Upload
basuki-farisi-al-kafiruun
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Kawasan Salak
1/110
1
KATA PENGANTAR
Agribisnis salak memiliki prospek pengembangan yang baik dan
mampu menjadi tumpuan bagi petani dan pelaku usaha terkait.
Salak tidak lagi hanya menjadi komoditas sampingan melainkan
telah berkembang menjadi usaha bisnis yang berorientasi profit
yang berkesinambungan.
Kebutuhan akan pengembangan agribisnis salak dalam skala usahayang besar merupakan suatu tantangan yang perlu dijawab dengan
penyediaan infrastruktur dan teknologi yang sangat memadai.
Kondisi ini merupakan peluang dibukanya akses modal yang sangat
besar untuk menghasilkan salak yang berorientasi pasar dinamis.
Model pengembangan salak berbasis kebutuhan pasar dan
berorientasi investasi perlu dilakukan untuk menstimulasipertumbuhan produksi, peningkatan mutu dan perluasan pasar.
Salah satu sentra dengan preferensi peningkatan produksi dan mutu
yang berorientasi pasar dan investasi adalah kawasan salak yang ada
di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Magelang, kabupaten
Banjarnegara dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten
Sleman, yang telah dikenal eksistensinya sejak puluhan tahun yang
silam.
Motivasi petani, pengusaha, pemerintah daerah dan pemerintah
pusat yang begitu besar dan didukung oleh infrastruktur yang cukup
memadai mulai dari sarana pengairan hingga infrastruktur distribusi
dan dukungan permodalan bagi petani dan penangkar benih
merupakan faktor penentu keberhasilan pengembangan agribisnis
8/17/2019 Kawasan Salak
2/110
2
salak yang selama ini dilakukan bersama. Diharapkan Provinsi jawa
Tengah dan Provinsi Yogyakarta dapat menjadi model
pengembangan kawasan salak bagi kawasan lainnya di tanah air.
Jakarta, Oktober 2009
Direktur Budidaya Tanaman Buah
Ir. Winny Dian Wibawa, MSc.
8/17/2019 Kawasan Salak
3/110
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR................................................................. 4
DAFTAR TABEL...................................................................... 6
I. PENDAHULUAN............................................................. 7
A. Tujuan........................................................................... 10
B. Sasaran......................................................................... 10
II. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DAN ALUR PIKIR.......... 10
A. POTENSI, PELUANG DAN PERMASALAHAN................... 14
a.POSISI GEOGRAFIS KAWASAN SALAK........................ 14
b.POTENSI DAN PELUANG............................................ 18
B. PERMASALAHAN........................................................... 56
III. STRATEGI DAN PROGRAM............................................. 58
A. Strategi.......................................................................... 58
B. Program........................................................................ 59
IV. INSTITUSI TERKAIT........................................................ 101
V. KESIMPULAN................................................................ 101
VI. TINDAK LANJUT (PROGRESS) YANG DILAKUKAN............ 102
VII. RENCANA KEGIATAN BULAN OKTOBER-NOVEMBER 2008 107
8/17/2019 Kawasan Salak
4/110
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola pendekatan pengembangan .............................12
Gambar 2. Alur pikir pengembangan kawasan salak ...................13
Gambar 3. Posisi geografis kawasan salak di Kabupaten
Sleman (DIY), Kabupaten Magelang dan Banjar
Negara (Jawa Tengah)..............................................15
Gambar 4. Kawasan salak yang menghampar di kaki gunung
Merapi....................................................................17
Gambar 5. Skema pola pergiliran panen/waktu panen
berdasar ketinggian tempat .....................................20
Gambar 6. Karakteristik pola produksi salak di Kabupaten
Magelang berdasar rentang waktu satu tahun ..........22
Gambar 7. Pola produksi dan harga salak di Sleman rentang
waktu satu tahun ....................................................24
Gambar 8. Produksi salak di kelompoktani Kembang Mulyo
rentang satu tahun selama 5 tahun (1999-2003) .......28
Gambar 9. Produksi salak dengan pemupukan intensif setiap
bulan sepanjang tahun ............................................31
Gambar 10. Penempatan seresah sisa tanaman (pada rorak)
pada SOP Salak Kabupaten Sleman ...........................33
8/17/2019 Kawasan Salak
5/110
5
Gambar 11. Penempatan seresah (sekitar tanaman) SOP di
kelompoktani Si Cantik ............................................ 33
Gambar 12. Estimasi pasar salak yang membutuhkan kebun
GAP terregister ....................................................... 42
Gambar 13. Jumlah kebutuhan salak di pasar modern .................. 42
Gambar 14. Peta distribusi salak................................................. 45
Gambar 15. Alur pemasaran salak .............................................. 46
Gambar 16. Pola umum Alur Distribusi Salak ............................... 48
Gambar 17. Bak pembagi dengan saluran-saluran air yang
langsung ke masing-masing kebun petani ................. 50
Gambar 18. Bak-bak penampung air di dalam kebun petani......... 51
Gambar 19. Akses jalan di kawasan pengembangan salak ............ 53
Gambar 20. Grading dan packing house di kawasan
pengembangan salak............................................... 55
8/17/2019 Kawasan Salak
6/110
6
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Lokasi, luas lahan, jumlah rumpun produktif dan
produksi salak tahun 2006.................................... 19
Tabel 2. Nama kelompok dan kebun salak GAP
terregister............................................................. 36
Tabel 3. Kelembagaan Pendukung Agribisnis Salak tahun
2006..................................................................... 38
Tabel 4. Permintaan, kapasitas, dan kekurangan pasokan
Salak dari Kebun GAP/SOP................................... 43
Tabel 5. Program kegiatan pengembangan kawasan salak 67
Tabel 6. Kebutuhan pengembangan SCM.......................... 99
8/17/2019 Kawasan Salak
7/110
7
I. PENDAHULUAN
Salak merupakan komoditas asli Indonesia yang pada
awalnya kurang banyak diminati untuk dikonsumsi.
Pada masa tersebut, varietas yang paling dikenal
adalah salak Bali, dan Gula Pasir yang keduanya
merupakan indigeneous Provinsi Bali yang paling
terkenal karena rasa buah yang manis. Namun
keduanya kurang banyak dikenal karena kapasitas
produksinya yang kecil. Popularitas salak sebagai buah
meja meningkat pesat sejak ditemukan dandikembangkannya secara luas salak Pondoh dari
Kabupaten Sleman. Pengembangan salak pondoh
mengalami masa keemasannya pada saat adanya
proyek bantuan Jepang pada kurun 1997 – 2002 yang
dilakukan di Kabupaten Magelang dan Banjarnegara
masing-masing seluas 1.000 ha.
Seiring dengan semakin dikenal, salak semakin
digemari masyarakat dari berbagai lapisan. Konsumsi
per kapita salak pada tahun 2008 sebesar 1,64
kg/kap/th, dengan tingkat kerusakan rata-rata 15%,
maka keperluan salak per tahun adalah sebesar 420
ribu ton/tahun atau 35 ribu ton/bulan. Keperluan
tersebut masih ditambah dengan permintaan ekspor,
olahan dan pasar modern. Untuk memasok kebutuhan
konsumsi segar saja, diperlukan pohon salak sebanyak
41,3 juta rumpun atau dari lahan seluas 21 ribu hektar.
Pasar di Jakarta selama menjadi tujuan utama ialah
sebesar 60% - 70% (334 ribu ton) dari total produksi
dari kawasan Sleman, Magelang dan Banjarnegara. Dari
8/17/2019 Kawasan Salak
8/110
8
jumlah tersebut 15% dimanfaatkan untuk memasok
pasar modern, khususnya Carrefour, yang menuntut
jaminan kepastian jumlah pasokan dan mutu yang lebih
baik. Kebutuhan pasokan untuk produk dengan kriteria
khusus, dimana dalam sistem budidayanya telah
menerapkan GAP diperlukan volume pasokan sekitar
32.755 ton/tahun.
Karakteristik buah salak yang dapat berbuah hampir di
sepanjang tahun, menyebabkan tingginya permintaan
pasar domestik maupun ekspor. Pada saat ini sebagian
besar produk masih diperdagangkan di dalam negeri,
dan baru sebagian kecil yang diekspor ke beberapa
negara tetangga, khususnya Singapura, Hongkong dan
Malaysia. Dalam perkembangannya, beberapa negara
seperti China, Jepang, Belanda dan Amerika telah
menyatakan minatnya untuk mengimpor salak
Indonesia. China telah melakukan verifikasi draf
protokol ekpsor. Nota kesepakatan kerjasama
Indonesia – China telah ditandatangani pada tanggal 4
September 2008. Ini berarti perdagangan salak ke
China sudah dapat dilakukan. Sedangkan untuk Jepang,
Belanda dan Amerika masih terkendala pada
persyaratan karantina dan mutu yang diberlakukan di
negara-negara tersebut.
Permintaan pasar yang tinggi tersebut perlu
ditindaklanjuti dengan peningkatan kapasitas pasokan,
efisiensi produksi dengan memperhatikan kaidah
budidaya yang ramah lingkungan. Sejak 2005 telah
diupayakan penyusunan dan penerapan GAP/SOP salak
8/17/2019 Kawasan Salak
9/110
9
sebagai upaya membantu petani dan pelaku usaha
salak menembus pasar internasional. Prosedur yang
diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah
penerapan SOP salak oleh petani dan kelompok tani.
