pertama, apakah saudara-saudari terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja terutama dalam kegiatan Orang Muda Katolik. Menurut ketiga
narasumber di atas mereka terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan Orang Muda
Katolik.
Pernyataan ini selaras dengan keterangan dari saudari Maria Virginia :
Saya terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama dalam
kegiatan Orang Muda Katolik. Dalam kegiatan Orang Muda Katolik, saya
menjabat sebagai bendahara OMK. Sebagai salah satu pengurus OMK
saya terlibat dalam berbagai macam kegiatan OMK misalnya malam
keakraban OMK, rekoleksi, dan retret.
{lampiran…..}
Pada hari Rabu dan Sabtu setiap minggu, pukul 17.00 WIB jika tidak dalam
masa ujian untuk anggota OMK yang sedang ujian diadakan kumpul OMK untuk
membahas program-program kerja yang akan dilakukan. Kegiatan kumpul OMK
dilakukan setiap dua minggu sekali selain guna untuk membahas program-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
program kerja atau latihan mempersiapkan masa Natal dan Paskah, juga untuk
meningkatkan keakraban antara anggota OMK.
Pernyataan ini diperoleh dari keterangan saudara Ardefian:
Biasanya, kita kumpul OMK seminggu dua kali pada hari Rabu dan Sabtu
jam 5 sore sampai selesai. Ya, biasanya kita ngomongin program-program
kerja, mana yang mau dibuat, atau kadang-kadang latihan-latihan buat
Natal atau Paskah. Kalau pas musim ujian itu, libur dulu, soalnya banyak
anggota OMK yang focus belajar buat ujian. {lampiran……}
Hal kedua yang ditanyakan adalah mengenai motivasi untuk terlibat dalam
kegiatan Orang Muda Katolik. Motivasi untuk terlibat dalam kegiatan Orang
Muda Katolik berasal dari keluarga, dan teman. Dukungan orang tua menjadi
motivasi tersendiri bagi Orang Muda Katolik karena dengan dukungan dari orang
tua, Orang Muda Katolik merasa bahwa pilihan mengikuti kegiatan hidup
menggereja bukanlah pilihan yang salah. Selain dukungan, hal lain yang menjadi
motivasi adalah relasi dengan teman-teman sebaya atau sepermainan. Relasi
pertemanan menjadi motivasi yang menguatkan karena melalui kebersamaan
tersebut Orang Muda Katolik dapat saling berbagi pengalaman serta mempererat
persaudaraan.
Pernyataan ini diperoleh dari keterangan saudari Maria Virginia Rahma:
Bersama teman-teman dapat sharing pengalaman, mempererat persaudaraan
serta dapat semakin menjalin relasi dengan teman-teman separoki, selain itu
dukungan dari keluarga membuat saya semakin yakin bahwa terlibat aktif
dalam kegiatan hidup menggereja bukan pilihan yang salah.
{lampiran……}
Hal ketiga yang ditanyakan oleh penulis adalah hambatan apa yang
seringkali ditemui dalam proses terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Hambatan yang ditemui adalah kesulitan untuk mengumpulkan dan mengajak
teman-teman lain untuk terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja karena
mereka memiliki kegiatan dan kesibukkan masing-masing. Menurut penulis,
belakangan ini, kehidupan orang muda memang dituntut oleh tuntutan yang lebih
kompleks. Tuntutan itu berubah seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin modern. Jadi tidak heran jika kesulitan atau hambatan yang ditemui oleh
orang muda yang aktif dalam kegiatan hidup menggereja adalah mengajak teman
lain untuk mengikuti kegiatan yang serupa.
Pernyataan ini diperoleh dari keterangan saudari Athanasia Wenhing:
Hambatan yang seringkali saya temui dalam mengikuti kegiatan Orang
Muda Katolik adalah mengumpulkan dan mengajak anggota serta teman
lain untuk ikut aktif dalam kegiatan hidup menggereja khususnya kegaitan
Orang Muda Katolik karena mereka masing-masing memiliki kesibukan
dan kegiatan sendiri. {lampiran……}
Hal keemapat menjadi pertanyaan penulis selanjutnya adalah mengenai
harapan narasumber terkait kegiatan Orang Muda Katolik. Harapan yang terucap
dari ketiga narasmuber secara garis besar adalah harapan yang sama yakni mereka
berharap agar kegiatan Orang Muda Katolik dapat menjadi salah wadah bagi
Orang Muda Katolik dalam mengekspresikan hidup dan panggilannya. Mereka
berharap bahwa Gereja maupun dewan Gereja mampu mengakomodir kreatifitas
mereka dengan melihat potensi-potensi yang ada dalam diri setiap anggota Orang
Muda Katolik di paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.
Pernyataan ini diperoleh dari keterangan saudari Athanasia Wenhing:
Harapan saya tentang kegiatan Orang Muda Katolik adalah semoga
kegiatan Orang Muda Katolik dapat menjadi wadah bagi anak-anak muda
untuk mengekspresikan dirinya berserta dengan seluruh potensi dan bakat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
bakat mereka. Oleh karena itu perlu ada dukungan dari Gereja dan dewan
paroki dalam bentuk pendampingan dan pembinaan. {lampiran……}
Demikianlah hasil wawacara dengan narasumber yang dapat penulis jabarkan.
Dari keterangan ketiga narasumber tersebut penulis semakin yakin bahwa
pembinaan dan pendampingan terutama keterlibatan hidup menggereja kaum
muda paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari perlu ditingkatkan.
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Kerangka pendalaman terhadap hasil penelitian ini pertama-tama mengacu
pada pokok-pokok katekese umat yang telah dibahas pada bab II, seperti
pengalaman hidup umat, pertobatan yang menyadarkan bahwa Allah senantiasa
hadir dalam hidup sehari-hari, membantu hidup beriman umat semakin sempurna
secara pribadi maupun dalam komunitas, dan akhirnya menuju pada tindakan
konkret dalam hidup bermasyarakat. Kerangka pendalaman di atas mengartikan
bahwa hidup menggereja berasal dari pengalaman hidup umat sendiri. Kemudian
pengalaman itu diolah oleh umat dan hasilnya pun untuk umat baik pribadi,
komunitas maupun yang lebih besar yakni masyarakat.
Berkaitan dengan penjelasan di atas maka hasil penelitian yang telah
disajikan sebelumnya akan dibahas lebih lanjut agar semakin memperjelas
gambaran hidup menggereja Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari. Pembahasan berikut akan mengungkapkan pendapat penulis terhadap
tiap-tiap variabel yang telah disebutkan yang meliputi pemahaman hidup
menggereja umat, keterlibatan umat dalam hidup menggereja, kesulitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dialami umat dalam hidup menggereja dan harapan hidup mengggereja Orang
Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul
a. Pemahaman Akan Keterlibatan Hidup Menggereja
Data yang penulis peroleh dari kuisioner menunjukkan bahwa hampir
seluruh besar responden memahami arti hidup menggereja sebagai bentuk
keterlibatan aktif dalam setiap kegiatan Gereja terutama kegiatan Orang Muda
Katolik. Pemahaman seperti ini kurang begitu mendalam sebab masih berkutat
pada lingkup Gereja saja. Telah disebutkan pada pokok bahasan sebelumnya
bahwa pengertian hidup menggereja adalah setiap kegiatan yang menampakkan
iman Kristiani di manapun ia berada baik dalam lingkup Gereja maupun
masyarakat.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa hampir seluruh responden aktif dan
terlibat dalam kehidupan menggereja khususnya kegiatan Orang Muda Katolik
paroki. Sebagian responden menghayati hidup menggereja sebagai panggilan
umat Kristiani untuk terlibat aktif di setiap kegiatan yang dilaksanakan di
lingkungan, wilayah maupun paroki. Menurut penulis pemahaman semacam ini
masih sebatas pada lingkup dalam Gereja. Bentuk penghayatan ini perlu
dikembangkan. Tingkat penghayatan hidup menggereja lebih mendalam adalah
perwujudan iman Kristiani dalam lingkup Gereja maupun masyarakat.
Melihat seluruh aspek yang sudah terungkap, penulis dapat mengatakan
bahwa tingkat kedalaman pemahaman Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari akan keterlibatan hidup menggereja sudah cukup mendalam.
