13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan (Elfindri,2011). Keadaan kesehatan masyarakat Indonesia masih cukup memprihatinkan. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah perbaikan gizi pada bayi dan balita. Kesehatan bayi dan balita merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor, antara lain kesehatan bayi dan balita, kondisi sosial ekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Kesehatan bayi dan balita menjadi masalah di Indonesia diantaranya kurang gizi yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang. Prevalensi kurang gizi di Indonesia masih sangat tinggi, yang bisa berdampak 1

Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kebijakan pemerintah mengenai balita

Citation preview

Page 1: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen

utama selain pendidikan dan pendapatan (Elfindri,2011).

Keadaan kesehatan masyarakat Indonesia masih cukup

memprihatinkan. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dalam

peningkatan kesehatan masyarakat adalah perbaikan gizi pada bayi dan balita.

Kesehatan bayi dan balita merupakan ukuran penting kesehatan nasional

karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor, antara lain kesehatan

bayi dan balita, kondisi sosial ekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat.

Kesehatan bayi dan balita menjadi masalah di Indonesia diantaranya

kurang gizi yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan

balita di negara berkembang. Prevalensi kurang gizi di Indonesia masih

sangat tinggi, yang bisa berdampak pada penurunan kualitas Sumber Daya

Manusia. Keadaan ini berkaitan erat dengan berbagai kondisi yang

melatarbelakanginya, seperti malnutrisi, kondisi lingkungan, kondisi sosial,

ekonomi, seperti kemiskinan dan sebagainya. Laporan Organisasi Kesehatan

Dunia (World Health Organization) yang menunjukkan kesehatan masyarakat

Indonesia terendah di Asia dan peringkat ke-142 dari 170 negara. Data WHO

menyebutkan angka kejadian 8 gizi buruk dan kurang gizi pada balita 2002

masing-masing meningkat menjadi 8,3 % dan 27,5 % ,serta pada 2005 naik

lagi menjadi masing-masing 8,8 % dan 28 %. ( www.eramuslim.com).

Menurut Sub Direktorat Gizi Makro Direktorat Bina Gizi Masyarakat

Departemen Kesehatan, angka kejadian (prevalensi) gizi kurang yang terjadi

1

Page 2: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

di 53 kabupaten/kota di Indonesia masih di atas 40 % dari populasi balita

( www.eramuslim.com).

Hasil penelitian “ Early Child Development “ di Pangalengan, Jawa

Barat menunjukkan bahwa kurang gizi erat hubungannya dengan kemunduran

kecerdasan anak, dan masalah kurang gizi yang ringan. Sekalipun demikian

sudah dapat menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Berdasarkan

hal tersebut, maka tujuan dari program perbaikan gizi bukan hanya untuk

menambah berat badan atau tinggi badan anak, melainkan juga untuk

meningkatkan perkembangan kognitif anak. Jadi, tumbuh dan kembang anak

harus mendapatkan perhatian serius, agar anak-anak lebih cerdas dan

berkualitas (Depkes RI, 2006).

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kurang gizi merupakan salah

satu masalah kesehatan di Indonesia yang perlu untuk segera dicarikan

strategi yang tepat untuk menanganinya. Penulis merasa tertarik untuk

menganalisis strategi penanggulangan masalah gizi balita melalui kebijakan

pemerintah di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Apa definisi kebijakan ?

1.1.2 Bagaimana isu kesehatan balita di Indonesia?

1.1.3 Apa program pemerintah mengenai masalah kesehatan balita di Indonesia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Menjelaskan definisi kebijakan.

1.3.2 Menjelaskan isu kesehatan balita di Indonesia.

1.3.3 Menjelaskan program pemerintah mengenai masalah kesehatan balita di

Indonesia.

2

Page 3: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan

cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan

dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku

(misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan),

kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin

memperoleh hasil yang diinginkan.

Pengertian kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar

kebijakan yang bersifat luas. Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan

kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan

dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai

pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh

pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan

umum.

2.2 Issu Kesehatan Balita di Indonesia

Sebesar 17% anak Indonesia mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

menurut Linda Gumelar pada tahun 2014 lalu. Ini berarti jika jumlah balita

sebanyak 32 juta jiwa di Indonesia, maka sebanyak 5,440,000 anak balita

Indonesia kekurangan gizi!