Kebun-kebun salak yang telah menerapkan GAP dan
SOP telah siap untuk dilakukan registrasi kebun, yang
menandakan pula bahwa kebun salak tersebut telah
menerapkan sistem jaminan mutu. Sebagai tindak
lanjut kebun salak yang telah terregister akan dinilai
untuk memperoleh sertifikasi produk Prima.
Mengacu pada kondisi perdagangan salak dari kawasan
Sleman, Magelang, dan Banjarnegara, dapat dibuktikan
adanya dampak positif dari aktivitas tersebut untuk
dapat mendorong terjadinya aktivitas usaha lainnya.
Beberapa aktivitas yang muncul antara lain adalah
usaha agribisnis dan pendukungnya seperti pengolahan
salak, pembuatan kemasan untuk konsumen akhir
maupun pengiriman buah, usaha transportasi, kios
agroinput, usaha pembibitan salak, pelatihan dan
sebagainya. Hal ini berdampak pada peningkatan
perekonomian masyarakat setempat yang memberikan
multiplier effect. Situasi tersebut merupakan salah satu
indikator pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Mengacu pada kondisi-kondisi tersebut, maka kawasansentra produksi salak yang berkelanjutan memiliki
dampak terhadap peningkatan dan perekonomian
masyarakat yang tinggi sehingga sangat layak untuk
dikembangkan.
8/17/2019 Kawasan Salak
10/110
10
A. Tujuan
Pemantapan kawasan sentra salak untuk
memenuhi pasokan pasar moderen dan ekspor
melalui penerapan sistem jaminan mutu,
penyediaan teknologi spesifik lokasi,
pengembangan inftrastruktur, penguatan
kelembagaan, peningkatan investasi dan akses
permodalan
Penyediaan produk sesuai dengan permintaankonsumen dalam jumlah, mutu dan waktu
Menggerakkan perekonomian masyarakat dan
meningkatkan pendapatan petani
B. Sasaran
Pemenuhan pasokan untuk permintaan pasar
modern dan ekspor sebesar 32.755 ton/tahun
Tersedianya pasokan salak bermutu secara
berkesinambungan sepanjang tahun
Registrasi penerapan GAP/SOP pada kebun
salak seluas minimal 1.200 ha.
II. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DAN ALUR PIKIR
Pengembangan kawasan sentra produksi salak
mengacu pada alur pikir melalui pendekatan pasar
dengan mempertimbangkan pola distribusi, lingkungan
strategis, didukung dengan kebijakan, strategi dan
8/17/2019 Kawasan Salak
11/110
11
program yang diharapkan dapat mendukung kapasitas
pasokan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Pendekatan pengembangan
Pengembangan komoditas salak dilakukan melalui
pendekatan secara komprehensif melalui enam pilar
yang saling terkait dan mendukung pilar satu dengan
yang lain
ialah kawasan, rantai pasokan, penerapan GAP dan SOP,
fasilitasi terpadu hortikultura, pengembangan
kelembagaan serta peningkatan konsumsi dan ekspor.
Dengan memperhatikan lingkungan strategis yang ada
di sisi pasokan hingga sisi konsumen diharapkan
pengembangan kawasan ini dapat memberi dampak
positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyakat
petani. Secara skematis pola pendekatan
pengembangan kawasan sentra salak disajikan padaGambar 1.
8/17/2019 Kawasan Salak
12/110
12
Gambar 1. Pola pendekatan pengembangan
Berdasar pada pola pendekatan pengembangan
tersebut, dengan memperhatikan berbagai aspek yang
terkandung di dalamnya mulai dari sisi konsumsi,
distribusi, produksi, potensi, tantangan, dan peluang
yang ada, maka dalam melakukan penyusunan
program dilakukan dengan pola pikir seperti yang
tercantum pada Gambar 2.
8/17/2019 Kawasan Salak
13/110
13
KAWASAN
SENTRA
PRODUKSI SALAK
SLEMAN, MAGEL
ANG, BANJANEG
ARA
Kelembagaan
•Asosiasi
•Kelompok Tani
•Koperasi , P 4 S
•Lembaga Sertifikasi jaminan
mutu yangg diakui
Peningkatan konsumsi & Akselerasi
ekspor
•Expose dan promosi konsumsi
•Pengolahan
S C M
•Pasar Tradisional
• Pasar Modern
• Pasar Ekspor
GAP
• Registrasi kebun
•Sertifikasi kebun
•Organik
•Irigasi
•Pengendalian OPT
•Kesuburan & konservasi lahan
•Pembungaan sepanjang tahun
•Pengemasan & pengangkutan
FATIH
•Modal Petani
•Modal bantuan sosial
•Perbankan
• Instalasi air irigasi
•Pengolahan
•Packing house
•Sarana produksi
(pupuk, keranjangpanen, dll)
Potensi• Indigeneous
• Luas panen
• Kapasitas produksi
• Dapat Berbuah sepanjang tahun
• Sudah ada poktan, asosiasi, P4S
• Permintaan pasar sangat terbuka
•Tradisional
•Modern
•Kompetitor sangat sedikit
•Pengembangan areal sangat terbuka
•Produk GAP dan Organik
Permasalahan• Rendahnya kesuburan lahan
• Serangan OPT (uret)
• Kekurangan air
• Ketersediaan infrastruktur belum optimal
• Keterbatasan sarana produksi dan pasca
• Jaminan pasokan dan mutu
• Fluktuasi produksi dan harga
• Permodalan yang lemah
• Kelembagaan komoditas belum berfungsi
ALUR PIKIR
Gambar 2. Alur pikir pengembangan kawasan salak
Mengacu pada alur pikir tersebut, maka dalammerumuskan dukungan kebijakan, strategi dan
program untuk pola pengembangannya perlu dilakukan
identifikasi lingkungan strategis, potensi, tantangan
dan peluang yang ada. Pendekatan pengembangan
kawasan sentra produksi salak di kabupaten Sleman,
Magelang dan Banjarnegara dilakukan dengan
Pasar Modern
Pasar Ekspor
8/17/2019 Kawasan Salak
14/110
14
memanfaatkan manajemen rantai pasokan, agar
tercipta kesinambungan pasokan dalam jumlah yang
sesuai dengan permintaan pasar. Penerapan GAP
menuju registrasi kebun diharapkan dapat memasok
produk salak dengan mutu yang baik. Pengembangan
kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi, P4S
dll didorong agar petani secara aktif melakukan
pengembangan salak berorientasi pasar. Fasilitasi
pengembangan salak perlu terus disinergikan agar
mewujudkan kawasan yang ideal. Demikian pula, perludilakukan advokasi kepada konsumen dalam maupun
luar negeri untuk meningkatkan konsumsi perkapita
dan perluasan pasar ekspor.
Melalui identifikasi rantai pasokan yang berbasis pada
permintaan konsumen, maka dapat dihitung keperluan
areal produksi untuk masing-masing segmen pasar
yang dibidik per satuan waktu, sekaligus di lain pihak
dapat disiapkan langkah antisipasi yang diperlukan bila
produksi yang dihasilkan petani melebihi kapasitas
serapan pasar buah segar.
A. POTENSI, PELUANG DAN PERMASALAHAN
a.
POSISI GEOGRAFIS KAWASAN SALAKKawasan salak meliputi Kabupaten Sleman di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten
Magelang dan Banjarnegara di Provinsi Jawa
Tengah. Lokasi pengembangan salak disajikan
pada Gambar 3.
8/17/2019 Kawasan Salak
15/110
15
Gambar 3. Posisi geografis kawasan salak di
Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten
Magelang dan Banjar Negara (Jawa
Tengah)
Berdasarkan posisi geografis yang terletak di kaki
gunung Merapi maka usahatani salak di kedua
kabupaten ialah Sleman dan Magelang memiliki
kharakteristik yang mirip. Letak kawasan sentra di
kaki gunung Merapi tersebut berasarkan hasil
kajian dari BPTP DIY memiliki tanah yang
kandungan mineralnya cukup tinggi, sehingga
untuk pengembangan salak terutama hanya
dibutuhkan penambahan pupuk organik dan
Kawasan Sentra Salak JogjakartaKawasan Sentra Salak Jogjakarta – – MagelangMagelang – – BanjarnegaraBanjarnegara
Kab. Sleman
Kab. Magelang
Kab. Banjarnegara
8/17/2019 Kawasan Salak
16/110
16
pupuk mikro. Oleh karena itu, di wilayah ini
usahatani salak hampir tidak menggunakan pupuk
sintetis. Petani lebih mengandalkan pupuk organik
yang berupa seresah-seresah tanaman/daun salak
dan pupuk kandang. Dengan demikian dari sisi
kebutuhan pupuk usahatani salak ini mengarah
pada usahatani yang organik. Terlebih lagi
berasarkan pengamatan petani bahwa
penggunaan pupuk sintetis/buatan berdampak
kurang baik bagi pertumbuhan tanaman salak
terutama pada musim kemarau. Pengaruh pupuk
buatan mengakibatkan tanaman salak menjadi
rentan terhadap kekeringan, yang terlihat pada
daun yang menguning di musim kemarau
dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipupukdengan pupuk buatan. Disamping itu penggunaan
pupuk buatan mengakibatkan tanah menjadi
keras pada musim kemarau. Penggunaan pupuk
organik ini juga sekaligus dapat memperbaiki
struktur tanah yang memiliki ciri sangat porous/
berpasir sehingga menjadi lebih baik terutamadalam menyimpan unsur hara dan memperbaiki
iklim mikro bagi tanaman seperti ketersediaan air.
Ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman salak
yang terus terbaharui ditunjukkan dari masih
8/17/2019 Kawasan Salak
17/110
17
aktifnya gunung berapi mengeluarkan lahar
seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Kawasan salak yang menghampar di
kaki gunung Merapi
Disamping kecukupan unsur hara dari bahan-
bahan vulkanik, posisi kawasan salak ini
diuntungkan dengan ketersediaan air yangcukup baik dari mata air gunung. Sebagai
contoh di sentra di Srumbung Kabupaten dan
beberapa lokasi di Kabupaten Sleman seperti di
desa Kembang air pengairan tersedia sepanjang
tahun. Hal ini menguntungkan bagi pertanaman
8/17/2019 Kawasan Salak
18/110
18
salak karena pada musim kemarau tidak pernah
kekurangan air, sehingga tanaman salak yang
dapat berproduksi sepanjang tahun memiliki
produktivitas yang tinggi sepanjang tahun
dengan mutu buah salak yang baik.
Namun demikian ketersediaan air dari sumber-
sumber mata air gunung ini akan memberi
manfaat yang besar bagi petani apabiladilengkapi dengan infrastruktur pengairan yang
baik, Hal tersebut karena jika hanya dengan
saluran-saluran air tradisional tanpa pengerasan
atau pralon-pralon maka dengan kondisi tanah
yang berpasir dan sangat porus pengaliran air
pada saluran tradisional sangat tidak efisien.
b. POTENSI DAN PELUANG
1. Produksi
Kawasan sentra produksi salak di kabupaten
Sleman, Magelang dan Banjarnegara memiliki
berbagai potensi yang menjadi kekuatan utama
dalam memasok kebutuhan salak di berbagai
segmen pasar. Potensi yang dimiliki antara lain
mencakup kapasitas pasokan per tahun
mencapai lebih dari 135 ribu ton, dengan masa
pasok terutama terjadi pada bulan November
hingga Mei. Pada kurun Juni hingga Oktober,
8/17/2019 Kawasan Salak
19/110
19
kapasitas pasokan menurun dan pada periode
tersebut terjadi periode panen yang agak tinggi
per tiga bulan. Kondisi ini didukung dengan luas
area pertanaman salak di ke tiga Kabupaten
yang mencapai 13.587 ha, produksi 263.153 ton
per tahun. Informasi secara detail terdapat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Lokasi, luas lahan, jumlah rumpun
produktif dan produksi salak tahun
2006
Lokasi
Kabupaten/ Kec.
Luas Lahan
(Ha)
Jml Rumpun
Produktif
Produksi
(Kwintal)
Sleman 1.760 3.954.266 511.211
Turi 1.036 2.084.955 289.337
Tempel 645 1.621.383 201.032
Pakem dan lain-2 79 247.928 20.842
Magelang 4.098 8.196.426 298.910
Srumbung 2.433 4.866.011 120.570
Salam 595 1.190.678 33.880
Dukun dan lain-2 1.070 2.139.737 144.460
Banjarnegara 7.729 9.838.021 1.821.404
Madukara 3.477 4.119.980 900.824
Banjarmangu 2.755 4.237.501 708.300
Pagentan dan lain-2 1.497 1.480.540 212.280
Total 13.587 21.988.713 2.631.525
8/17/2019 Kawasan Salak
20/110
20
2. Pola panen/produksi
Pergiliran waktu panenTerkait dengan lokasi penanaman salak, dari
kawasan yang ada terdapat pola panen yang
dapat mencerminkan pergiliran waktu panen.
Waktu panen dapat dikelompokkan menjadi
tiga segmen. Waktu panen diawali dari lokasi
pertanaman salak pada dataran, yang sebulan
kemudian panen untuk dataran yang lebihtinggi, yang sebulan kemudian diikuti lagi pada
lokasi dataran yang tinggi, yang secara skematis
digambarkan pada Gambar 5.
Panen di bulan ke
3
Panen di bulan ke 2
Panen di bulan ke 1
Masa panen (3 bulan)
Gambar 5. Skema pola pergiliran
panen/waktu panen berdasar
ketinggian tempat
Gambar 5 menunjukkan bahwa dalam musim
panen tiga bulanan terjadi pergiliran saat/waktu
panen. Pola ini diharapkan dapat digunakan
8/17/2019 Kawasan Salak
21/110
21
sebagai penentuan/pengaturan jumlah dan
waktu pasokan agar berkesinambungan. Oleh
karena itu perlu dilakukan identifikasi lokasi-
lokasi terkait dengan pola pergiliran panen tsb.
Hasil identifikasi diharapkan dapat memetakan
wilayah-wilayah berdasarkan masa/waktu
panen., sehingga dapat digunakan untuk
memetakan lokasi asal pasokan berdasarkan
waktu atau memetakan rencana
pengembangan berdasarkan waktu panendalam rangka memenuhi kesinambungan
pasokan.
Pola produksi
Pola produksi berdasarkan rentang waktu satu
tahun, pada komoditas salak memiliki pola yang
hampir sama untuk di Kabupaten Magelang,Banjar Negara dan Sleman. Pola
panen/produksi salak yang umumnya terjadi di
Kabupaten Magelang disajikan pada Gambar 6.
8/17/2019 Kawasan Salak
22/110
22
Produksi
Harga Rata-rata (Rp./kg)
Gambar 6. Karakteristik pola produksi salak di
Kabupaten Magelang berdasar
rentang waktu satu tahun
Gambar 6 menunjukkan bahwa pola produksi
dalam satu tahun secara umum di Kabupaten
Magelang memiliki kemiripan dengan di
Kabupaten Sleman dan Banjar Negara. Panen
besar terjadi pada Triwulan ke IV atau bulanNovember- Januari, panen kecil pada Triwulan
ke II atau bulan Februari-April. Pada Triwulan ke
III atau Mei-Juli produksi mulai menurun dan
produksi yang sangat rendah terjadi pada
Triwulan ke IV atau bulan Agustus-Oktober.
Fluktuasi produksi ini diduga diakibatkan karena
8/17/2019 Kawasan Salak
23/110
23
tidak tercukupinya kebutuhan air sepanjang
tahun, terutama pada musim-musim kemarau.
Oleh karena itu diperlukan kajian pengaruh
ketersediaan air dengan besarnya produksi.
Dengan tren produksi tersebut, harga salak
mengikuti hukum ekonomi (supply dan
demand ). Harga tertinggi ialah sekitar Rp.
5.000,-/kg terjadi pada Triwulan ke III saat
produksi salak sangat rendah, sedangkan hargaterrendah sekitar Rp.1.000,-/kg saat panen raya
atau pada Triwulan ke IV.
Pola produksi salak dan harga dalam rentang
satu tahun ini lebih detail digambarkan melalui
hasil produksi salak di wilayah Sleman seperti
pada Gambar 7.
8/17/2019 Kawasan Salak
24/110
24
Gambar 7. Pola produksi dan harga salak di
Sleman rentang waktu satu tahun
Walaupun terdapat kemiripan pola produksi
dengan di Magelang, namun di Sleman produksi
tinggi dimulai bulan Desember dan tertinggi
pada bulan Januari. Selanjutnya produksimenurun dengan titik terendah bulan Maret.
Namun demikian pada bulan April terjadi
peningkatan dan mencapai puncak kecil pada
bulan Mei. Puncak kecil ini diikuti lagi dengan
penurunan produksi dan yang terendah terjadi
pada bulan Juli. Dari fenomena tersebut,
8/17/2019 Kawasan Salak
25/110
25
diharapkan setelah posisi terendah di bulan Juli
akan terjadi peningkatan dan puncak berikutnya
diharapkan terjadi pada bulan September.
Namun secara faktual penurunan produksi dari
bulan Mei berlangsung terus sampai bulan
November. Produksi yang rendah pada periode
Juli sampai November tersebut diduga
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
- Pada periode bulan Juli sampai November
adalah musim kemarau, yang menyebabkantidak tercukupinya kebutuhan air bagi
tanaman. Walaupun jumlah buah dalam
satu tandan sama dengan periode musim
hujan ialah sekitar 10-15 buah per tandan,
akan tetapi kekurangan air pada periode
musim kering ini mengakibatkan
perkembangan dan pengisian buahterganggu. Akibatnya ukuran buah menjadi
kecil-kecil (mutu buah rendah). Walaupun
jumlah buah dalam satu tandan sama
dengan panen pada musim hujan, akan
tetapi dengan ukuran buah yang kecil-kecil,
secara tonase mengakibatkan penurunan
produksi.- Produksi yang rendah pada periode ini juga
sebagai akibat dari kegagalan pembuahan
pada 6 bulan sebelumnya ialah pada bulan
Desember- Januari saat terjadinya hujan
lebat atau puncak hujan tertinggi.