Tingkat pemahaman keterlibatan itu perlu ditindaklajuti agar umat semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
memahami dan menghayati hidup menggereja dengan demikian dapat diwujudkan
dalam hidup sehari-hari.
b. Keterlibatan dalam Hidup Menggereja
Jawaban umat mengenai keterlibatannya dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan di lingkungan atau wilayah mengungkapkan bahwa mereka aktif
terlibat. Jumlah responden yang selalu terlibat aktif dalam kegiatan menggereja
mencapai 8 orang.. Jumlah mereka hampir seimbang dengan umat yang kadang-
kadang terlibat. Perbedaan jumlah umat yang terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja dapat dilihat cukup besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kaum muda sudah cukup memiliki “sense of belonging” akan kehidupan
menggereja. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan lebih lanjut agar
keterlibatan Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dapat
semakin meningkat.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa alasan kaum muda terlibat dalam
kegiatan hidup menggereja sebanyak 5 responden mengikuti kegiatan hidup
menggereja karena dorongan orang tua. Hal ini berarti orang tua berperan penting
dalam keterlibatan kaum muda dalam kehidupan menggereja. Sedangkan 8
responden lainnya menjawab bahwa mengikuti kegiatan hidup menggereja
dikarenakan keinginan pribadi. Hal ini tentunya sangat penting, bahwa kesadaran
pribadi menjadi alasan utama sebagian besar responden untuk terlibat aktif dalam
kegiatan hidup menggereja. Sisa responden sebanyak 2 orang mengatakan bahwa
terlibat mengikuti kegiatan hidup menggereja karena ikut-ikutan teman. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
membutktikan bahwa pertemanan menjadi salah satu faktor bagi orang muda
untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
Bentuk kegiatan yang diikuti oleh kebanyakan responden adalah kegiatan
rekoleksi, malam keakraban, pendampingan iman anak, retret, camping rohani
dan kegiatan liturgi misalnya koor, mazmur, dan lektor.. Berdasarkan pemahaman
penulis bahwa kegiatan persekutuan dan pewartaan dapat meningkatkan
persaudaraan sejati seperti yang terungkap dalam misi paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari. Bentuk kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari
pemberdayaan komunitas lingkungan, wilayah maupun paroki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan agar bentuk kegiatan persekutuan dan pewartaan perlu
digemakan lagi di kalangan Orang Muda Katolik.
Bertitik tolak dari aspek yang telah terungkap, dapat dikatakan bahwa
keterlibatan Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam
kegiatan menggereja masih kurang. Keterlibatan itu perlu ditingkatkan kembali
begitu juga dengan keterlibatan dalam hidup bermasyarakat. Kedua-duanya harus
mendapatkan prioritas yang sama. Oleh karena itu pembinaan Orang Muda
Katolik guna peningkatan kesadaran dalam hidup menggereja perlu mendapat
perhatian khusus
c. Kesulitan dan Motivasi yang Dialami Orang Muda Katolik Paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari untuk Terlibat dalam Kegiatan Gereja
Hasil kuisinoer terbuka mengungkapkan jawaban seluruh responden adalah
kendala atau hambatan utama yang dialami untuk terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja adalah mengatur waktu atau menyesuaikan waktu dengan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
lainnya seperti kegiatan sekolah, kuliah, dan pekerjaan. Kesulitan mengatur waktu
dialami oleh para pelajar dan mahasiswa yang belakangan ini semakin dituntut
untuk mampu terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Bagi kaum muda yang
telah bekerja, mengatur waktu tersebut sulit dikarenakan kadang kala kegiatan
Orang Muda Katolik bertabrakan dengan jadwal bekerja atau kepetingan kerja
lainnya.
Di samping jawaban responden di atas, menurut para responden dalam poin
pertanyaan nomor 10, kesulitan atau hambatan lain yang mereka alami adalah
sulitnya mengajak teman-teman lain untuk aktif dalam kegiatan hidup
menggereja. Menurut pendapat penulis yang juga hidup di paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari, susahnya mengajak teman lain untuk terlibat dalam kegiatan
hidup menggereja bukan hanya disebabkan karena kesulitan mengatur waktu,
namun juga disebabkan oleh karena jarak antara wilayah yang satu dengan lain
cukup berjauhan Bertolak dari jawaban di atas, penulis berpendapat bahwa kaum
muda yang kesulitan mengatur waktu dan bertempat tinggal di wilayah yang
berjarak jauh dari Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari memang cukup aktif
hanya saja akhirnya mau tak mau meninggalkan kegiatan Gereja.
Selain faktor kesulitan atau hambatan terdapat pula faktor pendukung yang
menjadi motivasi bagi kaum muda agar terlibat aktif dalam kegiatan hidup
menggereja. Dari hasil kuisioner terbuka, sebanyak 5 responden mengatakan
bahwa teman sepermainan menjadi faktor pendukung atau motivator agar tetap
terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja. Selain itu 5 responden menjawab
bahwa dorongan orang tua menjadi motivasi untuk terlibat aktif dalam kegaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
hidup menggereja. Dan faktor terkahir yang menjadi pendukung terakhir dari
keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik adalah sarana dan prasarana
yang dipersiapkan oleh paroki. Sarana dan prasaarana yang menunjang kegiatan
tentunya akan menjadi faktor penting bagi keberlangusngan keterlibatan aktif
Orang Muda Katolik. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis memiliki
pendapat bahwa tiga faktor di atas adalah tiga hal penting yang harus menjadi
perhatian Pembina Orang Muda Katolik. Pembina Orang Muda Katolik harus
memberikan perhatian khusus agar keterlibatan hidup menggereja Orang Muda
Katolik semakin meningkat.
d. Kegiatan Katekese yang Diharapkan Orang Muda Katolik
Berkaitan dengan pelaksanaan katekese, hasil Kuisioner terbuka
menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden memilih jawaban kegiatan katekese
sosial seperti bakti sosial dan anjangsana ke wilayah atau paroki agar lebih banyak
dilakukan dalam sebulan. Sedangkan 7 responden menjawab kegiatan katekese
yang dibentuk dalam kegiatan rohani seperti kegiatan ziarah, camping rohani,
rekoleksi, retret, dan kegiatan pendalaman ajaran Gereja yang lain.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut penulis berpendapat bahwa kegiatan
katekese sosial mampu menjadi wadah bagi Orang Muda Katolik yang sekarang
ini hidup dalam jaman modern. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
lain tentu akan menjadi salah satu keterampilan yang baik jika dimiliki dan
dikembangkan secara terus menerut. Sedangkan usulan katekese rohani,
menunjukkan kepada penulis bahwa selain kegiatan sosial Orang Muda Katolik
Santo Petrus Kanisus Wonosari juga tertarik dan berminat dengan kegiatan serta
ajaran Gereja. Dan jika boleh, kegiatan katekese sosial dan rohani dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dilaksanakan bergantian sehingga kaum muda paroki Santo Petrus Kanisius
Wonosari semakin akrab dan iman mereka dapat semakin berkembang.
Hasil kuisioner yang terakhir menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden
mengusulkan agar Orang Muda Katolik harus selalu kompak, bersinergi dan
bekerja sama agar apabila terdapat perbedaan pendapat OMK tetapi utuh dan tidak
terpecah-pecah. Sedangkan sebanyak 5 responden mengusulkan agar kegiatan
hidup menggereja misalnya kegiatan Orang Muda Katolik dipersiapkan dengan
sungguh-sungguh sehingga para anggota atau kaum muda, dapat menyesuaikan
waktu antara kegiatan sekolah, kuliah dan bekerja dengan kegiatan hidup
menggereja.
C. Kesimpulan Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan empat kesimpulan berdasakan
hasil dari penelitian. Pertama, pemahaman dalam hidup menggereja penulis cukup
aktif. Akan tetapi ada hal yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan oleh Orang
Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yakni kesadaran dan
pemahaman bahwa keterlibatan dalam hidup menggereja tidak hanya mencakup
lingkungan gerejawi semata namun juga meliputi lingkungan masyarakat bahkan
sampai merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, keterlibatan dalam hidup menggereja. Berdasarkan pada hasil
penelitian pada item 5 sampai 8 dapat disimpulkan bahwa kaum muda sudah
cukup aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, dan guna meningkatkan
keaktifan tersebut maka harus diadakan pendampingan dan pembinaan
berkelanjutan. Selain cukup aktif, penulis juga menemukan bahwa alasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dorongan untuk terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja yang dilakukan
oleh Orang Muda Katolik berasal dari keinginan pribadi, dukungan keluarga dan
relasi pertemanan. Penulis juga menemukan bahwa bentuk kegiatan yang diikuti
oleh Orang Muda Katolik adalah kegiatan rekoleksi, retret, ziarah, camping
rohani, pendalaman iman, malam keakraban dan pendampingan iman anak.
Ketiga, hal yang dapat penulis simpulkan adalah kesulitan dan motivasi
yang dialami oleh Orang Muda Katolik paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
selama ikut berperan aktif dalam kegiatan hidup menggereja. Kesulitan yang
ddihadapi dapat penulis simpulkan sebagai kesulitan untuk menejemen waktu atau
menyesuaikan waktu antara waktu aktif di Gereja dengan waktu kegiatan lainnya
seperti sekolah, kuliah dan bekerja. Kesulitan lainnya yang penulis temukan
adalah kesulitan untuk mengajak teman-teman lain yang kurang aktif, karena
mereka memiliki kesibukan dan kegiatan masing-masing.
