Upload
nur-ikhsanudin
View
61
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kebijakan dan pengelolaan ekowisata KKLD Pulau Biawak
Citation preview
POTENSI WISATA KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH
PULAU BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU
Dosen:
Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin
Disusun oleh:
NUR IKHSANUDIN P052140751
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “POTENSI WISATA
PULAU BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU”. Karya tulis ini merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan dan Manajemen
Ekowisata Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Institut Pertanian Bogor.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ini, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak
kekurangan yang membutuhkan masukan baik berupa kritik maupun saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada: Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin yang membimbing dan mengarahkan selama
mata kuliah Kebijakan dan Manajemen Ekowisata, semoga selalu diberi kesehatan
dan kebahagiaan. Penulis juga mengucapkan kepada Bapak Masduki dan Ibu
Tasmiyah yang merupakan kedua orang tua penulis yang selalu mendukung dan
mendoakan dari kampong halaman yang selalu dirindukan, semoga diberi panjang
umur dan selalu istiqamah.
Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman satu kelas yang
sama-sama menimba ilmu di mata kuliah Kebijakan dan Manajemen ekowisata:
Pak Widodo dan Bu Ernesta yang dianggap paling senior semoga sukses dengan
danau Sentarum dan danau Kelimutunya, Mas Gema semoga menajadi pemburu
foto burung handal, Muaz semoga sukses dengan ombak bono, dan perempuan luar
biasa penggila traveling Mbak Intan, Ichi, Cici, Cinni, Tyas dan Nde.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih untuk semua warga PSL 2014,
semoga kita sukses dengan ilmu yang luar biasa dan penuh perjuangan untuk
mendapatkannya.
Bogor, April 2015
Nur Ikhsanudin
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
2.1 TUJUAN 2
BAB II: METODE 3
2.1. LOKASI 3
2.2. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 3
BAB III: ANALISIS SITUASIONAL 4
BAB IV: ANALISIS SUPPLY WISATA 7
4.1 Wisata Alam 7
4.2 Wisata Ziarah 8
4.3 Mercusuar 8
4.4 Transportasi dan Penginapan 8
BAB V: ANALISIS DEMAND WISATA 10
BAB VI: ANLISIS DAYA DUKUNG 15
BAB VII: ANLISIS KELAYAKAN 18
BAB VIII: REKOMENDASI 29
DAFTAR PUSTAKA 31
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak (2000-2012) 10
Tabel 4.2 Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak (2011-2013) 13
Tabel 7.1 Daftar penelitian yang dilakukan di KKLD Pulau Biawak 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta KKLD Pulau Biawak dalam skala 1:350.000 3
Gambar 3.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak dalam skala 1;75.000 5
Gambar 5.1 Grafik trend perkembangan pengunjung KKLD Pulau Biawak (2000-
2012) 11
Gambar 5.2 Grafik Tren kunjungan wisata KKLD Pulau Biawak berdasarkan
kategori (2000-2012) 11
Gambar 5.3 Grafik Variasi tujuan kunjungan (2011-2013) 13
Gambar 5.4 Grafik Tipe Kunjungan 14
Gambar 6.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak sesuai zonasi 16
Gambar 6.2 Zonasi Pulau Biawak 17
Gambar 7.1 Bagan keterkaitan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang 19
Gambar 7.2 Foto kawasan hutan mangrove KKLD Pulau Biawak 20
Gambar 7.3 Panorama ekosistem terumbu karang KKLD Pulau Biawak 24
Gambar 7.4 Fauna yang bisa menjadi obyek bidikan kamera photographer 27
Gambar 7.5 Makam Syaikh Syarif Khasan dan mercusuar Z,M, Willem III 28
5
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
pulau mencapai 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dimana
jumlah pulau yang telah diverifikasi 13.466 pulau dengan pulau berpenduduk
sebanyak 1.659 pulau dan pulau tak berpenduduk sebanyak 11.807 pulau.
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Melihat hal tersebut, masyarakat
Indonesia memanfaatkan keunggulan dari segi geografis dalam produksi perikanan
dan kelautan yang bersumber dari wilayah laut. Pemanfaatan tersebut dapat dilihat
dari hamparan tambak budi daya ikan baik tambak ikan air laut maupun payau,
udang, dan kerang yang umumnya terhampar luas di wilayah pesisir.
Kekayaan bahari Indonesia tidak hanya dimanfaatkan untuk produksi
prikanan dan kelautan saja, akan tetapi potensi wisata bahari di Indonesia sangat
menjanjikan untuk diperkenalkan pada dunia dengan berbagai kekayaan alamnya.
Untuk melindungi objek wisata terutama kawasan lindug dan konservasi perlu
diterapkan strategi dan pengelolaan ekowisata. Konsep ekowisata sesungguhnya
diperkenalkan oleh The International Ecotourism Society-TIES (2002, dalam
Dirawan) “Suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat”. Dengan merujuk pada definisi
ekowisata yang dirumuskan pada Rencana Strategi Pengembangan Ekowisata
Nasional yang menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu konsep pengembangan
dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk
perlindungan serta berintikan partisipasi aktif masyarakat dengan penyajian produk
bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif terhadap lingkungan,
memberikan konstribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan
pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya
(Sekartjakrarini, 2004 dalam Khairunnisa, 2011).
Pengelolaan ekowisata perlu direncanakan dengan baik karena supply
wisata yang disajikan sebagian besar merupakan kekayaan alam. Selain itu, karena
konsep ekowisata yang memanfaatkan supply dari alam, maka keberlanjutan supply
2
ini akan sangat penting diperhitungkan karena konsep ekowisata tidak terbatas pada
daya dukung yang habis oleh waktu. Untuk itu diperlukan kekuatan manajemen
untuk mengatur dan mengawasi, sangat dibutuhkan pula aturan yang mengikat,
menjaga, mengawasi dan memberi aturan yang jelas bagi siapapun yang melanggar
dan merusak kawasan ekowisata karena akan mengganggu daya dukung dan
kestabilan ekosistem dikawasan ekowisata agar keberlanjutan kawasaan ekowisata
tetap berlanjut.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui potensi pariwisata di KKLD Pulau Biawak.