Tidak heran jika kita masih mendengar kenyataan mengenai 1.034 bayi

di Aceh meninggal dunia selama tahun 2013 akibat kekurangan gizi. Lebih 45

persen bayi di Aceh meninggal karena kekurangan gizi. Lalu di Provinsi

Banten sebanyak 7,213 balita mengalami gizi buruk dan 53,680 balita

kekurangan gizi. Padahal anggaran Pemprov Banten untuk penanggulangan

gizi buruk mencapai Rp 9,7 miliar di tahun 2012. Sementara itu di

3

Page 4: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

Kalimantan Barat ditemukan 212 kasus gizi buruk dan 7 anak meninggal

dunia karenanya. Ironis, di sebuah negeri yang melimpah sumber kekayaan

alamnya ada anak manusia yang mati karena malnutrisi. Ibarat pepatah

mengatakan “tikus mati di lumbung padi.”

Bisa kita bayangkan sebanyak 5 juta lebih anak Indonesia yang

mengalami kekurangan gizi tersebut tumbuh berkembang dalam 15 tahun

mendatang saat mereka memasuki usia produktif. Bisa jadi hanya akan

menjadi beban negara jika sejak sekarang tidak ditanggulangi secara serius.

“Seribu hari pertama kehidupan adalah periode penting bagi

pertumbuhan anak-anak, karena dari periode ini terjadi pertumbuhan fisik dan

penambahan masa otak, serta pengembangan signifikan kemampuan kognitif,

tulang, imunitas, system pencernaan, dan organ-organ metabolisme. Kualitas

pertumbuhan yang dialami pada periode ini akan mempengaruhi kesehatan

mereka di masa depan,” lanjut Martine. Ternyata, sejak 1000 hari pertama

kehidupan, bayi harus mendapatkan gizi yang baik. Seribu hari pertama

kehidupan ini selama 270 hari dalam kandungan dan 730 hari selama pasca

kelahiran. Pentingnya memerhatikan gizi bayi pada masa ini karena pada

masa tersebut adalah masa pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ

dan sistem tubuh pada janin sangat cepat. Oleh karena itu, sejak ibu

mengandung hendaknya mengonsumsi gizi yang baik, sehingga bisa

menyehatkan ibu dan buah hati.

Prof. Hardinsyah menekankan untuk pemenuhan gizi seimbang

terutama bagi calon ibu hamil, ibu hamil, ibu menyusui dan Balita trus

diperlukan. Terutama pada zat gizi yang masih defisiensi, seperti protein,

asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zink, vitamin A, vitamin D,

dan asam folat..

4

Page 5: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

2.3 Program Pemerintah

2.3.1 Indonesia Sehat

Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa

depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh

penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki

kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes 2010-

2014 yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2010)

Sebuah negara yang sehat dan kuat sehingga dapat melindungi dan

mensejahterakan seluruh penduduknya dalam pemenuhan hak-hak Sipol (sipil

dan politik) dan juga hak-hak Ekosob (ekonomi, sosial, dan budaya). Salah

satu program unggulan yang dicanangkan yaitu Perbaikan Gizi.

Tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) disebabkan ibu hamil menderita kurang energy protein akan

berpengaruh pada gangguan fisik, mental, dan kecerdasan anak. Dan yang

meningkatkan resiko tinggi yang dilahirkan kurang zat besi dapat berdampak

pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak yang kemudian hari dapat

mengurangi IQ anak, menciptakan generasi yang secara fisik dan mental

lemah, serta rentan penyakit karena menurunnya daya tahan tubuh ( Syarief,

2004 ).

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.

Akibat kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti

kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan

kecerdasan. Akibat lainya adalah terjadinya penurunan produktifitas,

menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan

resiko kesakitan dan kematian (Soekirman, 2000).

a. Program Indonesia Sehat terdiri atas :

1) Paradigma Sehat;

2) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer

5

Page 6: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

3) Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiganya akan dilakukan dengan menerapkan

pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko  (health risk).