Hal keempat yang dapat penulis simpulkan adalah kegiatan katekese yang
diharapkan oleh Orang Muda Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari yakni
kegiatan katekese sosial sekaligus kegiatan katekese rohani. Kegiatan sosial yang
dapat penulis simpulkan adalah kegiatan seperti retret, rekoleksi, ziarah, campig
rohani,, bakti sosial, anjangsana ke paroki lain dan kegiatan rohani yang
diharapkan adalah kegiatan seperti pendalaman iman, pendampingan iman anak,
latihan koor serta kegiatan pendalaman Ajaran Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN KATEKESE UMAT
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN
ORANG MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA
PAROKI SANTO PETRUS KANISIUS WONOSARI GUNUNGKIDUL
Pada bab IV ini penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa
usulan program katekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan Orang
Muda Katolik dalam hidup menggereja paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
Kabupaten Gunungkidul. Usulan program tersebut merupakan tindak lanjut dari
hasil penelitian pada bab III. Usulan pemikiran program tersebut akan dijabarkan
dengan rincian meliputi latar belakang program, tujuan program, usulan program,
bentuk program, matriks program dan satuan persiapan program.
A. Latar Belakang Program
Katekese umat merupakan suatu bentuk pelayanan pastoral yang menitik
beratkan pada sharing pengalaman iman antar peserta, sehingga mampu
memperteguhkan iman peserta masing-masing. Biasanya katekese umat
dilaksanakan pada bulan Maret pada masa Prapaskah, Oktober pada masa
BKSN, dan Desember pada masa Adven. Bahkan pihak Keuskupan telah
menyediakan bahan dalam bentuk buku panduan demi memudahkan dalam
berkatekese. Dengan adanya katekese umat, Orang Muda Katolik diharapkan
semakin dewasa dalam iman sehingga dapat menjadi saksi Kristus di tengah-
tengah masyarakat. Adanya katekese umat menjadikan Orang Muda Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
semakin akrab dengan sabda Tuhan sebagai pedoman dalam kehidupan. Orang
Muda Katolik juga diarahkan untuk peduli dengan keadaan sekitarnya serta
mampu berbuat lebih baik lagi dalam hidup menggerja.
Berdasarkan keprihatinan Orang Muda Katolik yang terjadi di paroki Santo
Petrus Kanisius Wonosari maka penulis mengusulkan untuk melaksanakan
kegiatan Camping Rohani yang dikemas dengan bentuk katekese umat model
SCP demi membantu meningkatkan keterlibatan Orang Muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam hidup menggereja. Orang Muda Katolik
juga dapat merefleksikan secara kritis setiap pengalaman yang terjadi dalam
hidup mereka. Selain itu, Orang Muda Katolik pun dapat sampai pada pertobatan
diri pribadi maupun bersama dan menyadari karya Allah dalam hidup
menggereja mereka. Dengan demikian, mereka mampu menjadi penggerak atau
motivator bagi yang lain demi tercapainya cita-cita Kerajaan Allah.
B. Tujuan Program
Untuk lebih memahami isi dan maksud program, penulis akan menjabarkan
tujuan program. Adapun tujuan program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bersama-sama dengan pendamping, Orang Muda Katolik dapat
menyadari pentingnya membangun persekutuan dalam sebuah
komunitas sehingga kita dapat saling berbagi satu sama lain dalam
kehidupan menggereja sehari-hari dan menjadi teladan bagi yang
lain.
2. Bersama-sama dengan pendamping, Orang Muda Katolik dapat
memahami bahwa dirinya dipilih dan diutus untuk mewartakan Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
oleh karena rahmat Allah dan bukan hanya menjadi pendengar
tetapi sebagai pelaksana sehingga kita semakin mampu
mengembangkan panggilan mewartakan Injil dan terlibat aktif di
dalamnya.
3. Bersama-sama dengan pendamping, Orang Muda Katolik dapat
menyadari bahwa melayani dengan cinta kasih adalah pemberian
diri bagi yang lain sehingga dapat membangun sikap mencintai
dengan tulus dan dapat menumbuhkan sikap peduli kepada orang
lain tanpa mementingkan diri sendiri.
C. Usulan Program
Pada bagian ini penulis akan memberikan usulan program camping Rohani
yang dikemas dengan bentuk Shared Christian Praxis (SCP) sebagai tindak
lanjut dari kebutuhan umat berdasarkan hasil penelitian.
SCP merupakan salah satu model katekese umat yang menekankan proses
yang bersifat dialogis partisipatif. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat
mendorong peserta untuk mampu mengomunikasikan antara Tradisi dan visi
hidup peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Dan pada akhirnya, peserta baik
secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan
keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.
Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena bermula,
berproses dan berakhir dari praksis hidup peserta. Pengalaman hidup peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
tersebut, direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan
maknanya, kemudian dikonfrontasikan dengan Tradisi atau visi Kristiani supaya
muncul pemahaman sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada
praksis baru. Orientasi model SCP ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang
bebas dan bertanggungjawab (Heryatno WW, 1997:1).
Camping Rohani adalah salah satu bentuk kegiatan rohani yang
dilaksanakan diluar ruangan sebagai upaya untuk meningkatkan iman serta
menumbuhkan rasa persaudaraan seiman dalam suatu komunitas baik PIA, PIR,
dan OMK serta komunitas yang lain.
Adapun tema yang penulis usulkan untuk kegiatan Camping rohani yang
dikemas dengan bentuk Shared Christian Praxis (SCP) adalah “Menjadi Orang
Muda Katolik yang mampu mewartakan kabar gembira dengan persaudaraan
sejati untuk membangun komunitas dalam menghidupi nilai-nilai Kerajaan
Allah”
Tema ini diambil oleh penulis mengingat tingkat keaktifan Orang Muda
Katolik di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari masih perlu ditingkatkan.
Harapannya, dengan tema ini Orang Muda Katolik semakin mampu mewartakan
Kabar Gembira dalam kehidupan sehari-hari dalam persaudaraan sejati. Pada
akhirnya Orang Muda Katolik berani membangun komunitas yang mampu
mengajak semua Orang Muda Katolik untuk semakin aktif dan giat dalam
mewartakan nilai-nilai Kerjaan Allah melalui berbagai kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
D. Bentuk Program
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh Orang Muda Katolik di Paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari, maka penulis mengusulkan program yaitu,
Camping Rohani yang dikemas dalam bentuk Shared Christian Praxis (SCP) .
Program ini dikemas dalam bentuk SCP, karena menilik pada usia responden
diyakini sudah mampu berbagi pengalaman iman yang akan semakin
menjadikan Orang Muda Katolik menjadi pribadi yang berwawasan luas yang
pada akhirnya menjadikan Orang Muda Katolik semakin berani dalam
mengaktualisasikan imannya dalam berbagai kegiatan yang semakin
mendewasakan iman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
E. Matiks Program
Tema umum : Menjadi Orang Muda Katolik yang mampu mewartakan kabar gembira dengan persaudaraan sejati untuk
membangun komunitas dalam menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah.
Tujuan Umum : Dengan katekese umat yang dikemas dalam bentuk SCP Orang Muda Katolik semakin mampu mewartakan
kabar gembira dengan persaudaraan sejati dalam menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah.
Tujuan Khusus : Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari semakin mampu mewartakan kabar gembira
dengan persaudaran sejati dalam menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah.
No Tema Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
1 Membangun
Persekutuan
Sehati dan
Sejiwa Dalam
Hidup Menggereja.
Bersama pendamping, orang
muda Katolik dapat menyadari
pentingnya membangun
persekutuan dalam sebuah
komunitas sehingga kita dapat
saling berbagi satu sama lain
dalam kehidupan menggereja
- Pengalaman
hidup umat
- Panggilan untuk
menjadi orang
Katolik
- Manusia adalah
mahkluk sosial
- Persekutuan
dalam komunitas
- Unsur-unsur
kehidupan dalam
komunitas
- Sharing
- Tanya jawab
- Informasi
- Renungan
- Peneguhan
- Teks Kitab
Suci Kis
2:41-47
- Teks lagu
“Dalam
Yesus Kita
Bersaudara”
dan “Hari Ini
Ku Rasa
Bahagia”
- Teks cerita
Daun-daun
dan Orang
- Kis 2:41-47
- Dianne
Bergant, CSA.
Dan Robert J.
Karris, OFM.
2002. Tafsir
Alkitab
Perjanjian
Baru.
Yogyakarta:
Kanisius. Hal.
218
- Darmawijaya.