2. Merekomendasikan pariwisata di KKLD Pulau Biawak ekowisata dan
wisata terbatas.
3
BAB II
METODE
2.1 LOKASI
Secara administratif, Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Kabupaten
Subang di sebelah Barat, di sebelah Utara dengan Laut Jawa, di sebelah Timur
dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten
Sumedang, Majalengka dan Cirebon.
Pulau Biawak dan sekitarnya adalah kawasan konservasi laut daerah yang
terletak di sebelah utara Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Dasar hukum
Penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata
Laut adalah SK Bupati Indramayu No. 556/Kep.528 Diskanla/2004 yang
dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004 (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, 2015).
Gambar 2.1 Peta KKLD Pulau Biawak dalam skala 1:350.000 (Sunarto, dkk, 2013)
2.2. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Data yang ada diperoleh dari pengumpulan data sekunder yang diambil dari
beberapa sumber antara lain dari jurnal, tesis, laporan penelitian, data dari dinas
terkait.
4
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL
Indramayu merupakan kabupaten di Pantai Utara Jawa Barat yang memiliki
luas daratan ±204.000 ha dengan garis pantai sepanjang 114 km. Secara geografis
Kabupaten Indramayu terletak pada 107o51’-108o36’ Bujur Timur dan 6o15’-6o40’
Lintang Selatan. Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir
pantai utara P.Jawa membuat suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 22,9° - 30° Celcius. Sementara rata-rata curah hujan sepanjang
Tahun 2012 adalah sebesar 1.215 mm dengan jumlah hari hujan 79 hari. Adapun
curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Gantar kurang lebih sebesar 2.094 mm
dengan jumlah hari hujan tercatat 86 hari, sedang curah hujan terendah terjadi di
Kecamatan Patrol kurang lebih sebesar 544 mm dengan jumlah hari hujan tercatat
72 hari (BPS Kabupaten Indramayu, 2012). Berdasarkan pendapat Dahuri (1996
dalam Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013), karakteristik
pasang surut Cirebon dan sekitarnya mempunyai tipe ganda campuran, dengan
tinggi air pasang surut di pantai adalah 0,5 - 0,7 meter. Sementara itu, arus di ketiga
pulau (Biawak, Gosong dan Candikian) cukup tinggi pada waktu angin barat dan
timur, dengan kecepatan mencapai 5-10 m/dtk. Gelombang laut di Pulau Biawak
dan sekitarnya dipengaruhi oleh gelombang musiman, yaitu musim barat dan timur
serta musim peralihan dengan ketinggian mencapai 0,5 - 0,8 meter. Sedangkan suhu
perairan berkisar antara 280C - 290C, dan salinitas air laut berkisar antara 32-34 ppt.
Sebagai wilayah yang berada di pesisir pantai, Indramayu merupakan salah satu
kabupaten penghasil ikan. Produksi perikanan pada tahun 2012 mencapai
290.313,03 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 4.760.332.768.939. Masyarakat
pesisir Indramayu menggantungkan hidupnya dari sumberdaya pesisir dan laut
berjumlah 39,399 orang nelayan dan juragan, 18,966 orang pembudidaya ikan di
tambak, 11,005 orang pembudidaya ikan di kolam, 60 orang pembudidaya di laut,
5,050 orang penangkap ikan di perairan umum, 6,021 orang pengolah produk
perikanan, 1,205 orang pedagang ikan / bakul ikan, 10,670 orang penggarap garam
rakyat (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).
Wilayah pesisir Indramayu mencakup 12 kecamatan dari 31 kecamatan
yang terdapat di Indramayu dengan 32 desa pesisir dan memiliki gugusan pulau-
5
pulau kecil yaitu: Pulau Biawak, Pulau Gosong, dan Pulau Candikian (Rasdiana,
2010). Dengan luas daratan ±742 Ha yang sebagian besar terdiri dari hutan bakau,
pulau Biawak menjadi kawasan konservasi endemik burung-burung liar dan (tentu
saja) bagi biawak-biawak yang ada disana. Kepulauan Biawak sebenarnya terdiri
dari 3 (tiga) kepulauan besar yaitu Pulau Gosong dengan letak koordidnat
5o52’076”LS dan 108o24’337’’ BT, Pulau Candikian dengan letak koordinat
5o48’089”LS dan 108o24’487’’BT dan Pulau Biawak itu sendiri dengan letak
koordinat 6o56’022’’ LS dan 108o22’015’’ BT (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, 2015).
Gambar 3.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak dalam skala 1;75.000 (Sunarto,
2013)
6
KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah utara
Indramayu, yaitu sekitar 26 mil (±50 km) dari daratan Indramayu ini dapat
dijangkau dengan menggunakan kapal nelayan dengan lama perjalanan 4-6 jam.
Akses menuju pulau ini berasal dari beberapa daerah sekitarnya, misalnya
Brondong dan Karangsong. Untuk menuju pulau tersebut harus memakai perahu
yang disewa dari nelayan karena tidak ada angkutan khusus yang berangkat setiap
hari.
7
BAB IV
ANALISIS SUPPLY WISATA
4.1 Wisata Alam
Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai
jenis bakau sebagai ciri khas eksosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove
masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka
sebagaimana jarang dijumpai di pantai utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh
diantaranya adalah Sonneratia spp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp,
Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp, dan Heriera
sp. Sementara di Pulau Gosong terdapat jenis Avicennia sp dan di Pulau Candikian
terdapat jenis Bruguiera sp (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).