8/17/2019 Kawasan Salak
26/110
26
- Rendahnya produksi pada periode ini juga
diakibatkan karena berkurangnya
penyerbukan akibat dari kelangkaan bunga
jantan. Bunga jantan yang langka terpaksa
didatangkan dari luar daerah seperti dari
Jawa Barat yang harganya cukup mahal.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa produksi
salak bulan Februari mengalami penurunan
padahal pada bulan ini dibutuhkan jumlahsalak yang cukup banyak untuk ekspor ke
China karena peningkatan permintaan saat
imlek. Demikian juga pada bulan Agustus,
dibutuhkan salak yang mutunya baik dalam
jumlah yang banyak untuk ekspor ke China
karena tingginya permintaan buah salak
yang mutunya baik untuk persembahanpada sembahyang kubur. Oleh karena itu,
untuk ekspor salak khususnya ke China
produksi yang tinggi pada bulan Februari
dan Agustus perlu didorong.
Fakta empiris di lapang dugaan terjadinya
penurunan mutu buah (berukuran kecil)dan produktivitas rendah pada musim
kemarau (Juli-November) yang diakibatkan
oleh kekurangan air dapat dijelaskan
melalui usahatani salak di kelompok
Kembang Mulyo yang kecukupan air dapat
dipenuhi sepanjang tahun. Produktivitas
8/17/2019 Kawasan Salak
27/110
27
rata-rata dalam kurun waktu tahun 1999
sampai 2008 sebesar 8-15 kg/pohon/tahun.
Produksi salak kelompoktani Kembang
Mulyo selama 5 tahun disajikan pada
Gambar 8.
8/17/2019 Kawasan Salak
28/110
28
Gambar 8. Produksi salak di kelompoktani
Kembang Mulyo rentang satu
tahun selama 5 tahun (1999-2003)
Gambar 8. menunjukkan bahwa produksi
salak kelompoktani Kembang Mulyo puncak
tertinggi terjadi pada bulan November,
yang selanjutnya mengalami penurunan
dengan titik terendah di bulan Januari. Pola
ini bertolak belakang dengan periode
produksi di Sleman yang puncaknya terjadi
di bulan Januari. Oleh karena itu, darikedua kelompok ini dapat diatur
kesinambungan rantai pasok salak untuk
memenuhi kontinuitas supply. Demikian
juga pada bulan-bulan Juni sampai Agustus
ialah saat musim kemarau produksi tetap
tinggi. Menurut hasil pencatatan petani
8/17/2019 Kawasan Salak
29/110
29
pada musim kemarau ini, selain produksi
yang tetap tinggi, mutu buah pun tetap baik
dengan ukuran yang besar. Data
selengkapnya pada Lampiran 1.
Dari uraian di atas terbukti bahwa
kecukupan air sepanjang tahun dapat
mempertahankan produksi tetap tinggi dan
mutu buah tetap baik pada musim kemarau.
Namun demikian masih terjadi produksiyang cukup rendah pada bulan Januari dan
Agustus. Rendahnya produksi pada bulan
Januari dan September ini diduga bukan
disebabkan karena kekurangan air, akan
tetapi disebabkan oleh faktor lain.
Dari hasil pencatatan petani dapatdiketahui bahwa petani melakukan
pemupukan organik dua kali setahun ialah
pada bulan Februari dan September, yang
dari grafik tersebut terlihat bahwa sebulan
sebelum pemupukan ialah bulan Januari
dan Agustus produksi mengalami titik yang
rendah. Dari hasil empiris ini, selanjutnyapetani disarankan untuk melakukan
pemupukan tiga kali setahun (dengan
jumlah pupuk yang sama, namun
diaplikasikan tiga kali setahun) yaitu
dipertengahan antara bulan Februari dan
September ialah di bulan Mei-Juni.
8/17/2019 Kawasan Salak
30/110
30
Diharapkan hasil pemupukan ini akan
berampak pada peningkatan produksi pada
bulan Januari, Mei dan Agustus (titik-titik
produksi yang rendah), sehingga
diharapkan produksi salak dapat tetap
tinggi sepanjang tahun.
Pemupukan yang diaplikasikan setiap bulan
selama satu tahun ternyata tidak
berpengaruh terhadap produktivitastanaman pada musim kemarau. Hal ini
ditunjukkan dari hasil panen salah seorang
petani yang melakukan pemupukan organik
setiap bulan dengan hasil seperti pada
Gambar 9, yang secara rinci datanya pada
Lampiran 2.
8/17/2019 Kawasan Salak
31/110
31
Gambar 9. Produksi salak dengan pemupukan
intensif setiap bulan sepanjang tahun
3. Penerapan GAP
Penerapan GAP yang secara teknis dilakukan
oleh petani di lapang dengan penerapan SOP
telah ditindak lanjuti dengan registrasi kebun
salak GAP dan sertifikasi produk Prima 3.
Penerapan GAP di ketiga wilayah kawasan salakini masih beragam. Di Kabupaten Sleman, SOP
Salak Kabupaten Sleman telah disusun sejak
tahun 2005 (Dokumen 1). Terdapat 4
kelompoktani yang telah menerapkan GAP dan
sistem registrasi kebun GAP ialah kelompoktani
Duri Kencana, Si Cantik, Kembang Mulyo dan Sri
8/17/2019 Kawasan Salak
32/110
32
Manunggal . Sebagian besar petani di
kelompoktani Duri Kencana dan Si Cantik sudah
menerapkan SOP dan pencatatan semua
aktivitas usahatani salak. Sedangkan di kedua
kelompok tani lainnya ialah kelompoktani
Kembang Mulyo dan Sri Manunggal baru
sebagian menerapkan SOP dan pencatatan.
Dalam hal penerapan SOP, kelompoktani Si
Cantik menerapkan usahatani yang sedikitberbeda dengan SOP yang telah disusun ialah
seresah tanaman ditempatkan pada rorak (pada
SOP Kabupaten Sleman), sedangkan pada
kelompoktani Si Cantik seresah ditempatkan
diantara baris pohon. Demikian juga
penggunaan pestisida, tidak seperti halnya pada
SOP yang ada, kelompoktani Si Cantik tidakmenggunakan pestisida. Oleh karena itu, telah
dilakukan revisi SOP Kabupaten Sleman yang
spesifik untuk kelompoktani Si Cantik sesuai
dengan usahatani yang dilakukan oleh petani
pada bulan Juni 2008 (Dokumen 2).
8/17/2019 Kawasan Salak
33/110
33
Gambar 10. Penempatan seresah sisa tanaman (pada
rorak) pada SOP Salak Kabupaten Sleman
Gambar 11. Penempatan seresah (sekitar tanaman)
SOP di kelompoktani Si Cantik
8/17/2019 Kawasan Salak
34/110
34
Penerapan GAP telah ditindak lanjuti dengan
registrasi kebun GAP. Untuk komoditas salak di
kabupaten Sleman provinsi DIY dan kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai
berikut :
GAP.01 – Prov. Kab. 1 – I.001
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3
Hortikultura
Provinsi DIY
K abupaten S leman
Nomor K ebun : 1Buah
S alak
GAP.01 – 34.04.1 – I.050
Contoh nomor registrasi kebun salak GAP di Kabupaten Sleman
Kebun salak GAP yang teregister semula
berjumlah 171 kebun luas 44,17 ha dengan
pemilik 117 orang ialah di kelompoktani DuriKencana dan Si Cantik. Dari sejumlah kebun
tersebut yang telah disertifikasi produk Prima 3
sebanyak 82 kebun seluas 21,48 ha dari 17
petani. Pada awalnya petani yang memiliki
lebih dari satu kebun, penomoran kebunnya
ditambah notasi huruf a atau b dst. Hal ini
8/17/2019 Kawasan Salak
35/110
35
ternyata membingungkan dalam sistem
pencatatan dan trace ability. Oleh karena itu
kemudian dilakukan restrukturisasi penomoran
kebun dengan menghilangkan huruf-huruf
tersebut. Disamping itu pada perkembangan
lebih lanjut terdapat dua kelompoktani lainnya
yang kebunnya telah diregistrasi ialah kelompok
Kembang Mulyo dan Sri Manunggal. Dari hasil
identifikasi ulang terhadap ke 4 kelompok tani
maka sampai dengan bulan September 2009 jumlah kebun terregister tercatat sebanyak
1.890 kebun yang meliputi 334 ha, dari
sebanyak 235 orang petani. Kebun salak yang
telah terregister pada Tabel 2 dan secara rinci
pada Lampiran 2.
8/17/2019 Kawasan Salak
36/110
36
Tabel 2. Nama kelompok dan kebun salak GAP terregister
No Kelompok Tani Jumlah Kebun Luas Area Jumlah
Petani
Kabupaten Sleman
1 Duri Kencana 357 63,5 151
2 Si Cantik 39 10,3 28
3 Kembang Mulyo 84 5,3 30
4 Sri Manunggal 26 5,6 26
5 Akur 48 4,12 33
6 Suka Mulya 40 6,66 32
7 Sari Madu 107 14,74 94
8 Ngudi Makmur 45 4,98 22
9 Sido Rukun 90 18,26 85
10 Sumber Rejeki 94 7,16 40
Sub Total Sleman 930 140,62 541Kabupaten Magelang
1 Ngudi Luhur 499 94,14 384
2 Ngudi Cukup 299 41,59 141
3 Ngudi Mulyo 162 57,32 161
Sub Total Magelang 960 193,05 686
Total 1.890 334 1.227
Jumlah kebun terregister ini akan terus
bertambah ketika MOU ekpor China ditanda
tangani. Hal ini karena memberikan motivasi
yang sangat kuat kepada petani bahwa kebun-
kebun yang telah terregister atau telah
8/17/2019 Kawasan Salak
37/110
37
mengikuti sistem jaminan mutu memperoleh
pasar yang lebih baik dan luas (ekpor).