90 menit
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
No Tema Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
sehari-hari dan menjadi teladan
bagi yang lain.
- Speaker aktif
- Laptop
- Lagu MP3
instrumental
(Bapa Sentuh
Hatiku)
- Lilin dan
salib
2006. Hal 42-
47
- LBI, 2002: 218
- LBI, 2011: 143
- Mihalic,
2008a: 182-
183
2 Semangat
Pewartaan
Menjadikanku
Saksi Kristus.
Bersama pendamping, orang
muda Katolik dapat memahami
bahwa dirinya dipilih dan diutus
mewartakan Injil oleh karena
rahmat Allah dan bukan
hanya menjadi pendengar tetapi
sebagai pelaksana sehingga
kita semakin mampu
mengembangkan panggilan
mewartakan Injil dan terlibat
- Pengalaman
hidup umat
- Hal-hal baik
yang dijumpai
dalam pewartaan
Injil
- Menemukan
keprihatinan
dalam pewartaan
Injil
- Menimba Ajaran
Gereja
- Harapan dalam
pewartaan Injil
- Sharing
- Tanya jawab
- Diskusi
- Informasi
- Renungan
- Refleksi
- Peneguhan
- Teks Ajaran
Gereja LG.
No. 5
- Teks lagu
MB. No. 522
“Pantang
Mundur” dan
MB. No. 455
“Jadilah Saksi
Kristus”
- Laptop
- Lilin dan
salib
- LG. No. 5
“keterlibatan
kaum awam
dalam tugas
kenabian
Kristus”
- Madah Bakti
- KWI. 1996.
Iman Katolik
Buku
Informasi dan
Referensi.
Yogyakarta:
Kanisius. Hal.
382-392
90 menit
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No Tema Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Waktu
aktif di dalamnya.
3 Satu Hati Satu
Cinta Peduli
Sesama Sebagai
Wujud
Pelayanan.
Bersama pendamping, orang
muda Katolik dapat menyadari
bahwa melayani dengan cinta
kasih adalah pemberian diri bagi
yang lain sehingga dapat
membangun sikap mencintai
dengan tulus dan dapat
menumbuhkan sikap peduli
kepada orang lain tanpa
mementingkan diri sendiri.
- Pengalaman
hidup umat
- Sikap dasar
untuk melayani
bukan dilayani
- Gereja dan
Masyarakat
- Gereja dan
Kaum Miskin
- Katolik sejati
harus peduli dan
berbagi
- Sharing
- Refleksi
- Tanya jawab
- Informasi
- Peneguhan
- Teks Kitab
Suci Luk
10:25-37
- Teks lagu
MB. No. 533
“Tingkatkan
Karya serta
Karsa” dan
MB. No. 325
“Fajar Telah
Menyingsing”
- Video chicken
a la carte
- Laptop
- LCD
- Speaker
- Lilin dan salib
- Luk 10:25-37
- Dianne
Bergant, CSA.
Dan Robert J.
Karris, OFM.
2002. Tafsir
Alkitab
Perjanjian
Baru.
Yogyakarta:
Kanisius. Hal.
135-136
- KWI. 1996.
Iman Katolik
Buku
Informasi dan
Referensi.
Yogyakarta:
Kanisius. Hal.
444-460
- Madah Bakti
90 menit
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
F. Satuan Persiapan Program
Berikut ini akan dijabarkan mengenai persiapan perogram yang diusulkan
sebagai tanggapan atas kebutuhan umat dengan rincian sebagai berikut.
Satuan Persiapan (SP) 1
1) Tema Pertemuan : Membangun Persekutuan Sehati dan Sejiwa Dalam
Hidup Menggereja.
2) Tujuan : Bersama pendamping, orang Muda Katolik dapat
menyadari pentingnya membangun persekutuan dalam
sebuah komunitas sehingga kita dapat saling berbagi satu
sama lain dalam kehidupan menggereja sehari-hari dan
menjadi teladan bagi yang lain.
3) Peserta : Orang muda Katolik.
4) Tempat : Aula Gereja Santo Petrus Kanisius Wonosari.
5) Waktu : 90 menit.
6) Metode : Sharing, tanya jawab, informasi, renungan, dan
peneguhan
7) Model : SCP (Shared Christian Praxis)
8) Sarana : Teks Kitab Suci Kis 2:41-47; teks lagu “Dalam Yesus
Kita Bersaudara” dan “Hari Ini Ku Rasa Bahagia”; teks
cerita “Daun-daun dan Orang”; speaker aktif; laptop,
lagu MP3 instrumental (Bapa Sentuh Hatiku); lilin; dan
salib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
9) Sumber bahan : Kis 2:41-47; Dianne Bergant, CSA. Dan Robert J.
Karris, OFM. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 218; Darmawijaya. 2006. Hal
42-47; LBI, 2002: 218; dan LBI, 2011: 143
a. Pemikiran Dasar
Dewasa ini sungguh masih relevan bahwa persekutuan antar umat sangat
diperlukan demi mempererat hubungan satu dengan lainnya. Suatu komunitas
terbentuk karena adanya persekutuan antar anggota-anggotanya. Tetapi pada
kenyataannya persekutuan tersebut semakin larut oleh karena termakan
perkembangan zaman itu sendiri. Pada zaman sekarang, kita dapat melihat sendiri
di berbagai tempat maupun paroki. Banyak orang muda Katolik yang tidak peduli
dengan lingkungan di mana mereka berdomisili. Banyak orang muda Katolik
kurang memahami pentingnya membangun sebuah persekutuan dalam komunitas.
Penyebab utamanya ialah lunturnya semangat persekutuan tersebut oleh karena
pengaruh perkembangan teknologi yang begitu cepat. Orang muda Katolik
disibukkan dengan, tawaran-tawaran duniawi yang menyenangkan, semakin acuh
tak acuh dengan keadaan sekitar, bahkan rasa egois pun tumbuh dengan subur
dalam diri masing-masing pribadi. Tidak jarang sering dijumpai banyak orang
muda Katolik hanya memanfaatkan semangat persekutuan tersebut jikalau itu
bermanfaat baginya.
Kisah Para Rasul menguraikan tentang persekutuan sehati dan sejiwa
dalam sebuah komunitas yang percaya kepada Kristus. Kita semua merupakan
pribadi-pribadi yang percaya kepada Kristus dan hidup dalam suatu komunitas
yang membuat kita selalu kuat. Melalui baptisan yang telah kita terima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
menjadikan kita istimewa untuk hidup bersama Yesus. Dan oleh karena kita hidup
dalam komunitas yang membutuhkan semangat persekutuan sehati dan sejiwa,
maka Yesus mengajak kita untuk tekun dalam pengajaran dan berkumpul
merayakan Ekaristi atau ibadat bersama, tekun dalam doa, bersuka cita,
bersyukur, dan saling berbagi satu dengan lainnya. Ajakan Yesus tersebut
menuntun kita untuk semakin percaya dan yakin akan kuasa Kristus dalam hidup
dan dengan demikian semangat persekutuan sehati dan sejiwa dalam komunitas
pun dapat dibangun bersama tanpa ada rasa kekuatiran bahwa Yesus membiarkan
kita berusaha sendiri.
Pada pertemuan kali ini, kita diajak untuk membangun semangat
persekutuan dalam komunitas Gereja, serta melibatkan Yesus di dalamnya.
Semangat persekutuan dalam komuntas harus selalu dijaga dan dikembangkan
agar suka cita hidup bersama Yesus selalu dirasakan. Dengan membangun
persekutuan dalam komunitas kita semakin mampu merasakan kasih Tuhan untuk
saling berbagi satu sama lain. Perwujudan persekutuan sehati dan sejiwa dalam
komunitas tersebut dapat berupa melibatkan diri dalam kegiatan menggereja,
tekun berdoa, menghadiri perayaan Ekaristi, saling berbagi pengalaman,
pengetahuan, bekerjasama membersihkan ligkungan Gereja, melibatkan diri
dalam tugas koor, OMK, SEKAMI, WKRI, KBG, dan lain-lain. Membangun
persekutuan sehati dan sejiwa berarti berani untuk berkorban dan bekerjasama
serta berani keluar dari keamanan diri sendiri untuk memberikan diri seutuhnya
bagi orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
b. Pengembangan Langkah-langkah
1) Pembukaan
a) Kata pengantar
Kawan-kawan yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada kesempatan kali
ini, kita berkumpul bersama-sama untuk belajar bagaimana kita bersama Yesus
dapat membangun semangat persekutuan sehati dan sejiwa dalam komunitas.