Selain itu, disekeliling Pulau Biawak terdapat ekosistem lamun dengan
presentase tutupan berkisar antara 5-10%. Semua jenis lamun yang ada masuk ke
dalam spesies Enhalus acoroides dengan substrat berupa pasir (Sunarto, dkk, 2013).
Ekosistem terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya berada pada
kedalaman 3-5 meter. Komponen penyusun terumbu karangnya sangat padat dan
banyak didominasi oleh karang-karang keras, seperti karang semi padat (Acropora
digitata) dan karang meja (Acropora tabulate). Selain itu, terdapat juga karang
bercabang (Acropora branching), karang biru (Coral heliopora), karang api (Coral
millepora), karang padat (Coral Massive), karang menempel (Acropora dan Coral
encrusting), karang lingkar daun (Coral foliose), dan karang jamur (Coral
mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti Sinularia sp (Dirjen
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015). Sedangkan menurut Sunarto, dkk
(2013) tipe terumbu karang di P. Biawak termasuk dalam tipe terumbu karang tepi,
sementara di P. Gosong dan P. Candikian termasuk kedalam tipe atol dimana di
kedua pulau ini terdapat laguna yang dikelilingi terumbu (Dirjen Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).
Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya
diantaranya adalah kiper (Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator),
kerapu (Chremileptis altivelia), dokter (Labroides dmidiatus), kakatua (Callyodon
ghabbon), tikus (Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu
(Chaetodon chrysurus), kokotokan, merakan (Pterois valiteus), pisau-pisau, petek
8
perak (Desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (Plectorhynchus
spp), pembersih (Thallasoma sp), sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus), kerapu
lumpur (Cheilinus sp), dan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis fauna yang dijumpai
dan menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah biawak (Varanus salvator). Fauna
lainnya adalah dari jenis burung diantaranya trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak
abu (Ardea cinerea), cangak laut (Ardea sumatrana), cekaka (Halycon chloris),
burung udang biru (Alcedo caerulescens), trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain
(Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).
4.2 Wisata Ziarah
Tidak hanya wisata alam dan sejarah, di pulau ini pun Anda bisa
melaksanakan wisata ziarah. Pasalnya di pulau itu terdapat sejumlah makam, dua
di antaranya adalam makam Syekh Syarif Khasan yang konon salah satu tokoh
penyebar agama Islam di Indramayu. Selain itu ada makam Z.M. Willem III,
seorang bangsa Belanda yang peryama datang ke pulau Biawak dan membangun
Mercusuar (Disbudpar Jabar, 2013).
4.3 Mercusuar
Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut
yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa
menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar.
Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada
1872. Ini terlihat dari papan nama yang bertuliskan "Onder De Efcering van Z.M.
Willwm III. Koning des Nederlanden, ENZ., ENZ.,. Opgerigt Ovh Draailicht
1872". Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal
besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu
diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer (Disbudpar Jabar, 2013).
4.4 Transportasi dan Penginapan
Pemerintah Kabupaten Indramayu pun hanya memiliki dua kapal
penyebrangan bantuan dari Pemprov Jawa Barat berkapasitas 30 orang dan 10
orang. Kedua kapal ini hanya dioperasikan setiap hari Sabtu dan Minggu dengan
9
tarif sewa Rp 290 ribu/orang. Namun Anda bisa menyewa perahu motor nelayan
seharga Rp 2juta/10 orang. Untuk penginapan, di Pulau Biawak terdapat tiga mess
dan dua homestay yang diperuntukkan sebagai tempat penginapan oleh pengelola,
akan tetapi pengelola tidak melarang pengunjung untuk membawa tenda untuk
menginap (Disparbud Jabar, 2013).
10
BAB V
ANALISIS DEMAND WISATA
Sebagai obyek wisata, salah satu target yang harus terpenuhi adalah jumlah
pengunjung yang datang. Berikut merupakan data pengunjung yang datang dari
tahun 2000-2012 yang terdata oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Indramayu.
No. Katagori
Tujuan
Kunjungan
Tahun Ke- Jumlah
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pengawasan dan
Perlindungan
0 0 0 25 35 50 31 100 0 6 0 20 33 300
2. Pendidikan dan
Penelitian,
Survey
0 15 41 49 24 19 38 82 94 262 43 162 161 990
3. Wisata Alam /
Bahari / Mancing
13 0 55 0 11 71 25 112 47 28 56 85 55 558
4. Wisata Budaya /
Ziarah
27 124 60 32 50 225 74 64 32 39 17 14 16 774
5. Tujuan Lainnya
(mencari ikan,
teripang, udang,
dll)
17 58 0 0 7 17 2 10 76 12 18 0 0 217
J UM L A H = 57 197 156 106 127 382 170 368 249 347 134 281 265 2,839
Tabel 5.1. Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak 2000-2012 (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
Jika data dituangkan kedalam diagram berdasarkan trend tahun kunjungan,
maka akan diperoleh data sebagai berikut:
11
Gambar 5.1 Grafik trend perkembangan pengunjung KKLD Pulau Biawak 2000-
2012 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
Jika data dituangkan kedalam diagram berdasarkan trend atau jenis wisata,
maka akan diperoleh data sebagai berikut:
Gambar 5.2 Tren kunjungan wisata KKLD Pulau Biawak berdasarkan kategori
2000-2012 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Trend Perkembangan Pengunjung Per Tahun (2000-2012)
300
990
558
774
217
Trend Kunjungan Berdasarkan Kategori (2000-2012)
Pengawasan dan Perlindungan
Pendidikan, Penelitian, Survey
Wisata Alam/Bahari/Mancing
Wisata Budaya/Ziarah
Tujuan Lainnya (mencari ikan, teripang, udang,dll)
12
Menurut data pengunjung yang datang dari tahun 2011-2013, rata-rata
pengunjung yang datang adalah dari lembaga pendidikan. Berikut merupakan
rincian data pengunjung sesuai lembaga dan tujuan kedatangan.