Sejalan dengan keamanan pangan dan issue
lingkungan, hal yang dapat menjadi unggulan
dalam pengembangan usahatani salak ini adalah
secara teknis usahatani salak di Kabupaten
Sleman cenderung kearah organik karena
penggunaan pupuk kimia dapat berdampak
pada tanah yang menjadi keras, tanaman yangtidak tahan terhadap kekeringan dan mutu buah
menjadi menurun atau lebih basah. Disamping
itu, umumnya petani tidak menggunakan
pestisida sintetik, akan tetapi mengaplikasikan
prinsip-prinsip PHT dengan memprioritaskan
pengenalian OPT menggunakan agensia hayati.
Tidak seperti halnya di Kabupaten Sleman, di
kedua kabupaten lainnya ialah Magelang dan
Banjarnegara pemahaman dan penerapan SOP
belum dilakukan sepenuhnya oleh petani. SOP
di Kabupaten Magelang yang baru dalam tahap
konsep, pada bulan Juni 2008 telah difinalisasi,
oleh karena itu saat ini sudah mulaidiimplementasikan. Sedangkan di Kabupaten
Banjarnegara yang semula belum ada, pada
bulan Juli telah disusun.
8/17/2019 Kawasan Salak
38/110
38
4. Kelembagaan
Suatu modal dasar dalam menjamin pasokanadalah ketersediaan kelembagaan tani dan
asosiasi. Melalui kelembagaan dan asosiasi akan
memudahkan manajemen sentra produksi salak
di kawasan dalam memasok salak bermutu
pada jumlah dan kurun waktu yang telah
ditentukan. Pada kawasan sentra salak yang
mencakup tiga kabupaten ini, kelembagaan tani
dan asosiasi sudah relatif tersedia, walaupun
umumnya belum berfungsi secara optimal.
Dukungan kelembagaan sebagai modal dasar
dalam pengembangan kawasan pada umumnya
berada pada kondisi belum optimal. Jumlah
kelembagaan yang dapat mendukung meliputi
183 kelompok tani dengan jumlah anggota
sebanyak 2.543 orang, 13 Koperasi tani, 4
asosiasi, dan 5 P4S. Informasi kelembagaan
pendukung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kelembagaan Pendukung Agribisnis
Salak tahun 2006
No Kecamatan
Kelembagaan
Kelpk
Tani
Jml
Anggota
Kelp. Tani
Kop.
TaniAsosiasi P4S
1 Sleman 73 2.583 4 2 2
2 Magelang 67 2.832 5 1 2
3 Banjarnegara 43 4.228 4 1 1
JUMLAH 183 9.643 13 4 5
8/17/2019 Kawasan Salak
39/110
39
Kelembagaan atau kelompoktani yang
terbentuk di ketiga kabupaten ini yang dominan
adalah kelompoktani komoditas salak. Oleh
karena itu ini sangat memudahkan dalam
rangka pelaksanaan GAP, terutama dalam
rangka membangun sistem pencatatan.
Di Kabupaten Sleman, peranan kelompoktani
dalam sistem pencatatan sangat besar yang
mendorong masing-masing petani pada
akhirnya melakukan pencatatan sendiri-sendiri.
Pencatatan SOP dilakukan pada pertemuan
rutin kelompok yang melekat pada pertemuan
pengajian yang dilaksanakan pada setiap
minggu sekali. Pada kesempatan tersebut
digunakan untuk membiasakan petani
melakukan pencatatan usahatani sesuai SOP.
Sebanyak 10 orang petani dipandu oleh seorang
petugas atau seorang petani maju untuk
melakukan pencatatan kegiatan usahatani
masing-masing petani yang telah dilakukan
pada kurun waktu satu minggu. Melalui
kebiasaan tersebut pada akhirnya petani
melakukan pencatatan sendiri-sendiri. Cara ini
sangat baik dapat diterapkan di sentra salaklainnya.
Terlebih lagi apabila dilihat dari Tabel 2 bahwa
unit kebun pada usahatani salak sangat kecil
dengan kepemilikan lahan berkisar rata-rata
kurang dari 0,2 ha. Ini berarti bahwa usahatani
8/17/2019 Kawasan Salak
40/110
40
salak di Kabupaten Sleman melibatkan begitu
banyak petani. Oleh karena itu di dalam
penerapan GAP/SOP untuk memudahkan
pengelolaan, diperlukan kelembagaan petani
yang cukup kuat.
Disamping itu, peranan P4S sebagai tempat ajar
mengajar teknologi-teknologi budidaya salak
yang umunya merupakan sumber dari
indigenous knowlege/ kearifan lokal perlu
diperkuat dalam rangka memberikan/ alih
teknologi kepada petani. Pada saat ini untuk
Kabupaten Sleman dan Magelang P4S sudah
berjalan dengan baik, bahkan banyak petani-
petani salak dari Provinsi lain yang melakukan
magang.
Selain P4S telah dibentuk pula Agroklinik yangdiharapkan sebagai tempat ajar mengajar/ alih
teknologi dan memfasilitasi/menyediakan
teknologi-teknologi maju/baru bahkan sebagai
pusat kajian salak, yang dalam hal ini
diharapkan dibangun dari hasil sinergi berbagai
pihak melalui FATIH. Kondisi Agroklinik yang
sudah ada saat ini belum memadai dan belumoperasional. Agroklinik ini diharapkan akan
menjadi cikal bakal untuk Salacca Center di
Indonesia
8/17/2019 Kawasan Salak
41/110
41
5. Permintaan pasar
Potensi pasar yang dimiliki salak Indonesiacukup besar, mengingat komoditas ini
merupakan tanaman asli Indonesia dan adanya
peluang ekspor ke beberapa negara tanpa
adanya saingan dari negara lain. Pada saat ini
terdapat kecenderungan petani salak untuk
mengusahakan salak dengan sistem budidaya.
menuju organik sehingga kurang bergantung
pada penggunaan pupuk maupun pestisida
kimia. Hal ini juga merupakan peluang bagi
peningkatan pasar dan diharapkan ke depan
akan semakin banyak kebun yang dapat
memenuhi persyaratan sistem budidaya organik
selaras dengan kecenderungan konsumen serta
pasar modern tertentu yang juga cenderung
meningkat permintaannya. Permintaan pasar
untuk event khusus seperti Imlek pada bulan
Februari dan Sembahyang kubur pada bulan
Agustus menunjukkan peningkatan permintaan
setidaknya sebesar 10 – 20%. Untuk event-
event ini, konsumen menginginkan produk
bermutu tinggi, atau dalam kata lain adalah
produk dari kebun yang telah menerapkanGAP/SOP. Volume dan selisih permintaan salak
yang telah menerapkan GAP/SOP Estimasi
pasar salak yang menerapkan sistem jaminan
mutu / membutuhkan kebun GAP terregister
disajikan pada Gambar 12 dan 13.
8/17/2019 Kawasan Salak
42/110
42
Gambar 12. Estimasi pasar salak yang membutuhkan
kebun GAP terregister
Gambar 13. Jumlah kebutuhan salak di pasar modern
Apabila kebutuhan salak untuk pasar moderen
dan ekspor diproyeksikan dalam luasan
62%
1%37% Jabotabek
Tradisional
(selain
Jabotabek)
Pasar Modern
selain Carrefourdi luar JKT
31.356
176.792
- Modern
- Tradis ional
8/17/2019 Kawasan Salak
43/110
43
kebutuhan kebun salak GAP yang terregister,
maka luasan kebun yang dibutuhkan sebanyak
1.209 ha. Secara rinci kebutuhan kebun
tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Permintaan, kapasitas, dan kekurangan
pasokan Salak dari Kebun GAP/SOP
Uraian Jumlah (ton) Luas (ha)
Jumlah 32.755 1.248
Kapasitas pasokan saat ini 1.020 39
Total kekurangan pasokan/
kebutuhan areal kebun GAP
31.735 1.209
Pemenuhan pasokan salak yang berasal dari
kebun GAP sebesar 31.735 ton, diproyeksikan
dalam dalam bentuk luas kebun seluas 1.209 ha.Dari luasan tersebut diharapkan dipasok
sebagian atau sekitar 609 ha dari Kabupaten
Sleman dan sisanya sebesar 600 ha dari
Kabupaten Magelang dan Banjarnegara.
6. Distribusi
Salak yang dihasilkan dari sentra-sentra
produksi dipasarkan ke berbagai daerah tujuan
pemasaran di dalam dan luar provinsi, bahkan
ke beberapa negara seperti Singapura,
Hongkong dan Malaysia. Saat ini sedang dirintis
pemasaran ke China. Nota kesepakatan
8/17/2019 Kawasan Salak
44/110
44
peragangan antara Indonesia dan China telah
ditandatangani pada tanggal 4 September 2008.
Pusat distribusi salak Sleman dan Banjar Negara
adalah pasar Tempel di kabupaten Sleman.