Pada saat ini semangat persekutuan yang ada di antara orang muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari semakin luntur. Banyak hal kita jumpai, seperti
umat yang terlalu sibuk dengan , urusan pribadi, ku, kurang tanggap akan situasi
dan kondisi yang terjadi di sekitar kita. Persekutuan dalam komunitas menjadi
sangat penting dan mendapat maknanya apabila dijalankan seturut kehendak
Yesus. Dalam Kis 2:41-47, mengajak kita untuk selalu membangun sikap tersebut
dalam komunitas beriman yang kita hidupi. Semangat persekutuan tidak hanya
sebatas merasakan kebahagiaan akan tetapi juga membutuhkan pengorbanan guna
mencapai cita-cita bersama. Untuk membangun semangat persekutuan sehati dan
sejiwa juga membutuhkan kerjasama, saling peduli, dan berbagi satu sama lain.
Melalui hal itu kita belajar berkomunikasi dan akrab dengan sesama.
b) Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara”
c) Doa pembukaan
Allah Bapa yang maha pemurah, kami bersyukur dan berterima kasih
kepada-Mu, karena penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini
untuk bersama-sama mendalami sabda-Mu. Ya Bapa, kami mohon dampingi kami
semua yang hadir di sini agar dapat membuka hati kami merenungkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
mendalami, dan mensharingkan pengalaman hidup kami dalam membangun
persekutuan komunitas. Ya Bapa, kami mohon semoga Engkau memberkati
seluruh pertemuan malam ini, dari awal hingga akhir. Dengan demikian kami
sungguh-sungguh semakin memahami arti persekutuan yang sebenarnya menurut
teladan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.
2) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
a) Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “Daun-daun dan Orang”
kepada peserta dan menunjuk salah satu peserta untuk membacakan
sedangkan peserta yang lain memperhatikan dan mendengarkan.
b) Pendamping memberikan waktu beberapa saat kepada umat untuk membaca
secara pribadi cerita tersebut dalam hati.
c) Pendamping meminta salah satu peserta mencoba menceritakan kembali
dengan singkat cerita tersebut.
d) Inti sari cerita “Daun-daun dan Orang.”
Hidup dalam sebuah komunitas seperti halnya sebuah pohon yang terdiri
dari daun, batang pohon, cabang, dan akar. Daun memiliki peran penting demi
berkembang dan bertumbuhnya pohon tersebut. Satu lembar daun bagaikan satu
pribadi dalam komunitas tersebut. Jika satu lembar daun tidak dapat bekerja
dengan baik maka akan menghambat pertumbuhan pohon. Jika tidak ada rasa
persekutuan sehati dan sejiwa antara daun, batang, cabang, dan akar maka pohon
tidak akan tumbuh dengan baik. Pohon sangat membutuhkan air melalui akarnya
dan sinar matahari melalui daunnya. Begitu juga dengan batang dan cabang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
memilki fungsinya masing-masing demi pertumbuhan dan perkembangan pohon
tersebut.
e) Pengungkapan pengalaman hidup: peserta diajak mendalami cerita tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
Hambatan apa saja yang terjadi jika sebuah pohon tumbuh tanpa ada
persekutuan antara batang, daun, cabang maupun akar!
Ceritakanlah pengalaman kawan-kawan dalam menghadapi hambatan
ketika hendak membangun sebuah persekutuan dalam komunitas!
f) Suatu contoh arah rangkuman pendamping
Berdasarkan analogi cerita tadi, hambatan apa yang terjadi jika bagian-
bagian dari pohon tersebut tidak memiliki rasa persekutuan atau saling memiliki
antara satu dengan yang lain dalam komunitasnya. Tentu pohon tidak akan
tumbuh dan berkembang dengan baik. Misalnya daun tidak menerima sinar
matahari oleh karena terhalang sesuatu, akar tidak menerima air dari tanah, dan
batang tidak mau menjadi penyanggah berdirinya pohon. Maka banyak hal yang
akan terjadi, seperti daun-daun mulai kering, pertumbuhan pohon menjadi lambat,
pohon akan cepat roboh ketika ditiup angin kencang, dan akhirnya pohon tersebut
mati.
Dalam pengalaman hidup kita sehari-hari hambatan-hambatan yang sering
dihadapi dalam membangun sebuah komunitas dapat terjadi oleh karena tidak
adanya rasa memiliki maupun persekutuan antara satu dengan lainnya. Misalnya
tidak mau bekerja sama satu sama lain, tidak saling percaya akan kemampuan
orang lain, tidak mau berkorban, selalu egois, saling menyalahkan, dan tidak mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
peduli pada orang lain. Hambatan-hambatan tersebut akan senantiasa
mengganggu kehidupan dalam berkomunitas. Akan tetapi semua hambatan dapat
diatasi jika anggota satu dengan yang lainnya saling bekerjasama, punya rasa
memiliki, punya rasa persekutuan sehati sejiwa serta senantiasa melibatkan Yesus
di dalamnya.
3) Langkah II: Merefleksikan secara Kritis Pengalaman Hidup Peserta
a) Peserta diajak merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah
diungkapkan pada langkah I dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana sikap kawan-kawan dalam menghadapi hambatan-hambatan
yang terjadi dalam membangun sebuah komunitas baik di sekolah,
kampus, tempat bekerja, di paroki dan di masyarakat?
b) Pendamping memberikan arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban
peserta yang telah diungkapkan, misalnya sebagai berikut:
Kawan-kawan yang terkasih setelah merefleksikan pengalaman hidup
kita, ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengahadapi hambatan-
hambatan guna membangun semangat persekutuan dalam komunitas. Setiap dari
kita tentu memiliki caranya masing-masing dalam menghadapi hambatan-
hambatan tersebut. Ada orang yang memberikan perhatian dan kepedulian tanpa
pamrih, begitu juga dengan anggota lainnya mengambil peran dan tugasnya
dengan senang hati tanpa perlu mengomentari dan menjatuhkan orang lain. Dan
masih banyak cara lain yang dapat dilakukan dalam membangun semangat
persekutuan dalam sebuah komunitas. Tentu segalanya memerlukan ketekunan,
keberanian dan saling percaya serta senantiasa mengandalkan Tuhan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mendapatkan kekuatan. Hanya Yesuslah yang dapat diandalkan dalam
mengahadapi berbagai hambatan dan tantangan demi membangun rasa
persekutuan dalam sebuah komunitas.
4) Langkah III: Mengusahakan Pengalaman Kristiani Menjadi Relevan untuk
orang muda Katolik Zaman Sekarang.
a) Salah satu peserta dimohon membacakan teks Kitab Suci yang diambil dari
Kis 2:41-47.
b) Peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil (dapat disesuaikan dengan
keadaan) guna keefektifan sharing.
c) Peserta diberi waktu secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan
Kitab Suci dalam kelompok dengan bantuan beberapa pertanyaan, yaitu:
Ayat-ayat mana yang mengesan bagi kawan-kawan berkaitan dengan
membangun rasa persekutuan di dalam komunitas? Mengapa ayat tersebut
mengesan bagi kawan-kawan?
Apa pesan inti Kis 2:41-47 dalam membangun persekutuan di dalam
komunitas?
d) Peserta diajak terlebih dahulu mengungkapkan hasil renungan pribadi
sehubungan dengan pertanyaan di atas.
e) Pendamping menyampaikan tafsiran dari bacaan Kitab Suci Kis 2:41-47 dan
menghubungkan pesan inti dengan tanggapan dan hasil renungan pribadi
peserta sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan sebagai berikut:
Teks Kis 2: 41-47 merupakan salah satu perikop yang membicarakan
tentang persekutuan dalam komunitas dan sekaligus mengajak kita untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
merenungkan cara hidup dalam sebuah komunitas. Hampir semua ayat dalam
perikop ini sungguh mengesan dan dapat menjadi teladan bagi hidup kita. Ayat
41, mengingatkan kita akan panggilan hidup mengikuti Yesus melalui baptisan
yang kita terima. Ayat 42 menjelaskan cara hidup dalam komunitas yakni
bertekun dalam pengajaran, dan berkumpul untuk berdoa bersama. Ayat 44,
banyak orang yang percaya kepada-Nya tetap bersatu dan kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama. Ayat 45, saling berbagi satu sama lain. Ayat 46, selalu
berkumpul bersama dengan sepenuh hati, bertekun, memecahkan roti secara
bergilir dan makan bersama dengan gembira dan tulus hati. Dan pada ayat 47
dikatakan bahwa mereka selalu memuji Allah sehingga hidup mereka disukai
banyak orang dan semakin bertambah jumlahnya oleh karena rahmat Tuhan selalu
menyertai mereka.
Perikop Kis 2:41-47 ingin menyampaikan pesan inti bahwa orang-
orang yang percaya kepada Kristus semakin banyak oleh karena
terbentuknya gaya hidup jemaat yaitu persekutuan untuk saling berbagi,
melayani, berdoa, sukacita, dan selalu memuji Allah. Seperti pada ayat 44,
menggambarkan sebuah persekutuan sehati dan sejiwa dalam komunitas
sehingga mereka menyadari bahwa komunitas itu adalah milik mereka serta
bertanggungjawab secara tulus hati mengembangkannya. Segalanya menjadi
milik bersama tanpa ada yang perlu disembunyikan atau ditutup-tutupi demi
kepentingan sendiri.