No Hari / Tanggal Jumlah Lembaga / Alamat Tujuan
1 Sabtu, 28-01-2011 12 Univ Hang Tuah - Surabaya Riset
2 Sabtu, 28-01-2011 7 Sekolah Tinggi Pariwisata - Bandung Riset
3 Selasa, 01-02-2011 4 Trans 7 Liputan
4 Rabu, 23-03-2011 20 Diskanla - Indramayu Kunjungan Bupati
5 Kamis, 24-03-2011 10 Trans 7 Liputan
6 Senin, 21-03-2011 6 UNPAD Penelitian Terumbu Karang
7 Jumat, 22-04-2011 13 Karang Taruna Desa Legok dan Slaur - Im Peringatan Hari Bumi Sedunia
8 Selasa, 26-04-2011 11 SMK Nasional - Indramayu Survei
9 Rabu, 28-04-2011 4 TPI Eretan Wetan - Indramayu Survei
10 Minggu, 15-05-2011 10 - Ziarah
11 Minggu, 15-05-2011 26 AFI - Jakarta Survei
12 Jumat, 25-04-2011 13 LANAL - Jabar Wisata Alam
13 Jumat, 28-10-2011 113 Unwir Jambore Bahari
14 11-11-2011 19 Couch Surfing - Jakarta Survei
15 27-12-2011 13 Poltek Negri Bandung Survei
16 23-03-2012 10 UNPAD Survei
17 23-03-2012 2 - Ziarah
18 09-04-2012 40 Sekolah Alam Bogor Wisata Alam
19 12-05-2012 10 UI - Jakarta Wisata Alam
20 24-05--2012 16 FPIK UNPAD Jelajah Pulau
21 15-06-2012 18 Hitch Hiker Indonesia Wisata Alam
22 23-09-2012 22 Kementrian Kelautan dan Perikanan Wisata Alam
23 15-09-2012 17 Biawak Scuba Daiving Wisata Alam
24 30-09-2012 30 UNMA – Majalengka Observasi
25 13-10-2012 45 Kelautan – UNPAD Penelitian
26 27-10-2012 10 Asosiasi Fotografer Indonesia Wisata Alam
27 13-11-2012 11 PUS Balongan - Indramayu Survei
28 15-11-2012 10 Serli Diving
13
29 16-11-2012 9 - ziarah
30 27-11-2012 5 Susukan ziarah
31 31-12-2012 10 UNPAD Survei
32 01-01-2013 40 UPN Kertajaya Hunting Foto
33 09-03-2013 19 Biawak Scuba Daiving Survei
34 12-03-2013 33 Dispora Budpar - Indramayu Monitoring dan Evaluasi
J U M L A H = 638
Tabel 5.2 Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak 2011-2013 (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
Gambar 5.3 Grafik Variasi tujuan kunjungan 2011-2013 (Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
Jika data kujungan ini dikelompokkan menjadi tipe kunjungan dengan tipe
pengelompokkan antara lain pendidikan dan riset (jambore bahari, riset, dan
observasi), kunjungan lembaga pemerintah (monitoring dan kunjungan bupati),
wisata (wisata alam, ziarah, jelajah pulau, dan diving), dan kategori lain-lain
(liputan dan peringatan hari bumi sedunia), maka diperoleh data sebagai berikut:
10
13
14
16
20
26
30
33
40
70
113
113
140
Diving
Peringatan Hari Bumi Sedunia
Liputan
Jelajah Pulau
Kunjuungan Bupati
Ziarah
Observasi
Monitoring dan Evaluasi
Hunting Foto
Riset
Jambore Bahari
Survei
Wisata Alam
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Variasi Tujuan Kunjungan
14
Gambar 5.4 Grafik Tipe Kunjungan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Indramayu, 2013)
326
53
222
27
Tipe Kunjungan
Pendidikan dan Riset Kunjungan Lembaga Pemerintah Wisata Lain-lain
15
BAB VI
ANLISIS DAYA DUKUNG
Daya dukung kawasan (DDK) ditujukan untuk menentukan jumlah
maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang
disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
manusia (Darmasyah, 2010). Dalam hubungannya dengan pariwisata maka konsep
daya dukung dinyatakan sebagai jumlah atau kapasitas wisatawan yang dapat
ditampung dalam suatu ruang tertentu yang tergantung pada kemampuan sumber
daya wisata (Dirawan, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukakn Damarsyah (2010), nilai daya
dukung kawasan untuk wisata bahari kategori selam pada kawasan perairan Pulau
Biawak dan sekitarnya berkisar antara 10 orang/hektar dengan luas area
pemanfaatan 125 hektar (sebelah Utara P. Biawak) sampai dengan 17 orang/hektar
dengan luas area pemanfaatan 50 hektar (P. Gosong).
Menurut Bengen (2005, dalam Nuriadi 2012) bahwa suatu pengelolaan
dikatakan berkelanjutana apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan,
yaitu ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti,
bahwa pengelolaan dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya
dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya ikan termasuk keanekaragaman
hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan dapat berkesinambungan.
Berkelanjutan secara social mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan hendaknya
dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial dan pengembangan
kelembagaan.