Berdasar informasi yang dikumpulkan dari
asosiasi, pedagang, petani dan Dinas Pertanian
Sleman dan Magelang, sebagian besar buah (60
– 70%) yang dihasilkan dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar tradisional dan
pasar modern di Jakarta dan sekitarnya. Dari
sejumlah produk yang didistribusikan ke Jakarta,
10 – 20% diantaranya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pasar modern.
Produk yang telah diseleksi dan memenuhi
kriteria persyaratan untuk ekspor dikirim
langsung oleh pedagang atau asosiasi yangtelah membangun jaringan pemasaran melalui
internet. Volume pengiriman untuk pasar
Singapura, Hongkong dan Malaysia dapat
mencapai 4 – 6 ton per minggu. Dengan telah
ditanatangani nota kesepakatan perjanjian
perdagangan ke China (4 September 2008)
maka peluang pemasaran salak yang dihasilkandari kebun yang telah ter-registrasi akan
terbuka. Inisiasi awal diperlukan 8 – 10 ton
buah salak per minggu dan volume ini akan
terus meningkat, khususnya pada bulan Agustus
dan Februari. Peta distribusi salak dari Sleman,
8/17/2019 Kawasan Salak
45/110
45
Magelang dan Banjar Negara dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Peta distribusi salak
7. Pemasaran
Sistem pemasaran salak yang berlaku dapat
dikatakan mengikuti pola tradisional yang
umum berlaku pada sektor pertanian. Petani
menjual produk kepada pengumpul kecil
maupun besar dengan pembayaran tunai atautunda. Selanjutnya pedagang pengumpul kecil
menjual ke pengumpul besar untuk
diperdagangkan atau didistribusikan ke luar
daerah dan seterusnya hingga produk sampai di
tangan konsumen akhir. Namun demikian,
8/17/2019 Kawasan Salak
46/110
46
beberapa kelompok tani yang tergabung dalam
asosiasi yang sudah mulai membentuk jalinan
kerjasama kemitraan pemasaran dengan pasar
modern maupun pembeli di luar negeri. Secara
umum pola pemasaran salak dari petani ke
konsumen akhir dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Alur pemasaran salak
Pada bentuk kemitraan ini dirintis dengan
memanfaatkan sistem kontrak antara asosiasidengan pasar modern yang diketahui oleh
anggota kelompok. Asosiasi dan beberapa
pedagang besar di Sleman dalam memasarkan
produknya sudah mulai memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk menjaring
8/17/2019 Kawasan Salak
47/110
47
konsumen di dalam maupun luar negeri. Selain
memasarkan buah salak yang dihasilkan dari
anggota kelompok binaannya, mereka juga
mengemas obyek wisata yang dimiliki dalam
bentuk wisata agro. Salah satu media promosi
berdasar teknologi informasi yang
dimanfaatkan adalah membangun website. Hal
ini sangat dimungkinkan bagi petani/kelompok
tani maupun asosiasi yang berdomisili di
kabupaten Sleman, mengingat kawasan sentra
produksi salak pondoh di daerah ini merupakan
daerah binaan Telkom yang dipromosikan
sebagai desa informasi. Beberapa hasil dari
upaya yang telah dilakukan antara lain pesanan
salak dari beberapa negara, namun belumdapat direalisasikan yang terjadi sebagai akibat
belum dapat dipenuhinya persyaratan impor
dari negara dimana salak tersebut diinginkan,
seperti Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat.
Pola umum alur distribusi salak yang ada
disajikan pada Gambar 16.
8/17/2019 Kawasan Salak
48/110
48
Gambar 16. Pola umum Alur Distribusi Salak
Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa pasar
tujuan salak terbagi atas 2, yaitu pasar domestik
dan ekspor dengan porsi terbesar masih dimiliki
oleh pasar domestik. Dalam mekanisme
pemasaran domestik, asosiasi masih kurang
berperan sehigga belum mampu memberi
keuntungan optimal bagi petani. Mekanisme
pasar ekspor lebih ramping dengan
menggunakan fungsi asosiasi sebagai
POLA UMUM ALUR DISTRIBUSI SALAK
P ola I
P ola I P o la II
P o la II Pola III
Pola III
P A S A R D O ME S T IK
P A S A R D O ME S T IKP A S A R
INTE RNAS IONAL
P A S A R
INTE RNAS IONAL
8/17/2019 Kawasan Salak
49/110
49
penampung salak petani yang akan dijual
kepada eksportir. Program rantai pasokan ke
depan diarahkan untuk mendorong
pembentukan asosiasi baru yang dapat menjadi
wadah bagi peagang pengumpul kecil dan besar
seperti pada mekanisme domestik 2. Oleh
karena itu perlu peningkatan fungsi asosiasi
yang sudah ada agar mampu berperan lebih
sebagai jembatan antara petani dengan pelaku
pasar terutama pelaku pasar modern dan
ekspor (mekanisme ekspor).
8. Infrastruktur
Kabupaten Sleman, Magelang dan Banjar
Negara secara umum memiliki dukungan
infrastruktur yang cukup memadai untuk
mendukung sistem budidaya yang baik hingga
ke pemasaran produknya.
Pengairan
Infrastruktur pengairan tersedia bagi
beberapa wilayah, walaupun belum dapat
menjangkau seluruh kebun-kebun yang
dikelola petani. Di Kabupaten Sleman telah
dibangun bak penampungan air yang cukup
8/17/2019 Kawasan Salak
50/110
50
baik, yang diikuti dengan bak pembagi yang
dilengkapi saluran-saluran air langsung ke
individu kebun, sehingga setiap kebun
memiliki pembagian yang sama. Namun
demikian belum seluruh kebun memiliki
fasilitas ini. Oleh karena itu sebagian petani
membuat saluran air yang masih terbuka
dan mengingat porositas tanah yang tinggi
maka efisiensi penyaluran air rendah.
Gambar 17. Bak pembagi dengan saluran-saluran
air yang langsung ke masing-masing
kebun petani
8/17/2019 Kawasan Salak
51/110
51
Gambar 18. Bak-bak penampung air di dalam
kebun petani
Khusus untuk kabupaten Magelang dan
Banjar Negara terdapat pengembangan
kebun salak melalui bantuan dari
pemerintah Jepang yang sudah membentuk
sentra berskala agribisnis ialah masing-
masing seluas 1.000 ha telah memilikiinfrastuktur pengairan yang memadai
Transportasi
Infrastruktur untuk transportasi sangat
mendukung aktivitas budidaya hingga
8/17/2019 Kawasan Salak
52/110
52
distribusi buah ke pasar-pasar tujuan.
Kesiapan infrastruktur transportasi dengan
kondisi yang baik telah menjangkau hampir
seluruh daerah sentra produksi salak di
ketiga kabupaten relatif baik hingga sangat
baik, sehingga memudahkan dalam
mendistribusikan buah yang dihasilkan.
Kondisi ini masih didukung dengan
ketersediaan penerbangan domestik ke
berbagai daerah di Indonesia dan
internasional ke beberapa negara.
Gambaran kebun salak yang memiliki akses
jalan yang cukup baik seperti pada Gambar
19.
8/17/2019 Kawasan Salak
53/110
53
Gambar 19. Akses jalan di kawasan pengembangan
salak
Komunikasi
Infrastruktur komunikasi yang menjangkau
kabupaten Sleman, Magelang, dan Banjar
Negara relatif cukup baik. Komunikasi
dengan memanfaatkan jaringan selular
telah dapat menjangkau hampir seluruh
lokasi kebun. Hal ini menguntungkan dalam
melancarkan arus pertukaran informasi
antar petani maupun antara pedagang dan
petani. Fasilitas komunikasi telah dimiliki
khususnya kelompoktani Duri Kencana atau
8/17/2019 Kawasan Salak
54/110
54
desa di Kabupaten Sleman yang merupakan
desa binaan Telkom.
Sarana Diseminasi Teknologi
Agroklinik telah tersedia di kabupaten
Sleman yang dapat dimanfaatkan untuk
tempat konsultasi masalah budidaya salak.
Namun demikian, saat ini agroklinik yang
telah disediakan belum berfungsi dandimanfaatkan secara optimal.
Operasionalisasi agroklinik dan pengisian
materi diharapkan merupakan sinergi dari
berbagai instansi terkait yang difasilitasi
melalui FATIH.
Packing HousePacking House telah tersedia di Kabupaten
Sleman tepatnya di kecamatan Tempel yang
merupakan bantuan dari Direktorat
Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil
Pertanian. Packing House tersebut
dimanfaatkan oleh kelompok tani Duri
Kencana sebagai packing house sebelum
salak di ekspor ke Cina.
8/17/2019 Kawasan Salak
55/110
55
Gambar 20. Grading dan packing house di kawasan
pengembangan salak
8/17/2019 Kawasan Salak
56/110
56
B. PERMASALAHAN
Pengembangan kawasan sentra produksi salak di
Sleman, Magelang dan Banjarnegara menghadapi
beberapa permasalahan yang secara langsung
maupun tidak memberi pengaruh terhadap sistem
pengusahaan salak, yang pada gilirannya memberi
dampak pada performa buah yang dihasilkan serta
kepuasan konsumen. Permasalahan utama yang
dapat ditemui pada umumnya terkait dengan :
Jaminan pasokan terkait jumlah dan mutu buah.