Unsur kehidupan dalam berkomunitas adalah bertekun dalam ajaran,
membangun keluarga baru, memecahkan roti, berdoa bersama, berbagi
dengan tulus hati dan dicintai banyak orang. Berbagi dengan tulus hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dalam komunitas bukan berarti hanya makanan saja tetapi segalanya. Apa
saja termasuk segala kepunyaan yang ada dalam komunitas, seperti, ide,
gagasan, pemikiran, pendapat, pelayanan, talenta, pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, kepedulian dan juga cinta kasih yang senantiasa disatukan
dalam doa bersama kepada Yesus sebagai kekuatan demi keberlangsungan
hidup komunitas beriman sehingga kita mampu tampil sebagai saksi Kristus
di tengah-tengah masyarakat.
5) Langkah IV: Menemukan Kesadaran Sikap Baru yang Mau Dijalankan
a) Pendamping memulai langkah ini dengan mengajak peserta menerapkan
pesan inti Kitab Suci dalam pengalaman, kebutuhan, dan situasi hidup sesuai
dengan tema dan tujuan pertemuan, misalnya sebagai berikut:
Kawan-kawan yang terkasih dalam Yesus Kristus. Setelah kita mendalami
bersama-sama pengalaman akan hidup dalam sebuah komunitas dengan dasar
persekutuan sehati dan sejiwa. Kita tentu menemukan pesan yang berguna untuk
diterapkan dalam hidup sehari-hari. Bersama Yesus kita diajak membangun
komunitas yang penuh dengan semangat persekutuan sehati dan sejiwa akan satu
sama lain. Tentu semuanya itu dibutuhkan ketulusan hati serta semangat berbagi
dalam diri yang besar demi perkembangan dan kemajuan komunitas tersebut.
Bersama Yesus kita semakin mampu menjalani kehidupan dalam komunitas.
Tidak mudah untuk hidup dalam komunitas yang di dalamnya berkumpul orang-
orang dengan sifat dan karakter yang berbeda-beda. Akan tetapi kita tetap yakin
bahwa dengan semangat dan tujuan yang dibangun bersama, kita dapat berproses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
menjadi orang beriman yang tetap berpegang teguh pada Yesus Kristus. Dengan
demikian, perbedaan tersebut menjadi indah dan semakin bermakna, khususnya
bagi kita orang muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sebagai satu
komunitas Umat Allah.
b) Sebagai bahan refleksi untuk semakin mendalami arti persekutuan sehati dan
sejiwa dalam komunitas dan dalam suasana yang hening peserta diajak
merenungkan hasil renungan langkah I-III dengan panduan pertanyaan
sebagai berikut:
Menurut kawan-kawan, berbagi seperti apakah yang dapat meningkatkan
serta membangun persekutuan dalam hidup berkomunitas?
c) Peserta diberi kesempatan merenungkan pertanyaan tersebut dengan diiringi
musik instrumental “Bapa Sentuh Hatiku.” Setelah itu peserta diberi
kesempatan mengungkapkan hasil renungan pribadi. Pada langkah ke IV,
pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-
hasil renungan pribadi peserta, misalnya:
Bersama Yesus kita mampu melakukan banyak hal termasuk membangun
semangat persekutuan sehati dan sejiwa dalam komunitas. Dengan melibatkan
Yesus, kita dikuatkan bahwa pentingnya bantuan Yesus dalam hidup kita. Sikap
dan tindakan Kristus dapat menjadi teladan kita dalam membangun sebuah
komunitas.
Berbagi dalam persekutuan hidup berarti mau memberikan segalanya yang
dimilki kepada siapa saja yang membutuhkan. Berbagi berarti mau berkorban bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun. Dengan berbagi kita pun belajar
untuk hidup dalam sebuah komunitas terlebih membangun semangat persekutuan
sehati dan sejiwa. Misalnya berbagi pengetahuan, perhatian, kepedulian, materi,
cinta kasih, mau terlibat dalam kegiatan komunitas seperti mengikuti Ekaristi
dengan penuh penghayatan, ibadah bersama, pendalaman iman, doa bersama,
kerja bakti, koor, lektor dan sebagainya.
6) Langkah V: Mengambil Keputusan Konkret ke Arah Aksi yang Baru demi
Terwujud Nilai-nilai Kerajaan Allah
a) Pengantar
Kawan-kawan yang terkasih dalam Kristus. Pada kesempatan ini kita telah
bersama-sama menggali pengalaman hidup dalam komunitas melalui cerita
“Daun-daun dan Orang.” Hidup berkomunitas ibarat sebuah pohon yang terdiri
dari daun, ranting, batang serta akar. Demi pertumbuhan sebuah pohon diperlukan
matahari sebagai sumber tenaga dan air yang cukup untuk mengolah bahan
makanan sehingga pohon tersebut dapat tumbuh dan menghasilkan buah. Satu
lembar daun ibarat satu pribadi yang memiliki peran dalam pertumbuhan
komunitas. Demikian pula dengan pengalaman hidup membangun persekutuan
sehati dan sejiwa dalam komunitas. Tentu banyak hambatan yang terjadi seperti
malas terlibat, tidak adanya rasa memiliki, egois, sibuk dengan sekolah, kuliah
sertapekerjaan dan sebagainya. Namun semua itu dapat diatasi secara bersama
dengan melibatkan Yesus sebagai sang teladan. Hal-hal baik yang telah dibangun
dapat dipertahankan dan dikembangkan khususnya dalam berkomunitas dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
meniru cara hidup Jemaat Perdana. Tekun dalam doa, tekun dalam pengajaran,
menghadiri Ekaristi dengan penuh syukur, saling berbagi dengan tulus hati dalam
segala hal, saling percaya, terlebih semakin menumbuhkan rasa memiliki.
Tindakan serta sikap-sikap tersebut merupakan wujud dari persekutuan sehati dan
sejiwa dalam sebuah komunitas. Berdasarkan pengalaman iman dalam Kisah Para
Rasul, kita semakin menyadari bahwa membangun semangat persekutuan sehati
dan sejiwa dalam komunitas merupakan hal yang terpenting. Sebab dari sanalah
akan lahir nilai-nilai Kristiani yang akan tumbuh dan berbuah limpah bagi orang
lain.
Berdasarkan hasil refleksi, kita seakan ditegur, disapa, diteguhkan serta
dikuatkan dalam hal berdoa, berbagi segalanya, mengikuti Ekaristi, membangun
rasa memiliki, menaruh cinta kasih, dan sebagainya. Maka alangkah baiknya
nilai-nilai Kristiani yang sudah kita dapatkan dalam pertemuan ini perlu
dipraktekkan dalam hidup sehari-hari. Baik secara pribadi maupun bersama demi
terwujudnya sebuah komunitas yang mampu memberikan kesaksian hidup kepada
orang lain.
b) Peserta diajak memikirkan tindakan/kegiatan apa yang akan dilakukan
(kegiatannya boleh jangka pendek maupun jangka panjang) guna mendukung
terwujudnya semangat persekutuan sehati dan sejiwa di stasi Mansalong ini
dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
Tindakan apa saja yang harus diperhatikan guna terwujudnya persatuan
sehati dan sejiwa dalam komunitas basis, stasi, maupun paroki?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
c) Peserta diberi kesempatan mengungkapkan dan mensharingkan
tindakan/kegiatan pribadi maupun bersama yang akan dilakukan dalam
kehidupan. Kemudian peserta diajak mendiskusikan dan mengambil
keputusan bersama tindakan/kegiatan yang akan dilakukan sebagai orang
muda Katolik Paroki Santo Petrus kanisius Wonosari. Setelah itu,
tindakan/kegiatan pribadi mapun bersama yang telah diambil dipersembahkan
dalam doa umat agar mendapat rahmat dari Tuhan.