Bersasarkan landasan hukum yang memayungi, KKLD merupakan
kawasan konservasi yang tercantum dalam PERDA Kabupaten Indramayu No. 14
Tahun 2006, Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Penataan
Fungsi Pulau Biawak, P. Gosong dan P. Candikian, Keputusan Bupati Indramayu,
No.: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla /2006. Tanggal 12 Januari 2006. Tentang
Pembentukan Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu, dan Keputusan
Bupati Indramayu, Nomor : 523.1.05/Kep.446A-Diskanla/2007. Tanggal 12 Mei
2007 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013). Tentang
16
Pembentukan Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu, untuk itu dibagi
menjadi tiga zonasi, yaitu:
1. ZONA INTI : sebagai zona perlindungan mutlak, zona ini diperlukan untuk
kepentingan perlindungan kawasan (melindungi habitat dan populasi biota
laut dan pesisir). Pada blok ini tidak diperkenankan adanya pengembangan
fisik kecuali dalam rangka pengamanan kawasan.
2. ZONA PENYANGGA : merupakan zona pemanfaatan terbatas untuk
kegiatan WISATA MINAT KHUSUS (semi intensif /terbatas). Kegiatan
antara lain; wisata bahari, wana wisata, wisata alam laut (diving, snorkling,
memancing) pemanfaatan pada zona ini adalah semi intensif dan multiguna.
3. ZONA BUDIDAYA TERBATAS adalah zona pemanfaatan untuk kegiatan
budidaya laut (marine culture) dan penangkaran jenis-jenis biota laut langka
dan jenis-jenis ikan hias. Dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat pesisir.
Gambar 6.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak sesuai zonasi(Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
17
Selain zonasi, KKLD memiliki luas area total ± 15.540 Ha yang dibagi
menjadi daratan seluas ± 742 Ha pulau (terrestrial) dan wilayah perairan (aquatic)
pantai dan laut sekitarnya seluas ± 14.798 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Indramayu, 2013). Berikut merupakan peta batas-batas pembagian
KKLD Pulau Biawak:
Gambar 6.2 Zonasi Pulau Biawak (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Indramayu, 2013)
18
BAB VII
ANLISIS KELAYAKAN
1. Potensi Sebagai Objek Riset
Ekosistem yang terdapat di Pulau Biawak bisa dikatakan ekosistem mantap
karena terdapat tiga ekosistem yang saling terintegrasi yaitu ekosistem mangrove
dengan berbagai manfaat dan fungsinya, ekosistem lamun, ekosistem terumbu
karang. Menurut Kusmana (2010) komunitas mangrove, padang lamun dan
terumbu karang memiliki peran yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem
perairan. Mangrove memiliki peran sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung
daratan dari abrasi dan instrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak
organisme laut. Komunitas lamun memiliki peranan yaitu mengurangi kekeruhan,
mejebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur dan mencari makan. Sedangkan
terumbu karang sendiri mempunyai peranan yaitu mengurangi energi gelombang,
juga memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi
banyak jenis organisme laut. Dari hal tersebut hubungan ke 3 komunitas ini saling
terkait dan tergantung satu sama lain.
a Arus laut
Karang pada umumnya memiliki struktur tubuh yang keras sehingga tahan
terhadap hantaman gelombang laut dan memiliki peran pertama dalam menghambat
kuatnya arus laut yang menuju ke arah darat sehingga mengurangi kerasnya
hantaman arus, kemudian komunitas lamun juga mempunyai peran dalam hal ini
walaupun sedikit tapi setidaknya dapat menurunkan arus ombak yang akhirnya
menghantam daerah pesisir dimana mangrove terdapat di daerah ini.
b Kekeruhan
Dapat di ketahui bahwa mangrove hidup di daerah pesisir yang memiliki
tingkat kekeruhan yang tinggi. Masuknya kiriman air dari hulu (sumber mata air)
yang melewati anak-anak sungai tentunya memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi
yang nantinya akan sampai ke hilir kemudian diteruskan ke laut. Mangrove
memiliki peran pertama dalam mengikat sedimen-sedimen berupa lumpur dari air
sehingga mengurangi tingkat kekeruhan, kemudian komunitas lamun meneruskan
penyaringan yang kemudian di teruskan ke daerah komunitas karang. Karang
19
sendiri membutuhkan air yang jernih untuk memperoleh sinar matahari untuk
kehidupannya karena jika air keruh karang tidak dapat bertahan hidup.
Gambar 7.1 Bagan keterkaitan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
a. Fungsi Ekosistem Mangrove
Setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem mangrove, yaitu: (1) fungsi
fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi
garam dan sebagai penghasil energi serta unsur hara; (2) fungsi biologis, meliputi:
sebagai tempat bertelur dan sebagai asuhan berbagai biota; (3) fungsi ekonomis,
meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan bangunan
(balok, atap dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku
kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintetis, penyamakan kulit, obat-
obatan, dan lain-lain (Nontji, 1992 dalam Kordi 2012). Sejalan dengan hal tersebut,
Nirarita (1996) membagi fungsi hutan mangrove menjadi tiga fungsi yaitu fungsi
fisik, biologi, dan komersial. Fungsi fisik antara lain meliputi: menjaga garis pantai,
mempercepat pembentukan lahan baru, sebagai pelindung terhadap gelombang dan
arus, sebagai pelindung tepi sungai atau pantai, mendaur ulang unsur-unsur yang
penting seperti nitrogen dan sulfur. Fungsi biologi antara lain meliputi: sebagai
tempat asuhan (nusery ground) dan berkembang biak bagi berbagai jenis udang,
ikan, binatang lain, dan habitat berbagai kehidupan liar, serta tempat
berlindung/habitat bagi sejumlah besar spesies burung. Fungsi komersial antara lain
MANGROVE
LAMUNKARANG
20
meliputi: aquakultur (seperti tambak), pariwisata dan rekreasi, kolam garam, serta
penghasil kayu.
