Kebijakan Kolaborasi Tb-hiv.tangsel

Embed Size (px)

Citation preview

Bagaimana Keadaan Anda Saat ini. ?

Nama

: H.Husnul Amri, M.Si : S2 (MIA) : 0878719211975 : Membaca & Olahraga Ka. Puskesmas Lbkgedong & Cipanas Ka.sie Pemberantasan Penyakit Dinkes Banten Ka.subid Pengendalian pencemaran air,laut & udara Bapedal/BLHD Banten PTC KNCV, Tecnical Program GF.ATM, Koord.Prog.NLR., Sekr.Dinas kesehatan dan sosial Kt.serang sekrt. BPMPKB Kt.serang. Wk.Ketua Tim Assistensi KPAP Banten Widyaiswara Badiklat Prop.Banten

Tmp/Tg l Lhr : Serang, 03 April 1967 Pendidikan Telp/Hp Hobby Alamar Rmh : Kav.BRI No.09 Kelunjukan Serang.

Pengalaman tugas : Ka.subsi P2ML,P2DL, Dinkes Lebak

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya

Barangsiapa yang diwaktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka diwaktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya. (HR.Riwayat Tabrani dan Baihaqi)

Aturan kebahagiaan : beBaskan diri dr kebencian, beBaskan pikiran dr kecemasan, hidup sederhana, mmberi lebih banyak,berharap lbh sdikit, milikilah teman seperti kita menyayangi diri kita Tersenyumlah.......

9

Introspeksi dirimu sebelum diinterogasi Dihari perhitungan kelak

KERJA SAMA FUNGSIONAL : EFISIEN & EFEKTIK U/ SATU TUJUAN OUT PATIENT ONE DESEASES BERSINERGI- SINKRONISASI DENGAN TDK MERUBAH PRINSIP MASING2

Walet Watak Ulet & TangguhbirdFILOSOFINYA is

ULET TANGGUH MANDIRI

Tetapi selalu dalam

Kebersamaan Bekerja keras Loyal Memberikan kesejahteraan dalam Kondisi aman

Colaboration team

DOTSTB EpidemicHIV Epidemic

Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah penderita TB di tengah masyarakat. Pandemi ini merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB dan banyak bukti menunjukkan bahwa pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA.

WHO bekerja sama dengan Stop TB Partnership mengembangkan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV yang disusun berdasarkan tingkat prevalensi HIV.Di banyak negara yang telah melaksanakan kegiatan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV , kegiatan kolaborasi ini dimulai sebagai bagian dari upaya pengendalian TB dan upaya meningkatkan keberhasilan Program AIDS.

Perkembangan epidemi HIV di Indonesia, termasuk yang tercepat di kawasan Asia meskipun secara nasional angka prevalensinya masih termasuk rendah, diperkirakan pada tahun 2006 sekitar 0,16% pada orang dewasa.

Dengan estimasi ini, maka pada tahun 2006 di Indonesia diperkirakan ada 193.000 ODHA (169.000 -216.000).

APAKAH KAITAN TB DAN HIV ?Pada orang dengan HIV dan AIDS : Kekebalan tubuh menurun sehingga kuman TB yg sudah masuk ke dalam tubuh lebih mudah berkembang menjadi penyakit TB merupakan penyebab kematian yg tertinggi TB dan HIV adalah penyakit menular yg berbahaya dan saling memperburuk Kondisi penderitanya

Penggunaan jarum suntik merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual (42%). Salah satu faktor yang berpengaruh dalam epidemiologi HIV di Indonesia adalah variasi antar wilayah, baik dalam hal besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berpengaruh.

Epidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemi terkonsentrasi dengan kecenderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa propinsi.

Klasifikasi untuk Epidemi HIV/AIDS 2RENDAH

Prevalensi HIV dalam suatu subpopulasi tertentu belum melebihi 5%Prevalensi HIV secara konsisten lebih dari 5% di subpopulasi tertentu dan Prevalensi HIV di bawah 1% di populasi umum atau ibu hamil

TERKONSENTRASI

MELUAS

Prevalensi HIV lebih dari 1 % di populasi umum atau ibu hamil

Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB per 100.000 penduduk dengan estimasi prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 0,8% secara nasional (WHO Report 2007).

Survei yang dilaksanakan oleh Balitbang Depkes (2003) menunjukkan bahwa pasien dengan koinfeksi TB-HIV pada umumnya ditemukan di RS dan Rutan/Lapas di beberapa propinsi dan TB ditemukan sebagai infeksi oportunis utama pada pasien AIDS di RS.