7) Penutup
a) Sebelum doa dimulai, pendamping mengambil salib dan lilin lalu meletakkan
di tengah-tengah peserta sehingga semua peserta dapat melihatnya. Kemudian
pendamping mengajak peserta hening sejenak sambil menghadap ke salib,
merenungkan serta menyatukan segala doa dan permohonan pada Yesus yang
disalib sebagai simbol kekuatan. Setelah itu, pendamping memulai dengan
doa umat spontan guna mengawalinya lalu umat lainnya mengikuti dengan
mengajukan doa-doa umat kepada Tuhan Yesus.
b) Kemudian pendamping mengakhiri doa umat tersebut dengan doa Bapa Kami
secara bersama. Lalu ditutup dengan doa penutup yang dihubungkan dengan
tema dan tujuan pertemuan.
c) Doa penutup
Allah Bapa, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala penyertaan-Mu
pada pertemuan saat ini sehingga dapat berjalan dengan baik. Banyak hambatan
dan tantangan yang kami hadapi demi membangun semangat persekutuan sehati
dan sejiwa dalam hidup berkomunitas. Tetapi kami percaya semuanya ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
dilalui dengan ketekunan dan kesabaran. Kami berterima kasih karena dengan
sabda-Mu, Engkau telah menyadarkan betapa pentingnya membangun semangat
persekutuan sehati dan sejiwa dalam hidup berkomunitas melalui semangat
berbagi yang diajarkan oleh Para Rasul serta senantiasa melibatkan Putera-Mu
dalam setiap langkah hidup kami. Ya Bapa, kami mohon bantulah umat-Mu orang
muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yang karena berkat teladan-
Mu kami semakin mampu mewujudkan semangat persekutuan sehati dan sejiwa
dalam hidup berkomunitas. Saling berbagi kasih, cinta, perhatian, peduli, waktu,
tenaga, pengetahuan dan sebagainya kepada sesama sesuai dengan kebutuhan.
Semoga berkat kasih-Mu selalu dan senantiasa menyertai setiap langkah hidup
kami khususnya dalam hidup berkomunitas. Demi Kristus, Tuhan kami, kini dan
sepanjang masa. Amin.
Lagu penutup: “Hari ini Ku Rasa Bahagia”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penulis mencoba melihat secara
keseluruhan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan ini, dengan
dikuatkan oleh hasil kuisioner terbuka dan wawancara. Kemudian pada bagian
berikutnya berisi saran bagi semua pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
A. Kesimpulan
Sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat meliputi 4 aspek
yaitu: koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia. Di dalam 4 aspek tersebut
katekese umat membantu umat untuk meneruskan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Keempat aspek tersebut yakni: pertama, katekese umat membantu
mengembangkan semangat persekutuan umat sebagai suatu paguyuban umat
beriman yang mengimani Kristus (koinonia). Kedua, katekese umat mengambil
peran membantu umat mewartakan Kabar Gembira, mendalami kebenaran Firman
Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup dan melaksanakannya
berdasarkan semangat injili sebagai saksi Kristus bagi dunia (kerygma). Ketiga,
katekese umat membantu menghidupkan kembali perayaan ibadat resmi yang
dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa sehingga
peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman (leiturgia). Dan yang
keempat, katekese umat menyadarkan tanggungjawab pribadi sebagai umat
beriman terhadap kesejahteraan sesamanya atas dasar cinta kasih, saling melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dan berbagi dengan sesama, sehingga cita-cita Kerajaan Allah dapat terwujud di
dunia (diakonia).
Hasil kuisioner terbuka dan wawancara menunjukkan bahwa gambaran
keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari sudah cukup baik. Hanya saja pada prakteknya kurang
maksimal sehingga perlu ditingkatkan. Dari segi keterlibatan, dapat dikatakan
bahwa keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
bahwa sudah cukup aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Akan tetapi
ada hal yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan oleh Orang Muda Katolik
paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari yakni kesadaran dan pemahaman bahwa
keterlibatan dalam hidup menggereja tidak hanya mencakup lingkungan gerejawi
semata namun juga meliputi lingkungan masyarakat bahkan sampai merasuk ke
dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan lain yang dihadapi dan dapat penulis simpulkan sebagai
kesulitan akan keaktifan Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius ialah
menajemen waktu atau menyesuaikan waktu antara waktu aktif di Gereja dengan
waktu kegiatan lainnya seperti sekolah, kuliah dan bekerja. Kesulitan lainnya
yang penulis temukan adalah kesulitan untuk mengajak teman-teman lain yang
kurang aktif, karena mereka memiliki kesibukan dan kegiatan masing-masing.
Keseluruhan permasalahan di atas perlu ditanggapi dalam suatu bentuk
kegiatan pendampingan iman yang sesuai dengan corak kehidupan Orang Muda
Katolik . Maka penulis menawarkan bentuk pendampingan iman umat melalui
katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis) demi menjawab kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
mereka. Kegiatan katekese yang diharapkan oleh Orang Muda Katolik Santo
Petrus Kanisius Wonosari yakni kegiatan katekese sosial sekaligus kegiatan
katekese rohani. Kegiatan sosial yang dapat penulis simpulkan adalah kegiatan
seperti retret, rekoleksi, ziarah, camping rohani, bakti sosial, anjangsana ke paroki
lain dan kegiatan rohani yang diharapkan adalah kegiatan seperti pendalaman
iman, pendampingan iman anak, latihan koor serta kegiatan pendalaman Ajaran
Gereja.
Penulis melihat bahwa program ini bukan sekedar program pribadi penulis
tetapi program ini adalah milik bersama Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus
Kanisius Wonosari. Maka tepatlah bahwa katekese umat dari umat, oleh umat dan
untuk umat. Umatlah yang menggagas, mengarahkan dan melaksanakan katekese
umat ini sekaligus penikmat hasilnya. Dengan program ini Orang Muda Katolik
diharapkan semakin menyadari tugas dan tanggungjawabnya dalam kegiatan-
kegiatan Gereja dan masyarakat sebagai wujud iman Kristianinya demi
tercapainya Kerajaan Allah di dunia.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa
saran sebagai hasil refleksi selama melaksanakan kuisioner terbuka dan
wawancara.
Pengurus Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari
harus dan mulai menindaklanjuti program yang telah penulis usulkan yaitu
katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP). Program ini diyakini
mampu memotivasi Orang Muda Katolik untuk sungguh-sungguh terlibat aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
dan bertanggungjawab dalam hidup menggereja baik dalam kegiatan paroki
maupun di masyarakat. Hal ini didasari bahwa pertumbuhan dan perkembangan
Gereja tergantung dari keterlibatan Orang Muda Katolik di dalam dinamika
kehidupan Gereja itu sendiri. Maka Orang muda Katolik harus berani keluar dari
kenyamanannya lalu pergi mencari dan menemukan sesuatu yang baru demi
menghidupkan kembali iman dalam hidup menggereja yang sudah mulai padam.
Bagi pihak pengurus paroki, perlu menyadari pentingnya pendampingan
terhadap Orang Muda Katolik dan mau melibatkan diri dalam usaha
pendampingan tersebut. Selain itu, pihak pengurus paroki juga diharapkan untuk
senantiasa membangun kerjasama dengan Orang Muda Katolik serta kerjasama
dengan umat baik di wilayah maupun lingkungan . Wujud kerjasama guna
menindaklanjuti program tersebut bisa dengan kegiatan sosial melibatkan Orang
Muda Katolik dari seluruh wilayah maupun lingkungan-lingkungan atau
pembinaan pendamping Orang Muda Katolik dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, FX., Drs., SJ. (1991). Kateketik Umum. Yogyakarta: STFK.
Afra Siauwarjaya. (1987). Membangun Gereja Indonesia 2. Yogyakarta:
Kanisius.
Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu
Model Berkatekese (Seri Puskat no. 356). (Saduran bebas dari Thomas
H. Groome, Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious
Education and Pastoral Ministry, New York: Harper Collins, 1990, hal
133-197). Yogyakarta: LPKP.
Komisi Kateketik KWI. (1993). Arah Katekese Gereja Indonesia:
Perkembangan dari Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se
Indonesia (PKKI I-V 1977-1992), Malang: Dioma.
Konsili Vatikan II. Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ.
Penterjemah dalam angka tahun 1983). Jakarta: Obor.
KWI. (1996). Iman Katolik. Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta:
Kanisius.
Lalu Yosef Pr. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI;
kerja sama dengan Yogyakarta: Kanisius
Rukiyanto, B. A., SJ. (2012). “Katekese di Tengah Arus Globalisasi” Dalam
Pewartaan Di Zaman Global. Ed. B.A. Rukiyanto SJ. Yogyakarta:
Kanisius
Sumarno Ds, M, Drs., MA., SJ. (2014). Program Pengalaman Lapangan
Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah PPL PAK
Paroki bagi semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Telaumbanua, M. Dr., OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode.
dan Peserta Gerejawi. Jakarta: Obor.
Tim Penyusun Buku Kenangan. (2009). Beriman Mendalam Peduli dan
Gembira. Kenangan 75 Tahun Gereja Santo Petrus Kanisius Wonosari
Gunungkidul. Wonosari: Anuggerah Offset.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan
Katekese): Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para
uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini
(16 Oktober 1979). Seri Dokumen Gerejawi no. 28. Diterjemahkan oleh
R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI.
http://tokorohanikita.blogspot.com/2017/12/kata-bijak-kutipan-santakatatina-
dari.html, diakses pada tanggal 11 juni 2018, pukul 12.00 WIB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran : 1 Teks Kitab Suci
Cara Hidup Jemaat Yang Pertama
Kis 2:41-47
2:41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 2:42 Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan
banyak mujizat dan tanda.