Gambar. 7.2 Foto kawasan hutan mangrove KKLD Pulau Biawak (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).
b. Fungsi Ekosistem Lamun
Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi
wilayah pesisir dan laut (Bengen 2001 dan Azkab 2006 dalam Sunarto 2013), yaitu:
1. Lamun berperan sebagai produsen primer yang mampu memfiksasi
sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki rantai makanan,
baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui
dekomposisi sebagai serasah. Lamun juga memberikan sumbangan
terhadap produktivitas terumbu karang. Serasah yang diproduksi oleh
lamun dapat membantu meningkatkan kelimpahan fitoplankton dan
zooplankton di perairan terumbu karang sehingga energi yang diambil
lamun akan dialihkan ke ekosistem terumbu karang.
2. Lamun sebagai penangkap sedimen yang dapat mengikat sedimen dan
menstabilkan substrat lunak dengan system perakaran yang padat dan
saling menyilang. Daun lamun yang lebat akan memperlambat aliran
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di
sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rizhome dan akar lamun
21
dapat menahan serta mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan
dan menstabilkan dasar perairan.
3. Lamun sebagai habitat biota yang berperan sebagai tempat berlindung
mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota
laut. Beberapa organisme hanya menghabiskan sebagian dari siklus
hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah ikan dan
udang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Lamun dapat dimakan
langsung oleh organisme avertebrata seperti bulu babi serta berbagai
jenis ikan dari family Scaridae dan Acanthuridae. Selain itu lamun juga
dapat dimakan oleh penyu dan duyung.
4. Lamun berperan sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni
padang lamun dari sengatan matahari
5. Lamun memegang peranan yang berarti dalam daur berbagai zat hara
dan elemen-elemen langka di lingkungan bahari.
6. Lamun sebagai makanan dan kebutuhan lain. Selain peranan-peranan
lamun yang telah dibahas di atas juga masih ada beberapa hal yang tidak
kalah penting khususnya lamun sebagai makanan, baik makanan hewan
maupun manusia, serta kegunaan lain seperti sebagai bahan baku dalam
pembuatan kertas.
7. Lamun dapat menjadi objek wisata bahari dan wisata pendidikan.
c. Fungsi Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat
memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber
plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan baku
substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu
karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai
pelindung pantai dari degradasi dan abrasi. Terumbu karang sangat penting
peranannya bagi kehidupan manusia, sehingga layak mendapat perhatian yang
khusus. Besar tutupan karang di dunia tidak lebih dari 1% dari luas wilayah lautan,
namun dapat menyokong kehidupan hampir sepertiga dari jumlah spesies ikan laut
di dunia, menyediakan sekitar 10% dari total jumlah ikan yang di konsumsi oleh
22
manusia, dan dapat menjadi objek yang penting dalam industri wisata (Rinkevich
2008 dalam Nuriadi, 2012).
d. Fungsi Ekosistem Perairan Laut Dalam
Dengan ekosistem yang mantap ini, kehidupan yang ada didalamnya akan
berjalan dengan baik walaupun tanpa intervesi dari manusia. Dari ekosistem yang
mantap dan asri ini pula dapat dijadikan objek penelitian dengan berbagai tujuan
dan latar belakang. Hal ini ditunjukkan dengan data judul penelitian yang tercatat
termasuk banyak dan variatif. Berikut merupakan data daftar penelitian di KKLD
Pulau Biawak dari tahun 2010-2011 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Indramayu, 2013):
No Penelitian
(S1/S2) Tema Penelitian Asal Lembaga/PT Peneliti
1 S-2 Karakteristik dan
Potensi Wisata Alam
di P. Biawak
Sekolah Tingggi
Pariwisata Bdg
(STPB Bandung)
SMK Anjatan
2 S-2 Implementasi
Kebijakan Aspek
Konservasi dalam
Pengelolaan KKLD
P.Biawak
Univ. Hangtuah
Surabaya,
Jurusan FISIP.
Seskoal
Jakarta
3 S-2 Implementasi
Kebijakan Aspek
Wisata Alam dalam
Pengelolaan KKLD
P.Biawak
Univ. Hangtuah
Surabaya,
Jurusan FISIP.
Seskoal
Jakarta
4 S-2 Implementasi
Kebijakan Aspek
Perlindungan dalam
Pengelolaan KKLD
P.Biawak
Univ. Hangtuah
Surabaya,
Jurusan FISIP.
Seskoal
Jakarta
23
5 S-1 Analisis
Pengembangan
Obyek Wisata P.
Biawak
Sekolah Tinggi
Pariwisata AMPTA
Yogyakarta
Reguler
6 S-1 Karakteristik dan
Penyebaran Terumbu
Karang di P. Biawak
UNPAD, Bandung
FPIK
Reguler
7 S-1 Kelimpahan
Macrozoobenthos di
Ekosistem Mangrove
KKLD P.Biawak
UNPAD, Bandung
FPIK
Reguler
8 S-1 Analisis Keseuaian
Lahan untuk Potensi
Wisata Diving dan
Snorkling di Pulau
Biawak
UNPAD, Bandung
FPIK
Reguler
9 S-2 Kajian Kondisi
Ekologis dan Manfaat
KKLD P. Biawak
Pasca IPB
Prodi PSPL
KKP + Cormep
10 S-2 Kajian Kondisi
Terumbu Karang dan
Evaluasi Pengelolaan
di KKLD P. Biawak
Pasca IPB
Prodi PSPL
KKP + Cormep
11 S-2 Daya Dukung
terumbu Karang
untuk Wisata Bahari
di KKLD P.Biawak
Pasca IPB
Prodi PSPL
KKP + Cormep
12 S-1 Kontribusi Wisata
Bahari Terhadap
Pendapatan Rumah
Tangga Nelayan
UNPAD, Bandung
FPIK
Reguler
24
Tabel 7.1 Daftar penelitian yang dilakukan di KKLD Pulau Biawak (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).