Sampai saat ini belum ada angka nasional yang menunjukkan gambaran HIV di antara pasien TB. Studi pertama tentang sero prevalensi yang dilaksanakan di Yogyakarta menunjukkan angka 2%. Data dari RS propinsi di Jayapura menunjukkan pada triwulan pertama 2007, 13 di antara 40 pasien TB ternyata positifHIV.

Data dari klinik PPTI di Jakarta sejak 2004 - 2007 menunjukkan prevalensi HIV pada suspek TB dengan faktor risiko antara 3-5% dan prevalensi pada pasien TB antara 5-10% dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.

2. Tujuan Tujuan umum : memberikan arah dalam pelaksanaan kolaborasi TB-HIV untuk mengurangi beban TB dan HIV pada masyarakat akibat kedua penyakit ini. Tujuan khusus dari pelaksanaan kolaborasi TB-HIV: A. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV/AIDS B. Menurunkan beban TB pada ODHA C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB

Kegiatan yang akan dilakukan untuk menanggulangi epidemi TB dan HIV/AIDS. Sebagian terkait dengan pelaksanaan program TB di lapangan, sedangkan yang lain terkait dengan pelaksanaan program HIV/AIDS khususnya integrasi dengan layanan KTS, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV serta layanan ART. Keduanya membutuhkan kerjasama erat antara kedua program di semua tingkat, termasuk sistem rujukan dan mekanisme koordinasi yang baik antar petugas kesehatan di setiap tingkat Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).

A.Mekanisme Kolaborasi A.1. Membentuk Kelompok Kerja (POKJA) TB HIV disemua lini A.2. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB A.3. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV A.4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

B. Menurunkan beban TB pada ODHA B.1 Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya B.2 Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)

C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB C.1 Menyediakan konseling dan tes HIV C.2 Pencegahan HIV dan IMS C.3 Pengobatan preventif dengan Kotrimoksazol dan OI lainnya C.4 PDP ARV untuk HIV/AIDS

A. Membentuk Mekanisme KolaborasiA.1. Membentuk kelompok kerja (POKJA) TB-HIV di semua lini Kelompok kerja in bertugas melaksanakan koordinasi dan kolaborasi kegiatan TBHIV, dengan menunjuk seorang koordinator kolaborasi TB-HIV Kelompok kerja TB-HIV dibentuk pada tingkat nasional dan pada tingkat provinsi. Di daerah prioritas, kelompok kerja dibentuk di tingkat kabupaten/kota dan tingkat UPK (rumah sakit, puskesmas dan klinik dalam bentuk tim TB-HIV).

Pokja di tingkat nasional beranggotakan para penentu kebijakan dan unit teknis: Instansi Pemerintahan terkait. Program TB, Program AIDS, Yanmedik dan unsur Rumah Sakit, Binkesmas dan unsur Puskesmas, Pakar/Ahli TB dan HIV dari Organisasi Profesi, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) dan KPAD, Gerdunas TB, WHO, Perwakilan LSM dan donor,

Tugas kelompok kerja di tingkat pusat : Mengembangkan strategi TB-HIV berdasarkan kebijakan nasional dan menyusun rencana strategis nasional,

Membuat pedoman, bahan AKMS dan bahan pelatihan, Memobilisasi sumber daya dan dana, Memonitor dan mengevaluasi kegiatan. Menindak lanjuti dan menyelesaikan masalah

Tugas kelompok kerja di tingkat Daerah adalah: Menyusun rencana kerja, penanggung jawab setiap kegiatan dan menetapkan mitra kerjanya, Menetapkan target khusus untuk provinsi atau kabupaten/kota tersebut, Menyusun rencana kerja sesuai pedoman nasional, pelatihan dan mengadaptasi bahan AKMS jika diperlukan, Meningkatkan jumlah dan kemampuan SDM sesuai kebutuhan, Memonitor dan mengevaluasi kegiatan. Menindak lanjuti dan menyelesaikan masalah.

Koordinator kolaborasi TB-HIV ditunjuk pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, yang bertugas purna waktu, harus berasal dari program TB atau program AIDS.

Tugas koordinator: Mengkoordinasikan kelompok kerja, memfasilitasi pertemuan regular dan mengatur jadwal termasuk membuat laporan rapat, Mendukung pelaksanaan kolaborasi TB-HIV sesuai dengan rencana kerja, Mengkoordinasikan rencana pengembangan SDM untuk TB-HIV, Mengkoordinasikan supervisi TB-HIV, Memonitor kegiatan TB-HIV dan memastikan tersedianya data TB-HIV serta analisisnya (surveilans).