Hal ini seringkali menyulitkan bagi pelaku
pemasaran untuk melakukan kontrak dagang
dengan pasar modern, khususnya untuk dapat
memenuhi kuota yang telah disepakati bersama.
Fluktuasi produksi / produktivitas rendah pada
bulan Juli sampai November terutamadisebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan
air yang diperlukan untuk pembesaran buah,
serta keseimbangan nutrisi yang diperlukan
oleh tanaman. Rendahnya produksi juga
dipengaruhi oleh keterseiaan bunga jantan saat
pembuahan atau terjadi kegagalan pembuahan
akibat lebatnya hujan di musim penghujanpada 6 bulan sebelumnya
Ketersediaan teknologi spesifik lokasi terkait
budidaya dan pasca panen belum memadai.
Khususnya menyangkut pemupukan, pengairan,
mulsa, penyediaan bunga jantan, pengaturan
8/17/2019 Kawasan Salak
57/110
57
pola produksi, dan memperpanjang masa saji
(shelf live).
Fluktuasi harga, sebagai dampak dari fluktuasi
produksi dan pengaruh dari musim panen yang
bersamaan dari buah-buahan lain.
Permodalan merupakan masalah klasik bagi
petani dan asosiasi di kawasan ini. Keterbatasan
permodalan di pihak petani menyebabkan
kebanyakan petani menjual produknya dengan
sistem ijon. Kondisi ini kemudian menyebabkansistem pemeliharaan tanaman menjadi kurang
optimal.
Kelembagaan. Fungsi dan peran kelembagaan
petani, koperasi, maupun asosiasi belum
berfungsi optimal sebagai dampak dari
kurangnya pemahaman petani untuk berperan
aktif dalam kelompoknya dan beberapa diantaranya juga diakibatkan oleh belum
profesionalnya pengelola asosiasi maupun
koperasi dalam menjalankan kelembagaan yang
dipimpinnya.
Infrastruktur pengairan masih mencakup
sebagian kecil area produksi salak sehingga
kebutuhan air untuk pembesaran buah,khususnya pada masa bulan-bulan kering tidak
terpenuhi, akibatnya produksi yang dihasilkan
rendah. Demikian juga adanya kerusakan
sebagian infrastruktur akibat gempa sehingga
perlu perbaikan.
8/17/2019 Kawasan Salak
58/110
58
Pengelolaan kebun masih beragam.
Mengakibatkan terjadinya keragaman mutu
produk yang dihasilkan, sehingga menyulitkan
dalam melakukan standardisasi produk untuk
memasok pasar tertentu dalam jumlah besar.
Belum dapat dipenuhinya persyaratan teknis
maupun non teknis terkait sistem jaminan mutu
dan perjanjian bilateral antara Indonesia
dengan negara tujuan.
III. STRATEGI DAN PROGRAM
Memperhatikan berbagai kondisi strategis dan
permasalahan yang ada dalam pengembangan
agribisnis salak, maka dapat disusun suatu strategi, dan
program untuk pengembangan kawasan salak. Strategi
dan program pengembangan salak di kawasan Sleman,
Magelang dan Banjar Negara dilakukan melalui
pendekatan 6 pilar sebagai berikut :
A. Strategi
Strategi yang dipilih untuk mengatasi
permasalahan yang ada adalah denganmengatur keseimbangan antara permintaan dan
pasokan, dengan sinergisme 6 pilar program
pengembangan hortikultura melalui perspektif
Supply Chain Management sebagai berikut :
8/17/2019 Kawasan Salak
59/110
59
Penyediaan kawasan pemasok salak
bermutu
Akselerasi penerapan sistem jaminan mutu
Penguatan kemitraan
Peningkatan investasi
B. Program
Strategi yang telah ditetapkan untuk menjawab
permasalahan, serta tantangan yang adadengan memanfaatkan potensi yang dimiliki,
maka untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dapat disusun program dan
pentahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Kawasan; melalui program pemantapan
kawasan produksi yang meliputi koordinasi,
identifikasi lokasi, penetapan peserta,
sosialisasi, promosi kawasan sentra
produksi salak, pembuatan pedoman
umum pengembangan kawasan salak,
pembinaan pengembangan kawasan salak,
kajian pengembangan kawasan salak,
Monitoring dan evaluasi, Integrasi dengan
kegiatan pengembangan GAP / SOP, SCM,
fatih, penerapan PHT, kelembagaan,
akselerasi ekspor dan konsumsi serta
lingkungan hidup.
8/17/2019 Kawasan Salak
60/110
60
2. SCM; melalui program inisiasi penerapan
SCM, penguatan sistem distribusi,
penyediaan database infromasi produksi
dan pasar dan hubungan yang efektif antar
pelaku.
a. Inisiasi penerapan SCM
- Identifikasi SCM
- Sosialisasi / pelatihan pedum
- Workshop penyusunan SCM
- Panduan kemitraan, dan
- Fasilitasi kemitraan
b. Penguatan sistem distribusi
- Membangun sistem dan panduanperencanaan produksi, stok dan
distribusi
- Fasilitasi penyediaan sarana packing
house yang memenuhi standar mutu
dan keamanan pangan
c. Penyediaan database infromasi produksi
dan pasar
- Membangun sistem komunikasi dan
informasi
- Fasilitasi penyediaan sarana
komunikasi (software dan hardware)
8/17/2019 Kawasan Salak
61/110
61
d. Hubungan yang efektif antar pelaku
- Fasilitasi penumbuhan kelembagaan
hortikultura nasional (Asosiasi, Dewan
dsb)
- Fasilitasi pertemuan kelembagaan
3.
GAP –
SOP; melalui program
a. Penerapan GAP – SOP
- Sosialisasi penerapan GAP & SOP
- Fasilitasi bimbingan penyusunan dan
penyempurnaan SOP Salak spesifik
lokasi- Kajian teknologi maju salak
(pemupukan, pengaturan panen,
pengairan, pemulsaan dll.)
- Fasilitasi bimbingan penerapan GAP /
SOP salak
- Peningkatan kompetensi petugas
penilai kebun
- Sosialisasi penilaian kebun GAP
- Identifikasi kebun GAP
- Penilaian kebun GAP / registrasi kebun
GAP
- Regitrasi kebun GAP
8/17/2019 Kawasan Salak
62/110
62
- Pengajuan sertifikasi produk Prima
b. Penyediaan sarana prasarana
c. Penguatan SDM
- Pelatihan TOT GAP
- Pelatihan TOT SOP
- Pelatihan TOT penilai kebun
-
Pelatihan pengawalan pendampingan
GAP
d. Koordinasi dan sinkronisasi
- Fasilitasi permohonan penerapan GAP
-
Fasilitasi penelitian dan pengembanganteknologi maju spesifik lokasi (kajian
pemupukan, mulsa, pengairan,
pembungaan, zona panen, pasca panen
dll)
- Fasilitasi koordinasi instansi terkait
penerapan GAP
- Fasilitasi harmonisasi GAP
e. Promosi GAP
- Lomba kebun penerapan GAP
8/17/2019 Kawasan Salak
63/110
63
- Promosi produk yang dihasilkan dari
kebun GAP
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
- Monitoring pelaksanaan penerapan
GAP
- Evaluasi pelaksanaan penerapan GAP
-
Pelaporan pelaksanaan penerapan GAP
4. FATIH; dilaksanakan melalui kegiatan
sosialisasi, penyusunan profil kawasan salak,
penetapan status rantai pasokan pada
kawasan salak, pembenahan rantai pasokan
pada kawasan salak, penyusuna rancang
bangun pengembangan kawasan salak,
workshop peningkatan kompetensi petugas,
pendampingan pelaksanaan hasil workshop,
pengadaan sarana dan prasarana,
penyelenggaraan konvensi rancang bangun
pengembangan kawasan salak antar
provinsi dan pertemuan koordinasi
investasi.
5. Kelembagaan; dilaksanakan melalui
kegiatan pengembangan kelembagaan
8/17/2019 Kawasan Salak
64/110
64
usaha perbenihan salak dan pengembangan
kelembagaan usaha produksi salak.
a. Pengembangan kelembagaan usaha
perbenihan salak
- Sosialisasi kebijakan
penangkar/produsen/pedagang
benih
-
Apresiasipenangkar/produsen/pedagang
benih
- Koordinasi institusi perbenihan
- Pembinaan pengawasan peredaran
benih
- Pembinaan sertifikasi benih
- Apresiasi pengembangan mutu
benih
- Pembinaan pengemebangan mutu
benih
- Peningkatan SDM perbenihan
- Monev kelembagaan perbenihan
b. Pengembangan kelembagaan usaha
produksi salak
- Penyusunan standar mutu produk
- Penyusunan standar penilaian kebun
- Sosialisasi standar mutu produk
8/17/2019 Kawasan Salak
65/110
65
- Pembinaan SOP salak
- Pembinaan manajemen kebun
- Sertifikasi kebun
- Fasilitasi pengemasan, penyimpanan
dan moda transportasi
- Fasilitasi pegembangan akses modal
dan pasar
- Peningkatan SDM
-
Pertemuan asosiasi
eksportir/importir salak
- Monev lembaga usaha produk
6. Peningkatan konsumsi dan ekspor;
dilaksanakan melalui kegiatan
a.
Peningkatan konsumsi salak :penyiapan bahan informasi (buku,
booklet, poster dll.), penyebaran
informasi atau dialog interaktif (media
elektronik dan cetak), workshop
kandungan gizi dan khasiat produk
salak, promosi produk salak melaluipemasyarakatan/kampanye.
b. Akselerasi ekspor : Identifikasi kebun
salak siap ekspor, penyediaan
informasi kapasitas produksi dan mutu
salak, fasilitasi registrasi kebun salak
8/17/2019 Kawasan Salak
66/110
66
GAP, penyediaan pestlis dan informasi
teknis, penyediaan sarana dan
prasarana, penyediaan bahan
persyaratan SPS, penyediaan bahan
untuk market akses, penyediaan
informasi perdagangan internasional,
penyediaan informasi aturan
perdagangan internasional, penyiapan
bahan perjanjian perdagangan
internasional dan penyiapan bahan
penyusunan MRL.
c. Koordinasi dan sinkronisasi :
pertemuan koordinasi stakeholder
terkait dan fasilitasi pertemuan
perjanjian perdagangan internasional.
d. Promosi produk
e. Peningkatan SDM
8/17/2019 Kawasan Salak
67/110
67
Tabel 5. Program kegiatan pengembangan kawasan salak
a. Kawasan
(Pemantapan Kawasan Produksi)
NO PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
1 Pemantapan Kawasan
Produksi
Koordinasi V V V 15
Identifikasi lokasi V V V 15
Penetapan peserta V V V 2,5
Sosialisasi V V V V 5
8/17/2019 Kawasan Salak
68/110
68
NO PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T
I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S
E T J E N
P R
O V I N S I
K A B
U P A T E N
O
K K P D
Promosi kawasan sentra
produksi salak
V V V V 35
Pembuatan pedoman umum
pengembangan kawasan salak
V V V V V V V V 30
Pembinaan pengembangan
kawasan salak
V V V 25
Kajian pengembangan kawasan
salak
V V V 40
8/17/2019 Kawasan Salak
69/110
69
NO PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T
I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S
E T J E N
P R
O V I N S I
K A B
U P A T E N
O
K K P D
Monitoring dan evaluasi V V V V 10
Integrasi dengan kegiatan
pengembangan GAP / SOP,
SCM, FATIH, penerapan PHT,
kelembagaan, akselerasi ekspor
dan konsumsi serta lingkungan
hidup
V V V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
70/110
70
b. SCM
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
1.
Inisiasi penerapa n
SCM
Identifikasi SCM V 40
Sosialisasi / pelatihan pedum V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
71/110
71
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
Workshop penyusunan SCM V V V V V 20
Panduan kemitraan V V 5
Fasilitasi kemitraan. V V V V V 25
8/17/2019 Kawasan Salak
72/110
72
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
2. Penguatan sis tem
distribusi
Membangun sistem dan panduan
perencanaan produksi, stok dan
distribusi
V V V V V V 45
Fasilitasi penyediaan sarana
packing house yang memenuhi
V 250
8/17/2019 Kawasan Salak
73/110
73
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
standar mutu dan keamanan
pangan
8/17/2019 Kawasan Salak
74/110
74
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
3. Penyedia an database
infromasi produksi
dan pasar
Membangun sistem komunikasi
dan i nformasi
V V V V V V 40
Fasilitasi penyediaan sarana
komunikasi (software dan
V V V V V V 20
8/17/2019 Kawasan Salak
75/110
75
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
hardware)
4. Hubungan yang efektif
antar pelaku
Fasilitasi penumbuhan
kelembagaan hortikultura
nasional (Asosiasi, Dewan dsb)
V 25
8/17/2019 Kawasan Salak
76/110
76
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN
DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
• Dibangunnya sistem
komunikasi yang
efektif dan saling
menguntung-kan
diantara pelaku
Fasilitasi pertemuan
kelembagaan
V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
77/110
77
c. GAP – SOP
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U
R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A B U P A T E N
O K K P D
1. Penerapan GAP –
SOP
Sosialisasi penerapan GAP & SOP V V V 15
Fasilitasi bimbingan penyusunan
& penyempurnaa n SOP Salak
Spesifik Lokasi
V V V 25
8/17/2019 Kawasan Salak
78/110
78
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
Kajian teknologi maju salak
(pemupukan, pengaturan panen,
pengai ran, pemuls aan, dll)
V V 75
Fasilitasi bimbingan penerapan
GAP / SOP Sa lak
V V V 15
Peningkatan kompetensi
petugas penilai Kebun GAP
V 15
Sosialisasi Penilaian Kebun GAP V V V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
79/110
79
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
Melakukan Identifikasi Kebun
GAP
V V 20
Melakukan Penilaian Kebun GAP
/ Registrasi Kebun GAP
V V 15
Pengajuan sertifikasi produk
Prima
V V V V V V V V 10
2. Penyediaan Sarana
dan Prasarana
Fasilitasi sarana dan Prasarana V V V V V V 60
8/17/2019 Kawasan Salak
80/110
80
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
3. Penguatan SDM Pelatihan TOT GAP V V V 15
Pelatihan TOT SOP V V V 15
Pelatihan TOT Penilai Kebun V V V 15
Pelatihan Pengawala n
Pendampingan GAP
V V V V V 15
4. Koordinasi dan
Sinkronisasi
Fasilitasi Pembinaan Penerapa n
GAP
V V V V 20
8/17/2019 Kawasan Salak
81/110
81
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
Fasilitasi Penelitian &
Pengembangan Teknologi Maju
Spesifik Lokasi (Kajian
Pemupukan, mulsa, pengairan,
pembungaan, zona panen,
pasca panen, dll)
V V V V V V 45
Fasilitasi Koordinasi Instansi
Terkai t Penerapan GAP
V V V V V V V V 15
Fasilitasi Harmonisasi GAP V V V V V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
82/110
82
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
5. Promosi GAP Lomba Kebun Penerapa n GAP V V V 15
Promosi Produk yang dihasilkan
dari Kebun GAP
V V V V 30
6. Monitoring,
Evaluasi dan
Pelaporan
Monitoring Pelaksa naan
Penerapa n GAP
V V V 12
Evaluasi Pela ksanaan Penerapa n
GAP
V V V 12
8/17/2019 Kawasan Salak
83/110
83
NO. PROGRAM KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggar
an
(Rp.
Juta) 2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L
I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A
B U P A T E N
O K K P D
Pelaporan Pelaksa naan
Penerapa n GAP
V V V 5
8/17/2019 Kawasan Salak
84/110
84
d. FATIH
NO.KEGIATAN POKOK
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A U P A T E N
O K K P D
1. Sosialisasi Fatih V V V V V V V V 15
2 Penyusunan profil kawasan salak V V V V 20
- Penetapan status rantai pasokan pada kawasan salak V V V V 5
- Pembenahan rantai pasokan pada kawasan salak V V V V V V 30
8/17/2019 Kawasan Salak
85/110
85
NO.KEGIATAN POKOK
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T
I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S
E T J E N
P R
O V I N S I
K A
U P A T E N
O
K K P D
- Penyusunan rancang bangun pengembangan kawasan
salak
V V V V V V V V 25
3. Workshop peningkatan kopetensi petugas dalam
menyelenggarakan fatih
V V V V V V 15
4. Pendampingan dalam melaksanakan hasil workshop V V V V V V 25
5. Pengadaa n Sarana & Prasarana V V V V V 50
8/17/2019 Kawasan Salak
86/110
86
NO.KEGIATAN POKOK
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T
I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S
E T J E N
P R
O V I N S I
K A
U P A T E N
O
K K P D
6. Penyelenggaraan konvensi rancang bangun
pengembangan kawasan salak a ntar propinsi.
V V V V V V V V 15
7. Pertemuan koordinasi (investasi) untuk menjaga
komitmen pemangku kepentingan, memonitor,
mengevaluasi pelaksanaan rancang ba ngun
pengembangan kawasan salak antar propinsi
V V V V V V V V 15
8/17/2019 Kawasan Salak
87/110
87
e. Kelembagaan
NO. KEGIATAN POKOK KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R T I K U L T U
R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P R O V I N S I
K A U P A T E N
O K K P D
1. Pengembangan
Kelembagaan Usaha
Perbenihan Salak
Sosialisasi Kebijaka n
Penangkar/Produsen/
Pedagang Benih
V V V V 20
Apresiasi
Penangkar/Produsen/
Pedagang Benih
V V V V 20
8/17/2019 Kawasan Salak
88/110
88
NO. KEGIATAN POKOK KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P P H P
L I T B A N G
S D M
S E T J E N
P
R O V I N S I
K A U P A T E N
O K K P D
Koordinasi Institusi
Perbenihan Terkai t
V V V 15
Pembinaa n Pengawasa n
Peredara n Benih
V V V 15
Pembinaa n Sertifikasi
Benih
V V V 15
Apresi asi Pengembangan
Mutu Benih
V V V 25
8/17/2019 Kawasan Salak
89/110
89
NO. KEGIATAN POKOK KEGIATAN
TAHUN DUKUNGAN & KETERPADUAN
Anggaran
(Rp. Juta)
2 0 1 0
2 0 1 1
2 0 1 2
2 0 1 3
2 0 1 4
H O R
T I K U L T U R A
P L A
P