2. Potensi Diving dan Snorkeling
Secara umum kondisi lingkungan perairan Pulau Biawak masih dalam
kondisi baik, begitu juga dengan jumlah ikan karang dan tutupan serta life-form
terumbu karang masih mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai
kawasan ekowisata karena faktor-faktor tersebut sangat penting untuk dapat
memberikan kepuasan bagi wisatawan, hal ini sesuai dengan beberapa survey yang
dilakukan para peneliti secara khusus terhadap wisatawan yang melakukan
penyelaman dimana berbagai karakteristik biofisik dapat dilihat dalan satu lokasi
snorkeling atau penyelaman, dan juga anatara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
Perbedaan karakteristik biofisik seperti itu memberikan peluang bagi wisatawan
untuk mengunjungi suatu lokasi penyelaman pada berbagai kesempatan menyelam
(Miller 2005, dalam Damarsyah, 2010). Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya
memiliki terumbu karang yang beragam/heterogen, ini berarti bahwa lokasi tersebut
mampu memberikan pengalaman dan sensasi tersendiri bagi wisatawan yang
melakukan penyelaman. Secara umum kondisi lingkungan perairan Pulau Biawak
masih dalam kondisi baik, begitu juga dengan jumlah ikan karang dan tutupan serta
life-form terumbu karang masih mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata (Damarsyah, 2010).
25
Gambar 7.3 Panorama ekosistem terumbu karang KKLD Pulau Biawak (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).
Sedangkan menurut Leonard, dkk (2014) dalam penelitiannya, daya dukung
kawasan wisata peruntukan selam disesuaikan berdasarkan sebaran dan kondisi
terumbu karang. Luas area yang dapat dimanfaatkan pada wisata selam adalah
18.499 m2, maka hasil DDK yang didapatkan adalah ± 74 orang/hari. Dari
perhitungan Daya dukung kawasan tersebut, maka jumlah pengunjung yang sesuai
dengan DDP pada Perairan Pulau Biawak adalah sebanyak ± 7 orang/hari. Lebih
lanjut lagi, Leonard, dkk (2014) menyatakan kesesuaian wisata snorkeling hasil
IKW pada beberapa titik di KKLD Pulau Biawak termasuk dalam kategori sangat
sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2) dengan nilai IKW. Selain itu untuk wisata
selamnyapun terdapat beberapa titik yang termasuk kategori sangat sesuai (S1).
3. Potensi Photo Hunting
Para Photographer tidak akan kehabisan objek bidik kamera karena banyak
sekali objek unggulan yang akan menjadi kepuasan dan surge bagi para
photographer antara lain lanskap pulau, hutan mangrove, hutan pantai, flora dan
fauna. Jenis fauna yang dijumpai dan menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah
biawak (Varanus salvator). Fauna lainnya adalah dari jenis burung diantaranya
trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), cangak laut (Ardea
sumatrana), cekaka (Halycon chloris), burung udang biru (Alcedo caerulescens),
trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, 2015).
26
Tidak hanya di darat, photographer akan dimanjakan dengan pemandangan
bawah laut yang eksotis dari berbagai macam lamun, terumbu karang dan jenis ikan
yang hidup disela-selanya. Ekosistem terumbu karang di Pulau Biawak dan
sekitarnya berada pada kedalaman 3-5 meter. Komponen penyusun terumbu
karangnya sangat padat dan banyak didominasi oleh karang-karang keras, seperti
karang semi padat (Acropora digitata) dan karang meja (Acropora tabulate). Selain
itu, terdapat juga karang bercabang (Acropora branching), karang biru (Coral
heliopora), karang api (Coral millepora), karang padat (Coral Massive), karang
menempel (Acropora dan Coral encrusting), karang lingkar daun (Coral foliose),
dan karang jamur (Coral mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti
Sinularia sp (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015). Sedangkan
menurut Sunarto, dkk (2013) tipe terumbu karang di P. Biawak termasuk dalam tipe
terumbu karang tepi, sementara di P. Gosong dan P. Candikian termasuk kedalam
tipe atol dimana di kedua pulau ini terdapat laguna yang dikelilingi. Jenis ikan hias
yang ditemukan di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya diantaranya adalah kiper
(Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator), kerapu (Chremileptis
altivelia), dokter (Labroides dmidiatus), kakatua (Callyodon ghabbon), tikus
(Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu (Chaetodon
chrysurus), kokotokan, merakan (Pterois valiteus), pisau-pisau, petek perak
(Desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (Plectorhynchus spp),
pembersih (Thallasoma sp), sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus), kerapu lumpur
(Cheilinus sp), dan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis fauna yang dijumpai dan
menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah biawak (Varanus salvator). Fauna lainnya
adalah dari jenis burung diantaranya trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak abu
(Ardea cinerea), cangak laut (Ardea sumatrana), cekaka (Halycon chloris), burung
udang biru (Alcedo caerulescens), trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain (Dirjen
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).
27
Gambar 7.4 Fauna yang bisa menjadi obyek bidikan kamera photographer(Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).
4. Potensi Wisata Mercusuar dan Ziarah
Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut
yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa
menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar.
Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada
1872. Ini terlihat dari papan nama yang bertuliskan "Onder De Efcering van Z.M.
Willwm III. Koning des Nederlanden, ENZ., ENZ.,. Opgerigt Ovh Draailicht
1872". Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal
besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu
diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer (Disbudpar Jabar, 2013).
Dari mercusuar bisa kita jadikan tempat mengambil gambar bagi para photographer
karena dari atas mercusuar dapat melihat seluruh area pulau karena merupakan
bangunan tertinggi.