Wadir pelayanan/ komite medik (RS), Kepala Puskesmas Dokter Perawat Petugas laboratorium Petugas farmasi Konselor Manajer kasus Kelompok pendukung Petugas RR Petugas kesehatan lainnyaTerdiri dari TIM DOTS , Tim HIV dan unsur manajemen

MELAKUKAN KOORDINASI PELAYANAN TB DAN HIV MENYELENGGARAKAN PELAYANAN PDP YG KOMPREHENSIF BAGI TB-HIV TERMASUK PELYANAN KTS MENYELENGGARAKAN PENGOBATAN PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL UNTUK OI MEMBANGUN DAN MEMPERKUAT SISTEM RUJUKAN INTERNAL dan EKSTERNAL DIANTARA PELAYANAN TB DAN HIV SERTA UNIT TERKAIT LAINNYA MELAKUKAN RR SESUAI STANDAR MELAKUKAN MONEV UNTUK MENINGKATKAN KEGIATAN KOLABORASI MELAKUKAN PROMOSI KOMUNIKASI PERUBAHAN DAN MEMBANGUN DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KOLABORASI TB HIV

A.2. Pelaksanaan surveilans untuk mengetahui prevalensi HIV di antara pasien TBKRITERIA I. Keadaan epidemi HIV meluas II. Keadaan epidemi HIV Terkonsentrasi METODE SURVEILANS YG DIANJURKAN Data dari tes HIV rutin pada pasien tuberkulosis. dan Survei sentinel atau periodik (khusus) untuk mengkalibrasi data dari testing HIV rutin. Data dari tes HIV rutin pada pasien tuberkulosis. atau Survei sentinel atau periodik (khusus) didaerah pelaksanaan dimana tingkat HIV tidak diketahui (data rutin belum ada). Survei ini dapat dipakai untuk mengkalibrasi data dari testing HIV rutin.

III. Keadaan epidemi HIV rendah

Survei sentinel atau periodik (khusus)

TB merupakan penyebab kematian utama bagi penderita HIV di seluruh dunia

Jumlah kasusTB HIV meningkat 2 kali lipat pada tahun 2007 Th 2006 : 0,7 juta --> Th 2007 : 1,37 juta Perhatian terhadap pencegahan dan penatalaksanaan kasus TB HIV perlu ditingkatkan

Efek TB terhadap progresifitas Infeksi HIVTB meningkatkan progresifitas HIVPenderitaTB denganHIV sering mempunyai viral loads HIV yang tinggi Penuruna nimunitas lebih cepat,dan pertahanan hidup bisa lebih singkat walaupun pengobatan TB berhasil PenderitaTB/HIV mempunyai kemungkinan hidup lebih singkat dibanding penderita HIV yg tidak pernah kena TB ART menurunkan tingkat kematian pada pasien TB/HIV

Dugaan Infeksi HIV pada pasien TBKapankah pemeriksaan uji HIV pada pasien TB ? Dimana-Didaerah dg prevalensiHIV tinggi

Siapa-PasienTB dg risiko tinggi terkena infeksi HIV Bgmn-PasienTB dengankeluhantanda/ gejala yg menimbulkan dugaan HIV

Daerah dengan prevalensi tinggi: Sub-Sahara Afrika Indonesia ; beberapa daerah tertentu di: Papua, Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, Bali, Kepri, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Sumatra Utara

Kelompok orang dengan risiko tinggi: Penggunanarkobasuntik Pekerjasekskomersial Biseksual Homoseksual Narapidana

Gejala klinis TB ditambah kelainan dibawah ini : Penurunan berat badan >10kg (atau >20% dari berat badan) dalam 4 bulan Diare >1 bulan Nyeri saat menelan (odynophagia) Perasaan terbakar di kaki (neuropathy)

Diagnosis TB pada Penderita HIV Tidak sama dengan gejala umum TB Demam dan penurunan berat badan merupakan gejala yang penting Batuk bukan gejala yang umum

Banyak variasi pada gambaran foto toraks Lebih banyak TB ekstra paru dan TB disseminata Diagnosis diferensial lebihluas

TB Ekstraparu: DiagnosisProsedur Diagnostik: fototoraks, aspirasi jarum halus, ultrasonografi, biopsiDiagnosis dapat ditegakkan dengan dugaan klinis, jika penyakit lain dapat disingkirkan dan spesimen dari lesi sulit didapat

PadaTB Ekstraparu, perlu diperiksa apakah disertai dengan TB paru berdasarkan sputum BTA dan foto torakPadaHIV, TB ekstra paru merupakan tanda bahwa penyakitnya sudah lanjut(Advenced)

Kolaborasi TB/HIVKoordinasi program TB - HIV diperlukan utk : Mencegah HIV pada pasien TB Mencegah TB pada pasien HIV Pemeriksaan pasien dan kontak( untukTB danHIV ) Koordinasipengobatandanpenyediaanobat

Paduan OAT pada pasien TB HIVSemua pasien ( termasuk mereka yg terinfeksi HIV) yg belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional : Fase awal: 2 bulan INH, RIF, PZA, and EMB Fase lanjutan: 4 bulan INH and RIF, atau 6 bulan dengan INH and EMB (kegagalan pengobatan lebih tinggi pada pasien HIV)

Dosis OAT seharusnya mengikuti anjuran Internasional Kombinasi dosis tetap sangat dianjurkan

Pemberian OAT dan ARVPada pemberian OAT dan ARV perlu dipertimbangkan:Interaksi antar obat-obat yang digunakan Peran antiretroviral therapy (ART) Overlap efek samping obat Immune-reconstitution inflammatory syndrome (IRIS) Masalah kepatuhan pengobatan

Pemberian ART pada pasien TB HIVIndikasipemberianART padapasienTB/HIV berdasarkan:Status penyakit HIV (kadar CD4) Keberhasilan pengobatan dan paduan OAT yang sedang dilakukan Kepatuhan pengobatan dan efek samping Jika belum diobati dengan ART pada saat diagnosis TB, keputusan untuk memulai ART didasarkan faktor2 berikut:

Kapan Memulai Antiretroviral pada pasien TB HIV dalam OATJika pemeriksaan CD4 tersedia :NILAI CD4 ART Mulai ART begitu pengobatan TB tidak disertai efek samping ( 2 8 minggu OAT)

< 200

200 350 > 350

Mulai ART setelah OAT fase intensif selesai Tunda ART sampai pengobatan TB selesai

Kapan Memulai Antiretroviral pada pasien TB HIV dalam OAT

Jika pemeriksaan CD4 tidak tersedia:Gambaran klinis ART

Adanya TB paru dan tanda HIV advanced , atau Mulai ART begitu pengobatan TB tidak ada perbaikan secara klinis; adanya TB tidak disertai efek samping ekstra paru ( 2 8 minggu OAT)

TB paru BTA negatif, berat badan bertambah dengan pengobatan, tanpa tanda/gejala HIV advanced

Mulai ART setelah OAT fase intensif selesai

TB paru BTA positif, berat badan bertambah dgn pengobatan, tanpa tanda/gejala HIV

Tunda ART sampai pengobatan TB selesai

Pemberian Kotrimoksazol pada pasien TB/HIV Pasien TB dan infeksi HIV seharusnya diberi kotrimoksasol sebagai pencegahan infeksi lainnya Semua pasien TB yang positif HIV seharusnya menerima Terapi Pencegahan Kotrimoksasol (CPT) tanpa peduli jumlah CD4, paling tidak selama dalam pengobatan TB. CPT dianjurkan untuk semua pasien dengan jumlah sel CD4 kurang dari 200 sel/mm3 [Anjuran WHO]

Hidup tak sekedar berbuat, krn hidup adlh pilihan yg hrs dperjuangkan dgn ketulusan berkorban yg kelak hrs dipertanggungjawabkan

Tdk usah sedih dan menyesali apa yg sudah lewat,tdkperlu takut dgn apa yg blum datang. Yg penting dengan PENUH SEMANGAT berbuatlah yg TERBAIK di saat2 skrg.

Tiga pilar asas memeperkokoh perasaan :1.Pahamilah kepekaan kita.

2.Jujurlah kepada diri sendiri3.Ajaklah orang-orang disekeliling kita

untuk berubah(Ustd. Yusuf Mansyur spritual Fitness, Caroline Reynolds )

Tiga pilar asas memeperkokoh perasaan :

1.Pahamilah kepekaan kita. ) 2.Jujurlah kepada diri sendiri 3.Ajaklah orang-orang disekeliling kita untuk berubah(Ustd. Yusuf Mansyur spritual Fitness, Caroline Reynolds