Kementerian Kesehatan akan melakukan penguatan pelayanan

kesehatan untuk tahun 2015-2019. Penguatan dilakukan meliputi:

1) Kesiapan 6.000 Puskesmas di 6 regional;

2) Terbentuknya 14 RS Rujukan Nasional; serta Terbentuknya 184 RS

Rujukan regional.

Menkes menjelaskan, Kementerian Kesehatan telah melakukan

implementasi e-catalogue pada pengadaan obat dan alat kesehatan di lingkup

Satuan Kerja Pemerintah. Hal ini telah dimulai sejak tahun 2013 untuk obat,

dan awal tahun 2014 untuk alkes. Ini merupakan wujud nyata tindak lanjut

arahan Presiden RI agar pengadaan barang/jasa di lingkup Pemerintah

dilakukan secara elektronik.

2.3.2 Pemecahan masalah gizi buruk

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan titik pangkal bagi

terciptanya lingkungan sehat. Untuk mengatasi hal tersebut, keluarga

diharapkan mampu untuk membiasakan perilaku sehat, diantaranya

mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, mengkonsumsi garam

yodium, memberikan ASI eksklusif, mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi.

a. Strategi Depkes

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi

kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Melihat krusialnya permasalahan di Indonesia untuk ditanggulangi,

Sarihusada meluncurkan sebuah program terkait perbaikan gizi bagi

penduduk Indonesia yaitu, Nutrisi untuk Bangsa. Sarihusada sebagai

perusahaan yang sudah berdiri sejak 60 tahun lebih dengan misi

memperbaiki gizi anak bangsa, berkomitmen mendukung upaya perbaikan

6

Page 7: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

gizi yang dilakukan oleh pemerintah melalui peningkatan kesadaran

masyarakat akan pentingnya gizi bagi ibu dan anak. Demikian kata Arif

Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada. 

Pada Hari Jum’at, 20 Maret 2015, Sarihusada mengadakan diskusi

dengan event Nutritalk yang mengambil tema, “Sinergi Pengetahuan Lokal

dan Keahlian Global bagi Perbaikan Gizi Anak Bangsa.” Hadir dua

narasumber ahli gizi pada acara tersebut, yaitu Dr. Martine Alies sebagai

Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life

Nutrition, Belanda dan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, Guru Besar Tetap Ilmu Gizi

Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor. Belanda telah

mendokumentasikan perubahan pertumbuhan generasi yang positif sejak

tahun 1858, yang dicerminkan dari peningkatan rata-rata tinggi badan, dari

anak-anak, remaja, dan dewasa. Hal yang terpenting dalam proses perbaikan

pertumbuhan generasi positif ini adalah kebersihan, keluarga berencana,

peningkattan gizi dan kesehatan anak. Demikian kata Dr. Martine Alies.

7

Page 8: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam menjalankan program pembangunan di bidang kesehatan

pemerintah menjalankan misi dan visi di bidang kesehatan dan merubah

paradigma kesehatan dari kuratif dan rehabilitative bergeser menjadi

preventif dan edukatif dan paradigma kesehatan juga diubah dari sentralisasi

menjadi disentralisasi, sehingga tidak terpusat oleh pemerintah pusat tetapi

diserahkan kepada masing-masing daerah karena tiap-tiap daerah mempunyai

problem masing-masing.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat,serta menurunkan angka kematian ibu dan anak yang biasanya

terjadi ketika ibu melahirkan, oleh karena itu pemerintah meluncurkan

program jampersal dan jamkesmas yang diharapkan dapat menurunkan angka

kematian dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3.2 Saran

Sebaiknya para perawat juga harus mengerti tentang kebijakan pemerintah

tentang balita. Untuk menambah wawasan perawat dalam mempersiapkan

MDGs 2015 ini.

8

Page 9: Kbijakan Pemerintah Tentang Balita

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan di akses pada tanggal 10 Oktober 2015

http://maphiablack.blogspot.co.id/2010/10/masalah-gizi-pada-bayi-dan-balita.html

diakses pada tanggal 10 Oktober 2015

https://joshuaig.wordpress.com/2013/05/09/kebijakan-pemerintah/ di akses pada

tanggal 11 Oktober 2015

http://www.depkes.go.id/article/view/15020400002/program-indonesia-sehat-

untuk-atasi-masalah-kesehatan.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2015

9