Tidak hanya wisata alam dan sejarah, di pulau ini pun Anda bisa
melaksanakan wisata ziarah. Pasalnya di pulau itu terdapat sejumlah makam, dua
di antaranya adalam makam Syekh Syarif Khasan yang konon salah satu tokoh
penyebar agama Islam di Indramayu. Selain itu ada makam Z.M. Willem III,
seorang bangsa Belanda yang peryama datang ke pulau Biawak dan membangun
Mercusuar (Disbudpar Jabar, 2013).
28
Gambar 7.5 Makam Syaikh Syarif Khasan dan mercusuar Z,M, Willem III(Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)
29
BAB VIII
REKOMENDASI
1. Banyak diantara kita berfikir jika pariwisata akan maju dengan banyaknya
investasi yang menyokong pembangunan suatu lokasi pariwisata. Berbeda
dengan KKLD yang merupakan kawasan konservasi yang selalu
mengutamakan keberlanjutan suatu ekosistem. KKLD sudah memenuhi
beberapa kriteria ekowisata dan wisata terbatas antara lain terbatasnya
pengunjung yang datang karena jadwal penyeberangan yang hanya satu
minggu dua kali yaitu pada hari sabtu dan minggu. Selain itu, jumlah
penginapan yang terbatas yaitu hanya terdapat tiga mess dan 2 homstay. Hal
ini justru harus dipertahankan, karena jika tipe wisata diubah menjadi wisata
masal akan berdampak pada berkurangnya daya dukung KKLD Pulau Biawak.
Hal ini akan berdampak pada pembangunan penginapan secara besar-besaran
dan land use yang tidak teratur yang justru akan mengancam kelestarian KKLD
Pulau Biawak sebagai kawasan Konservasi.
2. Perlu ditambah jumlah pengawas pulau karena selama ini yang bertugas
menjadi penjaga pulau hanya berjumlah dua orang yang merupakan petugas
penjaga mercusuar. Penambahan ini sangat penting karena akan dibutuhkan
orang untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan KKLD Pulau Biawak.
Setidaknya harus ada penambahan pengawas antara lain yang bertugas sebagai
penerima tamu di mess dan homestay, penjaga dermaga kapal, tour guide dua
orang, pengawas pantai dan hutan mangrove empat orang.
3. Pemerintah bisa memberdayakan nelayan setempat dengan berkerjasama
dibidang pengadaan transportasi penyeberangan pulau. Hal ini sangat
diperlukan karena keterbatasan kapal untuk penyeberangan dan untuk
menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat.
4. Selain kerjasama transportasi penyeberangan antar pulau, pemerintah juga bisa
memberdayakan masyarakat sebagai penyedia souvenir.
5. Pembuatan regulasi dan aturan yang jelas oleh pihak terkait dalam ini pengelola
yakni pemerintah kabupaten untuk mengatur kegiatan kunjungan, peraturan
selama berada di pulau, dan denda yang sesuai untuk setiap pelanggaran.
30
Peraturan ini dibuat untuk melindungi KKLD Pulau Biawak yang merupakan
kawasan konservasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Indramayu. 2012. Indramayu dalam Angka. Indramayu: BPS
Kabupaten Indramayu.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2013. Profil Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Indramayu. (Tidak diterbutkan). Indramayu:
Diskanla
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Roadmap KKLD Pulau Biawak. (Tidak
diterbitkan). Indramayu: Dinas Kelautan dan Perikanan
Darmasyah, Sukendi. 2010. Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang Untuk
Wisata Bahari Di Perairan Pulau Biawak Dan Sekitarnya, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. (Tesis: Tidak diterbitkan). Bogor; IPB.
Dirawan, Gufran Darma. 2006. Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Suaka
Margasatwa (Studi Kasus: Suaka Margasatwa Mampie Lampoko). (Tesis:
Tidak diterbitkan) IPB: Bogor.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2015. Data Kawasan
Konservasi. Online: http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-
kawasan-konservasi/details/1/79.
Disbudpar Jabar. 2013. Pulau Biawak Ekstisme Indramayu. Online:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/stcontent.php?id=104&lang=
id
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka.
Kementerian Kelautandan Perikanan: Jakarta.
Leonar J, Oscar., Pratikto, Ibnu., Munasik. 2014. Kesesuaian Perairan untuk Wisata
Selam dan Snorkelin di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. JOURNAL
OF MARINE RESEARCH: Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman
216-225. Unpad: Semarang.
Khairunnisa, Waode. 2011. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Wisata Bahari Taman
Nasional Bnaken Sulawesi Utara. (Tesis: Tidak diterbitkan). IPB: Bogor
Kordi, K. M. G. H. (2012). EKOSISTEM MANGROVE: Potensi, Fungsi, dan
Pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nirarita, Endah CH., dkk. (1996). Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku
Panduan untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Bogor: Wetlands
Internasional - Indonesia Programe.
32
Nuriadi, Leri. 2012. Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang Di Kawasan
Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat. (Tesis: Tidak diterbitkan). Bogor: IPB.
Rasdiana, Heri. 2010. Kajian Kondisi Terumbu Karang Dan Komunitas Ikan
Karang Di Kawasan Konservasi Dan Wisata Laut Pulau Biawak Dan
Sekitarnya, Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. (Tesis: Tidak
diterbitkan). Bogor: IPB.
Sunarto., Riyantini, Indah., Ihsan, Yudi Nurul., Harahap, Syawaludin. 2013. Kajian
Sumberdaya Kelautan Pulau Biawak Dan Laut Sekitarnya Kabupaten
Indramayu Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi. (Tidak Diterbitkan). Unpad: Bandung-Jatinangor.
Taofiqurohman, Ankiq. 2013. Penilaian tingkat risiko terumbu karang akibat
dampak aktivitas penangkapan ikan dan wisata bahari di Pulau Biawak,
Jawa Barat. Depik, 2(2): 50-57. Unpad: Bandung-Jatinagor.