2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-
bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam
Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan
makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari
Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran : 2 Daftar Lagu Pendalaman Iman SCP
DALAM YESUS KITA BERSAUDARA
Dalam Yesus Kita bersaudara
Dalam Yesus Kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Sekarang dan selamanya
Dalam Yesus Kita bersaudara
HARI INI KU RASA BAHAGIA
Hari ini kurasa bahagia berkumpul bersama saudara seiman
Tuhan Yesus tlah satukan kita
tanpa memandang diantara kita
Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati
berjalan dalam terang kasih Tuhan
Kau sahabatku, kau saudaraku
tiada yang dapat memisahkan kita 2x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3 : Kuisioner Terbuka
INSTRUMEN
Nama :
Wilayah/lingkungan :
Usia :
Pekerjaan :
1. Apa yang anda pahami tentang hidup menggereja?
2. Dalam bidang pewartaan ada kegiatan katekese yang dilakukan di setiap
wilayah. Apa yang anda ketahui tentang kegiatan katekese?
3. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan katekese di lingkungan atau di
OMK?
4. Apakah katekese itu membantu anda untuk mau dan tetap terlibat dalam
kegiatan OMK
5. Apakah anda pernah terlibat aktif dalam kegiatan OMK di lingkungan dan
Paroki?
6. Mengapa anda terlibat dalam kegiatan OMK, keinginan pribadi atau
dorongan dari orang lain?
7. Apa saja kegiatan yang anda ikuti di OMK?
8. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tersebut?
9. Hambatan-hambatan apa saja yang anda temui selama terlibat aktif dalam
kegiatan OMK?
10. Tantangan apa yang anda hadapi dalam keterlibatan anda sebagai OMK?
11. Faktor-faktor apa saja yang mendukung anda untuk tetap terlibat dalam
kegiatan OMK?
12. Apa saja faktor-faktor yang tidak mendukung anda untuk terlibat aktif dalam
kegiatan OMK?
13. Kegiatan apa yang memotivasi anda untuk terlibat aktif dalam OMK?
14. Apa kegiatan yang anda harapkan di OMK?
15. Usul dan saran apa yang anda berikan untuk perkembangan OMK ke depan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiuran 4 : Transkip Hasil Wawancara
Data Wawancara Dengan Orang Muda Katolik
Paroki Santo Petrus kanisius Wonosari
Tgl 9 April 2018
Nama : Maria Virgina Rahma Yuniar
Usia : 19 tahun
Status : Mahasiswa
Tanggal : 09 April 2018
Waktu : 11.30-12.30 WIB
1. Apakah saudara/saudari terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari?
Pernah terlibat dan menjadi bendahara dalam kegiatan orang muda Katolik
paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari.
2. Apa yang menjadi motivasi untuk terlibat dalam kegiatan orang muda
Katolik?
Yang menjadi motivasi terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik karena
dapat sharing pengalaman mempererat persaudaraan serta dapat menjalin
relasi dengan dewan Paroki.
3. Hambatan apa yang seringkali ditemui dalam mengikuti kegaitan orang
muda Katolik!
Hambatan yang seringkali ditemui, ketika ada kegiatan yang bersamaan
dengan kegiatan orang muda katolik.
4. Hal-hal apa yang menjadi motivasi dalam mengikuti kegiatan orang muda
Katolik? Keakraban, saling berbagi pengalaman serta kegiatan yang dapat mempererat persaudaraan orang muda katolik.
5. Harapan apa yang dapat diberikan untuk kegiatan orang muda Katolik? Agar orang muda Katolik semakin hidup menggereja dan semakin aktif dalam membuat kegiatan yang positif.
Gunungkidul, 09 April 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Nama : Ardefiyan Roman R
Usia : 18 tahun
Status : Pelajar
Tanggal : 09 April 2018
Waktu : 17.00-19.00 WIB
1. Apakah saudara/saudari terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari?
Aktif dan terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik, karena mengenal
kawan-kawan baru, organisasi baru yang lebih tersusun dengan baik.
2. Apa yang menjadi motivasi untuk terlibat dalam kegiatan orang muda
Katolik?
Mengenal orang-orang baru dalam berorganisasi dan kegiatannya sangat
membantu saya dalam terlibat di Gereja.
3. Hambatan apa yang seringkali ditemui dalam mengikuti kegaitan orang
muda Katolik!
Hambatan yang seringkali ditemui karena masih pelajar jadi
memprioritaskan sekolah.
4. Hal-hal apa yang menjadi motivasi dalam mengikuti kegiatan orang muda
Katolik? Yang menjadi motivasi mengikuti kegiatan orang muda Katolik karena dorongan pribadi dan rasa ingin tau apa saja kegiatan orang muda Katolik
5. Harapan apa yang dapat diberikan untuk kegiatan orang muda Katolik?
Agar orang muda Katolik bisa menjadi landasan iman untuk memajukan
Gereja.
Gunungkidul, 09 April 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Nama : Athanasia Wenhing Dewanti
Usia : 18 tahun
Status : Mahasiswa
Tanggal : 09 April 2018
Waktu : 11.30-12.30 WIB
1. Apakah saudara/saudari terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik paroki
Santo Petrus Kanisius Wonosari?
Masih terlibat dalam kegiatan orang muda Katolik
2. Apa yang menjadi motivasi untuk terlibat dalam kegiatan orang muda
Katolik?
Motivasi untuk menjadikan diri lebih percaya diri, berteman dengan siapa
saja dan mengikuti kegiatan Gereja.
3. Hambatan apa yang seringkali ditemui dalam mengikuti kegaitan orang
muda Katolik!
Hambatan yang sering ditemui sulitnya mengumpulkan anggota orang
muda Katolik karena kegiatan pribadi masing-masing.
4. Hal-hal apa yang menjadi motivasi dalam mengikuti kegiatan orang muda
Katolik? Teman yang menjadi lebih banyak dan aktif dalam kegiatan Gereja
5. Harapan apa yang dapat diberikan untuk kegiatan orang muda Katolik?
Orang muda Katolik dapat menjadi tali persaudaraan serta mejalin
hubungan baik dengan Gereja terutama dewan Paroki.
Gunungkidul, 09 April 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 5 : Cerita Daun-daun dan Orang
"Daun-daun dan Orang
Yang paling penting dari sebuah pohon adalah daun-daunnya. Anda bisa
memiliki batang pohon dan cabang-cabangnya, tetapi jika tidak ada daunnya
maka pohon itu adalah pohon mati atau tidak berproduksi, daun adalah bengkel
dari sebuah pohon.
Dalam satu kelompok atau organisasi, para anggotanya bisa disamakan
dengan daun-daun pada sebuah pohon. Sama seperti ada ratusan jenis daun maka
ada banyak jenis manusia yang berguna, yang berfungsi sebagai hisan, berduri,
bisa dimakan, bisa untuk obat, harum dan beragam bentuk dan ukurannya.
Selembar daun adalah satu unit kerja. jika ia tidak bekerja dan
memproduksi, maka pohon tersebut memotong diri sendiri saluran hidupnya. daun
membutuhkan air dari akar pohon dan cahaya matahari dari atas. melalui warna
hijau pada daun, ia memproduksi air dan gula yang disimpan di dalam akar dan
kemudian menjadi makanan seperti kentang dan sebagainya.
Jika anda menghalangi sinar matahari dari daun maka ia akan mati. ia mati
karena tidak bisa bekerja dan memproduksi. Jika anda tidak mengairinya maka ia
akan mati juga karena ia tidak bisa bekerja. Dan sekali lagi, jika karena satu dan
lain hal tidak dapat berproduksi, maka pohon tersebut akan menggugurkan
daunnya. Daun itu tidak berguna atau tidak berproduksi.
Orang-orang dalam organisasi bisa disamakan dengan daun-daun itu.
Tanpa mereka kelompok bisa saja mempunyai ketua dan beberapa kepala seksi,
tetapi tidak mempunyai anggota. Dalam kehidupan rohani, seperti halnya dengan
daun-daun dalam ilmu tumbuhan (biotani), kita memerlukan kekuatan dari bawah
dan dari atas. Kita adalah manusia; kita membutuhkan bumi dan kehidupan; tetapi
kita juga memerlukan rahmat Tuhan dari atas. Tanpa hal ini kita tidak bisa
menghasilkan buah yang berlimpah.
Mihalik, Frank. (2008). 1500 Cerita Bermakna (Jilid 1). Obor: Jakarta,
Hal. 182-183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI